323822026 Sistem Folder

download 323822026 Sistem Folder

of 13

Transcript of 323822026 Sistem Folder

SISTEM POLDER PADA DRAINASE PERKOTAAN 1. SISTEM POLDER

1.1. Latar Belakang Banjir / genangan adalah peritiwa alam yang terjadi dimanapun di muka bumi ini dan sampai saat ini belum ada satupun Negara di Dunia ini yang 100 % bebas banjir / genangan. Upaya yang dapat dilakukan hanyalah sebatas mengurangi dampak negatif banjir / genangan menjadi sekecil mungkin. Pada dasarnya alam disekeliling kehidupan manusia bukan harus dilawan atau di taklukan melainkan harus dijadikan sahabat yang harus dijaga keberadaannya. Apabila alam sekeliling kondinya dirusak maka dampaknya yang negatif pasti akan merugikan kehidupan manusia itu sendiri. Sebagai contoh apabila hutan dirusak maka banjirpun pasti terjadi pada musim penghujan. Selain perusakan hutan juga ilegal konversi lahan yang dilakukan manusia sebagai contah adalah permukaan tanah yang rendah yang merupakan habitat air dikonversi oleh manusia menjadi tempat permukiman dan keperluan lainnya. Dampak yang terjadi air akan tetap menetap dilokasi yang rendah tadi dengan kata lain air membanjiri tempat permukiman dengan prasarana dan sarana yang ada di tempat tersebut. 1.2 Pola Pikir. Apa yang dimaksud dengan folder atau dengan kata lain apa folder itu. Asumsi Folder berasal dari kata fold = lipatan. Kurang lebih maksudnya adalah sebagian permukaan bumi yang terlipat kedalam. Pola pikir atau dasar pemikiran untuk menerapkan sistem Folder adalah terbenturnya cara lain untuk mengalirkan air disebabkan oleh rendahnya lahan pada kawasan sehingga pengaliran cara grafitasi tidak mungkin dilakukan. Umumnya daerah perkotaan tepi pantai yang mengalami pasang surut nya muka air laut, dimana ada sebagian permukaan tanah yang permanen tidak bisa mengalirkan aliran permukaan ke badan air disebabkan permukaan badan air pada Muka Air Normal masih lebih tinggi dari pemukaan lahan.Akibatnya lahan tersebut secara permanen tergenang. Masyrakat dan aparat Pemerintah yang awam atau karena tergiur oleh murahnya lahan tergenang tersebut mengizinkan untuk membangun diatasnya. Tentu saja pada saatnya air yang memang habitatnya di situ akan membanjiri permukiman tadi. Setelah hal semacam itu terjadi timbullah pemikiran untuk meggunakan jembatan penyambung aliran yaitu yaitu pompa, dan daerah yang alirannya harus dipompa tersebut dinamak Kawasan Sistem Folder. 2. 2.1 PEMAHAMAN BANJIR DAN GENANGAN PEMAHAMAN

2.1.1.Banjir /Genangan Banjir adalah perintiwa meningkatnya aliran permukaan air di palung sungai akibat dari curah hujan yang terjadi pada daerah aliran Sungai tersebut. Banjir

1

ditentukan besarannya dengan Debit Puncak Banjir dalam satuan M / detik pada Hydrograph Banjir ( lihat gambar 2.1 ) Genangan adalah peristiwa dimana air terkonsenterasi pada suatu lokasi yang rendah. Genangan dapat diidentifikasi dengan adanya Luas genangan, Tinggi genangan dan Lamanya genangan. Penyebab genangan adalah akibat air permukaan tidak dapat mengalir karena rendahnya lahan atau karena pembendungan. Banjir dan Genangan dapat menjadi penyebab satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh genangan yang terjadi akibat aliran terjebak oleh longsoran pada suatu sungai dapat menjadi banjir apabila longsoran tersebut bobol atau suatu dataran yang rendah menjadi tempat genangan akibat dari limpasnya banjir di sungaiDischarge Hydrograph at the Low est of Krukut River

140

120

100 C30_2: 25 D is c h a r g e ( m3 /s ) C30_2: 25Op 80 C30_2: 25Op10 C30_2: 25Op20 60 C30_2: 25Op30 C30_2: 25Op40 C30_2: 25Op50 40

20

0 0 1 /0 0 :0 0 0 1 /0 6 :0 0 0 1 /1 2 :0 0 0 1 /1 8 :0 0 0 2 /0 0 :0 0 0 2 /0 6 :0 0 0 2 /1 2 :0 0 0 2 /1 8 :0 0 0 3 /0 0 :0 0

Date/Time

Gambar 2.1 2.1.2. Bantaran Banjir (Flood Plain) Bantaran banjir adalah dataran di kiri dan kanan sungai yang sering terkena banjir. Bantran banjir yang sebenarnya adalah batas Daerah Alran Sungai itu sendiri teutama pada wilayah morfologi sungai tua atau daerah dataran. (Lihat gambar dibawah ini).

2

Bantaran Banjir ( FLOOD PLAIN )

MUKA AIR TINGGI

MUKA AIR RENDAH

Palung sungai

Gambar 2.2 2.1.3. Curah Hujan Hujan merupakan peristiwa alam dimana terjadi akibat adanya siklus hidrologi . Di dalam peristilahan asing dikenal adanya Presipation atau presipitasi yaitu peristiwa jatuhnya air dari langit ke permukaan bumi yang dimulai dari Embun, Gerimis samapi hujan badai ( topan ). 2.1.4. Histograph Hujan yang jatuh ke permukaan bumi diukur dengan ukuran milimeter pada sistem Metrik . Hujan ditampung dengan alat penakar hujan yang dipasang pada stasiun penakar hujan Dari stasiun penakar hujan tersebut kemudian ditakar dengan gelas ukur dan dicatat dalam tabel curah hujan harian . Maksudnya adalah hujan selama 24 jam kebelakang. Besar kecilnya hujan menentukan besar kecilnya aliran. Di Negara-negara Sub tropis sering terjadi hujan badai, seperti di Jepang, Cina, Filifina, Meksiko dan Amerika Serikat. Hujan badai terjadi akibat peristiwa Hidrologi yang ekstrim. Tingginya hujan yang jatuh pada bidang permukaan bumi diukur dalam milimeter (mm). Digambarkan dalam gambar histograph seperti gambar 2.3 dibawah ini

3

Basin Average Hourly Rainfall: w/Detention = 50 mm 60 50 Hourly Rainfall Depth (mm) 40 30 20 10 0 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 47 t (hr) Detention In Detention Out

Gambar 2.3 Histograp hujan 2.1.5. Intensitas Hujan Hujan jang diukur kederasannya dalam satuan mm/ jam dinamakan Intensitas hujan yang dapat menentukan besar kecilnya aliran air (run off) yang terjadi. Intensitas hujan digambarkan dalam bentuk kurva Intensitas hujan seperti pada gambar 2.4 dibawah ini diambil sebagai contoh untuk DKI Jakarta.

Gambar 2.4. Intencity Duration Frequency Curves

4

3. 3.1

BANJIR DAN GENANGAN DI PERKOTAAN Umum Banjir dan genangan di Perkotaan dapat terjadi oleh berbagai penyebab antara lain dusebabkan oleh:

3.1.1.Hujan Rencana Dilampau Pada umumnya seorang hidrologis akan menghitung debit rencana sautu saluran Drainase Perkotaan berdasarkan Riturn Period yang telah ditetapkan sebagai kriteria desain. Pada kenyataannya return period ( Kala Ulang) tersebut hanya menghitung besarnya debit berdasarkan statistik, stokastik atau deterministik sebagai ilmu seni, yang ditentukan oleh faktor selang waktu kejadian 80 % bakal terjadi. Misalnya R 5 Tahunan, adalah debit yang dihitung berdasarkan probabilitas 5 tahunan, bukan berarti debit yang dihasilkan akan terjadi setiap 5 tahun sekali. Besaran debit yang dihasilkan tersebut kapan saja dapat terjadi, hanya saja pengamanan baik konstruksi bangunan air maupun saluran dihitung berdasarkan debit tersebut. Berapakah besarnya debit akibat hujan akan terjadi ?. jawabannya adalah mulai dari debit normal sampai tak terhingga. Jadi debit rencana sudah pasti akan terlampaui. Di Negara Belanda pemerintahnya semula menetapkan pengamanan banjir dengan R100 Tahunan, mereka membuat tanggul, dam waktu itu dianggap pekerjaan raksasa. Banjir tetap saja terjadi. Sekarang ini pemerintah Belanda telah mempertimbangkan pengamanan banjir dengan R 10000 tahunan. 3.1.2. Kondisi Lahan 1. Akibat penyalahgunaan fungsi lahan-lahan di lingkungan sekitar sungai / sempadan (bantaran banjir). 2. Perusakan dan penebangan vegetasi yang berfungsi sebagai penyerap dan perlambatan laju air larian di wilayah hulu 3. Sistem drainase jalan yang tidak memadai, rusak atau tidak ada sama sekali 4. Bertambahnya penutupan ruang terbuka yang menghambat proses penyerapan air larian di wilayah hulu dan tengah. 5. Perkerasan dan penutupan sempadan jalan dengan aspal dan semen yang menghambat proses penyerapan (koefisien run-off) 6. Pendangkalan sungai dan saluran drainase primer/sekunder akibat sedimentasi dari materi erosi dan limbah domestik serta limbah industri di wilayah hilir. 7. Disebabkan adanya daerah cekungan ( Lipatan )di Daearah Aliran Sungai (DAS) yang menyebabkan aliran permukaan tetahan ditempat tersebut. 3.1.3 Pertumbuhan Penduduk Terlalu Cepat Secara langsung pertumbuhan penduduk ada kaitannya dengan banjir / genangan sebab kelompok masyarakat dalam tatanan suatu pemerintahan pasti menuntut: a. Penyediaan perumahan tempat bermukim. b. Setiap permukiman memerlukan lahan. c. Setiap permukiman menuntut adanya infrastruktur lainnya diantaranya membutuhkan jalan,adanya pasar, mall, saluran dll. Semuanya itu memerlukan lahan. d. Setiap penutupan lahan pasti menyebabkan koefisien Run off akan meningkat dan banjirpun pasti akan terjadi.

5

3.1.4. Riwayat Pertumbuhan Kota Pertumbuhan kota di Indonesia ini baik kota besar maupun kota kecil berjalan secara alamiah. Hanya sebagian kecil yang tumbuh berdasarkan perencanaan yang baik. Pada umumnya membesar secara sporadis yang setelah jadi permukiman baru dipikirkan kebutuhan akan infratrukturnya. Akibatnya dalam hal ini pemerintah baik pusat maupun daerah selalu ketinggalan. Sampai saat sekarang ini baru beberapa kota besar saja yang mempunyai Master Plan Drainase yang disusun pada era tahun 1970. Sehingga master plan tersebut saat ini sudah tidak sesuai lagi dan memerlukan paling tidak kajian ulang. 3.1.5. Masyarakat Yang Terlambat Dewasa Kalau kita perhatikan tingkat kesadaran masyarakat Indonesia secara umum kurang / tdak disiplin. Penyebabnya kembali kepada Pemerintah sendiri, yang tidak mempunyai ketegasan didalam menegakkan peraturan yang dibuat. Pemerintah Daerah menerbitkan peraturan hanya sebatas peraturn yang ridak mempunyai kekutan apapun. Contohnya PERDA larangan membuang sampah ke dalam saluran serta larangan membangun bangunan didalam garis sempadan sungai. Semuanya dilanggar tanpa adanya suatu sangsi apapun. Contohnya di Jakata ini 50 % menyusutnya kapasitas saluran akibat sampah yang dibuang ke saluran, dan saluran seakan lahan gratis untuk dibuat bangunan diatasnya seperti di linkungan kompleks Dinas-dinas di Jatibaru Jakarta dan Waduk Pluit. Banjir dan genangan saat sekarang ini tidak hanya terjadi pada kota-kota pantai atau dataran rendah, tetapi dapat juga juga terjadi pada kota-kota di dataran tinggi sepert kota Bandung telah terjadi banjir akibat buruknya kondisi sistem drainase perkotaan yang disebabkan ketidak disiplinan masyarakat serta lemahnya aparatur pemerintahan dtambah lagi dengan perambahan hutan yang tidak terkendali. 3.1.6. Kemampuan Lahan Menerima Air Hujan Air hujan yang jatuh diatas permukaan bumi akan mengalami prosese sebagai berikut: 1. Hujan yang jatuh diatas lahan dengan tumbuh-tumbuhan yang lebat dan rapat akan diterma oleh permukaan daun daun dari tumbuh-tumbuhan. Porsi air hujan yang jatuh tersebut adalah sebagai berikut: a. Sebagian akan menguap kembali ke udara disebut Evapotransvirasi kurang lebih 40%. b. Air yang lolos tidak menguap akan jatuh ke atas permukaan tanah dan akan meresap sebagian kedalam tanah disbut Infiltrasi dangkal kurang lebih 25 %. c. Sebagai infiltrasi dalam 25 % d. Sebagian lagi sekitar 10 % akan mengalir menjadi run off. Sebagian run off tersebut terhenti sementara pada cekungan-cekungan tanah dan disebut surface detention. 2. Hujan Yang jatuh diatas permukaan bumi dengan kondisi kedap air akibat adanya pembangunan diatasnya dengan koefisien kekedapan 10-20 % akan mengalami : a. Evapotranspirasi lebih kurang sebesar 38 %. b. Runoff 20 %. c. Infiltrasi dangkal lebih kurang 21 %. d. Infiltrasi dalam sebesar 21 %.

6

3.

Hujan Yang jatuh diatas permukaan bumi dengan kondisi kedap air akibat adanya pembangunan diatasnya dengan koefisien kekedapan 30 - 50 % . akan mengalami kejadian sebagai berikut: a. Evapotranspirasi sebesar 35 %. b. Runoff 30 % . c. Infiltrasi dangkal 20 % . d. Infiltrasi dalam sebesar 15 %. Hujan Yang jatuh diatas permukaan bumi dengan kondisi kedap air akibat adanya pembangunan diatasnya dengan koefisien kekedapan 75 - 100 % akan mengalami: a. Evapotranspirasi sebesar 30 %, b. Runoff 55 % c. infiltrasi dangkal 10 % d. Infiltrasi dalam sebesar 15 %. Jelas terlihat semakin banyak tumbuh-tumbuhan diatas permukaan bumi maka koefisin resapan (infiltrasi ) akan semakin besar begitu juga untuk koefisien penguapan Evapotranspirasi juga semakin besar . Terlihat koefisien run off semakin kecil. Begitu sebaliknya semakin padat lahan dengan berbagai bangunan akan menyebabkan lahan sulit diresapi air maka koefisien run off akan semakin besar. Lihat Figur 4.1 dibawah

4.

7

4.

TATA CARA PERENCANAAN SISTEM FOLDER

4.1. Metodologi Penanganan Sama halnya dengan cara penanganan sistem konvesional yang lainnya yaitu melalui proses SIDLACOM yaitu : a. Survey b. Investigasi c. Desain d. Pembebasan Lahan e. Konstruksi f. Operasi dan Pemeliharaan 1. Survey . a. Gunakan peta Topographi Skala 1: 10.000 S/D 1:25.000 untuk mengidentifikasi Daerah Aliran Folder. b. Hitung luas masing masing DAS c. Petakan rencana waduk Folder dengan pengukuran geodetik. Dibuat garis kontur ketinggian lahan dengan interfal setiap ketinggian 0.25 s/d 0.50 m 2. Investigasi a. Rencakan dimana instalasi pompa akan ditempatkan bserta konstruksi inlet dan konstruksi bangunan yang terkait dengan instlasi pompa yaitu pada lokasi yang paling dekat dengan badan air. b. Lakukan investigasi Geologi terutama Soil Mekanik untuk Perencanaan pondasi Bangunan Air 3. Desain Hidrologi Dan Konstruksi a. Hitung luas masing-masing luas Daerah Aliran Saluran ( DAS ) tersebut diatas b. Hitung debit sesuai return period yang telah ditetapkan sebagai kriteria design seperti tabel 3.1 dibawah ini. c. Buat Hidrograph debit rencana yang akan masuk ke waduk, gunakan program ULTRA untuk area yang tidak begitu luas d. Lakukan Resevoir Routing untuk mencarai besaran kapasitas pompa yang paling efisien e. Buat rencana Konstruksi bangunan air serta instalasi pompa. Tabel 3.1 Daerah Tangkapan Air ( HA ) < 10 10-100 101-500 2 TH 2-5 TH 5-10 TH 2 TH 2-5 TH 2-5 TH 2 TH 2-5 TH 2-5 TH 2 TH 2 TH 2 TH

TIPOLOGI KOTA KOTA KOTA KOTA KOTA METROPOLITAN BESAR SEDANG KECIL

> 500 10 25 TH 5 - 20 TH 5 - 10 TH 2 - 5 TH

4.2. Prasarana dan Sarana Folder Sistem folder harus mempunyai Prasarana dan Sarana sebagai berikut : 5 Lahan yang mempunyai ketinggian paling rendah dijadikan kolam, long storage untuk DAS yang kecil dan sedang atau waduk penampungan aliran dari DAS yang luas diatasnya

8

6 7 8

Perhatikan perbedaan muka air tertinggi dalam waduk tidak melebihi tinggimuka tanah disekitarnya. Identifikasi perbedaan tinggi muka air maksimum didalam waduk dengan tinggi muka air pada badan air dimana volume waduk akan dialirkan. Pompa adalah satu-satunya alat untuk mengalirkan air dari waduk ke badan air.

Instalasi Pompa PermukimanMAT Badan Air

MAT Wadujk

4.3. Macam-macam Pompa Drainase Perkotaan ( Stormwater Pumping ) adalah pompa air yang umum dipakai untuk membantu mengalirkan aliran dari satu bidang ke bidang lainnya yang lebih tinggi. Jenis Pompa yang ada dan biasa dipergunakan adalah Sebagai berikut : a. Poros Tegak ( Vertikal propeiier and mixed flow) b. Pompa dalam air ( Submersible vertical dan horizontal ) c. Centrifugal (horizontal non clog ) d. Skrup (screw) e. Volute or Angle flow ( Vertical) Secara umum pompa-pompa tersebut adalah pompa yang menggunakan tenaga listrik tetapi ada juga yang menggunakan diesel. 5. OPERASI DAN PEMELIHARAAN POMPA

5.1. Umum Setiap pabrik pembuat pompa pasti mengeluarkan spesifikasi, Standar Operasi dan pemeliharaan Pompa. Sebab standar operasi pompa terkait dengan kapasitas pompa itu sendiri . Dalam hal ini yang akan dijelaskan adalah yang menyangkut tata cara mengoperasikan yang terkait dengan tinggi rendahnya muka air. a. Setiap instalasi pompa harus dilengkapi dengan papan duga air atau peil schal baik yang terbuat dari plat email atau papan kayu yang di cat. Masing-masing

9

mempunyai kelemahan . Untuk papan dari plat yang di email akan termakan karat, sedangkan untuk papan kayu akan mudah lapuk dan catnya mudah terkelupas. b. Setiap pemasangan pompa pasti diseting terhadap kondisi air terendah di waduk / kolam atau long storage, sesuai dengan kemampuan daya hisap pompa dan jenis pompa. 5.2. Standar Operasi Pompa Pengoperasian pompa pada system folder lebih ditentukan oleh kondisi Muka Air di waduk/long storage /kolam yang disebabkan oleh hujan atau buangan domestik. Pompa ynag alirannya dibuang ke Laut akan sedikit berbeda dengan yang dibuang di Kanal. Pompa yang membuang kelaut tidak terlalu terpengaruh oleh pasang surutnya air laut., tetapi yang membuang ke kanal umumnya perbedaan tinggi tanggul kanal dapat menjadi kendala. Beberapa kondisi keduanya adalah sebagai berikut : 5.2.1. Pemompaan Dari Waduk Ke Laut Kondisi muka air di waduk sbb: 1. Muka Air Rendah (normal) pada kondisi tidak hujan, pompa di istirahatkan untuk dilakukan pengecekan ringan, pemberian pelumas, pengecekan kelancaran arus listrik dari sumber dan panel. 2. Muka Air naik karena buangan air domestik masuk biasanya waktu pagi dan sore hari. Pompa dioperasikan sampai muka air di waduk kembali normal 3. Terjadi hujan ringan pompa dioperasikan jika tinggi muka air terjadi kenaikan. 4. Terjadi hujan lebat diarea folder otomatis tinggi muka air akan naik maka poma harus dioperasikan secara maksimal untuk mengembalikan kondisi tinggi muka air menjadi normal kembli. 5. Untuk menjaga agar supaya pompa tidak memompa sampai kering dan akan merusak baling baling (propeller) rusak maka harus ditentukan batas tinggi muka air terendah. Tinggi muka air terendah ini berada beberapa centimeter diatas mulut bawah pompa. 6. Tinggi muka air normal berada pada level tinggi muka air tanah. Sekalipun waduk dibuat dalam maka setelah dipompa muka air akan kembali ke level normal lagi. Volume waduk yang operasional untuk musim kemarau dimulai dari muka air normal sampai muka air maksimal. Untuk musim hujan volume waduk operasioanal mulai darimuka air terendah mulut pompa sebab volume tampungan dibutuhkan lenbih besar sesuai bsarnya debit yang masuk lewat inlet.

10

M AT Air

Badan

Muka Air Tanah Muka Air WadukTertinggi Muka Air Waduk Normal Muka air terendah

Mulut bawah pompa

5.2.2. Pemompaaan Ke Kanal. Pemompaan ke badan air berupa kanal atau sungai prosedurnya sama denagan ke laut. Hanya saja terkadang untuk meletakkan pompa terkendala oleh adanya tanggul. Apalagi kalau diameter pompanya besar dapat mengganggu lalu lintas diatasnya jika pompa harus diletakkan diatas tanggul. 5.3. Pemeliharaan Pemeliharaan pada sistem folder dilakukan terhadap waduk dan bangunan airnya serta pada instalasi pompa dan pompany. Pemeliharaan dilakukan untuk menjaga fungsi masing-masing komponen agar mencapai usia pakai dan beroperasi maksimal. 5.3.1 Pemeliharaan Waduk. a. Pembersihan sampaha-sampah yang menyangkut di saringan pintu inlet secara rutin . b. Cegah sedini mungkin penyerobotan terhadap lahan dan bantaran waduk dari bangunan-bangunan pemukiman liar. c. Secara berkala keruk sedimen yang terlanjur masuk ke waduk agar fungsi daya tampung waduk tidak menyusut. d. Angkat rak saringan secara berkala bersihkan dan cat kembali, selama rak dan pintu di lakukan pemeliharan rak dan pintu cadangan harus dipasang. e. Bersihkan saluran penghubung secara ruti. f. Lakukan perbaikan secara berkala untuk bangunan air yang mengalami kerusakan

11

g. Periksa kabel kabel dan rante pintu jangan sampai kering dari pelumas agar supaya buka tutup pintu tetap mudah. Sebab bila pintu air macat malapetaka dan amukan masyarakat akan mengancam keselamatan petugas O& P h. Tembok pasangan batu yang rusak segera diperbaiki, untuk ini harus secara rutin dilakukan inspeksi terutama pada stalling basin pintu inlet. Atau waduk dilengkapi dengan saluran gendong biasanya saluran tersebut tepi kanan dan kirinya dilinig dengan pasangan batu kali 5.3.2. Pemeliharaan Instalasi Pompa a. Gedung instalasi sekalipun dibangun dengan konstruksi beton bertulang tetap harus dipelihara agar jangan terkesan angker dan kumuh untuk itu secara rutin petugas harus menjaga kebersihan lingkungan Instalasi . b. Secara berkala gedung harus dicat agar dari segi estatika indah nyaman untuk dijadikan sarana rekreasi bila perlu. c. Sewaktu Pompa tidak dioperasikan periksa kellengkapa saringan sampah dibagian depan pompa. Terutama dari sampah- sampah plastik yang dapat merusah poros dan propeller pompa d. Untuk waduk yang ditumbuhi oleh gulma seperti eceng gondok., bila perlu ajak pihak swasta untuk memanfaatkan eceng gondok menjadi komoditi yang berguna seperti pembuatan tas, tikat serta mungkin dapat diolah menjadi gas bio e. Periksa secara rutin panel operasi jangan sampai ada kabel yang putus karena termakan usia arau oleh binatang pengerat seperti tikus dll. f. Perhatikan engsel-engsel pintu instalasi agar jangan sampai kering . Sebab semua petugas operasional pompa harus tetap siaga menjaga kemungkinan terjadi banjir dadakan

12

DAFTAR PUSTAKA 1. Operation And Maintenance of Urban Water Supply and Sanitation System (A Guide for Managers) WHO Geneva 1994 2. Urban Drainase Guidelines and Technical Standards (WSTCF 092/ 020) 3. SOP system Folder Pluit dan System Folder Tomang Rawa Kepa

13