31436672 Kontraksi Otot Gastronekmus Fix

18
KONTRAKSI OTOT GASTROKNEMUS DAN OTOT JANTUNG KATAK Oleh : Nama : Maria Mardhitama Maharani NIM : B1J008128 Rombongan : I Kelompok : 4 Asisten : Mei Lita Fitriani LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II

description

blabla

Transcript of 31436672 Kontraksi Otot Gastronekmus Fix

Page 1: 31436672 Kontraksi Otot Gastronekmus Fix

KONTRAKSI OTOT GASTROKNEMUS DAN OTOT JANTUNG KATAK

Oleh :

Nama : Maria Mardhitama MaharaniNIM : B1J008128Rombongan : IKelompok : 4Asisten : Mei Lita Fitriani

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO

2010

Page 2: 31436672 Kontraksi Otot Gastronekmus Fix

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Data kontraksi otot gastroknemus

A. 0 V = 0 = 0 mm/volt10

A. 5 V = 0 = 1 mm/volt 10

A. 10 V = 3+3+3+3+3+3+3+3+3+3 = 3 mm/volt10

A. 15 V = 5+5=5+5+5+5+5+5+5+5 = 5 mm/volt10

A. 20 V = 6+7+7+7+7+7+7+7+7+7 = 6,9 mm/volt10

A. 25 V = 8+8+8+8+8+8+8+8+8+8 = 8 mm/volt10

Tabel Kontraksi Otot Jantung Katak (Rana sp)

Perlakuan Amplitudo

Sebelum ditetesi asetilkolin Gagal

Setelah ditetesi Asetilkolin Gagal

B. Pembahasan

Page 3: 31436672 Kontraksi Otot Gastronekmus Fix

Otot merupakan suatu organ yang sangat penting bagi tubuh, karena

dengan otot tubuh dapat berdiri tegak. Otot merupakan suatu organ atau alat

yang memungkinkan tubuh agar dapat bergerak. Otot merupakan alat gerak

aktif, ini adalah suatu sifat yang penting bagi organisme. Sebagaian besar otot

tubuh melekat pada kerangka, yang menyebabkan dapat bergerak secara aktif

sehingga dapat menggerakkan bagian-bagian kerangka dalam suatu letak yang

tertentu. Otot merupakan sebuah alat yang menguasai gerak aktif dan

memelihara sikap tubuh. Dalam tubuh terdiri dari bermacam-macam jenis otot

serta mempunyai sifat dan cara kerja sendiri-sendiri, untuk saling menujang agar

dapat bergerak (Hickman, 1996).

Menurut Ville et al. (1988), otot adalah sistem biokontraktil dimana sel-sel

atau bagian dari sel memanjang dan dikhususkan untuk menimbulkan tegangan

pada sumbu yang memanjang. Otot merupakan jaringan umum pada tubuh

kebanyakan binatang yang terbuat dari sel panjang atau benang-benang khusus

untuk kontraksi. Hal itu menyebabkan adanya pergerakan dari tubuh dan bagian

kerja otot adalah voluntari (dibawah kontrol kesadaran) atau involuntari (tidak

dibawah kontrol atau keinginan). Struktur otot adalah halus (benang tanpa lurik)

atau lurik (benang serat lintang). Ada 3 jenis jaringan otot yaitu involuntari lurik

atau kardiak (jantung) dan voluntari lurik atau otot rangka badan. Struktur untuk

melakukan aksi pada hewan baik dari dalam maupun dari lingkungan luar disebut

efektor.

Efektor yang paling penting adalah yang mengekresikan zat-zat kelenjar

dan melakukan gerak. Bagian efektor yang paling penting untuk menciptakan

gerak adalah otot. Jadi, otot adalah sistem biokontraksi dimana sel-sel atau

bagian sel mengalami pemanjangan dan dikhususkan untuk menimbulkan

gerakan (kontraksi pada sumbu yang memanjang). Karakteristik dari otot antara

lain membangun otot rangka, dapat berkontraksi dan berkonduksi, terdiri dari sel

bentuk memanjang, pipih myofibril dan berasal dari lapisan mesoderm. Secara

garis besar sel otot dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:

1. Otot motoritas, disebut juga otot serat lintang (otot lurik) oleh karena

didalamnya protoplasma mempunyai garis-garis melintang. Umumnya otot ini

melekat pada kerangka sehingga disebut juga otot kerangka. Otot ini dapat

bergerak menurut kemauan (otot sadar), pergerakkanya cepat tetapi cepat

lelah, rangsangan ini dialirkan melalui saraf motorik.

Page 4: 31436672 Kontraksi Otot Gastronekmus Fix

2. Otot otonom, disebut juga otot polos karena protoplasmanya licin tidak

mempunyai garis melintang. Otot ini terdapat pada alat-alat dalam seperti

ventrikulus, usus, kandung kemih, pembuluh darah dan lain-lain, cara

kerjanya diluar kesadaran (otot tak sadar) oleh karena rangsangannya

melalui saraf otonom.

3. Otot jantung, bentuknya menyerupai otot serat lintang, didalam sel

protoplasmanya terdapat serabut-serabut melintang yang bercabang-cabang

tetapi jika kita melihat fungsinya seperti otot polos, dapat bergerak sendiri

secara otomatis karena mendapat rangsangan dari susunan saraf otonom.

Otot ini hanya terdapat pada jantung yang mempunyai fungsi tersendiri

(Bevelander and Ramaley, 1979).

Otot rangka adalah masa otot yang bertaut pada tulang yang berperan

dalam menggerakkan tulang-tulang tubuh. Otot rangka dapat dijelaskan lebih

dalam misalnya dengan mempelajari otot gastroknemus pada katak. Otot

gastroknemus katak banyak digunakan dalam percobaan fisiologi hewan. Otot ini

lebar dan terletak di atas fibiofibula, serta disisipi oleh tendon tumit yang tampak

jelas (tendon achillus) pada permukaan kaki. Mekanisme kerja otot pada

dasarnya melibatkan suatu perubahan dalam keadaan yang relatif dari filamen-

filamen aktin dan miosin. Selama kontraksi otot, filamen-filamen tipis aktin terikat

pada dua garis yang bergerak ke pita A, meskipun filamen tersebut tidak

bertambah banyak. Namun, gerakan pergeseran itu mengakibatkan perubahan

dalam penampilan sarkomer, yaitu penghapusan sebagian atau seluruhnya garis

H. selain itu filamen miosin letaknya menjadi sangat dekat dengan garis-garis Z

dan pita-pita A serta lebar sarkomer menjadi berkurang sehingga kontraksi

terjadi. Kontraksi berlangsung pada interaksi antara aktin miosin untuk

membentuk komplek aktin-miosin (Hickman, 1996).

Serabut otot secara individu merupakan satuan struktural otot kerangka

sehingga bukan merupakan satuan fungsional. Semua neuron motor yang

menuju otot kerangka mempunyai akson-akson yang bercabang, masing-masing

berakhir dalam sambungan neuromuskular dengan satu serabut otot. Impuls

syaraf yang melalui neuron dengan demikian akan memicu kontraksi dalam

semua serabut otot yang dapat dikendalikan dengan amat tepat, ukuran satuan

motornya kecil (Kimball, 1988).

Respon suatu serabut tunggal itu menyeluruh atau tidak sama sekali,

tetapi seluruh otot tidak berperilaku dalam cara ini sehingga memungkinkan

Page 5: 31436672 Kontraksi Otot Gastronekmus Fix

untuk mengkontraksikan suatu otot pada tingkat apapun yang diinginkan dari

relaks sampai kontraksi yang maksimal. Hal ini dapat dilihat pada percobaan

praktikum yaitu merangsang otot gastroknemus dari seekor katak dengan

stimulator listrik dan mengukur banyaknya kontraksi seluruh otot. Kekuatan

kontraksi seluruh otot meningkat dengan meningkatnya jumlah serabut individu

yang berkontraksi. Jadi pada hewan yang utuh, kekuatan respon muskular itu

dikendalikan oleh jumlah satuan motor yang diaktifkan oleh sistem saraf pusat

(Kimball, 1988).

Menurut Guyton (1995), sebuah otot akan berkontraksi sangat cepat bila

kontraksi penuh kira-kira 0,1 detik untuk rata-rata bobot. Keadaan ini

menyebabkan amplitudo menjadi maksimal, dimana dipengaruhi juga oleh

voltase yang digunakan, tetapi bila diberi beban kecepatan kontraksi menurun

secara progesif dan amplitudo juga menurun. Apabila beban meningkat sampai

dengan kekuatan maksimum yang digunakan otot tersebut, maka kecepatan

kotraksinya menjadi nol dan tidak terjadi kontraksi sama sekali, walaupun

dilakukan pengaktifan pada serabut otot.

Percobaan yang dilakukan menggunakan otot gastroknemus karena otot

tersebut peka terhadap rangsangan listrik. Cairan dan ion-ion yang ada pada otot

gastroknemus selalu dijaga, pada praktikum ini digunakan larutan ringer. Larutan

ringer juga digunakan sebagai penghantar aliran listrik. Alat yang digunakan

pada praktikum pengukuran kontraksi otot gastroknemus universal kimograf

beserta asesorinya fungsi alat ini adalah untuk mengetahui pengaruh

rangsangan listrik terhadap kontraksi otot gastroknemus.

Percobaan respon kontraksi otot gastroknemus terhadap perangsangan

elektrik dengan tegangan berbeda-beda yaitu 0 V, 5 V, 10 V, 15 V, 20 V dan 25

V menghasilkan amplitudo berturut-turut adalah 0 mm/volt, 1 mm/volt, 3 mm/volt,

5 mm/volt, 6,9 mm dan 8 mm/volt. Hal tersebut menunjukan bahwa semakin

besar tegangan (voltase) yang diberikan maka semakin besar pula nilai

amplitudo yang dihasilkan. Dalam percobaan ini tegangan berarti impuls atau

rangsangan dan amplitudo merupakan besarnya otot gastronekmus terhadap

rangsangan. Menurut Storer (1961), menyatakan, ketika rangsangan elektrik

dimulai dari yang lemah maka hasilnya akan lemah, selanjutnya peningkatan

akan menghasilkan kontraksi yang besar sehingga menimbulkan sebuah titik

dimana rangsangan makin besar dan tidak menghasilkan efek. Hasil percobaan

juga menunjukan bahwa semakin berat beban maka nilai amplitudonya akan

Page 6: 31436672 Kontraksi Otot Gastronekmus Fix

semakin kecil. Menurut Syarif (2006), kimograf adalah alat untuk pembelajaran

dan penelitian kontraksi otot dan biasanya menggunakan otot gastroknemus

katak. Otot yang mengalami pemendekan pada pembarian beban yang konstan

(tidak ada perubahan pada tekanan) dinamakan kontraksi isotonik. Sedangkan

bila otot menghasilkan tekanan tetapi tidak mengubah panjang otot dinamakan

kontraksi isometrik.

Voltase yang diberikan terhadap otot akan mempengaruhi besar

responnya dalam bentuk amplitudo (simpangan). Beban yang diberikan juga

akan mempengaruhi kelenturan otot yang diujicobakan. Beban akan menarik otot

lebih besar, maka ketika otot tersebut dirangsang dengan aliran listrik akan

menghasilkan simpangan gerak amplitudo yang kecil pula (Ganong, 1995).

Otot dapat berkontraksi baik secara isometrik, isotonik, atau gabungan

keduanya. Kontraksi isometrik pada otot gastronekmus memiliki lama kontraksi

kira-kira 1/30 detik. Lama kontraksi disesuaikan dengan fungsi masing-masing

otot. Otot gastroknemus harus berkontraksi dengan kecepatan yang cukup pada

pergerakan tungkai untuk berlari atau melompat. Otot gastroknemus memiliki

serabut cepat yang disesuaikan untuk kontraksi otot yang sangat cepat dan kuat

seperti berlari dan melompat. Serabut ini tampak lebih besar. Retikulum

sarkoplasmanya lebih luas sehingga dengan cepat dapat melepaskan ion-ion

kalsium untuk memulai kontraksi otot (Guyton, 1995).

Mekanisme kontraksi otot dapat dijelaskan dengan model pergeseran

filamen (filamen-filamen tebal dan tipis yang saling bergeser saat proses

kontraksi), model pergeseran filamen (filamen sliding). Model ini menyatakan

bahwa gaya berkontraksi otot dihasilkan oleh suatu proses yang membuat

beberapa set filamen tebal dan tipis dapat bergeser antar sesamanya. Menuruut

Guyton (1995), menyatakan pada saat kontraksi filamen aktin tidak tertarik ke

dalam filamen miosin sehingga overlap satu sama lainnya secara luas. Discus Z

ditarik oleh filamen aktin sampai ke ujung filamen miosin. Jadi kontraksi otot

terjadi karena mekanisme pergeseran filamen yang disebabkan oleh kekuatan

mekanisme kimia atau elektrostatik yang ditimbulkan oleh interaksi jembatan

penyebrangan dari filamen miosin dan filamen aktin.

Menurut Prosser (1961), mekanisme kontraksi otot menurun yaitu ketika

otot berkontraksi menggunakan O2 dan melepaskan CO2 sedangkan glikogen

dikurangi, asam laktat berkumpul dan panas diproduksi. Aktin dan miosin

bergabung dalam bentuk globular yang merupakan kopula dari molekul miosin.

Page 7: 31436672 Kontraksi Otot Gastronekmus Fix

Molekul miosin terdiri atas bagian pengikatan aktin dan ATPase, tidak adanya

aktin menyebabkan tidak reaktifnya ATPase ketika miosin berikatan dengan aktin

akan membentuk aktomiosin ATP. Sel otot juga terdiri atas retikulum

sarkoplasmik hampir sama dengan retikulum yang sangat penting dalam

kontraksi. Retikulum endoplasma akan mengikat ion Ca dan berhenti ketika

asam laktat terakumulasi.

Mekanisme kontraksi otot menurut Johson et al., (1984) adalah :

Rangsangan Kontraksi sarkolema reticulum-Ca +

+troponin

Aktin melepaskan diri ATP Aktin Tropomiosin

Ion Ca rendah Tropoiosin tergerak ketempat aktif filamen aktin Kontraksi

Urutan kejadian dalam stimulasi, kontraksi dan relaksasi pada otot

menurut Prosser (1961), meliputi

1. Stimulasi

Depolarisasi sarkolema

Depolarisasi T sistem

Depolarisasi Ion Kalsium dari SR

Difusi ion kalsium dari filamen tipis

2. Kontraksi

Ion kalsium (Ca2+) terikat ke troponin

Komplek troponin Ca2+ remove blocking tropomiosin dari tempat aktin

Head dari filamen tebal membentik cross bridges ke benang aktin

Hidrolisis ATP memicu perubahan konformasi pada head menyebabkan

cross bridges bergeser

3. Relaksasi

Ca2+ ditarik dari filamen tipis oleh SR

Ca2+ berdifusi dari filamen tipis ke SR

Ca2+ dilepas dari komplek troponin Ca2+

Tropomiosin kembali ke posisi blocking

Cross bridges miosin-aktin terputus

Page 8: 31436672 Kontraksi Otot Gastronekmus Fix

Komplek miosin-ATP dibentuk kembali dalam heads dan filamen tebal.

Ketika otot rangka sedang beristirahat atau relaksasi akhirnya kebutuhan

akan oksigen merupakan ukuran dari metabolisme otot dan hal ini dipengaruhi

oleh temperatur lingkungan, temperatur tubuh, aliran pembuluh darah dan nutrisi.

Pengaruh dari penyempitan pembuluh darah menyebabkan kandungan oksigen

di jaringan berkurang sehingga berpengaruh terhadap konsumsi oksigen oleh

mitokondria. Oleh karena itu, konsumsi oksigen dapat menentukan ukuran

berkurangnya titik jenuh oksigen dari hemoglobin dan myoglobin mengikuti

keadaan total arteri (Abozguia, 2008).

Otot jantung termasuk otot seran lintang yang sifatnya involuntari yang

artinya kerjanya tidak dipengaruhi oleh otak. Otot jantung ditemukan hanya pada

bagian jantung dan mempunyai ciri-ciri bergaris-garis seperti pada otot sadar.

Perbedaannya adalah serabutnya bercabang dan mengadakan anastomase

yaitu bersambungan satu sama lain, tersusun memanjang seperti pada otot

bergaris, berciri merah khas dan tidak dapat dikendalikan oleh kemauan. Otot

jantung mempunyai kemampuan untuk mengadakan kontraksi otomatis dan

ritmis tanpa bergantung pada ada tidaknya rangsangan saraf. Cara kerja

semacam ini disebut miogenik. Kontraksi otot akan lebih kuat bila sedang

renggang dan bila suhunya cukup panas kelelahan dan dingin memperlemah

kontraksi (Pearce, 2004).

Otot jantung terdiri atas serabut lurik yang saling isi mengisi. Myofibril

pada otot jantung bercabang-cabang dan mitokondrianya lebih banyak daripada

serabut otot kerangka. Impuls otot jantung berkontraksi dengan sendirinya,

sementara saraf simpatik dan saraf parasimpatik berjalan menuju ke jantung bila

pengendalian ini dihancurkan maka jantung akan tetap terus dapat berdetak

selama glukosa dan oksigen tersedia di dalamnya (Kimball, 1988). Menurut

Geneser (1993), menyatakan bahwa mitokondria jauh lebih banyak dan banyak

memiliki krista, selain membentuk deretan-deretan yang memisahkan

miofilamen, mitokondria ini terkumpul pada kutub-kutub inti dan pada celah

mitokondria tampak banyak butir-butir lemak dan glikogen yang berfungsi

sebagai sumber energi.

Otot jantung berkembang dari bagian mesoderma splanknik yang

mengelilingi tabung jantung yang berlapiskan endotel dan membentuk

miokardium embrional. Serat-serat otot jantung ini berasal dari diferensiasi tiap

Page 9: 31436672 Kontraksi Otot Gastronekmus Fix

sel-sel yang tumbuh melalui penambahan miofilamen-miofilamen baru pada

sitoplasma di perifer, tanpa perubahan letak inti sel di tengah (Geneser, 1993).

Jantung mengandung serat-serat jantung yang termodifikasi yang

berfungsi untuk mengkoordinasikan detak jantung dengan mengatur waktu

kontraksi dari atrium dan ventrikel, secara normal berawal pada nodus sinoatrium

(SA) yang berlokasi dalam atrium kanan pada pintu masuk vena kava superior.

Berawal dari nodus sino atrium sampai nodus antrio ventrikulum, terletak di

bagian belakang septum inter ventrikulum dan mulai dari titik ini, seberkas sel-sel

otot jantung yang termodifikasi (serat-serat purkinje) bercabang dua dan cabang

yang terpisah berjalan melalui jaringan subendokardial dari ventrikel kanan dan

kiri. Sel-sel dalam dua daerah nodus itu berbentuk spul, sel-sel yang sangat

bercabang yang dipisahkan satu sama lain oleh sedikit jaringan penyambung

(Bevelander and Ramaley, 1979).

Percobaan respon kontraksi otot jantung pada katak yang bertujuan untuk

mengetahui kontraksi otot jantung dalam keadaan normal dan adanya stimulus

berupa asetikolin ternyata tidak berhasil. Fungsi asetikolin adalah sebagai

neurotransmitter atau untuk memberi rangsangan. Otot jantung akan diukur

kontraksinya harus selalu dibasahi dengan larutan ringer agar jaringan tetap

hidup. Transmisi pada hubungan neuromuskuler dan sinaps tertentu lainnya

melibatkan sekresi dan komeresepsi asetikolin. Perangsang yang kuat ini

menyebabkan depolarisasi setempat dari membran sel otot, yang memulai

penyebaran impuls dalam membran dan menyebabkan kontraksi serabut otot.

Serabut simpatik post ganglion mempercepat denyut jantung dengan

melepaskan norepinefrin. Serabut demikian disebut adrenegrik, sedangkan

serabut yang mengeluarkan asetikolin disebut kolinergik (Ville et al., 1988).

Daerah sinaps mempunyai enzim yang kuat, yaitu asetikolinesteranase

yang khusus menghidrolisis dan menginaktifkan asetikolin, dan monoamina

oksidase yang mengoksidasi dan menginaktifkan norepinefrin. Enzim-enzim ini

mencegah rangsangan yang terus-menerus dari dendrit atau otot oleh zat

neurotransmitter. Asetikolin dilepaskan oleh saraf motor dalam paket-paket kecil

yang terdiri atas sekitar 1000 molekul. Mekanisme yang melepaskan asetikolin

memerlukan ion kalsium dan dihambat oleh ion magnesium (Ville et al., 1988).

Frandson (1992), menyatakan bahwa adanya kontraksi otot dipengaruhi

beberapa faktor, yaitu :

1. Treppe

Page 10: 31436672 Kontraksi Otot Gastronekmus Fix

Treppe adalah meningkatnya kekuatan kontraksi berulang kali pada suatu

serabut otot karena stimulasi berurutan yang berseling beberapa detik.

Kekuatan kontraksi terus meningkat sampai kira-kira 30 kontraksi. Pengaruh

ini mungkin disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi ion Ca++ di dalam

serabut otot yang meningkatkan pula aktivitas miofibril. Treppe umumnya

dianggap sebagai gejala pemanasan dimana suatu otot yang istirahat

menyusun suatu kontraksi yang lebih kuat mencapai kemampuan

maksimumnya dengan berulangnya stimulasi pada frekuensi optimal.

2. Summasi

Summasi merupakan hasil penjumlahan kontraksi dua jalan, yaitu dapat

berupa summasi unit motor berganda dan summasi bergelombang.

Summasi unit motor berganda terjadi apabila lebih banyak unit motor yang

dirangsang untuk berkontraksi secara simultan pada otot, sedangkan

summasi berulang terjadi apabila frekuensi stimulasi ditingkatkan kepada

unit-unit motor.

3. Tetani (tetanus)

Tetani terjadi apabila frekuensi stimulasi menjadi demikian cepat sehingga

tidak ada peningkatan frekuensi lebih jauh lagi yang akan meningkatkan

tegangan kontraksi, tenaga terbesar yang dapat dicapai oleh otot telah

tercapai.

4. Fatigue

Fatigue yaitu menurunnya kapasitas bekerja yang disebabkan oleh

pekerjaan itu sendiri. Jangka waktu bahwa suatu tegangan atau kontraksi

otot dapat tetap dipertahankan tergantung pada tersedianya suplai energi

dalam bentuk ATP dan kalsium bagi filamen protein kontraktil.

5. Rigor dan Rigor Mortis

Kejadian tersebut terjadi apabila sebagian besar ATP di dalam otot telah

dihabiskan kalsium dan tidak dapat dikembalikan ke dalam retikulum

sarkoplasma melalui mekanisme pemompaan kalsium, oleh karena itu

relaksasi tidak dapat terjadi karena filamen aktin dan miosin terikat dalam

suatu ikatan yang erat.

Page 11: 31436672 Kontraksi Otot Gastronekmus Fix

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan

sebagai berikut:

1. Otot gastroknemus dapat berkontraksi dengan adanya rangsangan dari

tegangan listrik.

2. Otot jantung termasuk otot seran lintang yang sifatnya involuntari yang

artinya kerjanya tidak dipengaruhi oleh otak.

3. Voltase yang diberikan terhadap otot akan mempengaruhi besarnya

respon dalam bentuk amplitudo.

4. Semakin besar voltase listrik yang diberikan akan semakin besar pula

amplitudo yang dihasilkan. Besarnya amplitudo menunjukan besar

kecilnya kontraksi otot yang dihasilkan.

B. Saran

Untuk praktikum kontraksi otot gastroknemus selanjutnya universal

kimograf yang disediakan lebih dari satu untuk lebih mengefisienkan waktu dan

praktikan lebih memperhatikan penjelasan dari asisten.

Page 12: 31436672 Kontraksi Otot Gastronekmus Fix

DAFTAR REFERENSI

Abozguia, K. Thanh T. P. Ganesh N. S. Abdul R. Maher. Ibrar A. Anton W. Michael P. F. 2008. Reduced in Vivo Skeletal Muscle Oxygen Consumption in Patients with Chronic Heart Failure—A Study using Near Infrared Spectrophotometry (NIRS). Department of Cardiovascular Medicine, Medical School, University of Birmingham, European Journal of Heart Failure 10 (2008) 652–657.

Bevelander and J. A Ramaley. 1979. Essentials of History. CV. Moss by Company, sant Louis.

Frandson, R. D. 1992. Anatomi Fisiologi Ternak. UGM Press, Yogyakarta.

Ganong, W. F. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerbit EGC, Jakarta

Geneser, Finn. 1993. Textbook of Histology. Munksgaard, Denmark.

Guyton, A. C. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku kedokteran EGC, Jakarta.

Hickman, C. P. 1972. Biology of Animal. CV Mosby Company, Saint Louis.

Johnson, K. D., Rayle and H. L. Aledberg. 1984. Biology of Introduction. The Benjamin Comings Publishing Co. Inc, London.

Kimball, J. W. 1988. Biologi Jilid II. Erlangga, Jakarta

Pearce, E. C. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis . PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Prosser, C. T. 1961. Comparative Animal Physiology. W.B Saunders Company, London.

Storer, T. I. 1961. Element of Zoology. Mc Graw Hill Book Company Inc, New York.

Syarif, I. 2006. Kimoinstrumentation : Alat Pengukuran Karakteristik Otot Gastroknemus Katak Berbasis Komputer. Departemen Fisiska ITB, Bandung.

Ville, C. A., Warner F. W dan Robert B. D. 1988. Zoologi Umum. Erlangga. Jakarta.