3.1. PEDUM keswan

24
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk mewujudkan Program Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dalam Pencapaian Swasembada Daging Sapi dan Peningkatan Penyediaan Pangan Hewani yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal, Program kegiatan Direktorat Kesehatan hewan melalui Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan Menular Strategis dan Penyakit Zoonosis menetapkan Indikator Kinerja Utama yaitu : 1. Kemampuan mempertahankan status daerah bebas PMK dan BSE dan peningkatan status wilayah bebas 2. Penguatan otoritas veteriner melalui pertumbuhan jumlah Puskeswan 3. Penguatan otoritas veteriner melalui pertumbuhan jumlah laboratorium veteriner 4. Surveilans nasional PHMSZE dengan angka prevalensi/insiden menurun 5. Peningkatan ketersediaan alsin dan obat hewan bermutu. Dalam pelaksanaan program kegiatan Direktorat Kesehatan Hewan tersebut ditetapkan kegiatan yang berupa : 1. Kesiagaan wabah PHM 2. Pengendalian dan Penanggulangan Rabies 3. Pengendalian dan Penanggulangan AI 4. Pengendalian dan Penanggulangan Brucellosis 5. Pengendalian dan Penanggulangan Anthrax 6. Pengendalian dan Penanggulangan Hog Cholera 7. Pengendalian dan Penanggulangan Jembrana 8. Penanggulangan Gangguan Reproduksi Pada Sapi/kerbau 9. Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Parasiter 10.Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Viral Lainnya 11.Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Bakterial Lainnya 12.Pembinaan dan Koordinasi Kesehatan Hewan 13.Sistem Kesehatan Hewan Nasional 14.Penguatan Puskeswan 15. Penguatan Kelembagaan dan Sumber Daya Kesehatan Hewan 16.Pembinaan dan Sosialisasi Jafung Medik dan Paramedik Veteriner 17.Pengawasan Obat Hewan 18. Perlindungan Hewan terhadap Penyakit Eksotik 19.Pengamatan Penyakit Hewan

description

Pedum Keswan

Transcript of 3.1. PEDUM keswan

Page 1: 3.1. PEDUM keswan

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk mewujudkan Program Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dalam Pencapaian Swasembada Daging Sapi dan Peningkatan Penyediaan Pangan Hewani yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal, Program kegiatan Direktorat Kesehatan hewan melalui Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan Menular Strategis dan Penyakit Zoonosis menetapkan Indikator Kinerja Utama yaitu : 1. Kemampuan mempertahankan status daerah bebas PMK dan BSE

dan peningkatan status wilayah bebas 2. Penguatan otoritas veteriner melalui pertumbuhan jumlah Puskeswan 3. Penguatan otoritas veteriner melalui pertumbuhan jumlah laboratorium

veteriner 4. Surveilans nasional PHMSZE dengan angka prevalensi/insiden

menurun 5. Peningkatan ketersediaan alsin dan obat hewan bermutu. Dalam pelaksanaan program kegiatan Direktorat Kesehatan Hewan tersebut ditetapkan kegiatan yang berupa : 1. Kesiagaan wabah PHM 2. Pengendalian dan Penanggulangan Rabies 3. Pengendalian dan Penanggulangan AI 4. Pengendalian dan Penanggulangan Brucellosis 5. Pengendalian dan Penanggulangan Anthrax 6. Pengendalian dan Penanggulangan Hog Cholera 7. Pengendalian dan Penanggulangan Jembrana 8. Penanggulangan Gangguan Reproduksi Pada Sapi/kerbau 9. Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Parasiter 10.Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Viral Lainnya 11.Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Bakterial Lainnya 12.Pembinaan dan Koordinasi Kesehatan Hewan 13.Sistem Kesehatan Hewan Nasional 14.Penguatan Puskeswan 15. Penguatan Kelembagaan dan Sumber Daya Kesehatan Hewan 16.Pembinaan dan Sosialisasi Jafung Medik dan Paramedik Veteriner 17.Pengawasan Obat Hewan 18. Perlindungan Hewan terhadap Penyakit Eksotik 19.Pengamatan Penyakit Hewan

Page 2: 3.1. PEDUM keswan

20.Pembangunan Laboratorium Veteriner 21. Pengujian dan Sertifikasi Obat Hewan 22.Peningkatan Produksi Obat Hewan dan Bahan Biologik 23. Penguatan Penyidikan dan Pengujian Veteriner 24. Hibah dan Bantuan Asing

B. Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dari Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan APBN Direktorat Kesehatan Hewan TA 2012 adalah untuk : 1. Memberikan acuan pelaksanaan anggaran terpadu dan berbasis

kinerja dalam pembangunan kesehatan hewan. 2. Menjabarkan program kegiatan Direktorat Kesehatan Hewan ke dalam

kegiatan-kegiatan mulai dari pusat sampai daerah. 3. Meningkatkan efisiensi, efektivitas, tertib dan transparan serta

bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan. C. Sasaran

Sasaran yang ingin dicapai dari Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan APBN Direktorat Kesehatan Hewan TA 2012 adalah terlaksananya program kegiatan kesehatan hewan yang telah ditetapkan dan menjadi kegiatan pengungkit di daerah serta tercapainya efisiensi dan efektifitas dalam pelaksanaan kegiatan.

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan APBN Direktorat Kesehatan Hewan TA 2012 adalah sebagai berikut : 1. Kebijakan dan program kegiatan Direktorat Keswehatan Hewan 2. Pengelolaan program dan anggaran Direktorat Kesehatan Hewan 3. Pengendalian, pengawasan, evaluasi dan pelaporan kegiatan

E. Pengertian

Dalam pedoman ini yang dimaksud dengan 1). Penyediaan Vaksin 2). Operasional Vaksinasi 3). Pemberantasan populasi HPR

Page 3: 3.1. PEDUM keswan

II. JENIS KEGIATAN DIBIAYAI SEBAGAI DEKONSENTRASI/

TUGAS PERBANTUAN DAN KEGIATAN PUSAT

1. Pengendalian dan Penanggulangan Rabies Pelaksanaan kegiatan untuk :

1). Penyediaan Vaksin 2). Operasional Vaksinasi 3). Pemberantasan populasi HPR 4). Koordinasi 5). Monitoring dan Evaluasi 6). Pelaporan 7). Kegiatan Pusat

a. Penggunaan :

1). Penyediaan vaksin : digunakan untuk pengadaan vaksin rabies di masing-masing daerah yang mendapatkan dana tersebut. 2). Operasional Vaksinasi : digunakan untuk operasional pelaksanaan petugas pada saat melakukan vaksinasi di lapangan. 3). Pemberantasan populasi HPR : digunakan untuk pelaksanaan kegiatan penangkapan, observasi, eutanasi/eliminasi/pendepopulasian hewan Penular Rabies. 4). Koordinasi : digunakan untuk melakukan rapat koordinasi dalam rangka pengendalian dan pemberantasan rabies. 5). Monitoring dan evaluasi : digunakan untuk pelaksanaa monitoring dan evaluasi mulai dari perencanaan sampai dengan pelaporan kegiatan pengendalian dan pemberantasan rabies 6). Pelaporan : digunakan untuk pembuatan dan pengiriman laporan rencana maupun hasil pelaksanaan kegiatan pengendalian dan penanggulangan rabies (mengacu system pelaporan penyakit rabies pada program SIKHNAS) 7). Kegiatan Pusat : digunakan untuk kegiatan Pertemuan Tim Koordinasi (TIKOR) Rabies Pusat, penyediaan vaksin dan bahan pengendali HPR stok pusat dan Monitoring dan Evaluasi Pengendaiian Rabies.

Page 4: 3.1. PEDUM keswan

b. Alokasi pusat dan daerah, daerah terdiri dari :

1. Propinsi NAD 2. Propinsi SUMUT 3. Propinsi SUMBAR 4. Propinsi RIAU 5. Propinsi JAMBI 6. Propinsi SUMSEL 7. Propinsi BENGKULU 8. Propinsi LAM[PUNG 9. Propinsi DKI JAKARTA 10. Propinsi JABAR 11. Propinsi BANTEN 12. Propinsi JATENG 13. Propinsi BALI 14. Propinsi NTT 15. Propinsi KALBAR 16. Propinsi KALTENG 17. Propinsi KALSEL 18. Propinsi KALTIM 19. Propinsi SULUT 20. Propinsi SULTENG 21. Propinsi SULSEL 22. Propinsi SULTRA 23. Propinsi GORONTALO 24. Propinsi SULBAR 25. Propinsi MALUKU 26. Propinsi MALUT

2. Pengendalian dan Penanggulangan AI

Pelaksanaan kegiatan untuk : 1). Penyediaan Vaksin/desinfektan 2). Operasional Vaksinasi/desinfeksi/Depopulasi (apabila ada) 3). Koordinasi 4). Monitoring dan Evaluasi 5). Pelaporan 6). Kegiatan Pusat

Page 5: 3.1. PEDUM keswan

1. Penggunaan : 1). Penyediaan vaksin/desinfektan : digunakan untuk pengadaan vaksin Avian Influenza (AI) sesuai yang telah ditetapkan Direktorat Jenderal Peternakan dan atau pengadaan desifektan di masing-masing daerah yang mendapatkan dana tersebut. 2). Operasional Vaksinasi/desinfektan/depopulasi : digunakan untuk operasional pelaksanaan petugas pada saat melakukan vaksinasi di lapangan dan atau pelaksanaan desinfeksi dan atau pelaksanaan kegiatan pendepopulasian unggas yang telah ditetapkan. 3). Koordinasi : digunakan untuk melakukan rapat koordinasi dalam rangka pengendalian dan pemberantasan AI. 4). Pelaporan : digunakan untuk pembuatan dan pengiriman laporan rencana maupun hasil pelaksanaan kegiatan pengendalian dan penanggulangan AI (mengacu system pelaporan penyakit AI pada program SIKHNAS) 5). Kegiatan Pusat : SMS Gateway/sistim informasi, Supervisi pelaksanaan pengendalian dan pemberantasan/pembebasan AI, Rakornas AI, Perbaikan peraturan Kompartemen dan zona bebas AI, Penyusunan Pedoman , Penilaian Kompartemen Bebas AI, Penyusunan Panduan Mutu/Dokumen prosedur terkait kompartemendan Zona bebas AI, Pertemuan Intensifikasi Pengendalian Avian Influenza, Monitoring dan evaluasi pelaksanaan vaksinasi, biosecuriti dan lainnya terkait pengendalian dan pemberantasan AI.

c. Alokasi Pusat dan Daerah. Alokasi Pusat terdiri dari : 1. Propinsi NAD 2. Propinsi SUMUT 3. Propinsi SUMBAR 4. Propinsi RIAU 5. Propinsi JAMBI 6. Propinsi SUMSEL 7. Propinsi BENGKULU 8. Propinsi LAMPUNG 9. Propinsi JABAR 10. Propinsi BANTEN 11. Propinsi JATENG

Page 6: 3.1. PEDUM keswan

12. Propinsi DI YOGYAKARTA 13. Propinsi JATIM 14. Propinsi BALI 15. Propinsi NTB 16. Propinsi NTT 17. Propinsi KALBAR 18. Propinsi KALSEL 19. Propinsi KALTIM 20. Propinsi SULUT 21. Propinsi SULTENG 22. Propinsi SULSEL 23. Propinsi SULTRA 24. Propinsi GORONTALO? 25. Propinsi SULBAR? 26. Propinsi MALUKU?

3. Kesiagaan wabah PHM

Kegiatan pusat digunakan untuk update pedoman, SOP, koordinasi, Pengadaan vaksin, obat dan peralatan stok wabah, Investigasi Dini Wabah, Datasering Pengendalian Wabah, KIE, Monitoring Mutu vaksin (Cold Chain) PHM Strategis, workshop cool chain.

4. Pengendalian dan Penanggulangan Brucellosis Pelaksanaan kegiatan untuk kegiatan pusat dan daerah:

1). Penyediaan Vaksin/bahan uji 2). Operasional Vaksinasi 3). Pelaksanaan Pengujian/pemotongan bersyarat 4). Koordinasi 5). Monitoring dan Evaluasi 6). Pelaporan 7). Kegiatan Pusat

d. Penggunaan :

1). Penyediaan vaksin/bahan uji : digunakan untuk pengadaan vaksin brucellosis/bahan uji untuk stok pusat dan pengadaan didaerah (sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan peruntukan untuk

Page 7: 3.1. PEDUM keswan

sapi potong adalah vaksin brucellosis train 19 dan untuk sapi perah adalah vaksin brucellosis RB.51 di masing-masing daerah yang mendapatkan dana tersebut. 2). Operasional Vaksinasi : digunakan untuk operasional pelaksanaan petugas pada saat melakukan vaksinasi di lapangan. 3). Pelaksanaan pengujian/pemotongan bersyarat digunakan untuk pelaksanaan kegiatan pelaksanaan pengujian terhadap brucelosis dan atau untuk pemotongan bersyarat ternak yang positif brucellosis. 4). Koordinasi : digunakan untuk melakukan rapat koordinasi dalam rangka pengendalian dan pemberantasan Brucellosis. 5). Pelaporan : digunakan untuk pembuatan dan pengiriman laporan rencana maupun hasil pelaksanaan kegiatan pengendalian dan penanggulangan Brucellosis (mengacu system pelaporan penyakit rabies pada program SIKHNAS) 6). Kegitatan Pusat : Workshop, Monitoring dan Evaluasi Pengendalian dan Pemberantasan Brucellosis,

e. Alokasi Pusat dan Daerah. Alokasi daerah terdiri dari : 1. Propinsi DKI JAKARTA 2. Propinsi JABAR 3. Propinsi BANTEN 4. Propinsi JATENG 5. Propinsi JATIM 6. Propinsi NTT 7. Propinsi SULSEL 8. Propinsi MALUKU 9. Propinsi MALUT

5. Pengendalian dan Penanggulangan Anthrax

Pelaksanaan kegiatan untuk kegiatan pusat dan daerah: 1). Penyediaan Vaksin 2). Operasional Vaksinasi 3). Koordinasi 4). Monitoring dan evaluasi 5). Pelaporan 6). Kegiatan Pusat

Page 8: 3.1. PEDUM keswan

1. Penggunaan :

1). Penyediaan vaksin : digunakan untuk pengadaan vaksin Anthrax untuk stok pusat dan pengadaan masing-masing daerah sesuai dengan situasi penyakit Anthrax yang ada di daerah dan mendapatkan dana tersebut. 2). Operasional Vaksinasi : digunakan untuk operasional pelaksanaan petugas pada saat melakukan vaksinasi di lapangan. 3). Koordinasi : digunakan untuk melakukan rapat koordinasi dalam rangka pengendalian dan pemberantasan Anthrax. 5). Pelaporan : digunakan untuk pembuatan dan pengiriman laporan rencana maupun hasil pelaksanaan kegiatan pengendalian dan penanggulangan Anthrax (mengacu system pelaporan penyakit rabies pada program SIKHNAS) 6). Kegitatan Pusat : Pengadaan Vaksin dan peralatan vaksinasi, Monitoring dan Evaluasi Pengendalian dan Pemberantasan Anthrax.

b. Alokasi Pusat dan Daerah. Alokasi daerah terdiri dari : 1. Propinsi DKI JAKARTA 2. Propinsi JABAR 3. Propinsi JATENG 4. Propinsi NTB 5. Propinsi NTT 6. Propinsi SULSEL 7. Propinsi SUKTENG

6. Pengendalian dan Penanggulangan Hog Cholera

Pelaksanaan kegiatan untuk kegiatan pusat dan daerah: 1). Penyediaan Vaksin 2). Operasional Vaksinasi 3). Koordinasi 4). Monitoring dan evaluasi 5). Pelaporan 6). Kegiatan Pusat

Page 9: 3.1. PEDUM keswan

2. Penggunaan : 1). Penyediaan vaksin : digunakan untuk pengadaan vaksin Hog Cholera untuk stok pusat dan pengadaan masing-masing daerah sesuai dengan situasi penyakit Hog Cholera yang ada di daerah dan mendapatkan dana tersebut. 2). Operasional Vaksinasi : digunakan untuk operasional pelaksanaan petugas pada saat melakukan vaksinasi di lapangan. 3). Koordinasi : digunakan untuk melakukan rapat koordinasi dalam rangka pengendalian dan pemberantasan Hog Cholera. 5). Pelaporan : digunakan untuk pembuatan dan pengiriman laporan rencana maupun hasil pelaksanaan kegiatan pengendalian dan penanggulangan Hog Cholera (mengacu system pelaporan penyakit Hog Cholera pada program SIKHNAS) 6). Kegitatan Pusat : Pengadaan Vaksin dan peralatan vaksinasi, Monitoring dan Evaluasi Pengendalian dan Pemberantasan Hog Cholera.

b. Alokasi Pusat dan Daerah. Alokasi daerah terdiri dari : 1. Propinsi SUMUT 2. Propinsi RIAU 3. Propinsi JAMBI 4. Propinsi SUMSEL 5. Propinsi BENGKULU 6. Propinsi LAMPUNG 7. Propinsi JABAR 8. Propinsi JATENG 9. Propinsi DI YOGYAKARTA 10. Propinsi BALI 11. Propinsi NTT 12. Propinsi KALBAR 13. Propinsi KALSEL 14. Propinsi KALTIM 15. Propinsi SULUT 16. Propinsi SULTENG 17. Propinsi SULSEL 18. Propinsi SULBAR

Page 10: 3.1. PEDUM keswan

19. Propinsi PAPUA

7. Pengendalian dan Penanggulangan Jembrana Pelaksanaan kegiatan untuk kegiatan pusat dan daerah:

1). Penyediaan Vaksin 2). Operasional Vaksinasi 3). Koordinasi 4). Monitoring dan Evaluasi 5). Pelaporan 6). Kegiatan Pusat

a. Penggunaan : 1). Penyediaan vaksin dan alat : digunakan untuk pengadaan vaksin Jembrana dan peralatan yang dibutuhkan untuk vaksinasi untuk stok pusat dan pengadaan masing-masing daerah sesuai dengan situasi penyakit Jembrana yang ada di daerah dan mendapatkan dana tersebut. 2). Operasional Vaksinasi : digunakan untuk operasional pelaksanaan petugas pada saat melakukan vaksinasi di lapangan. 3). Koordinasi : digunakan untuk melakukan rapat koordinasi dalam rangka pengendalian dan pemberantasan Jembrana. 5). Pelaporan : digunakan untuk pembuatan dan pengiriman laporan rencana maupun hasil pelaksanaan kegiatan pengendalian dan penanggulangan Jembrana (mengacu system pelaporan penyakit Jembrana pada program SIKHNAS) 6). Kegitatan Pusat : Pengadaan Vaksin dan peralatan vaksinasi, Monitoring dan Evaluasi Pengendalian dan Pemberantasan Jembrana. b. Alokasi Pusat dan Daerah. Alokasi daerah terdiri dari :

1. Propinsi SUMUT 2. Propinsi SUMBAR 3. Propinsi BALI 4. Propinsi KALSEL 5. Propinsi KALTIM

8. Penanggulangan Gangguan Reproduksi Pada Sapi/kerbau.

Page 11: 3.1. PEDUM keswan

Pelaksanaan kegiatan terdiri dari : 1). Pemeriksaan akseptor terhadap status brucellosis 2). Peningkatan SDM pelaksana penanganan gangguan reproduksi 3). Pengadaan obat-obatan dan Hormonal 4). Operasional pelaksana penanganan gangguan reproduksi 5). Monitoring, evaluasi dan pelaporan 6). Kegiatan Pusat a. Penggunaan :

1). Pemeriksaan akseptor terhadap status brucellosis : digunakan untuk pelaksanaan pemeriksaan sapi betina produktif penerima IB terhadap penyakit brucellosis. 2). Peningkatan SDM pelaksana penanganan gangguan reproduksi : digunakan untuk pelatihan dokter hewan pelaksana kegiatan penanganan gangguan reproduksi agar mendapatkan peningkatan kemampuan terkait gangguan reproduksi 3). Pengadaan obat-obatan dan Hormonal : digunakan untuk pembelian obat-obatan stok pusat maupun pengadaan di daerah sesuai situasi penyakit gangguan reproduksi dan mendapatkan dana tersebut. 4). Operasional pelaksana penanganan gangguan reproduksi: digunakan untuk membiayai penanganan gangguan reproduksi pelaksana tugas dilapangan 5). Monitoring, evaluasi dan pelaporan : digunakan untuk merencanakan, koordinasi,memonitor dan membuat dan mengirimkan laporan rencana dan hasil pelaksanaan, penanganan gangguan reproduksi. 6). Kegiatan pusat : digunakan untuk pelaksanaan koordinasi penanggulangan gangguan reproduksi petugas pusat dan daerah, penyediaan obat-obatan dan hormonal stok pusat, pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan hasil pelaksanaan penanganan gangguan reproduksi nasional.

b. Alokasi Pusat dan Daerah. Alokasi Daerah terdiri dari : 1. Propinsi NAD 2. Propinsi SUMUT 3. Propinsi SUMBAR 4. Propinsi RIAU

Page 12: 3.1. PEDUM keswan

5. Propinsi JAMBI 6. Propinsi SUMSEL 7. Propinsi BABEL 8. Propinsi KEPRI 9. Propinsi BENGKULU 10. Propinsi LAMPUNG 11. Propinsi JABAR 12. Propinsi BANTEN 13. Propinsi JATENG 14. Propinsi DI YOGYAKARTA 15. Propinsi JATIM 16. Propinsi BALI 17. Propinsi NTB 18. Propinsi NTT 19. Propinsi KALBAR 20. Propinsi KALTENG 21. Propinsi KALSEL 22. Propinsi KALTIM 23. Propinsi SULUT 24. Propinsi SULUT 25. Propinsi SULTENG 26. Propinsi SULSEL 27. Propinsi SULTRA 28. Propinsi GORONTALO 29. Propinsi SULBAR 30. Propinsi MALUKU 31. Propinsi MALUT 32. Propinsi PAPUA 33. Propinsi PAPUA BARAT

9. Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Parasiter

1). Pemeriksaan, identifikasi dan pemetaan kasus parasit internal dan kematian pedet

2). Operasional pemeriksaan, identifikasi dan pemetaan kasus parasit internal dan kematian pedet

3). Koordinasi dan 4). Monitoring dan Evaluasi, 5). Pelaporan

Page 13: 3.1. PEDUM keswan

4). Kegiatan Pusat

b. Penggunaan : 1). Pemeriksaan, identifikasi dan pemetaan kasus parasit internal

dan kematian pedet : digunakan untuk pengadaan bahan obat-obatan dan alat terkait pelaksanaan pemeriksaan, identifikasi kasus parasit internal pada sapi dan penyebab kematian pedet dan pemetaannya.

2). Operasional pemeriksaan, identifikasi dan pemetaan kasus parasit internal dan kematian pedet : digunakan untuk operasional pelaksana kegiatan Pemeriksaan, identifikasi dan pemetaan kasus parasit internal dan kematian pedet petugas pelaksana dilapangan.

3). Monitoring, evaluasi dan pelaporan : digunakan untuk merencanakan, koordinasi, memonitor dan membuat dan mengirimkan laporan rencana dan hasil pelaksanaan penanganan Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Parasiter dan penyebab kematian pedet.

4). Kegiatan pusat : digunakan untuk pelaksanaan koordinasi penangana pengendalian dan penanggulangan Penyakit Parasiter dan penyebab kematian pedet petugas pusat dan daerah, penyediaan obat-obatan dan hormonal stok pusat, pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan hasil pelaksanaan penanganan Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Parasiter dan penyebab kematian pedet nasional.

c. Alokasi Pusat dan Daerah. Alokasi Daerah terdiri dari : 1. Propinsi NAD 2. Propinsi SUMUT 3. Propinsi SUMBAR 4. Propinsi RIAU 5. Propinsi JAMBI 6. Propinsi SUMSEL 7. Propinsi BABEL 8. Propinsi KEPRI 9. Propinsi BENGKULU 10. Propinsi LAMPUNG

Page 14: 3.1. PEDUM keswan

11. Propinsi JABAR 12. Propinsi BANTEN 13. Propinsi JATENG 14. Propinsi DI YOGYAKARTA 15. Propinsi JATIM 16. Propinsi BALI 17. Propinsi NTB 18. Propinsi NTT 19. Propinsi KALBAR 20. Propinsi KALTENG 21. Propinsi KALSEL 22. Propinsi KALTIM 23. Propinsi SULUT 24. Propinsi SULUT 25. Propinsi SULTENG 26. Propinsi SULSEL 27. Propinsi SULTRA 28. Propinsi GORONTALO 29. Propinsi SULBAR 30. Propinsi MALUKU 31. Propinsi MALUT 32. Propinsi PAPUA 33. Propinsi PAPUA BARAT

10.Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Viral Lainnya

1).Pemeriksaan, identifikasi dan pemetaan kasus Penyakit Viral Lainnya

2). Operasional pemeriksaan, identifikasi dan pemetaan kasus Penyakit Viral Lainnya

3). Koordinasi dan 4). Monitoring dan Evaluasi, 5). Pelaporan b. Penggunaan :

1). Pemeriksaan, identifikasi dan pemetaan kasus Penyakit Viral Lainnya: digunakan untuk pengadaan bahan obat-obatan dan alat terkait pelaksanaan pemeriksaan, identifikasi kasus parasit

Page 15: 3.1. PEDUM keswan

lainya pada sapi dan penyebab kematian dan pemetaannya. 2). Operasional pemeriksaan, identifikasi dan pemetaan kasus

Penyakit Viral Lainnya : digunakan untuk operasional pelaksana kegiatan Pemeriksaan, identifikasi dan pemetaan kasus Penyakit Viral Lainnya petugas pelaksana dilapangan.

3). Monitoring, evaluasi dan pelaporan : digunakan untuk merencanakan, koordinasi, memonitor dan membuat dan mengirimkan laporan rencana dan hasil pelaksanaan penanganan Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Viral Lainnya.

4). Kegiatan pusat : digunakan untuk pelaksanaan koordinasi penangana pengendalian dan penanggulangan Penyakit Viral Lainnya petugas pusat dan daerah, penyediaan obat-obatan dan hormonal stok pusat, pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan hasil pelaksanaan penanganan Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Viral Lainnya nasional.

11.Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Bakterial Lainnya

1).Pemeriksaan, identifikasi dan pemetaan kasus Penyakit Bakterial Lainnya

2). Operasional pemeriksaan, identifikasi dan pemetaan kasus Penyakit Bakterial Lainnya

3). Koordinasi dan 4). Monitoring dan Evaluasi, 5). Pelaporan b. Penggunaan :

1). Pemeriksaan, identifikasi dan pemetaan kasus Penyakit Bakterial Lainnya: digunakan untuk pengadaan bahan obat-obatan dan alat terkait pelaksanaan pemeriksaan, identifikasi kasus Bakterial lainya pada sapi dan penyebab kematian dan pemetaannya.

2). Operasional pemeriksaan, identifikasi dan pemetaan kasus Penyakit Bakterial Lainnya : digunakan untuk operasional

Page 16: 3.1. PEDUM keswan

pelaksana kegiatan Pemeriksaan, identifikasi dan pemetaan kasus Penyakit Bakterial Lainnya petugas pelaksana dilapangan.

3). Monitoring, evaluasi dan pelaporan : digunakan untuk merencanakan, koordinasi, memonitor dan membuat dan mengirimkan laporan rencana dan hasil pelaksanaan penanganan Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Bakterial Lainnya.

4). Kegiatan pusat : digunakan untuk pelaksanaan koordinasi penangana pengendalian dan penanggulangan Penyakit Bakterial Lainnya petugas pusat dan daerah, penyediaan obat-obatan dan hormonal stok pusat, pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan hasil pelaksanaan penanganan Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Bakterial Lainnya nasional.

12. Pembinaan dan Koordinasi Kesehatan Hewan Adalah kegiatan pusat yang digunakan untuk koordinasi, pembinaan,

monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan pencegahan, pengendalian, serta pemberantasan penyakit hewan menular strategis. Kegiatan ini meliputi : 1). Pertemuam Koordinasi Keswan Nasional 2). Pertemuan Koordinasi Fungsi Kesehatan Hewan 3). Pertemuan Koordinasi Internasional Kesehatan Hewan

13. Sistem Kesehatan Hewan Nasional Adalah kegiatan pusat yang digunakan untuk rapat komisi ahli, rapat

penyusunan peraturan perundangan dan sosialisasi peraturan. Kegiatan meliputi :

1. Rapat Komisi Ahli Kesehatan Hewan 2. Rapat-Rapat Peraturan Kesehatan Hewan 3. Rapat-rapat dan sosialisasi kebijakan Kesehatan Hewan 4. Sosialisasi PP. Siskeswanas 5. Pengembangan Website Kesehatan Hewan

14. Penguatan Puskeswan

Page 17: 3.1. PEDUM keswan

1). Fasilitasi rehab Puskeswan di wilayah bencana 2). Pembangunan pusat kesehatan hewan di wilayah padat

ternak 3). Fasilitasi peralatan puskeswan di wilayah padat ternak 4). Pengadaan obat-obatan parasit internal, terapi antibiotika dan

penambahan daya tahan 5). Kegiatan Pusat meliputi : 1. Supervisi dan Bimbingan Teknis Puskeswan 2. Koordinasi dan Penilaian Puskeswan 3.Penilaian Medik dan Paramedik Puskeswan Berprestasi 4. Rapat Koordinasi Dokter Hewan Puskeswan Nasional

5. Apresiasi Dokter Hewan dan Paramedik Berprestasi 15. Penguatan Kelembagaan dan Sumber Daya Kesehatan Hewan

1). National Veterinary Services (NVS) 2). Bimbingan teknis dan evaluasi : digunakan untuk pelatihan

petugas

16. Penguatan SDM Kesehatan Hewan 1). Rekruitmen THL Medik dan Paramedik Veteriner 2). Bimbingan Teknis THL Dokter Hewan dan Paramedik

3). Honor dan Operasional THL Medik dan Paramedik Veteriner

17. Pembinaan dan Sosialisasi Jafung Medik dan Paramedik Veteriner 1). Workshop Jabfung Medik dan Paramedik Veteriner 2). Penilaian Jabfung Medik Veteriner Pusat dan Para Medik Veteriner

3). Kaji Ulang Kurikulum Pelatihan Fungsional Medik dan Paramedik Veteriner

18. Pengawasan Obat Hewan 1).Rapat Penilaian Obat Hewan 2). Rapat Komisi Obat Hewan 3). Rapat Peraturan Obat Hewan

4). Rapat Penilaian CPOHB 5). Rapat Sosialisasi Peraturan Obat Hewan 6). Penilaian Good Manufacturing Practicess Obat Hewan Impor 7). Apresiasi Pengawas Obat Hewan

19. Perlindungan Hewan terhadap Penyakit Eksotik

Page 18: 3.1. PEDUM keswan

1). Penyusunan Permentan Pemasukan Bahan Pakan Asal 2). Penyusunan Permentan Pemasukan Hewan Penular Rabies 3).Pengawasan penggunaan Bahan Pakan asal hewan 4). Harmonisasi SPS 5). Onsite Review Produsen BPAH 6). Pertemuan SEACFMD 7). ASWGL 8). SOM AMAF 9). Quardriparteit 10).WGAFC 11). Simulasi Kiat Vetindo PMK 12). Kiat Vetindo Johne’s Disease 13). Pedoman Kesiagaan Nipah 14). Emergency Center 20.Pengamatan Penyakit Hewan 1). Advokasi system mutu Akreditasi laboratorium 2). Pembinaan dan Supervisi Laboratorium Kesehatan Hewan 3). Evaluasi Kapasitas Pengujian Laboratorium 4). Penyusunan Standar Laboratorium Veteriner 5). Revisi Manual Penyakit Ruminansia 6). Pedoman Surveilans penyakit Hewan

7). Workshop Surveilans 8). Rapat Ilmiah dan Pertemuan Ilmiah Kesehatan Hewan 9). NRCC dan jejaring Laboratorium Veteriner 10).Workshop Sistem informasi Kesehstan Hewan Nasional

(SIKNNAS)

21.Pembangunan Laboratorium Veteriner

– Penyusunan program dan evaluasi kegiatan penyidikan, pengujian veteriner dan pengembangan teknik serta metode penyidikan dan pengujian veteriner

– Pelaksanaan pelayanan laboratorium rujukan diagnosa penyakit hewan menular strategis

– Pelaksanaan diagnosa penyakit hewan

Page 19: 3.1. PEDUM keswan

– Pelaksanaan penyidikan penyakit hewan secara epidemiologik veteriner

– Pemantauan dan evaluasi pelayanan medik veteriner – Pemeriksaan kesehatan hewan – Pelaksanaan pengujian dan sertifikasi produk asal hewan (food

borne disease dan zoonosis) – Pelaksanaan pengujian dan sertifikasi status kesehatan hewan – Pelaksanaan analisis resiko penyakit hewan – Pelaksanaan pengujian toksikologi pakan – Pemberian saran teknis penanggulangan penyakit hewan – Pembuatan peta regional penyakit hewan – Pemberian pelayanan teknis laboratorium veteriner – Pengembangan dan diseminasi teknik dan metoda penyidikan

dan pengujian veteriner – Pengembangan sistem dan diseminasi informasi veteriner – Pemberian pelayanan teknik kegiatan penyidikan, pengujian

veteriner dan pengembangan teknik dan metoda penyidikan dan pengujian veteriner

– Pengelolaan tata usaha dan rumah tangga BBVet 22. Pengujian dan Sertifikasi Obat Hewan

– Pelaksanaan pengujian mutu obat hewan – Pelaksanaan setifikasi obat hewan. – Pelaksanaan pengkajian obat hewan. – Pelaksanaan pemantauan obat hewan yang beredar. – Pelaksanaan pengembangan teknik dan metode pengujian

mutu obat hewan. – Pelaksanaan pembuatan dan penyusunan formulasi pakan

hewan percobaan. – Pengelolaan hewan percobaan. – Pengelolaan limbah pengujian mutu obat hewan. – Pengamanan hasil pengujian mutu obat hewan. – Pemberian pelayanan teknik kegiatan pengujian mutu dan

pengkajian obat hewan. – Pengelolaan tata usaha dan rumah tangga

Page 20: 3.1. PEDUM keswan

23.Peningkatan Produksi Obat Hewan dan Bahan Biologik

– Memproduksi vaksin, antisera, diagnostika dan bahan biologis lainnya.

– Menguji mutu produksi. – Melaksanakan pengadan dan pemeliharaan sarana produksi

serta distribusi hasil produksi. – Melakukan penyidikan guna peningkatan mutu hasil produksi

dan identifikasi penyakit. 24. Penguatan Penyidikan dan Pengujian Veteriner

• Pelaksanaan diagnosa penyakit hewan • Pelaksanaan surveilans epidemiologi penyakit hewan • Pemantauan dan evaluasi pasca vaksinasi hewan • Pemantauan pelayanan medik veteriner • Pemeriksaan kesehatan ternak, unggas, satwa, semen dan embrio • Pelaksanaan pengujian veteriner produk asal hewan (food borne

disease dan zoonosis) serta melakukan analisa resiko penyakit hewan • Analisis veteriner terapan • Pelaksanaan sertifikasi status kesehatan hewan dan hasil uji produk

asal hewan • Pemberian saran teknis penanggulangan dan penolakan penyakit

hewan • Pembuatan peta regional penyakit hewan • Dokumentasi dan penyebaran informasi kesehatan hewan • Pemberian pelayanan teknis laboratorium kesehatan hewan dan

laboratorium kesehatan masyarakat veteriner • Pelayanan teknis kegiatan penyidikan, pengujian veteriner,

pengamanan hewan dan produk asal hewan • Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai

Page 21: 3.1. PEDUM keswan

25. Hibah dan Bantuan Asing

1). Kontruksl Laboratorlum BSL-3 BPPMSOH 2). Jasa konsulten perencana dan pengawas 3). Pendampingan Lab BSL 3 dan BSL 2+ Hibah KfW Jerman 4). Training 5). Peralatan laboratorium BSL-3 BBPMSOH 6). peralatan upgrading BPPB R V Banjarbaru

7). Project Management Unit 8). Pertemuan Koordinasi

Page 22: 3.1. PEDUM keswan

A. Indikator Keberhasilan

Indikator keluaran (output)

VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN Kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan dana APBN lingkup Direktorat Kesehatan Hewan agar pemanfaatan dana untuk kegiatan kesehatan hewan dapat berjalan secara tertib, efektif, efisien dan tepat penggunaannya sesuai dengan prioritas kegiatan di masing-masing daerah, maka kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan sedini mungkin untuk mengetahui berbagai permasalahan yang mungkin timbul yang akan dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan yang dapat dicapai. Kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan secara berkala dan berjenjang sesuai dengan tahapan kegiatan. Dengan demikian kegiatan monitoring dan evaluasi harus dilakukan pada saat sebelum dimulai kegiatan (ex-ante), saat dilakukan kegiatan (on-going) maupun setelah dilakukan kegiatan (ex-post). Masing-masing pelaksana kegiatan kesehatan hewan membuat laporan fisik kegiatan termasuk permasalahan/kendala yang dihadapi dan menyampaikannya secara berjenjang kepada Tim Teknis Kabupaten/Kota, Tim teknis Propinsi dan Pusat sebagai bahan pelaporan dan evaluasi. (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan)

VII. PENUTUP Kegiatan pembangunan kesehatan hewan oleh Pemerintah dilakukan antara lain melalui fasilitasi penyediaan obat dan vaksin, operasional, sarana dan prasarana puskeswan, laboratorium, koordinasi,pembinaan, monitoring dan evaluasi. Diharapkan output yang dicapai dapat memenuhi target yang telah ditetapkan sehingga dapat terwujud pangamanan, pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan yang dapat menyediakan hewan yang sehat aman untuk di konsumsi manusia dan aman bagi kesehatan manusia dan lingkungan.

Page 23: 3.1. PEDUM keswan

Pedoman Umum Pelaksanaan Pengelolaan Dana APBN Direktorat Kesehatan Hewan Tahun 2012 ini merupakan acuan bagi semua pihak terkait dalam melaksanakan program dan kegiatan lingkup Direktorat Kesehatan Hewan.

Page 24: 3.1. PEDUM keswan

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN

KEGIATAN DIREKTORAT KESEHATAN HEWAN PUSAT DAN DAERAH

TAHUN ANGGARAN 2012

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

KEMENTERIAN PERTANIAN JANUARI 2012