30313031

44
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri Laporan Resmi Praktikum Sediaan Krim, Pasta, dan Gel DI SUSUN OLEH : YUDIA SUSILOWATI (30313031) DIII-FARMASI TK.1 INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI Jl. KH. Wachid Hasyim 65 Kediri – 64144 Telp. (0354) 773299 Fax. (0354) 771539

description

resep

Transcript of 30313031

Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata KediriLaporan ResmiPraktikum Sediaan Krim, Pasta, dan Gel

DI SUSUN OLEH :YUDIA SUSILOWATI(30313031)DIII-FARMASI TK.1

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRIJl. KH. Wachid Hasyim 65 Kediri 64144Telp. (0354) 773299 Fax. (0354) 771539Email : [email protected] Web : www.iik.ac.id

Sediaan Pasta, Krim, dan Gel

Pasta adalah salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat serbuk. Karena merupakan salep yang tebal, keras dan tidak meleleh pada suhu badan maka digunakan sebagai salep penutup atau pelindung. (buku farmasetika, prof. Drs. Moh. Anief, Apt.)Menurut farmakope Indonesia edisi ke-3 adalah sediaan berupa masa lembek yang dimaksudkan untuk pemakaian luar. Biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk dalam jumlah besar denngan vaselin atau paravin cair atau dengan bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan Gliserol, musilago atau sabun. Digunakan sebagai antiseptik, atau pelindung.Sedangkan menurut farmakope Indonesia edisi ke-4 adalah sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang digunakan untuk pemakaian topical.Krim, menurut Farmakope Indonesia III adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.Sedangkan menurut Farmakope IV adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.Sedangkan menurut Formularium Nasional adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi kental mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. (Formularium Nasional, hal 312).Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yangbesar, terpenetrasi oleh suatu cairan. gel kadang kadang disebut jeli.(FI IV,hal 7)Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari zarah kecil senyawaan organik atau makromolekul senyawaorganik, masing-masing terbungkus dan saling terserap oleh cairan (Formularium Nasional, hal 315).

Tujuan :1. Mengetahui langkah-langkah cara pembuatan sediaan salep yang baik dan tepat2. Mengetahui sifat-sifat bahan obat 3. Mengetahui Fungsi obat4. Mengetahui permasalahan bahan obat dan cara penyelesainnya.DASAR TEORIPASTADefinisiPasta merupakan sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian luar/ topikal. Biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk dalam jumlah besar dengan vaselin atau parafin cair atau dengan bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan gliserol, mucilago atau sabun. Pasta ini serupa dengan salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk), suatu salep tebal, karena merupakan penutup atau pelindung bagian kulit yang diolesi. Digunakan sebagai antiseptik atau pelindung kulit.

Bahan Dasar Pasta Bahan dasar pasta yang sering dipakai adalah vaselin, lanolin, adeps lanae, ungt. Simplex, minyak lemak dan paraffin liquidum yang sudah atau belum bercampur dengan sabun. Kelompok pertama dibuat dari gel fase tunggal mengandung air misalnya pasta Na-karboksimetilselulosa (Na-CMC). Kelompok lain adalah pasta berlemak misalnya Zn-oksida, merupakan salep yang padat, kaku, tidak meleleh pada suhu tubuh, berfungsi sebagai lapisan pelindung pada bagian yang diolesi. Pasta gigi digunakan untuk pelekatan pda selaput lendir agar memperoleh efek lokal (misal, pasta gigi triamsinolon asetonida). Pasta hamamelidis saponata atau hazeline snow (C. M. N) sebetulnya bukan termasuk pasta tetapi krim.

Karakteristik PastaKarakteristik dari sediaan pasta yaitu meliputi:1. Daya absorbsi pasta lebih besar.2. Sering digunakan untuk mengabsorbsi sekresi cairan serosal pada tempat pemakaian.3. Tidak sesuai dengan bagian tubuh yang berbulu.4. Mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal.5. Konsistensi lebih kenyal dari unguentum.6. Tidak memberikan rasa berminyak seperti unguentum.7. Memiliki presentase bahan padat lebih besar daripada salep yaitu mengandung bahan serbuk (padat) antara 40%-50%.Formula standart pastaR/ Zat AktifBasisZat TambahanZat aktif yang sering digunakan misalnya Zinc Oxyd, Sulfur, dan zat aktif lainnya yang dapat dibuat sediaan semisolid. Penggunaan untuk antiseptik, perlindungan, penyejuk kulit, dan asorben, sehingga zat aktif yang sering digunakan adalah zat aktif yang memiliki aktifitas farmakologi seperti tsb. Sifat zat aktif yang perlu diperhatikan yaitu zat aktif harus mampu didipersikan secara homogen pada basis namun dapat lepas dari basis dan dapat menembus kulit untuk mencapai tujuan farmakologinya.

Basis Pasta1.Basis hidrokarbon, karakteristik:a. Tidak diabsorpsi oleh kulitb. Inertc. Tidak tercampur dengan aird. Menghambat kehilangan air pada kulit dengan membentuk lapisan tahan air & meningkatkan hidrasi sehingga meningkatkan absorbsi obat melalui kulit.2.Basis absorpsiKarakteristik: bersifat hidrofil dan dapat menyerap sejumlah air dan larutan air.3.Larut airContoh: PEG

Kelebihan dan Kekurangan PastaKelebihan pasta:Pasta mengikat cairan secret, pasta lebih baik dari unguentum untuk luka akut dengan tendensi mengeluarkan cairan.a. Bahan obat dalam pasta lebih melekat pada kulit sehingga meningkatkan daya kerja lokal.b. Konsentrasi lebih kental dari salep.c. Daya absorbsi sediaan pasta lebih besar dan kurang berlemak dibandingkan dengan sediaan salep.Kekurangan Pasta:d. Tidak sesuai untuk pemakaian pada bagian tubuh yang berbulu.e. Dapat mengeringkan kulit dan merusak lapisan kulit epidermis.f. Dapat menyebabkan iritasi kulit.

Evaluasi Sediaan PastaUntuk mengetahui kestabilan sediaan pasta, perlu dilakukan beberapa pengujian, yakni:1. Organoleptik, merupakan pengujian sediaan dengan menggunakan pancaindra untuk mendiskripsikan bentuk atau konsistensi (misalnya padat, serbuk, kental, cair), warna (misalnya kuning, coklat) dan bau (misalnya aromatik, tidak berbau). (Anonim, 2000).2. pH, prinsip uji derajat keasaman (pH) yakni berdasarkan pengukuran aktivitas ion hidrogen secara potensiometri/ elektrometri dengan menggunakan pH meter (Anonim, 2004). Caranya pengujian klik.3. Viskositas, viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir, makin tinggi viskositas, akan makin besar tahanannya (Martinet al., 1993). Caranya pengujian klik.4. Penghamburan/ daya sebar, uji penghamburan diartikan sebagai kemampuan untuk disebarkan pada kulit. Penentuannya dilakukan denganExtensometer. Caranya yakni salep dengan volume tertentu dibawa ke pusat antara dua lempeng gelas, lempeng sebelah atas dalam interval waktu tertentu dibebani oleh peletakan dari anak timbang. Permukaan penyebaran yang dihasilkan dengan menaiknya pembebanan menggambarkan suatu karakteristik untuk daya hambur (Voigt, 1994).5. Resitensi panas, uji ini untuk mempertimbangkan daya simpan suatu sediaan salep atau gel dalam daerah iklim dengan perubahan suhu (tropen) nyata dan terus menerus. Caranya yakni salap dalam wadah tertutup diulang dan ditempatkan dalam pertukaran kontinue suhu yang berbeda-beda (misalnya 20 jam pada 370C dan 4 jam pada 400C) dan ditentukan waktunya (Voigt, 1994).

KRIMDefinisi Krim1. Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. (FI III)2. Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. (FI IV hal. 6)3. Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. (Formularium Nasional)4. Krim adalah bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (mengandung air tidak kurang dari 60%). (Ilmu Resep hal. 74)

Penggolongan krimKrim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau disperse mikrokristal asamasam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk pemakain kosmetika dan estetika. Krim dapat juga digunakan untuk pemberian obat melalui vaginal. Ada 2 tipe krim yaitu krim tipe minyak dalam air (M/A) dan krim tipe air dalam minyak (A/M). Pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang dikehendaki. Untuk krim tipeA/Mdigunakan sabun polivalen, span, adeps lanae, kolsterol dan cera. Sedangkan untuk krim tipeM/Adigunakan sabun monovalen, seperti trietanolamin, natrium stearat, kalium stearat dan ammonium stearat. Selain itu juga dipakai tween, natrium lauryl sulfat, kuning telur, gelatinum, caseinum, cmc dan emulygidum.Kestabilan krim akan terganggu/rusak jika sistem campurannya terganggu, terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi yang disebabkan perubahan salah satu fase secara berlebihan atau zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain.Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencernya yang cocok dan dilakukan dengan teknik aseptic. Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam jangka waktu 1 bulan. Sebagai pengawet pada krim umumnya digunakan metil paraben (nipagin) dengan kadar 0,12% hingga 0,18% atau propil paraben (nipasol) dengan kadar 0,02% hingga 0,05%. Penyimpanan krim dilakukan dalam wadah tertutup baik atau tube ditempat sejuk, penandaan pada etiket harus juga terteraobat luar.

Komponen krim 1. Zat aktif2. Basis Krim3. Bahan Tambahan

Penggolongan Berdasarkan Pemakaian1. untuk kosmetik : Cold cream2. untuk pengobatan : krim neomisin

Kelebihan dan Kekurangan Krima. Adapun kelebihandarisediaankrimyaitu:1. Mudah menyebar rata.2. Praktis.3. Lebih mudah dibersihkan atau dicuci dengan air terutama tipeM/A(minyak dalam air).4. Cara kerja langsung pada jaringan setempat.5. Tidak lengket, terutama pada tipeM/A(minyak dalam air).6. Bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun, sehingga pengaruh absorpsi biasanya tidak diketahui pasien.7. Aman digunakan dewasa maupun anakanak.8. Memberikan rasa dingin, terutama pada tipeA/M(air dalam minyak).9. Bisa digunakan untuk mencegah lecet pada lipatan kulit terutama pada bayi, pada faseA/M(air dalam minyak) karena kadar lemaknya cukup tinggi.10. Bisa digunakan untuk kosmetik, misalnya mascara, krim mata, krim kuku, dan deodorant. Bisa meningkatkan rasa lembut dan lentur pada kulit, tetapi tidak menyebabkan kulit berminyak.

b. Adapunkekurangan darisediaan krimyaitu:1. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipeA/M(air dalam minyak)karena terganggu system campuran terutama disebabkan karena perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan atau pencampuran 2 tipekrim jika zat pengemulsinya tidak tersatukan.2. Susah dalam pembuatannya, karena pembuatankrimharusdalam keadaan panas.3. Mudah lengket, terutama tipeA/M(air dalam minyak).4. Mudahpecah, disebabkan dalam pembuatan formulanya tidak pas.5. Pembuatannya harus secara aseptik.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam formulasi krim1. Bahan pembantu sesedikit mungkin 2. Bahan aktif dalam bentuk aktifnya3. Pemilihan basis disesuaikan zat aktif4. Pembuatan krim membutuhkan pengawet karena mengandung air5. Karena krim berbentuk lemak, perlu ditambah antioksidan6. Penggunaan emulgator disesuaikan dengan jenis krim7. Pembuatan krim steril secara asseptis8. Sediaan untuk luka terbuka dan parah krim harus steril9. Jika krim dikemas dengan tube allumunium pengawet jangan golongan raksa organik karena bereaksi dengan tube membentuk kompleks raksa allumunium10. Tube yang mudah berkarat harus dilapisi etiket :a. Tertera obat luarb. Tertera obat kadaluarsac. Kondisi penyimpanand. Konsentrasi bahan aktif11. Wadah tertutup rapat sehingga mencegah penguapan dan kontaminasi isinya, tahan terhadap absorbsi dan difusi lainnyaBasis Krim1. Pemilihan basis krim tergantung sifat obat, OTT, absorbsi2. Persyatan :a. Non iritasib. Mudah dibersihkanc. Tidak tertinggal dikulitd. Stabile. Tidak tergantung PHf. Tersatukan dengan berbagai obat

Faktor Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pembuatan Basis1. Kualitas dan kuantitas bahan 2. Cara pencampuran, kecapatan, dan tipe pencampuran3. Suhu pembuatan4. Jenis emulgator5. Dengan konsentrasi kecil sudah dapapat membentuk emulsi stabil dengan tipe yang dikehendaki( a/m atau m/a)

Basis Krim1. Basis Tipe A/M (Lanolin, cold cream)a. Emolienb. Oklusifc. Mengandung aird. Beberapa mengapmengabsorbsi air yang ditambahkane. Berminyak2. Basis tipe M/A (hidrofilik ointment)a. Mudah dicuci dengan airb. Tidak berminyakc. Dapat diencerkan dengan aird. Tidak oklusif

Bahan Tambahan1. Pengawet1. Pendapar1. Pembasah1. Antioksidan1. Pengompleks1. Zat pengemulsi

Cara Pembuatan KrimCara pertama :1. Bahan-bahan larut lemak dan minyak dilelehkan dalam dalam wadah hingga suhu 75o C2. Air dipanaskan bersama komponen-komponen larut air dalam wadah lain dalam suhu 75o C3. Keduanya dicampur pada suhu sama (75o C ) dan dicampur sampai suhu mendekati 35o C4. Pengadukan dilakukan hingga krim halus terbentukCara kedua :1. Semua bahan, baik fase minyak maupun fase air dicampurkan untuk dilebur di atas penangas air sampai lebur, baru kemudian langsung digerus sampai terbentuk masa krim. Baik metode pertama atau kedua sama-sama menghasilkan sediaan krim yang stabil, bila proses penggerusan dilakukan dengan cepat dan kuat dalam mortar yang panas sampai terbentuk massa krim. Tetapi dengan metode kedua kita dapat menggunakan peralatan yang lebih sedikit daripada metode pertama.

Evaluasi Sediaan Krim1. Evaluasi FisikHomogenitas diantara dua lapis film, secara makroskopis: alirkan diatas kaca. Konsistensi tujuan: mudah dikeluarkan dari tube dan mudah di oleskan. Pengukuran konsistensi dengan pnetrometer. Konsistensi atau rheologi dipengaruhi suhu: sediaan non-newton dipengaruhi oleh waktu istirahat, oleh karena itu harus dilakukan pada keadaan yang identik. Bau dan warna untuk melihat terjadinya perubahan fase. pH berhubungan dengan stabilitas zat aktif, efektivitas pengawet dan keadaan kulit.2. Evaluasi KimiaKadar dan stabilitas zat aktif dan lain-lain.3. Evaluasi Biologia. Kontaminasi MikrobaSalep mata harus steril untuk salep luka bakar, luka terbuka dan penyakit kulit yang parah juga harus steril.b. Potensi Zat AktifPengukuran potensi beberapa zat antibiotik yang dipakai secara topikal.

GELDefinisi GelMenurut Farmakope Indonesia edisi IV,gelkadang-kadang disebut jeli, merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan.Menurut Formularium Nasional,gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari zarah kecil senyawa anorganik atau makromolekul senyawa organik, masing-masing terbungkus dan saling terserap oleh cairan.Menurut Ansel,gel didefinisikan sebagai suatu system setengah padat yang terdiri dari suatu disperse yang tersusun baik dari partikel anorganik yang terkecil atau molekul organic yang besar dan saling diresapi cairan.

Penggolongan GelMenurut Farmakope Indonesia Edisi IV penggolongan sediaan gel dibagi menjadi dua yaitu:1.Gel sistem dua faseDalam sistem dua fase, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar , massa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma misalnya magma bentonit. Baik gel maupun magma dapat berupa tiksotropik, membentuk semipadat jika dibiarkan dan menjadi cair pada pengocokan.Sediaan harus dikocok dahulu sebelum digunakan untuk menjamin homogenitas.2.Gel sistem fase tunggalGel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar sama dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik misalnya karboner atau dari gom alam misanya tragakan.

Pembuatan GEL1. Bahan aktif, gelling agent, dan bahan lainnya ditimbang2. Gelling agent dikembangkan dalam air3. Ditambahkan pada campuran zat aktif dan bahan tambahan diaduk dengan pelan, jangan sampai ada gelembung udara terjebak didalamnya.

Keuntungan dan Kekurangan Gel

Keuntungan dan kerugian menurut Lachman, 1994 :1. Keuntungan sediaan gela. Untuk hidrogel: efek pendinginan pada kulit saat digunakan, penampilan sediaan yang jernih dan elegan, pada pemakaian di kulit setelah kering meninggalkan film tembus pandang, elastis, mudah dicuci dengan air, pelepasan obatnya baik, kemampuan penyebarannya pada kulit baik.2. Kekurangan sediaan gela. Untuk hidrogel: harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap jernih pada berbagai perubahan temperatur, tetapi gel tersebut sangat mudah dicuci atau hilang ketika berkeringat, kandungan surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan iritasi dan harga lebih mahal.

Kegunaan GelKegunaan sediaan gel secara garis besar di bagi menjadi empat seperti:1. Gel merupakan suatu sistem yang dapat diterima untuk pemberian oral, dalam bentuk sediaan yang tepat, atau sebagai kulit kapsul yang dibuat dari gelatin dan untuk bentuk sediaan obat longacting yang diinjeksikan secara intramuskular.2. Gelling agent biasa digunakan sebagai bahan pengikat pada granulasi tablet, bahan pelindung koloid pada suspensi, bahan pengental pada sediaan cairan oral, dan basis suppositoria.3. Untuk kosmetik, gel telah digunakan dalam berbagai produk kosmetik, termasuk pada shampo, parfum, pasta gigi, kulit dan sediaan perawatan rambut.4. Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal (non streril) atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh atau mata (gel steril).

Komposisi GEL1. Zat Aktif2. Gelling Agent3. Bahan Tambahan

Hal-hal yang Perlu diperhatikan pada Pembuatan GEL1. Gelling agent yang dipilih harus bersifat inert, aman, tidak bereaksi dengan komponen lain dalam formulasi2. Penggunaan polisakarida memerlukan pengawet 3. Viskositas sediaan harus tepat, mudah digunakan4. Konsentrasi polimer sebagai gelling agent harus tepat 5. Inkomabilitas terjadi antara obat kationik pada kombinasi zat aktif, pengawet, dan sarfaktan bersifat anionik

Sifat dan Karakteristik Gel

Menurut Lachman, dkk. 1994 sediaan gel memiliki sifat sebagai berikut:1.Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan kosmetik ialah inert, aman dan tidak bereaksi dengan komponen lain.2.Pemilihan bahan pembentuk gel harus dapat memberikan bentuk padatan yang baik selama penyimpanan tapi dapat rusak segera ketika sediaan diberikan kekuatan atau daya yang disebabkan oleh pengocokan dalam botol, pemerasan tube, atau selama penggunaan topical.3.Karakteristik gel harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan sediaan yang diharapkan.4.Penggunaan bahan pembentuk gel yang konsentrasinya sangat tinggi atau BM besar dapat menghasilkan gel yang sulit untuk dikeluarkan atau digunakan.5.Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur, tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu tertentu. Contoh polimer seperti MC, HPMC dapat terlarut hanya pada air yang dingin yang akan membentuk larutan yang kental dan pada peningkatan suhu larutan tersebut akan membentuk gel.6.Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan disebut thermogelation.

Sediaangel umumnya memiliki karakteristik tertentu, yakni (disperse system, vol 2 hal 497):1.SwellingGel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat mengabsorbsi larutan sehingga terjadi pertambahan volume.Pelarut akan berpenetrasi diantara matriks gel dan terjadi interaksi antara pelarut dengan gel. Pengembangan gel kurang sempurna bila terjadi ikatan silang antar polimer di dalam matriks gel yang dapat menyebabkan kelarutan komponen gel berkurang.

2.SineresisSuatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi di dalam massa gel. Cairan yang terjerat akan keluar dan berada di atas permukaan gel. Pada waktu pembentukan gel terjadi tekanan yang elastis, sehingga terbentuk massa gel yang tegar. Mekanisme terjadinya kontraksiberhubungan dengan fase relaksasi akibat adanya tekanan elastis pada saat terbentuknya gel. Adanya perubahan pada ketegaran gel akan mengakibatkan jarak antar matriks berubah, sehingga memungkinkan cairan bergerak menuju permukaan. Sineresis dapat terjadi pada hidrogel maupun organogel.

3.Efek suhuEfek suhu mempengaruhi struktur gel. Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu tertentu. Polimer seperti MC, HPMC, terlarut hanya pada air yang dingin membentuk larutan yang kental.Pada peningkatan suhu larutan tersebut membentuk gel.Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan disebut thermogelation.

4.Efek elektrolitKonsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh pada gel hidrofilik dimana ion berkompetisi secara efektif dengan koloid terhadap pelarut yang ada dan koloid digaramkan(melarut). Gel yang tidak terlalu hidrofilik dengan konsentrasi elektrolit kecil akan meningkatkan rigiditas gel dan mengurangi waktu untuk menyusun diri sesudah pemberian tekanan geser. GelNa-alginat akan segera mengeras dengan adanya sejumlah konsentrasi ion kalsium yang disebabkan karena terjadinya pengendapan parsial dari alginat sebagai kalsium alginat yang tidak larut.

5.Elastisitas dan rigiditasSifat ini merupakan karakteristik dari gel gelatin agar dan nitroselulosa,selama transformasi dari bentuk sol menjadi gel terjadi peningkatan elastisitas dengan peningkatan konsentrasi pembentuk gel.Bentuk struktur gel resisten terhadap perubahan atau deformasi dan mempunyai aliran viskoelastik.Struktur gel dapat bermacam-macam tergantung dari komponen pembentuk gel.

6.RheologiLarutan pembentuk gel(gelling agent) dan dispersi padatan yang terflokulasi memberikan sifat aliran pseudoplastis yang khas, dan menunjukkan jalan aliran nonnewton yang dikarakterisasi oleh penurunan viskositas dan peningkatan laju aliran.

Komponen GelUntuk kompenen gel di bagi menjadi dua gilling agents dan bahan tambahan. Disetiap sedian gel harus memilik kedua komponen seperti yang ada di bawah ini:1. Gelling Agent.Sejumlah polimer digunakan dalam pembentukan struktur berbentuk jaringan yang merupakan bagian penting dari sistem gel. Termasuk dalam kelompok ini adalah gom alam, turunan selulosa, dan karbomer. Kebanyakan dari sistem tersebut berfungsi dalam media air, selain itu ada yang membentuk gel dalam cairan non-polar. Beberapa partikel padat koloidal dapat berperilaku sebagai pembentuk gel karena terjadinya flokulasi partikel.Konsentrasi yang tinggi dari beberapa surfaktan non-ionik dapat digunakan untuk menghasilkan gel yang jernih di dalam sistem yang mengandung sampai 15% minyak mineral.

2. Bahan tambahana. PengawetMeskipun beberapa basis gel resisten terhadap serangan mikroba, tetapi semua gel mengandung banyak air sehingga membutuhkan pengawet sebagai antimikroba.Dalam pemilihan pengawet harus memperhatikan inkompatibilitasnya dengan gelling agent.

b. Penambahanbahan higroskopisBertujuan untuk mencegah kehilangan air. Contohnya gliserol, propilenglikol dan sorbitol dengan konsentrasi 10-20 %.

c.Chelating agentBertujuan untuk mencegah basis dan zat yang sensitive terhadap logam berat. Contohnya EDTA.Monografi Bahan

a. Pasta

1. Asam Salisilat/ Acidhum Salicylicum (FI IV: 51)a. Pemerian: Hablur putih, biasanya berbentuk jarum halus atau serbuk hablur halus putih, rasa agak manis, tajam dan stabil di udara. Bentuk sintetis warna putih dan tidak berbau. Jika dibuat dari metal salisilat alami dapat berwarna kekuningan atau merah jambu dan berbau lemah mirip menthol.b. Kelarutan: Sukar larut dalam air dan dalam benzene, mudah larut dalam etanol dan dalam eter, larut dalam air mendidih, agak sukar larut dalam kloroform.c. Khasiat: Antifungi.

2. Zinc Oxyd/ Zink Oksida (FI IV: 835)a. Pemerian: Serbuk amorf, sangat halus, putih atau putih kekuningan tidak berbau, lambat laun menyerap karbondioksida dari udara.b. Kelarutan: Tidak larut dalam air dan dalam etanol, larut dalam asam encer.c. Khasiat: Antiseptik local/ antibiotik.3. Amy Tritici, Pati Gandum (FI IV 109)a. Pemerian : Serbuk sangat halus, putih.b. Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanolc. Khasiat: Zat tambahan, penyekat.

4. Vaselinum Flava, Vaselin Kuning (FI III hal. 633)a. Pemerian: Masa lunak, lengket, bening, kuning muda sampai kuning, sifat ini tetap setelah zat dilebur dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk. Tidak berbau hampir tidak berasa.b. Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol, larut dalam kloroform, dalam eter, dan dalam eter minyak tanah.c. Khasiat: Zat tambahan, basisb. Krim1. Cold Creama. Cerae Flava/ Malam Kuning (FI IV hal. 186)1. Pemerian : Padatan berwarna kuning sampai coklat keabuan, berbau enak seperti madu. Agak rapuh bila dingin, bila patah membentuk granul.2. Kelarutan : Tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dingin. Larut sempurna dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam minyak atsiri.3. Khasiat : Zat tambahan, untuk melembutkan kulit

b. Cetacei/ Cetaceum (FI III hal. 141)1. Pemerian: Massa hablur, bening, licin, putih mutiara, bau dan rasa lemah.2. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P dingin, larut dalam 20 bagian etanol (95%) P mendidih, dalam kloroform P, dalam eter P, dalam karbondisulfida P, dalam minyak lemak dan minyak atsiri.3. Khasiat : Zat tambahan yang membentuk lapisan emulien kulit.

c. Adeps Lanae/ Lemak Bulu Domba/ Lanolin (FI IV hal. 57)1. Pemerian : Massa seperti lemak, lengket, warna kuning, bau khas.2. Kelarutan : Tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan air kurang lebih 2x beratnya, agak sukar larut dalam etanol dingin, lebih larut dalam etanol panas, mudah larut dalam eter dan kloroform.3. Khasiat : Basis krim.

d. Oleum Sesami/ Minyak Wijen (FI III hal. 459)1. Pemerian : Cairan, kuning pucat, bau lemah, rasa tawar, tidak membeku pada suhu 60o.2. Kelarutan : Sukar larut dalam etanol (95%) P, mudah larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam eter minyak tanah P.3. Khasiat : Humektan.

2. Cleansing Creama. Acid Stearin (FI III hal. 57)1. Pemerian : Zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur, putih atau kuning pucat, mirip lemak lilin.2. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol (95%)P, dalam 2 bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter P.3. Khasiat : Zat tambahan, untuk melembutkan kulit dengan konsentrasi 1-20%.

b. Triaethanolamin (FI IV hal.1203)1. Pemerian : Cairan tidak berwarna, berbau kuat amoniak.2. Kelarutan : Sukar larut dalam air, dapat bercampur dengan etanol, dengan eter dan dengan air dingin.3. Khasiat : Surfaktan, emulgator. Kadar 2-4%.

c. Adeps Lanae (FI IV hal. 57-58)1. Pemerian : Massa seperti lemak, lengket, warna kuning, bau khas.2. Kelarutan : Tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan air kurang lebih 2x beratnya, agak sukar larut dalam etanol dingin, lebih larut dalam etanol panas, mudah larut dalam eter dan kloroform.3. Khasiat : Basis krim.

d. Paraffin Liquidum (FI III hal. 474)1. Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak berwarna, hampir tidak berbau, hampir tidak mempunyai rasa.2. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, larut dalam kloroform P dan dalam eter P.3. Khasiat : Penggunaan laksativum.

e. Nipagin/ Methylis Parabenum (FI IV hal. 551)1. Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar.2. Kelarutan : Sukar larut dalam air, dalam benzena dan dalam karbon tetraklorida, mudah larut dalam etanol dan dalam eter.3. Khasiat : Preservatif atau pengawet. Kadar 0,12-0,18%

c. GEL

1. Gelatin (FI.Edisi III Hal.265)a. Pemerian :Lembaran, kepingan, serbuk atau butiran, tidak berwarna atau kekuningan pucat, bau dan rasa lemah.b. Kelarutan : Jika direndam dalam air mengembang dan menjadi lunak, berangsur-rangsur menyerap air 5 sampai 10 kali bobotnya. Larut dalam air panas dan jika didinginkan terbentuk gudir, praktis tidak larut dalam etanol (95%) P, dalam kloroform P dan dalam eter P, larut dalam campuran gliserol P dan air, jika dipanaskan lebih mudah larut, larut dalam asetat. c. Khasiat : Zat tambahan.

2. Aqua (FI. Edisi III Hal.96)a. Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, manis diikuti rasa hangat higroskopik, jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah, dapat memadat membentuk massa hablur tidak berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai kurang lebih 20o.b. Kelarutan: Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, tidak larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak menguap.c. Zat tambahan, antimikroba, kelembaban.

3. Gliserin (FI III: 271)a. Pemerian: Cairan seperti sirop, jernih tidak berwarna tidak berbau, manis diikuti rasa hangat higroskopik. Jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat membentuk massa hablur tidak berwarna tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 200.b. Kelarutan: Dapat campur dengan air, etanol (95%), praktis tidak larut dalam kloroform p, ter p, dan dalam minyakc. Khasiat: Zat tambahan, antimikroba, kelembapan.

5. Zinci Oxyd (FI III: 636)a. Pemerian: Serbuk amorf, sangat halus, putih atau putih kekuningan tidak berbau, lambat laun menyerap karbondioksida dari udara.b. Kelarutan: Tidak larut dalam air dan dalam etanol, larut dalam asam encer.c. Khasiat: Antiseptik local/ antibiotik.

METODOLOGI KERJA

Formula 1 (pasta)DOKTER UTAMA HUSADAAlamat praktek : jalan sumatra 59Jam periksa : Sip no 1994IDI No 14/1974

.....................R/ Acid Salicyl 0,2 Zincy Oxyd 2,5 Amyl Tritici 2,5 Vas. Flavum 3 m.f pasta s.u.e

Pro:

Perhitungan bahan1. Acid Salicyl 0,2g = 200mg2. Zincy Oxyd 2,5g = 2.500mg3. Amyl Tritici 2,5g = 2.500mg4. Vas. Flavum 3g = 3000mg

Tahap peracikan 1. Menyetarakan timbangan2. Menimbang Acid Salicyl 200mg masukkan mortir3. Tambah spiritus fortior gerus ad homogen4. Menimbang Amyl Tritici 2.500mg sisihkan5. Menimbang Vas. Flavum 3g sisihkan6. Ayak Zincy Oxyd kemudian timbang 2500mg sisihkan7. Membuat mortir panas di mortir yang lain8. Masukkan Amyl Tritici, Vas. Flavum, dan Zincy Oxyd kedalam mortir panas, gerus ad homogen9. Campur no. 8 dan no. 3 didalam mortir panas, gerus ad homogen10. Keluarkan dari mortir, taruh atau masukkan kedalam pot salep, beri etiket biru, tandai untuk pemakaian luar.

Formula 2 (krim)DOKTER UTAMA HUSADAAlamat praktek : jalan sumatra 59Jam periksa : Sip no 1994IDI No 14/1974

.....................

R/ Cold Cream 20 g m.f Cream SUE

Pro:

Formula Standar (FMS hal. 110)Unguentum Leniens Rosatum (Cold Cream)R/ Cerae Flava 2, 500 Cetacei 5 Adeps Lanae 5 Oleum Sesami 25 Aq. Rosarum 12, 500 m.f unguentum SUE

Perhitungan bahan1. Cerae Flava2,5/50 x 20g = 1g 2. Cetacei5/50 x 20g = 2g3. Adeps Lanae5/50 x 20g = 2g4. Oleum Sesami25/50 x 20g = 10g 5. Aq. Rosarum12,5/50 x 20g = 5g

Tahap peracikan 1. Menyetarakan timbangan2. Menara cawan3. Menimbang 10g sisihkan4. Menimbang Cerae Flava 1g masukkan cawan5. Menimbang Cetacei 2g, masukkan cawan6. Menimbang Adeps Lanae2g masukkan cawan7. Oleum Sesami + Cerae Flava + Cetacei + Adeps Lanaedilebur diatas waterbath sambil diaduk sampai meleleh, kemudian masukkan mortir, saring dengan menggunakan kain kasa8. Menara Beaker Glass9. Menimbang Aq. Rosarum 5g10. Tambahkan Aq. Rosarum sedikit demi sedikit sambil terus digerus di mortir11. Keluarkan dari mortir, masukkan pot salep, beri etiket biru, tandai untuk pemakaian luarFormula 3 (krim)DOKTER UTAMA HUSADAAlamat praktek : jalan sumatra 59Jam periksa : Sip no 1994IDI No 14/1974

.....................R/ Cleansing Cream 10 g m.f cream SUE

pro :

Formula Standart (FMS hal. 111)R/ Acid Stearin 145 Triaethanolamin 15 Adeps Lanae 30 Paraffin. Liquid 250 Aquadest 550 Nipagin q.s m.f cream SUE

Perhitungan bahan1. Acid Stearin145/990 x 40g = 5,8 g2. Triaethanolamin15/990 x 40g = 0,6g = 600mg3. Adeps Lanae30/990 x 40g = 1,2g4. Paraffin. Liquid250/990 x 40g = 10,1g5. Aquadest550/990 x 40g = 22,2g6. Nipagin0,15% x 40g = 0,06g= 60mg

Tahap peracikan 1. Menyetarakan timbangan1. Merebus air1. Sambil menunggu air mendidih menara cawan1. Menimbang TEA 600mg1. Menimbang Acid Stearin 5,8g1. Masukkan cawan1. Menimbang adeps lanae 1,2g masukkan cawan, sisihkan1. Menara Beaker Glass1. Menimbang Paraffin. Liquid 10,1 di BG, masukkan cawan1. TEA + Acid + Adeps + parrafin dilebur di Water Bath, aduk ad larut dan homogen, setelah itu angkat. Sisihkan 1. Menimbang Aquadest yang telah mendidih di BG lalu masukkan mortir1. Menimbang Nipagin 60mg masukkan moertir, gerus ad homogen1. Masukkan hasil leburan TEA + Acid + Adeps + parrafin kedalam mortir, aduk ad homogen1. Masukkan pot salep dan beri etiket biru

Formula 4 (GEL)DOKTER UTAMA HUSADAAlamat praktek : jalan sumatra 59Jam periksa : Sip no 1994IDI No 14/1974

.....................R/ Gelatin 20 Aqua 40 Gliserin25 Zinci Oxyd15 m.f Gel s.u.e-da 25-Pro:

Perhitungan bahan1. Gelatin 20/100 x 25g = 5g2. Aqua 40/100 x 25g = 10g3. Gliserin25/100 x 25g = 6,25g = 6.250mg4. Zinci Oxyd15/100 x 25g = 3,75g = 3.750mg

Tahap peracikan 1. Menyetarakan timbangan2. Menimbang Gelatin 5g, sisihkan3. Ambil Aqua 10ml menggunakan Beaker Glass4. Masukkan cawan, dan dilebur diatas waterbath ad leleh5. Angkat dari waterbath6. Timbang Gliserin 6250mg, masukkan cawan aduk ad homogen7. Ayak Zinci Oxyd menggunakan ayakan, timbang sebanyak 3.750mg, masukkan mortir, gerus ad halus8. Sediaan hasil leburan dimasukkan mortir sedikit demi sedikit, sambil diaduk homogen.9. Siapkan pot salep, masukkan sediaan dalam pot.10. Beri etiket biru, tandai untuk pemakaian luar.

PEMBAHASAN

a. Pasta Formula 1 dibuat sediaan pasta. Pada pembuatan Pasta ini pertama menimbang semua bahan. Acidhum Salicylicum yang sudah ditimbang dimasukkan ke mortir terlebih dahulu dan ditetesi dengan spiritus fortior. Ditetesi dengan spiritus fortior karena bahan ini berbentuk jarum halus. Acidhum Salicylicum Hablur putih, biasanya berbentuk jarum halus atau serbuk hablur halus putih, rasa agak manis, tajam dan stabil di udara, Sukar larut dalam air dan dalam benzene, mudah larut dalam etanol dan dalam eter, larut dalam air mendidih, agak sukar larut dalam kloroform. (FI IV: 51). Karena berbentuk jarum halus itulah kenapa Acidhum Salicylicum harus di larutkan dengan fortior sebelum di campur dengan bahan lain.Langkah selanjutnya adalah memasukkan Amyl Tritici, Vaselin Flavum, dan Zinci Oxyd kedalam mortir panas, gerus ad homogen. Zinci Oxyd dimasukkan paling terakhir, dan sebelum ditimbang Zinci Oxyd harus diayak terlebih dahulu dengan menggunakan ayakan no. 100, hal ini dikarenkan sifatnya Serbuk amorf, sangat halus, putih atau putih kekuningan tidak berbau, dan lambat laun akan menyerap karbondioksida dari udara (FI IV: 835). Karena menyerap karbondioksida dari udara menyebabkan bahan ini mudah menggumpal, yang menyebabkan tidak cukup larut dalam basis. Untuk itu kenapa dilakukan pengayakan terlebih dahulu sebelum di tambahkan, karena sifat dari bahan tersebut yang menyerap CO2.Setelah homogen baru ditambahkan Acidhum Salicylicum yang telah dilarutkan dengan spritus fortior tadi, aduk ad homogen, dan kemudian di masukkan kedalam pot salep. Sediaan pasta yang dibuat ini memenuhi persyaratan, karena pada saat pembuatan tidak terjadi kesalahan dan dilakukan sesuai dengan cara pembuatan serta langkah-langkah yang baik dan benar.

b. Krim Formula 2 dan 3 dibuat sediaan Krim. Pada pembuatan Cleansing cream, yang pertama dilakukan adalah menimbang bahan. Untuk TEA, Acid Stearin, Adeps Lanae, dan Parrafin dimasukkan ke dalam cawan dan dilebur di atas waterbath. Ke-4 bahan ini harus dilebur menjadi satu karena bahan-bahan ini memiliki konsentrasi yang berbeda. a. TEA Cairan tidak berwarna, berbau kuat amoniak (FI IV hal.1203)b. Acid Stearin Zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur, putih atau kuning pucat, mirip lemak lilin. (FI III hal. 57)c. Adeps Lanae Massa seperti lemak, lengket, warna kuning, bau khas. (FI IV hal. 57-58)d. Parrafin Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak berwarna, hampir tidak berbau, hampir tidak mempunyai rasa. (FI III hal. 474)Karena perbedaan konsentrasi itulah bahan-bahan di atas harus dilebur menjadi satu, agar bahan diatas bisa homogen. Setelah bahan diatas homogen, kemudian diangkat. Aquadest yang mendidih dan telah diukur di Beaker Glass dimasukkan mortir bersama Nipagin, setelah itu hasil leburannya tadi di masukkan kedalam mortir, aduk ad homogen, dan masukkan pot salep. Sediaan krim yang dibuat ini memenuhi persyaratan, karena pada saat pembuatan tidak terjadi kesalahan dan dilakukan sesuai dengan cara pembuatan serta langkah-langkah yang baik dan benar.Krim yang kedua adalah Cold Cream, semua bahan ditimbang terlebih dahulu. Kemudian Cerae Flava, Cetacei,Adeps Lanae, Oleum Sesami dilebur diatas waterbath. Bahan-bahan tersebut perlu dilebur terlebih dahulu karena memiliki konsentrasi yang berbeda. a. Cerae Flava Padatan berwarna kuning sampai coklat keabuan, berbau enak seperti madu. Agak rapuh bila dingin, bila patah membentuk granul. (FI IV hal. 186).b. Cetacei Massa hablur, bening, licin, putih mutiara, bau dan rasa lemah. (FI III hal. 141).c. Adeps Lanae Massa seperti lemak, lengket, warna kuning, bau khas. (FI IV hal. 57-58).d. Oleum Sesami Cairan, kuning pucat, bau lemah, rasa tawar, tidak membeku pada suhu 60o. (FI III hal. 459).Karena perbedaan konsentrasi itulah bahan-bahan di atas harus dilebur menjadi satu, agar bahan diatas bisa homogen. Setelah bahan diatas homogen, kemudian diangkat dari water bath dan dimasukkan mortir. Langkah selanjutnya adalah menambahkan Aq. Rosae sedikit-sedikit sambil terus digerus di mortir, dan setelah terbentuk massa krim, krim dimasukkan ke dalam pot salep.

c. GEL Formula no 4, dibuat sediaan GEL. Pada pembuatan GEL ini, pertama yang dilakukan adalah menimbang bahan, air yang sudah diukur di beaker glass kemudian dimasukkan ke dalam cawan bersama Gelatin, kemudian lebur diatas waterbath sampai leleh. Gelatin perlu dilebur di atasa waterbath karena sifat Gelatin Berbentuk lembaran, kepingan, serbuk/butir tidak larut dalam air dingin, mengembang, dan lunak bila dicelup dalam air, larut dalam air panas dan dalam campuran panas Gliserin dan air (FI IV : 636), hal inilah yang menyebabkan Gelatin harus dilebur diatas waterbath.Setelah gelatin leleh, angkat dari waterbath dan dimasukkan Gliserin kedalam cawan , aduk ad homogen. Kemudian ayak dan timbang Zinci Oxyd, masukkan mortir gerus ad homogen. Zinci Oxyd harus diayak terlebih dahulu dengan menggunakan ayakan no. 100. Bahan ini harus diayak terlebih dahulu karena memiliki sifat tidak cukup larut dalam basis, dan mudah menggumpal ketika terkena udara. Sifat Zinc Oxyd Serbuk amorf, sangat halus, putih atau putih kekuningan tidak berbau, dan lambat laun akan menyerap karbondioksida dari udara (FI IV: 835). Oleh karena itu bahan ini harus di ayak terlebih dahulu karena sifatnya yang mudah menggumpal.Setelah Zinci Oxyd digerus masukkan sediaan hasil leburan kedalam mortir sedikit demi sedikit, sambil terus diaduk sampai membentuk massa GEL. Massa gel yang terbentuk dimasukkan kedalam wadah.Sediaan yang dibuat tidak memenuhi persyaratan, karena pada saat pembuatan terjadi kesalahan atau kekeliruan, hasil yang didapat pada praktikum ini GEL berbentuk cair.

KESIMPULAN

Dari praktikum dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :1. Acidhum Salicylicum berbentuk jarum halus, Sukar larut dalam air dan benzene, serta mudah larut dalam etanol dan dalam eter. Untuk itu bahan ini harus dilarutkan menggunakan spitus fortior/alkohol 96% terlebih dahulu.2. Zinc Oxyd berbentuk Serbuk amorf, sangat halus, putih atau putih kekuningan tidak berbau, dan lambat laun akan menyerap karbondioksida dari udara. Bahan ini tidak cukup larut dalam dasar salep dan mudah menggumpal ketika terkena udara. Oleh karena itu bahan ini harus diayak terlebih dahulu dengan menggunakan ayakan no. 100.3. Bahan yang memiliki konsentrasi berbeda itu harus dilebur terlebih dahulu diatas waterbath sampai meleleh, baru kemudian di campur dengan bahan yang lain.4. Gelatin berbentuk lembaran, kepingan, serbuk/butir tidak larut dalam air dingin, mengembang, dan lunak bila dicelup dalam air, larut dalam air panas dan dalam campuran panas Gliserin dan air. Untuk itu dalam penggunaannya harus ditaburkan diatas air terlebih dahulu dan di tunggu selama 15 menit sampai mengembang.

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 2000. Ilmu Meracik Obat ; Teori dan Praktik. UGM Press. YogyakartaAnonim. 1978. Formularium Nasional Edisi II. Departemen Keesehatan Republik IndonesiaAnonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Keesehatan Republik IndonesiaAnonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi VI. Departemen Keesehatan Republik Indonesiahttp://alyridwan.blogspot.com/2014/01/tekhnologi-farmasi-sediaan-pasta.htmlhttp://apotecherry.blogspot.com/2011/05/sediaan-gel_3072.htmlhttp://gi-healthy.blogspot.com/2013/05/sediaan-krim.htmlhttp://nanikartinah.wordpress.com/2012/02/29/sediaan-krim/http://team5pharmacyb.blogspot.com/2013_05_01_archive.html