3. Saripuddin M - Page 5

1
ILTEK,Volume 8, Nomor 15, April 2013 1067 Dari struktur mikro gambar 4.3 dengan menggunakan metode mengukur diameter butiran maka diketahui : Panjang garis (L) = 80 mm Jumlah garis (p) = 6 buah Jumlah butiran yang terpotong oleh garis (Z) = 19 butiran Pembesaran gambar = 150 X Sehingga diperoleh : ) ( V . 10 . . 3 m Z p L Dm ) ( 150 . 19 10 . 6 . 80 3 m Dm ) ( 2850 480000 m Dm ) ( 4211 , 168 m Dm Selain pemanasan dan pendinginan besar butir struktur mikro dipengaruhi oleh masukan panas, yang berarti dipengaruhi juga oleh arus las. Pengaruh arus las terhadap ukuran butir struktur mikro di HAZ di perlihatkan pada gambar 3.3, artinya makin tinggi arus las yang digunakan pada saat pengelasan, maka butiran struktur mikro makin kasar. Dengan butiran yang kasar maka kekuatan dan ketangguhan HAZ menjadi rendah, sedangkan pada gambar 3.1 terlihat bahwa dengan arus pengelasan yang rendah maka masukan panas tidak terlalu besar, nampak dari besar butiran yang terjadi, dengan demikian daerah pengaruh lah HAZ juga tidak terlalu luas, sehingga ketangguhan logam cukup baik. Setiap logam terjadi didalamnya pertumbuhan atom yang teratur dan dari pertumbuhan atom membentuk kristal yang kemudian membentuklah dedenrit. Apabila pertumbuhan dedenrit ini saling bersentuhan satu dengan yang lain maka terbentuklah butiran logam dan batas butiran. Dari dua macam hal yaitu butiran dan batas butiran akan berpengaruh terhadap; kekerasan, kekuatan, harga impact (kegetasan), sifat magnetis, mampu permesinan, mampu deep drawing, ketahanan, kekerasan, dan mampu lelah. Apabila pemberian panas terhadap logam melewati suhu rekristalisasi logam, maka kristal-kristal baru akan tumbuh membesar dengan melenyapkan kristal lama (cannibal fashion). Dengan meningkat terus suhu pemanasan, kristal-kristal baru tumbuh terus membesar sehingga akan didapatkan butiran kristal yang besar-besar. Hal tersebut tidak dikehendaki dalam proses ini, karena dengan butiran besar (kasar) keuletan logam menjadi rendah dibandingkan apa bila logam tersebut mempunyai butiran halus. Dengan demikian dari hasil pengujian struktur mikro ini menunjukkan bahwa hasil pengelasan besi tuang kelabu dengan preheat pada arus pengelasan 65 A mempunyai butiran logam lebih halus dibandingkan hasil pengelasan baja ST 42 dengan arus 75 A dan 85 A. PENUTUP 4.1 Kesimpulan 1. Material logam induk adalah baja ST 42 dengan sifat sifat mekanis sebagai berikut Kekuatan tarik: 43,802 Kg/mm 2, Regangan patah: 4,833 % , Reduksi penempang patah: 6,45 %, Kekerasan Rockwall: 132,424 Karakter patahan : Patah getas 2. Kekerasan yang terjadi akibat pengaruh pengelasan terdistribusi sesuai dengan jarak dari titik pusat las. Semakin jauh dari titik pusat las semakin kecil pengaruhnya, ini terjadi karena pengaruh panas pada daerah ini juga semakin kecil, semakin besar arus yang dipakai saat pengelasan, maka semakin kasar bentuk butiran logam 4.2 Saran-saran 1. Disarankan agar dilakukan penelitian yang sama pada variasi arus yang lain. 2. Untuk kajian lebih lanjut perlu dilakukan analisis hubungan antara hasil pengelasan baja dengan variasi temperatur pemanasan awal (preheated), variasi elektroda, variasi pendinginan, variasi ketebalan benda kerja dan variasi kecepatan pengelasan. DAFTAR PUSTAKA B.H. Amstead, Plilip F. Oswald. 1985. Teknologi Mekanik, Jakarta: Erlangga. G. L. J. Van Vliet W. Both. 1984. Bahan-bahan 1, Jakarta: Erlangga. Harsono. Wiryosumarto, 1994. Teknologi Pengelasan Logam, Jakarta: PT. Pradnya Paramita Husaini Usman. 1995. Pengantar Statika. Jakarta: Bumi Aksara. Hery Sonawan dan Rochim Suratman. 2003. Pengantar Untuk Memahami Proses Pengelasan Logam, Bandung: Penerbit Alfabeta. Kenyon,W dan Ginting, 1985. Dasar-Dasar Pengelasan, Jakarta: Erlangga. L.H. Van Vlak.1992 Ilmu Dan Teknologi Bahan, Jakarta: Erlangga Nesar, Nebuka A.P.L, dkk. 2005 Pengaruh Parameter Proses pada pengelasan baja karbon lunak TIPE St -37 dengan menggunakan elektroda E3016 berdiameter 2,6 mm dan 3,2 mm, (Tugas Akhir), Makassar. R.E. Smallman.1991. Metalurrgi Fisik Modern, Jakarta: PT. Gramedia. Sriwidharto.1992. Petunjuk Kerja Las, Jakarta: PT. Pradnya Paramita. Suwasti,Sri, 2003. Distribusi kekerasan pada pengelasan baja tahan karat AISI 304, (Karya Ilmiah), Makassar. Demo (Visit http://www.apexsofts.com)

description

jur

Transcript of 3. Saripuddin M - Page 5

Page 1: 3. Saripuddin M - Page 5

ILTEK,Volume 8, Nomor 15, April 2013

1067

Dari struktur mikro gambar 4.3 dengan

menggunakan metode mengukur diameter butiran

maka diketahui :

Panjang garis (L) = 80 mm

Jumlah garis (p) = 6 buah

Jumlah butiran yang terpotong oleh garis (Z)

= 19 butiran

Pembesaran gambar = 150 X

Sehingga diperoleh :

)(V.

10.. 3

mZ

pLDm

)(150.19

10.6.80 3

mDm

)(2850

480000mDm

)(4211,168 mDm

Selain pemanasan dan pendinginan besar butir

struktur mikro dipengaruhi oleh masukan panas, yang

berarti dipengaruhi juga oleh arus las. Pengaruh arus

las terhadap ukuran butir struktur mikro di HAZ di

perlihatkan pada gambar 3.3, artinya makin tinggi arus

las yang digunakan pada saat pengelasan, maka butiran

struktur mikro makin kasar. Dengan butiran yang kasar

maka kekuatan dan ketangguhan HAZ menjadi rendah,

sedangkan pada gambar 3.1 terlihat bahwa dengan

arus pengelasan yang rendah maka masukan panas

tidak terlalu besar, nampak dari besar butiran yang

terjadi, dengan demikian daerah pengaruh lah HAZ

juga tidak terlalu luas, sehingga ketangguhan logam

cukup baik.

Setiap logam terjadi didalamnya pertumbuhan

atom yang teratur dan dari pertumbuhan atom

membentuk kristal yang kemudian membentuklah

dedenrit. Apabila pertumbuhan dedenrit ini saling

bersentuhan satu dengan yang lain maka terbentuklah

butiran logam dan batas butiran. Dari dua macam hal

yaitu butiran dan batas butiran akan berpengaruh

terhadap; kekerasan, kekuatan, harga impact

(kegetasan), sifat magnetis, mampu permesinan,

mampu deep drawing, ketahanan, kekerasan, dan

mampu lelah. Apabila pemberian panas terhadap

logam melewati suhu rekristalisasi logam, maka

kristal-kristal baru akan tumbuh membesar dengan

melenyapkan kristal lama (cannibal fashion). Dengan

meningkat terus suhu pemanasan, kristal-kristal baru

tumbuh terus membesar sehingga akan didapatkan

butiran kristal yang besar-besar. Hal tersebut tidak

dikehendaki dalam proses ini, karena dengan butiran

besar (kasar) keuletan logam menjadi rendah

dibandingkan apa bila logam tersebut mempunyai

butiran halus. Dengan demikian dari hasil pengujian

struktur mikro ini menunjukkan bahwa hasil

pengelasan besi tuang kelabu dengan preheat pada arus

pengelasan 65 A mempunyai butiran logam lebih halus

dibandingkan hasil pengelasan baja ST 42 dengan arus

75 A dan 85 A.

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Material logam induk adalah baja ST 42 dengan

sifat sifat mekanis sebagai berikut Kekuatan tarik:

43,802 Kg/mm2,

Regangan patah: 4,833 % ,

Reduksi penempang patah: 6,45 %, Kekerasan

Rockwall: 132,424 Karakter patahan : Patah getas

2. Kekerasan yang terjadi akibat pengaruh

pengelasan terdistribusi sesuai dengan jarak dari

titik pusat las. Semakin jauh dari titik pusat las

semakin kecil pengaruhnya, ini terjadi karena

pengaruh panas pada daerah ini juga semakin

kecil, semakin besar arus yang dipakai saat

pengelasan, maka semakin kasar bentuk butiran

logam

4.2 Saran-saran

1. Disarankan agar dilakukan penelitian yang sama

pada variasi arus yang lain.

2. Untuk kajian lebih lanjut perlu dilakukan analisis

hubungan antara hasil pengelasan baja dengan

variasi temperatur pemanasan awal (preheated),

variasi elektroda, variasi pendinginan, variasi

ketebalan benda kerja dan variasi kecepatan

pengelasan.

DAFTAR PUSTAKA

B.H. Amstead, Plilip F. Oswald. 1985. Teknologi

Mekanik, Jakarta: Erlangga.

G. L. J. Van Vliet W. Both. 1984. Bahan-bahan 1,

Jakarta: Erlangga.

Harsono. Wiryosumarto, 1994. Teknologi Pengelasan

Logam, Jakarta: PT. Pradnya Paramita

Husaini Usman. 1995. Pengantar Statika. Jakarta:

Bumi Aksara.

Hery Sonawan dan Rochim Suratman. 2003. Pengantar

Untuk Memahami Proses Pengelasan Logam,

Bandung: Penerbit Alfabeta.

Kenyon,W dan Ginting, 1985. Dasar-Dasar

Pengelasan, Jakarta: Erlangga.

L.H. Van Vlak.1992 Ilmu Dan Teknologi Bahan,

Jakarta: Erlangga

Nesar, Nebuka A.P.L, dkk. 2005 Pengaruh Parameter

Proses pada pengelasan baja karbon lunak TIPE St

-37 dengan menggunakan elektroda E3016

berdiameter 2,6 mm dan 3,2 mm, (Tugas Akhir),

Makassar.

R.E. Smallman.1991. Metalurrgi Fisik Modern,

Jakarta: PT. Gramedia.

Sriwidharto.1992. Petunjuk Kerja Las, Jakarta: PT.

Pradnya Paramita.

Suwasti,Sri, 2003. Distribusi kekerasan pada

pengelasan baja tahan karat AISI 304, (Karya

Ilmiah), Makassar.

Demo (

Visit h

ttp://

www.apex

softs

.com)