3. PERENCANAAN PEMBELAJARAN

23
PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF

Transcript of 3. PERENCANAAN PEMBELAJARAN

PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF

PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF 1

Sekolah penyelenggara pendidikan inklusif (SPPI) menerapkan kurikulum

yang berlaku secara nasional (Kurikulum 2013) yang diadaptasi sesuai dengan

kebutuhan PDBK. Adaptasi kurikulum meliputi adaptasi tujuan, isi/materi, proses,

dan/atau penilaian sesuai dengan ketentuan yang berlaku oleh pemerintah.

Adaptasi kurikulum dilakukan oleh SPPPI dengan mengacu kepada kebutuhan

PDBK yang diperoleh berdasarkan hasil asesmen.

Merencanakan sebuah pembelajaran yang efektif bagi PDBK merupakan

sebuah tuntutan yang harus dilakukan oleh seorang guru. Dalam menyusun

perecanaan tersebut tentunya tidak hanya dapat dilakukan secara langsung tanpa

persiapan dan informasi yang jelas tentang kondisi dan kesiapan peserta didik. Oleh

sebab itu guru akan membutuhkan sejumlah informasi yang lengkap dari peserta

didik yang mengalami gangguan fisik, mental, intelektual, emosi dan perilaku

tersebut dengan melakukan asesmen. Diharapkan informasi hasil asesmen dapat

dijadikan sebagai dasar dalam memberikan layanan yang berorientasi pada

kebutuhan dan karakteristik peserta didik.

Peserta didik di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif kemampuannya

beragam. Hal tersebut menuntut adanya pengembangan kurikulum adaptif bagi

PDBK yang mengikuti pendidikan di SPPI.

1. Pengertian Kurikulum AdaptifKurikulum adaptif adalah kurikulum yang dikembangkan agar dapat

mengakomodasi peserta didik dengan berbagai latar belakang dan

kemampuan, dengan tujuan agar kurikulum lebih peka mempertimbangkan

keragaman peserta didik dan pembelajarannya relevan dengan kemampuan

dan kebutuhannya. SPPI harus mampu mengembangkan kurikulum sesuai

dengan tingkat, perkembangan, dan karakteristik peserta didik agar lulusan

memiliki kompetensi untuk bekal hidup (life skill). Kurikulum adaptif yaitu

seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, bahan, dan isi serta

cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu yang bersifat

inklusif yakni mengakomodasi PDBK dengan berbagai latar belakang dan

A Pengantar Kurikulum Adaptif

Daftar Isi

A Pengantar Kurikulum Adaptif

Pengertian Kurikulum Adaptif 1

Prinsip Pengembangan Kurikulum Adaptif2

Model Pengembangan Kurikulum Adaptif 3

B Modifikasi Tujuan

C Modifikasi Isi/materi

Modifikasi ProsesD

Pendekatan Pembelajaran1

Metode Pembelajaran2

Model Pembelajaran3

Media Pembelajaran4

Sumber belajar 5

E Modifikasi Penilaian Teknik Penilaian dan Bentuk Instrumen1 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)2

Referensi

1

1

2

3

6

7

8

8

9

13

14

15

17

17

20

21

PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF 1

Sekolah penyelenggara pendidikan inklusif (SPPI) menerapkan kurikulum

yang berlaku secara nasional (Kurikulum 2013) yang diadaptasi sesuai dengan

kebutuhan PDBK. Adaptasi kurikulum meliputi adaptasi tujuan, isi/materi, proses,

dan/atau penilaian sesuai dengan ketentuan yang berlaku oleh pemerintah.

Adaptasi kurikulum dilakukan oleh SPPPI dengan mengacu kepada kebutuhan

PDBK yang diperoleh berdasarkan hasil asesmen.

Merencanakan sebuah pembelajaran yang efektif bagi PDBK merupakan

sebuah tuntutan yang harus dilakukan oleh seorang guru. Dalam menyusun

perecanaan tersebut tentunya tidak hanya dapat dilakukan secara langsung tanpa

persiapan dan informasi yang jelas tentang kondisi dan kesiapan peserta didik. Oleh

sebab itu guru akan membutuhkan sejumlah informasi yang lengkap dari peserta

didik yang mengalami gangguan fisik, mental, intelektual, emosi dan perilaku

tersebut dengan melakukan asesmen. Diharapkan informasi hasil asesmen dapat

dijadikan sebagai dasar dalam memberikan layanan yang berorientasi pada

kebutuhan dan karakteristik peserta didik.

Peserta didik di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif kemampuannya

beragam. Hal tersebut menuntut adanya pengembangan kurikulum adaptif bagi

PDBK yang mengikuti pendidikan di SPPI.

1. Pengertian Kurikulum AdaptifKurikulum adaptif adalah kurikulum yang dikembangkan agar dapat

mengakomodasi peserta didik dengan berbagai latar belakang dan

kemampuan, dengan tujuan agar kurikulum lebih peka mempertimbangkan

keragaman peserta didik dan pembelajarannya relevan dengan kemampuan

dan kebutuhannya. SPPI harus mampu mengembangkan kurikulum sesuai

dengan tingkat, perkembangan, dan karakteristik peserta didik agar lulusan

memiliki kompetensi untuk bekal hidup (life skill). Kurikulum adaptif yaitu

seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, bahan, dan isi serta

cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu yang bersifat

inklusif yakni mengakomodasi PDBK dengan berbagai latar belakang dan

A Pengantar Kurikulum Adaptif

Daftar Isi

A Pengantar Kurikulum Adaptif

Pengertian Kurikulum Adaptif 1

Prinsip Pengembangan Kurikulum Adaptif2

Model Pengembangan Kurikulum Adaptif 3

B Modifikasi Tujuan

C Modifikasi Isi/materi

Modifikasi ProsesD

Pendekatan Pembelajaran1

Metode Pembelajaran2

Model Pembelajaran3

Media Pembelajaran4

Sumber belajar 5

E Modifikasi Penilaian Teknik Penilaian dan Bentuk Instrumen1 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)2

Referensi

1

1

2

3

6

7

8

8

9

13

14

15

17

17

20

21

kemampuan sehingga lebih peka untuk mempertimbangkan keragaman

peserta didik agar pembelajarannya relevan dengan kemampuan dan

kebutuhannya.

Kurikulum yang disusun bersifat inklusif dan responsif jender, proses belajar

mengajar yang efektif, lingkungan sekolah yang mendukung, sumber daya

yang berasas pemerataan dan standarisasi dalam hal-hal tertentu

(monitoring, evaluasi dan tes). Kurikulum yang digunakan dalam

penyelenggaraan pendidikan inklusif pada dasarnya menggunakan kurikulum

yang berlaku di sekolah umum/kejuruan, namun kurikulumnya perlu fleksibel

atau disesuaikan dengan kebutuhan PDBK karena hambatan dan

kemampuan yang dimilikinya bervariasi. Secara umum terdapat empat

komponen utama yang harus ada di dalam kurikulum, yaitu tujuan, isi/materi,

proses dan evaluasi/penilaian.

2. Prinsip Pengembangan Kurikulum AdaptifPrinsip pengembangan kurikulum adaptif harus dijadikan acuan oleh para

guru untuk PDBK yaitu kurikulum umum/kejuruan yang diberlakukan untuk

peserta didik reguler perlu diubah untuk disesuaikan dengan kondisinya.

Penyesuaian atau adaptasi kurikulum dengan kemampuan PDBK terjadi pada

komponen tujuan, materi, proses, dan penilaian. Penyusunan kurikulum tidak

harus sama untuk masing-masing komponen, proses penyesuaian juga tidak

harus sama untuk semua materi, dan proses adaptasi juga tidak sama untuk

semua mata pelajaran. Proses adaptasi juga tidak sama pada masing-masing

PDBK.

a Kurikulum umum yang diberlakukan untuk peserta didik reguler perlu

diadaptasi sesuai dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuan PDBK.

b Penyesuaian kurikulum dengan kemampuan PDBK.

c Penyesuaian kurikulum tidak harus sama pada masing-masing

komponen, artinya jika komponen tujuan dan materi harus dimodifikasi,

mungkin demikian juga proses dan penilaiannya.

d Proses penyesuaian juga tidak harus sama untuk semua materi. Materi

tertentu perlu disesuaikan, tetapi mungkin tidak perlu untuk materi yang

lain.

e Proses penyesuaian juga tidak sama untuk semua mata pelajaran. Mata

pelajaran tertentu mungkin perlu banyak penyesuaian tetapi tidak

demikian untuk mata pelajaran yang lain.

f Proses penyesuaian juga tidak sama pada masing-masing jenis

kekhususan. PDBK yang tidak mengalami hambatan kecerdasan,

misalnya: peserta didik tunanetra, tunarungu, dan tunadaksa, mungkin

sedikit membutuhkan adaptasi kurikulum. PDBK yang mengalami

hambatan kecerdasan (tunagrahita) membutuhkan penyesuaian hampir

pada pada semua komponen pembelajaran (tujuan, isi, proses, dan

penilaian).

3. Model Pengembangan Kurikulum AdaptifDikenal ada 5 (lima) model kemungkinan pengembangan Kurikulum Adaptif

bagi PDBK yang mengikuti pendidikan di SPPPI, yakni: model eskalasi,

duplikasi, modifikasi, subtitusi, dan omisi.

a Eskalasi Eskalasi berarti kenaikan; pertambahan (volume, jumlah, dan

sebagainya). Model eskalasi berarti adaptasi atau penyesuaian

kurikulum ke atas (eskalasi) untuk peserta didik yang memliki potensi

kecerdasan dan/atau bakat istimewa (gifted and talented). Prinsip

utama dalam eskalasi untuk peserta didik yang memiliki potensi

kecerdasan dan/atau bakat istimewa adalah penerapan kurikulum

diferensiasi. Kurifikulum diferensiasi kurikulum nasional dan lokal yang

dimodifikasi dengan penekanan pada materi esensial dan dikembangkan

melalui sistem eskalasi dan enrichment yang dapat memacu dan

mewadahi secara integrasi pengembangan spiritual, logika, etika dan

estetika, kreatif, sistematik, linier dan konvergen. Dalam upaya

menyusun kurikulum diferensiasi adalah penggunaan pendekatan peta

konsep. Peta konsep merupakan salah satu intrumen yang digunakan

untuk menata materi kurikulum agar diperoleh keterkaitan antar konsep

dan keutuhan materi yang akan disajikan kepada peserta didik dalam

satu kesatuan waktu (semester). Dengan peta konsep peserta didik

yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa akan mengetahui

32 PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIFPERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF

kemampuan sehingga lebih peka untuk mempertimbangkan keragaman

peserta didik agar pembelajarannya relevan dengan kemampuan dan

kebutuhannya.

Kurikulum yang disusun bersifat inklusif dan responsif jender, proses belajar

mengajar yang efektif, lingkungan sekolah yang mendukung, sumber daya

yang berasas pemerataan dan standarisasi dalam hal-hal tertentu

(monitoring, evaluasi dan tes). Kurikulum yang digunakan dalam

penyelenggaraan pendidikan inklusif pada dasarnya menggunakan kurikulum

yang berlaku di sekolah umum/kejuruan, namun kurikulumnya perlu fleksibel

atau disesuaikan dengan kebutuhan PDBK karena hambatan dan

kemampuan yang dimilikinya bervariasi. Secara umum terdapat empat

komponen utama yang harus ada di dalam kurikulum, yaitu tujuan, isi/materi,

proses dan evaluasi/penilaian.

2. Prinsip Pengembangan Kurikulum AdaptifPrinsip pengembangan kurikulum adaptif harus dijadikan acuan oleh para

guru untuk PDBK yaitu kurikulum umum/kejuruan yang diberlakukan untuk

peserta didik reguler perlu diubah untuk disesuaikan dengan kondisinya.

Penyesuaian atau adaptasi kurikulum dengan kemampuan PDBK terjadi pada

komponen tujuan, materi, proses, dan penilaian. Penyusunan kurikulum tidak

harus sama untuk masing-masing komponen, proses penyesuaian juga tidak

harus sama untuk semua materi, dan proses adaptasi juga tidak sama untuk

semua mata pelajaran. Proses adaptasi juga tidak sama pada masing-masing

PDBK.

a Kurikulum umum yang diberlakukan untuk peserta didik reguler perlu

diadaptasi sesuai dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuan PDBK.

b Penyesuaian kurikulum dengan kemampuan PDBK.

c Penyesuaian kurikulum tidak harus sama pada masing-masing

komponen, artinya jika komponen tujuan dan materi harus dimodifikasi,

mungkin demikian juga proses dan penilaiannya.

d Proses penyesuaian juga tidak harus sama untuk semua materi. Materi

tertentu perlu disesuaikan, tetapi mungkin tidak perlu untuk materi yang

lain.

e Proses penyesuaian juga tidak sama untuk semua mata pelajaran. Mata

pelajaran tertentu mungkin perlu banyak penyesuaian tetapi tidak

demikian untuk mata pelajaran yang lain.

f Proses penyesuaian juga tidak sama pada masing-masing jenis

kekhususan. PDBK yang tidak mengalami hambatan kecerdasan,

misalnya: peserta didik tunanetra, tunarungu, dan tunadaksa, mungkin

sedikit membutuhkan adaptasi kurikulum. PDBK yang mengalami

hambatan kecerdasan (tunagrahita) membutuhkan penyesuaian hampir

pada pada semua komponen pembelajaran (tujuan, isi, proses, dan

penilaian).

3. Model Pengembangan Kurikulum AdaptifDikenal ada 5 (lima) model kemungkinan pengembangan Kurikulum Adaptif

bagi PDBK yang mengikuti pendidikan di SPPPI, yakni: model eskalasi,

duplikasi, modifikasi, subtitusi, dan omisi.

a Eskalasi Eskalasi berarti kenaikan; pertambahan (volume, jumlah, dan

sebagainya). Model eskalasi berarti adaptasi atau penyesuaian

kurikulum ke atas (eskalasi) untuk peserta didik yang memliki potensi

kecerdasan dan/atau bakat istimewa (gifted and talented). Prinsip

utama dalam eskalasi untuk peserta didik yang memiliki potensi

kecerdasan dan/atau bakat istimewa adalah penerapan kurikulum

diferensiasi. Kurifikulum diferensiasi kurikulum nasional dan lokal yang

dimodifikasi dengan penekanan pada materi esensial dan dikembangkan

melalui sistem eskalasi dan enrichment yang dapat memacu dan

mewadahi secara integrasi pengembangan spiritual, logika, etika dan

estetika, kreatif, sistematik, linier dan konvergen. Dalam upaya

menyusun kurikulum diferensiasi adalah penggunaan pendekatan peta

konsep. Peta konsep merupakan salah satu intrumen yang digunakan

untuk menata materi kurikulum agar diperoleh keterkaitan antar konsep

dan keutuhan materi yang akan disajikan kepada peserta didik dalam

satu kesatuan waktu (semester). Dengan peta konsep peserta didik

yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa akan mengetahui

32 PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIFPERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF

cakupan, urutan dan seberapa banyak materi yang direncanakan akan

dipelajari oleh peserta didik serta bagaimana hubungan antara materi

satu dengan lainnya. Peta konsep merupakan gambaran visual yang

berisikan jumlah materi serta hubungan antar konsep.

b Duplikasi Duplikasi artinya salinan yang serupa benar dengan aslinya. Menyalin

berarti membuat sesuatu menjadi sama atau serupa. Dalam kaitannya

dengan model kuriukulum, duplikasi berarti mengembangkan dan atau

memberlakukan kurikulum untuk PDBK secara sama atau serupa

dengan kurikulum yang digunakan untuk peserta didik reguler. Jadi

model duplikasi adalah cara dalam pengembangan kurikulum, dimana

PDBK menggunakan kurikulum yang sama seperti yang dipakai oleh

peserta didik reguler. Model duplikasi dapat diterapkan pada empat

komponen utama kurikulum, yaitu tujuan, isi, proses dan penilaian.

c ModifikasiModifikasi berarti mengubah atau menyesuaikan. Dalam kaitan dengan

model kurikulum untuk PDBK, maka model modifikasi berarti cara

pengembangan kurikulum, dimana kurikulum umum yang diberlakukan

bagi peserta didik reguler diubah untuk disesuaikan dengan kondisi,

kebutuhan dan kemampuan PDBK. Dengan demikian, PDBK menjalani

kurikulum yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuan

mereka. Modifikasi dapat diberlakukan pada empat komponen utama,

yaitu tujuan, materi, proses, dan evaluasi/penilaian. Dengan demikian

PDBK menjalani kurikulum yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan

dan kemampuan mereka. Modifikasi dapat diberlakukan pada 4 (empat)

komponen utama.

d Substitusi Subtitusi berarti mengganti. Dalam kaitannya dengan model

pengembangan kurikulum, maka substansi berarti mengganti sesuatu

yang ada dalam kurikulum umum dengan sesuatu yang lain. Penggantian

dilakukan karena hal tersebut tidak mungkin dilakukan oleh PDBK tetapi

masih bisa diganti dengan hal lain yang sama bobotnya dengan yang

digantikan. Model Substansi bisa terjadi dalam hal tujuan pembelajaran,

materi, proses maupun penilaian. Misalnya peserta didik tunarungu tidak

mungkin dikembangkan atau diuji kemampuan mendengarnya maka

materi- materi yang berkenaan dengan kemampuan mendengar diganti

dengan kemampuan isyarat atau bahasa tubuh lainnya.

e Omisi Omisi berarti menghilangkan. Dalam kaitan dengan model

pengembangan kurikulum, omisi berarti upaya untuk menghilangkan

sesuatu dari kurikulum umum/kejuruan karena hal tersebut tidak

mungkin diberikaan kepada PDBK. Dengan kata lain, omisi berarti

sesuatu yang ada dalam kurikulum umum tetapi tidak disampaikan atau

tidak diberikan kepada PDBK, karena sifatnya terlalu sulit atau tak akan

mampu dilakukan oleh PDBK. Bedanya dengan substitusi adalah jika

dalam substitusi ada materi pengganti yang sama bobotnya, sedangkan

dalam model omisi tidak ada materi pengganti. Misalnya peserta didik

tunanetra tidak mungkin praktik tentang cahaya, maka kompetensi ini

dihilangkan dan tidak mungkin bisa diganti yang sama bobotnya.

54 PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIFPERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF

cakupan, urutan dan seberapa banyak materi yang direncanakan akan

dipelajari oleh peserta didik serta bagaimana hubungan antara materi

satu dengan lainnya. Peta konsep merupakan gambaran visual yang

berisikan jumlah materi serta hubungan antar konsep.

b Duplikasi Duplikasi artinya salinan yang serupa benar dengan aslinya. Menyalin

berarti membuat sesuatu menjadi sama atau serupa. Dalam kaitannya

dengan model kuriukulum, duplikasi berarti mengembangkan dan atau

memberlakukan kurikulum untuk PDBK secara sama atau serupa

dengan kurikulum yang digunakan untuk peserta didik reguler. Jadi

model duplikasi adalah cara dalam pengembangan kurikulum, dimana

PDBK menggunakan kurikulum yang sama seperti yang dipakai oleh

peserta didik reguler. Model duplikasi dapat diterapkan pada empat

komponen utama kurikulum, yaitu tujuan, isi, proses dan penilaian.

c ModifikasiModifikasi berarti mengubah atau menyesuaikan. Dalam kaitan dengan

model kurikulum untuk PDBK, maka model modifikasi berarti cara

pengembangan kurikulum, dimana kurikulum umum yang diberlakukan

bagi peserta didik reguler diubah untuk disesuaikan dengan kondisi,

kebutuhan dan kemampuan PDBK. Dengan demikian, PDBK menjalani

kurikulum yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuan

mereka. Modifikasi dapat diberlakukan pada empat komponen utama,

yaitu tujuan, materi, proses, dan evaluasi/penilaian. Dengan demikian

PDBK menjalani kurikulum yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan

dan kemampuan mereka. Modifikasi dapat diberlakukan pada 4 (empat)

komponen utama.

d Substitusi Subtitusi berarti mengganti. Dalam kaitannya dengan model

pengembangan kurikulum, maka substansi berarti mengganti sesuatu

yang ada dalam kurikulum umum dengan sesuatu yang lain. Penggantian

dilakukan karena hal tersebut tidak mungkin dilakukan oleh PDBK tetapi

masih bisa diganti dengan hal lain yang sama bobotnya dengan yang

digantikan. Model Substansi bisa terjadi dalam hal tujuan pembelajaran,

materi, proses maupun penilaian. Misalnya peserta didik tunarungu tidak

mungkin dikembangkan atau diuji kemampuan mendengarnya maka

materi- materi yang berkenaan dengan kemampuan mendengar diganti

dengan kemampuan isyarat atau bahasa tubuh lainnya.

e Omisi Omisi berarti menghilangkan. Dalam kaitan dengan model

pengembangan kurikulum, omisi berarti upaya untuk menghilangkan

sesuatu dari kurikulum umum/kejuruan karena hal tersebut tidak

mungkin diberikaan kepada PDBK. Dengan kata lain, omisi berarti

sesuatu yang ada dalam kurikulum umum tetapi tidak disampaikan atau

tidak diberikan kepada PDBK, karena sifatnya terlalu sulit atau tak akan

mampu dilakukan oleh PDBK. Bedanya dengan substitusi adalah jika

dalam substitusi ada materi pengganti yang sama bobotnya, sedangkan

dalam model omisi tidak ada materi pengganti. Misalnya peserta didik

tunanetra tidak mungkin praktik tentang cahaya, maka kompetensi ini

dihilangkan dan tidak mungkin bisa diganti yang sama bobotnya.

54 PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIFPERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF

Modifikasi Tujuan berarti tujuan-tujuan pembelajaran yang ada dalam kurikulum

umum dirubah untuk disesuaikan dengan kondisi PDBK. Sebagai konsekuensi dari

modifikasi tujuan PDBK, maka akan memiliki rumusan kompetensi sendiri yang

berbeda dengan peserta didik reguler, baik berkaitan dengan SKL dan SI (KI-KD).

Perhatikan contoh modifikasi KD dan Indikator berikut:

B MODIFIKASI TUJUAN

TABEL 3.5 Matrik Model modifikasi Kompetensi Dasar (KD)Satuan Pendidikan : SMAKelas : X

Kompetensi Inti (KI)

Kompetensi Dasar (KD) PDBK Dengan Hambatan

Akademik (Kecerdasan)

KD ModifikasiKeterangan

SENIRUPA

3 Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual seni,konseptual,proseduralberdasarkan rasa keingintahuannyatentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaankebangsaan,kenegaraan, dan peradaban terkaitfenomena dankejadian, sertamenerapkanpengetahuanprosedural padabidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat danminatnya untukmemecahkan

3.1. Memahami bahan, media dan teknik dalam proses berkarya seni rupa

3.2. Menerapkan jenis,simbol, dan nilai estetis dalam konsep seni rupa

3.3. Memahami pameran karya seni rupa

3.4. Memahami jenis simbol, fungsi dan nilai estetis dalam kritik karya seni rupa.

3.1.a. Mengenal bahan, mediadan teknik dalam proses berkarya seni rupa

3.2.a. Mengenal jenis, symbol,dan nilai estetis dalam konsep seni rupa

3.3.a. Mengenal pameran karya seni rupa

3.4.a. Mengenal jenis simbol, fungsi dan nilai estetis dalam kritik karya seni rupa.

Modifikasi materi KDagar lebih sederhanadisesuaikandengan karakteristik PDBK

3.1. Memahami bahan, media dan teknik dalam proses berkarya seni rupa.

3 .1.a Mengenal bahan, media, dan teknik dalam proses berkarya seni rupa

3.1.a.1. Menunjukkan bahan dan media yang digunakan dalam melukis

Kompetensi Dasar (KD)

TABEL 3.6 Matrik Model Modifikasi Indikator

Kompetensi Dasar (KD) Modifikasi

Peserta Didik pada Ummunya

PDBK Dengan Hambatan Akademik (Kecerdasan)/Tunagrahita atau Autis Low Function)

3.1. 1. Menjelaskan bahan dan media yang digunakan dalam seni rupa dua dimensi

3.1.a.2 Menyebutkan cara membuat lukisan

3.1.2. Menjelaskanteknik dalam proses berkaiya senimpa dua dimensi

lndikator Modifikasi

Modifikasi Isi berarti materi-materi pelajaran yang diberlakukan untuk peserta

didik reguler diubah untuk disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuan

PDBK. Dengan demikian PDBK mendapatkan sajian materi yang sesuai dengan

kondisi, kebutuhan dan kemampuannya. Modifikasi Isi bisa berkaitan dengan

keleluasan, kedalaman dan kesulitannya berbeda (lebih rendah) daripada materi

yang diberikan kepada peserta didik reguler.

C MODIFIKASI ISI/MATERI

76 PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIFPERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF

Modifikasi Tujuan berarti tujuan-tujuan pembelajaran yang ada dalam kurikulum

umum dirubah untuk disesuaikan dengan kondisi PDBK. Sebagai konsekuensi dari

modifikasi tujuan PDBK, maka akan memiliki rumusan kompetensi sendiri yang

berbeda dengan peserta didik reguler, baik berkaitan dengan SKL dan SI (KI-KD).

Perhatikan contoh modifikasi KD dan Indikator berikut:

B MODIFIKASI TUJUAN

TABEL 3.5 Matrik Model modifikasi Kompetensi Dasar (KD)Satuan Pendidikan : SMAKelas : X

Kompetensi Inti (KI)

Kompetensi Dasar (KD) PDBK Dengan Hambatan

Akademik (Kecerdasan)

KD ModifikasiKeterangan

SENIRUPA

3 Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual seni,konseptual,proseduralberdasarkan rasa keingintahuannyatentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaankebangsaan,kenegaraan, dan peradaban terkaitfenomena dankejadian, sertamenerapkanpengetahuanprosedural padabidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat danminatnya untukmemecahkan

3.1. Memahami bahan, media dan teknik dalam proses berkarya seni rupa

3.2. Menerapkan jenis,simbol, dan nilai estetis dalam konsep seni rupa

3.3. Memahami pameran karya seni rupa

3.4. Memahami jenis simbol, fungsi dan nilai estetis dalam kritik karya seni rupa.

3.1.a. Mengenal bahan, mediadan teknik dalam proses berkarya seni rupa

3.2.a. Mengenal jenis, symbol,dan nilai estetis dalam konsep seni rupa

3.3.a. Mengenal pameran karya seni rupa

3.4.a. Mengenal jenis simbol, fungsi dan nilai estetis dalam kritik karya seni rupa.

Modifikasi materi KDagar lebih sederhanadisesuaikandengan karakteristik PDBK

3.1. Memahami bahan, media dan teknik dalam proses berkarya seni rupa.

3 .1.a Mengenal bahan, media, dan teknik dalam proses berkarya seni rupa

3.1.a.1. Menunjukkan bahan dan media yang digunakan dalam melukis

Kompetensi Dasar (KD)

TABEL 3.6 Matrik Model Modifikasi Indikator

Kompetensi Dasar (KD) Modifikasi

Peserta Didik pada Ummunya

PDBK Dengan Hambatan Akademik (Kecerdasan)/Tunagrahita atau Autis Low Function)

3.1. 1. Menjelaskan bahan dan media yang digunakan dalam seni rupa dua dimensi

3.1.a.2 Menyebutkan cara membuat lukisan

3.1.2. Menjelaskanteknik dalam proses berkaiya senimpa dua dimensi

lndikator Modifikasi

Modifikasi Isi berarti materi-materi pelajaran yang diberlakukan untuk peserta

didik reguler diubah untuk disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuan

PDBK. Dengan demikian PDBK mendapatkan sajian materi yang sesuai dengan

kondisi, kebutuhan dan kemampuannya. Modifikasi Isi bisa berkaitan dengan

keleluasan, kedalaman dan kesulitannya berbeda (lebih rendah) daripada materi

yang diberikan kepada peserta didik reguler.

C MODIFIKASI ISI/MATERI

76 PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIFPERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF

Modifikasi Proses berarti ada perbedaan dalam kegiatan pembelajaran yang

dijalani oleh PDBK dengan yang dialami oleh peserta didik reguler. Metode atau

strategi pembelajaran umum yang diberlakukan untuk peserta didik reguler tidak

diterapkan untuk PDBK. Jadi, mereka memperoleh strategi pembelajaran khusus

yang sesuai dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuannya. Modifikasi proses

atau kegiatan pembelajaran bisa berkaitan dengan penggunaan pendekatan,

model, dan metode mengajar, lingkungan/setting belajar, waktu belajar, media

belajar serta sumber belajar

1. Pendekatan Pembelajaran

Kaitannya dengan Pendekatan Saintifik 5 M (Mengamati, Menanya,

Mengumpulkan Informasi, Menalar, dan Mengomunikasikan) dalam

Kurikulum 2013 bukan satu-satunya pendekatan pembelajaran dan bukan

urutan langkah-langkah baku. 5 M lebih untuk memberikan pengalaman,

mengembangkan sikap ilmiah, mendorong ekosistem sekolah berbasis

aktivitas ilmiah, menantang, dan memotivasi. Guru diberi ruang

menggunakan pendekatan/model pembelajaran lain. Bukan berbasis

ceramah dan bukan berbasis hafalan tetapi berbasis aktivitas dan

kreativitas, menginspirasi, meyenangkan, dan berprakarsa.

Perlu dipahami oleh guru kaitanya dengan “mengamati” ada hal-hal

yang harus dipertimbangkan bagi PDBK. Proses “mengamati” bagi peserta

didik tunanetra lebih menggunakan indera pendengaran karena fungsi

pelihatannya memiliki hambatan. Bagi peserta didik tunarungu lebih

menggunakan indera penglihatan karena fungsi pendengarannya memiliki

hambatan.

Dalam hal kemampuan “menanya” dan “mengomunikasikan” bagi

peseta didik tunanetra tidak memiliki kesulitan. Peserta didik tunanetra

D MODIFIKASI PROSES memiliki keterampilan bertanya seperti peserta didik reguler, namun bagi

peserta didik tunarungu akan mengalami kesulitan sehingga dalam kegiatan

menanya dan mengomunikasikan akan dibantu dengan bahasa tubuh atau

isyarat atau mungkin dengan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) dan

Bahasa Isyarat Indonesia (Basindo). Begitu pula dengan peserta didik autis,

tunagrahita, dan peserta didik tunadaksa yang Cerebral Palsy (CP) memiliki

hambatan dalam komunikasi yang perlu diketahui oleh guru. Dengan

mengetahui itu semua maka guru akan mengondisikan kegiatan

pembelajaran dan memperhaatikan karakteristik PDBK. Begitu pula halnya

dalam kegiatan “mengumpulkan informasi” dan”menalar” hambatan yang

dialami PDBK perlu menjadi bahan pertimbangan guru dan peserta didik

reguler dalam melaksanakannya

2. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah cara yang dipergunakan guru dalam

mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsung

pembelajaran (Sudjana, 2005:76). Beberapa metode pembelajaran

digunakan dalam kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik

mata pelajaran dan KD. Proses belajar-mengajar yang baik hendaknya

mempergunakan berbagai jenis metode pembelajaran secara bergantian

atau saling bahu membahu satu sama lain.

Setiap metode pembelajaran mempunyai keunggulan dan

kelemahannya sendiri-sendiri. Penggunaan metode yang variatif dan sesuai

dengan materi serta tujuan pembelajaran dapat membuat peserta didik

senang dan termotivasi untuk belajar. Metode tersebut harus dapat

meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi atau bahan

pelajaran yang diberikan oleh guru.

Dalam setting pendidikan inklusif maka setiap pemilihan dan

penggunaan metode pembelajaran perlu juga disesuaikan dengan

karakteristik PDBK. Artinya ketika menggunakan metode pembelajaran

maka perlu memahami peta karakter peserta didik sehingga mengetahui

hambatan-hambatan yang dialami PDBK sehingga ada beberapa adaptasi

atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu dilakukan. Misalnya ketika guru

menggunakan metode ceramah maka untuk peserta didik tunarungu perlu

(Pendekatan, Metode, Model, dan Media)

98 PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIFPERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF

Modifikasi Proses berarti ada perbedaan dalam kegiatan pembelajaran yang

dijalani oleh PDBK dengan yang dialami oleh peserta didik reguler. Metode atau

strategi pembelajaran umum yang diberlakukan untuk peserta didik reguler tidak

diterapkan untuk PDBK. Jadi, mereka memperoleh strategi pembelajaran khusus

yang sesuai dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuannya. Modifikasi proses

atau kegiatan pembelajaran bisa berkaitan dengan penggunaan pendekatan,

model, dan metode mengajar, lingkungan/setting belajar, waktu belajar, media

belajar serta sumber belajar

1. Pendekatan Pembelajaran

Kaitannya dengan Pendekatan Saintifik 5 M (Mengamati, Menanya,

Mengumpulkan Informasi, Menalar, dan Mengomunikasikan) dalam

Kurikulum 2013 bukan satu-satunya pendekatan pembelajaran dan bukan

urutan langkah-langkah baku. 5 M lebih untuk memberikan pengalaman,

mengembangkan sikap ilmiah, mendorong ekosistem sekolah berbasis

aktivitas ilmiah, menantang, dan memotivasi. Guru diberi ruang

menggunakan pendekatan/model pembelajaran lain. Bukan berbasis

ceramah dan bukan berbasis hafalan tetapi berbasis aktivitas dan

kreativitas, menginspirasi, meyenangkan, dan berprakarsa.

Perlu dipahami oleh guru kaitanya dengan “mengamati” ada hal-hal

yang harus dipertimbangkan bagi PDBK. Proses “mengamati” bagi peserta

didik tunanetra lebih menggunakan indera pendengaran karena fungsi

pelihatannya memiliki hambatan. Bagi peserta didik tunarungu lebih

menggunakan indera penglihatan karena fungsi pendengarannya memiliki

hambatan.

Dalam hal kemampuan “menanya” dan “mengomunikasikan” bagi

peseta didik tunanetra tidak memiliki kesulitan. Peserta didik tunanetra

D MODIFIKASI PROSES memiliki keterampilan bertanya seperti peserta didik reguler, namun bagi

peserta didik tunarungu akan mengalami kesulitan sehingga dalam kegiatan

menanya dan mengomunikasikan akan dibantu dengan bahasa tubuh atau

isyarat atau mungkin dengan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) dan

Bahasa Isyarat Indonesia (Basindo). Begitu pula dengan peserta didik autis,

tunagrahita, dan peserta didik tunadaksa yang Cerebral Palsy (CP) memiliki

hambatan dalam komunikasi yang perlu diketahui oleh guru. Dengan

mengetahui itu semua maka guru akan mengondisikan kegiatan

pembelajaran dan memperhaatikan karakteristik PDBK. Begitu pula halnya

dalam kegiatan “mengumpulkan informasi” dan”menalar” hambatan yang

dialami PDBK perlu menjadi bahan pertimbangan guru dan peserta didik

reguler dalam melaksanakannya

2. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah cara yang dipergunakan guru dalam

mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsung

pembelajaran (Sudjana, 2005:76). Beberapa metode pembelajaran

digunakan dalam kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik

mata pelajaran dan KD. Proses belajar-mengajar yang baik hendaknya

mempergunakan berbagai jenis metode pembelajaran secara bergantian

atau saling bahu membahu satu sama lain.

Setiap metode pembelajaran mempunyai keunggulan dan

kelemahannya sendiri-sendiri. Penggunaan metode yang variatif dan sesuai

dengan materi serta tujuan pembelajaran dapat membuat peserta didik

senang dan termotivasi untuk belajar. Metode tersebut harus dapat

meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi atau bahan

pelajaran yang diberikan oleh guru.

Dalam setting pendidikan inklusif maka setiap pemilihan dan

penggunaan metode pembelajaran perlu juga disesuaikan dengan

karakteristik PDBK. Artinya ketika menggunakan metode pembelajaran

maka perlu memahami peta karakter peserta didik sehingga mengetahui

hambatan-hambatan yang dialami PDBK sehingga ada beberapa adaptasi

atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu dilakukan. Misalnya ketika guru

menggunakan metode ceramah maka untuk peserta didik tunarungu perlu

(Pendekatan, Metode, Model, dan Media)

98 PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIFPERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF

ada perhatian dan penyampaian pesan/informasi khusus dengan melakukan

juga keterarahwajahan ketika menyampaikan materi pembelajaran, ada

tambahan penjelasan, penggunaan bahasa tubuh dan/atau bahasa isyarat,

dsb.

Perhatikan contoh adaptasi metode pembelajaran berikut:

TABEL 3.8 Metode Pembelaiaran dan Adaptasinya

No Nama Metode Pengertian Adaptasi

Metode Proyek Metode proyek adalah cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak pada suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna. Penggunaan metode ini bertitik tolak dari anggapan bahwa pemecahan masalah perlu melibatkan bukan hanya satu mata pelajaran, melainkan hendaknya melibatkan berbagai mata pelajaran yang ada kaitannya dengan pemecahan masalah tersebut.

Perlu adanya beberapa penyesuaian dalam menggunakan metode proyek bagi PDBK disesuaikan dengan karakteristiknya.

Metode Eksperimen

Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, dimana peserta didik melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Peserta didik dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil dan menarik kesimpulan atas proses yang dialaminya itu.

Perlu adanya beberapa penyesuaian dalam menggunakan metode eksperimen bagi PDBK disesuaikan dengan karakteristiknya.

Metode tugas atau resitasi

Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar peserta didik melakukan kegiatan belajar. Metode ini diberikan karena materi pelajaran banyak sementara waktu sedikit. Agar materi pelajaran selesai sesuai dengan waktu yang ditentukan, maka metode inilah yang biasanya digunakan oleh guru. Tugas ini biasanya bisa dilaksanakan di

perlu adanya beberapa penyesuaian dalam menggunakan metode tugas atau resitasi bagi PDBK disesuaikan dengan karakteristiknya.

No Nama Metode Pengertian Adaptasi

Metode Demonstrasi

Metode deruonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya atau-pun tiruan dengan lisan. Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan peserta didik terhadap pelajaran akan berkesan secara mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna.

Perlu adanya beberapa penyesuaian dalam menggunakan demonstrasi eksperimen bagi PDBK disesuaikan dengan karakteristiknya.

Metode Problem Solving

Metode problem solving bukan hanya sekedar metode meugajar, tetapi juga mempakan suatu metode berfikir sebab dalam metode problem solving dapat mengutamakan metode-metode lainnya yang dimulai dari mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.

Perlu adanya beberapa penyesuaian dalam menggunakan metode Problem Solving bagi PDBK disesuaikan dengan karakteristiknya.

Metode Sosiodrama

Metode sosiodrama dan role playing dapat dikatakan sama dalam pemakaiannya sering disilihgantikan. Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasi tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial.

Perlu adanya beberapa penyesuaian dalam menggunakan metode sosiodrama bagi PDBK disesuaikan dengan karakteristiknya.

Metode Diskusi Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana peserta didik dihadapkan pada suatu masalah yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan secara bersama. Teknik diskusi adalah salah satu leknik belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Dalam diskusi terjadi interaksi, tukar menukar pengalaman, infonuas memecahkan masalah dan peserta didik menjadi aktif.

Perlu adanya beberapa penyesuaian dalam menggunakan metode diskusi bagi PDBK disesuaikan dengan karakteristiknya. Untuk peserta didik tunarungu dalam berdiskusi bisa dibantu dengan bahasa isyarat atau bahasa tubuh

rumah, di sekolah, di perpustakaan, dan ditempat lainnya. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar, baik individu maupun kelompok, tugas yang diberikan sangat banyak macamnya tergantung dari tujuan yang hendak dicapai.

1110 PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIFPERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF

ada perhatian dan penyampaian pesan/informasi khusus dengan melakukan

juga keterarahwajahan ketika menyampaikan materi pembelajaran, ada

tambahan penjelasan, penggunaan bahasa tubuh dan/atau bahasa isyarat,

dsb.

Perhatikan contoh adaptasi metode pembelajaran berikut:

TABEL 3.8 Metode Pembelaiaran dan Adaptasinya

No Nama Metode Pengertian Adaptasi

Metode Proyek Metode proyek adalah cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak pada suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna. Penggunaan metode ini bertitik tolak dari anggapan bahwa pemecahan masalah perlu melibatkan bukan hanya satu mata pelajaran, melainkan hendaknya melibatkan berbagai mata pelajaran yang ada kaitannya dengan pemecahan masalah tersebut.

Perlu adanya beberapa penyesuaian dalam menggunakan metode proyek bagi PDBK disesuaikan dengan karakteristiknya.

Metode Eksperimen

Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, dimana peserta didik melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Peserta didik dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil dan menarik kesimpulan atas proses yang dialaminya itu.

Perlu adanya beberapa penyesuaian dalam menggunakan metode eksperimen bagi PDBK disesuaikan dengan karakteristiknya.

Metode tugas atau resitasi

Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar peserta didik melakukan kegiatan belajar. Metode ini diberikan karena materi pelajaran banyak sementara waktu sedikit. Agar materi pelajaran selesai sesuai dengan waktu yang ditentukan, maka metode inilah yang biasanya digunakan oleh guru. Tugas ini biasanya bisa dilaksanakan di

perlu adanya beberapa penyesuaian dalam menggunakan metode tugas atau resitasi bagi PDBK disesuaikan dengan karakteristiknya.

No Nama Metode Pengertian Adaptasi

Metode Demonstrasi

Metode deruonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya atau-pun tiruan dengan lisan. Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan peserta didik terhadap pelajaran akan berkesan secara mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna.

Perlu adanya beberapa penyesuaian dalam menggunakan demonstrasi eksperimen bagi PDBK disesuaikan dengan karakteristiknya.

Metode Problem Solving

Metode problem solving bukan hanya sekedar metode meugajar, tetapi juga mempakan suatu metode berfikir sebab dalam metode problem solving dapat mengutamakan metode-metode lainnya yang dimulai dari mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.

Perlu adanya beberapa penyesuaian dalam menggunakan metode Problem Solving bagi PDBK disesuaikan dengan karakteristiknya.

Metode Sosiodrama

Metode sosiodrama dan role playing dapat dikatakan sama dalam pemakaiannya sering disilihgantikan. Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasi tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial.

Perlu adanya beberapa penyesuaian dalam menggunakan metode sosiodrama bagi PDBK disesuaikan dengan karakteristiknya.

Metode Diskusi Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana peserta didik dihadapkan pada suatu masalah yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan secara bersama. Teknik diskusi adalah salah satu leknik belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Dalam diskusi terjadi interaksi, tukar menukar pengalaman, infonuas memecahkan masalah dan peserta didik menjadi aktif.

Perlu adanya beberapa penyesuaian dalam menggunakan metode diskusi bagi PDBK disesuaikan dengan karakteristiknya. Untuk peserta didik tunarungu dalam berdiskusi bisa dibantu dengan bahasa isyarat atau bahasa tubuh

rumah, di sekolah, di perpustakaan, dan ditempat lainnya. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar, baik individu maupun kelompok, tugas yang diberikan sangat banyak macamnya tergantung dari tujuan yang hendak dicapai.

1110 PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIFPERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF

No Nama Metode Pengertian Adaptasi

Metode Latihan

Metode latihan merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Metode ini dapat juga digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan keterampilan.

Perlu adanya beberapa penyesuaian dalam menggunakan metode latihan bagi PDBK disesuaikan dengan karakteristiknya.

Metode Ceramah

Metode ceramah adalah metode tradisional karena sejak dulu dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan peserta didik dalam proses belajar mengajar. Dalam metode ceramah dibutuhkan keaktifan guru dalam kegiatan pengajaran. Metode ini banyak digunakan pada pengajar yang kekurangan fasilitas.

Perlu adanya beberapa penyesuaian dalam menggunakan metode ceramah bagi PDBK disesuaikan dengan karakteristiknya. Peserta didik tunanetra akan cocok dengan metode ceramah, namun sebaliknya bagi peserta didik tunarungu metode ini kurang cocok sehingga harus divariasikan dengan gambar, bahasa tubuh atau isyarat

Metode Karyawisata

Karyawisata dalam arti metode mengajar mempunyai arti tersendiri yang berbeda dalam arti umum. Karyawisata di sini berarti kunjungan keluar kelas dalam rangka belajar. Teknik karya wisata adalah teknik mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak peserta didik kesuatu tempat atau objek tertentu diluar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu.

Perlu adanya beberapa penyesuaian dalam menggunakan metode karyawisata bagi PDBK disesuaikan dengan karakteristiknya.

Metode Tanya jawab

Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada peserta didik ,tetapi dapat pula dari peserta didik kepada guru. Metode tanya jawab memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat dua arah sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan peserta didik.

Perlu adanya beberapa penyesuaian dalam menggunakan metode Tanya jawab bagi PDBK disesiaikan dengan karakteristiknya. Peserta didik tunarungu dalam melakukan tanya jawab bisa dibantu dengan bahasa isyarat/bahasa tubuh.

3. Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola

yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di

kelas. Model tersebut merupakan pola umum perilaku pembelajaran untuk

mencapai kompetensi/tujuan pembelajaran yang diharapkan. Model

pembelajaran adalah pola interaksi peserta didik dengan guru di dalam kelas

yang menyangkut pendekatan, strategi, metode, teknik pembelajaran yang

diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Dalam suatu

model pembelajaran ditentukan bukan hanya apa yang harus dilakukan guru,

akan tetapi menyangkut tahapan-tahapan, prinsip-prinsip reaksi guru dan

peserta didik serta sistem penunjang yang disyaratkan Menurut Arends

(dalam Suprijono, 2013: 46) model pembelajaran mengacu pada pendekatan

yang digunakan termasuk di dalamnya tujuantujuan pembelajaran, tahap-

tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan

pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat diartikan juga sebagai

prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan belajar. Beberapa model pembelajaran ilmiah yang

direkomendasikan dalam rangka implementasi Kurikulum 2013 antara lain

Discovery/Inquiry Learning, Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based

Learning), Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning), dan

Cooperatif Learning.

Perhatikan contoh adaptasi model pembelajaran berikut:

Model Pembelajaran Karakteristik

TABEL 3.7 Model Pembelajaran

Komponen/Sintak Adaptasi

Discovery/Inquiry Learning

Peserta didik secara aktif menemukan ide dan mendapatkan makna

1. Simulasi dan identifikasi masalah 2. Mengumpulkan informasi3. Pengolahan informasi4. Verifikasi hasil5. Generalisasi

Pada dasarnya model pembelajaran yang digunakan sama dengan peserta didik pada umumnya hanya bagi PDBK perlu disesuaikan dengan hambatan atau kekhususan yang dialaminya sehingga perlu ada adaptasi, misalnya dalam menjelaskan langkah-langkah

Pembelajaran Berbasis Masalah(Problem BasedLearning)

1. Identifikasi dan merumuskan masalah 2. Menyusun rancangan penyelesaian masalah3. Mengumpulkan informasi4. Mengolah infomiasi5. Menyelesaikan masalah

Memecahkan masalah kontekstual

1312 PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIFPERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF

No Nama Metode Pengertian Adaptasi

Metode Latihan

Metode latihan merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Metode ini dapat juga digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan keterampilan.

Perlu adanya beberapa penyesuaian dalam menggunakan metode latihan bagi PDBK disesuaikan dengan karakteristiknya.

Metode Ceramah

Metode ceramah adalah metode tradisional karena sejak dulu dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan peserta didik dalam proses belajar mengajar. Dalam metode ceramah dibutuhkan keaktifan guru dalam kegiatan pengajaran. Metode ini banyak digunakan pada pengajar yang kekurangan fasilitas.

Perlu adanya beberapa penyesuaian dalam menggunakan metode ceramah bagi PDBK disesuaikan dengan karakteristiknya. Peserta didik tunanetra akan cocok dengan metode ceramah, namun sebaliknya bagi peserta didik tunarungu metode ini kurang cocok sehingga harus divariasikan dengan gambar, bahasa tubuh atau isyarat

Metode Karyawisata

Karyawisata dalam arti metode mengajar mempunyai arti tersendiri yang berbeda dalam arti umum. Karyawisata di sini berarti kunjungan keluar kelas dalam rangka belajar. Teknik karya wisata adalah teknik mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak peserta didik kesuatu tempat atau objek tertentu diluar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu.

Perlu adanya beberapa penyesuaian dalam menggunakan metode karyawisata bagi PDBK disesuaikan dengan karakteristiknya.

Metode Tanya jawab

Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada peserta didik ,tetapi dapat pula dari peserta didik kepada guru. Metode tanya jawab memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat dua arah sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan peserta didik.

Perlu adanya beberapa penyesuaian dalam menggunakan metode Tanya jawab bagi PDBK disesiaikan dengan karakteristiknya. Peserta didik tunarungu dalam melakukan tanya jawab bisa dibantu dengan bahasa isyarat/bahasa tubuh.

3. Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola

yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di

kelas. Model tersebut merupakan pola umum perilaku pembelajaran untuk

mencapai kompetensi/tujuan pembelajaran yang diharapkan. Model

pembelajaran adalah pola interaksi peserta didik dengan guru di dalam kelas

yang menyangkut pendekatan, strategi, metode, teknik pembelajaran yang

diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Dalam suatu

model pembelajaran ditentukan bukan hanya apa yang harus dilakukan guru,

akan tetapi menyangkut tahapan-tahapan, prinsip-prinsip reaksi guru dan

peserta didik serta sistem penunjang yang disyaratkan Menurut Arends

(dalam Suprijono, 2013: 46) model pembelajaran mengacu pada pendekatan

yang digunakan termasuk di dalamnya tujuantujuan pembelajaran, tahap-

tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan

pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat diartikan juga sebagai

prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan belajar. Beberapa model pembelajaran ilmiah yang

direkomendasikan dalam rangka implementasi Kurikulum 2013 antara lain

Discovery/Inquiry Learning, Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based

Learning), Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning), dan

Cooperatif Learning.

Perhatikan contoh adaptasi model pembelajaran berikut:

Model Pembelajaran Karakteristik

TABEL 3.7 Model Pembelajaran

Komponen/Sintak Adaptasi

Discovery/Inquiry Learning

Peserta didik secara aktif menemukan ide dan mendapatkan makna

1. Simulasi dan identifikasi masalah 2. Mengumpulkan informasi3. Pengolahan informasi4. Verifikasi hasil5. Generalisasi

Pada dasarnya model pembelajaran yang digunakan sama dengan peserta didik pada umumnya hanya bagi PDBK perlu disesuaikan dengan hambatan atau kekhususan yang dialaminya sehingga perlu ada adaptasi, misalnya dalam menjelaskan langkah-langkah

Pembelajaran Berbasis Masalah(Problem BasedLearning)

1. Identifikasi dan merumuskan masalah 2. Menyusun rancangan penyelesaian masalah3. Mengumpulkan informasi4. Mengolah infomiasi5. Menyelesaikan masalah

Memecahkan masalah kontekstual

1312 PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIFPERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF

Model Pembelajaran Karakteristik Komponen/Sintak Adaptasi

atau sintak model pembelajaran lebih disederhakan, lebih fokus, dan lebih perhatian agar PDBK dapat memahami dan mengikuti tugas-tugas yang diperolehnya. Bagi PDBK tertentu bisa dibantu tutor yaitu temannya yang lebih unggul dan perhatian hal ini untuk lebih memahamkan berbagai tugas atau hal-hal yang harus dikerjakan PDBK

Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)

1. Menyampaikan tujuan 2. Menyajikan informasi3. Membentuk kelompok 4. Bekerja dalam kelompok 5. Presentasi hasil kerja kelompok 6. Menerima umpan balik

Peserta didik secara aktif menyelesaikan suatu project, penyelesaian memerlukan waktu penyelesaian relatif lama

Kerjasama tim dalam melaksanakan pembelajaran

Cooperatif Learning

1. Menyampaikan tujuan 2. Menyajikan informasi3. Membentuk kelompok 4. Bekerja dalam kelompok 5. Presentasi hasil kerja kelompok 6. Menerima umpan balik

4. Media Pembelajaran Adanya peserta didik berkebutuhan khusus di SPPPI menuntut

sekolah untuk menyiapkan sarana prasarana khusus yang sesuai dengan

karakteristik peserta didik berkebutuhan khusus dan strategi pembelajaran

yang dilakukan oleh guru yang bervariasi. Penyediaan sarana prasarana dan

media pembelajaran tidak perlu menuntut adanya biaya yang tinggi dan sulit

untuk mendapatkannya. Dengan kretivitas guru dapat membuat dan

menyediakan media pembelajaran yang sederhana dan murah.

Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar

mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang

pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan peserta didik

sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Media pembelajaran,

berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi

pelajaran.

Media Pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya. Mulai yang

paling kecil sederhana dan murah hingga media yang canggih dan mahal

harganya. Ada media yang dapat dibuat oleh guru sendiri, ada media yang

diproduksi pabrik. Ada media yang sudah tersedia di lingkungan yang

langsung dapat kita manfaatkan, ada pula media yang secara khusus

sengaja dirancang untuk keperluan pembelajaran.

Meskipun media banyak ragamnya, namun kenyataannya tidak

banyak jenis media yang biasa digunakan oleh guru di sekolah. Beberapa

media yang paling akrab dan hampir semua sekolah memanfaatkan adalah

media cetak (buku). selain itu banyak juga sekolah yang telah memanfaatkan

jenis media lain gambar, model, LCD, dan obyek-obyek nyata. Sedangkan

media lain seperti kaset audio, video, VCD, slide (film bingkai), program

pembelajaran komputer masih jarang digunakan meskipun sebenarnya

sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar guru.

Beberapa media pembelajaran bagi peserta didik berkebutuhan

khusus perlu diadaptasikan disesuaikan dengan kekhususan peserta didik.

Contoh media pembelajaran visual tidak cocok digunakan untuk peserta

didik tunanetra. Demikian pula media pembelajaran audio.

5. Sumber belajar Sumber belajar adalah segala sumber baik itu berupa daya,

lingkungan maupun pengalaman yang digunakan dan sebagai pendukung

dalam proses belajar mengajar agar berjalan lebih efektif dan efisien sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai. Sumber belajar dapat berupa buku, media

cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan.

Sumber belajar perlu mengakomodasi peserta didik berkebutuhan khusus.

Contohnya Ruang Keterampilan disalah satu SMK seyogyanya dapat

mengakomodasi pelaksanaan praktik keterampilan yang sesuai dengan

karakteristik peserta didik berkebutuhan khusus, baik itu bagi Peserta Didik

Tunagrahita, Autis, Tunadaksa, dan yang lainnya.

1514 PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIFPERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF

Model Pembelajaran Karakteristik Komponen/Sintak Adaptasi

atau sintak model pembelajaran lebih disederhakan, lebih fokus, dan lebih perhatian agar PDBK dapat memahami dan mengikuti tugas-tugas yang diperolehnya. Bagi PDBK tertentu bisa dibantu tutor yaitu temannya yang lebih unggul dan perhatian hal ini untuk lebih memahamkan berbagai tugas atau hal-hal yang harus dikerjakan PDBK

Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)

1. Menyampaikan tujuan 2. Menyajikan informasi3. Membentuk kelompok 4. Bekerja dalam kelompok 5. Presentasi hasil kerja kelompok 6. Menerima umpan balik

Peserta didik secara aktif menyelesaikan suatu project, penyelesaian memerlukan waktu penyelesaian relatif lama

Kerjasama tim dalam melaksanakan pembelajaran

Cooperatif Learning

1. Menyampaikan tujuan 2. Menyajikan informasi3. Membentuk kelompok 4. Bekerja dalam kelompok 5. Presentasi hasil kerja kelompok 6. Menerima umpan balik

4. Media Pembelajaran Adanya peserta didik berkebutuhan khusus di SPPPI menuntut

sekolah untuk menyiapkan sarana prasarana khusus yang sesuai dengan

karakteristik peserta didik berkebutuhan khusus dan strategi pembelajaran

yang dilakukan oleh guru yang bervariasi. Penyediaan sarana prasarana dan

media pembelajaran tidak perlu menuntut adanya biaya yang tinggi dan sulit

untuk mendapatkannya. Dengan kretivitas guru dapat membuat dan

menyediakan media pembelajaran yang sederhana dan murah.

Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar

mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang

pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan peserta didik

sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Media pembelajaran,

berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi

pelajaran.

Media Pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya. Mulai yang

paling kecil sederhana dan murah hingga media yang canggih dan mahal

harganya. Ada media yang dapat dibuat oleh guru sendiri, ada media yang

diproduksi pabrik. Ada media yang sudah tersedia di lingkungan yang

langsung dapat kita manfaatkan, ada pula media yang secara khusus

sengaja dirancang untuk keperluan pembelajaran.

Meskipun media banyak ragamnya, namun kenyataannya tidak

banyak jenis media yang biasa digunakan oleh guru di sekolah. Beberapa

media yang paling akrab dan hampir semua sekolah memanfaatkan adalah

media cetak (buku). selain itu banyak juga sekolah yang telah memanfaatkan

jenis media lain gambar, model, LCD, dan obyek-obyek nyata. Sedangkan

media lain seperti kaset audio, video, VCD, slide (film bingkai), program

pembelajaran komputer masih jarang digunakan meskipun sebenarnya

sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar guru.

Beberapa media pembelajaran bagi peserta didik berkebutuhan

khusus perlu diadaptasikan disesuaikan dengan kekhususan peserta didik.

Contoh media pembelajaran visual tidak cocok digunakan untuk peserta

didik tunanetra. Demikian pula media pembelajaran audio.

5. Sumber belajar Sumber belajar adalah segala sumber baik itu berupa daya,

lingkungan maupun pengalaman yang digunakan dan sebagai pendukung

dalam proses belajar mengajar agar berjalan lebih efektif dan efisien sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai. Sumber belajar dapat berupa buku, media

cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan.

Sumber belajar perlu mengakomodasi peserta didik berkebutuhan khusus.

Contohnya Ruang Keterampilan disalah satu SMK seyogyanya dapat

mengakomodasi pelaksanaan praktik keterampilan yang sesuai dengan

karakteristik peserta didik berkebutuhan khusus, baik itu bagi Peserta Didik

Tunagrahita, Autis, Tunadaksa, dan yang lainnya.

1514 PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIFPERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF

GolonganMedia

Contoh Dalam Pembelajaran

TABEL 3.9 Media Pembelajaran

Cocok Pemanfaatan Untuk PDBK

Audio Kaset audio, siaran radio, CD, telepon Semua PDBK kecuali Tunarungu harus dimodifikasi

No

Cetak Buku pelajaran, modul, brosur, leaflet, gambar

Semua PDBK kecuali Tunanetra harus dibraillekan atau direkam (buku bicara)

Audio Cetak Kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis

Semua PDBK kecuali untuk Tunanetra dan Tunarungu perlu Diadaptasi

Proyeksi Visual Diam

Overhead transparansi (OHT), Film bingkai (slide)

Semua PDBK kecuali Tunanetra

Proyeksi Audio visual diam

Film bingkai (slide) bersuara Semua PDBK kecuali untuk Tunanetra dan Tunarungu perlu Diadaptasi

Visual Gerak Film bisu Semua PDBK kecuali Tunanetra

Visual Gerak dan Bersuara

Audio Visual gerak, film gerak bersuara, video/VCD, televisi

Semua PDBK kecuali untuk Tunanetra dan Tunarungu perlu Diadaptasi

Obyek Fisik Benda nyata, model, specimen Semua PDBK

Manusia danLingkungan

Guru, Pustakawan, Laboran Semua PDBK

Komputer CAI (Pembelajaran berbantuan komputer), CBI (Pembelajaran berbasis komputer).

Peserta Didik yang Memiliki Potensi Kecerdasan dan Bakat Istimewa dan PDBK lainnya diadaptasi.

Modifikasi Penilaian, berarti ada perubahan dalam sistem penilaian hasil

belajar yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuan PDBK.

Dengan kata lain PDBK menjalani sistem penilaian yang berbeda dengan peserta

didik reguler.

Perubahan tersebut bisa berkaitan dengan perubahan dalam soal- soal

penilaian/soal/ujian, perubahan dalam waktu penilaian, teknik/cara penilaian, atau

tempat penilaian. Termasuk juga bagian dari modifikasi penilaian adalah perubahan

dalam kriteria kelulusan/ketuntasan, sistem kenaikan kelas, dan raport.

1. Teknik Penilaian dan Bentuk Instrumen Penilaian hasil belajar dilakukan untuk mendiagnosa kekuatan dan

kelemahan peserta didik, memonitor perkembangan belajar peserta didik,

menilai ketercapaian kurikulum, memberi nilai peserta didik dan menentukan

efektivitas pembelajaran baik aspek pengetahuan maupun aspek

keterampilan. Untuk tujuan-tujuan tersebut dapat digunakan berbagai

teknik dan bentuk instrumen penilaian. Penilaian dapat dilakukan secara

lisan, tertulis, observasi, praktik maupun penugasan perseorangan atau

kelompok, produk, projek, dan portofolio.

Untuk memiliki pemahaman yang lebih rinci mengenai teknik

penilaian dan bentuk instrumen, perhatikan tabel 3.12.

Penilaian pembelajaran bagi PDBK di SPPI mengacu pada kurikulum yang

ditetapkan satuan pendidikan bagi peserta didik yang bersangkutan.

Penilaian pembelajaran bagi PDBK di SPPI meliputi penilaian proses dan hasil

pembelajaran. Penilaian proses dan hasil pembelajaran dilakukan oleh guru

mata pelajaran sesuai dengan tugas kewenangannya. Penilaian proses

dilakukan sepanjang waktu pembelajaran ditujukan untuk mengetahui

kesulitan yang dialami peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran,

dan digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran berikutnya sesuai

dengan kebutuhan.

Sekolah menentukan KKM. Dalam penentuan KKM sekolah

mempertimbangkan 3 (tiga) hal yaitu karakteristik peserta didik,

E MODIFIKASI PENILAIAN

1716 PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIFPERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF

GolonganMedia

Contoh Dalam Pembelajaran

TABEL 3.9 Media Pembelajaran

Cocok Pemanfaatan Untuk PDBK

Audio Kaset audio, siaran radio, CD, telepon Semua PDBK kecuali Tunarungu harus dimodifikasi

No

Cetak Buku pelajaran, modul, brosur, leaflet, gambar

Semua PDBK kecuali Tunanetra harus dibraillekan atau direkam (buku bicara)

Audio Cetak Kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis

Semua PDBK kecuali untuk Tunanetra dan Tunarungu perlu Diadaptasi

Proyeksi Visual Diam

Overhead transparansi (OHT), Film bingkai (slide)

Semua PDBK kecuali Tunanetra

Proyeksi Audio visual diam

Film bingkai (slide) bersuara Semua PDBK kecuali untuk Tunanetra dan Tunarungu perlu Diadaptasi

Visual Gerak Film bisu Semua PDBK kecuali Tunanetra

Visual Gerak dan Bersuara

Audio Visual gerak, film gerak bersuara, video/VCD, televisi

Semua PDBK kecuali untuk Tunanetra dan Tunarungu perlu Diadaptasi

Obyek Fisik Benda nyata, model, specimen Semua PDBK

Manusia danLingkungan

Guru, Pustakawan, Laboran Semua PDBK

Komputer CAI (Pembelajaran berbantuan komputer), CBI (Pembelajaran berbasis komputer).

Peserta Didik yang Memiliki Potensi Kecerdasan dan Bakat Istimewa dan PDBK lainnya diadaptasi.

Modifikasi Penilaian, berarti ada perubahan dalam sistem penilaian hasil

belajar yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuan PDBK.

Dengan kata lain PDBK menjalani sistem penilaian yang berbeda dengan peserta

didik reguler.

Perubahan tersebut bisa berkaitan dengan perubahan dalam soal- soal

penilaian/soal/ujian, perubahan dalam waktu penilaian, teknik/cara penilaian, atau

tempat penilaian. Termasuk juga bagian dari modifikasi penilaian adalah perubahan

dalam kriteria kelulusan/ketuntasan, sistem kenaikan kelas, dan raport.

1. Teknik Penilaian dan Bentuk Instrumen Penilaian hasil belajar dilakukan untuk mendiagnosa kekuatan dan

kelemahan peserta didik, memonitor perkembangan belajar peserta didik,

menilai ketercapaian kurikulum, memberi nilai peserta didik dan menentukan

efektivitas pembelajaran baik aspek pengetahuan maupun aspek

keterampilan. Untuk tujuan-tujuan tersebut dapat digunakan berbagai

teknik dan bentuk instrumen penilaian. Penilaian dapat dilakukan secara

lisan, tertulis, observasi, praktik maupun penugasan perseorangan atau

kelompok, produk, projek, dan portofolio.

Untuk memiliki pemahaman yang lebih rinci mengenai teknik

penilaian dan bentuk instrumen, perhatikan tabel 3.12.

Penilaian pembelajaran bagi PDBK di SPPI mengacu pada kurikulum yang

ditetapkan satuan pendidikan bagi peserta didik yang bersangkutan.

Penilaian pembelajaran bagi PDBK di SPPI meliputi penilaian proses dan hasil

pembelajaran. Penilaian proses dan hasil pembelajaran dilakukan oleh guru

mata pelajaran sesuai dengan tugas kewenangannya. Penilaian proses

dilakukan sepanjang waktu pembelajaran ditujukan untuk mengetahui

kesulitan yang dialami peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran,

dan digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran berikutnya sesuai

dengan kebutuhan.

Sekolah menentukan KKM. Dalam penentuan KKM sekolah

mempertimbangkan 3 (tiga) hal yaitu karakteristik peserta didik,

E MODIFIKASI PENILAIAN

1716 PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIFPERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF

Aspek yangDinilai

KompetensiInti (KI)

TABEL 3.12 Teknik Penilaian dan Bentuk Instrumen

Bentuk Instrumen

Sikap KI-1 SikapSpiritual

Teknik penilaian diri dan antar teman kurang sesuai dilakukan untuk peserta didik tunagrahita dan autis yang low function validitasnya diragukan sehubungan dengan karakt eristik mereka. Untuk teknik penilaian lainnya disesuaikan dengan karakteristik PDBKada beberapa penyesuaian baik itu penyesuaian isi/materi, cara.

No TeknikPenilaian

Keterangan Adaptasi bagi PDBK

Observasi

Penilaian Diri

Lembar Observasi

Daftar Cek, Skala Likert

Penilaian Antar Teman

Daftar Cek, Skala Likert

Jurnal Lembar/Catatan Jurnal

KI-2 SikapSosial

Observasi

Penilaian Diri

Lembar Observasi

Daftar Cek, Skala Likert

Penilaian Antar Teman

Daftar Cek, Skala Likert

Jurnal Lembar/Catatan Jurnal

Pengetahuan KI-3 Pengetahuan

Tes Lisan

Tes Tulisan

Tanya Jawab Quis Daftar Pertanyaan Benar-Salah, Menjodohkan, Pilihan Ganda, Isian/ Melengkapi, Uraian

Penugasan

Sampel pekerjaan peserta didikterbaik yang diperoleh dari penugasan dan tes tertulis

KI-4 Keterampilan

Praktik/Kinerja Rubrik Penilaian Praktik/Kinerja Rubrik

Produk Penilaian Proyek Rubrik

Proyek

Sanipel pekerjaan peserta didik terbaik dari KD pada KI-4

Tugas yang dilakukan secara individu maupun kelompok

Jurnal

Keterampilan

Penilaian Proyek

Portofolio

Waktu, alat, dan mungkin gabungan beberapa penyesuaian isi/materi, cara, waktu dan alat

karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan. Bagi PDBK

yang kemampuan akademiknya di bawah standar maka hasil belajarnya atau

KKM- nya dibandingkan dengan kemampuan awal/standar awal/baseline

PDBK tersebut.

PDBK yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan

atau jenjang tertentu, berhak melanjutkan ke satuan pendidikan atau

jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dalam melakukan penilaian

pembelajaran seting pendidikan inklusif perlu ada beberapa penyesuaian

dikarenakan hambatan yang dialami oleh PDBK. Penyesuaian tersebut

antara lain dalam penyesuaian waktu, cara, dan materi atau isi.

1 Penyesuaian waktu Penyesuaian waktu adalah penambahan waktu yang dibutuhkan oleh

seorang PDBK dalam mengerjakan ulangan, ujian, tes dan tugas lain

yang berhubungan dengan penilaian hasil belajar. Contoh peserta didik

tunanetra memerlukan waktu lebih lama dalam mengerjakan ujian, baik

dibacakan oleh orang lain maupun dengan membaca sendiri dengan

menggunakan huruf Braille. Contoh lain, peserta didik tunadaksa yang

mempunyai kelainan motorik tangan akan memerlukan waktu yang

lebih lama ketika menuliskan jawaban sebuah tes. Penyesuaian waktu

dapat terjadi pada PDBK lainnya sesuai dengan kebutuhan masing-

masing.

2 Penyesuaian cara Penyesuaian cara adalah modifikasi cara yang dilakukan oleh guru dalam

memberikan penilaian atau ulangan, ujian, tes dan tugas lain yang

berhubungan dengan penilaian hasil belajar bagi seorang PDBK. Sebagai

contoh peserta didik tunadaksa yang mengalami kesulitan motorik

tangan, hampir tidak mungkin mengerjakan soal-soal ujian yang

jawabannya diminta secara tertulis. Bagi mereka ujian dapat dilakukan

secara lisan atau dengan cara menggunakan alat bantu tertentu

(augmentative). Peserta didik tunarungu, untuk mata pelajaran bahasa,

baik bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris, penilaian tentang

keterampilan mendengarkan dapat dikompensasikan dengan aspek

keterampilan membaca.

1918 PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIFPERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF

Aspek yangDinilai

KompetensiInti (KI)

TABEL 3.12 Teknik Penilaian dan Bentuk Instrumen

Bentuk Instrumen

Sikap KI-1 SikapSpiritual

Teknik penilaian diri dan antar teman kurang sesuai dilakukan untuk peserta didik tunagrahita dan autis yang low function validitasnya diragukan sehubungan dengan karakt eristik mereka. Untuk teknik penilaian lainnya disesuaikan dengan karakteristik PDBKada beberapa penyesuaian baik itu penyesuaian isi/materi, cara.

No TeknikPenilaian

Keterangan Adaptasi bagi PDBK

Observasi

Penilaian Diri

Lembar Observasi

Daftar Cek, Skala Likert

Penilaian Antar Teman

Daftar Cek, Skala Likert

Jurnal Lembar/Catatan Jurnal

KI-2 SikapSosial

Observasi

Penilaian Diri

Lembar Observasi

Daftar Cek, Skala Likert

Penilaian Antar Teman

Daftar Cek, Skala Likert

Jurnal Lembar/Catatan Jurnal

Pengetahuan KI-3 Pengetahuan

Tes Lisan

Tes Tulisan

Tanya Jawab Quis Daftar Pertanyaan Benar-Salah, Menjodohkan, Pilihan Ganda, Isian/ Melengkapi, Uraian

Penugasan

Sampel pekerjaan peserta didikterbaik yang diperoleh dari penugasan dan tes tertulis

KI-4 Keterampilan

Praktik/Kinerja Rubrik Penilaian Praktik/Kinerja Rubrik

Produk Penilaian Proyek Rubrik

Proyek

Sanipel pekerjaan peserta didik terbaik dari KD pada KI-4

Tugas yang dilakukan secara individu maupun kelompok

Jurnal

Keterampilan

Penilaian Proyek

Portofolio

Waktu, alat, dan mungkin gabungan beberapa penyesuaian isi/materi, cara, waktu dan alat

karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan. Bagi PDBK

yang kemampuan akademiknya di bawah standar maka hasil belajarnya atau

KKM- nya dibandingkan dengan kemampuan awal/standar awal/baseline

PDBK tersebut.

PDBK yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan

atau jenjang tertentu, berhak melanjutkan ke satuan pendidikan atau

jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dalam melakukan penilaian

pembelajaran seting pendidikan inklusif perlu ada beberapa penyesuaian

dikarenakan hambatan yang dialami oleh PDBK. Penyesuaian tersebut

antara lain dalam penyesuaian waktu, cara, dan materi atau isi.

1 Penyesuaian waktu Penyesuaian waktu adalah penambahan waktu yang dibutuhkan oleh

seorang PDBK dalam mengerjakan ulangan, ujian, tes dan tugas lain

yang berhubungan dengan penilaian hasil belajar. Contoh peserta didik

tunanetra memerlukan waktu lebih lama dalam mengerjakan ujian, baik

dibacakan oleh orang lain maupun dengan membaca sendiri dengan

menggunakan huruf Braille. Contoh lain, peserta didik tunadaksa yang

mempunyai kelainan motorik tangan akan memerlukan waktu yang

lebih lama ketika menuliskan jawaban sebuah tes. Penyesuaian waktu

dapat terjadi pada PDBK lainnya sesuai dengan kebutuhan masing-

masing.

2 Penyesuaian cara Penyesuaian cara adalah modifikasi cara yang dilakukan oleh guru dalam

memberikan penilaian atau ulangan, ujian, tes dan tugas lain yang

berhubungan dengan penilaian hasil belajar bagi seorang PDBK. Sebagai

contoh peserta didik tunadaksa yang mengalami kesulitan motorik

tangan, hampir tidak mungkin mengerjakan soal-soal ujian yang

jawabannya diminta secara tertulis. Bagi mereka ujian dapat dilakukan

secara lisan atau dengan cara menggunakan alat bantu tertentu

(augmentative). Peserta didik tunarungu, untuk mata pelajaran bahasa,

baik bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris, penilaian tentang

keterampilan mendengarkan dapat dikompensasikan dengan aspek

keterampilan membaca.

1918 PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIFPERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF

3 Penyesuaian materi Penyesuaian materi adalah penyesuaian tingkat kesulitan bahan dan

penggunaan bahasa dalam butir soal yang dilakukan oleh pendidik

dalam memberikan ulangan, ujian, tes dan tugas lain yang berhubungan

dengan penilaian hasil belajar bagi seorang PDBK. Sebagai contoh

peserta didik autis yang low function, mereka sangat sulit untuk

mengikuti pelajaran yang tingkat kesulitannya sama seperti anak

lainnya pada tingkat kelas yang sama. Oleh karena itu tingkat kesulitan

materi ujian disesuaikan dengan kemampuan masing- masing peserta

didik. Penyesuaian materi dapat terjadi pada PDBK lainnya sesuai

dengan kebutuhan masing-masing.

2 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Kriteria Ketuntasan Minimal yang selanjutnya disebut KKM adalah

kriteria ketuntasan belajar yang ditentukan oleh satuan pendidikan yang

mengacu pada standar kompetensi kelulusan, dengan mempertimbangkan

karakteristik peserta didik, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan

pendidikan. Bagaimana dengan KKM bagi PDBK? Apakah semua PDBK KKM

yang ditetapkannya sama? Peserta didik pada SPPPI kemampuannya

beragam. Seperti di jelaskan pada bahasan sebelumnya bahwa

kemampuannya ada yang di atas standar, standar, dan di bawah standar

yang sedemikian rupa. Pengembangan kurikulumnya ada yang eskalasi,

duplikasi, modifikasi, substitusi, dan omisi. Bagi PDBK yang kemampuannya

atau kecerdasannya di atas standar dan standar KKM-nya sama dengan

pada umumnya. Bagi PDBK yang kemampuannya atau kecerdasannya di

bawah standar yang sedemikian rupa (tunagrahita dan autis yang low

function) maka untuk menetapkan keberhasilan belajarnya atau KKM-nya

dibandingankan dengan kemampuan awal atau standar awal (baseline)

berdasarkan hasil asesmen.

Pemahaman hal ini harus dimiliki para guru bagi peserta didik tunagrahita

dan autis yang low function atau peserta didik lainnya yang memiliki

hambatan kecerdasan yang sedemikian rupa, sehingga tidak selalu

membandingkan dengan KKM kelas atau sekolahnya karena hal itu adalah

sesuatu yang tidak mungkin.

Direktorat jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Menengah. (2018). Bahan Ajar Bimbingan Teknis Pembelajaran peserta didik Berkebutuhan Khusus Bagi Guru SMA-SMK Penyelenggara Pendidikan Inklusif.

Manubey Johana & Martin Liufeto. (2018). Modul Pengembangan Kompetensi Pedagogik Guru dalam Pelaksanaan Pendidikan Inklusif. Inovasi Untuk Anak Sekolah Indonesia, Kemitraan Australia Indonesia.

Referensi:

20 PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF 21

3 Penyesuaian materi Penyesuaian materi adalah penyesuaian tingkat kesulitan bahan dan

penggunaan bahasa dalam butir soal yang dilakukan oleh pendidik

dalam memberikan ulangan, ujian, tes dan tugas lain yang berhubungan

dengan penilaian hasil belajar bagi seorang PDBK. Sebagai contoh

peserta didik autis yang low function, mereka sangat sulit untuk

mengikuti pelajaran yang tingkat kesulitannya sama seperti anak

lainnya pada tingkat kelas yang sama. Oleh karena itu tingkat kesulitan

materi ujian disesuaikan dengan kemampuan masing- masing peserta

didik. Penyesuaian materi dapat terjadi pada PDBK lainnya sesuai

dengan kebutuhan masing-masing.

2 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Kriteria Ketuntasan Minimal yang selanjutnya disebut KKM adalah

kriteria ketuntasan belajar yang ditentukan oleh satuan pendidikan yang

mengacu pada standar kompetensi kelulusan, dengan mempertimbangkan

karakteristik peserta didik, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan

pendidikan. Bagaimana dengan KKM bagi PDBK? Apakah semua PDBK KKM

yang ditetapkannya sama? Peserta didik pada SPPPI kemampuannya

beragam. Seperti di jelaskan pada bahasan sebelumnya bahwa

kemampuannya ada yang di atas standar, standar, dan di bawah standar

yang sedemikian rupa. Pengembangan kurikulumnya ada yang eskalasi,

duplikasi, modifikasi, substitusi, dan omisi. Bagi PDBK yang kemampuannya

atau kecerdasannya di atas standar dan standar KKM-nya sama dengan

pada umumnya. Bagi PDBK yang kemampuannya atau kecerdasannya di

bawah standar yang sedemikian rupa (tunagrahita dan autis yang low

function) maka untuk menetapkan keberhasilan belajarnya atau KKM-nya

dibandingankan dengan kemampuan awal atau standar awal (baseline)

berdasarkan hasil asesmen.

Pemahaman hal ini harus dimiliki para guru bagi peserta didik tunagrahita

dan autis yang low function atau peserta didik lainnya yang memiliki

hambatan kecerdasan yang sedemikian rupa, sehingga tidak selalu

membandingkan dengan KKM kelas atau sekolahnya karena hal itu adalah

sesuatu yang tidak mungkin.

Direktorat jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Menengah. (2018). Bahan Ajar Bimbingan Teknis Pembelajaran peserta didik Berkebutuhan Khusus Bagi Guru SMA-SMK Penyelenggara Pendidikan Inklusif.

Manubey Johana & Martin Liufeto. (2018). Modul Pengembangan Kompetensi Pedagogik Guru dalam Pelaksanaan Pendidikan Inklusif. Inovasi Untuk Anak Sekolah Indonesia, Kemitraan Australia Indonesia.

Referensi:

20 PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF 21