3. Kinetika Fermentasi Produksi Minuman Vinegar_Yulia M S_12.70.0129_F3

27
1. HASIL PENGAMATAN Hasil pengamatan kinetika dalam produksi vinegar dari sari apel malang dan kultur Saccharomyces cereviceae yang diamati setiap 24 jam selama 5 hari dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Pengamatan Kinetika dalam Produksi Vinegar dari Sari Buah Apel Kelompok Perlakuan Waktu ∑ MO Tiap Petak Rata-rata/ ∑ MO Tiap Petak Rata-rata/ ∑ MO Tiap cc OD (nm) pH Total Asam 1 2 3 4 F1 Sari apel + S. cereviceae N0 1 4 8 7 5 2 x 10 7 0,3162 3,82 16,32 N24 50 47 55 45 49,25 19,7 x 10 7 1,3558 3,24 19,20 N48 39 40 36 41 39 15,6 x 10 7 1,5890 3,35 14,40 N72 45 62 56 69 58 23,2 x 10 7 1,6233 3,37 14,59 N96 60 72 76 83 72,75 29,1 x 10 7 1,8378 3,40 14,02 F2 Sari apel + S. cereviceae N0 12 13 11 11 11,75 4,7 x 10 7 0,2721 3,24 16,51 N24 81 101 92 93 91,75 36,7 x 10 7 1,0991 3,22 17,28 N48 169 123 157 179 157 62,8 x 10 7 1,1038 3,33 14,40 N72 78 72 101 128 94,75 37,9 x 10 7 0,9060 3,42 13,82 N96 300 300 300 300 300 120 x 10 7 2,1425 3,43 13,63 F3 Sari apel + S. cereviceae N0 28 15 22 16 20,25 8,1 x 10 7 0,3192 3,27 17,09 N24 54 62 60 56 58 23,2 x 10 7 1,2458 3,22 17,28 N48 120 82 81 83 91,5 36,6 x 10 7 1,4917 3,33 16,32 N72 123 103 108 109 110,75 44,3 x 10 7 1,6415 3,34 15,55 N96 44 39 41 37 40,25 16,1 x 10 7 1,2932 3,42 14,02 F4 Sari apel + S. cereviceae N0 26 17 11 29 20,75 8,3 x 10 7 0,4084 3,30 16,32 N24 101 90 107 124 105,5 42,2 x 10 7 1,5120 3,25 19,20 N48 81 90 88 97 89 35,6 x 10 7 1,5583 3,13 14,40 N72 83 76 95 75 82,25 32,9 x 10 7 0,7487 3,34 14,59 N96 82 76 83 86 81,75 32,7 x 10 7 0,3352 3,48 13,82 1

description

Cider vinegar merupakan hasil fermentasi cair dari sari apel menggunakan Saccharomyces cereviceae

Transcript of 3. Kinetika Fermentasi Produksi Minuman Vinegar_Yulia M S_12.70.0129_F3

  • 1. HASIL PENGAMATAN Hasil pengamatan kinetika dalam produksi vinegar dari sari apel malang dan kultur Saccharomyces cereviceae yang diamati setiap 24 jam selama

    5 hari dapat dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 1. Hasil Pengamatan Kinetika dalam Produksi Vinegar dari Sari Buah Apel

    Kelompok Perlakuan Waktu MO Tiap Petak Rata-rata/

    MO Tiap Petak

    Rata-rata/ MO Tiap cc OD (nm) pH

    Total Asam 1 2 3 4

    F1 Sari apel + S. cereviceae N0 1 4 8 7 5 2 x 107 0,3162 3,82 16,32 N24 50 47 55 45 49,25 19,7 x 107 1,3558 3,24 19,20 N48 39 40 36 41 39 15,6 x 107 1,5890 3,35 14,40 N72 45 62 56 69 58 23,2 x 107 1,6233 3,37 14,59 N96 60 72 76 83 72,75 29,1 x 107 1,8378 3,40 14,02

    F2 Sari apel + S. cereviceae N0 12 13 11 11 11,75 4,7 x 107 0,2721 3,24 16,51 N24 81 101 92 93 91,75 36,7 x 107 1,0991 3,22 17,28 N48 169 123 157 179 157 62,8 x 107 1,1038 3,33 14,40 N72 78 72 101 128 94,75 37,9 x 107 0,9060 3,42 13,82 N96 300 300 300 300 300 120 x 107 2,1425 3,43 13,63

    F3 Sari apel + S. cereviceae N0 28 15 22 16 20,25 8,1 x 107 0,3192 3,27 17,09 N24 54 62 60 56 58 23,2 x 107 1,2458 3,22 17,28 N48 120 82 81 83 91,5 36,6 x 107 1,4917 3,33 16,32 N72 123 103 108 109 110,75 44,3 x 107 1,6415 3,34 15,55 N96 44 39 41 37 40,25 16,1 x 107 1,2932 3,42 14,02

    F4 Sari apel + S. cereviceae N0 26 17 11 29 20,75 8,3 x 107 0,4084 3,30 16,32 N24 101 90 107 124 105,5 42,2 x 107 1,5120 3,25 19,20 N48 81 90 88 97 89 35,6 x 107 1,5583 3,13 14,40 N72 83 76 95 75 82,25 32,9 x 107 0,7487 3,34 14,59 N96 82 76 83 86 81,75 32,7 x 107 0,3352 3,48 13,82

    1

  • 2

    Kelompok Perlakuan Waktu MO Tiap Petak Rata-rata/

    MO Tiap Petak

    Rata-rata/ MO Tiap cc OD (nm) pH

    Total Asam

    F5 Sari apel + S. cerevisiae N0 11 27 23 19 20 8 x 107 0,3352 3,32 15,74 N24 192 187 124 75 144,5 57,8 x 107 1,2911 3,23 17,28 N48 115 106 119 92 108 43,2 x 107 1,3860 3,35 14,40 N72 100 75 69 52 74 29,6 x 107 1,6958 3,54 15,17 N96 135 89 144 167 133,75 53,4 x 107 1,4069 3,46 12,86

    Pada Tabel 1 dilihat bahwa pengamatan cider vinegar dilakukan selama 5 hari berturut-turut dengan pengujian terhadap rata-rata jumlah

    mikroorganisme tiap cc, optical density (OD), derajat keasaman (pH), dan total asam. Dari tabel dapat diketahui meskipun menggunakan bahan

    baku yang sama namun diperoleh hasil yang berbeda. Berdasarkan hasil rata-rata mikroorganisme tiap petak, untuk semua kelompok diperoleh

    hasil yang berfluktuasi (naik-turun) mulai dari hari pertama (N0) hingga hari ke-5 (N96). Hal ini menyebabkan ikut berfluktuasinya (naik-turun)

    hasil rata-rata pada mikroorganisme tiap cc. Untuk hasil optical density (OD) diperoleh hasil bahwa semakin banyak jumlah mikroorganisme,

    maka nilai OD yang dihasilkan akan semakin besar. Namun untuk pengamatan OD setiap harinya pada tiap kelompok dihasilkan bahwa nilai OD

    semua kelompok berfluktuasi (naik-turun). Untuk pengukuran pH, pH semua kelompok berfluktuasi mulai dari 3,1 hingga 3,5. Pada pengukuran

    asam, angka total asam juga berfluktuasi mulai dari 12 hingga 19.

  • 3

    Selain hasil pengamatan berupa Tabel 1 diatas, hasil pengamatan juga dapat dilihat pada grafik

    hubungan antara optical density (OD) dengan waktu, jumlah sel dengan waktu, jumlah sel

    dengan pH, jumlah sel dengan optical density (OD), dan jumlah sel dengan total asam.

    1.1. Grafik Hubungan Optical Density (OD) dengan Waktu Grafik hubungan antara optical density (OD) dengan waktu dapat dilihat pada Gambar 1.

    Gambar 1. Hubungan Jumlah Optical Density (OD) dengan Waktu

    Dari Gambar 1 dapat diketahui bahwa pada kelompok F3, F4, dan F5 nilai OD meningkat

    hingga 48 dan 72 jam kemudian menurun seiring dengan bertambahnya waktu fermentasi.

    Akan tetapi pada beberapa kelompok setelah lama fermentasi mencapai 96 jam nilai OD justru

    mengalami peningkatan. Hal ini terlihat pada kelompok F1 dan F2 dimana setelah mengalami

    penurunan hingga 72 jam, kemudian hasil pengamatan absorbansi pada kedua kelompok ini

    mengalami peningkatan hingga mulai dari 72 jam hingga 96 jam.

    0.0000

    0.5000

    1.0000

    1.5000

    2.0000

    2.5000

    N0 N24 N48 N72 N96

    Anso

    rban

    si

    Waktu

    Grafik Hubungan Optical Density (OD) dengan Waktu

    F1

    F2

    F3

    F4

    F5

  • 4

    1.2. Grafik Hubungan Jumlah Sel dengan Waktu Grafik hubungan antara jumlah sel dengan waktu dapat dilihat pada Gambar 2.

    Gambar 2. Hubungan Jumlah Sel Mikroorganisme dengan Waktu

    Pada Gambar 2, dapat dilihat bahwa pada kelompok F1 jumlah mikroorganisme meningkat

    dari hari ke-0 (N0) sampai dengan hari ke-1 (N24). Namun dari hari ke-1 (N24) hingga hari ke-

    3 (N72) jumlah mikroorganisme mengalami penurunan. Peningkatan jumlah mikroorganisme

    tampak kembali pada hari ke-3 (N72) hingga hari ke-4 (N96). Untuk kelompok F2 dapat dilihat

    bahwa peningkatan julah terjadi pada hari ke-0 (N0) hingga hari ke-2 (N48) namun mengalami

    penurunan hingga hari ke-3 (N72) dan peningkatan kembalipada hari ke-4 (N96). Untuk

    kelompok F3 peningkatan jumlah dimulai pada hari ke-0 (N0) hingga hari ke-3 (N72) dan

    mengalami penurunan mulai hari ke-3 (N72) hingga hari terakhir. Pada kelompok F4 jumlah

    mikroorganisme meningkat mulai dari hari ke-0 (N0) hingga hari ke-1 (N24) namun mengalami

    penurunan mulai hari ke-1 (N24) hingga hari terakhir. Untuk kelompok terakhir yaitu F5

    diperoleh hasil bahwa mulai hari ke-0 (N0) hingga hari ke-1 (N24) jumlah mikroorganisme

    meningkat. Namun pada hari ke-1 (N24) hingga hari ke-3 (N72) mengalami penurunan dan

    mengalami kenaikan jumlah setelahnya.

    0

    200000000

    400000000

    600000000

    800000000

    1000000000

    1200000000

    1400000000

    N0 N24 N48 N72 N96

    Jum

    lah

    Sel M

    ikro

    orga

    nism

    e

    Waktu

    Grafik Hubungan Jumlah Sel Mikroorganisme dengan Waktu

    F1

    F2

    F3

    F4

    F5

  • 5

    1.3. Grafik Hubungan Jumlah Sel dengan pH Grafik hubungan antara jumlah sel dengan pH dapat dilihat pada Gambar 3.

    Grafik 3. Hubungan Jumlah Sel Mikroorganisme dengan pH

    Berdasarkan Gambar 3, dapat dilihat bahwa hubungan antara rata-rata jumlah mikroorganisme

    tiap cc dengan nilai pH bersifat fluktuatif pada kelompok F1 hingga F5. Pada semua kelompok

    dapat dilihat bahwa pH mengalami penurunan mulai waktu 0 jam hingga 24 jam seiring dengan

    peningkatan jumlah sel. Kemudian pH meningkat secara bertahap hingga waktu 96 jam diiringi

    dengan penurunan dan peningkatan jumlah sel.

    0

    200000000

    400000000

    600000000

    800000000

    1000000000

    1200000000

    1400000000

    3 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8

    Jum

    lah

    Sel M

    ikro

    orga

    nism

    e

    pH

    Grafik Hubungan Jumlah Sel Mikroorganisme dengan pH

    F1

    F2

    F3

    F4

    F5

  • 6

    1.4. Grafik Hubungan Jumlah Sel dengan Optical Density (OD) Grafik hubungan antara jumlah sel dengan optical density (OD) dapat dilihat pada Gambar 4.

    Gambar 4. Hubungan Jumlah Sel Mikroorganisme dengan Optical Density (OD)

    Berdasarkan Gambar 4 menunjukkan hubungan antara rata-rata jumlah mikroorganisme/cc

    dengan nilai OD, sangat terlihat bahwa pada semua kelompok tidak ada hubungan yang

    signifikan antara jumlah mikroorganisme dengan nilai OD atau absorbansi. Semua kelompok

    juga menghasilkan nilai yang fluktuatif. Akan tetapi jika diamati pada sebagian besar kelompok

    terutama pada kelompok 2 bahwa semakin banyak jumlah mikroorganisme akan menyebabkan

    peningkatan OD. Namun ketika jumlah mikroorganisme yang awalnya sudah banyak menjadi

    lebih banyak, nilai OD menjadi tidak menentu.

    0

    200000000

    400000000

    600000000

    800000000

    1000000000

    1200000000

    1400000000

    0.0000 0.5000 1.0000 1.5000 2.0000 2.5000

    Jum

    lah

    Sel M

    ikro

    orga

    nism

    e

    Absorbansi

    Grafik Hubungan Jumlah Sel Mikroorganisme dengan Optical Density (OD)

    F1

    F2

    F3

    F4

    F5

  • 7

    1.5. Grafik Hubungan Jumlah Sel dengan Total Asam Grafik hubungan antara jumlah sel dengan total asam dapat dilihat pada Gambar 5.

    Gambar 5. Hubungan Jumlah Sel Mikroorganisme dengan Total Asam

    Berdasarkan Gambar 5 di atas dapat dilihat bahwa hubungan antara rata-rata jumlah

    mikroorganisme tiap cc dengan total asam dalam minuman vinegar tidak selalu sebanding. Hal

    ini dapat dilihat dari penurunan jumlah mikroorganisme tidak disertai dengan penurunan total

    asam. Dari data kelima kelompok, nilai total asam tertinggi tidak terdapat pada kelompok

    dengan jumlah mikroorganisme yang tertinggi yaitu F2. Namun pada nilai asam tertinggi

    berikutnya disertai dengan peningkatan jumlah mikroorganisme tertinggi pula yang dapat

    dilihat pada kelompok F4. Namun, secara keseluruhan pola grafik yang ada tidak terbentuk

    secara teratur, sebagaimana yang terihat pada Grafik 5 di atas ada beberapa kelompok dimana

    peningkatan jumlah mikroorganisme seiring dengan peningkatan total asam, namun penurunan

    mikroorganisme juga sering menyebabkan meningkatnya mikroorganisme.

    0

    200000000

    400000000

    600000000

    800000000

    1000000000

    1200000000

    1400000000

    12.000 13.000 14.000 15.000 16.000 17.000 18.000

    Jum

    lah

    Sel M

    ikro

    orga

    nism

    e

    Total Asam

    Grafik Hubungan Jumlah Sel Mikroorganisme dengan Total Asam

    F1

    F2

    F3

    F4

    F5

  • 2. PEMBAHASAN

    Fermentasi merupakan proses perubahan kimia dalam bahan pangan yang disebabkan oleh

    enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme. Proses fermentasi biasanya menggunakan

    substrat berupa zat gula yang banyak terdapat dalam pangan seperti buah-buahan

    (Kwartiningsih & Mulyati,2005). Buah-buahan seperti apel telah banyak digunakan secara luas

    sebagai produk minuman fermentasi. Pada umumnya, buah mengandung banyak gula yang

    dapat digunakan oleh yeast selama proses fermentasi. Beberapa faktor mempengaruhi proses

    pembuatan minuman fermentasi seperti karakteristik buah (nilai pH, kandungan gula dan

    nitrogen) serta suhu fermentasi dan jenis yeast yang digunakan (Sevda & Rodrigues,2011).

    Ditambahkan pula oleh Riekstina-Dolge et al (2014) bahwa kualitas dari produk minuman

    fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti varietas apel yang digunakan, jenis yeast,

    kondisi fermentasi, proses produksi, dan tahap pemurnian.

    Vinegar berasal dari kata vinaigre (bahasa Perancis) merupakan produk cair yang dihasilkan

    dari fermentasi bahan yang mengandung gula atau pati menjadi alkohol, kemudian

    difermentasi lebih lanjut menjadi vinegar. Vinegar memiliki kandungan asam asetat minimal

    4 gram/100 mL. Terdapat berbagai jenis vinegar antara lain:

    1. Cider Vinegar (Vinegar Apel)

    2. Wine Vinegar

    3. Grain Vinegar

    4. Malt Vinegar

    5. Sugar Vinegar

    6. Glucose Vinegar

    (Kwartiningsih & Mulyati,2005)

    Saccharomyces cerevisiae merupakan starter yeast yang sering digunakan dan diaplikasikan

    untuk membuat produk minuman fermentasi baik dalam skala industri maupun homemade.

    Saccharomyces banyak digunakan karena menghasilkan proses fermentasi yang cepat dan

    tepat, mengurangi resiko fermentasi yang berjalan lambat/terhenti, serta mencegah

    kontaminasi oleh mikroba lain (Sevda & Rodrigues,2011).

    Proses pembuatan cider vinegar apel diawali dengan mencuci bersih 4 kg apel malang

    menggunakan air mengalir. Apel kemudian dipotong- potong menjadi bagian yang lebih kecil

    8

  • 9

    tanpa dilakukan pengupasan kulit. Rendam apel yang sudah di potong ke dalam air. Setelah

    semua apel terpotong, tiriskan apel dan masukkan ke dalam juicer untuk diambil sarinya

    sejumlah 1,5 L. Saring sari apel dan ambil sari sebanyak 250 ml untuk masing-masing

    kelompok. Sari apel yang sudah dibagi kemudian dimasukkan ke dalam botol kaca dan ditutup

    dengan plastik. Botol kemudian di sterilisasi selama 1 jam. Sari apel inilah yang nantinya akan

    digunakan sebagi substrat untuk fermentasi yeast.

    Setelah proses sterilisasi, botol didinginkan dengan cara merendam botol sebagian dalam air

    dingin dalam baskom hingga botol (sari apel) dingin. Kultur Saccharomyces cerevisiae lalu

    dimasukkan ke dalam botol secara steril dan aseptis di dalam ruang LAF (Laminer Air Flow).

    Dari botol (yang telah berisi kultur dan sari apel) kemudian diambil sebanyak 30 ml secara

    steril dan aseptis lalu dimasukkan ke dalam beaker glass. Saccharomyces cerevisiae dalam

    botol kemudian diinkubasi pada suhu ruang (25-30oC) selama 5 hari dimana setiap harinya

    diambil sebanyak 30 ml untuk dilakukan pengamatan secara berkala. Sebelum diuji, sampel

    harus digoyang-goyangkan (di-shaker) terlebih dahulu. Sari apel sebanyak 30 ml kemudian

    digunakan untuk pengukuran berikutnya meliputi pengukuran pH dan jumlah kepadatan sel

    (haemocytometer) sebanyak 12 ml, pengukuran total asam sebanyak 10 ml, dan pengukuran

    konsentrasi sel (OD) menggunakan spektrofotometri sebanyak 3 ml. Data hasil pengamatan

    ditunjukkan sebagai hari ke-0 (N0), hari ke-1 (N24), hari ke-2 (N48), hari ke-3 (N72), dan hari

    ke-4 (N96).

    (a) (b)

    Gambar 6. (a) Pengirisan serta Perendaman Apel dan (b) Penghancuran Apel menggunakan Juicer

    (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

  • 10

    Berdasarkan cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini, tahap persiapan substrat dilakukan

    dengan mencuci dan memotong apel tanpa dilakukan pengupasan kulit. Apel kemudian

    dihancurkan untuk diambil sarinya. Menurut Heikefelt (2011) metode tersebut merupakan

    metode pengekstrakan jus apel sebelum membuat cider vinegar. Tahap ekstraksi sendiri

    dilakukan dengan menghancurkan buah apel sehingga diperoleh bagian yang lebih kecil untuk

    memudahkan pengekstrakan jus agar keluar dari pomade-nya. Ditambahkan pula oleh Ikhsan

    (1997) bahwa tujuan dilakukannya penghancuran adalah untuk mendapatkan ekstrak

    karbohidrat (sebagai bahan baku fermentasi) dari dalam buah apel.

    Gambar 7. Sari Apel yang Sudah dijuicer

    (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

    Menurut Heikefelt (2011) hasil pengekstrakan apel adalah sebagian besar pektin dan protein

    serta partikel fragmen sel dan partikel kecil tidak terlarut. Partikel kecil tidak terlarut

    menyebabkan cairan tampak sangat keruh. Oleh karena itu, perlu dilakukan tahapan

    penyaringan untuk memisahkan sari yang mengandung karbohidrat (pektin) sebagai sumber

    substrat dengan berbagai partikel kecil yang tidak terlarut. Sari apel kemudian harus segera

    dimasukkan ke dalam botol dan ditutup plastik untuk menghindari proses browning. Menurut

    Heikefelt (2011), apel sangat sensitif terhadap browning yang disebabkan oleh oksidasi dari

    senyawa fenol. Reaksi browning dapat terjadi pada proses pemotongan apel, penghancuran

    apel, serta penyaringan apel. Reaksi browning dapat dicegah dengan perendaman apel dalam

    larutan garam serta penambahan asam askorbat selama penghancuran. Dalam praktikum kali

    ini, kami meminimalisir reaksi browning dengan perendaman apel dalam air dingin selama

    pemotongan.

  • 11

    ` (a) (b)

    Gambar 8. (a) Sari Apel yang siap Disterilisasi dan (b) Sterilisasi menggunakan Autoklaf (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

    Sari apel yang telah disaring kemudian dibagikan untuk semua kelompok masing-masing 250

    ml setiap kelompoknya. Sari tersebut kemudian dimasukkan ke dalam botol serta ditutup

    dengan plastik dan dilakukan proses sterilisasi pada suhu 121oC selama 15 menit. Sari apel

    yang telah disterilisasi lalu didinginkan dengan merendam botol dalam baskom yang berisi air

    dingin. Sari apel hasil pendinginan inilah yang nantinya akan digunakan sebagai substrat untuk

    pertumbuhan yeast. Dalam praktikum ini, proses sterilisasi dilakukan untuk membebaskan

    semua bahan atau media dari mikroorganisme perusak. Selama proses sterilisasi botol harus

    disumbat dengan kapas atau penutup lain untuk mencegah kontaminasi oleh mikroorganisme

    dari atmosfer (Fardiaz,1992). Dalam praktikum kali ini penutupan botol dilakukan

    menggunakan plastik. Pendinginan seusai pemanasan sendiri bertujuan untuk menurunkan

    suhu sari apel agar tidak terlalu panas bagi kultur yang akan ditambahkan.

    Gambar 9. Proses shaker pada sari apel

    (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

    Setelah sari apel dingin, dilakukan penambahan kultur sebanyak 30 ml. Menurut Sevda &

    Rodrigues (2011) penambahan inokulum sebenarnya sudah efektif dengan penambahan kultur

    sebanyak 6% saja. Namun dalam praktikum ini ditambahkan kultur sebanyak 12% (30 ml).

    Setelah dilakukan tahap inokulasi secara aseptis, sari apel tersebut kemudian digojok perlahan-

  • 12

    lahan untuk mencampurkan kultur secara merata dalam media sari apel. Tahap berikutnya

    diambil sebanayk 25 ml sampel dari sari apel yang sudah ditambahkan kultur untuk uji total

    asam, pH, jumlah mikroorganisme dan absorbansinya (nilai Optical Density/OD).

    Gambar 10. Sari Apel selam Inkubasi

    (Sumber: Dokumentasi pribadi)

    Sisa dari sari apel dan kultur yang ada diinkubasi menggunakan shaker selama 5 hari, dimana

    setiap hari sampel diambil sebanyak 25 ml untuk dilakukan analisis yang sama. Penggunaan

    incubator shaker ini berfungsi untuk memberi agitasi dan aerasi. Proses agitasi dan aerasi

    bertujuan untuk menyuplai oksigen dalam media pertumbuhan serta untuk menyediakan

    sumber karbon yang cukup bagi pertumbuhan mikroorganisme. Aerasi merupakan salah satu

    faktor yang penting untuk proses fermentasi meskipun yeast juga akan tumbuh dalam keadaan

    anaerob. Pengkondisian suasana aerob bertujuan untuk menghasilkan substrat yang diharapkan

    (Chen,2011).

    Dalam praktikum ini, perhitungan kepadatan dan jumlah sel mikroorganisme dilakukan dengan

    menggunakan haemocytometer. Menurut Chen (2011), haemocytometer adalah alat yang

    berfungsi untuk menghitung sel atau jumlah sel untuk konsentrasi/jumlah sel yang

    rendah/sedikit. Hasil pengukuran jumlah biomassa sel tersebut kemudian dapat diamati melalui

    mikroskop. Dalam pengukuran menggunakan spektrofotometri, intensitas cahaya yang

    ditembakkan akan diabsorbsi oleh larutan, dimana besarnya intensitas cahaya tersebut dapat

    ditentukan dengan menggunakan hukum Lambert-Beer. Sedikitnya cahaya yang dapat

    diteruskan disebabkan karena larutan yang semakin keruh. Apabila dihubungkan dengan teori

    dari Rahman (1992) yang menyatakan bahwa adanya pertumbuhan Saccharomyces cereviceae

    ditandai dengan perubahan warna dan timbulnya kekeruhan pada larutan, maka dapat dikatakan

    bahwa semakin keruh larutan semakin banyak pula biomassa yeast yang terdapat dalam larutan

  • 13

    tersebut. Disebutkan pula bahwa panjang gelombang yang biasa digunakan dalam pengukuran

    jumlah sel menggunakan proses absorbansi dengan panjang gelombang 660 nm.

    Uji total asam pada cider vinegar apel dilakukan dengan menggunakan metode titrasi. Dalam

    penentuan total asam digunakan larutan NaOH 0,1 N sebagai titran sedangkan PP merupakan

    indikatornya. Hal ini sesuai dengan teori Petrucci & Suminar (1987) yang menyatakan bahwa

    dalam titrasi biasanya digunakan asam kuat atau basa kuat. Sedangkan penggunaan indikator

    PP dilakukan karena titran yang digunakan bersifat basa. Indikator PP tidak akan berwarna

    dalam laruan netral atau asam tetapi akan berwarna pink/merah muda saat bereaksi dengan

    basa (Chang, 1991) sehingga larutan ini cocok digunakan sebagai indikator. Namun pada

    praktikum kali ini, titik akhir titrasi tidak ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi

    merah muda tetapi ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi coklat tua. Hal ini

    dikarenakan penggunaan sampel sari apel yang pada awalnya sudah berwarna orange hingga

    coklat muda.

    2.1. Hubungan OD dengan Waktu

    Gambar 11. Pengukuran OD dengan Spektofotometer

    (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

    Menurut Rahman (1992), warna substrat yang keruh dapat disebabkan oleh proses pemecahan

    gula menjadi alkohol dan beberapa hasil metabolit oleh Saccharomyces cereviceae. Menurut

    Pelezar & Chan (1976), semakin banyak massa sel dalam larutan maka nilai OD/absorbansi

    yang diperoleh semakin tinggi pula. Hal ini disebabkan karena semakin lama waktu fermentasi,

    maka semakin banyak jumlah yeast yang dihasilkan. Semakin banyak jumlah yeast akan

    menyebabkan semakin banyak jumlah alkohol dan hasil metabolit yang dihasilkan sehingga

  • 14

    larutan semakin keruh dan nilai OD meningkat. Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa

    pada kelompok F3, F4, dan F5 nilai OD meningkat hingga 48 dan 72 jam lalu akan mengalami

    penurunan seiring dengan semakin lamanya waktu fermentasi. Akan tetapi pada beberapa

    kelompok setelah lama fermentasi mencapai 96 jam nilai OD justru mengalami peningkatan.

    Hal ini terlihat pada kelompok F1 dan F2 dimana setelah mengalami penurunan hingga 72 jam,

    kemudian hasil pengamatan absorbansi pada kedua kelompok ini mengalami peningkatan

    mulai dari 72 jam hingga 96 jam.

    Terdapat 4 fase pertumbuhan mikroorgansime yaitu fase lag, log, stasioner dimana jumlah

    mikroorganisme yang tumbuh tidak bertambah lagi, dan fase kematian dimana jumlahnya

    berkurang secara signifikan. Jika hal ini dikaitkan dengan hasil pertambahan jumlah sel selama

    5 hari maka didapatkan hasil bahwa pada hari ke- 5 jumlah sel mulai mengalami penurunan.

    Penurunan jumlah sel ini juga diikuti dengan penurunan kekeruhan larutan juga. Hal ini sesuai

    dengan hasil kelompok F3, F4, dan F5 dimana setelah 72 jam nilai absorbansi menurun.

    Ketidaksesuaian dapat terjadi karena setiap harinya sari apel diambil sebanyak 25 ml untuk

    dijadikan sampel. Hal ini menyebabkan penurunan jumlah substrat dan penurunan ini

    menyebabkan puncak konsentrasi sel menjadi lebih rendah dan tingkat pertumbuhan menjadi

    lambat seperti yang terjadi pada kelompok F1 dan F2 (Pigeau et al., 2007).

    2.2. Hubungan Jumlah Sel dengan Waktu Dari praktikum ini, didapatkan hasil bahwa pada kelompok F1 jumlah mikroorganisme

    meningkat dari hari ke-0 (N0) sampai dengan hari ke-1 (N24). Namun dari hari ke-1 (N24)

    hingga hari ke-3 (N72) jumlah mikroorganisme mengalami penurunan. Peningkatan jumlah

    mikroorganisme tampak kembali pada hari ke-3 (N72) hingga hari ke-4 (N96). Untuk kelompok

    F2 dapat dilihat bahwa peningkatan jumlah terjadi pada hari ke-0 (N0) hingga hari ke-2 (N48)

    namun mengalami penurunan hingga hari ke-3 (N72) dan peningkatan kembali pada hari ke-4

    (N96). Untuk kelompok F3 peningkatan jumlah dimulai pada hari ke-0 (N0) hingga hari ke-3

    (N72) dan mengalami penurunan mulai hari ke-3 (N72) hingga hari terakhir. Pada kelompok F4

    jumlah mikroorganisme meningkat mulai dari hari ke-0 (N0) hingga hari ke-1 (N24) namun

    mengalami penurunan mulai hari ke-1 (N24) hingga hari terakhir. Untuk kelompok terakhir

    yaitu F5 diperoleh hasil bahwa mulai hari ke-0 (N0) hingga hari ke-1 (N24) jumlah

    mikroorganisme meningkat. Namun pada hari ke-1 (N24) hingga hari ke-3 (N72) mengalami

    penurunan dan mengalami kenaikan jumlah setelahnya.

  • 15

    Terdapat 4 fase pertumbuhan mikroorgansime yaitu fase lag, log, stasioner dimana jumlah

    mikroorganisme yang tumbuh tidak bertambah lagi, dan fase kematian dimana jumlahnya

    berkurang secara signifikan. Proses pertumbuhan mikroorganisme sangat dipengaruhi oleh

    sumber nutrisi yang tersedia pada media. Saat mikroorganisme berada pada fase lag,

    mikroorganisme beradaptasi dengan media/ dengan kondisi lingkungannya sehingga

    pertumbuhan mikroorganisme berjalan lambat. Memasuki fase log, laju pertumbuhan

    mikroorganisme akan meningkat semakin cepat karena mikroorganisme ada dalam kondisi

    aktif. Semakin cepat pertumbuhan mikroorganisme menyebabkan semakin banyak pula nutrisi

    yang digunkan oleh mikroorganisme. Keterbatasan jumlah nutrisi akan menyebabkan jumlah

    sel tidak bertambah lagi (statis). Ketika nutrisi benar-benar habis, mikroorganisme akan mati

    dan mengalami penurunan jumlah sel (Fardiaz, 1992).

    (a) (b)

    Gambar 12. (a) Pengamatan Haemocytometer menggunakan mikroskop dan (b) Penampakan mikroskopik dari Haemocytometer

    (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

    Jika dibandingkan antara hasil pengamatan yang diperoleh dengan teori menurut Fardiaz

    (1992) tersebut, maka kesesuain hasil hanya terlihat dari kelompok F3 dimana dinamika

    pertumbuhan mikroorganisme dalam cider vinegar apel mengalami peningkatan hingga 72 jam

    kemudian mengalami penurunan setelahnya. Pertambahan jumlah sel pada awal proses

    fermentasi (N24-N72) terlihat meningkat secara cepat. Hal ini dikarenakan yeast sedang berada

    pada fase logaritmik. Namun, ketika memasuki ke-5 jumlah sel terlihat menurun karena yeast

    sedang berada dalam fase stasioner dan mulai memasuki fase kematian. Akan tetapi hasil yang

    diperoleh beberapa keempat kelompok lainnya menunjukkan ketidakteraturan pola

    pertumbuhan yeast. Hal ini dapat terjadi karena perbedaan kandungan nutrisi dalam sari apel

    pada masing-masing kelompok Hal lain juga dapat disebabkan karena pengambilan sampel

  • 16

    yang tidak merata terutama untuk pengujian menggunakan haemocytometer. Faktor lain yang

    mempengaruhi kinetika pertumbuhan sel adalah temperatur. Berdasarkan penelitian Canbas et

    al (2007), suhu inkubasi yang lebih dari 27oC akan menyebabkan yeast tidak tumbuh dengan

    baik. Hal ini dapat dijadikan sebagai sebab pertumbuhan mikroorganisme yang berfluktuatif

    karena sari apel diinkubasi pada temperatur ruang bersuhu 25-30oC.

    2.3. Hubungan Jumlah Sel dengan pH

    Gambar 13. Pengukuran pH dengan pH meter

    (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

    Dari hasil praktikum ini, didapatkan hasil bahwa hubungan antara jumlah mikroorganisme

    dengan nilai pH bersifat fluktuatif (naik-turun). Hal ini terlihat jelas pada hasil mulai dari

    kelompok F1 hingga F5. Pada semua kelompok dapat dilihat bahwa pH mengalami penurunan

    mulai waktu 0 jam hingga 24 jam seiring dengan peningkatan jumlah sel. Kemudian pH

    meningkat secara bertahap hingga waktu 96 jam diiringi dengan penurunan dan peningkatan

    jumlah sel.

    Dalam pembuatan minuman cider vinegar, substrat tumbuh terlebih dahulu difermentasi

    dengan kultur yeast secara anaerob untuk menghasilkan alkohol selama lebih kurang 1 hingga

    4 hari. Selama proses fermentasi anaerob tersebut, yeast akan mengubah glukosa menjadi

    alkohol. Alkohol berperan sebagai substrat utama bagi pertumbuhan Acetobacter aceti yang

    akan menghasilkan hasil metabolit berupa asam laktat. Pembentukan asam laktat menyebabkan

    pH substrat menurun dan ketika jumlah asam asetat semakin banyak akan menghambat

    pertumbuhan yeast (Krusong & Vichitraka,2009). Sehingga, seharusnya dapat disimpulkan

  • 17

    bahwa semakin banyak jumlah sel yang ada akan menyebabkan semakin rendah pH larutan.

    Hal ini disebabkan karena kultur akan semakin banyak menghasilkan asam. Namun dalam

    praktikum ini tidak ditambahkan kultur bakteri asam laktat sehingga pembentukan asam

    berasal dari yeast itu sendiri. Hal ini didukung oleh teori Azizah et al. (2012) bahwa

    Saccharomyces cereviceae merupakan yeast yang bersifat homofermentatif, sehingga proses

    fermentasi dengan yeast tersebut dapat menghasilkan alkohol yang juga bersifat asam. Selain

    itu selama proses fermentasi yeast juga menghasilkan gas CO2 dimana menurut Kartohardjono

    et al. (2007) menyatakan bahwa gas CO2 merupakan gas yang bersifat asam (acid whey).

    Berdasarkan pendapat paragraf sebelumnya, seharusnya pH substrat akan semakin menurun

    bersamaan dengan pertambahan jumlah sel. Hal ini disebabkan karena semakin banyaknya

    jumlah asam yang dihasilkan oleh yeast. Namun perlu diketahui pula bahwa apabila jumlah

    asam yang dihasilkan semakin banyak, maka pertumbuhan yeast dapat terganggu sehingga

    jumlah sel yang dihasilkan menurun dan produksi asam yang ada berkurang. Ketidaksesuaian

    hasil pengamatan dengan teori dapat disebabkan oleh pertumbuhan yeast yang tidak stabil

    karena temperatur inkubasi yang tidak sesuai dengan temperatur optimum pertumbuhan.

    2.4. Hubungan Jumlah Sel dengan OD Pada praktikum ini, perhitungan jumlah sel dilakukan menggunakan haemocytometer.

    Berdasarkan hasil yang diperoleh, hubungan antara rata-rata jumlah mikroorganisme/cc

    dengan nilai OD tidak ada hubungan yang signifikan. Semua kelompok juga menghasilkan

    nilai yang fluktuatif. Akan tetapi jika diamati pada sebagian besar kelompok terutama pada

    kelompok 2 bahwa semakin banyak jumlah mikroorganisme akan menyebabkan peningkatan

    OD. Namun ketika jumlah mikroorganisme bertambah menjadi lebih banyak dibandingkan

    dari jumlah awalnya, nilai OD yang dihasilkan menjadi tidak menentu pula.

    Rahman (1992) mengatakan bahwa aktivitas yeast dalam merubah gula menjadi alkohol dan

    senyawa metabolit lainnya akan menyebabkan warna substrat semakin keruh. Jika larutan

    semakin keruh, maka nilai OD yang dihasilkan semakin besar pula. Hal ini semakin diperkuat

    dengan pendapat Pelezar and Chan (1976) yang mengatakan bahwa semakin banyak massa sel

    yang ada dalam suspensi maka sinar yang dihamburkan akan semakin banyak dan

    menyebabkan nilai OD semakin tinggi. Akan tetapi, dari hasil yang diperoleh didapat

    penyimpangan dari teori antara hasil pengukuran jumlah sel dengan OD. Penyimpangan ini

  • 18

    dapat terjadi karena kesalahan dalam penggunaan spektrofotometer yaitu akibat kuvet tergores,

    ukuran kuvet tidak seragam, kuvet kotor, penempatan kuvet tidak tepat, pengambilan sampel

    bersama endapannya, adanya gelembung gas dalam larutan sampel, serta ketidaksesuaian

    larutan blanko (Pomeranz & Meloan, 1994).

    2.5. Hubungan Jumlah Sel dengan Total Asam

    Gambar 14. Pengukuran Total Asam dengan Titrasi

    (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

    Dari hasil pengamatan yang diperoleh, dapat dilihat bahwa hubungan antara rata-rata jumlah

    mikroorganisme tiap cc dengan total asam dalam minuman vinegar tidak selalu sebanding. Hal

    ini dapat dilihat dari penurunan jumlah mikroorganisme tidak disertai dengan penurunan total

    asam. Dari data kelima kelompok, nilai total asam tertinggi tidak terdapat pada kelompok

    dengan jumlah mikroorganisme yang tertinggi yaitu F2. Namun pada nilai asam tertinggi

    berikutnya disertai dengan peningkatan jumlah mikroorganisme tertinggi pula yang dapat

    dilihat pada kelompok F4. Namun, secara ada beberapa kelompok dimana peningkatan jumlah

    mikroorganisme seiring dengan peningkatan total asam, namun ditemukan pula hasil bahwa

    penurunan mikroorganisme diiringi dengan meningkatnya mikroorganisme.

    Dalam fermentasi sari apel menggunakan Saccharomyces cereviceae, semakin lama proses

    fermentasi berlangsung maka nilai total asam yang dihasilkan akan semakin besar (Susanto &

    Setyohadi, 2011). Selama proses fermentasi sari apel, yeast akan merombak gula menjadi

    alkohol. Selain itu, yeast juga menggunakan gula untuk proses metabolismenya dan

    membentuk biomassa sel serta menghasilkan berbagai senyawa seperti asam asetat, asam

  • 19

    suksinat dan gliserol sebagai produk samping. Maka dapat disimpulkan bahwa seharusnya total

    asam akan meningkat seiring dengan kenaikan mikroorganisme. Secara keseluruhan hasil yang

    diperoleh pada praktikum ini kurang sesuai dengan teori yang ada. Penyimpangan ini dapat

    terjadi karena mungkin ketika total asam yang dihasilkan terlalu banyak dan pH substrat

    semakin rendah, kondisi yang terlalu asam tersebut sebaliknya justru bukan membantu

    pertumbuhan yeast melainkan menghambat atau mematikan pertumbuhan yeast (Krusong &

    Vichitraka, 2009).

  • 3.KESIMPULAN

    Fermentasi cider vinegar adalah proses hidrolisis gula menjadi CO2 dan alkohol.

    Proses pembuatan cider vinegar dalam praktikum fermentasi kali ini hanya dilakukan

    fermentasi alkohol oleh yeast Saccharomyces cerevisiae karena hanya dihasilkan

    alkohol dan asam tanpa penambahan bakteri.

    Proses fermentasi oleh yeast berlangsung secara anaerob.

    Pertumbuhan yeast selama fermentasi mengikuti kurva pertumbuhan logaritmik 4 fase

    yaitu lag, log, stasioner, dan kematian.

    Semakin lama waktu fermentasi, warna larutan akan semakin keruh sehingga nilai OD

    semakin meningkat.

    Semakin lama waktu fermentasi, semakin banyak jumlah sel yang dihasilkan sampai

    pada titik tertentu..

    Semakin banyak jumlah sel, nilai OD akan semakin meningkat karena larutan keruh.

    Semakin banyak jumlah sel, pH larutan semakin turun karena dihasilkan banyak asam.

    Semakin banyak jumlah sel, maka angka total akan semakin tinggi.

    Semarang, 9 Juli 2015

    Praktikan, Asisten Dosen,

    - Chaterine Meilani

    - Bernardus Baniel H

    - Metta Meliani

    Yulia Meutia S

    12.70.0129

    20

  • 4. DAFTAR PUSTAKA Azizah, N.; N. Al-Baarri, dan S. Mulyani. (2012). Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap

    Kadar Alkohol, pH, dan Produksi Gas Pada Proses Fermentasi Bioetanol dari Whey dengan Substrat Kulit Nanas. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 1 (2): 72-77.

    Canbas, A; A. Sener and M.U. Unal. (2007). The Effect of Fermentation Temperature on the

    Growth Kinetics of Wine Yeast Species. Turk J Agric for 31, 349-354. Chang, R. (1991). Chemistry. MC Graw Hill. USA. Chen, Yu-wei. (2011). Automatic Cell Counting for Haemocytometers Through Image

    Processing. Taiwan: National Chung Cheng University. Fardiaz, S. (1992). Mikroorganisme Pangan 1. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Heikefelt,Catrin.(2011). Chemical and Sensory Analyses of Juice, Cider, and Vinegar

    Produced from Different Apple Cultivars.Swedish University of Agriculture Sciences. Ikhsan, M. B. (1997). Pengaruh Media Starter dan Cara Penambahan Gula Terhadap Kualitas

    Anggur Pisang Klutuk. Stiper Farming. Semarang. Kartohardjono, S.; Anggara; Subihi; dan Yuliusman. (2007). Absorbsi CO2 dari campurannya

    dengan CH4 atau N2 melalui kontaktor membran serat berongga menggunakan pelarut air. Jurnal Teknologi 11 (2): 97-102.

    Krusong W., & A. Vichitraka. (2009). An investigation of simultaneous pineapple vinegar

    fermentation interaction between acetic acid bacteria and yeast. Asian Journal on Food& Agriculture-Ind. 2010, 3(01), 192-203

    Pelezar, M. J. & Chan. E. C. S. (1976). Turbidimetric Measurement of Plant Cell Culture

    Growth. Massachussets : MIT Petrucci, R.H. dan Suminar. (1987). Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat

    Jilid 1. Erlangga. Jakarta. Pigeau, G. M.; E. Bozza; K. Kaiser & D. L. Inglis. (2007). Concentration Effect of Riesling

    Icewine Juice on Yeast Performance and Wine Acidity. Journal of Applied Microbiology ISSN 1364-5072.

    Pomeranz,Y. & C. E. Meloan. (1994). Food Analysis Theory and Practice. John Wiley and

    Sons, Inc. New York. Rahman, A. (1992). Teknologi Fermentasi. Penerbit Arcan. Jakarta. 23 Riekstina-Dolge,Rita; Z.Kruma, I.Cinkmanis, E. Straumite, M.Sabovics, dan L.Tomsone.

    2014. Influence of Oenococcus Oeni and Oak Chips on the Chemical Composition and Sensory Properties of Cider.FOODBALT 2014: 178-183.

    21

  • 22

    Sevda SB, Rodrigues L. (2011) Fermentative Behavior of Saccharomyces Strains During Guava (Psidium Guajava L) Must Fermentation and Optimization of Guava Wine Production. J Food Process Technol 2:118.

    Susanto W.H. & B.R. Setyohadi. (2012). Pengaruh Varietas Apel (Malus sylvestris) Dan Lama

    Fermentasi Oleh Khamir Saccharomyces cerivisiae Sebagai Perlakuan Pra-Pengolahan Terhadap Karakteristik Sirup. Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 12 No. 3 :135-142.

  • 5. LAMPIRAN 5.1. Perhitungan 5.1.1. Kelompok C1 5.1.1.1.Jumlah sel/cc

    Jumlah sel/cc = 12,5 107 rata-rata jumlah mo tiap petak

    N0 Jumlahsel/cc = 1

    2,5 107 10 = 4 x 107

    N48 Jumlahsel/cc = 1

    2,5 107 61 = 24,4 x 107

    N72 Jumlahsel/cc = 1

    2,5 107 64 = 25,6 x 107 N96 Jumlahsel/cc = 1

    2,5 107 83 = 33,2x 107 N120 Jumlahsel/cc = 1

    2,5 107 147 = 58,8 x 107

    5.1.1.2.Total Asam

    Total Asam = 19210

    N0 Total asam = 4 0,1 192

    10 = 7,68mg/ml

    N48 Total asam = 5,2 0,1 192

    10 = 9,98mg/ml

    N72 Total asam =6 0,1 192

    10 = 11,52mg/ml

    N96 Total asam = 6,3 0,1 192

    10 = 12,09mg/ml

    23

  • 24

    N120 Total asam = 6,5 0,1 192

    10 = 12,48mg/ml

    5.1.2. Kelompok C2 5.1.2.1.Jumlah sel/cc N0 Jumlah sel/cc = 1

    2,5 107 x 21= 8,4x107sel/cc N48 Jumlah sel/cc = 1

    2,5 107 x 38= 15,2x 107sel/cc N72 Jumlah sel/cc = 1

    2,5 107 x 62= 24,8 x 107sel/cc N96 Jumlah sel/cc = 1

    2,5 107 x 63= 25,2 x 107sel/cc N120 Jumlah sel/cc = 1

    2,5 107 x 96= 38,4x 107sel/cc 5.1.2.2. Total Asam N0 Total Asam = 6 0,1 192

    10 = 11,52 mg/ml

    N48 Total Asam = 6 0,1 192

    10 = 11,52 mg/ml

    N72 Total Asam = 6,2 0,1 192

    10 = 11,90 mg/ml

    N96 Total Asam = 6,2 0,1 192

    10 =11,90 mg/ml

    N120 Total Asam = 6 0,1 192

    10 = 11,52 mg/ml

  • 25

    5.1.3. Kelompok C3 5.1.3.1.Jumlah sel/cc N0 Jumlah sel/cc = 1

    2,5 107 x 22 = 8,8 x 107 N48 Jumlah sel/cc = 1

    2,5 107 x 57 = 22,8 x 107

    N72 Jumlah sel/cc = 1

    2,5 107 x 65 = 26 x 107

    N96

    Jumlah sel/cc = 12,5 107 x 179,5 = 71,8 x 107

    N120

    Jumlah sel/cc = 12,5 107 x 81,75= 32,7 x 107

    5.1.3.2. Total Asam N0 Total Asam = 6,2 0,1 192

    10 = 11,90 mg/ml N48 Total Asam = 6,5 0,1 192

    10 = 12,48 mg/ml N72 Total Asam = 6,6 0,1 192

    10 = 12,67 mg/ml N96 Total Asam = 7 0,1 192

    10 = 13,44 mg/ml 5.1.4. Kelompok C4 5.1.4.1.Jumlah sel/cc N0 Jumlah sel/ cc = 1

    2,5 107 20,75 = 8,3 107 N48 Jumlah sel/ cc = 1

    2,5 107 45 = 18 107

  • 26

    N72 Jumlah sel/ cc = 1

    2,5 107 77 = 30,8 107 N96 Jumlah sel/ cc = 1

    2,5 107 113,75= 45,5 107 N120 Jumlah sel/ cc = 1

    2,5 107 96,75 = 38,7 107 5.1.4.2. Total Asam N0 Total asam = 7,2 0,1 192

    10 = 13,82 N48 Total asam = 6,6 0,1 192

    10 = 12,67 N72 Total asam = 6 0,1 192

    10 = 11,52 N90 Total asam = 6,1 0,1 192

    10 = 11,71 N120 Total asam = 5,7 0,1 192

    10 = 10,94 5.1.5. Kelompok C5 5.1.5.1. Jumlah sel/cc N0 Jumlah sel/cc = 1

    2,5 107 11 = 4,4 x 107 N48 Jumlah sel/cc = 1

    2,5 107 36 = 14,4 x 107 N72 Jumlah sel/cc = 1

    2,5 107 36,5 = 14,6 x 107

    N96 Jumlah sel/cc = 1

    2,5 107 46,25 = 18,6 x 107

  • 27

    N120 Jumlah sel/cc = 1

    2,5 107 212,5 = 85 x 107 5.1.5.2. Total Asam N0 Total Asam = 4 0,1 192

    10 = 7,68 mg/ml N48 Total Asam = 4,5 0,1 192

    10 = 8,23 mg/ml N72 Total Asam = 6,6 0,1 192

    10 = 12,56 mg/ml N96 Total Asam = 6,2 0,1 192

    10 = 11,90 mg/ml N120 Total Asam = 6 0,1 192

    10 = 11,52 mg/ml 5.2. Laporan Sementara 5.3. Jurnal