3. Halaman 6

22
LAPORAN UTAMA BPK Sinergi Cara Strategis Cegah Korupsi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah menandatangani nota kesepahaman mengenai akses data dengan lembaga negara dan berbagai kementerian serta BUMN. Upaya untuk mendorong pengelolaan keuangan negara yang transparan dan akuntabel. Warta BPK JANUARI 2011 6 - 22 laporan utama.indd 6 06/01/2011 16:58:20

Transcript of 3. Halaman 6

Page 1: 3. Halaman 6

laporan UTAMA

BPK Sinergi Cara Strategis Cegah KorupsiBadan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah menandatangani nota kesepahaman mengenai akses data dengan lembaga negara dan berbagai kementerian serta BUMN. Upaya untuk mendorong pengelolaan keuangan negara yang transparan dan akuntabel.

� Warta BPKJANUARI 2011

6 - 22 laporan utama.indd 6 06/01/2011 16:58:20

Page 2: 3. Halaman 6

SUdAh sepuluh tahun lebih reformasi ini bergulir. Selama itu pula persoalan negara tak kunjung reda. Praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) ma-sih terjadi. Meskipun upaya pemberantasan korup-si terus dilakukan, namun upaya tersebut seolah

tidak mampu mengerem banyaknya praktik korupsi. Padahal salah satu tuntutan reformasi adalah terselenggaraanya pe-

merintahan yang bebas dari KKN. Kondisi itu pula yang membuat perhatian bersama para

pimpinan lembaga negara bila berbagai persoalan negara ini dibiarkan akan mengancam dukungan masyarakat terhadap empat pilar utama negara, yakni Pancasila, UUd 45, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika. “Jika rasa keadilan tidak terpenuhi oleh negara, maka keyakinan terhadap Pancasila sebagai dasar ne-

�Warta BPK JANUARI 2011

6 - 22 laporan utama.indd 7 06/01/2011 16:58:22

Page 3: 3. Halaman 6

laporan UTAMA

gara akan semakin mengikis. demikian pula terhadap UUd 45 sebagai landasan konstitusi,”tambah hadi Poernomo.

Untuk itu sebagai Ketua BPK, hadi Poernomo memandang perlunya ada upaya untuk memperkokoh dukungan masyarakat terhadap empat pilar uta-ma bernegara tadi. dukungan tersebut dapat diperoleh jika tujuan bernegara yakni mewujudkan masyarakat adil dn makmur dapat terwujud. BPK akan mendukung pencapaian tujuan berne-gara tersebut melalui peningkatan akti-vitas dan efesiensi pemeriksaan.

Nah, untuk itulah saat pertemu-an pimpinan lembaga negara di Istana Bogor pada 21 Januari 2010 lalu, Ketua

BPK, hadi Poernomo menawarkan ga-gasan jitu. Yakni BPK berinisiatif men-jalin sinergi dengan lembaga-lembaga negara dalam rangka membentuk pusat data BPK dengan memanfaatkan kema-juan lembaga informasi.

Beruntung, pada pertemuan itu para pemimpin lembaga negara menyambut baik inisiatif BPK tersebut. Bahkan pada pertemuan di kantor Komisi Yudisial pada 13 desember lalu, para pimpinan lembaga negara sepakat untuk dilaku-kannya pengawasan dengan menggu-nakan sistem E-Audit yang bersifat link & match dalam kerangka membangun tata kelola keuangan negara yang ber-sih transparan dan akuntabel.

Bermodal kesepakatan awal itu-lah selanjutnya diadakan pembahasan dan persiapan teknis khsususnya yang menyangkut aspek teknologi, aspek hukum dan aspek keamanannya. Alha-sil masing-masing pimpinan lembaga negara sepakat untuk menandatangani nota kesepahaman tentang pengem-bangan dan pengelolaan sistem infor-masi untuk akses data dalam rangka pemeriksaan pengelolaan dan tang-gungjawab keuangan negara.

Melalui strategi tersebut, BPK be-rencana akan menjalin kerjasama pem-bentukan pusat data BPK dengan ber-bagai pihak termasuk auditee. Nantinya dengan pusat data tersebut, BPK dapat

n Pertemuan Pimpinan Lembaga Tinggi negara di MPR

� Warta BPKJANUARI 2011

6 - 22 laporan utama.indd 8 06/01/2011 16:58:24

Page 4: 3. Halaman 6

melakukan perekaman, pengolahan, pertukaran, pemanfaatan dan moni-toring data dalam rangka pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Konsep seperti ini di-sebut BPK Sinergi.

Sejatinya BPK sinergi dimaksudkan untuk mewujudkan efektifitas peme-riksaan BPK dan untuk mendorong optimalisasi pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang transpa-ran dan akuntabel. harapannya akan berkurangnya KKN secara sistemik, terwujudknya optimalisasi penerima-an negara dan efektifitas mengeluaran negara.

Untuk mempermudah pemben-tukan BPK Sinergi tersebut, sebagai langkah awal BPK akan membuat kese-pakatan bersama atau nota kesepaha-man dengan masing-masing lembaga negara, termasuk kementerian diba-wah Presiden. Adapun yang disepakati dalam nota kesepahaman ini adalah hu-bungan kerjasama pengembangan dan pengelolaan sisitem informasi untuk akses data dalam rangka pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara. Setidaknya dengan adanya nota kesepahaman ini ada tiga manfaat yang akan diperoleh. Yakni terbentuknya pusat data BPK, mem-permudah pelaksaan pemeriksaan BPK dan mendorong transpransi dan akun-tabilitas data auditee.

Alhasil, sejumlah nota kesepaha-man telah di tandatangani. Pada tahap awal BPK telah menandatangani ke-sepapakatan dengan menteri BUMN, Kementerian dalam Negeri. Selain itu juga telah ditandatangani nota kese-pahaman dengan beberapa BUMN se-perti PT PLN, PT Pertamina, PT Kraka-tau Steel dan PT Aneka Tambang.

Selanjutnya pada pertengahan de-sember lalu, BPK juga telah menan-datangani nota kesepahaman dengan lembaga-lembaga negara. Penan-datangan nota kesepahaamn antara BPK dengan MPR, dPR, dPd, MK dan KY mengenai pengembangan dan pen-gelolaan sistem informasi ini dilakukan Sekretaris Jenderal BPK dan Sekretaris Jenderal masing-masing lembaga nega-ra.

Tidak berhenti disitu saja. Pada 22 desember lalu BPK juga telah melaku-kan penandatanganan kesepakatan bersama dengan kementerian negara/lembaga. diantaranya yakni Kementeri-an Energi Sumber daya Alam, Kemen-terian Pertanian, Kementerian Kehu-tanan, Kementerian Kelautan dan Peri-kanan, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Lembaga Sandi Negara, Badan Narkotika Nasional.

Selanjutnya pada 29 desember BPK telah menandatangani nota kesepaha-

man dengan Bank Indonesia, Kemen-terian Perdagangan, Kementerian Ko-munikasi dan Informasi, Kementerian Koperasi dan UKM, Badan Koordinasi Penanaman Modal, Badan Pusat Statis-tik, Pusat Pelaporan dan Analisis Tran-saksi Keuangan dan Lembaga Penjamin Simpanan. BPK juga telah menandatan-gi nota kesepahaaman dengan Komnas hAM, Kementerian hukum dan hAM, Badan Meteorologi Klimatologi dan Ge-ofisika, Kementerian Pembangunan Da-erah Tertinggal, dan Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Menurut Ketua BPK, hadi Poerno-mo, kesepakatan bersama ini dilakukan untuk merespon masalah pengelolaan keuangan negara secara transparan, bersih, dan akuntabel. “Kami bersama-sama ingin merespon secara sistemik, sinergis dan terorganisir, apalagi pem-berantasan KKN belum maksimal dan kami ingin pemeriksaan dapat lebih mudah, efektif dan efisien,” kata Hadi Poernomo.

dengan begitu nantinya lanjut hadi Poernomo, auditor BPK dapat melaku-kan pemeriksaan dengan efisien dan efektif dengan adanya kesepakatan bersama itu karena akses data dapat dilakukan melalui sistem informasi yang tersedia.”Waktu yang digunakan auditor di entitas yang diperiksa untuk proses pengumpulan dan pengunduhan data menjadi berkurang karena sebagi-an atau seluruhnya dapat dilakukan di kantor BPK,” ujar hadi Poernomo.

dengan kerjasama itu, lanjutnya, auditor BPK dapat melakukan akses data lembaga negara dari kantor BPK melalui sistem informasi yang dikem-bangkan dan dikelola bersama kedua pihak.

Gagasan Ketua BPK ini mendapat sambut beragam dari berbagai ka-langan. Mendagri Gamawan Fauzi mi-salnya, memberi apresiasi atas kesepa-katan ini. Baginya, realisasi tindak lan-jut dari kesepakatan antara pihaknya dengan BPK dalam hal akses data akan bermanfaat. “Kerjasama ini akan sangat bermanfaat. Sebab dengan adanya ak-ses data ini apabila ditemukan keku-rangan-kekurangan maka akan bisa

�Warta BPK JANUARI 2011

6 - 22 laporan utama.indd 9 06/01/2011 16:58:26

Page 5: 3. Halaman 6

laporan UTAMA

lebih cepat untuk melakukan perbai-kan-perbaikan. Ini penting kami laku-kan untuk mewujudkan pemerintahan yang baik dan semakin bersih khusus-nya di kementerian dalam negeri, ” kata Gamawan.

hanya saja Gamawan memaklumi bahwa pada tahap awal tentunya be-lum semuanya dapat diakses dengan sempurna. Oleh karena itu, ia meminta kepada jajarannya untuk selalu men-goptimalkan dan mengembangkan sis-tem akses data secara elektronik agar semua data yang diperlukan BPK dapat diakses dengan baik

Pendapat serupa juga diungkap-kan Menteri hukum dan hAM Patrialis Akbar. Seperti juga Mendagri, Patria-lis juga menyambut baik adanya nota kesepahaman (MoU) antara pihaknya dan BPK. Sebab dalam pandangan Patrialis, MoU ini merupakan hal yang mulia.

dengan nota kesepahaman ini Patrialis Akbar kementeriannya hasil pemeriksaan keuangan BPK terhadap kementeriannya kedepan agar lebih baik lagi. Untuk itu menindaklanjuti MoU tersebut, Patrialis berjanji akan menyampaikan kepada jajarannya te-rutama Irjen Kemenkumham untuk melakukan asistensi dan sampai di tingkatan daerah.

“Jelas ini merupakan bagian dari semangat kami, kemudian kami mem-berikan optimalisasi, apalagi Kemen-kumham ini sebuah kementerian yang sangat besar, karena kami memiliki 756 unit pelaksana teknis di seluruh Indonesia. Itu sangat besar sekali. dan, umumnya, pekerjaannya, adalah ber-hadapan langsung dengan masyarakat di seluruh Indonesia. Sehingga tentu sangat rawan dengan suasana-suasa-na yang tidak kita inginkan. Apalagi pelaksana keuangan itu tidak hanya di tingkat pusat, tetapi juga sampai di tingkat daerah,” ungkap Patrialis.

Tidak ketinggalan, Menteri Pem-bangunan daerah Tertinggal Ahmad helmy Faisal Zaini juga merasa bang-ga karena pihaknya dapat melakukan MoU dengan BPK terkait dengan pen-gembangan dan pengelolaan sistem

informasi untuk akses data dalam rangka pemeriksaan pengelolaan, dan tanggung jawab keuangan negara.

“Ini sangat membantu, sekaligus kita berharap bahwa cita-cita kita un-tuk menciptakan Good Governance dan Good Government ini betul-betul terca-pai dengan upaya-upaya kerja serius. Tentu kita berharap bisa membangun kultur baru, yaitu membangun tata kelola pemerintahan yang baik. Ini me-rupakan angin segar, sekaligus sebagai formula baru bagi kementerian Pem-bangunan daerah Tertinggal. Terlebih kita ingin mengejar WTP dari BPK,” ungkap Ahmad helmy.

Salah satu upayanya, lanjut Ahmad helmy, melalui sistem informasi untuk akses data ini, tentu pihaknya akan terus-menerus mendapatkan bim-bingan, arahan, dan pengawasan dari BPK untuk meningkatkan kinerja ke-menterian yang dipimpinnya. Sebab, sebelum membangun apa yang men-jadi tupoksi, yaitu membangun daerah tertinggal, harus terlebih dahulu mem-bangun aparatur pemerintahan dan tata kelolanya.

“Ini modal baru dan semangat bagi Kementerian Pembangunan daerah Tertinggal, karena tugas yang diemban oleh Kementerian ini merupakan tugas yang sungguh-sungguh memerlukan begitu banyak upaya, agar apa yang telah ditetapkan di dalam RPJM 2010-2014, bahwa ada 183 kabupaten yang dinyatakan sebagai daerah tertinggal, ini dapat kita entaskan sesuai dengan target. Itu bisa melalui kesepakatan ini,” paparnya.

Sementara Menteri Negara Kope-rasi dan UKM Syarifudin hasan, me-nyatakan bahwa MoU ini didukung penuh pelaksanaannya. Ia berharap agar kerjasama ini dapat menciptakan transparansi pengelolaan keuangan negara.

“dengan sistem ini, BPK dapat mengakses data yang berkaitan den-gan pengelolaan keuangan negara serta sistem akuntansi dan pelapo-ran kementerian dan lembaga, setiap saat dengan mudah dan transparan. Sehingga jika terdapat hal-hal yang ti-

dak wajar, dapat terdeteksi secara dini. dan, kami harapkan BPK sudah meng-informasikan kepada setiap kemente-rian dan lembaga, sekaligus jalan kelu-ar yang harus ditempuh, memberikan guidens, sehingga tidak terjadi kesala-han yang tidak kita inginkan,” ungkap Syarifudin.

Lebih lanjut diakuinya, MoU ini me-rupakan sebuah terobosan yang sangat cerdas, kreatif, dan inovatif. Tidak ha-nya meminimalkan waktu, biaya dan tenaga, tetapi juga diharapkan akan berdampak pada hasil pemeriksaan yang lebih obyektif dan didukung oleh informasi yang lengkap dan akurat.

“Kami berharap agar program ini betul-betul diimplementasikan secara efektif, karena dengan sistem ini, kami yakin dan percaya, bahwa akan men-ciptakan sistem pemeriksaan yang efektif, efisien dan terukur sesuai den-gan prinsip Good Governance, sehingga dapat dihasilkan pelaporan keuangan yang lebih transparan, akuntabel, dan handal,” papar Syarifudin.

Selain itu lanjut syarifudin, kerjasa-ma ini juga menunjukkan adanya ko-mitmen para auditee terhadap pelak-sanaan sistem informasi akuntansi yang lebih baik. Sehingga harapan para auditee untuk mendapatkan opini BPK : Wajar Tanpa Pengecualian, dapat ter-capai dalam tahun-tahun ke depan.

hanya saja yang perlu diwaspadai adalah masalah keamanan data. Ap-alagi jaringan komunikasi data yang digunakan adalah berbasis internet. Untuk itu hadi Peoernomo meng-harapkan semua pihak harus dapat menjaga agar data yang masuk dalam sistem informasi tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertang-gungjawab. Artinya masing-masing pihak juga harus menjamin sisitem informasi untuk akses data ini hanya dapat diakses oleh auditor BPK. dilain pihak, BPK juga akan menjamin bahwa sistem informasi untuk akses data ini hanya digunakan untuk kepentingan pemeriksaan pengelolaan dan tang-gungjawab keuangan negara. Semoga saja. (BW/AAK)

10 Warta BPKJANUARI 2011

6 - 22 laporan utama.indd 10 06/01/2011 16:58:26

Page 6: 3. Halaman 6

RATUSAN naskah memorandum of understanding (MoU) antara BPK dan para pihak, antara lain lem-baga negara, kementerian, lembaga non kementeri-

an, dPRd dan BUMN diteken dalam satu dua bulan terakhir. Untuk mengentahui lebih detail mengenai langkah tersebut, Warta BPK mewawancarai Ketua BPK Hadi Poernomo da-lam beberapa kali kesempatan. Berikut petikannya.

Apa latar belakang dan tujuan dari dilakukannya MoU antara BPK dan sejumlah pihak mulai dari DPRD hingga lembaga negara?

Pertanyaan ini mulanya juga menjadi pertanyaan di in-ternal BPK. Apa yang sebenarnya dicari atau ingin diraih oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dari MoU tersebut? Apakah BPK masih butuh tambahan wewenang? BPK tidak percaya diri? Atau hanya sekadar cari sensasi? Ini semua me-motivasi kami, bahwa MoU ini bukan sekedar seremoni tapi memang perlu untuk BPK.

Penolakan terhadap ide baru, hal yang biasa. Mereka be-lum paham dan belum menemukan saja apa yang kita mau. Nanti setelah mereka melihat sendiri, saya yakin akan tum-buh juga kesadaran. Faktanya, sekarang semua sudah bicara dalam satu nafas. demikian pula di para pejabat eselon 1. Saya berharap virus ini bisa menular dengan cepat dan terarah.

Apa kerangka dasar dari MoU yang dilakukan BPK ini?

Sesuai dengan konstitusi, tujuan pembentukan negara Indonesia adalah untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. dalam UU Keuangan negara disebutkan nega-ra memberikan kekuasaan keuangan negara kepada peme-rintah untuk mencapai tujuan bernegara dengan menyusun APBN.

Untuk mengamankan tujuan itu dibentuklah lembaga pemeriksan keuangan sesuai amanah Pasal 23E UUd 1945 yang bertugas melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara

Implementasinya diatur dalam UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keu-angan negara dan UU No. 15 Tahun 2006 tentang BPK. Badan Pemeriksa Keuangan diberi hak untuk meminta data/doku-men kepada pihak yang diperiksa (auditee) dan/atau pihak lain yang terkait. Untuk mempermudah pemerolehan data/dokumen tersebut, BPK memprakarsai langkah sinergi den-gan auditee melalui strategi link & match data.

Nantinya, dengan pusat data yang dimiliki, BPK dapat me-lakukan perekaman, pengolahan, pertukaran, pemanfaatan, dan monitoring data yang bersumber dari berbagai pihak dalam rangka pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Inilah yang kami sebut sebagai BPK Sinergi.

Konsep tersebut sudah disampaikan kepada para pimpi-nan lembaga negara pada saat pertemuan pimpinan lemba-ga negara di Istana Bogor, 21 Januari 2010. Pada pertemuan itu, para pimpinan lembaga negara menyambut baik inisiatif BPK untuk menjalin sinergi dengan lembaga-lembaga negara dalam rangka membentuk pusat data BPK. dalam pertemu-an terakhir di Komisi Yudisial, 13 desember 2010, pimpinan lembaga negara menyepakati dilakukannya pengawasan den-gan menggunakan sistem E-Audit yang bersifat link & match dalam kerangka membangun tata kelola keuangan negara yang bersih, transparan, dan akuntabel.

Untuk mempermudah pembentukan BPK Sinergi , seba-gai langkah awal BPK akan membuat kesepakatan bersama dengan auditee. Ada tiga manfaat yang kami raih. Pertama, akan terbentuk pusat data BPK dengan menggabungkan data elektronik BPK (E-BPK) dengan data elektronik auditee (E-Auditee), kedua, mempermudah pelaksanaan pemeriksaan BPK, dan ketiga, mendorong transparansi dan akuntabilitas data auditee.

Ketua BPK, Hadi Poernomo:

BPK Sinergi Ini Soal Cara bukan soal Kewenangan

n Hadi Poernomo

11Warta BPK JANUARI 2011

6 - 22 laporan utama.indd 11 06/01/2011 16:58:31

Page 7: 3. Halaman 6

laporan UTAMA

Apakah tanpa MoU hal ini tidak dilaksanakan?MoU ini hanya mengatur soal cara, soal metode, soal

modus, bukan mengatur soal hak dan kewajiban. Sebab ke-wenangan BPK sudah diatur secara jelas dan rinci dalam UU BPK dan UU Pemeriksaan Keuangan Negara.

Ada beberapa alasan mengapa MoU ini kami galakan dengan semua lembaga. Pertama, UU mengamanatkan agar tata cara penyampaian hasil pemeriksaan laporan keuangan kepada dPR dan dPRd ditetapkan bersama antara BPK dan mereka.

Kedua, sebagai auditee, lembaga dan kementerian wajib memberikan data, catatan dan informasi lain yang diminta BPK pada saat melakukan pemeriksaan. Bagaimana proses permintaan data dan bagaimana mereka mengirim data, ten-tu bisa dilakukan dengan macam-macam media. Kami ingin untuk hal-hal yang sifatnya umum dan rutin bisa diperoleh melalui online. Baru untuk pengecekan fisik dan uji petik dalam rangka auditor mendapatkan keyakinan diperlukan turun ke lapangan. Ini lebih hemat, lebih efisien dan lebih ce-pat.

Ketiga, dalam rangka penyusunan rencana pemeriksaan dan pengembangan pemeriksaan, BPK juga berhak mendapat data dari dPR, menteri keuangan dan menteri lain berupa do-kumen awal APBN. Ini perlu diatur agar lebih mudah. Peme-rintah, Bank Indonesia, dan masyarakat bisa menyampaikan informasi ke BPK dan kami juga bisa memanfaatkan hasil pengawasan dari lembaga internal pemerintah seperti Ins-pektorat Jenderal, BPKP atau yang biasa disebut APIP (apa-rat pengawas internal pemerintah).

Apa yang hendak dicapai jika semua akses informasi ini telah didapat?

Yang saya sebutkan di atas baru merupakan kondisi ideal dalam satu proses saja, yaitu akses data. Ini hanya sasaran

antara. Tujuan akhir BPK tetap pada Tupoksinya yaitu me-lakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. dalam rangka itu, ada tiga jenis audit yang bisa dilakukan BPK. Yaitu pemeriksaan keuangan, pemerik-saan kinerja dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.

Selama ini, energi dan sumber daya BPK lebih banyak tersedot untuk pemeriksaan keuangan. Waktunya sangat pendek dan serentak. Seluruh laporan keuangan dari pe-merintah pusat, dan daerah harus diaudit serentak. den-gan adanya akses data yang setiap saat bisa dilakukan, maka proses pemeriksaan keuangan bisa lebih cepat.

Penghematan energi dan sumber daya dalam peme-riksaan keuangan, bisa kami gunakan untuk audit kiner-ja maupun audit dengan tujuan tertentu. Sehingga pada ujungnya nanti coverage audit lebih luas.

Apakah BPK juga akan masuk ke audit kebijakan? Arahnya adalah bagaimana setiap kebijakan peme-

rintah bisa diukur. Ini penting bagi pemerintah sendiri. Misalnya, pemerintah mencanangkan tiga program yaitu pembangunan yang mendorong pertumbuhan (pro grow-th), menciptakan dan memperluas lapangan kerja (pro job), mengurangi kemiskinan (pro poor) dan mendukung terciptanya kondisi lingkungan yang lebih baik (pro envi-rontment).

Tentu pemerintah sendiri, dPR dan masyarakat ingin tahu apakah para pejabat pemerintah sudah membuat program yang pas untuk mencapai tujuan tersebut. Jika ku-rang pas, dimana letaknya. BPK bisa memberikan pendapat kepada pemerintah agar program yang dicanangkan bisa sesuai dan berjalan.

Nah untuk mencapai ke level itu, BPK perlu melakukan realokasi sumber dayanya tanpa mengurangi kualitas dan tugas utamanya. (wit)

n Ketua MPR Taufiq Kiemas tengah memberikan keterangan Pers bersama para pimpinan lembaga negara.

12 Warta BPKJANUARI 2011

6 - 22 laporan utama.indd 12 06/01/2011 16:58:34

Page 8: 3. Halaman 6

Ketua dPR, DR. H. Marzuki Alie :

dEWAN PERWAKILAN RAKYAT (dPR) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memiliki peran yang sangat strategis. Keduanya sama-sama miliki peran

sebagai pengawas. Karena itu sinergisitas kedua lembaga tersebut sangat dibutuhkan. Penandatangan Nota Kes-epahaman mengenai pengelolaan akses data kedua lem-baga tersebut merupakan langkah awal untuk membangun sinergi kedua lembaga tersebut. Melalui nota kesepaha-man itulah, akan terwujud keterbukaan dan transparansi serta akuntabilitas dalam pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara. hanya saja bagaimana menindaklanjuti nota kesepahaman tersebut? Berikut petikan wawancara Ketua dPR, Marzuki Alie dengan TIM WARTA BPK di ruang kerjanya.

Beberapa waktu lalu, pimpinan lembaga negara, termasuk DPR telah menandatangani nota kesepaha-man dengan BPK mengenai akses data pengelolaan sistem informasi. Bagaimana tanggapan Anda?

Saya kira ini langkah yang bagus sekali. Sebab ker-jasama ini merupakan salah satu bentuk komitmen dari para pimpinan lembaga negara untuk mencari solusi terhadap persoalan negara ini. Persoalan besar yang dihadapi negara sekarang ini adalah kemiskinan dan kebodohan. Kemiskinan sangat sulit diselesaikan, kalau masalah korupsi terus berlanjut. Oleh karenanya langkah Ketua BPK untuk memanfaatkan Teknologi Informasi ini merupakan langkah maju menuju ket-erbukaan dan transparansi serta akuntabilitas dalam pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara. hanya saja masalahnya bagaimana nanti kita menin-daklanjuti nota kesepahaman ini. Paling tidak ini lang-kah yang baik. Kita memberikan apresiasi terhadap transparansi pengelolaan keuangan negara.

Sebelum penandatanganan Nota Kesepaha-man ini kabarnya para petinggi lembaga negara juga telah melakukan berbagai pertemuan den-gan Ketua BPK?

Sejak desember tahun lalu, kita memang telah melakukan beberapa kali pertemuan. Ini dilakukan karena para pemimpin lembaga negara memiliki cita-cita yang sama untuk mensejahterakan masyarakat.

Melalui pertemuan tersebut kita melihat persoalan negara ini secara bersama.

Apa sebenarnya yang mendasari gagasan untuk melakukan silaturahmi diantara para pimpinan lem-baga negara?

Selama ini kita melihat bahwa lembaga negara bekerja sesuai dengan tugas fungsinya masing-masing. Misalnya dPR menjalan fungsinya sendiri. Begitu juga presiden. Bila ada masalah diselesaikan sendiri. Padahal lembaga negara dibentuk berdasarkan konstitusi. lembaga negara tentu dibentuk untuk mencapai tujuan mensejahterakan rakyat.

Dalam setiap kali pertemuan para pemimpin lem-baga negara hal apa yang dibicarakan?

Tentu saja persoalan negara sekarang ini. dalam mem-bicarakan persoalan negara ini ketua lembaga negara mengemukakan apa yang ingin dicapai lembaga yang dip-impinnya kedepan. dari situlah kita saling memberikan masukan dengan tidak saling mengintervensi.

DPR dan BPK Harus Bersinergi untuk Rakyat

n Marzuki Alie

13Warta BPK JANUARI 2011

6 - 22 laporan utama.indd 13 06/01/2011 16:58:36

Page 9: 3. Halaman 6

laporan UTAMA

Menyinggung gagasan Ketua BPK untuk menjalin sinergi diantara lembaga negara, bagaimana tanggapan para pimpinan lembaga negara pada waktu itu?

Saya kira para pemimpin lembaga negara sangat me-nyambut baik gagasan Ketua BPK tersebut. Pertemuan di Komisi Yudisial ketua BPK menyampaikan program yang baik sekali yakni menawarkan kerjasama akses data dengan mengangkat teknologi untuk mempercepat tugas-tugas BPK memberikan opini. Sebab selama ini BPK merasa sulit melakukan audit dengan waktu dua bulan dengan kementri-an dan lembaga yang banyak. Tentu ini bukan hal yang mu-dah. Oleh karenanya ide dari Ketua BPK untuk mengakses langsung data transaksi dari kementerian dan lembaga itu menurut kita sesuatu yang bagus untuk mendukung kerja audit dari BPK.

Dengan adanya penandatanganan nota kesepaha-man ini bisa menjadi langkah awal untuk membangun sinergitas begitu?

Tentu saja. Tapi ini baru membangun infrastruktur da-hulu. Karena itu, kedepannya perlu didukung bagaimana nanti BPK membangun sistem akses data ini dan SdM yang menjalankan sistem tersebut. Ini penting karena sistem yang bagus bila tidak didukung SdM yang bagus hasilnya tidak bagus juga. Sebaliknya, SdM-nya bagus dan sistemnya bagus tapi prakteknya tidak sehat juga tidak baik. Oleh karena itu pimpinan lembaga sangat mendukung.

Menurut anda apa yang mesti diperhatikan dalam kerjasama pengelolaan sistem informasi tersebut?

Langkah BPK untuk melakukan kerjasama itu langkah yang baik. Tetapi harus didukung dan dilengkapi dengan sistem yang bagus, SdM yang mumpuni dan memilki moral. Sebab transparansi itu bagus kalau kita semua tujuannya satu untuk kesejahteraan rakyat.

Artinya soal keamanan data tersebut perlu menjadi prioritas?

Tentu saja. Sebab bila akses data ini disalahgunakan tentu akan berbahaya. Keterbukaan hasil audit yang dipublikasikan ke internet bisa berdampak luar biasa. Padahal temuan BPK itu perlu ditindak lanjuti. Terus terang saja itu yang membuat kegelisahan kita semua.Artinya ketika kita mengimplementa-sikan akses data tersebut dilakukan dengan cerdas. Artinya harus dipilah-pilah laporan mana yang harus terbuka. Sebab tidak semua laporan bisa dibuka ke publik. Saya kira harus dibuat aturan mainnya dahulu. Jangan kita buka seluruhnya. Sebab masyarakat kita belum siap. Makanya perlu dilakukan evaluasi dalam pelaksanaannya nanti.

Menurut Anda butuh waktu berapa lama untuk mengembangan sistem ini? Saya kira untuk pengembangan sistem tidak ada yang pernah berakhir. Sebab pengembangan sistem Teknologi Informasi sekarang ini terus berkembang. Kita juga harus mampu melihat perkembangan teknologi. Jadi, dalam menggunakan teknologi harus bermanfaat buat kita dan untuk semua masyarakat. Apalagi keperluan ma-syarakat mengenai informasi juga semakin berkembang.

Untuk mengantisipasi penyalahgunaan data tadi, apa saran Anda?

Tentu saja untuk keamanan data harus menggunakan password yang sudah diatur sedemikian rupa. Selain itu juga ada kewenangan tertinggi untuk menjalankan sistem tersebut. Oleh karena itu, pimpinan lembaga juga harus mengerti IT. Artinya teknologi itu harus dikendalikan. dan yang mengendalikan itu juga harus orang yang mempunyai ahlak dan moral.

BPK dan DPR ibarat mata uang. Keduanya bertugas untuk melakukan pengawasan. Bagaimana hubungan sinergi DPR dan BPK menurut Anda? Saya kira antara dPR dan BPK harus saling menberikan input. Kerjasama ini bisa diatur mekanisme kerjanya sehingga BPK bisa memperdalam terhadap suatu persoalan yang dilihat dPR. Karena itu akses data itu penting manakala ada informasi dari dPR yang mengawasi. Sebab berbeda antar fungsi pengawasan dan fungsi pemeriksaan. Pengawasan dari dPR itulah yang bisa jadi bekal untuk BPK masuk melaku-kan pemeriksaan.

Kedepan hubungan seperti apa yang harus diting-katkan antara DPR dan BPK?

Kedepan dPR dan BPK harus bersinergi untuk rakyat. Kita mampu melakukan tugasnya dengan bersinergi de-ngan lembaga lain. Yang penting tugas BPK jelas, tupok-sinya jelas. Bagaimana BPK bisa melakukan tupoksinya dengan baik perlu sinergisitas dengan lembaga lain.

Menurut Anda apa yang mesti diperbaiki BPK dalam membangun sinergi tersebut?

Yang penting BPK jangan ikut dalam dinamika poli-tik. BPK sebagai lembaga independen, sebagai pemeriksa harus memegang teguh independensinya. Jangan terpe-ngaruh oleh kepentingan-kepentingan. Kalau BPK mampu menunjukan independensinya, menunjukan fakta, data hasil pemeriksaan yang betul, tentu akan bermanfaat buat rakyat. Karena itu BPK ke depan harus arif.

Terhadap peran BPK apa yang diharapkan menurut Anda?

BPK selama ini memberikan opini terhadap mekanisme aturan. Bahwa di dalam ada korupsi lain persoalan. Tapi sekalipun opininya WTP belum tentu tidak ada korupsi. Artinya kita kembangkan upaya preventif untuk pembi-naan. Sebab BPK bukan mencari kesalahan orang. Tapi, bagaimana mekanisme pengelolaan keuangan negara ini menjadi bagus kedepannya. Namun bila sudah kita kasih pembinaan tapi tetap melakukan hal yang sama kita lapor-kan kepada penegak hukum.

Bukankah dalam menentukan obyek pemerikasan, DPR bisa memberikan saran?

dPR ini tidak gampang untuk memberikan input ke BPK. Sebab harus melalui proses panjang di dPR. Artinya ini kesepakatan semua fraksi. Sebab dPR ini lembaga poli-tik. (bw/ TIM WARTA BPK)

laporan UTAMA

14 Warta BPKJANUARI 2011

6 - 22 laporan utama.indd 14 06/01/2011 16:58:36

Page 10: 3. Halaman 6

Ketua Mahkamah Agung Dr. Harifin A. Tumpa, SH, MH

“Sinergi dengan BPK Untuk Pemberantasan Korupsi”

BEBERAPA waktu lalu, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah mengadakan penan-datanganan Nota Kesepahaman dengan

lembaga negara. Salah satunya yakni dengan Mah-kamah Agung. Intinya, kedua belah pihak sepakat untuk kerjasama pengelolaan dan pengembangan akses data informasi. dengan begitu nantinya audi-tor BPK dapat melakukan e-Audit ke MA. Lantas ba-gaimana kesiapan MA dan bagaimana mewujudkan

kerjasama tersebut. Berikut petikan wawancara WARTA BPK dengan Ketua MA DR. Harifin A. Tum-pa, Sh, Mh di ruang kerjanya.

Bagaimaan tanggapan Anda mengenai penandatanganan nota kesepahaman antara BPK dengan MA beberapa waktu lalu?

Saya kira kerjasama BPK dengan MA yang diwu-judkan dengan adanya penandatanganan nota ke-sepahaman merupakan langkah yang bagus sekali.

n Harifin A. Tumpa

15Warta BPK JANUARI 2011

6 - 22 laporan utama.indd 15 06/01/2011 16:58:40

Page 11: 3. Halaman 6

laporan UTAMA

Apalagi persoalan pengelolaan keuangan negara sekarang ini masih sangat kurang. Oleh karena itu, dengan adanya MoU BPK dengan lembaga negara lain termasuk MA merupakan hal positif.

Bagi MA, keuntungan apa yang diperoleh dari Nota Kesepahaman ini?

Tentu saja dengan adanya kerjasama ini sangat berman-faat bagi Mahkamah Agung (MA). Salah satunya adalah den-gan adanya kerjasama ini kita akan mempunyai data yang betul-betul akurat. Ini memang suatu langkah maju dalam mewujudkan pengelolaan keuangan negara yang transparan dan akuntabel.

Bagaimana kesiapan MA dalam tindak lanjut kerjasa-ma ini?

Kita akan membentuk tim untuk menginvertarisir perso-alan-persoalan pengelolaan keuangan selama ini. dengan adanya inventarisasi persoalan seperti ini kita akan menga-dakan konsultasi dengan BPK bagaimana kita mengatasi persoalan pengelolaan keuangan negara ini. dengan begitu BPK akan menilai apakah langkah yang akan ditempuh ini benar atau tidak.

Terkait akses data bagaimana kesiapan MA?Saat ini MA telah mengembangkan Teknologi Informasi.

Selama ini Teknologi Informasi yang sudah kita kembangkan menyangkut bidang perkara, karena itu tugas pokok kami.

Bagaimana dengan SDM untuk menunjang pengem-bangan Teknologi Informasi tersebut?

Untuk mendukung teknologi informasi yang dikembang-kan, saat ini kita lebih banyak menerima pegawai yang be-rasal dari sarjana komputer. Itu dalam rangka menyongsong kerjasama itu. Tujuannya agar teknologi informasi kita ber-kembang.

Bagaimana pemeriksaan BPK terhadap MA selama ini? Selama ini pemeriksaan BPK sangat membantu MA. Karena dengan adanya pemeriksaan seperti ini MA akan tahu apa kekurangannya. Sehingga dapat diantisipasi untuk menutupi kekurangan-kekurangan seperti itu.

Sekarang ini biaya perkara diaudit BPK. Bagaimana tanggapan Anda?

Kita bersyukur sekarang ini biaya perkara diaudit BPK. Artinya dengan adanya ketentuan biaya perkara harus diau-dit oleh BPK, MA sangat terbantu oleh itu. Sebab sekarang ini kita tidak lagi repot mengawasi penggunaan biaya perka-ra termasuk bagaimaana penerimaan biaya perkara.dengan adanya audit BPK ini kita sangat terbantu. Ini juga merupakan hal yang positif karena pelaksanaan biaya perkara lebih hati-hati. Kami sekarang terbuka betul.

Tidak sedikit temuan BPK mengenai adanya dugaan penyimpangan uang negara. Bagaimana MA memandang temuan tersebut?

Temuan BPK terutama yang menyangkut adanya penyim-pangan, kalau itu menjadi perkara di lembaga peradilan, pemeriksaan dari BPK tersebut akan menjadi acuan untuk menentukan berapa kerugian negara. Sebab yang mengeta-

hui kerugian negara adalah BPK. Artinya audit BPK menjadi salah satu bahan untuk menentukan berapa kerugian negara. Sebab dalam putusan hakim bila ada kerugian negara, hakim akan menentukan berapa terdakwa harus membayar kerugi-an negara berdasarkan temuan BPK itu.

Harapan Anda dengan adanya Sinergi MA dengan BPK?

Saya kira kerjasama ini sangat penting. Karena MA se-bagai salah satu penyelenggara negara yang melaksanakan tugas keuangan tentunya memerlukan kerjasama dari BPK sebagai lembaga yang mengaudit kinerja keuangan dari MA. hal seperi ini sangat diperlukan untuk membantu tata kelola keuangan yang baik.

Kerjasama yang telah dibangun selama ini antara BPK dengan MA?

Kita memang telah menjalin kerjasama dengan BPK. Sa-lah satunya bila BPK memerlukan advis hukum misalnya MA selalu siap. Sebab memang tugas MA itu dapat memberikan advis hukum. Selanjutnya kita juga mengharapkan kedepan dapat bekerjasama dibidang pendidikan. Seperti pejabat peradilan yang bertugas di keuangan bisa diberi pelatihan oleh BPK mengenai bagaimana pengelolaan keuangan yang benar.

Selain memberikan opini, BPK juga memberikan re-komendasi. Bagaimana tanggapan Anda?

Saya kira rekomendasi yang diberikan BPK ke MA kami sangat menghargai dan setiap rekomendsi saya selalu katakan agar ini dilaksanakan. Rekomendasi itu masih ditindaklanju-ti. Saya harapkan tentu lembaga lain harus mengikuti. Sebab tujuan rekomendsi itu untuk memperbaiki dalam rangka me-nuju good government.

Bagaimana peran BPK dalam pemberantasan korup-si?

Saya kira tindak pidana korupsi yang terjadi sekarang ini datanya kebanyakan dari BPK. Oleh karena itu kalau bersinergi terus antara BPK, kejaksaan, lembaga peradilan, KPK dan kepolisian, pemberantasan korupsi akan terkikis. Memang memberantas korupsi sampai keakarnya membu-tuhkan waktu yang cukup panjang. Tapi kalau ada sinergi antara BPK dengan lembaga penegak hukum pemberantasan korusi dapat kita atasi.

Sekalipuan temuan BPK tidak proyustisia, tapi bersifat administratif. Tapi justru di bidang pelanggaran administra-tif itulah kemungkinan munculnya tindak pidana korupsi. Kalau tidak ada pelanggaran administrasi tidak ada korup-si. Jadi korupsi itu sumbernya pada administrasi yang tidak tertib. Nah, data-data yang bersifat adminstratif itulah yang nantinya menjadi data untuk pro yustisia yang dilaksanakan penegak hukum.

Harapan BPK kedepan?Jadi BPK itu harus betul-betul independen. Karena kalau

tidak independen semua kepentingan bisa mendikte BPK. Ka-lau ini terjadi siapa yagn kuat itulah yang nanti akan berkua-sa. Untuk itulah BPK sebagai pengawas pemeriksa keuangan negara harus independen. (BW/BD)

laporan UTAMA

1� Warta BPKJANUARI 2011

6 - 22 laporan utama.indd 16 06/01/2011 16:58:40

Page 12: 3. Halaman 6

Ketua dewan Perwakilan daerah (dPd) Irman Gusman

“Saya akan Berusaha Mengawal Implementasi Nota Kesepahaman”

dEWAN PERWAKILAN dAERAh (dPd) dan Badan Pe-meriksa Keuangan (BPK) telah menandatangani nota kesepahaman dibidang akses informasi. harapannya

melalui nota kesepahaman ini kedepannya terjadi sinergi an-tara BPK dan dPd. Lantas bagaimana implementasi kerjasa-ma tersebut kedepannya?Berikut petikan wawancara WAR-TA BPK dengan Ketua dPd, Irman Gusman:

Bagaimana tanggapan Anda terhadap adanya kerja-sama BPK dengan beberapa lembaga negara?

Saya kira dengan adanya kerjasama ini merupakan se-suatu yang baik dan perlu dilakukan. Sebab kerjasama BPK dengan lembaga negara termasuk dPd merupakan hal yang positif dan konstruktif bagi pembangunan dan pengem-bangan sinergitas antar institusi. dengan begitu pada giliran-nya akan memperkuat saling mendukung dan mendorong kearah kemajuan negara dan negara kita. Selain itu dengan adanya kerjasama ini akan menghasilkan cara pandang yang sama dalam menyikapi dan memanfaatkan hasil pemerik-

saaan BPK untuk menjadi jalan bagi terwujudnya transparansi dan akunta-bilitas keuangan negara. Lebih penting lagi mendorong upaya pemberantasan dan pencegahan korupsi di Indonesia. Oleh karena itu dPd sangat mendukung dengan kerjasama tersebut.

Bagi DPD apa keuntungan adanya kerjasama tersebut? Bisa Anda jelas-kan.

Yang pasti dPd sebagai sebuah lem-baga negara di bidang legislasi amat terbantu oleh adanya kerjasama dengan pihak BPK. Sebab dalam menjalankan fungsi pengawasan yang diberikan oleh konstitusi, dPd dapat bekerja dengan lancar tanpa banyak hambatan teruta-ma dalam mengakses data-data dan in-formasi tentang anggaran dan belanja setiap stake-holders pengguna anggaran negara. Untuk itu saya akan mendorong upaya-upaya pengelolaan anggaran di

daerah agar dilalukan secara transparan dan diaudit oleh BPK dalam pelaksanaan anggarannya.

Bidang kerjasama apa saja yang bisa dikerjasamakan antara lembaga yang Anda pimpin dengan BPK?

Yang jelas, pertukaran informasi dan data anggaran serta hasil audit dan pengawasan di daerah-daerah. dengan begitu nantinya kendala-kendala administratif dan non teknis seper-ti sulitnya mengakses data dan informasi dari masing-masing pihak kiranya tidak lagi ditemukan. disamping itu, kedepan kerjasama dalam membangun kesamaan persepsi dalam upaya penyelamatan keuangan negara juga perlu ditingkat-kan upaya-upaya transparansi dan akuntabilitas keuangan negara serta mendorong usaha pemberantasan korupsi di Indonesia. Karena itu antara dPd dan BPK harus bersiner-gi untuk mengefektifkan fungsi kedua lembaga negara, dan apabila masing-masing lembaga konsisten dengan tugas dan fungsi masing-masing tentu tidak akan terjadi saling inter-vensi dan saling menyalahkan.

n Irman Gusman

1�Warta BPK JANUARI 2011

6 - 22 laporan utama.indd 17 06/01/2011 16:58:43

Page 13: 3. Halaman 6

laporan UTAMA

Apa yang bisa Anda lakukan untuk mewujudkan ker-jasama tersebut?

Kerjasama sudah kita wujudkan, dimulai dengan penan-da-tanganan pernyataan kesepahaman atau MoU BPK dengan dPd. Sebagai pimpinan dPd saya akan berusaha mengawal implementasi nota kesepahaman yang tertuang dalam kesepahaman tersebut. Karena itu untuk mencapai tujuan kerjasama ini tidak hanya cukup dan selesai dengan menandatangani MoU. harus ada program aksi yang meng-ikutinya. Untuk kepentingan data online, teknologi ini dPd tentu akan memperkuat Sistem teknologi Informasi, untuk mengoptimalkan pemanfaatan Sistem Akses data Keuangan secara online ini, tentu akan memudahkan kedua belah pihak dalam memantau, mengevaluasi, dan menyempurnakannya.

Menurut Anda, perlukah ada “rambu-rambu khusus” yang mengatur kerjasama tersebut?

Secara umum, menurut saya tidak perlu. Jikapun harus ada aturan-aturan khusus dalam kerjasama BPK dan dPd, mungkin juga dengan instansi lain, barangkali dalam hal penggunaan data dan informasi dari masing-masing pihak, terutama dari pihak BPK. Misalnya, perlu diperjelas untuk kepentingan apa sebuah akses data dan informasi diberikan, siapa yang harus bertanggung-jawab, dan kriteria atau kla-sifikasi data dan informasi. Juga dari sisi akses media massa atas informasi dan data dan hal-hal yang menjadi obyek ker-jasama antar lembaga dPd dan BPK.

Bagaimana hubungan BPK dan DPD selama ini?dPd RI bersama BPK secara regular berinteraksi melalui

Sidang Paripurna dPd RI untuk LKPP dan LKPd serta untuk hapsem. dPd RI menindaklanjuti dengan kegiatan pengawa-san. dalam pengawasan tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK, dPd selalu meminta kepada BPK melalui Perwakilan BPK agar menyampaikan data pemantauan tindak lanjut dan ikut serta dalam pertemuan antara dPd dengan entitas terperik-sa di daerah yang juga mengundang dPRd.

Apa yang Anda harapkan adanya kerjasama terse-but?

dengan adanya kerjasama antara dPd RI dengan BPK RI diharapkan dapat meningkatkan efektifitas hubungan kerja antara BPK dan dPd sesuai dengan kewenangannya masing masing. Selain itu kerjasama ini juga dapat meningkatkan tertib administrasi keuangan dan pertanggugjawaban penge-lolaan keuangan negara yang bersih dan efisien yang dilak-sanakan oleh dPd RI. Lebih penting lagi, dengan kerjasama ini akan adanya komitmen untuk saling melengkapi sebagai sesama lembaga negara dalam mendukung keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan negara, keuangan negara untuk dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan ber-tanggung jawab dengan memperlihatkan rasa keadilan dan kepatuhan.

Menurut analisa Anda, apa kendala yang bakal di-hadapi dalam melaksanakan kerjasama tersebut?

Karena pada pelaksanaannya berbasis sistem informa-

si (on line) diperkirakan ada hambatan SdM, karena sistem yang terbangun antar lembaga membutuhkan mind set ten-tang keterbukaan informasi, sistem, kelembagaan.

Bila ada, solusi apa yang Anda bisa tawarkan?dPR bersama-sama dengan dPd dan dPRd seluruh In-

donesia serta BPK melakukan pertemuan konsultasi secara berkala untuk menyamakan persepsi dalam rangka mening-katkan pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK. di-butuhkan juga peningkatan SdM secara teknis.

Bagaimana Anda melihat kiprah BPK saat ini?Kiprah BPK selama ini, sudah sangat baik. hal ini terlihat

dalam bentuk kerjasama BPK dengan dPd RI dalam membe-rikan Laporan hasil Pemeriksaan BPK RI (hAPSEM BPK RI) kepada dPd yang telah berjalan secara baik. diharapkan ke depan BPK dapat berperan dengan baik sesuai lingkup tugas dan kewenangannya, yaitu melakukan pemeriksaan terhadap pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara Republik Indonesia sebagaimana dalam Undang-Undang dasar Nega-ra.

Selama ini tidak sedikit temuan-temuan BPK men-genai dugaan adanya penyelewengan keuangan negara. Bagaimana pendapat Anda dengan temuan tersebut?

Terhadap temuan BPK saya harap pemerintah agar lebih serius menindaklanjuti semua rekomendasi BPK yang di-muat dalam hasil pemeriksaannya, serta memberikan sanksi yang tegas kepada pejabat yang lalai dalam melaksanakan tu-gasnya. Sesuai dengan kewenangannya, dPR dan dPd harus terus memantau dan mendorong proses hukum oleh instan-si-instansi penegak hukum terhadap temuan-temuan BPK yang berindikasi tindak pidana/kerugian.

Menyinggung soal rekomendasi BPK yang seringkali tidak diindahkan. Apa komentar Anda?

Sebaiknya beberapa lembaga negara yang telah ada, agar seyogyanya dapat memberikan perhatian dan mengapresiasi secara baik terhadap rekomendasi yang telah diberikan BPK. Sehingga ke depan diharapkan hasil pemeriksaannya dapat berguna bagi kemaslahatan negara bersama.

Menurut Anda apa yang menyebabkan masih ren-dahnya dilaksanakan rekomendasi BPK?

Masih rendahnya tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK, karena kurangnya kesungguhan pejabat yang bersangkutan untuk melaksanakan tindak lanjut tersebut.

Bagaimana pendapat Anda mengenai peran BPK ke-depan?

BPK merupakan lembaga yang bertugas melakukan au-dit. Karena itu perlu adanya peningkatan eksistensi BPK. Karena itu kedepan BPK lebih dapat berperan dengan baik sebagaimana fungsi BPK. Lebih penting BPK juga agar selalu menjaga konsistensi dalam melakukan fungsi dan peranan-nya, khususnya dalam melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. BPK juga ke depan dapat menjaga komitmen dengan baik untuk selalu mampu bekerjasama secara baik dan cermat dengan lembaga-lemba-ga negara lainnya di Indonesia. (bw/bd)

laporan UTAMA

1� Warta BPKJANUARI 2011

6 - 22 laporan utama.indd 18 06/01/2011 16:58:43

Page 14: 3. Halaman 6

MENTERI PAN dan Reformasi Birokrasi EE Mang-indaan menegaskan penerapan teknologi infor-masi dalam mengakses data laporan keuangan di

kementerian/lembaga (KL) sangat mendukung pelaksana-an reformasi birokrasi.

“Kerjasama antara BPK dan kementerian/lembaga (KL) ini merupakan langkah yang sangat strategis untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi dan transparansi, serta akuntanbilitas dalam pemeriksaan pengelolaan keuangan negara,” katanya saat memberikan sambutan dalam kerja-sama akses data antara BPK dan sejumlah kementerian dan lembaga di Jakarta akhir desember 2010.

dengan sistem pemeriksaan seperti ini, katanya, di-harapkan juga akan mengubah kebiasaan kerja selama ini yang mengedepankan kehadiran fisik petugas pemeriksa BPK ke berbagai instansi pemerintah sebagai obyek peme-riksaan. “Selain akan menghemat waktu, biaya dan tenaga, hasil pemeriksaan tentunya akan lebih obyektif dan didu-kung informasi yang lengkap dan akurat,” ujar Manginda-an.

dia menekankan kepada semua instansi agar aktif mengirim laporan keuangan ke BPK. Laporan dapat dikirim melalui jaringan informasi yang mekanismenya baru saja ditandatangani.

Namun dia mengingatkan adanya beberapa hal yang harus menjadi perhatian bersama, khususnya menyang-kut akses dan keamanan data/informasi. “Saya minta hal ini diatur secara jelas dan tegas mekanismenya agar tidak

menjadi kontraproduktif, jika data yang ada dapat diakses oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab,” katanya.

dia menyebutkan, di dalam pelaksanaan reformasi bi-rokrasi, terdapat dua isu strategis selain isu-isu penting lain. Kedua isu yang perlu mendapat perhatian dan penanganan serius itu adalah bagaimana mempercepat pemberantasan korupsi dan peningkatan kualitas pelayanan publik secara sinergis.

disadari juga bahwa berbagai langkah strategis, inovatif dan kreatif yang dilakukan aparatur negara dalam penye-lenggaraan pemerintahan, ternyata belum mampu mengu-bah penilaian masyarakat.

“Publik masih memandang aparatur negara itu lam-ban, penuh dengan praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) serta berbagai stigma negatif lainnya,” katanya.

MoU ini, menurut Mangindaan merupakan langkah yang sangat strategis untuk meningkatkan efektivitas, efe-isiensi, transparansi dan akuntabilitas dalam pemeriksaan pengelolaan keuangan negara.

dalam kaitan tersebut, aplikasi teknologi informasi berguna untuk memudahkan mengakses data yang diper-lukan BPK dalam sistem pemeriksaan dan tanggungjawab pengelolaan keuangan negara pada kementerian/lembaga, BUMN serta daerah, dinilainya sebagai langkah terobosan yang cerdas, kreatif dan inovatif.

“Langkah seperti inilah yang perlu terus dikembangkan di masa-masa mendatang oleh seluruh lembaga negara dan pemerintah dalam membangun sinergitas dalam bingkai reformasi birokrasi menuju sistem penyelenggaraan peme-rintahan negara yang modern dan efektif serta akuntabel,” ujarnya.

Substansi MoU tersebut, menurut Mangindaan, sangat terkait dengan area perubahan yang dikehendaki dalam re-formasi birokrasi, yang mencakup organisasi, tatalaksana, peraturan perundangan, SdM aparatur, pengawasan, akun-tabilitas, pelayanan publik, pola pikir (mindset) dan budaya kerja (culture set) aparatur.

dari sistem ketatalaksanaan diharapkan dapat pula terwujud sistem, proses dan prosedur pemeriksaan yang efektif, efisien, terukur dan sesuai dengan prinsip-prinsip good governance.

Sedangkan dari aspek pengawasan, diharapkan dapat terwujud peningkatan kapasitas dan akuntabilitas kinerja pemeriksaan, serta mendorong penyelenggaraan pemerin-tahan yang bersih dan bebas dari KKN. WIT

Menteri PAN EE Mangindaan:

MoU BPK dan KL langkah strategis

n EE Mangindaan

1�Warta BPK JANUARI 2011

6 - 22 laporan utama.indd 19 06/01/2011 16:58:44

Page 15: 3. Halaman 6

KEMENTRIAN Kesehatan menyambut baik adanya ‘BPK Sinergi’ yang digalak-kan Badan Pemeriksa Keuangan. Nan-

tinya pengawasan akan dilakukan dengan menggunakan sistem e-audit yang bersifat link & match dalam kerangka membangun tata kel-ola keuangan negara yang bersih, transparan dan akuntabel.

“Kami siap menjalankan kesepakatan itu karena memang sudah waktunya,” kata dr Endang Rahayu Sedyaningsih MPh, Menteri Kesehatan RI, seusai penandatanganan Memo-randum of Understanding antara BPK dan Ke-menterian Kesehatan serta sejumlah lembaga negara lainnya di Gedung BPK RI, baru baru ini. MoU ini mengenai pengembangan dan pengel-olaan sistem informasi untuk akses data da-

lam rangka pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

Menurut Menkes, secara SdM (sumber daya manusia) depar-temen Kesehatan, sudah siap. hanya saja karena ini merupakan program baru, maka pihaknya membutuhkan pelatihan-pelatihan.

Sebagaimana diketahui untuk mempermudah pembentukan “BPK Sinergi”, sebagai langkah awal BPK membuat kesepakatan bersama atau MoU dengan masing-masing lembaga negara, termasuk kementerian di ba-wah presiden.

Melalui kesepakatan bersama ada tiga manfaat yang diperoleh, yaitu; pertama, akan terbentuk pusat data BPK dengan menggabungkan data elektronik BPK (e-BPK) dengan data elektronik auditee (e-auditee), kedua, mempermudah pelaksanaan peme-riksaan BPK, dan ketiga mendorong transparansi dan akuntabilitas data

auditee.“BPK Sinergi” dimaksudkan untuk mewu-

judkan efektivitas pemeriksaan BPK guna mendorong optimalisasi pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang tran-sparan dan akuntabel. dengan demikian di-harapkan KKN berkurang secara sistemik, terwujudnya optimalisasi penerimaan negara dan efektivitas pengeluaran negara.

“Ya harapan kami tentu saja agar BPK dapat meningkatkan kinerjanya. Karena BPK berfungsi mengawasi kinerja kementerian-kementerian. Sehingga bila kinerja BPK bagus, otomatis kami pun akan dimajukan, baik dari segi kualitas juga dari segi bersihnya,” tegas Menkes. dI

Menteri Kesehatandr Endang Rahayu Sedyaningsih MPH,

Kinerja BPK Bagus, Otomatis Kami pun Maju

n Endang Rahayu Sedyaningsih

laporan UTAMA

20 Warta BPKJANUARI 2011

6 - 22 laporan utama.indd 20 06/01/2011 16:58:45

Page 16: 3. Halaman 6

BEGITU dahlan Iskan diangkat sebagai direktur utama PT PLN, semangat yang diusung adalah mereformasi peru-sahaan. PLN setiap tahun menerima subsidi yang sangat

besar dari pemerintah. Pada tahun anggaran 2008, misalnya, subsidi di atas Rp 80 triliun. Tahun 2009 sebesar Rp 50 triliun dan tahun ini Rp 40 triliun. Tahun depan kemungkinan naik sedikit. Subsidi ini berasal dari APBN. Pemerintah menetapkan subsidi baru bisa dibayar setelah diaudit BPK.

Tapi terlepas dari subsidi, PLN sendiri juga melakukan pen-gadaan barang dan jasa yang sangat besar. Per tahun antara Rp 50 triliun dan Rp 70 triliun. Bahkan mulai tahun depan, PLN mendapatkan dIPA dari APBN sebesar Rp 10 triliun/tahun sampai dengan 2015,

Anggaran PLN tahun ini diperkirakan Rp160 triliun, dima-na 70% atau sekitar Rp110 triliun – Rp120 triliun berupa pen-gadaan. ditambah operasi dan investasi sekitar Rp 50 triliun, jadi total anggaran PLN tahun ini mencapai Rp180 triliun.

Bagaimana menyikapi semua ini? Kita tahu bagaimana kondisi PLN yang lalu seperti apa. Maka manajemen memilih mereformasi mu-lai dari system pengadaan hingga sampai nanti berakhir pada system pembukuan.

Yang di-share dengan BPK pada dasarnya hanya menyangkut pembukuan online, se-benarnya sebagian kecil perbaikan yang dila-kukan PLN. Masalah pengadaan di PLN diberesi lebih dulu, karena ini yang paling rawan. Kalau soal e-audit itu adalah aktivitas yang telah ter-jadi. Jadi yang kami beresi di pengadaan agar kami tidak ramai –ramai masuk KPK.

Masalah pengadaan menjadi prioritas un-tuk dibenahi. Mulai April lalu, PLN bekerjasa-ma dengan KPK menyusul peresmian “e-procu-rement”. Kini data PLN juga bisa diakses KPK. Bersamaan dengan itu, kami juga bekerjasama dengan BPK dalam transfer data untuk keperluan audit. Sehingga seluruh proses pengadaan di PLN dari awal hingga akhir, sudah dijaga oleh lembaga lembaga yang semua orang sudah tahu.

PLN bersama tujuh kementerian dan lembaga pemerinta-han menjadi delapan institusi yang pengadaannya mendapat top priority dari LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah). diharapkan dengan adanya and-to-and e-procurement ini banyak anggaran bisa dihemat.

Contohnya, melalui system ini pengadan tahun 2010 untuk pengadaan dengan nilai kurang dari Rp20 triliun, bisa dihemat sekitar Rp2 triliun atau turun 10%. Artinya dana dana Rp2 tri-liun bisa digunakan untuk keperluan lain.

Contoh yang lebih konkret, misalnya dalam pembelian tra-vo. harga per unit harganya sekitar Rp120 miliar. Setelah bis-nis prosesnya diubah, harganya bisa turun Rp35 miliar. Bisnis proses ini tidak hanya bisa diaksesoleh KPK tapi mungkin nanti juga bisa diakses BPK atau LKPP. Untuk travo yang lebih kecil lagi, biasanya dibeli dengan haarga Rp10,5 miliar hingga Rp12 miliar. Tapi sekarang bisa didapat PLN dengan harga Rp 5,5 miliar. Jadi luar biasa manfaat dari sisi PLN-nya.

Nah kalau kita lihat ujung awalnya sudah benar, sudah clear dan tidak ada masalah maka pembukuannya juga relatif bisa lebih mudah diakses. Berangkat dari sikap moral bahwa banyak uang rakyat yang ada di PLN, maka PLN-pun bertekat untuk mebuka semuanya.

Bersamaan dengan itu, BPK menawarkan konsep e-audit. Saat itu, kami langsung meres-pon dan secepatnya pula dilaksanakan. dan alhamdiulilah berhasil. Kami tentu tidak hanya berterimakasih kepada rekan-rekan di PLN tapi juga kepada rekan-rekan di BPK yang begitu bersemangat untuk menyelesaikan target-tar-get sehingga semua ini bisa dilaksanakan.

Apa arti penting kerjasama dengan BPK ini? Yang sangat penting adalah jika PLN bisa diba-ca secara transparan, maka PLN lebih gampang lagi cari uang. Seperti obligasi internasional PLN yang kini nilainya mencapai US$4 miliar. Penerimaan pasar ini tentu tidak lepas dari ap-resiasi investor dalam road show yang PLN laku-kan beberapa bulan lalu. Mereka sangat apresi-atif dengan berita-berita positif PLN belakangan

ini.Jadi berita-berita positif tentang PLN apalagi nanti ditam-

bah dari lembaga-lembaga negara, pada dasarnya akan dibaca investor di luar negeri sebagai bagian dari perbaikan kelem-bagaan, yang intinya stream by institution. Jadi bagi mereka, kalau institusinya kuat maka proses pemgambil keputusannya di negara atau korporasinya akan lebih berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Ujung akhirnya dari sisi investor akan melihat bahwa country risk menjadi lebih

dirkeu PT PLN Setio Anggoro Dewo

Kami berterimakasih ke-pada rekan-rekan di PLN dan rekan-rekan di BPK

yang begitu bersemangat untuk menyelesaikan

target-target sehingga semua ini bisa dilaksa-

nakan.

Bukan PLN atau BPK yang Untung, tapi Merah Putih

21Warta BPK JANUARI 2011

6 - 22 laporan utama.indd 21 06/01/2011 16:58:46

Page 17: 3. Halaman 6

rendah. Nah, intinya kami ingin menyampaikan bahwa tawaran

BPK untuk bekerjasama dengan PLN seperti “botol ketemu tutupnya”. BPK menginginkan e-audit untuk mengefisienkan sumber daya dan mempercepat proses audit, sementara PLN juga menginginkan waktu yang cepat untuk menyelesaikan au-ditnya.

Bukan apa-apa. Audit PLN ada dua. Pertama, audit oleh kantor akuntan publik (dilakukan oleh KAP Osman Bing Satrio dan Rekan deloitte Indonesia) untuk menyelesaikan obligasi internasional. Kemudian untuk pertangungjawaban legal ke-pada dPR terhadap subsidi listrik, PLN harus diaudit BPK. Jadi intinya ini adalah win-win solution untuk Merah Putih.

dalam menghadapi gagasan e-audit yang digulirkan BPK ini, terus terang pada awalnya saya hanya membuat tim kecil. hal ini dilakukan agar persoalan tidak melebar kemana-mana. Saya hanya membawa tiga orang yaitu Kepala Legal PLN, Ke-pala Akutansi dan Kepala IT. Kalau saya melibatkan tim besar, saya takut malah terlalu banyak diskusi. dan berhasil.

Langkah selanjutnya ada beberapa kesepakatan antara PLN dan BPK. Pertama, tidak semua hardware BPK bisa mengakses

data PLN. Kedua, sekalipun ada akses nantinya ada password. di PLN sistem informasinya belum satu. Ini warisan masa

lalu tapi sedang kami usahakan untuk menyatukannya. PLN di-bantu Bank dunia untuk menyatukan software ini. Salah satu software yang sudah bisa masuk adalah untuk Jaringan distri-busi Jawa - Bali. Ini sudah bisa diakses BPK. Jawa-Bali sudah mengcover 80% rekening PLN. (bd)

Untuk menyambut gagasan e-audit BPK ini, kami membuat tim kecil. Hal ini

dilakukan agar persoalan tidak melebar kemana-mana. Kalau melibatkan tim

besar, saya takut malah terlalu banyak diskusi. Dan berhasil.

direktur Utama PT. PLN, Dahlan Iskan “Kerjasama Akses data akan Meningkatkan Kredibilitas PLN ”

DIREKTUR Utama PLN, dahlan Iskan menyambut baik adanya nota kesepahaman antara PLN dengan BPK dalam pengelolaan sistem informasi untuk akses data. de-ngan adanya kerjasama ini, juga membuat ia mengaku bisa berhati-hati dalam pelaporan keuangannya. Sebab dengan adanya kerjasama ini, auditor BPK dapat melakukan akses data PLN dari kantor BPK melalui sistem informasi yang dikembangkan dan dikelola bersama antara BPK dan PLN.

Tentu saja dalam pandangan dahlan Iskan kerjasama ini akan memberi manfaat besar tidak hanya bagi BPK, tapi juga PLN. dengan cara ini, pemeriksaan BPK akan semakin efisien dan efektif. Waktu yang digunakan audi-tor di entitas yang diperiksa untuk proses pengumpulan dan pengunduhan data di entitas yang diperiksa menjadi berkurang karena sebagian atau seluruhnya sudah dapat dilakukan di kantor BPK. dengan demikian, waktu peme-riksaan dapat dipersingkat atau dapat digunakan untuk mengembangkan cakupan pemeriksaan yang lebih luas dan mendalam.

Sedangkan bagi PLN lanjut dahlan Iskan adanya kerja-sama ini juga sangat menguntungkan. Salah stunya dapat menghemat waktu yang digunakan untuk melayani per-mintaan data dari auditor BPK. Selain itu yang lebih pen-

ting lagi dengan adanya kerjasama akses data ini juga akan meningkatkan kredibilitas PLN karena menunjukkan bahwa PLN semakin transparan dan akuntabel.

Untuk itu ia mengharapkan kedua belah pihak harus dapat menjaga agar data PLN yang masuk dalam sistem informasi ini tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Selain itu PLN juga akan menja-min bahwa sistem informasi untuk akses data PLN ini ha-nya dapat diakses oleh auditor BPK. di lain pihak BPK juga harus menjamin bahwa sistem informasi untuk akses data PLN ini hanya digunakan untuk kepentingan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. (bw)

22 Warta BPKJANUARI 2011

6 - 22 laporan utama.indd 22 06/01/2011 16:58:48

Page 18: 3. Halaman 6

laporan KHUSUS

Posisinya setara dengan lembaga kepresidenan sebagai lembaga eksekutif dan DPR sebagai lembaga

legislatif. Ketiganya menjadi mitra setara yang saling mendukung. namun, dalam perjalanannya, BPK mengalami pasang surut sampai menuju ke kemandirian yang berlandaskan konstitusi negara.

sebagai sebuah fungsi pemeriksa keuangan negara, BPK secara yuridis (de jure) telah lahir bersamaan dengan rumu-san undang-undang dasar sebagai kon-stitusi tertinggi sebuah negara merdeka, hasil godokan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan indonesia (BPUPKi/Dokuritsu Junbi Cosakai) pada rapat kedua tanggal 10-16 Juli 1945.

Kemudian ditindaklanjuti Panitia Per-siapan Kemerdekaan indonesia (PPKi/

Dokuritsu Junbi Linkai) yang dibentuk setelah membubarkan BPUPKi pada 7 agustus 1945. Dan, pada 18 agustus se-hari setelah kemerdekaan “dipaksa” un-tuk diproklamirkan, PPKi mengesahkan undang-undang dasar yang sebelumnya sudah dibahas, yang kemudian dikenal dengan sebutan UUD ’45.

Dalam UUD ‘45 tersebut, Pada Bab Viii tentang Keuangan negara, pasal 23, ayat 5 dinyatakan bahwa untuk memer-iksa tentang keuangan negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan nega-ra, yang peraturannya ditetapkan dengan undang-undang. Hasil pemeriksaan itu diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

atas dasar itulah, Menteri Keuangan safroedin Prawiranegara menerbitkan

64 Tahun BPK RI:Jalan Panjang Menuju Kemandirian

Sebagai salah satu lem-

baga negara, kelahiran

BPK nyaris sama dengan

kemerdekaan Republik

Indonesia dan satu

bagian dalam UUD 1945.

Tak heran jika fungsi dan

kedudukan BPK seir-

ing dengan konstitusi

yang berlaku dari sejak

proklamasi hingga kini.

n Kantor BPK pertama pada tahun 1946

23Warta BPK JanUaRi 2011

23 - 27 laporan khusus rev.indd 23 06/01/2011 16:59:20

Page 19: 3. Halaman 6

laporan KHUSUS

surat edaran atau pengumuman no.003-21-49, tanggal 10 Desember 1946 yang berisi rencana pemben-tukan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang dilakukan secepatnya. Hal ini dimungkinkan karena sebe-lumnya, tanggal 29 oktober 1946, atas keputusan Menteri Keuangan sebelumnya, a.a. Maramis, mem-berlakukan uang republik indonesia (oRi).

surat edaran Menteri Keuangan no.003-21-49 tersebut kemudian disusul dengan diterbitkannya Pene-tapan Pemerintah no.11/Um, ter-tanggal 28 Desember 1946 tentang pembentukan Badan Pemeriksa Keuangan sebagaimana yang dia-manatkan pasal 23 ayat 5 UUD ’45 yang ditandatangani M. safroedin Prawiranegara atas nama Presiden Republik indonesia soekarno.

Untuk orang-orang yang mengisi institusi tersebut, bersamaan den-gan Penetapan Pemerintah tentang pembentukan BPK tersebut, terbit pula surat Keputusan Presiden Ri soekarno yang berisi pengangkatan R. soerasno sebagai Ketua BPK yang pertama, Dr. aboetari sebagai ang-gota dan Djunaedi sebagai sekretar-is, terhitung mulai 1 Januari 1947.

Tepat sebulan setelah BPK resmi berdiri, Ketua BPK R. soerasno me-lalui sK no.16/Peg, tertanggal 1 Jan-uari 1947, mengangkat R. Kasirman, Banji M. soebardjo, Dendipradja, Rachmad, dan Wiradisastra sebagai pegawai. Jadi, pada awal berdirinya, BPK, secara keseluruhan, hanya me-miliki sembilan pegawai.

seperti yang terurai dalam surat Edaran Menteri Keuangan no. 003-21-49 dan Penetapan Pemerintah 1946 no.11/Um, sebelum diterbit-kan undang-undang mengenai BPK, maka tata cara kerja dan kedudukan-nya disesuaikan dengan Algemene Rekenkamer (aRK/Badan Pemeriksa masa kolonial Belanda).

Algemen Rekenkamer sendiri muncul pada masa pemerintah Ker-ajaan Belanda yang secara resmi mengambil-alih kewenangan kolo-

nialisasi Belanda di indonesia pada abad 19, menggantikan monopoli perdagangan Verenigde Oost Com-pagnie (VoC). Diawali pada masa pimpinan Gubernur Jenderal H.W. Daendels.

Jadi, BPK mengambil alih fungsi Algemeene Rekenkamer. Bahkan, In-dische Comptabilietswet (iCW), In-dische Bedrijvenswet (iBW), Indische Staatrecht (is), dan Intructie Voor het Algemene Rekenkamer (iaR) yang menjadi paket dari Algemene Rek-enkamer tetap menjadi acuan kerja BPK sampai munculnya Undang-Un-dang nomor 17 Tahun 2003, tentang Keuangan negara dan Undang-Un-dang nomor 1 Tahun 2004, tentang

Perubahan di Masa RISsaaT bangsa indonesia disibukkan dengan usaha mempertahankan

kemerdekaan, dan atas hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag Belanda, yang terjadi di masa revolusi itu, pada tahun 1949 bentuk neg-ara indonesia menjadi negara serikat: Republik indonesia serikat (Ris). Berdirinya Ris membuat UUD 45 digantikan dengan Konstitusi sementa-ra Ris yang kemudian diubah menjadi Undang-Undang Dasar sementara 1950 (UUDs ’50), fungsi BPK pun digantikan Dewan Pengawas Keuan-gan, seperti yang tercantum dalam Bab ii Ketentuan Umum pasal 44 ten-tang alat-alat Perlengkapan negara; Bagian 4 tentang Dewan Pengawas Keuangan pasal 80, pasal 81 (ayat 1-4); Bab iii tentang Tugas alat-alat Perlengkapan negara Pasal 112 (ayat 1-2).

Berdasarkan UUDs ’50 itu, maka implementasinya melalui sebuah perundingan pada 15 agustus 1950 antara BPK Ri dan Dewan Penga-was Keuangan Ris, menghasilkan peleburan BPK Ri yang waktu itu berkedudukan di yogyakarta dan Algemene Rekenkamer yang berkedudu-kan di Bogor dengan nama Dewan Pengawas Keuangan Ris. BPK Ri send-iri menjadi kantor cabang Dewan Pengawas Keuangan Ris. Fungsi dan tugasnya masih mengacu pada Algemene Rekenkamer masa kolonial Be-landa.

namanya saja UUDs, maka undang-undang dasar Ris ini bersifat se-mentara. Dalam UUDs ’50 Bab ii tentang alat-alat Perlengkapan negara Bagian 2 tentang Dewan Perwakilan Rakyat, Pasal 57, diamanatkan bah-wa anggota DPR (Konstituante) dipilih dalam suatu pemilihan umum. artinya, UUDs 1950 ini hanya undang-undang dasar sementara yang nantinya diganti dengan undang-undang dasar yang tetap dari hasil ba-hasan DPR (Konstituante) yang anggota-anggotanya hasil dari pemilihan umum.

Pemilihan umum sendiri berhasil diselenggarakan pada tahun 1955. Dan, kemudian menelurkan Badan Konstituante. sayangnya, badan seje-nis Dewan Perwakilan Rakyat ini ternyata tak mampu membuat undang-undang dasar pengganti UUDs ’50 dengan berbagai kendalanya. aaK

24 Warta BPKJanUaRi 2011

23 - 27 laporan khusus rev.indd 24 06/01/2011 16:59:37

Page 20: 3. Halaman 6

Perbendaharaan negara. Bahkan so-epomo sendiri secara eksplisit men-gatakan bahwa badan ini ‘... dulu dina-makan Rekenkamer, ...’ (Muhammad yamin, 1971:311).

selanjutnya, kedudukan BPK ini terlepas dari pengaruh dan kekua-saan Pemerintah. akan tetapi tidak berdiri di atas Pemerintah. Lebih jauh hasil pemeriksaan BPK itu diberitahu-kan kepada DPR). artinya, BPK hanya wajib melaporkan hasil pemeriksaa-nnya kepada DPR. Dengan demikian BPK merupakan badan yang mandiri, serta bukan bawahan DPR. Hal yang sama dijumpai pula pada hubungan kerja antara Algemeene Rekenkamer dengan Volksraad pada masa kolo-nial Belanda. Kemandirian BPK ini ternyata tidak an sich murni benar. ini hanya sebuah awal dari jalan panjang BPK untuk menuju kemandirian yang sebenarnya. aaK

Di Bawah “Bendera Revolusi” DEnGan stag-nya Dewan Konstituante, maka Presiden soekarno

berinisiatif untuk menyelesaikan keadaan ini. Langkah berani yang di-ambil adalah keluarnya Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959, yang salah satu isinya: mengembalikan UUD ’45 sebagai undang-undang dasar neg-ara yang tetap.

Berlaku kembalinya UUD ’45, membuat Dewan Pengawas Keuangan dengan berbagai aturannya di UUDs ’50 tercerabut, diganti dengan pada awal mula berdirinya dalam UUD ‘45. Untuk BPK sendiri, karena belum ada undang-undang yang mengatur secara detail BPK, Presiden soek-arno menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) no. 7 Tahun 1963 yang menyebut BPK sebagai BPK Gaya Baru.

Poin penting dalam Perpu itu, kedudukan BPK seolah-olah di bawah Presiden. semua perangkat BPK diangkat dan diberhentikan Presiden. Laporannya pun tidak lagi hanya kepada DPR, tetapi juga kepada Pres-iden. Cakupan pemeriksaan keuangan yang dilakukan BPK juga lebih luas, karena menyangkut juga ruang lingkup pengelolaan keuangan dari instansi atau perusahaan swasta.

Perpu ini ternyata tidak bertahan lama. Tak berselang lama, tanggal 2 Mei 1964, Presiden soekarno mengeluarkan lagi Perpu no.6 Tahun 1964 sebagai penyempurnaan dari Perpu sebelumnya.

Dalam perpu yang kedua ini, fungsi dan teknis BPK lebih detail. na-mun, kedudukan BPK di bawah Presiden lebih tegas lagi. Penegasan ini menandakan bagaimana Presiden soekarno menjadi poros tertinggi dalam tata negara indonesia. Dengan begitu, posisi BPK tidak mandiri lagi, berbeda dengan diawal pendiriannya.

Lagi-lagi perpu kedua tentang BPK tak berlangsung lama. setahun kemudian, BPK mempunyai undang-undang sendiri, dengan diterbit-kannya UU no.17 Tahun 1965. Dengan undang-undang tersebut, BPK punya payung hukum yang lebih kuat dengan detail tugas, fungsi, dan tataran teknisnya. sayang, kembali, dengan lebih eksplisit dan tegas, BPK di bawah kendali Presiden soekarno. artinya, kedudukan BPK tidak se-tara dengan DPR dan Presiden. Tugasnya pun masih memiliki cakupan luas, karena punya kewenangan untuk memeriksa pengelolaan uang dan kekayaan negara juga pada perusahaan swasta/bank-bank dimana pemerintah punya kepentingan di dalamnya, yayasan-yayasan negara, juga penetapan-penetapan pajak langsung maupun tidak langsung, juga pungutan lainnya. aaK

n Dekrit Presiden 5 Juli 1959 n Demonstrasi tahun 1998 menandai era reformasi

n Sidang Umum MPR Amandemen UUD’45

25Warta BPK JanUaRi 2011

23 - 27 laporan khusus rev.indd 25 06/01/2011 16:59:39

Page 21: 3. Halaman 6

laporan KHUSUS

sEPERTiHaLnya Presiden soekarno, Presiden soe-harto pun jatuh akibat tuntutan besar dari masyarakat. Era reformasi digulirkan pada tahun 1998. semangat reformasi pun menyelimuti BPK.

semangat reformasi ini juga menuntut DPR untuk mengamandemen UUD ’45. Pada tahun 2001, UUD ’45 diamandemen. Pasal terkait BPK dalam UUD ’45 pun turut diamandemen. Dalam UUD ’45, posisi dan kedudukan BPK semakin kuat, bebas dan mandiri. Hal ini bisa tergambar dalam Bab Viiia tentang BPK Pasal 23E ayat 1-3 dan Pasal 23F ayat 1-2.

Untuk implementasi dari UUD ’45 amandemen ini, pada tahun 2006, dikeluarkanlah UU no. 15 Tahun 2006 yang menggantikan UU no.5 Tahun 1973. Den-gan produk undang-undang baru ini, BPK telah men-jadi lembaga yang bebas dan mandiri.

BPK kini dapat menentukan sendiri susunan organ-isasi dan diberikan fleksibilitas dalam mengelola SDM-nya. Pemberhentian pimpinan BPK pun tidak lagi oleh Presiden, tetapi oleh BPK sendiri, dan atau DPR. Pun hal yang sama dengan laporan pemeriksaan keuangan,

tidak lagi kepada Presiden, tetapi langsung ke DPR. Dalam Bab V Bagian Ketiga Pasal 26 ayat 1 dan 2,

BPK pun punya kekebalan hukum jika melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya sesuai undang-undang yang berlaku. Dengan pasal itu, bukan berarti BPK in-stitusi superbody. Jika pimpinan atau pegawai BPK melakukan tindak pidana, proses hukum tetap ber-jalan tanpa halangan, seperti yang termaktub dalam Pasal 24 dan 25 dengan mekanisme yang telah diatur dalam pasal tersebut.

Perjalanan panjang BPK dalam meraih kemandirian tentu tidak pure berakhir sampai di sini. Masih ada celah yang membuat BPK bisa tidak bertaring, dengan atau tanpa menggunakan perangkat undang-undang yang berlaku saat ini. namun, setidaknya UU no 15 Tahun 2006 memberikan pondasi kuat dalam legalitas hukum kemandirian BPK. Tinggal menjaga dan men-gisinya dengan hal yang utama: reformasi birokrasi, yang kini telah, sedang, dan masih berlangsung dik-erjakan BPK sendiri sebagai lembaga negara yang mandiri. AAK

Dalam Kebijakan Orde Baru

Reformasi Demi Kemandirian

26 Warta BPKJanUaRi 2011

Usia Undang-Undang no.17 Tahun 1965 inipun tak berlanjut lama. Pasca G/30s, dan pamor Presiden soekarno meredup, melalui Ketetapan MPRs no.X/MPRs/1966, fungsi dan kedudukan BPK dikembalikan seperti yang diamanat UUD ’45.

Pada tahun 1973, dalam masa pemerintahan Pres-iden soeharto yang menggantikan soekarno, dikeluar-kanlah Undang-Undang no. 5 Tahun 1973 mengganti-kan produk undang-undang masa Presiden soekarno, UU no. 17 Tahun 1965.

Dalam undang-undang tentang BPK produk masa Presiden soeharto ini, fungsi dan kedudukan BPK se-jatinya lebih mandiri. Terlepas dari pengaruh dan kekuasaan pemerintah, akan tetapi tidak berdiri di atas pemerintah. Terutama dalam tugas utamanya sebagai Badan pemeriksa yang memeriksa tanggung jawab pemerintah dalam pengelolaan uang negara, khusus-nya penggunaan anggaran Pendapatan dan Belanja negara (aPBn) seperti yang termaktub pada Pasal 2 undang-undang tersebut.

namun, ada beberapa pasal yang mencerminkan Presiden punya pengaruh penting dalam lingkup ker-ja BPK. seperti yang disampaikan Ketua BPK periode

2004-2009, anwar nasution, bahwa pada era orde Baru, meskipun BPK Ri telah memiliki UU no. 5 Tahun 1973, yang membuatnya sebagai sebuah lembaga neg-ara yang berada di luar pemerintah, tetapi peranannya telah diredusir.

Lebih lanjut dikatakannya, reduksi peranan BPK di-lakukan oleh Pemerintah orde Baru dengan membatasi obyek pemeriksaan, cara atau metode pemeriksaan, maupun isi dan nada laporan pemeriksaan. Bahkan laporan BPK tidak boleh dipublikasikan secara luas kepada masyarakat. semua “tambang emas” Pemerin-tah orde Baru, seperti Pertamina, Bank indonesia, dan bank-bank negara maupun BUMn tidak boleh dimasuki oleh BPK.

akibatnya, laporan BPK pada masa orde Baru itu tidak dapat menjadi sumber informasi ataupun deteksi dini pada kondisi keuangan negara bagi pengambilan keputusan sehingga tidak dapat mengantisipasi krisis ekonomi dan perbankan yang melanda indonesia pada 1997-1998. Pemerintah orde baru juga mengontrol BPK melalui organisasi, personil, dan anggarannya. se-lain itu, sarana dan prasarana untuk peningkatan sum-ber Daya Manusia (sDM) BPK pun sangat terbatas.

23 - 27 laporan khusus rev.indd 26 06/01/2011 16:59:39

Page 22: 3. Halaman 6

DaLaM perundang-undangan, posi-si BPK sejajar dengan lembaga ekseku-tif (pemerintah), Legislatif (DPR, DPD, dan MPR), dan lembaga yudikatif (Ma, MK, Ky). Landasan Hukum tertinggi yang mengatur kedudukannya tertuang dalam UUD ’45 pasal 23E, 23F, dan 23G serta UU no.15/2006 tentang BPK.

Untuk menjalankan fungsi dan we-wenangnya, BPK didukung seperangkat undang-undang yang terkait dengan keuangan negara. ada tiga undang-un-dang yang mendukung fungsi dan we-wenang juga menegaskan kedudukan dan perannya sebagai lembaga peme-riksa keuangan negara yang bebas dan mandiri, yaitu: UU no.17/2003 ten-tang Keuangan negara, UU no.1/2004 tentang Perbendaharaan negara, dan UU no.15/2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan, dan Tanggung Jawab Keu-angan negara.

Berdasarkan perangkat perundang-undangan tersebut, tugas utama BPK adalah memeriksa pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga negara lainnya, Bank indonesia, Badan Usaha Milik negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lemba-ga lain yang terkait dengan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

ada tiga jenis pemeriksaan yang dilakukan BPK. Pertama, pemeriksaan keuangan, dalam rangka memberikan pernyataan pendapat tentang tingkat

kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan pemerintah. Kedua, pemeriksaan kinerja meliputi aspek ekonomi, efisiensi, dan efektivi-tas program dan kegiatan pemerintah. Ketiga, pemeriksaan dengan tujuan tertentu, yang dilakukan dengan tujuan khusus. Di luar pemeriksaan keuangan dan kinerja. Termasuk di dalamnya: pemeriksaan atas hal-hal lain yang ber-kaitan dengan keuangan, pemeriksaan investigatif, dan pemeriksaan atas per-mintaan (audit on call).

Dengan kedudukan, peran, we-wenang dan tugasnya, BPK mempu-nyai visi menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang kredibel dengan menjunjung tinggi nilai-nilai dasar un-tuk berperan aktif dalam mendorong terwujudnya tata kelola keuangan ne-gara yang akuntabel dan transparan.

Pada sisi lain, BPK juga mempunyai misi: memeriksa pengelolaan dan tang-gung jawab keuangan negara; membe-rikan pendapat untuk meningkatkan mutu pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara; dan berperan aktif dalam mendeteksi dan mencegah sega-la bentuk penyalahgunaan dan penyele-wengan keuangan negara.

Pendapat BPK akan menjadi ma-sukan bagi DPR/DPRD untuk bersikap dan menindaklanjutinya. Bagi lembaga pemerintah yang diperiksa pun akan memperoleh masukan bagi perbaikan

pengelolaan keuangan negara. Jika BPK menemukan ada indikasi tindak pida-na, terutama korupsi, BPK akan segera menyerahkan hasil pemeriksaan kepa-da lembaga penegak hukum yang ber-wenang.

saat ini, BPK mempunyai kantor perwakilannya di setiap provinsi. Den-gan kata lain, BPK mempunyai kantor perwakilan di 33 provinsi. Dari sisi ku-antitas sDM pun mengalami peningka-tan. saat ini jumlah pegawainya men-capai 5.410 pegawai, yang terdiri dari pegawai auditor, dan pegawai di bagian penunjang dan pendukung pemerik-saan.

anggota BPK sendiri dipilih oleh DPR dengan mempertimbangkan De-wan Perwakilan Daerah (DPD). Ber-dasarkan UU no. 15 Tahun 2006, BPK mempunyai sembilan anggota, yang keanggotaannya diresmikan oleh Presiden. sembilan anggota ini terdiri atas: Ketua (merangkap anggota), Wa-kil Ketua (merangkap anggota), dan tujuh anggota. Pada periode 2009-2014, sembilan anggota yang menjabat adalah: Ketua Hadi Poernomo, Wakil Ketua Herman Widyananda, anggota i Moermahadi soerja Djanegara, anggo-ta II Taufiequrachman Ruki, Anggota iii Hasan Bisri, anggota iV ali Masykur Musa, anggota V sapto amal Damanda-ri, anggota Vi Rizal Djalil, dan anggota Vii Muhammad nurlif. AAK

Profil BPK

27Warta BPK JanUaRi 2011

23 - 27 laporan khusus rev.indd 27 06/01/2011 16:59:42