3. Full Paper PENGARUH MORFOLOGI TERHADAP ZONA …

10
PROSIDING TPT XXIX PERHAPI 2020 819 PENGARUH MORFOLOGI TERHADAP ZONA PENGKAYAAN NIKEL PADA ENDAPAN NIKEL LATERIT DI DAERAH KUMORO, KECAMATAN POMALAA KABUPATEN KOLAKA, SULAWESI TENGGARA Yanto Sudiyanto Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Mineral, BPPT Geostech, Gedung 820 – Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan 15311 E-mail : [email protected] ABSTRAK Morfologi merupakan salah satu faktor penting dalam pembentukan endapan nikel laterit, selain faktor penting lainya, yakni batuan ultramafik, struktur geologi, iklim dan air tanah. Daerah Kumoro di Kecamatan Pomalaa, Sulawesi Tenggara tersusun oleh batuan ultramafik yang berpotensi terbentuknya endapan nikel laterit. Morfologi di daerah penelitian didominasi oleh perbukitan bergelombang, di beberapa tempat terdapat dataran terutama di sekitar aliran sungai. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi pengaruh morfologi terhadap sebaran dan ketebalan zona pengkayaan nikel. Metoda yang dilakukan meliputi review literatur, survey geologi, survey topografi, pemerian inti bor, dan inventarisasi data hasil analisa kimia. Profil endapan nikel laterit di daerah penelitian terdiri dari tanah penutup, zona limonit, zona saprolit, dan batuan ultramafik sebagai batuan dasar. Hasil analisis kelerengan, relief permukaan daerah penelitian terbagi atas datar-hampir datar, berombak, berombak – bergelombang, bergelombang-perbukitan dan perbukitan-perbukitan terjal. Peta distribusi kimia menunjukan sebaran kadar Ni ≥ 1,4% dan di beberapa tempat kadar Ni ≥ 1,80% terkonsentrasi pada morfologi lereng landai-punggungan perbukitan dengan relief hampir datar-perbukitan pada kisaran kemiringan lereng <1° hingga 25°. Pada morfologi tersebut juga terbentuk distribusi ketebalan zona pengkayaan nikel (zona saprolit) dengan ketebalan ≥ 2 m - 6 m dan di beberapa tempat > 6 m. Zona pengkayaan dan ketebalan bijih nikel pada zona saprolit di daerah penelitian dipengaruhi oleh kondisi morfologinya, dimana pengkayaan dan ketebalan bijih nikel terkonsentrasi pada morfologi punggungan perbukitan-lereng landai dengan relief hampir datar-perbukitan pada kemiringan lereng ≤ 25°. Kata kunci : Batuan ultramafik, morfologi. endapan Laterit, , kadar Ni dan ketebalan saprolit . ABSTRACT Morphology is one of the important factor in the formation of laterite nickel deposits, in addition to other important factors, namely ultramafic rocks, geological structures, climate and groundwater. The Kumoro area in Pomalaa District, Southeast Sulawesi is composed of ultramafic rocks that potentially the formation of laterite nickel deposits. The morphology in the study area is dominated by undulating hills, in some places there are plains, especially around river flows. This study aims to identify the effect of morphology to the distribution and thickness of nickel enrichment zones. The methods used is literature review, geological survey, topographic survey, drill core description, and data inventory of chemical analysis results. The profile of laterite nickel deposits in the study area consists of topsoil, limonite zone, saprolite zone, and ultramafic rock as bedrock. The results of the slope analysis show that the surface relief of the study area is divided into flat-almost flat, wavy, wavy - rolling, rolling-hills, and hills-steep hill. The chemical distribution map shows the distribution of Ni content ≥ 1.4% and in some places Ni content ≥ 1.80% are concentrated on the morphology of gentle slopes-hilly ridges with almost flat-hill reliefs on the slope range of <1° to 25°. On the mentioned morphology is also formed the thickness distribution of nickel ore enrichment zones (saprolite zone) with the thickness of ≥ 2 m - 6 m and in some places > 6 m. The enrichment zone and thickness of nickel ore in the saprolite zone on the study area are influenced by morphological conditions, where the enrichment and thickness of the nickel ore are concentrated on the ridge morphology of gentle slopes-hilly ridges with almost flat-hill reliefs on the slope ≤ 25 ° Key words: Ultramafic rock, laterite deposis, morphology, Ni content and saprolite thickness

Transcript of 3. Full Paper PENGARUH MORFOLOGI TERHADAP ZONA …

Page 1: 3. Full Paper PENGARUH MORFOLOGI TERHADAP ZONA …

PROSIDING TPT XXIX PERHAPI 2020

819

PENGARUH MORFOLOGI TERHADAP ZONA PENGKAYAAN NIKEL PADA ENDAPAN NIKEL LATERIT DI DAERAH KUMORO, KECAMATAN POMALAA

KABUPATEN KOLAKA, SULAWESI TENGGARA

Yanto Sudiyanto Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Mineral, BPPT

Geostech, Gedung 820 – Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan 15311 E-mail : [email protected]

ABSTRAK

Morfologi merupakan salah satu faktor penting dalam pembentukan endapan nikel laterit, selain faktor penting lainya, yakni batuan ultramafik, struktur geologi, iklim dan air tanah. Daerah Kumoro di Kecamatan Pomalaa, Sulawesi Tenggara tersusun oleh batuan ultramafik yang berpotensi terbentuknya endapan nikel laterit. Morfologi di daerah penelitian didominasi oleh perbukitan bergelombang, di beberapa tempat terdapat dataran terutama di sekitar aliran sungai. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi pengaruh morfologi terhadap sebaran dan ketebalan zona pengkayaan nikel. Metoda yang dilakukan meliputi review literatur, survey geologi, survey topografi, pemerian inti bor, dan inventarisasi data hasil analisa kimia. Profil endapan nikel laterit di daerah penelitian terdiri dari tanah penutup, zona limonit, zona saprolit, dan batuan ultramafik sebagai batuan dasar. Hasil analisis kelerengan, relief permukaan daerah penelitian terbagi atas datar-hampir datar, berombak, berombak – bergelombang, bergelombang-perbukitan dan perbukitan-perbukitan terjal. Peta distribusi kimia menunjukan sebaran kadar Ni ≥ 1,4% dan di beberapa tempat kadar Ni ≥ 1,80% terkonsentrasi pada morfologi lereng landai-punggungan perbukitan dengan relief hampir datar-perbukitan pada kisaran kemiringan lereng <1° hingga 25°. Pada morfologi tersebut juga terbentuk distribusi ketebalan zona pengkayaan nikel (zona saprolit) dengan ketebalan ≥ 2 m - 6 m dan di beberapa tempat > 6 m. Zona pengkayaan dan ketebalan bijih nikel pada zona saprolit di daerah penelitian dipengaruhi oleh kondisi morfologinya, dimana pengkayaan dan ketebalan bijih nikel terkonsentrasi pada morfologi punggungan perbukitan-lereng landai dengan relief hampir datar-perbukitan pada kemiringan lereng ≤ 25°. Kata kunci : Batuan ultramafik, morfologi. endapan Laterit, , kadar Ni dan ketebalan saprolit .

ABSTRACT

Morphology is one of the important factor in the formation of laterite nickel deposits, in addition to other important factors, namely ultramafic rocks, geological structures, climate and groundwater. The Kumoro area in Pomalaa District, Southeast Sulawesi is composed of ultramafic rocks that potentially the formation of laterite nickel deposits. The morphology in the study area is dominated by undulating hills, in some places there are plains, especially around river flows. This study aims to identify the effect of morphology to the distribution and thickness of nickel enrichment zones. The methods used is literature review, geological survey, topographic survey, drill core description, and data inventory of chemical analysis results. The profile of laterite nickel deposits in the study area consists of topsoil, limonite zone, saprolite zone, and ultramafic rock as bedrock. The results of the slope analysis show that the surface relief of the study area is divided into flat-almost flat, wavy, wavy - rolling, rolling-hills, and hills-steep hill. The chemical distribution map shows the distribution of Ni content ≥ 1.4% and in some places Ni content ≥ 1.80% are concentrated on the morphology of gentle slopes-hilly ridges with almost flat-hill reliefs on the slope range of <1° to 25°. On the mentioned morphology is also formed the thickness distribution of nickel ore enrichment zones (saprolite zone) with the thickness of ≥ 2 m - 6 m and in some places > 6 m. The enrichment zone and thickness of nickel ore in the saprolite zone on the study area are influenced by morphological conditions, where the enrichment and thickness of the nickel ore are concentrated on the ridge morphology of gentle slopes-hilly ridges with almost flat-hill reliefs on the slope ≤ 25 ° Key words: Ultramafic rock, laterite deposis, morphology, Ni content and saprolite thickness

Page 2: 3. Full Paper PENGARUH MORFOLOGI TERHADAP ZONA …

PROSIDING TPT XXIX PERHAPI 2020

820

PENDAHULUAN Kondisi geologi dan pola tektonik Indonesia Timur berperan dalam pembentukan endapan laterit potensial di Sulawesi bagian timur (Sorowako, Pomalaa, Bahodopi), Halmahera bagian timur (Gebe, Tanjung Buli, Sangaji, Pulau Pakal), dan Irian Jaya bagian utara (Waigeo, Gag , Sentani). Endapan nikel laterit terbentuk akibat pelapukan lebih lanjut dari batuan ultramafik yang membawa Ni-Silikat, umumnya terbentuk di daerah sub-tropis hingga tropis di ekuator (Irfan, U.R., dkk. 2019). Daerah penelitian terletak di Daerah Kumoro, Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, dalam wilayah IUP PT. Putra Mekongga Sejahtera. Daerah penelitian tersusun oleh batuan ultramafik yang termasuk kedalam Komplek Ultramafik (Gambar 1). Batuan ultramafik pada dasarnya terdiri atas olivin, piroksen,hornblenda dan mika. Kehadiran mineral olivin yang melimpah pada batuan ultramafik berpotensi terbentuknya endapan nikel laterit. Jenis batuan penyusun pada batuan dasar sangat berpengaruh terhadap pembentukkan nikel laterit. Litologi yang berbeda akan menghasilkan komposisi mineral yang berbeda-beda serta akan mempengaruhi geokimia nikel pada suatu endapan nikel laterit (Indra Kusuma,R.A.,dkk.2019). Endapan nikel laterit didefinisikan sebagai sisa tanah/residu dari hasil proses pelapukan batuan ultramafik, melalui proses pelindian dan pemerkayaan supergen, yang dikontrol oleh morfologi, struktur geologi dan fluktuasi muka air tanah pada saat pembentukannya. Pencucian unsur bergerak (mobile) dalam batuan ultramafik seperti silika dan magnesium menyebabkan konsentrasi sisa/residu pada unsur tidak bergerak (immobile) seperti besi, nikel dan kobalt (Indra Kusuma,R.A.,dkk.2019).

Gambar 1. Peta Geologi Daerah Pomala dan sekitarnya

Kondisi morfologi sangat mempengaruhi sirkulasi air beserta unsur lainnya. Daerah yang landai, air akan bergerak perlahan-lahan sehingga akan mempunyai kesempatan untuk masuk lebih dalam melalui rekahan-rekahan atau pori-pori batuan. Pada daerah terjal, air akan mengalir di permukaan dan terjadi erosi yang intensif. Akumulasi endapan umumnya terdapat pada daerah yang landai sampai kemiringan sedang. Ketebalan endapan nikel laterit bervariasi yang dipengaruhi oleh morfologi pada setiap daerah (Indra Kusuma,R.A.,dkk.2019). Endapan nikel laterit dapat terbentuk di daerah yang memiliki relief sedang yang dikendalikan oleh struktur dan kepadatan rekahan. Pada daerah dengan kemiringan topografi yang bervariasi akan membentuk endapan nikel laterit dengan ketebalan yang berbeda (Thorne,.R.,dkk. 2012). Target eksplorasi yang tepat untuk mendapatkan endapan nikel laterit di Sulawesi terbatas pada daerah Komplek Ultramafik dengan derajat kemiringan lereng ≤ 25%. Derajat kemiringan lereng

Page 3: 3. Full Paper PENGARUH MORFOLOGI TERHADAP ZONA …

PROSIDING TPT XXIX PERHAPI 2020

821

dari suatu morfologi memiliki peran kontrol dalam pembentukan pelapukan suatu batuan. Umumnya jenis morfologi untuk endapan nikel laterit yang potensial, diantaranya plateau, teras, perbukitan, perbukitan bergelombang lemah dan perbukitan bergelombang miring. Pada topografi yang curam (umumnya slope lebih dari 25%), menyebabkan pelapukannya menjadi tidak intensif dimana jumlah air yang mengalir (run off) akan lebih banyak daripada air yang meresap (Kadarusman, A., dkk. 2016) Fokus utama penelitian ini untuk mengidentifikasi pengaruh morfologi terhadap distribusi zona pengkayaan bijih nikel dan ketebalan bijih nikel (zona saprolit) pada endapan laterit di Daerah Kumoro, Kecamatan Pomala, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Dengan pendekatan metoda analisis kemringan lereng yang dikorelasikan dengan distribusi data analisa kimia dengan cut of grade 1.4% Ni dan data bor dengan ketebalan minimal 2 meter, diharapkan dapat mengidentifikasi pengaruh morfologi terhadap zona pengkayaan dan ketebalan zona bijih nikelnya (zona saprolit) di daerah penelitian . METODA PENELITIAN Dalam penelitian ini telah dilakukan beberapa tahapan kegiatan, antara lain (1) Review referensi kaitannya dengan kondisi morfologi, geologi. dan pembentukan endapan nikel laterit; inventarisasi peta dasar, melipui peta topografi dan peta geologi regional dan data geokimia; (2) Survey lapangan, meliputi survei topografi, survei geologi dan pemerian inti bor; (3) Pengolahan data hasil survei lapangan, data bor dan data geokimia. Urutan endapan laterit nikel dari permukaan hingga batuan dasar dapat diketahui dari singkapan pada bukaan tambang di sekitar daerah penelitian dan data pemboran secara vertikal. Data bor sebanyak 78 lubang bor, dengan total kedalaman lubang 1.157 m, kedalaman rata-rata 15 m dan kedalaman maksimum 30 m, serta total kedalaman yang dianalisa kimia 1.139 m. Data geokimia menggunakan data hasil analisa kimia inti pemboran yang dilakukan oleh PT.PMS dengan metode XRF. Peta distribusi kimia dengan cut of grade 1.4% Ni dan peta distribusi ketebalan bijih nikel dengan ketebalan minimal 2 meter dibuat menggunakan software ArcGIS dengan metode IDW. HASIL DAN PEMBAHASAN Geologi Daerah Penelitian Daerah penelitian secara regional termasuk kedalam satuan morfologi pegunungan yang terbentuk oleh batuan Kompleks Ultramafik. Kenampakan di lapangan, morfologi didominasi oleh perbukitan bergelombang dan setempat terdapat dataran pada alur-alur sungai, dengan ketinggian berkisar 110 meter hinggga 226 meter diatas permukaan laut (Gambar 2 dan 9). Litologi batuan di daerah penelitian didominasi oleh batuan ultramafik dan hasil pelapukannya yang membentuk endapan nikel laterit (Gambar 3 dan 4). Satuan litologi lainnya berupa endapan aluvial sungai tersusun oleh material halus – bongkah, yang terdapat di sekitar aliran sungai Kumoro dan cabang sungainya.

Gambar 2. Morfologi Daerah Penelitian

Sungai Kumoro merupakan sungai utama di daerah penelitian, terletak ditepi batas selatan daerah penelitian. Pola penyaluran umumnya tidak berkembang dengan baik karena hanya merupakan

Page 4: 3. Full Paper PENGARUH MORFOLOGI TERHADAP ZONA …

PROSIDING TPT XXIX PERHAPI 2020

822

lembah-lembah yang kering dan bersifat intermitten, dan hanya 2 cabang sungai yang bersifat permanen aliran air sungainya. Aliran sungai utama dan cabang-cabangnya memotong daerah penelitian yang mengalir dari arah timur-timurlaut ke barat-baratdaya, membentuk pola aliran rektangular.

Gambar 3. Peta Geologi Daerah Penelitan

(a)

(b)

Gambar 4. Batuan ultramafik (a) dan pelapukan yang intensif membentuk endapan laterit (b) Batuan ultramafik di daerah penelitian telah mengalami proses serpentinisasi dengan intensitas yang berbeda-beda dari rendah sampai tinggi. Tingkat pelapukan pada satuan ini medium-tinggi, namun pada lahan dengan kemiringan lereng terjal kurang mendukung untuk menghasilkan endapan laterit yang tebal. Hal ini disebabkan lapukan yang terbentuk akan langsung terkikis oleh air permukaan. Pada batuan ultramafik diperkirakan berulang kali terkena proses tektonik sehingga menyebabkan intensitas rekahan yang tinggi pada batuan tersebut. Rekahan – rekahan tersebut diisi oleh mineral mineral sekunder hasil pelarutan seperti garnierit, silika, serpentin dan oksida besi. Adapun karakteristik fisik batuan ultramafik di lokasi penelitian secara deskriptif umumnya batuan telah lapuk dan berwarna abu-abu kecoklatan, yang masih segar berwarna hitam kehijauan, tekstur batuan porfiroafanitik, fenokris piroksin dalam massa dasar, bentuk kristal anhedral holokristalin, komposisi mineral utama berupa olivin dan piroksin, terdapat beberapa vein silika. Struktur geologi yang dominan dijumpai berupa struktur kekar dan rekahan yang telah terisi mineral silika, oksida besi dan garnierit. Interpretasi keterdapatan struktur patahan di daerah survei

Page 5: 3. Full Paper PENGARUH MORFOLOGI TERHADAP ZONA …

PROSIDING TPT XXIX PERHAPI 2020

823

diindikasikan oleh pola-pola kelurusan, pembelokan sungai yang tajam dan kemenerusan lereng terjal. Struktur kekar dan rekahan berkembang secara intensif pada batuan ultramafik dengan intensitas yang berbeda-beda. Struktur tersebut merupakan salah satu faktor yang menentukan intensitas proses pelapukan yang menghasilkan endapan nikel laterit. Berdasarkan hasil deskripsi data bor litologi endapan laterit secara vertikal terdiri atas lapisan zona top soil/lapisan penutup, zona limonit, zona saprolit dan bedrock/batuan dasar. Uraian deskripsi karakteristik fisik litologinya sebagai berikut : Zona Top Soil Top soil atau tanah penutup merupakan bagian teratas dari susunan litologi endapan nikel laterit. Di area eksplorasi umumnya top soil menampakan warna hitam-coklat kehitaman, tidak begitu lengket, terurai, banyak hadir akar organik, terdapat fragmen/pecahan batuan. Kadang di beberapa tempat cukup banyak kehadiran fragmen/pecahan bijih besi (lapisan iron cap). Ketebalan top soil soil bervariasi dari 10 cm – 65 cm. Pada zona top soil umumnya tidak dilakukan sampling untuk analisa kimia, pada pekerjaan ini juga tidak dilakukan analisis top soil.

Gambar 5. Zona Top Soil

Zona Limonit Limonit, umumnya terlihat setelah melewati zona top soil, namun di beberapa tempat langsung terlihat zona limonit. Kenampakan fisiknya berwarna coklat kemerahan-coklat kekuningan, lengket, ukuran butir lempung-lanau, terdapat fragment batuan berukuran kerikil-bolder, fragmen mineral yang hadir seperti hematit dan goetit serta terkadang terdapat mineral talk,kromit, dan mangan oksida. Ketebalan berkisar 2 – 16 meter. Kemunculan bongkah-bongkah batuan beku ultrabasa pada zona ini tidak dominan atau hampir tidak ada, tetapi secara lokal di lapisan limonit ditemukan silika batu (boulder) dan material tanah liat (clay) yang kehadirannya begitu berpengaruh terhadap kompisis kimia di lapisan limonit. Lapisan ini tipis pada daerah yang terjal, dan sempat hilang karena erosi.

Gambar 6. Zona Limonit

Page 6: 3. Full Paper PENGARUH MORFOLOGI TERHADAP ZONA …

PROSIDING TPT XXIX PERHAPI 2020

824

Zona Saprolit Zona saprolit umumnya mempunyai kenampakan fisik; berwarna kuning kehijauan – kelabu kehijauan, ukuran butir pasir halus – kerakal, terdapat banyak material kasar berukuran kerikil – bongkah, yang merupakan hasil pelapukan yang belum sempurna seperti bongkah batuan dasar, biasanya dijumpai mineral seperti serpentin, talk, garnierit, silika dan mineral-mineral hydrous silica lainnya. Ketebalan zona ini berkisar 1 – 11 meter. Zona ini merupakan zona pengayaan mineralisasi unsur Ni yang terbentuk dari hasil proses pengayaan supergen.

Gambar 7. Zona Saprolit

Zona Batuan Dasar (bedrock) Zona bedrock / batuan dasar merupakan bagian terbawah dari profil laterit. Zona ini mempunyai kenampakan fisik; berwarna kelabu-hitam, segar, keras dan ketat; kadang terlihat retakan dan rekahan yang terisi silika garnierit, tingkat pelapukan rendah. Jenis batuan dasar di daerah pomala berupa batuan ultramafik terdiri atas peridotit dan harzburgit (Kamaruddin, H. Dkk, 2018). Peridotit dan harzburgit merupakan bagian dari Ofiolit Sulawesi Timur, menempati sebagian besar daerah perbukitan di daerah penelitian.

Gambar 8. Zona Bedrock Pengaruh Morfologi Terhadap Zona Pengkayaan dan Ketebalan Bijih Nikel

Bedasarkan pada klasifikasi kemiringan lereng van Zuidam (1986), morfologi daerah penelitian terdiri atas relief datar-hampir datar, relief berombak, relief berombak – bergelombang, relief bergelombang-berbukit dan relief berbukit-perbukitan terjal (Tabel 1 dan Gambar 9b).

Tabel 1.Klasifikasi kemiringan lereng di daerah penelitian

Kelas Relief Kemiringan Lereng ( % )

Sudut Kemiringan Lereng (°)

Datar - Hampir datar 0 - 2 < 1 Berombak 3 - 7 1 – 3 Berombak - Bergelombang 8 - 13 3 – 6 Bergelombang - Perbukitan 14 - 20 6 – 9 Perbukitan – Perbukitan terjal 21 - 55 9 – 25 Sumber : klasifikasi kelerengan van Zuidam (1986)

Page 7: 3. Full Paper PENGARUH MORFOLOGI TERHADAP ZONA …

PROSIDING TPT XXIX PERHAPI 2020

825

Relief berombak dengan kemiringan lereng 1° – 3° menempati sekitar 20% daerah penelitian; Relief berombak-bergelombang dengan kemiringan lereng 3° – 6° menempati sekitar 25% daerah penelitian; Relief bergelombang-perbukitan dengan kemiringan lereng 6° – 9° menempati sekitar 30% daerah penelitian dan relief perbukitan - perbukitan terjal dengan kemiringan lereng 9° – 25° menempati sekitar 20% daerah penelitian.

(a)

(b)

Gambar 9. Peta topografi (a) dan kemiringan lereng (b) di daerah penelitian

Hasil analisa kimia pada zona saprolit menunjukan kadar terendah Ni 0,4% dan kadar tertinggi 2,6%, kemudian ketebalan zona saprolit dari data bor berkisar 1 m – 11 m dengan ketebalan rata-rata 3 m.

Tabel 2. Contoh hasil analisa kimia pada sampel inti pemboran

Peta distribusi kimia dan ketebalan bijih nikel pada zona saprolit dibuat berdasarkan data analisa kimia dengan cut of grade 1.4% Ni dan data bor dengan ketebalan minimal 2 meter. Pada peta distribusi kimia terlihat sebaran kadar bijih nikel ≥ 1,4% terkonsentrasi di bagian utara, tengah dan selatan daerah penelitian, sebaran bijih nikel ≥ 1.80% berkembang di beberapa tempat (Gambar 10). Sebaran kadar bijih nikel ≥ 1,4% umumnya mengikuti punggungan perbukitan-lereng landai; dengan relief berombak-perbukitan pada kisaran kemiringan lereng 1° – 25° terdapat di bagian utara daerah penelitian, kemudian dibagian tengah dan selatan daerah penelitian dengan relief

Fr. To Ni Total Co Total Fe Total SiO2 Total MgO Total Ca Total

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12IDH_01 0,00 1,00 1,00 1,00 1,09 0,07 24,47 34,14 14,54 0,69 LIMIDH_01 1,00 2,00 1,00 0,85 1,30 0,06 24,65 35,37 14,67 0,84 LIMIDH_01 2,00 2,90 0,90 1,17 2,44 0,03 12,41 47,09 16,38 0,67 SAPIDH_01 2,90 3,40 0,50 1,00 2,50 0,01 6,84 41,22 18,52 0,55 BldrIDH_01 3,40 4,00 0,60 1,40 2,54 0,03 15,26 42,38 16,03 0,90 SAPIDH_01 4,00 5,00 1,00 1,90 2,44 0,03 15,03 43,26 15,79 0,66 SAPIDH_01 5,00 6,00 1,00 1,00 2,41 0,03 13,62 46,36 16,37 0,63 SAPIDH_01 6,00 7,00 1,00 1,00 1,98 0,03 11,71 48,21 17,01 0,89 SAPIDH_01 7,00 8,00 1,00 1,00 1,98 0,02 8,55 49,69 18,22 0,98 SAPIDH_01 8,00 9,00 1,00 1,00 1,36 0,02 7,80 42,46 17,51 0,94 SAPIDH_01 9,00 10,00 1,00 1,00 1,21 0,02 7,17 41,35 18,05 0,89 SAPIDH_01 10,00 10,22 0,22 1,00 1,14 0,01 6,81 39,37 17,65 0,71 SAPIDH_01 10,22 10,62 0,40 1,00 1,15 0,02 7,20 45,99 18,46 0,91 SAPIDH_01 10,62 11,00 0,38 1,00 1,24 0,02 7,09 41,91 17,75 0,92 SAPIDH_01 11,00 12,00 1,00 1,00 1,64 0,01 6,14 45,91 18,14 0,84 SAPIDH_01 12,00 12,70 0,70 1,00 1,45 0,01 6,34 37,99 17,97 0,96 SAPIDH_01 12,70 13,00 0,30 1,00 0,48 0,01 5,92 34,05 18,68 1,27 BRKIDH_01 13,00 14,00 1,00 1,00 0,50 0,01 5,87 35,36 18,51 1,02 BRKIDH_01 14,00 15,00 1,00 1,00 0,27 0,01 5,51 35,63 18,43 1,48 BRKIDH_01 15,00 16,00 1,00 1,00 0,28 0,01 5,99 40,95 19,96 1,43 BRKIDH_01 16,00 16,30 0,30 1,00 0,31 0,01 6,35 43,24 18,67 0,94 BRK

Interval Core RecLayer

chmistry Validasi

Total MaterialHole_ID

Depth

Page 8: 3. Full Paper PENGARUH MORFOLOGI TERHADAP ZONA …

PROSIDING TPT XXIX PERHAPI 2020

826

hampir datar-perbukitan pada kisaran kemiringan lereng <1° – 25° (Gambar 12). Demikian juga pada peta distribusi ketebalan bijih nikel pada zona saprolit dengan ketebalan ≥ 2 m – 6 m terkonsentrasi di bagian utara, tengah dan selatan daerah penelitian; sebaran ketebalan bijih nikel > 6 m berkembang di beberapa tempat (Gambar 11). Sebaran ketebalan bijih nikel umumnya mengikuti punggungan perbukitan-lereng landai dengan relief berombak-perbukitan pada kisaran kemiringan lereng 1° – 25° terdapat di bagian utara daerah penelitian, kemudian dibagian tengah dan selatan daerah penelitian dengan relief hampir datar-perbukitan pada kisaran kemiringan lereng <1° – 25° (Gambar 13). Kondisi tersebut menunjukan bahwa zona pengkayaan dan ketebalan bijih nikel pada zona saprolit di daerah penelitian dipengaruhi oleh kondisi morfologinya, dimana pengkayaan dan ketebalan bijih nikel terkonsentrasi pada morfologi punggungan perbukitan-lereng landai dengan relief hampir datar-perbukitan pada kemiringan lereng ≤ 25°.

Gambar 10. Peta distribusi kimia bijih nikel

Gambar 11. Peta distribusi ketebalan zona saprolit

Gambar 12. Hasil overlapping peta kemiringan lereng dengan peta distribusi kimia bijih nikel

Gambar 13. Hasil overlapping peta kemiringan lereng dengan peta distribusi ketebalan zona saprolit

Page 9: 3. Full Paper PENGARUH MORFOLOGI TERHADAP ZONA …

PROSIDING TPT XXIX PERHAPI 2020

827

KESIMPULAN 1. Batuan di daerah penelitian didominasi oleh batuan ultramafik dengan jenis batuan peridotit,

termasuk kedalam Komplek Ultramafik. 2. Morfologi daerah penelitian didominasi oleh perbukitan bergelombang dan di beberapa tempat

terdapat dataran. 3. Berdasarkan kemiringan lerengnya, relief permukaan di daerah penelitian terdiri atas datar-

hampir datar dengan kemiringan lereng <1°, relief berombak dengan kemiringan lereng 1° – 3°, relief berombak – bergelombang dengan kemiringan lereng 3° – 6°, relief bergelombang-berbukit dengan kemiringan lereng 6° – 9°, dan relief berbukit-perbukitan terjal dengan kemiringan lereng 9° – 25°.

4. Distribusi kimia bijih nikel dengan kadar nikel ≥ 1,4% terkonsentrasi di bagian utara, tengah dan selatan daerah penelitian, dan distribusi bijih nikel ≥ 1.80% berkembang di beberapa tempat.

5. Distribusi ketebalan bijih nikel pada zona saprolit dengan ketebalan ≥ 2 m terkonsentrasi di bagian utara, tengah dan selatan daerah penelitian, sebaran ketebalan bijih nikel > 6 m berkembang di beberapa tempat.

6. Distribusi kadar bijih nikel ≥ 1,4% dan ketebalan bijih nikel ≥ 2 m pada zona saprolit umumnya mengikuti punggungan perbukitan-lereng landai; dengan relief berombak-perbukitan pada kisaran kemiringan lereng 3° – 25° terdapat di bagian utara daerah penelitian, kemudian dibagian tengah dan selatan daerah penelitian dengan relief hampir datar-perbukitan pada kisaran kemiringan lereng < 1° - 25°.

7. Zona pengkayaan ketebalan bijih nikel pada zona saprolit di daerah penelitian dipengaruhi oleh kondisi morfologinya, dimana pengkayaan dan ketebalan bijih nikel terkonsentrasi pada morfologi punggungan perbukitan-lereng landai dengan relief hampir datar-perbukitan pada kemiringan lereng ≤ 25°.

DAFTAR PUSTAKA Indra Kusuma, R.A., Kamaruddin, H., Rosana, M.F. , Yuningsih, E.T. (2019) : Geokimia

Endapan Nikel Laterit di Tambang Utara, Kecamatan Pomalaa,Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tengara, Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral, 20, 85 – 92

Irfan, U.R., Alimuddin, dan Pasalli, I.B. (2019): The Influence of Topography to the distribution of Ni-laterite deposits of Mangguruh Area, Sebuku Island, South Kalimantan, The 5th International Symposium on Material, Mechatronics and Energy, IOP Conf. Series: Materials Science and Engineering, 619,1-10. Data diperoleh melalui situs internet: https://www.researchgate.net/publication/336811658.Diunduh pada tanggal 25Agustus 2020.

Kadarusman, A., PT. PMS dan BPPT. (2016): Laporan eksplorasi dan Estimasi Sumberdaya Endapan Nikel laterit, Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, tidak dipublikasikan, Jakarta.

Kamaruddin, H., Ardiansyah, I.K.R., Rosana, M.F., Sulaksana, N., dan Yuningsih, E.T. (2018): Profil Endapan Laterit Nikel Di Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, Bulletin Sumberdaya Geologi, 13, 84-105.

Simandjuntak T.O. dan Surono, S. (1993): Peta Geologi Lembar Kolaka, Sulawesi. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

Thorne R., Roberts S. and Herrington R. (2012): The formation and evolution of the Bitincke nickel laterite deposit, Albania Miner Deposita, 7, 933–947. Data diperoleh melalui situs internet: https://www.researchgate.net/publication/257330997.Diunduh pada tanggal 27Agustus 2020.

Van Zuidam, R.A. (1986): Aerial photo-interpretation in terrain analysis and geomorphologic mapping, Netherlands: International Institute for Aerospace Survey and Earth Sciences (ITC), 442 p.

Page 10: 3. Full Paper PENGARUH MORFOLOGI TERHADAP ZONA …

PROSIDING TPT XXIX PERHAPI 2020

828