3. Analisa Sebaran Dan Populasi Elang Sulawesi Di TNLL
-
Upload
hari-sutrisno -
Category
Documents
-
view
111 -
download
9
description
Transcript of 3. Analisa Sebaran Dan Populasi Elang Sulawesi Di TNLL
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) telah lama dikenal sebagai tempat yang
menarik untuk pengamatan burung (Birdwatching), bahkan Birdlife
International menjuluki kawasan ini sebagai “Endemik Bird Area”. Diantara
jenis burung yang disukai wisatawan untuk kegiatan birwatching adalah jenis-
jenis burung pemangsa/raptor diantaranya Elang Sulawesi. Di kawasan TNLL
terdapat sekitar 26 jenis raptor yang terdiri 18 jenis dari Famili Accipitridae, 3
jenis dari Famili Falconidae, 2 jenis dari famili Tytonidae, dan 3 jenis dari
Famili Strigidae. Dari famili Accipitridae, terdapat 5 jenis yang endemik yaitu
Elang Ular Sulawesi (Spilornis rufipectus), Elang-alap Kepala Kelabu
(Accipiter griseiceps), Elang-alap Ekor Totol (Accipiter trinotatus), Elang-
alap Kecil (Accipiter nanus), Elang-alap Dada Merah (Accipiter rhodogaster),
dan Elang Sulawesi (Spizaetus lanceolatus).
Selain endemik, Elang Sulawesi juga merupakan burung pemangsa yang
keberadaannya saat ini sudah mendekati terancam punah. Jenis raptor ini
dimasukkan ke dalam lampiran jenis-jenis tumbuhan dan satwa yang
dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 7 Tahun
1999 dan termasuk Appendix II CITES. Status perlindungan lainnya adalah
SK. Menteri Pertanian No. 421/ Kpts/Um/8/70, SK. Menteri Pertanian No.
301/ Kpts/Um/8/91, UU RI No. 5 Tahun 1990 dan KEPRES No. 43 Tahun
1978.
Untuk mendapatkan data terkini mengenai keberadaan Elang Sulawesi di
kawasan TNLL, perlu dilakukan study analisa sebaran dan populasi Elang
Sulawesi.
B. Rumusan Masalah
Keragamaan jenis burung di Taman Nasional Lore Lindu telah dikenal relatif
tinggi dibandingkan dengan kawasan-kawasan berhutan alam di daratan Pulau
Sulawesi. Bahkan banyak pengamat kehidupan hayati menyebut TN Lore
Lindu sebagai ‘suaka burung’ karena endemisitasnya yang mungkin tertinggi
yaitu sekitar 71 % jenis endemik sulawesi. Dari riset yang dilakukan oleh LIPI
pada tahun 2003 yang berhasil mengidentifasi burung yang ada di TN Lore
Lindu berjumlah 267 jenis, namun demikian data tentang jumlah populasi dan
sebaran habitat Elang Sulawesi di TN Lore Lindu belum ada.
C. Tujuan
Tujuan dari karya tulis ini adalah untuk mengetahui kondisi terkini tentang :
1. Dugaaan jumlah populasi;
2. Lokasi Penyebaran;
3. Kondisi Habitat;
4. Perilaku;
jenis Elang Sulawesi (Spizaetus lanceolatus) di kawasan Taman Nasional Lore
Lindu.
Analisis Populasi dan Sebaran Habitat Elang Sulawesi di TN Lore Lindu 1
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Elang Sulawesi
Dalam zona Wallacea, Sulawesi merupakan yang terkaya, paling banyak
memiliki fauna endemik dan dunia burung yang sangat berbeda dengan tempat
lain Sebagai pulau yang berada di antara dua kawasan benua dan merupakan
bagian dari kawasan Wallacea, Sulawesi telah menjadi rumah bagi elemen
fauna campuran Oriental dan Australasia yang mengagumkan dan menjadi
arena evolusi jenis burung endemik yang luar biasa banyaknya. Salah satu
burung yang merupakan jenis endemik pulau Sulawesi adalah Elang Sulawesi
(Spizaetus lanceolatus). Coates, et.al., 1997 dalam Kama 2009 menyebutkan
bahwa burung pemangsa (raptor) diketahui sebanyak 30 jenis yang ada di
Sulawesi. Jumlah ini mewakili sekitar 74% dari 41 jenis raptor yang ada di
kawasan Wallacea. Enam spesis burung pemangsa yaitu Spilornis rufipectus,
Spizaetus lanceolatus, Accipiter griseiceps, A. trinotatus, A. nanus dan A.
rhodogaster adalah spesis endemik Sulawesi. Shannaz, dkk, (1995) dalam
Kama (2009) menyebutkan 6 jenis raptor sangat membutuhkan perhatian
karena penyebarannya sudah terbatas dan kelestariannya terancam punah yaitu
Aviceda jerdoni, Ichthyopaga humilis, I. ichthyaetus, Accipiter nanus,
Butastus liventer, Spizaetus lanceolatus (Elang Sulawesi).
Elang Sulawesi merupakan burung pemangsa (raptor) yang keberadaannya
saat ini sudah mendekati terancam punah. Jenis raptor ini dimasukkan ke
dalam lampiran jenis-jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi berdasarkan
Analisis Populasi dan Sebaran Habitat Elang Sulawesi di TN Lore Lindu 2
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 7 Tahun 1999 dan termasuk
Appendix II CITES. Startus perlindungan lainnya adalah SK. Menteri
Pertanian No. 421/ Kpts/Um/8/70, SK. Menteri Pertanian No. 301/
Kpts/Um/8/91, UU RI No. 5 Tahun 1990 dan KEPRES No. 43 Tahun 1978
(BKSDA Sulsel 2010).
B. Morfologi
Menurut In’am (2009) Elang Sulawesi merupakan elang-alap yang berukuran
sedang, 56 – 64 cm, tanpa bulu jambul yang mencuat. Pada Elang dewasa bulu
sayap dan bagian belakang/ punggung berwarna coklat gelap, sisi atau bulu
ekor berwarna coklat gelap dengan empat palang hitam, sisi bawah abu-abu
coklat dengan tiga palang hitam dan abu-abu coklat di ujung bulu ekor; kepala
dan tengkuk berwarna coklat gelap; garis moustachial dan mesial coklat gelap
sampai kehitaman, pada tenggorokan abu-abu kecoklatan. Dada berwarna
merah karat sampai coklat dengan bintik-bintik hitam yang sangat kecil, perut
dan bagian bawahnya berwarna coklat karat dengan berpalang putih; cakar
cukup panjang dengan garis-garis halus coklat kotor dengan bulu penutup
bawah kaki yag kuning terang. Warna paruh dan kuku tidak diketahui, namun
tampaknya sama dengan spesies yang lain. Berbeda halnya dengan elang yang
masih remaja (immature), kepala dan bagian bawah berwarna bungalan krem
pucat dengan coretan gelap. Beberapa ahli berpendapat bahwa Elang Sulawesi
ini sangat identik dengan Sikep Madu (Pernis celebensis). Namun bila dilihat
Analisis Populasi dan Sebaran Habitat Elang Sulawesi di TN Lore Lindu 3
dari aspek morfologisnya, antara kedua burung ini memiliki banyak
perbedaan.
C. Habitat, Distribusi dan Sebaran
Elang Sulawesi sedikit dijumpai di wilayah dataran rendah Sulawesi Selatan,
terutama karena habitat di dataran rendah di wilayah ini sebagian besar sudah
berubah menjadi lahan pertanian dan tambak. Semakin ke arah utara, jenis ini
semakin banyak dijumpai, terutama mulai dari wilayah Kebupaten Tana
Toraja dan Polewali-mamasa, ke Luwu Utara dan Mamuju sampai memasuki
wilayah Sulawesi Tengah. Di wilayah Sulawesi tengah burung ini tersebar
luas dan hampir terdapat di setiap lokasi berhutan (Nurwatha dkk., 2000).
Populasi Elang Sulawesi relatif sedikit dan keberadaannya tersebar luas,
menghuni hutan primer dan hutan hutan pamah sekunder yang tinggi, hutan
perbukitan dan hutan pegunungan, terkadang sampai ke daerah pedesaan yang
terbuka, dari permukaan laut sampai di ketinggian 2300 m dpl. Burton (1989)
dalam BKSDA Sulsel (2010) melaporkan Elang Sulawesi tercatat bersarang
pada bulan Agustus di pohon besar pada ketinggian 1600 mdpl.
Elang Sulawesi tersebar hampir di seluruh pulau Sulawesi dan pulau-pulau di
sekitarnya yaitu pulau Muna, Buton, Banggai, Sula. Nurwatha dkk (2000)
dalam pengamatannya di wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah
berhasil mengumpulkan data mengenai distribusi dan sebaran populasi jenis
ini. Dalam pengamatannya pada kedua propinsi tersebut, diketahui terdapat 36
Analisis Populasi dan Sebaran Habitat Elang Sulawesi di TN Lore Lindu 4
tempat dimana Elang Sulawesi pasti berada. 11 tempat di Sulawesi Selatan
dan 25 tempat di Sulawesi Tengah.
D. Ancaman
Gangguan yang paling mengancam jenis-jenis burung-burung pemangsa
adalah hilangnya atau rusaknya habitat, perburuan dan perdagangan.
Penggunaan insektisida dan pestisida yang biasanya bersifat lokal juga diduga
menjadi salah satu ancaman bagi kelestarian jenis burung, namun dampaknya
seing berpengaruh secara signifikan (BKSDA Sulsel, 2010).
Analisis Populasi dan Sebaran Habitat Elang Sulawesi di TN Lore Lindu 5
III. GAMBARAN UMUM LOKASI
A. Letak dan Luas
Secara geografis TNLL berada pada posisi 1190 90’–1200 16’ BT dan 10 8’–10
3’ LS. Secara administratif terletak dalam 2 (dua) wilayah kabupaten yaitu
sebagian besar di Kabupaten Sigi dan sebagian lagi di Kabupaten Poso,
terbagi dalam 10 kecamatan yaitu: Kecamatan Kulawi Selatan, Kulawi,
Gumbasa, Tanambulava, Sigibiromaru dan Palolo di Kabupaten Sigi,
Kecamatan Lore Utara, Lore Piore, Lore Selatan dan Lore Barat di Kabupaten
Poso. Luas kawasan TN Lore Lindu dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Surat Menteri Pertanian No. 736/Menteri/X/1992 tanggal 14 Oktober 1982
luas kawasan Taman Nasional Lore Lindu adalah 231.000 ha.
2. Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 593/Kpts-II/1993 luas kawasan
Taman Nasional Lore Lindu adalah 229.000 ha.
3. Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 464/Kpts-II/1999
tanggal 23 Juni 1999, Taman Nasional Lore Lindu dikukuhkan dengan luas
kawasan 217.991,18 ha dan angka inilah yang menjadi dasar pengelolaan
TN Lore Lindu saat ini.
B. Status Pengelolaan
Status Pengelolaan TN Lore Lindu, dikelola oleh Balai Besar Taman Nasional
Lore Lindu sesuai Surat Keputusan Menteri No. P.03/Menhut-II/2007 dan
Analisis Populasi dan Sebaran Habitat Elang Sulawesi di TN Lore Lindu 6
berdasarkan SK Dirjen PHKA No. SK.69/IV-Set/HO/2006, TNLL ditunjuk
sebagai salah satu TN Model di Indonesia.
C. Batas Kawasan
- Di bagian utara dibatasi oleh Dataran Palolo
- Sebelah timur dibatasi oleh Dataran Napu
- Sebelah selatan dibatasi oleh Dataran Bada, dan
- Sebelah barat oleh Sungai Lariang dan hulu Sungai Palu (Lembah Kulawi).
D. Keadaan Fisik Kawasan
1. Topografi
Taman Nasional Lore Lindu berada pada ketinggian 200 - 2.610 meter di
atas permukaan laut, puncak tertinggi adalah Gunung Nokilalaki (2.355 m)
dan gunung Tokosa/ Rorekatimbu (2.610 m). Bentuk topografi bervariasi
mulai dari datar, landai, agak curam, curam, hingga sangat curam.
2. Geologi
TN Lore Lindu terletak antara dua patahan utama di Sulawesi Tengah.
Pada daerah pegunungan, umumnya berasal dari batuan asam seperti
Gneisses, Schists dan granit, punya sifat peka terhadap erosi. Formasi
lakustrin banyak ditemukan di bagian Timur Taman Nasional, umunya
dataran danau yang datar atau berawan. Bahan endapan dari campuran
batuan sediment, metamorfosa dan granit.
Analisis Populasi dan Sebaran Habitat Elang Sulawesi di TN Lore Lindu 7
Bagian barat ditemukan formasi alivium yang umumnya berbentuk kipas
aluvial/koluvial atau dataran hasil deposisi sungai seperti teras atau rawa
belakang. Sumber bahan aluvial ini berasal dari batuan metaforfosa dan
granit.
3. Tanah
Keadaan tanah di TNLL bervariasi dari yang belum berkembang (entisol),
sedang berkembang (inseptisol) sampai sudah berkembang (alfisol) dan
sebagian kecil ultisol.
4. Iklim, Suhu, Curah Hujan, Kelembaban
Bagian utara kawasan TN Lore Lindu mempunyai tipe iklim C/D
(musiman) dengan curah hujan rata-rata tahunan berkisar antara 855-1200
mm/tahun. Bagian Timur kawasan TNLL punya tipe iklim B (agak
musiman) dengan curah hujan berkisar antara 344-1400 mm/tahun. Bagian
barat TNLL punya tipe iklim A (lembab permanen) dengan curah hujan
rata-rata tahunan antara 1200-2200 mm/tahun.
Secara keseluruhan curah hujan di TNLL bervariasi dari 2000-3000
mm/tahun di bagian utara dan 3000-4000 mm/tahun di bagian Selatan.
Suhu/temperatur berkisar antara 22-340 C, rata-rata kelembaban udara 98
% dengan kecepatan angin rata-rata 3,6 km/jam.
Analisis Populasi dan Sebaran Habitat Elang Sulawesi di TN Lore Lindu 8
5. Hidrologi
Taman Nasional Lore Lindu mempunyai fungsi tangkapan air yang besar,
didukung oleh dua sungai besar yaitu sungai Gumbasa di bagian utara
yang bergabung dengan sungai Palu di bagian barat serta sungai Lariang di
bagian Timur, selatan, dan baratnya. Fungsi hidrologis ini sangat besar
manfaatnya bagi masyarakat sekitar kawasan dan Sulawesi Tengah
umumnya.
6. Aksesibilitas
Dapat dicapai melalui jalur darat dari kota Palu. Lokasi yang dapat
ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat adalah Palu-
Bidang Pengelolaan TN Wilayah I Saluki, Palu-Bidang Pengelolaan TN
Wilayah II Makmur, Palu-Bidang Pengelolaan TN Wilayah III Poso. Ada
beberapa resort yang hanya dapat ditempuh dengan jalan kaki/naik kuda
dan motor ojek yaitu jalur Gimpu-Bada, Bada-Doda, Toro-Katu dan
Rahmat-Dataran Lindu.
Analisis Populasi dan Sebaran Habitat Elang Sulawesi di TN Lore Lindu 9
F. Kondisi Biologi Kawasan
1. Flora
TN Lore Lindu terbagi ke dalam 4 zona vegetasi, yaitu :
Hutan Hujan Dataran Rendah (<1.000 mdpl)
Hutan Hujan Sub Pegunungan (1.000 – 1.500 mdpl)
Hutan Pegunungan (1.500 – 2.000 mdpl)
Hutan Sub Alpin (>2.000 mdpl).
- Vegetasi Hutan Hujan Dataran Rendah
Komposisi floranya lebih beragam. Flora yang ditemukan antara lain:
Pawa (Mussaendopsis beccariana), Tahiti (Dysoxylum sp.), Nunu (Ficus
sp.), Ngkera dan Lawedaru (Myristica spp.), Mpora dan Mpire (Caryota
spp.), Saguer (Arenga pinnata), Take (Arenga sp.), Uru ranto (Elmerilia
ovalis), Luluna (Strychnos axillaris), Palaku (Celtis sp.), Ntorade
(Pterospermum subpeltatum), Ndolia (Canangium odoratum), Tea here
(Artocarpus elasticus), Tea uru (Artocarpus teijmannii), Duria (Durio
zibethinus), Wara dilameo (P. hirsuta), Bambu pemanjat (Dinochloa
scandens), Elastostema, Costus, Cyrtandra, Nephrolepis, Neuburgia.
- Vegetasi Hutan Hujan Sub pegunungan
Flora yang ditemukan: Kelompok uru (Magnoliaceae), Uru ranto
(Elmerillia ovalis), Uru tomu (Elmerillia sp.), Elmerillia celebica,
Manglietia glauca, Talauma liliiflora, Konore (Adinandra sp.),
Pangkula, ntangoro (Ternstroemia spp.), Kauntara (Meliosma nitida),
Kau tumpu (Turpinia sphaerocarpa), Mpo maria (Engelhardtia serrata).
Analisis Populasi dan Sebaran Habitat Elang Sulawesi di TN Lore Lindu 10
- Vegetasi Hutan Pegunungan
Flora yang ditemukan antara lain: Kaha (Castanopsis argentea), Palili
bahe, palili nete, palili pance (Lithocarpus spp.). Agathis philippinensis,
Podocarpus neriifolia, Podocarpus imbricatus, Taxus baccatus,
Dacrydium falcifolia, Phyllocladus hypophyllus, Tristania whiteana dan
Tristania sp., Calophyllum spp., Garcinia spp., Tetractonia haltumi,
Polyosma integrifolia dan Gynotraches axillaris, Coelogyne, Thelasis,
Appendicula, Glomera, Phreatia, Elastostema, Cyrtandra,
Goniophlebium persicifolium, Oleandra neliiformis, Diplazium
bantamense.
- Vegetasi Sub Alpin
Flora yang ditemukan Leptospermum, Rapanea, Myrsine, Phyllocladus
hyphophyllus, Eugenia sp., Paku pohon (Alsophylla sp.), jenis palem
(Pinanga).
Analisis Populasi dan Sebaran Habitat Elang Sulawesi di TN Lore Lindu 11
2. Fauna
- Mamalia besar
Anoa atau kerbau kerdil, satwa endemik Sulawesi. Nama daerah: Sapi
utan, Anoang, Kerbau pendek, Dangko, Bondago tutu, Buulu, Tutu dan
Sako. Dua jenis anoa di TN Lore Lindu yaitu Anoa quarlesi dan Anoa
deoressicornis. Babi rusa (Babyrousa babyrusa), babai Sulawesi (Sus
celebensis), Macaca tonkeana, Phalanger ursinus, kus-kus sulawesi (P.
celebencis), Tarsius Sulawesi (Tarsius spectrum), Rusa (Cervus
timorensis).
- Burung
Kawasan hutan TN Lore Lindu merupakan taman surga tempat hidup
berbagai jenis burung. Berdasarkan hasil penelitian Dick Watling tahun
1981 mencatat 197 jenis, Mallo dan Buttu Ma’dika tahun 1999 mencatat
227 jenis dan Mallo tahun 2001 mencatat 249 jenis burung. Hasil
penelitian terbaru Dewi M. Prawiradilaga, Idrus Tinulele, dkk Juli 2003
mencatat ada 267 jenis burung ditemukan di TN Lore Lindu. Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah jenis burung di TN Lore Lindu masih terus
bertambah, bahkan diduga masih bisa mendapatkan jenis baru.
- Reptil
Ular pyton (Phyton reticulatus), ular Racers (Elaphe erythrura,
Gonyosonia janseni, Mack viver (Psammodymaster pulverulenthus dan
Xemopeltis unicolor), king cobra (Ophiophagus hannah)
Analisis Populasi dan Sebaran Habitat Elang Sulawesi di TN Lore Lindu 12
IV. METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan selama 10 hari, mulai pada tanggal 20 April sampai
dengan 30 April 2012, berlokasi di 36 Desa pada 3 Bidang Pengelolaan Taman
Nasional Lore Lindu dengan rincian sebagai berikut :
BPTNW I Saluki :
1. Desa Gimpu
2. Desa Toro
3. Desa Sungku
4. Desa Mataue
5. Desa Namo
6. Desa Sidaunta
7. Desa Puroo
8. Desa Tomado
9. Desa Anca
10. Gunung Potong
11. Desa Salua
12. Desa Tuva
13. Desa Simoro
14. Desa Pakuli
BPTNW II Makmur :
15. Desa Kalawara
16. Desa Sibowi
17. Desa Bora
18. Desa Bobo
19. Desa Kapiroe
20. Desa Petimbe
21. Desa Kamarora A
22. Desa Rahmat
23. Danau Tambing
24. Dongi-Dongi
25. Desa Sedoa
26. Desa Watumaeta
BPTNW III Poso :
27. Desa Wuasa
28. Desa Dodolo
29. Desa Siliwanga
30. Desa Katu
31. Desa Torire
32. Desa Bariri
33. Desa Doda
34. DesaLengkeka
35. Desa Lilio
36. Desa Tuare
Analisis Populasi dan Sebaran Habitat Elang Sulawesi di TN Lore Lindu 13
Peta lokasi penelitian :
Analisis Populasi dan Sebaran Habitat Elang Sulawesi di TN Lore Lindu 14
B. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini peta desa penyangga
Taman Nasional Lore Lindu.
Sedangkan alat yang digunakan terdiri dari :
- Tally sheet : sebagai panduan pencatatan data lapangan
- Global Positioning System (GPS) : untuk pengambilan titik koordinat
- Kompas : untuk mengetahui arah pola hadap lubang peneluran
- Kamera : sebagai alat dokumentasi
- Komputer : sebagai alat pengolahan data
C. Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan meliputi :
1. Orientasi lapangan
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui informasi mengenai daerah
penyebaran Elang Sulawesi baik melalui survei lapangan maupun melalui
wawancara dengan masyarakat.
2. Kajian pustaka
Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan literatur dan informasi yang
berkaitan dengan Elang Sulawesi.
Analisis Populasi dan Sebaran Habitat Elang Sulawesi di TN Lore Lindu 15
D. Kebutuhan Data
Data yang dibutuhkan dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Data Elang Sulawesi
a. Titik perjumpaan
b. Perkiraan jarak pengamat dengan Elang Sulawesi
c. Jenis & Jumlah Elang Sulawesi
d. Aktifitas/perilaku
e. Waktu
2. Karakteristik Habitat
a. Kondisi habitat (hutan,kebun, sawah dll)
F. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilapangan dilakukan dengan menggunakan metode titik
dan metode eksplorasi lapang.
1. Metode Titik (Point count)
Metode ini digunakan untuk mengetahui kisaran populasi Elang Sulawesi
di TNLL dengan cara menentukan plot sampel dalam titik-titik yang
ditempatkan secara acak di suatu wilayah kegiatan.
2. Metode Eksplorasi Lapang
Metode ini dilakukan untuk mengetahui posisi atau keberadaan objek
dalam wilayah kegiatan dengan cara menjelajahi wilayah kegiatan.
Analisis Populasi dan Sebaran Habitat Elang Sulawesi di TN Lore Lindu 16
G. Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk mengetahui pendugaan ukuran populasi Elang
Sulawesi, menggunakan analisis metode titik (Point count) (Sayogo, 2010)
dengan persamaan sebagai berikut :
Pi=∑ x
i
n
P=c . Σ Pi
Dimana :
Pi = Ukuran populasi pada lokasi konsentrasi ke-i (individu)
x i = Jumlah individu yang dijumpai pada pengamatan ke-i (individu)
P = Total populasi pada seluruh areal penelitian
c = Jumlah seluruh lokasi konsentrasi yang diamati
n = Jumlah ulangan pengamatan
Kisaran populasi ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut :
Sp2=
∑ Pi2−¿ (∑ Pi )
2/c
c¿
P=[Zα /2 √S p2 /c ]
Dimana :
Sp2=
∑ Pi2−¿ (∑ Pi )
2/c
c¿ = Ragam Populasi
P=[Zα /2 √S p2 /c ] = Sebaran Normal Z
Analisis Populasi dan Sebaran Habitat Elang Sulawesi di TN Lore Lindu 17
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Jumlah Populasi
Dari hasil analisis data dengan tingkat kepercayaan 5 %, didapatkan dugaan
populasi Elang Sulawesi (Spizaetus lanceolatus) di kawasan Taman Nasional
Lore Lindu berada pada kisaran 252 – 253 ekor.
Data ini baru merupakan data awal, karena belum ada data mengenai
populasi Elang Sulawesi di Taman Nasional Lore Lindu sebelumnya.
Penelitian untuk mengetahui status kelestarian raptor di Sulawesi memang
masih sangat jarang dilakukan, sehingga sulit untuk menentukan secara pasti
status kelestarian setiap jenis raptor yang ada (Kama, 2010). Namun
beberapa data penelitian mengenai Elang Sulawesi yang dilakukan di
Sulawesi secara umum dapat dijadikan perbandingan. Ferguson-Lees et al.
(2001) dalam In’am (2009) menyebutkan bahwa diperkirakan populasi Elang
Sulawesi di habitatnya berkisar antara 5000-10.000 individu dan masuk
kategori Terancam Punah menurut IUCN dan dikategorikan dalam appendix
II dalam CITES. Data populasi terkini masih belum diupdate lagi dan
kemungkinan besar populasinya mengalami penurunan akibat degradasi
habitat yang terjadi di Sulawesi. Jika mengacu pada data ini, maka jumlah
Elang Sulawesi di Taman Nasional Lore Lindu berada pada persentase 2.5 –
5 % dari keseluruhan jumlah populasi Elang Sulawesi di habitat alaminya.
Jika diasumsikan penyebaran Elang Sulawesi tersebar secara merata di
seluruh pulau sulawesi dan sekitarnya, dan persentase luas kawasan TNLL
Analisis Populasi dan Sebaran Habitat Elang Sulawesi di TN Lore Lindu 18
yang hanya sekitar 1,25 % dari
luas pulau Sulawesi, maka
jumlah Elang Sulawesi di
kawasan TNLL masih berada di
atas rata-rata kepadatan
populasi Elang Sulawesi di
habitatnya.
Data lain adalah data hasil survei Nurwatha, dkk., (2000) di 36 tempat di
Sulawesi (11 tempat di Sulawesi Selatan dan 25 tempat di Sulawesi tengah),
menyebutkan populasi Elang Sulawesi (Spizaetus lanceolatus) di seluruh
lokasi yang disurvei antara 254-306 pasang atau sekitar 508-612 ekor. Jika
dibandingkan dengan data ini maka populasi elang sulawei di kawasan
TNLL masih berada pada persentase sekitar 50 % dari jumlah populasi Elang
Sulawesi di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan.
Data ini menunjukkan bahwa masih tingginya populasi Elang Sulawesi di
kawasan TNLL dan mengindikasikan bahwa Taman Nasional Lore Lindu
merupakan salah satu habitat yang cukup sesuai bagi Elang Sulawesi.
Bahkan bisa jadi Taman Nasional Lore Lindu merupakan salah satu benteng
terakhir bagi Elang Sulawesi. Karena menurut BKSDA Sulsel (2010) Elang
Sulawesi sedikit dijumpai di wilayah dataran rendah Sulawesi Selatan,
terutama karena habitat di dataran rendah di wilayah ini sebagian besar sudah
berubah menjadi lahan pertanian dan tambak. Kama (2010) menyebutkan
dari pengamatan yang dilakukan di beberapa tempat khususnya di Sulawesi
Analisis Populasi dan Sebaran Habitat Elang Sulawesi di TN Lore Lindu 19
Gambar 2 : Elang Sulawesi
Tengah, setidaknya dalam 5 tahun terakhir, 12 jenis raptor yang jarang
terlihat diantaranya adalah Elang Sulawesi. Namun khusus Accipiter nanus
dan Spizaetus lanceolatus, kawasan Sulawesi bagian tengah merupakan
kawasan penting bagi penyebaran kedua jenis raptor ini. Di wilayah Sulawesi
Tengah kedua jenis raptor ini masih umum dijumpai, terutama di beberapa
kawasan konservasi seperti kawasan Taman Nasional Lore Lindu dan Cagar
Alam Morowali. Di wilayah Sulawesi Tengah, sepertinya Elang Sulawesi
memiliki populasi yang cukup sehat untuk daerah yang luas (secara umum).
B. Penyebaran
Dari 36 titik pengamatan Elang Sulawesi pada kegiatan ini, di 29 titik
berhasil diamati keberadaan jenis elang dan alap-alap, namun hanya 5 titik
pengamatan yang
berhasil menjumpai
keberadaan spesies
Elang Sulawesi, yaitu di
titik : Desa Toro, Desa
Sidaunta, Desa Sedoa,
Desa Katu, Desa Doda.
Menurut BKSDA
Sulsel (2010) populasi
Analisis Populasi dan Sebaran Habitat Elang Sulawesi di TN Lore Lindu 20
Elang Sulawesi memang relatif sedikit dan keberadaannya tersebar secara
luas.
Analisis Populasi dan Sebaran Habitat Elang Sulawesi di TN Lore Lindu 21
Gambar 3. Titik Penyebaran Elang Sulawesi
C. Kondisi dan penggunaan Habitat
Di daerah dimana ditemukan keberadaan Elang Sulawesi, kondisi habitat
secara umum adalah hutan primer, hutan sekunder, kebun masyarakat yang
berdekatan dengan hutan, persawahan yang berdekatan dengan hutan, dan
savana. Di desa katu Elang Sulawesi terlihat di daerah sekitar hutan primer,
hutan sekunder, dan persawahan dekat hutan yang relatif jauh dari
pemukiman penduduk. Di desa Doda terlihat Elang menggunakan daerah
hutan primer, kebun dan savana yang Jauh dari perkampungan. Di Desa
Sedoa dan Desa Sidaunta Elang Sulawesi menggunakan habitat hutan dan
kebun masyarakat yang berdekatan dengan pemukiman penduduk. Di Desa
Toro menggunakan habitat hutan, kebun dan persawahan yang dekat dengan
perkampungan penduduk.
Analisis Populasi dan Sebaran Habitat Elang Sulawesi di TN Lore Lindu 22
Gambar 4. Habitat Elang Sulawesi di Desa Katu
Dari hasil ini dapat diketahui bahwa hampir di seluruh wilayah dimana
terdapat Elang Sulawesi, habitat utama Elang Sulawesi adalah hutan primer
yang berdekatan dengan daerah yang relatif terbuka seperti kebun, hutan
sekunder, persawahan dan savana.
Sedangkan penggunaan tipe-tipe habitat oleh Elang Sulawesi di daerah
pengamatan adalah sebagai berikut :
- Habitat hutan primer diduga berfungsi sebagai cover dan sarang. Hal
ini diketahui dari perilaku Elang Sulawesi yang menggunakan hutan
primer sebagi tempat hinggap.
- Daerah terbuka di dekat hutan primer seperti seperti kebun, hutan
sekunder, persawahan dan savana diduga berfungsi sebagi tempat
mencari makan. Karena di tempat-tempat ini Elang Sulawesi teramati
dalam kondisi soaring atau terbang mencari mangsa.
Sedangkan kondisi lain yang dapat disimpulkan adalah, Elang Sulawesi
dapat menghuni daerah yang berdekatan maupun berjauhan dari pemukiman
manusia, sepanjang tidak ada gangguan terhadap spesies dan gangguan
ekstrim terhadap habitat, terutama habitat utamanya yaitu hutan primer.
Kama (2010) menyebutkan bahwa elang masih sanggup bertahan pada
tingkat deforestasi dan fragmentasi habitat tertentu. Tetapi tentunya Elang ini
tidak akan bertahan hidup dengan gangguan total.
Kondisi habitat Elang Sulawesi di Taman Nasional Lore Lindu relatif sama
dengan kondisi habitat Elang Sulawesi pada umumnya. BKSDA Sulsel
(2010) dan Kulilo (2009) mendeskripsikan habitat Elang Sulawesi adalah
Analisis Populasi dan Sebaran Habitat Elang Sulawesi di TN Lore Lindu 23
hutan primer dan hutan sekunder tua yang berbatasan dengan daerah terbuka
pada ketinggian 250-2000 m, terkadang sampai ke daerah pedesaan yang
terbuka, dari permukaan laut sampai di ketinggian 2300 m dpl. Bertengger
di dahan yang tersembunyi menunggu mangsa, kemudian menukik cepat
untuk menyerang mangsa. Lebih suka berburu di padang rumput terbuka
sekitar hutan.
D. Perilaku
Perilaku yang dapat diamati dari Elang Sulawesi di daerah pengamatan
secara umum adalah :
- Penggunaan Waktu : seperti halnya raptor siang lainnya, Elang
Sulawesi mulai beraktifitas ketika ada sinar matahari.
- Penggunaan Ruang : Elang Sulawesi menggunakan Hutan Primer
sebagai Cover dan daerah terbuka untuk mencari makan
- Perilaku Pengelompokan : diduga
Elang Sulawesi lebih banyak
berperilaku soliter ketika tidak
berada pada musim kawin. Hal ini
diindikasikan dari hasil
pengamatan bahwa dari 7 ekor Elang Sulawesi yang berhasil teramati,
2 ekor diketahui berpasangan sedangkan 5 ekor terlihat secara soliter.
Kondisi ini diduga karena pada saat pengamatan yaitu di bulan
Desember, Elang Sulawesi telah melewati masa kawin. Menurut
Analisis Populasi dan Sebaran Habitat Elang Sulawesi di TN Lore Lindu 24
Gambar 5. Elang Hitam Sulawesi
Nurwatha, dkk., (2000) Elang Sulawesi tercatat bersarang pada bulan
Agustus, sarang berada 20 m di atas permukaan tanah pada pohon
yang besar dan dipenuhi epifit.
- Interaksi antar spesies satu relung : Tercatat Elang Sulawesi
menggunakan habitat secara bersama atau bergantian dengan jenis
beberapa jenis raptor lain yaitu : Elang Ular Sulawesi, Elang Alap
Ekor Totol, Elang Hitam, Elang Alap Dada Merah dan Elang Perut
Karat.
Analisis Populasi dan Sebaran Habitat Elang Sulawesi di TN Lore Lindu 25
VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari kegiatan ini adalah :
1. Jumlah Populasi Elang Sulawesi di Taman Nasional Lore Lindu
diperkirakan antara 252 – 253 ekor
2. Penyebaran Elang Sulawesi di TNLL yaitu di : Desa Toro, Desa Sidaunta,
Desa Sedoa, Desa Katu, dan Desa Doda
3. Kondisi habitat Elang Sulawesi di TNLL adalah hutan primer, hutan
sekunder, kebun , sawah dan padang rumput.
4. Perilaku Elang Sulawesi adalah :
- Mulai beraktifitas ketika ada sinar matahari.
- Menggunakan Hutan Primer sebagai cover dan daerah terbuka untuk
mencari makan
- Lebih banyak berperilaku soliter ketika tidak berada pada musim
kawin.
- Menggunakan habitat secara hampir bersama atau bergantian dengan
jenis beberapa jenis raptor lain yaitu : Elang Ular Sulawesi, Elang Alap
Ekor Totol, Elang Hitam, Elang Alap Dada Merah dan Elang Perut
Karat.
Analisis Populasi dan Sebaran Habitat Elang Sulawesi di TN Lore Lindu 26
B. Saran
Data yang didapatkan dari kegiatan penelitian ini adalah sebagai data awal
sehingga perlu monitoring untuk mengetahui perkembangan populasi Elang
Sulawesi pada waktu mendatang.
Analisis Populasi dan Sebaran Habitat Elang Sulawesi di TN Lore Lindu 27
DAFTAR PUSTAKA
BKSDA Sulsel. 2010. Elang Sulawesi. http://ksdasulsel.org/artikel-fauna/118
In’am. 2009. Elang Sulawesi. http://lorelindu.wordpress.com/2009/05/13/elang-
sulawesi
Kama, H. 2010. Sekilas Tentang Raptor Di Sulawesi.
http://bumianoa.wordpress.com /2010/05/19
Kulilo, K. 2009. Elang Sulawesi. http://burungpemangsa.blogspot.com/2009/07
/elang-sulawesi.html
Nurwatha, P.F., Z. Rakhman dan Wahyu Raharjaningtrah. 2000. Distribusi dan
Populasi Elang Sulawesi Spizaetus lanceolatus di Sulawesi Selatan dan
Sulawesi Tengah. Yayasan Pribumi Alam Lestari. Bandung.
Sayogo, A.P. 2010. Rekomendasi Teknik Pengamatan Raptor di Taman Nasional
Lore Lindu. Fauna & Flora International. Kalimantan Barat
Analisis Populasi dan Sebaran Habitat Elang Sulawesi di TN Lore Lindu 28
I. Lampiran
Lampiran 1 : Dokumentasi Kegiatan
Analisis Populasi dan Sebaran Habitat Elang Sulawesi di TN Lore Lindu 29
Elang Ular Sulawesi
Elang Bondol
Analisis Populasi dan Sebaran Habitat Elang Sulawesi di TN Lore Lindu 30
Elang Perut Karat
Elang Hitam
Analisis Populasi dan Sebaran Habitat Elang Sulawesi di TN Lore Lindu 31
Elang Sulawesi
Pengamatan Elang di Savana
Analisis Populasi dan Sebaran Habitat Elang Sulawesi di TN Lore Lindu 32
Pengamatan Elang di Dekat Kebun
Pengambilan Titik GPS
Analisis Populasi dan Sebaran Habitat Elang Sulawesi di TN Lore Lindu 33
Pengambilan Titik GPS
Habitat Persawahan
Analisis Populasi dan Sebaran Habitat Elang Sulawesi di TN Lore Lindu 34
Habitat Hutan Primer
Habitat Hutan Primer
Habitat Savana
Analisis Populasi dan Sebaran Habitat Elang Sulawesi di TN Lore Lindu 35
Habitat Persawahan & Perkampungan
Habitat Hutan & Sungai
Lampiran 2. Data perjumpaan Elang
Lokasi Waktu Jenis Aktifitas Jarak dari pengamat
Deskripsi Habitat
Keterangan
Gimpu 15.19 Tak teridentifikasi
Soaring di atas kawasan
600 m Perbatasan kawasan dengan sungai dan persawahan
Soliter
Toro 10.15 Elang ular sulawesi
Terbang( soaring)
200 m Hutan primer, sekunder, kebun an persawahan, perkampungan
Sepasang
10.15 Elang Ular Sulawesi
Terbang( soaring)
200 m
10.30 Elang Bondol
Terbang( soaring)
300 m Soliter
10.30. Elang Bondol
Terbang( soaring)
300 m Soliter
02.00 Elang sulawesi
Terbang berburu
50 m Sepasang
02.05 Elang sulawesi
Terbang berburu
50 m
02.20 Elang alap ekor totol
Bertengger
30 m Soliter
02.35 Elang hitam
Terbang berburu
50 m Soliter
03.10 Baza Jerdon
Terbang berburu
150 m Soliter
03.40 Elang sulawesi
Terbang berburu
100 m Soliter
Sungku 10.35 Elang hitam
Soaring 700 m Perbatasan kawasan, kebun masyarakat dan sungai
Sepasang
10.35 Elang hitam
Soaring 700 m
14.20 Elang ular sulawesi
Soaring 200 m Soliter
Mataue 11.30 Tak teridentifikasi
soaring 700 m Hutan primer, sekunder, kebun an persawahan
Soliter
Namo 11.40 Tak Soaring 500 m Persawahan Soliter
Analisis Populasi dan Sebaran Habitat Elang Sulawesi di TN Lore Lindu 36
teridentifikasi
diatas kawasan
11.40 Tak teridentifikasi
Soaring diatas kawasan
700 m Soliter
12.30 Tak teridentifikasi
Soaring diatas kawasan
900 m Soliter
Sidaunta
11.10 Elang Sulawesi
Terbang sambil bersuara
300 m Kemiringan 70 derajat, berhutan, kebun masyarakat, 10% tanah terbuka
Soliter
1145 Elang hitam
Terbang sambil bersuara
200 m Soliter
Puro’o 09.14 Elang Bondol
Soaring Hutan Primer, Danau, Perkampungan
Sepasang
09.14 Elang Bondol
Soaring
Tomado
08.58 Elang Bondol
Bertengker
50 m Hutan Primer, Danau, Perkampungan
Soliter
Lokasi Waktu Jenis Aktifitas Jarak dari pengamat
Deskripsi Habitat
Keterangan
Kanawu
09.35 Elang Bondol
Terbang melintas
50 m Hutan Primer, Danau, Perkampungan
Soliter
Analisis Populasi dan Sebaran Habitat Elang Sulawesi di TN Lore Lindu 37
Anca 06.00 Elang Bondol
Soaring 100 m Hutan Primer, Danau, Perkampungan
Soliter
10.00 Elang Bondol
Soaring 700 m Sepasang
10.00 Elang Bondol
Soaring 700 m
10.00 Elang Bondol
Soaring 700 m Sepasang
10.00 Elang Bondol
Soaring 700 m
16.45 Elang Bondol
Soaring 50 m Soliter
Gunung potong
11.50 Elang ular Soaring 300 m Berbatasan dengan jalan dan gunung potong
Soliter11.51 Elang
Alap-alapSoaring 400 m Soliter
11.18 Elang hitam
Soaring 100 m Soliter
11.37 Elang Hitam
Soaring 200 m Soliter
Salua 12.05 Elang bondol
Soaring 70 m Hutan primer, Hutan Sekunder, Kebun masyarakat, jalan, Perkampungan
Sepasang
12.05 Elang bondol
Soaring 70 m
12.15 Elang bondol
Soaring 50 m Soliter
Tuva 11.00 Elang ular Terbang 20 m Berhutan, kebun masyarakat, ada sungai
Soliter11.16 Elang ular Terbang 300m Soliter11.16 Elang Alap Terbang 300 m Soliter,
berkelahi12.40 Elang ular Terbang 350 m15.45 Elang Perut
KaratTerbang 100 m Soliter
Simoro
NIHIL
Hutan primer, Hutan Sekunder, Kebun masyarakat, Perkampungan, Sungai
Analisis Populasi dan Sebaran Habitat Elang Sulawesi di TN Lore Lindu 38
Pakuli 15.21 Elang kelelawar
Soaring 300 m Hutan primer, Perkampungan
Sepasang
15.21 Elang kelelawar
Soaring 300 m
Kalawara
NIHIL
Hutan primer, Hutan Sekunder, Kebun masyarakat, Perkampungan
Sibowi
NIHIL
Hutan primer, Hutan Sekunder, Kebun masyarakat, Perkampungan
Bora
NIHIL
Hutan primer, Hutan Sekunder, Kebun masyarakat, Perkampungan
Lokasi Waktu Jenis Aktifitas Jarak dari pengamat
Deskripsi Habitat
Keterangan
Bobo
NIHIL
Hutan primer, Hutan Sekunder, Kebun masyarakat, Perkampungan
Kapiroe 12.15 Elang alap kecil
Terbang 100 m Hutan, kebun Sepasang
12.20 Elang alap kecil
Terbang 400 m
Analisis Populasi dan Sebaran Habitat Elang Sulawesi di TN Lore Lindu 39
Petimbe 8.30 Paria Terbang 500m Hutan, Perkampungan
Soliter8.50 Paria Terbang 300m Soliter8.51 Perut karat Terbang 300m Soliter
9.31Elang rawa Tutul Terbang 250m
Soliter
9.50Elang Alap Kecil Terbang 300m
Soliter
10.7Elang Perut Karat Terbang 100m
Soliter
11.50Elang bondol Terbang 50 m
Soliter
Kamarora A
9.20 Elang paria Terbang 300m Hutan, Kebun Soliter
9.30Elang perut karat
Terbang 400mSoliter
9.45 Elang paria terbang 500m Soliter
10.00 Elang pariaTerbang, berkelahi
300 mSoliter, berkelahi
10.00Elang Perut Karat
Terbang, berkelahi
300 m
Rahmat
NIHIL
Lahan terbuka, Kebun Coklat, Pemukimam, Sungai
Danau Tambing
9.10Elang perut karat
Terbang 1 kmDanau, Terbuka
Soliter
9.11Elang perut karat
Terbang 1 kmSoliter
9.24 Elang Paria Terbang 50 m Soliter
9.29Elang ikan kecil
Bertengger terbang
20 mSoliter
Dongi-dongi
NIHILKebun Coklat, Kebun Jagung
Sedoa9.30
Elang Sulawesi terbang 300 m
Kebun Coklat, Hutan
Soliter
9.44 Elang Sulawesi
terbang/mengeluarkan suara
300 m Soliter
10.46 Elang Sulawesi
terbang 300 m Soliter
Analisis Populasi dan Sebaran Habitat Elang Sulawesi di TN Lore Lindu 40
11.00Elang Hitam terbang 300 m
Soliter
14.05Elang Sulawesi terbang 200 m
Soliter
Lokasi Waktu
Jenis Aktifitas Jarak dari pengamat
Deskripsi Habitat
Keterangan
Watumaeta 7.00
Tak teridentifikasi
Bersuara 300 MHutan primer/sekunder,
Soliter
11.3Elang Ikan Kepala Kelabu
Terbang 400 MSoliter
11.42Elang Ikan Kepala Kelabu
Terbang 500 MSoliter
12.3Elang Rawa Tutul
Terbang 50 MSoliter
Wuasa 09.25 Elang ikan kepala kelabu
Terbang 15 m Kebun, Hutanketinggian 1133,7 mdpl
Sepasang
10.15 Elang parut karat
Terbang 80 m
Dodolo 09.20 Tak teridentifikasi
Terbang 500 m Hutan primer Soliter
Siliwanga
10.15 Elang hitam
Terbang dan hinggap
50 m Safana, Soliter
Katu 10.30 Elang sulawesi
Terbang 500 m Hutan primer/sekunder,
Soliter
Elang ular sulawesi
Terbang 500 m Soliter
Elang alap dada merah
Terbang 500 m Soliter
Analisis Populasi dan Sebaran Habitat Elang Sulawesi di TN Lore Lindu 41
Elang ikan kepala kelabu
Terbang 500 m Soliter
Torire
NIHIL
Safana,hutan primer, ketinggian 1191,6 mdpl
Bariri 15.15 Tak teridentifikasi
Hinggap, bersuara
500 m Hutan primer, ketinggian 133,5 mdpl
Soliter
Doda 09.15 Elang alap dada merah
Terbang 1,5 m Hutan primer dan alang-alang dan kebun masyarakat
Sepasang
09.15 Elang alap dada merah
Terbang 1,5 m
09.35 Elang sulawesi
Terbang 500 m Soliter
10.00 Elang sulawesi
Terbang 500 m Soliter
10.05 Elang perut karat
Terbang 5 m Soliter
Lengkeka NIHIL Hutan Primer
Lilio 11.25 Elang UlarSulawesi
Terbang 300 m Hutan primer, Savana
Soliter
Tuare 12. 00 Elang UlarSulawesi
HinggapDi pohon
20 m Hutan Primer Soliter
Lampiran 3. Perhitungan Dugaan Populasi
Ukuran Populasi :
Pi=∑ x
i
n
P1(toro) = 5/2= 2.5 ≈ 3 ekor
P2(sidaunta) = 1/2= 0.5 ≈ 1 ekor
P3(sedoa) = 2/2= 1.0 ≈ 1 ekor
Analisis Populasi dan Sebaran Habitat Elang Sulawesi di TN Lore Lindu 42
P4(katu) = 1/1= 1.0 ≈ 1 ekor
P5(doda) = 1/1= 1.0 ≈ 1 ekor
∑Pi = 3 +1+1+1+1 = 7
Total Populasi :
P=c . Σ Pi
P= 36x7 = 252 ekor
Kisaran Populasi :
Sp2=
∑ Pi2−¿ (∑ Pi )
2/c
c¿
Sp2= (9+1+1+1+1 )−
( (7 )¿¿2/36)36
¿
Sp2=11.639
36 = 0.323
Kisaran Populasi=P± [ Zα /2 √Sp2 /c ]
¿ P ± [1.96√0.323 /36 ]¿ P ± [0.0176 ]
Pmaks = 252 + 0.0176 = 252.0176 ≈ 253 ekor
Pmin = 252 – 0.0176 = 251.9824 ≈ 252 ekor
Jadi kisaran populasi Elang Sulawesi di wilayah kegiatan diduga antara
252-253 ekor
Analisis Populasi dan Sebaran Habitat Elang Sulawesi di TN Lore Lindu 43
Dimana :
c = 36 titik pengamatan
Zα /2 = 1.96 pada tingkat kepercayaan 5%