2_Laporan

56
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya yang digunakan sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga (UU RI No. 4 Tahun 1992). Menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik demi kesehatan keluarga dan individu. (Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001). Rumah sebagai tempat bernaung harus memenuhi kebutuhan ruang akan kegiatan bagi penghuninya. Terdapat beberapa ruang pokok yang ada pada sebuah rumah, yaitu ruang tidur, ruang belajar atau ruang kerja, ruang keluarga, ruang services seperti dapur, dan teras atau ruang tamu. Makna yang terkandung didalam kebutuhan ruang-ruang tersebut mencerminkan bahwa rumah adalah tempat untuk istirahat, tempat untuk mengaktualisasikan diri guna meningkatkan mutu kehidupan, rumah sebagai tempat sosialisasi utamanya dengan keluarga, rumah sebagai tempat menyediakan kebutuhan jasmani dan rohani, serta rumah sebagai tempat bernaung. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah bangunan tempat berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana pembinaan keluarga yang menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh anggota 1

description

laporan

Transcript of 2_Laporan

Page 1: 2_Laporan

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya yang

digunakan sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga (UU RI No. 4 Tahun

1992). Menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat

berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta

keadaan sosialnya baik demi kesehatan keluarga dan individu. (Komisi WHO

Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001).

Rumah sebagai tempat bernaung harus memenuhi kebutuhan ruang akan kegiatan

bagi penghuninya. Terdapat beberapa ruang pokok yang ada pada sebuah rumah, yaitu

ruang tidur, ruang belajar atau ruang kerja, ruang keluarga,  ruang services seperti

dapur, dan teras atau ruang tamu. Makna yang terkandung didalam kebutuhan ruang-

ruang tersebut mencerminkan bahwa rumah adalah tempat untuk  istirahat, tempat

untuk mengaktualisasikan diri guna meningkatkan mutu kehidupan, rumah sebagai

tempat sosialisasi utamanya dengan keluarga, rumah sebagai tempat menyediakan

kebutuhan jasmani dan rohani, serta rumah sebagai tempat bernaung.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah bangunan tempat

berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana pembinaan keluarga yang

menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh

anggota keluarga dapat bekerja secara produktif. Oleh karena itu, keberadaan

perumahan yang sehat, aman, serasi, teratur sangat diperlukan agar fungsi dan

kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik.

Pentingnya rumah sehat dalam kehidupan manusia, mendorong kami menyusun

makalah ini untuk menciptakan rumah yang sehat bagi penghuninya guna terpenuhinya

kebutuhan, serta terciptanya kenyamanan untuk para anggotanya dengan baik.

I.2 Pokok Permasalahan

Masyarakat menganggap rumah sehat tidak terlalu berdampak positif dalam

kehidupan sehari-hari, sehingga dalam membangun rumah masyarakat tidak

memperhatikan kondisi rumah yang akan ditempatinya nanti dari kesehatan rumahnya.

Untuk memahami rumah sehat didapatkan rumusan-rumusan masalah dalam

makalah ini yaitu:

1

Page 2: 2_Laporan

1. Apa yang dimaksud dengan rumah sehat?

2. Apa syarat – syarat rumah sehat?

3. Apa saja standar dan peraturan rumah sehat itu?

4. Bagaimana kondisi rumah yang disurvei?

5. Bagaimana perbandingan antara rumah yang disurvei dengan kriteria rumah sehat?

6. Apa saja analisa dan usulan perbaikan rumah yang disurvei agar menjadi rumah

sehat?

I.3 Tujuan Penulisan

I.3.1 Tujuan Umum

Makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan kepada mahasiswa Teknik

Sipil Universitas Indonesia untuk memahami lebih dalam tentang rumah sehat.

I.3.2 Tujuan Khusus

Dapat memahami definisi, syarat, kriteria rumah sehat serta standar dan peraturan

yang digunakan dalam membangun rumah sehat.

Menambah ilmu pengetahuan kepada mahasiswa akan pentingnya rumah sehat

dalam kehidupan manusia.

Mengasah kemampuan mahasiswa dalam menganalisa kondisi rumah berdasarkan

hasil pengukuran dan visualisasi bangunan, aspek eksternal (lingkungan dan

infrastruktur), aspek internal dan fisik (organisasi ruangan, kualitas, utilitas

bangunan), aspek teknik (material, denah eksisting, tampak bangunan), dan aspek

ruangan/hubungan fungsi kegiatan (sirkulasi, penghawaan, pencahayaan)

Mengasah kemampuan mahasiswa dalam mendesain rumah sehat dari kondisi yang

tidak sehat

I.4 Batasan Masalah

Dalam penyusunan makalah rumah sehat ini, ada beberapa batasan yang dibuat :

1. Usulan rumah sehat dilakukan untuk rumah yang telah disurvey oleh penyusun

dan usulan rumah sehat berdasarkan data yang didapat dari suvey tersebut

2. Standar dan ketentuan yang diberlakukan berdasarkan standard an ketentuan

rumah sehat

I.5 Manfaat Kajian

2

Page 3: 2_Laporan

Memberikan pengetahuan yang lebih luas pengertian rumah sehat dan belajar

bagaimana mengaplikasikannya didalam kehidupan

I.6 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

COVER

KATA PENGANTAR

ABSTRAK

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

I.2 Pokok Permasalahan

I.3 Tujuan Penulisan

I.3.1 Tujuan Umum

I.3.2 Tujuan Khusus

I.4 Batasan Masalah

I.5 Manfaat Kajian

I.6 Sistematika Penulisan

BAB II RUMAH SEHAT

II.1 Definisi

II.2 Syarat-syarat dan Kriteria Bangunan

II.3 Standar dan Peraturan

II.3.1 Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan Koefisien Luar Bangunan (KLB)

II.3.2 Garis Sempadan Bangunan (GSB)

II.3.3 Garis Sempadan Jalan (GSJ)

II.3.4 Garis Jarak Bebas Samping (GJBS) dan Garis Jarak Bebas Belakang

(GJBB)

II.3.5 Rasio/Perbandingan Luas Bangunan dengan Penghuni

II.3.6 Gambar tentang GSB, GSJ, GJBS, GJBB

3

Page 4: 2_Laporan

II.4 Bangunan Tahan Gempa untuk Rumah Tinggal

BAB III HASIL PENGAMATAN

III.1 Kondisi Rumah Tidak Sehat

Lokasi rumah survey

Luas tanah

Luas bangunan

Jumlah ruangan

Jumlah penghuni

Denah lokasi

Denah rumah eksisting

Tampak depan dan tampak samping rumah eksisting

III.2 Perbandingan dengan Rumah Sehat

BAB IV ANALISA DAN USULAN PERBAIKAN

IV.1 Analisa Rumah

IV.2 Usulan Perbaikan Rumah

BAB V PENUTUP

V.1 Kesimpulan

V.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

4

Page 5: 2_Laporan

BAB II

RUMAH SEHAT

II. 1 Definisi

Setiap manusia di dunia memiliki kebutuhan primer akan papan, yaitu kebutuhan

manusia untuk membuat tempat tinggal. Menurut UU No. 20 Tahun 2001 tentang

Perumahan dan Kawasan, rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat

tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat

penghuninya, serta asset bagi pemiliknya. Sementara itu, WHO mendefinisikan rumah

sebagai struktur fisik atau bangunan sebagai tempat berlindung, dimana lingkungan dari

struktur tersebut berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik

untuk kesehatan keluarga dan individu.

Rumah sehat merupakan bangunan tempat tinggal yang memenuhi syarat kesehatan

yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan

sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, kepadatan huanian rumah

yang seusai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah (Depkes RI, 2003)

II. 2. Syarat-syarat dan Kriteria

Menurut Depkes RI (2007), prinsip standar rumah sehat adalah sebagai berikut:

1. Memenuhi kebutuhan fisiologis, antara lain pencahayaan, penghawaan, ruang gerak

yang cukup dan terhindar dari gangguan kebisingan.

2. Memenuhi kebutuhan psikologis, antara lain privacy yang cukup, komunikasi yang

sehat antara anggota keluarga dalam rumah.

3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit, antara lain penyediaan air

bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit,

terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran.

4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan, antara lain persyaratan

garis sepadan jalan, konstruksi yang kuat, tidak mudah terbakar, dan tidak

cenderung menimbulkan kecelakaan bagi penghuninya.

Kriteria rumah sehat didasarkan pada Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat

Direktorat Jenderal Pendengalian Penyakit dan Penyehatan Lngkungan Depkes RI Tahun

2007. Komponen-komponen yang dijadikan indicator terdiri dari tiga bagian antara lain,

5

Page 6: 2_Laporan

indicator komponen rumah, indicator sarana sanitasi, dan indicator penilaian perilaku

penghuni.

Indikator komponen yang dijadikan dasar penilaian rumah sehat antara lain:

1. Langit-langit

Langit-langit berfungsi untuk utup seluruh konstruksi atap dan kuda-kuda agar

terlihat rapih, menahan debu yang jatuh serta menahan tetesan air hujan yang

menembus celah-celah atap dan untuk menahan panas agar tidak mudah masuk ke

ruangan yang dibawahnya. Langit-langit yang memenuhi persyaratan adalah langit-

langit yang dapat menahan debu dan kotoran lain yang jatuh dari atap, harus

menutup rata kerangka atap serta mudah dibersihkan. Tinggi langit-langit minimal

2,4 meter dari permukaan lantai

2. Atap

Konstruksi atap harus didasrkan kepada perhitungan yang teliti sehingga dapat

menahan semua beban yang ada seperti beban hujan dan beban angina. Fungsi dari

atap adalah untuk melindungi bagian-bagian dalam rumah dan semua penghuni dari

panas dan hujan. Syarat atap yang baik antara lain:

a. Rapat air,padat dan tidak dapat bergeser

b. Tidak mudah terbakar, ringan dan dapat tahan lama

3. Dinding

Dinding harus tegak lurus dari lantai agar dapat menahan beban dinding sendiri.

Selain itu, dinding juga harus menahan beban angina serta beban diatasnya seperti

atap. Dinding juga harus terpisah dari pondasi oleh lapisan kedap air agar air tanah

tidak dapat meresap. Dinding tidak boleh basah, lembab dan harus bebas dari

lumut.

4. Lantai

Lantai sebaiknya tidak terbuat oleh tanah karena ketika musim hujan dapat menjadi

lembab dan menimbulkan penyakit bagi penghuninya. Oleh karena itu, lantai

sebaiknya dibuat oleh bahan yang kedap air seperti disemen dan kemudian dilapisi

oleh keramik.

5. Jendela

Luas jendela yang baik paling sdikit mempunyai luas 10-20% dari luas lantai. Jika

luas jendela melebihi 20% dari luas lantai, dapat menimbulkan kesilauan dan

6

Page 7: 2_Laporan

panas, sedangkan jika kurang dari 10% dapat menimbulkan suasana pengap dan

gelap.

6. Ventilasi

Ventilasi digunakan untuk menyediakan udara segar dari luar kepada setiap ruang

di dalam kamar dan untuk menyalurkan udara kotor ke luar. Ventilasi yang baik

memiliki syarat-syarat antara lain:

a. Luas lubang ventilasi tetap minimal 5% dari luas lantai ruangan

b. Udara yang masuk harus udara bersih yang tidak dicemari oleh asap kendaraan,

pabrik, sampah maupun asap lainnya.

c. Aliran udara diusahakan cross ventilation sehingga proses aliran udara lebih

lancar.

7. Pencahayaan

Cahaya yang cukup merupakan suatu kebutuhan manusia agar terhindar dari

penyakit dan kerugian-kerugian lainnya. Terdapat dua jenis pencahayaan:

a. Pencahayaan Alami

Pencahayaan alami diperoleh melalui sinar matahari yang masuk melalui

lubang jendela, celah, maupun bagian lain dari rumah yang terbuka. Fungsi dari

sinar matahari adalah untuk penerangan dan untuk mengurangi kelembaban

ruangan, mengusir nyamuk dan serangga lainnya serta membunuh kuman-

kuman (Azwar, 1996).

b. Pencahayaan Buatan

Pencahayaan buatan merupakan penerangan dengan menggunakan sumber

cahaya buatan seperti lampu.

8. Pembagian Ruangan/Tata Ruang

Setiap bagian dalam rumah harus sesuai dengan fungsinya dan memiliki tata ruang

yang baik agar memudahkan komunikasi antara ruangan di dalam rumah dengan

menjamin kerahasiaan pribadi masing-masing penghuni.

Untuk ruang tidur, harus ada pemisah antara ruang kamar tidur orang tua

dan kamar tidur anak. Kemudian, luas ruangan minimal 8m2 dengan

kapasitas orang maksimal 2 orang.

Untuk dapur, ruang dapur harus memiliki ventilasi yang baik agar asap hasil

kegiatan masak dapat dialirkan keluar. Luas dapur minimal 3m2. Selain itu,

di dapur harus tersedia alat-alat pengolahan makanan, alat-alat masak,

7

Page 8: 2_Laporan

tempat cuci peralatan dan air bersih dan tempat penyimpanan bahan

makanan.

Untuk kamar mandi harus memiliki minimal 1 lubang ventilasi yang

berhubungan dengan udara luar.

9. Luas Bangunan Rumah

Luas bangunan rumah harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya tidak terjadi

kepadatan penghuni. Ika suatu rumah terlalu padat, maka akan menyebabkan

kurangnya oksigen dan mudahnya penyebaran penyakit. Permenkes mensyaratkan

rumah sehat memenuhi syarat luas lebih dari 8m2 untuk tiap orang.

Sementara itu, indicator sarana sanitasi yang dijadikan dasar penilaian rumah sehat adalah:

1. Sarana Air Bersih

Air bersih adalah air yang dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari dan

jika dimasak dapat diminum. Sementara itu, air minum adalah air yang syaratnya

memenuhirat kesehatan dan dapat langsung diminum (Depkes RI, 2002).

Air dikatakan bersih jika memenuji 3 syarat yaitu:

a. Syarat Fisik

Air tidak berwarna, tidak berbau, jernih dan memiliki suhu di bawah suhu udara

sehingga nyaman untuk digunakan

b. Syarat Kimia

Air tersebut tidak tercemar oleh zat kimia yang berbahaya untuk kesehatan

c. Syarat Bakterial

Air tidak boleh mengandung mikrooganisme, sebagai contoh adanya bakteri

E.Coli.

Dalam penyediaan air bersih, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara

lain:

a. Jarak antara sumber air bersih dengan sumber air kotor (septik tank dan

resapan) minimal 10 meter

b. Sumur gali minimal 3 meter dari permukaan tanah dan dilengkapi dengan

cincin dan bibir sumur

c. Penampungan air dan sumur gali dijaga kebersihannya dan dipelihara secara

rutin

2. Jamban (Sarana pembuangan Kotoran)

8

Page 9: 2_Laporan

Pembuangan kotoran adalah system pembuangan yang digunakan oleh

rumah untuk kotoran buang air besar. Tujuan dilakukannya pembuangan tinja

secara aniter adalah untuk menampung dan mengisolir tinja sehingga hubungan

langsung maupun tidak langsung antara tinja dan manjsuia dapat dihindarkan.

Syarat sarana pembuangan tinja yang baik adalah:

a. Tidak terjadi kontaminasi tanah permukaan

b. Tidak terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin masuk ke sumur

c. Tidak terjadi kontaminasi pada air permukaan

d. Tidak terjangkau oleh lalat dan kuman

e. Harus bebas dari bau serta kondisi yang tidak sedap

Menurut Azwar (1996), terdapat 4 cara pembuangan tinja, dimana yang paling

dianjurkan adalah dengan menggunakan septic tank. Septic tank terdiri dari tank

sedimentasi yang kedap air dimana tinja dan air masuk dan mengalami proses

dekomposisi.

3. Sarana pembuangan air limbah

Air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, industry

dan tempat umum lainnya dan biasanya mengandung bahan atau zat yang

membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan

(Chandra, 2007). Air limbah dari rumah tangga adalah air yang berasal dari kamar

mandi dan dapur.

4. Sarana pembuangan sampah

Sampah merupakan semua produk sisa dalam bentuk padat akibat aktifitas

manusia dan sudah dianggap tidak bermangaat. Agar sampah tidak membahayakan

kesehatan manusia, diperlukan pengaturan pembuangannya. Syarat tempat sampah

yang baik adalah:

a. Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, kuat dan tidak mudah bocor

b. Harus dituutp rapat sehingga tidak menarik serangga atau binatang-binatang

lainnya serperti tikus, kucing dan sebagainya.

Penilaian perilaku penghuni rumah meliputi komponen sebagai berikut:

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan

Perilaku pemeliharaan kesehatan merupakan usaha seseorang untuk menjaga

kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk sembuh jika sakit. Perilaku

pemeliharaan kesehatan terdiri dari 3 aspek yaitu:

9

Page 10: 2_Laporan

a. Perilaku pencegahan penyakit

b. Perilaku peningkatan kesehatan

c. Perilaku gizi

2. Perilaku pencarian dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan atau perilaku

pencarian pengobatan

3. Perilaku kesehatan lingkungan

Perilaku kesehatan lingkungan merupukan respon seseorang terhadap

lingkungannya sehinggan lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya.

Perilaku ini mencakup perilaku sehubungan dengan air bersih, pembuangan air

kotor, limbah, rumah yang sehat, serta pembersihan sarang-sarang nyamuk.

II.3 Standar dan Peraturan

II.3.1 Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan Koefisien Luar Bangunan (KLB)

Penetapan besarnya kepadatan dan ketinggian bangunan ditetapkan dengan

mempertimbangkan perkembangan kota, kebijaksanaan intensitas pembangunan, daya

dukung lahan/ lingkungan, serta keseimbangan dan keserasian lingkungan.

Apabila KDB dan KLB belum ditetapkan dalam rencana tata ruang, rencana tata

bangunan dan lingkungan, peraturan bangunan setempat, maka Kepala Daerah dapat

menetapkan berdasarkan berbagai pertimbangan dan setelah mendengarkan pendapat

teknis para ahli terkait.

Ketentuan besarnya KDB dan KLB dapat diperbarui

Sejalan dengan pertimbangan perkembangan kota, kebijaksanaan intensitas

pembangunan, daya dukung lahan/lingkungan, dan setelah mendengarkan pendapat

teknis para ahli terkait.

Dengan pertimbangan kepentingan umum dan ketertiban pembangunan, Kepala

Daerah dapat menetapkan rencana perpetakan dalam suatu kawasan/lingkungan dengan

persyaratan:

(1) Setiap bangunan yang didirikan harus sesuai dengan rencana perpetakan yang telah

diatur di dalam rencana tata ruang;

(2) Apabila perpetakan tidak ditetapkan, maka KDB dan KLB diperhitungkan

berdasarkan luas tanah di belakang garis sempadan jalan (GSJ) yang dimiliki;

(3) Untuk persil-persil sudut bilamana sudut persil tersebut dilengkungkan atau

disikukan, untuk memudahkan lalu lintas, maka lebar dan panjang persil tersebut

10

Page 11: 2_Laporan

diukur dari titik pertemuan garis perpanjangan pada sudut tersebut dan luas persil

diperhitungkan berdasarkan lebar dan panjangnya;

(4) Penggabungan atau pemecahan perpetakan dimungkinkan dengan ketentuan KDB

dan KLB tidak dilampaui, dan dengan memperhitungkan keadaan lapangan,

keserasian dan keamanan lingkungan serta memenuhi persyaratan teknis yang telah

ditetapkan;

(5) Dimungkinkan adanya pemberian dan penerimaan besaran KDB/KLB diantara

perpetakan yang berdekatan, dengan tetap menjaga keseimbangan daya dukung

lahan dan keserasian lingkungan.

(6) Dimungkinkan adanya kompensasi berupa penambahan besarnya KDB. KLB bagi

perpetakan tanah yang memberikan sebagian luas tanahnya untuk kepentingan

umum.

(7) Penetapan besarnya KDB, KLB untuk pembangunan bangunan gedung di atas

fasilitas umum adalah setelah mempertimbangkan keserasian, keseimbangan dan

persyaratan teknis serta mendengarkan pendapat teknis para ahli terkait.

Perhitungan KDB dan KLB

Perhitungan KDB maupun KLB ditentukan dengan pertimbangan sebagai berikut:

a. Perhitungan luas lantai bangunan adalah jumlah luas lantai yang diperhitungkan

sampai batas dinding terluar;

b. Luas lantai ruangan beratap yang sisi-sisinya dibatasi oleh dinding yang tingginya

lebih dari 1,20 m di atas lantai ruangan tersebut dihitung penuh 100 %;

c. Luas lantai ruangan beratap yang bersifat terbuka atau yang sisi-sisinya dibatasi

oleh dinding tidak lebih dari 1,20 m di atas lantai ruangan dihitung 50 %, selama

tidak melebihi 10 % dari luas denah yang diperhitungkan sesuai dengan KDB yang

ditetapkan;

d. Overstek atap yang melebihi lebar 1,50 m maka luas mendatar kelebihannya

tersebut dianggap sebagai luas lantai denah;

e. Teras tidak beratap yang mempunyai tinggi dinding tidak lebih dari 1,20 m di atas

lantai teras tidak diperhitungkan sebagai luas lantai;

f. Luas lantai bangunan yang diperhitungkan untuk parkir tidak diperhitungkan dalam

perhitungan KLB, asal tidak melebihi 50 % dari KLB yang ditetapkan, selebihnya

diperhitungkan 50 % terhadap KLB;

11

Page 12: 2_Laporan

g. Ram dan tangga terbuka dihitung 50 %, selama tidak melebihi 10 % dari luas lantai

dasar yang diperkenankan;

h. Dalam perhitungan KDB dan KLB, luas tapak yang diperhitungkan adalah yang

dibelakang GSJ;

i. Batasan perhitungan luas ruang bawah tanah (besmen) ditetapkan oleh Kepala

Daerah dengan pertimbangan keamanan, keselamatan, kesehatan, dan pendapat

teknis para ahli terkait;

j. Untuk pembangunan yang berskala kawasan (superblock), perhitungan KDB dan

KLB adalah dihitung terhadap total seluruh lantai dasar bangunan, dan total

keseluruhan luas lantai bangunan dalam kawasan tersebut terhadap total

keseluruhan luas kawasan;

k. Dalam perhitungan ketinggian bangunan, apabila jarak vertikal dari lantai penuh ke

lantai penuh berikutnya lebih dari 5 m, maka ketinggian bangunan tersebut

dianggap sebagai dua lantai;

l. Mezanin yang luasnya melebihi 50 % dari luas lantai dasar dianggap sebagai lantai

penuh.

II.3.2 Garis Sempadan Bangunan Gedung (GSB)

Garis Sempadan Bangunan ditetapkan dalam rencana tata ruang, rencana tata

bangunan dan lingkungan, serta peraturan bangunan setempat. Penetapan Garis

Sempadan Bangunan didasarkan pada pertimbangan keamanan, kesehatan,

kenyamanan, dan keserasian dengan lingkungan serta ketinggian bangunan. Daerah

menentukan garis-garis sempadan pagar, garis sempadan muka bangunan, garis

sempadan loteng, garis sempadan podium, garis sempadan menara, begitu pula garis-

garis sempadan untuk pantai, sungai, danau, jaringan umum dan lapangan umum.

Pada suatu kawasan/lingkungan yang diperkenankan adanya beberapa klas

bangunan dan di dalam kawasan peruntukan campuran, untuk tiap-tiap klas bangunan

dapat ditetapkan garis-garis sempadannya masing-masing.

Dalam hal garis sempadan pagar dan garis sempadan muka bangunan berimpit

(GSB sama dengan nol), maka bagian muka bangunan harus ditempatkan pada garis

tersebut.

Ketentuan besarnya GSB dapat diperbarui dengan pertimbangan perkembangan

kota, kepentingan umum, keserasian dengan lingkungan, maupun pertimbangan lain

dengan mendengarkan pendapat teknis para ahli terkait.

12

Page 13: 2_Laporan

Kepala Daerah dengan pertimbangan keselamatan, kesehatan, dan kenyamanan,

juga menetapkan garis sempadan samping kiri dan kanan, serta belakang bangunan

terhadap batas persil, yang diatur di dalam rencana tata ruang, rencana tata bangunan

dan lingkungan, dan peraturan bangunan setempat.

Sepanjang tidak ada jarak bebas samping maupun belakang bangunan yang

ditetapkan, maka Kepala Daerah menetapkan besarnya garis sempadan tersebut dengan

setelah mempertimbangkan keamanan, kesehatan dan kenyamanan, yang ditetapkan

pada setiap permohonan perizinan mendirikan bangunan.

Untuk bangunan yang digunakan sebagai tempat penyimpanan bahan-bahan/benda-

benda yang mudah terbakar dan/atau bahan berbahaya, maka Kepala Daerah dapat

menetapkan syarat-syarat lebih lanjut mengenai jarak-jarak yang harus dipatuhi.

Pada daerah intensitas bangunan padat/rapat, maka garis sempadan samping dan

belakang bangunan harus memenuhi persyaratan:

(1) bidang dinding terluar tidak boleh melampaui batas pekarangan;

(2) struktur dan pondasi bangunan terluar harus berjarak sekurang-kurangnya 10 cm

kearah dalam dari batas pekarangan, kecuali untuk bangunan rumah tinggal;

(3) untuk perbaikan atau perombakan bangunan yang semula menggunakan bangunan

dinding batas bersama dengan bangunan di sebelahnya, disyaratkan untuk

membuat dinding batas tersendiri disamping dinding batas terdahulu;

(4) pada bangunan rumah tinggal rapat tidak terdapat jarak bebas samping, sedangkan

jarak bebas belakang ditentukan minimal setengah dari besarnya garis sempadan

muka bangunan.

II.3.3 Garis Sempadan Jalan (GSJ)

Garis sempadan jalan (GSJ) adalah garis batas pekarangan terdepan. GSJ

merupakan batas terdepan pagar halaman yang boleh didirikan. Oleh karena itu

biasanya di muka GSJ terdapat jalur untuk instalasi air, listrik, gas, serta saluran-

saluran pembuangan.

Pada GSJ tidak boleh didirikan bangunan rumah, terkecuali jika GSJ berimpit

dengan garis sempadan bangunan (GSB). Ketentuan mengenai GSJ biasanya sudah

terdapat dalam dokumen rencana tata ruang kota setempat, bisa didapat di dinas tata

kota atau Bappeda.

GSJ dimaksudkan mengatur lingkungan hunian memiliki kualitas visual yang baik,

selain itu juga mengatur jarak pandang yang cukup antara lalu lintas di jalan dan

13

Page 14: 2_Laporan

bangunan. Ketentuan besarnya GSJ ditentukan dengan pertimbangan perkembangan

kota, kepentingan umum, keserasian dengan lingkungan, maupun pertimbangan lain

dengan mendengarkan pendapat teknis para ahli terkait.

II.3.4 Garis Jarak Bebas Samping (GJBS) dan Garis Jarak Bebas Belakang (GJBB)

Pada daerah intensitas bangunan rendah/renggang, maka jarak bebas samping dan

belakang bangunan harus memenuhi persyaratan:

(1) jarak bebas samping dan jarak bebas belakang ditetapkan minimum 4 m pada lantai

dasar, dan pada setiap penambahan lantai/tingkat bangunan, jarak bebas di atasnya

ditambah 0,50 m dari jarak bebas lantai di bawahnya sampai mencapai jarak bebas

terjauh 12,5 m, kecuali untuk bangunan rumah tinggal, dan sedangkan untuk

bangunan gudang serta industri dapat diatur tersendiri;

(2) sisi bangunan yang didirikan harus mempunyai jarak bebas yang tidak dibangun

pada kedua sisi samping kiri dan kanan serta bagian belakang yang berbatasan

dengan pekarangan.

Pada dinding batas pekarangan tidak boleh dibuat bukaan dalam bentuk apapun.

Jarak bebas antara dua bangunan dalam suatu tapak diatur sebagai berikut:

(1) dalam hal kedua-duanya memiliki bidang bukaan yang saling berhadapan, maka

jarak antara dinding atau bidang tersebut minimal dua kali jarak bebas yang

ditetapkan;

(2) dalam hal salah satu dinding yang berhadapan merupakan dinding tembok tertutup

dan yang lain merupakan bidang terbuka dan/atau berlubang, maka jarak antara

dinding tersebut minimal satu kali jarak bebas yang ditetapkan;

(3) dalam hal kedua-duanya memiliki bidang tertutup yang saling berhadapan, maka

jarak dinding terluar minimal setengah kali jarak bebas yang ditetapkan.

II.3.5 Perbandingan Luas Bangunan dengan Penghuni

Kebutuhan ruang per orang dihitung berdasarkan aktivitas dasar manusia di dalam

rumah. Aktivitas seseorang tersebut meliputi aktivitas tidur, makan, kerja, duduk,

mandi, kakus, cuci dan masak serta ruang gerak lainnya. Dari hasil kajian, kebutuhan

ruang per orang adalah 9 m2 dengan perhitungan ketinggian rata-rata langit-langit

adalah 2,80 m. Rumah sederhana sehat memungkinkan penghuni untuk dapat hidup

sehat dan menjalankan kegiatan hidup sehari-hari secara layak. Kebutuhan minimum

14

Page 15: 2_Laporan

ruangan pada rumah sederhana sehat perlu memperhatikan beberapa ketentuan sebagai

berikut:

(1) kebutuhan luas per jiwa

(2) kebutuhan luas per Kepala Keluarga (KK)

(3) kebutuhan luas bangunan per kepala Keluarga (KK)

(4) kebutuhan luas lahan per unit bangunan

Secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2

Tabel 1. Kebutuhan Luas Minimum Bangunan dan Lahanuntuk Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat)

Gambar GSB, GSJ, GJBS, GJBB

Gambar 1. Garis-Garis Bangunan

15

Page 16: 2_Laporan

II.4 Bangunan Tahan Gempa untuk Rumah Tinggal

Bangunan tahan gempa pada dasarnya adalah upaya untuk membuat seluruh elemen

rumah menjadi satu kesatuan yang utuh, yang tidak lepas/runtuh akibat gempa. Penerapan

konsep tahan gempa antara lain dengan cara membuat sambungan yag cukup kuat diantara

berbagai elemen tersebut serta pemilihan material dan pelaksanaan yang tepat. Konsep

rumah contoh yang dikembangkan Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi (KMNRT)

tidak hanya mengacu kepada konsep desain tahan gempa saja, akan tetapi mencakup

konsep pemanfaatan material setempat, budaya masyarakat dalam membangun rumah,

serta aspek kemudahan pelaksanaan.

Kadar kecocokan sistem struktur terhadap gempa yang dinyatakan sangat cocok,

bila bangunan gedung dan rumah dibuat dengan mengunakan sistem struktur rangka kaku,

baik menggunakan bahan beton bertulang, baja, dan kayu dengan perkuatan silang.

Bangunan gedung dan rumah tinggal yang dibangun dengan sistem struktur ini

memberikan karakteristik berat bangunan ringan dan memiliki daya tahan yang tinggi

terhadap beban gempa.

Beberapa konsep utama dalam konstruksi bangunan tahan gempa antara lain:

1. Denah Bangunan yang Simetris

Khusus pada bangunan tahan gempa denah bangunan perlu didesain secara

simetris. Berdasarkan pengamatan pada kerusakan bangunan akibat gempa, diketahui

bahwa struktur bangunan yang demikian dapat menahan gaya gempa. Struktur seperti

ini juga mengurangi efek gaya torsi yang ditimbulkan saat terjadi gempa. Denah yang

simetris memungkinkan pembagian kekuatan yang merata pada setiap bagian

bangunan. Dengan adanya pemerataan tersebut, maka bangunan tidak akan mudah

roboh saat terjadi gempa.

2. Material Bangunan yang Ringan

Alam semesta telah menyediakan material-material yang mampu dimanfaatkan

dalam proses perancangan bangunan. Akan tetapi manusia harus tetap mengasah

kreativitasnya untuk menciptakan material-material yang sesuai dengan kebutuhan

mereka. Dalam proses pemilihan material bagi rancangan bangunan tahan gempa perlu

memperhatikan faktor berat material tersebut. Material yang sebaiknya digunakan

adalah material yang ringan namun kuat. Hal ini sesuai dengan konsep bahwa beban

inersia gempa sebanding dengan berat bahan bangunan tersebut.

3. Sistem Konstruksi Penahan Beban yang Memadai

16

Page 17: 2_Laporan

Agar suatu bangunan dapat menahan gempa, maka bangunan trsebut harus mampu

menyalurkan setiap gaya inersia akibat gempa dari elemen-elemen struktur bangunan

utama kemudian memindahkannya ke pondasi yang ada di dalam tanah. Struktur utama

penahan gaya horizontal akibat gempa harus elastis, karena jika batas kekuatan

elastisitas telah dilampaui maka tidak akan terjadi keruntuhan getas secara tiba-tiba,

melainkan pada beberapa tempat terlebih dahulu. Dalam proses menyalurkan gaya dari

elemen struktur ke pondasi terdapat sebuah jalur yang disebut lintasan gaya. Setiap

bangunan harus memiliki lintasan gaya yang cukup kuat untuk dapat menahan gaya

gempa horizontal.

Taraf keamanan minimum untuk bangunan gedung dan rumah tinggal yang masuk

dalam kategori bangunan tahan gempa, yaitu yang memenuhi berikut ini:

a. Bila terkena gempa bumi yang lemah, bangunan tersebut tidak mengalami kerusakan

sama sekali.

b. Bila terkena gempa bumi sedang, bangunan tersebut boleh rusak pada elemen-

elemen non-struktural, tetapi tidak boleh rusak pada elemen-elemen struktur.

c. Bila terkena gempa bumi yang sangat kuat: bangunan tersebut tidak boleh runtuh

baik sebagian maupun seluruhnya; bangunan tersebut tidak boleh mengalami

kerusakan yang tidak dapat diperbaiki.

Berdasarkan acuan normative SNI 03-1726-2002, Tata Cara Perencanaan

Ketahanan Gempa Untuk Bangunan, Bangunan rumah dan gedung lainnya yang dibuat

atau direncanakan mengikuti pedoman teknis ini harus mengikuti ketentuan-ketentuan

berikut:

1. Pondasi

a. Pondasi harus ditempatkan pada tanah keras.

b. Penampang melintang pondasi harus simetris seperti terlihat pada Gambar 2

Gambar 2. Penampang melintang pondasi batu kali

c. Harus dihindarkan penempatan pondasi pada sebagian tanah keras dan sebagian

tanah lunak.

17

Tidak simetris simetris

Page 18: 2_Laporan

Gambar 3. Pondasi menerus yang diletakkan pada sebagian tanah keras dan sebagian tanah

lunak.

d. Sangat disarankan menggunakan pondasi menerus, mengikuti panjang denah

bangunan, seperti ditunjukan oleh Gambar 4.

Gambar 4. Pondasi menerus

e. Pondasi dibuat menerus pada kedalaman yang sama, pondasi bertangga seperti

ditunjukan oleh gambar 5 berikut tidak diperkenankan.

Gambar 5. Pondasi bertangga yang tidak diperkenankan

f. Penggunaan pondasi pada kondisi tanah lunak dapat digunakan pondasi pelat beton

atau jenis pondasi alternatif lainnya.

18

Page 19: 2_Laporan

2. Dinding Rumah tahan Gempa

Dinding yang dipakai merupakan perpaduan antara kebiasaan masyarakat setempat

yang menggunakan material kayu dan dinding yang terbuat dari batu-bata. Untuk

menyatukan dinding dengan kolom maupun sloof, dipergunakan angker yang dipasang

pada jarak 0.3 meter. Untuk mengatasi adanya gaya horisontal akibat gempa, maka

pada dinding di pasang pengikat silang sebagai pengaku. Setiap bukaan yang cukup

lebar seperti : pintu, jendela harus dipasang balok lintel. Dalam desain bangunan ini

balok lintel disatukan dengan kayu kusen atas.

Dalam dinding terdapat penguat-penguat yang disebut kolom. Kolom menggunakan

material kayu dengan ukuran yang ada di pasaran yaitu ukuran 2 x 5/10. Dengan

menggunakan ukuran yang ada dipasaran, dimaksudkan untuk memudahkan

masyarakat dalam memperoleh material tersebut. Untuk menahan gaya geser akibat

gempa, maka pada ujung bawah kolom dipasang plat berbentuk U yang ditanam dalam

adukan beton sloof.

3. Kolom : Rumah Tahan Gempa

Kolom menggunakan material kayu dengan ukuran yang ada di pasaran yaitu

ukuran 2 x 5/10. Pemakaian ukuran yang ada dipasaran, dimaksudkan untuk

memudahkan masyarakat dalam mencontoh. Untuk menahan gaya geser akibat gempa,

maka pada ujung bawah kolom dipasang plat berbentu U yang ditanam dalam adukan

beton sloof.

Untuk menjamin adanya satu kesatuan antara kolom dengan rangka kuda-kuda,

maka salah satu batang diagonal kuda-kuda dipanjangkan sampai ke kolom. Sementara

itu untuk menghindari terlepasnya kusen pintu/jendela, maka batang horisontal kusen

pintu/jendela.

4. Struktur Atap dan Kuda-kuda

Pada struktur atap yang menahan beban gempa dalam arah horizontal, jika tidak

terdapat batang pengaku di dalamnya maka bangunan tersebut akan runtuh jika terjadi

gempa bumi. Apabila bangunan tersebut cukup lebar maka diperlukan setidaknya 2

hingga 3 batang pengaku pada tiap-tiap ujung bangunan. Tetapi perlu diperhatikan

bahwa batang pengaku ini harus memiliki sistem menerus sehingga gaya dapat

dialirkan ke ring balok pada ketinggian langit-langit. Gaya-gaya dari batang pengaku

dan beban saling tegak lurus bidang pada dinding sehingga menghasilkan momen

lentur pada ring balok. Apabila panjang dinding pada arah lebar lebih besar dari 4

19

Page 20: 2_Laporan

meter, maka diperlukan batang pengaku horizontal pada sudut untuk memindahkan

beban dari batang pengaku pada bidang tegak dinding dalam yang merupakan  elemen-

elemen struktur yang menahan beban gempa utama.

Material atap yang digunakan harus material yang ringan namun kuat. Kuda-kuda

menggunakan material dari kayu sedangkan atap menggunakan seng. Metode

sambungan yang digunakan sangat sederhana, hal ini untuk mempermudah masyarakat

dalam mencontoh metode tersebut. Untuk memperkuat hubungan antara batang serta

menjaga stabilitasnya, maka hubungan antara batang membentuk segitiga. Hubungan

antara kuda-kuda yang satu dengan kuda-kuda lainnya menggunakan batang pengaku

dan batang pengaku di badan bangunan yang biasa disebut dengan batang lintel.

Beberapa aspek yang perlu diperhatikan adalah sambungan antar batang horizontal

jangan terletak pada titik kritis, hal ini untuk menghindari terjadinya lendutan antara

sambungan tarik dan sambungan tekan.

Kuda-kuda untuk bangunan gedung dan rumah tahan gempa disarankan

menggunakan kuda-kuda papan paku. Kuda-kuda ini cukup ringan dan pembuatannya

cukup sederhana. Ukuran kayu yang digunakan 2 cm x 10 cm, dan jumlah paku yang

digunakan minimum 4 buah paku dengan panjang 2,5 kali tebal kayu.

Gambar 9. Detail Struktur Kuda-Kuda Atap

20

Page 21: 2_Laporan

BAB III

HASIL PENGAMATAN

III.1 Kondisi Rumah Tidak Sehat

Lokasi Rumah Survei (Alamat) : Jl. Raya Srengseng Sawah No. 33

Luas Tanah : 9.3m x 5.85 m = 54.4050 m2

Luas Bangunan : 43.45 m2

Jumlah Ruangan:

Rumah ini terdiri dari 4 (empat) ruangan yang terdiri dari

a. 2 (dua) kamar tidur

b. 1 (satu) ruang tamu/ruang keluarga

c. 1 (satu) dapur

d. 1 (satu) kamar mandi

Jumlah Penghuni: 4 orang

Denah Lokasi (Site Layout) : terlampir

Denah Rumah Eksisting : terlampir

Tampak Depan dan Tampak Samping Rumah Eksisting : terlampir

III.2 Perbandingan dengan Rumah Sehat

No. Faktor Pembanding Rumah Hasil Survei Rumah Sehat

1.Penghawaan (sirkulasi udara)

- Kamar anak tidak ada jendela lubang ventilasi cenderung kurang memadai

- Jendela depan ruang tamu jarang difungsikan dan tertutup sofa

- Jendela dapur tidak berfungsi

- Kamar mandi tidak memiliki ventilasi

- Luas lubang ventilasi tetap minimal 5% dari luas lantai ruangan

- Udara yang masuk harus udara bersih yang tidak dicemari oleh asap kendaraan, pabrik, sampah maupun asap lainnya.

- Menfungsikan jendela sebangai tempat pertukaran sirkulasi udara sebenarnya

-

2. Pencahayaan - Pencahayaan dapur cenderung minim disamping jendela sudah

- Pencahayaan yang baik berasal dari sinar matahari langsung ketika siang hari,

21

Page 22: 2_Laporan

tidak berfungsi, dibagian belakang dapur ditutupi kerai bambu sehingga cahaya dari luar terhalangi

- Pencahayaan kamar anak pada siang hari juga cenderung kurang karena berada ditengah-tengah tanpa jendela satupun

(penghematan energy)

- Luas jendela yang baik paling sedikit mempunyai luas 10-20% dari luas lantai

3. Sumur air bersihSumber air bersih (sumur) berada di dekat septic tank didekat dapur dan tidak ada reservoir.

- Air tidak berwarna, tidak berbau, jernih dan memiliki suhu di bawah suhu udara sehingga nyaman untuk digunakan

- Jarak antara sumber air bersih dengan sumber air kotor (septik tank dan resapan) minimal 10 meter

4.Pengolahan limbah cair dan padat

- Jarak septic tank dengan sumber air sangat dekat (di wilayah dapur), hal ini sangat memungkinkan tercemarnya sumber air minum oleh air pembuangan

- septik tank juga tidak memiliki lubang penghawaan, maupun lubang pipa untuk keperluan pembersihan(penyedotan jika penuh).

- Tidak ada tempat sampah pada rumah yang disurvey

- Jarak septic tank dengan sumur harus diletakkan jauh kurang lebih 8 meter.

- Septic tank harus memiliki lubang hawa dan lubang pipa untuk keperluan kebersihan.

- Memberikan tempat pembuangan sampah

- Tidak terjadi kontaminasi tanah permukaan

- Tidak terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin masuk ke sumur

- Tidak terjadi kontaminasi pada air permukaan

- Tidak terjangkau oleh lalat dan kuman

- Harus bebas dari bau serta kondisi yang tidak sedap

5 Tata Ruang - Ruang tamu dan keluarga yang dijadikan satu dengan mable rumah tangga yang penuh sesak menambah tata ruang tidak sesuai fungsinya (terdapat kasur juga di ruang tamu ini)

- harus ada pemisah antara ruang kamar tidur orang tua dan kamar tidur anak. Kemudian, luas ruangan minimal 8m2 dengan kapasitas orang maksimal 2 orang.

- Untuk dapur, ruang dapur harus memiliki ventilasi

22

Page 23: 2_Laporan

- Dapur yang langsung terlihat dari ruang tamu dengan sekat setengah

- Perabotan rumah tangga (mable) yang memakan tempat seperti sofa besar terdapat dua dan terdapat bangku juga yang sangat menyulitkan ruang gerak penghuni

yang baik agar asap hasil kegiatan masak dapat dialirkan keluar. Luas dapur minimal 3m2.

- Untuk kamar mandi harus memiliki minimal 1 lubang ventilasi yang berhubungan dengan udara luar.

6 Ruang hijau- Tidak ada tanaman pada

rumah ini

- Ruang hijau (taman) dapat memberikan penghawaan yang sejuk

- Memberikan tanaman gantung atau tanaman dalam pot dibagian teras rumah agar sirkulasi udara lebih baik

7 Konstruksi rumah- Atap yang digunakan adalah

asbes

- Menggunakan atap genteng karena dengan lahan yang kecil penggunaan asbes menambah penghawaan rumah semakin panas, maka digunakan genteng

Tabel 2. Perbandingan Rumah Hasil Survei dengan Rumah Sehat

23

Page 24: 2_Laporan

BAB IV

ANALISA DAN USULAN PERBAIKAN

IV.1 Analisa Rumah

IV.1.1 Aspek Eksternal

a. Lingkungan

Rumah yang kami survei berada di sebuah gang dimana lingkungan tersebut

padat oleh rumah warga sehingga tidak terdapat ruang terbuka hijau. Terdapat

rumah warga lain tepat di sebelah kiri rumah yang kami survei, sedangkan di

sebelah kanan rumah terdapat sebuah gang kecil selebar 1 m. Gang tersebut

hanya cukup untuk dilewati oleh satu orang dan tidak dapat dilewati oleh

motor. Di belakang rumah terdapat sebuah lapangan voli milik masyarakat

sekitar sedangkan di depan rumah adalah jalan akses ke rumah tersebut. Jalan di

depan rumah tersebut terbuat dari aspal dan selebar 2 m sehingga hanya motor

dan orang yang dapat melewatinya. Secara keseluruhan, lingkungan dimana

rumah tersebut berada cukup bersih, namun tidak terdapat penghijauan di

sekitarnya.

b. Infrastruktur

Rumah yang kami survei berada di dalam gang kecil namun tidak berjarak

terlalu jauh dari jalan raya sehingga akses ke fasilitas lain seperti transportasi

umum dan warung tidak terlalu sulit. Jarak dari rumah ke jalan raya hanya

sekitar 100 m sehingga jarak dapat ditempuh dengan jalan kaki.

IV.1.2 Aspek Internal dan Fisik

a. Organisasi Ruangan

Rumah yang kami survei hanya terdiri dari 4 ruangan terpisah yang terdiri

dari 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, dan 1 ruangan yang merangkap sebagai

dapur, ruang tamu dan ruang keluarga.

Ruang keluarga dan ruang tamu disatukan menjadi satu di dekat pintu

masuk sehingga ketika tamu masuk, mereka akan berada di ruang keluarga

juga. Pintu depan rumah membentuk sudut terhadap dinding depan sehingga

membuat ruang tamu tersebut semakin kecil. Selain itu, rumah tersebut terkesan

sempit karena pemilik rumah memiliki banyak barang yang tidak diatur dengan

24

Page 25: 2_Laporan

rapih. Sebagai contoh, terdapat sebuah sofa persis di smaping pintu masuk

sehingga menyulitkan tamu untuk masuk ke dalam rumah. Selain itu, terdapat

sebuah meja kecil di depan meja lainnya di ruang tamu.

Ruang keluarga dan dapur hanya dipisahkan oleh sebuah sekat sehingga

ruangan tersebut tidak dipisahkan secara menyeluruh. Sekat tersebut hanya

setinggi 1.2 m dari lantai. Dapur dalam rumah yang kami survei berukuran

7,91m2. Luas ini sudah diatas persyaratan rumah sehat. Dapur rumah tersebut

juga sudah dilengkapi alat-alat pengolahan makanan, alat-alat masak, tempat

cuci peralatan dan air bersih serta tempat penyimpanan bahan makanan.

Kamar tidur depan berfungsi sebagai kamar tidur induk untuk kedua orang

tua. Ukuran kamar tidur tersebut adalah 9m2 sehingga sesuai dengan standar

rumah sehat. Namun, kamar tidur tersebut terlihat sangat sempit dikarenakan

banyaknya barang yang ada di ruang tersebut. Terdapat dua lemari besar yang

menutupi satu sisi dinding, sedangkan barang-barang lainnya terdapat di lantai

sekitar lemari tersebut.

Kamar tidur untuk kedua anak terpisah dari kamar tidur orang tua dan

berada di sebelah kamar tidur induk berukuran 7,95m2. Ukuran ini masih

terlalu sempit untuk ditempatkan 2 orang sesuai dengan persyaratan rumah

sehat. Seperti halnya dengan ruang tidur induk, kamar tidur untuk anak terkesan

sempit. Dalam hal ini, ruang tidur anak terkesan sempit karena kasur besar yang

ada di ruangan tersebut. Selain itu juga terdapat meja belajar dan lemari.

b. Kualitas dan Utilitas Bangunan

Kualitas bangunan dapat dilihat dari bahan dan material yang digunakan

juga dalam proses pembangunannya. Digunakan atap dengan bahan asbes yang

kurang baik. Utilitas bangunan meliputi instalasi listrik dan instalasi air bersih.

IV.1.3 Aspek Teknik

a. Material

Rumah yang kami survei memiliki atap yang terbuat dari asbes dan

ketinggian rumah 2.5 m. Langit-langit rumah terbuat dari triplek. Lantai rumah

sudah terbuat oleh keramik sedangkan dinding rumah adalah setengah pasang

batu-bata yang dilapisi oleh plaster. Pintu dan kusen jendela terbuat dari kayu,

sedangkan pintu kamar mandi terbuat dari PVC.

25

Page 26: 2_Laporan

b. Denah Eksisting (terlampir)

c. Tampak Bangunan (terlampir)

Pada bagian depan rumah terdapat 4 jendela, 2 pintu utama yang dijadikan

satu, serta atap menghadap ke depan yang terbuat dari asbes. Tampak kanan

rumah hanya berupa semen dan tidak ada lapisan tambahan cet. Sebelah kiri

rumah tidak dapat terlihat karena bersebelahan dengan rumah tetangga. Pada

bagian belakang rumah terdapat 1 jendela dan 1 pintu belakang serta atap yang

menghadap ke depan dan terbuat dari asbes. Di bagian atas terdapat lubang

ventilasi dan sama halnya dengan tampak kanan, hanya berupa semen dan tidak

ada lapisan tambahan cet.

d. KDB : 89.4%

e. KLB : 0.89

f. GSB : 50 cm

g. GSJ : 50 cm

h. GJBS : 50 cm ke kanan

i. GJBB : 1,5 m

j. Rasio/Perbandingan Luas Bangunan dengan Penghuni : 10,825

IV.1.4 Aspek Ruang/Hubungan Fungsi Kegiatan

a. Sirkulasi Udara (Penghawaan)

Ventilasi yang terdapat di rumah tersebut berupa ventilasi alami dan

ventilasi buatan. Ventilasi alami yang dimaksud berupa celah-celah di atas

pintu dan jendela, sementara ventilasi buatan adalah kipas angina. Kedua

ventilasi tersebut berfungsi untuk mensirkulasikan udara agar udara di rumah di

kotor dan pengap.

Di ruang keluarga, ventilasi alami berada di atas pintu dan jendela berupa

celah-celah persegi panjang. Luas ventilasi pada ruang tersebut adalah 0.46m2

atau 3.4%. Hal ini menunjukan bahwa ventilasi yang ada pada ruang tersebut

masih dibawah persyaratan minimal 5%. Selain itu, terdapat satu kipas angin di

langit-langit dan satu kipas angin yang ditempatkan di lantai yang berfungsi

untuk menjaga suhu ruang tersebut agar tidak terlalu panas.

26

Page 27: 2_Laporan

Sama halnya dengan ruang keluarga, pada kamar tidur digunakan ventilasi

berupa celah persegi panjang diatas pintu dan jendela. Ventilasi yang berada

pada jendela menyalurkan udara segar dari luar sedangkan ventilasi yang

berada pada pintu menyalurkan udara dari ruang keluarga. Luas ventilasi pada

kamar tersebut adalah 0,49m2 atau 5.4% dari luas lantai sehingga sudah sesuai

dengan persyaratan rumah sehat.

Pada kamar tidur anak hanya terdapat ventilasi di atas pintu. Namun, luas

tersebut adalah 0.17m2 dan sudah sesuai dengan persyaratan rumah sehat.

Ventilasi pada dapur berasal dari celah diatas jendela dan pintu belakang.

Luas ventilasi tersebut adalah 0.32m2 atau 4% dari luas lantai ruangan. Hal ini

menunjukan bahwa ventilasi pada dapur masih dibawah persyaratan rumah

sehat.

Sementara itu, pada kamar mandi hanya terdapat ventilasi pada bagian

bawah pintu sebesar 0.49m2. Luas tersebut sudah sesuai dengan persyaratan

rumah sehat, namun ventilasi tersebut hanya mengalirkan udara ke dapur dan

bukan udara segar dari luar.

b. Pencahayaan

Terdapat dua jenis pencahayaan dalam rumah yang kami survei,

pencahayaan alami yang berasal dari jendela, serta pencahayaan buatan yang

berasal dari lampu pijar.

Di ruang keluarga terdapat dua jendela yang menghadap ke depan rumah.

Luas jendela tersebut adalah 1.15m2 sehingga hanya mencakup 9% dari luas

lantai ruangan. Ukuran tersebut masih dibawah persyaratan rumah sehat yang

mensyaratkan ukuran jendela minimal 10% dari luas lantai. Untuk pencahayaan

buatan, terdapat dua lampu di langit-langit yang berfungsi untuk memberikan

penerangan saat malam hari. Namun, satu dari kedua lampu tersebut tidak

berfungsi dan rusak.

Pada kamar tidur induk juga terdapat dua buah jendela yang menghadap ke

depan rumah. Luas jendela tersebut adalah 1.04m2, yaitu 11.5% dari luas lantai

ruangan sehingga sudah memenuhi persyaratan rumah sehat. Selain itu, juga

terdapat satu lampu untuk penerangan pada malam hari.

27

Page 28: 2_Laporan

Berbeda dengan kamar tidur induk, kamar tidur anak tidak memiliki

pencahayaan alami dikarenakan dinding yang menghadap ke luar rumah

bersebelahan dengan dinding rumah tetangga. Oleh karena itu, pencahayaan di

kamar ini hanya mengandalkan pencahayaan buatan dengan menggunakan

lampu.

Pada bagian dapur, terdapat satu buah jendela yang menghadap ke belakang

rumah yang berfungsi sebagai pencahayaan alami. Luas jendela tersebut adalah

0.49m2 atau 6.1% dari luas lantai ruangan. Luas tersebut masih jauh dibawah

persyaratan minimal 10% dari luas lantai. Selain pencahayaan alami, dapur

tersebut juga memiliki pencahayaan buatan berupa satu lampu.

Kamar mandi pada rumah yang kami survei tidak memiliki jendela. Oleh

karena itu, penerangan untuk kamar mandi menggunakan pencahayaan buatan.

c. Air Bersih dan Sanitasi

Air bersih pada rumah yang kami survei disalurkan ke 2 kran yaitu di

tempat cuci piring dapur serta di bak penampungan air kamar mandi. Air yang

terdapat dalam rumah tersebut sudah cukup bersih. Airnya jernih, tidak keruh

serta tidak berbau sehingga dapat dikatakan air bersih. Sementara itu, septik

tank rumah tersebut berada di bawah kamar mandi sedangkan resapan berada di

luar rumah dekat dapur. Di rumah tersebut hanya terdapat satu keranjang

sampah, yaitu di dapur.

IV.2 Usulan Perbaikan Rumah

IV.2.1 Aspek Eksternal

a. Lingkungan

Rumah yang kami survei berada di sebuah gang dimana lingkungan tersebut

padat oleh rumah warga sehingga tidak terdapat ruang terbuka hijau. Usulan

kami ditambahkan tanaman-tanaman hias untuk penghijauan dan juga untuk

keindahan lingkungan.

b. Infrastruktur

Rumah yang kami survei berada di dalam gang kecil namun tidak berjarak

terlalu jauh dari jalan raya sehingga akses ke fasilitas lain seperti transportasi

28

Page 29: 2_Laporan

umum dan warung tidak terlalu sulit. Jarak dari rumah ke jalan raya hanya

sekitar 100 m sehingga jarak dapat ditempuh dengan jalan kaki.

IV.2.2 Aspek Internal dan Fisik

a. Organisasi Ruangan

Berdasarkan denah usulan, kami tidak menambah maupun mengurangi

jumlah ruangan yang telah ada namun mengubah letak ruangan yang ada untuk

mengefektifkan luas bangunan yang cukup sempit.

Ruang tamu kami perluas dengan cara mengubah letak pintu dan tembok

depan rumah menjadi tidak membentuk sudut agar luas ruang tamu efektif. Juga

mengganti perabot ruang tamu seperti sofa dan meja tamu yang lebih sesuai

dengan luas ruang tamu.

Kamar tidur anak dipindahkan menjadi berseberangan dengan kamar tidur

utama. Tujuan dari pemindahan kamar tidur anak adalah sebagai pembatas

ruang tamu untuk menjaga privasi keluarga juga sebagai pembatas dapur, selain

itu luas bekas kamar tidur anak difungsikan sebagai ruang keluarga, sehingga

lahan rumah yang sempit bisa di efektifkan.

Kamar mandi dipindahkan ke seberang letak kamar mandi sebelumnya.

Tujuan dari pemindahan kamar mandi adalah agar tembok kamar mandi dapat

ditambahkan ventilasi sebagai sirkulasi udara didalam kamar mandi.

b. Kualitas dan Utilitas Bangunan

Kualitas bangunan dapat dilihat dari bahan dan material yang digunakan

juga dalam proses pembangunannya. Untuk rumah usulan kami memperhatikan

bahan dan material yang digunakan aman dan tidak berdampak buruk bagi

kesehatan dan lingkungan.

Utilitas bangunan yang meliputi instalasi listrik dan instalasi air bersih.

Untuk instalasi air kami memisahkan antara perpipaan untuk air kotor dan air

bersih. Sumur sebagai sumber air bersih diletakkan di teras depan rumah

sehingga tidak tercemar dengan tempat pembuangan air kotor dan septic tank

yang berada di teras belakang rumah. Untuk pemasangan kabel listrik kami

bekerja sama dengan pihak PLN dan mengikuti peraturan yang telah ditetapkan

PLN demi keselamatan dan kenyamanan penghuni rumah.

29

Page 30: 2_Laporan

IV.2.3 Aspek Teknik

a. Material

Material atap kami ubah menjadi terbuat dari tanah liat karena atap asbes

berbahaya bagi kesehatan dan efek jangka panjang dari menghirup serat asbes

adalah dapat menyebabkan kanker paru-paru, sedangkan atap tanah liat tidak

menimbulkan efek negatif bagi kesehatan juga perawatan yang mudah dan

ramah lingkungan. Langit-langit rumah terbuat dari triplek. Lantai rumah sudah

terbuat oleh keramik sedangkan dinding rumah adalah setengah pasang batu-

bata yang dilapisi oleh plaster. Pintu dan kusen jendela terbuat dari kayu,

sedangkan pintu kamar mandi terbuat dari PVC. Tembok rumah kami tinggikan

menjadi 3 meter dengan tujuan untuk memperbaiki sistem penghawaan agar

tidak pengap, mempengaruhi suhu ruangan agar tidak terlalu panas, dan dari

aspek kenyamanan dan keindahan.

b. Denah Renovasi (terlampir)

c. Tampak Bangunan (terlampir)

Pada bagian depan rumah terdapat 4 jendela, 2 pintu utama yang dijadikan

satu yang sudah tidak membentuk sudut, serta atap menghadap ke depan yang

terbuat dari tanah liat. Tampak kanan rumah ditambahkan 2 jendela dari kamar

tidur anak dan ventilasi dari kamar mandi. Sebelah kiri rumah tidak dapat

terlihat karena bersebelahan dengan rumah tetangga. Pada bagian belakang

rumah terdapat 2 jendela, 1 ventilasi dan 1 pintu belakang serta atap yang

menghadap ke depan dan terbuat dari tanah liat. Dinding luar pada tampak

belakang dan tampak kanan di cet untuk estetika dan keawetan.

d. KDB : 89.4%

e. KLB : 0.89

f. GSB : 50 cm

g. GSJ : 50 cm

h. GJBS : 50 cm ke kanan

i. GJBB : 1,5 m

j. Rasio/Perbandingan Luas Bangunan dengan Penghuni : 10,825

30

Page 31: 2_Laporan

Karena luas lahan yang tidak dapat diperbesar, tidak terdapat perubahan

terhadap KDB, KLB, GSB, GSJ, GJBS, GJBB serta rasio luas bangunan

dengan penghuni.

k. Gempa

Untuk kekuatan bangunan dalam segi gempa, sesuai dengan SNI 03-1726-

2002, pondasi yang digunakan dalam usulan rumah kami adalah pondasi

menerus, simetris serta kedalaman yang sama. Selain itu, pada dinding dipasang

kolom lintel untuk mengatasi adanya gaya horizontal akibat gempa yang

letaknya ada di kusen-kusen. Pada setiap kolom terdapat beton sloof untuk

menahan gaya geser akibat gempa. Untuk struktur atap, digunakan material

yang ringan namun kuat, yaitu kayu.

IV.2.4 Aspek Ruang/Hubungan Fungsi Kegiatan

a. Sirkulasi Udara (Penghawaan)

Penambahan ventilasi alami pada dinding rumah tersebut. Ventilasi tersebut

berfungsi untuk mensirkulasikan udara agar udara di rumah tidak kotor dan

pengap. Semua ventilasi dibuat berdasarkan standar yaitu minimal 5% dari luas

lantai.

Pada ruang tamu, ventilasi alami terdapat 1 di atas pintu dan 2 di atas

jendela berupa celah-celah persegi panjang. Standar luas ventilasi pada ruang

tamu adalah 0.216 m2, kami membuat luas ventilasi pada ruang tersebut

menjadi 0.55 m2 sehingga sudah memenuhi standar ventilasi yaitu 5% dari luas

lantai. Kipas angin yang terdapat pada ruang tamu tidak kami pindahkan karena

sudah sesuai dengan fungsinya.

Pada kamar tidur induk digunakan ventilasi berupa celah persegi panjang

diatas pintu dan jendela. Ventilasi yang berada pada jendela menyalurkan udara

segar dari luar sedangkan ventilasi yang berada pada pintu menyalurkan udara

dari ruang keluarga. Standar luas ventilasi pada kamar tidur induk adalah 0.45

m2, kami membuat luas ventilasi pada kamar tersebut menjadi 0.675 m2

sehingga sudah memenuhi standar.

Pada kamar tidur anak terdapat 1 ventilasi di atas pintu dan 2 ventilasi di

atas jendela. Standar luas ventilasi pada kamar tidur anak adalah 0.434 m2, kami

membuat luas ventilasi pada kamar tidur anak menjadi 0.675 m2 sehingga

sudah memenuhi standar 5% dari luas lantai.

31

Page 32: 2_Laporan

Pada ruang keluarga, sirkuasi udara didapatkan dari ventilasi yang berada di

dapur dan juga kipas angin berdiri.

Pada dapur terdapat ventiasi dari celah diatas pintu belakang, diatas jendela

dan disebelah jendela. Standar luas ventilasi pada dapur adalah 0.166 m2, kami

membuat luas ventilasi dapur menjadi 0.795 m2 sehingga sudah memenuhi

standar.

Pada kamar mandi terdapat ventilasi pada bagian bawah pintu dan juga pada

dinding kamar mandi yang terlihat pada tampak kanan rumah. Standar luas

ventilasi pada kamar mandi adalah 0.124 m2, kami membuat luas ventilasi pada

kamar mandi menjadi 0.875 m2 sehingga sudah memenuhi standar.

b. Pencahayaan

Pencahayaan dalam rumah berasal dari jendela dan juga lampu pijar. Pada

ruang tamu terdapat dua jendela yang menghadap ke depan rumah. Standar luas

jendela pada ruang tamu adalah 0.432 m2 – 0.864 m2, kami membuat luas

jendela pada ruang tamu menjadi 0.814 m2 sehingga sudah memenuhi standar

luas jendela 10%-20% dari luas ruangan. Untuk pencahayaan buatan pada

ruang tamu adalah lampu hias gantung yang tidak terlalu besar dan cukup untuk

penerangan di malam hari.

Pada kamar tidur induk juga terdapat dua buah jendela yang menghadap ke

depan rumah. Standar luas jendela pada kamar tidur induk adalah 0.9 m2 – 1.8

m2, kami membuat luas jendela pada kamar tidur induk menjadi 1.125 m2

sehingga sudah memenuhi standar luas jendela. Selain itu, juga terdapat satu

lampu untuk penerangan pada malam hari.

Pada kamar tidur anak terdapat 2 jendela yang terlihat pada tampak kanan

rumah yang akan menjadi pencahayaan alami. Standar luas jendela pada kamar

tidur anak adalah 0.868 m2 - 1.736 m2, kami membuat luas jendela pada

kamar tidur anak menjadi 1.125 m2 sehingga sudah memenuhi standar luas

jendela .Terdapat juga pencahayaan buatan berupa lampu pijar untuk

penerangan pada malam hari.

Pada bagian dapur, terdapat satu buah jendela yang menghadap ke belakang

rumah yang berfungsi sebagai pencahayaan alami. Standar luas jendela pada

dapur adalah 0.3315 m2 - 0.663 m2, kami membuat luas jendela pada dapur

menjadi 0.814 m2 sehingga sudah memenuhi standar luas jendela. Selain

32

Page 33: 2_Laporan

pencahayaan alami, dapur tersebut juga memiliki pencahayaan buatan berupa

satu lampu.

Pada ruang keluarga, terdapat pencahayaan buatan berupa lampu pijar juga

mendapatkan pencahayaan dari kaca yang berada di bagian dinding dapur.

Pada Kamar mandi, terdapat penerangan dari jendela kecil yang berada

persis diatas ventilasi seluas 0.0462 m2 dan ventilasi yang terlihat pada tampak

kanan rumah juga penerangan buatan dari lampu pijar.

c. Air Bersih dan Sanitasi

Sumur yang berfungsi sebagai sumber air bersih berada dibawah teras depan

rumah dan dialirkan melalui pipa menuju 2 keran yang berada di kamar mandi

dan juga 1 keran yang berada di dapur. Letak septiktank kami tempatkan di

taman belakang karena lebih mudah saat penyedotan WC dan dapat diletakkan

lubang penghawaan. Septiktank disambungkan dengan sumur resapan di

sebelah septiktank.

33

Page 34: 2_Laporan

BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

a. Rumah sehat merupakan bangunan tempat tinggal yang memenuhi syarat

kesehatan yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat

pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik,

kepadatan huanian rumah yang seusai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari

tanah

b. Aspek-aspek yang ditijau dari rumah sehat antara lain pencahayaan, penghawaan,

tata ruang, material bangunan, sanitasi, luas bangunan, serta aspek ekonomi

c. Rumah yang berada pada Jalan Raya Srengseng Sawah No. 13 tidak memenuhi

kriteria-kriteria untuk dikategorikan sebagai rumah sehat karena beberapa hal

yaitu, pencahayaan yang kurang, penghawaan yang kurang baik, tata ruang yang

tidak efektif, serta material bangunan yang kurang baik.

d. Untuk memenuhi persyaratan rumah sehat, rumah yang berada pada Jalan Raya

Srengseng Sawah No. 13 dapat direnovasi. Renovasi yang dilakukan adalah:

1. Menambahkan jendela dan ventilasi

2. Mengubah tata ruang

3. Meninggikan langit-langit untuk penghawaan

4. Mengubah material atap dari asbes menjadi genteng tanah liat

e. Ada beberapa aspek dari rumah sehat yang tidak dapat diubah karena

kondisinya yang tidak memungkinkan yaitu luas bangunan, KDB, KLB, GSB,

GSJ, GJBS, GJBB serta rasio luas bangunan dengan penghuni

V.2 Saran

Selain aspek dan standar-standar yang berlaku untuk rumah sehat, segi estetika

dan kenyamanan dapat diperhatikan. Pemilik rumah dapat menambahkan tanaman-

tanaman di teras maupun di belakang rumah untuk meningkatkan keindahan rumah. Selain

itu, pemilik juga dapat merapihkan barang-barang agar tidak berantakan di dalam rumah.

Selain lebih enak untuk dipandang, hal ini juga akan membuat penghuni merasa lebih

nyaman serta kebersihan lebih mudah untuk dijaga. Kebersihan pangkal kesehatan adalah

pepatah yang benar adanya.

34

Page 35: 2_Laporan

DAFTAR PUSTAKA

Budiman, Chandra. (2007). Pengantar Kesehatan Lingkugan. Jakarta: EGC

Puspantoro, Benny. (1996). Konstruksi Bangunan Gedung Tidak Bertingkat. Yogyakarta:

Penerbitan Universitas Mahasiswa Atma Jaya.

Febri, Suryo. (2004). Akses pada 29 Oktober 2014 dari

http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/20/jhptump-ump-gdl-suryofebri-969-2-babii.pdf

Kusuma, Astuti. (2010). Akses pada 1 November 2014 dari

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23722/4/Chapter%20II.pdf

Permen PU. (2007). Akses pada 5 November 2014 dari

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/01%20perencanaan%20bangunan%20dan

%20lingkungan.pdf .

Depkes RI – Ditjen PPM dan PL (2002) Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat.

Kepmenkes RI No.403/KPTS/M/2002 ttg Pedoman Teknis Pembangunan Rumah

Sederhana Sehat (Rs Sehat)

Kepmenkes RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999 ttg Persyaratan Kesehatan Perumahan.

UU RI No.4 Tahun 1992  ttg Perumahan dan Pemukiman.

35

Page 36: 2_Laporan

LAMPIRAN

36