2.Bab I-III Lap Akhir Puslitbang Perhutani

25
Bab 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pinus merupakan salah satu jenis pohon industri yang mempunyai nilai produksi tinggi. Getah pinus merupakan salah satu hasil hutan non kayu unggulan dari Perum Perhutani selain minyak kayu putih. Sebagai salah satu hasil hutan non kayu unggulan, permintaan akan getah pinus sebagai bahan baku industri gondorukem dan terpentin di pasaran semakin meningkat. Di pulau Jawa, pinus dikenal sebagai penghasil kayu, resin dan gondorukem yang dapat diolah lebih lanjut sehingga mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi seperti produksi alphapinen. Kegiatan perencanaan pengaturan hasil getah saat ini terkendala oleh ketidakjelasan informasi mengenai standar normal produksinya. Hal ini disebabkan penentuan target produksi getah Pinus mengabaikan ketentuan teknis sehingga berpotensi merusak kelestarian sadapan di tahun- tahun mendatang. Faktor lain yang juga menjadi perhatian ketidakseimbangan antara jumlah kebutuhan akan produk getah pinus dengan daya dukung sumber daya hutan pinus 1

Transcript of 2.Bab I-III Lap Akhir Puslitbang Perhutani

Page 1: 2.Bab I-III Lap Akhir Puslitbang Perhutani

Bab 1.PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pinus merupakan salah satu jenis pohon industri yang mempunyai nilai produksi tinggi. Getah pinus merupakan salah satu hasil hutan non kayu unggulan dari Perum Perhutani selain minyak kayu putih. Sebagai salah satu hasil hutan non kayu unggulan, permintaan akan getah pinus sebagai bahan baku industri gondorukem dan terpentin di pasaran semakin meningkat. Di pulau Jawa, pinus dikenal sebagai penghasil kayu, resin dan gondorukem yang dapat diolah lebih lanjut sehingga mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi seperti produksi alphapinen.

Kegiatan perencanaan pengaturan hasil getah saat ini terkendala oleh ketidakjelasan informasi mengenai standar normal produksinya. Hal ini disebabkan penentuan target produksi getah Pinus mengabaikan ketentuan teknis sehingga berpotensi merusak kelestarian sadapan di tahun-tahun mendatang. Faktor lain yang juga menjadi perhatian ketidakseimbangan antara jumlah kebutuhan akan produk getah pinus dengan daya dukung sumber daya hutan pinus untuk memproduksi getah yang berakibat terjadi eksploitasi berlebihan pada individu pinus.

Faktor yang berpengaruh selain aspek teknis tersebut termasuk pengorganisasian informasi mencakup hubungan yang terstruktur antar pengelola hutan yang berada dalam lingkup KPH. Ketidaktepatan informasi produksi getah bisa mengancam kelestarian produksinya. Data tidak hanya membutuhkan pengolahan saja, yang lebih penting adalah bagaimana mengelola data dalam jumlah yang besar menjadi suatu informasi yang dapat dipergunakan secara efisien.Dengan demikian diperlukan suatu perbaikan sistem dokumentasi dan manajemen administrasi produksi getah. Dalam konteks perbaikan sistem dokumentasi dan manajemen adminitrasi produksi getah dan perbaikan sistem pengaturan hasilnya diperlukan model penduga dan standar normal produksi getah yang dapat diandalkan akurasinya.

1

Page 2: 2.Bab I-III Lap Akhir Puslitbang Perhutani

1.2. Tujuan

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah melakukan studi penyusunan model penduga dan standar normal produksi getah

1.3. Ruang Lingkup

Kajian ini dibatasi pada kegiatan pemodelan produksi getah dengan spesifikasi sebagai berikut :

a. Model yang dihasilkan disesuaikan untuk kepentingan perencanaan pengelolaan hutan pada tingkatan KPH

b. Pemodelan sedapat mungkin memperhatikan ketersediaan data di tingkat perencanaan

c. Keberlakuan model minimal pada tingkatan KPHd. Pada tahapan ini dibatasi pemodelan produksi getah dengan penyadapan

menggunakan teknik kuare

1.4. Keluaran

Keluaran dari penelitian ini adalah : Model penduga produksi getah yang bisa diterapkan sesuai dengan ketersediaan

informasi yang ada di Perhutanai. Membuat rumusan standar normal produksi getah, normal diartikan sesuai dengan

Prosedur Standar Operasinya.

2

Page 3: 2.Bab I-III Lap Akhir Puslitbang Perhutani

Bab 2.METODOLOGI

2.1. Metodologi

2.1.1. Pendekatan

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, kajian produktivitas getah Pinus pada dasarnya adalah upaya untuk mendapatkan teknik dan piranti prediksi atau peramalan produksi getah yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas perencanaan dan pengelolaannya. Terkait dengan prediksi atau peramalan produksi getah ini terdapat beberapa aksioma :

a. Getah Pinus adalah produk dari sistem biologis tanaman Pinus, dimana produknya terdapat di dalam saluran getah atau lebih dikenal dengan saluran resin pada seluruh bagian kayu luarnya (kayu gubal) yang menjalar arah vertikal maupun horizontal. Sistem produksi ini, sangat tergantung pada proses biologis yang mewujud dalam proses pertumbuhan pohon dan tegakan. Dengan demikian, proses ramalan atau prediksinya harus diintegrasikan dengan studi pertumbuhan dan hasil pohon atau tegakan Pinus.

b. Penyadap adalah salah satu faktor produksi utama dalam produksi getah Pinus di Perum Perhutani. Sampai saat ini posisi penyadap dalam manajemen produksi getah ditempatkan sebagai mitra dan bukan sebagai tenaga kerja. Posisi seperti ini mengakibatkan Perum Perhutani tidak bisa sepenuhnya mengatur proses produksinya dan sangat tergantung pada partisipasi dan keseriusan penyadapnya. Dalam konteks peramalan, perilaku dan partisipasi penyadap adalah kontributor bagi tingginya variasi dan perlu dipetakan pola aktivitas penyadapan dan karakter penyadapnya.

c. Terdapat suap balik (feedback) aktivitas penyadapan dengan pertumbuhan tegakan yang secara sistemik akan berujung pada dinamika produksi getahnya.

d. Proses fisiologis produksi getah Pinus belum dapat diidentifikasi dengan jelas dan masih sangat tergantung pada dugaan empiris faktor-faktor yang memperngaruhi dinamika produksinya.

Mengacu pada pertimbangan-pertimbangan ini, maka kajian produktivitas getah Pinus dengan melakukan sebuah studi dinamika tegakan dan produksi getah Pinus melalui pengamatan secara time-series ataupun artificial time-series.

3

Page 4: 2.Bab I-III Lap Akhir Puslitbang Perhutani

2.1.2. Studi Dinamika Tegakan dan Produksi Getah Pinus

Studi dinamika tegakan adalah pengamatan sistemik terhadap proses perubahan struktur tegakan sejalan dengan perubahan waktu dan dinamika manajemennya. Pada pelaksanaannya, studi ini dilakukan dengan membuat petak ukur-petak ukur permanen yang memungkinkan dilakukan pengamatan time-series atau artificial time-series.

Dalam konteks kajian produktivitas getah Pinus, studi dinamika tegakan ini diimprovisasi dengan mengadopsi aspek dan faktor-faktor yang berkorelasi dengan produksi getah Pinus pada pengamatan di Petak Ukur Permanen (PUP). Improvisasi yang dilakukan mencakup sistem pengamatan, sistem pendokumentasian dan sistem pengukuran. Diharapkan improvisasi ini akan mampu menggeneralisasi data dan informasi untuk menggambarkan sistem produksi getah pinus secara komprehensif sehingga akan menghasilkan prediksi yang relatif akurat (tabel tegakan, tabel volume, tabel dinamika getah dan standar produksi getah).

Pada tataran teknis pembuatan PUP, pengamatan dinamika tegakan dan produksi getah dilaksanakan oleh tenaga Bantuan Teknis dan petugas KPH (Mandor Regu Kerja Penjarangan/RKP) dengan supervisi dari Biro Perencanaan dan Pengembangan Usaha dan Tenaga Ahli.

2.2. Metode Prediksi Produksi Getah Pinus

2.2.1. Pemodelan dengan Analisis Statistik

Pemodelan dengan analisis statistik dilakukan dengan mengkonstruksi model matematis

Y = f (x1, x2, x3,…xn)

Dimana,

Y = produksi getah per pohon per hari

f = fungsi matematis

xi = variabel penduga I dimana i = 1…n

Proses konstruksi model diakukan dengan menerapkan kaidah pemodelan statistik melalui analisis regresi linier, dimana secara spesifik akan mendefinisikan f menjadi

y¿̂ = b0+b1 x 1+bn x n+.. ..bn x n

¿

Dimana,

y¿̂

¿= dugaan produksi getah per pohon per hari

4

Page 5: 2.Bab I-III Lap Akhir Puslitbang Perhutani

b0= konstanta

b i= koefisien regresi dimana i = 1…n

x i= variabel penduga produksi getah

Untuk meningkatkan keluwesan model, beberapa transformasi, seperti transformasi kuadratik, eksponensial dan logaritmik dilakukan dengan menurunkan model-model baru berbasis model utamanya. Model-model yang dihasilkan selanjutnya divalidasi :

secara internal dengan menggunakan Uji F dan penentuan koefisien deterministik

secara eksternal dengan mengkomparasikan data lain yang tak digunakan untuk pemodelan dan menghitung rerata absolut simpangannya.

Tahapan analisis ini secara visual disajikan oleh gambar berikut :

5

Page 6: 2.Bab I-III Lap Akhir Puslitbang Perhutani

Gambar 1. Tahapan Analisis Prediksi Produksi Getah

6

Page 7: 2.Bab I-III Lap Akhir Puslitbang Perhutani

2.2.2. Pemodelan dengan CASES BASED REASONING (CBR)

Produksi getah Pinus bersifat sangat dinamis dan stokastik, berhadapan dengan situasi dan kondisi seperti ini diperlukan metode yang tepat. Salah satu teknik yang bisa diterapkan adalah penalaran berbasis kasus (case base reasoning/CBR).

Secara sistematik kegiatan penyusunan model pendugaan standar normal produksi getah pinus diilustrasikan oleh flowchart berikut.

7

Page 8: 2.Bab I-III Lap Akhir Puslitbang Perhutani

Gambar 3. Tahapan Kegiatan Kajian Produktivitas Getah Pinus

8

Page 9: 2.Bab I-III Lap Akhir Puslitbang Perhutani

2.3. Data Data yang diperlukan terdiri dari :

a. Data Primer : yaitu data yang diperoleh dari pengamatan dan pengukuran langsung di lapangan yang mencakup data tapak, tegakan dan produksi getahnya.

b. Data Sekunder : data yang diperoleh dari dokumen-dokumen manajemen hutan dan produksi getahnya. Data ini diperlukan untuk perencanaan survei, penyusunan model dan pengujian model, kajian implementasi model pada formulasi kebijakan serta penataan sistem perencanaannya. Rincian data ini mencakup

1) Peta sebaran potensi hutan pinus dan produksinya2) Karakter dan sebaran potensi sumber daya hutan3) Standar operasi kegiatan pengelolaan tegakan dan kegiatan proses

produksi getah4) Dokumen-dokumen monitoring dan evaluasi tegakan 5) Dokumen-dokumen monitoring dan evaluasi kegiatan produksi getah6) Literatur hasil penelitian atau dasar teori dinamika tegakan dan

produksi getah

2.4. Metode Pengumpulan Data Primer

2.4.1. Teknik Sampling

Pengumpulan data dilakukan melalui petak ukur permanen (PUP) dengan spesifikasi sebagai berikut :

a. Bentuk

Bentuk petak ukur adalah diamond (belah ketupat). Petak ukur ini adalah improvisasi dari petak berbentuk bujuk sangkar dimana diagonalnya biasanya ditempatkan berhimpit dengan salah satu larik pohon-pohon yang ditanam. Gambar berikut menyajikan visualisasi dari bentuk petak ukur ini.

9

Page 10: 2.Bab I-III Lap Akhir Puslitbang Perhutani

b. Ukuran

Luas petak ukur adalah 0,04 Ha

c. Jumlah dan Sebaran

Sebaran sampel ditentukan dengan metode purposive sampling dimana konteks purposivenya didasarkan pada prasyarat-prasyarat pengembangan model yang efisien yaitu :

Sebaran sampel mengikuti variasi produksi getah dan variabel-variabel yang merepresentasikan faktor-faktor determinannya

Variabel ini memiliki dukungan teoritis mengenai signifikansinya terhadap variasi produksi getah

Variabel terpilih juga memiliki ketersediaan data yang mencukupi bagi penerapan model untuk kepentingan perencanaan produksi pada level operasionalnya.

Mengacu pada konteks purposivesnya, jumlah petak ukur ditetapkan sebanyak 120 petak yang menyebar pada berbagai kondisi produktifitas getah dan kombinasi ragam faktor-faktornya (yang mencakup karakter tegakan dan petaknya) yaitu :

Kualitas tapak (bonita) Kepadatan bidang dasar (KBD) Ketinggian tempat (altitude) Umur tegakan (kelas umur) Lokasi (menyebar dari Unit I sampai dengan Unit III)

d. Kelengkapan dan prasyarat petak ukur permanen

Petak ukur permanen diarahkan menjadi sarana pengukuran segala hal yang terkait dengan dinamika kondisi tapak, tegakan dan produktifitas getahnya serta ke depannya diharapkan menjadi petak ukur permanen yang mendukung proses sertifikasi hutan lestari. Mengacu pada hal ini maka pembuatan petak ukur permanen sedapat mungkin memenuhi persyaratan bagi pengukuran series yang tak bias, representatif dan efisien.

Pengukuran yang tak bias akan terealisasi apabila petak ukur permanen berada pada lokasi yang aksesibel namun representative serta dilengkapi dengan penanda kepermanenan pengukuran seperti:

- Plang petak ukur permanen- No Pohon

10

Page 11: 2.Bab I-III Lap Akhir Puslitbang Perhutani

- Penanda batas perimeter petak ukur - No Pohon- Sabuk DBH

Selain itu salah satu hal yang sangat krusial bagi pengukuran yang tak bias adalah perlu dikendalikannya proses penyadapan. Sedapat mungkin kegiatan penyadapan yang ada di petak ukur permanen dilakukan sesuai dengan SOP-nya.

2.4.2. Pengamatan dan Pengukuran

Pengamatan dan pengukuran yang dilaksanakan mencakupa. Pengamatan lokasi dan kondisi tapakb. Pengukuran tegakanc. Pengukuran hasil produksi getah

a. Pengamatan kegiatan penyadapanb. Dokumentasi kegiatan sadapan, yang mencakup peludangan

sampai dengan pengumpulan getahnyac. Penimbangan hasil sadapan

2.5. Alat dan Bahan

Alat : Alat untuk pengukuran : GPS, kompas, hagameter, timbangan, tali, roll

meter, tallysheet, alat tulis Alat untuk analysis data : Komputer, perangkat lunak MS Office, MS

Visio

Bahan : tegakan pinus yang telah disadap, bahan untuk penanda pembuatan petak ukur permanen : cat (Emco nomor

53), tiner, kuas (2 inchi dan 1 inchi), tambang, gun tacker (alat untuk memasang plang dan label nomor pohon), plang (pohon as PUP), label nomor pohon, dan patok.

Bahan untuk pengukuran sadapan : alat sadap, dan plastik penampung.

2.6. Batasan dan Lokasi Sampel

Lokasi sampel berada tegakan pinus yang siap-telah sadap di KPH Lawu DS Unit II Jawa Timur, KPH Kedu Selatan di Unit I Jawa Tengah dan KPH Sukabumi di Unit III Jawa Barat.

2.7. Pengorganisasian Data dan Analisis

11

Page 12: 2.Bab I-III Lap Akhir Puslitbang Perhutani

Dokumentasi hasil pengamatan dan pengukuran di petak ukur permanen dilakukan melalui tally sheet dengan format tersaji pada Lampiran 1. Sedangkan pengorganisasian untuk kepentingan analisis dan pemodelan dilakukan dengan penyusunan aplikasi basis data petak ukur permanen produksi getah.

Analisis dilakukan setelah data terkumpul dan telah diverifikasi oleh tenaga ahli. Pemodelan dilakukan dengan menerapkan analisis statistic atau penerapan teknik Cases Based Reasoning. Validasi model diterapkan dengan :

Identifikasi validasi biological realism model berdasarkan landasan teori yang dilakukan oleh tenaga ahli (professional judgement).

Identifikasi keandalan model dilakukan dengan menghitung nilai simpangan modelnya berdasarkan RMSE (Root Mean Square Error).

Kajian implementasi model dilakukan dengan penyajian model dalam bentuk matriks, tabel atau sistem pendukung keputusan. Bentuk, format serta prosedur implementasi dikaji melalui serangkaian diskusi dengan pengguna yaitu penyusun rencana produksi dan penyusun kebijakan produksi baik di tingkat KPH, SPH ataupun Biro Perencanaan.

12

Page 13: 2.Bab I-III Lap Akhir Puslitbang Perhutani

Bab 3.PETAK UKUR PERMANEN

3.1. Pembuatan Petak Ukur Permanen

3.1.1. Bentuk dan Ukuran

Terdapat beberapa bentuk petak ukur permanen (permanent sample plots) yang dibuat untuk kepentingan monitoring pertumbuhan yaitu lingkaran, segi empat atau diamond (belah ketupat). Pada kajian ini dipilih petak ukur diamond (belah ketupat), yaitu petak ukur berbentuk bujuk sangkar dimana diagonalnya ditempatkan berhimpit dengan salah satu larik pohon-pohon yang ditanam. Tegakan hutan tanaman pinus yang ditanam dengan teratur (larikan) menjadi dasar pertimbangan terhadap pilihan ini mengingat kemudahan pembuatannya di lapangan dan kemampuannya dalam menekan bias dengan memperkecil variasi jumlah pohon antar PU.

Gambar 3.1. Bentuk Petak Ukur Permanen

13

Page 14: 2.Bab I-III Lap Akhir Puslitbang Perhutani

Berdasarkan pertimbangan tingkat keterwakilan data untuk kepentingan dinamika tegakan dan produksi getah pinus, yang disesuaikan dengan jarak tanam, luasan petak ukur permanen ditetapkan seluas 0,04 ha.

3.1.2. Prosedur Teknis

Pelaksanaan kegiatan pembuatan PUP di KPH Kedu Selatan, KPH Lawu Ds, dan KPH

Sukabumi adalah sebagai berikut:

A. Persiapan

Sarana dan prasarana yang diperlukan pada pembuatan PUP antara lain: GPS, Kompas, Hagameter, tiner,cat, kuas (2 inchi dan 1 inchi), tambang, gun tacker (alat untuk memasang plang dan label nomor pohon), label nomor pohon, patok, alat tulis, pita meter dan tallysheet.

B. Penentuan Titik Pusat PUP

Titik pusat PUP adalah sebuah pohon yang memungkinkan sebagai pusat PUP dengan pertimbangan :

Petak Ukur yang dibuat dengan pusat pohon ini berada pada posisi yang aksesibel dan representatif (batas terluar PUP berada pada jarak minimum 15 m dari ruang terbuka, misalnya jalan, sungai besar atau lapangan)

Pohon-pohon yang berada disekitar pohon pusat memiliki tampilan fisik yang relatif representatif

14

Page 15: 2.Bab I-III Lap Akhir Puslitbang Perhutani

Pohon as PUP.

Gambar 3.2. Pemberian Plang PUP pada Pohon As

Gambar 3.3. Pemberian Tanda pada Pohon Pusat PUP

C. Pembuatan Perimeter PUP

Perimeter petak ukur ditentukan dengan menentukan terlebih dahulu titik ujung pada kedua diagonal PU. Pada setiap ujung diagonal yang berurutan dibuat batas sedemikian rupa membentuk luasan belahketupat dengan pembersihan parameter dan dipastikan bahwa variasi panjang dari setiap perimeter tidak melebihi 0,2 m. Pada diagonal yang memiliki kelerengan rata-rata melebihi 10 % maka panjang diagonal dikoreksi

15

Pemberian tanda ring pada pohon pusat PUP.

Page 16: 2.Bab I-III Lap Akhir Puslitbang Perhutani

Penentuan arah diagonal PUP dengan kompas pada pohon as.

Batas masing-masing arah diagonal dengan bantuan tali tambang.

sedemikian hingga panjang jarak datarnya tidak melebihi atau kurang dari panjang yang dipersyaratkan.

Gambar 3.4. Penentuan Arah Diagonal PUP

Gambar 3.5. Penentuan Batas PUP

D. Penandaan Elemen PUP

Mengingat PU ini diasumsikan sebagai pembangkit data series yang akan sering dikunjungi dan diamati secara berulang, untuk mempermudah pelacakan kembali elemen-elemennya serta untuk menekan bias pengukuran, maka pada elemennya akan diberi penanda permanen berupa :

16

Page 17: 2.Bab I-III Lap Akhir Puslitbang Perhutani

identitas PU

Identitas PU berupa tag PU yang diletakkan pada pohon pusat di atas sabuk DBH. Untuk mempermudah pelacakan, tanda-tanda tambahan seperti Jalan/jalur masuk dari pinggir jalan ke PU juga bisa digunakan. Jalan ini dibuat dengan cara membersihkan jalur yang menghubungkan tepi tegakan (petak) dengan PU. Untuk lebih mempertegas jalur ini maka pada setiap pohon yang dilalui jalur ini diberi tanda titik dengan cat.

Identitas pohon-pohon pada PU

Identitas pohon berupa nomor pohon yang dicetak pada tag dan dengan staples (dengan staple gun). Nomor harus dicetak/ditulis dengan tinta atau cat kedap air. Tag ditempelkan di atas sabuk DBH. Sebaiknya staples ditempelkan dengan arah vertikal agar tidak ikut merenggang akibat pertumbuhan diameter pohon. Apabila pohon yang dinomori memiliki batang lebih dari satu maka penomoran diberikan pada tiap batang dengan aturan : angka untuk nomor pohon dan huruf untuk batangnya (misalnya 22 A, 22B). Tag nomor pohon ditempelkan/diletakkan sedemikian hingga bisa terlihat dari titik pusat PU. Jika PU berada lereng bukit maka, nomor pohon harus bisa terlihat dari atas lereng.Urutan pemberian nomor sebaiknya dimulai dari pohon yang berada di salah satu ujung PU, dan dilakukan secara berurutan dalam jalur kontinyu seperti ditunjukkan gambar berikut :

Gambar 3.6. Arah Penentuan Penomoran Pohon

Selain berupa nomor pohon, setiap pohon diberi sabuk DBH berupa garis melingkar setinggi 1,3 m yang diperlukan untuk menjaga konsistensi pengukuran dbh secara series.

17

Page 18: 2.Bab I-III Lap Akhir Puslitbang Perhutani

Pemberian sabuk dbh (1,3 m) setelah pemasangan label pohon pada pohon sampel.

Gambar 3.7. Penentuan Pengukuran DBH Pohon

Gambar 3.8. Pemberian Tanda Pada Pohon Sampling

3.2. Pengukuran dan Pengamatan

3.2.1. Ruang Lingkup dan Prinsip

Pengamatan dan pengukuran yang diberlakukan di petak ukur permanen mencakup obyek-obyek :

Tapak, kondisi lahan dan lingkungan petak ukur permanen

Tegakan pinus

Produksi getah pinus

18

Page 19: 2.Bab I-III Lap Akhir Puslitbang Perhutani

Pengukuran diameter dengan pita meter pada ketinggian 1,3 m (dbh) pada pohon sampel.

Pengukuran yang dilakukan pada petak ukur permanen ini dilakukan atas dasar prinsip-prinsip berikut.

Prinsip pengukuran tegakan didasarkan pada aturan pengukuran series yang menjaga konsep konsistensi dan kelengkapan data. Prinsip ini diwujudkan dengan memberikan tanda-tanda permanen dan sistem dokumentasi data series, sehingga pengukuran berikutnya dapat mengacu pada hasil pengukuran sebelumnya.

Pengukuran pertama dan pengukuran berikutnya menerapkan standar prosedur operasi yang sama

Pengukuran produksi getah dilakukan dengan menekan sekecil mungkin kehilangan getah akibat proses eksploitasi.

Pengukuran dan pengamatan produksi getah didasarkan pada mekanisme ekstraksi yang berlaku.

3.2.2. Teknis Pengukuran dan Pengamatan

A. Pengukuran tegakan

Pengukuran dilakukan terhadap parameter primer potensi tegakan seperti diameter setinggi dada, tinggi dan peninggi, serta jumlah pohon per luasan petak ukur. Pengukuran diameter setinggi dada dilakukan dengan bantuan phi-band dan pengukuran tinggi pohon dengan menggunakan hagameter. Di samping pengukuran terhadap parameter tegakan ini juga dilakukan pengamatan mengenai indikator kondisi pohon-pohon penyusun tegakan terutama yang diasumsikan memiliki pengaruh terhadap variasi produksi getah pinus seperti kondisi kuare (yang mencakup jumlah kuare, lebar dan tinggi serta sebarannya), kondisi kesehatan dan kenampakan pohon.

Gambar 3.9. Pengukuran Diameter

19

Page 20: 2.Bab I-III Lap Akhir Puslitbang Perhutani

Pengukuran peninggi PUP dengan Hagameter pada pohon sampel.

Pengukuran dan pencatatan kondisi quare pada pohon sampel.

Gambar 3.10. Pengukuran Peninggi

Gambar 3.11. Pengukuran dan Pencatatan Kuare

B. Pengamatan kondisi tapak

Pengamatan kondisi tapak dilakukan dengan mengidentifikasi kondisi fisik lahan yang mencakup tinggi tempat, kelerengan, dan indikator phytocentric untuk produktifitas lahan yaitu peninggi.

C. Pengukuran produksi getah pinus

Produksi getah pinus diukur dengan mengikuti tahapan sadapan getah pinus dimulai dari peludangan sampai dengan pengambilan getah. Pengumpulan getah dilakukan sedemikian rupa sehingga faktor kehilangan getah dan tercampurnya getah sekecil mungkin. Selain itu pengamatan dan dokumentasinya proses kegiatan dilakukan serinci mungkin untuk menekan ragam produksi getah akibat variasi manajemen pemungutannya.

20

Page 21: 2.Bab I-III Lap Akhir Puslitbang Perhutani

3.2.3. Dokumentasi Data

A. Dokumentasi Hardcopy

Dokumentasi data di lapangan dilakukan dengan menggunakan tally sheet terstruktur yang mencakup:

Register petak Register petak ukur Register pengamatan tegakan Register pengukuran tegakan Register pengamatan produksi getah Register pengukuran atau penimbangan getah

Rincian mengenai register ini disajikan secara lengkap dalam lampiran

B. Dokumentasi Softcopy

Dokumentasi dengan menggunakan softcopy dilakukan melalui aplikasi database MS Access yang dibangun secara khusus untuk kepentingan ini. Dengan adanya aplikasi ini diharapkan data dapat terkoordinasi secara konsisten dan proses updating atau pengayaan dapat dilakukan dengan mudah. Keluaran dari aplikasi ini selain laporan secara digital juga disajikan report hardcopy seperti yang disajikan pada Buku Data Kajian ini.

21