273 Kerusakan Lingkungan Dan Gangguan Kesehatan Sebagai Dampak Pengunaan Pestisida Pertanian

29
273 Kerusakan Lingkungan dan Gangguan Kesehatan sebagai Dampak Pengunaan Pestisida Pertanian Oleh M. Sudjak Saenong dan Awaludin Hipi [Peneliti Hama Penyakit pada BALITSEREAL]. ABSTRAK Sejak tahun 1980, residu pestisida telah ditemukan mencemari beberapa jenis sayuran seperti kentang, kubis, sawi, tomat dan wortel pada daerah-daerah sentra sayuran di Jawa Barat (Pacet, Pengalengan, Lembang), Jawa Tengah (Getasan, Ambarawa, Tawangmangu) dan Jawa Timur (Batu). Hasil analisa dan monitoring terbatas yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan dan Departemen Pertanian melalui Direktorat Perlindungan Tanaman tahun 1980 menunjukkan bahwa residu pestisida tersebut di atas adalah dari jenis DDT, diazinon, dieldrin, fenitrotion dan klorfirifos. Di negara-negara maju beberapa pestisida telah diteliti dapat bersifat carsinogenic agent, mutagenic agent, teratogenic agent dan menjadi penyebab dari penyakit-penyakit seperti leukemia dan sebagainya. Tulisan ini memaparkan data beberapa referensi yang menekankan bagaimana bahaya penggunaan pestisida terhadap kesehatan dan lingkungan. Kata kuci : Kerusakan lingkungan, residu pestisida, sayuran PENDAHULUAN

Transcript of 273 Kerusakan Lingkungan Dan Gangguan Kesehatan Sebagai Dampak Pengunaan Pestisida Pertanian

Page 1: 273 Kerusakan Lingkungan Dan Gangguan Kesehatan Sebagai Dampak Pengunaan Pestisida Pertanian

273 Kerusakan Lingkungan dan Gangguan Kesehatan sebagai Dampak

Pengunaan Pestisida Pertanian

Oleh M. Sudjak Saenong dan Awaludin Hipi [Peneliti Hama Penyakit  pada

BALITSEREAL].

ABSTRAK

Sejak tahun 1980, residu pestisida telah ditemukan mencemari beberapa jenis

sayuran seperti kentang, kubis, sawi, tomat dan wortel pada daerah-daerah sentra

sayuran di Jawa Barat (Pacet, Pengalengan, Lembang), Jawa Tengah (Getasan,

Ambarawa, Tawangmangu) dan Jawa Timur (Batu).  Hasil analisa dan monitoring

terbatas yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan dan Departemen Pertanian

melalui Direktorat Perlindungan Tanaman tahun 1980 menunjukkan bahwa residu

pestisida tersebut di atas adalah dari jenis DDT, diazinon, dieldrin, fenitrotion dan

klorfirifos. Di negara-negara maju beberapa pestisida telah diteliti dapat bersifat

carsinogenic agent, mutagenic agent, teratogenic agent dan menjadi penyebab dari

penyakit-penyakit seperti leukemia dan sebagainya.  Tulisan ini memaparkan data

beberapa referensi yang menekankan bagaimana bahaya penggunaan pestisida

terhadap kesehatan dan lingkungan.

Kata kuci : Kerusakan lingkungan, residu pestisida, sayuran

PENDAHULUAN

Di Indonesia, pestisida yang paling dominan banyak digunakan sejak tahun

1950an sampai akhir tahun 1960an adalah pestisida dari golongan hidrokarbon

berklor seperti DDT, endrin, aldrin, dieldrin, heptaklor dan gamma BHC. 

Penggunaan pestisida-pestisida  fosfat organik seperti paration, OMPA, TEPP

pada masa lampau tidak perlu dikhawatirkan, karena walaupun bahan-bahan ini

sangat beracun (racun akut), akan tetapi pestisida-pestisida tersebut sangat mudah

terurai dan tidak mempunyai efek residu yang menahun.  Hal penting yang masih

perlu diperhatikan masa kini ialah dampak penggunaan hidrokarbon berklor pada

masa lampau khususnya terhadap aplikasi derivat-derivat DDT, endrin dan

dieldrin.

Page 2: 273 Kerusakan Lingkungan Dan Gangguan Kesehatan Sebagai Dampak Pengunaan Pestisida Pertanian

Pada tanah-tanah pertanian yang menggunakan bahan organik yang tinggi, residu

pestisida akan sangat tinggi karena jenis tanah tersebut di atas menyerap senyawa

golongan hidrokarbon berklor sehingga persistensinya lebih mantap.  Kandungan

bahan organik yang tinggi dalam tanah akan menghambat proses penguapan

pestisida. Kelembaban tanah, kelembaban udara, suhu tanah dan porositas tanah

merupakan salah satu faktor yang juga menentukan proses penguapan pestisida.

Penguapan pestisida terjadi bersama-sama dengan proses penguapan air.  Residu

pestisida yang larut terangkut bersama-sama butiran air keluar dari tanah dengan

jalan penguapan, akan tetapi masih mungkin jatuh kembali ke tanah bersama debu

atau air hujan. Air merupakan medium utama bagi transportasi pestisida. Pestisida

dapat menguap karena suhu yang tinggi dan kembali lagi ke tanah melalui air

hujan atau pengendapan debu.

PENGGOLONGAN SENYAWA KIMIA  PESTISIDA

Menurut Watterson (1988), ada banyak penggolongan/jenis-jenis pestisida yang

beredar di pasaran dan senantiasa digunakan baik yang ditujukan kepada

hewan,tumbuhan maupun jazad renik, yang mengendalikan jenis serangga

maupun hewan yang berpotensi sebagai organisme pengganggu tananam (OPT)

adalah insektisida, rodentisida, molusisida, avisida, dan mitisida. Sedangkan yang

mengendalikan jazad renik antara lain bakterisida, fungisida, algisida. Selain dari

pada itu terdapat senyawa kimia yang sifatnya hanya sebagai pengusir serangga

(insect repellent), dan sebaliknya ada pula  yang justru menarik serangga untuk

datang (insect attractant) serta ada yang dapat memandulkan serangga (Tabel 1).

 

Tabel 1.  Jenis-Jenis Pestisida dan Kegunaannya

Jenis Pestisida Fungsi dan kegunaannya

Insektisida

Herbisida

Fungisida

Nematoda

Rodentisida

Bakterisida

Mengontrol and mngendalikan serangga

Membunuh rumput (gulma)

Membunuh jamur

Membunuh nematoda

Membunuh tikus

Membunuh bakteri

Page 3: 273 Kerusakan Lingkungan Dan Gangguan Kesehatan Sebagai Dampak Pengunaan Pestisida Pertanian

Akarisida

Algisida

Mitisida

Molusisida

Avisida

Piscisida

Ovisida

Desinfektant

Growth regulator

Defoliant

Desiccant

Repellent

Atractant

Chemosterilant

Membunuh laba-laba

Membunuh alga

Membunuh mite

Membunuh moloska

Mengusir burung

Mengendalikan ikan

Menghancurkan telur

Menghancurkan atau menginaktifkan mikroorganisme

yang berbahaya

Merangsang/menghambat pertumbuhan

Penggugur daun

Mempercepat pengeringan tanaman

Mengusir serangga, rayap, anjing dan kucing

Menraik serangga

Mensterilisasi serangga

Sumber: Watterson (1988)

DINAMIKA PESTISIDA DALAM LINGKUNGAN

Menurut Tarumingkeng (1977), dinamika pestisida dalam ekosistem lingkungan

dikenal  istilah residu. Istilah residu tidak sinonim dengan arti deposit.  Deposit

ialah bahan kimia pestisida yang terdapat pada suatu permukaan pada saat segera

setelah penyemprotan atau aplikasi pestisida, sedangkan residu ialah bahan kimia

pestisida yang terdapat di atas atau di dalam suatu benda dengan implikasi

penuaan (aging), perubahan (alteration) atau kedua-duanya.  Residu dapat hilang

atau terurai dan proses ini kadang-kadang berlangsung dengan derajat yang

konstan.  Faktor-faktor yang mempengaruhi ialah penguapan, pencucian,

pelapukan (weathering), degradasi enzimatik dan translokasi.  Dalam jumlah yang

sedikit (skala ppm), pestisida dalam tanaman hilang sama sekali karena proses

pertumbuhan tanaman itu sendiri.

Seperti halnya reaksi-reaksi kimia lain, penghilangan residu pestisida mengikuti

hukum kinetika pertama, yakni derajat/kecepatan menghilangnya pestisida

berhubungan dengan banyaknya pestisida yang diaplikasi (deposit). Dinamika

Page 4: 273 Kerusakan Lingkungan Dan Gangguan Kesehatan Sebagai Dampak Pengunaan Pestisida Pertanian

pestisida di alam akan mengalami dua tahapan reaksi, yakni proses

menghilangnya residu berlangsung cepat (proses desipasi), atau sebaliknya proses

menghilangnya residu berlangsung lambat (proses persistensi). Terjadinya dua

proses ini disebabkan karena deposit dapat diserap dan dipindahkan ke tempat lain

sehingga terhindar dari pengrusakan di tempat semula. Terhindarnya insektisida

yang ditranslokasikan dari proses pengrusakan dimungkinkan oleh faktor-faktor

lingkungan yang kurang merusak sehingga terjadi proses penyimpanan (residu

persisten). Kemungkinan lain adalah pestisida akan bereaksi dan mengalami

degradasi sehingga hilangnya residu berlangsung cepat (Tarumingkeng,1977).

KASUS-KASUS PENCEMARAN PESTISIDA

Terhadap Hewan Vertebrata

Moore (1974) mengemukakan bahwa burung pemangsa tikus Falcon tininuculus

dan Tyto alba banyak yang terkontaminasi oleh pestisida akibat memangsa tikus

yang telah memakan umpan biji-bijian yang dicampur dieldrin, sedang Jefferies

(1972) mengemukakan bahwa kelelawar dari jenis Pipistrellus, Plocetius dan

Myotis ditemukan banyak mengandung residu organoklorin jenis DDE (± 10,68

ppm), DDT (± 4,62 ppm) dan dieldrin (± 0,29 ppm) dalam organ hatinya.  Di

Indonesia, dampak pengaruh samping dari aplikasi DDT dan metabolit DDE

menunjukkan adanya korelasi negatif antara residu DDT pada telur bebek dan

tebalnya kulit telur.  Ini menunjukkan bahwa pada saat dilakukan pengukuran,

efek residu pestisida tersebut belum significant mencemari bebek yang ada di

Indonesia (Koeman, 1974).  Pada hewan amfibi seperti kodok, pencemaran dapat

mengubah perilaku dan kelainan morfologi khususnya terhadap ekor dan

moncong (Cooke, 1970).

Terhadap Hewan Invertebrata

Palpp (1976) mengemukakan bahwa pengaruh samping dari pada penggunaan

pestisida terhadap hewan inveterbrata dapat berupa timbulnya pembentukan

kekebalan (resistensi) ataupun resurgensi.  Pembentukan kekebalan terjadi melalui

beberapa mekanisme seperti perubahan asetilkolines-trase, menurunnya

penyerapan, kekebalan terhadap pengatur pertumbuhan (growth regulator),

kekebalan terhadap piretroid, kekebalan metabolisme terhadap organofosfat dan

Page 5: 273 Kerusakan Lingkungan Dan Gangguan Kesehatan Sebagai Dampak Pengunaan Pestisida Pertanian

karbamat serta kekebalan terhadap senyawa pestisida berklor. Szeics et al. (1973)

menemukan bahwa penyerapan insektisida oleh kulit serangga bertambah sesuai

dengan polaritasnya.  Hal ini diamati pada percobaan terhadap Heliothis

virescens, akan tetapi penurunan penyerapan dapat terjadi dan merupakan

mekanisnme kekebalan. Walaupun mekanisme tersebut di atas belum dapat

dijelaskan secara rinci, akan tetapi pengamatan pada larva Heliothis zea yang

lebih tua nampak lebih kebal dari yang muda (Gast, 1961).

Kasus lain ditemukan bahwa fungisida dengan sodium metan dan formaldehida

yang digunakan terhadap permukaan atau yang diinjeksikan mempunyai pengaruh

tajam dan akan membunuh binatang-binatang tanah yang terkena sampai pada ke

dalaman 15 cm.  Jenis pestisida yang paling besar pengaruhnya terhadap

musnahnya faunah tanah adalah insektisida di banding pestisida lain seperti

herbisida dan fungisida.  Insektisida-insektisida tersebut yang paling banyak

digunakan adalah hidrokarbon berklor dan organofosfat. Senyawa hidrokarbon

berklor dapat menjadi penyebab berkurangnya populasi tungau pemangsa

colembola sehingga populasi colembola berkembang, sebaliknya senyawa dari

jenis aldrin dan derivatnya pengaruhnya tidak terlalu significant menurunkan

populasi tungau (Sheals, 1956).

Terhadap Kehidupan Perairan

Sumber pencemaran perairan oleh pestisida ialah adanya aliran air dari daerah

pertanian terutama selama musim hujan.  Pada kadar yang tinggi pestisida dapat

membunuh jazad yang hidup di dalam air. Pestisida-pestisida yang persistensinya

tinggi seperti golongan organoklorin meskipun dengan kosentrasi rendah dapat

masuk dalam rantai makanan dan mengalamai proses peningkatan kadar

(biological magnification) sampai pada derajat yang mematikan (Coutney

et.al.,1973).  Terhadap kehidupan fitoplankton, perlakuan paraquat pada dosis 1,0

ppm selama 4 jam dapat menurunkan produktivitas 53%, perlakuan diquat dengan

dosis yang sama selang waktu 48 jam menurunkan produktivitas 45%, sedangkan

diuran dengan dosis 1,0 ppm dalam 4 jam menurunkan produktivitas sampai 87%

(Pimentel, 1974).

Page 6: 273 Kerusakan Lingkungan Dan Gangguan Kesehatan Sebagai Dampak Pengunaan Pestisida Pertanian

Daya meracun berbagai pestisida khususnya herbisida terhadap kehidupan ikan

telah banyak diteliti.  Misalnya kemampuan meracuni kehidupan ikan, jenis

insektisida nampak lebih kuat dibanding herbisida.  Akan tetapi karena pemakaian

herbisida sebagai pengendali gulma intensitas pemakaiannya lebih tinggi, maka

dampak kerusakannya lebih nampak. Nilai toksisitas akut herbisida terhadap ikan

umumnya jauh lebih tinggi dari pada konsentrasi yang dibutuhkan untuk

mengendalikan gulma.  Sebagai contoh, herbisida paraquat pada kadar aplikasi

1,14 ppm dapat mematikan ikan lele, dan ikan salmon 3 hari setelah aplikasi

(Duursma and Marchand, 1974).

Terhadap Tumbuhan

Aplikasi pestisida pada kadar rendah (sublethal) dapat memberi pengaruh resisten

terhadap tumbuhan pengganggu., oleh karena itu penyemprotan yang tak

sempurna dapat menimbulkan pengaruh jangka panjang yang tak terduga. Di

samping itu secara tidak langsung penggunaan pestisida (herbisida) akan

merangsang tumbuhan pengganggu lain yang bukan sasaran justru menjadi

dominan. Sebagai contoh pertumbuhan alang-alang Imperata cylindrica dapat

ditekan dengan penggunaan herbisida, akan tetapi di sisi lain rumput Mikinia

micranta justru akan tumbuh subur dan merajalela di tempat itu karena

persaingannya dengan alang-alang sudah tidak ada lagi.  Demikian juga dengan

jenis rumput Pennisetum polystachion yang mempunyai tingkat kepadatan biji

yang sangat banyak (300.000 – 370.000 biji/tanaman) tidak dapat tumbuh pada

kondisi gelap (di bawah naungan alang-alang), tetapi pada saat alang-alang

dibasmi, maka rumput ini akan tumbuh dominan (Soedarsan dan Amir, 1975).

Terhadap Kesehatan Manusia

Menurut Watterson (1988) secara umum telah banyak sekali bukti-bukti yang

ditemukan pengaruh samping senyawa kimia pestisida terhadap kesehatan

manusia. Beberapa jenis penyakit yang telah diteliti dapat diakibatkan oleh

pengaruh samping penggunaan senyawa pestisida antara lain leukemia, myaloma

ganda, lymphomas, sarcomas jaringan lunak, kanker prostae, kanker kulit, kanker

perut, melanoma, penyakit otak, penyakit hati, kanker paru, tumor syaraf dan

neoplasma indung telur.  Selain dari pada itu, beberapa senyawa pestisida telah

Page 7: 273 Kerusakan Lingkungan Dan Gangguan Kesehatan Sebagai Dampak Pengunaan Pestisida Pertanian

terbukti dapat menjadi faktor “carsinogenic agent” baik pada hewan dan manusia,

yakni tercatat ada 47 jenis bahan aktif pestisida ditemukan terbukti sebagai

carsinogenic agent pada hewan, dan 12 jenis lagi terbuti sebagai carsinogenic

agent pada manusia (Gosselin, 1984: IARC, 1978: Saleh, 1980) (Tabel 2).

Tabel 2.           Senyawa-Senyawa Pestisida yang Telah Terbukti dapat Menjadi

Faktor Penyebab Penyakit Kanker (Carsinogenic Agent) pada Hewan dan

Manusia

Bahan aktif Hewan Manusia Bahan aktif Hewan Manusia

acrylonitrile

aldrin

aminotriazole

amitraz

arsenic oxide

azinphos-metyl

(guthion)

cadmium

captan

carbaryl

carbontettrachloride

chloramben

chlordane

chlordecone (kepone)

chlordimeform

chlorobenzilate

chlorofenol(group)

chlorothalenil

2,4-D

DBCP

DDT

diallate

1,2, dichloropropane

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

-

+

+

+

+

+

+

+

-

-

+

-

-

-

-

-

-

-

+

-

-

-

+

-

+

-

+

-

-

-

-

ethylene dibromide

ethylen thiourea

formaldehyde

hempa

heptachlor

lindane

maleic hydrazide

maneb

MCPA

methidathion

methylene bromide

methylene

dichloride

mexacarbamate

mirex

monuron

parathion

pentachlorophenol

permethrin

picloram

rotenone

sodium azide

sulfallate

+

-

+

+

+

+

+

+

-

+

+

+

+

+

+

+

-

-

-

+

+

+

+

+

+

+

-

-

-

-

-

+

-

-

-

-

-

-

-

+

+

+

-

-

-

+

Page 8: 273 Kerusakan Lingkungan Dan Gangguan Kesehatan Sebagai Dampak Pengunaan Pestisida Pertanian

1,3, dichloropropane

dicofol

dieldrin

dimethoate

endosulfan

+

+

+

+

-

-

-

-

2,4,5-T

2,3,6 TBA

tetrachlorvinphos

trichlorfon

trifluralin

+

+

+

+

-

-

-

-

Sumber : Gosselin (1984);IARC(1978):Saleh(1980)

Catatan : + = ditemukan bukti; – =  tidak ditemukan bukti

Fakta lain ditemukan pula bahwa ternyata tercatat 80 jenis bahan aktif pestisida

juga dapat menjadi penyebab atau sebagai faktor “mutagenic agent” (Moriya,

1983; Weinstein, 1984; Sandhu, 1980; Simmon, 1980) (Tabel 3). Lebih jauh

ditemukan lagi fakta bahwa senyawa pestisida juga dapat menjadi penyebab

penyakit peradangan kulit dan penyakit kulit lainnya sebagai akibat timbulnya

alergi dan iritasi. Yang dapat menyebabkan alergi pada kulit tercatat ada 20 jenis

bahan aktif sedangkan yang menyebabkan iritasi tercatat ada 42 jenis bahan aktif

(Weinstein, 1984: Gosselin, 1984) (Tabel 4).

Tabel 3.           Senyawa-Senyawa Pestisida Yang Telah Terbukti Dapat Menjadi

Fakta Penyebab Mutasi Genetik (Mutagenic Agent)

acephate

allethtrin

azinphos-methyl

benomyl

bromocil

butaclor

cocodylic acid

captafol

captan

carbaryl

carbendazim

carbofuran

chlormethoxynil

chlorfenvinphos

Dicrotophos

dichlorvos

dimethoate

dinocap

dinoseb

disulfoton

echlomezel

ethylnechlorohydrin

ethylenedibromide

ethylenedichloride

ethylene oxide

ethylene thiourea

EMS

ESP

NBT(2,4-

dinitrophenylthiocyanate)

NNN(5-nthro-1-

napthalonitrile)

nitofen

oxydemeton-methyl

oxine copper

parathion-methyl

pentachlorophneol

phenazine oxide

phosmer

pirimiphosmethyl

polycarbamate

polyoxin D-Zn

Page 9: 273 Kerusakan Lingkungan Dan Gangguan Kesehatan Sebagai Dampak Pengunaan Pestisida Pertanian

chloropicrin

chlorpyrifos

cyclophosphamide

2,4-D acid

2,4-BB acid

DBCP

DD

DDC

DDT

demeton

1,2,dibromethane

dicamba

dichlorfluanid

fenaminosulf

fenitrithion

ferbam

folpet

HEH(2-

hydroxyethylenehydrazin)

hemel

MAF

MCPA

malaeic hydrazide

metepa

methyl dibromide

monocrotophos

propanil

salithion

simazine

2,4,5-T

thiometon

thiram

toxaphene

triallate

trichlorfon

TTCA(asomate)

vamidothion

ziram

Sumber : Moriya  (1983); Weinstein (1984); Sandhu (1980); Simmmon 1980)

 

Tabel 4.           Senyawa-Senyawa Pestisida Yang Telah Terbukti Dapat Menjadi 

Faktor Penyebab Penyakit Radang Kulit Dan Penyakit Kulit Lainnya (Alergi Dan

Iritasi)

Bahan aktifJenis peradangan

Bahan aktifJenis peradangan

alergi iritasi alergi iritasi

acephate

anilazine

benomyl

captafol

captan

chloropicrin

chlorothalonil

cyhexatin

DCDA

demeton

-

-

+

+

+

-

-

-

-

-

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

kelthane

lindane

malathion

mancozeb

maneb

mercaptobenothiazole

methidathion

methomyl

methylphenol(cresol)

methyl parathion

-

-

+

+

+

+

-

-

+

-

+

+

+

-

+

-

+

+

-

+

Page 10: 273 Kerusakan Lingkungan Dan Gangguan Kesehatan Sebagai Dampak Pengunaan Pestisida Pertanian

dialifur

chazinon

dimethoate

dinobuton

dinoseb

disulfoton

DNCB

DNOC

DVDP

endosulfan

ethephon

ethion

ferbam

folpet

formaldehyde

glyphosate

-

-

+

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

+

+

-

+

+

-

+

+

+

-

+

+

+

+

+

+

-

+

+

mevinphos

monocrotophos

naled

nitrofen

parathion

PCNB

phosmet

propagite

pyrethroids

sulphur

thiram

toxaphene

triazine

zineb

zitram

-

-

+

+

+

+

-

-

+

-

+

-

+

+

+

+

+

+

+

-

-

+

+

-

+

+

+

-

+

+

Sumber :  Weinstein (1984); Gosselin (1984)

Catatan : + = ditemukan bukti; – =  tidak ditemukan bukti

Secara umum, proses peracunan senyawa pestisida dapat diamati berdasarkan

golongan pestisida yang dipakai di lapangan. Fenomena ini sering ditemukan pada

para pekerja yang terkait langsung dengan pestisida seperti pekerja pada lokasi

kepabrikan maupun perkerja yang langsung menggunakan senyawa pestisida

tersebut terhadap organisme target. Pada golongan pestisida yang mempunyai

bahan aktif dari klor organik seperti endrin, aldrin, endosulfan, dieldrin,

lindane(gamma BHC) dan DDT, gejala keracunan yang dapat ditimbulkan dapat

berupa mual, sakit kepala dan tak dapat berkosentrasi. Pada dosis tinggi dapat

terjadi kejang-kejang, muntah dan dapat terjadi hambatan pernafasan. Hal ini

disebabkan kerena senyawa klor organik mempengaruhi susunan syaraf pusat

terutama otak.

Pada senyawa fosfat organik, gejala yang timbul dapat berupa sakit kepala,

pusing, lemah, pupil mengecil, gangguan penglihatan, sesak nafas, mual, muntal,

Page 11: 273 Kerusakan Lingkungan Dan Gangguan Kesehatan Sebagai Dampak Pengunaan Pestisida Pertanian

kejang pada perut, diare, sesak dada dan detak jantung menurun. Senyawa ini

menghambat aktivitas enzim kolonestrasi dalam tubuh penderita. Pada karbamat,

gejala keracunannya hampir tak terlihat jelas, proses kerjanya juga menghambat

enzim kolinestrase dalam tubuh, tetapi reaksinya reversible dan lebih banyak

bekerja pada jaringan bukan dalam plasma darah. Yang masuk kategori senyawa

itu adalah aldikarb, carbofuran, metomil, propoksur dan karbaril (Anonim, 1984)

(Tabel 5).

Tabel 5. Gejala Keracunan Dan Petunjuk Cara Pertolongan Pertama Pada

Penderita

Golongan Pestisida Cara bekerjanyaGejala keracunan yang

timbul

Klor organik : endrin,

aldrin, endosulfan(thiodan),

dieldrin, lindane(gamma

BHC), DDT

Fosfat organik: mevinfos

(fosdrin), paration, gution,

monokrotofos (azodrin),

dikrotofos, fosfamidon,

diklorvos (DDVP), etion,

efntion, diazinon.

Karbamat :

aldikarb(temik), carbofuran

(furadan), metomil

Mempengaruhi susunan

syaraf pusat terutama

otak

Menghambat aktivitas

enzim kholinnestrase

Menghambat aktivitas

enzim kholinestarse,

tetapi reaksinya

reversible dan lebih

Mual, sakit kepala, tak

dapat berkonsentrasi. Pada

dosis tinggi dapat terjadi

kejang-kejang muntah dan

dapat terjadi hambatan

pernafasan

Sakit kepala, pusing-

pusing, lemah, pupil

mengecil, gangguan

penglihatan dan sesak

nafas, mual, muntah, kejang

pada perut dan diare, sesak

pada dada dan detak

jantung menurun.

Tanda-tanda keracunan

umunya lambat sekali baru

Page 12: 273 Kerusakan Lingkungan Dan Gangguan Kesehatan Sebagai Dampak Pengunaan Pestisida Pertanian

(lannate), propoksur

(baygon), karbaril (sevin)

Dipiridil : paraquat, diquat

dan morfamquat

Antikoagulan : tipe

kumarin (warfarin), tipe 1,3

indantion: difasinon,

difenadion (Ramik)

Arsen : arsen trioksid,

kalium arsenat, asam

arsenat dan arsin(gas).

banyak bekerja pada

jaringan, bukan dalam

darah/plasma.

Dapat membentuk ikatan

dan merusak jaringan

ephitel dari kulit, kuku,

saluran pernafasan dan

saluran pencernaan,

sedangkan larutan yang

pekat dapat

menyebabkan

peradangan.

Pestisida ini cepat

diserap oleh pencernaan

makanan, penyerapan

dapat terjadi sejak saat

tertelan sampai 2-3

hari.Kumrain dapat

diserap melalui. Kedua

tipe pestisida ini

Menghambat

pembentukan zat yang

berguna untuk

koagulasi/pembekuan

darah antara lain

terlihat

Gejala keracunan selalu

lambat diketahui, seperti

perut, mual, muntah dan

diare karena ada iritasi pada

saluran pencernaan. 48-72

jam baru gejala kerusakan

seperti ginjal seperti

albunuria, proteinura,

hematuria, dan peningkatan

kreatinin lever, 72 jam-14

hari terlihat tanda-tanda

kerusakan pada paru-paru

Hematuria (kencing

berdarah), hidung berdarah,

sakit pada rongga perut,

kurang darah dan kerusakan

ginjal

Pada keracunan akut: nyeri

pada perut, muntah dan

diare. Pada keracunan sub

akut akan timbul gejala

Page 13: 273 Kerusakan Lingkungan Dan Gangguan Kesehatan Sebagai Dampak Pengunaan Pestisida Pertanian

protrombin

Keracunan arsen pada

umumnya melalui mulut

walaupun bisa juga

diserap melalui kulit dan

saluran pernafasan

seperti sakit kepala, pusing

dan banyak keluar ludah

Sumber: Anonim (1984)

PROSEDUR PELAKSANAAN PENGAMANAN PESTISIDA

Pedoman Umum Penanganan Bahan

Agar senyawa pestisida aman digunakan dan tidak terlalu menimbulkan efek

peracunan pada pemakai, maka pemerintah dan formulator telah menetapkan dan

memberi petunjuk sebagai pedoman umum dalam penanganan senyawa kimia

berbahaya. Mulai dari pemilihan jenis pestisida, tata cara penyimpanan,

penakaran, pengenceram, pencampuran sampai kepada prosedur kebersihannya

(Anonim, 1984) (Tabel 6).

Tabel 6.  Petunjuk Umum Tentang Keamanan Dalam Menggunakan Senyawa

Kimia  Pestisida di Lapangan

1. Gunakanlah pestisida yang telah terdaftar dan memperoleh izin dari Menteri

Pertanian.Jangan sekali-kali menggunakan pestisida yang belum terdaftar

dan  memperoleh izin.

2. Pilihlah pestisida yang sesuai dengan hama atau penyakit tanaman serta jasad

sasaran lainnya yang akan dikendalikan, dengan cara lebih dahulu membaca 

keterangan tentang kegunaan pestisida dalam label pada wadah pestisida 

tersebut

3. Belilah pestisida dalam wadah asli yang tertutup rapat dan tidak bocor atau

rusak, dengan label asli yang berisi keterangan lengkap dan jelas. Jangan

membeli dan menggunakan pestisida dengan label dalam bahasa asing

4. Bacalah semua petunjuk yang tercantum pada label pestisida sebelum bekerja

dengan pestisida itu

Page 14: 273 Kerusakan Lingkungan Dan Gangguan Kesehatan Sebagai Dampak Pengunaan Pestisida Pertanian

5. Simpanlah pestisida di tempat khusus yang sejuk, kering dan dapat dikunci,

jauh dari makanan/minuman, dan tidak dapat dijangkau oleh anak-anak,

hewan piaraan serta ternak.

6. Lakukanlah penakaran, pengenceran atau pencampuran pestisida di tempat 

terbuka atau dalam ruangan yang mempunyai ventilasi baik.

7. Pakailah sarung tangan dan gunakalah wadah, alat pengaduk dan alat

penakar  yang khusus hanya untuk pestisida. Semua peralatan tersebut jangan

digunakan untuk keperluan lain, lebih-lebih yang berhubungan dengan

makanan dan minuman.

8. Bukalah tutup wadah pestisida dengan hati-hati, sehingga pestisida tidak

memercik, tumpah atau berhambur ke udara.

9. Gunakalah pestisida sesuai dengan takaran yang dianjurkan. Jangan 

menggunakan pestisida dengan takaran yang berlebihan atau kurang.

10 Periksalah alat penyemprot dan usahaka supaya selalu dalam kedaan baik,

bersih dan tidak bocor.

11 Hindarkanlah pestisida terhirup melalui pernafasan atau terkena kulit, mata, 

mulut dan kaian.

12 Apabila ada luka pada kulit, tutuplah luka tersebut dengan baik sebelum

bekerja dengan pestisida. Pestisida lebih mudah terserap ke dalam tubuh

melalui kulit yang terluka.

13 Selama menyemprot, pakailah baju khusus yang berlengan panjang,  penutup

kepala penutup muka, celana panjang, sarung tangan dan sepatu boot

14 Jangan menyemprot berlawanan dengan arah angin

15 Hindarkalah semprotan pestisida terbawa angin ke tempat lain, supaya tidak

mengenai tempat tinggal penduduk, tanaman di tempat lain, sungai, kolam,

danau atau makanan ternak.

16 Jangan menyemprot pada waktu angin bertiup kencang, cuaca panas atau

akan turun hujan.

17 Bekerjalah demikian rupa sehingga tanaman yang telah disemprot tidak

dilalui lagi untuk menghindari persentuhan dengan tanaman yang telah

terkena pestisida

Page 15: 273 Kerusakan Lingkungan Dan Gangguan Kesehatan Sebagai Dampak Pengunaan Pestisida Pertanian

18 Jangan merokok, makan atau minum selama bekerja dengan pestisida.

19 Jika merasa kurang enak badan, berhentilah bekerja dengan segera dan baca

petunjuk dalam label tentang pertongan pertama dan segera hubungi dokter,

beri tahu pestisida apa yang digunakan.

20 Setelah selesai bekerja denga pestisida, mandilah sehera dengan sabun,

pakaian dan alat pelindung lainnya yang dipakai harus segera dicuci dengan

sabun.

21 Setalah selesai bekerja, cucilah alat penyemprotan dan alat lainnya serta

usahakan air bekas cucian tidak mengalir ke sungai, saluran air, kolam ikan,

sumur dan sumber air lainnya.

22 Bersihkanlah selalu muka dan tangan dengan air dan sabun sebelum

beristirahat untuk makan minum atau merokok.

23 Wadah bekas yang sudah kosong jangan dipakai untuk menyimpan  makanan

atau minuman akan tetapi musnahkan dengan merusak,  membakar atau

menguburnya di tempat yang aman.

Sumber Anonim (1984)

Pertolongan Pertama Pada Keracunan Pestisida

Berdasarkan panduan pertolongan pertama pada kasus keracunan pestisida dalam

Anonim (1984), maka bila terjadi kasus keracunan senyawa kimia pestisida maka

ada sebelas item yang harus dicermati/diteliti dengan saksama agar dapat diambil

tindakan medis yang tepat dan segera untuk menolong jiwa penderita.  Ke sebelas 

urutan  tersebut  adalah sebagai berikut :

1. Apabila gejala keracunan mulai timbul betapapun ringannya gejala

tersebut, segeralah berhenti bekerja dan pergilah ke dokter atau klinik

terdekat untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut.  Hal tersebut harus

segera dilakukan karena sewaktu-waktu keadaan dapat berkembang

menjadi gawat.  Supaya tindakan pertolongan selanjutnya dapat dilakukan

dengan cepat dan tepat, dokter harus diberitahu nama pestisida yang

menyebabkan keracunan. Untuk ini sebaiknya bawalah label pestisida

tersebut untuk ditunjukkan kepada dokter.

Page 16: 273 Kerusakan Lingkungan Dan Gangguan Kesehatan Sebagai Dampak Pengunaan Pestisida Pertanian

2. Dalam hal kulit atau rambut dan pakaian terkena pestisida, cucilah segera

kulit dan rambut yang terkena dengan sabun dan air yang banyak dan

lepaskan pakaian untuk diganti dengan yang bersih.

3. Apabila pestisida mengenai mata, cucilah segera mata dengan air bersih

yang banyak selama 15 menit atau lebih terus menerus. Kemudian ditutup

dengan kapas seteril yang dilengketkan dengan kain pembalut.

4. Apabila debu, bubuk, uap, gas atau buti-butir semprotan terhisap melalui

pernafasan, bawalah penderita ke tempat terbuka yang berudara segar,

longgarkan pakaiannya yang ketat dan baringkan dengan dagunya agak

terangkat ke atas supaya dapat bernafas dengan bebas. Jaga supaya

penderita dalam keadaan tenang dan tidak kedinginan (apabila perlu

selimutilah penderita tetapi jangan sampai terlalu kepanasan). Sementara

menunggu pertolongan dokter, awasilah terus keadaan penderita.

5. Apabila pestisida tertelan dan penderita dalam keadaan sadar, usahakan

supaya penderita muntah dengan cara mencolek bagian belakang

tenggorokan dengan jari tangan atau alat lain yang bersih dan/atau dengan

memberi minum larutan garam sebanyak satu sendok makan dalam

segelas air hangat. Ulangi proses pemuntahan sampai yang dimuntahkan

berupa cairan yang jernih. Pada waktu penderita mulai muntah, usahakan

mukanya menghadap ke bawah dan kepalanya agak direndahkan supaya

muntahan tidak masuk dalam paru-paru. Selanjutnya harus dijaga jangan

sampai muntahan menghalangi pernafasan. Usaha pemuntahan tidak dapat

dilakukan apabila penderita dalam keadaan kejang atau tidak sadar,

penderita telah menelan bahan yang mengandung minyak bumi dan

penderita telah menelan bahan alkalis atau asam kuat yang korosif (secara

kimiawi merusak jaringan hidup)dengan gejala rasa terbakar atau nyeri

sekali pada mulut dan kerongkongan.

6. Apabila bahan korosif tertelan dan penderita dalam keadaan sadar, berilah

penderita minum susu atau putih telur dalam air, atau hanya air saja dalam

kondisi dimana susu atau telur tidak tersedia. Susu atau minyak tidak

boleh diberikan kepada penderita keracunan pestsida hirokarbon berklor.

Page 17: 273 Kerusakan Lingkungan Dan Gangguan Kesehatan Sebagai Dampak Pengunaan Pestisida Pertanian

7. Apabila penderita tidak sadar, usahakan supaya saluran pernafasan tidak

tersumbat. Bersihkan hidung dari lendir atau muntahan dan bersihnya

mulut dari air liur, lendir, sisa makanan dan sebagainya. Jangan

memberikan sesuatu melalui mulut kepada penderita yang tidak sadar.

8. Apabila pernafasan penderita berhenti, usahakanlah pernafasan buatan.

Bersihkan lebih dulu mulut dari air liur, lendir, sisa makanan dan

sebagainya.

9. Apabila penderita kejang, usahakanlah kekejangan tersebut tidak

mengakibatkan cidera. Longgarkan pakaian disekitar leher, taruh bantal di

bawah kepala dan berilah ganjal antara gigi untuk mencegah supaya bibir

atau lidah tidak tergigit.

10. Penanggulangan keracunan setalah dilakukan pertolongan pertama

selanjutnya diambil tindakan sebagai berikut

1. untuk golongan pestisida klor organik, dilakukan tindakan mencuci

lambung dengan memberi garam isotoris larutan natrium

bikarbonat 5%. Untuk mengurangi absorbsi dapat diberikan 30

gram norit yang disuspensikan dalam air;

2. untuk golongan fosfat organik, diberikan antodote Atropin sulfat

intra vena atau intra muskuler, bila mungkin dilakukan

penyuntikan intra vena. Dosis dewasa dan anak-anak lebih dari 12

tahun 0,4-2,0 mg dan untuk anak-anak 0,05 mg/kg berat badan.

Dosis diulangi tiap 15-30 menit sampai kelihatan gejala

atropinasi/gejala keracunan ringan dari atropin seperti muka

merah, frekuensi detak jantung meningkat (140/menit) dan pupil

melebar. Pralidoxim diberi-kan setalah atropin, bila diberikan

sebelum 36 jam setalah keracunan akan dapat menanggulangi efek

dari pestisida fosfat organik ini. Dosis dewasa 1 gr/kg berat badan

dan anak-anak 20-50 gr/kg berat badan dengan kecepatan tidak

lebih dari setengah dosis total tiap menit. Ulangi lagi setelah 1 jam

bila kelemahan/ kelumpuhan otot belum tertanggulangi;

Page 18: 273 Kerusakan Lingkungan Dan Gangguan Kesehatan Sebagai Dampak Pengunaan Pestisida Pertanian

3. untuk golongan karbamat, penaggulangan-nya  sama   dengan 

pestisida  golongan fosfat organik, tapi disini tidak digunakan

pralidoxim;

4. (untuk golongan senyawa dipiridil tindakannya adalah untuk

mengurangi absorbsi dari saluran pencernaan, diberikan absorben

Fuller”s Earth 30% suspensi dalam air;

5. (untuk golongan antikoagulan dilakukan pemberian antidote

fitonadion, yakni dosis dewasa dan anak-anak lebih dari 12 tahun

25 mgr intra muskuler dan anak-anak di bawah 12 tahun 0,6

mgr/kg berat badan;

6. untuk golongan arsen dilakukan pemberian antidote Dimerkaprol

(B.A.L), Dimerkaptopropanol.

11. Untuk penanggulangan selanjutnya, dilakukan pendataan mencakup

tempat kejadian, tanggal, nama korban, umur, jenis kelamin, keracunan

melalui apa (mulut, pernafasan, kulit), sampel pestisida, muntahan atau

sisa makanan (dalam hal penderita tidak diketahui, dapat disebutkan

pestisida-pestisda apa yang biasa digunakan di tempat tersebut, dan jenis-

jenis pertolongan yang telah diberikan kepada penderita.

PENUTUP

Walaupun beberapa rujukan pustaka dari paper ini sudah cukup tua, akan tetapi

dari data-data tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa problematika yang

terkait dengan dampak samping dari penggunaan pestisida baik langsung maupun

tidak langsung cukup significant merusak ekosistem lingkungan dan bahkan

kesehatan manusia.  Oleh sebab itu ke depan penanganan pestisida nampaknya

masih panjang untuk diperdebatkan dan bahkan masih perlu diteliti lebih jauh

agar ekosistem bumi kita dapat terselamatkan dari proses pencemaran senyawa-

senyawa kimia yang berbahaya.

DAFTAR PUSTAKA

[email protected]