26707519 Persepsi Mahasiswa Akuntansi
-
Upload
recca-damayanti -
Category
Documents
-
view
64 -
download
4
description
Transcript of 26707519 Persepsi Mahasiswa Akuntansi
PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI
TERHADAP
LINGKUNGAN KERJA AKUNTAN PUBLIK
Studi Kasus pada Universitas Islam Indonesia
Disusun oleh :
Nama : Diana Aprianti
Nomor Mahasiswa : 00 312 207
Jurusan : Akuntansi
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2006
1
PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI
TERHADAP LINGKUNGAN KERJA AKUNTAN
PUBLIK
SKRIPSI
Disusun dan diajukan untuk memenuhi sebagai salah satu syarat untuk
Mencapai derajat Sarjana Strata – 1 jurusan Akuntansi
Pada Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia
Oleh :
Nama : Diana Aprianti
No. Mahasiswa : 00 312 207
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2006
2
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
“ Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,
dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini
dan disebutkan dalam referensi. Dan apabila dikemudian hari terbukti bahwa
pernyataan ini tidak benar maka saya sanggup menerima hukuman/sangsi apapun
sesuai peraturan yang berlaku.”
Yogyakarta, Juli 2006
Penyusun
Materai
( Diana Aprianti )
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2006
3
MOTTO
Dan, apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah lah datangnya
( Q.S. An– Nahl : 53 )
Dari semua hal pengetahuan adalah yang paling baik, karena tidak kena
tanggung jawab, tidak dapat dicuri, tidak dapat dibeli dan tidak dapat
dihancurkan
( Hipotadesa )
Sesuatu yang mengagumkan adalah jika seseorang mendapati dan
membuktikansendiri kualitas terbaik anda, tanpa harus berbusa – busa
mengatakannya
( Judith Martin )
4
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsiku ini kepada orang – orang yang kucintai dan
mencintaiku, yang selalu kusebut dalam doaku dan menyebutku dalam doanya :
♦ Mama dan Papa tercinta sebagai rasa hormat dan tanda baktiku atas
jerih payahnya.
♦ Kakakku, yang telah tenang di sisi Allah SWT : Alm. Aa’ Rommy
Henwindar
♦ Adik – adikku : Naritha Deasyani Sophia, Reza Zulfikar Rivalda, Refri
Zulian Fardeza
♦ Mohammad Fajar , untuk setia dan sayangnya, serta kesabaran dan
kesetiaannya….
Ini tidak akan pernah sebanding dengan cinta dan doa yang kalian
berikan…………
5
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. Wb.
Dengan memanjatkan puji syukur yang senantiasa tertuju kehadirat Allah SWT
atas karunia dan rahmat –Nya, sehingga akhirnya skripsi yang berjudul :
“PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP LINGKUNGAN
KERJA AKUNTAN PUBLIK ( Studi Kasus pada Universitas Islam Indonesia )
dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan ini dimaksudkan untuk memenuhi
persyaratan dalam penyelesaian studi pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi
pada Universitas Islam Indonesia.
Penulis menyadari bahwa suatu pekerjaan tidak dapat lepas dari dukungan dan
bimbingan berbagai pihak, begitupun dalam penulisan skripsi ini. Dalam
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam –
dalamnya kepada yang terhormat :
1. Bpk. Drs. Edy Suandi Hamid M.Ec , selaku Rektor Universitas Islam
Indonesia.
2. Bpk. Drs. Asmai Ishak M.Bus., Ph.D , selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Indonesia.
3. Ibu Dra. Erna Hidayah M.Si , selaku Kepala Jurusan Akuntasi Fakultas
Ekonomi Universitas Islam Indonesia.
4. Bpk. Drs. Sugeng Indardi MBA, selaku Dosen Pembimbing Akademik.
5. Ibu Dra. Reni Yendrawati M.Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi, yang
telah membantu dan mengarahkan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Mama dan Papa, yang telah memberikan semangat dan dorongan secara
material dan spiritual serta doanya.
7. Buat Ksatriaku, Mohammad Fajar : tanpa kamu, skripsi ini ngga akan
sesempurna ini…
6
8. Kakakku : Alm. Aa’ Rommy, skripsi dan doa ini semoga menjadi kado
terindah buat Aa’.
9. Adik – adikku : Daissy, Reza, De’ Refri, kapan de’ nyusul….
10. Sahabat – sahabat di FE : Pertiwi, Nchy, Herda, Ari , Amalia, akhirnya
aku nyusul kalian juga. Makasih ya buat persahabatan yang indah selama
ini. ( Kapan kita ngumpul lagi ? miss you all.. )
11. Sahabat – sahabat ku: Aulia, Shinta, Febriana, Johana, Ratna, buat aku
persahabatan kita adalah suatu anugerah dari Allah SWT. Makasih ya,
buat supportnya.
12. Mbak Hanoum, Mas Anto, Tante Ade , Mba Ois terima kasih buat support
dan data nya untuk skripsi ini.
Demikian skripsi ini saya susun, penulis berharap skripsi ini dapat
bermanfaat, baik bagi penulis sendiri maupun untuk mahasiswa Fakultas
Ekonomi di Universitas Islam Indonesia. Penulis menyadari bahwa dalam
skripsi ini masih ada kekurangan – kekurangan, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan
skripsi ini.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
7
DAFTAR ISI
Halaman Judul ………………………………………………………………….... i
Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme ………………………………………... ii
Halaman Pengesahan ……………………………...…………………………… iii
Motto ……………………………...……………………………………………. iv
Halaman Persembahan ……………………...………………………………...… v
Kata Pengantar ……………………………...………………………………..… vi
Daftar Isi ………………………………………………...…………………….. vii
Daftar Lampiran ………………………………………………………………. viii
BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………….... 1
1.1 Latar Belakang ……………………………………..…………. 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………...….. 4
1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………..…… 4
1.4 Manfaat Penelitian …………………………………...………. 4
BAB II. LANDASAN TEORI …………………………………………………. 5
2.1 Organisasi Profesi Akuntan ……………………….……………. 5
2.2 Jenis – jenis Akuntan ………………..……………...…………. 6
2.3 Jasa – jasa Akuntan Publik …………………………………….. 8
2.4 Pendidikan Profesi Akuntansi di Indonesia …………….……....12
2.5 Tanggung jawab Profesi Akuntansi dalam Revolusi Indones….. 14
2.6 Kode Etik Akuntan …………………………………………….. 19
2.7 Sumber Informasi tentang Lingkungan Kerja Akuntan Publik .. 23
8
2.8 Penelitian Terdahulu ………………………………………….26
2.9 Pengembangan Hipotesa …………………………..………….28
BAB III. METODE PENELITIAN …………………………..………………....29
3.1 Populasi dan Sampel ………………………………………….29
3.2 Metode Pengumpulan Data …………………………………...31
3.3 Variabel Penelitian ……………………………………………31
3.4 Hipotesis Penelitian ……………………...…………………...…34
3.5 Metode Analisis ………………………………………………34
BAB IV. ANALISIS PENELITIAN
4.1 Analisa Deskriptif ……………………………………...…… 41
4.2 Analisa Kuantitatif …………………………………………... 43
4.3 Analisa Proporsi …………………………………………... 50
4.4 Analisa Deskriptif …………………………………………… 56
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ………………………………………………….. 59
5.2 Saran……………………………………….…………………. 60
Daftar Pustaka ………………………………………………………………... ix
Lampiran – lampiran ………………………………………………………….x
Yogyakarta, Juli 2006
Penulis
9
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
Lampiran 2. Rekapitulasi Data Responden ( Pertanyaan Sikap )
Lampiran 3. Rekapitulasi Data Responden ( Pertanyaan Deskriptif )
Lampiran 4. Uji Validitas dan Reliabititas terhadap Tugas – Tugas dan
Tanggungjawab Kerja
Lampiran 5. Uji Validitas dan Reliabilitas terhadap Promosi, Pelatihan, dan
Supervisi
Lampiran 6. Uji Validitas dan Reliabilitas terhadap Masalah – Masalah Pribadi
Lampiran 7. Uji Homogenitas Varian
Lampiran 8. Uji Independent Sample Test
Lampiran 9. Tabel Frekuensi Kelompok Responden
Lampiran 10. Tabel Frekuensi Jawaban – Mahasiswa Senior
Lampiran 11. Tabel Frekuensi Jawaban – Mahasiswa Yunior
Lampiran 12. Tabel T
Lampiran 13. Tabel Korelasi Product Moment ( r )
10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Profesi akuntan di Indonesia pada masa yang akan datang menghadapi
tantangan yang sangat berat. Untuk itu kesiapan yang menyangkut
profesionalisme profesi mutlak diperlukan. Profesionalisme suatu profesi
mensyaratkan 3 hal utama yang harus dimiliki oleh setiap anggota profesi
tersebut yaitu keahlian ( skill ), karakter ( character ), dan pengetahuan (
knowledge ).
Proses pembentukan profesionalisme profesi berawal dari pendidikan
profesi berawal dari pendidikan profesi, dalam hal ini pendidikan akuntansi di
perguruan tinggi. Perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan, bertujuan
menyediakan sumber pengetahuan dan pengalaman belajar ( knowledge and
learning experience ) bagi para mahasiswanya. Tujuan tersebut dicapai melalui
bentuk kegiatan belajar mengajar yang disebut kuliah. Kuliah merupakan bentuk
interaksi antara dosen, mahasiswa, dan pengetahuan/ketrampilan. Kuliah dan
dosen merupakan salah satu sumber pengetahuan utama bagi para mahasiswa.
Namun pendidikan tinggi akuntansi seharusnya tidak hanya menekankan pada
kebutuhan keahlian ( skill ) dan pengetahuan ( knowledge ) yang bersifat teoritis,
tetapi juga harus mampu mensosialisasikan kepada mahasiswanya hal – hal yang
berhubungan dengan dunia praktik dan lingkungan kerja profesi akuntansi.
11
Di Indonesia, proses pendidikan dan pengajaran akuntansi dipandang
belum mampu menghasilkan lulusan yang professional, yang siap terjun ke dunia
bisnis ( Machfoedz, 1997 ).Proses tersebut meliputi: desain kurikulum, desain
silabus, struktur pengajaran dan sistem pengajaran. Hal lain yang menyebabkan
perlunya restrukturisasi pendidikan akuntansi adalah adanya indikasi bahwa para
lulusan pendidikan akuntansi di perguruan tinggi meninggalkan bangku kuliah
dengan persepsi yang kurang tepat mengenai lingkungan kerja profesi akuntan.
Tentu saja hal ini tidak sesuai dengan yang diungkapkan Hanno dan Turner (
1995 ) bahwa pendidikan akuntansi harus mampu memberikan “ a knowlwdge of
business and their environtment “ ( dalam Machfoedz, 1997 ).
Dalam penelitiannya, Carcello et al. ( 1991 ) melakukan studi dengan
membandingkan harapan mahasiswa akuntansi dan pengalaman akuntan pemula
di kantor akuntan public. Studi ini mendapatkan bukti bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara harapan mahasiswa dengan pengalaman akuntan pemula
dalam sebagian besar item yang diteliti. Tentu saja hal ini dapat menimbulkan
berbagai masalah yang salah satunya ialah ketidakpuasan kerja bagi para lulusan
akuntansi ketika mereka terjun ke lapangan pekerjaan.
Adanya perbedaan persepsi tersebut dan akibat yang ditimbulkan telah
dibahas di dalam beberapa literature, yang mana proses pendidikan akuntansi
yang diterapkan juga memiliki pengaruh di dalamnya ( Carcello et al., 1991 ).
Menurut Clikeman dan Henning ( 2000 ) perilaku dan keyakinan mahasiswa
berubah selama mereka menempuh pendidikan profesi. Demikian juga dengan
Sudibyo ( 1995 ) yang menyatakan bahwa dunia pendidikan akuntansi juga
12
mempunyai pengaruh terhadap perilaku etika akuntan yang merupakan bagian
dari profesi akuntan.
Salah satu profesi akuntan yang paling popular di masyarakat dan
khususnya di kalangan mahasiswa akuntansi adalah profesi akuntan publik.
Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya jumlah pendaftar akuntan
publik, kantor akuntan publik ( KAP ) dan cabang kantor akuntan publik ( Cab.
KAP ) setiap tahunnya. Berikut datanya berdasarkan Direktorat Pembinaan
Akuntan dan Jasa Penilai, Direktorat Jendral Lembaga Keuangan Departemen
Keuangan , Jakarta :
• Pendaftar Akuntan Publik
2002 : 754
2003 : 863
2004 : 879
• Pendaftar Kantor Akuntan Publik ( KAP )
2002 : 428
2003 : 452
2004 : 426
• Pendaftar Cabang Kantor Akuntan Publik ( Cabang KAP )
2002 : 69
2003 : 74
2004 : 89
Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin mengetahui apakah terdapat
perbedaan antara persepsi mahasiswa akuntansi junior dan mahasiswa akuntansi
13
senior mengenai lingkungan kerja akuntan khususnya akuntan publik. Dengan
asumsi bahwa selama proses pendidikan dan pengajaran akuntansi di perguruan
tinggi, mahasiswa akan memperoleh berbagai informasi yang dapat
mempengaruhi persepsinya.
Dari gambaran tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul : “Persepsi Mahasiswa Akuntansi terhadap Lingkungan Kerja
Akuntan Publik “
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Apakah terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa yunior dengan mahasiswa
senior terhadap lingkungan kerja akuntan publik di Indonesia ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang diharapkan dapat dicapai dalam penulisan skripsi
ini adalah :
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi antara mahasiswa yunior dan
senior terhadap lingkungan kerja akuntan publik.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah penulis dapat mengetahui
perbedaan persepsi antara mahasiswa yunior dan senior terhadap lingkungan
kerja akuntan publik.
14
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Organisasi Profesi Akuntan
Aktivitas auditor dan akuntan lainnya disebut sebagai suatu “ Profesi “
karena memenuhi 5 prinsip karakteristik suatu profesi yaitu bahwa pengetahuan
khusus tersebut diperoleh melalui pendidikan formal, memiliki standar
kualifikasi profesi,status profesinya diakui oleh masyarakat, memiliki kode etik
dalam berhubungan dengan sesama kliennya,sesama akuntan, dan masyarakat,
serta adanya organisasi nasional yang ditujukan untuk meningkatkan tanggung
jawab sosialnya.
Organisasi akuntan di Indonesia adalah Ikatan Akuntan Indonesia ( IAI )
yang didirikan pada tanggal 23 Desember 1957, saat ini memiliki 3 seksi atau
kompartemen yaitu : Standar Akuntansi, Akuntan Publik, dan Perpajakan.Ikatan
Akuntan Indonesia merupakan satu – satunya organisasi profesi akuntan di
Indonesia dengan misi untuk meningkatkan pengabdian profesi dalam
pengembangan nasional dengan tujuan :
1. Menjaga martabat akuntan.
2. Meningkatkan usaha memasyarakatkan akuntansi dalam
menunjang pembangunan nasional Indonesia.
3. Mengembangkan ilmu akuntansi.
15
4. Membina suatu korp akuntan Indonesia serta
meningkatkan kecakapan dan rasa tanggung jawab
anggota.
5. Mengusahakan hal – hal lain yang berhubungan dengan
pembangunan nasional Indonesia.
2.2 Jenis – jenis Akuntan
Pada umumnya, profesi akuntansi diperlukan pada empat bidang, yaitu
public accounting, private accounting, non-for-profit accounting, dan
pendidikan.
1. Public Accounting
Di Amerika Serikat, karir pada profesi akuntan publik relative jelas.
Berikut ini gambaran jenjang karir akuntan publik ( Weygandt et al.,
1996) :
a. Junior Auditor , merupakan entry level karir akuntan.
b. Senior Auditor, Biasanya memerlukan waktu 2 - 4 tahun
untuk ke jenjang ini.
c. Auditor Manager, Untuk ke jenjang ini diperlukan waktu
rata – rata 6 – 8 tahun masa kerja, dan setelah melalui
jenjang Senior Auditor.
d. Partner, merupakan puncak karir profesi akuntan public.
Masa kerja minimal untuk menjadi partner yang diperlukan
16
dalam kantor akuntan adalah 10 tahun masa kerja setelah
melalui jenjang Audit Manager.
2. Private Accounting
Karir bidang akuntansi yang tidak melalui ujian sertifikasi adalah
dengan bekerja pada suatu perusahaan. Karir pada bidang ini disebut
Private ( or Managerial Accounting ). Aktivitas profesi akuntansi ini
antara lain adalah Cost Accounting, Budgeting, general Accounting,
Accounting Information System, Tax Accounting, dan Internal Auditing.
Jenjang karir Private Accounting menurut Weygandt adalah
sebagai berikut :
a. Junior Accountant, merupakan entry level karir pada
profesi private atau managerial accounting.
b. Senior Accountant, merupakan jenjang karir seorang
akuntan setelah 2 – 4 tahun bekerja di perusahaaan dan
telah melewati jenjang Junior Accountant.
c. Corporate Controller, merupakan jenjang karir setelah 6
– 8 tahun bekerja diperusahaan, dan telah melewati
jenjang Senior Accountant.
d. VP Finance dan CFO, adalah karir puncak pada private
accounting. Biasanya diperoleh setelah meraih masa kerja
10 tahun.
17
3. Not- For – Profit Accounting
Profesi akuntansi juga diperlukan meskipun pada lembaga yang
kegiatannya tidak berorientasi pada laba.
4. Akuntan Pendidik
Akuntan Pendidik merupakan profesi akuntan yang menghasilkan
sumber daya manusia yang berkarir pada 3 bidang akuntansi lainnya.
Akuntan Pendidik melaksanakan proses – proses penciptaan professional
baik profesi Akuntan Publik, Private Accounting, Not For – Profit
Accounting maupun profesi Akuntan Pendidik sendiri.
2.3 Jasa – Jasa Akuntan Publik
Akuntan Publik sebagai praktisi yang professional dapat
memberikan jasa baik yang bersifat atestasi maupun non atestasi.
Atestasi adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan tentang
apakah asersi atau pernyataan tertulis auatu satuan usaha sesuai, dalam
semua hal yang material yang telah ditetapkan. Dalam jasa yang bersifat
atestasi, akuntan harus menyatakan pendapat tentang kesesuaian suatu
penyataan dengan kriteria yang sudah ditetapkan, sebaliknya dalam jasa
non atestasi tidak ada kewajiban untuk menyatakan pendapat tentang
kesesuaian antara suatu pernyataan dengan kriteria yang ditetapkan.
1.Jasa Atestasi
Jasa yang bersifat atestasi pada dasarnya dapat
dikelompokkan menjadi 4 jenis, yaitu :
18
a. Audit
Contoh jelas jasa audit adalah audit terhadap laporan
keuangan. Jenis audit ini berkaitan dengan perolehan dan
penilaian terhadap bukti tentang laporan keuangan klien.
Berdasarkan hasil auditnya auditor menyatakan
pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan atau
kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi berlaku umum.
b. Examinasi
Pengertian Examinasi pada dasarnya sama dengan audit
atau pemeriksaan. Istilah examinasi digunakan untuk
menjelaskan jenis jasa lain ( selain audit keuangan ) yang
akhirnya juga harus memberikan pernyataan pendapat
mengenai kesesuaian antara suatu pernyataan tertulis pihak
tertentu dengan kriteria yang telah ditentukan.
Contoh dari jasa ini adalah pemeriksaan terhadap informasi
keuangan prospektif ( peramalan ) ; audit untuk
menentukan kesesuaian antara sistem pengendalian intern
yang dilaksanakan dengan kriteria yang sudah ditetapkan;
atau menentukan kesesuaian antara pelaksanaan operasi
dengan peraturan pemerintah.
c. Review
Jasa review atau pengkajian ulang terutama berupa
pelaksanaan prosedur wawancara dan analisis informasi
19
keuangan ( perbandingan – perbandingan ). Luas atau
scope jasa review lebih sempit dibandingkan jasa
audit.Tujuan review ini adalah untuk memberikan jaminan
negative ( negative assurance ) yang merupakan kebalikan
atau lawan dari pendapat positif dalam jasa audit.Laporan
yang didasarkan hasil review menyatakan “ tidak perlu
modifikasi yang material yang harus dilakukan agar
laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berkalu umum” sebagai pengganti “ telah disajikan sesuai
dengan prinsip akuntansi berlaku umum”. Jasa review
biasanya dilakukan pada laporan interim perusahaan publik
atau laporan tahunan perusahaan non publik.
d. Prosedur yang disepakati bersama ( Agreed upon
procedure )
Luasnya pekerjaan dalam jenis jasa ini lebih sempit
dibandingkan dengan jasa audit dan examinasi.Misalnya
klien dan auditor menyetujui suatu prosedur tertentu yang
hanya akan dilaksanakan pada elemen atau akun tertentu
bukan terhadap laporan keuangan secara keseluruhan.
Dalam pemberian jasa jenis ini, akuntan mungkin hanya
akan mengeluarkan “ ringkasan temuan “ atau jaminan
negatif ( negative assurance ) seperti halnya pada review.
20
2. Jasa Non Atestasi
Jenis jasa non atestasi yang utama adalah dalam bidang akuntansi,
pajak dan jasa konsultasi. Karakteristik umum dalam jasa non
atestasi adalah bahwa akuntan publik tersebut tidak menghasilkan
suatu pernyataan pendapat, keyakinan negatif, laporan temuan –
temuan atau bentuk jaminan lain.
a. Akuntansi
Akuntan publik dapat ditugasi oleh kliennya untuk melakukan
berbagai jasa di bidang akuntansi, misalnya melakukan
pencatatan, penjurnalan, posting, jurnal – jurnal penyesuaian
dan penyusunan laporan keuangan. Dalam hal ini praktisi
tersebut bertindak sebagai akuntan perusahaan dalam
pembuatan informasi keuangan, melakukan kompilasi laporan
keuangan.dalam penugasan ini akuntan tidak menyatakan
pendapat atau kesimpulan apapun atas laporan keuangan atau
hasil penugasannya.
b. Perpajakan
Akuntan Publik atau praktisi diminta oleh kliennya untuk
mengisi Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan atau
untuk memberi nasihat di bidang perpajakan maupun untuk
bertindak sebagai pembela kliennya dalam masalah pajak yang
sedang diperiksa oleh Kantor Pajak.
21
c. Konsultasi Manajemen
Akuntan Publik sebagai praktisi professional dapat menerima
konsultasi manajemen yang di dalam penugasan tersebut
diminta untuk memberikan nasihat atau rekomendasi kepada
kliennya untuk membantu dalam meningkatkan kemampuan
perusahaan dalam mencapai tujuannya atau untuk membela
kepentingan klien.
Akuntan publik juga dapat dikontrak untuk memberikan
pendapat sebagai seorang ahli mengenai suatu hal tertentu
misalnya masalah penerapan prinsip akuntansi, undang –
undang pajak, atau kelayakan penggunaan computer dalam
memproses data keuangan sepanjang tidak harus memberikan
pendapat mengenai keandalan fakta yang diberikan.
2.4 Pendidikan Profesi Akuntansi di Indonesia
Pendidikan Profesi Akuntansi di Indonesia diatur melalui
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kedudayaan ( Kepmendikbud ) No.
179 / U / 2001 tentang Penyelenggaraan Profesi Akuntansi ( PPA ) yang
mulai berlaku tanggal 21 November 2001.Pendidikan Profesi Akuntansi (
PPA ) merupakan pendidikan tambahan pada perguruan tinggi setelah
program sarjana Ilmu Ekonomi pada program studi Akuntansi.Tujuan
PPA berdasarkan SK tersebut adalah untuk menghasilkan lulusan yang
menguasai keahlian bidang profesi akuntansi dan memberikan
22
kompensasi keprofesian akuntansi. Selanjutnya lulusan PPA berhak
menyandang sebutan profesi “ Akuntan “.
Kurikulum nasional PPA terdiri dari paling sedikit 20 SKS dan
paling banyak 40 SKS yang dapat ditempuh 2 – 6 semester. Secara lebih
jelas gambaran tentang PPA adalah sebagai berikut ( Hadibroto, 1999 ) :
Spesifikasi PPA
Dasar Hukum
- UU No. 2 / 1999 - SK Mendikbud No. 36 / 1993 - SK Mendikbud No. 179 / U / 2001
Berlaku mulai Tahun 2000 / 2001
Mekanisme Menyelesaikan pendidikan 2 – 6 semester
dengan beban 20 – 40 SKS
Persyaratan S1 Ekonomi Jurusan Akuntansi
Mata Ujian atau Mata Kuliah
Minimal
• Etika Bisnis
• Seminar Perpajakan
• Praktik Auditing
• Lingkungan Bisnis
• Pengantar Pasar Modal
• Seminar Akuntansi Keuangan
• Seminar Akuntansi Manajemen
Dengan diselenggarakannya PPA seperti diuraikan di atas, maka persyaratan
untuk dapat melaksanakan profesi Akuntan Publik menurut Hadibroto,1999
adalah :
23
Perguruan Tinggi
IAI + Depdiknas
Depkeu IAI DepKeu
S1 PTN
atau
PTS
Pendidikan
Profesi
Akuntansi
Nomor Registrasi ( Merupakan salah satu persyaratan untuk mengikuti Ujian Sertifikasi Akuntan Publik [ USAP ] )
USAP ( Lulus USAP merupakan salah satu syarat untuk memperoleh ijin praktik Akuntan Publik
Izin
Praktik
Akuntan
Publik
2.5 Tanggungjawab Profesi Akuntansi dalam Revolusi Informasi
Menghadapi pasar bebas dekade 21 yang terpenting adalah pencapaian
dan peningkatan efisiensi. Semakin efisiensi masyarakat akan menentukan
tingkat daya saingnya dalam transaksi perdagangan dunia. Permasalahan
mendasar, khususnya bagi profesi akuntansi, bagaimana profesi akuntansi dalam
segala aspek fungsi dan tanggung jawabnya dapat hidup dan tumbuh dalam pasar
bebas sesuai dengan harapan masyarakat.
1. Profesi Akuntansi sebagai Penyedia Informasi
Fungsi utama jasa akuntansi dalam penyediaan informasi
keuangan perlu menjalin kerjasama dengan pihak manajemen dan public
untuk meningkatkan transparansi laporan keuangan. Transparansi ini akan
sangat berguna nagi para investor, pemerintah dan pelaku pasar yang lain
dalam mendapatkan informasi sebagai dasar pembuatan keputusan.
Transparansi informasi antara lain dalam hal kualifikasi yang di pakai,
24
peraturan dan prosedur yang berlaku, standar teknis dan lisensi yang
dibutujkan dalam perdagangan jasa tersebut.
Upaya peningkatan efisiensi dapat dilakukan dengan penyajian
laporan secara benar dan akurat. Masing – masing pihak yang terkait
dalam menciptakan keandalan laporan keuangan mempunyai peran aktif
sesuai dengan kedudukannya. Profesi akuntan baik akuntan manajemen
maupun akuntan publik harus benar – benar menepati standar profesi
akuntansi dan menjaga mutu pekerjaan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Manajemen sebagai penyusun laporan keuangan diharapkan
secara jujur melaksanakan kaidah – kaidah akuntansi sebagaimana yang
tercantum dalam standar akuntansi keuangan dan perundangan yang
berlaku. Kepada publik diperlukan kesadaran atas pentingnya transparansi
laporan keuangan dan mampu memilih informasi – informasi keuangan
yang transparan dan kurang transparan dan paham akan haknya jika
dirugikan oleh kurang transparannya laporan keuangan.
Perkembangan pasar modal Indonesia akan meningkatkan permintaan jasa
akuntansi dari sektor swasta. Akuntansi berperan sebagai auditor dalam
pemeriksaan keuangan dan analisis keuangan.
Profesi akuntansi mempunyai peranan penting dalam menyediakan
informasi yang berkualitan diantaranya memenuhi standar pengungkapan.
Dalam hal ini perlu ditingkatkan untuk mengarah tidak hanya pada
pengungkapan ( disclosure ) tetapi dilengkapi dengan pengungkapan suka
rela ( voluntary disclosure ). Pengungkapan secara sukarela
25
dimungkinkan dengan harapan informasi yang disajikan memberikan
gambaran kebijakan dan prospek perusahaan.
2. Tanggung Jawab Moral dan Profesional Akuntan
Profesi akuntan di Indonesia dianggap lebih memiliki kompetansi
dalam bidang akuntansi dan auditing, sehingga informasi akuntansi baru
dapat dipertanggungjawabkan kelayakannya dengan terlebih dahulu harus
melalui audit yang dilakukan oleh akuntan publik. Peran profesi akuntansi
dalam hal ini bertanggungjawab atas kewajaran informasi keuangan yang
diberikan kepada masyarakat. Profesi akuntansi mempunyai
tanggungjawab dalam mengemban kepercayaan yang diberikan
masyarakat kepadanya berupa tanggungjawab moral dan tanggungjawab
professional.
Akuntan hatus mempunyai tanggungjawab moral untuk
memberikan informasi secara lengkap dan jujur mengenai kerja
perusahaan kepada pihak pengguna informasi. Tanggungjawab moral ini
diwujudkan dalam kompetensi dan obyektifitas profesi akuntansi.
Seorang akuntan selayaknya mempunyai kompetensi sesuai dengan
bidangnya dan berlaku obyektif untuk bersikap independent dalam setiap
pelaksanaan tugasnya serta menghindari konflik kepentingan pembuat dan
pengguna informasi keuangan.
Akuntansi mempunyai tanggung jawab professional terhadap
asosiasi profesi dengan berpegang teguh pada standar profesi yang
26
dikeluarkan oleh asosiasi. Ikatan Akuntan Indonesia yang merupakan
organisasi profesi telah melahirkan standar profesi akuntansi yang
digunakan sebagai pedoman praktik akuntansi meliputi standar akuntansi
Indonesia, standar professional akuntan public dank ode etik jabatan
akuntansi.
3. Profesi Akuntansi sebagai Pembuat Kebijakan
Praktik – praktik bisnis dengan strategi globalnya memerlukan
penelaah yang mendalam dari segi akuntansi. Karena itu dibutuhkan
profesi akuntansi yang berkompeten sebagai pembuat kebijakan akuntansi
( standar setter ). Peran ini dimaksudkan agar tercipta kondisi penyusunan
laporan keuangan yang informatif. Faktor lain dengan adanya standard
setter , diharapkan dapat memenuhi keinginan praktik – praktik bisnis
yang menuntut kepastian perlakuan akuntansi.
Apabila profesi akuntansi mempertimbangkan kebijakan akuntansi
perlu memperhatikan tiga faktor, :
a. Perbedaan latar belakang nasional dan tradisi
b. Perbedaan kebutuhan berbagai ekonomi
c. Pengaruhnya terhadap superioritas suatu Negara
Tidak dapat terlepas dari tanggungjawab profesi akuntansi dalam
memasuki bisnis global, profesi akuntansi mempunyai andil untuk
membuat suatu kepastianstandar akuntansi yang baku dan menyeluruh.
27
4. Kualifikasi Pendukung Profesi Akuntansi
Profesi akuntansi bertanggungjawab atas wajarnya laporan
keuangan yang diberikan kepada masyarakat. Informasi akuntansi yang
baik tentu saja selalu berubah ( dinamis ) sesuai dengan perubahan
keadaan dan membantu terciptanya efektifitas operasi. Untuk
menghasilkan informasi yang efektif dan akurat, profesi akuntansi harus
menepati kode etik akuntan. Tujuan utama kode etik ini adalah untuk
menghindari konflik kepentingan dan terwujudnya sikap independensi
profesi akuntansi. Disamping itu, profesi akuntansi dapat melakukan
improvisasi pelengkap yang bahkan mempunyai peranan penting dalam
pencapaian tujuan profesi. Usaha perbaikan tersebut meliputi :
a. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dan
peningkatan kualitas sumber daya manusia yang jujur,
bijaksana, dan professional.
b. Penguasaan atas hukum Negara – Negara lain dan
memahami serta ta’at dengan pertauran perundang –
undangan yang berlaku.
c. Perluasan tanggungjawab kerja bukan hal non auditing,
seperti konsultan manajemen dan konsultan pajak.
d. Memulai peran profesi sebagai perantara independent
dan penasehat manajemen.
2.6 Kode Etik Akuntan
28
Akuntan publik sebagai suatu profesi untuk memenuhi fungsi auditing,
tunduk kepada suatu kode etik profesi dan melaksanakan audit terhadap suatu
laporan keuangan dengan cara – cara tertentu dengan mendasarkan diri pada
norma atau standar auditing dan mempertahankan terlaksananya kode etik yang
telah ditetapkan.
Etik merupakan suatu prinsip moral dan perbuatan yang menjadi
landasan bertindaknya seseorang sehingga apa yang dilakukannya dipandang
oleh masyarakat sebagai perbuatan yang terpuji dan meningkatkan martabat dan
kehormatan seseorang. Etik lebih banyak berhubungan dengan sifat manusia
yang ideal dan disiplin pribadi di luar yang ditentukan oleh undang – undang atau
peraturan, sehingga etik dapat pula diartikan sebagai suatu sopan santun atau
tatanan moral dalam suatu profesi atau jabatan. Etik yang telah disepakati
bersama oleh anggota suatu profesi disebut dengan Kode Etik Profesi. Etik
profesi berkaitan dengan kebebasan disiplin pribadi dan integritas moral orang
yang ahli.
Akuntan publik sebagai suatu profesi juga memiliki Kode Etik Akuntan
Indonesia. Kode etik akuntan dapat diartikan :
a. Sebagai suatu sistem prinsip – prinsip moral dan pelaksanaan aturan
yang memberikan pedoman kepada akuntan dalam berhubungan
dengan klien, masyarakat, dan akuntan lain sesama profesi.
b. Suatu alat atau sarana untuk memberikan keyakinan kepada klien
pemakai laporan keuangan dan masyarakat pada umumnya tentang
kualitas atau mutu jasa yang diberikan oleh akuntan.
29
Akuntan – akuntan di Indonesia telah membentuk wadah atau organisasi
yang dinamakan Ikatan Akuntan Indonesia ( IAI ), yang anggotanya adalah
seluruh akuntann yang terdaftar sebagai orang yang berhak menyandang gelar
Akuntan di Indonesia, baik yang bergerak di bidang Akuntan Publik, Akuntan
Manajemen, Akuntan Intern ataupun Akuntan Pendidik.Dalam konggres kedua di
Jakarta, tahun 1973 telah menetapkan Kode Etik Ikatan Akuntan In donesia
terdiri dari 23 pasal termasuk Tata Dewan Kehormatan IAI.
Kode Etik IAI disempurnakan pada konggres IAI tahun 1986 dan
namanya diganti menjadi Kode Etik Akuntan Indonesia terdiri dari 26 pasal tidak
termasuk tata Dewan Kehormatan IAI. Untuk Tata Dewan Kehormatan IAI diatur
sendiri dan merupakan bagian terpisah dari Kode Etik Akuntan.
Pasal – pasal dalam Kode Etik Akuntan dikelompokkan menjadi 2
golongan :
1. Pasal yang mengatur perilaku semua akuntan anggota IAI
2. Pasal yang mengatur perilaku semua akuntan yang berpraktik dalam
profesi akuntan publik.
Kode Etik Akuntan Indonesia dibagi menjadi 9 bagian berikut ini :
1. Pembukaan
2. Bab I : Kepribadian
3. Bab II : Kecakapan Profesional
4. Bab III : Tanggung Jawab
5. Bab IV : Ketentuan Khusus
6. Bab V : Pelaksanaan Kode Etik
30
7. Bab VI : Suplemen dan penyempurnaan
8. Bab VII : Penutup
9. Bab VIII : Pengesahahan
Bab I samapai dengan Bab III berisi pasal – pasal yang mengatur
semuaakuntan angggota IAI sedangkan Bab IV Ketentuan khusus berisi pasal –
pasal yang mengatur secara khusus anggota IAI yang berpraktik sebagai akuntan
publik.
Mulai tahun 1998 sampai sekarang nama tersebut diubah kembali menjadi
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia ( Kode Etik IAI ). Tidak hanya pada
perubahan nama yang terjadi namun juga terjadi perubahan struktur etika
professional yang dipakai oleh IAI. Dalam Kode Etik IAI yang berlaku sejak
tahun 1998, organisasi IAI menetapkan delapan Prinsip Etika yang berlaku bagi
seluruh anggota IAI, baik yang berada dalam Kompartemen Akuntan Pendidik,
Kompartemen Akuntan Publik, Kompartemen Akuntan Manajemen, maupun
Kompartemen Akuntansi Sektor Publik. Kemudia setiap kompartemen
menjabarkan delapan Prinsip Etika tersebut kedalam Aturan Etika yang berlaku
secara khusus bagi anggota IAI yang bergabung dalam masing – masing
kompartemen.
Anggota IAI yang berpraktik sebagai akuntan publik harus menjadi
anggota Kompartemen Akuntan Publik bertanggung jawab untuk memenuhi
delapan Prinsip Etika dalam Kode Etik IAI dan Aturan Etika yang dikeluarkan
oleh Kompartemen Akuntan Publik. Kewajiban untuk memenuhi Aturan Etika ini
tidak terbatas pada akuntan yang menjadi anggota Kompartemen Akuntan Publik
31
saja namun mencakup pula semua orang yang bekerja dalam praktik profesi
akuntan publiknya, seperti karyawan, partner, dan staf. Anggota Kompartemen
Akuntan Publik juga tidak diperkenankan membiarkan pihak lain melaksanakan
pekerjaan atas namanya yang melanggar Aturan Etika yang dikeluarkan oleh
Kompartemen Akuntan Publik.
Kode Etik IAI dibagi menjadi 4 bagian berikut ini :
1. Prinsip Etika
2. Aturan Etika
3. Interpretasi Aturan Etika
4. Tanya dan Jawab
Prinsip Etika memberikan rerangka dasar bagi Aturan Etika yang mengatur
pelaksanaan pemberian jasa professional oleh anggota. Prinsip Etika disahkan
oleh Rapat Anggota Kompartemen dan hanya mengikat anggota Kompartemen
yang bersangkutan. Interpretasi Etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan
oleh pengurus Kompartemen setelah memperhatikan tanggapan dari anggota dan
pihak – pihak yang berkepentingan lainnya sebagai panduan penerapan Aturan
Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya. Tanya
dan Jawab memberikan penjelasan atas setiap pertanyaan anggota
Kompartemententang Aturan Etika beserta interpretasinya. Dalam Kompartemen
Akuntan Publik, Tanya dan Jawab ini dikeluarkan oleh Dewan Standar
Profesional Akuntan Publik.
2.7 Sumber Informasi tentang Lingkungan Kerja Akuntan Publik
32
Salah satu sumber informasi tentang lingkungan kerja akuntan profesi,
proses pendidikan, dan pengajaran meliputi ; desain kurikulum; desain silabus;
struktur pengajaran; dan sistem pengajaran. Proses tersebut harus didesain agar
lulusannya mampu memainkan peran sebagai professional. Ada 3 syarat utama
untuk menjadikan seorang professional, yaitu ( Machfoedz : 1997 ) :
a. Mempunyai keahlian ( skill )
b. Mempunyai karakter ( character )
c. Mempunyai pengetahuan ( knowlwdge )
Perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan, bertujuan menyediakan
sumber pengetahuan dan pengalaman belajar ( knowledge and learning
experiences ) bagi mahasiswanya. Tujuan tersebut dicapai melalui salah satu
bentuk unit kegiatan belajar mengajar yang disebut kuliah. Pengetahuan dan
ketrampilan merupakan barang bebas ( meskipun diperlukan biaya untuk
mendapatkannya ). Namun mahasiswa diharapkan mampu mengkonfirmasikan
pemahamannya kepada dosen di dalam forum kuliah. Karena dosen memiliki
wawasan dan pengalaman berharga yang diperoleh melalui proses belajar dan
pergaulannya dengan praktisi atau karena riset atau penelitian yang dilakukannya
( Suwardjono : 1999 ).
Sumber informasi utama mengenai lingkungan kerja profesi tidak hanya
melalui proses kuliah dan dosen saja. Seperti hasil penelitian De Zoort, Lord dan
Cargile ( 1997 ) yang menunjukkan bahwa sumber informasi mengenai
lingkungan kerja akuntan publik selain dosen adalah artikel penelitian yang
dipublikasikan, para akuntan itu sendiri, keluarga, teman, dan lain – lain.
33
Pengetahuan tentang teknologi sangat penting bagi akuntan untuk
memenuhi kebutuhan bisnis. Ditambah lagi dengan globalisasi dan internasional
net – work menghendaki adanya dasar kecakapan skill base yang harus dimiliki
akuntan jika mereka bertindak sebagai penasehat klien dengan latar belakang
budaya yang berbeda. Hasil riset membuktikan bahwa profesi akuntansi dituntut
untuk memiliki tidak hanya traditional technical skill tapi juga mengambangkan
interpersonal skill yang meliputi kemampuan berkomunikasi secara lisan maupun
tulisan , good personal presentation dan self confidence.
Berkaitan dengan hal ini Institute of Charactered Accountants in
Australia ( ICAA) menetapkan gugus tugas khusus yang dikenal sebagai the skill
for 21 century task force yang seharusnya dimiliki oleh profesi akuntansi yang
baik dalam memberikan pelayanan jasa profesinya. Skill tersebut adalah :
a. Kemampuan untuk analisa data keuangan, pengetahuan
tentang perpajakan , audit dan pasar modal.
b. Kecakapan komunikasi, kemampuan mendengar secara
efektif, menulis dan berbicara dengan jelas, mengetahui
kebutuhan klien, kemampuan berkomunikasi dengan orang –
orang dari Negara lain dengan latar belakang sosial ekonomi
yang berbeda.
c. Kecakapan interpersonal, memungkinkan akuntan untuk
memotivasi dan mengembangkan yang lain, mendelegasikan
tugas, memecahkan konflik, mempunyai kemampuan
34
leadership, mengatur orang – orang yang berhubungan
dengan berbagai klien.
d. Kapasitas intelektual, kemampuan untuk mengidentifikasi
dan menyelesaikan masalah, memegang etika, berwawasan
ke depan dan berpikiran progresif.
e. Pengetahuan organisasi dan manajemen yang meliputi
pengetahuan aktifitas bisnis, budaya bisnis, marketing, dan
manajemen sumber daya.
f. Sifat personal meliputi integritas, etika, komitmen terhadap
life long education dan judgement.
Ditinjau dari segi birokrasi, profesi akuntansi harus lebih mandiri dalam
mengatur rumah tangganya, mengingat profesi akuntan ( publik ) merupakan
badan semi legislative. Citra profesi akuntansi akan lebih merosot jika profesi
tidak dapat melakukan mekanisme pengaturan dirinya sendiri secara efektif.
Dengan cara ini pula diharapkan dapat menjadi alternative untuk
menetralisir para pemakai laporan keuangan yang makin baik di masa mendatang
2.8 Penelitian Terdahulu
Carcello et al ( Rulan K., 2004 ) melakukan penelitian tentang kesenjangan
harapan mahasiswa akuntansi dengan pengalaman akuntan pemula terhadap
karier akuntan publik. Untuk mengumpulkan informasi, Carcello menyusun
kuisioner dan membaginya menjadi 3 kategori :
1. Tugas dan tanggung jawab kerja
35
2. Promosi, pelatihan, dan pengawasan.
3. Masalah pribadi
Kuisioner tersebut dikembangkan dari penelitian sebelumnya terhadap
kepuasan kerja, dari pengalaman pribadi para peneliti yang terlibat dalam
penelitian tersebut, dan dari percakapan dengan para mahasiswa dan mantan
mahasiswa.
Carcello et al. , De Zoort, Lord, dan Cargille ( Rulan K., 2004 )
melakukan studi untuk menghubungkan persepsi antara akuntan pendidik dan
mahasiwa terhadap lingkungan kerja akuntan publik dengan membandingkan
persepsi mahasiswa akuntansi junior, mahasiswa akuntansi senior dan akuntan
pendidik. Penelitian tersebut membandingkan persepsi akuntan pendidik dan
mahasiswa akuntansi di lima universitas terbesar dari lima Negara bagian yang
berbeda di Amerika Serikat. Penelitian ini meneliti sejauh mana mahasiswa
menganggap dosen dan sumber lainnya sebagai sumber informasi relevan
mengenai lingkungan kerja akuntan publik. Hasil penelitian menyimpulkan
bahwa terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa dengan akuntan pendidik
terhadap lingkungan kerja akuntan publik. Perbedaan terutama pada wilayah
kemajuan, pelatihan, supervisi, dan masalah – masalah pribadi. Hasil studi ini
mendukung penelitian yang dilakukan Carcello et. al. ( 1991 ).Selain itu hasil
penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan persepsi antara mahasiswa junior
dan senior dalam menilai lingkungan kerja akuntan publik. penemuan lain dalam
studi ini mengindikasikan bahwa dosen mempengaruhi rencana karier
36
mahasiswa, namun para dosen merasa bahwa mereka tidak memberikan
informasi yang seharusnya mereka sediakan kepada mahasiswa.
Ludigdo ( 1998 ) menemukan perbedaan yang signifikan antara persepsi
akuntan dengan persepsi mahasiswa terhadap etika bisnis. Akuntan memiliki
persepsi yang lebih baik dinbanding dengan mahasiswa. Hasil lainnya
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi
mahasiswa tingkat awal dan mahasiswa tingkat akhir terhadap etika bisnis.
Mahasiswa tingkat akhir mempunyai persepsi yang lebih baik daripada
mahasiswa tingkat awal. Sebanyak 77,5 % responden menyatakan bahwa
kurikulum sekarang belum cukup untuk memberi bekal mengenai etika bisnis
dalam memasuki dunia kerja.
2.9 Pengembangan Hipotesis
Dunia pendidikan akuntansi di perguruan tinggi dituntut untuk terus
berkembang mengikuti perkembangan profesi akuntan. Hal ini dikarenakan
perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan harus mampu menghasilkan
lulusan professional yang siap terjun di dunia bisnis. Namun terdapat indikasi
bahwa pendidikan akuntansi belum cukup memberikan bekal bagi para
lulusannya untuk terjun ke dalam dunia kerja ( Carcello et. al : 1991 ). Selain itu
mahasiswa juga meninggalkan bangku kuliah dengan persepsi yang kurang tepat
mengenai lingkungan kerja profesi ( De Zoort, Lord, Cargille : 1997 )
Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin mengetahui apakah terdapat
perbedaan persepsi antara mahasiswa junior dan senior mengenai lingkungan
37
kerja akuntan khususnya akuntan publik di Universitas Islam Indonesia. Dengan
asumsi bahwa selama proses pendidikan dan pengajaran di Perguruan Tinggi,
mahasiswa memperoleh berbagai informasi yang dapat mempengaruhi
persepsinya.( Clikeman dan Henning : 2000 )
Dari beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya penulis mengacu
pada penelitian yang dilakukan Carcello yang mengidentifikasikan faktor –
faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi mahasiswa terhadap lingkungan
kerja akuntan publik, dimana faktor – faktor tersebut dikelompokkan ke dalam 3
bagian, yaitu : Tugas dan tanggung jawab kerja, Promosi Pelatihan dan Supervisi,
dan Masalah – masalah pribadi.
Mengadopsi dari penelitian De Zoort, Lord, dan Cargille ( 1997 ), peneliti
juga menggali informasi dari responden mengenai apa saja sumber – sumber
informasi utama bagi mahasiswa mengenai lingkungan kerja akuntan publik di
Indonesia.
Hipotesa yang diuji dalam penelitian ini adalah tidak adanya perbedaan
persepsi antara mahasiswa senior dan yunior terhadap lingkungan kerja akuntan
publik.
38
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa jurusan akuntansi di
Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Populasi dalam
penelitian ini sebesar 1540 mahasiswa. Sedangkan sampel dari penelitian ini
adalah 100 mahasiswa jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam
Indonesia, dengan kriteria tertentu. Jumlah sampel mahasiswa didapatkan dengan
menggunakan rumus Slovin sebagai berikut :
n = N 1 + Ne² Keterangan :
n = Jumlah sampel yang diambil
N = Jumlah populasi
E = prosentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan
pengambilan sampel ( e = 10 % )
Dari rumus tersebut didapatkan jumlah sampel yang harus diambil
minimal 94 mahasiswa. Karena jumlah minimal sampel yang harus diambil
berdasarkan rumus adalah 94 mahasiswa, maka 100 sampel yang diambil dalam
penelitian ini memenuhi syarat sampel.
3.1.1 Kriteria Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Mahasiswa dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu mahasiswa tingkat awal ( yunior ) dan mahasiswa tingkat akhir ( senior).
39
Mahasiswa Yunior diwakili oleh mahasiswa akuntansi Strata 1 ( S-1 ) regular
semester tiga ( III ) sampai semester 5 ( V ), yang sedang atau sudah mengambil
mata kuliah Pengauditan I . Selain untuk memudahkan peneliti dalam mengambil
sampel, peneliti juga memandang bahwa mereka sudah mendapatkan informasi
mengenai lingkungan kerja profesi namun belum mendapat pemahaman yang
cukup. Mahasiswa Senior diwakili oleh mahasiswa akuntansi Strata 1 ( S-1 )
regular minimal semester 7, yang sudah mengambil mata kuliah Pengauditan I
dan Pengauditan II, dan sedang atau sudah mengambil mata kuliah Praktek
Audit.Proses pendidikan di jurusan akuntansi hingga semester tujuh dipandang
telah cukup memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai lingkungan
kerja profesi.
Jumlah kuesioner yang disebar adalah 100 eksemplar dengan tingkat
pengembalian 100 %, sehingga kuesioner yang kembali adalah 100 eksemplar.
Berdasarkan jumlah kuesioner yang kembali, yang dapat diolah adalah 96
eksemplar sebagai sampel penelitian. Sedangkan yang tidak dapat diolah sebesar
4 eksemplar karena tidak lengkap dan tidak memenuhi syarat dalam pengisian
kuesioner.
3.1.2 Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan Simple
Random Sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak dari populasi.
Sehingga setiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel.
40
3.2 Metode Pengumpulan Data
Adapun teknik yang digunakan untuk memperoleh data adalah menggunakan
kuesioner yaitu menggunakan daftar pertanyaan kepada pihak – pihak yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti.
• Bentuk Kuesioner
Bentuk kuesioner yang diberikan kepada responden terdiri dari
pernyataan dengan jumlah 24 pernyataan yang diberikan dengan 2
alternatif jawaban yang tersedia.
• Jawaban dari Kuesioner
Terdapat 2 macam jawaban dari kuesioner pada penelitian ini.
Jawaban dari kuesioner bersifat terbuka, dimana responden yang
terpilih dapat memberikan jawaban yang telah disediakan dalam
faktor pertanyaan yang telah disediakan oleh peneliti. Dan bersifat
tertutup, yaitu responden terpilih memilih 2 alternatif jawaban yang
ada.
3.3 Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini variabel yang diuji meliputi :
1. Variabel Dependen
Adalah Variabel yang nilainya bergantung dari nilai variabel lain
Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah :
41
• Mahasiswa Yunior , kriterianya adalah mahasiswa FE UII semester
III sampai dengan semester V, yang sedang atau sudah mengambil
mata kuliah Pengauditan I dan Pengauditan II.
• Mahasiswa Senior, kriterianya adalah mahasiswa FE UII minimal
semester VII, dan telah mengambil mata kuliah Pengauditan I,
Pengauditan II, dan Praktik Audit.
2. Variabel Independen
Adalah Variabel yang nilainya tidak bergantung dari variable lain.
Variabel Independen dalam penelitian ini adalah :
• Tugas dan tanggung jawab kerja yang diuji dengan 11 pertanyaan,
antara lain :
a. Pengetahuan teknis yang luas mengenai standar dan peraturan -
peraturan diperlukan agar sukses di bidang akuntan publik.
b. Keahlian komputer yang baik diperlukan agar suskes di bidang
akuntan publik.
c. Keahlian komunikasi yang baik secara lisan maupun tulisan
diperlukan agar sukses di bidang akuntan publik.
d. Kemampuan interpersonal yang baik, diperlukan agar sukses di
bidang akuntan publik.
e. Profesi akuntan publik memberikan tantangan intelektual.
f. Akuntan publik merupakan profesi yang menarik.
g. Profesi Akuntan publik memberikan layanan publik yang penting.
42
h. Profesi akuntan publik memberikan kesempatan kesempatan untuk
mempelajari beberapa hal mengenai bidang praktek tertentu (
audit, pajak, konsultan)
i. Waktu yang memadai akan diberikan oleh KAP untuk
menyelesaikan tanggung jawab kerja.
j. Profesi akuntan publik sedikit berhubungan dengan tanggung
jawab kerja kasar .
k. Profesi akuntan publik layak dihormati masyarakat umum.
• Promosi, Pelatihan, dan Supervisi yang diuji dengan 7 pertanyaan,
antara lain :
a. Setelah 2 tahun saya akan menjadi pengawas anggota staff.
b. Saya akan menerima pelatihan yang memadai untuk tugas - tugas
termasuk dalam memahami bisnis dan industri yang berhubungan
dengan tugas tersebut.
c. Saya akan mendapatkan Pelatihan Praktek ( On The Job Training )
yang memadai.
d. Supervisor yang mengawasi saya adalah seseorang
berpengetahuan dan siap menjawab pertanyaan - pertanyaan saya.
e. Saya akan diperlakukan sebagai professional.
f. Saya memperkirakan bahwa hubungan kerja akan diatur secara
tepat.
g. Saya akan menerima evaluasi yang konstruktif dan berkala atas
kinerja saya
43
• Masalah – masalah Pribadi yang diuji dengan 6 pertanyaan, antara
lain :
a. Rekan - rekan kerja saya akan menjunjung tinggi standar etis
b. Saya akan memiliki hubungan substantial dengan orang yang
merekrut saya.
c. KAP tempat saya bekerja akan menawarkan bantuan dan
mendukung saya agar lulus Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (
USAP ).
d. Ketika sedang bekerja lembur, saya akan mengetahui kapan waktu
lembur itu usai.
e. KAP tempat saya bekerja akan memaparkan secara jelas kebijakan
mengenai jam lembur dan melaksanakan dengan sesuai.
f. Saya akan menerima tugas - tugas yang relatif stabil dan dapat
diperkirakan 3 - 6 bulan sebelumnya.
3.4 Hipotesa Penelitian
Hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ini :
H0 : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi mahasiswa
akuntansi yunior dan senior terhadap lingkungan kerja akuntan publik.
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi mahasiswa
akuntansi yunior dan senior terhadap lingkungan kerja akuntan publik.
3.5 Metode Analisis
44
1. Teknik Skala Pengukuran
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala
Guttman, yaitu dengan menggunakan 2 alternatif jawaban “ setuju/ ya”
atau “tidak setuju / tidak”. Skor yang diberikan adalah sebagai berikut :
Setuju = skor 1
Tidak Setuju = skor 0
2. Validitas dan Reliabilitas
Mengingat pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
data kuesioner, maka kualitas kuesioner dan kesanggupan responden
dalam menjawab pertanyaan merupakan hal yang sangat penting dalam
penelitian ini. Keabsahan dalam penelitian ini sangat ditentukan oleh alat
ukur variable yang akan diteliti. Apabila alat yang digunakan dalam
proses pengumpulan data tidak valid, maka hasil penelitian yang
diperoleh tidak mampu menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Oleh
karena itu dalam penelitian ini akan dilakukan uji validitas dan uji
reliabilitas .
a. Validitas
Uji Validitas digunakan untuk mengetahui seberapa tepat suatu
alat ukur mampu melakukan fungsi. Apabila suatu instrument dikatakan
valid, maka instrument tersebut bias digunakan sebagai instrument
penelitian selanjutnya. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan nilai r hasil Corrected Item Total
45
Correlation. Instrumen dikatakan valid apabila nilai Corrected Item Total
Correlation lebih besar dari nilai r tabel.
b. Reliabilitas
Setelah melakukan uji validitas, selanjutnya dilakukan uji reliabilitas.
Tujuan utama uji reliabilitas adalah untuk mengetahui konsistensi atau
keteraturan hasil pengukuran suatu instrument apabila instrument tersebut
digunakan sebagai alat ukur suatu objek atau responden. Hasil uji reliabilitas
mencerminkan dapat dipercaya atau tidaknya suatu instrument penelitian
berdasarkan tingkat kemantapan dan ketepatan suatu alat ukur dalam
pengertian bahwa hasil pengukuran yang didapatkan merupakan ukuran yang
benar dari sesuatu yang diukur.
Dalam penelitian ini reliabilitas diukur menggunakan metode Alpha
Cronbach.Standarnya adalah dengan membandingkan nilai alpha dengan r
tabel ( critical value ).Apabila nilai alpha lebih besar daripada r tabel, maka
instrument tersebut dapat disebut reliabel.
3. Uji Homogenitas Varian
Independent Sample Test termasuk dalam Satistik Parametrik. Untuk itu
memerlukan beberapa pengujian pendahuluan sebagai prasyarat analisis. Untuk
Independent Sample Test, sebelumnya dilakukan Uji Homogenitas Varian. Hal
ini dimaksudkan untuk membuktikan bahwa kedua varian dalam penelitian
adalah bersifat homogen ( sama ).
46
4. Independent Sample Test ( Uji F dan Uji t )
Hipotesa akan diuji dengan Uji F ( F Test ) dan Uji t ( t Test ) yaitu menguji
perbedaan antara 2 kelompok sampel atau lebih dalam treatment yang
berlainan.Pengujian dilakukan dengan membandingkan mean antara 2 kelompok
yang berbeda tersebut.
Dalam hal ini mahasiswa dibagi menjadi 2 kelompok yaitu mahasiswa yunior
dan mahasiswa senior dengan kriteria sebagai berikut :
• Mahasiswa Yunior , kriterianya adalah mahasiswa FE UII semester
III sampai dengan semester V, yang sedang atau sudah mengambil
mata kuliah Pengauditan I.
• Mahasiswa Senior, kriterianya adalah mahasiswa FE UII minimal
semester VII, dan telah mengambil mata kuliah Pengauditan I dan
Pengauditan II, dan sedang atau sudah menga,bil mata kuliah Praktik
Audit.
Langkah pengujian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sampel yang digunakan adalah mahasiswa yang dibagi dalam 2 kelompok
yaitu mahasiswa yunior dan mahasiswa senior.
2. Faktor – faktor yang mempengaruhi pendapat mahasiswa dikelompokkan
dalam 3 kelompok yaitu Tugas dan tanggung jawab kerja, Promosi
Pelatihan dan Supervisi,dan Masalah – masalah Pribadi.
3. Masing – masing kelompok akan dihitung Mean nya kemudian mean
tersebut akan diuji dengan Uji F dan Uji t.
47
4. Apabila hasilnya menunjukkan perbedaan yang signifikasi maka dianggap
pernyataan tersebut mempengaruhi pertimbangan mahasiswa dalam
menentukan pendapatnya.
Langkah – langkah analisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Pertama, dihitung Rata – rata ( Mean ) antara kedua sample yaitu dengan rumus:
Xi = Xijni
ni
j∑=1
1 ² = Si1
1−ni
² ∑=
−ni
jXiXij
1)(
Keterangan :
n = sampel
Xi = rata – rata ( Mean )
Si² = Standar Deviasi
i = 1,2,3,………..,n
Kedua, menggunakan alat analisis F test, untuk mengetahui apakah hipotesa
variance diterima atau ditolak. Hipotesa variance adalah :
Ho : Variance ( varian ) kedua populasi sama atau identik.
Ha : Variance ( varian ) kedua populasi berbeda atau tidak sama
dengan rumus :
F = 2/21/1
2
2
vXvX = 2
2
21
XX
12
vv
X1, X2 = rata – rata
v1,v2 = derajat kebebasan ( n-1 )
48
Jika nilai signifikasi atau p > 0.05 maka hipotesa variance diterima atau kedua
variance populasi sama. Jika nilai signifikasi atau p < 0.05 maka hipotesa
variance ditolak atau kedua variance populasi tidak sama.
Ketiga, Digunakan jika Hipotesa variance ditolak, atau varians berbeda. Maka
untuk membandingkan rata – rata digunakan t – test dengan asumsi varians tidak
sama, dengan rumus :
t = ( ) ( )
22
11
212122
nS
nSXX
+
−−− μμ
X1,X2 = rata – rata
S1,S2 = Standar Deviasi
n = Sampel
21μμ = Selisih rata – rata
Jika Hipotesa variance diterima atau varians sama, maka digunakan t test
dengan asumsi varians sama dengan rumus :
t = ( ) ( )
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ +
−−−
21
11
2121
2
nnSp
XX μμ
49
dimana Sp = ( ) ( )221
212111 22
−+−+−
nnSnSn
Jika nilai signifikasi atau p value > 0.05 maka Ho diterima atau tidak terdapat
perbedaan yang signifikasi antara persepsi mahasiswa senior dan junior terhadap
lingkungan kerja akuntan publik. Jika p value < 0.05 maka keputusannya adalah
menolak H0 atau menerima H1, yang artinya terdapat perbedaan yang signifikasi
terhadap persepsi mahasiswa senior dan junior terhadap lingkungan kerja
akuntan publik.
50
BAB IV
ANALISIS PENELITIAN
4.1. Analisa Deskriptif
Analisa dalam skripsi ini menggambarkan analisis deskriptif atas jawaban
yang diberikan untuk kemudian disajikan dalam bentuk tabel. Analisa ini
digambarkan untuk menguraikan tentang karakteristik dari suatu keadaan dari
obyek yang diteliti. Responden dalam penelitian ini diambil sebanyak 100 orang,
yaitu mahasiswa Fakultas Ekonomi jurusan Akuntansi di Universitas Islam
Indonesia Yogyakarta. Namun 4 kuesioner dinyatakan gugur karena tidak
memenuhi syarat sampel dan tidak lengkap dalam mengisi kuesioner.Sehingga
jumlah responden yang diuji dalam penelitian ini berjumlah 96 mahasiswa.
Tabel 4.1 Tabel Frekuensi Responden per angkatan
Angkatan Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent 2000 4 4.2 4.2 4.22001 11 11.5 11.5 15.62002 37 38.5 38.5 54.22003 31 32.3 32.3 86.52004 13 13.5 13.5 100.0
Valid
Total 96 100.0 100.0 Sumber : Data Primer yang diolah, 2006
Dari Tabel 4.1 diatas, menunjukkan bahwa jumlah responden angkatan
2000 sebanyak 4 orang atau 4,2%, angkatan 2001 sebanyak 11 orang atau 11,5%,
angkatan 2002 sebanyak 37 orang atau 38,5%, angkatan 2003 sebanyak 31 orang
51
atau 32,3% dan angkatan 2004 sebanyak 13 orang atau 13,5%. Dari hasil tersebut
diketahui bahwa mayoritas responden adalah mahasiswa angkatan 2002 sebesar
38,5%.
Dari 96 orang responden tersebut, dibagi menjadi 2 kelompok yaitu
Mahasiswa Senior dan Mahasiswa Junior dengan kriteria sebagai berikut:
• Mahasiswa Yunior diwakili oleh mahasiswa akuntansi Strata 1 ( S-1 )
regular semester tiga ( III ) sampai semester 5 ( V ).
Dalam penelitian ini yang termasuk dalam kelompok ini adalah
mahasiswa angkatan 2003 dan 2004.
• Mahasiswa Senior diwakili oleh mahasiswa akuntansi Strata 1 ( S-1 )
regular minimal semester 7.
Dalam penelitian ini yang termasuk dalam kelompok ini adalah
mahasiswa angkatan 2000,2001, dan 2002.
Tabel 4.2 Tabel Frekuensi Responden per kelompok
Kelompok Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Senior 52 54.2 54.2 54.2Junior 44 45.8 45.8 100.0
Valid
Total 96 100.0 100.0 Sumber : Data Primer yang diolah, 2006
Dari Tabel 4.2 diketahui bahwa mahasiswa responden penelitian yang
termasuk dalam kelompok Mahasiswa Senior adalah sebanyak 52 orang atau
54,2%, sedangkan yang termasuk ke dalam kelompok Mahasiswa Junior adalah
44 orang atau 45,8%.Sehingga diketahui bahwa dalam penelitian ini responden
52
mayoritas adalah kelompok mahasiswa senior dengan prosentase sebanyak
54,2%.
4.2. Analisa Kuantitatif
4.2.1 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas.
Uji Validitas dan Uji Reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
bantuan program computer SPSS ( Statistical Product and Service Solution )
version 13.0. Uji ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bahwa setiap
pertanyaan yang diajukan kepada responden telah dinyatakan valid atau tidak.
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teknik Korelasi ( Correlation
) yaitu dengan membandingkan Koefisien Korelasi ( r x,y ) dengan r tabel.
Dengan jumlah sampel penelitian ( N ) sebanyak 96 responden, dengan pengujian
2 sisi ( two tailed test ) dan taraf kepercayaan atau signifikasi 95% maka besarnya
r tabel dapat diketahui. Dari Tabel Korelasi Product Moment diketahui besarnya
r tabel yaitu 0.17065 ( N = 96,df = 94, Signifikasi 5% ). Dari Uji Validitas dan
Reliabilitas diperoleh data sebagai berikut .
53
Tabel 4.3 Tabel Validitas dan Reliabilitas
Point No.
Corrected Item TotalCorrelation
CriticalValue ( r tabel )
Note
Tugas dan Tanggung jawab kerja ; Koef. Alpha Cronbach = 0.752 Butir 1 0.390 0.17065 Valid Butir 2 0.622 0.17065 Valid Butir 3 0.381 0.17065 Valid Butir 4 0.427 0.17065 Valid Butir 5 0.365 0.17065 Valid Butir 6 0.476 0.17065 Valid Butir 7 0.462 0.17065 Valid Butir 8 0.486 0.17065 Valid Butir 9 0.273 0.17065 Valid Butir 10 0.279 0.17065 Valid Butir 11 0.343 0.17065 Valid Pelatihan, Promosi, dan Supervisi ; Alpha Cronbach = 0.760 Butir 12 0.571 0.17065 Valid Butir 13 0.495 0.17065 Valid Butir 14 0.259 0.17065 Valid Butir 15 0.658 0.17065 Valid Butir 16 0.377 0.17065 Valid Butir 17 0.405 0.17065 Valid Butir 18 0.553 0.17065 Valid Masalah – masalah Pribadi ; Alpha Cronbach = 0.754 Butir 19 0.532 0.17065 Valid Butir 20 0.636 0.17065 Valid Butir 21 0.385 0.17065 Valid Butir 22 0.377 0.17065 Valid Butir 23 0.307 0.17065 Valid Butir 24 0.725 0.17065 Valid
Sumber : Data Primer yang diolah, 2006
Dengan melihat tabel diatas, dapat diketahui bahwa besarnya Koefisien
Korelasi ( Corrected item total correlation ) dari seluruh butir pertanyaan yang
terdiri dari 11 butir faktor Tugas – tugas dan tanggungjawab kerja, 7 butir faktor
Promosi, pelatihan dan supervisi dan 6 butir faktor Masalah – masalah pribadi.
Dari hasil perhitungan Koefisien Korelasi ( r x,y ) , seluruh butir pertanyaan
memiliki r hitung yang lebih besar dari pada r tabel ( Critical Value ) . Dengan
54
demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh butir pertanyaan diatas memenuhi
syarat Uji Validitas dan layak menjadi instrument untuk mengukur data
penelitian.
Dari hasil Uji Reliabilitas diperoleh Koefisien Reliabilitas Alpha
Cronbach sebagai berikut. Variabel Tugas – tugas dan tanggungjawab kerja nilai
Alpha Cronbach 0.752, untuk variabel Promosi, pelatihan dan supervise nilai
Alpha Cronbach 0.760 , dan untuk variabel Masalah – masalah pribadi nilai
Alpha Cronbach 0.754. Dari data ini dapat dinyatakan bahwa keseluruhan
variabel dinyatakan reliable, karena Alpha Cronbach masing – masing variabel
lebih besar dari r tabel ( Critical Value ).Selain itu karena Alpha Cronbach berada
pada rentang > 0.60 s.d. 0.80 ( dalam Triton P.B, 2006 ) , maka tingkat
reliabilitasnya termasuk kategori reliabel.Sehingga dapat disimpulkan bahwa
seluruh butir – butir pertanyaan dapat digunakan sebagai instrumen dalam
penelitian selanjutnya.
4.2.2 Uji Homogenitas Varian
Uji Homogenitas Varian digunakan untuk menguji apakah kedua varian
homogen ( sama ) atau tidak. Uji ini merupakan prasyarat utama sebelum
melakukan uji selanjutnya yaitu Independent Sample Test. Berikut ini adalah
hasil dari Uji Homogenitas Varian. Keputusan yang diambil dari hasil ini adalah
apabila nilai probabilitas ( sig. ) > 0.05 maka keputusannya adalah kedua varian
adalah homogen atau berasal dari populasi yang variannya sama.
55
Tabel 4.4 Test Homogenity of Variance
Levene Statistic
df1
df2
Sig.
Persepsi Terhadap Based on Mean Lingkungan Kerja Based on Median Based on Median and with adjusted df Based on trimmed mean
1.033 .840 .840 .984
1 1 1 1
94 94 93.993 94
.312
.362
.362 .324
Sumber : Data primer yang diolah, 2006
Dari tabel diatas, diketahui bahwa angka signifikasi yang ada adalah
untuk Probabilitas Based on Mean = 0.312 , untuk Based on Median = 0.362 ,
probabilitas Based on Median and with adjusted df = 0.362, dan probabilitas
Based on trimmed mean = 0.324. Oleh karena semua probabilitasnya > 0.05
maka dapat diketahui bahwa responden memiliki varian yang homogen atau data
berasal dari populasi dengan varian yang sama. Karena varian dari kedua
populasi sama, maka penelitian dengan Independent Sample Test dapat
dilakukan.
4.2.3 Independent Sample Test
Analisis ini digunakan untuk menguji signifikasi perbedaan nilai rata –
rata tertentu dari 2 kelompok yang tidak berhubungan. Dalam penelitian ini
digunakan untuk mengetahui adakah perbedaan persepsi antara mahasiswa senior
dan mahasiswa yunior terhadap lingkungan kerja akuntan publik.Rumusan
Hypotesis nya yaitu :
56
H0 : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi mahasiswa
akuntansi yunior dan senior terhadap lingkungan kerja akuntan
publik.
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi mahasiswa
akuntansi yunior dan senior terhadap lingkungan kerja akuntan
publik.
Cara Perhitungan :
1. Mengumpulkan data dan mengolah hasil data kuesioner yang telah
disebar dalam bentuk tabel.
2. Menggunakan alat analisis F test, untuk mengetahui apakah hipotesa
variance diterima atau ditolak. Jika nilai signifikasi atau p > 0.05 maka hipotesa
diterima atau kedua variance populasi sama. Jika nilai signifikasi atau p < 0.05
maka hipotesa ditolak atau kedua variance populasi tidak sama.
3. Jika Hipotesa variance diterima atau varians sama, maka digunakan t test
dengan asumsi varians sama. Jika Hipotesa variance ditolak, atau varians berbeda
maka untuk membandingkan rata – rata digunakan t – test dengan asumsi varians
tidak sama.
4. Pengambilan Keputusan dari hasil uji F dan uji t tersebut.
4.2.3.1 Levene’s Test ( F Test )
Tujuan dari Uji F adalah untuk menguji kesamaan varian dari 2 populasi
yang menjadi sampel dalam penelitian .Langkah ini penting karena uji t
dilakukan pada data dengan asumsi bahwa kedua populasi memiliki kesamaan
57
variance ( homogenitas ) menurut uji F. Rumusan hipotesa pada uji F adalah
sebagai berikut :
Ho : Variance ( varian ) kedua populasi sama atau identik.
Ha : Variance ( varian ) kedua populasi berbeda atau tidak sama.
Berikut Tabel hasil Uji F yang termasuk dalam uji Independent sample test.
Tabel 4.5 Tabel Hasil Uji F
Levene's Test for Equality of Variances
F
Sig.
Persepsi Terhadap Lingkungan Kerja
Equal variances assumed Equal variances not assumed
1.033
.312
Sumber : Data primer yang diolah 2006.
Keputusan yang diambil dari Uji F adalah jika nilai signifikasi atau p
value > 0.05 maka Ho diterima. Hal ini berarti variance antara 2 populasi tersebut
sama. Jika p value < 0.05 maka keputusan yang diambil adalah menolak Ho yang
berarti variance dari kedua populasi adalah berbeda atau tidak sama.
Dari Tabel 4.4 diatas, diketahui bahwa nilai F hitung berada pada baris
asumsi kedua variance sama ( Equal variance assumed ) dengan nilai 1.033,
sedangkan p value ( sig.) bernilai 0.312. Karena p value > 0.05, maka
keputusannya adalah menerima Ho. Yang berarti bahwa variance kedua populasi
yang menjadi sampel penelitian adalah sama atau identik. Tidak berbedanya
kedua variance membuat penggunaan variance untuk membandingkan rata – rata
58
populasi dengan t test sebaiknya menggunakan dasar asumsi kedua variance sama
(Equal Variance Assumed).
4.2.3.2 t test
Tujuan dari t test adalah untuk membandingkan rata – rata 2 populasi
yang menjadi sampel penelitian. Langkah ini untuk menentukan adakah
perbedaan persepsi antara mahasiswa senior dan junior terhadap lingkungan kerja
akuntan publik. Rumusan hipotesa pada Uji t adalah sebagai berikut :
H0 : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi mahasiswa
akuntansi yunior dan senior terhadap lingkungan kerja akuntan
publik.
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi mahasiswa
akuntansi yunior dan senior terhadap lingkungan kerja akuntan
publik.
Berikut adalah tabel hasil uji t yang termasuk dalam uji Independent sample test.
Tabel 4.6 T test for equality of means
t Sig. (2 tailed )
Persepsi
Terhadap
Lingkungan
kerja
Equal Variances Assumed Equal variances Not Assumed
.214
.215
.831
.830
Sumber: Data primer yang diolah 2006.
Keputusan yang diambil dari uji t adalah jika nilai signifikasi atau p value
> 0.05 maka Ho diterima atau tidak terdapat perbedaan yang signifikasi antara
persepsi mahasiswa senior dan junior terhadap lingkungan kerja akuntan publik.
59
Jika p value < 0.05 maka keputusannya adalah menolak H0 atau menerima H1,
yang artinya terdapat perbedaan yang signifikasi terhadap persepsi mahasiswa
senior dan junior terhadap lingkungan kerja akuntan publik.
Pada hasil uji F diketahui bahwa hipotesa yang diterima adalah kedua
populasi yang menjadi sampel penelitian diasumsikan sama atau identik. Karena
itu pengambilan keputusan pada uji t berdasarkan data pada bagian asumsi
variance sama ( equal variance assumed ). Pada bagian equal variance assumed
dapat dilihat bahwa nilai t hitung adalah 0.214, dan p value ( sig. 2 tailed )
bernilai 0.831.Oleh karena p value > 0.05, maka keputusannya adalah menerima
H0.
Hal ini membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikasi
antara persepsi mahasiswa senior dan mahasiswa junior terhadap lingkungan
kerja akuntan publik.
4.3 Analisis Proporsi
Analisis Proporsi dilakukan untuk memperkuat hipotesa yang telah
didapatkan dengan cara menguraikan jawaban setiap item pernyataan dari masing
– masing kelompok responden. Berdasarkan Uji F dan Uji t yang telah dilakukan,
membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi
mahasiswa senior dan mahasiswa yunior terhadap lingkungan kerja akuntan
publik. Berikut hasil analisis proporsi ditampilkan berdasarkan masing – masing
variabel pada tabel 4.6 , tabel 4.7 , dan tabel 4.8.
60
4.3.1 Analisis Proporsi terhadap Tugas – tugas dan Tanggung jawab Kerja.
Tabel 4.7 Tabel Proporsi Tugas – tugas dan tanggung jawab kerja
Setuju Tidak Setuju
P e r n y a t a a n Senior Yunior Senior Yunior
1. Pengetahuan teknis yang luas mengenai standar dan peraturan diperlukan agar sukses di bidang akuntan publik.
82. 7 %
77.3%
17.3%
22.7%
2. Keahlian computer yang baik diperlukan agar sukses di bidang akuntan publik.
84.6%
84.1%
15.4%
15.9%
3. Keahlian komunikasi yang baik secara lisan maupun tulisan diperlukan agar sukses di bidang akuntan publik.
94.2%
90.9%
5.8%
9.1%
4. Kemampuan Interpersonal yang baik diperlukan agar sukses di bidang akuntan publik.
76.9%
63.6%
23.1%
36.4%
5. Profesi akuntansi memberikan tantangan intelektual.
88.5%
90.9% 11.5% 9.1%
6. Akuntan publik merupakan profesi yang menarik.
84.6% 79.5% 15.4% 20.5%
7. Profesi Akuntan publik memberikan layanan publik yang penting.
69.2%
90.9%
30.8%
9.1%
8. Profesi Akuntan publik memberikan kesempatan untuk mempelajari beberapa hal mengenai bidang praktek tertentu ( audit, pajak, konsultan ).
92.3%
77.3%
7.7%
22.7%
9. Waktu yang memadai akan diberikan KAP untuk menyelesaikan tanggung jawan kerja.
80.8%
88.6%
19.2%
11.4%
10. Profesi Akuntan publik sedikit berhubungan dengan tanggungjawab kerja kasar .
69.2%
59.1%
30.8%
40.9%
11. Profesi akuntan publik layak dihormati masyarakat umum.
65.4%
75% 34.6 % 25%
Sumber : data primer yang diolah, 2006
61
Dari data diatas, dapat dilihat bahwa masing – masing responden
memiliki persepsi positif pada semua pernyataan mengenai tugas – tugas dan
tanggung jawab kerja. Proporsi jawaban dari keduanya juga hampir sama pada
setiap pernyataan. Hampir semua responden setuju bahwa pengetahuan teknis
yang luas mengenai prosedur, standar, dan peraturan – peraturan ( pernyataan 1 )
; keahlian komputer ( penyataan 2 ) ; komunikasi ( penyataan 3 ) ; dan
kemampuan interpersonal ( pernyataan 4 ) yang baik dibutuhkan agar sukses di
bidang akuntan publik. Hampir 80 % responden memandang bahwa profesi
akuntan publik memberikan tantangan intelektual ( pernyataan 5 ) sekaligus
merupakan profesi yang menarik ( pernyataan 6 ). Selain itu mereka juga
memiliki pandangan bahwa profesi akuntan publik memberikan layanan publik
yang penting ( pernyataan 7 ) dan juga memberikan kesempatan untuk
mempelajari beberapa hal mengenai bidang praktek tertentu seperti audit, pajak,
dan konsultan ( pernyataan 8 ) .Sekitar 84% responden optimis bahwa KAP (
Kantor Akuntan Publik ) akan memberikan waktu yang memadai untuk
menyelesaikan tanggung jawab kerja ( pernyataan 9 ). Hampir 60% responden
memandang bahwa profesi akuntan publik sedikit berhubungan dengan tanggung
jawab kerja kasar ( pernyataan 10 ).Dan 70% responden setuju bahwa profesi
akuntan publik adalah profesi yang layak dihormati di masyarakat.
Dari 11 pernyataan tentang tugas – tugas dan tanggung jawab kerja,
membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikasi terhadap persepsi
mahasiswa senior dan yunior mengenai tugas – tugas dan tanggung jawab kerja
di lingkungan kerja akuntan publik.
62
4.3.2 Analisis Proporsi terhadap Promosi, pelatihan dan supervisi
Tabel 4.8 Proporsi terhadap Promosi, pelatihan dan supervisi
Setuju Tidak Setuju
P e r n y a t a a n Senior Yunior Senior Yunior
12. Setelah 2 tahun saya akan menjadi pengawas anggota staf.
69.2% 75% 30.8% 25%
13. Saya akan menerima pelatihan yang memadai untuk tugas –tugas termasuk dalam memahami bisnis dan industri yang berhubungan dengan tugas tersebut.
80.8%
52.3%
19.2%
47.7%
14. Saya akan mendapatkan Pelatihan Praktek ( On The Job Training ).
88.5% 90.9% 11.5% 9.1%
15. Supervisor yang mengawasi saya adalah seorang yang berpengetahuan dan siap menjawab pertanyaan – pertanyaan saya.
67.3%
68.2%
32.7%
31.8%
16. Saya akan diperlakukan sebagai professional.
80.8% 79.5% 19.2% 20.5%
17. Saya memperkirakan bahwa hubungan kerja akan diatur secara tepat.
78.8% 86.4% 21.2% 13.6 %
18. saya akan menerima evaluasi yang konstruktif dan berkala atas kinerja saya
73.1%
59.1%
26.9%
40.9%
Sumber : Data Primer yang diolah 2006
Dari data diatas, dapat dilihat bahwa masing – masing responden
memiliki persepsi positif pada semua pernyataan mengenai Pelatihan, promosi
dan supervisi. Responden senior maupun yunior memiliki persepsi yang sama
mengenai pelatihan, promosi dan supervisi dalam profesi akuntan publik. Sekitar
70 % responden optimis bahwa setelah 2 tahun mereka akan menjadi pengawas
staf di kantor akuntan publik ( pernyataan 12 ) dan optimis bahwa supervisor
yang mengawasi mereka adalah seseorang yang berpengetahuan dan lebih
berpengalaman ( pernyataan 15 ). Hampir 88% responden setuju bahwa mereka
63
akan mendapatkan On The Job Training yang memadai ( pernyataan 14 ).Pada
penyataan mengenai pelatihan yang konstruktif ( pernyataan 13 ) 80.8%
mahasiswa senior lebih optimis dibandingkan mahasiswa yunior yang
prosentasenya hanya 52.3 %.Begitu juga dengan evaluasi berkala ( pernyataan 18
),.mahasiswa senior lebih optimis dibandingkan mahasiswa yunior. Perbedaan
prosentase ini, kemungkinan disebabkan karena mahasiswa senior telah
mempelajari seluk beluk akuntan publik lebih dalam dibanding mahasiswa
yunior. Dan hampir 80 % responden optimis bahwa mereka akan diperlakukan
secara professional di kantor akuntan publik ( pernyataan 16 ) dan hubungan
kerja mereka akan diatur secara tepat ( pernyataan 17 ).
Dari 7 pernyataan tentang promosi pelatihan dan supervisi, membuktikan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikasi terhadap persepsi mahasiswa
senior dan yunior mengenai tugas – tugas dan tanggung jawab kerja di
lingkungan kerja akuntan publik.
64
4.3.3 Analisis Proporsi terhadap Masalah – masalah pribadi
Tabel 4.9 Proporsi terhadap Masalah – masalah pribadi
Setuju Tidak Setuju Pernyataan Senior Yunior Senior Yunior
19. Rekan – rekan saya akan menjunjung tingggi standar etis.
75%
52.3%
25%
47.7%
20. Saya akan memiliki hubungan sbstansial dengan orang yang merekrut saya.
67.3%
59.1%
32.7%
40.9%
21. KAP tempat saya bekerja akan menawarkan bantuan dan mendukung saya agar lulus Ujian Sertifikasi Akuntan Publik ( USAP ).
67.3%
84.1%
32.7%
15.9%
22. Ketika sedang lembur, saya akan mengetahui kapan waktu lembur itu usai.
76.9% 75% 23.1% 25%
23. KAP tempat saya bekerja memaparkan secara jelas kebijakan mengenai jam lembur dan melaksanakan dengan sesuai.
86.5%
90.9%
13.5%
9.1%
24. Saya akan menerima tugas – tugas yang relativ stabil dan dapat diperkirakan 3 – 6 bulan sebelumnya.
63.5%
59.1%
36.5%
40.9%
Sumber : Data primer yang diolah 2006
Dari Tabel 4.8 diatas, Mahasiswa senior lebih optimis dibandingkan
mahasiswa yunior. Empat dari enam pernyataan diatas, jumlah senior yang
menjawab setuju lebih tinggi dibanding mahasiswa yunior ( pernyataan 19, 20,
22, 24 ). Namun mahasiswa Yunior lebih optimis dibanding mahasiswa senior
mengenai KAP tempat mereka bekerja yang akan menawarkan bantuan dan
dukungan agar lulus Ujian Sertifikasi Akuntan Publik ( pernyataan 21 ) juga
mengenai pelaksanaan kebijakan lembur pada Kantor Akuntan Publik (
pernyataan 23 ). Selain itu yang perlu diperhatikan adalah mengenai penerimaan
65
tugas di Kantor Akuntan Publik ( pernyataan 24 ). Meski hasil yang didapat
cenderung positif, namun hanya 60 % dari mereka yang setuju bahwa mereka
dapat memprediksi tugas – tugas yang akan mereka terima.
Dari 6 pernyataan tentang masalah – masalah pribadi, membuktikan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikasi terhadap persepsi mahasiswa
senior dan yunior mengenai masalah – masalah pribadi di lingkungan kerja
akuntan publik.
4.2 Analisis Deskriptif
Analisa Deskriptif pada penelitian ini, kedua responden baik mahasiswa
senior maupun yunior diminta untuk menyusun daftar mengenai sumber
informasi utama bagi para responden dalam memahami lingkungan kerja akuntan
publik. Sumber – sumber informasi tersebut antara lain : dosen, media massa,
teman, buku kuliah, akuntan publik dan staf KAP, keluarga, internet, majalah
profesi, alumni, dan jurnal penelitian. Berikut tabel rangking urutan sumber
informasi..
66
Tabel 4.10 Tabel Sumber Informasi Lingkungan kerja Akuntan Publik
Sumber Informasi Yunior Senior
1. Buku Kuliah
2. Dosen
3. Internet
4. Majalah Profesi
5. Teman
6. Jurnal Penelitian
7. Alumni
8. Media Massa
9. Akuntan Publik dan Staf KAP
10. Keluarga
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
75%
70.5%
45.5%
59.1%
45.5%
59.1%
45.5%
54.5%
63.6%
77.3%
1
2
3
6
9
4
7
8
5
10
85.4%
81.3%
50%
48.1%
40.4%
55.8%
34.6%
55.8%
32.7%
75%
Sumber : Data primer yang diolah 2006 Dari tabel diatas diketahui bahwa kedua kelompok responden relatif
memiliki pendapat yang sama yaitu menempatkan Buku kuliah, dosen, dan
internet sebagai peringkat 1, 2, dan 3 secara berurutan. Kedua responden juga
berpendapat sama dalam menempatkan alumni, media massa, dan keluarga di
urutan 7, 8, dan 10. Kemudian pada urutan berikutnya dengan urutan berbeda
pada setiap kelompok terdiri dari majalah profesi, teman, jurnal penelitian, dan
akuntan publik dan staf KAP. Mahasiswa yunior menempatkan majalah profesi
di urutan 4 , sedangkan mahasiswa senior menempatkan pada peringkat 6.
Selanjutnya mahasiswa yunior menempatkan teman dan akuntan publik dan staf
KAP pada urutan 5 dan 9, berbanding terbalik dengan mahasiswa senior. Di
urutan 6, mahasiswa yunior menempatkan jurnal penelitian, sedangkan
mahasiwa senior menempatkannya di urutan 4.
67
Dari hasil analisis diatas, kedua responden memiliki pendapat yang
hampir sama mengenai sumber informasi utama mengenai lingkungan kerja
akuntan publik.Kecuali pada peringkat 4, 5, 6, dan 9 yang berbanding terbalik
antara senior dan yunior. Hal tersebut mungkin disebabkan karena pada semester
awal kuliah mahasiswa yunior belum banyak berhubungan dengan jurnal
penelitian dan staf akuntan publik sedangkan mahasiswa senior sebaliknya. Dari
uji Deskriptif ini memperkuat bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikasi
antara persepsi mahasiswa yunior dan senior terhadap lingkungan kerja akuntan
publik.
68
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa dan pembahasan diatas, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Faktor – faktor yang mempengaruhi persepsi mahsiswa senior dan
mahasiswa yunior terhadap lingkungan kerja akuntan publik meliputi tgas
– tugas dan tanggung jawab kerja, Promosi pelatihan dan supervise dan
masalah – masalah pribadi.
2. Dari hasil pengujian Independent Sample Test tidak terdapat perbedaan
persepsi yang signifikasi mengenai tugas – tugas dan tanggung jawab
kerja, promosi pelatihan dan supervisi, dan masalah – masalah pribadi,
antara mahasiswa senior dengan mahasiswa yunior terhadap lingkungan
kerja akuntan publik. Hal ini ditunjukkan dengan nilai p value > 0.05.
3. Secara umum dari hasil analisis proporsi terhadap jawaban responden
mengenai lingkungan kerja akuntan publik, dapat diambil kesimpulan
bahwa kedua kelompok responden memiliki persepsi positif terhadap
lingkungan kerja akuntan publik. Hal ini dibuktikan dengan mayoritas
jawaban setuju yang diberikan responden terhadap pernyataan –
pernyataan mengenai lingkungan kerja akuntan publik.
69
4. Dari hasil analisis deskriptif tentang sumber informasi utama mengenai
lingkungan kerja akuntan publik, kedua kelompok responden memandang
bahwa buku kuliah, dosen, dan internet merupakan tiga sumber informasi
utama.
5. Dosen dan buku kuliah merupakan bagian utama dari proses pendidikan
dan pengajaran, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa proses
pendidikan dan pengajaran merupakan sumber informasi yang paling
utama bagi para responden. Sedangkan sumber informasi utama lainnya
dengan urutan berbeda terdiri dari majalah profesi, jurnal penelitian,
teman, dan akuntan publik dan staf KAP.
Kedua kelompok responden sama – sama menempatkan alumni, media
massa dan keluarga pada peringkat yang sama sebagai sumber informasi
utama mengenai lingkungan kerja akuntan publik.
5.2 Saran
Melihat analisis dan kesimpulan yang didapat ada beberapa hal yang dapat
disarankan kepada :
1. Bagi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia sebaiknya
meningkatkan dan mengembangkan kurikulum jurusan akuntansi dalam
menunjang pengetahuan dan kemampuan mahasiswa dalam menenal
lingkungan kerja akuntan public. Pengembangan kurikulum diharapkan
mahasiswa setelah memasuki dunia kerja telah memperoleh bekal yang
cukup untuk berkarir di lingkungan kerja akuntan publik.
70
2. Bagi lembaga akuntan publik yang membutuhkan tenaga – tenaga
akuntansi sebaiknya memperhatikan faktor – faktor yang berpengaruh
pada pandangan mahasiswa terhadap lingkungan kerja akuntan publik,
seperti pembagian tugas dan tanggung jawab kerja, promosi pelatihan dan
supervise dan mengenai masalah – masalah pribadi.
3. Untuk penelitian selanjutnya tidak hanya mengidentifikasi ada tidaknya
perbedaan persepsi pada mahasiswa akuntansi tetapi juga
membandingkan nya dengan para praktisi ( akuntan ), juga memperluas
area survey tidak hanya pada satu perguruan tinggi saja, sehingga dapat
lebih digeneralisasikan.
71
72