263Prosiding Seminar Nasional Masif II Tahun 2016eprints.ulm.ac.id/4298/1/2 masif.pdfeksperimen,...

7

Transcript of 263Prosiding Seminar Nasional Masif II Tahun 2016eprints.ulm.ac.id/4298/1/2 masif.pdfeksperimen,...

Page 1: 263Prosiding Seminar Nasional Masif II Tahun 2016eprints.ulm.ac.id/4298/1/2 masif.pdfeksperimen, kemudian memverifikasi rasionalitas dari hipotesis yang akan diselidiki. Desain eksperimen
Page 2: 263Prosiding Seminar Nasional Masif II Tahun 2016eprints.ulm.ac.id/4298/1/2 masif.pdfeksperimen, kemudian memverifikasi rasionalitas dari hipotesis yang akan diselidiki. Desain eksperimen

ISBN 978-602-74268-1-8 FPMIPATI, Universitas PGRI Semarang

263 Prosiding Seminar Nasional Masif II Tahun 2016

KeterlaksanaanModel Scientific Creativity Learning (SCL) untuk Melatihkan Kreativitas Ilmiah Mahasiswa dalam Pembelajaran Fisika

Suyidno1, Mohamad Nur2, dan Leny Yuanita2

1Mahasiswa S3 Pendidikan Sains Universitas Negeri Surabaya, 2Guru Besar Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya

[email protected]

Abstrak - Pembelajaran fisika sangat berkaitan dengan kreativitas ilmiah, tetapi pelaksanaan pembelajaran fisika selama ini kurang memberikan ruang bagi pengembangan kreativitas ilmiah.Uji coba penelitian dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan Model Scientific Creativity Learning (SCL) untuk melatihkan kreativitas ilmiah mahasiswa.Uji coba penelitian menggunakan eksperimen one group pretest-posttest design pada 30 mahasiswa prodi pendidikan fisika FKIP Universitas Lambung Mangkurat yang memprogram mata kuliah fisika dasar tahun ajaran 2015/2016. Pembelajaran dilaksanakan dalam 8 pertemuan (pertemuan 1 dan 2 diberikan pembekalan keterampilan proses sains dan pertemuan 3 sampai 8 adalah proses pembelajaran dengan Model SCL. Pengumpulan data menggunakan pengamatan, wawancara, dan dokumentasi.Teknik analisis data secara deskriptif kualitatif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlaksanaan fase-fase model SCL meliputi membangkitkan tanggung jawab pribadi yang kreatif, mengorganisasikan kebutuhan belajar kreatif, membimbing investigasi secara kelompok, memantapkan tanggung jawab dalam menunjukkan kreativitas ilmiah, evaluasi kreativitas ilmiah dan tanggung jawab pada pertemuan 3 sampai 5 mendapatkan kriteria minimal terlaksana, dan pada pertemuan 6 sampai 8 semua dalam kriteria sangat terlaksana. Kendala yang muncul di awal pembelajaran adalah mahasiswa kurang memahami kebutuhan logistik (alat dan bahan atau media) sehingga kesulitan dalam merancang sebuah eksperimen, namun kendala tersebut akhirnya dapat diatasi.Diperoleh simpulan bahwa Model SCL secara praktis dapat digunakan untuk melatihkan kreativitas ilmiah dalam pembelajaran fisika.

Kata Kunci: Model Scientific Creativity Learning, keterlaksanaan,pembelajaran fisika.

I. PENDAHULUAN

Pembelajaran fisika berhubungan dengan pengetahuan, pemahamam, dan penerapan berbagai konsep, hukum, prinsip, teori, rumus dan simbol fisika, membantu mengenali masalah dan memprediksi penyebabnya, merumuskan masalah, mengidentifikasi variabel (figural, simbolik, semantik), mencari kemungkinan solusi dengan berpikir analitis, imajinasi antisipatif dan verifikasi melaluieksperimen apabila

diperlukan11. Komponen utama pembelajaran fisika adalah pembelajaran berbasis penyelidikan dan beragam kegiatan menyenangkan yang bertujuan untuk memberdayakan dan memotivasi mahasiswa agar mengendalikan

pembelajarannya sendiri 9.

Oleh karena itu, pembelajaran fisika seharusnya mengarah pada pengembangan kreativitas dalam mencari tahu dan berbuat,membuat mahasiswa lebih aktif dalam mengembangkan sejumlah pengetahuan berkaitan dengan keterampilan pemecahan masalah, pemahaman konsep, dan

aplikasinya8.Kreativitas berkembang dalam diri individu dalam bentuk sikap, kebiasaan, dan tindakan yang melahirkan sesuatu yang baru dan asli untuk menyelesaikan masalah. Sebuah produk kreatif tidak harus sebuah benda tetapi bisa ide atau karya tulis, produk kreatif tidak harus baru, tetapi dapat berupa hasil

penggabungan, pengubahan, atau penambahan

ide-ide yang ada 20.

Pengembangan kreativitas dalam pembelajaran fisika melibatkan interaksi generalisasi hipotesis,

desain eksperimen, dan evaluasi bukti 13,

2.Generalisasi hipotesis melibatkan mahasiswa dalam merumuskan hipotesis yang berasal dari pengetahuan sebelumnya maupun dari data eksperimen, kemudian memverifikasi rasionalitas dari hipotesis yang akan diselidiki. Desain eksperimen melibatkan mahasiswa dalam merancang dan melaksanakan eksperimen yang tepat untuk membuktikan atau menyangkal hipotesis. Evaluasi bukti dilakukan dengan memverifikasi kesesuaian antara teori dengan hasil penyelidikan. Kreativitas dalam pembe-lajaran fisika dikenal dengan istilah kreativitas

ilmiah 12.

Kreativitas ilmiah samadengan kreativitas pada umumnya dalam hal kelancaran, fleksibilitas, orisinilitas, dan elaborasi, tetapi kreativitas ilmiah lebih peduli dengan eksperimen sains kreatif, penemuan dan pemecahan masalah kreativitas ilmiah, dan aktivitas sains kreatif. Kreativitas ilmiah lebih ditekankan pada kemampuan menentukan kegunaan suatu benda untuk tujuan ilmiah (unusual use),tingkat kepekaan terhadap masalah-masalah sains (problem finding), meningkatkan kemampuan suatu produk secara

Page 3: 263Prosiding Seminar Nasional Masif II Tahun 2016eprints.ulm.ac.id/4298/1/2 masif.pdfeksperimen, kemudian memverifikasi rasionalitas dari hipotesis yang akan diselidiki. Desain eksperimen

FPMIPATI, Universitas PGRI Semarang ISBN 978-602-74268-1-8

264 Prosiding Seminar Nasional Masif II Tahun 2016

teknis (product improvement), berimajinasi secara ilmiah (scientific imagination),pemecahan masalah sains secara kreatif (creatively science problem solving), mendesain eksperimen secara kreatif (creatively experiment designing), dan mendesain produksains

secara kreatif (creatively product design)6.

Pendidikan tinggi berperan penting dalam upaya mencapai kemajuan, meningkatkan daya saing, dan membangun keunggulan bangsa, melalui pengembangan ilmu pengetahuan, penemuan

ilmiah, dan inovasi teknologi 3. Proses pembelajaran pada pendidikan tinggi harus memberikan ruang bagi pengembangan kreativitas, prakarsa, kepribadian, dan kemandirian dalam mencari dan menemukan

pengetahuan 16. Kenyataannya pembelajaran di perguruan tinggi sampai saat ini masih berorientasi pada produk dan hafalan, sehingga

kreativitas ilmiah cenderung diabaikan 22.

Melatihkan kreativitas ilmiah mahasiswa dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pembelajaran kreatif, di antaranya adalah menerapkan model Scientific Creativity Learning (SCL) dalam pembelajaran fisika. Model SCl dikembangkan untuk meningkatkan kreativitas

ilmiah mahasiswa, kemudian diperbarui menjadi model Responsibility and Scientific Creativity Learning (RSCBL) yang tidak hanya untuk meningkatkan kreativitas ilmiah, tetapi juga didesain untuk meningkatkan tanggung jawab mahasiswa yang akan berkontribusi secara langsung terhadap

Tabel 1. Sintaks Model SCL/RSCBL Fase Aktivitas Dosen Aktivitas Mahasiswa

Membangkitkan tanggung jawab pribadi yang kreatif

1. Memotivasi mahasiswa dengan mengajukan pertanyaan unusual use.

2. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan pentingnya tanggung jawab untuk menjadi pribadi yang kreatif.

1. Memberikan jawaban pertanyaan unusual use yang diberikan dosen.

2. Mendengarkan penjelasan dosen dengan seksama untuk memahami tujuan pembelajaran dan pentingnya tanggung jawab untuk menjadi pribadi yang kreatif.

Mengorganisasikan kebutuhan belajar kreatif

1. Membantu mahasiswa dalam memahami logistik yang dibutuhkan untuk investigasi.

2. Mengarahkan mahasiswa dalam pembentukan kelompok yang terdiri 4-6 anggota dan membagikan logistik yang diperlukan.

1. Berusaha memahami materi prasyarat dan logistik (alat dan bahan atau media) yang diperlukan untuk investigasi.

2. Berpartisipasi aktif dalam pembentukan kelompok yang terdiri 4-6 anggota dan memastikan bahwa kelompoknya telah menerima logistik yang diperlukan.

Membimbing investigasi secara kelompok

Menumbuhkembangkan rasa tanggung jawab mahasiswa dalam kegiatan eksperimen dan mengkaji berbagai sumber informasi mengacu pada LKM untuk memecahkan masalah sains secara kreatif.

Berusaha menumbuhkembangkan rasa tanggung jawab (berpartisipasi, menghormati orang lain, kerja sama, memimpin, menyampaikan pendapat, dan meminta bantuan) dalam memahami masalah sains, menyebutkan rumusan masalah sebanyak-banyaknya dan mengisolasi salah satu rumusan masalah yang ingin diselidiki, merencanakan dan melaksanakan eksperimen, serta mengkaji berbagai sumber informasi untuk memecahkan masalah sains secara kreatif.

Memantapkan tanggung jawab dalam menunjukkan kreativitas ilmiah

Memberikan tanggung jawab kepada mahasiswa untuk membuat beberapa penilaian kreativitas ilmiah beserta penyelesaiannya, kemudian mendiskusikan hasil kinerja kelompok di depan kelas.

Berusaha menerima dan melaksanakan tanggung jawab (berpartisipasi, menghormati orang lain, kerja sama, memimpin, menyampaikan pendapat, dan meminta bantuan) untuk membuat beberapa penilaian kreativitas ilmiah (unusual use, problem finding, scientific imagination, product improvement, creatively science problem solving, creatively experiment designing, dan creatively product design) beserta penyelesaiannya mengacu contoh penilaian kreativitas ilmiah yang diberikan, kemudian mempresentasikan hasil kinerja kelompok di depan kelas.

Evaluasi kreativitas ilmiah dan tanggung jawab

Membantu mahasiswa untuk mengevaluasi pemahaman kreativitas ilmiah dan tanggung jawab mereka, refleksi proses pembelajaran beserta tindak lanjutnya.

Berpartisipasi dalam evaluasi pemahaman kreativitas ilmiah dan tanggung jawab mereka, refleksi proses pembelajaran yang telah dilakukan beserta tindak lanjutnya.

Page 4: 263Prosiding Seminar Nasional Masif II Tahun 2016eprints.ulm.ac.id/4298/1/2 masif.pdfeksperimen, kemudian memverifikasi rasionalitas dari hipotesis yang akan diselidiki. Desain eksperimen

ISBN 978-602-74268-1-8 FPMIPATI, Universitas PGRI Semarang

265 Prosiding Seminar Nasional Masif II Tahun 2016

pengembangan kreativitas ilmiahnya21. Model SCLmemiliki dukungan teori pembelajaran kognitif, teori proses kompleks kognitif, teori pembelajaran sosiokognitif dan konstruktivisme. Proses pembelajaran dilaksanakan dalam lima fase dan secara ringkas disajikan pada Tabel 1.

Penelitian ini adalah bagian dari penelitian pengembangan (research design) dan berada pada tahapan uji coba penelitian dengan menggunakan eksperimen one group pretest-posttest design.Pembelajaran dilaksanakan dalam 8 pertemuan, di mana pada pertemuan 1 dan 2 adalah pelatihan keterampilan proses sebagai pembekalan pengetahuan awal mahasiswa, dan pertemuan 3 sampai 8 adalah pelaksanaan pembelajaran yang sebenarnya. Keterampilan-keterampilan proses sains merupakan

komponen-komponen kreativitas ilmiah 15. Model SCL beserta perangkat pendukung yang digunakan sebelumnya telah dilakukan validasi pakar melalui focus group discussion dan dinyatakan valid dari segi isi maupun konstruknya.

Beberapa persiapan yang dilakukan sebelum proses pembelajaran di antaranya: (1) meminta dosen model mempelajari model SCL beserta perangkat dan logistik yang diperlukan beberapa bulan sebelumnya, (2) melakukan diskusi dengan dosen model dan pengamat untuk menemukan kesepahaman akan peran masing-masing dalam penelitian, (3) melakukan pemodelan kegiatan eksperimen di LKM dengan menggunakan alat dan bahan laboratorium maupun media PhET, dan (3) melakukan pemodelan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran pertemuan 1, 2, dan 3 untuk memberikan pengalaman langsung kepada dosen model yang akan menjadi dosen pengajar dan pengamat yang akan mengamati jalannya proses pembelajaran.. Pemodelan dilakukan pada 48 mahasiswa prodi pendidikan fisika kelas B angkatan 2015/2016 yang memprogram matakuliah fisika dasar, dan peneliti bertindak sebagai dosen pengajar.

Pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh dosen model pada 30 mahasiswa prodi pendidikan fisika kelas A angkatan 2015/2016 yang sedang memprogram mata kuliah fisika dasar. Pengumpulan data dilakukan olehenam orang observer yang sudah dilatih melakukan pengamatan keterlaksanaan SAP-Model SCL dengan menggunakan instrumen pengamatan keterlaksanaan yang dikembangkan dan dilanjutkan dengan wawancara secara mendalam kepada beberapa mahasiswa dan dosen pengajar

terkait dengan kendala pelaksanaannya.Teknik analisis data secara deskriptif kualitatif.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Keterlaksanaan SAP merupakan pencapaian fase-fase dalam SAP yang dilakukan dosen selama proses pembelajaran beserta kendala pelaksanaannya atau menunjukkan tingkat kepraktisan dari model SCL yang digunakan. Kepraktisan model adalah model dapat diterapkan dalam seting yang telah dirancang dan

dikembangkan 14.

Tabel 2 menunjukkan bahwa penilaian keterlaksanaan fase-fase di setiap SAP-Model SCL selama proses pembelajaran berada pada kriteria terlaksana/sangat terlaksana dan reliabel. Fase 1 Membangkitkan tanggung jawab pribadi yang kreatif, dosen model dapat membuka pelajaran, menyajikan unusual use, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan menjelaskan pentingnya tanggung jawab untuk menjadi pribadi kreatif dengan sangat baik.Pribadi kreatif memiliki kemampuan menerima perubahan dan kebaruan, kemauan untuk bermain dengan ide-ide dan peluang, memiliki pandangan fleksibel, kebiasaan menikmati yang baik dan selalu

mencari cara untuk memperbaikinya 20. The creative thinking should go beyond the known, outside the

box18.Sikap tanggung jawab akan membantu mahasiswa mengatasi berbagai hambatan kreativitas dan secara langsung mendukung

pengembangan kreativitas mereka1418.

Kendala pada pertemuan pertama adalah penjelasan pentingnya tanggung jawab dalam pendahuluan seringkali diulang-ulang sehingga kegiatan pendahuluan lebih dari 15 menit, pada pertemuan kedua dosen dapat memperbaiki penjelasan tetapi waktunya menjadi terlalu

singkat ( 5 menit), dan pertemuan selanjutnya tidak ada kendala yang berarti.

Fase 2: Mengorganisasikan kebutuhan belajar kreatif, dosen model dapat menyiapkan kebu-tuhan belajar kreatif (meliputi alat dan bahan atau media, pembentukan kelompok belajar). Penggunaan advanced organizers membantu mahasiswa dalam mengingat informasi terkait yang diperlukan untuk menyatukan informasi

baru19. Kendala pada pertemuan 1 dan 2 adalah dosen memberikan penjelasan logistik dengan media power point terlalu singkat, sehingga

Page 5: 263Prosiding Seminar Nasional Masif II Tahun 2016eprints.ulm.ac.id/4298/1/2 masif.pdfeksperimen, kemudian memverifikasi rasionalitas dari hipotesis yang akan diselidiki. Desain eksperimen

FPMIPATI, Universitas PGRI Semarang ISBN 978-602-74268-1-8

266 Prosiding Seminar Nasional Masif II Tahun 2016

mahasiswa kurang memahami penggunaan peralatan dan media. Pertemuan selanjutnya dosen dapat membuat mahasiswa memahami penggunaan peralatan dan media serta mengidentifikasi berbagai variabel yang memungkinkan untuk diselidiki. Mahasiswa lebih mungkin berpikir kreatif jika lingkungan belajar merangsang dan mendorong pemikiran

independen 10.

Fase 3: Membimbing investigasi secara kelom-pok, merupakan fase inti dari model SCL. Dosen menggunakan scaffolding untuk membantu mahasiswa memperoleh pengalaman dalam

pemecahan ill defined problem5.Ill defined problem adalah masalah yang dirumuskan secara longgar agar dapat menghasilkan beberapa strategi

maupun solusi 10. Dosen model pada fase 3 ini, sudah dapat membimbing mahasiswa membuat

rumusan masalah sebanyak-banyaknya dan mengisolasi rumusan masalah yang akan diselidiki, membimbing merencanakan sebuah eksperimen (merumuskan hipotesis, mengidentifikasi variabel, membuat definisi operasional variabel, merancang tabel data pengamatan, dan merancang prosedur eksperimen), membimbing melaksanakan eksperimen secara kelompok, menganalisis data dan menarik kesimpulan dengan sangat benar. Kendala di awal pertemuan adalah kelompok 1 dan 5 mengalami kesulitan membuat rumusan masalah, kelompok 1 menyebutkan hanya 1 variabel kontrol, beberapa kelompok cenderung memilih media PhET, dan merencanakan dan melaksanakan eksperimen memerlukan banyak waktu. Kendala-kendala tersebut pada akhirnya dapat diatasi.

Keterangan: SV = Sangat Valid, R = Reliabel

Mentransfer apa yang dipelajari dengan situasi baru akan meningkat ketika mahasiswa lebih sadar akan diri mereka sebagai peserta didik yang aktif memantau strategi pembelajaran dan

pengetahuan 10.

Fase 4 Memantapkan tanggung jawab dalam menunjukkan kreativitas ilmiah juga termasuk fase ini model SCL. Dosen model sudah dapat membimbing mahasiswa untuk membuat beberapa penilaian kreativitas ilmiah beserta penyelesaiannya, mempresentasikan hasil kinerjanya di depan kelas, dan mendiskusikan materi yang belum dipahami. Penguasaan domain berpikir divergen dapat menghasilkan produk

kreatif 10. Kendala pada pertemuan 1 dan 2 adalah beberapa kelompok membuat penilaian kreativitas ilmiah yang tidak sesuai dengan materi yang dipelajari, beberapa mahasiswa ada yang cenderung memaksanakan pendapat dalam menyelesaikan tugas kelompok, dan waktu presentasi pada pertemuan 1 terlalu singkat sehingga hanya sedikit mahasiswa yang bertanya atau menyampaikan pendapat. Pertemuan selanjutnya semua kendala dapat diatasi, kecuali masih sedikit mahasiswa yang bertanya/berpendapat saat kegiatan presentasi.

Fase 5 Evaluasi kreativitas ilmiah dan tanggung jawab, dosen model dapat membimbing evaluasi

Tabel 2.Hasil Pengamatan Keterlaksanaan SAP-Model SCL

Fase

Pertemuan ke …

1 2 3 4 5 6

Ket P̅ Ket P̅ Ket P̅ Ket P̅ Ket P̅ Ket

1. Membangkitkan tanggung jawab pribadi yang kreatif

3,63 ST 3,75 ST 3,75 ST 3,88 ST 3,88 ST 3,75 ST

2. Mengorganisasikan kebutuhan belajar kreatif

3,50 ST 3,00 T 4,00 ST 4,00 ST 4,00 ST 4,00 ST

3. Membimbing investigasi secara kelompok

3,60 ST 3,50 ST 3,70 ST 3,90 ST 3,90 ST 4,00 ST

4. Memantapkan tanggung jawab dalam menunjukkan kreativitas ilmiah

3,50 ST 3,67 ST 3,17 T 3,33 ST 3,67 ST 4,00 ST

5. Evaluasi kreativitas ilmiah dan tanggung jawab

3,00 T 3,67 ST 3,83 ST 3,50 ST 3,67 ST 3,67 ST

Suasana Kelas 3,67 ST 3,75 ST 3,92 ST 4,00 ST 3,92 ST 4,00 ST

Tingkat reliabilitas Reliabe

l Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel

Page 6: 263Prosiding Seminar Nasional Masif II Tahun 2016eprints.ulm.ac.id/4298/1/2 masif.pdfeksperimen, kemudian memverifikasi rasionalitas dari hipotesis yang akan diselidiki. Desain eksperimen

ISBN 978-602-74268-1-8 FPMIPATI, Universitas PGRI Semarang

267 Prosiding Seminar Nasional Masif II Tahun 2016

hasil kreativitas ilmiah dan tanggung jawab, refleksi proses belajar, dan meminta saran tindak lanjut untuk pertemuan selanjutnya. Evaluasi ide membuat mahasiswa menghasilkan lebih banyak ide asli dan meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah 7. Dosen model dapat mengkondisikan suasana pembelajaran berpusat pada mahasiswa yang sesuai dengan sintaks dan tujuan pembelajaran, serta membuat mahasiswa kreatif dan bertanggung jawab. Kreativitas ilmiah dan tanggung menjadi daya ungkit untuk menuju keberhasilan, daya ungkit berarti bisa membuat sesuatu lebih mudah, lebih ringan, lebih cepat,

lebih menarik, dan lebih-lebih yang lainnya 17. Kendala pelaksanaan di setiap pertemuan adalah

alokasi waktu selalu kelebihan 15 menit dari waktu yang direncanakan (150 menit), namun kelebihan waktu tersebut masih dianggap wajar.

IV. KESIMPULAN

Keterlaksanaan fase-fase model SCL meliputi membangkitkan tanggung jawab pribadi yang kreatif, mengorganisasikan kebutuhan belajar kreatif, membimbing investigasi secara kelompok, memantapkan tanggung jawab dalam menunjukkan kreativitas ilmiah, evaluasi kreativitas ilmiah dan tanggung jawab pada pertemuan 3 sampai 5 mendapatkan kriteria minimal terlaksana, dan pada pertemuan 6 sampai 8 semua dalam kriteria sangat terlaksana. Kendala yang muncul di awal pembelajaran adalah mahasiswa kurang memahami kebutuhan logistik (alat dan bahan atau media) sehingga kesulitan dalam merancang sebuah eksperimen, namun kendala tersebut akhirnya dapat diatasi. Kegiatan pembelajaran dapat memberikan ruang bagi pengembangan kreativitas, kemandirian, dan membuat mahasiswa kreatif dan bertanggung jawab.Diperoleh simpulan bahwa fase-fase Model SCL dapat digunakan untuk melatihkan kreativitas ilmiah mahasiswa dalam pembelajaran fisika.

REKOMENDASI

Penerapan model SCL dalam proses pembelajaran juga memberikan peluang untuk meningkatkan karakter dan metakognisi, keterampilan berpikir kritis, komunikasi, keterampilan hidup dan berkarir, serta keterampilan menggunakan informasi, media, dan teknologi.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kami sampaikan kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah menyediakan Beasiswa Program Pasca Sarjana Dalam Negeri (BPPDN) Program Doktoral Pendidikan Sains dan Hibah Doktoral, Kaprodi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lambung Mangkurat, Dekan FKIP Universitas Lambung Mangkurat, dan Rektor Universitas Lambung Mangkurat yang telah mengijinkan tugas Belajar. Prof. Dr. Mohamad Nur dan Prof. Dr. Leny Yuanitas, M.Kes selaku pembimbing disertasi. Dra. Sri Mulyaningsih, M.S.,Prof. Mundilarto, M.Pd., Dr. Wasis, M.Si., Dr. Sutjipto, M.S., Dr. Suryanti, M.Pd., Dr. Parno, M.Si., Dr. Supeno, M.Si., Dr. Edi Supriana, M.Si., Dra. Titin Sunarti, M.Si., Binar Praharani, M.Pd., Drs. Sri Astutik, M.Si., Drs. Evendy, M.Pd. dan berbagai pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

V. DAFTAR PUSTAKA

[1] Ayas, M.B.& Sak, U. (2014). Objective measure of scientific creativity: Psychometric validity of the creative scientific ability test. Thinking Skills and Creativity, 13, 195–205.

[2] Ayas, M.B.& Sak, U. (2014). Objective measure of scientific creativity: Psychometric validity of the creative scientific ability test. Thinking Skills and Creativity, 13, 195–205.

[3] Bappenas. (2015). Rencana pembangunan jangka menengah nasional 2015-2019: Buku I agenda pembangunan bidang. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

[4] Blascova, M. (2014). Influencing academic motivation, responsibility and creativity. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 159, 415 – 425.

[5] Eggen, P.D. & Kauchak, D.P. (2013).Educational psychology: Windows on clasrooms (9thedition). New Jersey: Pearson

[6] Hu, W. & Adey, P. (2010). A scientific creativity test for secondary school students. International Journal of Science Education, 24:4, 389-403.

[7] Gregory, E., Hardiman, M., Yarmolinskaya, J., Rinne, L., & Limb, C. (2013). Building creative thinking in the classroom: From research to practice. International Journal of Educational Research, 62, 43–50.

Page 7: 263Prosiding Seminar Nasional Masif II Tahun 2016eprints.ulm.ac.id/4298/1/2 masif.pdfeksperimen, kemudian memverifikasi rasionalitas dari hipotesis yang akan diselidiki. Desain eksperimen

FPMIPATI, Universitas PGRI Semarang ISBN 978-602-74268-1-8

268 Prosiding Seminar Nasional Masif II Tahun 2016

[8] Laughlin, M,C., William, C., Thompson, M.& Zike, D. (2005). Physical science. Washington, D.C: Glencoe Science.

[9] Liu& Lin. (2013). Primary teachers' beliefs about scientific creativity in the classroom context. International Journal of Science Education, 36:10, 1551-1567.

[10] Moreno, R. (2010).Educational psichology.New Mecico.John Wiley&Sons, Inc.

[11] Mukhopadhyay, R. (2013). Measurement of creativity in physics: A brief review on related tools. Journal Of Humanities And Social Science, 6-5, 45-50.

[12] Mukhopadhyay R. & Sen, M.K. (2012).Investigation of creativity in physics in the context of learning in association with deep approach to study.Journal Of Humanities And Social Science, 4:2, 24-30.

[13] Mukhopadhyay R. & Sen, M.K. (2013). Scientific creativity- A new emerging field of research: Some considerations. International Journal of Education and Psychological Research, 2:1, 1-9.

[14] Nieveen, N. (2013).Formative evaluation in educational design research.Plomp, T.J. & Nieveen, N. (Eds).An Introduction to Educational Design Research (pp. 89-10).

[15] Nur, M. (2014).Berpikir kreatif. Universitas Negeri Surabaya, Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi.

[16] Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Permenristekdikti Nomor 44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi.

[17] Pranowo, P. (2013).Cara super untuk kreatif. Yogayakarta: Suka Buku.Saliceti, F. (2015). Educate for creativity: New educational strategies. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 197, 1174 – 1178.

[18] Saliceti, F. (2015). Educate for creativity: New educational strategies. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 197, 1174 – 1178.

[19] Slavin, R.E. (2005). Educational psikology, theori and practice. Boston: Pearson Education.

[20] Sudarma, M. (2012).Mengembangkan keterampilan berpikir kreatif. Jakarta: Rajawali Press

[21] Suyidno, Nur, M., & Yuanita, L. (2016).Model Responsibility and Scientific Creativity Based Learning (RSCBL). Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains 2016, ISBN: 978-602-72071-1-0, p. 361-369.

[22] Tim Dikti.(2014). Buku kurikulum pendidikan tinggi.Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan.