246534427 Standarisasi Bahan Baku

37
MAKALAH STANDARISASI BAHAN BAKU “STANDARISASI BAHAN BAKU BERUPA OBAT HERBAL ASAM URAT AMURATEN” Disusun Oleh : 1. Dinnie Agustiani (FA3-21121101) 2. Fajar Gilang Rinaldi (FA3- 21121105) 3. Rivan Fajarudin Azhar (FA3- 21121127) 4. Riska Nurjanah (FA5- 21121222) 5. Yoyan Yayu T.P.L (FA5-21121229) i

description

biiologi farmasi

Transcript of 246534427 Standarisasi Bahan Baku

MAKALAH STANDARISASI BAHAN BAKUSTANDARISASI BAHAN BAKU BERUPA OBAT HERBAL ASAM URAT AMURATEN

Disusun Oleh :1. Dinnie Agustiani(FA3-21121101)2. Fajar Gilang Rinaldi(FA3-21121105)3. Rivan Fajarudin Azhar(FA3-21121127)4. Riska Nurjanah(FA5-21121222)5. Yoyan Yayu T.P.L(FA5-21121229)

SEKOLAH TINGGI FARMASI BANDUNG2014

13i

BAB IPENDAHULUAN

Latar BelakangIndonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan keanekaragaman hayati terutama tumbuh-tumbuhan. Ada lebih dari 30.000 jenis tumbuhan yang terdapat di bumi Nusantara ini, dan lebih dari 1000 jenis telah diketahui dapat dimanfaatkan untuk pengobatan. Pada era globalisasi ini obat bahan alam baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar negeri sangat pesat perkembangannya, dengan demikian agar produk-produk herbal tersebut dapat terjaga kualitas dan khasiatnya maka diperlukan suatu standarisasi baik pada bahan baku ataupun dalam bentuk sediaan ekstrak. Beberapa negara baik di Eropa, Asia, dan Amerika telah menetapkan beberapa standar terhadap bahan baku produk herbal ini, bahkan WHO juga telah menetapkan standar terhadap beberapa tanaman yang biasa digunakan sebagi bahan baku obat / produk herbal. Beberapa contoh jenis standar yang dimaksud adalah BHP (British Herbal Pharmacopoeia), USP (United States Pharmacopoeia), JSHM (Japanese Standards For Herbal Medicines), API (The Ayurvedic Pharmacopoeia of India), WHO's Guidelines For Medicinal Plant Materials.Melihat jumlah simplisia yang semakin banyak digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan obat tradisional atau obat bahan alam, maka untuk menjamin bahwa kualitas herbal sama pada setiap produksinya dan memenuhi standar minimal harus dilakukan standarisasi terhadap bahan baku tersebut, baik yang berupa serbuk simplisia maupun yang berbentuk ekstrak. Persyaratan mutu ekstrak terdiri dari berbagai parameter standar umum dan parameter standar spesifik. Dengan standarisasi, pemerintah melakukan fungsi pembinaan dan pengawasan serta melindungi konsumen untuk tegaknya trilogi mutu, keamanan dan manfaat. Standarisasi juga menjamin mahwa produk akhir mempunyai nilai parameter tertentu yang konstan dan ditetapkan (dirancang dalam formula) terlebih dahulu. Khasiat ekstrak dengan simplisia asalnya belum tentu sama persis, karena simplisia yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Struktur kimia yang berbeda-beda akan mempengaruhi kelarutan serta stabilitas senyawa-senyawa tersebut terhadap pemanasan, udara, cahaya, logam berat dan derajat keasaman. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia, akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat. Keajegan kadar senyawa aktif meerupakan syarat mutlak mutu ekstrak yang diproduksi. Oleh sebab itu serbuk simplisia dan ekstrak harus distandarisasi. Standarisasi adalah serangkaian parameter, prosedur dan cara pengukuran yang hasilnya merupakan unsur-unsur terkait seperti paradigma mutu yang memenuhi standar dan jaminan stabilita produk. Hasil dari proses ekstraksi dapat mengahsilkan parameter spesifik dan non spesifik ekstrak yang terstandar dan diharapkan mampu menunjukkan kualitas ekstrak tersebut baik dalam hal kandungan bahan aktif, kadar iar maupun batas cemaran yang diperbolehkan. Tujuannya agar diperoleh bentuk bahan baku atau produk kefarmasian yang bemutu,aman dan berkhasiat

BAB IIISI

Obat Bahan Alam Obat bahan alam merupakan obat yang menggunakan bahan baku berasal dari alam (tumbuhan dan hewan).Obat bahan alam dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu jamu, jamu herbal terstandar, dan fitofarmaka. Jamu (Empirical based herbal medicine) adalah obat bahan alam yang disediakan secara tradisional, misalnya dalambentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut dan digunakan secara tradisional (Lestari, 2007).

Penggolongan Obat Bahan Alam 1. Jamu Jamu adalah obat tradisional yang diracik dengan menggunakan bahan tanaman sebagai penyusun jamu tersebut.Jamu disajikan secara tradisional dalam bentuk serbuk seduhan, pil, atau cairan.Satu jenis jamu yang disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya antara 5 10 macam, bahkan bisa lebih.Jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai uji klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris.Walaupun demikian, jamu harus memenuhi persyaratan keamanan dan standar mutu.Jamu hanya dapat dikonsumsi sebagai mencegah, mengurangi atau mengatasi keluhan yang dialami seseorang.Bukan menyembuhkan suatu diagnosa penyakit.Secara umum, jamu dibedakan menjadi dua Universitas Sumatera Utara yaitu yang bertujuan untuk menjaga kesehatan dan yang dimanfaatkan untuk mengobati keluhan penyakit. Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 246 tahun 1992, pengertian jamu adalah obat tradisional yang bahan bakunya simplisia yang sebagian besar belum mengalami standarisasi dan belum pernah diteliti, bentuk sediaan masih sederhana berwujud serbuk seduhan, rajangan untuk seduhan, dan sebagainya. Oleh karena itu, jamu merupakan bagian dari obat tradisional yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Melalui proses produksi yang telah dilakukan oleh beberapa industri kecil obat tradisional yang masih menggunakan tekhnologi yang relatif sederhana (tradisional) karena jamu yang dihasilkan adalah berupa serbuk jamu. Obat bahan alam termasuk jamu yang diproduksi oleh industri obat bahan alam (IOT) maupun industri kecil obat bahan alam (IKOT) mempunyai persyaratanyang sama yaitu aman untuk digunakan, berkhasiat atau bermanfaat dan bermutu baik (lestari, 2007).Pengembangan bahan obat diawali dengan sintesis atau isolasi dari berbagai sumber yaitu dari tanaman, jaringan hewan, kultur mikroba, dan dengan tehnik biotekhnologi (Sukandar, 2008). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan nomor 917/Menkes/Per/X/1993, obat adalah sediaan atau paduan paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologis atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,peningkatan kesehatan dan kontrasepsi.Dalam arti luas obat merupakan tiap-tiap zat kimia yang mempengaruhi proses hidup. Universitas Sumatera Utara Dalam melangsungkan proses hidup kita harus rasional terhadap banyaknya peredaran jamu dicampur dengan obat-obatan. Misalnya, menggunakan campuran bahan dengan khasiat sejenis pada suatu ramuan dan menggunakan simplisia yang tidak sesuai dengan manfaat yang diharapkan. Untuk itu, tujuan pemanfaatan jamu umumnya tercemin dari nama umum jamu. Jamu yang diproduksi dan didistribusikan di Indonesia dikenal dengan aturan yang ditetapkan Badan POM. Salah satunya, dalam pengemasannya diberi label yang menjelaskan obat tersebut, termasuk tentang manfaat atau khasiatnya. Penjelesan tentang manfaat jamu hanya boleh disampaikan dalam bentuk mengurangi atau menghilangkan keluhan yang dialami seseorang, bukan menyembuhkan suatu diagnosa penyakit. Secara umum, jamu dapat dibedakan menjadi dua yaitu yang bertujuan untuk menjaga kesehatan dan yang dimanfaatkan untuk mengobati keluhan penyakit.

Jamu2. Herbal Terstandar Di dalam bentuk herbal standar ini memiliki sedikit perbedaan dengan jamu.Umumnya, herbal standar telah mengalami pemrosessan, misalnya berupa ekstrak atau kapsul.Ekstrak dari herbal tersebut telah diteliti khasiat dan keamanannya melalui uji pra klinis. Uji tersebut melalui beberapa proses antara lain : uji penerapan standar kandungan bahan, proses pembuatan ekstrak, higenitas, serta uji toksisitas. Obat Herbal Terstandar ( Standarized based Herbal Medicine) merupakan obat tradisional yang disajikan dari hasil ekstraksi atau penyarian bahan alam, baik tanaman obat, binatang, maupun mineral (Lestari, 2007). Dalam proses pembuatan obat herbal standar ini dibutuhkan peralatan yang tidak sederhana dan lebih mahal daripada Universitas Sumatera Utara pembuatan jamu.Tenaga kerja yang dibutuhkan pun harus di dukung dengan keterampilan dan pengetahuan membuat ekstrak.Obat herbal ini umumnya ditunjang oleh pembuktian ilmiah berupa penelitian praklinis.Penelitian ini meliputi standarisasi kandungan senyawa berkhasiat dalam bahan penyusun, standarisasi pembuatan ekstrak yang higenis, serta uji toksisitas akut maupun kronis.

Obat Herbal Terrstandar

3. Fitofarmaka Merupakan jamu dengan Kasta tertinggi karena khasiat, keamanan, serta standar proses pembuatan dan bahannya telah diuji secara klinis, jamu berstatus sebagai. fitofarmaka juga dijual di apotek dan harus dengan resep dokter (Yuliarti, 2008). Fitofarmaka ( Clinical Based Herbal Medicine) merupakan obat tradisional yang dapat disejajarkan dengan obat modern. Proses pembuatannya diperlukan peralatan berteknologi modern,tenaga ahli,dan biaya yang tidak sedikit (Lestari, 2007). Fitofarmaka memiliki kekhasan tersendiri, hal ini disebabkan fitofarmaka merupakan obat tradisional yang memiliki keunggulan yang hampir sama dengan obat-obatan. Bahkan tidak jarang fitofarmaka menjadi rekomendasi dokter terhadap pasiennya. Dengan uji klinik yang sama dengan obat-obatan serta menggunakan tekhnologi modern, sehingga fitofarmaka dapat memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan. Berikut ini beberapa bahan alam yang digolongkan sebagai fitofarmaka, anatara lain : bawang putih, ginseng, cengkeh, angkak, anggur, ginkgo, dan jahe. Karena sudah teruji secara klinis, maka bahan-bahan tersebut dapat disejajarkan dengan obat-obatan modern (harmanto, 2007).

Fitofarmaka

Standarisasi Obat Herbal di IndonesiaStandard adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan disusun berdasarkan konsensus semua pihak terkait, dgn memperhatikan aspek keselamatan, keamanan lingkungan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta berdasarkan pengalaman, perkembangan masa kini dan masa datang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya.Standardisasi adalah proses perumusan, penetapan, dan penerapan serta revisi standard yang dilaksanakan secara tertib dan melibatkan kerja sama pihak terkait. Merumuskan standar adalah kegiatan pengumpulan dan pengolahan data untuk merancang standar sampai tercapai kesepakatan semua pihak yang berkepentingan. Menetapkan standar adalah menetapkan rancangan standar yang telah disepakati menjadi SNI (Standar Nasional Indonesia) dengan Surat Keputusan BSN (Badan Standar Nasional). Menerapkan standar adalah kegiatan menggunakan standar sesuai SNI. Standardisasi herbal mencakup pengertian metrologi teknik, standar pengujian dan mutu. Metrologi adalah mengelola satuan ukuran, metode pengukuran dan alat ukur yang menyangkut pesyaratan teknik. Mutu adalah gambaran dan karakterisasi menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam mememenuhi kebutuhan yang dibutuhkan. Jaminan mutu adalah seluruh perencanaan dan kegiatan sistematik yg diperlukan untuk memberikan suatu keyakinan memadai bahwa suatu barang ataujasa akan memenuhi persyaratan mutlak.Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyatakan bahwa suatu obat dapat digolongkan dalam obat-obatan tradisional atau herbal jika memiliki dua syarat. Pertama, obat tersebut mengandung unsur alam 100% tanpa adanya tambahan bahan kimia sedikit pun. Kedua, obat-obatan tradisional (herbal) terdapat pada Pasal 15 Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, disebutkan bahwa: Keterangan pada Label, ditulis atau dicetak dengan menggunakan bahasa Indonesia, angka Arab dan huruf Latin.Pada syarat pertama, seringkali khasiat alami dan kemurnian obat-obatan tradisional seringkali disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Untuk syarat yang kedua, kewajiban penulisan label dalam bahasa Indonesia adalah salah satu bentuk perlindungan dari pemerintah terhadap konsumen seperti yang diamanatkan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK) Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Selain itu, penggunaan bahasa Indonesia pada labelpendistribusian obal tradisional (herbal) ini juga bermaksud untuk memberikan informasi yang cukup kepada konsumen tentang penggunaan dan khasiat obat yang akan digunakan. Dan adanya kewajiban ini dimaksudkan agar berlaku juga terhadap obat-obatan tradisional yang dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan.

Standarisasi SimplisiaStandarisasi adalah penyesuaian bentuk dengan pedoman (standar) yang ditetapkan dan dibakukan. Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai bahan obat, kecuali dipergunakan sebagai bahan obat, kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia terdiri dari simplisia nabati, hewani dan mineral.nabati, hewani dan mineral. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Yang di maksud eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari selnya atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya. Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh atau zat-zat yang berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni. Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia yang berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni Salah satu cara untuk mengendalikan mutu simplisia adalah dengan melakukan standarisasi simplisia. Standarisasi diperlukan agar dapat diperoleh bahan baku yang seragam yang akhirnya dapat menjamin efek farmakologi tanaman tersebut (BPOM, 2005). Standarisasi simplisia mempunyai pengertian bahwa simplisia yang akan digunakan untuk obat sebagai bahan baku harus memenuhi persyaratan tertentu.

Standardisasi Serbuk SimplisiaUntuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun kegunaan simplisia harus memenuhi persyaratan minimal untuk standardisasi simplisia. Standardisasisimplisia mengacu pada tiga konsep antara lain sebagai berikut:Simplisia sebagai bahan baku harus memenuhi 3 parameter mutu umum (nonspesifik) suatu bahan yaitu kebenaran jenis (identifikasi), kemurnian, aturan penstabilan (wadah, penyimpanan, distribusi)Simplisia sebagai bahan dan produk siap pakai harus memenuhi trilogi Quality-Safety-EfficacySimplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia yang berkontribusi terhadap respon biologis, harus memiliki spesifikasi kimia yaitu komposisi (jenis dan kadar) senyawa kandungan (Depkes RI, 1985).Kontrol kualitas merupakan parameter yang digunakan dalam proses standardisasi suatu simplisia. Parameter standardisasi simplisia meliputi parameter non spesifik dan spesifik.Parameter nonspesifik lebih terkait dengan faktor lingkungan dalam pembuatan simplisia sedangkan parameter spesifik terkait langsung dengan senyawa yang ada di dalam tanaman. Penjelasan lebih lanjut mengenai parameter standardisasi simplisia sebagai berikut:

1. Kebenaran simplisiaPemeriksaan mutu simplisia dilakukan dengan cara organoleptik, makroskopik dan mikroskopik. Pemeriksaan organoleptik dan makroskopik dilakukan dengan menggunakan indera manusia dengan memeriksa kemurnian dan mutu simplisia dengan mengamati bentuk dan ciri-ciri luar serta warna dan bau simplisia.Sebaiknya pemeriksaan mutu organoleptik dilanjutkan dengan mengamati ciri-ciri anatomi histologi terutama untuk menegaskan keaslian simplisia.2. Parameter non spesifikParameter non spesifik meliputi uji terkait dengan pencemaran yang disebabkan oleh pestisida, jamur, aflatoxin, logam berat, penetapan kadar abu, kadar air, kadar minyak atsiri, penetapan susut pengeringan.

3. Parameter spesifikParameter ini digunakan untuk mengetahui identitas kimia dari simplisia.Uji kandungan kimia simplisia digunakan untuk menetapkan kandungan senyawa tertentu dari simplisia.Biasanya dilkukan dengan analisis kromatografi lapis tipis (Depkes RI, 1985).

Standarisasi EkstrakEkstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang diperoleh diperlukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. Standardisasi ekstrak tidak lain adalah serangkaian parameter yang dibutuhkan sehingga ekstrak persyaratan produk kefarmasian sesuai dengan persyaratan yang berlaku.Ekstrak terstandar berarti konsistensi kandungan senyawa aktif dari setiap batch yang diproduksi dapat dipertahankan, dan juga dapat mempertahankan pemekatan kandungan senyawa aktif pada ekstrak sehingga dapat mengurangi secara signifikan volume permakaian per dosis, sementara dosis yang diinginkan terpenuhi, serta ekstrak yang diketahui kadar senyawa aktifnya ini dapat dipergunakan sebagai bahan pembuatan formula lain secara mudah seperti sediaan cair , kapsul, tablet, dan lain-lain.I. Parameter Non Spesifika) Susut PengeringanSusut pengeringan merupakan pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperatur 105C selama 30 menit atau sampai konstan, yang dinyatakan dalam porsen. Dalam hal khusus (jika bahan tidak mengandung minyak menguap/atsiri dan sisa pelarut organik) identik dengan kadar air, yaitu kandungan air karena berada di atmosfer/lingkungan udara terbuka (Depkes RI, 2000).b) Bobot JenisParameter bobot jenis ekstrak merupakan parameter yang mengindikasikan spesifikasi ekstrak uji.Parameter ini penting, karena bobot jenis ekstrak tergantung pada jumlah serta jenis komponen atau zat yang larut didalamnya (Depkes RI, 2000).c) Kadar AirKadar air adalah banyaknya hidrat yang terkandung zat atau banyaknya air yang diserap dengan tujuan untuk memberikan batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air dalam bahan (Depkes RI, 2000).d) Kadar abuParameter kadar abu merupakan pernyataan dari jumlah abu fisiologik bila simplisia dipijar hingga seluruh unsur organik hilang. Abu fisiologik adalah abu yang diperoleh dari sisa pemijaran (Depkes RI, 2000).II. Parameter Spesifika) IdentitasIdentitas ekstrak dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:Deskripsi tata nama :Nama Ekstrak (generik, dagang, paten)Nama latin tumbuhan (sistematika botani)Bagian tumbuhan yang digunakan (rimpang, daun, buah,)Nama Indonesia tumbuhan.Ekstrak dapat mempunyai senyawa identitas artinya senyawa tertentu yang menjadi petunjuk spesifik dengan metode tertentu. Parameter identitas ekstrak mempunyai tujuan tertentu untuk memberikan identitas obyektif dari nama dan spesifik dari senyawa identitas (Depkes RI, 2000).

b) OrganoleptikParameter oranoleptik digunakan untuk mendeskripsikan bentuk, warna, bau, rasa menggunakan panca indera dengan tujuan pengenalan awal yang sederhana dan seobyektif mungkin (Depkes RI, 2000).

c) Kadar sariParameter kadar sari digunakan untuk mengetahui jumlah kandungan senyawa kimia dalam sari simplisia. Parameter kadar sari ditetapkan sebagai parameter uji bahan baku obat tradisional karena jumlah kandungan senyawa kimia dalam sari simplisia akan berkaitan erat dengan reproduksibilitasnya dalam aktivitas farmakodinamik simplisia tersebut (Depkes RI,1995).

d) Pola kromatogramPola kromatogram mempunyai tujuan untuk memberikan gambaran awal komponen kandungan kimia berdasarkan pola kromatogram kemudian dibandingkan dengan data baku yang ditetapkan terlebih dahulu (Depkes RI, 2000)

STANDARDISASI PRODUK OBAT HERBAL AMURATEN

Amuraten, obat asam urat alami diramu dari bahan herbal berkualitas tinggi. Ramuan tradisional untuk asam urat amuraten ini berbentuk cair dalam kemasan sachet, sehingga enak dalam mengkonsumsi dan praktis dapat dibawa kemana-mana.

Komposisi amuraten :Zingiberis Rhizoma 15%, Curcumae Rhizoma 10%, Andrographidis Herba 15%, Caryophilly Flos 10%, Gendarusae 15%, Menthae Folia 10%, Panax Ginseng Extract 10%, Dan bahan tambahan lain 10%Terdaftar di BPOM No : POM TR.033 327 481

Khasiat Amuraten : Meringankan dan mengobati asam urat, pegal linu, rheumatik, dan masuk angin.

Standardisasi simplisia a) Rimpang Jahe ( Zingiberis Officinalis Rhizoma )Rimpang jahe dalah rimpang Zingiber officinale Rosc., suku Zingiberaceae mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 0,805 v/b

Identitas simplisiaPemerian : rimpang agak pipih, bagian ujung bercabang pendek , warna putih kekuningan, bau khas, rasa pedas .Bentuk bundar telur terbalik, pada setiap cabang terdapat parut melekuk ke dalam. Dalam bentuk potongan, panjang umumnya 3-4cm, tebal 1-6,5cm.Mikroskopik Fragmen pengenal : butir amilum yang banyak; pembuluh kayu; ber4kas pengangkut;kadang-kadang didampingi sel zat warna , sel damar minyak,damar minyak berbentuk gumpalan atau tetesan kecil yang dengan yodium LP memberi warna periderm;serabut dan jaringan gabus tangensial.Senyawa identitas : Shogaol

Pola kromatografiFase gerak: ToluenP:etl asetat P (93:7)Fase diam: Silika gel 60 F254 Larutan uji: 10% dalam etanol PLarutan pembanding: Eugenol 1% dalam etanol PVolume penotolan: Totolkan 3l Larutan uji & 1l larutan pembandingDeteksi: Anisaldehid-asamsulfat LP,panaskan lempenmg pada suhu 100 selama 5-10 menit

Keterangan : S : Simplisia rimpang jaheP : pembanding eugenolRf : Pembanding eugenol 0,82Rf 1 : 0,82Rf 2 : 0,94Rf 3 : 1,05Susut pengeringan : tidak lebih dari 10%Abu total : tidak lebih dari 4,2 %Abu tidak larut asam : tidak lebih dari 3,2 %Sari larut air : tidak lebih dari 15,8 %Sari larut etanol : tidak kurang dari 5,7 %Kandungan kimia Simplisia Kadar Minyak Atsiri : tidak kurang dari 0,80% v/b

b) Rimpang Kunyit (Curcumae Domesticae Rhizoma)Rimpang kunyit adalah rimpang curcuma domestica Val., suku Zingiberaceae., mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 3,02% v/b dan kurkuminoid tidak kurang dari 6,60 % dihitung sebagai kurkuminIdentitas simplisia Pemerian : Kepingan ringan ,rapuh, warna kuning jingga kemerahan samapi kecoklatan; bau khas, rasa agak pahit , agak pedas , lama kelamaan meenimbulkan rasa tebal ; lebar 0,5-3cm, panjang 2-6cm.Mikroskopik Fragmen pengenal : jaringan gabus; sel parenkim berisi bahan berwarna kuning ; berkas pengangkut trikomataa; butir amilum dan sel parenkimj berisi amilum.Senyawa identitas: Kurkumin

Pola kromatografi Fase gerak : Kloroform P : methanol P 95:5)Fase diam : Silika gel 60 F254 Larutan uji: 5% dalam etanol P Larutan pembanding:Kurkumin 0,1% dalam etanol PVolume penotolan : totolkan masing-masing 2l larutan uji dan larutan pembandingDeteksi : UV366

Susut pengeringan: tidak lebih dari 12%Abu total: tidak lebih dari 8,2%Abu tidak larut asam: tidak lebih dari 0,9%Sari larut air : tidak kurang dari 11,5%Sari larut etanol: tidak kurang dari 11,4%Kandungan Kimia simplisia Kadar minyak atsiri : tidak kurang dari 3,02% v/bKadar kurkuminoid : tidak kurang dari 6,60%

c) Herba Sambiloto (Andrographidis Paniculatae Herba )Herba Sambiloto adalah seluruh bagian tumbuhan Andrographidis paniculata Ness., suku Lamiaceae, mengandung andrografolid tidak kurang dari 0,64% Identitas simplisiaPemerian : Bentuk berupa campuran daun, batang, bunga dan buah kering, warna hijau, tidak berbau, berasa sangat pahit batang tidak berambut, tebal 2-6mm, persegi empat, batang bagian atas seringkali dengan sudut agak berusukMikroskopik Fragmen pengenal : epidermis atas dengan sistolit ; epidermis bawah dengan stomata dan sisik kelenjar; kelopak bunga dengan tonjolan papilla; rambut penutup dan berkas pengangkut.Senyawa identitas : Andrografolid

Pola Kromatografi Fase gerak: Kloroform P : methanol (9:1)Fase Diam : Silika gel 60 F254Larutan uji : 5% dalam etanol P Larutan pembanding : Andrografolid 0,1% dalam etanol PVolume penotolan : Totolkan 20 l Larutan uji dan 2l larutan pembandingDeteksi : UV254

Susut pengeringan: tidak lebih dari 10%Abu total: tidak lebih dari 10,2%Abu tidak larut asam : tidak lebih dari 1,7%Sari larut air: tidak kurang dari 15,7%Sari larut etanol: tidak kurang dari 9,2%Kandungan Kimia SimplisiaKandungan andrografolid: tidak kurang dari 0,64%d). Caryophylii flosPohon cemara kecil, tinggi 10-20m.Daun berlawanan, petiolate, lanset, merah muda menjadi hijau gelap, dengan tembus, kelenjar aromatik, memiliki bau tajam ketika muda.Perbungaan malai terjadi sebagai racemose dan beruang tunas yang mengambil bentuk kuku sebelum mekar.Bunga merah dengan 4 cekung, petal yang drop off secepat bunga terbuka;benang sari banyak;4 lobus kelopak.Buah merah gelap, buah berbiji berdaging.Identitas simplisia Pemerian : Bau: khas, sangat aromatik; rasa: pedas, pedas, diikuti oleh sedikit mati rasa Mikroskopik :Epidermis Hypanthium kecil, sel isodiametric berdinding tebal dengan kutikula sangat tebal, dengan stomata tanpa sel anak khusus.Lapisan parenkim mengandung banyak besar (sampai sekitar 200m panjang), oval, memanjang radial, kelenjar minyak menderita skizofrenia-lysigenous, diatur dalam 2 atau 3 lebih atau kurang bercampur lapisan.Lapisan parenkim dan collenchyma mengandung gugus kristal kalsium oksalat, dan dilalui oleh kecil, tidak teratur diatur ikatan pembuluh yang terdiri dari halus, pembuluh spiral (sampai 20m diameter), biasanya disertai dengan fusiform terisolasi, serat pericyclic (200-650m panjang dan up untuk 40m diameter), setelah sangat menebal dinding mengalami lignifikasi.Lapisan Lacunous terbentuk dari parenkim berdinding tipis.Columella terdiri dari untai parenkim dengan berbagai diatur erat, ikatan pembuluh kecil.Sepal, dengan epidermis menyerupai hypanthium dan memiliki banyak stomata pada permukaan luar;mesofil dengan sel bulat atau stellata, banyak kelenjar minyak bulat telur dan cluster kristal kalsium oksalat, dan dilalui oleh bundel ramping vaskular beberapa.Kelopak, dengan epidermis membentuk sel dengan lurus, dinding tipis;stomata, tidak ada;mesofil, dibedakan, mengandung kelenjar minyak dan sel-sel dengan cluster kristal kalsium oksalat, dan dilalui oleh ikatan pembuluh kecil.Benang sari, dengan filamen memiliki pembuluh darah untai dan minyak kelenjar pusat di bawah epidermis;jaringan ikat, dengan kelenjar minyak yang besar di puncak anter dinding, dengan lapisan dan menit cluster berserat kristal kalsium oksalat sepanjang garis dehiscence.Serbuk sari, segitiga, tricolpate, 10-20 diameter.Senyawa Identitas :eugenol dan -caryophylleneStruktur Kimia :Eugenol Susut pengeringan: Tidak lebih dari 12% Abu total: Tidak lebih dari 7% Abu tidak larut asam: Tidak lebih dari 0,5% Kandungan Kimia Simplisia Konstituen utama (hingga 20%) adalah minyak esensial, yang ditandai oleh adanya eugenol (60-95%), eugenol asetat (2-27%), dan - dan -caryophyllene (5-10% )

e). Gendarusae Nama simplisia: Gendarusa Folium ; Gendarusa Radix Nama Tanaman Asal: Justicia gendarussa Burm. F. Keluarga: Acanthaceae Zat berkhasiat: Alkaloid,saponin, flavonoid, polifenol Alkaloid yustisina dan minyak atsiriPenggunaan : Haid tidak teratur, bisul (obat luar), memar (obat luar), patah tulang (obat luar), radang kulit bernanah (obat luar), rematik (obat luar) dan sakit kepala (obat luar) Analgesik, antipiretik, diaforetik, diuretik dan sedative Senyawa Identifikasi : Gendarusin Af). Menthae foliaPeppermint merupakan hybrid dari Mentha aquatic dan M.spicata. Peppermint memiliki karakteristik bau yang sangat aromatic dan juga rasa mint. Semua spesies dari genus Mentha memiliki batang segiempat dan decussate, memanjang, daun dentate dengan ujung runcing dan bunga berwarna pink-biru dengan panjang hingga 5 mm dan karakteristik mikroskopis termasuk rambut kelenjar yang khas dari family Lamiaceae. Minyak daun peppermint digunakan untuk mengatasi masalah pencernaanIdenstitas simplisia Pemerian: Bau khas aromatic, rasa pedasMikroskopik: Epidermis atas besar, sel-sel epidermis jelas dengan berliku-liku, dinding vertikal dan memiliki sedikit atau tidak ada stomata, beberapa trikoma kelenjar ini; palisade parenkim, terdiri dari lapisan sel kolumnar kaya kloroplas; parenkim spons, dari 4-6 lapisan sel chloroplastidcontaining berbentuk tidak teratur dan antar-ruang udara. Epidermis lebih rendah dari sel epidermis kecil dengan berliku-liku, dinding vertikal dan banyak stomata diacytic; di wilayah pembuluh darah dan pelepah, pameran trikoma non-kelenjar dan kelenjar sebagai outgrowths; trikoma non-kelenjar uniseriate, papillose, 1-8 bersel; trikoma kelenjar memiliki tangkai 1-2 bersel dan kepala kelenjar 1-8 bersel mengandung minyak esensial. Kristal kalsium oksalat absen; serbuk sari biji bulat dan halusSenyawa identitas: Menthol dan MethanonStruktur kimia:

Abu total: Tidak lebih dari 15% Abu tidak larut asam: Tidak lebih dari 1,5%Kandungan kimia : Unsur utama dari daun adalah minyak atsiri (0,5-4%), yang mengandung mentol (30-55%) dan menthone (14-32%). Mentol terjadi kebanyakan dalam bentuk bebas alkohol, dengan jumlah kecil sebagai (% 3-5) asetat dan Valerat ester. monoterpen lain yang hadir termasuk isomenthone (2-10%), 1,8-cineole (6-14%), a-pinene (1,0-1,5%), b-pinene (1-2%), limonene (1 5%), neomenthol (2.5-3.5%) dan menthofuran (1-9%).

g). Panax GinsengAkar tanaman ginseng ini menggembung yang berbentuk seperti boneka, yang berisi cadangan makanan dan zat-zat berkhasiat lain. Bentuk akar ini kurus dan memanjang. Batangnya berbentuk bulat dan warnanya hijau ungu. Daun dari tanaman ini termasuk tanaman yang berdaun tunggal, berbentuk oval, bagian tepi daun bergerigi dan bertulang daun menyirip. Jumlah daunnya ada 5 namun 3 bagian diantaranya lebih panjang dari yang lain, berwarna hijau tua. Sedangkan buah tanaman herbal ginseng ini berwarna merah dan bentuknya kecil seperti murbei (Tyler, 1976). Identitas simplisiaKerajaan : PlantaeDivisi : MagnoliophytaKelas : MagnoliopsidaOrdo : ApialesFamili : AraliaceaeGenus : PanaxSpesies : Panax schinsengKandungan kimia : Ginseng mengandung dua bahan aktif, yakni fitokimia dan nutrien.Fitokimia berupa betasitosterol, kampesterol, kariofilen, asam sinamik, escin, asam ferulik, asam fumarik, ginsenosides, kaempferol, asam oleanolik, asam panaxik, panaxin, saponin, stigmasterol, asam vanilik. Nutrien yang dikandung adalah kalsium, serat, folat, zat besi, magnesium, mangan, fosfor, potasium, silikon, zinc, vitamin B1, B2, B3, B5, dan C. Ginsenosides merupakan elemen terpenting dari tanaman ginseng yang berguna bagi kesehatan (Samuel, 2000).Senyawa Identifikasi : Ginsenosid Struktur kimia :

BAB III KESIMPULAN

KESIMPULANStandarisasi simplisia dan ekstrak bahan baku dapat dilihat dari langkah-langkah yang dimulai dari identifikasi & seleksi tanaman yang akan digunakan, pemanenan pada saat yang tepat, menstandarkan perlakuan setelah panen, menganalisis, menstandarkan proses untuk didaptkan simplisia dan ekstrak yang sesuai standar.SARAN Untuk produk-produk yang telah beredar di pasaran dan yang akan beredar, agar selalu memperhatikan standarisasi dari simplisia dan ekstrak agar didapatkan produk yang terjamin keamanan dan keefektifitasnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Departemen Kesehatan Indonesia. Indonesia

Anonim. 1989. Vademakum Bahan Obat Alam. Dirjen POM Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. hal 84-86.

Anonim. 2000. Parameter Standar Umum EkstrakTumbuhan Obat. Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan. Direktorat Penggawasan Obat Tradisional. Indonesia

Anonim. 2005. Standarisasi Ekstrak Tumbuhan Indonesia, Salah Satu Tahapan Penting Dalam Pengembangan Obat Asli Indonesia. Badan Pengawasan Obat Tradisional

Anonim. 2009. Farmakope Herbal Indonesia Edisi Pertama. Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Burkill, I. H. MA. FLS, 1935. A Dictionary of the Economic product of the Malay Peninsulla .Volume II. Governments of straits settlement and Federated Malay state by the Crown Agents for the colonies. Milbank-London. 2402p.

Cronquist, A. 1981. An Integrated System of Classification of Flowering Plants. Columbia University Press. New York.

Harborne, 1987. Metode Fitokimia. Penuntun cara modern menganalisi tumbuhan. Terjemahan Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Penerbit ITB. Bandung. hal 85-93.

Sukardi. 2007. OPTIMASI WAKTU EKSTRAKSI TERHADAP KANDUNGAN TANIN PADA BUBUK EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (PSIDII FOLIUM) SERTA BIAYA PRODUKSINYA. Jurnal Teknologi Penelitian. Surabaya

Verheij E.W.M and R.E. Coronel (Ed). 1999. Plant Resources of South East Asia. No. 2 : Edible fruits and Nuts. Prosea foundation Bogor. 446 p.

Yuliani, Sri. 2000. KADAR TANIN DAN QUERSETIN TIGA TIPE DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava). Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat18