2411
-
Upload
chenk-alie-patrician -
Category
Documents
-
view
698 -
download
3
Transcript of 2411
RETRIBUSI PELAYANAN PASAR BANGET AYU DAN
PETERONGAN KOTA SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pembangunan
Pada Universitas Negeri Semarang
Disusun Oleh:
PUTRANTO
3353401025
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2007
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang
panitia ujian skripsi pada :
Hari :
Tanggal :
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. S.T.Sunarto, M.S Drs. Mudjijono, M.Si NIP. 130 515 743 NIP. 130 795 079
Mengetahui,
Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan
Drs. Bambang Prishardoyo, M.Si NIP. 131 404 309
iii
PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi dengan judul “RETRIBUSI PELAYANAN PASAR BANGET AYU
DAN PETERONGAN KOTA SEMARANG” ini telah dipertahankan di dalam
Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang
pada :
Hari :
Tanggal :
Penguji Skripsi
Drs. Bambang Prishardoyo, M.Si NIP. 131 993 879
Anggota I Anggota II Drs. ST Sunarto, MS Drs. Mudjijono, M.Si NIP. 130 515 743 NIP. 130 795 079
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang
Drs. Agus Wahyudin, M. Si NIP. 131 658 236
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi atau tugas akhir ini
benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis dari orang lain,
baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat
dalam skripsi ini dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 2007
Putranto NIM. 33534301025
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
”Janganlah kita sampai kehilangan keyakinan pada diri kita karena
bila kita kehilangan keyakinan maka hilanglah semua kehidupan
kita”
”Jadilah ”pejuang ” yang gigih selama kita bisa”
”Orang lain bisa mengambil apapun dari diri kita, tapi satu hal
yang tidak dapat dimiliki orang lain adalah ’prinsip’ yang ada pada
diri kita.”
”Nggak usah kita berlomba – lomba jadi orang pinte, tapi mari
berlomba – lomba jadi orang jujur.”
PERSEMBAHAN:
Karya ini kupersembahkan kepada
1. Tuhan semesta alam, Allah SWT
2. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu mendukung dan mendoakanku
3. A’ikku tersayang, yang selalu mendukungku
4. Teman – teman ekonomi pembangunan ‘01
5. Almamater yang kubanggakan
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sesuai
dengan rencana. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi di Universitas Negeri Semarang.
Terselesaikannya skripsi ini tak lepas dari bantuan beberapa pihak. Pada
kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. H. Sudjijono Sastroatmodjo, M.Si. , Rektor Univeritas Negeri
Semarang
2. Bapak Drs. Agus Wahyudin, M.Si , Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Semarang
3. Bapak Drs. Bambang Prishardoyo, M.Si Ketua Jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi UNNES
4. Bapak Drs. ST. Sunarto, MS selaku pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan, pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Mudjijono, Msi selaku pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan, pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Kepala Dinas Pasar Kota Semarang yang telah memberikan ijin kepada
penulis untuk mengadakan penelitian.
7. Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yang
tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
vii
Semoga Allah SWT memberikan pahala yang setimpal atas segala bantuan
yang telah diberikan kepada penulis. Semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat kepada kita semua. Amin.
Semarang, 2007
Penulis
(Putranto)
viii
ABSTRAK
Putranto. 2006, “RETRIBUSI PELAYANAN PASAR BANGET AYU DAN PETERONGAN KOTA SEMARANG”. Skripsi. Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
Pajak dan retribusi daerah mempunyai peranan yang sangat besar terhadap pelaksanaan otonomi daerah dan realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hasil dari pungutan retribusi tersebut akan digunakan untuk kelangsungan kehidupan pemerintahan daerah yang bersangkutan, terutama untuk mendanai kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat. Salah satu jenis retribusi yang diselenggarakan di Kota Semarang adalah retribusi pelayanan pasar, yang dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2001. Idealnya, dalam pelaksanaan pemungutan retribusi pelayanan pasar harus dilaksanakan secara efektif, artinya adanya imbangan antara pendapatan dari suatu retribusi yang sebenarnya terhadap pendapatan yang potensial dari suatu objek retribusi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1)pelaksananaan, (2)pencapaian target retribusi, (3)perolehan retribusi, (4)faktor kendala pemungutan retribusi pasar, (5)faktor pendukung pemungutan retribusi pasar, serta(6)upaya penanganan masalah retribusi antara pasar Banget Ayu dan Peterongan Kota Semarang.
Populasi dalam penelitian ini adalah petugas pemungutan retribusi pasar Banget Ayu dan Peterongan Kota Semarang dan sekaligus diambil sebagai sampel penelitian. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi, wawancara dan angket. Analisis data dilakukan dengan deskriptif kuantitatif.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa (1)pelaksanaan pemungutan retribusi pasar dikatakan berhasil dengan terlaksana pemungutan retribusi yang dapat sesuai dengan target perolehan retribusi, (2)pencapaian target retribusi pasar Banget Ayu 99,27% dan pasar Peterongan 101,27%. (3)perolehan retribusi pasar Banget Ayu dan Peterongan dilihat dari pencapaian target yang di tetapkan oleh petugas terkait maka dapat diambil kesimpulan bahwa perolehan retribusi pasar dapat mencapai target yang ditetapkan, (4) faktor kendala pemungutan retribusi pasar yang ditemukandalam penelitian ini adalah dari faktor petugas antara lain kurang disiplinnya petugas dalam melakukan pemungutan retribusi, kurang tercakupnya objek oleh petugas karena terbatasnya jumlah petugas pemungutan retribusi pasar, sedangkan (5) faktor pendukung dalam pemungutan retribusi antara lain jumlah pedagang yang banyak, kesadaran pedagang untuk membayar retribusi, ketaatan pedagang dengan aturan yang ada. Masalah – masalah yang ditemukan dalam penelitan ini adalah kebocoran pelaporan pemungutan retribusi, keluhan pedagang atas kondisi pasar yang ditempati untuk berjualan, keluhan pedagang atas akan dinaikkannya retribusi yang tidak dimbangi dengan perbaikan pelayanan yang mereka terima. (6) upaya yang dilakukan untuk menangani masalah – masalah tersebut seharusnya diberikan sanksi yang tegas bilaman terjadi kebocoran pelaporan, banyaknya pedagang yang mengeluhkan kondisi pasar yang kurang nyaman untuk berjualan harusnya pemerintah kota melakukan pembenahan kondisi pasar yang ada dan menertibkan para pedagang sesuai
ix
dengan jenis dagangan yang mereka punyai. Mengenai kenaikan retribusi pasar, dari faktor pedagang sebenarnya setuju bilamana diimbangi dengan perbaikan pelayanan yang mereka terima termasuk penertiban para pedagang musiman yang sering ada dan kenyamanan kondisi pasar yang mereka tempati. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemungutan retribusi pasar Banget Ayu dan Peterongan Kota Semarang berhasil mencapai target dan perlu dilakukan pembenahan fasilitas pasar serta penertiban para pedagang dan pembenahan pelaporan yang dilakukan petugas pemungutan retribusi pasar
Disarankan pedagang hendaknya selalu mentaati aturan pembayaran retribusi pelayanan pasar, dengan jalan selalu membayar retribusi sesuai besaran yang telah ditentukan. Bagi petugas, hendaknya menghindari kebocoran pelaporan dengan jalan selalu menyerahkan bukti pembayaran kepada pedagang.
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................ iii
PERNYATAAN..................................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xiii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 7
E. Penegasan Istilah......................................................................................... 8
F. Sistematika Skripsi...................................................................................... 9
BAB II. LANDASAN TEORITIS DAN HIPOTESIS
A. Keuangan Daerah ..................................................................................... 10
B. Pengertian Retribusi Daerah ..................................................................... 15
C. Jenis Retribusi Daerah .............................................................................. 19
D. Pertimbangan dalam Pemungutan Retribusi ............................................. 21
xi
E. Tingkat Pengenaan Retribusi ................................................................... 22
F. Kerangka Berpikir..................................................................................... 24
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian ................................................................................ 26
B. Lokasi Penelitian....................................................................................... 26
C. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................ 26
D. Variabel Penelitian .................................................................................... 27
E. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 28
F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ......................................................... 29
G. Metode Analisis Data................................................................................ 31
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ......................................................................................... 32
1. Deskripsi Objek Penelitian..................................................................... 32
2. Realisasi Perolehan Retribusi Pelayanan Pasar Banget Ayu dan
Peterongan.............................................................................................. 35
3. Pelaksanaan Pemungutan Retribusi Pelayanan Pasar ............................ 37
4. Kendala dalam Pemungutan Retribusi Pelayanan Pasar........................ 41
5. Faktor Pendukung Pemungutan Retribusi Pelayanan Pasar................... 45
6. Upaya Penanganan Masalah Pemungutan Retribusi
Pasar Banget Ayu dan Peterongan ....................................................... 49
B. Pembahasan............................................................................................... 50
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................... 54
B. Saran.......................................................................................................... 55
xii
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 54
LAMPIRAN.......................................................................................................... 55
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Gambar Halaman
1. Tingkat Pendidikan Petugas Pelayanan Pasar..................................... 32
2. Usia Petugas Pemungutan Retribusi Pelayanan Pasar ........................ 33
3. Jenis Dagangan Pasar Peterongan dan Banget Ayu............................ 34
4. Target dan Realisasi Retribusi Pasar tahun 2003 – 2005.................... 35
5. Kesesuaian Waktu Pemungutan.......................................................... 37
6. Kesesuaian Perolehan Retribusi.......................................................... 38
7. Ketercakupan Objek Retribusi ............................................................ 39
8. Kendala Pemungutan Retribusi Pasar dari Faktor Petugas ................. 41
9. Kendala Pemungutan Retribusi dari Faktor Pedagang........................ 42
10. Kendala Pemungutan Retribusi dari Faktor Peraturan........................ 43
11. Pendukung Pemungutan Retribusi Pasar dari Faktor Petugas ............ 45
12. Pendukung Pemungutan Retribusi dari Faktor Pedagang................... 46
13. Pendukung Pemungutan Retribusi dari Faktor Peraturan ................... 47
14. Masalah dan Penanganan Pemungutan Retribusi .............................. 49
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1 Grafik pertumbuhan retribusi pasar Banget Ayu ................................... 3
Gambar 2 Grafik pertumbuhan retribusi pasar Peterongan..................................... 4
Grafik 4.1 Target dan Realisasi Pungutan Retribusi Pasar Banget Ayu............... 36
Grafik 4.1 Target dan Realisasi Pungutan Retribusi Pasar Peterongan ................ 36
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan sektor publik baik di tingkat nasional maupun di tingkat
daerah banyak mengalami perubahan yang sangat cepat merupakan suatu
kejadian global yang hampir terjadi pada semua negara baik negara maju
maupun negara yang berkembang. Untuk mengimbanginya maka organisasi
sektor publik harus melakukan perubahan-perubahan yang mendasar untuk
merespon permintaan masyarakat umum.
Dalam bidang keuangan daaerah, manajemen keuangan juga didasari
pada semangat akuntabilitas dan transparansi manajerial yang efektif
(Yuwono,2001:120). Undang-undang otonomi daerah mengamanatkan
kewenangan kepada daerah dalam mengelola semua sumber keuangan,
pendapatan dan pengeluaran daerah. Pengelolaan tersebut diharapkan dapat
direalisasikan secara efektif dan efisien sehingga daerah memperoleh semua
reveue yang dapat mencukupi pengeluaran daerah. Beberapa sumber keuangan
daerah yang dapat dikelola oleh daerah adalah pajak dan retribusi daerah.
Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan (Prokoso,
2005:92).
2
Pajak dan retribusi daerah mempunyai peranan yang sangat besar
terhadap pelaksanaan otonomi daerah dan realisasi Pendapatan Asli Daerah
(PAD). Prokoso (2005:1) menyebutkan bahwa pajak dan retribusi merupakan
salah satu sumber pendapatan yang sangat potensial bagi suatu daerah. Hasil
dari pungutan retribusi tersebut selanjutnya akan digunakan untuk
kelangsungan kehidupan pemerintahan daerah yang bersangkutan, terutama
untuk mendanai kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada kesejahteraan
rakyat.
Salah satu jenis retribusi yang diselenggarakan di Kota Semarang adalah
retribusi pelayanan pasar. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004
dan Undang -undang Nomor 33 tahun 2004, retribusi jenis tersebut
dikelompokkan dalam jenis retribusi jasa umum. Idealnya, dalam pelaksanaan
pemungutan retribusi pelayanan pasar harus dilaksanakan secara efektif,
artinya adanya imbangan antara pendapatan dari suatu retribusi yang
sebenarnya terhadap pendapatan yang potensial dari suatu objek retribusi,
yaitu dengan anggapan bahwa mereka yang seharusnya membayar dengan
jumlah yang seharusnya dibayarkan, benar-benar memenuhi kewajibannya
(Prakoso,2005:142). Namun dalam pelaksanaan pemungutan retribusi pasar,
saat ini masih dapat dikatakan belum optimal.
Berdasarkan hasil survey awal terhadap laporan pendapatan pemerintah
Kota Semarang dari sektor retribusi pasar, diketahui bahwa di Pasar Banget
Ayu masih terdapat problematika pendapatan retribusi pasar. Berikut ini
adalah grafik perolehan retribusi Pasar Banget Ayu:
3
0
2,000,000
4,000,000
6,000,000
8,000,000
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep Okt
Nov
Des
Bulan
Pen
dapa
tan
(Rp)
Gambar 1. Grafik pertumbuhan retribusi pasar Banget Ayu Tahun 2004
Dilihat dari grafik pertumbuhannya, menunjukkan penurunan
pendapatan retribusi pasar. Pada bulan Januari 2004, total pendapatan dari
retribusi sebesar Rp 5.798.085 kemudian mengalami kenaikan sedikit demi
sedikit sampai pada bulan Juni yaitu sebesar Rp 6.835.195. Namun mulai
bulan Juli mulai mengalami penurunan yang drastis sampai dengan akhir
tahun 2004 yaitu sebesar Rp 4.865.000 (Laporan Pendapatan Retribusi Dinas
Pasar Kota Semarang 2004 yang diolah). Hal ini menunjukkan bahwa
pelaksanaan pemungutan retribusi pasar di Pasar Banget Ayu kurang efektif.
Pasar lain yang juga mengalami problematika terkait dengan
pemungutan retribusi pasar adalah Pasar Peterongan. Berikut ini adalah grafik
perolehan retribusi pasar Peterongan Semarang tahun 2004:
4
0500000
100000015000002000000250000030000003500000
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep Okt
Nov
Des
Bulan
Pen
dapa
tan
(Rp)
Gambar 2. Grafik pertumbuhan retribusi pasar Peterongan Tahun 2004
Dilihat dari grafik pertumbuhannya, jumlah retribusi yang diperoleh di
Pasar Peterongan menunjukkan grafik yang cenderung statis sampai bulan
Juli 2004. Namun mulai bulan Agustus 2004, penerimaan retribusi cenderung
menurun sampai pada kisaran terendah Rp 21.902.290 bulan November 2004.
Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa pemungutan retribusi
pelayanan pasar masih perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena
apabila hal ini dibiarkan terus menerus maka pemerintah dapat mengalami
penurunan pendapatan dari sektor pemanfaatan sarana pasar tradisional
sebagai aset pendapatan. Kurang optimalnya pemungutan retribusi pelayanan
pasar dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik pada faktor wajib pajak,
pelaksana pungutan pajak, dan kurangnya sosialisasi kepada wajib pajak.
Laporan yang dilansir oleh Suara Merdeka (24 Mei 2004) menyebutkan
bahwa para pedagang di pasar-pasar tradisional di Kota Semarang seringkali
mengeluhkan kondisi pasar yang tidak kondusif untuk berjualan. Selama
mereka membayar retribusi, fasilitas yang mereka terima dirasakan belum
seimbang. Para pedagang mengeluh belum mendapat fasilitas yang mencukupi
5
di lokasi tempat mereka berjualan. Akibatnya, pendapatan yang mereka terima
tidak menentu. Terkadang mendapat keuntungan, dan terkadang sebaliknya
merugi karena dagangannya tidak laku. Kondisi seperti itu, menjadikan
penghasilan mereka hanya sebatas cukup untuk menyambung hidup. Para
pedagang itu juga mengeluhkan, maraknya pedagang kaki lima atau pedagang
ilegal yang berada di sekitar pasar. Sebab, mereka justru dapat menempati
lokasi strategis, sehingga menghambat pembeli masuk ke tengah
pasar.Terlebih bagi pedagang yang berada di lantai dua, dagangannya menjadi
sepi. Hal ini menjadikan pedagang merasa enggan membayar retribusi.
Kondisi tersebut jelas tidak mendukung upaya penertiban dan pengembangan
pasar tradisional, serta menghambat pembangunan, untuk itu perlu adanya
upaya untuk menemukan solusi atas permasalahan tersebut.
Pada dasarnya, permasalahan kurang optimalnya pelaksanaan
pemungutan retribusi pelayanan pasar, terkait dengan berbagai keunggulan
dan kelemahan pasar dalam menyediakan fasilitas bagi para pedagang.
Apabila fasilitas yang diberikan kepada pedagang sesuai dengan keinginan
mereka, pungutan retribusi terhadap mereka tidak menjadi masalah yang
rumit. Namun sebaliknya, apabila fasilitas yang diberikan kurang memenuhi
keingingan pedagang, maka kesadaran pedagang untuk membayar retribusi
tersebut kurang maksimal. Permasalahan tersebut juga terkait dengan kinerja
petugas pemungutan retribusi pelayanan pasar.
Berdasarkan uraian diatas, perlu adanya penelusuran tentang faktor-
faktor yang menyebabkan kurang efektifnya pelaksanaan pungutan retribusi
6
pelayanan di pasar Banget Ayu dan Peterongan. Berdasarkan latar belakang
tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian terkait dengan retribusi
pasar dengan judul “Retribusi Pelayanan Pasar Banget Ayu dan Peterongan
Kota Semarang”
B. Perumusan Masalah
Masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Bagaimana realisasi pencapaian target pungutan retribusi pasar Banget
Ayu dan Peterongan Kota Semarang tahun 2003 sampai dengan 2005?
2. Bagaimana pelaksanaan retribusi pasar Banget Ayu dan Peterongan Kota
Semarang?
3. Faktor-faktor apakah yang menjadi kendala pemungutan retribusi pasar
Banget Ayu dan Peterongan Kota Semarang?
4. Faktor-faktor apakah yang menjadi pendukung pemungutan retribusi
pasar Banget Ayu dan Peterongan Kota Semarang?
5. Upaya apa saja yang dilakukan untuk menangani permasalahan
pemungutan retribusi pasar Banget Ayu dan Peterongan Kota Semarang?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui rata-rata realisasi pencapaian target pungutan retribusi
pelayanan pasar di Pasar Banget Ayu dan Peterongan Kota Semarang.
7
2. Untuk mengetahui pelaksanaan pemungutan retribusi pelayanan pasar di
Pasar Banget Ayu dan Peterongan Kota Semarang.
3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dinas pasar dalam pelaksanaan
pemungutan retribusi pelayanan pasar Banget Ayu dan Peterongan Kota
Semarang.
4. Untuk mengetahui faktor pendukung yang dihadapi dinas pasar dalam
pelaksanaan pemungutan retribusi pelayanan pasar Banget Ayu dan
Peterongan Kota Semarang.
5. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan dinas terkait dalam menangani
permasalahan pemungutan retribusi pasar Banget Ayu dan Peterongan
Kota Semarang.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik kepada pihak
pemerintah daerah Kota Semarang dan juga bagi pihak akademisi.
1. Bagi Pemerintah Kota Semarang, hasil penelitian ini diharapkan menjadi
bahan pertimbangan dan evaluasi terhadap peraturan daerah tentang
pelaksanaan pungutan retribusi yang telah disepakati serta pelaksanaannya
di lapangan.
2. Bagi pihak universitas, hasil penelitian ini diharapkan memberikan nilai
tambahan kepustakaan khususnya di program studi Ekonomi
Pembangunan.
8
E. Penegasan Istilah
Penegasan istilah diperlukan untuk menghindari adanya kesalahpahaman
tentang isi skripsi ini. Berikut ini adalah penegasan terhadap definisi-definisi
istilah yang digunakan dalam skripsi ini.
Retribusi Pelayanan Pasar
Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan pribadi atau badan (Bambang
Kesit,2005:92). Retribusi pelayanan pasar yang dimaksud dalam skripsi ini
adalah retribusi yang dikenakan pada objek fasilitas pasar tradisional atau
sederhana berupa pelataran atau los yang dikelola oleh pemerintah daerah
dan khusus disediakan untuk pedagang, tidak termasuk yang dikelola oleh
perusahaan daerah pasar.
F. Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika skripsi terdiri dari 3 bagian, yaitu bagian awal, bagian isi
dan bagian akhir skripsi.
Bagian awal skripsi ini berisi tentang gambaran secara singkat dari
seluruh isi skripsi. Bagian ini meliputi judul skripsi, pengesahan, motto dan
persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi dan daftar lampiran.
Bagian isi skripsi meliputi lima bab, yaitu Bab I: pendahuluan yang
membahasa latar belakang masalah, permasalahan, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, penegasan istilah dan sistematika skripsi. Bab II: Tinjauan Pustaka
dan Hipotesis. Bagian ini akan dibahas tentang teori-teori yang mendasari
9
penelitian ini, yaitu teori tentang retribusi serta pengukurannya. Bab III:
Metodologi Penelitian yang berisi tentang uraian metode penelitian yang
meliputi metode penentuan objek penelitian yang meliputi populasi dan
sampel penelitian, variabel penelitian dan definisi operasional variabel, teknik
pengumpulan data dan kisi-kisi instrumen, validitas dan reliabilitas instrumen
serta teknik analisis data. Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan, yang
membahas hasil penelitian serta pembahasannya. Pada Bab V: Penutup yang
berisi tentang simpulan dan saran dari hasil penelitian.
Bagian akhir skripsi, yang berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Keuangan Daerah
Salah satu kriteria penting untuk mengetahui secara nyata kemampuan
daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya adalah kemampuan
self supporting dalam bidang keuangan. Dengan perkataan lain, faktor
keuangan merupakan faktor esensial dalam mengukur tingkat kemampuan
daerah dalam melaksanakan otonominya. Keadaan keuangan daerahlah yang
sangat menentukan corak, bentuk, serta kemungkinan – kemungkinan kegiatan
yang akan dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Sehubungan dengan pentingnya
posisi keuangan ini, Pamudji (1980;61-62) menegaskan:
Pemerintah daerah tidak akan dapat melaksanakan fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan dan pembangunan… Dan keuangan inilah yang merupakan salah satu dasar kriteria untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri.
Dari pendapat di atas terlihat bahwa untuk mengatur dan mengurus
rumah tangganya, daerah membutuhkan biaya atau uang. Tanpa adanya biaya
yang cukup, maka bukan saja tidak mungkin bagi daerah untuk dapat
menyelenggarakan tugas kewajiban serta kewenangan yang ada padanya
dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya, tapi juga ciri pokok dan
mendasar dari suatu daerah otonom menjadi hilang.
11
Untuk dapat memiliki keuangan yang memadai dengan sendirinya
Daerah membutuhkan sumber keuangan yang cukup pula. Dalam hal ini
Daerah dapat memperolehnya melalui beberapa cara, yakni:
Pertama : mengumpulkan dana dari pajak daerah yang sudah direstui oleh
Pemerintah Pusat;
Kedua : melakukan pinjaman dari pihak ketiga, pasar uang atau bank
atau melalui Pemerintah Pusat;
Ketiga : mengambil bagian dalam pendapatan pajak sentral yang
dipungut daerah, misalnya sekian persen dari pendapatan
sentralnya tersebut;
Keempat : menambahkan tarif pajak sentral tertentu, misalnya pajak
kekayaan atau pajak pendapatan;
Kelima : menerima bantuan atau subsidi dari pemeintah pusat.
Pentingnya posisi keuangan daerah dalam penyelenggaraan otonomi
daerah sangat disadari oleh Pemerintah. Demikian pula alternatif cara untuk
mendapatkan keuangan yang memadai telah pula dipertimbangkan oleh
Pemerintah dan wakil – wakil rakyat (DPR-RI). Agar Daerah dapat mengurus
rumah tangganya sendiri dengan baik, maka perlu diberikan sumber
pembiayaan yang cukup. Tetapi menggingat tidak semua sumber pembiayaan
dapat diberikan kepada kepala daerah, maka kepada Daerah diwajibkan untuk
menggali segala sumber keuangan sendiri berdasarkan peraturan perundangan
yang berlaku.
12
Dalam hubungannya dengan keuangan daerah ini maka ketentuan
perundang – undang yang mengaturnya adalah Undang – undang No. 32 tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang berbunyi sebagai berikut:
1. Pendapatan asli daerah (PAD) daerah sendiri, yang terdiri dari:
a. hasil pajak daerah;
b. hasil retribusi daerah;
c. hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan;
d. sumber PAD lainnya yang sah;
2. Dana perimbangan, yang terdiri dari
a. Dana bagi hasil yang bersumber dari pajak dan sumber daya alam
b. Dana alokasi umum, yang dialokasikan berdasarkan persentase
tertentu dari pendapatan dalam negeri neto
c. Dana alokasi khusus yang dialokasikan dari APBN
3. Lain – lain pendapatan daerah yang sah, misalnya hibah dan dana darurat.
Dari ketentuan tersebut di atas maka pendapatan daerah dapat dibedakan
ke dalam dua jenis yaitu: pendapatan asli daerah dan pendapatan non-asli
daerah. Sampai dengan saat ini, sumber – sumber pendapatan asli daerah
terdiri dari:
1. Pajak daerah;
Rochmad Sumitro (dalam Bambang Kesit,2002:124) mengemukakan
bahwa pajak ialah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari
sektor partikelir ke sektor pemerintahan) berdasarkan undang – undang
(dapat dipaksakan ) dengan tidak mendapatkan jasa timbal (tegen presttie)
13
untuk membiayai pengeluaran umum (publike uitgaven), dan yang
digunakan sebagai alat pencegah atau pendorong untuk mencapai tujuan
yang ada di luar bidang keuangan. Atau dapat dikatakan bahwa pajak
adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk
membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public
saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public
investment.
Dari pendapat terdapat tersebut di atas terlihat bahwa ciri mendasar
pajak adalah:
a. Pajak dipungut oleh negara berdasarkan kekuatan dan/atau peraturan
hukum dan lainnya.;
b. Pajak dipungut tanpa adanya kontra prestasi yang secara langsung
dapat ditunjuk;
c. Hasil pungutan pajak digunakan untuk menutup pengeluaran negara
dan sisanya apabila masih ada digunakan untuk investasi;
d. Pajak disamping sebagai sumber keuangan negara (bugetair), juga
berfungsi sebagai pengatur ( regulair).
2. Retribusi daerah;
Sumber pendapatan daerah yang penting lainnya adalah retribusi
daerah. Pengertian retribusi secara umum adalah “pembayaran–
pembayaran kepada negara yang dilakukan oleh mereka yang
menggunakan jasa–jasa negara”. Atau dapat dikatakan bahwa retribusi
adalah iuran kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dan jasa balik
14
secara langsung dapat ditunjuk. Paksaan di sini bersifat eknomis karena
siapa saja yang tidak merasakan jasa balik dari Pemerintah, dia tidak
dikenakan iuran itu.
Dari pendapat – pendapat di atas telihat bahwa ciri mendasar dari
retribusi adalah:
a. Retribusi dipungut oleh negara;
b. Dalam pemungutan terdapat paksaan secara ekonomis;
c. Adanya kontra prestasi yang secara langsung dapat ditunjuk;
d. Retribusi dikenakan pada setiap orang/badan yang menggunakan jasa –
jasa yang disiapkan negara.
3. Perusahaan daerah;
Sumber pendapatan asli daerah selanjutnya adalah perusahaan
daerah. Dalam hal ini laba perusahaan daerahlah yang diharapkan sebagai
sumber pemasukan bagi daerah. Oleh sebab itu, dalam batas–batas tertentu
pengelolaan haruslah bersifat professional dan harus tetap berpegang pada
prinsip ekonomi secara umum, yakni efisiensi.
4. Dinas daerah dan Pendapatan daerah lainnya.
Sumber pendapatan daerah lainnya adalah dinas – dinas daerah serta
pendapatan–pendapatan lainnya yang diperoleh secara sah oleh
Pemerintah daerah. Dinas–dinas daerah, sekalipun tugas dan fungsi
utamanya adalah memberikan pelayanan terhadap masyarakat tanpa terlalu
memperhitungan untung-rugi, tapi dalam batas batas tertentu dapat
didayagunakan dan bertindak sebagai organisasi ekonomi yang
15
memberikan pelayaann jasa dengan imbalan. Dan dari sinilah daerah dapat
menambah pendapatan aslinya ( PAD ).
B. Pengertian Retribusi Daerah
Daerah sebagai bagian integral dari Negara Indonesia tidak bisa
dilepaskan dari prinsip daerah sebagai daerah otonom. Daerah mempunyai
kewenangan dan tanggung jawab menyelenggarakan kepentingan masyarakat
berdasarkan prinsip keterbukaan, partisipasi masyarakat, dan pertanggung
jawaban kepada masyarakat. Oleh karena itu Pemerintah telah mengeluarkan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dimana
Pemerintah telah memandang perlu lebih menekankan prinsip-prinsip
demokrasi, peran serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta
memperhatikan potensi dan keanakaragaman daerah. Salah satu konsekuensi
lebih lanjut dari berlakunya Undang-Undang tersebut adalah pengelolaan di
bidang keuangan daerah yang menyebutkan: (1) penyelenggaraan tugas
Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dibiayai dari dan
atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, dan (2)
penyelenggaraan tugas Pemerintah di Daerah dibiayai dari dan atas beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Seiring dengan terjadinya reformasi di segala bidang kehidupan
masyarakat termasuk juga reformasi di dalam sistem kenegaraan Indonesia,
maka pemgelolaan keuangan daerah telah memberikan angin segar kepada
daerah untuk mengelola keuangan rumah tangga daerahnya sendiri sesuai
16
dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Pemerintah dalam
mendukung otonomi daerah telah melakukan beberapa langkah antara lain
melalui penyediaan sumber-sumber pembiayan keuangan dalam bentuk
perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah berupa
pengelolaan sistem keuangan diatur berdasarkan pembangian kewenangan
tugas dan tanggung jawab. Untuk itu pemerintah telah mengeluarkan Undang-
Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan antara Pemerintah Pusat
dan Daerah sehingga Daerah dapat mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsannya sendiri.
Ketersediaan sumber-sumber daerah guna mendukung pembangunan
daeraah sangat diperlukan adanya partsipasi dari masyarakat, maka peranan
masyarakat perlu terus ditingkatkan agara secara sadar bersedia memenuhi
kewajibannya dalam bentuk pembayaran pajak atau retribusi. Agar dalam
pelaksanaan otonomi daerah dapat berjalan, maka daerah harus mampu
mebiayai kebutuhannya sendiri dengan cara penggalian sumber-sumber
pendapatan asli daerah yang optimal.
Pajak dan retribusi merupakan alat bagi pemerintah untuk mencapai
penerimaan baik yang bersifat langsung dan tidak langsung dari masyarakat,
guna membiayai pengeluaran rutin serta pembangunan sosial dan ekonomi
masyarakat (Prabowo,2002:1). Pengertian tersebut mengandung makna bahwa
adanya retribusi dan pajak dimaksudkan sebagai dana pemerintah untuk
membangun perekonomian masyarakat, atau dapat dikatakan bahwa retribusi
merupakan upaya dari masyarakat yang diperuntukan bagi masyarakat pula.
17
Berkaitan dengan retribusi, dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan terdapat beberapa istilah mengenai pajak dan retribusi sebagai
berikut:
1. Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut retribusi, adalah pungutan
daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang
khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan.
2. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan
perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran
retribusi, termasuk pemungut atau pemotongan retribusi tertentu.
3. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya badan usaha milik negara atau
daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan,
firma, kongsi, koperasi, yayasan, atau organisasi yang sejenis, lembaga,
dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya.
4. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan yang
menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat
dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
5. Jasa Umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah
Daerah tuntuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat
dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
18
6. Jasa Usaha adalah jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan
menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan
oleh sektor swasta.
7. Perizinan Tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam
rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan
untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas
kegiatan, pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang,
prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan
umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
8. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas
waktu bagi Wajib Retribusi diwajibkan untuk memanfaatkan jasa dan
perizinan tertentu dari Pemerintah Daerah yang bersangkutan.
9. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur
untuk mengumpulkan data dan informasi yang meliputi keadaan harta,
kewajiban atau utang, modal, penghasilan dan biaya serta jumlah harga
perolehan dan penyerahan barang atau jasa yang ditutup dengan menyusun
laporan keuangan berupa neraca dan perhitungan rugi laba pada setiap
tahun pajak berakhir.
10. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan ,
dan mengolah data dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan retribusi
berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah dan
retribusi.
19
C. Jenis-jenis Retribusi Daerah
Retribusi daerah menurut UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No 34
Tahun 2000 dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2001 tentang Retribusi
Daerah dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu:
1. Retribusi jasa Umum adalah retribusi atau jasa yang disediakan atau
diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan
kemanfaatan umum serta dapat dinikmati orang pribadi atau badan. Jenis-
jenis Retribusi Jasa Umum terdiri atas:
a. Retribusi Pelayanan Kesehatan;
b. Retribusi Pelayan Persampahan atau Kebersihan;
c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akte
Catatan Sipil;
d. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat
e. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;
f. Retribusi Pelayanan Pasar;
g. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;
h. Retribusi Pemeriksaan alat Pemadam Kebakaran;
i. Retribusi Penggantian biaya Cetak Peta;
j. Retribusi Pengujian kapal Perikanan.
2. Retribusi Jasa usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh
Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada
20
dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta. Jenis-jenis Retribusi
Jasa Usaha terdiri atas:
a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;
b. Retribusi Pasar Grosir dan atau Pertoloan;
c. Retribusi Tempat Pelelangan;
d. Retribusi Terminal;
e. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa;
f. Retribusi Penyedotan Kakus;
g. Retribusi Rumah Potong Hewan;
h. Retribusi Pelayanan Pelabuhan Kapal;
i. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga;
j. Retribusi Penyeberangan di atas air;
k. Retribusi Pengolahan Limbah Cair
l. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.
3. Retribusi Perizinan Tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu
Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi
atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian
dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber
daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna
melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Jenis-
jenis Retribusi Perizinan Tertentu terdiri atas:
a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;
b. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol;
21
c. Retribusi Izin Gangguan
d. Retribusi Izin Trayek
D. Pertimbangan dalam Pungutan Retribusi
Pungutan retribusi langsung atau konsumen dalam praktekknya biasanya
dikenakan karena satu atau lebih dari pertimbangan-pertimbangan sebagai
berikut:
1. Apakah pelayanan tersebut merupakan barang-barang publik atau privat,
mungkin pelayanan tersebut dapat disediakan kepada setiap orang. Oleh
karena itu tidak wajar untuk membebankan biaya-biaya tersebut kepada
pembaya-pembayar pajak yang tidak mendapatkan jasa/barang tersebut.
Hal ini merupakan salah satu alasan pembebasan Retribusi bagi pengadaan
air minum atau untuk pendidikan secara umum.
2. Suatu jasa yang melibatkan suatu sumber daya yang langka atau mahal dan
perlunya disiplin masyarakat dalam mengkonsumsinya. Hal ini sering
menjadi suatu alasan bagi pembebanan retribusi untuk menyediakan air
minum.
3. Ada beberapa jenis konsumsi yang dinikmati oleh individu bukan karena
kebutuhan pokok sehingga lebih merupakan pilihan daripada keperluan.
Contohnya adalah fasilitas rekreasi.
4. Jasa-jasa dapat digunakan untuk kegiatan-kegiatan mencari keuntungan
disamping memuaskan kebutuhan-kebutuhan individual di kantor pos,
telepon seluruhnya digunakan secara luas oleh industri.
22
Retribusi dapat mengetahui atau menguji arah dan skala dari permintaan
masyarakat akan jasa, jika kebutuhan pokok atau bentuk-bentuk dan standar-
standar dari penyediaan tidak dapat ditentukan secara tegas. Suatukasus pada
setiap pengeluaran Pemerintah, keinginan atau kemauan masyarakat untuk
membayar langsung bagi pelayanan-pelayanan tesebut adalah suatu pengujian
yang penting bagi keinginan masyarakat atas jasa pelayanan tersebut.
E. Tingkat Pengenaan Retribusi
Secara garis besar ada beberapa tngkatan pengenaan retribusi yang
digunakan oleh pemerintah terhadap masyarakat, yatiu retribusi atas jasa-jasa
pelayanan umum atas pemakaian langsung (pelayanan secara keseluruhan),
retribusi untuk jasa-jasa pelayanan umum yang membutuhkan tingkat
pengembalian biaya langsung (direct cost) yang berbeda, dan retribusi
berdasar kewenangan tertentu Pemerintah Daerah atas penerimaan retribusi
tersebut.
Hampir secara keseluruhan jasa-jasa pelayanan atas pemakai langsung
bersifat umum (universal). Jasa-jasa pelayanan umum yang dikenakan
retribusi atas pemakai langsung (baik dengan atau tanpa subsidi) antara lain:
1. Jasa Pemenuhan kebutuhan air bersih untuk industri dapat dihitung
melalui tingkat penggunaan air yang dikonsumsi dan diukur dengan
meteran kubik, melalui pengkategorian perusahaan industri dalam suatu
tingkat tertentu (misal:besar, sedang dan kecil) berdasarkan penilaian
kekayaan, melalui dasar jarak antara lokasi perusahaan dengan pipa
23
penghubung utama, atau melalui penjualan dari pusat penjualan air
minum.
2. Jasa angkutan umum setidak-tidaknya sebagian ditutup dari biaya tiket
penumpang atau barang.
3. Jasa pos dan telepon, umumnya dijual berdasarkan unit daripada jasa,
meskipun pada kasus telepon ada pengecualian, untuk biaya tetapnya
(abonemen) tidak didasarkan kepada unit tetapi didasarkan pada kategori
atas nilai kekayaan pemakai. Abonemen untuk rumah tangga lebih rendah
dibandingkan untuk usaha.
4. Gas dan listrik juga pada dasarnya dikenakan pembayaran sesuai dengan
besarnya volume konsumsi, meskipun biaya-biaya per unit sering menurun
apabila jumlah yang digunakan meningkat.
5. Penghuni Perumahan Pemerintah hampir selalu membayar sewa kecuali
apabila perumahan gratis disediakan kepada para pegawai sebagai bagian
daripada konsumsi pelayanan mereka.
6. Beberapa bentuk biaya masuk biasanya dikenakan atas penggunaan
fasilitas-fasilitas tertentu yang dimiliki Pemerintah kota seperti musium,
monumen-monumen bersejarah, kolam renang dan fasilitas olah raga
lainnya, kebun bianatang, benda-benda cagar budaya, bioskop.
Penyediaan jasa-jasa kepentingan umum seperti air bersih, gas, listrik
dan telepon biasanya didasarkan pad biaya penyambungan awal, namun
kadang-kadang juga dasar pengenaan biaya bergantung pada
penggunaan/konsumsinya.
24
Pengenaan retribusi yang didasarkan pada pengembalian biaya langsung
(direct cost). Ada perbedaan mendasarpengenaan retribusi antara jasa-jasa
pelayanan umum atas pemakaian langsung dengan jasa-jasa pelayanan umum
pengembalian biaya langsung. Pengenaan retribusi yang didasarkan pada
pengembalian biaya langsung (direct cost) biasanya digunakan untuk jasa-jasa
umum yang penyelenggaraannya menjadi tugas atau kewenangannya berada
di tangan pemerintah, misalnya: sektor pendidikan, dari sektor jalan raya,
pelayanan kesehatan, pengairan, kesehatan lingkungan, serta pelayanan
pemadam kebakaran.
Penentuan dasar pengenaan retribusi atau objek retribusi terhadap
potensi pendapatan daerah dilakukan dengan penilaian terhadap potensi
pendapatan daerah. Menurut Davey (dalam Prakosa,2005:57) terdapat kriteria
yang harus dipenuhi agar potensi pendapatan daerah dapat dikenai retribusi.
Kriteria tersebut antara lain: kecukupan dan elastisitas, keadilan, kemampuan
administratif, dan kesepakatan politis.
F. Kerangka Berpikir
Pajak dan retribusi daerah mempunyai peranan yang sangat berar dalam
pelaksanaan otonomi daerah, sebagai suatu realisasi pendapatan asli daerah.
Salah satu jenis retribusi yang diselenggarakan di Kota Semarang adalah
retribusi pelayanan pasar. Retribusi ini pada dasarnya dikelompokkan dalam
jenis retribusi jasa umum. Sasaran dari pelaksanaan retribusi pelayanan pasar
adalah pedagang baik individu atau perusahaan yang menggelar dagangan di
25
pasar. Para pedagang tersebut berkewajiban untuk membayar retribusi sesuai
dengan jenis dan ukuran kios yang mereka gunakan.
Selain bersumber dari pedagang, retribusi pelayanan pasar juga
mencakup jenis pungutan untuk penggunaan kamar mandi umum dan jenis
uang kebersihan pasar. Kedua jenis pungutan itu diperuntukkan bagi siapa saja
pengunjug pasar yang menggunakan fasilitas tersebut.
Idealnya, dengan pengaturan lokasi pedagang maka akan diketahui
potensi pendapatan dari sektor retribusi pasar secara tepat. Namun dalam
kenyataannya, pendapatan yang diterima dari pemungutan retribusi sering
tidak sesuai dengan potensi yang ada. Hal ini memunculkan adanya
permasalahan tentang faktor-faktor apa yang mempengaruhi pendapatan
retribusi.
26
BAB III
METODE PENELITIAN
Untuk memperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian,
maka perlu disusun langkah-langkah penelitian yang tercakup dalam metodologi
penelitian. Ketepatan metode yang digunakan sangat menentukan keakuratan hasil
penelitian yang diperoleh.
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian perbandingan atau komparatif.
Penelitian komparatif merupakan penelitian yang ditujukan untuk mengetahui
perbedaan nilai-nilai atau variabel-variabel pada sampel yang berbeda
(Sugiyono,1997:86). Perbandingan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
membandingkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (SWOT) terkait
dengan problematika pemungutan retribusi pelayanan pasar yang dilakukan di
kedua pasar, yaitu Pasar Banget Ayu dan Pasar Peterongan Kota Semarang.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah Pasar Banget Ayu dan Pasar Peterongan
Kota Semarang. Kedua pasar pasar tersebut merupakan bagian dari pasar
tradisional yang ada di Kota Semarang.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002:108).
Sugiyono (2003:55) mengemukakan, populasi adalah wilayah generalisasi
27
yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah semua petugas Dinas Pasar
Banget Ayu dan Pasar Peterongan Kota Semarang.
Pada dasarnya semua anggota populasi mempunyai peluang yang sama
untuk menjadi anggota sampel dalam sebuah penelitian (Sutrisno Hadi,
2000:220). Namun apabila tidak memungkinkan maka dapat diambil sebagian
anggota populasi untuk dijadikan sebagai anggota sampel. Arikunto
(2000,220) memberikan ketentuan mengenai jumlah sampel yaitu jika jumlah
populasi kurang dari 100 lebih baik diambil semua, sehingga merupakan
penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar dapat diambil antara
10% - 15% atau 20% - 25% atau tergantung setidak-tidaknya:
1. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana
2. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek
3. besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti.
Memperhatikan sifat dan karakter dari populasi yang populasinya
berjumlah kurang dari 100 maka teknik pengambilan sampel dalam penelitian
ini dengan menggunakan teknik total sampling, yaitu pengambilan sampel
secara seluruh anggota populasi sebagai anggota sampel penelitian
(Sugiyono,1997:63).
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan gejala yang bervariasi yang diamati
dalam suatu penelitian, atau dapat dikatakan bahwa variabel penelitian adalah
objek penelitian (Arikunto,2002:94). Penelitian ini memuat 1 buah variabel
28
yaitu pelaksanaan pemungutan retribusi pelayanan pasar. Variabel tersebut
memuat sub-sub variabel yang terdiri atas (1) potensi retribusi pasar, (2)
realisasi pelaksanaan retribusi pasar, (3) masalah pelaksanaan retribusi pasar
dan (4) upaya penanganan masalah pelaksanaan retribusi pasar.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan salah satu dari kegiatan yang
dirumuskan secara tepat, hal ini dimaksudkan agar data yang diperoleh benar-
benar akurat. Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah:
1. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah suatu usaha untuk mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat
kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, dan sebagainya
(Arikunto,2002:206). Dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui nama-nama, lokasi pedagang, petugas pemungutan retribusi
serta dokumen-dokumen yang terkait dengan Pasar Banget Ayu dan
Peterongan Kota Semarang.
2. Metode Angket atau kuesioner
Koesioner adalah sejumlah pertanyan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2002: 193). Metode ini
dilakukan untuk mengetahui potensi, realisasi, masalah serta akar
permasalahan yang dihadapi oleh petugas pemungutan retribusi, dalam
29
pelaksanaan pemungutan retribusi pasar. Dengan kata lain, untuk
mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada pada
pelaksanaan retribusi pelayanan pasar di Pasar Banget Ayu dan Peterongan
Kota Semarang.
F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
1. Validitas Instrumen
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto,2002:144). Suatu
instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat digunakan
untuk mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono,2003:267). Instrumen
penelitian ini, pengujian validitas tiap butirnya menggunakan analisis item.
Menurut Sugiyono (2003:272), analisis item adalah mengkorelasikan skor
tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Rumus
korelasi yang dapat digunakan adalah rumus korelasi product moment dari
Pearson sebagai berikut :
( )( )( ){ } ( ){ }2222 ∑∑∑∑
∑∑∑−−
−=
yyNxxN
yxxyNrxy
keterangan:
r xy = koefisien korelasi Σ x = skor item Σ y = skor total N = jumlah sampel (Sugiyono,2003:272).
Berdasarkan hasil uji coba, diperoleh hasil bahwa dari 10 item soal yang
diuji cobakan, nilai rhitung berkisar 0,641 – 0,752. Koefisien tersebut
30
dikonsultasikan dengan rtabel untuk n = 10 dan taraf signifikansi 5%, yaitu
sebesar 0,632. Karena seluruh item mempunyai nilai rhitung > rtabel, maka
seluruh item dinyatakan valid dijadikan instrumen penelitian.
2. Uji Reliabilitas
Angket dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap
pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Suharsimi
Arikunto,2002:170). Instrumen pada penelitian ini, reliabilitasnya diuji
secara internal consistency, yaitu dengan cara mencobakan instrumen
sekali, dan hasilnya dianalisis. Rumus Alpha Cronbach digunakan untuk
menganalisis reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya
angket atau soal bentuk uraian (Suharsimi Arikunto, 2002:171). Rumus
yang digunakan adalah sebagai berikut:
⎪⎭
⎪⎬⎫
⎪⎩
⎪⎨⎧−
⎭⎬⎫
⎩⎨⎧
−=
∑∑
2
21
11 11 ts
sk
kr
dimana :
r 11 = realibilitas instrumen k = banyaknya butir / item soal Σsi
2 = jumlah varian butir Σst
2 = varian total
Berdasarkan hasil uji coba, diperoleh nilai r11 sebesar 0,833. Koefisien
tersebut dikonsultasikan dengan rtabel untuk n = 10 dan taraf signifikansi
5%, yaitu sebesar 0,632. Karena nilai r11 > rtabel, maka instrumen
dinyatakan reliabel dan layak dijadikan alat ukur penelitian.
31
G. Metode Analisis Data
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan gejala-gejala
atau karakteristik yang muncul dari variabel penelitian. Penggambaran gejala-
gejala tersebut dilakukan dengan melakukan pengumpulan data secara angket
dan pengamatan langsung dilapangan tentang faktor kendala dan pendukung
yang ada.
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan objek Pasar Banget Ayu dan Pasar
Peterongan, yang merupakan pasar tradisional di Kota Semarang. Berdasarkan
hasil penelitian, diperoleh karakteristik pasar sebagai berikut:
1. Jumlah Petugas Pemungutan Retribusi Pelayanan Pasar
Petugas pemungutan retribusi merupakan orang yang secara khusus
bertugas untuk memungut retribusi pelayanan pasar dari para pedagang
yang berjualan di pasar. Berikut ini adalah jumlah dan karakteristik
petugas pemungutan retribusi pelayanan pasar di Pasar Banget Ayu dan
Peterongan.
Tabel 1
Tingkat Pendidikan Petugas Pelayanan Pasar Banget Ayu Dan Peterongan Kota Semarang
No. Pasar Tingkat
Pendidikan Sub Jumlah
Jumlah Total
Persentase (%)
1 Banget Ayu Perguruan tinggi SLTA SMP SD
0 3 2 1
6 0 50 33,3 16,7
2 Peterongan Perguruan tinggi SLTA SMP SD
1 3 2 2
8 12,5 37,5 25 25
Sumber : Dinas Pasar Kota Semarang, 2006
33
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa di Pasar Banget
Ayu, petugas pemungut retribusi berjumlah 6 orang, dengan tingkat
pendidikan terakhir petugas dari tingkat sekolah dasar sejumlah 16,7%;
tingkat SMP sejumlah 33,3%; dan tingkat SLTA sejumlah 50%. Data
tersebut menunjukkan tidak adanya petugas yang berpendidikan dari
perguruan tinggi. Sedangkan di Pasar Peterongan, jumlah petugas yang
diterjunkan untuk memungut retribusi sebanyak 9 orang dengan tingkat
pendidikan dari sekolah dasar sejumlah 25%; tingkat SMP sejumlah 25%;
tingkat SLTA sejumlah 37,5% dan tingkat perguruan tinggi sejumlah
12,5%.
Tabel 2
Usia Petugas Pemungutan Retribusi Pelayanan Pasar Banget Ayu dan Peterongan Kota Semarang
No. Pasar Usia Sub Jumlah
Jumlah Total
Persentase(%)
1 Banget Ayu Kurang dari 25 tahun 26 – 35 tahun 36 – 45 tahun lebih dari 45 tahun
2 1 2 1
6 33,33 16,67 33,33 16,67
2 Peterongan Kurang dari 25 tahun 26 – 35 tahun 36 – 45 tahun lebih dari 45 tahun
3 2 2 1
8 37,5 25 25
12,5 Sumber : Dinas Pasar Kota Semarang, 2006
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa petugas
pemungutan retribusi di Pasar Banget Ayu yang berusia kurang dari 25
tahun sebanyak 33,33%; usia antara 26 – 35 tahun sebanyak 16,67%; usia
antara 36 – 45 tahun sebanyak 33,33%; dan yang berusia lebih dari 45
34
tahun sebanyak 16,67%. Sedangkan di Pasar Peterongan petugas yang
berusia kurang dari 25 tahun sebanyak 37,5%; usia antara 26 – 35 tahun
sebanyak 25%; usia antara 36 – 45 tahun sebanyak 25%; dan yang berusia
lebih dari 45 tahun sebanyak 12,5%.
2. Jumlah Pedagang dan Jenis Dagangannya
Jumlah dan jenis dagangan yang berada di Pasar Banget Ayu dan
Peterongan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3 Jenis Dagangan Pasar Peterongan dan Banget Ayu
No. Pasar Jenis Dagangan Sub
JumlahJumlah Total
Persentase (%)
1 Banget Ayu Pakaian dan tekstil Makanan dan minuman Sayur dan buah Kelontong Daging Kayu dan besi Lain-lain
65 125 105 64 48 43 27
477 13,63 26,21 22,01 13,42 10,06 9,01 5,66
2 Peterongan Pakaian dan tekstil Makanan dan minuman Sayur dan buah Kelontong Daging Kayu dan besi Lain-lain
76 131 114 73 57 52 28
531 14,31 24,67 21,47 13,75 10,73 9,79 5,27
Sumber : Dinas Pasar Kota Semarang, 2006
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa jumlah pedagang di Pasar
Banget Ayu sejumlah 477 pedagang, yang terdiri dari pedagang pakaian
dan tekstil sebanyak 13,63%; pedagang makanan dan minuman sebanyak
26,21%; pedagang sayur dan buah sebanyak 22,01%; pedagang kelontong
sebanyak 13,42%; pedagang daging sebanyak 10,06%; pedagang kayu dan
35
besi sebanyak 9,01%; dan lain-lain sebanyak 5,66%. Sedangkan di Pasar
Peterongan jumlah pedagang adalah 531 pedagang, yang terdiri dari
pedagang pakaian dan tekstil sebanyak 14,31%; pedagang makanan dan
minuman sebanyak 24,67%; pedagang sayur dan buah sebanyak 21,47%;
pedagang kelontong sebanyak 13,75%; pedagang daging sebanyak
10,73%; pedagang kayu dan besi sebanyak 9,79%; dan lain-lain sebanyak
5,27%.
2. Realisasi Target Retribusi Pelayanan Pasar Banget Ayu dan
Peterongan
Pelaksanaan pemungutan retribusi pasar dilakukan setiap hari terhadap
semua pedagang yang menggelar dagangannya di pasar. Berikut ini akan
disajikan besarnya target dan realisasi pungutan retribusi pelayanan pasar di
Pasar Banget Ayu dan Peterongan.
Tabel 4 Target dan Realisasi Retribusi Pasar Banget Ayu dan Peterongan Kota
Semarang tahun 2003 – 2005
Pasar Tahun Target Realisasi
Persentase
Ketercapaian
(%)
Rata-rata
Ketercapaian
(%)
2003 4,102,500 3.875.255 94,46
2004 4,225,250 4.267.020 100,99
Banget Ayu
2005 4,752,505 4.865.000 102,37
99,27
2003 6.725.020 6.923.105 102,95
2004 7.022.525 7.109.572 101,24
Peterongan
2005 7.150.050 7.261.771 101,56
101,92
Sumber : Data Dinas Pasar Semarang 2006 yang diolah
36
Apabila digambarkan dalam bentuk grafik, akan diperoleh gambaran
sebagai berikut:
0
1000000
2000000
3000000
4000000
5000000
1 2 3 4TAHUN
TARGETREALISASI
Grafik 3. Target dan Realisasi Pungutan Retribusi Pasar Banget Ayu
Berdasarkan tabel dan grafik di atas, dapat diketahui bahwa di Pasar
Banget Ayu pada tahun 2003 realisasi perolehan retribusi pasar tidak
mencapai target, namun tahun 2004 dan 2005 target dapat dicapai dengan
selisih yang sangat kecil. Jika dirata-rata, realisasi pungutan retribusi
pelayanan pasar tahun 2003 sampai dengan 2005 adalah sebesar 99,27%
010000002000000300000040000005000000600000070000008000000
1 2 3 4TAHUN
TARGETREALISASI
Grafik 4. Target dan Realisasi Pungutan Retribusi Pasar Peterongan
2003 2004 2005
2003 2004 2005
37
Berdasarkan tabel dan grafik di atas, diketahui bahwa di Pasar
Peterongan, perolehan retribusi selalu dapat melampaui target dengan rata-rata
sebesar 101,92%. Hasil ini menunjukkan bahwa pencapaian target retribusi
pasar Peterongan lebih tinggi daripada pasar Banget Ayu.
3. Pelaksanaan Pemungutan Retribusi Pelayanan Pasar
Pelaksanaan pemungutan dilakukan oleh petugas pemungutan, dengan
ketentuan yang telah ditetapkan. Untuk mengetahui pelaksanaannya dilakukan
penelitian dengan menggunakan angket. Berikut ini akan disajikan hasil
angket penelitian yang telah dilakukan.
Tabel 5 Kesesuaian Waktu Pemungutan Retribusi Pasar Banget Ayu dan Peterongan Kota Semarang (Kedisiplinan Petugas Pemungutan)
Banget Ayu Peterongan Kriteria Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Sangat Disiplin 1 16,7 1 12,5 Disiplin 2 33,3 3 37,5 Kurang Disiplin 2 33,3 3 37,5 Tidak Disiplin 1 16,7 1 12,5
Jumlah 6 100% 8 100% Sumber : Data penelitian yang diolah, 2006
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa di Pasar Banget Ayu,
petugas pemungutan yang menjalankan pemungutan dengan tingkatan sangat
disiplin sebanyak 16,7%, artinya petugas tersebut selalu melakukan tugas
pemungutan pada waktu-waktu yang telah ditentukan. Petugas pemungutan
yang disiplin dan kurang disiplin masing-masing sebanyak 33,3%. Sedangkan
petugas yang melaksanakan dengan tidak disiplin sebanyak 16,7%; artinya
petugas tersebut dalam melaksanakan tugas pemungutan retribusi tidak
38
mematuhi jam-jam kerja yang telah ditentukan oleh dinas. Dengan demikian,
hanya separuh dari jumlah petugas melaksanakan pemungutan retribusi sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan atau dengan kata lain petugas masih
kurang disiplin waktu. Hal ini memberi gambaran bahwa waktu pelaksanaan
pemungutan retribusi di Banget Ayu masih kurang optimal.
Sedangkan di Pasar Peterongan, petugas pemungutan yang menjalankan
pemungutan dengan sangat disiplin sebanyak 12,5%; petugas yang
melaksanakan tugas pemungutan secara disiplin dan kurang disiplin masing-
masing sebanyak 37,5%; sedangkan petugas yang melaksanakan tugas
pemungutan secara tidak disiplin sebanyak 12,5%. Hal ini berarti bahwa lebih
dari separuh petugas melaksanakan pemungutan retribusi secara tidak disiplin.
Kondisi ini mencerminkan kurangnya kedisiplinan dari petugas untuk
melaksanakan pemungutan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa di
kedua pasar masih terkendala dengan kurang disiplinnya petugas pemungutan
dalam melaksanakan tugasnya. Kondisi ini pada dasarnya merupakan
kelemahan yang dimiliki oleh dinas pasar, yang dapat menyebabkan kurang
optimalnya pencapaian target retribusi.
Tabel 6 Kesesuaian Perolehan Retribusi Pasar Banget Ayu dan Peterongan Kota
Semarang
Banget Ayu Peterongan Kriteria Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Sangat sesuai 0 0 4 50 Sesuai 1 16,3 0 0 Cukup 5 83,7 4 50 Tidak sesuai 0 0 0 0
Jumlah 6 100% 8 100% Sumber : Data penelitian yang diolah, 2006
39
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa di Pasar Banget Ayu,
petugas pemungutan yang berhasil melakukan pemungutan yang sangat sesuai
dengan target sebanyak 16,3%, artinya petugas tersebut mampu memperoleh
hasil retribusi antara 63 – 81%, atau dengan kata lain setiap hari sebanyak
16,3% petugas mampu menarik retribusi sesuai dengan target. Petugas
pemungutan yang dapat memperoleh retribusi antara 44 – 62% dari target
adalah sebanyak 83,7%. Hasil ini menggambarkan bahwa sebagian besar
petugas mempunyai kemampuan memperoleh retribusi sekitar 44 – 62% dari
target yang telah ditetapkan oleh dinas.
Sedangkan di Pasar Peterongan, petugas pemungutan yang berhasil
melaksanakan pemungutan sangat sesuai dengan taget sebanyak 50% artinya
separuh petugas mampu menarik retribusi sejumlah 82 – 100% dari target
yang telah ditentukan. Separuh petugas yang lain mampu menarik sebesar 44
– 62% dari target. Hal ini memberikan gambaran bahwa sebagian besar
petugas telah mampu untuk mencapai target perolehan retribusi yang telah
ditentukan. Kondisi yang demikian jelas merupakan keunggulan yang dimiliki
oleh petugas pelaksana pemungutan retribusi, sehingga diharapkan dapat
meningkatkan optimalisasi pencapaian retribusi. Apabila dibandingkan antara
kedua pasar tersebut, perolehan retribusi di Pasar Peterongan lebih baik
daripada Pasar Banget Ayu.
40
Tabel 7 Ketercakupan Objek Retribusi Pasar Banget Ayu dan Peterongan Kota
Semarang
Banget Ayu Peterongan Kriteria Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Tercakup semua
1 16,7 3 37,5
Sebagian besar
1 16,7 3 37,5
Separuh 2 33,3 2 25 Sebagian kecil
2 33,3 0 0
Jumlah 6 100% 8 100% Sumber : Data penelitian yang diolah, 2006
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa di Pasar Banget Ayu,
petugas pemungutan yang berhasil mencakup semua objek retribusi
(pedagang) sebanyak 16,7%; yang dapat mencakup sebagian besar objek
sebanyak 16,7%; yang mencakup separuh dan sebagian kecil objek retribusi
masing-masing 33,3%. Hasil ini mengandung pengertian bahwa sebagian
besar petugas belum mampu untuk memungut biaya retribusi dari seluruh
pedagang, atau dengan kata lain masih banyak pedagang yang belum dapat
ditarik pembayaran retribusinya oleh petugas pemungutan. Hal ini merupakan
salah satu penyebab belum optimalnya perolehan retribusi di Pasar Banget
Ayu.
Sedangkan di Pasar Peterongan, petugas pemungutan yang berhasil
mencakup seluruh objek retribusi dan sebagian besar objek masing-masing
sebanyak 37,5%; dan yang dapat mencakup separuh objek retribusi sebanyak
25%. Hasil ini menggambarkan bahwa sebagian besar petugas sudah mampu
41
memungut retrbusi dari semua pedagang yang ada di Pasar Peterongan.
Kondisi ini merupakan salah satu keunggulan yang dimiliki oleh petugas.
4. Kendala dalam Pemungutan Retribusi Pelayanan Pasar
Dalam pelaksanaannya, pemungutan retribusi pelayanan pasar banyak
dijumpai adanya hambatan-hambatan baik dari faktor petugas pemungutan,
faktor pedagang dan faktor peraturan yang diberlakukan. Berikut ini skor hasil
penelitian tentang kendala pemungutan retribusi pelayanan pasar.
Tabel 8 Kendala Pemungutan Retribusi Pasar Banget Ayu dan Peterongan Kota
Semarang dari Faktor Petugas
Banget Ayu Peterongan Kriteria Frekuensi Persentase Frekuensi PersentaseAdanya kebocoran laporan pendapatan
3 50 1 12,5
Kurangnya disiplin 1 16,67 1 12,5 Keterbatasan jumlah petugas
1 16,67 3 37,5
Luasnya wilayah tugas 1 16,67 3 37,5 Jumlah 6 100% 8 100% Sumber : Data penelitian yang diolah, 2006
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa di Pasar Banget Ayu,
50% kendala dari faktor petugas dikategorikan lebih banyak disebabkan faktor
kebocoran laporan pendapatan retribusi. Hal ini merupakan akibat dari tidak
disiplinnya petugas untuk menyerahkan bukti pembayaran kepada pedagang
yang telah membayar retribusi. Sedangkan di pasar Peterongan kendala dari
faktor petugas lebih banyak ditimbulkan karena tidak seimbangnya jumlah
42
petugas pemungutan retribusi dengan luasnya wilayah tugas mereka dan juga
banyaknya pedagang.
Salah satu kendala yang dihadapi oleh kedua pasar adalah adanya
kebocoran pelaporan pendapatan dari petugas. Kendala ini lebih banyak
dihadapi oleh pasar Banget Ayu. Kebocoran yang dimaksud adalah tidak
sesuainya antara jumlah pendapatan dengan jumlah karcis yang diberikan
kepada pedagang. Hal ini diakibatkan adanya petugas yang memungut
retribusi kepada pedagang, namun tidak menyerahkan karcis retribusinya,
sehingga terdapat selisih pendapatan. Keadaan yang demikian, memungkinkan
jumlah pendapatan yang diterima dinas pasar lebih sedikit dari potensi
retribusi yang ada.
Kendala lain dari faktor petugas adalah masih kurangnya kedisiplinan
petugas dalam melaksanakan tugas memungut retribusi. Masih terdapat
petugas yang melaksanakan pemungutan tidak sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan. Keterbatasan jumlah petugas dengan luas wilayah tugas
menjadi salah satu kendala yang juga dihadapi oleh dinas pasar. Jumlah
petugas pemungut retribusi yang sedikit tidak seimbang dengan luas wilayah
tugasnya, sehingga banyak pedagang yang tidak dapat dijangkau oleh petugas.
Hal ini menyebabkan kurang optimalnya pendapatan yang diterima oleh dinas
pasar terkait.
43
Tabel 9 Kendala Pemungutan Retribusi Pasar Banget Ayu dan Peterongan Kota
Semarang dari Faktor Pedagang
Banget Ayu Peterongan Kriteria Frekuensi Persentase Frekuensi PersentaseKeengganan membayar
2 33,3 0 0
Banyaknya pedagang ilegal
2 33,3 2 25
Pedagang berpindah tempat
2 33,3 6 75
Jumlah 6 100% 8 100% Sumber : Data penelitian diolah, 2006
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa di Pasar Banget Ayu,
kendala pemungutan retribusi pelayanan pasar dari faktor pedagang
disebabkan oleh keengganan pedagang untuk membayar retribusi. Alasan
mereka antara lain ketidak sesuaian antara besarnya retribusi yang mereka
bayarkan dengan fasilitas yang diberikan oleh pihak dinas pasar kepada
pedagang. Selama ini para pedagang mengaku belum mendapat fasilitas yang
mencukupi di lokasi tempat mereka berjualan. Akibatnya, pendapatan yang
mereka terima tidak menentu. Terkadang mendapat keuntungan, dan
terkadang sebaliknya merugi karena dagangannya tidak laku. Kondisi seperti
itu, menjadikan penghasilan mereka hanya sebatas cukup untuk menyambung
hidup.
Sedangkan di pasar Peterongan, kendala pemungutan retribusi pelayanan
pasar dari faktor pedagang lebih banyak disebabkan banyaknya pedagang
yang sering berpindah lokasi berjualan sehingga mempersulit proses
pemungutan retribusi. Para pedagang itu juga mengeluhkan, maraknya
44
pedagang kaki lima atau pedagang ilegal yang berada di sekitar pasar. Sebab,
mereka justru menempati lokasi strategis, sehingga menghambat pembeli
masuk ke tengah pasar.Terlebih bagi pedagang yang berada di lantai dua,
dagangannya menjadi sepi.
Tabel 10 Kendala Pemungutan Retribusi Pasar Banget Ayu dan Peterongan Kota
Semarang dari Faktor Peraturan
Banget Ayu Peterongan Kriteria Frekuensi Persentase Frekuensi PersentaseKenaikan tarif retribusi 4 66,67 0 0 Penertiban pedagang liar
1 16,67 2 25
Pengaturan lokasi jualan
1 16,67 4 50
Pembenahan pasar 0 0 2 25 Jumlah 6 100% 8 100%
Sumber : Data penelitian diolah, 2006
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari faktor peraturan, di
Pasar Banget Ayu kendala pemungutan retribusi pelayanan pasar lebih banyak
disebabkan oleh adanya peraturan tentang kenaikan tarif retribusi yang
dibebankan kepada pedagang. Hal ini menimbulkan munculnya keluhan
pedagang untuk membayar retribusi. Menurut pedagang, pada dasarnya
pedagang mau menerima kenaikan retribusi, asalkan kenaikan tersebut tidak
terlalu tinggi, dan seimbang dengan fasilitas yang diberikan dinas pasar berupa
lokasi jualan yang menguntungkan dan layak. Selain itu juga kendala berasal
dari adanya penertiban dan pengaturan lokasi dagang.
Di pasar Peterongan, kendala pemungutan retribusi pelayanan pasar
lebih banyak disebabkan oleh pengaturan lokasi jualan bagi pedagang. Hal ini
45
dapat dimakluni karena pasar yang digunakan cukup luas dan jumlah
pedagang banyak sehingga terjadi kurang seimbangnya luas lahan dengan
jumlah pedagang. Pengaturan lokasi dagang pada dasarnya sudah ditentukan
oleh dinas pasar berdasarkan jenis dagangan. Namun pada kenyataannya,
pedagang banyak pedagang yang berpindah lokasi karena menurut mereka,
lokasi yang ditentukan oleh dinas pasar kurang strategis, sehingga
mempengaruhi pendapatan pedagang. Hal ini diperparah dengan hadirnya
pedagang liar yang justru bebas menempati lokasi jualan yang resmi. Kondisi
yang demikian menjadikan peraturan yang telah dibuat tidak dapat diterapkan
sesuai dengan harapan dinas pasar.
5. Faktor Pendukung Pemungutan Retribusi Pelayanan Pasar
Selain mempunyai faktor-faktor penghambat, kedua pasar juga
mempunyai beberapa faktor pendukung yang menunjang optimalisasi
pungutan retribusi pelayanan pasar. Berikut ini akan diuraikan beberapa faktor
pendukung yang dimiliki oleh kedua pasar.
Tabel 11 Pendukung Pemungutan Retribusi Pasar Banget Ayu dan Peterongan
Kota Semarang dari Faktor Petugas
Banget Ayu Peterongan Kriteria Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Kedisiplinan petugas 2 49,97 3 37,5
Ketepatan laporan 3 49,97 4 50 Ketaatan pada aturan tugas
1 16,67 2 12,5
Jumlah 6 100% 8 100% Sumber : Data penelitian diolah, 2006
46
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa di Pasar Banget Ayu,
faktor pendukung dari sisi petugas lebih banyak ada pada ketaaatan pelaporan
pendapatan, namun demikian jika dibandingkan dengan pasar Peterongan,
kondisi ini masih berada di bawahnya. Tingkat kedisiplinan petugas berkaitan
dengan ketepatan waktu pemungutan retribusi kepada pedagang. Kedisiplinan
petugas di pasar Peterongan mempunyai dampak yang baik, yaitu perolehan
pendapatan lebih banyak jika dibandingkan dengan pasar Banget Ayu.
Ketaatan petugas terhadap aturan kerja atau tugasnya menjadi salah satu
faktor pendukung yang kuat di pasar Peterongan disamping ketepatan laporan
pendapatan yang diberikan kepada dinas pasar. Ketaatan pada aturan tugas
dapat ditunjukkan oleh petugas yang selalu memberikan karcis retribusi
kepada pedagang yang sudah dipungut uang retribusinya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ketaatan petugas pemungutan di pasar Peterongan lebih
baik daripada petugas dari pasar Banget Ayu.
Tabel 12 Pendukung Pemungutan Retribusi dari Faktor Pedagang
Banget Ayu Peterongan
Kriteria Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Ketaatan membayar 0 0 2 25
Kepatuhan pada
aturan
2 33,33 3 37,5
Jumlah pedagang 4 66,67 3 37,5
Jumlah 6 100 8 100
Sumber : Data penelitian diolah, 2006
47
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa di Pasar Peterongan,
faktor pendukung lebih banyak berasal konsistensi pedagang menetap
dilokasi-lokasi yang telah ditentukan bagi mereka. Hal ini memberikan
kemudahan bagi petugas untuk mendata dan menarik retribusi. Kondisi ini
berbeda dengan pasar Banget Ayu, dimana pedagang masih kurang konsisten
untuk menempati lahan yang telah diperuntukkan bagi mereka. Masih banyak
pedagang yang sering berpindah lokasi berjualan sehingga mempersulit
pemungutan retribusi.
Ketaatan membayar retribusi para pedagang dapat dilihat dari kemauan
untuk selalu membayar retribusi yang sudah dibebankan kepada pedagang.
Ketaatan membayar sangat berpengaruh pada pendapatan dinas pasar terkait.
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa pedagang di pasar
Peterongan lebih taat membayar retribusi, dibandingkan pedagang di pasar
Banget Ayu. Faktor pendukung lainnya adalah jumlah pedagang. Banyaknya
pedagang mempengaruhi besar kecilnya potensi retribusi yang dapat upayakan
dari para pedagang, sehingga perolehan rertribusi menjadi lebih meningkat
dan dapat pula meningkatkan pembangunan pasar dan perbaikan fasilitas pasar
itu sendiri.
48
Tabel 13 Pendukung Pemungutan Retribusi Pasar Banget Ayu dan Peterongan
Kota Semarang dari Faktor Peraturan
Banget Ayu Peterongan Kriteria Frekuensi Persentase Frekuensi PersentaseKejelasan sosialisasi peraturan retribusi
0 0 1 12,5
Penanganan atas keluhan pedagang
2 33,33 2 25
Sosialisasi peraturan 1 16,67 3 37,5 Evaluasi peraturan 3 50 2 25
Jumlah 6 100% 8 100% Sumber : data penelitian diolah, 2006
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa di Pasar Banget Ayu,
faktor pendukung yang berasal dari peraturan lebih banyak berasal dariadanya
evaluasi atas peraturan-peraturan yang diberlakukan dan juga adanya
penanganan terhadap keluhan pedagang. Sedangkan di pasar Peterongan
faktor pendukung yang berasal dari peraturan lebih banyak dari adanya
peraturan yang jelas dan rinci atas besaran dan tata cara pemungutan retribusi.
Hal ini sangat memberikan kemudahan bagi petugas untuk menarik retribusi
sesuai dengan kondisi pedagang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sosialisasi peraturan pemungutan
retribusi kepada pedagang pasar Peterongan lebih baik dibandingkan di pasar
Banget Ayu. Pada saat ada rencana perubahan atau kenaikan tarif retribusi,
petugas memberitahukan kepada pedagang sehingga pedagang diharapkan
sudah mempersiapkan diri. Penanganan keluhan pedagang atas peraturan yang
ada menjadi salah satu faktor pendukung optimalisasi pencapaian pendapatan
dari sektor retribusi pasar Peterongan. Penanganan yang dimaksud adalah
49
penampungan aspirasi para pedagang tentang keluhan-keluhan atau
keberataran-keberatan yang dirasakan pedagang. Aspirasi tersebut ditampung
untuk kemudian disampaikan sesuai prosedur ke dinas pasar.
6. Upaya Penanganan Masalah Pemungutan Retribusi Pasar Banget
Ayu dan Peterongan
Berbagai upaya dilakukan oleh pengelola pasar untuk mengatasi
permasalahan dalam pemungutan retribusi pelayanan pasar. Untuk mengatasi
kendala adanya kebocoran pelaporan pungutan retribusi oleh petugas, pihak
pengelola pasar memberlakukan sanksi tegas kepada petugas yang melakukan
praktek tersebut. Langkah lainnya adalah dengan menghimbau kepada
pedagang untuk melaporkan jika ada petugas yang menarik retribusi tanpa
memberikan karcis pembayaran, serta jika ada petugas yang menarik upeti
kepada pedagang.
Upaya lain adalah dengan memperbaiki sarana dan prasarana atau
fasilitas pasar bagi pedagang. Hal ini dilakukan untuk memberikan kepuasan
kepada pedagang, sehingga akan meningkatkan kesadaran mereka bahwa
pemungutan retribusi dilakukan dengan tujuan akhir memperbaiki fasilitas
bagi pedagang. Upaya penanganan masalah pemungutan retribusi dapat dibuat
matrik sebagai berikut:
50
Tabel 14 Masalah dan Penanganan Pemungutan Retribusi Pasar Banget Ayu dan
Peterongan Kota Semarang
Banget Ayu Peterongan
Masalah Penanganan Masalah Penanganan
Kebocoran pelaporan perolehan retribusi
Menghimbau
pedagang untuk
melaporkan
kepada dinas
pasar
Memberi sanksi
kepada petugas
Kebocoran
pelaporan
perolehan retribusi
Menghimbau
pedagang untuk
melaporkan
kepada dinas
pasar
Memberi sanksi
kepada petugas
Keluhan pedagang atas lokasi yang mereka tempati
Usulan
pembenahan ke
pemerintah kota
Masih banyaknya
pedagang “liar”
Penertiban lokasi
pedagang sesuai
jenis dagangan
Keluhan pedagang kenaikan retribusi
Perbaikan fasilitas
sehingga
pedagang tidak
dirugikan
Keluhan pedagang
kenaikan retribusi
Perbaikan fasilitas
sehingga
pedagang tidak
dirugikan
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data, dapat dikemukakan beberapa pokok
temuan dalam penelitian ini. Pertama, rata-rata perolehan retribusi Pasar
Peterongan lebih tinggi (dapat melampaui target) daripada Pasar Banget Ayu
(tidak mencapai target). Kedua, dapat dilihat bahwa perolehan retribusi Pasar
Peterongan lebih tinggi daripada Pasar Banget Ayu dengan berbagai faktor
yang mendukung perolehananya. Ketiga, pelaksanaan pemungutan dilihat dari
sisi waktu pelaksanaan dan ketercakupan objek retribusi, menunjukkan bahwa
51
pelaksanaan pemungutan retribusi di Pasar Peterongan lebih baik
dibandingkan di Pasar Banget Ayu. Keempat, kendala yang muncul dalam
pemungutan retribusi dilihat dari faktor – faktor kendala yang ada dapat dilihat
bahwa faktor kendala yang ada di Pasar Peterongan lebih sedikit dibandingkan
Pasar Banget Ayu. Kelima, bahwa faktor – faktor pendukung pemungutan
retribusi pasar dalam pelaksanaannya dapat dilihat bahwa faktor pendukung
dalam pemungutan retribusi di Pasar Peterongan lebih besar dibandingkan
pasar Banget Ayu.
Hasil analisis data penelitian tersebut di atas menunjukkan bahwa
perolehan pemungutan retribusi pelayanan pasar di Peterongan lebih tinggi
daripada di Banget Ayu, dengan perbedaan yang signifikan. Hal ini
menunjukkan bahwa di Pasar Peterongan, pelaksanaan pemungutan retribusi
pelayanan pasar dilakukan secara lebih baik. Faktor pendukungnya adalah
karena Pasar Peterongan merupakan salah satu pasar tradisional yang besar
yang ada di Kota Semarang. Di Pasar Peterongan, transaksi jual beli antara
pedagang dan pembeli dilaksanakan setiap hari dari pagi sampai malam hari.
Selain itu di Pasar Peterongan kesadaran para pedagang untuk membayar
retribusi juga tinggi karena mereka menyadari bahwa kenyamanan mereka
berjualan tak lepas dari kondisi pasar yang mereka tempati, dan itu diperoleh
dari hasil retribusi tersebut. Kondisi ini menjadikan fasilitas pasar dapat
dimanfaatkan secara optimal baik oleh pedagang maupun pembeli.
Sedangkan di Pasar Banget Ayu, transaksi jual beli antara pedagang dan
pembeli hanya terjadi pada pagi sampai dengan siang hari. Hal ini
52
menyebabkan intensitas pemanfaatan pasar kurang optimal, sehingga
mempengaruhi pemasukan retribusi kepada pengelola pasar.
Hasil wawancara menunjukkan bahwa masih banyak kendala yang
dihadapi dalam optimalisasi pemasukan retribusi pelayanan pasar, baik di
Pasar Banget Ayu maupun di Peterongan. Kendala yang berasal dari faktor
petugas antara lain terbatasnya jumlah petugas pemungutan retribusi. Atau
dapat dikatakan bahwa jumlah pedagang dengan jumlah petugas tidak
seimbang, sehingga petugas sering melewatkan pedagang-pedagang yang
sekiranya susah dijangkau keberadaannya. Kendala lain adalah kurang
transparannya hasil pemungutan yang dilaporkan oleh petugas pemungut
kepada dinas. Dalam pelaksanaan pemungutan, banyak sekali dijumpai
petugas yang tidak memberikan karcis pembayaran kepada pedagang.
Akibatnya terjadi kesalahan penghitungan pemasukan retribusi, karena
perhitungan didasarkan pada jumlah karcis yang beredar.
Kendala yang berasal dari faktor pedagang adalah sulitnya pendataan
pedagang dan pemetaannya. Banyak pedagang yang tidak mau dipindahkan
lokasi dagangannya, karena khawatir pelanggannya akan lari. Hal ini
ditunjang dengan munculnya peraturan baru yang menetapkan besarnya
retribusi mengalami kenaikan sampai dengan 300%. Para pedagang tidak
setuju dengan peraturan tersebut, sehingga banyak dari mereka yang akhirnya
memilih tidak membayar retribusi. Pedagang banyak yang mengeluhkan
terhadap fasilitas pasar yang jarang diperbaiki oleh pihak pengelola pasar. Hal
53
ini menimbulkan keengganan pedagang untuk membayar atau menerima
kenaikan retribusi.
Hasil wawancara dengan pengelola pasar, menunjukkan bahwa berbagai
upaya telah dilakukan oleh pengelola untuk menaikkan perolehan retribusi
pasar. Upaya tersebut antara lain dengan memberikan sanksi kepada petugas
yang bermain curang dalam menagih retribusi kepada pedagang, serta petugas
yang curang dalam melaporkan pemasukan retribusi. Upaya lain adalah
dengan berusaha memperbaiki fasilitas pasar yang diharapkan dapat
meningkatkan kesadaran pedagang untuk membayar retribusi.
54
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik beberapa
simpulan sebagai berikut:
1. Realisasi perolehan pungutan retribusi pelayanan pasar di Peterongan
berbeda secara signifikan dibandingkan perolehan di Pasar Banget Ayu.
Rata-rata persentase perolehan retribusi tahun 2003 – 2005 di Peterongan
sebesar 101,92% sedangkan di Banget Ayu sebesar 99,27%.
2. Pelaksanaan pemungutan retribusi di Pasar Peterongan dilakukan dengan
lebih baik dibandingkan dengan Pasar Banget Ayu. Hal ini dapat dilihat
dari kesesuaian jadwal pemungutan, kesesuaian perolehan target dengan
realisasi perolehan retribusi, serta ketercakupan seluruh objek retribusi
yang dipungut.
3. Kendala yang masih dihadapi oleh Pasar Peterongan dan Pasar Banget
Ayu adalah kurang seimbangnya jumlah petugas dengan jumlah pedagang,
masih terjadi kebocoran pelaporan pemasukan retrbusi oleh petugas
pemungut, serta adanya keengganan pedagang untuk membayar dengan
alasan fasilitas pasar yang kurang baik.
4. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah pemungutan retribusi
adalah dengan memperbaiki fasilitas pasar, serta memberi sanksi tegas
kepada petugas yang curang dalam melaporkan pendapatan retribusi.
55
B. Saran
Saran yang dapat peneliti berikan adalah sebagai berikut:
1. Bagi pedagang, hendaknya selalu membayar retribusi pelayanan pasar,
karena retribusi tersebut pada dasarnya akan dimanfaatkan oleh pedagang
sendiri, yaitu sebagai dana untuk memperbaiki fasilitas pasar yang rusak.
2. Bagi petugas, hendaknya pungutan dilakukan secara tepat artinya
dilakukan dengan prosedur yang benar, sehingga tidak menimbulkan
kebocoran pemasukan. Langkah konkrit yang dapat dilakukan adalah
dengan meningkatkan kesadaran untuk menarik retribusi dengan selalu
memberikan tanda bukti pembayaran, serta melaporkan secara jujur
perolehan retribusinya.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1992. Statistika Penelitian. Yogyakarta : BPFE Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi Research. Jakarta : Grasindo Kompas. Pedagang Keluhkan Kondisi Fisik Pasar Tradisional di Kota Semarang.
31 Mei Laporan Pendapatan Retribusi Dinas Pasar Kota Semarang 2005 Prabowo, Yusdianto. 2002. Akuntansi Perpajakan Terapan. Jakarta : Grasindo Prakoso, Bambang, Kesit. 2005. Pajak dan Retribusi Daerah. Yogyakarta : UII
Press Suara Merdeka. Pedagang Minta Raperda Direvisi. Tanggal 24 Mei 2004 Sugiyono. 1997. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta -----------. 2003. Statistika Terapan. Bandung : Alfabeta Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Yuwono, S. 2001. Efektvitas Pelaksanaan Otonomi Daerah. Jakarta : Grasindo