2411

70
RETRIBUSI PELAYANAN PASAR BANGET AYU DAN PETERONGAN KOTA SEMARANG SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pembangunan Pada Universitas Negeri Semarang Disusun Oleh: PUTRANTO 3353401025 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2007

Transcript of 2411

Page 1: 2411

RETRIBUSI PELAYANAN PASAR BANGET AYU DAN

PETERONGAN KOTA SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pembangunan

Pada Universitas Negeri Semarang

Disusun Oleh:

PUTRANTO

3353401025

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2007

Page 2: 2411

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang

panitia ujian skripsi pada :

Hari :

Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. S.T.Sunarto, M.S Drs. Mudjijono, M.Si NIP. 130 515 743 NIP. 130 795 079

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

Drs. Bambang Prishardoyo, M.Si NIP. 131 404 309

Page 3: 2411

iii

PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi dengan judul “RETRIBUSI PELAYANAN PASAR BANGET AYU

DAN PETERONGAN KOTA SEMARANG” ini telah dipertahankan di dalam

Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang

pada :

Hari :

Tanggal :

Penguji Skripsi

Drs. Bambang Prishardoyo, M.Si NIP. 131 993 879

Anggota I Anggota II Drs. ST Sunarto, MS Drs. Mudjijono, M.Si NIP. 130 515 743 NIP. 130 795 079

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang

Drs. Agus Wahyudin, M. Si NIP. 131 658 236

Page 4: 2411

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi atau tugas akhir ini

benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis dari orang lain,

baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat

dalam skripsi ini dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 2007

Putranto NIM. 33534301025

Page 5: 2411

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

”Janganlah kita sampai kehilangan keyakinan pada diri kita karena

bila kita kehilangan keyakinan maka hilanglah semua kehidupan

kita”

”Jadilah ”pejuang ” yang gigih selama kita bisa”

”Orang lain bisa mengambil apapun dari diri kita, tapi satu hal

yang tidak dapat dimiliki orang lain adalah ’prinsip’ yang ada pada

diri kita.”

”Nggak usah kita berlomba – lomba jadi orang pinte, tapi mari

berlomba – lomba jadi orang jujur.”

PERSEMBAHAN:

Karya ini kupersembahkan kepada

1. Tuhan semesta alam, Allah SWT

2. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu mendukung dan mendoakanku

3. A’ikku tersayang, yang selalu mendukungku

4. Teman – teman ekonomi pembangunan ‘01

5. Almamater yang kubanggakan

Page 6: 2411

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala

limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sesuai

dengan rencana. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi di Universitas Negeri Semarang.

Terselesaikannya skripsi ini tak lepas dari bantuan beberapa pihak. Pada

kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. H. Sudjijono Sastroatmodjo, M.Si. , Rektor Univeritas Negeri

Semarang

2. Bapak Drs. Agus Wahyudin, M.Si , Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Negeri Semarang

3. Bapak Drs. Bambang Prishardoyo, M.Si Ketua Jurusan Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi UNNES

4. Bapak Drs. ST. Sunarto, MS selaku pembimbing yang telah banyak

memberikan bimbingan, pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Mudjijono, Msi selaku pembimbing yang telah banyak

memberikan bimbingan, pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Kepala Dinas Pasar Kota Semarang yang telah memberikan ijin kepada

penulis untuk mengadakan penelitian.

7. Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yang

tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Page 7: 2411

vii

Semoga Allah SWT memberikan pahala yang setimpal atas segala bantuan

yang telah diberikan kepada penulis. Semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat kepada kita semua. Amin.

Semarang, 2007

Penulis

(Putranto)

Page 8: 2411

viii

ABSTRAK

Putranto. 2006, “RETRIBUSI PELAYANAN PASAR BANGET AYU DAN PETERONGAN KOTA SEMARANG”. Skripsi. Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

Pajak dan retribusi daerah mempunyai peranan yang sangat besar terhadap pelaksanaan otonomi daerah dan realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hasil dari pungutan retribusi tersebut akan digunakan untuk kelangsungan kehidupan pemerintahan daerah yang bersangkutan, terutama untuk mendanai kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat. Salah satu jenis retribusi yang diselenggarakan di Kota Semarang adalah retribusi pelayanan pasar, yang dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2001. Idealnya, dalam pelaksanaan pemungutan retribusi pelayanan pasar harus dilaksanakan secara efektif, artinya adanya imbangan antara pendapatan dari suatu retribusi yang sebenarnya terhadap pendapatan yang potensial dari suatu objek retribusi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1)pelaksananaan, (2)pencapaian target retribusi, (3)perolehan retribusi, (4)faktor kendala pemungutan retribusi pasar, (5)faktor pendukung pemungutan retribusi pasar, serta(6)upaya penanganan masalah retribusi antara pasar Banget Ayu dan Peterongan Kota Semarang.

Populasi dalam penelitian ini adalah petugas pemungutan retribusi pasar Banget Ayu dan Peterongan Kota Semarang dan sekaligus diambil sebagai sampel penelitian. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi, wawancara dan angket. Analisis data dilakukan dengan deskriptif kuantitatif.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa (1)pelaksanaan pemungutan retribusi pasar dikatakan berhasil dengan terlaksana pemungutan retribusi yang dapat sesuai dengan target perolehan retribusi, (2)pencapaian target retribusi pasar Banget Ayu 99,27% dan pasar Peterongan 101,27%. (3)perolehan retribusi pasar Banget Ayu dan Peterongan dilihat dari pencapaian target yang di tetapkan oleh petugas terkait maka dapat diambil kesimpulan bahwa perolehan retribusi pasar dapat mencapai target yang ditetapkan, (4) faktor kendala pemungutan retribusi pasar yang ditemukandalam penelitian ini adalah dari faktor petugas antara lain kurang disiplinnya petugas dalam melakukan pemungutan retribusi, kurang tercakupnya objek oleh petugas karena terbatasnya jumlah petugas pemungutan retribusi pasar, sedangkan (5) faktor pendukung dalam pemungutan retribusi antara lain jumlah pedagang yang banyak, kesadaran pedagang untuk membayar retribusi, ketaatan pedagang dengan aturan yang ada. Masalah – masalah yang ditemukan dalam penelitan ini adalah kebocoran pelaporan pemungutan retribusi, keluhan pedagang atas kondisi pasar yang ditempati untuk berjualan, keluhan pedagang atas akan dinaikkannya retribusi yang tidak dimbangi dengan perbaikan pelayanan yang mereka terima. (6) upaya yang dilakukan untuk menangani masalah – masalah tersebut seharusnya diberikan sanksi yang tegas bilaman terjadi kebocoran pelaporan, banyaknya pedagang yang mengeluhkan kondisi pasar yang kurang nyaman untuk berjualan harusnya pemerintah kota melakukan pembenahan kondisi pasar yang ada dan menertibkan para pedagang sesuai

Page 9: 2411

ix

dengan jenis dagangan yang mereka punyai. Mengenai kenaikan retribusi pasar, dari faktor pedagang sebenarnya setuju bilamana diimbangi dengan perbaikan pelayanan yang mereka terima termasuk penertiban para pedagang musiman yang sering ada dan kenyamanan kondisi pasar yang mereka tempati. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemungutan retribusi pasar Banget Ayu dan Peterongan Kota Semarang berhasil mencapai target dan perlu dilakukan pembenahan fasilitas pasar serta penertiban para pedagang dan pembenahan pelaporan yang dilakukan petugas pemungutan retribusi pasar

Disarankan pedagang hendaknya selalu mentaati aturan pembayaran retribusi pelayanan pasar, dengan jalan selalu membayar retribusi sesuai besaran yang telah ditentukan. Bagi petugas, hendaknya menghindari kebocoran pelaporan dengan jalan selalu menyerahkan bukti pembayaran kepada pedagang.

Page 10: 2411

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................................................... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................ iii

PERNYATAAN..................................................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

ABSTRAK ........................................................................................................... viii

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL................................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xiii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

B. Perumusan Masalah .................................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 6

D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 7

E. Penegasan Istilah......................................................................................... 8

F. Sistematika Skripsi...................................................................................... 9

BAB II. LANDASAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

A. Keuangan Daerah ..................................................................................... 10

B. Pengertian Retribusi Daerah ..................................................................... 15

C. Jenis Retribusi Daerah .............................................................................. 19

D. Pertimbangan dalam Pemungutan Retribusi ............................................. 21

Page 11: 2411

xi

E. Tingkat Pengenaan Retribusi ................................................................... 22

F. Kerangka Berpikir..................................................................................... 24

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian ................................................................................ 26

B. Lokasi Penelitian....................................................................................... 26

C. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................ 26

D. Variabel Penelitian .................................................................................... 27

E. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 28

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ......................................................... 29

G. Metode Analisis Data................................................................................ 31

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ......................................................................................... 32

1. Deskripsi Objek Penelitian..................................................................... 32

2. Realisasi Perolehan Retribusi Pelayanan Pasar Banget Ayu dan

Peterongan.............................................................................................. 35

3. Pelaksanaan Pemungutan Retribusi Pelayanan Pasar ............................ 37

4. Kendala dalam Pemungutan Retribusi Pelayanan Pasar........................ 41

5. Faktor Pendukung Pemungutan Retribusi Pelayanan Pasar................... 45

6. Upaya Penanganan Masalah Pemungutan Retribusi

Pasar Banget Ayu dan Peterongan ....................................................... 49

B. Pembahasan............................................................................................... 50

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................................... 54

B. Saran.......................................................................................................... 55

Page 12: 2411

xii

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 54

LAMPIRAN.......................................................................................................... 55

Page 13: 2411

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Gambar Halaman

1. Tingkat Pendidikan Petugas Pelayanan Pasar..................................... 32

2. Usia Petugas Pemungutan Retribusi Pelayanan Pasar ........................ 33

3. Jenis Dagangan Pasar Peterongan dan Banget Ayu............................ 34

4. Target dan Realisasi Retribusi Pasar tahun 2003 – 2005.................... 35

5. Kesesuaian Waktu Pemungutan.......................................................... 37

6. Kesesuaian Perolehan Retribusi.......................................................... 38

7. Ketercakupan Objek Retribusi ............................................................ 39

8. Kendala Pemungutan Retribusi Pasar dari Faktor Petugas ................. 41

9. Kendala Pemungutan Retribusi dari Faktor Pedagang........................ 42

10. Kendala Pemungutan Retribusi dari Faktor Peraturan........................ 43

11. Pendukung Pemungutan Retribusi Pasar dari Faktor Petugas ............ 45

12. Pendukung Pemungutan Retribusi dari Faktor Pedagang................... 46

13. Pendukung Pemungutan Retribusi dari Faktor Peraturan ................... 47

14. Masalah dan Penanganan Pemungutan Retribusi .............................. 49

Page 14: 2411

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Grafik pertumbuhan retribusi pasar Banget Ayu ................................... 3

Gambar 2 Grafik pertumbuhan retribusi pasar Peterongan..................................... 4

Grafik 4.1 Target dan Realisasi Pungutan Retribusi Pasar Banget Ayu............... 36

Grafik 4.1 Target dan Realisasi Pungutan Retribusi Pasar Peterongan ................ 36

Page 15: 2411

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan sektor publik baik di tingkat nasional maupun di tingkat

daerah banyak mengalami perubahan yang sangat cepat merupakan suatu

kejadian global yang hampir terjadi pada semua negara baik negara maju

maupun negara yang berkembang. Untuk mengimbanginya maka organisasi

sektor publik harus melakukan perubahan-perubahan yang mendasar untuk

merespon permintaan masyarakat umum.

Dalam bidang keuangan daaerah, manajemen keuangan juga didasari

pada semangat akuntabilitas dan transparansi manajerial yang efektif

(Yuwono,2001:120). Undang-undang otonomi daerah mengamanatkan

kewenangan kepada daerah dalam mengelola semua sumber keuangan,

pendapatan dan pengeluaran daerah. Pengelolaan tersebut diharapkan dapat

direalisasikan secara efektif dan efisien sehingga daerah memperoleh semua

reveue yang dapat mencukupi pengeluaran daerah. Beberapa sumber keuangan

daerah yang dapat dikelola oleh daerah adalah pajak dan retribusi daerah.

Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau

pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh

pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan (Prokoso,

2005:92).

Page 16: 2411

2

Pajak dan retribusi daerah mempunyai peranan yang sangat besar

terhadap pelaksanaan otonomi daerah dan realisasi Pendapatan Asli Daerah

(PAD). Prokoso (2005:1) menyebutkan bahwa pajak dan retribusi merupakan

salah satu sumber pendapatan yang sangat potensial bagi suatu daerah. Hasil

dari pungutan retribusi tersebut selanjutnya akan digunakan untuk

kelangsungan kehidupan pemerintahan daerah yang bersangkutan, terutama

untuk mendanai kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada kesejahteraan

rakyat.

Salah satu jenis retribusi yang diselenggarakan di Kota Semarang adalah

retribusi pelayanan pasar. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004

dan Undang -undang Nomor 33 tahun 2004, retribusi jenis tersebut

dikelompokkan dalam jenis retribusi jasa umum. Idealnya, dalam pelaksanaan

pemungutan retribusi pelayanan pasar harus dilaksanakan secara efektif,

artinya adanya imbangan antara pendapatan dari suatu retribusi yang

sebenarnya terhadap pendapatan yang potensial dari suatu objek retribusi,

yaitu dengan anggapan bahwa mereka yang seharusnya membayar dengan

jumlah yang seharusnya dibayarkan, benar-benar memenuhi kewajibannya

(Prakoso,2005:142). Namun dalam pelaksanaan pemungutan retribusi pasar,

saat ini masih dapat dikatakan belum optimal.

Berdasarkan hasil survey awal terhadap laporan pendapatan pemerintah

Kota Semarang dari sektor retribusi pasar, diketahui bahwa di Pasar Banget

Ayu masih terdapat problematika pendapatan retribusi pasar. Berikut ini

adalah grafik perolehan retribusi Pasar Banget Ayu:

Page 17: 2411

3

0

2,000,000

4,000,000

6,000,000

8,000,000

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Ags

Sep Okt

Nov

Des

Bulan

Pen

dapa

tan

(Rp)

Gambar 1. Grafik pertumbuhan retribusi pasar Banget Ayu Tahun 2004

Dilihat dari grafik pertumbuhannya, menunjukkan penurunan

pendapatan retribusi pasar. Pada bulan Januari 2004, total pendapatan dari

retribusi sebesar Rp 5.798.085 kemudian mengalami kenaikan sedikit demi

sedikit sampai pada bulan Juni yaitu sebesar Rp 6.835.195. Namun mulai

bulan Juli mulai mengalami penurunan yang drastis sampai dengan akhir

tahun 2004 yaitu sebesar Rp 4.865.000 (Laporan Pendapatan Retribusi Dinas

Pasar Kota Semarang 2004 yang diolah). Hal ini menunjukkan bahwa

pelaksanaan pemungutan retribusi pasar di Pasar Banget Ayu kurang efektif.

Pasar lain yang juga mengalami problematika terkait dengan

pemungutan retribusi pasar adalah Pasar Peterongan. Berikut ini adalah grafik

perolehan retribusi pasar Peterongan Semarang tahun 2004:

Page 18: 2411

4

0500000

100000015000002000000250000030000003500000

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Ags

Sep Okt

Nov

Des

Bulan

Pen

dapa

tan

(Rp)

Gambar 2. Grafik pertumbuhan retribusi pasar Peterongan Tahun 2004

Dilihat dari grafik pertumbuhannya, jumlah retribusi yang diperoleh di

Pasar Peterongan menunjukkan grafik yang cenderung statis sampai bulan

Juli 2004. Namun mulai bulan Agustus 2004, penerimaan retribusi cenderung

menurun sampai pada kisaran terendah Rp 21.902.290 bulan November 2004.

Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa pemungutan retribusi

pelayanan pasar masih perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena

apabila hal ini dibiarkan terus menerus maka pemerintah dapat mengalami

penurunan pendapatan dari sektor pemanfaatan sarana pasar tradisional

sebagai aset pendapatan. Kurang optimalnya pemungutan retribusi pelayanan

pasar dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik pada faktor wajib pajak,

pelaksana pungutan pajak, dan kurangnya sosialisasi kepada wajib pajak.

Laporan yang dilansir oleh Suara Merdeka (24 Mei 2004) menyebutkan

bahwa para pedagang di pasar-pasar tradisional di Kota Semarang seringkali

mengeluhkan kondisi pasar yang tidak kondusif untuk berjualan. Selama

mereka membayar retribusi, fasilitas yang mereka terima dirasakan belum

seimbang. Para pedagang mengeluh belum mendapat fasilitas yang mencukupi

Page 19: 2411

5

di lokasi tempat mereka berjualan. Akibatnya, pendapatan yang mereka terima

tidak menentu. Terkadang mendapat keuntungan, dan terkadang sebaliknya

merugi karena dagangannya tidak laku. Kondisi seperti itu, menjadikan

penghasilan mereka hanya sebatas cukup untuk menyambung hidup. Para

pedagang itu juga mengeluhkan, maraknya pedagang kaki lima atau pedagang

ilegal yang berada di sekitar pasar. Sebab, mereka justru dapat menempati

lokasi strategis, sehingga menghambat pembeli masuk ke tengah

pasar.Terlebih bagi pedagang yang berada di lantai dua, dagangannya menjadi

sepi. Hal ini menjadikan pedagang merasa enggan membayar retribusi.

Kondisi tersebut jelas tidak mendukung upaya penertiban dan pengembangan

pasar tradisional, serta menghambat pembangunan, untuk itu perlu adanya

upaya untuk menemukan solusi atas permasalahan tersebut.

Pada dasarnya, permasalahan kurang optimalnya pelaksanaan

pemungutan retribusi pelayanan pasar, terkait dengan berbagai keunggulan

dan kelemahan pasar dalam menyediakan fasilitas bagi para pedagang.

Apabila fasilitas yang diberikan kepada pedagang sesuai dengan keinginan

mereka, pungutan retribusi terhadap mereka tidak menjadi masalah yang

rumit. Namun sebaliknya, apabila fasilitas yang diberikan kurang memenuhi

keingingan pedagang, maka kesadaran pedagang untuk membayar retribusi

tersebut kurang maksimal. Permasalahan tersebut juga terkait dengan kinerja

petugas pemungutan retribusi pelayanan pasar.

Berdasarkan uraian diatas, perlu adanya penelusuran tentang faktor-

faktor yang menyebabkan kurang efektifnya pelaksanaan pungutan retribusi

Page 20: 2411

6

pelayanan di pasar Banget Ayu dan Peterongan. Berdasarkan latar belakang

tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian terkait dengan retribusi

pasar dengan judul “Retribusi Pelayanan Pasar Banget Ayu dan Peterongan

Kota Semarang”

B. Perumusan Masalah

Masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini dapat dirumuskan

sebagai berikut:

1. Bagaimana realisasi pencapaian target pungutan retribusi pasar Banget

Ayu dan Peterongan Kota Semarang tahun 2003 sampai dengan 2005?

2. Bagaimana pelaksanaan retribusi pasar Banget Ayu dan Peterongan Kota

Semarang?

3. Faktor-faktor apakah yang menjadi kendala pemungutan retribusi pasar

Banget Ayu dan Peterongan Kota Semarang?

4. Faktor-faktor apakah yang menjadi pendukung pemungutan retribusi

pasar Banget Ayu dan Peterongan Kota Semarang?

5. Upaya apa saja yang dilakukan untuk menangani permasalahan

pemungutan retribusi pasar Banget Ayu dan Peterongan Kota Semarang?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui rata-rata realisasi pencapaian target pungutan retribusi

pelayanan pasar di Pasar Banget Ayu dan Peterongan Kota Semarang.

Page 21: 2411

7

2. Untuk mengetahui pelaksanaan pemungutan retribusi pelayanan pasar di

Pasar Banget Ayu dan Peterongan Kota Semarang.

3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dinas pasar dalam pelaksanaan

pemungutan retribusi pelayanan pasar Banget Ayu dan Peterongan Kota

Semarang.

4. Untuk mengetahui faktor pendukung yang dihadapi dinas pasar dalam

pelaksanaan pemungutan retribusi pelayanan pasar Banget Ayu dan

Peterongan Kota Semarang.

5. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan dinas terkait dalam menangani

permasalahan pemungutan retribusi pasar Banget Ayu dan Peterongan

Kota Semarang.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik kepada pihak

pemerintah daerah Kota Semarang dan juga bagi pihak akademisi.

1. Bagi Pemerintah Kota Semarang, hasil penelitian ini diharapkan menjadi

bahan pertimbangan dan evaluasi terhadap peraturan daerah tentang

pelaksanaan pungutan retribusi yang telah disepakati serta pelaksanaannya

di lapangan.

2. Bagi pihak universitas, hasil penelitian ini diharapkan memberikan nilai

tambahan kepustakaan khususnya di program studi Ekonomi

Pembangunan.

Page 22: 2411

8

E. Penegasan Istilah

Penegasan istilah diperlukan untuk menghindari adanya kesalahpahaman

tentang isi skripsi ini. Berikut ini adalah penegasan terhadap definisi-definisi

istilah yang digunakan dalam skripsi ini.

Retribusi Pelayanan Pasar

Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau

pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh

pemerintah daerah untuk kepentingan pribadi atau badan (Bambang

Kesit,2005:92). Retribusi pelayanan pasar yang dimaksud dalam skripsi ini

adalah retribusi yang dikenakan pada objek fasilitas pasar tradisional atau

sederhana berupa pelataran atau los yang dikelola oleh pemerintah daerah

dan khusus disediakan untuk pedagang, tidak termasuk yang dikelola oleh

perusahaan daerah pasar.

F. Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika skripsi terdiri dari 3 bagian, yaitu bagian awal, bagian isi

dan bagian akhir skripsi.

Bagian awal skripsi ini berisi tentang gambaran secara singkat dari

seluruh isi skripsi. Bagian ini meliputi judul skripsi, pengesahan, motto dan

persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi dan daftar lampiran.

Bagian isi skripsi meliputi lima bab, yaitu Bab I: pendahuluan yang

membahasa latar belakang masalah, permasalahan, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, penegasan istilah dan sistematika skripsi. Bab II: Tinjauan Pustaka

dan Hipotesis. Bagian ini akan dibahas tentang teori-teori yang mendasari

Page 23: 2411

9

penelitian ini, yaitu teori tentang retribusi serta pengukurannya. Bab III:

Metodologi Penelitian yang berisi tentang uraian metode penelitian yang

meliputi metode penentuan objek penelitian yang meliputi populasi dan

sampel penelitian, variabel penelitian dan definisi operasional variabel, teknik

pengumpulan data dan kisi-kisi instrumen, validitas dan reliabilitas instrumen

serta teknik analisis data. Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan, yang

membahas hasil penelitian serta pembahasannya. Pada Bab V: Penutup yang

berisi tentang simpulan dan saran dari hasil penelitian.

Bagian akhir skripsi, yang berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

Page 24: 2411

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Keuangan Daerah

Salah satu kriteria penting untuk mengetahui secara nyata kemampuan

daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya adalah kemampuan

self supporting dalam bidang keuangan. Dengan perkataan lain, faktor

keuangan merupakan faktor esensial dalam mengukur tingkat kemampuan

daerah dalam melaksanakan otonominya. Keadaan keuangan daerahlah yang

sangat menentukan corak, bentuk, serta kemungkinan – kemungkinan kegiatan

yang akan dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Sehubungan dengan pentingnya

posisi keuangan ini, Pamudji (1980;61-62) menegaskan:

Pemerintah daerah tidak akan dapat melaksanakan fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan dan pembangunan… Dan keuangan inilah yang merupakan salah satu dasar kriteria untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri.

Dari pendapat di atas terlihat bahwa untuk mengatur dan mengurus

rumah tangganya, daerah membutuhkan biaya atau uang. Tanpa adanya biaya

yang cukup, maka bukan saja tidak mungkin bagi daerah untuk dapat

menyelenggarakan tugas kewajiban serta kewenangan yang ada padanya

dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya, tapi juga ciri pokok dan

mendasar dari suatu daerah otonom menjadi hilang.

Page 25: 2411

11

Untuk dapat memiliki keuangan yang memadai dengan sendirinya

Daerah membutuhkan sumber keuangan yang cukup pula. Dalam hal ini

Daerah dapat memperolehnya melalui beberapa cara, yakni:

Pertama : mengumpulkan dana dari pajak daerah yang sudah direstui oleh

Pemerintah Pusat;

Kedua : melakukan pinjaman dari pihak ketiga, pasar uang atau bank

atau melalui Pemerintah Pusat;

Ketiga : mengambil bagian dalam pendapatan pajak sentral yang

dipungut daerah, misalnya sekian persen dari pendapatan

sentralnya tersebut;

Keempat : menambahkan tarif pajak sentral tertentu, misalnya pajak

kekayaan atau pajak pendapatan;

Kelima : menerima bantuan atau subsidi dari pemeintah pusat.

Pentingnya posisi keuangan daerah dalam penyelenggaraan otonomi

daerah sangat disadari oleh Pemerintah. Demikian pula alternatif cara untuk

mendapatkan keuangan yang memadai telah pula dipertimbangkan oleh

Pemerintah dan wakil – wakil rakyat (DPR-RI). Agar Daerah dapat mengurus

rumah tangganya sendiri dengan baik, maka perlu diberikan sumber

pembiayaan yang cukup. Tetapi menggingat tidak semua sumber pembiayaan

dapat diberikan kepada kepala daerah, maka kepada Daerah diwajibkan untuk

menggali segala sumber keuangan sendiri berdasarkan peraturan perundangan

yang berlaku.

Page 26: 2411

12

Dalam hubungannya dengan keuangan daerah ini maka ketentuan

perundang – undang yang mengaturnya adalah Undang – undang No. 32 tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang berbunyi sebagai berikut:

1. Pendapatan asli daerah (PAD) daerah sendiri, yang terdiri dari:

a. hasil pajak daerah;

b. hasil retribusi daerah;

c. hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan;

d. sumber PAD lainnya yang sah;

2. Dana perimbangan, yang terdiri dari

a. Dana bagi hasil yang bersumber dari pajak dan sumber daya alam

b. Dana alokasi umum, yang dialokasikan berdasarkan persentase

tertentu dari pendapatan dalam negeri neto

c. Dana alokasi khusus yang dialokasikan dari APBN

3. Lain – lain pendapatan daerah yang sah, misalnya hibah dan dana darurat.

Dari ketentuan tersebut di atas maka pendapatan daerah dapat dibedakan

ke dalam dua jenis yaitu: pendapatan asli daerah dan pendapatan non-asli

daerah. Sampai dengan saat ini, sumber – sumber pendapatan asli daerah

terdiri dari:

1. Pajak daerah;

Rochmad Sumitro (dalam Bambang Kesit,2002:124) mengemukakan

bahwa pajak ialah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari

sektor partikelir ke sektor pemerintahan) berdasarkan undang – undang

(dapat dipaksakan ) dengan tidak mendapatkan jasa timbal (tegen presttie)

Page 27: 2411

13

untuk membiayai pengeluaran umum (publike uitgaven), dan yang

digunakan sebagai alat pencegah atau pendorong untuk mencapai tujuan

yang ada di luar bidang keuangan. Atau dapat dikatakan bahwa pajak

adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk

membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public

saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public

investment.

Dari pendapat terdapat tersebut di atas terlihat bahwa ciri mendasar

pajak adalah:

a. Pajak dipungut oleh negara berdasarkan kekuatan dan/atau peraturan

hukum dan lainnya.;

b. Pajak dipungut tanpa adanya kontra prestasi yang secara langsung

dapat ditunjuk;

c. Hasil pungutan pajak digunakan untuk menutup pengeluaran negara

dan sisanya apabila masih ada digunakan untuk investasi;

d. Pajak disamping sebagai sumber keuangan negara (bugetair), juga

berfungsi sebagai pengatur ( regulair).

2. Retribusi daerah;

Sumber pendapatan daerah yang penting lainnya adalah retribusi

daerah. Pengertian retribusi secara umum adalah “pembayaran–

pembayaran kepada negara yang dilakukan oleh mereka yang

menggunakan jasa–jasa negara”. Atau dapat dikatakan bahwa retribusi

adalah iuran kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dan jasa balik

Page 28: 2411

14

secara langsung dapat ditunjuk. Paksaan di sini bersifat eknomis karena

siapa saja yang tidak merasakan jasa balik dari Pemerintah, dia tidak

dikenakan iuran itu.

Dari pendapat – pendapat di atas telihat bahwa ciri mendasar dari

retribusi adalah:

a. Retribusi dipungut oleh negara;

b. Dalam pemungutan terdapat paksaan secara ekonomis;

c. Adanya kontra prestasi yang secara langsung dapat ditunjuk;

d. Retribusi dikenakan pada setiap orang/badan yang menggunakan jasa –

jasa yang disiapkan negara.

3. Perusahaan daerah;

Sumber pendapatan asli daerah selanjutnya adalah perusahaan

daerah. Dalam hal ini laba perusahaan daerahlah yang diharapkan sebagai

sumber pemasukan bagi daerah. Oleh sebab itu, dalam batas–batas tertentu

pengelolaan haruslah bersifat professional dan harus tetap berpegang pada

prinsip ekonomi secara umum, yakni efisiensi.

4. Dinas daerah dan Pendapatan daerah lainnya.

Sumber pendapatan daerah lainnya adalah dinas – dinas daerah serta

pendapatan–pendapatan lainnya yang diperoleh secara sah oleh

Pemerintah daerah. Dinas–dinas daerah, sekalipun tugas dan fungsi

utamanya adalah memberikan pelayanan terhadap masyarakat tanpa terlalu

memperhitungan untung-rugi, tapi dalam batas batas tertentu dapat

didayagunakan dan bertindak sebagai organisasi ekonomi yang

Page 29: 2411

15

memberikan pelayaann jasa dengan imbalan. Dan dari sinilah daerah dapat

menambah pendapatan aslinya ( PAD ).

B. Pengertian Retribusi Daerah

Daerah sebagai bagian integral dari Negara Indonesia tidak bisa

dilepaskan dari prinsip daerah sebagai daerah otonom. Daerah mempunyai

kewenangan dan tanggung jawab menyelenggarakan kepentingan masyarakat

berdasarkan prinsip keterbukaan, partisipasi masyarakat, dan pertanggung

jawaban kepada masyarakat. Oleh karena itu Pemerintah telah mengeluarkan

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dimana

Pemerintah telah memandang perlu lebih menekankan prinsip-prinsip

demokrasi, peran serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta

memperhatikan potensi dan keanakaragaman daerah. Salah satu konsekuensi

lebih lanjut dari berlakunya Undang-Undang tersebut adalah pengelolaan di

bidang keuangan daerah yang menyebutkan: (1) penyelenggaraan tugas

Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dibiayai dari dan

atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, dan (2)

penyelenggaraan tugas Pemerintah di Daerah dibiayai dari dan atas beban

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Seiring dengan terjadinya reformasi di segala bidang kehidupan

masyarakat termasuk juga reformasi di dalam sistem kenegaraan Indonesia,

maka pemgelolaan keuangan daerah telah memberikan angin segar kepada

daerah untuk mengelola keuangan rumah tangga daerahnya sendiri sesuai

Page 30: 2411

16

dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Pemerintah dalam

mendukung otonomi daerah telah melakukan beberapa langkah antara lain

melalui penyediaan sumber-sumber pembiayan keuangan dalam bentuk

perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah berupa

pengelolaan sistem keuangan diatur berdasarkan pembangian kewenangan

tugas dan tanggung jawab. Untuk itu pemerintah telah mengeluarkan Undang-

Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan antara Pemerintah Pusat

dan Daerah sehingga Daerah dapat mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat menurut prakarsannya sendiri.

Ketersediaan sumber-sumber daerah guna mendukung pembangunan

daeraah sangat diperlukan adanya partsipasi dari masyarakat, maka peranan

masyarakat perlu terus ditingkatkan agara secara sadar bersedia memenuhi

kewajibannya dalam bentuk pembayaran pajak atau retribusi. Agar dalam

pelaksanaan otonomi daerah dapat berjalan, maka daerah harus mampu

mebiayai kebutuhannya sendiri dengan cara penggalian sumber-sumber

pendapatan asli daerah yang optimal.

Pajak dan retribusi merupakan alat bagi pemerintah untuk mencapai

penerimaan baik yang bersifat langsung dan tidak langsung dari masyarakat,

guna membiayai pengeluaran rutin serta pembangunan sosial dan ekonomi

masyarakat (Prabowo,2002:1). Pengertian tersebut mengandung makna bahwa

adanya retribusi dan pajak dimaksudkan sebagai dana pemerintah untuk

membangun perekonomian masyarakat, atau dapat dikatakan bahwa retribusi

merupakan upaya dari masyarakat yang diperuntukan bagi masyarakat pula.

Page 31: 2411

17

Berkaitan dengan retribusi, dalam ketentuan peraturan perundang-

undangan terdapat beberapa istilah mengenai pajak dan retribusi sebagai

berikut:

1. Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut retribusi, adalah pungutan

daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang

khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk

kepentingan orang pribadi atau badan.

2. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan

perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran

retribusi, termasuk pemungut atau pemotongan retribusi tertentu.

3. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas,

perseroan komanditer, perseroan lainnya badan usaha milik negara atau

daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan,

firma, kongsi, koperasi, yayasan, atau organisasi yang sejenis, lembaga,

dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya.

4. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan yang

menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat

dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

5. Jasa Umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah

Daerah tuntuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat

dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

Page 32: 2411

18

6. Jasa Usaha adalah jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan

menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan

oleh sektor swasta.

7. Perizinan Tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam

rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan

untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas

kegiatan, pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang,

prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan

umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

8. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas

waktu bagi Wajib Retribusi diwajibkan untuk memanfaatkan jasa dan

perizinan tertentu dari Pemerintah Daerah yang bersangkutan.

9. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur

untuk mengumpulkan data dan informasi yang meliputi keadaan harta,

kewajiban atau utang, modal, penghasilan dan biaya serta jumlah harga

perolehan dan penyerahan barang atau jasa yang ditutup dengan menyusun

laporan keuangan berupa neraca dan perhitungan rugi laba pada setiap

tahun pajak berakhir.

10. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan ,

dan mengolah data dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan

kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan retribusi

berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah dan

retribusi.

Page 33: 2411

19

C. Jenis-jenis Retribusi Daerah

Retribusi daerah menurut UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No 34

Tahun 2000 dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2001 tentang Retribusi

Daerah dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu:

1. Retribusi jasa Umum adalah retribusi atau jasa yang disediakan atau

diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan

kemanfaatan umum serta dapat dinikmati orang pribadi atau badan. Jenis-

jenis Retribusi Jasa Umum terdiri atas:

a. Retribusi Pelayanan Kesehatan;

b. Retribusi Pelayan Persampahan atau Kebersihan;

c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akte

Catatan Sipil;

d. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat

e. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;

f. Retribusi Pelayanan Pasar;

g. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;

h. Retribusi Pemeriksaan alat Pemadam Kebakaran;

i. Retribusi Penggantian biaya Cetak Peta;

j. Retribusi Pengujian kapal Perikanan.

2. Retribusi Jasa usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh

Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada

Page 34: 2411

20

dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta. Jenis-jenis Retribusi

Jasa Usaha terdiri atas:

a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;

b. Retribusi Pasar Grosir dan atau Pertoloan;

c. Retribusi Tempat Pelelangan;

d. Retribusi Terminal;

e. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa;

f. Retribusi Penyedotan Kakus;

g. Retribusi Rumah Potong Hewan;

h. Retribusi Pelayanan Pelabuhan Kapal;

i. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga;

j. Retribusi Penyeberangan di atas air;

k. Retribusi Pengolahan Limbah Cair

l. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.

3. Retribusi Perizinan Tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu

Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi

atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian

dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber

daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna

melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Jenis-

jenis Retribusi Perizinan Tertentu terdiri atas:

a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;

b. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol;

Page 35: 2411

21

c. Retribusi Izin Gangguan

d. Retribusi Izin Trayek

D. Pertimbangan dalam Pungutan Retribusi

Pungutan retribusi langsung atau konsumen dalam praktekknya biasanya

dikenakan karena satu atau lebih dari pertimbangan-pertimbangan sebagai

berikut:

1. Apakah pelayanan tersebut merupakan barang-barang publik atau privat,

mungkin pelayanan tersebut dapat disediakan kepada setiap orang. Oleh

karena itu tidak wajar untuk membebankan biaya-biaya tersebut kepada

pembaya-pembayar pajak yang tidak mendapatkan jasa/barang tersebut.

Hal ini merupakan salah satu alasan pembebasan Retribusi bagi pengadaan

air minum atau untuk pendidikan secara umum.

2. Suatu jasa yang melibatkan suatu sumber daya yang langka atau mahal dan

perlunya disiplin masyarakat dalam mengkonsumsinya. Hal ini sering

menjadi suatu alasan bagi pembebanan retribusi untuk menyediakan air

minum.

3. Ada beberapa jenis konsumsi yang dinikmati oleh individu bukan karena

kebutuhan pokok sehingga lebih merupakan pilihan daripada keperluan.

Contohnya adalah fasilitas rekreasi.

4. Jasa-jasa dapat digunakan untuk kegiatan-kegiatan mencari keuntungan

disamping memuaskan kebutuhan-kebutuhan individual di kantor pos,

telepon seluruhnya digunakan secara luas oleh industri.

Page 36: 2411

22

Retribusi dapat mengetahui atau menguji arah dan skala dari permintaan

masyarakat akan jasa, jika kebutuhan pokok atau bentuk-bentuk dan standar-

standar dari penyediaan tidak dapat ditentukan secara tegas. Suatukasus pada

setiap pengeluaran Pemerintah, keinginan atau kemauan masyarakat untuk

membayar langsung bagi pelayanan-pelayanan tesebut adalah suatu pengujian

yang penting bagi keinginan masyarakat atas jasa pelayanan tersebut.

E. Tingkat Pengenaan Retribusi

Secara garis besar ada beberapa tngkatan pengenaan retribusi yang

digunakan oleh pemerintah terhadap masyarakat, yatiu retribusi atas jasa-jasa

pelayanan umum atas pemakaian langsung (pelayanan secara keseluruhan),

retribusi untuk jasa-jasa pelayanan umum yang membutuhkan tingkat

pengembalian biaya langsung (direct cost) yang berbeda, dan retribusi

berdasar kewenangan tertentu Pemerintah Daerah atas penerimaan retribusi

tersebut.

Hampir secara keseluruhan jasa-jasa pelayanan atas pemakai langsung

bersifat umum (universal). Jasa-jasa pelayanan umum yang dikenakan

retribusi atas pemakai langsung (baik dengan atau tanpa subsidi) antara lain:

1. Jasa Pemenuhan kebutuhan air bersih untuk industri dapat dihitung

melalui tingkat penggunaan air yang dikonsumsi dan diukur dengan

meteran kubik, melalui pengkategorian perusahaan industri dalam suatu

tingkat tertentu (misal:besar, sedang dan kecil) berdasarkan penilaian

kekayaan, melalui dasar jarak antara lokasi perusahaan dengan pipa

Page 37: 2411

23

penghubung utama, atau melalui penjualan dari pusat penjualan air

minum.

2. Jasa angkutan umum setidak-tidaknya sebagian ditutup dari biaya tiket

penumpang atau barang.

3. Jasa pos dan telepon, umumnya dijual berdasarkan unit daripada jasa,

meskipun pada kasus telepon ada pengecualian, untuk biaya tetapnya

(abonemen) tidak didasarkan kepada unit tetapi didasarkan pada kategori

atas nilai kekayaan pemakai. Abonemen untuk rumah tangga lebih rendah

dibandingkan untuk usaha.

4. Gas dan listrik juga pada dasarnya dikenakan pembayaran sesuai dengan

besarnya volume konsumsi, meskipun biaya-biaya per unit sering menurun

apabila jumlah yang digunakan meningkat.

5. Penghuni Perumahan Pemerintah hampir selalu membayar sewa kecuali

apabila perumahan gratis disediakan kepada para pegawai sebagai bagian

daripada konsumsi pelayanan mereka.

6. Beberapa bentuk biaya masuk biasanya dikenakan atas penggunaan

fasilitas-fasilitas tertentu yang dimiliki Pemerintah kota seperti musium,

monumen-monumen bersejarah, kolam renang dan fasilitas olah raga

lainnya, kebun bianatang, benda-benda cagar budaya, bioskop.

Penyediaan jasa-jasa kepentingan umum seperti air bersih, gas, listrik

dan telepon biasanya didasarkan pad biaya penyambungan awal, namun

kadang-kadang juga dasar pengenaan biaya bergantung pada

penggunaan/konsumsinya.

Page 38: 2411

24

Pengenaan retribusi yang didasarkan pada pengembalian biaya langsung

(direct cost). Ada perbedaan mendasarpengenaan retribusi antara jasa-jasa

pelayanan umum atas pemakaian langsung dengan jasa-jasa pelayanan umum

pengembalian biaya langsung. Pengenaan retribusi yang didasarkan pada

pengembalian biaya langsung (direct cost) biasanya digunakan untuk jasa-jasa

umum yang penyelenggaraannya menjadi tugas atau kewenangannya berada

di tangan pemerintah, misalnya: sektor pendidikan, dari sektor jalan raya,

pelayanan kesehatan, pengairan, kesehatan lingkungan, serta pelayanan

pemadam kebakaran.

Penentuan dasar pengenaan retribusi atau objek retribusi terhadap

potensi pendapatan daerah dilakukan dengan penilaian terhadap potensi

pendapatan daerah. Menurut Davey (dalam Prakosa,2005:57) terdapat kriteria

yang harus dipenuhi agar potensi pendapatan daerah dapat dikenai retribusi.

Kriteria tersebut antara lain: kecukupan dan elastisitas, keadilan, kemampuan

administratif, dan kesepakatan politis.

F. Kerangka Berpikir

Pajak dan retribusi daerah mempunyai peranan yang sangat berar dalam

pelaksanaan otonomi daerah, sebagai suatu realisasi pendapatan asli daerah.

Salah satu jenis retribusi yang diselenggarakan di Kota Semarang adalah

retribusi pelayanan pasar. Retribusi ini pada dasarnya dikelompokkan dalam

jenis retribusi jasa umum. Sasaran dari pelaksanaan retribusi pelayanan pasar

adalah pedagang baik individu atau perusahaan yang menggelar dagangan di

Page 39: 2411

25

pasar. Para pedagang tersebut berkewajiban untuk membayar retribusi sesuai

dengan jenis dan ukuran kios yang mereka gunakan.

Selain bersumber dari pedagang, retribusi pelayanan pasar juga

mencakup jenis pungutan untuk penggunaan kamar mandi umum dan jenis

uang kebersihan pasar. Kedua jenis pungutan itu diperuntukkan bagi siapa saja

pengunjug pasar yang menggunakan fasilitas tersebut.

Idealnya, dengan pengaturan lokasi pedagang maka akan diketahui

potensi pendapatan dari sektor retribusi pasar secara tepat. Namun dalam

kenyataannya, pendapatan yang diterima dari pemungutan retribusi sering

tidak sesuai dengan potensi yang ada. Hal ini memunculkan adanya

permasalahan tentang faktor-faktor apa yang mempengaruhi pendapatan

retribusi.

Page 40: 2411

26

BAB III

METODE PENELITIAN

Untuk memperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian,

maka perlu disusun langkah-langkah penelitian yang tercakup dalam metodologi

penelitian. Ketepatan metode yang digunakan sangat menentukan keakuratan hasil

penelitian yang diperoleh.

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian perbandingan atau komparatif.

Penelitian komparatif merupakan penelitian yang ditujukan untuk mengetahui

perbedaan nilai-nilai atau variabel-variabel pada sampel yang berbeda

(Sugiyono,1997:86). Perbandingan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

membandingkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (SWOT) terkait

dengan problematika pemungutan retribusi pelayanan pasar yang dilakukan di

kedua pasar, yaitu Pasar Banget Ayu dan Pasar Peterongan Kota Semarang.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Pasar Banget Ayu dan Pasar Peterongan

Kota Semarang. Kedua pasar pasar tersebut merupakan bagian dari pasar

tradisional yang ada di Kota Semarang.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002:108).

Sugiyono (2003:55) mengemukakan, populasi adalah wilayah generalisasi

Page 41: 2411

27

yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik

tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah semua petugas Dinas Pasar

Banget Ayu dan Pasar Peterongan Kota Semarang.

Pada dasarnya semua anggota populasi mempunyai peluang yang sama

untuk menjadi anggota sampel dalam sebuah penelitian (Sutrisno Hadi,

2000:220). Namun apabila tidak memungkinkan maka dapat diambil sebagian

anggota populasi untuk dijadikan sebagai anggota sampel. Arikunto

(2000,220) memberikan ketentuan mengenai jumlah sampel yaitu jika jumlah

populasi kurang dari 100 lebih baik diambil semua, sehingga merupakan

penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar dapat diambil antara

10% - 15% atau 20% - 25% atau tergantung setidak-tidaknya:

1. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana

2. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek

3. besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti.

Memperhatikan sifat dan karakter dari populasi yang populasinya

berjumlah kurang dari 100 maka teknik pengambilan sampel dalam penelitian

ini dengan menggunakan teknik total sampling, yaitu pengambilan sampel

secara seluruh anggota populasi sebagai anggota sampel penelitian

(Sugiyono,1997:63).

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan gejala yang bervariasi yang diamati

dalam suatu penelitian, atau dapat dikatakan bahwa variabel penelitian adalah

objek penelitian (Arikunto,2002:94). Penelitian ini memuat 1 buah variabel

Page 42: 2411

28

yaitu pelaksanaan pemungutan retribusi pelayanan pasar. Variabel tersebut

memuat sub-sub variabel yang terdiri atas (1) potensi retribusi pasar, (2)

realisasi pelaksanaan retribusi pasar, (3) masalah pelaksanaan retribusi pasar

dan (4) upaya penanganan masalah pelaksanaan retribusi pasar.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan salah satu dari kegiatan yang

dirumuskan secara tepat, hal ini dimaksudkan agar data yang diperoleh benar-

benar akurat. Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah:

1. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah suatu usaha untuk mencari data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat

kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, dan sebagainya

(Arikunto,2002:206). Dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui nama-nama, lokasi pedagang, petugas pemungutan retribusi

serta dokumen-dokumen yang terkait dengan Pasar Banget Ayu dan

Peterongan Kota Semarang.

2. Metode Angket atau kuesioner

Koesioner adalah sejumlah pertanyan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2002: 193). Metode ini

dilakukan untuk mengetahui potensi, realisasi, masalah serta akar

permasalahan yang dihadapi oleh petugas pemungutan retribusi, dalam

Page 43: 2411

29

pelaksanaan pemungutan retribusi pasar. Dengan kata lain, untuk

mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada pada

pelaksanaan retribusi pelayanan pasar di Pasar Banget Ayu dan Peterongan

Kota Semarang.

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

1. Validitas Instrumen

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto,2002:144). Suatu

instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat digunakan

untuk mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono,2003:267). Instrumen

penelitian ini, pengujian validitas tiap butirnya menggunakan analisis item.

Menurut Sugiyono (2003:272), analisis item adalah mengkorelasikan skor

tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Rumus

korelasi yang dapat digunakan adalah rumus korelasi product moment dari

Pearson sebagai berikut :

( )( )( ){ } ( ){ }2222 ∑∑∑∑

∑∑∑−−

−=

yyNxxN

yxxyNrxy

keterangan:

r xy = koefisien korelasi Σ x = skor item Σ y = skor total N = jumlah sampel (Sugiyono,2003:272).

Berdasarkan hasil uji coba, diperoleh hasil bahwa dari 10 item soal yang

diuji cobakan, nilai rhitung berkisar 0,641 – 0,752. Koefisien tersebut

Page 44: 2411

30

dikonsultasikan dengan rtabel untuk n = 10 dan taraf signifikansi 5%, yaitu

sebesar 0,632. Karena seluruh item mempunyai nilai rhitung > rtabel, maka

seluruh item dinyatakan valid dijadikan instrumen penelitian.

2. Uji Reliabilitas

Angket dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap

pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Suharsimi

Arikunto,2002:170). Instrumen pada penelitian ini, reliabilitasnya diuji

secara internal consistency, yaitu dengan cara mencobakan instrumen

sekali, dan hasilnya dianalisis. Rumus Alpha Cronbach digunakan untuk

menganalisis reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya

angket atau soal bentuk uraian (Suharsimi Arikunto, 2002:171). Rumus

yang digunakan adalah sebagai berikut:

⎪⎭

⎪⎬⎫

⎪⎩

⎪⎨⎧−

⎭⎬⎫

⎩⎨⎧

−=

∑∑

2

21

11 11 ts

sk

kr

dimana :

r 11 = realibilitas instrumen k = banyaknya butir / item soal Σsi

2 = jumlah varian butir Σst

2 = varian total

Berdasarkan hasil uji coba, diperoleh nilai r11 sebesar 0,833. Koefisien

tersebut dikonsultasikan dengan rtabel untuk n = 10 dan taraf signifikansi

5%, yaitu sebesar 0,632. Karena nilai r11 > rtabel, maka instrumen

dinyatakan reliabel dan layak dijadikan alat ukur penelitian.

Page 45: 2411

31

G. Metode Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan gejala-gejala

atau karakteristik yang muncul dari variabel penelitian. Penggambaran gejala-

gejala tersebut dilakukan dengan melakukan pengumpulan data secara angket

dan pengamatan langsung dilapangan tentang faktor kendala dan pendukung

yang ada.

Page 46: 2411

32

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan objek Pasar Banget Ayu dan Pasar

Peterongan, yang merupakan pasar tradisional di Kota Semarang. Berdasarkan

hasil penelitian, diperoleh karakteristik pasar sebagai berikut:

1. Jumlah Petugas Pemungutan Retribusi Pelayanan Pasar

Petugas pemungutan retribusi merupakan orang yang secara khusus

bertugas untuk memungut retribusi pelayanan pasar dari para pedagang

yang berjualan di pasar. Berikut ini adalah jumlah dan karakteristik

petugas pemungutan retribusi pelayanan pasar di Pasar Banget Ayu dan

Peterongan.

Tabel 1

Tingkat Pendidikan Petugas Pelayanan Pasar Banget Ayu Dan Peterongan Kota Semarang

No. Pasar Tingkat

Pendidikan Sub Jumlah

Jumlah Total

Persentase (%)

1 Banget Ayu Perguruan tinggi SLTA SMP SD

0 3 2 1

6 0 50 33,3 16,7

2 Peterongan Perguruan tinggi SLTA SMP SD

1 3 2 2

8 12,5 37,5 25 25

Sumber : Dinas Pasar Kota Semarang, 2006

Page 47: 2411

33

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa di Pasar Banget

Ayu, petugas pemungut retribusi berjumlah 6 orang, dengan tingkat

pendidikan terakhir petugas dari tingkat sekolah dasar sejumlah 16,7%;

tingkat SMP sejumlah 33,3%; dan tingkat SLTA sejumlah 50%. Data

tersebut menunjukkan tidak adanya petugas yang berpendidikan dari

perguruan tinggi. Sedangkan di Pasar Peterongan, jumlah petugas yang

diterjunkan untuk memungut retribusi sebanyak 9 orang dengan tingkat

pendidikan dari sekolah dasar sejumlah 25%; tingkat SMP sejumlah 25%;

tingkat SLTA sejumlah 37,5% dan tingkat perguruan tinggi sejumlah

12,5%.

Tabel 2

Usia Petugas Pemungutan Retribusi Pelayanan Pasar Banget Ayu dan Peterongan Kota Semarang

No. Pasar Usia Sub Jumlah

Jumlah Total

Persentase(%)

1 Banget Ayu Kurang dari 25 tahun 26 – 35 tahun 36 – 45 tahun lebih dari 45 tahun

2 1 2 1

6 33,33 16,67 33,33 16,67

2 Peterongan Kurang dari 25 tahun 26 – 35 tahun 36 – 45 tahun lebih dari 45 tahun

3 2 2 1

8 37,5 25 25

12,5 Sumber : Dinas Pasar Kota Semarang, 2006

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa petugas

pemungutan retribusi di Pasar Banget Ayu yang berusia kurang dari 25

tahun sebanyak 33,33%; usia antara 26 – 35 tahun sebanyak 16,67%; usia

antara 36 – 45 tahun sebanyak 33,33%; dan yang berusia lebih dari 45

Page 48: 2411

34

tahun sebanyak 16,67%. Sedangkan di Pasar Peterongan petugas yang

berusia kurang dari 25 tahun sebanyak 37,5%; usia antara 26 – 35 tahun

sebanyak 25%; usia antara 36 – 45 tahun sebanyak 25%; dan yang berusia

lebih dari 45 tahun sebanyak 12,5%.

2. Jumlah Pedagang dan Jenis Dagangannya

Jumlah dan jenis dagangan yang berada di Pasar Banget Ayu dan

Peterongan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3 Jenis Dagangan Pasar Peterongan dan Banget Ayu

No. Pasar Jenis Dagangan Sub

JumlahJumlah Total

Persentase (%)

1 Banget Ayu Pakaian dan tekstil Makanan dan minuman Sayur dan buah Kelontong Daging Kayu dan besi Lain-lain

65 125 105 64 48 43 27

477 13,63 26,21 22,01 13,42 10,06 9,01 5,66

2 Peterongan Pakaian dan tekstil Makanan dan minuman Sayur dan buah Kelontong Daging Kayu dan besi Lain-lain

76 131 114 73 57 52 28

531 14,31 24,67 21,47 13,75 10,73 9,79 5,27

Sumber : Dinas Pasar Kota Semarang, 2006

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa jumlah pedagang di Pasar

Banget Ayu sejumlah 477 pedagang, yang terdiri dari pedagang pakaian

dan tekstil sebanyak 13,63%; pedagang makanan dan minuman sebanyak

26,21%; pedagang sayur dan buah sebanyak 22,01%; pedagang kelontong

sebanyak 13,42%; pedagang daging sebanyak 10,06%; pedagang kayu dan

Page 49: 2411

35

besi sebanyak 9,01%; dan lain-lain sebanyak 5,66%. Sedangkan di Pasar

Peterongan jumlah pedagang adalah 531 pedagang, yang terdiri dari

pedagang pakaian dan tekstil sebanyak 14,31%; pedagang makanan dan

minuman sebanyak 24,67%; pedagang sayur dan buah sebanyak 21,47%;

pedagang kelontong sebanyak 13,75%; pedagang daging sebanyak

10,73%; pedagang kayu dan besi sebanyak 9,79%; dan lain-lain sebanyak

5,27%.

2. Realisasi Target Retribusi Pelayanan Pasar Banget Ayu dan

Peterongan

Pelaksanaan pemungutan retribusi pasar dilakukan setiap hari terhadap

semua pedagang yang menggelar dagangannya di pasar. Berikut ini akan

disajikan besarnya target dan realisasi pungutan retribusi pelayanan pasar di

Pasar Banget Ayu dan Peterongan.

Tabel 4 Target dan Realisasi Retribusi Pasar Banget Ayu dan Peterongan Kota

Semarang tahun 2003 – 2005

Pasar Tahun Target Realisasi

Persentase

Ketercapaian

(%)

Rata-rata

Ketercapaian

(%)

2003 4,102,500 3.875.255 94,46

2004 4,225,250 4.267.020 100,99

Banget Ayu

2005 4,752,505 4.865.000 102,37

99,27

2003 6.725.020 6.923.105 102,95

2004 7.022.525 7.109.572 101,24

Peterongan

2005 7.150.050 7.261.771 101,56

101,92

Sumber : Data Dinas Pasar Semarang 2006 yang diolah

Page 50: 2411

36

Apabila digambarkan dalam bentuk grafik, akan diperoleh gambaran

sebagai berikut:

0

1000000

2000000

3000000

4000000

5000000

1 2 3 4TAHUN

TARGETREALISASI

Grafik 3. Target dan Realisasi Pungutan Retribusi Pasar Banget Ayu

Berdasarkan tabel dan grafik di atas, dapat diketahui bahwa di Pasar

Banget Ayu pada tahun 2003 realisasi perolehan retribusi pasar tidak

mencapai target, namun tahun 2004 dan 2005 target dapat dicapai dengan

selisih yang sangat kecil. Jika dirata-rata, realisasi pungutan retribusi

pelayanan pasar tahun 2003 sampai dengan 2005 adalah sebesar 99,27%

010000002000000300000040000005000000600000070000008000000

1 2 3 4TAHUN

TARGETREALISASI

Grafik 4. Target dan Realisasi Pungutan Retribusi Pasar Peterongan

2003 2004 2005

2003 2004 2005

Page 51: 2411

37

Berdasarkan tabel dan grafik di atas, diketahui bahwa di Pasar

Peterongan, perolehan retribusi selalu dapat melampaui target dengan rata-rata

sebesar 101,92%. Hasil ini menunjukkan bahwa pencapaian target retribusi

pasar Peterongan lebih tinggi daripada pasar Banget Ayu.

3. Pelaksanaan Pemungutan Retribusi Pelayanan Pasar

Pelaksanaan pemungutan dilakukan oleh petugas pemungutan, dengan

ketentuan yang telah ditetapkan. Untuk mengetahui pelaksanaannya dilakukan

penelitian dengan menggunakan angket. Berikut ini akan disajikan hasil

angket penelitian yang telah dilakukan.

Tabel 5 Kesesuaian Waktu Pemungutan Retribusi Pasar Banget Ayu dan Peterongan Kota Semarang (Kedisiplinan Petugas Pemungutan)

Banget Ayu Peterongan Kriteria Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

Sangat Disiplin 1 16,7 1 12,5 Disiplin 2 33,3 3 37,5 Kurang Disiplin 2 33,3 3 37,5 Tidak Disiplin 1 16,7 1 12,5

Jumlah 6 100% 8 100% Sumber : Data penelitian yang diolah, 2006

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa di Pasar Banget Ayu,

petugas pemungutan yang menjalankan pemungutan dengan tingkatan sangat

disiplin sebanyak 16,7%, artinya petugas tersebut selalu melakukan tugas

pemungutan pada waktu-waktu yang telah ditentukan. Petugas pemungutan

yang disiplin dan kurang disiplin masing-masing sebanyak 33,3%. Sedangkan

petugas yang melaksanakan dengan tidak disiplin sebanyak 16,7%; artinya

petugas tersebut dalam melaksanakan tugas pemungutan retribusi tidak

Page 52: 2411

38

mematuhi jam-jam kerja yang telah ditentukan oleh dinas. Dengan demikian,

hanya separuh dari jumlah petugas melaksanakan pemungutan retribusi sesuai

dengan jadwal yang telah ditentukan atau dengan kata lain petugas masih

kurang disiplin waktu. Hal ini memberi gambaran bahwa waktu pelaksanaan

pemungutan retribusi di Banget Ayu masih kurang optimal.

Sedangkan di Pasar Peterongan, petugas pemungutan yang menjalankan

pemungutan dengan sangat disiplin sebanyak 12,5%; petugas yang

melaksanakan tugas pemungutan secara disiplin dan kurang disiplin masing-

masing sebanyak 37,5%; sedangkan petugas yang melaksanakan tugas

pemungutan secara tidak disiplin sebanyak 12,5%. Hal ini berarti bahwa lebih

dari separuh petugas melaksanakan pemungutan retribusi secara tidak disiplin.

Kondisi ini mencerminkan kurangnya kedisiplinan dari petugas untuk

melaksanakan pemungutan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa di

kedua pasar masih terkendala dengan kurang disiplinnya petugas pemungutan

dalam melaksanakan tugasnya. Kondisi ini pada dasarnya merupakan

kelemahan yang dimiliki oleh dinas pasar, yang dapat menyebabkan kurang

optimalnya pencapaian target retribusi.

Tabel 6 Kesesuaian Perolehan Retribusi Pasar Banget Ayu dan Peterongan Kota

Semarang

Banget Ayu Peterongan Kriteria Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Sangat sesuai 0 0 4 50 Sesuai 1 16,3 0 0 Cukup 5 83,7 4 50 Tidak sesuai 0 0 0 0

Jumlah 6 100% 8 100% Sumber : Data penelitian yang diolah, 2006

Page 53: 2411

39

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa di Pasar Banget Ayu,

petugas pemungutan yang berhasil melakukan pemungutan yang sangat sesuai

dengan target sebanyak 16,3%, artinya petugas tersebut mampu memperoleh

hasil retribusi antara 63 – 81%, atau dengan kata lain setiap hari sebanyak

16,3% petugas mampu menarik retribusi sesuai dengan target. Petugas

pemungutan yang dapat memperoleh retribusi antara 44 – 62% dari target

adalah sebanyak 83,7%. Hasil ini menggambarkan bahwa sebagian besar

petugas mempunyai kemampuan memperoleh retribusi sekitar 44 – 62% dari

target yang telah ditetapkan oleh dinas.

Sedangkan di Pasar Peterongan, petugas pemungutan yang berhasil

melaksanakan pemungutan sangat sesuai dengan taget sebanyak 50% artinya

separuh petugas mampu menarik retribusi sejumlah 82 – 100% dari target

yang telah ditentukan. Separuh petugas yang lain mampu menarik sebesar 44

– 62% dari target. Hal ini memberikan gambaran bahwa sebagian besar

petugas telah mampu untuk mencapai target perolehan retribusi yang telah

ditentukan. Kondisi yang demikian jelas merupakan keunggulan yang dimiliki

oleh petugas pelaksana pemungutan retribusi, sehingga diharapkan dapat

meningkatkan optimalisasi pencapaian retribusi. Apabila dibandingkan antara

kedua pasar tersebut, perolehan retribusi di Pasar Peterongan lebih baik

daripada Pasar Banget Ayu.

Page 54: 2411

40

Tabel 7 Ketercakupan Objek Retribusi Pasar Banget Ayu dan Peterongan Kota

Semarang

Banget Ayu Peterongan Kriteria Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Tercakup semua

1 16,7 3 37,5

Sebagian besar

1 16,7 3 37,5

Separuh 2 33,3 2 25 Sebagian kecil

2 33,3 0 0

Jumlah 6 100% 8 100% Sumber : Data penelitian yang diolah, 2006

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa di Pasar Banget Ayu,

petugas pemungutan yang berhasil mencakup semua objek retribusi

(pedagang) sebanyak 16,7%; yang dapat mencakup sebagian besar objek

sebanyak 16,7%; yang mencakup separuh dan sebagian kecil objek retribusi

masing-masing 33,3%. Hasil ini mengandung pengertian bahwa sebagian

besar petugas belum mampu untuk memungut biaya retribusi dari seluruh

pedagang, atau dengan kata lain masih banyak pedagang yang belum dapat

ditarik pembayaran retribusinya oleh petugas pemungutan. Hal ini merupakan

salah satu penyebab belum optimalnya perolehan retribusi di Pasar Banget

Ayu.

Sedangkan di Pasar Peterongan, petugas pemungutan yang berhasil

mencakup seluruh objek retribusi dan sebagian besar objek masing-masing

sebanyak 37,5%; dan yang dapat mencakup separuh objek retribusi sebanyak

25%. Hasil ini menggambarkan bahwa sebagian besar petugas sudah mampu

Page 55: 2411

41

memungut retrbusi dari semua pedagang yang ada di Pasar Peterongan.

Kondisi ini merupakan salah satu keunggulan yang dimiliki oleh petugas.

4. Kendala dalam Pemungutan Retribusi Pelayanan Pasar

Dalam pelaksanaannya, pemungutan retribusi pelayanan pasar banyak

dijumpai adanya hambatan-hambatan baik dari faktor petugas pemungutan,

faktor pedagang dan faktor peraturan yang diberlakukan. Berikut ini skor hasil

penelitian tentang kendala pemungutan retribusi pelayanan pasar.

Tabel 8 Kendala Pemungutan Retribusi Pasar Banget Ayu dan Peterongan Kota

Semarang dari Faktor Petugas

Banget Ayu Peterongan Kriteria Frekuensi Persentase Frekuensi PersentaseAdanya kebocoran laporan pendapatan

3 50 1 12,5

Kurangnya disiplin 1 16,67 1 12,5 Keterbatasan jumlah petugas

1 16,67 3 37,5

Luasnya wilayah tugas 1 16,67 3 37,5 Jumlah 6 100% 8 100% Sumber : Data penelitian yang diolah, 2006

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa di Pasar Banget Ayu,

50% kendala dari faktor petugas dikategorikan lebih banyak disebabkan faktor

kebocoran laporan pendapatan retribusi. Hal ini merupakan akibat dari tidak

disiplinnya petugas untuk menyerahkan bukti pembayaran kepada pedagang

yang telah membayar retribusi. Sedangkan di pasar Peterongan kendala dari

faktor petugas lebih banyak ditimbulkan karena tidak seimbangnya jumlah

Page 56: 2411

42

petugas pemungutan retribusi dengan luasnya wilayah tugas mereka dan juga

banyaknya pedagang.

Salah satu kendala yang dihadapi oleh kedua pasar adalah adanya

kebocoran pelaporan pendapatan dari petugas. Kendala ini lebih banyak

dihadapi oleh pasar Banget Ayu. Kebocoran yang dimaksud adalah tidak

sesuainya antara jumlah pendapatan dengan jumlah karcis yang diberikan

kepada pedagang. Hal ini diakibatkan adanya petugas yang memungut

retribusi kepada pedagang, namun tidak menyerahkan karcis retribusinya,

sehingga terdapat selisih pendapatan. Keadaan yang demikian, memungkinkan

jumlah pendapatan yang diterima dinas pasar lebih sedikit dari potensi

retribusi yang ada.

Kendala lain dari faktor petugas adalah masih kurangnya kedisiplinan

petugas dalam melaksanakan tugas memungut retribusi. Masih terdapat

petugas yang melaksanakan pemungutan tidak sesuai dengan jadwal yang

telah ditentukan. Keterbatasan jumlah petugas dengan luas wilayah tugas

menjadi salah satu kendala yang juga dihadapi oleh dinas pasar. Jumlah

petugas pemungut retribusi yang sedikit tidak seimbang dengan luas wilayah

tugasnya, sehingga banyak pedagang yang tidak dapat dijangkau oleh petugas.

Hal ini menyebabkan kurang optimalnya pendapatan yang diterima oleh dinas

pasar terkait.

Page 57: 2411

43

Tabel 9 Kendala Pemungutan Retribusi Pasar Banget Ayu dan Peterongan Kota

Semarang dari Faktor Pedagang

Banget Ayu Peterongan Kriteria Frekuensi Persentase Frekuensi PersentaseKeengganan membayar

2 33,3 0 0

Banyaknya pedagang ilegal

2 33,3 2 25

Pedagang berpindah tempat

2 33,3 6 75

Jumlah 6 100% 8 100% Sumber : Data penelitian diolah, 2006

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa di Pasar Banget Ayu,

kendala pemungutan retribusi pelayanan pasar dari faktor pedagang

disebabkan oleh keengganan pedagang untuk membayar retribusi. Alasan

mereka antara lain ketidak sesuaian antara besarnya retribusi yang mereka

bayarkan dengan fasilitas yang diberikan oleh pihak dinas pasar kepada

pedagang. Selama ini para pedagang mengaku belum mendapat fasilitas yang

mencukupi di lokasi tempat mereka berjualan. Akibatnya, pendapatan yang

mereka terima tidak menentu. Terkadang mendapat keuntungan, dan

terkadang sebaliknya merugi karena dagangannya tidak laku. Kondisi seperti

itu, menjadikan penghasilan mereka hanya sebatas cukup untuk menyambung

hidup.

Sedangkan di pasar Peterongan, kendala pemungutan retribusi pelayanan

pasar dari faktor pedagang lebih banyak disebabkan banyaknya pedagang

yang sering berpindah lokasi berjualan sehingga mempersulit proses

pemungutan retribusi. Para pedagang itu juga mengeluhkan, maraknya

Page 58: 2411

44

pedagang kaki lima atau pedagang ilegal yang berada di sekitar pasar. Sebab,

mereka justru menempati lokasi strategis, sehingga menghambat pembeli

masuk ke tengah pasar.Terlebih bagi pedagang yang berada di lantai dua,

dagangannya menjadi sepi.

Tabel 10 Kendala Pemungutan Retribusi Pasar Banget Ayu dan Peterongan Kota

Semarang dari Faktor Peraturan

Banget Ayu Peterongan Kriteria Frekuensi Persentase Frekuensi PersentaseKenaikan tarif retribusi 4 66,67 0 0 Penertiban pedagang liar

1 16,67 2 25

Pengaturan lokasi jualan

1 16,67 4 50

Pembenahan pasar 0 0 2 25 Jumlah 6 100% 8 100%

Sumber : Data penelitian diolah, 2006

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari faktor peraturan, di

Pasar Banget Ayu kendala pemungutan retribusi pelayanan pasar lebih banyak

disebabkan oleh adanya peraturan tentang kenaikan tarif retribusi yang

dibebankan kepada pedagang. Hal ini menimbulkan munculnya keluhan

pedagang untuk membayar retribusi. Menurut pedagang, pada dasarnya

pedagang mau menerima kenaikan retribusi, asalkan kenaikan tersebut tidak

terlalu tinggi, dan seimbang dengan fasilitas yang diberikan dinas pasar berupa

lokasi jualan yang menguntungkan dan layak. Selain itu juga kendala berasal

dari adanya penertiban dan pengaturan lokasi dagang.

Di pasar Peterongan, kendala pemungutan retribusi pelayanan pasar

lebih banyak disebabkan oleh pengaturan lokasi jualan bagi pedagang. Hal ini

Page 59: 2411

45

dapat dimakluni karena pasar yang digunakan cukup luas dan jumlah

pedagang banyak sehingga terjadi kurang seimbangnya luas lahan dengan

jumlah pedagang. Pengaturan lokasi dagang pada dasarnya sudah ditentukan

oleh dinas pasar berdasarkan jenis dagangan. Namun pada kenyataannya,

pedagang banyak pedagang yang berpindah lokasi karena menurut mereka,

lokasi yang ditentukan oleh dinas pasar kurang strategis, sehingga

mempengaruhi pendapatan pedagang. Hal ini diperparah dengan hadirnya

pedagang liar yang justru bebas menempati lokasi jualan yang resmi. Kondisi

yang demikian menjadikan peraturan yang telah dibuat tidak dapat diterapkan

sesuai dengan harapan dinas pasar.

5. Faktor Pendukung Pemungutan Retribusi Pelayanan Pasar

Selain mempunyai faktor-faktor penghambat, kedua pasar juga

mempunyai beberapa faktor pendukung yang menunjang optimalisasi

pungutan retribusi pelayanan pasar. Berikut ini akan diuraikan beberapa faktor

pendukung yang dimiliki oleh kedua pasar.

Tabel 11 Pendukung Pemungutan Retribusi Pasar Banget Ayu dan Peterongan

Kota Semarang dari Faktor Petugas

Banget Ayu Peterongan Kriteria Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

Kedisiplinan petugas 2 49,97 3 37,5

Ketepatan laporan 3 49,97 4 50 Ketaatan pada aturan tugas

1 16,67 2 12,5

Jumlah 6 100% 8 100% Sumber : Data penelitian diolah, 2006

Page 60: 2411

46

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa di Pasar Banget Ayu,

faktor pendukung dari sisi petugas lebih banyak ada pada ketaaatan pelaporan

pendapatan, namun demikian jika dibandingkan dengan pasar Peterongan,

kondisi ini masih berada di bawahnya. Tingkat kedisiplinan petugas berkaitan

dengan ketepatan waktu pemungutan retribusi kepada pedagang. Kedisiplinan

petugas di pasar Peterongan mempunyai dampak yang baik, yaitu perolehan

pendapatan lebih banyak jika dibandingkan dengan pasar Banget Ayu.

Ketaatan petugas terhadap aturan kerja atau tugasnya menjadi salah satu

faktor pendukung yang kuat di pasar Peterongan disamping ketepatan laporan

pendapatan yang diberikan kepada dinas pasar. Ketaatan pada aturan tugas

dapat ditunjukkan oleh petugas yang selalu memberikan karcis retribusi

kepada pedagang yang sudah dipungut uang retribusinya. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ketaatan petugas pemungutan di pasar Peterongan lebih

baik daripada petugas dari pasar Banget Ayu.

Tabel 12 Pendukung Pemungutan Retribusi dari Faktor Pedagang

Banget Ayu Peterongan

Kriteria Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

Ketaatan membayar 0 0 2 25

Kepatuhan pada

aturan

2 33,33 3 37,5

Jumlah pedagang 4 66,67 3 37,5

Jumlah 6 100 8 100

Sumber : Data penelitian diolah, 2006

Page 61: 2411

47

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa di Pasar Peterongan,

faktor pendukung lebih banyak berasal konsistensi pedagang menetap

dilokasi-lokasi yang telah ditentukan bagi mereka. Hal ini memberikan

kemudahan bagi petugas untuk mendata dan menarik retribusi. Kondisi ini

berbeda dengan pasar Banget Ayu, dimana pedagang masih kurang konsisten

untuk menempati lahan yang telah diperuntukkan bagi mereka. Masih banyak

pedagang yang sering berpindah lokasi berjualan sehingga mempersulit

pemungutan retribusi.

Ketaatan membayar retribusi para pedagang dapat dilihat dari kemauan

untuk selalu membayar retribusi yang sudah dibebankan kepada pedagang.

Ketaatan membayar sangat berpengaruh pada pendapatan dinas pasar terkait.

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa pedagang di pasar

Peterongan lebih taat membayar retribusi, dibandingkan pedagang di pasar

Banget Ayu. Faktor pendukung lainnya adalah jumlah pedagang. Banyaknya

pedagang mempengaruhi besar kecilnya potensi retribusi yang dapat upayakan

dari para pedagang, sehingga perolehan rertribusi menjadi lebih meningkat

dan dapat pula meningkatkan pembangunan pasar dan perbaikan fasilitas pasar

itu sendiri.

Page 62: 2411

48

Tabel 13 Pendukung Pemungutan Retribusi Pasar Banget Ayu dan Peterongan

Kota Semarang dari Faktor Peraturan

Banget Ayu Peterongan Kriteria Frekuensi Persentase Frekuensi PersentaseKejelasan sosialisasi peraturan retribusi

0 0 1 12,5

Penanganan atas keluhan pedagang

2 33,33 2 25

Sosialisasi peraturan 1 16,67 3 37,5 Evaluasi peraturan 3 50 2 25

Jumlah 6 100% 8 100% Sumber : data penelitian diolah, 2006

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa di Pasar Banget Ayu,

faktor pendukung yang berasal dari peraturan lebih banyak berasal dariadanya

evaluasi atas peraturan-peraturan yang diberlakukan dan juga adanya

penanganan terhadap keluhan pedagang. Sedangkan di pasar Peterongan

faktor pendukung yang berasal dari peraturan lebih banyak dari adanya

peraturan yang jelas dan rinci atas besaran dan tata cara pemungutan retribusi.

Hal ini sangat memberikan kemudahan bagi petugas untuk menarik retribusi

sesuai dengan kondisi pedagang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sosialisasi peraturan pemungutan

retribusi kepada pedagang pasar Peterongan lebih baik dibandingkan di pasar

Banget Ayu. Pada saat ada rencana perubahan atau kenaikan tarif retribusi,

petugas memberitahukan kepada pedagang sehingga pedagang diharapkan

sudah mempersiapkan diri. Penanganan keluhan pedagang atas peraturan yang

ada menjadi salah satu faktor pendukung optimalisasi pencapaian pendapatan

dari sektor retribusi pasar Peterongan. Penanganan yang dimaksud adalah

Page 63: 2411

49

penampungan aspirasi para pedagang tentang keluhan-keluhan atau

keberataran-keberatan yang dirasakan pedagang. Aspirasi tersebut ditampung

untuk kemudian disampaikan sesuai prosedur ke dinas pasar.

6. Upaya Penanganan Masalah Pemungutan Retribusi Pasar Banget

Ayu dan Peterongan

Berbagai upaya dilakukan oleh pengelola pasar untuk mengatasi

permasalahan dalam pemungutan retribusi pelayanan pasar. Untuk mengatasi

kendala adanya kebocoran pelaporan pungutan retribusi oleh petugas, pihak

pengelola pasar memberlakukan sanksi tegas kepada petugas yang melakukan

praktek tersebut. Langkah lainnya adalah dengan menghimbau kepada

pedagang untuk melaporkan jika ada petugas yang menarik retribusi tanpa

memberikan karcis pembayaran, serta jika ada petugas yang menarik upeti

kepada pedagang.

Upaya lain adalah dengan memperbaiki sarana dan prasarana atau

fasilitas pasar bagi pedagang. Hal ini dilakukan untuk memberikan kepuasan

kepada pedagang, sehingga akan meningkatkan kesadaran mereka bahwa

pemungutan retribusi dilakukan dengan tujuan akhir memperbaiki fasilitas

bagi pedagang. Upaya penanganan masalah pemungutan retribusi dapat dibuat

matrik sebagai berikut:

Page 64: 2411

50

Tabel 14 Masalah dan Penanganan Pemungutan Retribusi Pasar Banget Ayu dan

Peterongan Kota Semarang

Banget Ayu Peterongan

Masalah Penanganan Masalah Penanganan

Kebocoran pelaporan perolehan retribusi

Menghimbau

pedagang untuk

melaporkan

kepada dinas

pasar

Memberi sanksi

kepada petugas

Kebocoran

pelaporan

perolehan retribusi

Menghimbau

pedagang untuk

melaporkan

kepada dinas

pasar

Memberi sanksi

kepada petugas

Keluhan pedagang atas lokasi yang mereka tempati

Usulan

pembenahan ke

pemerintah kota

Masih banyaknya

pedagang “liar”

Penertiban lokasi

pedagang sesuai

jenis dagangan

Keluhan pedagang kenaikan retribusi

Perbaikan fasilitas

sehingga

pedagang tidak

dirugikan

Keluhan pedagang

kenaikan retribusi

Perbaikan fasilitas

sehingga

pedagang tidak

dirugikan

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data, dapat dikemukakan beberapa pokok

temuan dalam penelitian ini. Pertama, rata-rata perolehan retribusi Pasar

Peterongan lebih tinggi (dapat melampaui target) daripada Pasar Banget Ayu

(tidak mencapai target). Kedua, dapat dilihat bahwa perolehan retribusi Pasar

Peterongan lebih tinggi daripada Pasar Banget Ayu dengan berbagai faktor

yang mendukung perolehananya. Ketiga, pelaksanaan pemungutan dilihat dari

sisi waktu pelaksanaan dan ketercakupan objek retribusi, menunjukkan bahwa

Page 65: 2411

51

pelaksanaan pemungutan retribusi di Pasar Peterongan lebih baik

dibandingkan di Pasar Banget Ayu. Keempat, kendala yang muncul dalam

pemungutan retribusi dilihat dari faktor – faktor kendala yang ada dapat dilihat

bahwa faktor kendala yang ada di Pasar Peterongan lebih sedikit dibandingkan

Pasar Banget Ayu. Kelima, bahwa faktor – faktor pendukung pemungutan

retribusi pasar dalam pelaksanaannya dapat dilihat bahwa faktor pendukung

dalam pemungutan retribusi di Pasar Peterongan lebih besar dibandingkan

pasar Banget Ayu.

Hasil analisis data penelitian tersebut di atas menunjukkan bahwa

perolehan pemungutan retribusi pelayanan pasar di Peterongan lebih tinggi

daripada di Banget Ayu, dengan perbedaan yang signifikan. Hal ini

menunjukkan bahwa di Pasar Peterongan, pelaksanaan pemungutan retribusi

pelayanan pasar dilakukan secara lebih baik. Faktor pendukungnya adalah

karena Pasar Peterongan merupakan salah satu pasar tradisional yang besar

yang ada di Kota Semarang. Di Pasar Peterongan, transaksi jual beli antara

pedagang dan pembeli dilaksanakan setiap hari dari pagi sampai malam hari.

Selain itu di Pasar Peterongan kesadaran para pedagang untuk membayar

retribusi juga tinggi karena mereka menyadari bahwa kenyamanan mereka

berjualan tak lepas dari kondisi pasar yang mereka tempati, dan itu diperoleh

dari hasil retribusi tersebut. Kondisi ini menjadikan fasilitas pasar dapat

dimanfaatkan secara optimal baik oleh pedagang maupun pembeli.

Sedangkan di Pasar Banget Ayu, transaksi jual beli antara pedagang dan

pembeli hanya terjadi pada pagi sampai dengan siang hari. Hal ini

Page 66: 2411

52

menyebabkan intensitas pemanfaatan pasar kurang optimal, sehingga

mempengaruhi pemasukan retribusi kepada pengelola pasar.

Hasil wawancara menunjukkan bahwa masih banyak kendala yang

dihadapi dalam optimalisasi pemasukan retribusi pelayanan pasar, baik di

Pasar Banget Ayu maupun di Peterongan. Kendala yang berasal dari faktor

petugas antara lain terbatasnya jumlah petugas pemungutan retribusi. Atau

dapat dikatakan bahwa jumlah pedagang dengan jumlah petugas tidak

seimbang, sehingga petugas sering melewatkan pedagang-pedagang yang

sekiranya susah dijangkau keberadaannya. Kendala lain adalah kurang

transparannya hasil pemungutan yang dilaporkan oleh petugas pemungut

kepada dinas. Dalam pelaksanaan pemungutan, banyak sekali dijumpai

petugas yang tidak memberikan karcis pembayaran kepada pedagang.

Akibatnya terjadi kesalahan penghitungan pemasukan retribusi, karena

perhitungan didasarkan pada jumlah karcis yang beredar.

Kendala yang berasal dari faktor pedagang adalah sulitnya pendataan

pedagang dan pemetaannya. Banyak pedagang yang tidak mau dipindahkan

lokasi dagangannya, karena khawatir pelanggannya akan lari. Hal ini

ditunjang dengan munculnya peraturan baru yang menetapkan besarnya

retribusi mengalami kenaikan sampai dengan 300%. Para pedagang tidak

setuju dengan peraturan tersebut, sehingga banyak dari mereka yang akhirnya

memilih tidak membayar retribusi. Pedagang banyak yang mengeluhkan

terhadap fasilitas pasar yang jarang diperbaiki oleh pihak pengelola pasar. Hal

Page 67: 2411

53

ini menimbulkan keengganan pedagang untuk membayar atau menerima

kenaikan retribusi.

Hasil wawancara dengan pengelola pasar, menunjukkan bahwa berbagai

upaya telah dilakukan oleh pengelola untuk menaikkan perolehan retribusi

pasar. Upaya tersebut antara lain dengan memberikan sanksi kepada petugas

yang bermain curang dalam menagih retribusi kepada pedagang, serta petugas

yang curang dalam melaporkan pemasukan retribusi. Upaya lain adalah

dengan berusaha memperbaiki fasilitas pasar yang diharapkan dapat

meningkatkan kesadaran pedagang untuk membayar retribusi.

Page 68: 2411

54

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik beberapa

simpulan sebagai berikut:

1. Realisasi perolehan pungutan retribusi pelayanan pasar di Peterongan

berbeda secara signifikan dibandingkan perolehan di Pasar Banget Ayu.

Rata-rata persentase perolehan retribusi tahun 2003 – 2005 di Peterongan

sebesar 101,92% sedangkan di Banget Ayu sebesar 99,27%.

2. Pelaksanaan pemungutan retribusi di Pasar Peterongan dilakukan dengan

lebih baik dibandingkan dengan Pasar Banget Ayu. Hal ini dapat dilihat

dari kesesuaian jadwal pemungutan, kesesuaian perolehan target dengan

realisasi perolehan retribusi, serta ketercakupan seluruh objek retribusi

yang dipungut.

3. Kendala yang masih dihadapi oleh Pasar Peterongan dan Pasar Banget

Ayu adalah kurang seimbangnya jumlah petugas dengan jumlah pedagang,

masih terjadi kebocoran pelaporan pemasukan retrbusi oleh petugas

pemungut, serta adanya keengganan pedagang untuk membayar dengan

alasan fasilitas pasar yang kurang baik.

4. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah pemungutan retribusi

adalah dengan memperbaiki fasilitas pasar, serta memberi sanksi tegas

kepada petugas yang curang dalam melaporkan pendapatan retribusi.

Page 69: 2411

55

B. Saran

Saran yang dapat peneliti berikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi pedagang, hendaknya selalu membayar retribusi pelayanan pasar,

karena retribusi tersebut pada dasarnya akan dimanfaatkan oleh pedagang

sendiri, yaitu sebagai dana untuk memperbaiki fasilitas pasar yang rusak.

2. Bagi petugas, hendaknya pungutan dilakukan secara tepat artinya

dilakukan dengan prosedur yang benar, sehingga tidak menimbulkan

kebocoran pemasukan. Langkah konkrit yang dapat dilakukan adalah

dengan meningkatkan kesadaran untuk menarik retribusi dengan selalu

memberikan tanda bukti pembayaran, serta melaporkan secara jujur

perolehan retribusinya.

Page 70: 2411

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1992. Statistika Penelitian. Yogyakarta : BPFE Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi Research. Jakarta : Grasindo Kompas. Pedagang Keluhkan Kondisi Fisik Pasar Tradisional di Kota Semarang.

31 Mei Laporan Pendapatan Retribusi Dinas Pasar Kota Semarang 2005 Prabowo, Yusdianto. 2002. Akuntansi Perpajakan Terapan. Jakarta : Grasindo Prakoso, Bambang, Kesit. 2005. Pajak dan Retribusi Daerah. Yogyakarta : UII

Press Suara Merdeka. Pedagang Minta Raperda Direvisi. Tanggal 24 Mei 2004 Sugiyono. 1997. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta -----------. 2003. Statistika Terapan. Bandung : Alfabeta Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Yuwono, S. 2001. Efektvitas Pelaksanaan Otonomi Daerah. Jakarta : Grasindo