240110130068 Rifayani Fadhilah TPHP04

download 240110130068 Rifayani Fadhilah TPHP04

of 17

description

tphp

Transcript of 240110130068 Rifayani Fadhilah TPHP04

LAPORAN PRAKTIKUMNilai :

TEKNIK PENANGANAN HASIL PERTANIAN(Pembersihan, Sortasi, dan Grading Bahan Hasil Pertanian)

Oleh :Nama: Rifayani FadhilahNPM: 240110130068Hari, Tanggal Praktikum: Rabu, 7 Oktober 2015Waktu: 13.00 15.00 WIBAsisten: 1. Nedia Cahyati M. 2. Nur Oktavia B.

LABORATORIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSESDEPARTEMEN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIANFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIANUNIVERSITAS PADJADJARAN2015

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPenanganan pascapanen bahan hasil pertanian harus dilakukan dengan baik dan benar agar bahan hasil pertanian dapat sampai kepada tangan konsumen dengan kualitas yang baik pula. Salah satu bahan hasil pertanian yang banyak disoroti di Indonesia adalah beras. Beras merupakan komoditas vital bagi Indonesia, hal ini dapat dilihat dari ketergantungan sebagian besar masyarakat Indonesia akan komoditas ini sebagai makanan pokok. Tidak heran jika tiap waktu beras selalu menjadi sorotan baik dari segi kualitas ataupun kuantitasnya.Setiap kota atau daerah di Indonesia pada umumnya mempunyai pusat industri beras, karena beras merupakan makanan pokok yang dibutuhkan di setiap daerah. Pusat industri beras merupakan daerah yang menjadi transaksi pembelian dan penjualan beras. Pembelian dilakukan setelah dilakukan pengiriman dari daerah-daerah untuk ditampung sementara. Sedangkan penjualan dilakukan setelah produk yang dibeli tersebut mengalami perubahan sebagai perwujudan nilai tambah melalui perbaikan kualitas dengan rekayasa teknologi, seperti pengemasan, pensortiran, grading dan lain-lain. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas dari bahan hasil pertanian adalah dengan perlakuan pascapanen yakni sortasi dan grading. Dalam praktikum kali ini proses sortasi dan grading akan diujicobakan terhadap komoditas beras guna menilai kualitas dari beras tersebut.

1.2 Tujuan1. Mengukur dan mengamati proses sortasi dan grading bahan hasil pertanian.2. Melakukan perhitungan kualitas dan variable kualitas untuk mengkaji kelas kualitas, kerusakan yang tampak, kerusakan yang tak tampak, bahan asing, retakan.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1PembersihanPembersihan adalah pengambilan bahan-bahan asing atau bahan yang tidak diinginkan dari produk. Pembersihan ini dapat dilakukan dengan pencucian, pengayakan, pengambilan dengan tangan dan sebagainya (Nurjanah dkk., 2012).Menurut Mutiarawati dkk. (2009), pembersihan (cleaning, trimming) yaitu membersihkan bahan hasil pertanian dari kotoran atau benda asing lain, mengambil bagian-bagian yang tidak dikehendaki seperti daun, tangkai atau akar yang tidak dikehendaki. Perbersihan bertujuan untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel pada hasil pertanian. Kebersihan sangat mempengaruhi kenampakan.Menurut Nurjanah dkk. (2012), buah-buahan dan sayuran biasanya dicuci untuk menghilangkan debu, residu bahan kimia dan bahan-bahan asing lainnya. Perlakuan pendahuluan dengan pengayakan dapat dilakukan tetapi hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada bahan karena adanya tumbukan yang dapat menyebabkan kerusakan mekanik pada bahan, untuk itu biasanya lebih praktis kalau bahan langsung dicuci. Pencucian dapat dilakukan secara kontinyu dan batch. Pencucian tipe batch hanya layak dilakukan untuk produk yang jumlahnya kecil. Pencucian dilakukan umumnya dilakukan dengan salah satu proses atau kombinasi dari beberapa proses.2.1.1Perendaman dalam Air (Soaking)Perendaman dalam air baik dalam air yang bergerak atau air yang diam hanya efektif untuk menghilangkan debu dan semua kotoran yang terdapat di permukaan produk. Metode ini biasanya dikombinasikan dengan jenis pencucian lainnya. 2.1.2Penyemprotan dengan Air (Water Sprays)Penggunaan penyemprotan dengan air ini bervariasi dari yang menggunakan tekanan rendah sampai bertekanan tinggi. Metode ini sangat efektif untuk menghilangkan kotoran yang melekat kuat secara fisik pada permukaan produk. Penyemprotan sangat cocok digunakan utnuk hampir semua produk tetapi intensitas dan tipe penyemprot atau sprayer harus diseleksi dengan tepat. Misalnya penyemprot bertekanan tinggi yang sangat baik untuk mecuci tomat tentu saja tidak dapat digunakan untuk mencuci daun seledri atau lettuce. 2.1.3Drum Berputar (Rotary Drum)Pencuci ini biasanya digunakan untuk pencucian komersil karena mudah dioperasikan, kapasitas yang tinggi, daya pembersih yang tinggi dan hanya menyebabkan kerusakan kecil pada produk. Pada metode ini digunakan dengan menambahkan air maupun dengan penyemprotan air. 2.1.4Pembersih dengan Sikat (Brush Washer)Pencucian dengan menggunkan sikat yang berputar ini sering digunakan dan sangat efektif. Metode ini efektif untuk menghilangkan tanah yang sulit dibersihkan hanya dengan perendaman misalnya tanah liat atau yang sangat lengket pada produk. Pencucian dikontrol oleh gerakan sikat yang biasanya dibuat dari serat, karet, spon, atau bahan lain dan biasanya harus diganti sewaktu-waktu. 2.1.5Pencucian yang Bergoyang (Shaker Washers)Pembersih ini mengaplikasikan adanya gerakan pada proses pencucian sehinga adanya gesekan antar produk dapat membersihkan kotoran yang melekat. Metode ini tidak dapat diterapkan untuk bahan yang mudah rusak secara mekanis/gesekan. Metode pembersihan terbaik biasanya mengkombinasikan dua atau tiga cara pembersihan seperti pada Gambar 1 di bawah ini. Produk dimasukkan dan dilakukan pencucian dengan perendaman dua kali, pencucian dengan cara penyemprotan, penghilangan air cucian kemudian dilakukan pengeringan dengan kipas. Dalam bak perendaman mungkin berisi bahan kimia untuk sterilisasi, atau untuk menghjilangkan residu pada permukaan produk.

Gambar 1. Beberapa kombinasi metode pencucian(Sumber : Nurjanah dkk., 2012)

2.2SortasiSortasi adalah proses pemisahan bahan-bahan kotoran yang tercampur dengan produk utama. Sebagai contoh pada penanganan pasca panen padi, dimana gabah tercampur dengan kotoran berupa butir pasir, serpihan logam, kayu, dan serpihan jerami dan daun. Gabah sebagai produk utama dari proses penanganan pasca panen padi harus terbebas dari berbagai kotoran tersebut (Nurjanah dkk., 2012).Menurut Handerson dan Perry (1976), buah-buahan dan sayuran disortasi/dipisahkan berdasarkan warna, tingkat kerusakan, dan ukurannya. Proses sortasi untuk buah-buahan dan sayuran yang dilakukan berdasarkan pada warna bahannya pada umumnya ditangani secara manual, walaupun dikenal pula tindakan sortasi dilakukan secara otomatis dengan menggunakan sensor optik. Disamping itu buah-buahan dan sayuran akan mengalami kerusakan jika dalam proses penanganannya dilakukan secara kasar atau tidak hati-hati. Oleh karenanya persinggungan yang lembut dengan bahan dan dengan kapasitas yang tinggi diperlukan, beberapa prosedur unik telah ditemukan. Beberapa alat dan sistem penanganan sortasi pada buah-buahan dan sayuran, adalah:1. Saringan2. Sabuk diverging3. Pemisah denagan Sistem Roll (Roller Srters)Menurut Mutiarawati dkk. (2009), sortasi yaitu pemisahan komoditas yang layak pasar (marketable) dengan yang tidak layak pasar, terutama yang cacat dan terkena hama atau penyakit agar tidak menular pada yang sehat. Ada dua macam proses sortasi, yaitu sortasi basah dan sortasi kering. Sortasi basah dilakukan pada saat bahan masih segar. Proses ini untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya dari simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, maka bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang. Tujuan dari sortasi antara lain:1. Untuk memperoleh simplisia yang dikehendaki, baik kemurnian maupun kebersihannya (Widyastuti, 1997).2. Memilih dan memisahkan simplisia yang baik dan tidak cacat.3. Memisahkan bahan yang masih baik dengan bahan yang rusak akibat kesalahan panen atau serangan patogen, serta kotoran berupa bahan asing yang mencemari tanaman obat (Santoso, 2009).Menurut WHO Guidelines on Good Agricultural and Collection Practice (GACP) for Madicinal Plants peraturan sortasi anta lain:1. Pemeriksaan visual terhadap kontaminan yang berupa bagian-bagian tanaman yang tidak dikehendaki/digunakan.2. Pemeriksaan visual terhadap materi asing.Evaluasi organoleptik, meliputi penampilan, kerusakan, ukuran, warna, bau, dan mungkin rasa.

2.3GradingGrading adalah proses untuk mengelompokkan produk utama ke dalam berbagai kelas mutu. Contoh dari hasil grading dari penanganan beras adalah beras utuh, beras kepala, beras patah, dan menir. Secara umum, grading dalam penanganan pasca panen bahan hasil pertanian merupakan lanjutan dari proses pencucian dan sortasi. Dalam penerapannya, faktor yang digunakan untuk menilai dan mengelompokkan kelas mutu suatu bahan dapat lebih dari satu. Dicontohkan pada grading beras ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain derajat sosoh, persentase beras utuh, beras kepala, beras patah, menir, persentase kotoran, tingkat kadar air beras, persentase butir kapur, butir kuning, dan butir merah. Demikian pula pada produk buah-buahan, seperti pada tomat, kol, kentang, dan lainnya (Nurjanah dkk., 2012).Menurut Mutiarawati dkk. (2009), grading adalah pemilahan berdasarkan kelas kualitas. Biasanya dibagi dalam kelas 1, kelas 2, kelas 3 dan seterusnya, atau kelas A, kelas B, kelas C dan seterusnya. Pada beberapa komoditas ada kelas super-nya. Tujuan dari tindakan grading ini adalah untuk memberikan nilai lebih (harga yang lebih tinggi) untuk kualitas yang lebih baik. Standar yang digunakan untuk pemilahan (kriteria) dari masing-masing kualitas tergantung dari permintaan pasar. Standarisasi merupakan ketentuan mengenai kualitas atau kondisi komoditas berikut kemasannya yang dibuat untuk kelancaran tataniaga/pemasaran. Standarisasi pada dasarnya dibuat atas persetujuan antara konsumen dan produsen, dapat mencakup kelompok tertentu atau wilayah/negara/daerah pemasaran tertentu.

2.4Persyaratan Mutu BerasSesuai dengan SNI, persyaratan mutu beras mencakup persyaratan kuanlitatif dan kuantitatif.2.4.1Persyaratan Kualitatif1. Bebas hama dan penyakit2. Bebas bau busuk, asam atau bau-bau lainnya3. Bebas dari bekatul4. Bebas dari tanda-tanda adanya bahan kimia yang membahayakan2.4.2Persyaratan Kuantitatif Mutu Beras Giling Sesuai SNI 6128:2008Tabel 1. Persyaratan Mutu BerasNo.Komponen MutuSatuanMutuMutuMutuMutuMutu

IIIIIIIVV

1Derajat sosoh (min) (%)100100959585

2Kadar air (maks) (%)1414141415

3Butir Kepala (Maks) (%)9589787360

4Butir Patah (maks) (%)510202535

5Butir Menir (maks) (%)01225

6Butir Merah (maks) (%)01233

7Butir Kuning /Rusak (maks) (%)01235

8Butir Mengapur (maks) (%)01235

9Benda Asing (maks) (%)00,020,020,050,2

10Butir Gabah (maks) Butir/100gr01123

(Sumber : Badan Standarisasi Nasional, 2008)

Ukuran butir beras adalah sebagai berikut:1. Butir utuh 10/10 bagian ukuran panjang rata-rata butir utuh.2. Butir kepala 6/10 < BK < 9/10 bagian ukuran panjang rata-rata butir utuh.3. Butir patah 2/10 < BP < 6/10 bagian ukuran panjang rata-rata butir utuh.4. Butir menir < 2/10 bagian ukuran panjang rata-rata butir utuh.Derajat sosoh adalah banyaknya lapisan sekam dan tembaga yang dilepaskan dari endosperma beras. Semakin tinggi derajat sosoh beras, maka semakin rendah gizi yang terkandung pada beras tersebut.

BAB IIIMETODOLOGI PENGAMATAN DAN PENGUKURAN

3.1Alat Dan Bahan3.1.1Alat1. Cawan Aluminium2. Kertas3. Moisture tester4. Timbangan Digital5. Rice Standart Chart 3.1.2Bahan1. Beras

3.2Prosedur Praktikum1. Menimbang massa awal (Ma) beras sebanyak 50 gram2. Mengukur kadar air beras menggunakan Moisture tester.3. Melakukan penyortiran terhadap butir utuh, butir patah, butir menir, butir hijau mengapur, butir uning/rusak, benda asing, dan butir gabah yang dilakukan manual dengan tangan.4. Menimbang butir utuh (Mbu), butir patah (Mbp), butir menir (Mbm), butir hijau/mengapur (Mbhm), butir kuning/rusak (Mbkr), benda asing (Mba), dan butir gabah (Mbg).5. Menghitung massa total (Mt) setelah penyortiran6. Mengitung massa beras yang hilang menggunakan persamaan berikut

7. Menghitung derajat sosoh menggunakan persamaan berikut

8. Menghitung persentase beras hilang menggunakan persamaan berikut

BAB IVHASIL PERCOBAAN

4.1PengukuranMassa beras awal = 50 gram = 0.05 kilogramKadar air 1 = 13.20 %Kadar air 2 = 13.10 %Kadar air 3 = 13.20 %

4.2Perhitungan

Tabel 2. Hasil Pengamatan pada 50 gram BerasNo.PengamatanBerat (kg)%Standar SNI (2008)

1.Derajat Sosoh-83.5Minimal 95 %

2.Butir Utuh0.0314757Minimal 35 %

3.Butir Patah0.0122022Maksimal 25 %

4.Butir Menir0.003737Maksimal 2 %

5.Butir Hijau / Kapur0.0067212Maksimal 3 %

6.Butir Kuning / Rusak0.001533Maksimal 3 %

7.Benda Asing-0Maksimal 0.05 %

8.Gabah-0Maksimal 2 butir

Total0.05565--

Massa Beras Total: 0 kg

Massa Beras yang Hilang:

Derajat Sosoh :

Presentase tiap butir :

BAB VPEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini prakikan melakukan percobaan sortasi dan grading beras. Beras sebanyak 50 gram disortasi secara manual atau pemisahan oleh praktikan kedalam beberapa kategori butir, diantaranya butir utuh, butir patah, butir menir, butir hijau/mengapur, butir kuning/rusak, benda asing, dan gabah. Standar pengelompokan butir adalah mengasumsikan 1 butir beras terbagi menjadi 10 bagian yang dibagi secara vertikal. Untuk butir utuh, beras berukuran 7/10 sampai 10/10 bagian, untuk butir patah beras berukuran 6/10 sampai 2/10 bagian, dan untuk butir menir beras berukuran kurang dari 2/10 bagian. Apabila beras berwarna hijau, mengapur, kuning, atau rusak, maka beras tersebut baik utuh, patah, maupun menir, masuk kedalam kategori hijau/mengapur atau kuning/patah. Benda asing adalah benda selain beras dan gabah. Gabah adalah beras yang masih tertutup.Dari hasil yang didapat kadar air beras rata-rata adalah 13.17 %, sedangkan menurut literatur kadar air beras adalah 12 14 % maka, sampel beras yang digunakan adalah beras dengan kadar air yang normal. Beras ini kemudian diambil sebanyak 50 gram sebagai sampel untuk kemudian disortasi. Setelah disortasi ditimbang satu per satu sesuai kategori butirnya. Setelah ditimbang, berat masing-masing kategori dijumlahkan. Biasanya terjadi kehilangan massa setelah dilakukan sortasi, karena berbagai faktor teknis seperti ada beras yang terbuang. Namun pada praktikum kali ini, hal tersebut tidak teridentifikasi karena kesalahan teknis yan dilakukan oleh praktikan, yaitu mengakumulasikan berat wadah kertas dengan bahan yang ditimbang, sehingga berat yang didapat bukan berat bahan, melainkan berat bahan ditambah berat wadah. Sehingga berat awal yang tadinya 0.05 kg bertambah menjadi 0.0565 kg setelah dilakukan sortasi. Kesalahan ini berpengaruh pada perhitungan presentase tiap butir.Selain kesalahan ketika melakukan pengukuran, praktikan juga melakukan kesalahan ketika melakukan sortasi. Praktikan sering kali sulit menentukan kategori butir beras, sehingga hasil yang didapat tidak sesuai dengan standar nasional Indonesia. Namun hal ini sangatlah wajar, karena sortasi yang dilakukan oleh manusia tidak dapat 100 % akurat dikarenakan presepsi, pendapat, dan sense yang beragam antara satu dan lainnya. Karena kesalahan-kesalahan tersebut, maka beras sampel teridentifikasi tidak masuk kedalam kategori manapun dalam standar mutu beras giling sesuai SNI 2008 menurut badan standarisasi nasional Indonesia.Maka dari itu dalam proses pencucian, sortasi, dan grading, kehati-hatian, ketelitian, pengalaman, dan keahlian sangatlah penting. Karena pembersihan, sortasi, dan grading sangat menentukan kualitas dan kuantitas suatu bahan hasil pertanian yang akan dipasarkan.

BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN

6.1KesimpulanHal-hal yang dapat disimpulkan dari praktikum teknik penanganan hasil pertanian kali ini adalah sebagai berikut:1. Beras yang tidak sesuai dengan standar SNI diakibatkan oleh berbagai faktor, diantaranya kemampuan dan kondisi mesin, penanganan pasca panen, situasi dan kondisi penyimpanan, dan masih banyak lagi kesalahan teknis lainnya termasuk kesalahan manusia.2. Proses sortasi oleh manusia mengakibatkan hasil yang tidak pasti dan tidak 100% akurat karena tidak melalui proses scientific.3. Moisture tester adalah alat untuk mengukur kadar air suatu bahan.4. Proses pembersihan, sortasi, dan grading menentukan kuantitas dan kualitas bahan hasil pertanian.

6.2SaranSaran untuk praktikum teknik penanganan hasil pertanian kali ini adalah sebagai berikut:1. Praktikan harus lebih teliti dan cerdas dalam melakukan pengukuran.2. Praktikan harus lebih teliti dan terperinci dalam melakukan perhitungan.3. Praktikan harus lebih memahami kategori butir beras ketika melakukan sortasi.4. Praktikan harus berhati-hati ketika melakukan sortasi.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standardisasi Nasional. 2008. Standar Nasional Indonesia Beras Giling. SNI 6128:2008. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.

Handerson, M. S. dan Perry R. L., 1976. Agricultural Process Engineering, Third Edition. The AVI Publishing Company, Inc. Westport. Connecticut.

Mutiarawati, T., dkk.. 2009. Penanganan Pasca Panen Hasil Pertanian. Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Jatinangor.

Nurjanah, S. dkk. 2012. Teknik Penanganan Hasil Pertanian. Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran. Jatinangor.

Rusendi, D., dkk. 2015. Penuntun Praktikum MK. Teknik Penanganan Hasil Pertanian. Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran. Jatinangor.

Widyastuti, Y.. 1997. Penanganan Hasil Panen Tanaman Obat Komersial. Trubus Agriwidya. Semarang.

Zain, dkk.. 2005. Teknik Penanganan Hasil Pertanian. Giratuna. Bandung.

LAMPIRAN

Gambar 2. Beras 50 gramGambar 3. Beras yang telah disortasi

Gambar 4. Butir beras utuhGambar 5. Butir beras patah

Gambar 6. Butir beras menirGambar 7. Butir beras mengapur

Gambar 8. Butir beras hijauGambar 9. Butir beras kuning/rusak

Gambar 10. Benda AsingGambar 11. Moisture Tester