23659164 Budidaya Lobster Air Tawar
Embed Size (px)
Transcript of 23659164 Budidaya Lobster Air Tawar

BUDIDAYA LOBSTER AIR TAWAR
MAKALAH
Disusun oleh :
Jumanto K2B 007 025
Yefi Ria Susanti K2B 007 044
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2009

KATA PENGANTAR
Segala rahmat dan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah Teknologi
Pembenihan Ikan ini dengan baik.
Dalam melaksanakan penyelesaian dan penyusunan makalah Teknologi
Pembenihan Ikan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Fajar Basuki, Msi selaku dosen pengampu mata kuliah Teknologi
Pembenihan Ikan.
Penulis menyadari bahwa sepenuhnya keterbatasan dan kekurangan penulis
dalam menyusun makalah Teknologi Pembenihan Ikan. Dengan kerendahan hati
penyusun berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua.
Semarang, Oktober 2009
Penyusun

I. PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Di Indonesia, belum banyak orang yang mengetahui keberadaan lobster air
tawar. Bicara tentang lobster, pikiran orang cenderung tertuju pada lobster air laut.
Hal ini sangat wajar karena memang lobster air tawar baru dirintis sekitar dekade
90-an. Berbeda dengan lobster air laut yang belum dapat dibudidayakan dan
hanya ada di pasaran karena tangkapan nelayan, beberapa jenis lobster air tawar
sudah dapat dibudidayakan untuk kebutuhan konsumsi.
Hingga saat ini, budidaya lobster baru dilakukan oleh sekelompok orang
yang hanya terbatas di beberapa kota, seperti Jakarta, Yogyakarta, Bogor, dan
Sukabumi. Karena itu, anggota familia crustaceae ini masih memiliki peluang
untuk dibudidayakan sebagai salah satu komoditas perikanan andalan. Selain
karena harga jualnya yang tinggi, saat ini permintaan pasar cukup besar.
Lobster air tawar merupakan udang konsumsi yang menjadi salah satu
komoditas perikanan tawar yang mulai dikembangkan untuk budidaya di
Indonesia sejak tahun 2000 (Sukmajaya dan Suharjo, 2003).
Lobster air tawar ukuran konsumsi mempunyai permintaan pasar yang relatif
tinggi tetapi jumlahnya masih mengalami kelangkaan, hal ini terjadi karena waktu
pemeliharaan sampai ukuran konsumsi sangat lama sekitar 7-10 bulan
(Dermawan, 2004).
Sistem botol mulai dikembangkan untuk mengatasi kendala tersebut, Sistem
botol digunakan untuk memelihara lobster air tawar secara soliter, sistem botol ini
memiliki keunggulan yaitu pertumbuhan lobster yang dipelihara dapat lebih cepat,

jumlah produksi lebih besar, ukuran tubuhnya menjadi seragam serta tidak terjadi
kanibalisme (Hamiduddin (2005).
Lobster air tawar tidak membutuhkan perawatan secara intensif,
budidayanya juga relatif mudah jika dibandingkan dengan sesama udang-udangan
yang lain. Teknik budidayanya cukup sederhana, sehingga dapat dilakukan oleh
siapa saja. Dengan sedikit modal dan ditunjang niat dan kemauan, semua orang
dapat melakukannya. Lahan yang dibutuhkan juga tidak harus luas. Lobster air
tawar dapat dibudidayakan di akuarium atau kolam berukuran kecil. Tidak seperti
udang Windu atau galah yang membutuhkan lahan yang luas dan pengolaan yang
intensif.
Selain mudah dibudidayakan, kelebihan lobster air tawar adalah tidak
mudah terserang penyakit, pemakan tumbuhan sekaligus hewan (omnivora),
pertumbuhannya relatif cepat, serta memiliki daya bertelur tinggi. Lobster air
tawar berumur satu tahun bisa menghasilkan 200-500 telur dalam sekali kawin.
Padahal, dalam satu tahun ia dapat kawin hingga 3-5 kali. Semakin bertambah
umurnya, semakin bertambah pula jumlah telur yang dihasilkan. Kemampuan
menghasikan telur tersebut akan menurun setelah melewati masa produktifnya,
yakni setelah lobster tersebut berumur lebih dari 5 tahun.
Saat ini yang menjadi kendala dalam melakukan budidaya lobster air tawar
adalah indukan yang masih harus didatangkan dari luar negeri. Meskipun di
Indonesia sudah ada yang menyediakan induk untuk dibudidayakan, jumlahnya
masih belum mencukupi untuk budi daya skala besar dan strain lobsternya masih
terbatas. Sementara itu, untuk mendatangkan indukan dari luar negeri

membutuhkan biaya ekstra. Selain itu, teknik untuk budidaya lobster air tawar
juga masih baru, sehingga ada sedikit tantangan untuk menekuninya.
1. 2. Tujuan
Tujuan dari makalah Teknologi Pembenihan Ikan ini adalah:
1. Mengetahui bagaimana teknik budidaya lobster air tawar.
1. 3. Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari makalah Teknologi Pembenihan Ikan ini
adalah:
1. Mahasiswa dapat mengetahui teknik pemijahan pada lobster air tawar.

II. ISI
2. 1. Biologi Lobster Air Tawar
2. 1. 1. Klasifikasi dan Anatomi
Habitat asli lobster air tawar adalah danau, rawa-rawa, dan daerah sungai
yang banyak terdapat tempat berlindung. Di Indonesia, lobster air tawar berasal
dari familia parastacidae yang terdiri dari beberapa jenis, seperti Cherax albertisi,
Cherax lorentzi, Cherax lorentzi auranus. Tubuh lobster dibagi menjadi dua
bagian, yakni kepala (chepalothorax) dan badan (abdomen). Cangkang yang
menutupi kepala dan badan terbuat dari bahan zat tanduk atau kitin yang tebal
dan merupakan nitrogen polisakarida (C H O N) yang disekresikan oleh kulit
epidermis yang akan mengeras dan mengelupas saat terjadi pergantian cangkang
tubuh (molting).
Lobster air tawar tidak memiliki tulang dalam (internal skeleton), tetapi
seluruh tubuhnya terbungkus oleh cangkang (external skeleton). Di lihat dari
organ tubuh luar, lobster air tawar memiliki beberapa alat pelengkap seperti,
sepasang antena sebagai perasa dan peraba terhadap pakan dan kondisi
lingkungan. Sepasang antanela untuk mencium pakan, 1 mulut, dan sepasang
capit (celliped). Enam ruas badan (abdomen). Ekor, 1 ekor tengah (telson) terletak
di semua bagian tepi ekor, serta 2 pasang ekor samping (uropod). Enam pasang
kaki renang (pleopod) yang berperan dalam melakukan gerakan renang. Enam
pasang kaki untuk berjalan (walking legs).

Dilihat dari organ tubuh luar, lobster air tawar memiliki beberapa alat
pelengkap sebagai berikut :
2. 1. 2. Lingkungan
Di habitat aslinya, lobster air tawar hidup di rawa-rawa, sungai, dan danau
air tawar. Lobster air tawar merupakan spesies yang berasal dari daerah tropis
yang tersebar di sekitar Australia bagian utara. Penyebaran ini membuat lobster
tahan terhadap berbagai kondisi dan cuaca.
Lobster air tawar tumbuh dengan baik pada suhu air 230 C- 310 C. Jika
berada dalam air dengan temperature kurang dari 100 C dan di atas 360 C dalam
waktu yang lama, lobster akan mati, perubahan suhu air yang terlalu ekstrem
membuat lobster sulit beradaptasi. Hal ini menyebabkan pertumbuhan lobster
terhambat. Perubahan suhu idealnya sebesar 20 C- 30 C (Lim, 2006).
Lobster hidup pada perairan dengan kisaran pH sedikit alkalin yaitu antara
7-9. Mereka jarang dijumpai berada diperiaran dengan pH kurang dari 7.
Sedangkan kesadahan air yang diperlukan adalah sedang hingga tinggi. Hal ini

diperlukan untuk menjaga kandungan kalsium terlarut cukup tinggi untuk
menjamin pembentukan cangkang mereka dengan baik (Satyani, 2001).
Konsentrasi oksigen terlarut pada penelitian ini berkisar antara 9,28 - 9,83
mg/l. Tingkat kelarutan oksigen tersebut sudah sangat memenuhi persyaratan
untuk pemeliharaan lobster air tawar yaitu harus lebih dari 4 mg/l (Cortes-Jacinto
et al., 2005).
Konsentrasi amoniak dalam penelitian ini dipertahankan tetap 0 ppm.
Konsentrasi amoniak tersebut sesuai dengan pernyataan (Cortes-Jacinto et al.,
2005) bahwa amoniak pada media pemeliharaan lobster air tawar harus kurang
dari 1 ppm.
2. 1. 3. Sifat-Sifat Lobster
Lobster air tawar mempunyai daya tahan hidup yang cukup tinggi. Jika air
dalam kolam dirasakan kurang memenuhi kriteria hidup, lobster akan berusaha
keluar dari tempat tersebut. Karena itu, menjaga kualitas air agar sesuai dengan
kriteria hidup lobster merupakan faktor yang sangat penting.
a. Berkelana
Lobster air tawar dikenal sebagai hewan yang suka berkelana. Di
akuarium, lobster sering memanjat keluar melalui selang aerator, kabel, dan pipa
air. Karena itu, untuk mencegah lobster kabur dari akuarium atau kolam
pemeliharaan, selang aerator dan kabel powerhead harus dijepit atau diapit
menggunakan kaca atau papan selebar 5 cm sehinnga lobster tidak bisa memenjat.
Pada kolam semen, untuk mencegah lobster air tawar memanjat keluar dari
kolam, bibir kolam sebaiknya dibuat dengan acian semen yang lebih licin. Bibir

kolam juga bisa dipasangi bahan lain yang licin seperti keramik, kaca, atau plastik
pagar. Selain itu, tinggi air dalam kolam diatur minimal 5 cm dari permukaan air.
b. Mengalami Pergantian Kulit atau Molting
Pertumbuhan lobster air tawar ditandai dengan adanya pergantian kulit
atau biasa disebut molting. Ketika umurnya masih muda, pergantian kulit lobster
sering terjadi, seiring dengan pertumbuhannya, frekuensi pergantian kulit akan
semakin berkurang menjadi beberapa bulan sekali, bahkan setahun sekali. Lobster
akan memerlukan banyak tenaga untuk melakukan molting. Pergantain kulit
lobster dibagi dalam 3 tahapan seperti berikut.
1. Pramolting
Lobster air tawar yang memasuki masa pramolting, nafsu makannya mulai
berkurang. Secara fisik, pramolting ditandai dengan kulit kepala yang mulai
terangkat. Pada saat dilihat ada tanda-tanda mau molting, sebaiknya lobster
dipindahkan ke tempat lain untuk menghindari kanibalisme lobster lain. Namun,
jika budidaya lobster dilakukan dalam skala besar dan banyak lobster yang akan
molting, pemindahan ini tidak mungkin dilakukan.
2. Molting
Waktu yang diperoleh oleh lobster untuk molting bervariasi, sesuai dengan
umur lobster tersebut. Lobster muda hanya memerlukan waktu beberapa detik
untuk melakukan molting. Sementara itu, molting pada lobster dewasa bisa
membutuhkan waktu 3-4 menit, bahkan lebih. Pada masa molting, lobster menjadi
sangat lemah sehingga rentan terhadap serangan sesamanya. Karena itu, supaya
dapat leluasa mengganti kulitnya, lobster tersebut sebaiknya dipindahkan ke
tempat molting.

3. Pascamolting
Pada masa pasca molting, lobster dewasa membutuhkan waktu beberapa
hari untuk membuat kulitnya menjadi keras seperti sebelum molting. Di dalam
perut lobster terdapat gastrolith yang berbentuk setengah bola berwarna putih
seperti gumpalan garam. Gastrolith berfungsi sebagai penyimpan kalsium yang
berguna untuk membuat kulit yang baru molting menjadi keras. Bila kulit lobster
tersebut mengeras, lobster tersebut sudah dapat dikembalikan ke kolam atau
akuarium pemeliharaan.
c. Kanibal
Lobster air tawar termasuk binatang yang memiliki sifat kanibal.
Umumnya, lobster air tawar yang sedang dalam tahap molting sangat lemah dan

rentan terhadap serangan sesamanya. Bila di dalam kolam terdapat gasrolith,
berarti telah terjadi kanibalisme pada lobster yang baru mengalami pergantian
kulit.
d. Mencari Sumber Air Baru
Sifat lain dari lobster air tawar adalah mencari sumber air yang baru dan
bisa melawan arus air yang ada. Sifat lobster ini dapat dimanfaatkan untuk proses
panen yang biasanya disebut dengan perangkap atau flow trapping. Flow trapping
dilakukan dengan menguras air yang ada pada kolam dan menguncurkan sedikit
air segar kedalam kolam yang akan dikuras. Degan demikian lobster akan
berkumpul di bawah kucuran air tersebut.
e. Hewan Malam (Nocturnal)
Lobster air tawar juga dikenal sebagai hewan malam atau nocturnal.
Lobster lebih banyak beraktivitas dan mencari makan pada malam hari atau saat
gelap. Karena itu, pemberian pakan pada lobster sebaiknya lebih banyak pada
malam hari. Pada siang hari atau saat terang, lobster cendeerung diam pada tempat
persembunyiannya. Namun, suasana terang yang lebih lama membuat lobster
lebih sering melakukan pemijahan.
f. Berkelompok
Pengelompokan lobster air tawar terjadi secara alami. Bila ada lobster dari
kelompok lain yang memasuki wilayah kelompok tertentu akan terjadi
perkelahian antar lobster. Untuk mencegah ini, lobster harus dipilih menurut
kelompoknya. Perkelahian lobster juga bisa dicegah dengan menambah tempat
persembunyian sehingga lobster tidak saling menyerang.

g. Kebiasaan Reproduksi
Perilaku lobster air tawar yang cukup menarik untuk diamati adalah
aktivitasnya saat perkawinan hingga muncul juvenil. Tahap awal yang
dilaksanakan oleh setiap induk sebagai berikut.
-Mencari pasangan
-Melakukan percumbuan antar pasangan
-Melakukan perkawinan
-Induk betina mengerami telur
-Induk betina mengasuh benih hingga waktu tertentu
2. 2. Wadah Pembenihan Lobster Air Tawar
a. Kolam Semen
Pembudidayaan lobster skala besar sebaiknya menggunakan wadah berupa
kolam yang terbuat dari semen. Selain dapat menampung udang, kolam semen
juga bersifat permanen, sehingga dapat digunakan secara berulang-ulang. Selain

itu bisa juga menggunakan bak plastik, bak semen, bak fibreglass, atau akuarium.
Kolam semen dapat dibuat berbentuk segi empat dengan ukuran 2x3x0,5m.
b. Akuarium
Akuarium dapat digunakan sebagai wadah pemeliharaan jika budi daya
yang dilakukan berskala kecil. Akuarium dapat dibuat dengan ukuran
0,5x1x0,5m. Akuarium dibuat dari bahan kaca dangan ketebalan 0,5 cm.
Sepanjang bibir atas akuarium dipasang kaca dengan lebar 5 cm dan panjang
disesuaikan dengan dinding akuarium. Ketinggian air untuk pemeliharaan lobster
adalah sekitar 10-15 cm.
2. 3. Calon Indukan
2. 3. 1. Seleksi Berdasarkan Jenis Kelamin
Lobster air tawar merupakan spesies dimorfis, yakni terdiri dari jenis
kelamin jantan dan betina. Jenis kelamin jantan dan betina dapat dibedakan secara
pasti jika telah mencapai 2 bulan dengan panjang total rata- rata 5 s/d 7cm. Ciri-
ciri primer pembeda jenis kelamin calon induk lobster air tawar adalah bentuk
tertentu yang terlletak ditangkai kaki jalan dan ukuran capit. Sementara itu ciri-
ciri sekunder yang dapat dilihat secara visual adalah kecerahan warna tubuhnya.
Calon induk jantan memiliki tonjolan didasar tangkai kaki jalan ke-5 jika
penghitungan dimulai dari kaki jalan dibawah mulut. Ciri lobster air tawar betina
adalah adanya lubang bulat yang terletak didasar kaki ke-3. Berdasarkan capitnya,
calon induk jantan memiliki ukuran capit 2-3 kali lebar buku pertama (tangkai
capit) dan calon induk betina memiliki ukuran capit yang sama atau 1,5 kali buku
pertama.

Perbedaan Jenis Kelamin - Jantan (kiri) dan betina (kanan)
Dilihat dari ciri-ciri sekunder, warna tubuh calon induk jantan lebih cerah
dibandingkan dengan warna dasar tubuh calon induk betina, jika wadah dan
perlakuan yang diberikan dalam pemeliharaannnya sama. Jika perbandingan ini
dilakukan dalam lingkungan pemeliharaan yang berbeda, kecerahan dan tingkat
ketajaman dari warna dasar itu akan berbeda pula. Warnam pigmen dalam
cangkang tubuh sangat dipengaruhi oleh warna air, jenis pakan, dan kandungan
dasar pigmen yang dimiliki oleh setiap spesies ikan.
2. 3. 2. Seleksi Ukuran Berdasarkan Umur
Umumnya lobster air tawar mencapai ukuran rata- rata 100gr setelah
berumur 7-8 bulan. Meskipun demikian ukuran rata2 tersebut sangat tergantung
pada berbagai faktor, yakni jenis dan kandungan protein yang diberikan selama
pemeliharaan, kondisi lingkungan; seperti suhu, oksigen terlarut, pH, alkalinitas,
padat tebar, pengunaan arus deras dalam kolam, ketinggian air, dan keberadaan
jantan dan betina dalam satu wadah pemeliharaan.

Untuk menghasilkan calon induk yang baik diperlukan seleksi ukuran
panjang total yang didasarkan pada umur da;lam wadah pemeliharaan. Kriteria
seleksi yang harus dilakukan baik untuk memperoleh calon induk jantan maupun
betina adalah dengan mengambil patokan 25% dari individu dalam
populasisebanyak 3 kali. Contohnya, jika diperoleh 100 ekor yang berasal dari
pasar atau toko ikan hiasperlu ditanyakan umur danhasil tangkapan atau hasil
produksi sendiri. Jika lobster yang diperoleh merupakan hasil produksi sendiri dan
berumur 2-3 bulan, lakukan pengukuran panjang total dari setiap ekor hingga
diperoleh nilai rata- rata, kemudian dari patokan nilai rata2 itu, ambil 25% yang
memiliki ukuran panjang total tertinggi (yang memiliki ukuran diatas nilai rata-
rata). Kegiatan ini dilakukan berulang sebanyak 3 kali.
2. 4. Pakan
Lobster air tawar adalah binatang omnivora, segala makanan yang ada di
depannya kemungkinan besar akan disantapnya, tidak terkecuali temannya sendiri
yang tidak berdaya.
Agar lobster yang dipelihara dapat hidup dan tumbuh sempurna, jenis pakan,
kandungan protein, dosis, dan frekuensi pemberian pakan harus diperhatikan.
Jenis pakan yang dapat diberikan kepada calon induk lobster air tawar adalah

udang segar, cacing halus, pelet udang, atau pakan nabati seperti ubi jalar dan
tanaman air. Standar kandungan protein dalam pakan yang diberikan memiliki
nilai optimum 35-40%. Dosis yang diberikan adalah 3% dari bobot tubuh hidup
lobster air tawar. Karena lobster air tawar memiliki sifat nocturnal, presentase
pakan yang diberikan untuk dimakan pada malam hari lebih banyak
dibangdingkan dengan siang hari (Khairuman dan Khairul Amri, 2002).
Variasi pakan tersebut berguna melengkapi gizi yang mungkin tidak terdapat
pada pelet. Jenis cacing yang dapat diberikan sebagai pakan adalah cacing tanah,
cacing sutera, dan cacing darah, baik yang masih hidup maupun yang sudah
dibekukan (Khairuman dan Khairul Amri, 2002).
Kandungan protein pellet mencukupi kebutuhan protein lobster yang hanya
sebesar 21,6 %. Kandungan BETN sebagai sumber energi utama berupa glukosa
juga sangat mencukupi karena kebutuhan energi lobster yang didapatkan dari
karbohidrat hanya sebesar 29,4 %. Kebutuhan lemak lobster sebesar 7 % hanya
dapat dipenuhi pakan pellet sebesar 5,7 %. Kekurangan kandungan nutrisi lemak
ini dapat dipenuhi dari kandungan karbohidrat pellet yang jumlahnya berlebih,
karena kelebihan karbohidrat di dalam tubuh akan diubah menjadi lemak melalui
proses yang disebut lipogenesis. Proses lipogenesis ini mengubah glukosa menjadi
lemak. Kandungan protein yang berlebih juga dapat diubah menjadi lemak
(Almatsier, 2005).
Lemak juga merupakan sumber energi, tetapi energi berupa glukosa hanya
didapat dari proses pemecahan karbohidrat dan protein. Proses pemecahan lemak
menjadi glukosa tidak berarti karena glukosa hanya dapat dibentuk dari gliserol
yang jumlahnya hanya sekitar 5 %. Lemak dapat disimpan sebagai cadangan

energi untuk kebutuhan energi jangka panjang. Lemak juga berfungsi untuk
membantu penyerapan vitamin larut lemak (Almatsier, 2005).
2. 5. Pembenihan
2. 5. 1. Teknik Pemijahan Alami
Hingga saat ini pemijahan lobster ini masih dilakukan secara alami.
Artinya, bahan dan alat yang digunakan dalam kegiatan pemijahan dipersiapkan
oleh manusia, tetapi terjadinya perkawinan antara induk jantan dan betina
tergantung pada daya dukung lingkungan serta keinginan dan perilaku setiap
pasangan untuk melaksanakan reproduksi, sehingga waktunya tidak dapat
ditentukan secara pasti.
Lobster akan melakukan pemijahan pada suhu air diatas 23- 290 C dan
optimum 270 C, minimal cahaya yang diperlukan dengan terang 12 jam dan gelap
12 jam, kebutuhan kondisi seperti ini tidak terlalu sulit bagi wilayah Indinesia
( Jones, 2000).
Ada 2 teknik yang dapat digunakan untuk melakukan pemijahan alami
lobster air tawar, yakni pemijahan secara masal dan pemijahan secara individu.
Dalam pemijahan masal, persiapan yang perlu dilakukan adalah menyediakan
wadah perkawinan berupa bak atau fibreglass yang dilengkapi dengan instalasi,
seperti plastik hitam, aerator, PVC untuk pemasukan dan pengeluaran air, dan
PVC pelindung. Sementara itu, wadah yang digunakan untuk pemijahan individu
adalah Aquarium ukuran 100 x 50 x 40 cm, sebanyak 3 buah, untuk pemijahan
Setelah semua persiapan telah dilakukan, tahap kedua adalah pengisian air
jernih kedalam wadah dengan ketinggian permukaan air tertentu, pemasukan
udara yang berasal dari aerator dan penyeleksian induk. Standar ukuran induk

jantan dan betina terseleksi yang digunakan dalam pemijahan masal antara 20-22
cm dengan perbandingan jantan dan betina 3:1 per m2 bak.
Sementara itu, induk jantan dan betina yang digunakan dalam pemijahan
alami secara individu berukuran 16-18cm dengan perbandingan jantan dan betina
1:1 per akuarium. Dalam mempersiapkan peralatan untuk pemijahan dan
pembesaran burayak, perlu diperhatikan bahwa aquarium tidak boleh kena sinar
matahari langsung, usahakan berada Dalam mempersiapkan peralatan untuk
pemijahan dan pembesaran burayak, perlu diperhatikan bahwa aquarium tidak
boleh kena sinar matahari langsung, usahakan berada dalam suasana yang teduh
dan tenang. Hal ini penting untuk merangsang lobster melakukan perkawinan, dan
lobster mengerami telurnya. Sedangkan bak semen lebih baik kalau berada di luar
ruangan dan dapat sinar matahari, agar tumbuh lumut dan plankton yang sangat
berguna untuk pertumbuhan burayak yang dibesarkan.
Pemijahan lobster air tawar masih dilakukan secara alami, artinya kita
siapkan aquarium perkawinan antara induk betina dan jantan. Dalam aquarium
ukuran 100 x 50 x 40 cm, bisa kita tempatkan lobster sebanyak 4 betina + 2 jantan
atau 3 betina + 2 jantan. Aquarium senantiasa dilengkapi dengan aerator untuk
memberi oxygen yang cukup. Atau aquarium yang dilengkapi dengan sirkulasi
filter. Perkawinan biasanya dilakukan pada malam hari, dan 3 hari kemudian
induk betina akan bertelur, ditandai dengan induk betina melipat erat ekornya
guna melindungi telur yang menempel di sirip renangnya. Hindari ruangan yang
terlalu terang dan bising, karena lobster lebih mudah kawin di tempat yang tenang
dan cenderung gelap. Letakkan pralon pvc ukuran 2,5 inci, panjang 12 cm, untuk
tempat berlindung.

2. 5. 2. Teknik Pengeraman & Pemijahan
Teknik pengeraman dan penetasan telur lobster air tawar itu tidak terlepas
dari karakteristik biologi reproduksi. Karenanya dalam persiapan wadah dan
melaksanakan pengelolaannya dibutuhkan pengetahuan dan ketrampilan personal
yang tinggi. Dalam perkembangan telur hingga terbentuknya juvenil, ada 3
tahapan kejadian alamiah,
1. yakni perkembangan embrio dalam telur (pre-larva)
2. perkembangan larva saat diasuh (larva),
3. dan saat juvenil lepas dari abdomen (post-larva).
Disamping itu kejadian alam lain yang perlu diketahui adalah tidak
banyaknya aktifitas induk betina, terutama dalam mengonsumsi pakan saat
mengerami telur. Berkaitan dengan fakta alam, strategi yang perlu dilaksanakan
sebagai berikut. Induk yang sedang bertelur harus dipelihara secara terpisah
dengan induk yang mengandung telur dan induk jantan. Pakan yang diberikan
relatif sedikit Kualitas air, terutama oksigen terlarut lebih dari 5 ppm dan fluktuasi
suhu air harus rendah.Wadah harus diberi pelindung yang sesuai dengan jumlah
individu. Alasan keempat hal tersebut perlu dilakukan sebagai berikut:
- Untuk menghindari terjadinya gangguan atau serangan dari luar yang
menyebabkangangguan fisik

- Menghindari peluang terjadinya kanibal
- Sejak embrio hingga berbentuk juvenil, lobster air tawar membutuhkan
oksigen terlarut yang tinggi
- Agar lingkungan lebih nyaman karena pada fase embrio, nauplius, dan
protozoa, juvenil memiliki karakteristik sensitivitas yang tinggi terhadap
perubahan suhu air
2. 6. Pemanenan
2. 6. 1. Teknik Pemanenan Indukan Pemijahan
Pemanenan induk pemijah meliputi kegiatan penangkapan, penampungan,
pemeriksaan, dan pengadaptasian. Peralatan yang digunakan dalam persiapan
pemanenan adalah scoopnet halus berukuran 20x30 cm dan ember plastik
berdiameter 50 cm.
Pemanenan dimulai dengan mengisi ember dengan air jernih hingga
kedalaman mencapai 20 cm dan menurunkan air didalam bak atau akuarium
hingga permukaannya menjadi 15-20 cm. Selanjutnya menangkap lobster secara
langsung, terutama induk lobster air tawar yang terdapat didalam PVC dengan
cara menutup lubang bagian kiri dan kanan, kemudian mengangkatnya secara
perlahan. Induk yang telah tertangkap dimasukkan kedalam wadah dengan cara
membuka salah satu lubang PVC didalam air. Induk-induk lobster yang ada diluar
PVC ditangkap menggunakan scoopnet dibantu tangan. Penangkapan dilakukan
dengan meletakkan scoopnet dibagian ekor dan mengiringnya menggunakan
tangan dibagian kepala.Setelah jumlah induk jantan dan betina yang ditangkap
dan ditampung didalam ember sesuai dengan keinginan, dilakukan seleksi

berdasarkan ukuran dan kondisi gonad dengan jumlah jantan dan betina 1:2 untuk
dipindahkan kedalam wadah pemijahan.
Pemanenan harus dilakukan dengan hati- hati. Penangkapan induk harus
dilakukan secara perlahan, sehingga kerusakan fisik, terutama capait atau kaki
jalan dapat dihindari. Agar tidak stres, kepadatan ideal induk jantan dan betina
adalah 5-6 ekor per-wadah.
2. 6. 2. Pemanenan Benih
Dalam pemanenan benih berukuran 1-2 cm, alat yang digunakan adalah
ember plastik 20 liter, scoopnet berukuran 20x10 cm, dan daun pisang atau
cabikan plastik ikan, terutama jika jarak antara wadah pemanenan dan wadah
penampungan relatif jauh. Sementara itu, saat yang baik untuk pemanenan adalah
sebelum jam 9 pagi, berda dilingkungan terbuka, dan hasil panen ditempatkan
dalam wadah dengan jumlah maksimum 20 ekor/ wadah.
Cara memanen dimulai dengan menurunkan air didalam wadah kedalaman
air tinggal 15- 20 cm. Jika wadah yang digunakan berupa akuarium, cara
mengeluarkan air dengan sifoning dan jika berupa bak atau kolam tanah, tinggal
membuka lubang pengeluran. Setelah itu benih lobster ditangkap menggunakan
scoopnet secara perlahan dan hasil tangkapan dimasukan kedalam ember yang
telah dilengkapi air jernih dan alat lain.
Perlu diketahui, tingkat sensitivitas benih berukuran 20 hari terhadap
perubahan lingkungan drastis lebih tinggi dibandingkan dengan ukuran lebih
besar. Tingkat sensitivitas juga akan tinggi pada semua ukuran benih lobster air
tawar saat pergantian cangkang (molting) terjadi.

2. 7. Pengendalian Hama dan Penyakit
Kematian terutama disebabkan oleh kualitas air yang buruk atau dimakan
oleh lobster lain saat terjadi molting. Seperti pada budi daya ikan lainnya,
pencegahan serangan penyakit dilakukan dengan menjaga kebersihan air dan
kolam pemeliharaan, memberikan nutrisi yang cukup, serta menjaga kebersihan
peralatan yang berhubungan dengan lobster air tawar, seperti tempat
persembunyian, naungan, serta pakan alami yang diberikan lobster. Jika kotoran
yang lama tertimbun didasar kolam akan mengakibatkan naiknya kadar amonia
(NH ) didalam air yang dapat mengakibatkan lobster keracunan dan mati.
Gangguan dari luar yang merupakan ancaman terbesar pada pemeliharaan
lobster air tawar adalah predator, seperti kucing dan tikus.

III. PENUTUP
3. 1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah Teknologi Pembenihan Ikan
ini adalah sebagai berikut:
1. Dari uraian di atas dapat dipahami, bahwa memelihara lobster itu relatif
mudah dibandingkan dengan sesama udang-udangan yang lain. Teknik
budidayanya cukup sederhana, sehingga dapat dilakukan oleh siapa saja.
Dengan sedikit modal dan ditunjang niat dan kemauan, semua orang dapat
melakukan. Lahan yang dibutuhkan tidak terlalu harus luas. Selain gampang
dibudidayakan, kelebihan lobster air tawar adalah tidak mudah terserang
penyakit. Jika potensi ini dapat dilakukan dengan baik, insya Allah akan
menjadi penghasilan tambahan, serta devisa bagi negara.
3.2. Saran
Saran yang dapat diberikan untuk perbaikan makalah Teknologi
Pembenihan Ikan selanjutnya adalah :
1. Dalam memberikan tugas makalah, lebih baik dosen yang memilih
kelompoknya agar lebih adil.
2. Banyak teknik budidaya lobster air tawar yang belum diketahui, sehingga
menjadi tantangan ke depan.

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Percetakan PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta. 333 hal. Berkala Ilmiah Perikanan Vol. 3 No. 1, April 2008. Pemberian Pakan yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Rasiokonversi Pakan Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus) dengan Sistem Botol. 10/ 7/ 2009 4:32 Am.
Cortes-Jacinto, E., H. Villarreal-Colmenares, L. E. Cruz-Suarez, R. Civera-Cerecedo, H. Nolasco-Soria, and A. Hernandez- Llamas. 2005. Effect Of Different Dietary Protein and Lipid Levels On Growth and Survival Of Juvenile Australian Redclaw Crayfish, Cherax quadricarinatus (Von Martens). Blackwell Publishing. Aquaculture Nutrition 11; 283-291. Berkala Ilmiah Perikanan Vol. 3 No. 1, April 2008. Pemberian Pakan yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Rasiokonversi Pakan Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus) dengan Sistem Botol. 10/ 7/ 2009 4:32 Am.
Dermawan, R. 2004. Permintaan Tak Terbendung. Trubus. Jakarta. Hal 122-123. Berkala Ilmiah Perikanan Vol. 3 No. 1, April 2008. Pemberian Pakan yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Rasiokonversi Pakan Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus) dengan Sistem Botol. 10/ 7/ 2009 4:32 Am.
Hamiduddin, H. 2005. Lebih Praktis Dengan EDU Talang. Trubus. Jakarta. Hal 142-143. Berkala Ilmiah Perikanan Vol. 3 No. 1, April 2008. Pemberian Pakan yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Rasiokonversi Pakan Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus) dengan Sistem Botol. 10/ 7/ 2009 4:32 Am.
Jones C. M., C. P. McPhee, I. M. Ruscoe. 2000. A Review of Genetic Improvement in Growth Rate in Redclaw Crayfish Cherax quadricarinatus (Von Marten), Q DPI, Walkamin, Queensland.
Khairuman dan Khairul Amri. 2002. Membuat Pakan Ikan Kosumsi. Jakarta : AgroMedia Pustaka
Karjono dan Adijaya. 2003. Lobster Akuarium 10 Bulan Kembali Modal.
Lim, K.C.W. 2006. Pembenihan Lobster Air Tawar Meraup Untung dari Lahan Sempit. Jakarta : PT. AgroMedia Pustaka
Satyani, D. 2001. Kualitas Air Untuk Ikan Hias Air Tawar. Jakarta : Penebar Swadaya

Sukmajaya, Y dan I. Suharjo. 2003. Lobster air Tawar Komoditas PerikananProspektif. Agromedia Pustaka.Jakarta. Hal 1-55. Berkala Ilmiah Perikanan Vol. 3 No. 1, April 2008. Pemberian Pakan yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Rasiokonversi Pakan Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus) dengan Sistem Botol. 10/ 7/ 2009 4:32 Am.

TUGAS JURNAL PARASIT DAN PENYAKIT IKAN
“INVENTARISASI PENYAKIT PARASIT PADA PEMBESARAN KERAPU LUMPUR
(Epinephelus tauvina)”
Oleh :
JUMANTO
K2B 007 025
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2009