22_Moch Reza Agung Y_UAS

92
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN TANGERANG SELATAN SKRIPSI Analisis Keandalan Sistem Pengendalian Manajemen Dalam Mendeteksi Fraud Pada PT Angkasa Pura II Persero Diajukan oleh: Moch Reza Agung Yudhalaksana NPM 134060018326 DIPLOMA IV AKUNTANSI KURIKULUM KHUSUS BPKP Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Terapan Pada Politeknik Keuangan Negara - STAN Februari 2015

description

analisis keandalan sistema pengendalian manajemen dalam mendeteksi fraud

Transcript of 22_Moch Reza Agung Y_UAS

Page 1: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

TANGERANG SELATAN

SKRIPSI

Analisis Keandalan Sistem Pengendalian Manajemen Dalam Mendeteksi Fraud

Pada PT Angkasa Pura II Persero

Diajukan oleh:

Moch Reza Agung Yudhalaksana

NPM 134060018326

DIPLOMA IV AKUNTANSI KURIKULUM KHUSUS BPKP

Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat

Guna Mencapai Gelar Sarjana Terapan

Pada Politeknik Keuangan Negara - STAN

Februari 2015

Page 2: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

1

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

TANGERANG SELATAN

TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : MOCH REZA AGUNG YUDHALAKSANA

Nomor Pokok Mahasiswa : 134060018326

Bidang Skripsi : Sistem Pengendalian Manajemen

Judul Skripsi : Analisis Keandalan Sistem Pengendalian

Manajemen Dalam Mendeteksi Fraud Pada

PT Angkasa Pura II Persero

Mengetahui Menyetujui

Direktur, Dosen Pembimbing,

Kusmanadji, Ak., M.B.A. ...................................

NIP 196009151981121001 NIP .....................................

Page 3: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

2

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

TANGERANG SELATAN

PENYATAAN LULUS UJIAN KOMPREHENSIF

Nama : MOCH REZA AGUNG YUDHALAKSANA

Nomor Pokok Mahasiswa : 134060018326

Bidang Skripsi : Sistem Pengendalian Manajemen

Judul Skripsi : Analisis Keandalan Sistem Pengendalian

Manajemen Dalam Mendeteksi Fraud Pada

PT Angkasa Pura II Persero

Tangerang Selatan, 24 Februari 2015 .................................................................

1. …………………………… (Ketua Penguji) NIP 1234567890

2. ……………………………… (Anggota Penguji/Pembimbing) NIP 1234567890 .................................................................

3. ………………………………. (Anggota Penguji) NIP 1234567890

Page 4: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

3

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, nikmat tuhanmu yang manakah yang kau dustakan, segala puji bagi

Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas petunjuk serta

pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menghasilkan karya terbaik skripsi ini di Politeknik

Keuangan Negara STAN sebagai tanda kelulusan. Teramat indah skenario hidup yang telah

dipersiapkan bagi hamba ini sehingga tak akan pernah cukup rasa syukur ini untuk

diucapkan. Penyelesaian skripsi ini tidaklah lepas dari berbagai pihak yang telah Allah SWT

siapkan untuk membantu penulis dalam menyusunnya. Oleh karena itu, dengan rasa tulus dan

penuh kerendahan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Ayahanda Eddy Suwardi (Alm.), Ibunda Yati Nurhayati, Ayahanda Sanny Warokka,

Ibunda Ai Permata Sulaeman selaku orang tua dari penulis yang senantiasa memberikan

dukungan, semangat, kasih sayang serta menyebut nama penulis dalan setiap doanya.

2. Saudara-saudari penulis Lufi Yusufudin Yuda Permana, Hilman Ismail Yuda Sukmana

(Alm.), Fitri Rizki Aprilia, Sulistyo Tri Cahyono, Endah Kristiningrum, Datuk Awalludin

Sri Surya Sumirat, Giovanca Warokka, Srirezeki Warnaen, Triana Putri Asih, Satria

Lukman Hakim, Sumardiono Rahardjo, Muhammad Nurrohmat, Rizki Aulia Harahap,

Bayu Novrianto, Pandi Arsyah dan para saudara ipar yang selalu memberikan doa dan

dukungannya.

3. Keponakan-keponakanku Faza Nadhira Lutfia, Maisya Adilla Lutfia, Taufan Rafian

Adhima, Luftansya Arya Perdana, Sachi Mikayla Serazade, yang selalu membuat penulis

tersenyum dan tertawa melihat keriangannya, dan memotivasi penulis agar segera

menikah dan mempunyai anak sendiri.

Page 5: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

4

4. Saudara-saudari sepelatihan Aikido, Sensei-tachi, senpai-tachi dan kohai-tachi di STAN

DOJO AIKIDO yang selalu rela babak belur dibanting dan dikunci di atas matras ketika

penulis perlu melampiaskan kepenatan penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Kusmanadji, Ak., M.B.A. selaku Direktur Sekolah Tinggi Akuntansi Negara dan

segenap dosen dan karyawan STAN.

6. Bapak Indra Asmadewa selaku dosen Metodologi Penelitian atas ilmu dan motivasi yang

diberikan kepada penulis untuk menghasilkan skripsi terbaik ini.

7. Bapak A selaku dosen pembimbing materi skripsi atas setiap bimbingan, ilmu

pengetahuan, motivasi, perhatian serta berbagai rekomendasinya atas referensi yang

berkualitas.

8. Ibu B selaku dosen penilai outline, Ibu C selaku dosen pembimbing teknis penulisan

skripsi, Bapak D dan Ibu E, selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan saran

dan masukan untuk perbaikan skripsi ini.

9. Bapak Budi Karya Sumadi selaku Presiden Direktur PT Angkasa Pura II, Bapak Erwin

Syahputra selaku Kepala Satuan Pengawas Internal PT Angkasa Pura II, Bapak Joko

Nugroho Edi selaku Pengawas Senior pada SPI PT Angkasa Pura II yang telah

memberikan akses informasi sebagai bahan penyusunan skripsi ini.

10. Bapak Hyeronimus Saktyo Pranggono selaku Kepala Sub Direktorat BUMN/BUMD

Direktoratpada Deputi Investigasi Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

11. Teman-teman Diploma IV Kurikulum Khusus BPKP Angkatan II yang telah berbagi

kebersamaan dalam kegiataan perkuliahan ini dengan slogan “Masuk bareng-bareng,

Lulus bareng-bareng”.

Page 6: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

5

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas segala bantuan dan

dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung selama proses penyusunan skripsi

ini.

Penulis menyadari banyak terdapat kekurangan baik dari segi teknis maupun

penyajian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan masukan yang

membangun dari semua pihak. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

baik bagi penulis, pembaca, dan dunia pendidikan pada umumnya.

Tangerang Selatan, Februari 2015

ttd

Moch Reza Agung Yudhalaksana

Page 7: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

6

Daftar Isi

Halaman

HALAMAN JUDUL……………………………………………………...…….

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI……………………………………….

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI…..………………………………..........

PERNYATAAN LULUS UJIAN KOMPREHENSIF…………………………

KATA PENGANTAR………………………………………………………….

DAFTAR ISI……………………………………………………………………

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………...

DAFTAR TABEL………………………………………………………………

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian ........................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah Penelitian ................................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian ................................................................................................... 4

E. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................................ 5 F. Sistematika Pembahasan................................................................................

G. Metodologi Penelitian...................................................................................

BAB II LANDASAN TEORI

A. Penelitian Sebelumnya ............................................................................................. 7 B. Konsep Sistem Pengendalian Manajemen ............................................................... 8

C. Konsep Manajemen Risiko ........................................................................................ D. Teori Fraud....................................................................................................

E. Root Cause Analysis (RCA) .................................................................................. 22

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG PT ANGKASA PURA II PERSERO

A. Sejarah Singkat Perusahaan……………………………………………. B. Cakupan Bisnis…………………………………………………………

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Pedoman Etika Perilaku……………………………………. B. Penanganan Situasi Konflik Kepentingan……………………………… C. Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan……………………………. D. Sistem Pengaduan Pelanggan………………………………………….. E. Sistem Pengelolaan dan Pengendalian Gratifikasi……………………...

Page 8: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

7

F. Peran Auditor Internal………………………………………………….. G. Efektivitas Penerapan Instrumen Pencegahan Fraud…………………... H. Upaya Pencegahan Benturan Kepentingan…………………………….. I. Mendefinisikan Masalah……………………………………………….. J. Melakukan Investigasi Akar Penyebab Masalah………………………. K. Mengajukan Rencana Aksi……………………………………………

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN A. Simpulan……………………………………………………………….. B. Keterbatasan………………………………………………………....... C. Saran……………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..

LAMPIRAN Ceklis Observasi

Page 9: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Setiap organisasi baik swasta maupun pemerintahan, baik yang berorientasi laba maupun

nirlaba memiliki risiko dicurangi baik oleh pihak internal maupun eksternal. Secara

internal, kecurangan (fraud) dapat dilakukan pada tingkat pimpinan, manajerial

menengah, maupun pelaksana operasional.

Dampak dari tindakan fraud menyebabkan tujuan organisasi tidak tercapai, menimbulkan

kerugian keuangan, konsekuensi hukum, penurunan kepercayaan masyarakat,

menurunkan minat investasi pihak luar, kebangkrutan, dan sebagainya.

Dengan semangat reformasi birokrasi, tata kelola yang baik menjadi prioritas yang wajib

diterapkan oleh seluruh elemen negara ini dimulai dari tingkat presiden, kementerian,

pemerintahan daerah hingga urusan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan yang

dijalankan BUMN/D.

Tata kelola Perusahaan (good corporate governance) yang dibentuk dengan sistem

pengendalian manajemen yang baik menjadi kerangka yang diharapkan efektif dalam

mengantisipasi risiko pencapaian tujuan perusahaan dan segala kelemahan yang bisa

menghambat peluang bisnis.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Terdapat 5 dimensi permasalahan yang akan dijawab dalam skripsi ini sebagai berikut:

1. Apakah kebijakan makro perusahaan telah terintegrasi sehingga struktur

pertanggungjawaban membagi habis seluruh tupoksi setiap bagian dengan kejelasan

batas kewenangan?

Page 10: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

9

Kebijakan makro ini pada tingkat stratejik tercermin dalam corporate plan,

management plan, dan standard operating procedures. Pada tingkat operasional

tercermin dalam uraian tugas dan jabatan, perintah, dan petunjuk. Adapun elemen-

elemen dari dimensi ini antara lain:

1) Pernyataan Pimpinan Puncak mengenai komitmen anti fraud

2) Komunikasi nilai-nilai organisasi dan best practice yang anti fraud

3) Identifikasi faktor kunci yang mempengaruhi risiko keterjadian fraud

4) Penanganan risiko fraud yang responsif dan tepat

2. Apakah perusahaan telah secara berkesinambungan melakukan penilaian risiko?

Penilaian ini perlu dilakukan untuk memberikan informasi aktual atas titik-titik yang

berpotensi terjadinya fraud.

Hasil dari penilaian risiko ini menjadi dasar untuk mendesain atau membuat

penyempurnaan elemen-elemen lain dari FCP.

Elemen dari dimensi ini antara lain:

1) Identifikasi Risiko

2) Penilaian Risiko

3) Pemetaan Risiko

3. Apakah masyarakat, karyawan, dan manajemen telah memiliki kepedulian dalam

mengawasi perilaku fraud?

Komunitas yang dimaksud adalah karyawan, stakeholder, mitra kerja/usaha, serta

pelanggan/masyarakat sebagai penikmat layanan.

Page 11: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

10

Elemen dari dimensi ini antara lain:

1) Kepedulian internal organisasi

2) Kepedulian eksternal organisasi

3) Perlindungan hukum atas pengaduan/pelaporan

4. Apakah kejadian fraud telah dilaporkan, diungkap dan ditangani?

Sistem pelaporan ini diharapkan secara tegas mengungkapkan suatu kasus fraud

secara kronologis, dimulai dari identifikasi hingga pengungkapannya secara

bertanggung jawab.

Elemen dari dimensi ini antara lain:

1) Identifikasi

2) Investigasi

3) Pengungkapan

5. Apakah Standar Perilaku dan Disiplin yang berlaku sudah efektif mencegah

terjadinya fraud?

Peninjauan kembali atas standar perlikau dan disiplin diperlukan untuk menentukan

luasnya cakupan kebijakan, standar, sistem, dan prosedur berkaitan dengan perilaku

dan disiplin yang mendukung strategi pengendalian fraud yang dikembangkan

organisasi.

Elemen dari dimensi ini antara lain:

1) Kode etik/pedoman perilaku organisasi

2) Aturan sanksi dan penghargaan atas kinerja karyawan

Page 12: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

11

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah tersebut, tujuan yang ingin

dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah PT Angkasa Pura II Persero

telah memiliki kecukupan perangkat pengendalian yang memadai dalam mengatasi

kelemahan sistem dan prosedur sehingga risiko kesalahan teknis dan fraud bisa

dikendalikan.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penulisan tersebut, maka penulis mengharapkan hasil penelitian ini

dapat berguna bagi pihak-pihak terkait antara lain:

1. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat memperdalam pengetahuan yang berkaitan dengan

peranan pengendalian internal dalam mengatasi kelemahan sistem dan prosedur

sehingga risiko kesalahan teknis dan fraud bisa dikendalikan.

2. Bagi Pemerintah dan Obyek Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan bagi pemerintah

dan BUMN/D pada umumnya dan PT Angkasa Pura II Persero dalam merancang

suatu sistem pengendalian sebagai alarm yang dapat mencegah dan mendeteksi

secara dini terjadinya kelemahan sistem dan prosedur sebagai upaya peningkatan

produktivitas dan kinerja yang berlandaskan tata kelola yang baik (good

governance).

3. Bagi Pembaca

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat serta masukan serta

memberikan tambahan pemikiran terkait sistem pengendalian intern yang substantif

Page 13: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

12

dan aplikatif.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian terhadap persepsi auditor atas kegiatan pengawasan dilakukan dengan

pembatasan lingkup sebagai berikut:

1. Obyek penelitian adalah PT Angkasa Pura II.

2. Dalam rangka perencanaan sistem pengendalian internal yang diharapkan mampu

mendeteksi keterjadian fraud secara dini terdapat 5 (lima) dimensi yaitu kebijakan

makro yang terintegrasi, penilaian risiko terjadinya kecurangan, kepedulian

komunitas, sistem pelaporan, serta standar pedoman dan aturan disiplin.

3. Responden penelitian

Responden penelitian adalah komisariat, direksi, karyawan tingkat manajerial

menengah, serta karyawan tingkat operasional pada PT Angkasa Pura II.

F. Sistematika Pembahasan

Skripsi ini direncanakan akan terdiri dari lima bab, dimana tiap-tiap bab tersebut akan

berisi pembahasan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini akan menguraikan mengenai latar belakang penelitian, ruang lingkup dan batasan

penelitian, permasalahan dan pernyataan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

serta sistematika pembahasan yang menggambarkan garis besar/pokok-pokok

pembahasan secara menyeluruh.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini akan menguraikan mengenai teori-teori yang diambil dari literatur-literatur yang

Page 14: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

13

dianggap relevan.

BAB III TINJAUAN UMUM ATAS OBYEK PENELITIAN

Pada bab ini, penulis akan menguraikan tentang gambaran umum objek penelitian, visi,

misi struktur organisasi, proses bisnis yang dijalankan, serta pengendalian intern yang

telah dijalankan perusahaan.

BAB IV ANALISIS ATAS PERANAN AUDIT INTERNAL DALAM

PENCEGAHAN DAN PENDETEKSIAN FRAUD

Bab ini akan menggambarkan kemampuan perangkat Sistem Pengendalian Internal yang

berlaku PT Angkasa Pura II dalam mendeteksi keterjadian fraud.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab terakhir ini, penulis akan mengambil simpulan berdasarkan analisis yang

telah dilakukan pada bab sebelumnya, serta mencoba memberikan saran-saran perbaikan

yang dipandang perlu.

G. METODOLOGI PENELITIAN

Data yang digunakan adalah data kualitatif dan kuantitatif baik yang diperoleh dari data

primer maupun data sekunder.

Pemerolehan data primer dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner mengenai

persepsi atas variabel penelitian yang kemudian dilengkapi dengan dokumen/bukti atau

keterangan melalui observasi, wawancara kepada narasumber penelitian dan Focus

Group Discussion (FGD).

Sedangkan data sekunder berupa laporan keuangan, laporan kinerja, profil bisnis,

informasi statistik perusahaan, Pedoman Pengelolaan dan Pengendalian Gratifikasi,

Pedoman Perilaku, Pedoman Sistem Pengaduan, Pedoman Tata Kelola Perusahaan,

Page 15: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

14

Pedoman Tata Kerja Dewan dan sebagainya diperlukan.

1. Model penelitian

Jenis penelitian yang dipergunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah penelitian

kualitatif deskriptif yaitu “penelitian yang dilakukan dalam setting tertentu yang ada

dalam kehidupan riil (alamiah) dengan maksud menginvestigasi dan memahami

fenomena” (Chariri, 2009:9). Model penelitian kualitatif yang digunakan dalam

penyusunan skripsi ini adalah model semiotic yang bertujuan “memahami makna dari

simbol yang digunakan oleh individu atau kelompok individu” (searcy and metzer

,2003) dalam chariri (2009:11).

Paradigma penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma

interpretif korelatif, yaitu mengutamakan upaya untuk memahami dan menjelaskan

tindakan-tindakan yang terjadi untuk memahami gambaran tentang bagaimana

sebuah sistem makna dapat terbentuk dan berlaku.

2. Variabel Penelitian

Terdapat 5 variabel yang akan diuji dalam penelitian ini yaitu:

1) Kemampuan pendeteksian fraud (X) sebagai variabel dependen.

2) Kebijakan Makro (Y1) sebagai variabel independen;

3) Kepedulian Komunitas (Y2) sebagai variabel independen;

4) Sistem Pelaporan (Y3) sebagai variabel independen;

5) Standar dan Panduan Disiplin (Y4) sebagai variabel independen.

Variabel-variabel tersebut dikembangkan ke dalam indikator-indikator variabel yang

akan menjadi bahan penyusunan instrumen kuisioner sesuai dimensi dan elemen

Page 16: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

15

yang telah diuraikan.

3. Metode Pengolahan Data

Hasil studi kepustakaan, observasi, wawancara dan FGD dianalisis dengan

menggunakan Root Cause Analysis (RCA) untuk menemukan akar permasalahan

timbulnya simptoms. Metode RCA yang digunakan yaitu “The 5-Whys” untuk

menemukan akar permasalahan dan “fishbone diagrams” untuk mengilustrasikan

permasalahan yang ditemukan, kemudian dalam RCA ini akan dirumuskan rencana

aksi yang akan disarankan. Untuk implementasi dan monitoring pelaksanaan rencana

aksi tidak dibahas pada skripsi ini. Penelitian ini tidak menggunakan sarana pengolah

data khusus dimana sebagian besar data berbentuk teks, tabel dan ilustrasi atau

gambar. Pengolahan atas data dilakukan dengan menangkap kondisi atas penerapan

variabel penelitian melalui kuesioner kemudian menginterpretasikan hasilnya dengan

narasi, tabel maupun grafik dan membandingkan kondisi tersebut dengan standar

maupun kode etik yang berlaku serta best practice yang tersedia dalam lingkup yang

sama. Analisis kemudian akan diperdalam dengan menguji penyebab terjadinya

perbedaan antara kondisi variabel dengan standar/kode etik sehingga kondisi yang

ada dapat diketahui secara jelas dan rinci.

4. Metode Analisis Data

Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Studi kepustakaan

Studi kepustakaan dilakukan dengan mempelajari dan memahami data yang

diperlukan dalam penelitian yang berasal dari literatur berupa buku, jurnal,

peraturan pemerintah dan publikasi dari asosiasi profesi untuk memperoleh

Page 17: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

16

pemahaman mengenai konsep dan teori yang akan dipergunakan sebagai dasar

analisis.

2) Studi lapangan

Studi lapangan dilakukan dengan pengamatan dan pengumpulan data yang

relevan dari obyek penelitian secara langsung untuk mendapatkan data

penelitian.

Page 18: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

17

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian Sebelumnya

1. Keandalan Efektivitas Internal Audit Dalam Pencegahan dan Deteksi Kecurangan

(fraud) pada PT Semen Padang, sebuah skripsi oleh Rien Nofiyarni Mahasiswa

Program S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Andalas Tahun 2011.

2. Analisis Peranan Auditor dalam Meningkatkan Efisiensi dan Efektivitas

Pengendalian Internal pada Fungsi Bank dan Kas (studi kasus pada PT (persero))

Angkasa Pura II Cabang BIM, sebuah skripsi oleh Isnamawati Dewan tahun 2009.

3. Pengaruh Penerapan Sistem Pengendalian Intern Kas dan Implementasi Good

Corporate Governance Terhadap Kecurangan Studi Empiris Pada Perusahaan BUMN

di Kota Padang, sebuah skripsi oleh Fitriatil Husna Mahasiswa Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Padang Tahun 2013.

B. Konsep Sistem Pengendalian Manajemen

1. The Association of CFE (2008):

“Pegawai mengetahui lebih banyak dari siapapun bilamana terdapat kesenjangan,

kelemahan, dan kegagalan dalam sistem organisasi”

2. Louis E. Boone dan David L. Kurts (1984) mengemukakan, pengawasan sebagai “the

process by which manager determine wether actual operation are consistent with

plans”

3. Robert J. Mocker sebagaimana disampaikan oleh T. Hani Handoko (1995)

mengemukakan definisi pengawasan yang didalamnya memuat unsur esensial proses

pengawasan, bahwa “pengawasan adalah suatu usuha sistematik untuk menetapkan

Page 19: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

18

standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem, informasi

umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan

sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta

mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber

daya dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan”.

4. Prinsip-prinsip GCG sesuai dengan PER-01/MBU/2011 tanggal 1 Agustus 2011

tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance)

Pada Badan Usaha Milik Negara, meliputi:

1) Transparansi (transparency), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses

pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi

material dan relevan mengenai perusahaan;

2) Akuntabilitas (accountability), yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan

pertanggungjawaban Organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara

efektif;

3) Pertanggungjawaban (responsibility), yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan

perusahaan terhadap peraturan perundang- undangan dan prinsip-prinsip

korporasi yang sehat;

4) Kemandirian (independency), yaitu keadaan di mana perusahaan dikelola secara

profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak

manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip-

prinsip korporasi yang sehat;

5) Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak

Pemangku Kepentingan (stakeholders) yang timbul berdasarkan perjanjian dan

Page 20: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

19

peraturan perundang- undangan.

5. PP 60 Tahun 2008 Pasal 1 poin 1-3:

Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan

yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk

memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan

yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara,

dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang selanjutnya disingkat SPIP, adalah

Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan

pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan,

dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi

dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah

dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan

efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang

baik.

C. Konsep Manajemen Risiko dan Pengendalian Manajemen

1. COSO

Menurut COSO, 5 (lima) unsur pengendalian yang antara lain (1) Lingkungan

Pengendalian, (2) Penaksiran resiko, (3) Standar Pengendalian, (4) Informasi dan

Komunikasi, dan (5) Pemantauan dapat digunakan sebagai alat upaya pencegahan

dan pendeteksian. Dengan Struktur pengendalian intern yang tersusun dan berjalan

dengan baik, peluang adanya kecurangan akan banyak berkurang.

Page 21: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

20

Enterprise Risk Management (ERM) adalah sebuah proses, berpengaruh pada sebuah

entitas jajaran direksi, pihak manajemen, dan personel lain, diaplikasikan dalam

pengesetan strategi di dalam perusahaan, didesain untuk mengidentifikasi event yang

potensial yang dapat berpengaruh pada entitas, dan mengelola resiko dengan

penerimaan resiko yang diharapkan, untuk menyediakan jaminan yang beralasan

terhadap penerimaan setiap objek entitas.

2. IIA Position Paper: The Three Lines of Defense (2013)

“management control is the first line of defense in risk management, the various risk

control and compliance over- sight functions established by management are the

second line of defense, and independent assurance is the third. Each of these three

“lines” plays a distinct role within the organization’s wider governance framework”

3. T. Hani Handoko (1995) mengemukakan, proses pengawasan memiliki lima tahapan,

yaitu (1) Penetapan standar pelaksanaan, (2) Penentuan pengukuran pelaksanaan

kegiatan, (3) Pengukuran pelaksaan kegiatan nyata, (4) Pembandingan pelaksanaan

kegiatan dengan standard dan penganalisaan penyimpangan, dan (5) Pengambilan

tindakan koreksi bila diperlukan. Kemudian, Peraturan Pemerintah Republik No.60

Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah menyatakan bahwa

pengendalian intern merupakan seluruh proses kegiatan audit, review, evaluasi,

pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan

fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa

kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara

efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan pemerintahan

yang baik.

Page 22: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

21

D. Konsep Fraud

1. Pengertian

Menurut Kamus Webster, Fraud adalah perilaku menipu atau kebohongan untuk

tujuan merugikan pihak lain.

Menurut kamus Black’s Law, Fraud adalah salah saji kebenaran atau penyembunyian

fakta material sehingga orang lain melakukan tindakan yang merugikan.

Menurut ACFE, Occupational Fraud and Abuse merupakan penggunaan kedudukan

seseorang untuk memperkaya diri sendiri melalui penyalahgunaan yang disengaja

atau penyalahgunaan sumberdaya atau aset organisasi.

Institute of Internal Auditors (IIA) menyatakan bahwa kecurangan mencakup

suatu kesatuan ketidakberesan (irregularities) dan tindakan ilegal yang bercirikan

penipuan yang disengaja.

Menurut kamus hukum, mengartikan fraud (Inggris) atau fraude (Belanda) sebagai

kecurangan. Frauderen/verduisteren (Belanda) berarti menggelapkan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 278 KUHP, Pasal 268 KUHPer. Sedangkan definisi fraud

menurut Black Law Dictionary adalah:

A knowing misrepresentation of the truth or concealment of material fact to induce

another to act to his or her detriment; is usual a tort, but in some cases (especially

when the conduct is willful) it may be a crime; (2) a misrepresentation made

recklessly without belief in its truth to induce another person to act; (3) a tort arising

from knowing misrepresentation, concealment of material fact, or reckless

misrepresentation made to induce another to act to his or her detriment.

Sedangkan definisi fraud menurut Wikipedia adalah “a fraud is deception made for

Page 23: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

22

personal gain or damageanother individual. In criminal law, fraud is the crime or

offense of deliberately deceiving another in order to damage them-usually, to obtain

property or services unjustly. Fraud can be accomplished through the aid of forged

objects. In the criminal law of common law jurisdictons it may be called “theft by

deception”, “larceny by trick”, “larceny by fraud and deception” or something

similar”.

Atau dapat diartikan sebagi berikut:

Suatu perbuatan sengaja untuk menipu atau membohongi, suatu tipu daya atau cara-

cara yang tidak jujur untuk mengambil atau menghilangkan uang, harta, hak yang sah

milik orang lain baik karena suatu tindakan dampak yang fatal dari tindakan itu

sendiri.

Sementara itu, Institute of Internal Auditors (IIA) menyatakan bahwa

kecurangan mencakup suatu kesatuan ketidakberesan (irregularities) dan tindakan

ilegal yang bercirikan penipuan yang disengaja.

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kecurangan dapat

menyebabkan timbulnya kerugian dari tempat melakukan tindakan kecurangan

(fraud). Hal tersebut dikarenakan kecurangan (fraud) merupakan suatu perbuatan

yang bertentangan dengan kebenaran karena dilakukan secara sengaja oleh pihak

yang ingin memperoleh keuntungan yang bukan merupakan hak pelakunya.

UU No. 31 Tahun 1999 tentang TPK menjelaskan bahwa “Setiap orang yang secara

melawan hukum memperkaya diri sendiri atau orang lain, atau suatu korporasi, yang

dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara”.

Martin T. Biegelman & Joel T. Bartow (Executive Roadmap to Fraud Prevention and

Page 24: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

23

Internal Control) menyatakan “Kekuatan yang tidak disertai dengan sistem

akuntabilitas yang andal, cenderung korup”.

2. Jenis-Jenis Kecurangan

Amrizal (2004) mengungkapkan menurut Association of Certified Fraud

Examinations (ACFE) kecurangan dapat dikategorikan dalam 3 (tiga) kelompok

sebagai berikut:

1) Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud)

Kecurangan laporan keuangan dapat didefinisikan sebagai kecurangan yang

dilakukan oleh manajemen dalam bentuk salah saji material laporan keuangan

yang merugikan investor dan kreditor. Kecurangan ini dapat bersifat financial

atau kecurangan non financial.

2) Penyalahgunaan Aset (Asset Misappropriation)

Penyalahgunaan aset dapat digolongkan ke dalam ‘kecurangan kas’ dan

‘kecurangan atas persediaan dan aset lainnya, serta pengeluaran pengeluaran

biaya secara curang (fraudulent disbursement). Pada kasus ini biasanya mudah

untuk dideteksi karena sifatnya tangible atau dapat diukur.

3) Korupsi (Corruption)

Korupsi dalam konteks pembahasan ini adalah korupsi menurut ACFE,

bukannya pengertian korupsi menurut UU Pemberantasan TPK di Indonesia.

Menurut ACFE, korupsi terbagi ke dalam pertentangan kepentingan (conflict of

interest), suap (bribery), pemberian illegal (illegal gratuity), dan pemerasan

(economic extortion).

Page 25: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

24

E. Root Cause Analysis (RCA)

Root cause analysis (RCA) adalah proses pemecahan masalah untuk melakukan

investigasi ke dalam suatu masalah, kekhawatiran atau ketidaksesuaian masalah yang

ditemukan. RCA membutuhkan investigator untuk menemukan solusi atas masalah

mendesak dan memahami penyebab fundamental atau mendasar suatu situasi dan

memperlakukan masalah tersebut dengan tepat, sehingga mencegah terjadinya kembali

permasalahan yang sama. Oleh karena itu mungkin melibatkan pengidentifikasian dan

pengelolaan proses, prosedur, kegiatan, aktivitas, perilaku atau kondisi (BRC, 2012).

Tahap-tahap dalam Root Cause Analysis (RCA) adalah sebagai berikut:

1. Mendefinisikan masalah (Define the non-conformity).

Dalam tahap ini yang harus diketahui dan terdefinisi secara jelas adalah masalah apa

yang sedang terjadi saat ini, kemudian menjelaskan simptom secara spesifik yang

menandakan terjadinya masalah. Simptom yang digunakan dan jelas menjadi

masalah dalam penelitian ini adalah hasil persidangan kasus korupsi pengadaan Air

Traffic Control tahun 2004 pada PT Angkasa Pura II yang melibatkan jajaran

pimpinan perusahaan dan perusahaan rekanan PT Tosca Citra Pratama. Kasus

tersebut diduga telah merugikan negara sebesar Rp7.453.443.000,00 dan kasus

dugaan tipikor Proyek Lanjutan Pembangunan Jalan Lini 1 di area Kargo Bandar

Udara Soekarno Hatta pada tahun 2012-2013 yang melibatkan oknum Angkasa Pura

II dan rekanan CV 22 Juni yang berdasarkan laporan hasil perhitungan kerugian

keuangan negara yang dibuat oleh BPKP telah merugikan keuangan negara sebesar

Rp490.743.259,00 dari dugaan awal kerugian negara sebesar Rp1,3 Milyar.

Page 26: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

25

2. Melakukan investigasi akar penyebab masalah (investigate the root cause).

Tahap ini merupakan tahap yang paling penting dalam RCA karena ketika salah

dalam menemukan akar penyebab masalah maka action plan yang diambil tidak akan

dapat menyelesaikan masalah secara tepat sehingga tidak dapat menghindari

permasalahan yang sama terulang kembali. pada tahap ini akan digunakan tools

ataupun metode untuk menggali akar penyebab permasalahan.

Dogget (2005, 34) menjabarkan alat-alat atau tools yang paling sering dijumpai

dalam literatur sebagai mekanisme yang tepat digunakan dalam menyelesaikan

masalah dan pengambilan keputusan. Tools tersebut yaitu The Cause-and-effect

diagrams (CED), The Interrelationship diagrams (ID) dan The Current Reality Tree

(CRT). CED atau yang lebih familiar dengan fishbone ini ditemukan oleh Kaoru

Ishikawa pada tahun 1943 digunkan untuk mengurutkan sebab-sebab potensial dari

sebuah masalah. Kemudian tool ini menyebar dan digunakan dalam quality control di

seluruh industri di Jepang. Tools ini dipilih karena kelebihan-kelebihan yang dimiliki

dibandingkan dengan dengan tools lainnya, yaitu:

1) Sangat mudah dimengerti karena akar sebab yang diperoleh merupakan

kelanjutan dari masing-masing sebab utama masalah berdasarkan kategori sebab

yang disusun sebelumnya. Tools ini berbeda dengan ID yang menurut Andersen

dan Fagerhaug (2000) dalam Dogget (2005), ID menghasilkan diagram yang

sangat kompleks dan terkadang menjadi sulit untuk dipahami.

2) Memecah sebab-sebab masalah menjadi lebih detail sehingga membantu dalam

mengelola dan menemukan sebab-sebab yang terkait.

3) Semua sebab yang ditemukan didaftar dan dicarikan solusinya dengan hasil

diagram yang lengkap. Sementara CRT, menurut Frendendall et al. (2002) dalam

Page 27: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

26

Dogget (2005), para praktisi menganggap logika CRT sangat kaku. Saran-saran

dan keberatan dalam metode CRT harus dinyatakan dalam CLR sehingga

membutuhkan lebih banyak waktu.

Selain itu, Scholtes (1988) dalam Dogget (2005) menuturkan bahwa penggunaan

CED akan efektif dilaksanakan ketika karakteristik permasalahan sudah diketahui

dengan baik, sudah terdokumentasi, dan data tersedia.

1) Fishbone diagrams atau The Cause-and-Effect Diagrams (CED).

Tujuan menggambarkan masalah dalam suatu diagram atau gambar adalah untuk

lebih memudahkan kita memahami gambaran permasalahan dan faktor-faktor

penyebab munculnya permasalahan dalam satu diagram atau gambar. Menurut

Scarvada (2004) dalam Asmoko (2012, 2), konsep dasar dari diagram fishbone

adalah permasalahan mendasar diletakkan pada bagian kanan dari diagram atau

pada bagian kepala dari kerangka tulang ikannya. Penyebab permasalahan

digambarkan pada sirip dan durinya.

Langkah-langkah dalam penyusunan Diagram Fishbone atau CED menurut

Ishikawa (1982) dalam Dogget (2005) yaitu:

(1) Tetapkan permasalahan yang akan dipecahkan atau dikendalikan.

(2) Tuliskan permasalahan dibagian kanan dan gambar panah dari arah kiri ke

kanan.

(3) Tuliskan faktor-faktor utama yang berpengaruh atau berakibat pada

permasalahan pada cabang utama.

Faktor-faktor utama permasalahan dapat ditentukan dengan menggunakan

4M (Material, Method, Mechanism, dan Manpower) atau menggunakan 4P

Page 28: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

27

(Parts (raw material), Procedures, Plant (equipment) dan people). Namun,

kategori juga bisa ditentuka sendiri tergantung permasalahannya (Dogget, A

Mark 2005, 36).

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Edward III (1980) dalam

Tangkilisan (2003) dalam yang mengemukakan faktor-faktor yang

mempengaruhi implementasi suatu kebijakan yaitu komunikasi, sumber

daya, struktur birokrasi dan disposisi/sikap pelaksana. Dalam penelitian ini,

faktor-faktor tersebut akan dijadikan sebagai kelompok penyebab masalah.

(4) Menemukan penyebab untuk masing-masing kelompok penyebab masalah

dan tuliskan pada ranting berdasarkan kelompok faktor-faktor penyebab

utama. Penyebab masalah ini dirinci lebih lanjut dengan mencari sebab dari

sebab yang telah diidentifikasi sebelumnya menjadi lebih detail. Penyebab

detail ini dapat diperoleh dengan menggunakan metode “5-Whys” dalam

wawancara dan FGD yang dilaksanan.

(5) Pastikan bahwa setiap detail dari sebab permasalahan telah digambarkan

pada diagram.

Gambar II.1. Fishbone Diagrams

Sumber: Dogget (2005)

Page 29: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

28

2) The 5-whys.

5-whys adalah metode paling sederhana untuk analisis akar penyebab terstruktur.

Ini adalah metode mengajukan pertanyaan yang digunakan untuk

mengeksplorasi penyebab hubungan yang mendasari masalah. Investigator terus

bertanya pertanyaan 'Mengapa?’ Sampai kesimpulan yang berarti tercapai.

Gambar II.2. The “5-Whys”

Sumber: British Retail Consortium (2012).

Hal yang umumnya disarankan minimal lima kali pertanyaan yang perlu

ditanyakan, meskipun kadang-kadang pertanyaan tambahan juga diperlukan atau

berguna, karena sangat penting untuk memastikan bahwa pertanyaan-pertanyaan

terus diminta sampai penyebab sebenarnya diidentifikasi.

3. Mengajukan action plan (create proposed action plan).

Pada tahap ini akan dihasilkan solusi yang ditawarkan berupa action plan untuk

mencegah masalah muncul kembali.

4. Mengimplementasikan action plan (implement proposed action).

Pada tahap ini akan ditetapkan siapa yang bertanggung jawab untuk implementasi

atas action plan, bagaimana agar action plan agar dapat dijalankan, kemudian yang

paling penting juga adalah menetapkan time scales, yaitu jadwal waktu dan target

implementasi ini dilaksanakan.

Why?   why?   why?   Why?   Why?   Root  Cause  

Page 30: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

29

5. Melakukan monitoring (verification & monitoring of effectivenenss).

Tindakan ini sangat diperlukan untuk memastikan bahwa perubahan ataupun

kegiatan baru yang dilaksanakan benar-benar telah berjalan sesuai dengan action

plan yang diusulkan. kemudian tahap ini juga membantu memberi keyakinan apakah

langkah perbaikan yang dilakukan sudah tepat untuk mengelola akar penyebab

masalah atau malah memunculkan masalah tambahan. Contoh kegiatan yang

mencakup monitoring dan verifikasi yaitu internal audit yang mencakup proses yang

baru diterapkan, dibuatkan ceklis tanda penyelesaian pekerjaan untuk setiap proses

yang diubah, pengecekan pada saat start up, dan lain-lain.

Tahap keempat dan tahap kelima tidak menjadi fokus dalam penelitian karena akan sangat

bergantung kepada kebijakan internal perusahaan, sehingga tidak ada jaminan action plan

yang nantinya disarankan penulis akan digunakan atau tidak. Berdasarkan landasan teori yang

digunakan, kerangka penelitian diilustrasikan dalam Gambar II.3.

Gambar II.3. Step to Root Cause Analysis

ROOT CAUSE ANALYSIS

MENDEFINISIKAN MASALAH

MELAKUKAN INVESTIGASI

AKAR PENYEBAB MASALAH

MENGAJUKAN ACTION PLAN

FISHBONE DIAGRAMS

5-WHYS

WAWANCARA DAN FOCUS GROUP DISCUSSION

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIK:1. KOMUNIKASI2. SUMBER DAYA3. DISPOSISI/SIKAP4. STRUKTUR BIROKRASI

TEMUAN BPK RI

Page 31: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

30

BAB III

GAMBARAN UMUM TENTANG PT ANGKASA PURA II PERSERO

Objek penelitian yang akan dianalisis sistem pengendalian internalnya terkait keandalannya

mendeteksi fraud adalah PT Angkasa Pura II Persero yang beralamat di Komplek Bandara

Soekarno Hatta, Cengkareng, Tangerang, Banten. Dengan gambaran sebagai berikut:

A. Sejarah Singkat Perusahaan

Angkasa Pura II Persero merupakan Badan Usaha Milik Negara pada Kementerian

Perhubungan yang memiliki lini usaha pelayanan jasa kebandarudaraan dan jasa terkait

bandar udara dengan cakupan wilayah Indonesia bagian barat.

Pada awalnya didirikan dengan nama Perum Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng

melalui Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1984 kemudian berubah menjadi Perum

Angkasa Pura II melalui Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1986, dan kembali

berubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) Angkasa Pura II melalui Peraturan

Pemerintah Nomor 14 Tahun 1992 yang secara sah menjadi PT Angkasa Pura II

(Persero) dengan terbitnya Akta Notaris Silvia Abbas Sudrajat, SH, SpN Nomor 38 pada

tanggal 18 November 2008.

B. Cakupan Bisnis

1. Wilayah

Sampai tahun 2014, Angkasa Pura II telah mengelola 13 Bandara, antara lain yaitu

Bandara Soekarno-Hatta (Jakarta), Halim Perdanakusuma (Jakarta), Kualanamu

(Medan), Supadio (Pontianak), Minangkabau (Padang), Sultan Mahmud Badaruddin

Page 32: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

31

II (Palembang), Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru), Husein Sastranegara (Bandung),

Sultan Iskandarmuda (Banda Aceh), Raja Haji Fisabilillah (Tanjung Pinang), Sultan

Thaha (Jambi), Depati Amir (Pangkalpinang) dan Silangit (Tapanuli Utara).

2. Jenis Usaha

1) Penyediaan, pengusahaan dan pengembangan fasilitas untuk lepas landas,

pelayanan jasa pendaratan, penempatan dan penyimpanan pesawat udara

(PJP4U);

2) Penyediaan, pengusahaan dan pengembangan fasilitas terminal untuk

pengangkutan penumpang, termasuk pelayanan jasa penumpang pesawat udara

(PJP2U);

3) Penyediaan, pengusahaan dan pengembangan pelayanan jasa penerbangan

(PJP), pelayanan jasa Garbarata dan Pelayanan jasa konter;

4) Penyediaan, pengusahaan dan pengembangan fasilitas elektronika, listrik, air

dan instalasi limbah buangan;

5) Penyediaan lahan untuk bangunan, lapangan dan kawasan industri serta

gedung/bangunan yang berhubungan dengan kelancaran angkutan udara;

6) Penyediaan, pengusahaan dan pengembangan fasilitas terminal pengiriman

barang melalui angkutan udara (kargo).

Angkasa Pura II berupaya memenuhi secara sempurna syarat keamanan dan

keselamatan penerbangan melalui kepatuhan terhadap prosedur serta mengutamakan

aspek kepuasan pelanggan dengan memberikan pelayanan terbaik dan perlindungan

konsumen.

Page 33: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

32

Dalam menjalankan usahanya, Angkasa Pura II selalu mematuhi dan mengikuti

berbagai regulasi maupun standar yang mengikat terkait dengan pelayanan lalu lintas

udara, baik yang berlaku secara internasional (International Civil Aviation

Organization /ICAO) maupun nasional (Kementerian Perhubungan – Direktorat

Jenderal Perhubungan Udara).

3. Visi Perusahaan

Dengan menerapkan perencanaan strategis yang baik, manajemen Angkasa Pura II

telah menetapkan visi untuk tahun 2016 yaitu “Menjadi pengelola bandar udara kelas

dunia yang terkemuka dan profesional”. Menuju pencapaian visi tersebut, Angkasa

Pura II menetapkan strategi transformasi perusahaan dari tahun 2012-2016 yaitu

Aligning, Growing, Leading, Excelling dan World Class untuk masing-masing tahun.

4. Misi Perusahaan

Untuk mencapai visi yang telah ditetapkan, Angkasa Pura II menentukan misi yang

harus dilaksanakan yaitu:

1) Mengelola jasa bandar udara kelas dunia dengan mengutamakan tingkat

keselamatan, keamanan, dan kenyamanan untuk meningkatkan kepuasan

pelanggan;

2) Mengembangkan SDM dan budaya Perusahaan yang berkinerja tinggi dengan

menerapkan sistem manajemen kelas dunia;

3) Mengoptimalkan strategi pertumbuhan bisnis secara menguntungkan untuk

meningkatkan nilai pemegang saham serta meningkatkan kesejahteraan

karyawan dan pemangku kepentingan lainnya;

Page 34: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

33

4) Menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dengan mitra usaha dan mitra

kerja serta mengembangkan secara sinergis dalam pengelolaan jasa bandar

udara;

5) Memberikan nilai tambah yang optimal bagi masyarakat dan lingkungan.

Dengan melihat visi dan misi yang ada, pengelolaan Angkasa Pura II bertujuan

untuk menjalankan dan mendukung kebijakan dan program perusahaan dalam

segmen ekonomi dan pembangunan, serta mengumpulkan keuntungan bagi

perusahaan dengan menjalankan bisnis kebandarudaraan yang sesuai dengan

asas-asas perusahaan. Angkasa Pura II telah menetapkan sasaran Perusahaan

dalam rangka mensukseskan tujuan Perusahaan untuk periode tahun 2009–2013

sebagai berikut:

6) Tercapainya pengembangan kegiatan bisnis yang menjadi fokus Angkasa Pura II

serta peningkatan produktivitas kegiatan usaha Angkasa Pura II;

7) Tercapainya kepuasan pengguna jasa melalui pelayanan prima yang didukung

dengan jaminan Service Level Agreement (SLA) dan Service Level Guarantee

(SLG) serta ketersediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan pengguna jasa;

8) TerseIenggaranya perbaikan berkeIanjutan dalam proses bisnis yang

berlandaskan mutu dan sesuai dengan harapan pengguna jasa;

9) Terciptanya pengembangan leadership system untuk mewujudkan efektifitas

kepemimpinan sebagai role model;

10) Terwujudnya organisasi yang sesuai dengan fungsi pengelolaan bisnis bandara

dan didukung oleh SDM yang berkinerja tinggi dan kompeten sesuai fokus

bisnis Angkasa Pura II;

Page 35: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

34

11) Terjalinnya integrasi jaringan/networking antar instansi dan bandara lainnya.

12) Dalam rangka menunjang tercapainya visi dan sasaran Perusahaan, Angkasa

Pura II telah menetapkan winning strategies, yaitu AP2WAY yang mencakup

antara lain:

(1) Airport Best Practices

Pencapaian visi menjadi World Class Company perlu dilakukan dengan

menerapkan praktik-praktik terbaik dalam pengelolaan bisnis bandara.

(2) People

Peningkatan kapabilitas dan kapasitas SDM secara efektif dan

berkesinambungan sangat diperlukan untuk menerapkan praktik-praktik

terbaik dan mewujudkan visi perusahaan secara efektif.

(3) Process

Penerapan bisnis proses dan SOP yang efektif dan efisien dengan perbaikan

secara terus menerus merupakan syarat penting pencapaian visi.

(4) World Class System

Pengembangan dan penerapan sistem kelas dunia secara holistik dan

terintegrasi adalah mutlak diperlukan untuk meningkatkan kinerja dan

mewujudkan visi perusahaan secara efektif.

(5) Asset

Optimalisasi tingkat efektivitas dan utilitasi aset perusahaan secara

menyeluruh berperan sangat penting dalam peningkatan pelayanan yang

mengedepankan keselamatan, keamanan dan kenyamanan bagi seluruh

Page 36: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

35

pengguna jasa, serta peningkatan ROA (return on asset).

(6) Yield

Pada akhirnya, strategi yang telah disusun diharapkan dapat memberikan

hasil nyata bagi peningkatan kinerja perusahaan terutama kinerja keuangan

dan pertumbuhan yang menguntungkan secara berkesinambungan.

5. Sistem Pengendalian Manajemen

Dalam rangka menjalankan sistem pengendalian intern yang memadai yang

diharapkan dapat mencegah risiko terjadinya fraud untuk mencapai good corporate

governance, PT Angkasa Pura II Persero telah menciptakan regulasi sebagai berikut:

1) Keputusan Bersama Dewan Komisaris dan Direksi PT Angkasa Pura II (Persero)

Nomor:

Tentang Pedoman Pengelolaan dan

Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan PT Angkasa Pura II (Persero).

Keputusan ini mengatur tentang kategori gratifikasi, syarat penerimaan

gratifikasi yang diperbolehkan, syarat pemberian gratifikasi yang diperbolehkan,

tata cara penolakan penerimaan gratifikasi, tata cara pelaporan atas permintaan

gratifikasi, sistem pengelolaan dan pengendalian gratifikasi, serta sanksi terkait

gratifikasi.

2) Keputusan Bersama Dewan Komisaris dan Direksi PT Angkasa Pura II (Persero)

Nomor:

Tentang Pedoman Perilaku (Code of Conduct) di

DKOM.036.2/HK.201/APII-2014 KEP.02.03.01/01/2014

DKOM.036.1/HK.201/APII-2014 KEP.02.03.01/01/2014.1

Page 37: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

36

Lingkungan PT Angkasa Pura II (Persero).

Keputusan ini mengatur tentang visi dan misi; nilai-nilai dasar; etika bisnis; etika

kerja dan tata perilaku; aturan terkait donasi, hadiah, dan jamuan; penegakan

etika; serta penerapan pedoman perilaku.

3) Keputusan Bersama Dewan Komisaris dan Direksi PT Angkasa Pura II (Persero)

Nomor:

Tentang Pedoman Sistem Pengaduan Pelanggaran

(Whistle-Blowing System) di Lingkungan PT Angkasa Pura II (Persero).

Keputusan ini mengatur tentang mekanisme pengaduan jika terlapor adalah

direksi atau non direksi, tata cara tindak lanjut dan investigasi, perlindungan

pelapor, serta penghargaan dan sanksi atas suatu pengaduan.

4) Keputusan Bersama Dewan Komisaris dan Direksi PT Angkasa Pura II (Persero)

Nomor:

Tentang Pedoman Tata Kelola Perusahaan

(Code of Corporate Governance) di Lingkungan PT Angkasa Pura II (Persero).

Keputusan ini mengatur tentang tujuan penerapan GCG; prinsip-prinsip GCG;

visi dan misi perusahaan; nilai dasar; kebijakan penerapan GCG; struktur tata

kelola perusahan; proses-proses tata kelola perusahaan; pengelolaan hubungan

dengan stakesholder.

5) Keputusan Bersama Dewan Komisaris dan Direksi PT Angkasa Pura II (Persero)

Nomor:

DKOM.036.3/HK.201/APII-2014 KEP.02.03.01/01/2014.2

DKOM.390.2/HK.201/APII-2014 KEP.02.03.01/08/2014.3

Page 38: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

37

Tentang Perubahan Pedoman Tata Kerja

Dewan (Board Manual) di Lingkungan PT Angkasa Pura II (Persero).

Keputusan ini mengatur tentang sistem nilai, etika bisnis, etika kerja, komitmen

serta penegakan terhadap peraturan-peraturan perusahaan terkait manajemen

puncak.

DKOM.390.2/HK.201/APII-2014 KEP.01.02.01/08/2014.1

Page 39: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

38

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penerapan Pedoman Etika dan Perilaku

Pedoman etika dan perilaku yang ditetapkan melalui keputusan bersama Dewan

Komisaris dan Direksi PT. Angkasa Pura II nomor: DKOM.036.1/HK.201/AP II-2014

dan KEP.02.03.01/01/2014.1, beriisikan sistem nilai, etika bisnis, etika kerja, komitmen

serta penegakan terhadap peraturan-peraturan perusahaan bagi individu. Selain menjadi

pedoman bagi individu, adanya pedoman ini dapat digunakan sebagai kriteria dalam

evaluasi perilaku manajemen dan karyawan.Dengan menerapkan pedoman etika dan

perilaku ini diharapkan dapat tercipta suasana kerja yang sehat dan nyaman serta

membentuk karakter individu perusahaan yang disiplin dan beretika dalam bekerja.

Dalam mengembangkan pedoman ini, PT. Angkasa Pura II berpegang pada nilai-nilai

dasar yaitu kerjasama, keramahtamahan, keunggulan, keseimbangan, tepat sasaran dan

tepat guna, kepuasan, terpercaya. Nilai-nilai tersebut mendasari etika perusahaan dalam

berbisnis dan bekerja.

Dalam melaksanakan bisnisnya dengan para stakeholder, PT. Angkasa Pura II

menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Disamping itu, perusahaan

juga melaksanakan sepenuhnya prinsip-prinsip integritas perusahaan sebagaimana diatur

dalam Undang Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yaitu ketaatan

pada AD/ART, independensi, kehati-hatian, bebas dari konfilk kepentingan dan

kepatuhan hukum.

Dengan mengacu pada nilai-nilai dasar yang telah disebutkan, diatur pula etika bekerja

dan tata perilaku individu perusahaan baik di dalam dan di luar perusahaan, sebagai

Page 40: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

39

atasan atau bawahan dan terhadap sesama insan PT. Angkasa Pura II.Etika tersebut harus

menunjukan sikap patuh, jujur, disiplin, terbuka, saling menghargai dan egaliter.

Dalam pedoman tersebut juga diatur perihal perlindungan informasi perusahaan dan

kewajiban pengamanan harta perusahaan.Setiap insan PT. Angkasa Pura II wajib

melindungi dan mengelola informasi dan harta perusahaan sesuai dengan kebijakan dan

kepentingan perusahaan.Hal ini merupakan bentuk pengembangan nilai keseimbangan

dan terpercaya.

Terkait dengan risiko kecurangan dan tindakan ilegal, pedoman etika dan perilaku PT.

Angkasa Pura II juga mengatur mengenai suap. Angkasa Pura II melarang menyuap siapa

pun, di mana pun atas alasan apa pun. Seluruh insan PT. Angkasa Pura II harus

menghindari tindakan terlarang berupa:

1. Penawaran atau pemberian apapun kepada eksternal perusahaan dengan maksud

mendapatkan atau mempertahankan bisnis, atau untuk segala tujuan yang tidak patut,

termasuk pembayaran untuk mengurangi kewajiban pajak.

2. Membuat pembyaran tanpa persetujuan, atau menyetujui pembayaran atau hadiah

yang tidak benar (tunai maupun lainnya) secara langsung atau melalui perantara.

3. Menjanjikan pemberian sesuatu yang bernilai kepada pejabat pemerintah untuk

melakukan sesuatu yang ilegal.

4. Mengabaikan atau tidak melaporkan adanya pembayaran, pemberian hadiah atau

hiburan yang tidak benar.

5. Menyelenggarakan dana yang tidak tercatat untuk tujuan apapun.

6. Membuat laporan palsu atau menyesatkan dalam pembukuan perusahaan.

Page 41: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

40

7. Melakukan segala hal untuk mendorong seseorang agar melanggar perturan

perusahaan, atau berpura-pura tidak tahu saat terjadi kemungkunan pelanggaran.

Dalam penyajian laporan keuangan, seluruh insan PT. Angkasa Pura harus berkomitmen

untuk memberikan pemegang saham informasi yang lengkap, akurat, tepat waktu dan

mudah dipahami mengenai semua hal yang penting tentang kondisi keuangan dan

operasional perusahaan. Mereka juga wajib melaporkan informasi keuangan sesuai

prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Sosialisasi terhadap penerapan pedoman etika dan perilaku senantiasa dilakukan kepada

segenap insan Angkasa Pura II, mulai dari top management sampai dengan level

operasional melalui berbagai media yang dimiliki Angkasa Pura II, termasuk

pemanfaatan melalui media teknologi informasi yang dapat diakses oleh semua pegawai

dengan mudah setiap saat.

Dalam rangka membantu efektifitas penegakan Code of Conduct, perusahaan membentuk

tim Kelompok Pemeriksa Pelanggaran Disiplin Karyawan (KP2DK). Setiap pegawai

diwajibkan untuk melaporkan pelanggaran atas penerapan Code of Conduct kepada tim

KP2DK di masing-masing wilayah kerjanya. Konsekuensi atas pelanggaran terhadap

pedoman etika dan perilakuakan diberikan tindakan pembinaan, sanksi disiplin dan atau

tindakan perbaikan sesuai peraturan perusahaan.

B. Penanganan Situasi Konflik Kepentingan

Benturan kepentingan adalah suatu keadaan dimana terdapat konflik antara kepentingan

ekonomi Perusahaan dengan kepentingan ekonomi pribadi Direksi, Dewan Komisaris dan

Pemegang Saham.Kepentingan pribadi tersebut dikhawatirkan dapat mempengaruhi

pelaksanaan tugas yang diamanatkan oleh perusahaan secara obyektif.Pengaturan tentang

Page 42: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

41

benturan kepentingan terdapat dalam pedoman perilaku insan Angkasa Pura II. Terhadap

benturan kepentingan tersebut, seluruh insan PT. Angkasa Pura II:

1. Tidak diperkenankan untuk memegang jabatan rangkap apapun di luar perusahaan

yang dapat menimbulkan benturan kepentingan bisnis dengan perusahaan

sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Tidak diperkenankan untuk melakukan ikatan bisnis secara pribadi maupun

melibatkan keluarga, dengan pihak lain yang dapat menimbulkan benturan

kepentingan bisnis dengan perusahaan.

3. Membuat pernyataan tahunan terkait benturan kepentingan bagi Direksi dan Dewan

Komisaris.

4. Tidak diperbolehkan terlibat dalam proses diskusi dan pengambilan keputusan bagi

insan PT. Angkasa Pura II yang memiliki benturan kepentingan.

Diketahui sampai dengan tahun 2013, Dewan Komisaris dan Direksi PT. Angkasa Pura II

tidak memiliki hubungan keluarga dengan organ PT. Angkasa Pura II dan hubungan

kepengurusan di perusahaan lain. Untuk meminimalisir benturan kepentingan, Dewan

Komisaris dan Direksi juga diwajibkan membuat Daftar Khusus, yang berisikan

keterangan kepemilikan saham setiap Direktur dan/atau keluarganya pada Angkasa Pura

II maupun perusahaan lain. Daftar Khusus disimpan dan diadministrasikan oleh

Sekretaris Komisaris dan Sekretaris Perusahaan.

C. Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan

Untuk mendukung semangat transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan

perusahaan, PT. Angkasa Pura II telah menetapkan kewajiban penyampaian Laporan

Hasil Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) kepada Komisi Pemberantasan Korupsi

Page 43: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

42

(KPK), bagi pejabat struktural di lingkungan perusahaan. Kewajiban tersebut ditetapkan

dalam Keputusan Direksi PT. Angkasa Pura II Nomor : KEP. 02.03/00/02/2011/036.

Namun dari hasil penelusuran penulis, pelaksanaan dan pelaporan LHKPN PT. Angkasa

Pura II belum dipublikasikan secara transparan kepada publik oleh PT. Angkasa Pura

II.Informasi mengenai pelaporan LHKPN penulis dapatkan dari situs

http://acch.kpk.go.id/aplikasi-lhkpn yang dipublikasikan oleh KPK. Dari situs tersebut

diperoleh informasi mengenai penyampaian LHKPN terakhir oleh para pejabat struktural

(Dewan Komisaris dan Direksi) di PT Angkasa Pura II sebagai berikut:

Dewan Komisaris

No. Nama Jabatan Tanggal Penyampaian

Terakhir

1 M. Iksan Tatang Komisaris Utama 08-04-2013

2 Effendi Batubara Anggota Dewan

Komisaris

-

3 Tursandi Alwi Anggota Dewan

Komisaris

31-03-2011

4 Rubani Pranoto Anggota Dewan

Komisaris

30-12-2010

5 W. Budi Santoso Anggota Dewan

Komisaris

01-05-2005

6 Wahyu Kuncoro Anggota Dewan

Komisaris

-

Page 44: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

43

Direksi

No. Nama Jabatan

Tanggal

Penyampaian

Terakhir

1 Tri S. Sunoko Direktur Utama 29-01-2014

2 Endang A.

Sumiarsa Dir. Operasi Kebandarudaraan 01-04-2013

3 Salahudin Rafi Dir. Pengembangan Kebandarudaraan

& Tekonologi 18-01-2011

4 Rinaldo J. Aziz Dir. Komersial Kebandarudaraan 01-04-2009

5 Sulistio Wijayadi Dir. Kargo & Pengembangan Usaha 22-02-2011

6 Laurensius

Manurung Dir. Keuangan 04-06-2010

7 RP. Hari

Cahyono Dir. SDM & Umum 16-04-2010

Dari kedua tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar Dewan Komisaris dan

Direksi PT. Angkasa Pura II belum memperbaharui LHKPN sampai dengan minimal

tahun 2013.

Belum optimalnya pengelolaan harta kekayaan juga terlihat dalam hasil penilaian

implementasi GCG PT. Angkasa Pura II tahun 2013. Adapaun dalam indikator

“Perusahaan melakukan koordinasi pengelolaan dan administrasi LHKPN”, PT. Angkasa

Page 45: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

44

Pura dalam hal ini Direksi mendapat rekomendasi untuk perbaikan agar menetapkan

ketentuan batas waktu penyampaian LHKPN pada administrator serta menetapkan sanksi

bagi Pejabat yang ditetapkan untuk menyampaikan LHKPN namun tidak menyampaikan.

D. Sistem Pengaduan Pelanggan

PT Angkasa Pura II (Persero) telah mengatur terkait Sistem Pengaduan Pelanggan

(Whistle-Blowing System) melalui Keputusan Bersama Dewan Komisaris dan Direksi PT

Angksa Pura II (Persero) Nomor:

1. Mekanisme

Secara garis besar PT Angkasa Pura II (Persero) membagi dua sistem pelaporan yaitu

jika terlapor adalah direksi dan selain direksi, dengan alur sebagai berikut:

1) Jika Terlapor adalah Direksi

Penyampaian pengaduan oleh pelanggan disampaikan melalui amplop tertutup

dengan memberi kode WBS pada bagian kanan atas amplop tersebut, ditujukan

kepada Direktur Utama atau Kepala SPI ke alamat:

PT Angkasa Pura II (Persero)

Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Gedung 600

Kotak Pos 1001 – JKT 19120

Tangerang

DKOM.036.3/HK.201/APII-2014 KEP.02.03.01/01/2014.2

Page 46: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

45

Dewan Komisaris dapat menugaskan Komite Audit untuk menindaklanjuti

Pelaporan Pelanggaran yang dilakukan oleh direksi, kemudian menyampaikannya

kepada Pemegang Saham apabila berdasarkan hasil investigasi anggota Direksi

melakukan pelanggaran. Semua keputusan pemberian sanksi maupun tindak lanjut

kepada pihak berwajib diputuskan oleh Dewan Komisaris.

2) Jika Terlapor adalah Bukan Direksi

Penyampaian pengaduan oleh pelanggan disampaikan kepada pengelola Sistem

Pengaduan Pelanggan u/p Direktur utama atau Kepala SPI melalui:

Telepon : 021-5505042

Fax : 021-5501536

Website : www.angkasapura2.co.id

Page 47: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

46

Email : [email protected]

Setelah pelaporan disampaikan oleh pelanggan, selanjutnya diatur alur sebagai

berikut:

Direktur Utama dalam menerima laporan dapat menugaskan Kepala SPI dan/atau tim

untuk menindaklanjuti pengaduan pelanggaran tersebut, kemudian membuat laporan

pelaksanaan Pengaduan Pelanggaran kepada Dewan Komisaris. Surat Keputusan

terkait dengan pemberian sanksi maupun tindak lanjut kepada pihak berwajib

diputuskan oleh Direksi.

2. Tanda Terima Pengaduan

Atas penyampaian pengaduan, maka pengadu akan menerima tanda terima pengaduan

dengan format sebagai berikut:

Page 48: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

47

3. Tindak Lanjut

Direktur Utama atau Kepala SPI bertanggung jawab atas pengaduan terlapor non

direksi, sedangkan Komisaris Utama bertanggung jawab atas pengaduan terlapor

direksi.

Pengaduan anonim tetap diproses setelah melalui proses pertimbangan kesungguhan

isi laporan, kredibilitas, bukti-bukti yang diajukan, dan kemungkinan untuk

melakukan konfirmasi pengaduan.

Page 49: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

48

Jika hasil penelaahan Dirut/SPI/KU menyatakan layak ditindaklanjuti, maka akan

diteruskan ke Tim Pengaduan Pelanggan. Proses penelaahan tersebut dilakukan

selama 14 hari kerja. Berdasarkan hasil tersebut, Dirut/KU memberi keputusan:

1) Dihentikan; atau

2) Bekerja sama dengan Investigator Eksternal jika substansi pengaduan terkait

direksi, dewan komisari, dan karyawan satu tingkat di bawah direksi atau citra

perusahaan/menimbulkan kerugian besar/belum pernah ditindaklanjuti SPI; atau

3) Bekerja sama dengan fungsi terkait lainnya atau dilakukan oleh Tim Investigasi

sesuai dengan substansi pengaduan/penyingkapan.

4. Investigasi

Laporan investigasi Internal maupun Eksternal diselesaikan dalam waktu paling

lambat 90 hari kerja sejak penugasan investigasi untuk dipresentasikan kepada

Direktur Utama/Komisaris Utama.

Berdasarkan Laporan Investigasi, Direktur Utama/Komisari Utama memutuskan:

1) Laporan penyingkapan ditutup jika tidak terbukti;

2) Memberikan sanksi sesuai ketentuan berlaku jika terbukti bersalah secara

administratif;

3) Meneruskan kepada penyidik aparat penegak hukum jika terkait pidana dan

korupsi.

Dalam melakukan investigasi, PT Angkasa Pura II mengatur prinsip dasar

pelaksanaan investigasi sebagai berikut:

1) Memegang asas praduga tidak bersalah dan objektivitas;

Page 50: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

49

2) Bebas dari bias dan dilakukan tidak tergantung siapa yang melakukan ataupun

siapa yang terlapor;

3) Jika laporan pengaduan bersifat material dan mempengaruhi citra perusahaan

dan/atau melibatkan Direksi, Dewan Komisaris, dan Karyawan satu tingkat di

bawah Direksi sehingga harus menggunakan Tim Investigasi Eksternal, maka

perusahaan harus menyediakan auditor/investigator yang memiliki integritas untuk

menjaga objektivitas hasil investigasi. Di luar kriteria tersebut, investigasi

dilakukan Tim Investigasi Internal;

4) Investigasi dapat dilakukan oleh Investigator Eksternal maupun Internal;

5) Susunan Tim Investigasi Internal terdiri dari unsur-unsur SPI, Sekretaris

Perusahaan, Biro Hukum, Biro Manajemen Risiko dan Kepatuhan, dan unit terkait

lainnya;

6) Tim Investigasi harus independen, bebas dari tekanan dari pihak manapun;

7) Proses Investigasi berdasarkan prinsip keadilan dan penilaian hasil temuan secara

obyektif;

8) Seluruh proses Investigsi dibuatkan Berita Acara dalam bentuk laporan yang

ditandatangani oleh pihak-pihak yang terlibat dalam proses investigasi;

9) Proses Investigasi didokumentasikan dengan baik, sehingga memudahkan proses

peninjauan ulang, penelahaan kembali atas sasaran yang ingin dicapai, dan

pembuatan keputusan-keputusan penting selama proses berlangsung;

10) Hasil laporan investigais tidak berupa opini/pendapat tapi berupa kesimpulan

akhir yang akan digunakan sebagai dasar putusan pengambilan tindakan.

Page 51: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

50

5. Perlindungan Pelapor

Perusahaan wajib memberikan perlindungan pelapor dan menjamin kerahasiaan

identitasnya. Informasi pelaporan terdokumentasikan dengan baik dan hanya boleh

diketahui Direktur Utama/Kepala SPI dan/atau Dewan Komisaris/Komite Audit.

Perusahaan berkomitmen untuk patuh terhadap segala peraturan perundangan dan best

practice yang berlaku dalam penyelenggaraan sistem penyelenggaraan perlindungan

pelapor.

Perusahaan menyediakan perlindungan hukum sesuai UU Nomor 15 Tahun 2002 jo

UU Nomor 25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang UU Nomor 13

Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, dan Peraturan Pemerintah

Nomor 57 Tahun 2003 tentang Tata Cara Perlindungan Khusus bagi Pelapor dan

Saksi dalam Tindak Pidana Pencucian Uang, sebagai berikut:

1) Perlindungan dari tuntutan pidana dan/atau perdata;

2) Perlindungan atas keamanan pribadi, dan/atau keluarga Pelapor dari ancaman fisik

dan/atau mental;

3) Pemberian keterangan tanpa bertatap muka dengan terlapor, pada setiap tingkat

pemeriksaan perkara dalam hal pelanggaran tersebut masuk pada sengketa

pengadilan;

4) Jika dirasa perlu, pelapor dapat meminta bantuan pada Lembaga Perlindungan

Saksi dan Korban (LPSK).

6. Penghargaan dan Sanksi

1) Bentuk sanksi terhadap terlapor ditentukan sesuai dengan ketentuan dan peraturan

yang berlaku di perusahaan;

Page 52: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

51

2) Pemberi pengaduan palsu dan fitnah dapat diberikan sanksi;

3) Penghargaan diberikan sesuai kebijakan direksi kepada pelapor jika kasus yang

dilaporkan mengandung kebenaran dan memberi dampak positif bagi perusahaan.

E. Sistem Pengelolaan dan Pengendalian Gratifikasi

PT Angkasa Pura II (Persero) telah mengatur terkait Pengelolaan dan Pengendalian

Gratifikasi melalui Keputusan Bersama Dewan Komisaris dan Direksi PT Angksa Pura II

(Persero) Nomor:

1. Kategori Gratifikasi

PT Angkasa Pura II mengkategorikan gratifikasi menjadi 3 kelompok, yaitu:

1) Gratifikasi yang dianggap suap

Gratifikasi yang berhubungan dengan pekerjaan, wewenang, dan atau jabatannya

di PT AP II sehingga dapat menimbulkan benturan kepentingan dan berlawanan

dengan kewajiban atau tugasnya, yang diketahui dan/atau patut diduga bahwa

gratifikasi tersebut diberikan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan

(independensi dan objektivitas) dalam menggerakkan untuk melakukan atau tidak

melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan tugas, fungsi,

tanggung jawab, dan kewenangannya.

2) Gratifikasi yang bisa melawan hukum dan bisa tidak melawan hukum/gratifikasi

kedinasan

DKOM.036.2/HK.201/APII-2014 KEP.02.03.01/01/2014

Page 53: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

52

Gratifikasi yang berhubungan dengan atau yang diterima pada saat mewakili PT

AP II secara resmi yang ditandai dengan adanya undangan, surat tugas/disposisi,

dan/atau laporan pelaksanaan tugas.

3) Gratifikasi yang tidak melawan hukum

Gratifikasi yang bersifat sosial dan berlaku umum, pada saat berlangsungnya sesi

ibadah keagamaan, upacara adat, syukuran kekeluargaan, apresiasi atas prestasi

pribadi, dan promosi.

2. Penerimaan Gratifikasi

Gratifikasi yang dianggap suap/melawan hukum dilarang untuk diterima. Gratifikasi

boleh diterima jika:

1) Benda promosi, cinderamata, buah tangan, atau kenang-kenangan yang tidak

dimaksudkan sebagai pemberian suap yang tidak berbentuk tunai/voucher, tertera

logo/nama perusahaan, dan tidak bernilai lebih dari Rp2.500.000,00.

2) Berupa hiburan bisnis/kegiatan olahraga yang diberikan untuk tujuan Perusahaan

yang sah, untuk meningkatkan hubungan dengan para pelanggan/pemasok;

3) Berupa barang/uang/setara uang dalam rangka acara pernikahan, khitanan,

kelahiran, atau terkait musibah, tidak bermaksud mempengaruhi pengambilan

keputusan, tidak melebihi dari Rp2.500.000,00, dan dilaporkan kepada UPPG AP

II;

4) Berupa honorarium/uang transport rapat sehubungan kehadiran rapat, sebagai

pembicara/narasumber yang diundang secara resmi;

5) Dalam kondisi tertentu yang tidak terhindarkan untuk menerima pemberian dari

pihak ketiga, wajib dilaporkan kepada UPPG AP II.

Page 54: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

53

Berikut format pelaporan penerimaan gratifikasi:

Page 55: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

54

3. Penolakan Penerimaan Gratifikasi

Segala bentuk penerimaan, pemberian, dan permintaan gratifikasi yang termasuk

suap/melawan hukum wajib ditolak. Penolakan dilakukan secara santun disertai

penjelasan kebijakan dan ketentuan gratifikasi yang berlaku, kemudian dilaporkan

dengan format sebagai berikut:

Page 56: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

55

4. Pemberian Gratifikasi

Segala janji dan pemberian gratifikasi yang dianggap suap/melawan hukum tidak

diperbolehkan. Namun demikian gratifikasi dapat diberikan jika memenuhi kriteria

sebagai berikut:

Page 57: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

56

1) Berupa benda-benda promosi, cinderamata, buah tangan atau kenang-kenangan

dalam event resmi perusahaan yang berlaku umum yang tidak berbentuk

tunai/voucher, tertera logo/nama perusahaan, dan tidak bernilai lebih dari

Rp2.500.000,00;

2) Berupa cinderamata, buah tangan, atau kenang-kenangan dalam event khusus

untuk pihak/instansi tertentu yang tidak berbentuk tunai/voucher, tertera

logo/nama perusahaan, dan tidak bernilai lebih dari Rp2.500.000,00 dan

dilaporkan kepada UPPG PT AP II;

3) Berupa hiburan bisnis/kegiatan olahraga dengan tujuan bisnis yang resmi/wajar,

diadakan di tempat yang layak dan pantas, tidak berlebihan, tidak berbentuk

tunai/voucher, jamuan makan wajar di tempat yang pantas dengan menjaga citra

positif perusahaan;

4) Berupa honorarium/uang transport rapat sehubungan kehadiran rapat, sebagai

pembicara/narasumber yang diundang secara resmi;

5) Berupa pemberian sumbangan/bantuan/hibah untuk kegiatan pembinaan UMKM,

CSR, keagamaan, training, sponsorship, sumbangan terkait musibah, dan

pemberian lain yang bertujuan untuk menjaga hubungan baik dan membina

ekonomi kecil masyarakat sekitar denan persetujuan

DK/Direksi/SGM/GM/Kepala Bendahara, sesuai ketentuan yang berlaku di

perusahaan.

Page 58: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

57

5. Permintaan Gratifikasi

Page 59: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

58

Jika terdapat permintaan gratifikasi yang bersifat pemerasan dan/atau pemaksaan diri,

dapat dilaporkan dengan format berikut ini:

Page 60: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

59

6. Pengelolaan dan Pengendalian Gratifikasi

Dalam pengelolaan dan pengendalian gratifikasi PT AP II membentuk Unit Pengelola

dan Pengendali Gratifikasi (UPPG) yang berada di bawah kendali Biro Manajemen

Risiko dan Kepatuhan sebagai kepanjangan tangan KPK. Dalam menjalankan

tugasnya, UPPG dapat melibatkan unit terkait lainnya.

Page 61: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

60

7. Sanksi

1) Pelanggaran atas ketentuan gratifikasi akan diproses melalui pemeriksaan dan

dapat dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku, tindakan pembinaan

dan/atau tindakan tegas dari perusahaan;

2) Pelanggaran yang mengakibatkan timbulnya proses hukum dugaan perkara tipikor

tetap berhak mendapatkan bantuan hukum dari perusahaan;

3) Jika putusan hukum telah berkekuatan tetap, maka yang bersangkutan wajib

menanggung segala konsekuensi hukum secara pribadi, termasuk mengganti

segala biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan dalam proses hukum

tersebut.

F. Peran Auditor Internal

1. Komite Audit

Komite Audit Dewan Komisaris memiliki tugas, fungsi, hak, dan kewajiban sebagai

berikut:

1) Menilai kecukupan dan efektivitas sistem pengendalian intern, kecukupan

pelaporan dan pengungkapan laporan keuangan serta tugas-tugas lain seperti yang

tercantum dalam Piagam Komite Audit;

2) Pelaksanaan tugas Komite Audit didasarkan pada kebijakan, sasaran dan program

kerja yang disahkan oleh Dewan Komisaris;

3) Komite audit dapat dibantu SPI membuat request for proposal yang dilampiri

Kerangka Aucan Kerja dalam rangka pemilihan kantor Akuntan Publik sebagai

auditor eksternal yang akan dipekerjakan untuk kepentingan perusahaan dan

RUPS;

Page 62: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

61

4) Melakukan kajian atas rencana, metodologi, dan hasil audit yang dilaksanakan

oleh SPI dan KAP untuk meyakinkan efektivitas pelaksanaan audit;

5) Meminta penjelasan Direksi/pejabat terkait atas rekomendasi hasil audit yang

belum ditindaklanjuti.

2. Satuan Pengawas Internal

Satuan Pengawas Internal (SPI) memiliki tugas, fungsi, hak, dan kewajiban sebagai

berikut:

1) Bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama;

2) Memastikan sistem pengendalian intern perusahaan telah berjalan efektif;

3) Berwenanga mengakses dokumen dan data ke seluruh unit kerja Perusahaan;

4) pelaksanaan audit didasarkan pada kebijakan, sasarn, dan program kerja yang

dijabarkan dalam Rencana Induk Audit dan Program Kerja Audit Tahunan yang

ditetapkan oleh Direktur Utama;

5) SPI berpedoman kepada kode etik, standar audit, Piagam SPI, peraturan lainnya

yang berkaitan dengan SPI dan senantiasa menunjung tinggi prinsip-prinsip

objektivitas, kerahasiaan, ketelitian, dan kehati-hatian;

6) Metodologi yang dikembangkan dan diterapkan harus meliputi audit atas dasar

risiko pada proses bisnis perusahaan serta kepatuhan pada ketentuan perundang-

undangan dan standar yang berlaku;

7) Bersama fungsi terkait melaksanakan assessment pengendalian intern berbasis

risiko yang akan digunakan sebagai dasar dalam menentukan rencana perbaikan

proses bisnis, metodologi, dan prosedur audit;

Page 63: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

62

8) Melakukan pemantauan secara intensif atas pelaksanaan tindak lanjut dari temuan

hasil audit SPI dan Kantor Akuntan Publik serta melaporkan kepada Direktur

Utama dan Dewan Komisaris melalui Komite Audit secara berkala.

3. Pola Hubungan Komite Audit, SPI, dan Auditor Eksternal

1) Hubungan Kerja Komite Audit dengan Satuan Pengawas Internal

(1) Pola hubungan dan mekanisme penyampaian laporan antara Komite Audit

dengan SPI harus dituangkan dalam Piagam Komie Audit dan Piagam SPI;

(2) SPI menyampaikan Rencana Induk Audit (RIA) dan Program Kerja Audit

Tahunan (PKAT) yang ditetapkan oleh Direktur Utama kepda Komite Audit;

(3) Komite Audit melakukan kajian atas RIA dan PKAT yang disampaikan SPI;

(4) Secara berkala Komite Audit melakukan rapat koordinasi untuk membahas

efektivitas pengendalian intern, penyajian laporan keuangan, kebijakan

akuntansi, laporan hasil audit, program kerja audit dan hambatan pelaksanaan

audit.

2) Hubungan Komite Audit dengan Kantor Akuntan Publik

(1) Komite Audit bersama dengan SPI melakukan pembahasan terhadap sasaran

dan ruang lingkup audit yang akan dilakukan KAP dan untuk memastikan

semua risiko yang penting telah dipertimbangkan;

(2) KAP melakukan komunikasi dengan Komite Audit atas kemajuan audit secara

berkala, hambatan terhadap pelaksanaan audit, audit adjustment yang

signifikan dan perbedaan pendapat yang terjadi dengan pihak manajemen (jika

ada);

Page 64: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

63

(3) Komite Audit bersama dengan SPI melakukan pemantauan atas pelaksanaan

tugas KAP.

3) Hubungan SPI dengan KAP

(1) SPI bersama dengan Komite Audit melakukan pembahasan terhadap sasaran

dan ruang lingkup audit yang akan dilakukan Kantor Akuntan Publik dan untuk

memastikan semua risiko yang penting telah dipertimbangkan;

(2) SPI melaksanakan koordinasi dan memfasilitasi pelaksanaan tugas Kantor

Akuntan Publik;

(3) SPI bersama dengan Komite Audit melakukan pemantauan atas pelaksanan

tugas Kantor Akuntan Publik.

G. Efektivitas Penerapan Instrumen Pencegahan Fraud

Pada tahun 2013, PT Angkasa Pura II melaksanakan Assessment GCG yang dilakukan

oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan didampingi tim internal

perusahaan. Proses assessment dilaksanakan pada seluruh kegiatan direksi, manajemen,

dewan komisaris, dan stakeholder lainnya di kantor pusat serta melakukan sampling di 4

lokasi kantor cabang menggunakan parameter sesuai keputusan Sekretaris Kementerian

BUMN Nomor SK-16/S.MBU/2012.

Atas hasil assessment tersebut, PT Angkasa Pura II melakukan perbaikan regulasi

internal serta inovasi program sebagai berikut:

1. Revisi Pedoman Tata Kelola Perusahaan (Code of Corporate Governance) dan

Pedoman Perilaku (Code of Conduct) serta Board Manual agar sesuai perkembangan

bisnis dan strategi perusahaan. Board Charter yang semula disatukan dalam CoCG,

dipisahkan menjadi pedoman tersendiri.

Page 65: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

64

2. Melaksanakan Program Pengendalian Gratifikasi (PPG) bekerja sama dengan Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK). Program ini diawali dengan sosialisasi dan

penandatanganan kerjasama dengan KPK dalam penerapan PPG di seluruh

lini/fungsi perusahaan pada tanggal 14 Februari 2013.

3. Pembentukan Satuan Tugas penyusunan aturan PPG dan menetapkan Biro

Manajemen Risiko dan Kepatuhan sebagai Unit Pengelola dan Pengendalian

Gratifikasi.

4. Melakukan Penguatan SDM melalui bimbingan teknis dan Training of Trainer (ToT)

yang dibimbing secara langsung oleh KPK serta diseminasi ketentuan PPG secara

online di media internal PT Angkasa Pura II.

5. Pengesahan Pedoman Sistem Pengaduan Pelanggaran (Whistle Blowing System) dan

penetapan Unit SPI sebagai Unit Pengelola Sistem Pengaduan Pelanggaran.

6. Mengikuti program pemeringkatan Corporate Governance Perception Index (CGPI)

Award tahun 2013 yang dilaksanakan oleh Indonesian Institute for Corporate

Governance (IICG). Dalam program tersebut, PT Angkasa Pura II dianugerahi

sebagai Ïndonesia Trusted Company” dan termasuk kategori “Terpercaya”dengan

capaian nilai 78,60.

Jika dibandingkan dengan hasil penilaian SPAK yang dilakukan oleh KPK pada tahun

2011, PT Angkasa Pura II pada tahun 2013 melalui assessment GCG yang dilakukan

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dengan indikator parameter

yang hampir serupa, PT Angkasa Pura II berhasil mendapatkan predikat “BAIK” dengan

capaian skor 82,295%. Namun demikian masih terdapat rekomendasi dari tim

independen BPKP Sebagai berikut:

Page 66: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

65

1. Implementasi Pedoman Tata Kelola Perusahaan yang Baik dan Pedoman Perilaku

secara Konsisten

Direksi agar menginstruksikan kepada para karyawan untuk menandatangani secara

berkala pernyataan kepatuhan terhadap Pedoman Perilaku.

2. Koordinasi Pengelolaan dan Administrasi LHKPN

1) Direksi agar menetapkan ketentuan batas waktu penyampaian LHKPN pada

administrator.

2) Direksi agar menetapkan sanksi bagi Pejabat yang ditetapkan untuk

menyampaikan LHKPN namun tidak menyampaikan.

3. Program Pengendalian Gratifikasi sesuai Ketentuan yang Berlaku

Direksi agar melaksanakan sosialisasi dan pendistribusian pedoman gratifikasi

kepada Stakeholder.

4. Kebijakan atas Sistem Pelaporan atas Dugaan Penyimpangan pada Perusahaan

1) Direksi agar segera melaksanakan sosialisasi kebijakan whistle blowing system

kepada seluruh Stakeholder.

2) Agar dilakukan pencatatan seluruh kasus atas dugaan penyimpangan pada

perusahaan (whistle blowing system) dan evaluasi atas kebijakan WBS berikut

laporan hasil evaluasinya.

5. Proses Pengangkatan dan Pemberhentian Direksi oleh RUPS

1) Kepada RUPS/Pemilik Modal agar dapat menyampaikan daftar bakal calon

Direksi kepada tim Asesor GCG pada periode penilaian berikutnya.

Page 67: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

66

2) Kepada RUPS/Pemilik Modal agar dapat menyampaikan SK Tim yang dibentuk

untuk melaksanakan uji kelayakan dan kepatutan kepada tim Asesor GCG pada

periode penilaian berikutnya.

6. Proses Pengangkatan dan Pemberhentian Dewan Komisaris/Dewan Pengawas oleh

RUPS

1) Kepada RUPS/Pemilik Modal agar dapat menyampaikan dokumen penilaian calon

anggota Dewan komisaris kepada tim Asesor GCG pada periode penilaian

berikutnya.

2) Kepada RUPS/Pemilik Modal agar dapat menyampaikan Berita Acara hasil

penilaian calon Dewan komisaris kepada tim Asesor GCG pada periode penilaian

berikutnya.

7. Persetujuan Dewan Komisaris atas rancangan RJPP dan RKAP yang disusun Direksi

Dewan Komisaris agar memuat rencana telaah/pembahasan rancangan

RJPP/Perubahannya dalam Rapat Kerja Tahunan.

8. Pengarahan Dewan Komisaris kepada Direksi atas implementasi Rencana dan

Kebijakan Perusahaan

1) Menyusun mekanisme bagi Dewan Komisaris untuk merespon/menindaklanjuti

keluhan atau saran dari Stakeholder.

2) Menginstruksikan kepada komite untuk membuat telaah mengenai saran,

permasalahan atau keluhan dari Stakeholder.

3) Membuat rencana pembahasan kebijakan/rancangan sistem pengendaalian intern

dan pelaksanaannya oleh Dewan Komisaris/Dewan Pengawas dalam RKT Dewan

Komisaris.

Page 68: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

67

4) Melakukan telaah atas: (1) kebijakan/rancangan dan pelaksanaan sistem

pengendalian intern; (2) hasil evaluasi atas efektivitas pengendalian intern pada

tingkat entitas; (3) internal control report.

9. Penyelenggaraan Rapat Dewan Komisaris yang efektif dan sesuai ketentuan

perundang-undangan

Dewan Komisaris agar melakukan pembahasan atas tindak lanjut hasil rapat

sebelumnya.

10. Kesekretariatan Dewan Komisaris

Dewan Komisaris agar menginstruksikan kepada Sekretaris Dewan Komisaris untuk

menyediakan data/informasi berkaitan dengan monitoring tindak lanjut hasil

keputusan, rekomendasi dan arahan Dewan Komisaris.

11. Kejelasan pembagian tugas/fungsi, wewenang dan tanggung jawab Direksi

Direksi agar mengatur tentang tingkat kesegeraan dalam pengambilan keputusan dan

mengkomunikasikan kepada organisasi di bawah Direksi maksimal 7 hari sejak

disahkan/ditandatangani.

12. Penyusunan Perencanaan Perusahaan oleh Direksi

1) Direksi agar menyampaikan rancangan RJPP kepada RUPS/Menteri dan/ atau

Dewan Komisaris tepat waktu.

2) Direksi agar mengatur mekanisme bagi Direksi untuk merespon usulan peluang

bisnis.

3) Direksi agar mengatur mekanisme bagi Direksi untuk sewaktu-waktu segera

membahas isu-isu terkini mengenai perubahan lingkungan bisnis dan

Page 69: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

68

permasalahan yang berdampak besar pada usaha Perusahaan dan kinerja

Perusahaan.

13. Pemenuhan Target Kinerja Perusahaan oleh Direksi

1) Direksi agar menyampaikan kepada Dewan Komisaris mengenai pencapaian

kinerja masing-masing Direktorat, baik dalam Laporan Manajemen maupun

triwulanan secara tepat waktu.

2) Direksi agar menilai pencapaian target kinerja Anggota Direksi secara individu.

3) Direksi agar melakukan audit Teknologi Informasi (TI) untuk menilai tingkat

kesesuaian penerapan TI saat ini dengan kebutuhan Perusahaan.

4) Direksi agar membuat ketentuan/kebijakan dan menetapkan mengenai Standar

Pelayanan Minimal (SPM) dan memberikan kompensasi dalam hal SPM dan mutu

tidak terpenuhi.

5) Direksi mengupayakan agar tidak terdapat temuan-temuan audit, baik oleh auditor

eksternal dan auditor internal mengenai pengadaan yang merugikan Perusahaan.

6) Direksi agar membuat laporan pelaksanaan kegiatan K3 (Kesehatan dan

Keselamatan Kerja) dan melakukan evaluasi.

7) Direksi agar menetapan formula remunerasi Direksi dan Dewan Komisaris anak

perusahaan dan perusahaan patungan.

14. Pengendalian Operasional dan Keuangan terhadap Implementasi Rencana dan

Kebijakan Perusahaan oleh Direksi

Direksi agar menetapkan rancangan sistem pengendalian intern yang mengatur

Page 70: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

69

kerangka (framework) pengendalian intern dan melakukan evaluasi serta menerbitkan

internal control report.

15. Hubungan Direksi yang bernilai tambah bagi perusahaan dan Stakeholder

1) Direksi agar menetapkan dan menyatakan secara jelas bahwa terhadap keluhan

ditentukan jangka waktu penyelesaiannya.

2) Direksi agar secara berkala Perusahaan melakukan asssessment pemasok

berdasarkan pencapaian QCDS dan mengevaluasinya.

3) Direksi agar menetapkan indikator keberhasilan pelaksanaan tanggung jawab

sosial perusahaan dan melakukan assessment serta menindaklanjutinya.

16. Monitoring dan Pengelolaan Potensi Benturan Kepentingan Anggota Direksi dan

Manajemen di Bawah Direksi

Direksi agar melampirkan Pakta Integritas dalam usulan Tindakan Direksi yang harus

mendapatkan persetujuan dari Dewan Komisaris.

17. Pengawasan Internal yang Berkualitas dan Efektif

1) Direksi agar menetapkan kebijakan dan prosedur sebagai pedoman bagi

pelaksanaan kegiatan fungsi pengawasan intern.

2) Direksi agar memerintahkan SPI memberikan rekomendasi (masukan atas

prosedur) yang meningkatkan proses Tata Kelola (governance).

3) Direksi agar memerintahkan SPI mengevaluasi sejauh mana sasaran dan tujuan

program serta kegiatan operasi telah ditetapkan sejalan dengan tujuan organisasi.

18. Penyelenggaraan RUPS Tahunan dan RUPS Lainnya sesuai Peraturan Perundang-

undangan

Page 71: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

70

Direksi agar mengatur RUPS untuk pengesahan/persetujuan RJPP, persetujuan

RKAP dilaksanakan dan pengesahan laporan tahunan dilaksanakan tepat waktu

sesuai ketentuan.

19. Pengungkapan Informasi Penting dalam Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan

Sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan

Direksi agar memuat kinerja perusahaan yang mencakup perbandingan antara hasil

yang dicapai dengan yang ditargetkan, dan kendala-kendala yang dihadapi

Perusahaan dalam dalam Laporan Tahunan.

H. Upaya Pencegahan Benturan Kepentingan

Atas dasar penilaian SPAK oleh KPK Tahun 2011 dan perbaikan serta penyusunan

regulasi internal yang dibuat setelahnya, PT Angkasa Pura II pada tahun 2013 melalui

Laporan Tahunan 2013 mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:

1. Tidak terdapat hubungan kekerabatan antara sesama anggota Dewan Komisaris,

antara Dewan Komisaris dengan jajaran Direksi, dan antara sesama anggota Direksi

baik hubungan keluarga sedarah sampai dengan derajat ketiga, baik menurut garis

lurus, kesamping, maupun hubungan semenda.

2. Setiap Anggota Dewan Komisaris dan Direksi diwajibkan membuat Daftar Khusus

yang berisikan kepemilikan saham anggota Dewan Komisaris dan/atau keluarganya

pada PT Angkasa Pura II maupun Perusahaan lain. Daftar tersebut disimpan dan

diadministrasikan oleh Sekretaris Dewan Komisaris.

3. Para anggota Komite Audit dan Komite Manajemen Risiko diwajibkan memiliki

komitmen terhadap independensi dengan aspek-aspek sebagai berikut:

1) Tidak memiliki hubngan keuangan dengan Dewan Komisaris dan Direksi;

Page 72: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

71

2) Tidak memiliki hubungan kepengurusan di PT Angkasa Pura II, anak perusahaan

maupun perusahaan afiliasi;

3) Tidak memiliki hubungan kepemilikan saham di PT Angkasa Pura II;

4) Tidak memiliki hubungan keluarga dengan Dewan Komisari, Direksi, dan/atau

sesama anggota komite;

5) Tidak menjabat sebagai pengurus partai politik dan pejabat pemerintah daerah.

I. Mendefinisikan Masalah

Pada tahun 2014 Kejaksaan Agung RI menetapkan 5 tersangka kasus korupsi pengadaan

Air Traffic Control tahun 2004 pada PT Angkasa Pura II yang melibatkan jajaran

pimpinan perusahaan dan perusahaan rekanan PT Tosca Citra Pratama. Kasus tersebut

diduga telah merugikan negara sebesar Rp7.453.443.000,00.

Hal tersebut tentu saja selain dari rendahnya kesadaran hukum, komitmen dan integritas

manajemen puncak serta elemen lain perusahaan, juga menunjukkan masih lemahnya

manajemen risiko dan upaya pencegahan fraud pada PT Angkasa Pura II pada Tahun

2004.

Pengungkapan kasus kecurangan berdasarkan Laporan Tahunan sebelum tahun 2011

masih bersifat tertutup, hal ini terlihat dari Laporan Keuangan 2005, 2006, dan 2007 yang

belum mengungkapkan permasalahan dan temuan-temuan kecurangan.

Namun demikian, pasca penilaian SPAK oleh KPK pada Tahun 2011, PT Angkasa Pura

II berusaha untuk menyajikan secara transparan dalam laporan tahunannya.

Selain kasus ATC yang terjadi pada tahun 2004 dan sampai dengan sekarang masih

dalam proses penyidikan tersebut, PT Angkasa Pura II juga terlibat kasus dugaan tipikor

Proyek Lanjutan Pembangunan Jalan Lini 1 di area Kargo Bandar Udara Soekarno Hatta

Page 73: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

72

pada tahun 2012-2013 yang melibatkan oknum Angkasa Pura II dan rekanan CV 22 Juni

yang berdasarkan laporan hasil perhitungan kerugian keuangan negara yang dibuat oleh

BPKP telah merugikan keuangan negara sebesar Rp490.743.259,00 dari dugaan awal

kerugian negara sebesar Rp1,3 Milyar.

Berikut ini penyajian temuan yang diungkapkan dalam Laporan Tahunan 2013

berdasarkan klasifikasi yang dibuat oleh Satuan Pengawasan Intern Perusahaan:

1. Komposisi Temuan Per Direktorat

No Direktorat Persentase (%)

1 Keuangan 18

2 Komersial Kebandarudaraan 20

3 Operasi Kebandarudaraan 27

4 Pengembangan Kebandarudaraan dan Teknologi 1

5 SDM dan Umum 16

6 Kargo dan Pengembangan Usaha 3

7 Panitia Pelelangan 5

Dari data di atas, pelanggaran SOP masih banyak terjadi pada Direktorat Operasi

Kebandarudaraan dan Direktorat Komersial Kebandarudaraan.

2. Komposisi Temuan Per Aspek Usaha

No Aspek Operasi Persentase (%)

1 Keselamatan (Safety) 14

2 Keamanan (Security) 6

Page 74: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

73

No Aspek Operasi Persentase (%)

3 Pelayanan (Services) 16

4 Kepatuhan (Compliance) 64

Dari data di atas, temuan masih banyak terjadi terkait aspek kepatuhan. Dalam hal

ini, dapat disimpulkan bahwa permasalahan tersebut terjadi akibat masih rendahnya

komitmen dalam melaksanakan regulasi yang telah ditetapkan.

3. Komposisi Temuan Per Penyebab Terjadinya Masalah

No Sumber Penyebab Persentase (%)

1 Pengendalian Intern 63

2 Perencanaan 13

3 Standar Operasional dan Prosedur 9

4 Kompetensi 15

Data pada tabel di atas erat kaitannya dengan data pada tabel poin 2, bahwa penyebab

terjadinya permasalahan adalah masih lemahnya pengendalian intern sehingga

berakibat pada rendahnya tingkat kepatuhan.

4. Komposisi Permasalahan atas Proyek Pengembangan Bandara

No Tahapan Proyek Persentase (%)

1 Pelelangan 6

2 Pembuatan Kontrak 33

3 Pelaksanaan Pekerjaan 58

Page 75: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

74

No Tahapan Proyek Persentase (%)

4 Pembayaran Pekerjaan 3

Dari data di atas, terlihat bahwa permasalahan terbesar adalah pada proses

pelaksanaan pekerjaan dan pembuatan kontrak. Hal tersebut memiliki risiko fraud

yang dapat merugikan keuangan perusahaan dan/atau negara.

5. Komposisi Permasalahan yang Memerlukan Pemeriksaan Khusus

No Jenis Fraud Persentase (%)

1 Kemahalan Harga Pengadaan Barang dan Jasa 7

2 Penyelewengan Pendapatan Perusahaan 31

3 Ketidaksesuaian Proses Kerjasama Komersial 23

4 Penyalahgunaan Wewenang 31

5 Pelanggaran Disiplin Karyawan 8

Dari data di atas, terlihat bahwa permasalahan terbesar yang memerlukan

pemeriksaan khusus/investigasi adalah terkait penyelewengan pendapatan perusahaan

dan penyalahgunaan wewenang.

6. Lokasi Terjadinya Permasalahan yang Memerlukan Pemeriksaan Khusus

No Lokasi Jumlah Kasus

1 Bandara Soekarno-Hatta Jakarta 8

2 Bandara Sultan Iskandar Muda – Aceh 1

3 Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II – 1

Page 76: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

75

No Lokasi Jumlah Kasus

Palembang

4 Bandara Depati Amir – Pangkal Pinang 1

5 Bandara Supadio – Pontianak 1

6 Bandara Polonia – Medan 1

7. Monitoring Tindak Lanjut Temuan Audit Internal

Berdasarkan hasil monitoring tindak lanjut pada tahun 2013 atas temuan audit

operasional yang dilakukan SPI, atas 13 (tiga belas) kantor cabang/bandara yang

berada dalam penguasaan PT Angkasa Pura II, terdapat 163 temuan dengan 390

rekomendasi. Atas 390 rekomendasi tersebut, telah ditindaklanjuti sebanyak 98,16%

atau 293 rekomendasi.

8. Rekapitulasi Monitoring Tindak Lanjut Audit Eksternal

Berdasarkan hasil monitoring tindak lanjut pada tahun 2013 atas temuan audit yang

berasal dari laporan auditor eksternal (BPK RI dan KAP), terdapat 70 temuan dengan

139 rekomendasi. Atas 139 rekomendasi tersebut telah ditindaklanjuti sebanyak

83,96% atau 85 rekomendasi. Sedangkan rekomendasi yang belum dan atau tidak

ditindaklanjuti sebagian besar berasal dari temuan yang diungkap oleh BPK RI.

J. Melakukan Investigasi Akar Penyebab Masalah

Perilaku fraud merupakan sebuah hubungan kompleks antara kelemahan sistem

pengendalian manajemen dan akhlak buruk individu serta faktor lingkungan kerja yang

mendukung keterjadian fraud. Walaupun PT Angkasa Pura II Persero telah melakukan

upaya antisipasi dan penanganan keterjadian fraud dalam rangka Good Corporate

Page 77: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

76

Governance, namun keterjadian fraud tersebut masih tetap terjadi seperti yang telah

dijelaskan pada poin sebelumnya.

Selanjutnya penulis mencoba melakukan wawancara dan observasi pada beberapa

layanan usaha PT Angkasa Pura II untuk meneliti kelemahan sistem pengendalian

manajemen yang menyebabkan keterjadian fraud masih tetap eksis.

Dari daftar pertanyaan observasi terperinci dalam lampiran 1, ternyata PT Angkasa Pura

II masih memiliki kelemahan sistem pengendalian sebagai berikut:

1. Belum ada petugas yang ditunjuk dan bertanggung jawab untuk melaksanakan

investigasi internal atas fraud yang terjadi

2. Belum dilakukan analisis periodik kecenderungan terjadinya fraud berdasarkan

database

3. Tidak banyak laporan keterjadian fraud dari karyawan

4. Organisasi belum secara kontinyu menilai efektivitas kegiatan peningkatan

kepedulian karyawan

5. Pegawai tidak diberikan kesempatan mengembangkan system/ tata kelola untuk

perbaikan operasional yang mendukung kelancaran pelayanan PT AP-II

6. Penyampaian hasil tindakan perbaikan belum dilaksanakan atas pengaduan

masyarakat

7. Karyawan belum dikondisikan peduli pentingnya melaporkan situasi

menyimpang/curang

8. Tidak cukup bukti bahwa karyawan yang telah melaporkan aktivitas menyimpang

kemudian mendapat hukuman, dikorbankan, atau dirugikan

Page 78: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

77

9. Belum jelasnya komitmen dan netralitas untuk mendukung dan melindungi setiap

pihak yang memberikan pengaduan yang menginformasikan kejadian fraud

10. Pihak pegawai berpotensi mendapat teguran/sanksi jika melakukan pengaduan atas

kegiatan yang berindikasi fraud

11. Tidak ada kebijakan khusus yang mengharuskan pelaporan ke pihak luar yang

berwenang jika ditemui fraud

12. Tidak secara khusus terdapat kriteria, bentuk, tanggung jawab, dan proses pelaporan

ke pihak luar

13. Pimpinan belum memahami benar tentang kapan dan bagaimana memulai investigasi

terhadap kejadian fraud

14. Belum ada pelatihan staf secara khusus untuk penanganan fraud

15. Belum ada sistem pelaporan yang cukup agar pimpinan dan pihak lain yang relevan,

mendapat informasi atas status penanganan fraud

16. PT AP-II belum menyusun standard Investigasi untuk menangani setiap kejadian yang

berindikasi fraud

17. Belum ada pedoman yang mengatur luas dan sifat, tanggungjawab dan kewenangan

petugas, pelaksanaan, pengumpulan bukti dan pengembangan simpulan investigasi

18. Belum ada pelatihan yang tepat pada petugas untuk dapat melaksanakan tugas

penanganan fraud secara efektif

19. Belum ada kebijakan dan standar perusahaan tentang disiplin secara efektif

melengkapi dan mendukung pesan tertentu dan penekanannya terhadap strategi

memerangi fraud

Page 79: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

78

20. Belum ada reviu berkala atas kode etik

Dari dua puluh permasalahan tersebut, penulis merangkumnya ke dalam 2 (dua) kategori

yang lebih umum sebagai berikut:

1. Faktor Sumber Daya Manusia

1) Belum ada petugas yang ditunjuk dan bertanggung jawab untuk melaksanakan

investigasi internal atas fraud yang terjadi

2) Pegawai tidak diberikan kesempatan mengembangkan system/ tata kelola untuk

perbaikan operasional yang mendukung kelancaran pelayanan PT Angkasa Pura II

3) Karyawan belum dikondisikan peduli pentingnya melaporkan situasi

menyimpang/curang

4) Belum jelasnya komitmen dan netralitas untuk mendukung dan melindungi setiap

pihak yang memberikan pengaduan yang menginformasikan kejadian fraud

5) Pihak pegawai berpotensi mendapat teguran/sanksi jika melakukan pengaduan

atas kegiatan yang berindikasi fraud

6) Pimpinan belum memahami benar tentang kapan dan bagaimana memulai

investigasi terhadap kejadian fraud

7) Belum ada pelatihan staf secara khusus untuk penanganan fraud

8) Belum ada pelatihan yang tepat pada petugas untuk dapat melaksanakan tugas

penanganan fraud secara efektif

2. Faktor Kelemahan Sistem dan Regulasi

1) Belum dilakukan analisis periodik kecenderungan terjadinya fraud berdasarkan

database

2) Tidak banyak laporan keterjadian fraud dari karyawan

Page 80: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

79

3) Organisasi belum secara kontinyu menilai efektivitas kegiatan peningkatan

kepedulian karyawan

4) Penyampaian hasil tindakan perbaikan belum dilaksanakan atas pengaduan

masyarakat

5) Tidak cukup bukti bahwa karyawan yang telah melaporkan aktivitas menyimpang

kemudian mendapat hukuman, dikorbankan, atau dirugikan

6) Tidak ada kebijakan khusus yang mengharuskan pelaporan ke pihak luar yang

berwenang jika ditemui fraud

7) Tidak secara khusus terdapat kriteria, bentuk, tanggung jawab, dan proses

pelaporan ke pihak luar

8) Belum ada sistem pelaporan yang cukup agar pimpinan dan pihak lain yang

relevan, mendapat informasi atas status penanganan fraud

9) PT AP-II belum menyusun standard Investigasi untuk menangani setiap kejadian

yang berindikasi fraud

10) Belum ada pedoman yang mengatur luas dan sifat, tanggungjawab dan

kewenangan petugas, pelaksanaan, pengumpulan bukti dan pengembangan

simpulan investigasi

11) Belum ada kebijakan dan standar perusahaan tentang disiplin secara efektif

melengkapi dan mendukung pesan tertentu dan penekanannya terhadap strategi

memerangi fraud

12) Belum ada reviu berkala atas kode etik

Page 81: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

80

K. Mengajukan Rencana Aksi

1. Rencana Aksi Penanganan Masalah yang Bersumber dari Faktor Sumber Daya

Manusia

1) PT Angkasa Pura II mengangkat seorang pejabat yang bertugas sebagai

penanggung jawab pelaksanaan investigasi internal atas fraud yang terjadi

2) Interaksi karyawan dan perusahaan dalam behavioural system pada perusahaan

harus didesain ulang untuk menghilangkan lingkungan kerja feodal dan tidak

demokratis, sehingga pola hubungan atasan dan bawahan lebih fasilitatif,

kustodial, dan kolegial. Dengan demikian diharapkan komitmen dan netralitas

penanganan fraud sangat bergantung pada kepentingan perusahaan.

3) Menganggarkan pelatihan staf satuan pengawas intern dan perwakilan masing-

masing divisi untuk mengikuti program pendidikan dan pelatihan untuk

mendeteksi fraud secara dini dan mengikut sertakan staf terbaik untuk sertifikasi

fraud examiner.

2. Rencana Aksi Penanganan Masalah yang Bersumber dari Faktor Kelemahan

Sistem dan Regulasi

1) Melakukan kajian berkala tentang potensi fraud dari setiap proses bisnis sebagai

bahan informasi manajemen dalam pembuatan kebijakan.

2) Pembuatan unit khusus penanganan layanan aduan masyarakat dan sistem

monitoring online yang dapat diakses pelapor dari tahap penerimaan aduan

hingga tindak lanjut penyelesaian aduan.

3) Melakukan perbaikan regulasi whistle blower system yang mengakomodasi

secara rinci kriteria, bentuk, dan tanggung jawab proses pelaporan.

4) Menyusun standar investigasi yang mengacu pada standar-standar yang

ditetapkan oleh Institute of Internal Auditor yang meliputi pedoman yang

Page 82: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

81

mengatur luas dan sifat, tanggungjawab dan kewenangan petugas, pelaksanaan,

pengumpulan bukti dan pengembangan simpulan investigasi, kebijakan dan

standar perusahaan tentang disiplin secara efektif melengkapi dan mendukung

pesan tertentu dan penekanannya terhadap strategi memerangi fraud.

5) Menganggarkan program reviu secara berkala atas efektivitas kode etik.

6) Membentuk unit di bawah pengawasan Komite Manajemen Risiko untuk

melakukan kajian terkait risiko fraud.

7) Membentuk Komite Nominasi dan Remunerasi yang sampai dengan tahun 2013

belum dibentuk, agar bisa melakukan penilaian secara independen dan objektif,

dengan tujuan memberikan kesejahteraan yang layak bagi setiap pegawai

sehingga bisa mencegah upaya tindakan kecurangan oleh pegawai untuk

memperkaya diri.

Page 83: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

82

BAB V

SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SASARAN

A. Simpulan

PT Angkasa Pura II telah secara berkesinambungan meningkatkan kualitas kinerjanya

dengan menyusun sistem pengendalian intern atas proses bisnis sampai dengan

pencegahan terjadinya risiko kecurangan (fraud) untuk mendukung terciptanya Good

Corporate Governance. Dengan diterbitkannya Pedoman Perilaku, Pedoman

Pengelolaan dan Pelaporan Gratifikasi, Pedoman Sistem Pengaduan Pelanggan,

Pedoman Tata Kelola Perusahaan, dan Pedoman Tata Kerja Dewan, diharapkan potensi

terjadinya risiko berupa kecurangan, penyalahgunaan wewenang, serta pemanfaatan

celah sistem dapat diminimalisasi

B. Keterbatasan

Root cause analysis memiliki tahap-tahap yang berkelanjutan dalam menyelesaikan

permasalahan. Tahap-tahap tersebut yaitu 1) define the non-conformity, 2) investigate the

root cause, 3) create proposed action plan & define timescales, 4) implement proposed

action, dan 5) verification & monitoring of effectiveness. Dalam penelitian ini tahapan

RCA tidak dapat dilaksanakan secara keseluruhan. Tahap ke-4 dan tahap ke-5 belum

dapat dilakukan karena kedua tahap tersebut membutuhkan waktu yang lama untuk

diselesaikan sementara penelitian memiliki waktu yang terbatas.

C. Saran

1. PT Angkasa Pura II disarankan untuk bisa menerapkan rencana aksi yang telah dibuat

oleh penulis untuk meningkatkan tata kelola perusahaan yang baik sehingga

keterjadian fraud dapat diminimalisasi untuk meningkatkan kinerja operasional dan

keuangan perusahaan.

Page 84: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

83

2. Melakukan kerjasama dengan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan dalam

penyusunan dan evaluasi berkala efektivitas penerapan Good Corporate Governance.

3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia perusahaan sehingga lebih waspada dan

peduli terhadap keterjadian fraud yang bisa merugikan perusahaan dengan cara

pemberian pendidikan dan pelatihan baik formal maupun non formal, baik dalam

skala nasional maupun internasional.

Page 85: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

84

DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengedalian Intern

Pemerintah.

2. DeZoort, Todd and Harisson, Paul, et al. (2008). An Evaluation of Internal Auditor

Responsibility for Fraud Detection. Institute of Internal Auditor.

3. Institute of Internal Auditor. (2010) International Standards for The Professional

Practice of Internal Auditing.

4. Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan. (2008). Fraud Auditing. Edisi

kelima. Bogor: Pusdiklatwas BPKP.

5. Priantara, Diaz. (2013). Fraud Auditing and Investigation. Jakarta: Mitra Wacana

Media

6. Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN Nomor: SK-16/S. MBU/2012 tanggal 6

Juni 2012

7. Merchant, Kenneth A and Van der Stede, Wim A. (2007). Management Control

Systems: Performance Measurement, Evaluation and Incentive. Essex: Pearson

Education Limited.

8. Miqdad, Muhammad.(2008). Mengungkap Praktek Kecurangan (fraud) pada

Korporasi dan Organisasi Public Melalui Audit Forensic. Jurnal Ilmu Ekonomi,

volume 3 nomor 2.

9. David, Fred. R. (2011). Strategic Management Concepts and Cases 13th edition. New

Jersey: Prentice Hall.

10. http://www.angkasapura2.co.id

Page 86: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

85

11. PT Angkasa Pura II (Persero).2013. Annual Report PT Angkasa Pura II 2013

12. Keputusan Bersama Dewan Komisaris dan Direksi PT Angkasa Pura II (Persero)

Nomor:

Tentang Pedoman Pengelolaan dan Pengendalian

Gratifikasi di Lingkungan PT Angkasa Pura II (Persero)

13. Keputusan Bersama Dewan Komisaris dan Direksi PT Angkasa Pura II (Persero)

Nomor:

Tentang Pedoman Perilaku (Code of Conduct) di

Lingkungan PT Angkasa Pura II (Persero)

14. Keputusan Bersama Dewan Komisaris dan Direksi PT Angkasa Pura II (Persero)

Nomor:

Tentang Pedoman Sistem Pengaduan Pelanggaran

(Whistle-Blowing System) di Lingkungan PT Angkasa Pura II (Persero)

15. Keputusan Bersama Dewan Komisaris dan Direksi PT Angkasa Pura II (Persero)

Nomor:

Tentang Pedoman Tata Kelola Perusahaan (Code

of Corporate Governance) di Lingkungan PT Angkasa Pura II (Persero)

DKOM.036.2/HK.201/APII-2014 KEP.02.03.01/01/2014

DKOM.036.1/HK.201/APII-2014 KEP.02.03.01/01/2014.1

DKOM.036.3/HK.201/APII-2014 KEP.02.03.01/01/2014.2

DKOM.390.2/HK.201/APII-2014 KEP.02.03.01/08/2014.3

Page 87: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

86

16. Keputusan Bersama Dewan Komisaris dan Direksi PT Angkasa Pura II (Persero)

Nomor:

Tentang Perubahan Pedoman Tata Kerja Dewan

(Board Manual) di Lingkungan PT Angkasa Pura II (Persero).

DKOM.390.2/HK.201/APII-2014 KEP.01.02.01/08/2014.1

Page 88: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

87

Lampiran 1:

Ceklis Observasi

No PERTANYAAN Ya Tidak

1 Kebijakan formal yang mendukung pengendalian fraud

01.01 Apakah PT AP-II telah memiliki regulasi yang mendukung pengendalian fraud misalnya berupa visi,misi, kebijakan , program, surat edaran, surat keputusan,dsb

01.02 Apakah kebijakan pada nomor 1.1 mengatur tentang :

1) Dukungan pengendalian fraud sudah dilaksanakan oleh pimpinan sampai tingkat operasional

2) Pengkajian Resiko fraud secara berkala

3) Adanya upaya yang sistematis untuk meningkatkan kepedulian pegawai dalam memerangi fraud

4) Dimungkinkannya peran serta pelanggan dan masyarakat untuk memerangi fraud

5) Adanya sistem pelaporan kejadian fraud 6) Adanya mekanisme perlindungan pelapor tindakan fraud

7) Pengungkapan tindakan fraud kepada pihak eksternal yang berwenang

8) Prosedur investigasi atas tindakan fraud 9) Standard perilaku dan disiplin pegawai

01.03 Apakah rencana pengembangan program anti fraud telah dipersiapkan

2 Struktur Pertanggungjawaban program anti fraud

02.01 Apakah sudah dibentuk tim formal yang bertanggungjawab terhadap penangulangan masalah fraud

02.02 Apakah kebijakan anti fraud sudah diimplementasikan mulai dari tingkat pimpinan sampai tingkat operasional

Page 89: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

88

No PERTANYAAN Ya Tidak

02.03 Apakah ada fungsi/personil/struktur yang bertugas menerima dan menyampaikan hasil setiap pengaduan yang masuk

02.04 Apakah ada petugas yang ditunjuk dan bertanggung jawab untuk melaksanakan investigasi internal atas fraud yang terjadi

3 Pengkajian Risiko Fraud 03.01 Apakah Penilaian Risiko terjadi fraud telah dilaksanakan 03.02 Apakah data base (data induk) kejadian fraud telah dibuat

03.03 Apakah secara periodik dilakukan analisis kecenderungan terjadinya fraud berdasarkan dabase fraud

03.04 Apakah identifikasi kegiatan-kegiatan yang paling rentan menimbulkan fraud di lingkungan PT AP-II telah dibuat

4 Kepedulian Pegawai

04.01 Apakah telah ada program peningkatan kepedulian pegawai atas masalah fraud

04.02 Apakah sering terjadi laporan dari karyawan tentang kejadian fraud

04.03 Apakah organisasi secara kontinyu menilai efektivitas kegiatan peningkatan kepedulian karyawan

04.04

Apakah terdapat kegiatan berupa pertemuan, diskusi, ataupun training yang meningkatkan pengetahuan pegawai tentang etika, nilai dan tindakan yang dapat mencegah timbulnya fraud

04.05 Apakah pegawai diberi kesempatan melaporkan fraud atau kejadian yang berindikasi menimbulkan fraud kepada manajemen PT AP-II

04.06 Apakah pegawai diberikan kesempatan mengembangkan system/ tata kelola untuk perbaikan operasional yang mendukung kelancaran pelayanan PT AP-II

04.07 Apakah pegawai diberikan pelatihan secara berkala untuk mendukung kinerja PT AP-II

5 Kepedulian Pelanggan dan Masyarakat

05.01 Apakah ada informasi kepada masyarakat tentang standar mutu pelayanan, waktu, dan biaya

05.02 Apakah terdapat kotak pengaduan dan saran masyarakat

05.03 Apakah ada penghargaan kepada pelanggan dan masyarakat atas saran perbaikan layanan yang diberikan

05.04 Apakah pihak PT AP-II menyediakan tempat/sarana bagi masyarakat untuk melaporkan jika terjadi fraud

6 Sistem Pelaporan Kejadian Fraud

Page 90: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

89

No PERTANYAAN Ya Tidak

06.01 Apakah perusahaan menunjuk secara formal Petugas atau Pejabat yang bewenang menerima laporan kejadian fraud

06.02 Apakah terdapat mekanisme pengaduan oleh masyarakat atas timbulnya fraud di lingkungan PT AP-II

06.03 Apakah terdapat mekanisme untuk memfasilitasi dan mendorong pelaporan kejadian fraud

06.04 Apakah karyawan sudah mengetahui bahwa pengaduan atas perilaku fraud bisa langsung disampaikan kepada petugas berwenang

06.05 Apakah pelaporan kejadian fraud ditangani oleh pejabat yang tepat dan dijaga kerahasiaannya

06.06 Apakah pimpinan PT AP-II sudah menindaklanjuti setiap laporan dari pegawai atas kejadian yang berindikasi fraud

06.07 Apakah laporan kejadian yang berindikasi fraud didokumentasikan secara memadai

06.08 Apakah penyampaian hasil tindakan perbaikan yang telah dilaksanakan atas pengaduan masyarakat

7 Perlindungan Pelapor

07.01 Apakah karyawan dikondisikan peduli pentingnya melaporkan situasi menyimpang/curang

07.02 Apakah kebijakan/pedoman yang mengatur perilaku yang bisa diterima bagi pengadu sudah secara formal dikembangkan, didokumentasikan, dan diumumkan

07.03 Apakah terdapat cukup bukti bahwa karyawan yang telah melaporkan aktivitas menyimpang kemudian mendapat hukuman, dikorbankan, atau dirugikan

07.04 Apakah organisasi memiliki mekanisme untuk pengadu yang merasa dirinya terancam atau dirugikan

07.05 Apakah terdapat dukungan nyata perusahaan terhadap pengadu yang berniat baik

07.06

Apakah kebijakan, sistem, dan praktik-praktik perusahaan menunjukkan ketaatan yang efektif terhadap semua persyaratan/ketentuan tentang perlindungan pengungkapan bagi pengadu

07.07 Apakah ada komitmen yang jelas dan tidak memihak untuk mendukung dan melindungi setiap pihak yang memberikan pengaduan yang menginformasikan kejadian fraud

07.08 Apakah setiap pihak yang melaporkan indikasi fraud dilindungi/dijaga kerahasiaan identitasnya

07.09 Apakah pihak pegawai mendapat teguran/sanksi jika melakukan pengaduan atas kegiatan yang berindikasi fraud

07.10 Apakah pegawai yang dirugikan/terancam atas pengaduan yang telah dilakukan mendapatkan perlindungan

Page 91: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

90

No PERTANYAAN Ya Tidak

8 Pengungkapan kepada pihak eksternal

08.01 Apakah terdapat kebijakan yang mengharuskan pelaporan ke pihak luar yang berwenang jika ditemui fraud

08.02 Apakah terdapat kriteria, bentuk, tanggung jawab, dan proses pelaporan ke pihak luar

9 Prosedur Investigasi

09.01 Apakah ada petugas yang bertanggung jawab melaksanakan investigasi internal jika fraud terjadi

09.02 Apakah pimpinan dalam perusahaan sudah memahami benar tentang kapan dan bagaimana memulai investigasi terhadap kejadian fraud

09.03 Apakah staf sudah dilatih untuk penanganan fraud

09.04 Apakah terdapat sistem pelaporan yang cukup agar pimpinan dan pihak lain yang relevan, mendapat informasi atas status penanganan fraud

09.05 Apakah catatan yang lengkap tentang laporan dan situasi fraud telah dipelihara

09.01 Apakah PT AP-II telah menyusun standard Investigasi untuk menangani setiap kejadian yang berindikasi fraud

09.02 Apakah ada kebijakan formal tertulis untuk menangani kondisi yang diduga terjadi fraud

09.03 Apakah ada pedoman yang mengatur luas dan sifat, tanggungjawab dan kewenangan petugas, pelaksanaan, pengumpulan bukti dan pengembangan simpulan investigasi

09.04 Apakah ada regulasi sanksi terhadap pegawai yang melakukan fraud

09.05 Apakah ada pelatihan yang tepat pada petugas untuk dapat melaksanakan tugas penanganan fraud secara efektif

10 Standar perilaku dan disiplin

10.01 Apakah perusahaan memiliki kode etik yang formal

10.02 Apakah kode etik perusahaan dan atau kebijakan lain memberikan pesan yang kuat dan jelas tentang perilaku fraud

10.03 Apakah perusahaan telah mendefinisikan dan menetapkan posisinya terhadap penerapan disiplin yang terkait dengan fraud

10.04 Apakah perusahaan Anda sudah mendefinisikan dan mengumumkan langkah-langkah yang akan diambil dan sifat hukuman yang akan dikenakan

10.05 Apakah kebijakan dan standar perusahaan tentang disiplin secara efektif melengkapi dan mendukung pesan tertentu dan penekanannya terhadap strategi memerangi fraud

Page 92: 22_Moch Reza Agung Y_UAS

 

91

No PERTANYAAN Ya Tidak

10.06 Apakah seluruh peran organisasional, tanggung-jawab, dan wewenang dalam kaitan dengan penanganan fraud telah didefinisikan dengan jelas

10.07 Apakah PT AP-II telah menerapkan kebijakan yang jelas mengenai kode etik pegawai yang berlaku dilingkungan PT AP-II

10.08 Apakah terdapat reviu berkala atas kode etik tersebut