2211021037 Adib Muhadzibuddin ASY.
Click here to load reader
-
Upload
phye-zhendrato -
Category
Documents
-
view
123 -
download
7
description
Transcript of 2211021037 Adib Muhadzibuddin ASY.
ANALISA KINERJA JARINGAN
VSAT (VERY SMALL APERTURE TERMINAL)
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Akademik
Pada Program Studi Strata -1
Jurusan Teknik Elektro
Disusun Oleh :
ADIB MUHADZIBUDDIN ASY
2211021037
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL AHMAD YANI
CIMAHI
2007
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISA KINERJA JARINGAN
VSAT (VERY SMALL APERTURE TERMINAL)
Disusun Oleh :
ADIB MUHADZIBUDDIN ASY
2211021037
Tugas Akhir ini telah disahkan dan disetujui
Cimahi, Februari 2007
Menyetujui,
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
NAMA : Adib Muhadzibuddin ASY
NRP : 2211021037
JUDUL TA : ANALISA KINERJA JARINGAN
VSAT (VERY SMALL APERTURE TERMINAL)
Dengan ini menyatakan bahwa saya bersedia dianulir atau dikenakan
sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku apabila Tugas Akhir yang saya buat ini
terbukti duplikasi atau jiplakan.
Demikian pernyataan ini saya buat, dan didasari dengan rasa kesadaran
serta dalam kondisi yang sehat, dan dalam keadaan yang sebenar-benarnya.
Cimahi, 06 Januari 2007
6 Perkara Imam Al6 Perkara Imam Al6 Perkara Imam Al6 Perkara Imam Al----GhazaliGhazaliGhazaliGhazali
Hal yang paling dekat dengan Hal yang paling dekat dengan Hal yang paling dekat dengan Hal yang paling dekat dengan kehidupan? KEMATIANkehidupan? KEMATIANkehidupan? KEMATIANkehidupan? KEMATIAN
Hal yang paling jauh dari bumi? MASA LALUHal yang paling jauh dari bumi? MASA LALUHal yang paling jauh dari bumi? MASA LALUHal yang paling jauh dari bumi? MASA LALU
Hal yang paling besar di muka bumi? HAWA NAFSUHal yang paling besar di muka bumi? HAWA NAFSUHal yang paling besar di muka bumi? HAWA NAFSUHal yang paling besar di muka bumi? HAWA NAFSU
Hal yang paling berat dimuka bumi? MEMEGANG AMANAHHal yang paling berat dimuka bumi? MEMEGANG AMANAHHal yang paling berat dimuka bumi? MEMEGANG AMANAHHal yang paling berat dimuka bumi? MEMEGANG AMANAH
Hal yang paling ringan dimuka bumi? MENINGGALKAN SHALAT 5 WAKTUHal yang paling ringan dimuka bumi? MENINGGALKAN SHALAT 5 WAKTUHal yang paling ringan dimuka bumi? MENINGGALKAN SHALAT 5 WAKTUHal yang paling ringan dimuka bumi? MENINGGALKAN SHALAT 5 WAKTU
Hal yang paling tajam dimuka bumHal yang paling tajam dimuka bumHal yang paling tajam dimuka bumHal yang paling tajam dimuka bumi? LIDAHi? LIDAHi? LIDAHi? LIDAH
Jadilah Kamu HambaJadilah Kamu HambaJadilah Kamu HambaJadilah Kamu Hamba----Hamba AkhiratHamba AkhiratHamba AkhiratHamba Akhirat
Dan Jangan Menjadi HambaDan Jangan Menjadi HambaDan Jangan Menjadi HambaDan Jangan Menjadi Hamba----Hamba DuniaHamba DuniaHamba DuniaHamba Dunia
Sesungguhnya Kehidupan Dunia Itu Tempat Berkarya/BeramalSesungguhnya Kehidupan Dunia Itu Tempat Berkarya/BeramalSesungguhnya Kehidupan Dunia Itu Tempat Berkarya/BeramalSesungguhnya Kehidupan Dunia Itu Tempat Berkarya/Beramal
Dan Bukan Tempat Hisab (Perhitungan), Sedangkan Dan Bukan Tempat Hisab (Perhitungan), Sedangkan Dan Bukan Tempat Hisab (Perhitungan), Sedangkan Dan Bukan Tempat Hisab (Perhitungan), Sedangkan
Kehidupan Akhirat Merupakan Tempat Hisab (Perhitungan),danKehidupan Akhirat Merupakan Tempat Hisab (Perhitungan),danKehidupan Akhirat Merupakan Tempat Hisab (Perhitungan),danKehidupan Akhirat Merupakan Tempat Hisab (Perhitungan),dan
Bukan Tempat Beramal..Bukan Tempat Beramal..Bukan Tempat Beramal..Bukan Tempat Beramal..
YA ALLAH YA ROBBI AMPUNILAH SEGALA DOSAYA ALLAH YA ROBBI AMPUNILAH SEGALA DOSAYA ALLAH YA ROBBI AMPUNILAH SEGALA DOSAYA ALLAH YA ROBBI AMPUNILAH SEGALA DOSA----DOSA KAMI, SEGALA DOSA KAMI, SEGALA DOSA KAMI, SEGALA DOSA KAMI, SEGALA
DOSADOSADOSADOSA----DOSA ORANG TUA KAMI, GURUDOSA ORANG TUA KAMI, GURUDOSA ORANG TUA KAMI, GURUDOSA ORANG TUA KAMI, GURU----GURU KAMI, ANAKGURU KAMI, ANAKGURU KAMI, ANAKGURU KAMI, ANAK----ANAK KAMI ANAK KAMI ANAK KAMI ANAK KAMI
SERTA SAUDARASERTA SAUDARASERTA SAUDARASERTA SAUDARA----SAUDARA KAMI SEKANDUNG DAN SEMUSLIM.SAUDARA KAMI SEKANDUNG DAN SEMUSLIM.SAUDARA KAMI SEKANDUNG DAN SEMUSLIM.SAUDARA KAMI SEKANDUNG DAN SEMUSLIM.
YA ALLAH YA ROBBI JANGAN JADIKAN YA ALLAH YA ROBBI JANGAN JADIKAN YA ALLAH YA ROBBI JANGAN JADIKAN YA ALLAH YA ROBBI JANGAN JADIKAN KAMI ORANGKAMI ORANGKAMI ORANGKAMI ORANG----ORANG YANG ORANG YANG ORANG YANG ORANG YANG
BODOH,BODOH,BODOH,BODOH, DANDANDANDAN JADIKANLAH KELEMAHAN KAMI MENJADI SESUATU JADIKANLAH KELEMAHAN KAMI MENJADI SESUATU JADIKANLAH KELEMAHAN KAMI MENJADI SESUATU JADIKANLAH KELEMAHAN KAMI MENJADI SESUATU
KEKUATAN YANG ENGKAU RIDHOI.KEKUATAN YANG ENGKAU RIDHOI.KEKUATAN YANG ENGKAU RIDHOI.KEKUATAN YANG ENGKAU RIDHOI.
MottoMottoMottoMotto
Gantungkanlah citaGantungkanlah citaGantungkanlah citaGantungkanlah cita----cita setinggi Langit di Angkasa serta hidup mulya dan bahagia dunia cita setinggi Langit di Angkasa serta hidup mulya dan bahagia dunia cita setinggi Langit di Angkasa serta hidup mulya dan bahagia dunia cita setinggi Langit di Angkasa serta hidup mulya dan bahagia dunia
akhirat.akhirat.akhirat.akhirat.
KupersembahkanKupersembahkanKupersembahkanKupersembahkan
Untuk keluarga, sahabatUntuk keluarga, sahabatUntuk keluarga, sahabatUntuk keluarga, sahabat----sahabatkusahabatkusahabatkusahabatku
Dan semua orang yang terlibatDan semua orang yang terlibatDan semua orang yang terlibatDan semua orang yang terlibat dalam pembuatan Tugas Akhir ini dalam pembuatan Tugas Akhir ini dalam pembuatan Tugas Akhir ini dalam pembuatan Tugas Akhir ini
ABSTRAK
Berawal dari sejarah pada bulan Oktober 1945, Arthur C. Clarke
menjelaskan secara rinci mengenai teori dan ide-idenya didalam
mengembangakan teknologi komunikasi.
Perkembangan Siskomsat yang menurut keaneka ragaman layanan disadari
betul oleh para penyelenggara jasa telekomunikasi, dengan menawarkan beberapa
jenis layanan yang di peruntukkan bagi segmen-segmen tertentu, seperti layanan
telepon digital dengan kecepatan 64 Kbps, yang merupakan jenis layanan umum
sampai dengan sirkit sewa yang khusus di pergunakan oleh pelanggan tertentu.
Sistem Komunikasi Satelit Digital adalah salah satu jawaban dalam
menghadapi permintaan pasar tersebut. Sistem VSAT (Very Small Aperture
Terminal) yang di peruntukkan untuk segmen tertentu tersebut, disamping
biayanya sangat ekonomis, kapasitas masih sangat terbatas jika dibanding dengan
sistem lain seperti IDR. Ini bukannya berarti sistem VSAT tidak mempunyai
keunggulan, karena sistem VSAT disamping lebih murah juga dapat di bangun
dengan waktu yang relative singkat dan sudah barang tentu mudah dalam
pemeliharaannya.
Karena kapasitas jangkauan yang luas dan transmisi data pada multimedia
yang dapat besar yang dapat diterapkan pada teknologi VSAT, keandalan VSAT
dapat menjamin uptime hingga 99,5 %, waktu pembangunan sistem VSAT hanya
membutuhkan waktu sekitar 4-6 minggu, monitor dan kontrol jaringan VSAT
jauh lebih mudah dan sederhana bila dibandingkan teresterial, menggunakan
layanan VSAT memberikan kemudahan kepada pengguna dalam perawatan
secara terpusat.
Bila dibandingkan dengan komunikasi teresterial maka VSAT mempunyai
kemampuan untuk mengembangkan jaringan yang lebih luas, kegagalan pada
stasiun VSAT tidak akan berpengaruh terhadap jaringan secara keseluruhan.
Adapun aplikasi VSAT yang telah direalisasikan untuk telephony, TV
satelit, internet via satelit, teleconference, distance learning, distribusi data dan
softwere, telemedicine, perbankan dan jaringan ATM.
Kata Kunci : Sistem Komunikasi Satelit, Sistem VSAT, Jaringan VSAT,
Topologi VSAT, Aplikasi VSAT.
ABSTRACT
Early from the history in October 1945, Arthur C. Clarke explained in
detail theory and his ideas in technological development communications.
The growth of Siskomsat which according to service diversity realized
correct by all organizer of telecommunications service, by offering some service
type which in destining to certain segments, like digital telephone service with
speed 64 Kbps, representing public service type up to special rent circuit in
utilizing by certain customer.
Digital System Communications Satellite is one of the answer in face of
request of market. System of VSAT (Very Small Aperture Terminal) which in
destining for certain segment, beside the price is very economic, capacities still
very limited if compared to with other system like IDR. This rather than meaning
system of VSAT don't have excellence, because system of VSAT cheaper also can
awaking up with in short time relative and of course easy in its maintenance.
Because wide of reach capacities and data transmission at big which can
multimedia able to be applied in technology of VSAT, reliability of VSAT can
guarantee uptime till 99,5 %, time development of system of VSAT only requiring
time about 4-6 week, network control and monitor of VSAT far easier and
modestly if compared to teresterial, using service of VSAT give amenity to
consumer in maintenance centrally.
If compared to communications of teresterial hence VSAT have ability to
develop broader network, failure at station of VSAT will have no effect to network
as a whole.
As for application of VSAT which have been realized for the telephony of,
Satellite TV, internet via satellite, teleconference, learning distance, data
distribution and of softwere, telemedicine, network and banking of ATM.
Keyword : System Communications Satellite, System of VSAT, Network of
VSAT, Topology of VSAT, Application of VSAT.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang
berjudul “ANALISA KINERJA JARINGAN VSAT (VERY SMALL
APERTURE TERMINAL)”.
Laporan Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat akademik pada
Program Studi Strata-1 Fakultas Teknik Jurusan Elektro Telekomunikasi
Universitas Jenderal Achmad Yani.
Semua yang penulis lakukan selama ini, baik waktu kuliah maupun dalam
pengerjaan Laporan Tugas Akhir ini, tidak lepas dari peran serta dan dukungan
dari semua pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Yang tercinta Ibu, Ayah, Kakak, Adik, serta keluarga besar KH. Ali
Syihabuddin dan keluarga besar Pakungwati, yang selalu mencurahkan
perhatian dan kasih sayang serta doanya selama ini.
2. Bapak Susanto Sambasri. ST.MT., selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro
Universitas Jendral Achmad Yani.
3. Bapak Urip Subagjo, Ir., MM.., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Jendral Achmad Yani.
4. Bapak Een Taryana, ST.,MT., selaku Sekretaris Jurusan Teknik Elektro
Universitas Jenderal Achmad Yani.
5. Bapak Ir. A.Latief Bc.TT., selaku dosen pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan masukan, serta Bapak
Wawan Sughiarto selaku Manager di PT. INDOSAT Purwakarta yang telah
memberikan arahan dan bimbingannya dalam penyelesaian tugas akhir ini.
6. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Elektro UNJANI, khususnya sub
Telekomuniasi yang telah membimbing penulis selama kuliah. Serta seluruh
Staf dan Karyawan di Lingkungan Program Studi Strata satu (S-1) Fakultas
Teknik, Jurusan Teknik Elektro UNJANI.
7. Ibu Reni Rustini, SE yang memberikan waktu kepada penulis untuk dapat
membaca dan mencari literatur dengan nyaman dan tenang di perpustakaan
Elektro.
8. Rekan-rekan mahasiswa Elektro UNJANI pada umumnya dan khususnya
rekan-rekan Elektro S-1 angkatan 2002, serta semua pihak yang tidak bisa
disebutkan satu persatu.
Segala kebaikan dan jasa dari semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya laporan ini, semoga diberikan balasan dan hidayah dari Allah
SWT dan selalu dalam lindungan-Nya.
Penulis mengakui bahwa dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini masih
jauh dari kesempurnaan dan tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun, sangat penulis harapkan.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
khususnya bagi penulis sendiri. Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita semua. Amiiin.
Cimahi, 06 Februari 2007
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK …………….................................................................. i
KATA PENGANTAR …………….…………………………………………. ii
DAFTAR ISI ……..…….…………………………………………... iv
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….. vii
DAFTAR TABEL …………..…………………………………………… viii
DAFTAR GRAFIK ……………………………………………………….. ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………. 1
1.2 Permasalahan………………………………………………………………. 2
1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………………………….. 3
1.4 Batasan Masalah dan Sistematika Pembahasan ...………………………… 3
1.5 Metoda Pengumpulan Data ……………………….………………………. 4
1.5.1 Metoda Studi Pustaka ………………………………………………. 4
1.5.2 Sistematika Penulisan ………………………………………………. 4
BAB II TEORI PENUNJANG KOMUNIKASI DATA MELALUI
SATELIT
2.1 Komunikasi Satelit ………………………………………………………... 7
2.1.1 Orbit Satelit ………………………………………………………… 11
2.1.1.1 Basic Orbit .………………………………………………….. 11
2.1.1.1.1 Circular Polar Orbit ……………………………….. 11
2.1.1.1.2 Elliptically Inclined Orbit ………………………… 11
2.1.1.1.3 Circular Equatorial Orbit (Geostationary)………… 12
2.1.1.2 Orbit Berdasarkan Jarak …………………………………….. 13
2.1.1.2.1 Low Earth Orbit (LEO) …………………………... 13
2.1.1.2.2 Medium Earth Orbit (MEO) ………………………. 13
2.1.1.2.3 Geosynchronous Earth Orbit (GEO) ……………… 14
2.1.1.3 Orbit GEO …………………………………………………... 15
2.1.1.3.1 Geostasioner ………………………………………. 15
2.1.1.3.2 Geosynchronous (geosincron) …………………….. 16
2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Sistem ………………... 17
2.1.2.1 Loss Segment 17
2.1.2.1.1 Free Space Loss …………………………………… 18
2.1.2.1.2 Atmosfer Absorbtion …………………………….... 18
2.1.2.1.3 Scintillation ……………………………………….. 19
2.1.2.1.4 Rain ……………………………………………….. 19
2.1.2.1.5 Sun Interference …………………………………... 19
2.2 Sistem VSAT …………………………………………………………….. 20
2.2.1 Gambaran Umum Teknologi VSAT ………………………………... 21
2.2.2 Keuntungan Menggunakan Teknologi VSAT ……………………… 22
2.2.3 Keunggulan dan Aplikasi VSAT …………………………………… 22
2.2.3.1 Keunggulan VSAT …………………………………………. 22
2.2.3.2 Aplikasi VSAT ……………………………………………... 25
2.2.4 Konfigurasi Jaringan VSAT ………………………………………... 27
2.2.5 Topologi jaringan VSAT ………………………………………….... 28
2.2.5.1 Topologi Star ……………………………………………….. 28
2.2.5.2 Topologi Mesh ……………………………………………... 29
2.2.5.3 Perbandingan Topologi Star dan Mesh …………………….. 29
2.2.6 Perangkat pada VSAT ……………………………………………… 31
2.2.6.1 Antena ……………………………………………………… 31
2.2.6.2 Stasiun Hub ………………………………………………… 32
2.2.6.2.1 Peralatan Radio Frekuensi (C-Band) ……………. 33
2.2.6.2.2 Modulator / Demodulator ……………………….. 34
2.2.6.2.3 Network Control System ………………………... 34
2.2.6.3 Stasiun remote ……………………………………………… 35
2.2.6.3.1 Antena …………………………………………… 35
2.2.6.3.2 ODU (Outdoor Unit) …………………………… 35
2.2.6.3.3 Inter Facility Link (IFL) …………………………. 37
2.2.6.3.4 IDU ( Indoor Unit ) ……………………………... 37
2.2.7 Cara Kerja VSAT …………………………………………………... 38
2.2.8 Skema Akses Satelit ………………………………………………… 38
2.2.8.1 Time Division Multiple Access (TDMA) …………………... 39
2.2.8.2 Frequency Division Multiple Access (FDMA) ……………... 41
2.2.8.2.1 Pre Assigned Multiple Access (PAMA) ………….. 41
2.2.8.2.2 Demand Assigned Multiple Access (DAMA) ……. 42
2.2.8.2.3 Code Division Multiple Access (CDMA) ………… 42
2.2.9 Space Segment Yang Mendukung VSAT …………………………... 44
2.2.9.1 Geostationary Satellites ……………………………………... 44
2.2.9.2 Co-located Satellites ………………………………………… 44
2.2.10 Perhitungan Link …………………………………………………... 46
2.2.10.1 Perhitungan Bandwidth …………………………………... 46
2.2.10.2 Perhitungan up link ………………………………………. 47
2.2.10.3 Perhitungan down link …………………………………… 48
BAB III ANALISA KINERJA JARINGAN VSAT
3.1 Interoperabilitas …………………………………………………………… 51
3.2 Fleksibilitas ……………………………………………………………….. 51
3.3 Aspek Komersial ………………………………………………………….. 52
3.4 Pengembangan DVB ……………………………………………………… 52
3.4.1 Konfigurasi Stasiun Hub ……………………………………………. 54
3.4.2 Konfigurasi Stasiun Remote ………………………………………… 56
3.5 Data Stasiun Bumi dan Satelit ...................................................................... 57
3.6 Perencanaan Link …………………………………………………………. 59
3.6.1 Perhitungan Bandwidth ke Satelit …………………………………... 59
3.6.2 Alokasi Frekuensi …………………………………………………… 60
3.6.3 Perhitungan Dari Stasiun Hub Ke Stasiun Remote ............................. 66
3.6.4 Link Remote Stasiun Ke Stasiun hub ................................................. 71
BAB IV ANALISA HASIL PERENCANAAN DAN DATA DI
LAPANGAN
4.1 Analisa C/N ……………………………………………………………….. 75
4.2 Analisa Power Modem dan SSPA serta BUC …………………………….. 77
4.2.1 Power modem dan Penguatan ODU Awal ………………………….. 77
4.3 Analisa Eb/No …………………………………………………………….. 79
4.4 Analisa BER ………………………………………………………………. 80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ………………………………………………………………... 82
5.2 Saran ………………………………………………………………………. 84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIODATA
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Rekaan Arthur C. Clark …………………………………. 9
Gambar 2.2 Circular Polar Orbit ……………………………………... 11
Gambar 2.3 Elliptically Inclined Orbit ……………………………….. 12
Gambar 2.4 Circular Equatorial Orbit ………………………………... 13
Gambar 2.5 Orbit Satelit Berdasarkan Jarak …………………………. 14
Gambar 2.6 Sun Interference ………………………………………… 20
Gambar 2.7 Konfigurasi Dasar Jaringan VSAT ……………………... 27
Gambar 2.8 Topologi Star ……………………………………………. 30
Gambar 2.9 Topologi Mesh ………………………………………….. 30
Gambar 2.10 Perangkat pada Stasiun hub ……………………………... 33
Gambar 2.11 Outdor Unit ....................................................................... 36
Gambar 2.12 Bagian antena, feedhorn dan reflector ............................... 37
Gambar 2.13 Jaringan Berbasis VSAT ................................................... 38
Gambar 2.14 Diagram TDMA ................................................................ 39
Gambar 2.15 Konfigurasi Perhitungan Uplink ....................................... 47
Gambar 2.16 Konfigurasi Perhitungan Downlink .................................. 49
Gambar 3.1 Konfigurasi DVB-S disisi stasiun hub .............................. 54
Gambar 3.2 Konfigurasi DVB-S disisi stasiun remote ......................... 56
Gambar 3.3 Sky Noise dan Frequency Bands ………………………... 61
Gambar 3.4 konfigurasi Uplink ………………………………………. 66
Gambar 3.5 konfigurasi Downlink …………………………………… 68
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Loss Atmosphere pada sudut elevasi 10 ........................... 18
Tabel 2.2 Perbandingan TDMA, DAMA dan PAMA ……………... 43
Tabel 2.3 Frekuensi yang digunakan VSAT ..................................... 45
Tabel 3.1 Data parameter untuk stasiun Hub dan stasiun remote ..... 57
Tabel 3.2 Data parameter pada satelit Agilla 2 ................................. 58
Tabel 3.3 Alokasi Frekuensi .............................................................. 62
Tabel 3.4 Alokasi Frekuensi IF ......................................................... 62
Tabel 3.5 Alokasi Frekuensi C Band dan L Band ............................. 63
Tabel 4.1 Data perbandingan C/N ..................................................... 76
Tabel 4.2 Data Power Modem dan Gain …………………………... 78
Tabel 4.3 Perbandingan Nilai Eb/No ................................................ 79
Tabel 4.4 Perbandingan Nilai BER Perhitungan ............................... 81
Tabel 4.5 Perbandingan Nilai BER di Lapangan .............................. 81
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 4.1 Data perbandingan C/N …………………………………. 77
Grafik 4.2 Data Power Modem ……………………………………... 79
Grafik 4.3 Perbandingan Nilai Eb/No ................................................ 80
Grafik 4.4 Perbandingan Nilai BER Perhitungan ............................... 81
Grafik 4.5 Perbandingan Nilai BER di Lapangan .............................. 82
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teknologi komunikasi semakin maju, hal ini sejalan dengan semakin
banyaknya jenis kebutuhan informasi seperti (suara, gambar dan data).
Kemampuan teknologi komunikasi yang makin meningkat, Dapat di lihat dari
adanya peningkatan dari segi kualitas, jangkauan maupun kecepatan komunikasi.
Disamping itu, peralatan yang digunakan juga semakin ekonomis dan efisien.
Perkembangan teknologi komunikasi juga mendorong perkembangan
industri-industri lain, misalnya : industri jasa pelayanan komunikasi, industri
pariwisata, industri penerbangan, industri komponen dan lain-lainnya. Sebaliknya,
dengan berkembangnya industri-industri tersebut akan mendorong industri
komunikasi semakin maju dan harga semakin terjangkau.
Salah satu perkembangan teknologi komunikasi adalah teknologi
komunikasi yang dikembangkan dengan menggunakan satelit. Sistem komunikasi
ini, dimulai dalam dekade tahun 1970. Dan sejak saat itu perkembangan
komunikasi satelit semakin pesat, juga di bidang komunikasi data. Beberapa
kelebihan yang dimiliki komunikasi satelit adalah luasnya akromodasi sistem
komunikasi masa depan.
Sebuah satelit mampu mencakup sepertiga dari seluruh permukaan bumi.
Kemampuan atau daya cakup dari satelit ditentukan oleh jarak terhadap bumi dan
daya cakup antena satelit itu sendiri. Komunikasi satelit merupakan sistem
telekomunikasi yang cocok untuk negara yang mempunyai wilayah luas, seperti
halnya Indonesia.
Dipihak lain, kemajuan teknologi komputer dan informatika juga tidak
kalah pesatnya. Pada awalnya, komputer digunakan hanya sebagai mesin hitung.
Selanjutnya, dengan ditemukannya jenis komponen-komponen baru mendorong
perkembangan teknologi komputer, komputer mampu mengolah data-data yang
makin kompleks.
Dalam perkembangannya, teknologi informatika dan komputer
membutuhkan komunikasi untuk menghubungkan dengan komputer-komputer
lainnya. Hubungan antar komputer-komputer tersebut mula-mula hanya
menggunakan kabel. Namun pada perkembangan selanjutnya, hubungan tersebut
sudah menggunakan bermacam-macam media transmisi, misalnya : fiber optik,
kabel telepon, udara (wireless) dan satelit.
Untuk itu penulis akan coba merealisasikan Kinerja Jaringan VSAT, selain
itu juga untuk memenuhi salah satu syarat tugas akhir.
I.2. Permasalahan
Dalam penulisan tugas akhir ini akan di bahas mengenai Analisa Kinerja
Jaringan VSAT (Very Small Aperture Terminal) yaitu tentang Topologi jaringan
VSAT, Perencanaan Link DVB-S serta kelemahan dan keunggulan dari sistem
VSAT dilihat dari kemampuannya dan dari keuntungan ekonomisnya.
Oleh karena itu, dalam jaringan komunikasi VSAT atau jaringan
komunikasi lainnya sangat perlu perencanaan jaringan komunikasi yang
memperhatikan kemampuan jaringan tersebut.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk memberikan gambaran
mengenai Kinerja Jaringan VSAT serta keunggulan dan kelemahan dari sistem
VSAT. Selain itu untuk memenuhi salah satu syarat akademik yang terakhir
sebagai Mahasiswa Teknik Elektro Strata satu (S-1) di Universitas Jenderal
Achmad Yani.
I.4 Batasan Masalah dan Sistematika Pembahasan
Penyusunan tugas akhir ini tidak membahas secara detail, sehubungan
betapa luasnya ruang lingkup bahasan mengenai sistem VSAT, agar tidak
menyimpang dari pokok bahasan maka akan di batasi sebagai berikut:
1. Pelaksanaan tugas akhir dilaksanakan di Stasiun Bumi Jatiluhur
Purwakarta Jawa Barat, milik PT. INDOSAT tbk.
2. Pengamatan yang dilaksanakan pada sistem VSAT yang terpasang di
Stasiun Bumi Jatiluhur.
3. Mengenal lebih jauh mengenai sistem VSAT (Very Small Aperture
Terminal), sekilas mengenai teori DVB dan perkembangan DVB.
1.5 Metoda Pengumpulan Data
Penyusunan tugas akhir ini menggunakan beberapa Metoda Penelitian
yaitu diantaranya :
1.5.1. Metoda Study Pustaka
Pengumpulan data dilakukan dengan membaca literatur yang berhubungan
dengan siskomsat dan VSAT yang berada di perpustakaan PT.INDOSAT, Media
Internet dan perpustakaan yang ada di UNJANI. Kemudian data-data tersebut
penulis padukan, serta disusun berdasarkan literatur-literatur yang penulis
tuangkan ke dalam kertas untuk penyusunan tugas akhir ini.
1.5.2 Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembaca memahami isi tugas akhir ini, maka penulis
telah menyusunnya secara sistematis. Karya tulis menulis ini terdiri dari 5 BAB
dan secara keseluruhan tugas akhir ini disusun, sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi mengenai kemajuan teknologi, Latar Belakang, Permasalahan,
Tujuan Penelitian, Batasan Masalah dan sistematika pembahasan, cara
pengumpulan data serta metoda penulisannya.
BAB II TEORI PENUNJANG KOMUNIKASI DATA MELALUI
SATELIT
Pada bab ini membahas mengenai Komunikasi Satelit, Orbit Satelit,
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Sistem, Sistem VSAT,
Gambaran Umum Teknologi VSAT, Keuntungan Menggunakan
Teknologi VSAT, Keunggulan dan Aplikasi VSAT, Bagian-bagian
Antena, Konfigurasi Jaringan VSAT, Topologi Jaringan VSAT, Perangkat
Pada VSAT dan lain-lain.
BAB III ANALISA KINERJA JARINGAN VSAT
Bab ini menjelaskan sekilas tentang teori DVB-S, Pengembangan DVB-S,
data Stasiun Bumi dan Satelit, Perencanaan Link dengan menghitung
Bandwidt ke Satelit, Alokasi Frekuensi serta menghitung Kalkulasi Uplink
dan Kalkulasi Downlink. Ini smua digunakan untuk analisa keandalan
sistem komunikasi VSAT.
BAB IV ANALISA HASIL PERENCANAAN DAN DATA DI
LAPANGAN
Bab ini merupakan hasil analisa jaringan VSAT dengan pendekatan dan
rumus-rumus, serta menunjukkan keandalan sistem komunikasi VSAT,
diantaranya perhitungan untuk C/N dan BER pada jaringan komunikasi
VSAT.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab terakhir ini adalah kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan
pokok permasalahan dari apa yang telah dijelaskan dan dianalisa. Dan
saran merupakan idealisasi penulis terhadap timbul permasalahan yang
dirasa perlu untuk ditangani serta solusi keluarnya yang memungkinkan
untuk pengembangan lebih lanjut.
BAB II
TEORI PENUNJANG KOMUNIKASI DATA MELALUI
SATELIT
2.1 Komunikasi Satelit
Berawal dari sejarah pada bulan Oktober 1945, seorang penulis fiksi sains
bernama Arthur C. Clarke menulis artikel yang dimuat di majalah komunikasi
Wireless World yang cukup terkenal pada masa itu. Didalam artikel tersebut
Arthur C. Clark mengungkapkan teori yang merupakan cikal bakal konsep dari
sistem komunikasi satelit khususnya untuk satelit Geostasioner. Judul artikel yang
dimuat di majalah tersebut ialah, Exstra Terresterial Relays (Can Rocket Station
Give World-wide Radio Coverage ?). Dalam artikel tersebut Arthur menjelaskan
secara rinci mengenai teori dan ide-idenya didalam mengembangakan teknologi
komunikasi. Idenya adalah menempatkan suatu sistem pengulang komunikasi
yang ditempatkan pada sebuah orbit diangkasa yang dikenal dengan nama orbit
Geostasioner (GSO).
Tujuan awal dari ide tersebut adalah untuk mengembangkan sirkit telepon
dan telegrap antar area di muka bumi dan juga televisi broadcast agar dapat
dinikmati setiap saat dan tidak terbatas pada suatu area saja. Dan dalam
perkembangannya teknologi ini digunakan untuk berbagai macam keperluan oleh
banyak negara di dunia ataupun organisasi-organisasi tertentu yang
berkecimplung dalam pelayanan komunikasi berbasis satelit
Secara singkat teori yang diungkapkan oleh Arthur C.Clark adalah sebagai
berikut : “Semua kendala telekomunikasi dapat diselesaikan dengan menempatkan
beberapa buah stasiun pengulang (satelit) di angkasa dengan periode perputaran
24 jam sehari pada ketinggian 42.000 km dari pusat bumi”.
Yang dimaksud dengaan stasiun pengulang adalah seperangkat alat
telekomunikasi yang ditempatkan di angkasa yang dapat menyampaikan atau
mengulang sinyal informasi ke tempat tujuan di muka bumi. Perangkat inilah
yang dikenal dengan nama satelit ruang angkasa. Stasiun pengulang tersebut di
tempatkan pada ketinggian 42.000 km dari pusat bumi, menurut teori perhitungan
Arthur, pada jarak tersebut satelit akan mempunyai periode putar 24 jam sesuai
dengan periode rotasi bumi.
Dalam artikel tersebut Arthur juga mengungkapkan kelebihan teknologi
teresterial biasa (untuk broadcast khususnya) dan juga kekurangannya untuk
komunikaasi secara global di seluruh bumi. Contohnya, untuk broadsast televisi
menggunakan jaringan teresterial. Untuk mengcover satu negara yang kecil saja
diperlukan beberapa stasiun pengulang (repeater) yang ditempatkan tiap 50 mil
agar siaran dapat terjangkau ke seluruh negara tersebut. Masalah ini akan lebih
terasa jika akan mengadakan layanan siaran televisi ke daerah jangkauan lain.
Misalnya layanan untuk negara lain yang berbeda benua. Berapa repeaterkah yang
dibutuhkan untuk melayani jasa siaran televisi untuk negara tersebut, dan tentunya
jika dipandang dari segi biaya hal ini kurang efektif karena membutuhkan biaya
yang sangat besar.
Menanggapi hal tersebut maka Arthur mengungkapkan konsep
pemikirannya kepada publik untuk menjelaskan teorinya yang merupakan solusi
yang lebih efektif. Pada gambar 2.1 dibawah ini merupakaan rekaan yang dibuat
oleh Arthur C. Clark.
Gambar 2.1. Rekaan Arthur C. Clark
Gambar 2.1 merupakaan rekaan dari arthur mengenai penempatan posisi dari
satelit pada orbit bumi. Yang dimaksud dengan station 1,2 dan 3 adalah satelit
sebagai station pengulang yang ditempatkan pada orbit yang berjarak ± 42.000
km dari pusat bumi, sedangkan coverage ialah daerah yang dapat dijangkau oleh
satelit (masing-masing menjangkau sepertiga luas bumi).
Dengan menempatkan posisi satelit maka kendala komunikasi ke seluruh
permukaan bumi (jarak jauh) dapat diatasi. Karena seluruh permukaan bumi dapat
terjangkau (coverage) oleh satelit. Dengan kata lain seluruh penduduk bumi dapat
saling berkomunikasi satu sama lain dengan biaya yang lebih efektif dari pada
Station 1 Station 2
Orbit
42.000 km
Station 3
Coverage
jaringan teresterial untuk komunikasi pada jarak yang sangat jauh. Jadi sistem
komuniksai satelit dalam siskomsat adalah suatu sistem komunikasi yang
menghubungkan antara satu titik dengan titik lain (tujuan, lawan komunikasi)
dengan menggunakan satelit sebagai medianya. Jadi dalam siskomsat informasi
yang dikirimkan dan diterima disampaikan melalui bantuan satelit.
Untuk melakukan komunikasi dengan jarak yang sangat jauh diperlukan
sistem komunikasi melalui satelit. Komunikasi melalui satelit ini memerlukan
beberapa elemen dasar yang secara umum terdiri dari satelit itu sendiri yang
berada di ruang angkasa juga stasiun yang berada di bumi. Pada stasiun bumi
sinyal yang berupa informasi atau data diproses dan dikirimkan ke arah satelit,
kemudian oleh satelit sinyal diterima kemudian dikuatkan dan dikirim kembali
pada spektrum frekuensi lintasan bawah (downlink), kemudian di terima oleh
stasiun yang ada di bumi.
Pada sistem komunikasi satelit ini (Agilla 2) digunakan frekuensi uplink
sekitar 6 GHz dan frekuensi Downlink sekitar 4 GHz, dimana terdiri dari 24
transponder untuk lintasan atas / uplink yang dibagi lagi menjadi 12 transponder
untuk polarisasi vertikal dan 12 transponder untuk polarisasi horizontal. DVB-S
merupakan sistem VSAT dimana bandwidth dari stasiun hub di pakai bersama
oleh stasiun remote (share bandwidth) sehingga bandwidth yang disewa menjadi
lebih efektif dan ekonomis.
2.1.1 Orbit Satelit
2.1.1.1. Basic Orbit
Terdapat tiga jenis orbit, yaitu ; Polar, Equatorial, Inclined.
2.1.1.1.1 Circular Polar Orbit
Merupakan pemanfaatan dari sistem satelit yang mengelilingi bumi
dengan pergerakan arah dari arah kutub utara menuju ke kutub selatan. Pada orbit
ini satelit dapat menjangkau seluruh permukaan bumi secara merata, karena
bentuk bumi yang agak tepat pada sisi kutub-kutubnya. Orbit ini dipakai untuk
satelit-satelit keperluan riset ilmu pengetahuan, meteorologi, militer, dan navigasi.
Untuk keperluan komunikasi diperlukan sejumlah satelit agar hubungan
komunikasi tetap konstan. Namun belakangan ini sejalan dengan perkembangan
teknologi, orbit ini akan banyak digunakan untuk satelit komunikasi selular
dimana akan ditempatkan sejumlah satelit.
1. Gambar 2.2. Circular Polar Orbit
2.1.1.1.2 Elliptically Inclined Orbit
Bentuk dari orbit ini unik, membentuk sudut inklinasi (miring) terhadap
bidang katulistiwa, dimana sudut inklinasinya sebesar 630 dan untuk sekali putar
dibutuhkan 12 jam. Untuk keperluan komunikasi yang konstan tentunya revolusi
dari orbit ini cukup mengganggu dimana kita dapat berhubungan setiap 12 jam.
Untuk membentuk komunikasi yang kontinyu, perlu disusun minimal 3 satelit
yang saling bergantian. Keuntungan dari orbit ini adalah dapat melampaui kutub
utara dan kutub selatan. Contoh satelit komunikasi yang menggunakan orbit ini
adalah satelit Molniya milik Rusia untuk keperluan domestiknya.
Gambar 2.3. Elliptically Inclined Orbit
2.1.1.1.3 Circular Equatorial Orbit (Geostationary)
Circular Equatorial Orbit menggunakan sistem satelit yang bergerak
mengelilingi bumi dengan periode 24 jam dan selalu berada pada lintasan
khatulistiwa yang berjarak sekitar 35.800 km dari permukaan bumi, dengan
kecepatan dan arah orbit yang sama dengan kecepatan dan arah rotasi bumi. Oleh
karena itu antena stasiun bumi posisinya tetap (fixed) terhadap satelit yang
kelihatan seakan-akan tidak bergerak. Orbit jenis inilah yang disebut
Geostationary Orbit (GSO) yang termasuk dalam kategori Geosynchronous Orbit
(GEO). Orbit jenis ini digunakan oleh sistem komunikasi satelit INTELSAT
(International Telecommunications Satellite Organization). Orbit GSO berbentuk
polar dan posisinya sejajar dengan garis ekuator (sudut inklinasinya = 0o),
sedangkan orbit GEO bisa berupa polar ataupun eliptikal dengan sudut inklinasi
tertentu.
Gambar 2.4. Circular Equatorial Orbit
2.1.1.2. Orbit Berdasarkan Jarak
Berdasarkan jarak, orbit satelit dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu :
2.1.1.2.1 Low Earth Orbit (LEO)
Tinggi Orbit : 200 - 3.000 Km
Periode Orbit : 1,5 Jam
Kecepatan : 27.000 Km/Jam
Delay : 10 ms
Waktu Tampak : < 15 menit
Jumlah Satelit : 50 Satelit
Contoh satelit LEO ialah Globalstar
2.1.1.2.2 Medium Earth Orbit (MEO)
Tinggi Orbit : 6.000 – 12.000 Km
Periode Orbit : 5 - 12 Jam
Kecepatan : 19.000 Km/Jam
Delay : 80 ms
Waktu Tampak : 2 – 4 Jam
Jumlah Satelit :10 - 12 Satelit
Contoh satelitnya ialah Inmarsat - P
2.1.1.2.3 Geosynchronous Earth Orbit (GEO)
Tinggi Orbit : 36.000 Km
Periode Orbit : 24 Jam
Kecepatan : 11.000 Km/Jam
Delay : 250 ms
Waktu Tampak : Selalu Tampak
Jumlah Satelit : 3 Satelit
Contonya ialah satelit Intelsat – 7
Gambar 2.5. Orbit Satelit Berdasarkan Jarak
2.1.1.3. Orbit GEO
Satelit yang paling banyak dipakai oleh banyak negara adalah satelit
Geostasioner. Dalam perkembangannya satelit ini mengalami banyak kendala
yakni sulitnya dalam meletakkan satelit pada orbit Geostasioner. Satelit ECHO-1
yang diluncurkan pada tahun 1960 sebagai satelit eksperimental untuk pemakaian
komunikasi masih menempati orbit rendah dimana periode perputaran keliling
bumi adalah setiap 3 jam sekali.
Dalam perkembangannya INTELSAT telah meluncurkan 9 generasi satelit
yang terakhir adalah satelit INTELSAT IX yang mempunyai kapasitas 120.000
kanal telepon dan 3 kanal televisi.
Orbit ini berjarak + 36.000 km dari permukaan bumi. Dalam hal ini perioda
revolusi satelit terhadap bumi sama dengan perioda rotasi bumi pada porosnya.
Ada dua jenis orbit Geo, yaitu :
2.1.1.3.1 Geostasioner
Dilihat dari pengamat di bumi, satelit berada dalam keadaan tetap
(stasioner). Bentuk orbit sirkular dengan sudut inklinasi 0° atau tepat pada garis
katulistiwa. Orbit ini sering juga disebut Clarke Belt. Meskipun satelit komunikasi
bekerja pada orbit geostasioner dimana satelit kelihatannya diam, tetapi
sebenarnya sikap atau kedudukan satelit tidak benar-benar diam tetapi mengalami
gaya-gaya tarikan dari matahari dan bulan, gaya radiasi dari sinar matahari serta
medan gravitasi bumi. Konsekuensinya satelit mengalami pergeseran dari posisi
normalnya dalam arah barat-timur dan utara-selatan.
2.1.1.3.2 Geosynchronous (geosincron)
Satelit yang digunakan terletak pada orbit geosinkron (Geosyhncronous
orbit) didaerah katulistiwa bumi. Satelit bergerak dengan kecepatan dan arah yang
sama dengan rotasi bumi sepanjang garis ekuator. Hal ini menyebabkan posisi
satelit selalu tetap terhadap suatu kedudukan di permukaan bumi.
Bentuk orbit ini dapat berbentuk sirkular atau non-sirkular dengan sudut
inklinasi tertentu. Dalam perkembangan, terdapat kendala yang sulit untuk
meletakkan satelit pada posisi orbit geostasioner. Roket yang digunakan untuk
membawa satelit ini diperlukan daya dorong yang kuat, juga diperlukan rancangan
lintasan peluncuran.
Kerugiannya, satelit geostasioner berada pada ketinggian orbit geosinkron
sejauh 35.800 km dari permukaan bumi. Sehingga sinyal carrier yang sampai ke
satelit atau yang tiba di stasiun bumi sangatlah rendah.
Walaupun terletak pada orbit geostasioner, keadaan sebenarnya kedudukan
satelit tidak tepat diam terhadap permukaan bumi. Pada setiap interval waktu
tertentu terjadi penyimpangan akibat pengaruh pergerakan matahari dan gaya
gravitasi bumi. Kondisi ini dapat memperbesar antena tracking loss dan
mengurangi level sinyal yang diterima sampai beberapa dB. Oleh sebab itu, perlu
ditentukan suatu frekuensi yang dapat menembus keterbatasan ini. Untuk itu
dipilih untuk satelit komunikasi adalah C–band, karena frequensi yang di gunakan
pada satelit Intelsat adalah C-band. Dimana pada C–band adalah 6 GHz (5,925
GHz – 6,425 GHz) untuk transmisi dan 4 GHz (3,7 GHz – 4,2 GHz)untuk receive.
Beberapa sistem satelit yang akan dianalisis merupakan satelit repeater
dengan transponder konvensional. Hal ini berarti satelit hanya bertindak sebagai
repeater gelombang mikro : menerima sinyal uplink dari stasiun bumi,
menguatkan serta mengirimkan kembali sinyal downlink ke stasiun bumi tujuan.
2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Sistem
Faktor-faktor yang Mempengaruhi kinerja sistem komunikasi satelite antara lain :
1. Efek propagasi dari atmosfer
2. Efek Sun Outage, disebabkan oleh naiknya level noise dari sistem penerimaan
karena arah antena dan datangnya sinar matahari berada pada satu garis lurus.
3. Kehandalan perangkat dan sistem
4. Redaman hujan, terutama pada Ku Band
5. Ketepatan arah antena
6. Interferensi jaringan
2.1.2.1. Loss Segment
Loss Segment merupakan daerah redaman diantara space segment dan
ground segment yang dapat mempengaruhi sinyal carrier dari dan ke satelit atau
Stsiun Bumi. Hal ini bisa terjadi karena ada beberapa faktor yang dapat
mengakibatkan redaman atau loos sinyal.
Faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya loss sinyal antara lain :
2.1.2.1.1. Free Space Loss
Free Space Loss adalah redaman karena pengaruh penyebaran yang
bergantung pada fungsi frekuensi dan jarak. Jarak antara Stasiun Bumi dan satelit
yang sangat jauh akan menyebabkan berkurangnya level sinyal yang diterima oleh
Stasiun Bumi oleh satelit. Dalam jarak yang sangat jauh terdapat partikel-partikel
dan juga karakteristik dari atmosfir yang selalu berubah-ubah yang dapat
menyebabkan spectrum sinyal elektromagnetik dan memungkinkan terjadinya
pelemahan sinyal yang dikirimkan. Untuk menembus lapisan udara dibutuhkan
daya yang sangat besar agar sinyal dari dan ke satelit dapat diterima dengan baik.
2.1.2.1.2. Atmosfer Absorbtion
Gelombang radio akan terserap oleh atmosfhir seperti oksigen dan
kandungan air. Terserapnya gelombang radio tersebut tergantung pada frekuensi,
sudut elevase, dari permukaan laut. Redaman akan berpengaruh pada sudut
elevasi yang kecil pada frekuensi di atas 10 GHz.
Tabel 2.1. Loss Atmosphere pada sudut elevasi 10
Frekuensi (GHz) Atmospheric Loss
2 < f < 5 0,25
5 <f <10 0,33
10 < f <13 0,53
13 < f 0,73
2.1.2.1.3. Scintillation
Perubahan pada atmosfir mengakibatkan terjadinya perubahan level sinyal
carrier. Pada Stasiun Bumi yang mengalami efek ini, akan mengalami
peningkatan noise dan bisa mengurangi kualitas sinyal transmisi.
2.1.2.1.4. Rain
Hujan dapat mengakibatkan attenuasi (pelemahan) gelombang radio.
Attenuasi pada saat terjadinya hujan dapat diatasi dengan menyediakan power
cadangan. Pada frekuensi 10 GHz, hujan merupakan faktor penghalang yang
dominan pada perencanaan sistem propagasi satelit. Disamping akan memberikan
redaman terhadap sinyal informasi, penurunan kualitas sinyal juga disebabkan
karena adanya interferensi dengan sistem lain sebagai akibat menyebarnya sinyal
yang keluar dari jalur lintasan propagasi dan akan meningkatkan noise pada
Stasiun Bumi. Hal ini disebabkan oleh naiknya temperatur sistem.
2.1.2.1.5. Sun Interference
Sifat matahari dapat mempengaruhi sinyal satelit yang dipancarkan ke
Stasiun Bumi. Pada saat posisi antara matahari, satelit dan antena Stasiun Bumi
berada pada satu garis lurus, matahari memiliki daya yang lebih besar dari pada
satelit. Solar noise yang dipancarkan oleh matahari akan menghalangi sinyal yang
datang dari satelit dan dapat menyebabkan hilangnya sinyal informasi yang
disampaikan oleh satelit. Hal ini dapat terjadi dua kali dalam setahun yakni pada
musim semi dan musim gugur yang lamanya sekitar 15 menit dalam satu kali
kejadiannya.
Gambar 2.6. Sun Interference
2.2 Sistem VSAT
VSAT (Very Small Aperture Terminal) merupakan suatu jaringan
telekomunikasi melalui satelite yang bekerja secara point to point atau point to
multi point.
2.2.1 Gambaran Umum Teknologi VSAT
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Keadaan
geografis yang dimiliki oleh Indonesia, dimana satu daerah dan daerah lainnya
dipisahkan oleh lautan, membuat diperlukannya suatu teknik telekomunikasi yang
tidak mengandalkan saluran wireline. Hal ini disebabkan karena pada saluran
wireline jarak pelanggan dan persebaran pelanggan di suatu daerah merupakan
faktor penentu utama investasi jasa telekomunikasi.
Di lain pihak, kebutuhan masyarakat Indonesia atas jasa telekomunikasi,
saat ini dan saat yang akan datang, tumbuh sangat pesat, baik dari segi jumlah
pengguna telekomunikasi maupun jenis layanan telekomunikasinya. Tuntutan
masyarakat atas jasa telekomunikasi saat ini tidak hanya jasa voice saja, namun
juga jasa komunikasi data. Dan dapat diperkirakan, di masa yang akan datang
tuntutan tersebut akan meningkat lagi menuju jasa layanan komunikasi
multimedia.
Satelit merupakan peralatan inti dalam menanggapi isu ini, didukung oleh
jangkauannya yang luas sehingga dapat mencangkup seluruh wilayah Indonesia,
dan kapasitasnya yang besar, memungkinkan untuk transmisi data dan
multimedia. Perkembangan aplikasi komunikasi satelit saat ini berkembang pesat,
yang salah satunya didukung oleh penerapan teknologi VSAT. Teknologi VSAT
telah menjadikan satelit tidak hanya diakses secara langsung oleh operator
telekomunikasi, namun juga oleh perusahaan-perusahaan kecil atau besar, bahkan
dapat pula diakses oleh pengguna peseorangan.
2.2.2 Keuntungan Menggunakan Teknologi VSAT
Bila dibandingkan dengan terrestrial, maka VSAT mempunyai
keuntungan-keuntungan sebagai berikut :
a. Mudah dan cepat dalam instalasi
b. Ketersediaan jaringan yang lebih Luas
Ketersediaan jaringan besar dalam luasan daerah dapat mudah dicapai
dengan menggunakan VSAT.
c. Pertumbuhan dan fleksibilitas jaringan
Kapasitas jaringan dapat ditingkatkan dengan menambah lebar pita pada
transponder satelit untuk mengantisipasi pertambahan lalu lintas atau
lokasi baru.
d. Mengenai kegagalan peralatan, VSAT bekerja berhubungan secara bebas
sehingga kegagalan sebuah stasiun VSAT tidak akan berpengaruh
terhadap jaringan secara keseluruhan.
2.2.3 Keunggulan dan Aplikasi VSAT
2.2.3.1 Keunggulan VSAT
Saat ini banyak diduga bahwa VSAT unggul dalam menyelenggarakan
telekomunikasi dibandingkan jaringan terestrial hanya ketika jaringan terestrial
sangat sulit untuk diterapkan. Namun perlu kita sadari, bahwa sampai saat ini
hampir 50% dari populasi VSAT di seluruh dunia di-install di Amerika Serikat,
yang notabene merupakan Negara dengan komunikasi terestrial terbaik di dunia.
Mengapa demikian? Pembangunan jaringan (network) dari aktivitas bisnis,
pemrosesan, dan hubungan antar divisi merupakan hal-hal yang sangat penting
dalam meningkatkan daya kompetitif dari suatu industri. VSAT merupakan
pilihan yang ideal untuk pembangunan jaringan, karena kemampuannya dalam
membangun suatu jaringan yang besar, dengan keandalan yang tinggi, dan
jangkauan yang sangat luas yang dapat menjangkau hingga ke remote site. Secara
umum, kelebihan jaringan berbasis VSAT dibandingkan jaringan lain adalah
sebagai berikut:
1. Permasalahan ‘LAST MILE’.
VSAT dapat menjamin link komunikasi yang handal, langsung kepada
perangkat end user. Sehingga pemutusan koneksi yang terjadi di sentral telepon
pada jaringan terestrial tidak akan terjadi disini.
2. Jangkauan.
Keterbatasan dimiliki oleh jaringan terestrial dalam menjangkau lokasi
remote dan lokasi yang sulit lainnya. Sementara VSAT disisi yang lain,
menawarkan jangkauan yang tidak terbatas.
3. Keandalan.
VSAT dapat menjamin uptime hingga 99,5 % dapat dicapai oleh jaringan
VSAT. Hal ini secara signifikan lebih tinggi daripada uptime leased line pada
umumnya, yaitu sekitar 80-85 %.
4. Waktu Pembangunan.
Pembangunan sistem VSAT hanya membutuhkan waktu sekitar 4-6
minggu, hal ini sangat cepat dibandingkan waktu yang dibutuhkna oleh leased
line, yaitu sekitar 4-6 bulan.
5. Manajemen Jaringan.
Monitor dan kontrol jaringan VSAT jauh lebih mudah dan sederhana
dibandingkan dengan jaringan leased line. Jumlah elemen yang harus dimonitor
setiap saat lebih sedikit. Vendor yang digunakan pada setiap terminal yang
terletak pada jaringan tertentu umumnya sama, demikian pula halnya dengan
carrier yang digunakan oleh dua terminal untuk berkomunikasi. Hal ini
menghasilkan satu titik temu, yang dapat memecahkan seluruh permasalahan dari
jaringan VSAT. Network Management Sistem secara mudah dapat
mengintegrasikan monitor end-to-end dan kontrol terhadap konfigurasi seluruh
subsistem jaringan.
6. Perawatan Jaringan.
Pengoperasian, perawatan dan pemecahan masalah yang dilakukan
terpusat di satu tempat, memberikan kemudahan kepada pengguna untuk
menggunakan layanan VSAT. VSAT juga memiliki Mean Time To Repair
(MTTR) yang rendah, yaitu hanya beberapa jam, dibandingkan dengan MTTR
leased line yang dapat mencapai beberapa hari. Jaringan VSAT memiliki
kemampuan ekspansi yang baik dan mudah. Sehingga kebutuhan di masa yang
akan datang yang diperkirakan akan meningkat, dapat secara mudah diakomodasi
melalui jalur migrasi teknologi. VSAT tambahan dapat diinstal untuk mendukung
ekspansi jaringan kepada site remote tertentu, tanpa peduli seberapa jauh lokasi
remote tersebut asalkan masih berada pada coverage beam satelit.
7. Biaya.
Apabila dibandingkan biaya antara jaringan VSAT dan jaringan leased
line, akan menunjukkan bahwa jaringan VSAT menawarkan efisiensi biaya
hingga dua atau tiga kali. Perhitungan tersebut diperoleh dengan mengabaikan
biaya yang dikenakan akibat jaringan down, dimana uptime jaringan VSAT jauh
lebih memuaskan dibandingkan jaringan leased line. Konsep perhitungan biaya
berdasarkan jarak yang digunakan oleh leased line mengakibatkan biaya
penggunaan jaringan tersebut menjadi sangat mahal, terutama jika jaringan
tersebut tersebar diseluruh pelosok negeri. Permasalahan tersebut tidak terjadi
pada jaringan VSAT dimana jarak tidak berpengaruh terhadap biaya. Selain itu,
pada jaringan VSAT, biaya layanan tergantung kepada bandwidth yang
dialokasikan untuk jaringan pelanggan sesuai dengan kebutuhan/permintaan.
Sedangkan pada leased line, pelanggan mendapatkan dedicated circuit setiap
kelipatan 64 Kbps, tanpa peduli bandwidth tersebut dibutuhkan oleh pelanggan
atau tidak.
2.2.3.2 Aplikasi VSAT
Semula satelit komunikasi hanya berfungsi sebagai backbone
telekomunikasi, yang tidak dapat secara langsung melayani pelanggan. Dengan
fungsi tersebut, satelit komunikasi hanya dapat digunakan sebagai penghubung
antara sentral pada sistem telekomunikasi terestrial, atau antara pusat broadcast
TV dengan statiun relay-nya. Fungsi satelit menjadi sangat beragam seiring
dengan ditemukannya VSAT. Sesuai dengan namanya, yaitu Very Small Aperture
Terminal, VSAT merupakan terminal yang berukuran sangat kecil, sehingga
menyebabkan penggunaannya menjadi sangat fleksibel. VSAT tidak hanya dapat
digunakan oleh perusahaan atau instansi besar saja, namun juga dapat digunakan
untuk keperluan pribadi. Hal ini dikarenakan ukurannya yang sangat kecil,
sehingga mudah dalam instalasi, serta harganya yang murah. Berbeda dengan
aplikasi berbasis satelit lainnya, VSAT pada umumnya memberikan layanan
komunikasi langsung kepada penggunanya. Pada beberapa sistem VSAT, satu
terminal hanya digunakan untuk satu perangkat terminal (pengguna) saja. Berbeda
dengan komunikasi satelit sebelumnya, dimana satu terminal pada umumnya
terhubung kepada saluran trunk atau toll, yang melayani banyak pelanggan.
Pengguna VSAT dapat berupa perusahaan (yang hendak membentuk jaringan
privat), perusahaan jasa broadcasting dan Internet service provider, serta tentunya
pelanggan yang menjadi subscriber layanan tersebut.
Dengan bandwidthnya yang sangat besar dibandingkan line terestrial,
VSAT banyak diminati oleh konsumen karena dapat mendukung aplikasi
multimedia berbandwidth lebar yang sedang marak akhir-akhir ini. Transmisi
informasi dan aplikasi berbasis multimedia ini meningkat pesat seiring dengan
pengembangan IP (Internet Protocol) sebagai protocol transmisi. Sebagian besar
aplikasi multimedia yang diakses melalui VSAT ditransmisikan dengan basis IP,
walaupun banyak pula yang dikirimkan dengan menggunakan protokol lainnya.
Aplikasi VSAT yang telah direalisasikan, khususnya untuk daerah maritim sampai
saat ini antara lain adalah:
1. Telephony
2. TV Satelit
3. Internet via satelit
4. Teleconference
5. Distance Learning
6. Distribusi data dan software
7. Telemedicine
8. Perbankan dan jaringan ATM (Automatic Teller Mechine)
2.2.4 Konfigurasi Jaringan VSAT
VSAT dihubungkan antara satu terminal ke terminal lainnya melalui
satelit. Lintasan dari stasiun yang ada di bumi menuju satelit disebut dengan
uplink, sedangkan lintasan dari satelit ke stasiun bumi disebut downlink.
Konfigurasi dasar VSAT seperti pada gambar 2.7.
S a te lit Ag illa 2
S ta s iu n b um i
pen g ir im
U p lin k D ow n lin k
S ta s iu n bum i
p en e rim a
Gambar 2.7 Konfigurasi Dasar Jaringan VSAT
2. Pada dasarnya jaringan VSAT memiliki komponen sebagai berikut :
1. Stasiun Hub : yaitu pusat dari seluruh jaringan VSAT yang berfungsi untuk
mengontrol semua remote station. Stasiun hub memiliki peralatan yang lebih
kompleks serta kapasitas yang lebih besar baik untuk peralatan Outdoor atau
Indoor dibandingkan dengan remote stasiun.
2. Stasiun remote: yaitu sebuah stasiun di bumi yang berfungsi sebagai pengirim
atau penerima informasi dari station hub. Stasiun bumi ini terdiri dari sebuah
atau beberapa buah terminal pada lokasi yang berjauhan.
3. Satelit komunikasi : yaitu sebagai pengubah frekuensi (converter) dan
pengulang (repeater) sinyal dari stasiun hub ke station remote atau sebaliknya.
2.2.5 Topologi jaringan VSAT
Jaringan VSAT pada lokasi yang berbeda mengadopsi topologi yang
berbeda pula, tergantung dari persyaratan trafik yang diijinkan dan diperlukan.
Topologi jaringan VSAT dapat berupa star atau mesh.
2.2.5.1 Topologi Star
Topologi star merupakan topologi yang paling populer. Pada topologi ini,
terdapat stasiun bumi pusat yang sangat besar, disebut sebagai hub. Pada
umumnya antena hub berukuran 6-11 meter pada diameter. Hub station memiliki
fungsi untuk mengontrol, memonitor dan berkomunikasi dengan VSAT dalam
jumlah yang sangat banyak dan tersebar secara geografis. Dikarenakan seluruh
VSAT hanya dapat berkomunikasi dengan central hub station saja, maka jaringan
ini lebih cocok apabila digunakan untuk aplikasi yang berbasis data yang terpusat.
Organisasi atau perusahaan besar, seperti Bank, dengan kebutuhan pemrosesan
data secara terpusat merupakan salah satu yang cocok menggunakan topologi ini.
2.2.5.2 Topologi Mesh
Pada topologi mesh sejumlah VSAT dapat berkomunikasi secara langsung
dengan VSAT lainnya yang terdapat dalam satu jaringan tanpa terlebih dahulu
melalui central hub. Hub station pada jaringan mesh hanya berfungsi untuk
memonitor dan mengontrol. Jaringan ini lebih cocok untuk digunakan untuk
aplikasi telephony. Topologi ini juga dikembangkan untuk mengembangkan link
komunikasi point-to-point berkecepatan tinggi. Bagaimanapun, pada
kenyataannya, beberapa kriteria mengharuskan kita untuk membangun sebuah
topologi hybrid network. Pada jaringan ini, sebagian jaringan beroperasi pada
topologi star, sedangkan yang lainnya beroperasi pada topologi mesh.
2.2.5.3 Perbandingan Topologi Star dan Mesh
Topologi star memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
� Delay Propagasi lebih besar
� Investasi besar untuk Central Hub
� VSAT antena lebih kecil (1,8 m)
� Biaya instalasi VSAT lebih murah
� Cocok untuk aplikasi data interaktif.
Gambar 2.8. Topologi Star
Sedangkan Topologi Mesh memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
� Propagasi delay lebih kecil (250 ms)
� Dapat digunakan pada PAMA/DAMA
� Investasi Central Hub lebih murah
� Antena VSAT berukuran lebih besar
� Biaya lebih besar
� Cocok untuk komunikasi data dengan trafik tinggi
Gambar 2.9. Topologi Mesh
2.2.6 Perangkat pada VSAT
Secara garis besar VSAT dibagi menjadi stasiun hub dan remote station
khususnya untuk topologi star. Keduanya mempunyai prinsip yang sama yaitu
sebagai media untuk terjadinya komunikasi satu terminal dengan yang lainnya,
tetapi yang membedakan adalah pada spesifikasi peralatan yang dipergunakan.
Stasiun hub memiliki peralatan yang lebih kompleks jika dibandingkan dengan
peralatan yang ada di remote. Dan mempunyai kapasitas lebih besar baik pada
perangkat outdoor ataupun indoor.
2.2.6.1 Antena
Antena yang dipergunakan untuk sebuah stasiun hub biasanya disesuaikan
dengan jumlah dari remote yang dipakai, karena semakin banyak jumlah remote
yang terhubung ke antena hub maka semakin besar pula penguatan antena yang
dibutuhkan.
Hal-hal yang diperlukan dalam perancangan antena adalah :
(1) Antena harus dapat beroperasi terus menerus.
(2) Efisiensi yang tinggi dalam penerimaan dan pemancaran oleh ujung feed.
(3) Tidak memerlukan perlindungan cuaca.
(4) Terdapat mekanisme pengaturan dudukan antena sehingga perubahan arah
antena dapat dilakukan dengan mudah.
(5) Pemberian lapisan diperlukan untuk menjamin perawatan dalam selang
waktu yang lama.
Tipe antena untuk VSAT ada beberapa , yaitu :
a. Focal Fed
Antena focal fed merupakan antena parabola yang sederhana dimana
feed diletakkan pada focus parabola. Pada antena ini noise yang terjadi
lebih besar dibanding tipe lainnya dan spill over antena juga tidak
dapat dihindari sehingga menurunkan effisiensi antena
b. Offset Fed, digunanakan untuk mengurangi minor side lobe dimana
pada dasarnya antena ini menggunakan sebagian dari parabola dengan
menempatkan feed disamping dan mengarah pada reflektor. Dengan
penempatan fed seperti ini maka dihasilkan low noise dan effisiensi
antena menjadi lebih tinggi.
c. Cassegrian, pada antena ini mempunyai dua reflektor yaitu reflektor
utama dan reflektor tambahan didepan reflektor utama. Fed pada
antena ini terletak dibelakang dari reflektor utama sehingga line
transmisinya pendek. Antena ini merupakan mempunyai effisiensi
yang lebih tinggi dari kedua antena diatas.
2.2.6.2 Stasiun Hub
Stasiun hub merupakan stasiun pengontrol utama (master control stasiun)
untuk jaringan VSAT. Terdiri dari stasiun pengatur dengan daya keluaran besar
dan diameter antena besar (8-12 m) stasiun switching antar terminal VSAT.
Stasiun hub pada topologi jaringan star difungsikan sebagai pusat
pengendali dari semua remote secara keseluruhan. Pada gambar 2.10 terlihat
bagian-bagian dari peralatan stasiun hub.
Gambar 2.10. Perangkat pada Stasiun hub
Perangkat Pada Stasiun hub terdiri dari :
2.2.6.2.1 Peralatan Radio Frekuensi (C-Band)
Yaitu peralatan yang berfungsi menghasilkan sinyal RF terdiri dari :
a. SSPA ( Solid State Power Amplifier )
SSPA ini berfungsi sebagai penguat sinyal RF yang berada pada sisi
transmit, artinya suatu sinyal RF sebelum dipancarkan ke satelit akan dikuatkan
terlebih dahulu oleh SSPA.
HPAU/D ConverterAntena Hub
Baseband
interface
Modulator /
Demodulator
Network
Management
System
Graphic
workstation
Host
Komputer
b. LNB (Low Noise Block)
Merupakan perangkat yang berfungsi menerima dan menguatkan sinyal yang
diterima dari antena, meredam noise serta mengubah dari frekuensi C Band ke L
Band.
c. Up Converter
Up converter berfungsi untuk mengubah sinyal IF yang akan
dikirimkankan menjadi sinyal RF berupa sinyal uplink.
2.2.6.2.2 Modulator / Demodulator
a. Modulator, berfungsi untuk memodulasi sinyal - sinyal informasi sebelum
di ubah ke frekuensi radio oleh Up Converter.
b. Demodulator, demodulator berfungsi mendemolulasi sinyal yang telah
diubah ke frekuensi menengah oleh down converter.
2.2.6.2.3 Network Control System
NMS ( Network Management System) berfungsi :
a. Memonitor kinerja jaringan yang menyangkut operasional dari remote-remote
yang di pantau.
b. Mengkonfigurasi program-program dari perangkat lunak.
c. Mengambil atau mengirim data dari perangkat lunak.
d. Memonitor pemakaian sumberdaya dari jaringan sehingga diketahui
pemakaian trafic bandwidth rata-rata dalam tiap waktu.
2.2.6.3 Stasiun remote
Stasiun remote merupakan terminal pada jaringan VSAT. Terdiri dari
stasiun bumi sederhana dengan diameter antena kecil (1,2 – 1,8 m) dan daya
keluaran rendah (kurang dari 10 watt).
Peralatan yang terdapat pada stasiun remote meliputi antena, outdoor unit,
indoor unit. Bagian peralatan pada modulator / demodulator atau yang biasa di
singkat dengan modem adalah perangkat Indoor yang berfungsi mengubah sinyal
IF menjadi sinyal informasi (baseband) baik berupa sinyal data, suara atau video,
atau sebaliknya mengubah sinyal baseband menjadi sinyal IF .
2.2.6.3.1 Antena
Antena yang digunakan pada stasiun remote mempunyai ukuran lebih
kecil daripada antena pada stasiun hub.
2.2.6.3.2 ODU (Outdoor Unit)
Outdoor Unit terdiri dari :
a. LNB (Low Noise Block ), berfungsi sebagai penguat noise rendah, juga
mengubah frekuensi C Band ke L Band.
b. BUC (Block Up Converter) yaitu peralatan yang mempunyai fungsi
memperkut dari frekuensi L Band ke C band.
Sistem antena terdiri atas sebuah reflector, feedhorn dan mount. Ukuran
antena VSAT memiliki diameter 1,8 hingga 3,8 meter. Feedhorn diletakkan pada
frame antena pada titik fokusnya, dengan menggunakan rangka pendukung.
Gambar 2.11. Outdor Unit
Feedhorn berfungsi untuk mengarahkan daya yang ditransmisikan ke arah
dish antena atau berfungsi sebaliknya yaitu mengumpulkan daya yang diterima
oleh dish antena. Feedhorn terdiri atas susunan komponen mikrowave pasif.
Ukuran antena digunakan untuk merepresentasikan kemampuan antena untuk
memperkuat daya sinyal.
RFT (Radio Frekuensi Transceiver) diletakkan pada frame antena, dan
dihubungkan secara langsung kepada feedhorn. RFT juga termasuk ke dalam
outdoor elektronik, dan dapat dipandang sebagai perangkat yang terdiri atas
beberapa subsistem. Subsistem yang dimaksud adalah Low Noise Amplifier
(LNA) dan down converters, yang berfungsi untuk memperkuat sinyal dan down
conversion dari sinyal yang diterima. LNA didesain untuk meminimalkan noise
yang ditambahkan kepada sinyal selama tahap pertama dari converter, dimana
noise yang muncul pada tahap ini sangat mempengaruhi performansi noise secara
keseluruhan. Temperatur noise merupakan parameter yang digunakan untuk
merepresentasikan performance dari sebuah LNA.
Gambar 2.12. Bagian antena, feedhorn dan reflector
Upconverter dan High Powered Amplifier (HPA) juga merupakan bagian
dari RFT dan digunakan untuk up conversion dan memperkuat sinyal sebelum
dikirimkan melalui feedhorn. Up/Down Converter mengkonversikan frekuensi
antara intermediate frekuensi (biasanya IF berkisar 70 Mhz) dan radio frekuensi.
Untuk band Ext-C, down converter menerima sinyal pada 4,5 Ghz hingga 4,8
Ghz, sementara upconverter mengasilkan sinyal dari 6,725-7,025 Ghz. Daya HPA
untuk VSAT berkisar antara 1 hingga 40 watt
2.2.6.3.3 Inter Facility Link (IFL)
Outdoor unit dihubungkan dengan indoor unit melalui sebuah kabel
coaxial dengan loss rendah, yaitu interfacility link. Pada umumnya panjang dari
IFL dibatasi hingga 300 feet.
2.2.6.3.4 IDU ( Indoor Unit )
Peralatan pada indoor unit adalah modulator dan demodulator.
2.2.7 Cara Kerja VSAT
Sebuah sistem VSAT terdiri atas sebuah transponder satelit (PT.
INDOSAT menggunakan Palapa-C2 dengan frekuensi C-Band), central hub atau
master earth station dan terminal VSAT. Terminal VSAT memiliki kemampuan
untuk menerima dan mengirimkan sinyal kepada terminal VSAT lainnya pada
suatu jaringan dengan melalui satelit. Tergantung dari teknologi akses yang
digunakan, sinyal dapat dikirimkan melalui satelit kepada central hub terlebih
dahulu, yang juga merupakan pusat monitoring, baru kemudian dikirimkan ke
terminal VSAT tujuan, atau sinyal langsung dikirimkan ke terminal VSAT tujuan
tanpa melalui central hub, yang hanya berfungsi sebagai pusat monitoring dan
control.
Gambar 2.13. Jaringan Berbasis VSAT
2.2.8 Skema Akses Satelit
Tujuan dan keuntungan utama dari jaringan ini adalah untuk
memaksimalkan penggunaan satelit umum dan sumberdaya lainnya dari sebuah
site VSAT. Metoda yang digunakan pada suatu jaringan untuk mengoptimalkan
penggunaan kapasitas satelit dan penggunaan spectrum dengan fleksibel dan biaya
efektif, disebut skema akses satellite. Tiap-tiap topologi yang disebutkan
sebelumnya, berkaitan erat dengan skema akses satellite yang digunakan. Skema
akses yang paling banyak digunakan adalah:
2.2.8.1 Time Division Multiple Access (TDMA)
Pada jaringan TDMA, seluruh VSAT menggunakan sumber daya satelit
secara bersama-sama, berbasis pembagian time slot. VSAT remote menggunakan
kanal TDMA untuk berkomunikasi dengan hub atau inroute. Terdapat beberapa
inroute yang berasosiasi dengan satu buah outroute. Beberapa VSAT
menggunakan secara bersama-sama satu buah inroute, yang berarti saling berbagi
bandwidth. Inroute pada umumnya beroperasi pada 64 atau 128 Kbps. Pada
umumnya sistem dengan topologi star menggunakan transmisi Time Division
Multiplexed / Time Division Multiple Access (TDM/TDMA). Hal yang sangat
penting pada suatu skema TDMA adalah fungsi dari sinkronisasi clock yang
dilaksanakan oleh hub TDMA atau Master Earth Station.
Gambar 2.14. Diagram TDMA
Fixed Assigned TDMA
VSAT dapat mengakses inroute pada mode TDMA yang telah
didedikasikan secara fix, dimana setiap VSAT dialokasikan pada time slot yang
spesifik. Slotted ALOHA - pada kasus ini, masing-masing VSAT dapat
mengakses slot manapun, kapanpun, dengan remote site secara random
mengirimkan pesan kepada jalur transmisi inbound. Metode ini memungkinkan
pengiriman pesan dari remote VSAT secara instan dapat mengakses inroute,
sehingga membuatnya menjadi metode tercepat dalam mengirimkan pesan kepada
hub. Bagaimanapun apabila pada suatu waktu terdapat dua atau lebih site yang
mengirimkan paket secara bersamaan, maka hub station tidak akan menerima satu
paket pun. Ketika terdeteksi bahwa terjadi collision, maka remote site akan
menarik dirinya selama selang waktu yang random, baru kemudian mengirimkan
kembali pesannya pada time slot yang lain.
Slotted Aloha merupakan metode dengan efisiensi bandwidth yang
maksimum pada suatu situasi dimana beberapa site secara random mengirimkan
data berukuran kecil kembali kepada hub. Jaringan TDMA secara ideal cocok
untuk jaringan berukuran sedang hingga besar dengan data rate sedang.
Dynamic Reservation – Sebuah teknik telah dikembangkan untuk merubah mode
akses VSAT dari mode Slotted Aloha kepada Fixed Assigned Mode. Teknik ini
dinamakan Dynamic Reservation. Ketika trafik pada suatu site meningkat, maka
hub juga akan turut merasakannya. Hal tersebut selanjutnya akan merubah mode
akses ke fixed Assigned TDMA, dimana jumlah time slot untuk masing-masing
site sudah ditentukan. Perubahan mode ini dilakukan secara dinamik, dan
bergantung kepada keadaan trafik. Metode ini dapat mengoptimalkan penggunaan
sumber daya satelit.
2.2.8.2 Frequency Division Multiple Access (FDMA)
Pada metode akses ini seluruh VSAT menggunakan satelit secara
bersamaan dengan membagi aksesnya pada domain frekuensi. Pada umumnya,
metode ini digunakan pada topologi mesh atau topologi satelit single hop. FDMA
memiliki beberapa varian, yaitu:
2.2.8.2.1 Pre Assigned Multiple Access (PAMA)
Pada metode ini, VSAT telah dialokasikan frekuensi yang dapat
digunakannya terlebih dahulu, dan bersifat tetap. Ekuivalen dengan solusi leased
line pada jaringan komunikasi terestrial, PAMA menggunakan sumber daya satelit
secara konstan. Dengan metode ini, tidak terjadi delay call set up, sehingga
menjadikannya metode yang paling cocok untuk aplikasi data interaktif atau trafik
berukuran besar. Istilah SCPC (Single Channel Per Carrier) mengacu kepada
penggunaan sebuah carrier satelit untuk membawa sebuah kanal dari trafik
pengguna. Frekuensi yang digunakan berbasis kepada penetapan alokasi frekuensi
pada SCPC VSAT yang telah dilakukan sebelumnya. Istilah SCPC VSAT sering
digunakan untuk menggantikan istilah PAMA VSAT.
2.2.8.2.2 Demand Assigned Multiple Access (DAMA)
Pada jaringan ini terdapat beberapa kanal satelit yang dapat digunakan
oleh setiap station yang terdapat pada jaringan tersebut. Apabila terjadi suatu
permintaan (demand) dari sebuah site, maka akan dialokasikan sepasang kanal
yang tersedia, sehingga hubungan dapat berlangsung. Setelah hubungan tersebut
selesai, kanal yang digunakan tersebut akan dibebaskan kembali, untuk
selanjutnya digunakan pada hubungan yang lainnya. Mengingat sumber daya
satelit yang digunakan proporsional dengan banyaknya circuit yang aktif dan
jangka waktunya, maka metode ini ideal untuk trafik sinyal suara dan data pada
mode batch. DAMA dapat mendukung transmisi voice point-to-point, fax dan
data, serta video conference.
2.2.8.2.3 Code Division Multiple Access (CDMA)
Pada sistem ini, central network monitoring system mengalokasikan code
yang unik pada masing-masing VSAT, sehingga memungkinkan beberapa VSAT
untuk mentransmisikan sinyalnya secara simultan dan menggunakan band
frekuensi secara bersamaan. Sinyal data digabungkan dengan sinyal kode bit rate
tinggi yang tidak bergantung sama sekali kepada data. Penerimaan pada akhir
sebuah link dilaksanakan dengan menggabungkan sinyal data dan kode dengan
replika kode yang dibangkitkan secara lokal, dengan ketepatan kode dan
sinkronisasi. Karena jaringan ini membutuhkan central NMS untuk
mengkoordinasi code dan sinkronisasi clock dari seluruh remote VSAT, maka
topologi yang paling cocok adalah star. Walaupun jaringan ini secara ideal cocok
untuk jaringan yang sangat besar dengan trafik data rendah, terdapat batasan-
batasan dalam penggunaan spektrum frekuensi. Metode ini digunakan untuk
menghindarkan terjadinya interferensi sinyal atau untuk alasan keamanan pada
sistem militer. Berikut ini merupakan perbandingan dari berbagai macam metoda
akses dan karakteristik yang dimilikinya.
Tabel 2.2. Perbandingan TDMA, DAMA dan PAMA
TDMA PAMA DAMA
Jumlah Site Kecil hingga besar Kurang dari 10 Kurang dari 10
Aplikasi
Interaktif
Kualitas buruk Traffic tinggi Delay call setup
Kapasitas Trafik Kurang dari 5 Mb Besar Besar
Voice Mendukung Mendukung Ideally suited
Data broadcast Ideally suited Tidak mendukung Mendukung
Video
conferencing
Tidak mendukung Dapat mendukung Dapat mendukung
Investasi
Onetime
0.4 – 0.5 juta 1.2 - 1.5 juta 1.2 - 1.5 juta
Biaya Bandwidth 0.075 - 0.15 juta 0.3 - 0.5 juta Sesuai Penggunaan
Hal yang terpenting adalah bahwa jaringan VSAT juga menawarkan
kepada konsumen solusi yang disesuaikan dengan kriterianya, yaitu dengan
Hybrid VSAT services. Hybrid VSAT service mengintegrasikan metoda akses
TDMA dengan DAMA atau PAMA untuk memaksimalkan keuntungan dan
meminimalkan biaya konsumen. Ketika menyelesaikan rancangan desain jaringan
yang berdasarkan topologi VSAT, dan protocol yang digunakan, hal lain yang
juga sangat penting adalah memperhitungkan bandwidth yang dibutuhkan untuk
jaringan tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi bandwidth yang
dibutuhkan antara lain:
� Tipe aplikasi
� Tipe transaksi (interaktif atau tidak)
� Jumlah pengguna dalam jaringan
� Waktu respon yang diharapkan.
2.2.9 Space Segment Yang Mendukung VSAT
2.2.9.1 Geostationary Satellites
Orbit yang ideal untuk satelit komunikasi adalah geostationary. Satelit
yang digunakan untuk komunikasi hampir seluruhnya berada pada geostationary
orbit dan berada di ketinggian 36.000 km diatas equator. Sesuai dengan
rekomendasi ITU, untuk menghindari interferensi, seluruh satelit ditempatkan
dengan jarak antar satelit sejauh 20 km. Sehingga membatasi jumlah satelit yang
dapat beroperasi pada orbit geostationary, yaitu sebanyak 180 satelit.
2.2.9.2 Co-located Satellites
Dengan tujuan untuk memaksimalkan penggunaan ruang orbital, satelit co-
located dikembangkan. Satelit Co-located ditempatkan sejauh 0.10 atau sejauh 30
km di angkasa. Interferensi sinyal dari satelit collocated dicegah dengan
menggunakan polarisasi yang ortogonal. Sehinga peralatan groud station dapat
menerima sinyal dari 2 buah satelit collocated tanpa perlu me-reorientasi antena.
Sinyal-sinyal tersebut dapat dipisahkan berdasarkan polarisasinya.
Transponders : Pada badan satelit terdapat beberapa transponder, atau repeater.
Pada VSAT, transponder dapat melakukan fungsi-fungsi berikut:
1. Penerimaan sinyal, transponder menerima sinyal yang dikirimkan uplink
oleh VSAT dan/atau hub.
2. Frequency translation, frekuensi dari sinyal datang kemudian dipetakan
kepada frekuensi yang berbeda yang sesuai dengan arah pemancaran
(downlink), disebut juga downlink frequency. Translasi frekuensi
dilakukan agar tidak terjadi positif feedback dan menghindari terjadinya
interferensi.
3. Penguatan, transponder juga memperkuat terlebih dahulu sinyal downlink
sebelum dikirimkan melalui antena.
Jumlah transponder mencerminkan kapasitas dari sebuah satelit. Satelit seri
INSAT memiliki 12/18 buah transponder pada band frekuensi yang berbeda-beda.
Tiap-tiap transponder pada umumnya memiliki bandwidth 40 Mhz. Band
frekuensi yang digunakan pada komunikasi satelit adalah sebagai berikut.
Tabel 2.3. Frekuensi yang digunakan VSAT
Band Frekuensi UPLINK (GHz) DOWNLINK (GHz)
C-Band 5.925 – 6.425 3.700 – 4.200
Ext - C band 6.725 – 7.025 4500 – 4.800
Ku – Band 14.000 – 14.500 10.950 – 11.700
Secara internasional, Ku-Band merupakan band frekuensi yang paling
banyak digunakan. Ku-band dengan frekuensi yang lebih tinggi dapat mendukung
trafik dengan ukuran antena yang lebih kecil dibandingkan Band-C atau Ext-C.
Namun demikian ketahanannya yang buruk terhadap air hujan membuatnya tidak
efektif untuk digunakan di kawasan asia tenggara. Satelit menyediakan 2 macam
sumber daya, yaitu bandwidth dan daya penguatan. Hampir pada seluruh jaringan
VSAT sumber daya yang terbatas pada suatu transponder satelit adalah daya
penguatan, sementara bandwidth tidak terlalu menjadi masalah.
2.2.10 Perhitungan Link
Perhitungan link adalah proses perhitungan level daya carrier yang
ditransmisikan dari stasiun bumi dan satelit agar diperoleh rasio C/N yang
diperlukan di sisi penerima.
Faktor-faktor yang dapat yang mempengaruhi perhitungan link adalah :
1. Noise termal pada stasiun bumi penerima dan satelit.
2. Karakteristik antena stasiun bumiRedaman sepanjang jalur up link dan
down Link
3. Noise intermodulasi multi carrier
4. Interferensi dari cross pole kanal RF
5. Interferensi dari sistem satelit yang berdekatan
2.2.10.1 Perhitungan Bandwidth
• Overhead (OH)
Datarate < 1554 Kbps ; OH=IR/15 ………...………………………(2.1)
Datarate >1554 Kbps ; OH = 96 Kbps
• Bandwidth Allocation, besar bandwidth yang menempati transponder
+=
mFEC
OHIRBWALC
.4.1 ..……………………………………...(2.2)
BW ALC =Bandwidth yang terpakai di satelit
IR= Informasi Rate (Datarate)
FEC = Forward error correction
m = index modulasi
2.2.10.2 Perhitungan up link
Seperti terlihat pada gambar 2.15 maka perlu untuk menghitung parameter-
parameter diatas.
• Gain antena parabola adalah penguatan sinyal dari antena parabola
berdasarkan karakteristik dari antena parabola.
)(20)(20)(104.20 TXULTX DLogFLogLogG +++= η .……...…(2.3)
( ) ( )( )( ) 10/20204.2010 TXULTX DLogFLogG ++−=η …………………………………(2.4)
Di mana : η = efisiensi antena
F= frekuensi up link (GHz)
D = diameter antena transmit (m)
Gambar 2.15. Konfigurasi Perhitungan Uplink
Antena VSATModem
Satellite
HPA & Up Converter
GTxLoss kabel Loss kabel
Loss Free SpaceEIRPSB
G/TSAT
• Loss Free Space (LFS) adalah redaman yang diakibatkan oleh udara dan
atmosfir yang dilalui sinyal dari stasiun bumi ke satelit saat keadaan cuaca
cerah.
( ) ( )dLogFLogFLS ULUL 202045.92 ++= ………………………..(2.5)
Dimana : F = frekuensi (GHz)
d = Jarak satelit ke bumi (35787 km)
• EIRP (Equivalent Isotropically Radiated Power) untuk stasiun bumi adalah
perhitungan daya effektif yang dipancarkan oleh antena pada stasiun bumi.
LossGOBOdBWSSPALogEIRP SBTXSSPASB −+−= −)(10 .………(2.6)
• Rasio Carrier to Noise (C/N) arah Up Link :
( ) ( )
−−+−−−=
2.110 ALC
satelitHujanULSB
UL
BWLogK
TGLPEFLSEIRP
NC
…………………………………………...……..……………………...(2.7)
=PE Pointing Error (dB)
=HujanL Redaman Hujan (dB)
=ALCBW Bandwidth satelit yang terpakai (KHz)
K=Konstanta Boltzman (-228.6 dB/0 K/Hz)
2.2.10.3 Perhitungan down link
Perhitungan down link ini adalah untuk menentukan berapa besar rasio
C/N yang didapat pada sisi stasiun bumi penerima dari satelit.
Effisiensi penerimaan antena :
( ) ( )( )( ) 10/20204.20
10 RXDLRX DLogFLogG ++−=η ....…………………………………(2.8)
• Gain Rx adalah penguatan antena penerima
)(20)(20)(104.20 RXDLRX DLogFLogLogG +++= η ..………..(2.9)
• EIRP downlink adalah perhitungan daya efektif yang dipancarkan oleh
satelit.
EIRPDL = EIRPsaturasi - OBO ……………………………...(2.10)
Gambar 2.16. Konfigurasi Perhitungan Downlink
• G/T penerima atau G/TRx adalah sensitifitas / kepekaan suatu antena
penerima dalam menerima sinyal RF, dapat dirumuskan sebagai berikut :
G/TRx = Gain Rx – 10 log Tsys ……………………………………………….(2.11)
• Untuk FLS DL (redaman sepanjang lintasan) dapat dinyatakan:
( ) ( )dLogFLogFLS DLDL 202045.92 ++= ..…………………….(2.12)
• C/N Down link adalah
( ) ( ) KT
GLPEFLSOBOEIRPN
CSB
HujanDLsatsatSatDL
−+−−−−= −
………………………………………………………………………..(2.13)
Loss Free Space
Antena VSATModem
Satellite
Down Converter
GRxLoss kabelLoss kabel
G/TSB
EIRPSAT
• Jadi untuk Nilai C/N total keseluruhan sistem adalah:
( ) ( ) ( ) ( )
++=
−−−− 1111
xpollDLULTotal NC
NC
NC
NC
……….....…………….(2.14)
• Konversi Eb/No ke C/N
( ) ( )ALC
Total
BWLogFEC
OHIRLog
NoEb
N
C1010 −
++=
..…….(2.15)
• BER (Bit Error Rate)
Adalah merupakan perbandingan antara bit informasi yang diterima secara
tidak benar dengan jumlah bit informasi yang ditransmisikan pada selang
waktu tertentu.
BER=
[ ]
( )[ ] 21πxNo
Eb
e NoEb−
..…………………………………….(2.16)
BAB III
ANALISA KINERJA JARINGAN VSAT
Sistem VSAT Pada DVB (Digital Video Broadcasting) adalah salah satu
sistem yang digunakan untuk mentransmisikan siaran TV/Video digital hingga
sampai ke pengguna akhir (end-user). DVB dikembangkan berdasarkan latar
belakang pentingnya sistem broadcasting yang bersifat terbuka, yang ditunjang
oleh kemampuan interoperabilitas, fleksibilitas dan aspek komersial. Sebagai
suatu sistem terbuka, maka standard DVB dapat dimanfaatkan oleh para vendor
untuk mengembangkan berbagai layanan inovatif dan jasa nilai tambah yang
saling kompatibel dengan perangkat DVB dari vendor lain. Selain itu program
digital yang dikirimkan berdasarkan spesifikasi DVB dapat ditransfer dari satu
medium transmisi ke medium transmisi lain dengan murah dan mudah.
3.1 Interoperabilitas
Sistem DVB didesain dengan memanfaatkan secara maksimal berbagai
elemen umum yang ada di pasar komersial. Hal tersebut memungkinkan starndard
digunakan dalam mendistribusikan sinyal tanpa harus melakukan proses rumit
dalam proses dekoding dan koding ulang dari satu medium ke medium lain.
3.2 Fleksibilitas
Dengan berkembangnya telekomunikasi yang begitu pesat, salah satu
sistem VSAT dirancang untuk aplikasi DVB. Dengan sistem VSAT ini dunia
broadcasting menjadi lebih maju dan bekerja secara efisien. DVB dapat
memanfaatkan penggunaan bandwidth secara lebih efisien. Satu transponder
satelit yang biasanya hanya dapat digunakan untuk satu program TV analog,
dengan menggunakan DVB dapat digunakan untuk menyiarkan 8 kanal TV
digital. Selain penambahan kapasitas kanal TV, pada media transmisi terestrial
dapat diperoleh kualitas gambar yang lebih baik dan bahkan pada media kabel
TV, DVB-C menawarkan layanan interaksi two-way.
3.3 Aspek Komersial
DVB sudah dikenal di kalangan pasar komersial seperti hal nya teknologi-
teknologi lain khususnya teknologi yang berbasis telekomunikasi. Aspek
komerisal ini membuktikan bahwa kinerja DVB bisa diandalkan dalam dunia
broadcasting dengan hasil gambar TV/Video yang lebih baik.
3.4 Pengembangan DVB
Hasil yang telah dicapai DVB Project berupa berbagai dokumen
komprehensif baik yang bersifat teknis maupun non-teknis, menggambarkan
solusi yang diperlukan oleh para pemain di pasar untuk mendayagunakan
teknologi digital dalam bidang broadcasting. Sejak diterimanya DAVIC (Digital
Audio-Visual Council) sebagai badan pusat koordinasi untuk aspek-aspek
konvergensi media digital, DVB telah bekerja sama dalam hal menentukan solusi
teknis dan operasional dalam pengembangan berbagai media transmisi
multimedia. Banyak diantara sistem DVB yang diterima sebagai standard
DAVIC. Apa yang dilakukan oleh DVB dan DAVIC telah meluas dari hanya
sekedar aspek broadcasting menuju ke arah pengembangan end-to-end
interoperability. Sistem DVB dengan MPEG-2 sebagai inti skema koding video,
audio dan data dapat digunakan untuk mengemas semua macam format yang
digunakan untuk keperluan multimedia baik berupa teks, citra, grafik, dan
berbagai tipe citra bergerak memungkinkan ekstensi multimedia ditambahkan
pada saat kemunculannya, namun yang patut diperhatikan adalah bahwa kunci
pokok dari DVB adalah “broadcasting”, sehingga fokus dari pengembangan DVB
adalah untuk pasar broadcasting komersial. Sistem DVB tergolong teknologi baru
bagi vendor, broadcaster maupun network providers. Salah satu kekuatan dari
teknologi DVB terletak pada kenyataan bahwa DVB memungkinkan transmisi
sejumlah besar data pada kecepatan tinggi secara point-to-multipoint dengan cara
yang aman dari kemungkinan kesalahan transmisi. Untuk memungkinkan
transmisi data yang dimaksud termasuk kemungkinan pengulangan transmisi data
yang sama pada interval waktu yang tetap atau tak tetap maka DVB telah
mengembangkan spesifikasi untuk data broadcasting.
Walaupun DVB telah mencapai tahap kematangannya namun berbagai
aktivitas pengembangan terus berlanjut diantaranya, pengembangan solusi DVB
untuk membroadcast High Definition TeleVision (HDTV), Spesifikasi untuk
Digital Satellite News Gathering (D-SNG), Spesifikasi untuk interface yang akan
menghubungkan dunia sinyal DVB dengan jaringan PDH, ATM dan SDH yang
dikelola oleh para operator jaringan telekomunikasi.
Pengembangan DVB terakhir dapat dilakukan dengan:
3.4.1 Konfigurasi Stasiun Hub
Untuk di sisi stasiun hub konfigurasi dijelaskan pada gambar 3.1.
Gambar 3.1 Konfigurasi DVB-S disisi stasiun hub
Berdasarkan konfigurasinya dapat diuraikan sebagai berikut:
� Satellite
Satellite adalah seperangkat alat telekomunikasi yang ditempatkan di
angkasa yang dapat menyampaikan atau mengulang sinyal informasi ke
tempat tujuan di muka bumi.
� C-Band Frequency
Standar yang digunakan C-Band Frequency Up/Down Link adalah 4/6
GHz.
� Antena VSAT
Antena VSAT ini di fungsikan untuk mengirim atau menerima sinyal
dari satellite dan berdiameter 1,8 hingga 3,8 meter.
Antena VSATModulator
Satellite
SSPA
Demodulator
C Band Frek. IF
L Band
C Band Frek
� L-Band Frequency
Standar yang digunakan L-Band Frequency Up/Downlink adalah
0,39/1,55 GHz.
� SSPA (Solid State Power Amplifier)
SSPA ini berfungsi sebagai penguat sinyal RF yang berada pada sisi
transmit, artinya suatu sinyal RF sebelum dipancarkan ke satelit akan
dikuatkan terlebih dahulu oleh SSPA.
� IF (Intermediate Frequency)
IF ini adalah hasil dari penguatan SSPA, dimana sinyal RF di kuatkan
kemudian di ubah menjadi sinyal IF. Sinyal IF ini berfrekuensi 70/140.
� Modulator/Demodulator
a. Modulator, berfungsi untuk memodulasi sinyal - sinyal informasi
sebelum di ubah ke frekuensi radio oleh Up Converter.
b. Demodulator, demodulator berfungsi mendemolulasi sinyal yang
telah diubah ke frekuensi menengah oleh down converter.
3.4.2 Konfigurasi Stasiun Remote
Gambar 3.2 Konfigurasi DVB-S disisi stasiun remote
Berdasarkan konfigurasinya dapat diuraikan sebagai berikut:
� Satellite
Satellite adalah seperangkat alat telekomunikasi yang ditempatkan di
angkasa yang dapat menyampaikan atau mengulang sinyal informasi ke
tempat tujuan di muka bumi.
� C-Band Frequency
Standar yang digunakan C-Band Frequency Up/Down Link adalah 4/6
GHz.
� Antena VSAT
Antena VSAT ini di fungsikan untuk mengirim atau menerima sinyal
dari satellite dan berdiameter 1,8 hingga 3,8 meter.
� L-Band Frequency
Standar yang digunakan L-Band Frequency Up/Downlink adalah
0,39/1,55 GHz.
Antena VSATModem
Satellite
BUC
C Band Frek
L Band
L Band
C Band
� BUC (Block Up Converter)
BUC yaitu peralatan yang mempunyai fungsi memperkuat dari
frekuensi L-Band ke C-band.
� Modulator/Demodulator
a. Modulator, berfungsi untuk memodulasi sinyal - sinyal informasi
sebelum di ubah ke frekuensi radio oleh Up Converter.
b. Demodulator, demodulator berfungsi mendemolulasi sinyal yang
telah diubah ke frekuensi menengah oleh down converter.
3.5 Data Stasiun Bumi dan Satelit
Sebagai bahan untuk melakukan perencanaan link maka diperlukan data-
data stasiun bumi dan satelit .
Tabel 3.1. Data parameter untuk stasiun Hub dan stasiun remote
Stasiun Hub :
Diameter antena (focal fed) 3.7 M
Gain Tx Antena 44.7 dBi
Gain Rx Antena 40.9 dBi
SSPA 40 Watt
Gain SSPA 64 dB
Modulasi / Demodulasi QPSK
Data rate 3000 KBps
Output level modem 5 s/d –20 dBm
Code Rate 7/8
Remote stasiun :
Diameter antena (focal fed) 3,7 M
Gain Tx Antena 44.7 dBi
Gain Rx Antena 40.9 dBi
Gain BUC 56 dB
Modulasi / Demodulasi QPSK
Data Rate 64 Kbps
Output level modem 0 s/d –35 dBm
Code Rate 7/8
Tabel 3.2. Data parameter pada satelit Agilla 2
Data Parameter Agilla 2
Lokasi –146 WL
EIRP Saturasi DownLink 37 dBW
G/T -1,6 dB/K
Bandwidth Transponder 36 MHz
Agg Input Back Off 7,0 dB
Agg Output Back Off 4,5 dB
Uplink Frekuensi 6.225 GHz
Downlink Frekuensi 4.000 GHz
3.6 Perencanaan Link
Perencanaan link disini dibagi dalam dua bagian yaitu dari stasiun hub ke
stasiun remote dan dari stasiun remote ke stasiun hub.
3.6.1 Perhitungan Bandwidth ke Satelit
Untuk datarate 64 Kbps (stasiun remote)
• Bandwidth overhead (dari persamaan 2.1):
OH = IR/15
= 64/15
= 4.3 KHz
• Alokasi bandwidth (dari persamaan 2.2)
+=
mFEC
OHIRBWALC
.4.1
= ( )
+
2.87
3.4644.1
= 54.64 KHz
Untuk datarate 3000 Kbps (untuk stasiun hub)
• Bandwidth overhead:
OH = 96 Kbps ( datarate > 1554 Kbps)
• Bandwidth Alokasi
+=
mFEC
OHIRBWALC
.4.1
= ( )
+
2.87
9630004.1
= 2477 KHz
• Transmision rate,
=FEC
DatarateTR
Untuk datarate 64 Kbps (stasiun remote) TR = 73.14 KHz
Untuk datarate 3000 Kbps (stasiun hub) TR = 3428.57 KHz
3.6.2 Alokasi Frekuensi
Frekuensi yang digunakan pada stasiun bumi adalah C-band, Ext-C Band,
dan Ku-band. Hal ini disebabkan jarak antara stasiun bumi dengan satelit
sangatlah jauh dan adanya lapisan atmosfir yang menghalangi sinyal dari dan ke
satelit. Frekuensi C-band digunakan oleh intelsat karena pada rentang frekuensi 2
-10 GHz “sky noise” yang ada sangat rendah sehingga kualitas sinyal informasi
akan baik, dan pada frekuensi yang lebih tinggi intelsat mengalokasikan di Ku-
band (14 GHz dan 11/12 GHz).
Gambar 3.3 Sky Noise dan Frequency Bands
Stasiun Bumi memancarkan (transmit) dan menerima atau receive
frekuensi yang berbeda. Frekuensi transmit ke setelit selalu lebih tinggi dari pada
frekuensi receivernya contohnya pada C-band, UP link frekuensi (transmit Stasiun
Bumi) adalah 6 GHz (5925 – 6425 MHz) dan Down link frekuensinya (receive
Stasiun Bumi) sekitar 4 GHz (3700 – 4200 MHz). Sedangkan untuk KU band
frekuensi transmit pada 14 GHz (14.000 – 14.500 MHz) dan frekuensi receive
pada 11 GHz (10.950 – 11.200 MHz dan 11.200 – 11.700 MHz). Hal ini
dilakukan untuk meminimalkan loss yang terjadi pada sinyal informasi karena
semakin tinggi frekuensi maka lossnya semakin besar.
0.5 10 50
1
K
10
100
DEG
KELVIN
1000
S
K
Y
T
E
M
P
E
R
A
T
U
R
E
Water
Vapour
Resonance
Oxygen
Resonance
60 GHz
Microwave
Window
Galactic
Background
Sky Temp
(TOTAL)
FREQUENCY
Atmospheric
Absorption
5
Tabel 3.3 Alokasi Frekuensi
Band Frekuensi (GHz)
P 0,225-0,39
J 0,35-0,53
L 0,39-1,55
S 1,55-5,2
C 3,9-6,2
X 5,2-10,9
K 10,9-36,0
KU 15,35-17,25
Q 36-46
V 46-56
W 56-100
Dengan data transmisi rate diatas maka dapat dialokasikan frekuensi stasiun hub
di Jakarta dan 3 lokasi remote (Serang, Tangerang) seperti tabel dibawah.
Tabel 3.4 Alokasi Frekuensi IF
No Lokasi Frekuensi IF
(MHz)
1 Hub Jakarta 85.71
2 Remote Tangerang 87.46
3 Remote Serang 87.50
Tabel 3.5 Alokasi Frekuensi C Band dan L Band
No Lokasi Up
Link C
Band
Down
Link C
Band
Up
Link L
Band
Down
Link L
Band
Frekuensi
IF
(MHz)
1 Hub Jakarta 6240.71 4015.71 1340.71 1134.29 85.71
2 Remote
Tangerang
6242.46 4017.46 1342.46 1132.54 87.46
3 Remote
Serang
6242.5 4017.5 1342.5 1132.5 87.50
a. Frekuensi Hub, dimana alokasi frekuensi IF yang disewa adalah 84
MHz sampai 88 MHz
Fhub = 84 + TR/2
= 84+3428.57/2000
= 85.71 MHz
Untuk uplink pada C Band (frekuensi tengah transponder 6225 MHz)
maka frekuensi IF tersebut akan menjadi
TxRFCBAND= CF CBAND-(70- IF)
Dimana CF CBAND merupakan frekuensi tengah uplink transponder
IF merupakan frekuensi IF
Sehingga :
TxRFCBAND = 6225-(70-85.71)
= 6240.71 MHz
Untuk downlink frekuensi C Band dapat dihitung :
RxRF CBAND = (CFCBAND-2225)-(70-IF)
= (6225-2225)-(70-85.71)
= 4015.71 MHz
Untuk uplink dalam L Band dapat dihitung :
TxLBAND = TxRFCBAND-4900
= 6240.71-4900
= 1340.71 MHz
Untuk downlink dalam L Band dapat dihitung :
RxLBAND = 5150-RxRFCBAND
= 5150-4015.71
= 1134.29 MHz
b. Frekuensi remote Tangerang
Ftgr = 85.71+(3428.57+73.14)/2000
= 87.46 MHz
Untuk uplink pada C Band (frekuensi tengah transponder 6225 MHz)
maka frekuensi IF tersebut akan menjadi
TxRFCBAND = CF CBAND-(70- IF)
Dimana CF CBAND merupakan frekuensi tengah uplink transponder
IF merupakan frekuensi IF
Sehingga :
TxRFCBAND = 6225-(70-87.46)
= 6242.46 MHz
Untuk downlink frekuensi C Band dapat dihitung :
RxRF CBAND = (CFCBAND-2225)-(70-IF)
= (6225-2225)-(70-87.46)
= 4017.46 MHz
Untuk uplink dalam L Band dapat dihitung :
TxLBAND = TxRFCBAND-4900
= 6242.46-4900
= 1342.46 MHz
Untuk downlink dalam L Band dapat dihitung :
RxLBAND = 5150-RxRFCBAND
= 5150-4017.46
= 1132.54 MHz
c. Frekuensi remote Serang
Fsrg = 87.46+73.14/2000
= 87.5 MHz
Untuk uplink pada C Band (frekuensi tengah transponder 6225 MHz)
maka frekuensi IF tersebut akan menjadi :
TxRFCBAND = CF CBAND-(70- IF)
Dimana CF CBAND merupakan frekuensi tengah uplink transponder
IF merupakan frekuensi IF
Sehingga :
TxRFCBAND = 6225-(70-87.5)
= 6242.5 MHz
Untuk downlink frekuensi C Band dapat dihitung :
RxRF CBAND = (CFCBAND-2225)-(70-IF)
= (6225-2225)-(70-87.5)
= 4017.5 MHz
Untuk uplink dalam L Band dapat dihitung :
TxLBAND = TxRFCBAND-4900
= 6242.5-4900
= 1342.5 MHz
Untuk downlink dalam L Band dapat dihitung :
RxLBAND = 5150-RxRFCBAND
= 5150-4017.5
= 1132.5 MHz
3.6.3 Perhitungan Dari Stasiun Hub Ke Stasiun Remote
a. Kalkulasi Up link :
Gambar 3.4 konfigurasi Uplink
Antena VSATModem
Satellite
HPA & Up Converter
GTxLoss cable Loss cable
Loss Free SpaceEIRPSB
G/TSAT
• Effisiensi transmit antena, dari persamaan 2.4:
( ) ( )( )( ) 10/20204.2010 TXULTX DLogFLogG ++−=η
= ( ) ( )( ) 10/7.320225.6204.207.44(10 LogLog ++−
= 0.5074≈50.74%
Dimana :
GTX diambil dari spesifikasi antena yaitu 44.7 dBi
FTX merupakan Frekuensi tengah up link transponder (6.225 GHz)
DTX merupakan diameter antena pemancar (3.7 M)
• Gain transmit antena , dari persamaan 2.3:
)(20)(20)(104.20 TXULTX DLogFLogLogG +++= η
= 20.4+10Log(0.5074)+20Log(6.225)+20Log(3.7)
= 44.7 dBi
• Loss Free Space uplink, dari persamaan 2.5 :
( ) ( )dLogFLogFLS ULUL 202045.92 ++=
= 92.45 + 20 log 6.225+ 20 log 35787
= 199,4 dB
• Output SSPAtot
= 10Log(40)
= 16.02 dBW
• EIRPES, dari persamaan 2.6:
LossGOBOdBWSSPALogEIRP SBTXSSPASB −+−= −)(10
EIRPES = 16.02-3+ 44.7 – 3
EIRPES = 54.72 dBW
• C/N Uplink, dari persamaan 2.7 :
( ) ( ) ( )
−−+−−−=
2.110 ALC
satelitHujanULSB
UL
BWLogK
TGLPEFLSEIRP
NC
= 54.72– 199,4– 1 -1– 1,6 + 228,6-10*Log(2477/1.2)
= 47.17 dB
b. Kalkulasi Downlink :
Gambar 3.5 konfigurasi Downlink
• ( ) ( )dLogFLogFLS DLDL 202045.92 ++= , ( dari persamaan 2.12)
= 92.45+20Log(4*35787)
= 195.57 dB
Loss Free Space
Antena VSATModem
Satellite
Down Converter
GRxLoss FeederLoss Feeder
G/TSB
EIRPSAT
• Effisiensi penerimaan antena , (dari persamaan 2.8):
( ) ( )( )( ) 10/20204.2010 RXDLRX DLogFLogG ++−=η
= ( ) ( )( ) 10/7.3204204.209.40(10 LogLog ++−
= 0.5122≈51.22%
dimana :
GRX = 40.9 dBi (diambil dari spesifikasi antena)
FRX = frekuensi tengah transponder untuk downlink (4 GHz)
DRX = diameter antena penerima (3.7 M)
• Gain Rx , dari persamaan 2.9 :
)(20)(20)(104.20 RXDLRX DLogFLogLogG +++= η
= 20.4+10Log(0.5122)+20Log(4)+20Log(3.7)
= 40.9 dBi
• Tsys = 80o K (C Band)
• G / T sys , dari persamaan 2.11 :
G/Tsys = Gain RX – 10 log (Noise Temp.System)
= (40.90) -10log(80)
= 21.89 dB/0K
• EIRP downlink , EIRPDL= EIRPSAT-OBO, dari persamaan 2.10:
= 37-4.5
= 32.5 dBW
= 1778.28 W
Untuk transmisi rate 3428.57 KHz sedangkan bandwidth transponder
adalah 36 MHz, maka :
EIRPDL-JKT = 28.177836000
57.3428x
= 169.36 W
= 22.29 dBW
• C/N Down link , dari persamaan 2.13 :
( ) ( ) KT
GLPEFLSEIRPN
CSB
HujanDLDLDL
−+−−−=
= 22.29 – 195.57-1-1+21.89 + 228,6
= 75.21 dB
• ( )xpollN
C = 30 dB
• ( ) ( ) ( ) ( )
++=
−−−xpoll
NC
NC
NC
NC
DLULTotal
111
, dari persamaan 2.14 :
=
+
+
30
1
75.21
1
48.17
1
= 0.0674
=
TotalN
C14.83 dB
• Konversi Eb/No ke C/N, dari persamaan 2.15
( ) ( )ALC
Total
BWLogFEC
OHIRLog
NoEb
N
C1010 −
++=
14.83 = ( )No
Eb + 10Log
+
87
963000 – 10Log(2477)
( )No
Eb = 13.28 dB
• BER, Bit Error Rate dapat dihitung, dari persamaan 2.16 :
BER =
[ ]
( )[ ] 21πxNo
Eb
e NoEb−
= [ ] 2
1
28.13
14.3*28.13
72.2 −
= 2.6 * 10-7
3.6.4 Link Remote Stasiun Ke Stasiun hub
a. Kalkulasi Up link :
• Output SSPAtot
= 10Log(5)
= 6.99 dBW
• Effisiensi transmit antena, dari persamaan 2.4:
( ) ( )( )( ) 10/20204.2010 TXULTX DLogFLogG ++−=η
= ( ) ( )( ) 10/7.320225.6204.207.44(10 LogLog ++−
= 0.5074≈50.74%
Dimana :
GTX diambil dari spesifikasi antena yaitu 44.7 dBi
FTX merupakan Frekuensi tengah up link transponder (6.225 GHz)
DTX merupakan diameter antena pemancar (3.7 M)
• Gain transmit antena , dari persamaan 2.3:
)(20)(20)(104.20 TXULTX DLogFLogLogG +++= η
= 20.4+10Log(0.5074)+20Log(6.225)+20Log(3.7)
= 4.7 dBi
• EIRPSB, dari persamaan 2.6:
LossGOBOdBWSSPALogEIRP SBTXHPASB −+−= −)(10
EIRPSB = 6.99-3+ 44.7 – 3
EIRPSB = 45.69 dBW
• C/N Uplink, dari persamaan 2.7 :
( ) ( ) ( )
−−+−−−=
2.110 ALC
satelitHujanULES
UL
BWLogK
TGLPEFLSEIRP
NC
= 45,69– 199,4– 1 -1– 1,6 + 228,6-10Log(54.64 / 1.2)
= 56.55 dB
b. Kalkulasi Downlink
• Effisiensi penerimaan antena, dari persamaan 2.8 :
( ) ( )( )( ) 10/20204.2010 RXDLRX DLogFLogG ++−=η
= ( ) ( )( ) 10/7.3204204.209.40(10 LogLog ++−
= 0.5122≈51.22%
dimana :
GRX = 40.9 dBi (diambil dari spesifikasi antena)
FRX = frekuensi tengah transponder untuk downlink (4 GHz)
DRX = diameter antena penerima (3.7 M)
• Gain Rx , dari persamaan 2.9 :
)(20)(20)(104.20 RXDLRX DLogFLogLogG +++= η
= 20.4+10Log(0.5122)+20Log(4)+20Log(3.7)
= 40.9 dBi
• EIRP downlink , EIRPDL = EIRPSAT-OBO, dari persamaan 2.10 :
= 37-4.5
= 32.5 dBW
= 1778.28 W
• EIRP downlinkUntuk transmisi rate 73.14 KHz sedangkan bandwidth
transponder adalah 36 MHz, maka :
EIRPDL-REMOTE = 28.177836000
14.73x
= 3.61 W
= 5.58 dBw
• C/N Down link , dari persamaan 2.13 :
( ) ( ) KT
GLPEFLSEIRPN
CSB
HujanDLDLDL
−+−−−=
= 5.58 -195.57-1-1+ 21.89 + 228,6
= 58.5 dB
• C/Ntot, dari persamaan 2.14:
( ) ( ) ( ) ( )
++=
−−−xpoll
NC
NC
NC
NC
DLULTotal
111
=
+
+
30
1
58.5
1
56.55
1
=
TotalN
C14.68 dB
• Konversi Eb/No ke C/N, dari persamaan 2.15
( ) ( )ALC
total
BWLogFEC
OHIRLog
NoEb
N
C1010 −
++=
14.49 = ( )No
Eb + 10Log
+
87
3.464-10Log(54.64)
( )No
Eb = 13.13 dB
• BER, Bit Error Rate dapat dihitung, dari persamaan 2.16 :
BER =
[ ]
( )[ ] 21πxNo
Eb
e NoEb−
= [ ] 2
1
13.13
14.3*13.13
72.2 −
= 3.06 * 10-7
BAB IV
ANALISA HASIL PERENCANAAN DAN DATA
DI LAPANGAN
Bab ini akan membahas tentang perhitungan-perhitungan yang telah
diuraikan pada bab iii serta menganalisa kelayakan dan untung-ruginya
dibandingkan dengan sistem operasional
4.1 Analisa C/N
Untuk mencapai BERtarget 10-6 akan diperlukan Eb/Notarget dengan
C/Ntarget, dengan persamaan 2.16 untuk mencapai BERtarget 10-6 didapatkan pada
Eb/No target = 11.99 dB :
BERtarget =
[ ]
( )[ ] 21πxNo
Eb
e NoEb−
= ( )
( )[ ] 21
99.11
14.399.11 x
e −
=10-6
sehingga C/N yang dibutuhkan seperti persamaan 2.15:
Lokasi stasiun hub (Informasi rate 3000 Kbps):
( ) ( )ALC
etT
BWLogFEC
OHIRLog
NoEb
N
C1010
arg
−
++=
= 11.99 + 10Log )2477(10
87
963000Log−
+
= 13.54 dB
Lokasi stasiun remote (informasi rate 64 Kbps):
( ) ( )ALC
etT
BWLogFEC
OHIRLog
NoEb
N
C1010
arg
−
++=
= 11.99 + 10Log )64.54(10
87
3.464Log−
+
= 13.54 dB
C/Nhitung adalah C/N total yang di bahas pada bab iii bagian 3.6.3 dan 3.6.4
C/Nlapangan merupakan C/N pengukuran pada masing-masing lokasi.
Tabel 4.1 Data perbandingan C/N
No Lokasi C/N hitung
(dB)
C/Ntarget
(dB)
C/Nlapangan
(dB)
∆ C/Nhitung - C/Nlapangan
1 Jakarta 14.83 13.54 14.00 0.83
2 Serang 14.68 13.54 14.50 0.18
3 Tangerang 14.68 13.54 14.50 0.18
Dari hasil perhitungan yang ditunjukkan pada tabel 4.1 dapat diketahui bahwa
perhitungan C/NHitung dan C/Nlapangan masih berada di atas C/Ntarget dan diharapkan
untuk menghasilkan BER lebih kecil dari 10-6 sesuai dengan standar komunikasi
data. Selisih antara C/Nhitung dan C/Nlapangan untuk lokasi remote 0.18 dB dan untuk
hub Jakarta 0.83, hal ini bisa diakibatkan oleh redaman lintasan pada saat
pengukuran di tiap-tiap lokasi ataupun dari sistem VSAT pada masing-masing
lokasi.
14.83 14.68 14.68
13.54 13.54 13.54
14 14.5 14.5
051015202530354045
Jakarta
Serang
Tangerang
Lokasi
C/N (dB)
C/Nlapangan (dB)
C/Ntarget(dB)
C/N hitung (dB)
Grafik 4.1 Data perbandingan C/N
4.2 Analisa Power Modem dan SSPA serta BUC
Daya SSPA dan power modem dihitung dan direncanakan sehingga dapat
beroperasi dengan seimbang. Dengan dicapainya C/Nhitung mendekati C/Nlapangan
dan keduanya masih diatas C/Ntarget maka sistem layak untuk dioperasikan.
4.2.1 Power modem dan Penguatan ODU Awal
Pada kondisi ini gain BUC diset pada 56 dB dan SSPA pada 56 dB,
dimana ini merupakan gain terendah dari masing-masing perangkat tersebut.
a. Untuk lokasi Serang dan Tangerang dimana digunakan BUC (Block Up
Converter) dan modem dengan nilai-nilai:
Daya BUC 5 watt
Output BUC = 10Log(5000)-3
= 34 dBm
Gain BUC = 56 dB
Power Modem = Daya BUCmax - GBUC + Loss
= 34 –56 + 3
= -19 dBm
b. Untuk Lokasi Jakarta,
SSPA 40 W
Output SSPA = 10Log(40000)-3
= 43 dBm
Power Modem = Daya SSPAMAX – GSSPA+Loss
= 43.02 – 56 + 3
= -9.98 dBm
Pada kondisi untuk power modem masing-masing lokasi dapat di tunjukkan pada
tabel 4.2.
Tabel 4.2 Data Power Modem dan Gain
No Lokasi Power modem
Hitung (dBm)
Power modem
Lapangan (dBm)
∆Power modem
(hitung–lap) dBm
Gain ODU
(dB)
1 Jakarta -9.98 -10 0.02 56
2 Serang -19 -18 -1 56
3 Tangerang -19 -20 1 56
Power modem hitung merupakan power modem dari perhitungan diatas. Power
modem lapangan merupakan power modem pada masing-masing lokasi.
-9.98
-19 -19
-25
-20
-15
-10
-5
0
Jakarta
Serang
Tangerang
Lokasi
Power Modem (dBm)
Power modemHitung
Power modemLapangan
Grafik 4.2 Data Power Modem
Dari sini dapat dilihat bahwa peralatan masih bekerja normal dimana hanya
terdapat sedikit perbedaan power modem antara perhitungan dan lapangan.
Perbedaan dari nilai perhitungan dan lapangan untuk power modem bisa
diakibatkan oleh keluaran dari modem sendiri yang memang berbeda dan
redaman lintasan.
4.3 Analisa Eb/No
Untuk Eb/No yang diperlukan sehingga mencapai BER 10-6 adalah 11.99
dB, seperti yang telah dihitung pada bagian 4.1 Analisa C/N. Eb/Nohub merupakan
Eb/No dilapangan pada lokasi hub (jakarta) untuk modem arah remote.
Eb/Noremote merupakan Eb/No dilapangan pada tiap modem remote.
Tabel 4.3 Perbandingan Nilai Eb/No
No Lokasi Eb/Notarget (dB) Eb/Nohub (dB) Eb/Noremote (dB) ∆Eb/No (hub-rmt)
1 Serang 11.99 12.24 13.15 -0.91
2 Tangerang 11.99 13.51 12.88 0.63
11.99 11.9912.24
13.5113.15
12.88
11
11.5
12
12.5
13
13.5
14
Serang Tangerang
Lokasi
Eb/No (dB)
Eb/Notarget
(dB)
Eb/Nohub (dB)
Eb/Noremote
(dB)
Grafik 4.3 Perbandingan Nilai Eb/No
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa Eb/Notarget terlampaui dengan hasil yang
bervariasi, sehingga dengan demikian diharapkan sistem dapat beroperasi normal
dan mencapai BER yang sesuai dengan harapan dan link yang stabil.
Kembali disini terdapat perbedaan antar Eb/No lapangan seperti ditunjukan pada
tabel diatas, hal tersebut bisa diakibatkan oleh sensitifitas dari masing-masing
demodulator pada modem dimana pada lokasi yang sama untuk modem yang
berbeda akan dihasilkan Eb/No yang berbeda walaupun kecil seperti halnya
seperti ditunjukkan pada perbedaan Eb/No diatas ataupun tingkat noise pada
masing-masing lokasi
4.4 Analisa BER
BER menentukan kualitas dari link yang telah dibangun, sehingga untuk
itu BER menjadi acuan dari sistem. Untuk mengetahui BER, pada perangkat telah
tersedia monitor untuk memantau sehingga akan diketahui kondisi BER dari
waktu ke waktu.
Tabel 4.4 Perbandingan Nilai BER Perhitungan
No Lokasi BER target BER hitung
1 Jakarta 1x10-6 2.6 * 10
-7
2 Serang 1x10-6 3.06 * 10
-7
3 Tangerang 1x10-6 3.06 * 10
-7
BERhitung adalah BER yang dihitung pada bab iii pada 3.6.3 dan 3.6.4.
10 10 10
2,6 3,06 3,06
0
3
6
9
12
Jakarta Serang Tangerang
Lokasi
BER (x 10^-7)
BER target
BER hitung
Grafik 4.4 Perbandingan Nilai BER Perhitungan
Tabel 4.5 Perbandingan Nilai BER di Lapangan
No Lokasi BERtarget BERhub
(BERhitung=2.6 * 10-7)
∆ BER
(hub-hitung)
BERremote
(BERhitung=3.06 * 10-7)
∆BER
(rmt-hitung)
1 Serang 1x10-6 3.5x10
-08 -2.25x10
-7 5.5x10
-08 -2.51x10
-7
2 Tgrng 1x10-6 4.7x10
-08 -2.13x10
-7 8.7x10
-08 -2.19x10
-7
BERhub merupakan BER lapangan dari hub ke remote yang dilihat pada modem
lokasi remote. BERremote merupakan BER lapangan dari remote ke hub yang
dilihat pada modem lokasi hub.
10 10
0,35 0,470,55 0,870
2
4
6
8
10
12
Serang Tangerang
Lokasi
BER (x 10^-7)
BER target
BERhub
BERremote
Grafik 4.5 Perbandingan Nilai BER di Lapangan
Dari tabel , dimana nilai BER hitung telah di hitung pada bab iii, dapat diketahui
terdapat perbedaan antara BER hitung masih lebih kecil dari BER target, dan BER
di lapangan yaitu BERhub dan BERremote juga lebih kecil dari BERhitung. Dengan
kondisi BER seperti ini maka sistem layak untuk dioperasikan. BER akan
berbanding lurus dengan Eb/No, dimana semakin besar Eb/No maka
kemungkinan mendapatkan BER yang kecil akan lebih terbuka, tetapi dalam
kondisi dimana selisih Eb/No yang kecil perbedaan BER pada masing-masing
Eb/No juga akan kecil.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
VSAT merupakan sarana telekomunikasi yang tepat untuk proses Up-link
dan Down-link data secara jarak jauh maupun dekat, karena satelit komunikasi
berfungsi sebagai backbone telekomunikasi yang tidak dapat secara langsung
melayani pelanggan. Maka dengan fungsi tersebut, satelit komunikasi dalam
VSAT dapat digunakan sebagai penghubung antara sentral pada sistem
telekomunikasi terestrial, atau antara pusat broadcast TV dengan stasiun relay-
nya. Fungsi satelit menjadi sangat beragam seiring dengan ditemukannya VSAT.
Adapun Topologi jaringan VSAT yang di gunakan di PT.Indosat yaitu Topologi
Star dan Topologi Mesh, Topologi Star dan Topologi Mesh ini mempunyai
kinerja masing-masing yang berperan dalam Kinerja VSAT.
Aplikasi VSAT yang telah direalisasikan, khususnya untuk daerah maritim
sampai saat ini antara lain adalah:
1. Telephony
2. TV Satelit
3. Internet via satelit
4. Teleconference
5. Distance Learning
6. Distribusi data dan software
7. Telemedicine
8. Perbankan dan jaringan ATM (Automatic Teller Mechine)
Dalam perencanaan link memerlukan perhitungan bandwidth ke Satelit,
hasil perhitungan ini di fungsikan untuk mengalokasikan frekuensi.
Sistem Komunikasi Satelit Digital adalah salah satu jawaban dalam
menghadapi permintaan pasar tersebut, sistem VSAT (Very Small Aperture
Terminal) yang di peruntukkan untuk segmen tertentu, disamping itu biayanya
sangat ekonomis, namun sayangnya kapasitas dari sistem ini sangat terbatas jika
dibanding dengan sistem lain seperti IDR, tapi bukan berarti sistem VSAT tidak
mempunyai keunggulan, sistem VSAT disamping lebih murah juga dapat di
bangun dengan waktu yang relative singkat dan sudah barang tentu mudah dalam
pemeliharaannya.
Dari data hasil perbandingan ada beberapa point yang dapat diambil
kesimpulan antara lain penggunaan aplikasi pada setiap sistem tergantung dari
kecepatan bit informasi yang digunakan serta besar kecilnya fisik dari suatu
perangkat misalnya antena akan mempengaruhi harga, juga keandalannya atau
spek teknis perangkat tersebut.
5.2 Saran
Dalam penganalisaan kinerja jaringan VSAT terdapat kesempatan untuk
memperbaiki performansi jaringan komunikasi VSAT dengan memanfaatkan
frekuensi diatas C-Band 6/4 GHz.
Penggunaan frekuensi VSAT di Stasiun Bumi Jatiluhur untuk frekuensi
Up/Down Link yaitu frekuensi C-Band 6/4 (GHz), dapat disubtitusi dengan
frekuensi yang lebih tinggi untuk proses Up/Down Link yaitu frekuensi Ku-Band
14/12 (GHz). Frekuensi ini masih dianggap belum layak khususnya di Negara
Indonesia, karena frekuensi ini memerlukan perangkat alat USAT (Ultra Small
Aperture Terminal), disamping ketahanannya yang buruk terhadap air hujan
membuatnya tidak efektif untuk digunakan di kawasan Asia Tenggara karena
besar redaman yang ditumbuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Jamaludin. Agus, Jurnal Proyek Akhir “Analisa Perbandingan Sistem
Komunikasi Satelit Untuk IDR dan VSAT”, Jakarta.
2. R. Syaiful T. Diklat Indosat, Judul “Modul Sistem Komunikasi Satelit”,
Purwakarta : T.Syaiful R.
3. Saydam. Gouzali, Drs. BC.,TT , Buku “Sistem Telekomunikasi Di
Indonesia”, Bandung : ALFABETA, 2003.
4. Smale. P.H, Edisi Kedua “Sistem Telekomunikasi I” Jakarta :
ERLANGGA, 1986.
5. Suwignyo, “Sistem Komunikasi Satelit” Diklat PT INDOSAT, devisi
perencanaan sarana PT INDOSAT, 1997.
6. __________ “SkylinX.25 Operaor’s Manual Vol. 1”1989.
7. __________ www.LintasArta.com. “Jaringan Komunikasi VSAT di
Indonesia”
LAMPIRAN
Typical VSAT G/T Valuesi
Antena Aperture
(m)
Gain
C-Band
G/T.
C-Band
Gain.
Ku-Band
G/T
Ku-Band
0,5 m (1,625 ft) 23,46 dB + 1,7 dB/k 33 dB + 9,86 dB/k
0,75 m (2.44 ft) 27.0 dB + 5.25 dB/k 36.53 dB + 13.39 dB/k
1.0 m (3.25 ft) 29.49 dB + 7.73 dB/k 39.03 dB + 15.89 dB/k
1,5 m (4,875 ft) 33.01 dB + 11,24 dB/k 42.55 dB + 19,41 dB/k
2.0 m (6,5 ft) 35.51 dB + 13,75 dB/k 45.05 dB + 21,91 dB/k
2.5 m (8.125 ft) 37.45 dB + 15.69 fB/k 47.0 dB + 23,86 dB/k
3.0 m (9,75 ft) 39.03 dB + 17.54 dB/k 48.57 dB + 25,43 dB/k
The reference frequencies used for antena gain calculations are 4000 and 12.000
MHz. respectively. The table includes 1-dB line lliss for both bands.
Sebuah Antena VSAT yang ada di Stasiun Bumi Jatiluhur dengan diameter 1,8 m
Konfigurasi Jaringan Komunikasi VSAT di Indonesia
� Peruntukan
Komunikasi Data Koneksi LAN to LAN berbasis protokol IP Transfer file
dan gambar/image berukuran besar seperti CAD/CAM dan file video
� Komunikasi suara :
• Komunikasi suara langsung dengan pesawat telepon antara kedua
lokasi (Direct Line)
• Komunikasi suara melalui jaringan sentral lokal pribadi (PABX)
� Komunikasi Video :
Komunikasi interaktif melalui video dan suara (Video conference) dengan
mitra kerja di lokasi yang berbeda
� Fitur
• Memiliki tingkat security yang tinggi karena merupakan jaringan
private
• Ragam pilihan kecepatan sesuai dengan kebutuhan pelanggan
mencapai hingga 2 Mbps dengan konfigurasi full duplex (dua arah)
• Cakupan layanan VSAT Link menjangkau seluruh wilayah Indonesia
• Service Level Agreement sebesar 99%
• Pelayanan aduan gangguan 24 jam sehari dan 7 hari seminggu
• Coverage layanan yang luas di 49 kota di Indonesia
� Manfaat
• Ekonomis, khususnya untuk hubungan beberapa lokasi remote
berada diluar kota
• Fleksibel dalam teknologi karena mudah dihubungkan dengan
layanan Lintasarta lain sebagai suatu solusi terpadu
• Fleksibel dalam instalasi khususnya untuk lokasi yang berada diluar
jangkauan kabel ataupun lokasi yang jauh dari sentra bisnis
• Handal karena didukung oleh operasional 24 jam sehari dan 7 hari
seminggu
� Spesifikasi Teknis
• Data rate 38.4 Kbps – 2048 Kbps
• Antar muka RS-232, RS-449 atau V.35
• Konfigurasi dua arah (full duplex)
• Modulasi BPSK/QPSK
• Merupakan konfigurasi clear channel yang dapat dilalui protokol
komunikasi seperti :
� X.25
� SDLC
� X.28
� SNA
� Keterangan
Untuk koneksi suara, Lintasarta dapat menyediakan perangkat
multiplexer dan kartu suara (Voice card) Link. Pelanggan tinggal
menyediakan perangkat telefoni standar seperti pesawat telepon dan
Private Branch Exchange (PBX), didukung sistem kabel sesuai kebutuhan.
Spesifikasi yang dapat dilayani memakai interface E&M tipe I- IV (ke
PABX), OPX, atau SLT, dan Fax Grup III speed s.d. 9.6 Kbps.
MODEM VSAT Link / Teleport
Keterangan :
VSAT : Very Small Aperture Terminal
DMV : Direct Multimedia VSAT
POWER : Indikator menunjukkan bahwa MODEM aktif
Pada Display MODEM DMV, apabila berkerlip titik-titik/ blank dot,
menunjukkan link normal.
Keterangan :
POWER :Indikator menunjukkan bahwa MODEM aktif
PC :Port Card
Display pada MODEM menunjukkan modem terhubung ke jaringan lokal.
IFM : Intermediate Frequency Module
Display pada MODEM menunjukkan modem terhubung ke perangkat
antena
BIODATA
Nama Lengkap : ADIB MUHADZIBUDDIN ASY
NIM : 2211021037
Program Studi : Telekomunikasi / S1
Tempat tgl. Lahir : Cianjur, 05 januari 1984
Alamat Rumah : Jl.loji pasekon Rt/Rw 03/18 Cipanas-Cianjur
43253 Jawa Barat
No Telephone : (0263) 515276
Mobile : 081320462002
Nama Ayah : H.ALI SYIHABUDDIN
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat Rumah : jl.loji pasekon Rt/Rw 03/18 Cipanas-Cianjur
43253 Jawa Barat
No. Telephone : (0263) 515276
Nama Ibu : Hj.Titin Sutinah
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat Rumah : jl.loji pasekon Rt/Rw 03/18 Cipanas-Cianjur
43253 Jawa Barat
No telephone : (0263) 515276
PENDIDIKAN :
Madrasah Ibtida’iah (M.I) Futuhiyyah Tahun 1990 - 1996
Madrasah Tsanawiyyah (MTs) Futuhiyyah Tahun 1996 - 1999
Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Sukaresmi Tahun 1999 - 2002
Universitas Jenderal Ahmad Yani Tahun 2002 - 2007