220 PK Perd 1986

download 220 PK Perd 1986

of 34

Transcript of 220 PK Perd 1986

  • 7/22/2019 220 PK Perd 1986

    1/34

    Ha 1 ari 34 Putusan No. 220 PK Per 1986

    - setiap tafsiran yang berlainan dapat dikatakan merupakan perbedaan pendapat, akan tetapi

    tidak semua tafsiran dapat dianggap sebagai suatu kekhilafan Hakim atau suatu kekeliruan

    yang nyata karena hanya dapat ditentukan secara kasus demi kasus saja.

    - tafsiran pasal 8 yo. pasal 10 undang-undang No. 21 Tahun 1961 yang menyatakan ketentuan

    mengenai tenggang waktu, tidak bersifat mutlak dan tidak bertentangan dengan sistem serta

    tujuan dari undang-undang No. 21 tahun 1961 bahkan mempunyai akibat menanggulangi

    kasus-kasus yang tidak benar menurut hukum. Oleh karenanya tidak dapat digolongkan

    sebagai perbedaan pendapat yang biasa melainkan merupakan koreksi atas pendapat dan

    suatu kekhilafan Hakim atau kekeliruan yang nyata, seperti yang dimaksudkan oleh pasal 67 fundang-undang No. 14 Tahun 1985.

    - adanya merek asing yang terkenal secara internasional meskipun tidak/belum didaftarkandalam daftar umum Kantor Hak Milik Perindustrian tetapi namanya terkenal juga di

    Indonesia sesuai dengan makna undang-undang No. 21 tahun 1961, tidak dapat

    menggunakan merek yang sama seperti merek asing yang terkenal tersebut.

    - warga negara Indonesia yang memproduksi barang-barang buatan Indonesia wajib

    menggunakan nama merek yang jelas menampakan identitas Nasional Indonesia dan sejauh

    mungkin menghindari menggunakan nama merek yang mirip, apalagi menjiplak nama merek

    asing.

  • 7/22/2019 220 PK Perd 1986

    2/34

    Ha 2 ari 34 Putusan No. 220 PK Per 1986

    P U T U S A N

    Reg. No. 220 PK/Perd/1986.

    DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

    MAHKAMAH AGUNG

    memeriksa permohonan peninjauan kembali telah mengambil putusan sebagai berikut dalam

    perkara:

    Nike International Ltd.,suatu perseroan menurut undang-undang Negara Bagian Oregon, U.S.A,

    berkedudukan di 10300 SW Allen Blvd., Beaverton, Oregon, U.S.A., dalam hal ini diwakili oleh

    kuasanya Widjojo-Oei Tat Hway,beralamat di Jalan Kali Besar Barat 5, Jakarta Kota, pemohon

    peninjauan kembali, dahulu termohon kasasi/penggugat;

    m e l a w a n:

    I. LUCAS SASMITO, beralamat di Jalan Kali Besar Selatan No. 10 Jakarta-Kota, yang dalamhal ini diwakili oleh kuasanya Mr. Dr. S. Gautama (Gouw Giok Siong), beralamat di Jalan

    Medan Merdeka Timur No. 9 Jakarta Pusat.

    II. Pemerintah Republik Indonesia qq. Departemen Kehakhnan qq. Direktorat Patent DanHak Cipta,beralamat di Jalan Veteran III/8-A, Jakarta Pusat, termohon-termohon peninjauan

    kembali dahulu termohon kasasi/tergugat I dan turut termohon kasasi/tergugat II.

    Mahkamah Agung tersebut;

    Menimbang, bahwa dari surat-surat yang bersangkutan ternyata pemohon peninjauan kembali

    dahulu termohon kasasi/penggugat telah mengajukan permohonan peninjauan kembali terhadap

    putusan Mahkamah Agung tanggal 24 Juli 1985 No. 294 K/Pdt/1984 yang telah berkekuatan hukum

    yang tetap, dalam perkaranya melawan termohon-termohon peninjauan kembali dahulu sebagaipemohon kasasi/tergugat I dan turut termohon kasasi/tergugat II, dengan posita perkara sebagai

    berikut:

    bahwa penggugat asli adalah pemilik tunggal karena pemakaian pertama di Indonesia maupun

    di seluruh dunia dari:

    a) Nama perniagaan : Nike

    b) Merek dagang : Nike dengan lukisan sayap dibawahnya sesuai bukti P-1,

    yang dipakai untuk melindungi jenis barang sepatu dan

    pakaian(vide bukti P-1 a, b, c).

    bahwa kata Nike merupakan ciptaan dari penggugat sendiri dan tidak terdapat dalam kamusbahasa apapun, yang sengaja dipakai sebagai merek dagang dan nama perniagaan penggugat,

    dengan maksud agar para konsumen dapat mengetahui bahwa merek Nike berasal dari

    pabrik/perusahaan penggugat di Amerika yang sudah sangat terkenal di Indonesia dan di seluruh

    dunia (terlampir bukti P-2 daftar negara-negara dimana merek Nike didaftarkan).

    bahwa penggugat bersama ini melampirkan beberapa foto copy dan sebahagian bukti-bukti

    pemakaian yang sesungguhnya di Indonesia dan merek dagang dari nama perniagaan Nike oleh

    penggugat antara lain berupa:

    - bukti-bukti invoice yang ditandai dengan P-3 a, b, c, d, untuk Mr. Johan Wahyudi, Jalan

    Paseban No. 44 A, Jakarta Pusat, Indonesia.

    -daftar harga-harga pokok Nike ditandai dengan P-4.

    - daftar promosikan merek Nike yang sudah terkenal dan beredar dibeberapa Negara di dunia,

    ditandai dengan P-5.

  • 7/22/2019 220 PK Perd 1986

    3/34

    Ha 3 ari 34 Putusan No. 220 PK Per 1986

    - gambar promosi bermacam-macam model produk sepatu penggugat dengan merek Nike

    ditandai dengan P-6 dan P-7 sedangkan bukti-bukti pemakaian lainnya akan disusulkan

    kemudian.

    bahwa dan bukti-bukti tersebut diatas ternyatalah bahwa penggugat adalah pemakai pertama

    yang sesungguhnya dan nama perniagaan dan merek dagang Nike untuk jenis barang antara lain:

    sepatu dan pakaian.

    bahwa ternyata tergugat I tanpa sepengetahuan dan tanpa seizin penggugat telah mendaftarkan

    merek dagang Nike dengan lukisan sayap dibawahnya pada tanggal 13 Desember 1979 diDirektorat Patent dan Hak Cipta dibawah Nomor 141589 terlampir P-8 yang bukan saja mempunyai

    persamaan pada keseluruhannya dengan merek penggugat P-1, bahkan merupakan jiplakan belaka

    dari merek penggugat dan didaftarkan pula untuk barang yang sejenis, walaupun tergugat I telah

    mengetahui sebelumnya bahwa merek dagang Nike tersebut adalah milik penggugat.

    bahwa penggugat sangat keberatan atas pendaftaran merek tergugat I dibawah No. 141589,

    karena merek tergagat I tersebut pada keseluruhannya sama persis dengan merek penggugat P-I dan

    dengan itikad tidak baik tergugat I hanya ingin membonceng pada ketenaran merek dagang

    penggugat.

    bahwa persamaan merek penggugat dengan merek yang didaftarkan oleh tergugat I

    sedemikian besarnya, sehingga bila dipakai bersamaan akan sangat membingungkan dan pasti akanmemperdayai khalayak ramai khususnya para konsumen tentang asal dan kwalitas hasil-hasil

    tergugat I.

    bahwa sampai saat ini merek tergugat I daftar Nomor 141589 tersebut belum diumumkan

    dalam Tambahan Berita Negara R.I., sehingga gugatan ini diajukan masih dalam tenggang waktu

    sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 10 ayat 1 undang-undang merek tahun 1961 dan

    karenanya adalah beralasan untuk memohon kepada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat untuk

    membatalkan pendaftaran merek No. 141589 atas nama tergugat I tersebut.

    bahwa Nike adalah nama perniagaan dari penggugat dan menurut hukum tidak boleh dipakai

    sebagai merek dagang orang lain, yang diatur dalam pasal 10 ayat 1 undang-undang merek tahun

    1961 No. 21 yang antara lain mengatakan:

    jika merek yang didaftar itu mengandung nama atau nama perniagaan orang lain, maka

    orang tersebut tanpa mengurangi daya-daya hukum lain yang dapat dipergunakannya, dapat

    mengajukan permohonan kepada Pengadilan Negeri di Jakarta dengan suatu permohonan yang

    ditanda tangani oleh pemohon sendiri atau kuasanya agar supaya pendaftaran merek tersebut

    dinyataan batal..dan seterusnya.

    bahwa disini penggugat juga menunjuk sumber dari pada undang-undang merek No. 21 tahun

    1961 yaitu Uni Paris pasal 8 yang berbunyi A trade name shall be protected in all the countries of

    the union without the obligation of filing or registration, whether or not it forms of trade mark.

    bahwa sesuai dengan yurisprudensi keputusan Mahkamah Agung R.I. No. 2854 K/Sip/1981

    tertanggal 19 April 1982 dalam kasus Yamaha, maka pemakaian nama perniagaan orang lain

    bertentangan dengan pasal 10 ayat 1 undang-undang merek 1961, hal ini berarti bahwa undang-

    undang merek 1961 juga mempunyai makna untuk melindungi nama atau nama perniagaan orang

    lain, karena pemakaian nama perniagaan orang lain yang tidak berhak seperti yang dilakukan oleh

    tergugat I jelas dapat menimbulkan kekeliruan pada khalayak ramai tentang asal usul barangnya.

    bahwa dalam hal ini penggugat menunjuk pula pada keputusan Pengadilan Negeri Jakarta

    Pusat tanggal 29 Maret 1983 No. 447/1982/ Pdt G., yang membatalkan pendaftaran merek Pilot

    karena mengandung nama perniagaan.

    bahwa akibat dari perbuatan peniruan merek dagang nama perniagaan penggugat yangdilakukan oleh tergugat I tersebut, maka penggugat merasa sangat dirugikan dan karenanya akan

    mereserveer haknya untuk menuntut uang ganti rugi terhadap tergugat I dikemudian hari.

    bahwa tergugat II turut digugat sekarang ini adalah untuk mentaati dan tunduk pada keputusan

    Pengadilan ini.

  • 7/22/2019 220 PK Perd 1986

    4/34

    Ha 4 ari 34 Putusan No. 220 PK Per 1986

    Menimbang, bahwa amar putusan Mahkamah Agung tanggal 24 Juli 1985 No. 294

    K/Pdt/1985 yang telah berkekuatan tetap tersebut adalah sebagai berikut:

    - mengabulkan permohonan kasasi dari pemohon kasasi Lucas Sasmitotersebut

    - membatalkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tanggal 22 Nopember 1983 No.

    315/1983 Pdt. G.;

    Mengadili lagi:- menyatakan gugatan penggugat tidak dapat diterima;

    - menghukum termohon kasasi akan membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini

    ditetapkan sebanyak Rp. 20.000,- (dua puluh ribu rupiah);

    Menimbang, bahwa amar putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tanggal 22 Nopember

    1983 No. 315/1983 Pdt. G. adalah sebagai berikut:

    - mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya;

    - menyatakan penggugat sebagai pemilik satu-satunya dan pemakai pertama di Indonesia dan

    merek dagang dan nama perniagaan Nike, karena mempunyai hak tunggal untuk mamakai

    merek dagang dan nama perniagaan Nike di Indonesia;

    - menyatakan merek Nike yang didaftarkan atas nama tergugat I daftar No. 141589 mempunyai

    persamaan dengan merek penggugat Nike (P-1) dan mengandung nama perniagaan

    penggugat;

    - membatalkan setidak-tidaknya menyatakan batal merek tergugat I Nike daftar No. 141589

    sesuai bukti P-3;

    - memerintahkan tergugat II mencoret dan daftar umum Direktorat Patent dan Hak Cipta merek

    tergugat I daftar No. 141589 tersebut;

    -menghukum tergugat membayar biaya perkara ini;

    Menimbang, bahwa permohonan peninjauan kembali itu diajukan oleh pemohon setelah

    berlakunya Peraturan Mahkamah Agung No. 1 tahun 1982, karena itu perlu diperhatikan

    tenggang/jangka waktu sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 8 Peraturan Mahkamah Agung

    No. 1 tahun 1982;

    Menimbang, bahwa putusan Mahkamah Agung yang telah berkekuatan hukum tetap itu telah

    diberitahukan kepada para pihak pada tanggal 10 September 1985 sesuai relaas pemberitahuan No.

    294 K/Pdt/1984, dan pemohon peninjauan kembali mengajukan permohonannya pada tanggal 30

    Desember 1985, sehingga dengan demikian permohonan tersebut diajukan oleh pemohon dalamtenggang/jangka waktu yang ditetapkan dalam pasal 8 Peraturan Mahkamah Agung No. 1 tahun

    1982 tersebut;

    Menimbang, bahwa dengan demikian permohonan peninjauan kembali tersebut dapat

    diterima;

    Menimbang, bahwa pemohon peninjauan kembali telah mengajukan alasan-alasan peninjauan

    kembali yang pada pokoknya berbunyi sebagai berikut:

    1. bahwa menurut pemohon, telah terdapat kesalahan-kesalahan yang menyolok pada

    pertimbangan-pertimbangan keputusan tersebut.

    2.

    bahwa apabila Mahkamah Agung sependapat dengan alasan termohon I bahwa karenatenggang waktu 9 bulan menuntut pembatalan merek berdasarkan pasal 10 ayat 1 undang-

    undang No. 21 tahun 1961 belum terjadi, maka gugatan pembatalan belum dapat diajukan,

    kiranya akan menimbulkan ketidak pastian hukum serta menghilangkan prinsip menjunjung

    tinggi kekuatan putusan Hakim.

  • 7/22/2019 220 PK Perd 1986

    5/34

    Ha 5 ari 34 Putusan No. 220 PK Per 1986

    3. bahwa menurut dalil termohon I bahwa apabila tenggang waktu 9 bulan tersebut belum terjadi

    yaitu Tambahan Berita Negara RI. yang memuat pendaftaran merek atas nama termohon

    daftar No, 141589 belum terbit atau beredar, maka belum dapat dibatalkan.

    5. bahwa dalam pemeriksaan judex factie sama sekali tidak dipermasalahkan tentang belum

    terbitnya Tambahan Berita Negara R.I. yang memuat pendaftaran merek No. 141589.

    bahkan dalam pertimbangan duduk perkaranya oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat sama

    sekali tidak terdapat pertimbangan mengenai tenggang waktu 9 bulan tersebut.

    5.

    salah menafsirkan tenggang waktu 9 bulan yang dimaksud pasal 10 ayat 1 undang-undangNo. 21 tahun 1961.

    sama sekali tidak benar bahwa pengajuan gugatan pembatalan merek yang belum diumumkan

    dalam Tambahan Berita Negara R.I. menurut pasal 10 ayat 1 undang-undang No. 21 tahun

    1961 merupakan suatu keharusan dan diluar tenggang waktu tersebut dilarang.

    terbukti bahwa baik dalam undang-undang itu sendiri maupun dalam penjelasannya tidak ada

    ketentuan melarang pembatalan merek terdaftar yang belum diumumkan dalam Tambahan

    Berita Negara.

    pengecualian gugatan pembatalan diluar tenggang waktu 9 bulan tersebut hanya diatur apabila

    diajukan setelah tenggang waktu bulan, maka gugatan pembatalan baru dapat diajukan setelahadanya keputusan Pengadilan yang berkekuatan pasti tentang pemakaian pertama (pasal 10

    ayat 2 undang-undang No. 21 tahun 1961).

    6. mohon perhatian Mahkamah Agung R.I.

    Oleh karena termohon I telah salah menafsirkan ketentuan pasal 10 ayat 1 undang-undang No.

    21 tahun 1961, dengan hormat pemohon akan menyampaikan alasan alasan yuridis sebagai

    berikut:

    6.1. pasal 2 ayat 1 undang-undang No. 21 tahun 1961 menyatakan bahwa hak khusus atas

    suatu merek diberikan kepada pemakai pertama.

    6.2. pasal 2 ayat 2 undang-undang No. 21 tahun 1961 menyatakan bahwa kecuali jika adabukti tentang hal sebaliknya maka barang siapa yang untuk pertama kali mengajukan

    permohonan pendaftaran suatu merek menurut ketentuan pasal 4 dan 5 dianggap

    sebagai pemakai pertama dan merek tersebut.

    6.3. kesimpulan dan pasal 2 ayat 1 dan 2:

    pendaftaran suatu merek tidak menimbulkan hak khusus atas merek tersebut, melainkan

    hanya menimbulkan anggapan sebagai pemakai pertama belaka. Sedangkan anggapan

    pemakai pertama itu tidak berlaku apabila terbukti bahwa pihak lain yang sesungguhnya

    menjadi pemakai pertama (stelsel deklaratif).

    6.4. bahkan diperjelas pula oleh pembentuk undang-undang dalam penjelasan umumnya

    alinea ke 6 berkenaan dengan pendaftaran merek yaitu pendaftaran merek di DirektoratPatent dan Hak cipta bersifat suka rela dan bukan suatu ke harusan bagi orang yang

    memakai merek itu.

    6.5. pasal 7 ayat 2 undang-undang No. 21 tahun 1961 menyatakan bahwa suatu pendaftaran

    merek mulai berlaku sejak tanggal dicatat dalam daftar umum

    sedangkan pasal 17 ayat 1 menyatakan bahwa daftar umum termaksud dalam pasal 7

    dapat dilihat oleh umum dengan cuma-cuma didalam ruangan kantor Patent.

    6.6. bahwa diperjelas kembali oleh pembentuk undang-undang dalam penjelasan umum

    undang-undang No. 21 tahun 1961 alinea ke 13 merek-merek yang telah didaftarkan,

    diumumkan di majalah Tambahan Berita Negara R.I. dan dapat juga diihat oleh umumdi daftar umum kantor Patent. Dengan demikian baik Tambahan Berita Negara R.I dan

    daftar umum di kantor Patent mempunyai nilai yuridis yang sama yaitu tempat untuk

    pengumuman merek-merek yang telah didaftarkan menurut pasal 7 undang-undang no.

    21 tahun 1961.

  • 7/22/2019 220 PK Perd 1986

    6/34

    Ha 6 ari 34 Putusan No. 220 PK Per 1986

    6.7. bahwa dengan demikian pada saat diketahui oleh umum tentang adanya pendaftaran

    merek dalam daftar umum Kantor Patent, maka pada saat itu telah timbul hak untuk

    menuntut pembatalan merek terdaftar tersebut berdasarkan pasal 10 ayat 1 undang-

    undang No. 21 tahun 1961, walaupun pendaftaran tersebut belum dimuat dalam

    Tambahan Berita Negara R.I.

    6.8. bahwa karena suatu pendaftaran merek mulai berlaku sejak tanggal dicatat dalam daftar

    umum (pasal 7 ayat 2 Undang-undang No. 21 tahun 1961) maka sejak tanggal tersebut

    telah timbul hak bagi seseorang untuk menuntut pembatalannya dan daftar umum ex

    pasal 10 ayat 1.

    bahkan menurut yurisprudensi Mahkamah Agung R.I. No. 352 K/Sip/1975 tanggal 2

    Januari 1982 telah dipertimbangkan sebagai berikut:

    bahwaundang-undang No. 21 tahun 1961 mempunyai tujuan untuk melindungi baik

    konsumen (khalayak ramai) maupun pemakai pertama di Indonesia (yang terdaftar mau-

    pun tidak terdaftar) terhadap tiruan merek. Perlindungan hukum ini menurut makna dari

    undang-undang No. 21 tahun 1961 dapat bersifat represif (setelah merek tersebut

    memperoleh nomor register) maupun preventif (kalau baru diajukan permohonan untuk

    didaftarkan, tetapi belum memperoleh nomor pendaftaran) terhadap persaingan curang.

    Hal ini dapat disimpulkan dari pasal 2 ayat 2 yang menentukan bahwa orang yang untuk

    pertama kali mengajukan permohonan pendaftaran suatu merek dianggap sebagai

    pemakai pertama merek tersebut, oleh karena itu pada saat diajukannya permohonan

    untuk pendaftaran merek menurut pasal 2 ayat 2 pada saat itu pula telah timbul hak bagi

    seorang pemakai merek (baik terdaftar ataupun tidak terdaftar) untuk mengajukan

    gugatan menurut pasal 10 ayat 1 undang-undang No. 21 tahun 1961 untuk melarang

    pendaftaran, juga tanpa mengurangi daya-daya hukum lain (Lihat pertimbangan

    halaman 12 sub. 3.3.).

    tegasnya:

    berdasarkan pada tujuan dari undang-undang No. 21 tahun 1961 serta yurisprudensi

    Mahkamah Agung tersebut, gugatan pasal 10 ayat 1 sudah dapat diajukan pada saat

    adanya permohonan pendaftaran (belum terdaftar) dikantor Patent. apalagi terhadap

    merek yang telah dikabulkan pendaftarannya, akan lebih beralasan untuk diajukan

    gugatan pembatalan selama tenggang waktu 9 bulan sudah beredar/terbit Tambahan

    Berita Negara belum lewat.

    6.9. istilah setelah dalam pasal 10 ayat 1:

    memang secara letterlijk kata setelah dalam kalimat permohonan tersebut harus

    diajukan oleh pemohon dalam waktu 9 bulan setelah pengumuman yang ditentukan oleh

    pasal 8 dapat diartikan bahwa gugatan pembatalan merek hanya dapat diajukan dalam

    tenggang waktu 9 bulan saja, terhitung sejak tanggal beredarnya/diumumkannya dalam

    Tambahan Berita Negara R.I. dan diluar tenggang waktu tersebut tidak dapat dibatalkan.

    tetapi menurut rasa keadilan penafsiran secara letterlijk tersebut tidak sesuai dengan

    tujuan dan undang-undang merek tahun 1961 yaitu melindungi konsumen dan pemakai

    pertama di Indonesia. oleh karena apabila penafsiran secara letterlijk tersebut

    dibenarkan oleh Mahkamah Agung, maka bagi sipendaftar merek yang membajak

    setidak-tidaknya justru diberi perlindungan hukum untuk memakai merek yang

    didaftarkannya selama 6-7 tahun yaitu baru dapat digugat pembatalannya setelah merek

    tersebut diumumkan dalam Tambahan Berita Negara R.I.

    dengan demikian stelsel hukum merek di Indonesia telah menjurus pada pergeseran dari

    stelsel deklaratif kearah stelsel konstitutif.

    6.10. perbandingan dengan sistim pendaftaran:salah satu dari 4 sistim pendaftaran merek yang dikenal adalah pendaftaran dengan

    pemeriksaan merek terlebih dahulu.

    sistim ini yang dianut oleh Negara Indonesia (vide pasal 7 ayat 1 yo pasal 9 ayat 1

    undang-undang No. 21 tahun 1961) serta negara-negara lainnya seperti Amerika

  • 7/22/2019 220 PK Perd 1986

    7/34

    Ha 7 ari 34 Putusan No. 220 PK Per 1986

    Serikat, Inggeris, Jerman Barat dan Jepang. Tetapi negara-negara tersebut (kecuali

    Indonesia) sebelum mendaftarkan suatu merek dalam daftar umum kantor patent,

    terlebih dahulu diumumkan dalam trade mark journal/kantor pendaftaran merek untuk

    jangka waktu tertentu memberikan kesempatan bagi pihak-pihak ketiga mengajukan

    keberatan/oposisi. apabila dalam jangka waktu yang diberikan tidak ada keberatan-

    keberatan yang diajukan, maka pendaftaran merek dikabulkan.

    sedangkan Kantor Pendaftaran Merek di Indonesia hanya melaksanakan segi formal dari

    pendaftaran merek saja dan tidak melihat segi materinya tentang siapa yang

    sesungguhnya berhak atas tersebut.

    berdasarkan perbandingan ini, kiranya bertambah rasa ketidak adilan apabila gugatan

    pembatalan merek hanya dapat diajukan setelah Tambahan Berita Negara yang memuat

    merek bersangkutan beredar/diterbitkan.

    padahal pendaftaran suatu merek tersebut tidak menimbulkan hak khusus atas merek,

    tetapi hanya memberikan anggapan sebagai pemakai pertama(stelsel deklaratif).

    6.11. Bahwa keterlambatan pengumuman Tambahan Berita Negara R.I. menurut pasal 8

    undang-undang No., 21 tahun 1961 pada waktu sekarang hampir mencapai 6 tahun,

    bahkan keterlambatan hingga 10 tahun bukan merupakan suatu keadaan yang mustahil.

    Dihubungkan dengan kekuatan hukum suatu pendaftaran merek berlaku hingga 10tahun dimulai dan tanggal pendaftaran merek itu (vide penjelasan umum undang-

    undang No. 21 tahun 1961 alinea ke 18, yo pasal 18 ayat 1 sub. d) maka tidak menutup

    kemungkinan bahwa seandainya keterlambatan Tambahan Berita Negara R.I sampai 10

    tahun, pada saat akan diajukan gugatan pembatalan merek tersebut berdasarkan pasal 10

    ayat 1 undang-undang No. 21 tahun 1961, kekuatan hukum pendaftarannya telah hapus.

    tegasnya gugatan pembatalan tidak dapat diajukan, karena pendaftaran merek tersebut

    misalnya tidak diperbaharui oleh pendaftarnya.

    nyatalah bahwa konsekwensi yuridis dari penafsiran secara letterlijk tersebut justru akan

    menimbulkan ketidak pastian hukum.

    6.12. bahwa dari penjelasan umum undang-undang no. 21 tahun 1961 alinea ke 17 secaraeksplisit memberikan penafsiran tentang tenggang waktu 9 bulan sebagai berikut:

    waktu untuk minta pernyataan batal itu dibatasi hingga 9 bulan demi kepentingan

    ketentuan hukum.

    kata hingga tersebut tidak lain dihitung sejak tanggal didaftarkan pada daftar umum

    kantor patent sampai dengan tenggang waktu 9 bulan diumumkan Tambahan Berita

    Negara sesuai pasal 8. adapun pertimbangan pemohon demikian, oleh karena suatu

    pendaftaran merek mulai berlaku sejak tanggal dicatat dalam daftar umum (vide pasal 7

    ayat 2 undang-undang No. 21 tahun 1961).

    bukan berlakunya pendaftaran sejak tanggal diumumkan dalam Tambahan BeritaNegara R.I.

    7. tentang batas waktu 9 bulan sebagai termaksud dalam Undang-undang merek pasal 10

    ayat 1 yo pasal 8.

    bahwa pemohon s.o.r. - berpendapat, bahwa putusan Mahkamah Agung R.I. tersebut di atas

    bertentangan dengan:

    a. maksud dan tujuan undang-undang merek 1961 sebagai tercantum dalam considerans.

    b. putusan-putusan Mahkamah Agung R.I. dalam kasus-kasus serupa.

    c. ketentuan konvensi Uni Paris pasal 6 bis 3 (no limit to the period, etc) tiada batas

    waktuuntuk mengajukan gugatan pembatalan terhadap merek dagang yang didaftarkanatas dasar itikad buruk, dan yang mengandung bahagian-bahagian penting(essential

    part) dan yang merupakan pembajakan dari merek dagang terkenal (well-known trade

    marks).

  • 7/22/2019 220 PK Perd 1986

    8/34

    Ha 8 ari 34 Putusan No. 220 PK Per 1986

    8. bahwa ada 1001 kata yang dapat dipilih sebagai merek dagang bahwa kendatipun demikian,

    termohon I telah mendaftarkan merek Nike yang dalam ucapan kata maupun suara sama

    dengan nama dagang dan merek Pemohon.

    9. bahwa sukar dapat dibayangkan maksud lain dari termohon I untuk berbuat demikian, kecuali

    niat untuk membonceng pada ketenaran nama dagang dan merek pemohon.

    bahwa merek termohon I daftar No. 141589 dengan jelas mencerminkan itikad buruk

    termohon I.

    10.

    bahwa putusan Mahkamah Agung R.I. tersebut diatas tidak mencerminkan keadilan dankebenaran, bahkan sebaliknya.

    bahwa pemohon mohon menunjuk pada putusan Mahkamah Agung R.I tersebut diatas

    halaman 10, yang pertimbangannya berbunyi sebagai berikut:

    penempatan kata setelah dalam pasal 10 ayat 1 itu, maka pembatasan tersebut

    dilakukan dengan sengaja oleh pembuat undang-undang, sekalipun disadari hal itu dapat

    berakibat pada suatu kasus tententu dimana suatu keadaan tidak benar terpaksa tidak dapat

    diganggu gugat.

    bahwa pertimbangan tersebut adalah bertentangan dengan:

    a.

    rasa dan nilai-nilai keadilan.

    b. kebenaran.

    c. pedoman Pirate Non Mutat Dominium.

    d. ketentuan konvensi Uni Paris pasal 6 bis 3, yang tidak lain merupakan penerapan dan

    pedoman Pirate Non Mutat Dominium.

    e. putusan-putusan Mahkamah Agung R.I. dalam kasus-kasus serupa.

    11. bahwa maksud pengumuman dalam Tambahan Berita Negara RI. adalah agar setiap orang

    mengetahuinya dan tidak untuk mencegah/pihak yang merasa dirugikan untuk memohon

    pembatalan merek termohon I sebelum merek sengketa diumumkan.

    bahwa pengumuman dalam Tambaban Berita Negara R.I terlambat kurang lebih 6 tahun,

    sedangkan penerbitan terakhir adalah nomor 7 tahun 1979.

    12. bahwa maksud undang-undang merek 1961 adalah untuk melindungi khalayak ramai terhadap

    penbuatan termohon I dan tidak untuk melindungi termohon I selama kurang lebih 6 tahun

    untuk menikmati keuntungan dari merek bajakannya tersebut.

    13. bahwa considerans undang-undang merek dengan jelas berbunyi sebagai berikut:

    menimbang, bahwa perlu diadakan undang-undang tentang merek perusahaan dan merek

    perniagaan, sehingga khalayak ramai dilindungi, terhadap tiruan barang-barang yang

    memakai suatu merek yang sudah dikenalnya sebagai merek barang-barang yang bermutu

    baik.

    14. bahwa merek dagang pemohon Nike bukan kata biasa, seperti misalnya : (cap) pisang, (cap)

    jeruk, (cap) mangga, (cap) burung, (cap) ular, (cap) gajah, (cap) mangkok, (cap) pacul, yang

    karena merupakan kata biasa, tidak dapat dimonopoli oleh salah satu pihak.

    bahwa Nike selain merupakan merek dagang pemohon, merupakan pula nama dagang

    pemohon.

    15. conditio sine qua non:

    bahwa karena pemohon, nama dan merek dagang Nike menjadi terkenal di negara asal

    Amerika Serikat dan di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

    bahwa pemohon adalah pemakai pertama dan tetap di Indonesia dan di dunia dari:

    a. nama perniagaan (trade name) Nike.

    b. merek dagang Nike.

  • 7/22/2019 220 PK Perd 1986

    9/34

    Ha 9 ari 34 Putusan No. 220 PK Per 1986

    bahwa merek termohon I daftar No. 141589 - Nike mencerminkan;

    a. iktikad buruk termohon I.

    b. kekhilafan termohon II.

    16. tentang itikad buruk termohon I:

    bahwa ada 1001 kata yang dapat dipilih sebagai merek dagang bahwa kendatipun demikian,

    termohon I telah mendaftarkan merek Nike yang dalam ucapan kata maupun suara sama

    dengan nama perniagaan dan merek dagang pemohon. bahwa sukar dapat dibayangkan

    maksud lain dari termohon I untuk mendaftarkan merek tersebut, kecuali niat untuk

    membonceng pada ketenaran nama perniagaan serta merek dagang pemohon dan

    memperdaya khalayak ramai tentang asal dan kualitas hasil-hasil termohon I. bahwa dapat

    dipastikan, bahwa tanpa diilhami oleh nama perniagaan dan merek dagang termasyur

    pemohon Nike, termohon I tidak akan berfikir untuk mendaftarkan merek Nike atas namanya.

    17. tentang kekhilafan termohon II:

    bahwa prinsip Uni Paris pasal 8 telah diterapkan dalam undang-undang merek pasal 10 ayat 1,

    yang antara lain berbunyi sebagai berikut:

    atau jika merek yang didaftarkan itu mengandung nama atau nama perniagaan (trade name)

    orang lain... . dsb. (tanpa tambahan, bahwa barang-barang harus sejenis), hal mana adalahsesuai dengan teks Uni Paris pasal 8 yang berbunyi sebagai berikut:

    a trade name shall be protected in all the countries of the union without necessity of deposit

    or registration, whether or not if forms part of a trade mark.

    bahwa jelaslah, bahwa hak tunggal/khusus pemohon atas nama perniagaan serta merek Nike

    dijamin oleh undang-undang merek pasal 10 ayat 1.

    bahwa untuk pembatalan pendaftaran merek yang mengandung nama perniaguan pihak lain,

    pemohon mohon menunjuk pada:

    a. putusan Mahkamah Agung R.I. Reg. No. 2854 K/Sip/1981 tanggal 29 April 1982 dalam

    kasus Yamaha.

    b. putusan Mahkamah Agung R.I. Reg. No. 3027 K/Sip/1981 tanggal 29 Desember 1982

    dalam kasus Seven Up.

    c. putusan Mahkamah Agung R.I. Reg. No, 3670 K/Sip/1981 tanggal 25 Oktober 1982

    dalam kasus Metzler.

    18. bahwa menurut hemat pemohon, maksud dan tujuan undang-undang merek 1961 adalah untuk

    meIindungi masyarakat dan pemakai pertama yang jujur, ialah pemohon terhadap:

    a. perbuatan melawan hukum dalam bidang perdagangan yang dikenal dengan istilah

    persaingan curang (lihatlah considerans) bahwa setiap perbuatan melawan hukum

    (persaingan curang) dengan sendirinya adalah bertentangan dengan ketertiban umumsebagai termaksud dalain undang-undang merek pasal 5.

    b. kekhilafan-kekhilafan termohon II (lihatlah pasal 10).

    19. bahwa menurut hemat pemohon, merek termohon I daftar No. 141589 batal demi hukum

    karena:

    a. Nike merupakan pula nama perniagaan pemohon.

    bahwa karenanya termohon I wajib minta surat keterangan dari pemohon, bahwa

    pemohon tidak berkeberatan namanya dipakai sebagai merek termohon I dan

    menyerahkan keterangan tersebut kepada termohon II. Bahwa surat keterangan tersebut

    tidak pernah diminta dari pemohon dan tidak pernah diserahkan kepada termohon II.

    bahwa dalam rangka undang-undang merek 1961 tidak ada perbedaan antara nama

    perniagaan dan nama orang.

  • 7/22/2019 220 PK Perd 1986

    10/34

    Ha 10 ari 34 Putusan No. 220 PK Per 1986

    bahwa undang-undang merek pasal 10 ayat 1 antara lain berbunyi sebagai berikut: atau

    jika merek yang didaftarkan itu mengandung nama atau nama perniagaan (trade name)

    orang lain..dsb.

    bahwa pemohon memerlukan izin termohon I pula, jika hendak mendaftarkan Lucas

    Sasmito sebagai merek dagang atas namanya.

    bahwa jika termohon I bangga akan usahanya dan beritikad baik, tentunya termohon I

    akan mendaftarkan Lucas Sasmito sebagai merek dagangnya.

    b.

    bertentangan dengan ketertiban umum, sebagai dimaksud dalam undang-undang merekpasal 5.

    20. bahwa untuk merek-merek kata yang sama (slaafse nabotsing dalam ucapan kata maupun

    suara), yang telah dibatalkan, karena bertentangan dengan ketertiban umum sebagai

    termaksud dalam undang-undang merek pasal 5; pemohon mohan menunjuk pada:

    a. keputusan Mahkamah Agung R.I. Reg.No. 369 K/Sip/1962 tanggal 16 Januari 1963

    dalam kasus Jeep versus Jeep.

    b. keputusan Mahkamah Agung R.I. No. 4/58/Cas/122/1956 G tanggal 15 Pebruari 1966

    dalam kasus Jeep versus Jeep.

    c.

    keputusan Mahkamah Agung R.I. Reg. No. 2854 K/Sip/1981 tanggal 29 April 1982dalam kasus Yamaha versus Yamaha.

    d. keputusan Mahkamah Agung R.I. Reg. No. 3027 K/Sip/1981 tanggal 29 Desember

    1982 dalam kasus Seven Up versus Seven Up.

    21. bahwa selanjutnya pemohon mohon menunjuk pada putusan Mahkamah Agung R.I. No. 1596

    K/Pdt/1983 tanggal 19 Januari 1985, dalam perkara merek dagang Crocodile versus Brilant,

    yang dalam pertimbangannya antara lain dikemukakan sebagai berikut:

    (halaman 18).

    bahwa keberatan-keberatan ini dapat dibenarkan karena Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

    telah salah menerapkan hukum dengan alasan-alasan sebagai berikut:

    1. dalam perkara ini (No. 285/1982/PdtG) pada waktu diajukan gugatan ini, merek atas

    nama tergugat asal I sudah didaftarkan dengan merek No. 160913, tetapi belum

    diumumkan dalam Tambahan Berita Negara.

    2. karena itu timbul pertanyaan apakah gugatan dapat didasarkan atas undang-undang No.

    21 tahun 1961, kalau merek yang dianggap merupakan tiruan atau mengandung

    persamaan secara keseluruhan atau pada pokoknya baru terdaftar dan belum di-

    umumkan dalam Tambahan Berita Negara sesuai dengan pasal 10 yo pasal 8 Undang-

    undang No.21 tahun 1961.

    3.

    mengenai hal ini perlu ditegaskan, babwa undang-undang No. 21 tahun 1961,mempunyai tujuan untuk melindungi baik konsumen (khalayak ramai) maupun pemakai

    pertama di Indonesia (merek yang terdaftar maupun yang tidak terdaftar) terhadap

    tiruan merek.

    bahwa perlindungan hukum ini menurut maksud dan undang-undang No. 21 tahun

    1961, dapat bersifat represif, yaitu setelah merek tersebut memperoleh nomor register

    dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara, maupun secara preventif, yaitu baru

    diajukan permohonan untuk didaftarkan, tetapi belum diumumkan dalam Tambahan

    Berita Negara.

    Bahwa terhadap persaingan curang dapat disimpulkan dalam pasal 2 ayat 1 dan 3 dan

    undang-undang No. 21 tahun 1961 yang menentukan:bahwaorang yang pertama kali mengajukan permohonan pendaftaran merek dianggap

    sebagai pemakai pertama merek tersebut kecuali dapat dibuktikan hal sebaliknya

    kemudian pasal 7 ayat 2 undang-undang No. 21 tahun 1961 ditentukan bahwa suatu

    pendaftaran merek mulai berlaku sejak tanggal dicatat dalam daftar umum.

  • 7/22/2019 220 PK Perd 1986

    11/34

    Ha 11 ari 34 Putusan No. 220 PK Per 1986

    oleh karena itu yang bersangkutan sejak dicatat dalam daftar umum merek sudah berhak

    atas perlindungan hukum.

    selanjutnya dipertimbangkan sebagai berikut:

    demikian pula tergugat II Pemerintah R.I. qq. Departemen Kehakiman R.I. qq.

    Direktorat Patent dan Hak Cipta dalam jawabannya tanggal 15 Juli 1982 sama sekali

    tidak menyinggung tentang penempatan merek tergugat asal I yang dimaksud dalam

    penerbitan Tambahan Berita Negara R.I. bahkan sama sekali tidak mengajukan eksepsi

    mengenai hal tersebut.bahwa mengenai makna pasal 10 undang-undang No. 21 tahun 1961 khususnya ayat 1

    tentang jangka waktu 9 bulan seteIah penempatan dalam penerbitan Tambahan Berita

    Negara R.I. harus diterima sebagai suatu kenyataan bahwa penempatan tersebut tidak

    dapat dipastikan waktu penempatan dan sering kali memakan waktu yang sangat lama.

    dalam perkara ini ternyata setelah pendaftaran merek (dalam daftar umum) milik

    tengugat asal I dengan No. 160913 pada tanggal 26 April 1977 sampai sekarang belum

    diketahui apakah merek tersebut telah ditempatkan dalam penerbitan Tambahan Berita

    Negara R.I. belum dilaksanakan.

    oleh karena itu demi perlindungan hukum para pemilik merek yang telah terdaftar

    mereknya dalam daftar umum, maka meskipun penempatan dalam Tambahan BeritaNegara R.I. belum terlaksana akan tetapi pemilik merek tersebut sudah dapat meng-

    ajukan gugatan ke Pengadilan Negeri berdasarkan pasal 10 undang-undang No. 21

    tahun 1961. (P.1 PK).

    21. bahwa jelaslah putusan Mahkamah Agung R.I. No. 1596 K/Pdt/1983 tanggal 19 Januari 1985,

    yang telah berkekuatan pasti telah menerapkan secara benar dan patut dalam menerapkan

    ketentuan gugatan pembatalan merek yang belum diumumkan dalam Tambahan Berita

    Negara R.I.

    keputusan Mahkamah Agung R.I. No. 1596 K/Pdt/1983 tersebut antara lain menerapkan

    beberapa azas-azas terpenting yaitu:

    a. tiada batas waktu untuk mengajukan gugatan pembatalan terhadap sesuatu merek yang

    didaftarkan atas dasar itikad buruk, karena tujuan undang-undang merek sendiri adalah

    untuk melindungi baik konsumen (khalayak ramai) maupun pemakai pertama yang

    beritikad baik terhadap tiruan merek.

    b. demi menjamin kepastian hukum terhadap pemakai pertama yang beritikad baik, maka

    gugatan pembatalan terhadap sesuatu merek yang diajukan atas dasar itikad buruk,

    dapat segera diajukan berdasarkan pasal 10 undang-undang merek 1961, tanpa harus

    menunggu diterbitkannya merek terdaftar tersebut dalam Tambahan Berita Negara R.I.

    22. bahwa selanjutnya pemohon mohon menunjuk pula pada keputusan Mahkamah Agung R.I.

    No. 1595 K/Sip/1983 tanggal 19 Januari 1985, yang pada prinsipnya juga menerapkanketentuan-ketentuan sebagaimana yang dipertimbangkan dalam putusan Mahkamah Agung

    R.I. No. 1596 K/Sip/1983.

    bahwa bersama ini pula, pemohon akan mengajukan copy keputusan Mahkamah Agung R.I.

    Reg. No. 1595 K/Sip/1983 tanggal 19 Januari 1985, halaman 15 sampai dengan 17 (P PK II).

    23. Bahwa itikad buruk termohon I terlihat secara jelas dalam suratnya tertanggal 2 Nopember

    1982 yang ditujukan pada Nike Blue Ribbon Sports Inc., Oregon, U.S.A. yang ditanda tangani

    oleh Tn. Lucas Sasmito sebagai Direktur dan P.T. Panarub Industry Co. Ltd., yang isinya

    antara lain mengemukakan bahwa: P.T. Panarub Industry Co. Ltd., telah mendaftarkan

    merek dagang Nike yang diketahuinya milik pihak lain, dengan maksud untuk menjualnya

    dengan merek tersebut.

    Selanjutnya dikemukakan pula bahwa jika Tn. Lucas Sasmito tidak mendaftarkan merek Nike

    tersebut, maka pihak ketiga (pembajak) lain tentu akan mendaftarkan merek tersebut, dan

    tujuan Tn. Lucas Sasmito untuk mendaftarkan merek Nike tersebut, adalah untuk memperoleh

  • 7/22/2019 220 PK Perd 1986

    12/34

  • 7/22/2019 220 PK Perd 1986

    13/34

    Ha 13 ari 34 Putusan No. 220 PK Per 1986

    3. bahwa pemohon telah menunjuk ketentuan pasal 8 sub. c Perma No. 1 tahun 1982 tentang

    tenggang waktu pengajuan permohonan peninjauan kembali, yang menurut hukum

    merupakan penentuan tenggang waktu pengajuan permohonan peninjauan kembali apabila

    didasarkan atas alasan-alasan yang tersebut pada huruf (c), (d) dan (f) pasal 2 Perma No. 1

    tahun 1982.

    4. tentang alasan pasal 2 sub. c.

    bahwa tidak ternyata Mahkamah Agung dalam keputusannya No, 294 K/Pdt/1984 tertanggal

    31 Juli 1985 talah mengabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau Iebih dan pada yangdituntut.

    bahwa dalam diktum keputusan Mahkamah Agung tersebut secara jelas menyatakan gugatan

    penggugat (pemohon peninjauan kembaIi) tidak dapat diterima, yang berarti seluruh petitum

    gugatan penggugat dinyatakan sebagai tidak dapat diterima. tegasnya apabila dasar

    peninjauan kembali ini diajukan atas alasan pasal 2 sub. c Perma No. 1 tahun 1982, kiranya

    bukan merupakan alasan hukum yang dapat diperiksa oleh Mahkamah Agung terhadap ke-

    putusan Mahkamah Agung yang dimohonkan peninjauan kembali ini.

    5. tentang alasan pasal 2 sub. d.

    demikian pula halnya dengan alasan peninjauan kembali atas dasar pasal 2 sub. d Perma No. 1

    1961 tidak dapat merupakan alasan peninjauan kembali atas keputusan Mahkamah Agungsebelumnya yang telah menyatakan gugatan pemohon sebagai tidak dapat diterima.

    bahwa dalam keputusan Mahkamah Agung No, 294 K/Pdt/1984 yang dimohonkan peninjauan

    kembali ini, yang belum memeriksa tentang tuntutan pokok perkaranya, tetapi baru

    memeriksa dan mempertimbangkan tentang syarat formil gugatan pemohon yang diajukan

    di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, yang menurut Mahkamah Agung gugatan pemohon Nike

    International Ltd. belum memenuhi formalitas ketentuan pasal 10 ayat 1 Undang-undang No.

    21 tahun 1961.

    menurut hukum apabila syarat formal suatu gugatan (formalitas gugatan) tidak dipenuhi,

    maka dengan sendirinya seluruh gugatan pokok tidak perlu dipertimbangkan dan harus

    dinyatakan tidak dapat diterima. dengan telah secara tepat dipertimbangkan MahkamahAgung dalam putusan No 294 K/Pdt/1984 tentang syarat formil gugatan eks pasal 10 ayat 1

    undang-undang No. 21 tahun 1961, maka alasan pasal 2 sub. d Perma No. 1 tahun 1982 tidak

    dapat dipakai sebagai alasan peninjauan kembali dalam perkara ini.

    6. tentang alasan pasal 2 sub. f.

    bahwa alasan peninjauan kembali berdasarkan pasal 2 sub. f Perma No. 1 tahun 1982 apabila

    dalam suatu putusan terdapat ketentuan-ketentuan yang bertentangan satu dengan lainnya.

    maksud dari pasal ini berdasarkan yurisprudensi yaitu apabila dalam keadaan keputusan

    Pengadilan yang pertimbangan hukumnya dan duduk perkaranya dipertimbangkan secara

    bertentangan. termohon bersama ini mohon menunjuk pada keputusan Landraad Purworedjo

    tanggal 4 Nopember 1937 (T. 148, halaman 416) yang secara tegas memberikan arti maksud

    pasal tersebut, yaitu suatu putusan Hakim adalah terang keliru sebab dalam

    mempertimbangkan hukumnya dan putusannya disebut seolah-olah tergugat tidak melawan

    sedangkan di dalam pertimbangan terhadap duduk perkaranya disebutkan bahwa tergugat

    melawan tuntutan penggugat. bahkan dipertegas lagi oleh Prof. Dr. R. Supomo SB. bahwa

    kekecualian pemeriksaan kembali hanya dibatasi kepada peristiwa-peristiwa adanya

    kekeliruan yang dengan kecepatan mata segera dapat diketahui sebagaimana halnya dengan

    putusan Landraad Purworedjo tersebut (vide Hukum Acara Perdata terbitan Pradnyaparamita,

    Jakarta - 1980, cetakan keenam, oleh Prof. Dr. R. Supomo SH.).

    bahwa dalam keputusan Mahkamah Agung No. 294 K/Pdt/1984 tertanggal 31 Juli 1985 yang

    dimohonkan peninjauan kembali tersebut jelas tidak ternyata adanya ketentuan-ketentuanyang bertentangan satu sama lainnya. terbukti dari pertimbangan tentang duduk perkaranya

    Mahkamah Agung telah mempertimbangkan dalil-dalil pengakuan pemohon dalam surat

    gugatan bahwa pendaftaran merek No. 141589 Nike atas nama termohon pada saat gugatan

    diajukan belum diumumkan dalam Tambahan Berita Negara R.I., karenanya menurut

  • 7/22/2019 220 PK Perd 1986

    14/34

    Ha 14 ari 34 Putusan No. 220 PK Per 1986

    Mahkamah Agung sesuai dengan keyakinan dan pendiriannya tentang maksud tenggang

    waktu 9 bulan dalam pasal 10 ayat 1 undang-undang No. 21 tahun 1961 bahwa gugatan

    pembatalan merek eks pasal 10 ayat 1 hanya boleh diajukan dalam batas waktu 9 bulan

    setelah pengumuman dalam Tambahan Berita Negara R.I., yang menurut Mahkamah Agung

    berarti undang-undang melarang diajukan tuntutan pembatalan merek terdaftar dalam keadaan

    belum diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI.

    mohon perhatian Mahkamah Agung.

    bersama ini termohon hendak menunjuk pada keputusan Mahkamah Agung No. 36PK/Pdt/1984 tanggal 16 Pebruari 1985 dalam perkara tingkat peninjauan kembali, dengan

    mempertimbangkan secara tegas bahwa telah menjadi yurisprudensi tetap dari Mahkamah

    Agung bahwa karena belum diumumkan dalam Tambahan Berita Negara R,I., maka perkara

    ini bukan merupakan perkara merek, sehingga penggugat belum berhak mengajukan gugatan

    pembatalan merek ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. bahwa diawali dari keputusan

    Mahkamah Agung dalam perkara pembatalan merek dengan mempergunakan upaya hukum

    luar biasa (Peninjauan kembali) sejak keputusan Mahkamah Agung No. 226 PK/Pdt/1981

    tertanggal 30 September 1983 sampai dengan sekarang, ternyata telah berulang kali disitir

    kembali oleh Mahkamah Agung sebagai yurisprudensi tetap yang disandarkan pada pendirian

    Mahkamah Agung terhadap pendaftaran merek-merek yang belum diumumkan dalam

    Tambahan Berita Negara tidak dapat diajukan pembatalannya eks pasal 10 ayat 1 undang--undang No. 21 tahun 1961.

    II. perubahan pendirian Mahkamah Agung bukan alasan peninjauan kembali.

    7. bahwa walaupun sebelumnya Mahkamah Agung berpendirian bahwa walaupun merek-merek

    terdaftar belum diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI. sesuai pasal 8 undang-

    undang No. 21 tahun 1961 tuntutan pembatalan merek eks pasal 10 ayat 1 dapat diajukan

    kepada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, kemudian terjadinya perubahan pendirian dari

    Mahkamah Agung bahwa terhadap merek-merek yang belum diumumkan dalam TambahanBerita Negara tidak dapat diajukan pembatalannya, akan tetapi perubahan pendirian

    Mahkamah Agung demikian tidak dapat dipakai sebagai dasar alasan diajukan permohonan

    peninjauan kembali menurut Perma No. 1 tahun 1982. Oleh karena alasan-alasan dapat

    diajukan peninjauan kembali atas suatu putusan Pengadilan Perdata yang telah memperoleh

    kekuatan hukum tetap dibatasi hanya berdasarkan hal-hal yang disebutkan dalam pasal 2 sub.

    a sampai dengan sub. f yang sama sekali tidak termasuk mengenai adanya perubahan

    pendirian dari Pengadilan untuk masalah yang sama.

    8. bersama ini termohon menunjuk pada keputusan Mahkamah Agung No. 363 PK/Pdt/1984

    tertanggal 29 Nopember 1985 dalam perkara permohonan peninjauan kembali mengenai

    masalah yang sama dengan peninjauan kembali ini, yang pada pokoknya mengajukan alasan

    keberatan terhadap pendirian Mahkamah Agung bahwa merek-merek yang belum diumumkan

    dalam Tambahan Berita Negara R.I. tidak dapat diajukan tuntutan pembatalannya. Terhadap

    permohonan peninjauan kembali tersebut secara tegas dinyatakan Mahkamah Agung sebagai

    tidak dapat diterima, dengan alasan hukum bahwa alasan peninjauan kembali tersebut tidak

    memenuhi ketentuan pasal 2 Perma No. 1 tahun 1982.

    9. dengan adanya keputusan Mahkamah Agung dalam perkara peninjauan kembali di alas daftar

    No. 363 PK/Pdt/l 984 yang duduk perkara dan masalah peninjauan kembalinya adalah sama,

    serta sejalan dengan usaha-usaha peradilan di Indonesia mengurangi adanya perbedaan-

    perbedaan pendapat yang didasarkan pada keyakinan-keyakinan masing-masing menuju ke

    arah kesatuan pendirian, khususnya mengenai dasar alasan peninjauan kembali eks. pasal 2

    Perma No. 1 tahun 1982, maka kiranya Mahkamah Agung berkenan menyatakan menolakatau menyatakan peninjauan kembali Nike International Ltd. sebagai tidak dapat diterima.

  • 7/22/2019 220 PK Perd 1986

    15/34

    Ha 15 ari 34 Putusan No. 220 PK Per 1986

    10. bahwa apabila Mahkamah Agung berpendirian lain terhadap alasan-alasan hukum termohon

    di atas, dengan hormat termohon bersama ini mengajukan tanggapan-tanggapan atas semua

    uraian uraian pemohon dalam permohonan peninjauan kembali sebagai berikut:

    III. tentang tenggang waktu 9 bulan.

    11. bahwa memang benar Undang-undang No. 21 tahun 1961 tidak ada satu pasalpun yang

    melarang diajukan tuntutan pembatalan merek yang belum diumumkan dalam Tambahan

    Berita Negara, yang tegas-tegas dilarang adalah tuntutan pembatalan merek yang diajukan

    eks. pasal 10 ayat 1 melampaui tenggang waktu 9 bulan.

    12. bahwa adanya pendirian Mahkamah Agung akhir-akhir ini, termasuk dalam perkara kasasi

    No. 294 K/Pdt/1984 yang dimohonkan peninjauan kembali oleh pemohon Nike International

    Ltd. bahwa tuntutan pembatalan merek yang belum diumumkan dalam Tambahan Berita

    Negara dinyatakan sebagai tidak dapat diterima disandarkan pada keyakinan Mahkamah

    Agung menafsirkan bunyi ketentuan pasal 10 ayat 1 undang-undang No. 21 tahun 1961 yang

    dengan sengaja diatur tenggang waktu 9 bulan yang bersifat mengikat.

    tegasnya ditafsirkan Mahkamah Agung bahwa tuntutan pembatalan merek hanya bolehdilakukan dalam batas waktu 9 bulan setelahpengumuman dalam Tambahan Berita Negara

    R.I. terjadi. Di luar tenggang waktu tersebut menurut Mahkamah Agung tuntutan pembatalan

    merek eks. pasal 10 ayat 1 undang-undang No 21 tahun 1961 adalah dilarang.

    13. bahwa terhadap penunjukan keputusan Mahkamah Agung No. 1596 K/Pdt/1983 dan 1595

    K/Pdt/l983 tertanggal 1 Januari 1985 yang secara tegas mempertimbangkan bahwa tuntutan

    pembatalan merek yang belum diumumkan dalam Tambahan Berita Negara dapat diterima.

    Walaupun pernah ada keputusan Mahkamah Agung demikian ternyata masih adanya

    keputusan Mahkamah Agung lebih baru tertanggal 25 Juni 1985 No. 2956 K/Pdt/1983 yang

    tetap melarang diajukan tuntutan pembatalan merek yang belum diumumkan dalam

    Tambahan Berita Negara. Apalagi pengertian yurisprudensi Indonesia tidak bersifat Stare

    decisis melainkan persuasive, yang berarti Hakim tidak diwajibkan mengikuti keputusan-keputusan Hakim sebelumnya dalam menghadapi kasus yang sama, tetapi hanya dapat

    dijadikan pedoman saja dan diperkenankan menyimpang dengan memberikan pertimbangan

    tentang penyimpangan tersebut.

    IV. tentang konpensi Paris.

    14. bahwa undang-undang merek tahun 1961 bersifat territorial, berarti berlaku di seluruh

    wilayah Republik Indonesia. prinsip tentang persamaan perlakuan antara orang asing dan

    warga negara sendiri telah diberikan tempat yang layak dalam undang-undang No. 21 tahun1961 (vide pasal 13 yo pasal 4 dan pasal 2), bahwa pihak warga negara asing diberikan

    kesempatan sebagaimana halnya dengan warga negara Indonesia untuk mengajukan

    permohonan pendaftaran mereknya di Indonesia, atau menuntut untuk mempertahankan

    haknya atas suatu merek di wilayah Republik Indonesia. tetapi terhadap warga negara asing

    tersebut bukan berarti akan memperoleh hak prioritas dengan mengenyampingkan ketentuan-

    ketentuan undang-undang merek Indonesia berdasarkan konpensi Paris. Oleh karena Undang-

    udang No. 21 tahun 1961 secara tegas menentukan bahwa hak khusus atas suatu merek

    diberikan kepada yang pertama kali memakai merek tersebut di Indonesia (bukan pemakaian

    di negara-negara konpensi Paris lainnya), serta tenggang waktu 9 bulan pengajuan gugatan

    pembatalan merek eks pasal 10 ayat 1 tetap mengikat bagi warga negara asing lainnya.

    dengan ini termohon menunjuk pada keputusan Mahkamah Agung No. 1908 K/Sip/1982

    tanggal 28 Januari 1984, secara tegas mempertimbangkan bahwa sekalipun merek

    dagang/nama perusahaan warga negara asing yang negaranya juga merupakan anggota uni

    Paris harus dilindungi oleh negara-negara sesama anggota uni tersebut, namun hal itu tidak

  • 7/22/2019 220 PK Perd 1986

    16/34

    Ha 16 ari 34 Putusan No. 220 PK Per 1986

    berarti bahwa pihak pemilik merek asing dalam rangka memohon perlindungan terhadap

    mereknya dibebaskan dari persyaratan Undang-undang sebagaimana tersebut dalam pasal 10

    ayat 1 undang-undang No. 21 tahun 1961.

    15. bahwa dengan demikian alasan-alasan pemohon minta perlindungan hukum atas mereknya di

    Indonesia berdasarkan pada konpensi Paris tentang merek terkenal atau tiada batas waktu

    mengajukan tuntutan pembatalan merek termohon telah terbukti tidak bersandarkan pada

    hukum merek Indonesia, yang karenanya harus dikesampingkan.

    V. Nike bukan monopoli pemohon.

    16. disangkal keras dalil-dalil pemohon yang dikemukakan dalam permohonan peninjauan

    kembali bahwa Nike bukan kata biasa yang tidak dapat dimonopoli oleh salah satu pihak,

    selain merupakan merek dagang pemohon dan merupakan pula nama dagang pemohon.

    17. bahwa Nike kiranya merupakan kata biasa, yang dengan mudah dapat diketemukan dalam

    kamus-kamus, berarti The Greek Goddess of Victory (vide T - 2), yang sama sekali tidak

    mencantumkan adanya hubungan dengan nama perusahaan pemohon. Lain halnya dengan

    kata Tarzan yang dalam kamus selalu tertera nama penciptanya Edgar Rice Burroghs Inc,yang lengkapnya berbunyi Tarzan, hero of adventure stories by Edgar Rice Burroughs.

    18. bahwa berdasarkan fakta yuridis tersebut, kiranya telah terbukti bahwa kata Nike bukan

    merupakan perkataan hasil ciptaan pemohon di Amerika Serikat, oleh karenanya tidak ada

    masalah itikad baik atau buruk tentang pemakaian kata Nike sebagai merek dagang termohon

    yang pertama kali diajukan permohonan pendaftarannya kepada Direktorat Patent dan Hak

    Cipta tertanggal 27 Oktober 1978 dengan nomor pendaftaran 141589 (bukti T- 3). menurut

    pasal 2 ayat 2 undang-undang No. 21 tahun 1961 serta peredaran produk sepatu Nike dari

    termohon secara faktual, terhadap termohon telah diberikan anggapan hukum sebagai

    pemakai pertama atas merek Nike setidak-tidaknya sejak tanggal diajukan permohonan

    pendaftarannya, bahkan telah pula menjelma menjadi kenyataan hukum pemakaian

    pertamanya di pasaran Indonesia sejak tanggal 27 Oktober 1978.

    19. terhadap nama perusahaan pemohon Nike International Ltd. berkedudukan di Amerika Serikat

    dalam kenyataannya tidak pernah dipakai sebagai nama dagang atau perniagaan dalam me-

    masarkan produk sepatu Nike di wilayah Republik Indonesia, karenanya perlindungan nama

    dagang asing pemohon tidak terjangkau oleh undang-undang merek Indonesia.

    20. tidak ada kekhilafan termohon II.

    bahwa termohon II telah mengabulkan pendaftaran merek Nike termohon I di bawah No.

    141589 tertanggal 13 Desember 1979 adalah sesuai dengan ketentuan pasal 7 Undang-undang

    No. 21 tahun 1961.

    didaftarkannya merek Nike termohon I oleh Direktorat Patent dan Hak Cipta oleh karenadalam daftar umum kantor Patent tidak pernah terdaftar lebih dahulu merek Nike atas nama

    orang lain, bahkan nama perusahaan pemohon Nike International Ltd. tidak pernah pula

    mendaftarkan mereknya di Indonesia. bahwa keputusan-keputusan Mahkamah Agung yang

    disitir pemohon dalam perkara merek Yamaha, Seven Up dan Metzeler kiranya tidak ada

    relevansinya dipertimbangkan dalam perkara ini, oleh karena selain masalah duduk

    perkaranya berbeda, juga sandaran hukum pertimbangan Mahkamah Agung tersebut tidak

    mempunyai persamaan dengan perkara merek Nike yang dimohonkan peninjauan kembali.

    Dalam perkara merek Yamaha perlindungan nama perniagaan disandarkan karena merek Ya-

    maha atas nama Yamaha Kabushiki Kaisa telah terdaftar di Indonesia sejak tanggal 13

    Agustus 1963.

    Juga dalam perkara merek Metzeler atas nama Metzeler International Optic GmbH telah

    beredar di Indonesia sejak tahun 1956 dan pendaftaran merek Metzeler tergugat baru terjadi

    pada tahun 1970. demikian pula dengan perkara merek Seven Up yang telah terdaftar di

    Indonesia sejak tahun 1964.

  • 7/22/2019 220 PK Perd 1986

    17/34

    Ha 17 ari 34 Putusan No. 220 PK Per 1986

    Keputusan-keputusan Mahkamah Agung yang memberikan perlindungan hukum terhadap

    nama perniagaan pihak lain berdasarkan pemakaian pertama nama perniagaan tersebut di

    Indonesia dan/atau pendaftaran pertamanya merek yang mengandung nama perniagaannya di

    Direktorat Patent dan Hak Cipta. sedangkan dalam perkara merek Nike ini tidak terbukti

    adanya pemakaian merek Nike pemohon sebelum tanggal 27 Oktober 1978, bahwa nama

    perniagaan pemohon belum pernah tercatat dalam daftar umum Direktorat Patent dan Hak

    Cipta sebagai pemilik atas suatu merek dagang di Indonesia.

    21. tentang masalah itikad baik atau itikad buruk.

    1. dimohon dengan hormat perhatian Mahkamah Agung bahwa menurut pasal 2 ayat 2

    undang-undang No. 21 tahun 1961 termohon telah diberi anggapan hukum sebagai

    pemakai pertama alas merek dagang Nike daftar No. 141589 (vide TI - 2) sejak

    tanggal diajukannya permohonan pendaftarannya di direktorat Patent dan Hak Cipta

    tanggal 27 Oktober 1978.

    2. bahwa bukti baru pemohon sesuai P. PK-III, P. PK-9 dan P. PK-10 yang diajukan dalam

    permohonan peninjauan kembali yang pernah diajukan dalam pemeriksaan di hadapan

    judex facti, selain tidak ada hubungannya dengan para pihak (khususnya pemohon Nike

    International Ltd.), juga bukan merupakan bukti baru yang bersifat menentukan(novum) seperti yang dimaksud dalam pasal 2 b Perma No. 1 tahun 1982, karenanya

    mohon dikesampingkan oleh Mahkamah Agung.

    3. bahwa dengan diajukan kembali bukti P. PK-III yaitu surat termohon kepada Nike Blue

    Ribbon Sports Inc pada tanggal 2 Nopember 1982 (Tegasnya: 5 Tahun kemudian sete-

    lah permohonan merek Nike diajukan di kantor patent) membuktikan bahwa bukan

    pemohon yang mempunyai kualitas sebagai pemilik merek Nike, apalagi sebagai

    pemakai pertama di wilayah Republik Indonesia.

    Sedangkan menurut hukum merek Indonesia bahwa anggapan hukum termohon sebagai

    pemakai pertama atas merek Nike sejak tangggal 27 Oktober 1978 hanya dapat

    dinyatakan sebaliknya apabila dapat dibuktikan tentang pemakaian lebih dahulusebelum tanggal tersebut oleh pemohon di pasaran sepatu-sepatu Nike Indonesia.

    4. bahwa menurut hukum ada tidaknya itikad baik atau buruk dari seseroang baru ada

    relevansinya dipentimbangkan apabila hak atas merek Nike oleh pemohon yang

    berkedudukan di luar negeri telah terbukti menurut hukum merek Indonesia (pasal 2

    ayat 1 Undang-undang No. 21 tahun 1961).

    selain itu telah menjadi yurisprudensi Mahkamah Agung R.I, bahwa hanya terhadap

    para agent-agent, penyalur-penyalur, rekanan-rekanan dari merek luar negeri di

    Indonesia, yang apabila mendaftarkan merek-merek principalnya di luar negeri tanpa

    persetujuan terlebih dahulu baru dapat dikualifisir sebagai pendaftar beritikad buruk.

    tegasnya itikad buruk seseorang pendaftar merek dalapi negeri dalam kedudukannya

    sebagai agent/penyalur atau rekanan pihak luar negeri kemudian mendaftarkan merek

    principalnya tidak dianggap sebagai pemakai pertama beritikad baik. Sedangkan pada

    saat permohonan pendaftaran merek termohon diajukan tanggal 27 Oktober 1978 (vide

    TI - 2) termohon sebelumnya dan sesudahnya tidak mempunyai kualitas sebagai agent,

    penyalur atau rekanan dari pemohon, kecuali hanya sebagai produsen sepatu Nike di

    Indonesia. (bandingkan keputusan Mahkamah Agung No. 809 K/Sip/1980 tanggal 28

    Januari 1984, No. 1001 K/Sip/1979 tanggal 24 April 1980 dan No. 3144 K/Sip/1982

    tanggal 30 Nopember 1983).

    22. tentang perbuatan melawan hukum.

    1. bahwa sama sekali tidak bersandarkan pada hukum atas dalil pemohon menafsirkan

    maksud dan tujuan Undang-undang merek tahun 1961 untuk melindungi masyarakat

    dan pemakai pertama yang jujur pemohon terhadap perbuatan melawan hukum, oleh

    karena hak pemohon atas merek Nike di wilayah Indonesia belum terbukti berdasarkan

    pernyataan Hakum yang berkekuatan pasti, maka terhadap termohon dalam memakai

  • 7/22/2019 220 PK Perd 1986

    18/34

    Ha 18 ari 34 Putusan No. 220 PK Per 1986

    dan mengedarkan produksi sepatu Nike sesuai pendaftaran No. 141589 tidak dapat

    dinyatakan/dikualifisir sebagai tindakan perbuatan melawan hukum serta persaingan

    curang.

    2. Mahkamah Agung dengan keputusannya tertanggal 7 Mei 1973 No. 178 K/Sip/1973

    secara tegas mempertimbangkan bahwa tidak mungkin dapat ditentukan suatu perbuatan

    melawan hukum atau tidaknya terhadap salah satu pihak, kalau belum diselesaikan soal

    siapa yang berhak atas perlindungan hukum atas merek tersebut di Indonesia.

    3.

    bahwa sesungguhnya tindakan pemohon Nike International Ltd. memasarkan produksepatu Nike di Indonesia telah melakukan persaingan secara tidak sehat dengan pihak

    produsen lokal (termohon), persaingan dengan demikian kiranya dapat dikualifisir

    sebagai perbuatan melawan hukum. terbukti adanya unsur-unsur itikad tidak baik dari

    pemohon dalam berusaha mempengaruhi konsumen sepatu di Indonesia sebagai berikut:

    - berdasarkan pemberitahuan isi keputusan Mahkamah Agung No 294 K/Pdt/1984

    tanggal 31 Juli 1985 kepada pemohon tanggal 10 September 1985, terhadap

    pemohon menurut hukum harus dianggap telah mengetahui tentang tuntutannya

    pembatalan merek No. 141589 Nike serta tuntutan hak atas merek Nike belum

    dapat dikabulkan oleh Pengadilan di Indonesia.

    -ternyata tiga bulan kemudian yaitu bulan Desember 1985 pemohon dengansengaja tetap berusaha mendudukan dirinya sebagai Hakim dengan cara

    menyebarkan selebaran-selebanan kepada para dealer/konsumen pemakai sepatu

    Nike dengan menyatakan bahwa Nike International Ltd. Adalah pemakai pertama

    dan pemilik tunggal dari merek Nike padahal disadari pemohon bahwa usaha

    tuntutan hak dan pembatalan merek Nike termohon tidak dikabulkan oleh

    Mahkamah Agung dalam keputusan No. 294/Pdt/1984, bahkan lebih jauh dengan

    cara yang bertentangan dengan kepatutan dan kesopanan dalam dunia

    perdagangan, Distributor sepatu Nike dan pemohon telah dengain sengaja

    berusaha menjatuhkan produk sepatu Nike pesaing lainnya (termohon), dengan

    cara memberikan keterangan yang tidak benar kepada khalayak ramai yaitu :

    produk sepatu Nike lokal kalau dibuka isinya karton dan pemakai bisa lecet (ter-lampir Majalah Tempo No. 5 tahun XVI tanggal 29 Maret 1986).

    bahwa walaupun terhadap keputusan Mahkamah Agung No. 294 K/Pdt/1984 tertanggal

    31 Juli 1985 sedang dalam tahap peninjauan kembali, akan tetapi menurut hukum

    permohonan peninjauan kembali tidak menangguhkan atau menghentikan pelaksanaan

    putusan Pengadilan. tegasnya pemakaian merek Nike untuk sepatu-sepatu oleh

    termohon berdasarkan hak atas pendaftaran merek No. 141589 tetap diberikan

    perlindungan hukum terhadap peniruan-peniruan dan pemakaian-pemakaian pihak yang

    tidak berhak di wilayah Republik Indonesia, apalagi dengan adanya tindakan-tindakan

    secara itikad tidak baik dari pemohan di atas yang dapat dikualifisir sebagai persaingancurang yang merupakan perbuatan melawan hukum.

    karenanya terhadap pemohon yang melakukan persaingan secara tidak wajar di atas

    tidak patut diberikan perlindungan hukum atas merek dagang Nike untuk sepatu-sepatu

    di Indonesia, yang bersama ini termohon mereservir haknya di kemudian hari untuk

    menuntut ganti kerugian kepada pemohon atas semua kerugian-kerugian materiil dan

    immateriil berdasarkan perbuatan melawan hukum (1365 KUH.Perdata).

    23. nilai hukum pendaftaran merek.

    1.

    bahwa hak atas merek Nike oleh termohon selain disandarkan pada pendaftaranmereknya di bawah No. 141589 (vide TI - 2), yang didaftarkan termohon II sesuai pasal

    7 undang-undang No. 21 tahun 1961, maka menurut hukum merek Indonesia terahdap

    termohon I telah dianggap sebagai pemakai; pertama atas merek tersebut sejak tanggal

    mengajukan permohonan pendaftaran 27 Oktober 1978. anggapan hukum mana hanya

  • 7/22/2019 220 PK Perd 1986

    19/34

    Ha 19 ari 34 Putusan No. 220 PK Per 1986

    dapat dianggap tidak berlaku apabila dapat dibuktikan hal sebaliknya yaitu pemakaian

    lebih dahulu dan merek Nike di Indonesia oleh pihak pemohon

    2. bahwa pemohon peninjauan kembali ini dalam kedudukannya sebagai penggugat asal di

    badapan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah mendalilkan sebagai pemakai pertama

    atas merek Nike di Indonesia, maka menurut hukum terhadap pemohon diwajibkan

    membuktikan tentang pemakaian pertamanya sebelum tanggal permohonan pendaftaran

    merek Nike dan termohon terjadi 27 Oktober 1978. bukti-bukti tentang pemakaian

    pertama sebelum tanggal 27 Oktober 1978 tidak ternyata dapat diajukan pemohon di

    hadapan pemeriksaan yudex facti.

    3. berkenaan dengan tuntutan pembatalan merek dagang No. 141589 Nike atas nama

    termohon I (dahulu tergugat I asal), termohon I bersama ini hendak menunjuk pendapat

    dari Hakim Mahkamah Agung Bapak Indroharto SH. bahwa yang penting bagi

    pemohon pembatalan merek adalah soal pemakaian mereknya secara faktual, sedangkan

    bagi pihak tergugat yang mereknya telah terdaftar yang penting adalah bahwa sesuai

    dengan pendaftaran mereknya itu dapat digunakan dan tidak ada relevannya bagaimana

    secara nyata merek tersebut digunakan.

    4. berdasarkan alasan hukum di atas kiranya terhadap anggapan hukum sebagai pemakai

    pertama atas suatu pendaftaran merek tidak dapat dikesampingkan, kecuali adanya

    pembuktian pemakaian lebih dahulu oleh pihak lain.

    24. perlindungan produksi dalam negeri.

    1. bahwa adanya usaha Pemerintah Indonesia meningkatkan produksi dalam negeri dengan

    sasaran untuk menunjang perkembangan perekonomian Indonesia kiranya telah

    merupakan rencana Pemerintah agar bisa menghemat devisa. karenanya prinsip

    asimilasi yang harus diterapkan dalam memberikan pengakuan yang sama antara warga

    negara Indonesia dengan warga negara asing menerapkan undang-undang merek tidak

    terjadi kepincangan-kepincangan yang dapat merugikan warga negara sendiri, serta

    menguntungkan negara-negara besar, yang akibatnya merugikan negara-negaraberkembang seperti halnya dengan Indonesia.

    2. mohon perhatian Mahkamah Agung bahwa berdasarkan bukti pemohon yang diajukan

    di hadapan judex facti sesuai P-2 yaitu daftar merek Nike yang terdaftar di negana-

    negara lain, tidak ternyata telah didaftarkan di negara asalnya Amerika Serikat. dengan

    tidak terdaftarnya merek Nike pemohon di negara asalnya, maka pemohon sendiri tidak

    mempunyai hak untuk melarang pemakaian merek dagang Nike oleh pihak lain.

    Tegasnya di negara asal pemohon sendiri tidak ada larangan meniru merek Nike, maka

    kiranya tidak patut terhadap warga negara asing tersebut harus memperoleh

    perlindungan hukum secara khusus di Indonesia.

    apalagi mengajukan tuntutan pembatalan merek termohon ini yang pertama kalidiajukan pendaftarannya pada tanggal 27 Oktober 1978.

    3. berkenaan dengan masalah prinsip asimilasi antara warga negara Indonesia dengan

    warga negara asing dalam menerapkan hukum merek Indonesia, bersama ini termohon

    mohon menunjuk keputusan Mahkamah Agung No. 226 PK/Pdt/1981 tertanggal 30

    September 1983, yang secara tegas mempertimbangkan bahwa tidak tepat apabila

    kepada warga negara asing diberikan kedudukan istimewa/melebihi dari pada warga

    Negara Indonesia dalam keadaan yang sama, yang tidak berhak menuntut pembatalan

    berdasarkan pasal 10 Undang-undagg No. 21 tahun 1961.

    4. bahwa hukum merek Indonesia telah memberikan hak kepada setiap warga negara asing

    memperoleh hak khusus atas suatu merek asal terbukti sebagai pemakai pertama diwijayah Republik Indonesia serta dapat mencegah orang lain mempergunakan merek

    tersebut di pasaran Indonesia (vide pasal 13 yo pasal 2 Undang-undang No. 21 tahun

    1961).

  • 7/22/2019 220 PK Perd 1986

    20/34

    Ha 20 ari 34 Putusan No. 220 PK Per 1986

    25. kedudukan hak atas merek disetiap negara.

    1. bahwa sengketa merek Nike di Pengadilan Indonesta tunduk pada Undang-undang

    merek Indonesia, yaitu undang-undang No. 21 tahun 1961 bahwa hak atas merek

    diberikan kepada pemakai pertama.

    sedangkan konsekwensi yuridis dengan adanya pandaftaran merek menurut pasal 7

    Undang-undang No. 21 tahun 1961, terhadap sipendaftar dianggap sebagai pemakai

    pertama sejak tanggal diajukan permohonan pendaftaran kepada Direktorat Patent dan

    Hak Cipta. tegasnya termohon telah memperoleh anggapan hukum sebagai pemakaipertama atas pendaftaran merek Nike dibawah No. 141589 sejak tanggal 27 Oktober

    1978. Sebaliknya terhadap pemohon tidak terbukti adanya pemasukan barang sepatu

    Nike ke wilayah Republik Indonesia sebelum tanggal 27 Oktober 1978.

    2. terhadap pendaftaran merek Nike pemohon di beberapa negara dunia (vide P-2) tanpa

    didaftarkan dinegara asalnya Amerika Serikat dan Indonesia sama sekali tidak

    membuktikan tentang pemakaian pertamanya menurut undang-undang No. 21

    tahun1961;

    3. Bersama ini termohon hendak menunjuk pada keputusan Oberste Gerichtsh of Austria

    tertanggal 10 Mei 1950 dalam masalah merek Dr Dralles Birkenhaarwasser yang

    secara tegas mempertimbangkan bahwa kedudukan dan pada sesuatu hak alas merekdipandang terletak di negara menurut hukum mana merek tersebut tercipta;

    Menimbang:

    mengenai keberatan-keberatan ad. 1 s/d ad. 25:

    bahwa keberatan-keberatan ini dapat dibenarkan, karena Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

    telah salah menerapkan hukum dengan alasan-alasan sebagai berikut:

    1. bahwa merek yang terdaftar atas nama tergugat I dengan No. 141589 tanggal 13 Desember

    1979 (surat bukti P. 8);

    menurut surat bukti, yang baru diterima pada tanggal 14 Maret 1986 oleh Kepaniteraan

    Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, telah diumumkan dalam Tambahan Berita Negara No. 1

    tahun 1980 tanggal 29 Januari 1980 halaman 98 No. 9 yaitu merek Nike No. 141589 tanggal

    13 Desember 1979 atas nama Lucas Sasmito.

    hal ini berarti bahwa seandainya Tambahan Berita Negara tersebut telah diketahui pada waktu

    perkara No. 315/1983 Pdt. G. tanggal 22 Nopember 1983 diperiksa dan diputus maka

    seharusnya gugatan dinyatakan tidak dapat diterima karena tenggang waktu yang diuraikan

    dalam pasal 10 undang-undang No. 21 tahun 1961 telah dilampaui, akan tetapi - sesuai

    dengan prakteknya - penerbitan Tambahan Berita Negara selalu sangat terlambat karena

    sesuatu sebab yang tidak jelas.

    juga dalam perkara ini ternyata kedua belah pihak tidak ada yang mengetahui (termasuk

    tergugat II Kantor Pendaftaran Hak Milik Departemen Kehakiman) bahwa merek Nike milik

    tergugat I telah ditempatkan dalam Tambahan Berita Negara tersebut.

    hal tersebut bukan merupakan kesalahan pihak penggugat, namun demikian kalau berpegang

    teguh secara formil pada pasal 10 (1) undang-undang No. 21 tahun 1961 maka permohonan

    pihak yang berkepentingan selalu akan melampaui waktu yang ditentukan oleh undang-

    undang. praktek selalu terlambatnya penerbitan Tambahan Berita Negara mengakibatkan

    pasal 10 (1) undang-undang No. 21 tahun 1961 merupakan suatu huruf mati. adagium yang

    menyatakan orang dianggap mengetahui/mengenal undang-undang dalam perkara ini tidak

    dapat diterapkan karena secara nyata terbukti para pihak termasuk pihak penggugat/pemohon

    peninjauan kembali baru mengetahuinya setetah adanya putusan kasasi No. 294 K/Pdt/1984

    tanggal 24 Juli 1985.

  • 7/22/2019 220 PK Perd 1986

    21/34

    Ha 21 ari 34 Putusan No. 220 PK Per 1986

    oleh karena itu pada waktu perkara No. 315/1983 Pdt. G. tanggal 22 Nopember 1983 dan No.

    294 K/Pdt/1984 tanggal 24 Juli 1985 diperiksa dan diputus harus dianggap belum ada

    pengumuman dalam Tambahan Berita Negara.

    2.1. dalam perkara ini (No. 315/1983 Pdt. G. tanggal 22 Nopember 1983) pada waktu

    diajukan gugatan ini, merek atas nama tergugat asal I sudah didaftarkan dengan merek

    No. 141589, tetapi sesuai dengan pertimbangan dalam ad. 1 diatas belum diumumkan

    dalam Tambahan Berita Negara.

    2.2.

    dengan demikian timbul pertanyaan apakah gugatan dapat didasarkan atas undang-undang No. 21 tahun 1961, kalau merek yang dianggap merupakan tiruan atau

    mengandung persamaan secara keseluruhan atau pada pokoknya baru terdaftar dan

    belum diumumkan dalam Tambahan Berita Negara sesuai dengan pasal 10 yo pasal 8

    undang-undang No. 21 tahun 1961.

    2.3. mengenai hal ini perlu ditegaskan, bahwa undang-undang No. 21 tahun 1961

    mempunyai tujuan untuk melindungi baik konsumen (khalayak ramai) maupun pemakai

    pertama di Indonesia (merek yang terdaftar maupun yang tidak terdaftar) terhadap

    tiruan merek.

    bahwa perlindungan hukum ini menurut maksud dari undang-undang No. 21 tahun

    1961, dapat bersifat represif yaitu setelah merek tersebut memperoleh nomor registerdan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara, maupun secara preventif, yaitu baru

    didaftarkan/dikabulkan pendaftarannya oleh Kantor Milik Perindustrian (sekarang

    Direktorat Patent dan Hak Cipta) tetapi belum diumumkan dalam Tambahan Berita

    Negara.

    bahwa makna undang-undang untuk menyelenggarakan perlindungan tersebut diatas

    terhadap persaingan curang dapat disimpulkan dalam pasal 2 ayat 1 dan 3 dari undang-

    undang No. 21 tahun 1961 yang menentukan, bahwa orang yang pertama kali

    mengajukan permohonan pendaftaran merek dianggap sebagai pemakai pertama merek

    tersebut kecuali dapat dibuktikan hal sebaliknya.

    kemudian dalam pasal 7 ayat 2 undang-undang No. 21 tahun 1961 ditentukan bahwasuatu pendaftaran merek mulai berlaku sejak tanggal dicatat dalam daftar umum.

    Oleh karena itu yang bersangkutan sejak dicatat dalam daftar umum merek sudah

    berhak alas perlindungan hukum (tegasnya bukan sejak ditempatkan dalam Tambahan

    Berita Negara menurut pasal 8 undang-undang No. 21 tahun 1961). hal ini lebih

    ditegaskan lagi dalam memori penjelasan pasal 17 undang-undang No. 21 tahun 1961

    yaitu bahwa merek-merek yang didaftarkan di Kantor Milik Perindustrian dapat

    diketahui oleh umum dari pengumuman-pengumuman dalam Tambahah Berita Negara

    atau dapat dilihat di kantor-itu sendiri.

    selain itu umum dapat meminta keterangan tertulis tentang merek-merek yang telah

    didaftarkan di dalam daftar umum..dan seterusnya, yang berarti untuk diketahuiumum tidak perlu menunggu penempatan dalam Tambahan Berita Negara.

    dengan demikian akan terasa tidak patut dan tidak adil kalau seseorang tidak dapat

    mempergunakan pasal 10 undang-undang No. 21 tahun 1961 hanya karena merek yang

    bersangkutan setelah sekian lama ditunggu tidak muncul dalam Tambahan Berita

    Negara, sedangkan dari daftar umum Kantor Milik Perindustrian telah diketahui adanya

    merek yang didalilkan meniru tersebut.

    disamping itu kalaupun sudah ditempatkan dalam Tambahan Berita Negara,

    penerbitannya sangat terlambat sehingga jangka waktu yang ditentukan dalam pasal 10

    (1) undang-undang No. 21 tahun 1961 telah dilampaui.

    2.4. bahwa meskipun baik tergugat asal I maupun tergugat asal II dalam tahap jawab

    menjawab dalam perkara gugatan No. 315/1983 Pdt. G. ini tidak mempersoalkan hal

    penempatan dalam Tambahan Berita Negara mengenai merek yang mana di sengketa

    akan tetapi sehubungan dengan uraian tersebut di atas perlu ditegaskan bahwa merek

    Nike yang dipakai tergugat asal I yang didalilkan merupakan tiruan dari merek Nike

  • 7/22/2019 220 PK Perd 1986

    22/34

    Ha 22 ari 34 Putusan No. 220 PK Per 1986

    yang dipakai penggugat asal harus dianggap belum ditempatkan dalam Tambahan

    Berita Negara seperti yang dimaksud dalam pasal 8 undang-undang No. 21 tahun 1961

    bahwa mengenai makna pasal 10 undang-undang No. 21 tahun 1961 khususnya ayat I

    tentang jangka waktu 9 bulan setelah penempatandalam penerbitan Tambahan Berita

    Negara RI, harus diterima sebagai suatu kenyataan bahwa penempatan tersebut tidak

    dapat dipastikan waktunya dan bahkan merupakan pengalaman nyata hal tersebut

    seringkali memakan waktu yang sangat lama.

    dalam perkara ini ternyata setelah pendaftaran merek (dalam daftar umum) milik

    tergugatasal I dengan No. 141589 tanggal 13 Desember 1979 baru diketahui adanyapenempatan merek tersebut dalam penerbitan Tambahan Berita Negara RI. setelah

    putusan No. 294 K/Pdt/1984 tanggal 29 Juli 1985. oleh karena itu demi perlindungan

    hukum para pemilik merek yang telah terdaftar mereknya dalam daftar umum Kantor

    Milik Perindustrian meskipun penempatan dalam Tambahan Berita Negara RI. belum

    terlaksana akan tetapi pemilik merek tersebut sudah dapat mengajukan gugatan ke

    Pengadilan Negeri berdasarkan pasal 10 undang-undang No.21 tahun 1961.

    3. bahwa pendaftaran merek No. 141589 milik tergugat asal I jelas merupakan perbuatan yang

    beritikad buruk karena mempunyai persamaan secara keseluruhan atau persamaan pada

    pokoknya dengan merek dagang Nike dan nama perniagaan Nike milik penggugat asal. Itikad

    buruk tergugat asal I untuk meniru nama perniagaan dan merek dagang Nike milik penggugatasal dengan tujuan membonceng pada ketenaran nama perniagaan dan merek dagang

    penggugat asal, jelas terbukti dari surat bukti P.9a tanggal 2 Nopember 1982 dan P.9b tanggal

    23 September 1982 dengan isi pokok suatu permintaan dari tergugat asal I kepada penggugat

    asal untuk bekerja sama dalam bidang usaha pembuatan dan penjualan sepatu dengan merek

    dagang Nike.

    meskipun nama perniagaan maupun merek dagang milik penggugat asal belum terdaftar, akan

    tetapi berdasarkan sistim decIaratif undang-undang No. 21 tahun 1961 penggugat asal pun

    berhak atas perlindungan hukum yaitu dengan membuktikan bahwa ialah pemakai pertama di

    Indonesia dan nama perniagaan dan merek dagang Nike.

    berdasarkan antara lain kedua surat bukti tersebut Mahkamah Agung berpendapat bahwanama perniagaan dan merek dagang yang menjadi sengketa adalah milik penggugat asal, dan

    hal ini teIah lebih dulu diketahui oleh tergugat asal I.

    4. bahwa seandainya - quod non - tergugat asal I benar-benar adalah lebih dulu memakai nama

    perniagaan dan merek dagang Nike dari pada penggugat asal, akan tetapi karena tergugat asal

    I beritikad buruk, maka sesuai yurisprudensi tetap tergugat asal I menurut hukum tidak dapat

    dipandang sebagai pemakai pertama (lihat putusan dalam perkara Tancho No. 677

    K/Sip/1972).

    Di samping itu menurut surat bukti yang diajukan oleh penggugat asal, P.3a, P.5, P.6, P.7,

    maka dapat diterima bahwa nama perniagaan dan merek dagang milik penggugat asal adalah

    terkenal di seluruh dunia.

    5. Menimbang, bahwa perlu dipertimbangkan sekarang apakah perbedaan pendapat tentang

    pasal 8 yo pasal 10 undang-undang No. 21 tahun 1961 adalah kekhilafan Hakim atau

    kekeliruan yang nyata seperti yang dimaksudkan oleh pasal 67 F undang-undang No. 14 tahun

    1985.

    bahwa mengenai hal ini Mahkamah Agung berpendapat sebagai berikut:

    5.1. tentang pertimbangan hukum dalam putusan No. 294 K/Pdt/1984 (khususnya

    pada halaman 8 sub 3, halaman 9, halaman 10).

    bahwa menurut kenyataan sekarang telah timbul suatu kekosongan hukum karena

    penempatan merek didalam Tambahan Berita Negara atau penerbitan Tambahan BeritaNegara tidak dapat ditentukan waktunya, sehingga hakim harus mencari jalan keluar

    untuk melindungi kepentingan pemakai/pemilik merek yang belum dapat mengajukan

    gugatan berdasarkan pasal 10 undang-undang No. 21 tahun 1961 karena merek lawan

  • 7/22/2019 220 PK Perd 1986

    23/34

    Ha 23 ari 34 Putusan No. 220 PK Per 1986

    belum ditempatkan didalam Tambahan Berita Negara atau penerbitan Tambahan Berita

    Negara belum ada sesuai pasal 8 undang-undang No. 21 tahun 1961.

    kekosongan hukum tersebut justru memberi kesempatan kepada pemakai merek yang

    beritikad tidak baik untuk mencari perlindungan hukum melalui pasal 8, pasal 10

    undang-undang No. 21 tahun 1961.

    bahwa oleh karena itu penempatan kata setelah dalam pasal 10 ayat 1 undang-undang

    No, 21 tahun 1961 tidak bersifat mutlak, bahkan merupakan suatu huruf mati.

    Bahwa menurut sistimatik undang-undang No. 21 tahun 1961 dengan memperhatikanpasal 7 yo pasal 17 khususnya mencari penjelasannya membenarkan pendapat tersebut

    diatas berdasarkan kepatutan dan keadilan sehingga suatu keadaan yang tidak benar

    menurut hukum dapat ditanggulangi sesuai dengan tujuan undang-undang untuk

    melindungi khalayak ramai terhadap peniruan merek dagang. terlebih lagi kalau

    pemakai merek adalah beritikad tidak baik seperti dalam perkara ini berdasarkan surat

    bukti P. 9 a dan P. 9 b.

    5.2. tentang pertimbangan hukum dalam perkara ini

    (No. 220 PK/Pdt/1986).bahwa setiap tafsiran yang berlainan dapat dikatakan merupakan perbedaan pendapat,

    akan tetapi tidak semua tafsiran dapat dianggap sebagai suatu kekhilafan hakim atau

    suatu kekeliruan yang nyata menurut pasal 67 f undang-undang No. 14 tahun 1985 dan

    hal ini hanya dapat ditentukan secara kasus demi kasus.

    bahwa seperti yang diuraikan dalarn pertimbangan 5.1., dalam undang-undang No. 21

    tahun 1961 telah timbuh suatu kekosongan hukum karena tidak ada kepastian mengenai

    waktu, kapan suatu merek ditempatkan dalam Tambahan Berita Negara atau kapan -

    suatu merek yang telah ditempatkan dalam Tambahan Berita Negara - dikeluarkan

    penerbitannya.

    sedangkan dengan berpegang teguh kepada perumusan undang-undang secara formalbelaka, akan menimbulkan hal-hal yang tidak dibenarkan oleh hukum seperti yang

    dipertimbangkan pula dalam perkara No. 294 K/Pdt/1984.

    bahwa tafsiran mengenai pasal 8 yo pasal 10 undang-undang No. 21 tahun 1961 yang

    menyatakan ketentuan mengenai tenggang waktu dalam pasal 8 yo pasal 10 undang-

    undang No. 21 tahun 1961 tidak bersifat mutlak dan tidak bertentangan dengan sistim

    serta tujuan undang-undang No. 21 tahun 1961 bahkan mempunyai akibat

    menanggulangi kasus-kasus yang tidak benar menurut hukum, tidak dapat digolongkan

    sebagai perbedaan pendapat yang biasa, melainkan merupakan suatu koreksi atas

    pendapat yang merupakan suatu kekhilafan hukum atau suatu kekeliruan yang nyata

    seperti yang dimaksudkan oleh pasal 67 f undang-undang No. 14 tahun 1985.bahwa Republik Indonesia sebagai suatu negara yang merdeka dan turut serta dalam

    pergaulan bangsa-bangsa, wajib pula memelihara hubungan international dengan

    menghormati antara lain merek-merek warga negara asing. Hal ini tidak hanya terbatas

    pada keadaan dimana ada hubungan hukum prinsipal - agen, melainkan sikap pengusaha

    Indonesia yang mengetahui adanya merek yang terkenal secara international meskipun

    tidak/belum didaftarkan dalam daftar umum Kantor Hak Milik Perindustrian tetapi

    namanya dikenal juga di Indonesia sesuai dengan makna dari undang-undang No. 21

    tahun 1961, tidak dapat menggunakan merek yang sama seperti merek asing yang

    terkenal tersebut, demi untuk melindungi masyarakat konsumen Indonesia terhadap

    kekeliruan seakan-akan merek Indonesia tersebut adalah keluaran pabrik yang sama

    dengan merek asing yang tiruan. hal ini juga berarti warga negara Indonesia yang

    memproduksi barang-barang buatan Indonesia wajib menggunakan nama-nama merek

    yang jelas menampakkan identitas nasional Indonesia dan sejauh mungkin menghindari

    menggunakan nama merek yang mirip apalagi menjiplak nama merek asing.

  • 7/22/2019 220 PK Perd 1986

    24/34

    Ha 24 ari 34 Putusan No. 220 PK Per 1986

    Menimbang, bahwa berdasarkan hal-hal yang dipertimbangkan diatas, maka permohonan

    peninjauan kembali yang diajukan oleh pemohon peninjauan kembali : Nike International Ltd.

    tersebut adalah memenuhi syarat-syarat dan makna dari pasal 2 Peraturan Mahkamah Agung No. 1

    tahun 1982, karena itu dapat dikabulkan, dengan demikian putusan Mahkamah Agung tanggal 24

    Juli 1985 No. 294 K/Pdt/1984 tersebut diatas harus dibatalkan:

    Memperhatikan pasal 21 undang-undang No. 14 tahun 1970 dan Peraturan Mahkamah Agung

    No. 1 tahun 1980 yang disempurnakan;

    M E N G A D I L l :

    mengabulkan permohonan peninjauan kembali dari pemohon peninjauan kembali: Nike

    International Ltd. tersebut;

    membatalkan putusan Mahkamah Agung tanggal 24 Juli 1985 No. 294 K/Pdt/1984;

    dan dengan mengadili sendiri:

    1. mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya;

    2.

    menyalakan penggugat sebagai pemilik satu-satunya dan pemakai pertama di Indonesia darimerek dagang dan nama perniagaan Nike, karenanya mempunyai hak tunggal untuk memakai

    merek dagang dan nama perniagaan Nike di Indonesia;

    3. menyatakan merek Nike yang didaftarkan atas nama Tergugat I daftar No. 141589

    mempunyai persamaan pada keseluruhannya dengan merek penggugat Nike (P-1) dan

    mengandung nama perniagaan penggugat;

    4. membatalkan setidak-tidaknya menyatakan batal merek Tergugat I NIKE daftar No. 141589

    sesuai bukti P-3;

    5. memerintahkan tergugat II mencoret dari daftar umum Direktorat Patent dan Hak Cipta merek

    tergugat I daftar No. 141589 tersebut;

    6. menghukum termohon peninjauan kembali dahulu tergugat I untuk membayar biaya perkara

    baik dalam tingkat pertama dan tingkat kasasi maupun dalam tingkat peninjauan kembali,

    yang dalam tingkat peninjauan kembali ini ditetapkan sebesar Rp. 30.000,- (tiga puluh ribu

    rupiah).

    Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah Agung pada hari: Kamis

    tanggal 30 Oktober 1986 dengan Prof. Z. Asikin Kusumah Atmadja, SH. Ketua Muda yang ditunjuk

    oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua sidang, Th. Ketut Suraputra, SH, dan T. Boestomi,

    SH. sebagai Hakim-Hakim Anggota dan diucapkan dalam sidang terbuka pada hari: Selasa, Tanggal

    16 Desember 1986, oleh Ketua Sidang tersebut, dengan dihadiri oleh Th. Ketut Suraputra, SH. dan

    T. Boestomi, SH. Hakim-Hakim Anggota dan Martini, SH. Panitera Pengganti, dengan tidak

    dihadiri oleh kedua belah pihak.

  • 7/22/2019 220 PK Perd 1986

    25/34

    Ha 25 ari 34 Putusan No. 220 PK Per 1986

    PUTUSAN

    Reg. No. 294 K/Pdt/1984

    DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN

    YANG MAHA ESA

    MAHKAMAH AGUNG

    memeriksa perkara perdata dalam tingkat kasasi telah mengambil putusan sebagai berikut dalam

    perkara:

    Lucas Sasmito, bertempat tinggal di Jalan Kali Besar Selatan No. 10 Jakarta Kota yang

    dalam hal ini diwakili oleh Kuasanya MR. DR. S. Gautama (Gouw Giok Siong) danRizawanto

    Winata, SH. bertempat tinggal di Jalan Merdeka Timur No. 9 Jakarta, pemohon kasasi dahulutergugat I;

    m e l a w a n ;

    Nike International Ltd., suatu perseroan menurut undang-undang Negara bagian Oregon

    USA, yang berkedudukan di A Bermuda Corporation Having its principle place of business at 3900

    S.W. Murray Bouverton, Oregon, USA. yang dalam hal ini diwakili oleh Kuasanya Biro Oktroi

    Rooseno, adpokat dan legal/consultant, tertempat tinggal di Jalan Permata Hijau Estate Kay. B-29

    Simpruk, Senayan Jakarta Selatan, termohon-kasasi dahulu penggugat;

    d a n :

    Pemerintah Republik Indonesia qq. Departemen Kehakiman qq. Direktorat Patent danHak Cipta, Jalan Veteran III/8-A, Jakarta Pusat, turut termohon-kasasi dahulu tergugat II;

    Mahkamah Agung tersebut;

    Melihat surat-surat yang bersangkutan;

    Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa sekarang termohon kasasi sebagai

    penggugat asli telah menggugat sekarang pemohon kasasi sebagai tergugat asli di muka persidangan

    Pengadilan Negeri Jakarta pusat pada pokoknya atas dalil-dalil:

    bahwa penggugat asli adalah pemilik tunggal karena pemakaian pertama di Indonesia maupun

    di seluruh dunia dari:

    a.

    Nama perniagaan : Nike

    b. Merk dagang : Nike dengan lukisan sayap di bawahnya sesuai bukti P.I, yang

    dipakai untuk melindungi jenis barang sepatu dan pakaian (Vidq

    P-I a, b, c. P.2);

    bahwa ternyata tergugat asli I tanpa sepengetahuan dan seidzin penggugat asli telah

    mendaftarkan merek dagang Nike dengan lukisan sayap di bawahnya pada tanggal 13 Desember

    1979 di Direktorat Patent dan Hak Cipta di bawah No. 141589 terlampir P-8 yang bukan saja

    mempunyai persamaan pada keseluruhannya dengan merek penggugat asli P-1, bahkan merupakan

    jiplakan belaka dari merek penggugat asli dan didaftarkan pula untuk barang yang sejenis;

    walaupun tergugat asli I telah mengetahui sebelumnya bahwa merek dagang Nike tersebut adalah

    milik penggugat asli;

    bahwa sampai saat ini merek tergugat asli I daftar No. 141589 tersebut belum diumumkan

    dalam Tambahan: Berita Negara Republik Indonesia, sehingga gugatan ini diajukan masih dalam

    tenggang waktu sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 10 ayat 1 undang-undang Merek 1961

  • 7/22/2019 220 PK Perd 1986

    26/34

    Ha 26 ari 34 Putusan No. 220 PK Per 1986

    dan karenanya adalah beralasan untuk memohon kepada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat untuk

    membatalkan pendaftaran merek No. 141589 atas nama tergugat asli I tersebut;

    bahwa akibat dari perbuatan peniruan merek dagang dan nama perniagaan penggugat asli

    yang dilakukan oleh tergugat asli I tersebut, maka penggugat asli merasa sangat dirugikan dan

    karenanya akan mereservir haknya untuk menuntut uang ganti rugi terhadap tergugat asli I di

    kemudian hari, dan tergugat asli II turut digugat sekarang ini adalah untuk mentaati dan tunduk

    pada Keputusan Pengadilan ini;

    bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut, maka penggugat asli menuntut kepada PengadilanNegeri Jakarta Pusat agar memberikan putusan sebagai berikut:

    1. menyatakan penggugat sebagai pemilik satu-satunya dan pemakai pertama di Indonesia dari

    merek dagang dan nama perniagaan Nike, karenanya mempunyai hak tunggal untuk memakai