2.1.1. Pengertian Self efficacyrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7376/2/T1...menguatkan...

19
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Self Efficacy 2.1.1. Pengertian Self efficacy Self efficacy merupakan teori yang diajukan bandura (1997) yang berdasarkan teori sosial kognitif. Bandura (1997) mendefinisikan self efficacy adalah keyakinan akan kemampuan diri untuk menguasai situasi dan menyelesaikan tugas–tugas yang sulit. Self efficacy mempengaruhi usaha individu, seberapa besar individu memiliki daya tahan menghadapi kesulitan dan reaksi emosi yang ditunjukkan pada saat menghadapi tugas. Bandura(1977) juga mengatakan bahwa self efficacy sebagai pertimbangan seseorang akan kemampuannya untuk mengorganisasikan dan menampilkan tindakan yang diperlukan dalam mencapai kinerja yang diinginkan. Bandura (Warsito,2004) individu yang memiliki self efficacy yang rendah akan menghindari semua tugas dan menyerah dengan mudah ketika masalah muncul. Mereka menganggap kegagalan sebagai kurangnya kemampuan yang ada. Dalam kaitannya dengan keyakinan akan kemampuan ini, orang yang memiliki self efficacy yang tinggi berusaha atau mencoba lebih keras dalam menghadapi tantangan sebaliknya orang yang memiliki self efficacy yang rendah akan mengurangi usaha mereka untuk bekerja dalam situasi yang sulit. Tingkat self efficacy individu juga berpengaruh terhadap stres serta depresi yang dapat 8

Transcript of 2.1.1. Pengertian Self efficacyrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7376/2/T1...menguatkan...

Page 1: 2.1.1. Pengertian Self efficacyrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7376/2/T1...menguatkan situasi tertentu sebagaimana tingkat motivasi yang tentu juga mempengaruhi pencapaian

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Self Efficacy

2.1.1. Pengertian Self efficacy

Self efficacy merupakan teori yang diajukan bandura (1997) yang

berdasarkan teori sosial kognitif. Bandura (1997) mendefinisikan self efficacy

adalah keyakinan akan kemampuan diri untuk menguasai situasi dan

menyelesaikan tugas–tugas yang sulit. Self efficacy mempengaruhi usaha individu,

seberapa besar individu memiliki daya tahan menghadapi kesulitan dan reaksi

emosi yang ditunjukkan pada saat menghadapi tugas.

Bandura(1977) juga mengatakan bahwa self efficacy sebagai pertimbangan

seseorang akan kemampuannya untuk mengorganisasikan dan menampilkan

tindakan yang diperlukan dalam mencapai kinerja yang diinginkan.

Bandura (Warsito,2004) individu yang memiliki self efficacy yang rendah

akan menghindari semua tugas dan menyerah dengan mudah ketika masalah

muncul. Mereka menganggap kegagalan sebagai kurangnya kemampuan yang

ada. Dalam kaitannya dengan keyakinan akan kemampuan ini, orang yang

memiliki self efficacy yang tinggi berusaha atau mencoba lebih keras dalam

menghadapi tantangan sebaliknya orang yang memiliki self efficacy yang rendah

akan mengurangi usaha mereka untuk bekerja dalam situasi yang sulit. Tingkat

self efficacy individu juga berpengaruh terhadap stres serta depresi yang dapat

8  

Page 2: 2.1.1. Pengertian Self efficacyrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7376/2/T1...menguatkan situasi tertentu sebagaimana tingkat motivasi yang tentu juga mempengaruhi pencapaian

menguatkan situasi tertentu sebagaimana tingkat motivasi yang tentu juga

mempengaruhi pencapaian prestasinya.

2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Self Efficacy

Menurut Bandura (1997) ada empat faktor penting yang digunakan

individu dalam pembentukan self efficacy yaitu :

a. Master Experience ( Pengalaman keberhasilan)

Keberhasilan seseorang menguatkan keyakinan akan kemampuannya.

Sebaliknya kegagalan menyebabkan seseorang bertindak lebih hati-hati. Jika

pengalaman seseorang diperoleh berdasarkan keinginan mencapai

keberhasilan dengan mudah, maka mereka cenderung memperoleh hasil

dengan cepat dan mudah putus asa saat menghadapi suatu hambatan dan

kegagalan.

b. Vicarious Experience (Meniru)

Vicarious Experience merupakan pengalaman orang lain yang seolah-olah

dialami sendiri. Hal ini menunjukkan pada proses menirukan yang akan

membangun harapan bahwa mereka dapat memperbaiki prestasi mereka

sendiri dengan belajar dari pengamatan mereka.

c. Social Persuasion

Social Persuasion menunjuk pada suatu aktivitas dimana seseorang

mendapat dorongan untuk menimbulkan kepercayaan bahwa mereka dapat

mengalami kesuksesan dengan tugas-tugas yang spesifik.

9  

Page 3: 2.1.1. Pengertian Self efficacyrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7376/2/T1...menguatkan situasi tertentu sebagaimana tingkat motivasi yang tentu juga mempengaruhi pencapaian

d. Psycologicial & Emotional State ( Kondisi fisiologis & emosi)

Keadaan fisik dan emosi berpengaruh pada penilaian self efficacy individu.

Emosi berpengaruh yang negative seperti kecemasan untuk menyelesaikan

tugas-tugas.

2.1.3. Proses pembentukan Self Efficacy

Bandura (1997) menjelaskan bahwa self efficacy mempunyai efek pada

perilaku manusia melalui empat proses yaitu proses kognitif, proses motivasi,

proses afeksi dan proses seleksi.

a. Proses kognitif

Bandura (1997) menjelaskan bahwa serangkaiaan tindakan yang dilakukan

manusia awalnya dikonstruk oleh pikirannya. Pemikiran ini yang

menimbulakan arahan bagi manusia. Seseorang yang menilai bahwa mereka

sebagai seseorang yang tidak mampu, maka akan menafsirkan situasi tersebut

sebagai hal yang penuh dengan resiko dan gagal dalam perencanaan.

Sedangkan sesorang yang mempunyai self efficacy baik maka seseorang

tersebut akan memliki keyakinan dapat menghadapi situasi dan dapat

menghasilkan hal yang positif.

b. Proses motivasi

Melalui kognitifnya, seseorang memotivasi dirinya dan mengarahkan

tindakannya berdasarkan informasi yang dimiliki sebelumnya. Seseorang

membentuk keyakinan mengenai apa yang dapat dilakukan, dihindari, dan

tujuan yang dapat dicapai. Keyakinan ini akan memotivasi individu untuk

melakukan suatu hal.

10  

Page 4: 2.1.1. Pengertian Self efficacyrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7376/2/T1...menguatkan situasi tertentu sebagaimana tingkat motivasi yang tentu juga mempengaruhi pencapaian

c. Proses afeksi

Self efficacy mempengaruhi reaksi terhadap tekanan yang dihadapi ketika

menghadapi tugas. Seseorang yang percaya bahwa dirinya dapat menghadapi

situasi akan merasa tenang dan tidak cemas. Sebaliknya orang yang tidak

yakin akan kemampuannya dalam mengatasi situasi akan mengalami

kecemasan.

d. Proses seleksi

Seseorang yang mempunyai self efficacy rendah akan memilih tindakan

untuk menghindari atau menyerah pada suatu tugas yang melebihi

kemampuannya, tetapi sebaliknya dia akan mengambil tindakan dan

menghadapi suatu tugas apabila dia mempunyai keyakinan bahwa ia mampu

untuk mengtasinya.

2.1.4. Dimensi Self-Efficacy

Bandura (1997) mengatakan bahwa dimensi–dimensi dalam self efficasy

berupa di bawah ini :

a. Besar pengharapan

Besar pengharapan merupakan besarnya harapan terhadap kemungkinan

hasil dari suatu perilaku, yaitu suatu perkiraan bahwa perilaku atau tindakan

tertentu menyebabkan hasil tertentu yang bersifat khusus. Besar pengharapan

efikasi diri (self efficacy) dapat diketahui dari indikator–indikator dibawah ini.

1) Tingkat kesulitan tugas yang diyakini dapat diselesaikan

2) Analisi pilihan perilaku yang akan dicoba (merasa mampu dilakukan)

11  

Page 5: 2.1.1. Pengertian Self efficacyrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7376/2/T1...menguatkan situasi tertentu sebagaimana tingkat motivasi yang tentu juga mempengaruhi pencapaian

3) Upaya menghindari situasi dan perilaku yang dirasa melampaui batas

kemampuannya.

b. Luas pengharapan

Luas pengharapan merupakan keyakinan sejauh mana perilaku tertentu

akan menimbulkan konsekuensi atau hasil tertentu, konsekuensi-konsekuensi

akan terjadi bila suatu perilaku dilakukan oleh seseorang, hanya saja

kemampuan seseorang untuk menampilkan perilaku terbatas maka

pengharapan seseorang terhadap suatu konsekuensi atau hasil terbatas pula.

Hal ini merupakan luas bidang perilkau yang diyakini berhasil dicapai siswa

dengan indikator.

1) pengharapan terbatas pada bidang perilaku khusus yaitu

keyakinan/kemantapan dalan menjalankan bidang tugas selama ini.

2) pengharapan yang menyebar meliput berbagai bidang perilaku yaitu

keyakinan atau kemantapan dalam menjalankan tugas lain yang belum

pernah dikerjakan

c. Kemantapan pengharapan

Kemantapan pengharapan merupakan harapan akan dapat membentuk

perilaku secara tepat. Suatu keyakinan bahwa seseorang akan berhasil dalam

bertindak sesuai dengan hasil yang diharapkan. Aspek ini menunjukan bahwa

harapan orang berkaitan dengan kesanggupan melakukan sesuatu perilaku

yang dikehendaki. Kemantapan Pengharapan tergantung pada situasi beberapa

informasi berupa persepsi dari hasil tindakan yang didapatkan melalui

12  

Page 6: 2.1.1. Pengertian Self efficacyrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7376/2/T1...menguatkan situasi tertentu sebagaimana tingkat motivasi yang tentu juga mempengaruhi pencapaian

kehidupan, modeling, peristiwa verbal dan keadaan emosi yang mengancam.

Dapat dilihat dengan indikator dibawah ini:

1) Bertahan dalam usahanya yaitu bertahan menghadapi tugas dan tantangan

pekerjaan sebagai siswa.

2) keuletan dalam berusaha menghadapi tugas–tugas tantangan studi.

2.1.5. Ciri – Ciri Self Efficacy

Bandura (1997) memaparkan mengenai perbedaan ciri–ciri yang

mempunyai self efficacy yang tinggi dan yang rendah :

a. Orang yang mempunyai self efficacy rendah (yang ragu–ragu akan

kemampuannya)

1. Orang yang menjauhi tugas–tugas sulit.

2. Berhenti dengan cepat bila menemui kesulitan.

3. Memiliki cita–cita yang rendah dan komitmen yang buruk untuk tujuan

yang mereka pilih.

4. Berfokus pada akibat yang buruk pada kegagalan.

5. Orang mengurangi usaha karena lambat memeperbaikai keadaan dari

kegagalan yang dialami, mudah mengalami stres dan depresi.

b. Orang yang mempunyai self efficacy tinggi (yang mempunyai kepercayaan

yang kuat akan kemampuanya)

1. Mendekati tugas–tugas yang sulit sebagai tantangan untuk di menangkan.

2. Menyusun tujuan–tujuan yang menantang dan memelihara komitmen

untuk tugas tugas tersebut.

3. Mempunyai usaha yang tinggi atau gigih.

13  

Page 7: 2.1.1. Pengertian Self efficacyrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7376/2/T1...menguatkan situasi tertentu sebagaimana tingkat motivasi yang tentu juga mempengaruhi pencapaian

4. Orang berfikir strategis.

5. Berfikir bahwa kegagalan yang dialami karena usaha yag tidak cukup

sehingga diperlukan usaha yang tinggi dalam menghadapi kesulitan.

6. Cepat memperbaiki keadaan setelah mengalami kegagalan.

7. Mengurangi stress terhadap tugas yang dianggap memang sulit.

2.2. Bimbingan Kelompok

2.2.1. Pengertian Bimbingan Kelompok

Bimbingan Kelompok merupakan sarana untuk menunjang perkembangan

optimal masing-masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari

pengalaman pendidikan ini bagi dirinya sendiri (dalam Winkel & Sri Hastuti,

2006). Menurut Romlah (2001), bimbingan kelompok adalah proses pemberian

bantuan yang diberikan pada individu dalam situasi kelompok. Bimbingan

kelompok ditujukan untuk mencegah timbulnya masalah pada siswa dan

mengembangkan potensi siswa.

Sedangkan menurut Tohirin (2007), menyebutkan bimbingan kelompok

adalah suatu cara memberikan bantuan kepada individu (siswa) melalui kegiatan

kelompok.Sementara itu, Sukardi (2008) menyatakan bahwa bimbingan kelompok

yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara

bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama

dari pembimbing/konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-

hari baik individu maupun pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk

pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

14  

Page 8: 2.1.1. Pengertian Self efficacyrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7376/2/T1...menguatkan situasi tertentu sebagaimana tingkat motivasi yang tentu juga mempengaruhi pencapaian

Dari beberapa pengertian bimbingan kelompok di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan kelompok yang

dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok

yaitu adanya interaksi saling mengeluarkan pendapat, memberikan tanggapan,

saran, dan sebaginya, dalam kaitannya untuk menvapai kehidupan yang lebih baik

dan mencegah timbulnya masalah.

2.2.2. Tujuan Bimbingan Kelompok

Tujuan Bimbingan Kelompok Winkel dan Sri Hastuti (2006) adalah

menunjang perkembangan pribadi dan perkembangan sosial masing-masing

anggota kelompok serta meningkatkan mutu kerja sama dalam kelompok guna

aneka tujuan yang bermakna bagi para partisipan. Selain itu, bimbingan kelompok

bertujuan untuk merespon kebutuhan dan minat para peserta didik.

Sedangkan menurut Prayitno (2004) tujuan bimbingan kelompok adalah

sebagai berikut :

a. Tujuan Umum

Tujuan umum dari layanan bimbingan kelompok adalah berkembangnya

sosialisasi siswa, khususnya kemampuan komunikasi anggota kelompok.

Sering menjadi kenyataan bahwa kemampuan bersosisalisasi/berkomunikasi

seseorang sering terganggu oleh perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan

sikap yang tidak obyektif, sempit dan terkukung serta tidak efektif. Melalui

layanan bimbingan kelompok diharapkan hal-hal yang menganggu atau

menghimpit perasaan dapat diungkapkan, diringankan melalui berbagai cara,

pikiran yang buntu atau beku dicairkan dan didinamikkan melalui masukkan

15  

Page 9: 2.1.1. Pengertian Self efficacyrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7376/2/T1...menguatkan situasi tertentu sebagaimana tingkat motivasi yang tentu juga mempengaruhi pencapaian

dan tanggapan baru, persepsi yang menyimpang atau sempit diluruskan dan

diperluas melalui baru yang lebih efektif. Melalui kondisi dan proses

berperasaan, berpikir, kemampuan berkomunikasi, bersosialiasi dan bersikap

dapat dikembangkan. Selain tujuan tersebut yaitu untuk mengentaskan

masalah klien dengan memanfaatkan dinamika kelompok.

b. Tujuan Khusus

Bimbingan kelompok bermaksud membahas topik-topik tertentu.

Melalui dinamika kelompok yang intensif, pembahasan topik-topik itu

mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap

yang menunjang diwujudkannya tingkah laku yang lebih efektif. Dalam hal ini

kemampuan berkomunikasi verbal maupun non verbal ditingkatkan. Dengan

diadakannya bimbingan kelompok ini dapat bermanfaat bagi siswa karena

dengan bimbingan kelompok akan timbul interaksi dengan anggota-anggota

kelompok mereka memenuhi kebutuhan psikologis, seperti kebutuhan untuk

menyesuaikan diri dengan teman-teman sebaya dan diterima oleh mereka,

kebutuhan bertukar pikiran dan berbagi perasaan, kebutuhan menemukan

nilai-nilai kehidupan sebagai pegangan, dan kebutuhan untuk menjadi lebih

mandiri.

2.2.3. Prosedur Pelaksanaan Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok dalam pelaksanaannya melalui beberapa

tahap.Tahapan-tahapan disini bukanlah suatu tahapan yang mempunyai fase yang

berbeda-beda dan terpisah, namun merupakan fase yang saling berhubungan.Pada

pelaksanaan eksperimen bimbingan kelompok ini adalah mengacu pada tahap-

16  

Page 10: 2.1.1. Pengertian Self efficacyrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7376/2/T1...menguatkan situasi tertentu sebagaimana tingkat motivasi yang tentu juga mempengaruhi pencapaian

tahap bimbingan kelompok yang dikemukakan oleh (Prayitno,1995) tahap-tahap

tersebut adalah sebagai berikut: tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap

kegiatan dan tahap pengakhiran.

Tahap Awal (Pregroup)

Tahap awal merupakan langkah persiapan. Tahap ini lebih menekankan

pada persiapan untuk memimpin, kemudian cara mengumumkan mencari anggota

kelompok serta merencakan jenis kelompok (kelompok terbuka dan tertutup),

keanggotaan kelompok, jumlah anggota kelompok, frekuensi dan lamanya

pertamuan kelompok, dan tempat pertemuan. Persiapan yang sistematis sangatlah

penting untuk membantu proses selanjutnya.

Tahap I (Pembentukan)

Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap perlibatan diri atau tahap

memasukkan diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini para

anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan atau

harapan yang ingin dicapai baik oleh masing-masing, sebagian ataupun seluruh

anggota. Tahap ini merupakan tahap keheningan atau kecanggungan. Dalam tahap

ini anggota kelompok mulai belajar terlibat dalam interaksi kelompok. Fungsi dan

tugas utama pemimpin kelompok dalam tahap ini adalah mengajarkan cara

berpartisipasi dengan aktif sehingga dapat meningkatkan peluang mereka untuk

mendapatkan kelompok yang produktif.

Menurut Prayitno (1995) kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada

tahap awal ini adalah sebagai berikut:

a. Mengungkapakan pengertian dan tujuan kegiatan bimbingan kelompok

17  

Page 11: 2.1.1. Pengertian Self efficacyrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7376/2/T1...menguatkan situasi tertentu sebagaimana tingkat motivasi yang tentu juga mempengaruhi pencapaian

b. Menjelaskan cara-cara dan asas-asas bimbingan kelompok

c. Saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri

d. Permainan penghangatan/pengakraban

Tahap II (Peralihan)

Tahap kedua adalah tahap peralihan atau transisi. Pada tahap ini suasana

kelompok mulai terbentuk dan dinamika kelompok sudah mulai tumbuh.

Karakteristik tahap transisi ditandai oleh perasaan khawatir, defence (bertahan),

dan berbagai bentuk perlawanan. Pada kondisi demikian pemimpin kelompok

perlu memberikan motivasi dan reinforcement kepada anggota agar mereka peduli

tentang apa yang dipikirkan terhadapnya dan belajar mengekspresikan diri

sehingga anggota lain bisa mendengarkan.

Menurut Prayitno (1995), kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada

tahap ini adalah:

a. Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap selanjutnya

b. Menawarkan kepada anggota kelompok apakah sudah siap untuk menjalani

kegiatan pada tahap selanjutnya

c. Membahas suasana yang terjadi

d. Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota

e. Kalau perlu kembali kepada aspek pada tahap yang pertama (tahap

pembentukan)

Tahap III (Kegiatan)

Tahap ini merupakan inti kegiatan kelompok sehingga aspek-aspek yang

menjadi pengiringnya cukup banyak. Pada kegiatan ini saatnya anggota

18  

Page 12: 2.1.1. Pengertian Self efficacyrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7376/2/T1...menguatkan situasi tertentu sebagaimana tingkat motivasi yang tentu juga mempengaruhi pencapaian

berpartisipasi untuk menyadari bahwa merekalah yang bertanggung jawab pada

kehidupan mereka. Jadi mereka harus didorong untuk mengambil keputusan,

pendapat dan tanggapan mengenai topik masalah yang dihadapi untuk digali

dalam kelompok.

Fungsi utama pemimpin pada tahap kegiatan ini adalah memberikan

penguatan secara sistematis dari tingkah laku kelompok yang diinginkan. Selain

itu dapat memberikan dukungan pada kesukarelaan anggota untuk mengambil

risiko dan mengarahkan untuk menerapkan tingkah laku dalam kehidupan sehari-

hari. Sedangkan kegiatan yang harus dilakukan pada tahap kegiatan ini adalah:

a. Masing-masing anggota secara bebas mengutarakan pendapat terhadap topik

masalahnya.

b. Menetapkan topik/masalah yang akan dibahas terlebih dahulu.

c. Anggota membahas masing-masing topik/masalah secara mendalam dan

tuntas.

d. Kegiatan selingan.

Tahap IV (Pengakhiran)

Tahap keempat adalah tahap akhir yang merupakan tahap konsolidasi dan

terminasi. Pada tahap ini “pokok perhatian utama adalah bukanlah berapa kali

kelompok itu bertemu namun pada hasil yang telah dicapai pada kelompok ketika

menghentikan pertemuan” Prayitno (1995). Pada saat kelompok memasuki tahap

pengakhiran, kegiatan kelompok sebaiknya dipusatkan pada pembahasan tentang

apakah anggota kelompk akan mampu menerapkan hal-hal yang telah dipelajari

pada kehidupan anggota sehari-hari. Tugas utama yang dihadapi para anggota

19  

Page 13: 2.1.1. Pengertian Self efficacyrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7376/2/T1...menguatkan situasi tertentu sebagaimana tingkat motivasi yang tentu juga mempengaruhi pencapaian

selama tahap akhir yaitu mentransfer apa yang telah mereka pelajari dalam

kelompok ke dunia luar.

Peranan pemimpin kelompok adalah tetap mengusahakan suasana yang

hangat memberikan pernyataan dan mengucapakan terima kasih atas keikutsertaan

anggota serta memberi semangat untuk kegiatan lebih lanjut dengan penuh rasa

persahabatan dan simpati, di samping itu fungsi pemimpin kelompok pada tahap

ini adalah memperjelas arti dari tiap pengalaman yang diperoleh melalui

kelompok dan mengajak para anggota untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-

hari serta menekankan kembali akan pentingnya pemeliharaan hubungan antar

hubungan anggota setelah kelompok berakhir. Kegiatan yang harus dilakukan

pada tahap ini adalah:

a. Pemimpin kelompok menyatakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri.

b. Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil-hasil

kegiatan.

c. Membahas kegiatan lanjutan.

d. Mengemukakan kesan dan harapan.

Setelah semua tahap terlaksana, kemudian dilakukan evaluasi dan follow

up. Follow up dapat dilaksanakan secara kelompok maupun secara individu. Pada

kegiatan tindak lanjut ini para anggota kelompok dapat membicarakan tentang apa

yang telah ditempuh.

Pemimpin kelompok dapat memberikan evaluasi dengan memberikan

pertanyaan atau wawancara dengan batas tertentu dan dilihat apakah para anggota

20  

Page 14: 2.1.1. Pengertian Self efficacyrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7376/2/T1...menguatkan situasi tertentu sebagaimana tingkat motivasi yang tentu juga mempengaruhi pencapaian

sudah menguasai topik yang dibicarakan atau belum. Hal tersebut dapat

memberikan gambaran akan keberhasilan kegiatan kelompok.

2.3. Modeling

2.3.1. Pengertian Modeling

Bandura (1997) menyatakan bahwa modeling atau yang disebut dengan

Vicarious experience adalah individu belajar melalui observasi dari model relevan

yang diperkuat. Hal ini menunjukkan pada proses menirukan yang akan

membangun harapan bahwa mereka dapat memperbaiki prestasi mereka sendiri

dengan belajar dari pengamatan mereka.

2.3.2. Proses Modeling

Bandura (1997) menyebutkan empat proses yang mempengaruhi belajar

observasional, yaitu proses attention, proses retentional, proses pembentukan

perilaku, dan proses motivational.

a. Proses Attentional

Model perlu diperhatikan sebelum model dapat dipelajari. Proses perhatian

ini dikarenakan beberapa sebab. Pertama, kapasitas sensoris sesorang akan

mempengaruhi attentional proses. Kedua, dipengaruhi oleh penguatan masa

lalu atau pengalaman belajar sebelumnya. Misalnya, jika aktivitas yang lalu

dipelajari lewat observasi terbukti berguna untuk mendapatkan suatu

penguatan, maka perilaku yang sama akan diperhatikan pada situasi modeling

berikutnya. Dan yang ketiga, dipengaruhi oleh karakteristik model.

21  

Page 15: 2.1.1. Pengertian Self efficacyrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7376/2/T1...menguatkan situasi tertentu sebagaimana tingkat motivasi yang tentu juga mempengaruhi pencapaian

b. Proses Retentional

Informasi yang diperoleh dari observasi dapat berguna apabila informasi

tersebut diingat atau disimpan. Dalam proses retensional tersebut terdapat dua

cara, yaitu dengan cara imajinatif dan secara verbal. Simbol–simbol yang

disimpan secara imajinatif adalah gambaran tentang hal–hal yang dialami oleh

model, yang dapat diambil dan dilaksanakan sesudah belajar observasional

terjadi.simbolisasi kedua adalah secara verbal.Simbolisasi verbal ini terjadi

secara kognitif dan fleksible. Kerumikan dan kepelikan perilaku bisa

ditangkap dengan baik dalam wadah kata–kata. Setelah informasi disimpan

secara koqnitif, maka informasi tersebut dapat diambil kembali, diulang, dan

diperkuat beberapa waktu sesudah belajar observasional terjadi.

c. Motorik reproducton

Motorik reproduction menentukan sejauh mana hal–hal yang telah

dipelajari akan diterjemahkan ke dalam tindakan. Seseorang mungkin

mempelajari sesuatu secara koqnitif namun tidak mampu menerjemahkan

informasi tersebut ke dalam perilaku karena ada keterbatasan.Bandura

berpendapat bahwa jika seseorang dilengkapi dengan semua apparatus fisik

untuk memberikan respon yang tepat, dibutuhkan satu periode rehearsal

(latihan repetisi) koqnitif sebelum perilaku pengamat menyamai perilaku

model. Selama proses pelatihan, individu mengamati perilaku mereka sendiri

dan membandingkan dengan representasi koqnitif dari pengalaman model.

Setiap diskrepansi antara perilaku seseorang dengan perilaku model akan

22  

Page 16: 2.1.1. Pengertian Self efficacyrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7376/2/T1...menguatkan situasi tertentu sebagaimana tingkat motivasi yang tentu juga mempengaruhi pencapaian

menimbulkan tindakan korektif. Proses ini terus berlangsung sampai ada

kesesuaian yang sudah memuaskan antara perilaku dan model.

d. Proses Motivational

Proses motivasional mempunyai dua fungsi. Pertama, menciptakan

ekspektasi dalam diri pengamat bahwa jika mereka bertindak seperti model

yang dilihatnya diperkuat oleh aktivitas tertentu. Kedua, bertindak sebagai

intensif untuk menerjemahkan belajar kepada kinerja. Fungsi yang lainnya

yaitu menyediakan motif untuk menggunakan apa–apa yang telah dipelajari.

Informasi yang diperoleh melalui observasi dapat digunakan dalam berbagai

macam situasi jika individu tersebut membutuhkan.

2.3.3. Jenis Model

Bandura (1997) menyebutkan bahwa model yang digunakan dapat berupa

mastery model dan coping model:

a. Mastery model

Mastery model dilakukan dengan cara menampilkan seseorang yang ahli

dalam satu tugas kepada individu lain untuk dijadikan model. Model ini

membantu siswa mengembangkan kemampuan untuk mengatasi masalah dan

rintangan.

b. Coping model

Coping model dilakukan dengan cara menampilkan seseorang yang

mungkin masih memiliki beberapa kesulitan dengan satu tugas tertentu, akan

tetapi dapat menjadi contoh dan menunjukkan ia dapat menyelesaikan tugas

dengan sukses kepada orang yang baru mendapat keterampilan.

23  

Page 17: 2.1.1. Pengertian Self efficacyrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7376/2/T1...menguatkan situasi tertentu sebagaimana tingkat motivasi yang tentu juga mempengaruhi pencapaian

Sedangkan menurut Bandura dan Walters (dalam Sumardjono dkk,2012)

terdapat tiga macam model yang dapat ditiru :

a. Real-life model

Real-life model merupakan model di kehidupan nyata individu. Yaitu bila di

lingkungan rumah individu bisa menjadikan orang tua dan saudara kandung

untuk dijadikan model, sedangkan dilingkungan sekolah Guru dan teman.

b. Symbolic model

Model simbolik disajikan melalui pembelajaran lisan, tertulis dan alat peraga

gambar, atau kombinasi pembelajaran lisan dan gambar.

c. Representational model

Model representational model ditayangkan melalui televise dan video.

2.3.4. Dampak Modeling

Menurut Bandura dan walters (dalam Sumardjono dkk,2012) modeling

memberi beberapa efek bagi pengamat, yaitu :

a. Modeling effect

Melalui pengamatan dan meniru, siswa mencocokkan perilaku model dengan

respon baru berupa perilaku yang pertama kali dilakukan siswa yang

bersangkutan. Jadi model mendemonstrasikan perilaku baru bagi siswa serta

dalam jangkauan kapasitas siswa untuk meniru.

b. Disinhibitory effect

Melalui pengamatan dan meniru model, siswa melemahkan atau menguatkan

respon terlarang (inhibitory response) dalam perbendaharaan pola perilaku.

Respon terlarang misalnya perilaku agresi dan perilaku menyimpang.

24  

Page 18: 2.1.1. Pengertian Self efficacyrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7376/2/T1...menguatkan situasi tertentu sebagaimana tingkat motivasi yang tentu juga mempengaruhi pencapaian

c. Eliciting effect

Melalui pengamatan dan meniru model, siswa mencocokkan perilaku model

dengan respn yang sudah ada dalam pembedaharaan perilakunya.

2.3.5. Modeling dalam meningkat Self efficacy

Bandura (1997) menyebutkan bahwa sumber self efficacy adalah dengan

Vicarious experience atau modeling, dimana individu belajar melalui observasi

dengan model yang relevan. Menurut Alderman dalam Masraroh (2012)

menyebutkan bahwa teman sebaya dan guru atau pembimbing dapat membantu

meningkatkan self efficacy melalui modeling. Sehingga teknik modeling dapat

dilakukan melalui kelompok.

Teknik modeling yang dilakukan melalui kelompok terjadi interaksi antara

personal (P), lingkungan (E), dan perilaku (B) yang saling berkaitan, atau disebut

juga triadic reciprocal determinism (Bandura, 1997). Konsep tersebut

menggambarkan perilaku mempengaruhi individu dan lingkungan, lingkungan

atau orang mempengaruhi perilaku.

2.4. Hasil Temuan yang relevan

Penelitian Masraroh (2012) yang melakukan penelitian “Efektifitas

Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Modeling Untuk Meningkatkan self

efficacy Akademik Siswa (Studi Eksperimen Kuasi di Kelas X Sekolah Menengah

Atas Laboratorium Universitas Pendidikan Indonesia Bandung)” menunjukkan

bahwa dari hasi uji anova diketahui F hitung(3,458) lebih besar dari Ftabel(3,42)

dan koefisien sig.failed 0,037>0,05. Dengan demikian dapat diartikan bahwa ada

25  

Page 19: 2.1.1. Pengertian Self efficacyrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7376/2/T1...menguatkan situasi tertentu sebagaimana tingkat motivasi yang tentu juga mempengaruhi pencapaian

26  

perbedaan yang signifikan self efficacy siswa setelah mendapatkan layanan

bimbingan kelompok teknik Modeling

Sedangkan penelitian Lestari (2011) yang melakukan penelitian tentang

“Meningkatkan efikasi diri siswa kelas X MEKATRONIK B SMK Negeri 3

Salatiga melalui bimbingan kelompok tahun ajar 2010/2011” yang menyimpulkan

skor pretest dan postest kelompok eksperimen mengalami peningkatan dari 2028

menjadi 2267, skor pos tes 141,69 lebih besar dari skor pre tes 126,75. Hasil uji

Man Whitney antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen diketahui

sig 2 tailed 0,036 <0,05 sehingga secara statistik menunjukkan ada perbedaan

yang signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen.

Sedangkan dalam Lasitosari (2007) yang melakukan penelitian

“Keefektifan Bimbingan kelompok untuk meningkatkan keyakinan diri siswa

yang tidak naik kelas pada siswa kelas X dan XI SMA Negeri 3 Semarang Tahun

2007” yang menyimpulkan adanya peningkatan keyakinan diri siswa yang tidak

naik kelas di kelas X dan XI yang ditunjukan dengan nilai mean rank pre test

sebesar 30.02 menjadi 38,26 pada post test. Sehingga Bimbingan kelompok

efektif untuk meningkatkan keyakinan diri siswa kelas X dan XI yang tidak naik

kelas di SMA Negeri 3 Semarang tahun 2007

2.5. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Layanan bimbingan

kelompok teknik modeling dapat meningkatkan secara signifikan Self efficacy

siswa yang rendah pada siswa XI TEI B di SMK Negeri 2 Salatiga Tahun

Pelajaran 2012/2013”.