2079

87
EFEKTIVITAS PAJAK HOTEL DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PAJAK DAERAH DI KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2000-2004 SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pembangunan pada Universitas Negeri Semarang Oleh Agus Rahmanto NIM 3353401047 FAKULTAS EKONOMI EKONOMI PEMBANGUNAN 2007

Transcript of 2079

Page 1: 2079

EFEKTIVITAS PAJAK HOTEL DAN KONTRIBUSINYA

TERHADAP PAJAK DAERAH

DI KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2000-2004

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pembangunan

pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

Agus Rahmanto

NIM 3353401047

FAKULTAS EKONOMI

EKONOMI PEMBANGUNAN

2007

Page 2: 2079

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia

ujian skripsi pada :

Hari :

Tanggal :

Dosen pembimbing I Dosen Pembimbing II

Drs. St. Sunarto, M.S. Drs. Mudjijono, M.Si NIP 130515743 NIP 130795079

Mengetahui :

Ketua Jurusan

Ekonomi Pembangunan

Drs. Bambang Pris, M.Si NIP 131993879

Page 3: 2079

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas

Ekonomi, Universitas Negeri Semarang pada :

Hari :

Tanggal :

Penguji Skripsi

Drs. Bambang Pris, M.Si NIP 131993879

Dosen pembimbing I Dosen Pembimbing II

Drs. St. Sunarto, M.S Drs. Mudjijono, M.Si NIP 130515743 NIP 130795079

Mengetahui :

Dekan Fakultas Ekonomi

Drs. Agus Wahyudin, M.Si NIP 131993879

Page 4: 2079

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau

seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip

atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Maret 2007

Agus Rahmanto 3353401047

Page 5: 2079

MOTTO DAN PERSEMBAHAN 1. “ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apbila kamu telah

selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap” (QS. Alam Nasyrah: 6-8)

2. “ Hargailah orang lain dengan begitu kamu akan berharga di depan orang lain”

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT Karya ini kupersembahkan untuk :

1. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan pengorbanan dan kasih sayang

yang tiada henti-hentinya. 2. Saudara-saudaraku yang tercinta atas dukungan yang diberikan dalam

penyelesaian skripsi ini. 3. Almamaterku.

Page 6: 2079

SARI Agus Rahmanto, 2007, Efektivitas Pajak Hotel Dan Kontribusinya Terhadap Pajak Daerah Di Kabupaten Semarang Tahun 2000-2004. Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. 90 halaman. Kata Kunci : Efektivitas Pajak Hotel, Kontribusi Pajak Hotel

Dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Pemerintahan Daerah, maka sistem dan mekanisme pengelolaan pemerintah khususnya bagi daerah akan mengalami perubahan-perubahan mendasar. Sebagai konsekuensi menjalankan otonomi daerah yang dimulai pada tahun 2001, maka masing-masing daerah dituntut untuk berupaya meningkatkan sumber Pendapatan Asli Daerah agar mampu membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Upaya peningkatan pendapatan asli daerah dapat dilakukan dengan intensifikasi maupun ekstensifikasi yang salah satunya dengan meningkatkan efektifitas pemungutan yaitu dengan mengoptimalkan potensi yang ada serta terus diupayakan menggali sumber-sumber pendapatan baru yang potensinya memungkinkan sehingga dapat dipungut pajak atau retribusinya. Penelitian ini bermaksud mengkaji kinerja pengelolaan Pajak Hotel berdasarkan profil hotel yang berada di Kabupaten Semarang meliputi jumlah kamar tiap hotel, standar harga kamar tiap hotel, Tingkat hunian tiap hotel terhadap kontribusi Pajak Hotel yang diberikan. Hasil penelitian diharapkan menambah pengetahuan tentang kinerja pendapatan Pemerintah Daerah dalam era Otonomi Daerah dan memberi masukan kepada dinas terkait dalam menetapkan target pendapatan Pajak Hotel di Kabupaten Semarang.

Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif, yaitu menggunakan analisis data melalui pengukuran obyektif dan analisis numerikal untuk efektivitas Pajak Hotel berdasarkan data realisasi pendapatan Pajak Hotel, jumlah kamar tiap hotel, tarif rata-rata, dan tingkat hunian hotel. Populasi penelitian ini adalah Petugas Pajak Hotel yang berjumlah 10 orang dan Pengusaha Hotel di Kabupaten semarang (Wajib Pajak) yang berjumlah 172 hotel dari rata-rata jumlah tiap tahun. Pengambilan sampel sebanyak 20 hotel dilakukan dengan Stratified Random sampling. Untuk pengumpulan data dengan menggunakan angket dan dokumentasi. Sedangkan untuk teknik analisis data digunakan deskriptif persentase untuk mengetahui besarnya

Page 7: 2079

efektivitas Pajak Hotel dan analisis regresi sederhana untuk mengetahui kontribusi Pajak Hotel terhadap Pajak Daerah di Kabupaten Semarang.

Hasil penelitian dan pembahasan diperoleh, efektifitas pengelolaan Pajak Hotel di Kabupaten Semarang tahun 2000-2004 adalah sebagai berikut : (1) Efektivitas Pajak Hotel tahun 2000 adalah 43 % yang berarti tidak efektif, (2) Efektivitas Pajak Hotel tahun 2001 adalah 56,92 % yang berarti tidak efektif, (3) Efektivitas Pajak Hotel tahun 2002 adalah 66,46 % yang berarti cukup efektif, (4) Efektifitas Pajak Hotel tahun 2003 adalah 81,38 % yang berarti efektif, (5) Efektivitas Pajak Hotel tahun 2004 adalah 92,26 % yang berarti efektif. Kontribusi Pajak Hotel terhadap Pajak Daerah sebesar 10,9 % sisanya dipengaruhi oleh unsur Pajak Daerah yang lain. Kendala-kendala dalam pengelolaan pajak hotel adalah : (1) Keterbatasan pemahaman yang dimiliki Wajib Pajak tentang peraturan perpajakan terutama Pajak Daerah. (2) Terbatasnya masa tenggang waktu dalam membayar Pajak Hotel dan belum adanya tempat permanen yang mudah dijangkau Wajib Pajak.

Berdasarkan penelitian diatas penulis menyarankan bagi agar Pemda Kabupaten Semarang, Khususnya Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah dalam menetapkan Pajak Hotel agar pejabat yang berwenang harus senantiasa melakukan validasi data, sehingga dalam menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah kepada Wajib Pajak sudah benar-benar mencerminkan tagihan pajak yang sesuai dengan potensi riilnya. Disamping itu, DPKD juga melakukan sosialisasi mengenai arti pentingnya pajak bagi pembangunan sehingga Wajib Pajak sadar membayar pajak. Dalam mempermudah pembayaran Pajak Hotel pihak DPKD dapat membangun fasilitas tempat pembayaran yang mudah dijangkau oleh Wajib Pajak dimana dapat memberikan pelayanan secara intensif pada hari kerja.

Page 8: 2079

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan

karuniaNya, sehingga skripsi dengan judul “Efektivitas Pajak Hotel Dan

Kontribusinya Terhadap Pajak Daerah Di Kabupaten Semarang Tahun 2000-2004”.

Dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan studi strata

1 (satu) guna meraih gelar Sarjana Ekonomi. Berkat bantuan berbagai pihak, penulis

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroadsmodjo, M.Si. selaku Rektor Universitas

Negeri Semarang.

2. Drs. Agus Wahyudin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi UNNES.

3. Drs Bambang Prishardoyo, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi

Pembangunan FE UNNES.

4. Drs. St Sunarto M.S selaku dosen pembimbing I yang memberikan

bimbingan dan arahan yang tulus.

5. Drs. Mudjijono M.Si selaku dosen pembimbing II yang memberikan

bimbingan dan arahan yang tulus.

6. Drs Bambang Prishardoyo, M.Si selaku dosen penguji III yang telah

memberikan saran dan kritik dalam rangka perbaikan demi kesempurnaan

skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan doa dan semangat serta

dorongan baik material maupun spiritual sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Page 9: 2079

8. Oviana N.U. atas kebersamaannya dalam melalui segala kesulitan hingga

skripsi dapat diselesaikan.

9. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2002 atas kebersamaannya

selama ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis yang telah

memberikan dukungan dan bantuan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Semarang, maret 2007

Penyusun

Page 10: 2079

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...…………………………………………………………... ….i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...…………………………………………………ii

PENGESAHAN KELULUSAN ………………………………………….…………iii

PERNYATAAN ...…………………………………………………………………..iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ……………………………………………….......v

PRAKATA...…………………………………………………………………………vi

SARI …….....………………………………………………………………………viii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………...…x

DAFTAR TABEL ...………………………………………………………………..xii

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………………xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...…………………………………………………………...xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ….……….………...………………………….……1

B. Penegasan Istilah ………………….…………...……………………………..3

C. Perumusan Masalah ……………….…………...…………………………….5

D. Tujuan Penelitian ...…………………………………………………. ………5

E. Manfaat Penelitian ….………………………………………………………..5

F. Sistematika Skripsi …………………………………………………………...6

BAB II LANDASAN TEORI

A. Perpajakan …...……………………………………………………………….7

B. Efektifitas Pengelolaan Pajak Hotel ...………………………………………17

C. Kontribusi Pajak Hotel Terhadap Pajak Daerah ......………………………..29

D. Kerangka Berpikir …………………………………...……………………...31

BAB III METODE PENELITIAN

A. Populasi Dan Sampel …………………………………..…………………...33

B. Variabel Penelitian ……………………………………..…………………...34

Page 11: 2079

C. Metode Pengumpulan Data……………………………..…………………...34

D. Metode Analisis Data …………………………………...…….…………….35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ……………………………………………………………..42

1. Gambaran Umum Kabupaten Semarang ………………………………...42

2. Efektifitas Pengelolaan Pajak Hotel ……………………………………..54

3. Kontribusi Pajak Hotel terhadap Pajak daerah …………………………..64

4. Kendala-kendala dalam Pengelolaan Pajak Hotel ………………….…....65

B. Pembahasan …………………………………………………………………66

1. Efektifitas Pengelolaan Pajak Hotel ……………………………….……..66

2. Kontribusi Pajak Hotel terhadap Pajak daerah …………………………..66

3. Kendala-kendala dalam Pengelolaan Pajak Hotel ………………….…....66

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...……………………………………………………………….68

B. Saran ………………………………………………………………………..70

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………71

LAMPIRAN-LAMPIRAN …………………………………………………………72

Page 12: 2079

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Tarif Tetap …………………………………………...………………...15

2.2. Tarif Proporsional (sebanding) ……..…………………………………16

2.3. Tarif Progresif (meningkat) …….……………………………………..16

2.4. Tarif Degresif (menurun)………………………………………………17

3.1. Tabel Klasifikasi Hotel…………… ……………………...…………...34

3.2. Hasil Perhitungan Validitas Angket ……………………...……………37

3.3. Hasil Perhitungan Reliabilitas Angket …………...……...…………….38

3.4. Interprestasi Nilai r………….…………………………………………40

4.1. Jenis Kelamin Petugas Pajak Hotel …………………...……..………...49

4.2. Jabatan Petugas Pajak Hotel ……………………………………...…...50

4.3. Jenis Kelamin Pengusaha Hotel (Wajib Pajak) ….…......……..………51

4.4. Status Kepemilikan Usaha………………………….……………..…..51

4.5. Klasifikasi Hotel ……..…………………………….…………....…....52

4.6. Tarif Rata-rata Berdasarkan Jenis Kamar dan Jenis Hotel di Kabupaten

Semarang……………………………...………………….……………53

4.7. Data Target dan Realisasi Pendapatan Pajak Hotel dan Pajak Daerah di

Kabupaten Semarang …………………………………..……………...55

4.8. Jumlah Hotel dan Jumlah Kamar Hotel di Kabupaten semarang Tahun

2000-2004 ……………..………………………………………………56

4.9. Rata-rata Tarif Kamar/ Malamdan Tingkat Hunian Kamar di Kabupaten

Page 13: 2079

Semarang Tahun 2000-2004 ……...……………..…………………….57

4.10. Perhitungan Potensi Pajak Hotel di Kabupaten Semarang Tahun

2000…………………………………………………………………60

4.11. Perhitungan Potensi Pajak Hotel di Kabupaten Semarang Tahun

2000..………………………………………………………………...61

4.12. Perhitungan Potensi Pajak Hotel di Kabupaten Semarang Tahun

2002…………………………..……………………………………...62

4.13. Perhitungan Potensi Pajak Hotel di Kabupaten Semarang Tahun

2003……………………………………..…………………………...63

4.14. Perhitungan Potensi Pajak Hotel di Kabupaten Semarang Tahun

2004……………………………………………..…………………...64

4.15. Jumlah Realisasi Pendapatan Pajak Hotel dan Pajak Daerah di

Kabupaten Semarang…..…….……………………………………...65

4.16. Efektivitas Pajak Hotel di Kabupaten Semarang Tahun 2000 -

2004…………………………………..………………………….......66

Page 14: 2079

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Kurva Data Target Dan Realisasi Pendapatan Pajak Hotel Di Kabupaten

Semarang Tahun 2000-2004..……..………………………………….2

2.1. Bagan Prosedur Pembayaran Pajak Hotel Pada DPKD Kabupaten

Semarang …………..……..……..……….………………………….22

2.2. Bagan Prosedur Penagihan Pajak Hotel Pada DPKD Kabupaten

Semarang ……..…………………….....…………………………….25

2.3. Bagan Kerangka Berpikir .………….…..……………..…………...32

4.1 Jumlah Hotel di Kabupaten Semarang Tahun 2000-2004……....…....…58

4.1 Jumlah Kamar di Kabupaten Semarang Tahun 2000-2004…..................58

4.1 Rata-rata Tarif Kamar/ Malam Tiap Jenis Hotel di Kabupaten Semarang

Tahun 2000-2004……………………..………..................................59

4.1 Rata-rata Tingkat Hunian di Kabupaten Semarang Tahun 2000-2004….59

Page 15: 2079

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran No. 1 Angket-angket Penelitian……………...…………………………..72

2 Perhitungan Kontribusi Pajak Hotel Terhadap Pajak Daerah……..91

3 Rekapitulasi Pendapatan Potensi Hotel………….………………..92

4 Surat- surat penelitian…………………………...….…………....119

5 Surat-surat Perpajakan………………………...…………………122

6 Data Target Dan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2000-2004

Kabupaten Semarang……………………………………………..125

Page 16: 2079

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemerintah Daerah berusaha mengembangkan dan meningkatkan perannya

dalam bidang ekonomi dan keuangan. Dalam rangka meningkatkan daya guna

penyelenggaraan pemerintah baik melalui birokrasi pemerintah, pembangunan

serta pelayanan kepada masyarakat, maka pemberlakuan otonomi daerah kepada

kabupaten/kota yang nyata dan bertanggungjawab merupakan kebijakan yang

harus kita sambut dengan positif. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang

Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang

Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Pemerintahan

Daerah, maka sistem dan mekanisme pengelolaan pemerintah daerah akan

mengalami perubahan-perubahan mendasar. Otonomi bagi daerah akan benar-

benar diterapkan secara nyata dan bertanggungjawab dan tidak lagi hanya

semacam slogan belaka.

Sebagai konsekuensi menjalankan otonomi daerah yang dimulai pada tahun

2001, maka masing-masing daerah dituntut untuk berupaya meningkatkan

sumber Pendapatan Asli Daerah agar mampu membiayai penyelenggaraan

pemerintahan dan lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Upaya

peningkatan Pendapatan Asli Daerah dapat dilakukan dengan ekstensifikasi

yang salah satunya dengan meningkatkan efektivitas pemungutan yaitu dengan

mengoptimalkan potensi yang ada serta terus diupayakan menggali sumber-

Page 17: 2079

sumber pendapatan baru yang potensinya memungkinkan sehingga dapat

dipungut pajak atau retribusinya. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 18

tahun 1997 tentang Pajak Derah dan Retribusi Daerah, Pemerintah Kabupaten

Semarang mengelola 7 (Tujuh) jenis Pajak Daerah. Salah satu Pajak Daerah

tersebut menjadi topik bahasan dalam penulisan ini adalah Pajak Hotel. Menurut

Data Target dan Realisasi Pendapatan Pajak Hotel Di Kabupaten Semarang

Tahun 2000-2004 (dalam jutaan rupiah) menunjukan bahwa perkembangan

Pendapatan pajak Hotel dari tahun 2000 sampai tahun 2004 mengalami

peningkatan namun kalau kita bandingkan antara tahun 2000 sampai 2004

terjadi peningkatan sampai 65 % pada tahun 2001 sebesar Rp645,6 dari realisasi

pendapatan Pajak Hotel tahun 2000 sebesar Rp 409,9 kecenderungan

mengalami pertumbuhan yang menurun bahkan sampai 10 % pada tahun 2004

dari realisasi pendapatan Pajak Hotel tahun 2003 disamping itu pada tahun

2003 terdapat gap yang besar antara target dan realisasi. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini :

Page 18: 2079

Sumber : DPKD Kabupaten Semarang

Dari uraian diatas penulis membuat penulis tertarik untuk membuat

penelitian dengan judul “ EFEKTIVITAS PAJAK HOTEL DAN

KONTRIBUSINYA TERHADAP PAJAK DAERAH DI KABUPATEN

SEMARANG TAHUN 2000-2004“

B. Penegasan Istilah

Untuk memperoleh gambaran yang jelas terhadap masalah yang akan

diteliti, maka perlu dijelaskan istilah-istilah dalam judul skripsi guna

menghindari terjadinya salah persepsi. Istilah dalam judul penelitian meliputi:

Gambar 1

Data Target dan Realisasi Pendapatan Pajak Hotel

Kabupaten Semarang tahun 2000-2004

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900

1000 1100

2000 2001 2002 2003 2004

Tahun

Jum

lah

Pend

apat

an

Target

Realisasi409.9

319.38

626.17

645.6 756

761.32

805.19

946.14992.26

946.14

Page 19: 2079

1. Efektivitas

Efektivitas adalah suatu keadaan yang terjadi sebagai akibat yang

dikehendaki kalau seseorang melakukan sesuatu perbuatan dengan

maksud tertentu dan memang dikehendakinya, maka orang itu dikatakan

efektif bila menimbulkan akibat atau mempunyai maksud sebagaimana

yang dikehendakinya (The Liang Gie,1997:108 dalam Halim Abdul,

2001: 158).

2. Pajak Hotel

Pajak Hotel adalah pajak tidak langsung yang dikenakan atas setiap jenis

usaha pelayanan penginapan atau perhotelan.

3. Kontribusi

Kontribusi berarti sumbangan (Kamus besar Bahasa Indonesia:592).

Yang dimaksud kontribusi disini adalah sumbangan Pajak Hotel

terhadap Pajak Daerah di Kabupaten Semarang.

4. Pajak Daerah

Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut pemerintah daerah baik daerah

tingkat I maupun daerah tingkat II dan digunakan untuk membiayai

anggaran rumah tangga daerah masing-masing.

5. Tahun 2000-2004

Tahun 2000-2004 menunjukan waktu penelitian pada periode tahun 2000-

2004.

Page 20: 2079

C. Perumusan Masalah

Berdasakan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut :

1. Seberapa besar efektivitas pengelolaan Pajak Hotel di Kabupaten Semarang ?

2. Seberapa besar kontribusi Pajak Hotel terhadap Pajak Daerah di Kabupaten

Semarang ?

3. Kendala-kendala apa dalam pengelolaan Pajak Hotel di Kabupaten Semarang ?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui seberapa besar efektifitas Pajak Hotel di Kabupaten Semarang.

2. Mengetahui seberapa besar kontribusi Pajak Hotel terhadap Pajak Daerah di

Kabupaten Semarang.

3. Mengetahui kendala-kendala dalam pengelolaan Pajak Hotel di Kabupaten

Semarang.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menambah wawasan keilmuan bagi mahasiswa tentang Pajak Hotel.

2. Sebagai sumbangan pemikiran kepada pemerintah daerah dalam menentukan

kebijakan keuangan daerah.

3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan dan informasi bagi

peneliti lain.

Page 21: 2079

F. Sistematika Skripsi

Bagian awal skripsi berisi halaman judul, persetujuan pembimbing,

pengesahan kelulusan, pernyataan, motto dan persembahan, prakata, sari, daftar

isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.

Bab I Pendahuluan

Pada bab pertama menerangkan mengenai latar belakang masalah,

perumusan masalah, penegasan istilah, tujuan, manfaat penelitian, dan

sistematika skripsi.

Bab II Landasan Teori

Bab ini menjelaskan Pajak, efektivitas Pajak Hotel, kontribusi Pajak Hotel

terhadap Pajak Daerah di Kabupaten Semarang, dan kerangka berpikir.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini berisi tentang Populasi dan Sampel penelitian, variabel penelitian,

metode pengumpulan data, dan metode analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini menjelaskan hasil penelitian dan pembahasan terhadap hasil

penelitian.

Bab V Penutup

Bab terakhir berisikan kesimpulan dan saran-saran bagi pengembangan

lebih lanjut hasil penelitian ini.

Pada bagian akhir skripsi berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

Page 22: 2079

BAB II

LANDASAN TEORI

A. PERPAJAKAN

1. Pengertian Pajak

Dalam suatu negara pastilah terdapat pemerintahan yang berperan

mengatur seluruh kepentingan masyarakat, dalam menjalankan roda

pemerintahan diperlukan biaya yang jumlahnya sangat besar untuk

memperlancar jalannya pemerintahan tersebut. Biaya itu berasal dari

pendapatan-pendapatan pemerintah, yang salah satunya bersumber dari

pajak.

Ada beberapa pengertian tentang pajak menurut para ahli dimana

memberikan definsi yang berbeda-beda.

Menurut Kesit pengertian Pajak adalah iuran wajib anggota masyarakat

kepada negara karena Undang-Undang, dan atas pembayaran tersebut

pemerintah tidak memberikan balas jasa yang langsung dapat ditunjuk.

(Prakosa, Kesit Bambang.2005:1).

Senada dengan itu Siti dalam bukunya berjudul “Perpajakan:Teori Dan

Kasus”, mengatakan pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat

maupun pemerintah daerah berdasarkan atau dengan kekuatan undang-

undang serta aturan pelaksanaannya, dimana diperuntukkan bagi

pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih

terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai publict investment.

(Resmi, Siti.2004:2).

Page 23: 2079

Sedangkan pengertian pajak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

menyebutkan bahwa Pajak adalah pungutan wajib, biasanya berupa uang

yang harus dibayar oleh penduduk sebagai sumbangan wajib kepada

negara atau pemerintah sehubungan dengan pendapatan, pemilikan, harga

beli barang, dsb. (Kamus besar Bahasa Indonesia, 1989:658)

Dari pengertian-pengertian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

unsur-unsur pajak adalah :

a. Iuran masyarakat kepada negara, dimana swasta atau pihak lain tidak

boleh memungut.

b. Berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dimana

mempunyai kekuatan hukum.

c. Tanpa balas jasa (prestasi) dari negara yang dapat langsung ditunjuk.

d. Untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

e. Apabila terdapat surplus dipakai untuk membiayai public investment.

2. Fungsi Pajak

Terdapat 2 (dua) fungsi pajak, yaitu fungsi budgetair (sumber

keuangan negara) dan fungsi regulerrend (mengatur), (Resmi,

Siti.2004:2).

a. Fungsi Budgetair, yaitu sebagai sumber penerimaan kas negara.

b. Fungsi Mengatur, yaitu meminimalisir kemungkinan ekses negatif yang

akan timbul.

3. Pengelompokan Pajak

Terdapat berbagai macam jenis pajak, yang dapat dikelompokan

Page 24: 2079

menjadi 3(tiga), yaitu pengelompokan menurut golongannya, menurut

sifatnya, dan menurut lembaga pemungutannya (Resmi, Siti.2004:6).

a. Pengelompokan pajak menurut golongannya

Menurut golongannya, pajak dikelompokan menjadi 2(dua) yaitu

Pajak Langsung dan Pajak Tidak Langsung (Resmi, Siti.2004:6).

1. Pajak Langsung

Adalah pajak yang beban pembayarannya harus ditanggung oleh

wajib pajak, tidak dapat dilimpahkan kepihak lain. Contoh : Pajak

Penghasilan.

2. Pajak tidak langsung

Adalah pajak yang beban pembayarannya dapat dilimpahkan

kepada orang lain. Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat suatu

kegiatan, peristiwa, perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak,

misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa. Contoh : Pajak

Pertambahan Nilai. Dimana beban Pajak Pertambahan Nilai dapt

dilimpahakan dari produsen ke konsumen.

b. Pengelompokan pajak menurut sifatnya

Menurut sifatnya, pajak dikelompokan menjadi 2(dua) yaitu Pajak

Subjektif dan Pajak Objektif (Resmi, Siti.2004:7).

1. Pajak Subjektif

Adalah pajak yang dalam pemungutannya memperhatikan

keadaan pribadi pembayarnya (subyeknya), seperti status perkawinan,

banyaknya, dan tanggungan lainnya. Keadaan pribadi Wajib Pajak

Page 25: 2079

selanjutnya digunakan untuk menentukan besarnya penghasilan tidak

kena pajak.

Contoh : Pajak Penghasilan (PPh).

2. Pajak Objektif

Adalah pajak yang dalam pemungutannya memperhatikan

obyeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan, dan peristiwa yang

menyebabkan kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan

keadaan pribadi subyek pajak (Wajib Pajak) maupun tempat tinggal.

Contoh : Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

c. Pengelompokan pajak menurut pemungutannya

Menurut pemungutannya, pajak dikelompokan menjadi 2(dua) yaitu

pajak Pusat dan pajak Daerah (Resmi, Siti.2004:8). Yaitu :

1. Pajak Pusat

Adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat yang

penyelenggaraannya dilaksanakan oleh departemen keuangan dan

hasilnya digunakan untuk pembiayaan rumah tangga negara pada

umumnya.

Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak

Penjualan atas Barang Mewah,Pajak Bumi dan Bangunan.

2. Pajak Daerah

Adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik daerah

tingkat I maupun daerah tingkat II dan digunakan untuk membiayai

anggaran rumah tangga pemerintah daerah masing-masing.

Page 26: 2079

Contoh Pajak Daerah Tingkat I (Propinsi) : Pajak Kendaraan

Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Bea balik Nama

Tanah.

Contoh Pajak Daerah Tingkat II (Kotamadya/Kabupaten) : Pajak

Hotel dan Restoran, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Reklame.

4. Asas - Asas Pemungutan Pajak

Dalam proses pemungutan pajak baik yang dikelola pemerintah pusat

maupun pemerintah daerah selalu berpedoman pada asas-asas

pemungutan pajak (Resmi, Siti.2004:9). Yaitu antara lain :

a. Asas Domisili (Tempat tinggal)

Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas

seluruh penghasilan Wajib Pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya,

baik yang berasal dari dalam negri maupun berasal dari luar negri.

b. Asas Kebangsaan

Asas ini menyatakan bahwa pengenaan pajak dihubungkan dengan

kebangsaan suatu negara. Contohnya pajak bangsa asing di Indonesia

dikenakan atas setiap orang asing yang bukan berkebangsaan Indonesia

yang bertempat tinggal di Indonesia

c. Asas sumber penghasilan

Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas

penghasilan yang bersumber diwilayahnya tanpa memperhatikan

wilayah tempat tinggal Wajib Pajak.

Page 27: 2079

5. Syarat – Syarat Pemungutan Pajak

Dalam pembayaran pajak agar tidak menimbulkan hambatan atau

perlawanan maka harus memenuhi beberapa syarat (Tarmudji,

Tarsis.2001:12), yaitu :

a. Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan).

b. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang- undang (syarat yuridis).

c. Tidak menganggu perekonomian (syarat ekonomis).

d. Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansial).

e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana.

Disamping itu ada beberapa teori yang mendukung hak negara untuk

memungut pajak dari rakyatnya, sehingga secara teoritis pemungutan pajak

yang dilakukan negara itu dapat dibenarkan baik dipandang dari sisi

yuridis maupun sisi ilmiah (Prakosa, Kesit Bambang.2005:5).

a. Teori Asuransi

Pajak diasumsikan sebagai premi asuransi yang harus dibayar oleh

masyarakat (tertanggung) kepada negara (penanggung). Kelemahan teori

ini, jika rakyat mengalami kerugian seharusnya ada penggantian dari

negara kenyataannya tidak ada. Selain itu, besarnya pajak yang dibayar

dan jasa yang diberikan tidak ada hubungan langsung.

b. Teori Kepentingan

Pajak dibebankan atas dasar kepentingan (manfaat) bagi masing-masing

orang. Teori ini dikenal sebagai Benefit Approach Theory.

Page 28: 2079

c. Teori Daya Pikul

Kesamaan beban pajak untuk setiap orang sesuai daya pikul masing-

masing orang. Ukuran daya pikul ini dapat berupa penghasilan dan

kekayaan atau pengeluaran seseorang. Teori ini dikenal sebagai Ability

to Pay Approach Theory.

d. Teori Bakti

Pajak (kewajiban asli) merupakan bukti tanda bakti sesesorang kepada

negaranya.

e. Teori Asas Daya Beli

Dasar pemungutan pajak, pada kepentingan masyarakat bukan pada

individu atau negara. Keadilan dipandang sebagai efek dari pemungutan

pajak.

6. Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak menurut kewenangan pungut dan

menetapkan besarnya penetapan pajak (Resmi, Siti.2004:10).

a. Official Assesment system

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur

perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap

tahunnya sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang

berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif dan kegiatan menghitung serta

memungut pajak sepenuhnya ditangan aparatur perpajakan. Dengan

demikian berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak

bergantung pada aparatur perpajakan (peranan dominan ada pada

Page 29: 2079

aparatur perpajakan).

b. Self assesment system

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang Wajib

Pajak untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap

tahunnya sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang

berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif dan kegiatan menghitung serta

memungut pajak sepenuhnya ditangan Wajib Pajak. Wajib Pajak

dianggap mampu menghitung pajak, mampu memahami peraturan

perpajakan yang sedang belaku, dan mempunyai kejujuran yang tinggi,

serta menyadari akan arti pentingnya membayar pajak. Dengan demikian

berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak

bergantung pada Wajib Pajak sendiri (peranan dominan ada pada Wajib

Pajak).

c. With Holding System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada

pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya jumlah pajak

yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan undang-undang

perpajakan yang berlaku. Penunjukan pihak ketiga ini bisa dilakukan

dengan undang-undang perpajakan, keputusan presiden dan peraturan

lainnya untuk memotong dan memungut pajak, menyetorkan dan

mempertanggungjawabkan melalui sarana perpajakan yang tersedia.

Dengan demikian berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak

banyak bergantung pada pihak ketiga yang ditunjuk.

Page 30: 2079

7. Tarif Pajak

Untuk menghitung besarnya pajak terutang diperlukan dua unsur yaitu :

tarif pajak dan dasar pengenaan pajak (Resmi, Siti.2004:2). Yaitu :

a. Tarif Tetap

Tarif tetap adalah tarif berupa jumlah atau angka yang tetap, berapapun

besarnya dasar pengenaan pajak.

Contoh :

Tabel 2.1. Tarif Tetap

Dasar Pengenaan Pajak Tarif Pajak Pajak Terutang

Rp 1.000.000,00

Rp 2.000.000,00

Rp 3.000.000,00

Rp 10.000.000,00

Rp 1.00.000,00

Rp 1.00.000,00

Rp 1.00.000,00

Rp 1.00.000,00

Rp 1.00.000,00

Rp 1.00.000,00

Rp 1.00.000,00

Rp 1.00.000,00

Di Indonesia, tarif tetap diterapkan pada bea materai. Pembayaran

dengan menggunakan cek atau bilyet giro untuk berapapun jumlahnya

dikenakan pajak Rp 6000,00

b. Tarif Proporsional (sebanding)

Tarif Proporsional adalah tarif berupa persentase tertentu yang sifatnya

tetap terhadap berapapun dasar pengenaan pajaknya. Semakin besar

dasar pengenaan pajak maka akan semakin besar pula jumlah pajak yang

terutang dengan kenaikan yang proporsional atau sebanding.

Page 31: 2079

Contoh :

Tabel 2.2. Tarif Proporsional (Sebanding)

Dasar Pengenaan Pajak Tarif Pajak Pajak Terutang

Rp 1.000.000,00

Rp 2.000.000,00

Rp 3.000.000,00

10 %

10 %

10 %

Rp 1.00.000,00

Rp 2.00.000,00

Rp 3.00.000,00

c. Tarif Progresif (Meningkat)

Tarif progresif adalah tarif berupa persentase tertentu yang semakin

meningkat dengan semakin meningkatnya dasar pengenaan pajak.

Contoh :

Tabel 2.3. Tarif Progresif (Meningkat)

Dasar Pengenaan Pajak Tarif Pajak Pajak Terutang

Rp 10.000.000,00

Rp 40.000.000,00

Rp 60.000.000,00

Rp 80.000.000,00

15 %

25 %

35 %

45 %

Rp 1.500.000,00

Rp 10.000.000,00

Rp 21.000.000,00

Rp 36.000.000,00

Tarif proporsional dibedakan menjadi tiga yaitu:

1. Tarif Progresif-Proporsional, merupakan tarif berupa persentase

tertentu yang semakin meningkat dengan meningkatnya dasar

pengenaan pajak, dan kenaikan persentase tersebut adalah tetap.

Page 32: 2079

2. Tarif Progresif-Progresif, merupakan tarif berupa persentase tertentu

yang semakin meningkat dengan meningkatnya dasar pengenaan

pajak, dan kenaikan persentase tersebut juga semakin meningkat.

3. Tarif Progresif-Degresif, merupakan tarif berupa persentase tertentu

yang semakin meningkat dengan meningkatnya dasar pengenaan

pajak, dan kenaikan persentase tersebut semakin menurun.

d. Tarif Degresif (Menurun)

Tarif degresif atau menurun adalah tarif berupa persentase tertentu yang

semakin menurun dengan semakin meningkatanya dasar pengenaan

pajak.

Contoh :

Tabel 2.4. Tarif Degresif (Menurun)

Dasar Pengenaan Pajak Tarif Pajak Pajak Terutang

Rp 20.000.000,00

Rp 30.000.000,00

Rp 50.000.000,00

Rp 70.000.000,00

Rp 90.000.000,00

10 %

9 %

8 %

7 %

6 %

Rp 2.000.000,00

Rp 2.700.000,00

Rp 4.000.000,00

Rp 4.900.000,00

Rp 5.400000,00

B. EFEKTIVITAS PENGELOLAAN PAJAK HOTEL

1. Obyek Dan Dasar Pengenaan Pajak Hotel Di Kabupaten Semarang

Obyek Pajak Hotel berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Semarang

Nomor 19 Tahun 2002 adalah setiap jenis usaha pelayanan penginapan dan

Page 33: 2079

perhotelan. Sedangkan yang dikecualikan adalah pelayanan tinggal diasrama

dan pondok pesantren.

Jadi pada dasarnya Pajak Hotel adalah pajak tidak langsung yang dipungut

atas pelayanan hotel kepada pembeli, dimana pembeli baik pribadi atau badan

yang melakukan pembayaran kepada hotel. Dimana pajak ini bersifat objektif

yaitu menekankan pada pelayanan yang disediakan hotel, termasuk :

a. Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek.

b. Pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas penginapan atau fasilitas

tinggal jangka pendek yang sifatnya memberi kemudahan dan kenyamanan.

c. Fasilitas olah raga dan hiburan yang disediakan khusus untuk tamu hotel dan

bukan untuk umum.

d. Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel.

e. Penjualan makanan dan minuman ditempat disertai dengan fasilitas

penyantapan.

Dasar pengenaan Pajak Hotel adalah jumlah pembayaran yang dibayar oleh

pembeli kepada pengusaha hotel atau penginapan. Cara pengenaan pajak hotel

adalah sebagai berikut:

a. setiap pengusaha hotel diwajibkan melakukan pengenaan pajak kepada setiap

orang atau badan yang menjadi konsumen hotel

b. pengenaan pajak dilaksanakan dengan cara menambah pungutan pajak

sebesar tarif pajak (yaitu sebesar 10%) terhadap setiap pembayaran yang

dilakukan oleh konsumen kepada pengusaha hotel.

Page 34: 2079

c. Apabila pengusaha hotel tidak bisa melaksanakan pengenaan pajak kepada

konsumen, maka pajak ditanggung pengusaha hotel.

2. Hak Dan Kewajiban Pengusaha Hotel Yang Sudah Ditetapkan sebagai Wajib

Pajak

Pengusaha hotel atau penginapan merupakan pengusaha yang wajib yang

mendaftarkan diri untuk dikukuhkan menjadi Wajib Pajak dan kepadanya

diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Dan ada hak maupun kewajiban

yang harus dipenuhi oleh Pengusaha Hotel (Perda Kabupaten Semarang No 19

Tahun 2002).

a. Hak Sebagai Pengusaha Hotel

Pengusaha Hotel mempunyai hak diantaranya untuk pembetulan, pembatalan

dan penghapusan pajak. Untuk penghapusan pajak dapat terjadi karena hal-

hal sebagai berikut :

1. Apabila Wajib Pajak menghentikan usahanya.

2. Apabila Wajib Pajak dalam keadaan pailit atau bangkrut yang dibuktikan

dengan penutupan usahanya.

Dalam hal pembetulan, pembatalan, dan penghapusan pajak, Wajib Pajak

dapat dilakukan dengan cara pengajuan Surat Permohonan kepada kepala

DPKD dan apabila dalam jangka waktu paling lama 15 (lima belas) hari sejak

diterimanya Surat Permohonan Kepala DPKD sudah harus memberikan

keputusan, jika belum ada keputusan berarti permohonan tersebut dianggap

diterima.

Page 35: 2079

b. Kewajiban Sebagai Pengusaha Hotel

Pengusaha Hotel atau Penginapan yang sudah ditetapkan sebagai Wajib Pajak

mempunyai kewajiban sebagai berikut :

1. Melaporkan data pendapatan dan pajak tiap bulan kepada DPKD paling

lambat 5 (lima) bulan berikutnya dari bulan yang dilaporkan dengan cara

menyerahkan isian formulir Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD).

2. Memporporasikan semua nota pembayaran yang dipergunakan, dan hanya

mempergunakan nota pembayaran yang sudah diporporasikan dalam

transaksi pembayaran.

3. Menerima dan memberikan keterangan yang dapat dipertanggungjawabkan

kepada petugas DPKD serta menunjukan semua bukti pembukuan.

4. Membayar lunas pajak paling lambat 15 (lima belas) hari dari sejak

diterima Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD).

1. Prosedur Penyetoran Pajak Hotel Pada DPKD Kabupaten Semarang

Pada proses penyetoran Pajak Hotel dilakukan melalui Bendahara Khusus

Penerima (BKP) DPKD, Bank pembangunan Daerah atau Kantor Pos,

tergantung tempat dimana yang terdekat dan mudah dicapai oleh Wajib pajak

yang bersangkutan, ataupun dengan cara petugas DPKD datang ke tempat

Wajib Pajak yang harus didasarkan pada kesepakatan antara DPKD dengan

Wajib Pajak, dimana nantinya petugas DPKD yang menerima penyetoran harus

sudah menyetorkan ke pemegang kas DPKD dalam waktu 1 x 24 jam atau

jangka waktu lain yang sudah ditetapkan oleh Kepala DPKD.

Page 36: 2079

Prosedur penyetoran Pajak Hotel adalah sebagai berikut:

1. Wajib Pajak menyetorkan pajak terhutang ke pemegang Kas DPKD dengan

menunjukan SKPD.

2. Wajib Pajak membayar lunas pajak terhutang sesuai dengan jumlah yang

ditetapkan dalam SKPD.

3. Wajib Pajak mendapatkan tanda bukti penyetoran pajak berupa Surat Setor

Pajak Daerah (SSPD).

Dalam jangka waktu paling lama 15 (lima belas) hari sejak diterimanya

SKPD, Wajib Pajak sudah harus menyetorkan pajak terutang ke pemegang Kas

DPKD, jika Wajib Pajak tidak menyetorkan kewajibannya dalam batas waktu

yang telah ditentukan, maka dapat dikenakan bunga pajak sebesar 2 % (dua

persen).

Prosedur penyetoran Pajak Hotel melalui Bendaharawan Khusus Penerima

(BKP) DPKD sebagai berikut:

1. Bendaharawan pembantu Khusus Penerima (BKP)/ loket penyetoran

menerima uang disertai dengan SKPD, selanjutnya SKPD divalidasi/ cap

aslinya dikembalikan kepada Wajib Pajak yang bersangkutan.

2. Berdasarkan SKPD yang telah divalidasi dengan Kas Register atau cap

dicatat dan dijumlahkan dalam buku pembantu penerima sejenis “via BKP

untuk selanjutnya dibukukan dalam buku kas umum”.

3. Bendaharawan Khusus Pembantu Penerima pada setiap selesai jam

penyetoran (loket ditutup) membuat “Laporan Harian BPKP” dan serah

terima uang dengan dilengkapi struk rekapitulasi Kas Register kepada BKP.

Page 37: 2079

4. Petugas BPKP menyetorkan uang ke Bank Pembangunan Daerah secara

harian disertai bukti setoran bank.

5. BKP secara periodikal menyiapkan laporan realisasi penerima dan

penyetoran uang yang ditandatangani oleh DPKD.

6. Mendistribusikan

a. Media setoran yang telah divalidasi ke Seksi Pembukuan.

b. Buku Pembantu Penerimaan Sejenis ke Seksi Pembukuan dan Seksi

Penagihan.

c. Laporan Realisasi Penerimaan dan Penyetoran Uang ke Bupati, Kepala

DPKD, Seksi Perencanaan, dan Pengendalian Operasional Buku .

d. Buku Kas Umum ke Bupati.

Sehingga secara umum prosedur pembayaran pajak hotel dapat dibuat bagan

sebagai berikut

2.1 Bagan Prosedur Pembayaran Pajak Hotel Pada DPKD Kabupaten

Semarang

Pengusaha Hotel Baru Seksi Pendaftaran

Seksi Penetapan

Bendaharawan Khusus Penerima/ Pemegang Kas DPKD/ Petugas Pajak

Selesai

Wajib Pajak

Page 38: 2079

2. Prosedur Penagihan Pajak Hotel Pada DPKD Kabupaten Semarang

Penagihan adalah pelaksanaan penegakan hukum terhadap Wajib Pajak

yang tidak mematuhi peraturan, dalam hal ini melunasi pajak yang terhutang

sampai batas waktu yang ditetapkan dalam Surat Ketetapan Pajak Daerah.

Tujuan dari pelaksanaan penagihan ialah sebagai usaha penegakan hukum

agar Wajib Pajak memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peratuan

yang berlaku dan surat teguran terakhir, Wajib Pajak dikenakan denda pajak

sebesar 2 % perbulan. Kegiatan penagihan terdiri dari :

1. Penagihan pasif

Yaitu dimulai dari proses peringatan, Surat Teguran I, Surat Teguran II, Surat

Teguran III.

2. Penagihan aktif

Yaitu meliputi proses paksa, penyitaan, sampai dengan lelang bagaimana

tertuang dalam Undang-Undang Nomor 19 tahun 1959 tentang penagihan

pajak dengan Surat Paksa.

Proses prosedur penagihan Pajak Hotel adalah :

1. Setelah jangka waktu 15 (lima belas) hari sejak diterima SKPD, ternyata

Wajib Pajak belum melaksanakan pembayaran hutang pajak secara lunas

maka kepala DPKD dapat melaksanakan penagihan dengan memberikan

Surat Teguran I kepada Wajib Pajak.

2. Dalam jangka 7 (tujuh) hari setelah pemberian Surat Teguran I Wajib Pajak

belum melaksanakan pembayaran hutang pajak secara lunas maka Kepala

DPKD dapat memberikan Surat Teguran II kepada Wajib Pajak.

Page 39: 2079

3. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah pemberian Surat Teguran II Wajib

Pajak belum melaksanakan pembayaran hutang pajak secara lunas maka

Kepala DPKD dapat memberikan Surat Teguran terakhir kepada Wajib

Pajak.

4. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah pemberian Surat Teguran terakhir

Wajib Pajak belum melaksanakan pembayaran hutang pajak secara lunas

maka Kepala DPKD dapat memerintahkan kepada Petugas DPKD untuk

melaksanakan penagihan seketika sesuai ketentuan yang berlaku.

5. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah dilaksanakan penagihan seketika

dan sekaligus Wajib Pajak belum melaksanakan pembayaran hutang pajak

secara lunas maka kepala DPKD dapat menerbitkan surat paksa sesuai

dengan Undang-Undang yang berlaku.

Dalam hal melaksanakan pembayaran hutang pajak yang dilaksanakan

penagihan dengan Surat Teguran I, Surat Teguran II, Surat Teguran III, Wajib

pajak dikenakan bunga pajak sebesar 2 % (dua persen) perbulan.

Sehingga secara umum bagan prosedur penagihan pajak hotel dapat dibuat

bagan sebagai berikut

Page 40: 2079

2.2 Bagan Penagihan Pajak Hotel Pada DPKD Kabupaten Semarang

3. Efektivitas Pajak Hotel

Efektivitas adalah suatu keadaan yang terjadi sebagai akibat yang

dikehendaki kalau seseorang melakukan sesuatu perbuatan dengan maksud

tertentu dan memang dikehendakinya, maka orang itu dikatakan efektif bila

menimbulkan akibat atau mempunyai maksud sebagaimana yang

dikehendakinya (The Liang Gie,1997:108 dalam Halim Abdul, 2001: 158)

Sedangkan menurut Jone dan Pendlebury , adalah suatu ukuran keberhasilan

atau kegagalan dari organisasi dalam mencapai suatu tujuan (Halim

Abdul,2001:156). Selanjutnya efektivitas harus dinilai atas tujuan yang bisa

dilaksanakan dan bukan atas konsep tujuan yang maksimum. Jadi efektivitas

menurut ukuran seberapa jauh organisasi berhasil mencapai tujuan yang layak

Teguran I

Teguran II SELESAI

Teguran III

Penagihan Seketika

Surat Paksa

L

U

N

A

S

Wajib Pajak belum membayar pajak

melebihi jatuh tempo

Page 41: 2079

dicapai (Richard M Steers dalam Magdalena Yamin, 1985 : 5 dalam Halim

Abdul, 2001:158).

Untuk mencapai efektivitas pengelolaan hotel maka diperlukan manajemen

hotel yaitu salah satunya adalah pemasaran, agar tingkat hunian kamar

meningkat. Pemasaran terdiri dari tiga unsur penting yaitu produk, harga, dan

promosi (A. Yoeti, Oka.1999:5).

a. Produk

Produk hotel disini meliputi pelayanan sewaktu pertama datang,

membawakan barang, memberi infomasi, menyediakan kamar tidur,

menyediakan makan dan minuman, dan sebagainya. Namun demikian produk

yang dinikmati tergantung permintaan dan keinginan tamu sendiri atau

tergantung orangnya.

Tamu hotel memerlukan produk berdasarkan manfaatnya. Contoh manfaat

menginap suatu hotel termasuk juga kebutuhan untuk mendapat pelayanan,

keamanan, kenyamanan, ketenangan, dan hibuaran.

b. Harga

Masalah harga atau tarif kamar suatu hotel ditetapkan berdasarkan biaya yang

diperlukan untuk menyiapkan pelayanan untuk pemakaian kamar yang

bersangkutan, dengan memperhatikan harga pasar yang terjadi dalam

persaingan dalam periode tertentu.

Harga persaingan ditentukan oleh dua macam produk hotel yaitu Limted

Service Hotel seperti Hotel Melati, dan Full Service Hotel seperti Hotel

Bintang, dimana tiap klasifikasi memiliki tarif kamar hotel yang berbeda.

Page 42: 2079

Dalam pemasaran hotel kita mengenal apa yang disebut dengan istilah Yield

Management, yaitu proses penjualan kamar yang sama dengan harga yang

berbeda. Hal ini dapat dilakukan berdasarkan permintaan yang diperkirakan

akan meningkat (Peak Season) atau permintaan akan menurun (Off season).

c. Promosi

Menarik tamu menginap di hotel dan menggunakan fasilitas hotel, adalah

tujuan utama kegiatan promosi yang dilakukan suatu hotel. Kegiatan promosi

itu dibagi dalam empat kegiatan yaitu :

1. Advertising

Adalah suatu kegiatan promosi yang dibayar melalui media cetak atau

medi elektronik, poster, spanduk, dan banyak media lainnya.

2. Public Relation

Adalah suatu kegiatan promosi yang dilakukan oleh pejabat hotel sendiri

dengan menggunakan teknik-teknik pendekatan kepada masyarakat secara

luas dengan bermacam-macam kegiatan yang berkaitan dengan operasional

hotel.

Tugas utamanya dalah memelihara citra perusahaan dimata tamu dan

masyarakat secara luas. Bila ada hal-hal yang dapat menimbulkan dampak

negatif terhadap hotel, maka Public Relation bertanggungjawab untuk

meluruskannya dengan meralat di surat kabar atau melakukan Press

Release dengan wartawan atau wawancara kalau diperlukan.

3. Sales Promotion

Adalah kegiatan promosi yang dilakukan dengan tujuan untuk mendukung

Page 43: 2079

bagian penjualan dalam melakukan tugas-tugas penjualan yang menjadi

kewajibannya. Kegiatan yang biasa dilakukan untuk kegiatan promosi ini

antara lain menggunakan alat bantu antara lain : video tapes, slide

presentasi, Company Newsletter seperti brosur, leaflet, dan lain-lain.

4. Personal selling

Adalah salah satu kegiatan promosi yang dilakukan dengan jalan melakukan

bujukan kepada calon tamu dengan harapan dapat memutuskan kepastian

akan membeli produk hotel yang ditawarkan. Contoh dari Personal Selling

antara lain adalah : Sales Presentations, Rate Quatations, Business

Luncheon dan sebagainya.

Apabila konsep efektivitas dikaitkan dengan pemungutan pajak hotel, maka

efektivitas yang dimaksudkan dapat mengetahui seberapa besar realisasi

penerimaan pajak hotel, berhasil mencapai potensi yang seharusnya dicapai

pada suatu periode tertentu (Halim Abdul, 2001:158).

Sehingga besarnya efektifitas pengelolaan pajak hotel dapat diketahui

dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

00100

HotelPajak PotensiHotelPajak Penerimaan Realisasi

×

Untuk menghitung potensi Pajak Hotel, digunakan formula sebagai berikut :

Potensi Pajak Hotel = AxBxCxD

Keterangan :

A : Jumlah kamar

B : Rata-Rata tarif kamar

C : Jumlah hari(dengan asumsi 1 tahun adalah 360 hari)

Page 44: 2079

D : Tingkat hunian kamar

Sedangkan untuk mengetahui tingkat hunian kamar dilakukan dengan

menghitung jumlah kamar yang dihuni / dipakai tamu (room night occupied)

dibagi dengan banyaknya kamar yang tersedia/ dapat dipakai (room night

available) dikalikan 100%.

Dengan perhitungan diatas dapat diketahui besarnya efektivitas pengelolaan

Pajak Hotel, dengan asumsi bahwa semakin besar angka efektifitas yang

diperoleh, maka semakin tinggi tingkat efektifitasnya. Angka efektifitas ini

menunjukkan kemampuan memungut dan mengukur apakah tujuan aktivitas

pemungutan dapat dicapai. Dengan demikian, semakin besar efektivitas

menunjukan semakin efektif aktivitas pemungutannya. Artinya, semakin besar

kemampuan memungutnya dan tujuan aktivitas pemungutan semakin mendekati

untuk dapat dicapai (Prakosa Kesit Bambang, 2005:144).

C. KONTRIBUSI PAJAK HOTEL TERHADAP PAJAK DAERAH

Menurut Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang, berdasarkan klasifikasi

hotel di Kabupaten Semarang terdapat beberapa jenis- jenis hotel yang dapat

dijelaskan sebagai berikut :

1. Hotel berbintang adalah usaha yang menggunakan suatu bangunan atau

sebagian bangunan yang disediakan secara khusus, dan setiap orang dapat

menginap, makan, serta memperoleh pelayanan dan fasilitas lainnya

dengan pembayaran dan telah memenuhi prasyarat sebagai hotel

berbintang yang telah ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pariwisata antara

lain keadaan fisik, seperti lokasi hotel dan kondisi bangunan, pelayanan

Page 45: 2079

yang diberikan, kualifikasi tenaga kerja dan kesejahteraan karyawan, serta

sarana rekreasi atau olahraga yang disediakan seperti lapangan tennis,

kolam renang, dan diskotek. Ciri khusus hotel berbintang adalah

mempunyai restoran yang berada dibawah manajemen hotel tersebut. Hotel

berbintang dirinci menjadi bintang 1 dan bintang 2.

2. Hotel Melati adalah usaha yang menggunakan suatu bangunan atau

sebagian bangunan yang disediakan khusus, dimana setiap orang dapat

menginap, makan serta memperoleh pelayanan dan fasilitas lainnya dengan

pembayaran dan belum dapat memenuhi persyaratan sebagai hotel bintang

seperti yang telah dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pariwisata tetapi

telah memenuhi kriteria sebagai hotel melati yang dikeluakan oleh Dinas

Pariwisata Daerah. Hotel melati dirinci menjadi Melati 1, Melati 2, Melati

3.

3. Pondok Wisata adalah usaha jasa pelayanan penginapan bagi umum yang

dilakukan perorangan dengan menggunakan sebagian dari tempat

tinggalnya (dengan pembayaran harian).

Masing-masing klasifikasi akomodasi memberikan kontribusi

penerimaan pada pajak daerah yang besarnya tidak sama, karena dipengaruhi

besarnya pendapatan Pajak Hotel tiap bulan pada masing-masing klasifikasi

akomodasi. Oleh karena itu akan dicari besarnya kontribusi Pajak Hotel

terhadap pendapatan Pajak Daerah.

Page 46: 2079

D. KERANGKA BERPIKIR

Salah satu sumber dari Pendapatan Asli Daerah adalah Pajak Daerah. Salah

satu upaya dari Pemerintah Daerah dalam meningkatkan Pajak Daerah adalah

mengefektifkan sektor pendapatan Pajak Hotel. Dimana faktor-faktor yang

mempengaruhi adalah tingkat hunian hotel, jumlah kamar, rata-rata tarif hotel,

rata-rata jumlah pengunjung, dan jumlah hari. Semua fator-faktor tersebut

termasuk dalam potensi Pajak Hotel. Apabila potensi Pajak Hotel tersebut dapat

direalisasikan dengan jumlah nominal hampir sama dengan realisasi pendapatan

Pajak Hotel yang diterima maka Pajak Hotel tersebut telah efektif.

Dengan efektifnya pengelolaan Pajak Hotel maka dihasilkan pendapatan

Pajak Hotel yang maksimal, dimana diharapkan memberikan kontribusi yang

tinggi terhadap Pajak Daerah. Sehingga Pendapatan Asli Daerah yang tinggi

dapat membiayai pembangunan daerah secara maksimal.

Oleh karena itu efektivitas pengelolaan Pajak Hotel dan kontribusi

pendapatan Pajak Hotel sangat diperlukan untuk meningkatkan Pajak Daerah.

Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut :

Page 47: 2079

Gambar 2.3. Bagan Kerangka Berpikir

Kontribusi pajak hotel - Realisasi pendapatan Pajak

Hotel - Realisasi pendapatan Pajak

Daerah

Klasifikasi hotel: - Bintang 1 - Bintang 2 - Melati 1 - Melati 2 - Melati 3 - Pondok Wisata

Pajak Daerah

Efektifitas pendapatan Pajak Hotel - Realisasi penerimaan Pajak

Hotel - Potensi Pajak Hotel

Page 48: 2079

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Populasi Dan Sampel Penelitian

Populasi adalah sekumpulan kasus yang perlu memenuhi syarat-syarat

tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian. Kasus-kasus tersebut dapat

berupa orang, barang, binatang, hal atau peristiwa (Mardalis, 2003:53). Populasi

dalam penelitian ini adalah semua hotel di Kabupaten Semarang termasuk hotel

pondok wisata, melati 1, melati 2, melati 3, bintang 1, dan bintang 2. Yang

berjumlah 172 hotel (diambil berdasarkan rata-rata tiap tahun). Dimana

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek.

2. Pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas penginapan atau fasilitas

tinggal jangka pendek yang sifatnya memberi kemudahan dan kenyamanan.

3. Fasilitas olah raga dan hiburan yang disediakan khusus untuk tamu hotel dan

bukan untuk umum.

4. Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel.

5. Penjualan makanan dan minuman ditempat disertai dengan fasilitas

penyantapan.

Sampel adalah sebagian dari seluruh individu yang menjadi obyek penelitian

(Mardalis, 2003:55). Tujuan penentuan sampel adalah untuk memperoleh

keterangan mengenai obyek penelitian dengan cara mengamati hanya sebagian

dari populasi. Pengambilan sampel menggunakan teknik sampel berstrata secara

Page 49: 2079

acak (Stratified Random Sample) karena dalam data penelitian terdapat data

bertingkat dan jumlah masing-masing klasifikasi hotel tidak proporsional.

Tabel 3.1. Klasifikasi Hotel

No Klasifikasi Hotel Populasi Sampel % 1 2 3 4 5 6

Pondok Wisata Melati 1 Melati 2 Melati 3 Bintang 1 Bintang 2

54 79 26 9 3 1

4 8 3 2 2 1

20 40 15 10 10 5

Jumlah 172 20 100 Sumber : Data primer yang diolah

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah obyek penelitian yang bervariasi (Arikunto, 2002 : 94).

Yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Efektifitas pengelolaan Pajak Hotel. Dengan indikatornya : Realisasi

Pendapatan Pajak Hotel dan potensi Pendapatan Pajak Hotel Pondok Wisata,

Melati 1, Melati 2, melati 3, Bintang 1, Bintang 2.

2. Kontribusi Pajak Hotel terhadap Pajak Daerah. Dengan indikatornya : Realisasi

Pendapatan Pajak Hotel (variabel bebas atau X), dan Realisasi pendapatan Pajak

Daerah (variabel terikat atau Y).

3. Kendala-kendala dalam pengelolaan Pajak Hotel di Kabupaten Semarang.

C. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang akan digunakan dalam penelitian, peneliti

menggunakan metode :

1. Metode Angket (kuesioner)

Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh

Page 50: 2079

informasi dari responden dalam arti laporan tentang dirinya atau hal-hal yang ia

ketahui(Arikunto, 2002 : 94).

Angket yang digunakan peneliti menggunakan bentuk pilihan ganda dan bentuk

isian. Dimana hasil angket yang diperoleh digunakan untuk mengetahui

kendala-kendala dalam pengelolaan Pajak Hotel.

2. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang berupa sumber

tertulis buku, direktori, dan data-data lain yang berkaitan dengan penelitian.

Dokumen yang dimaksud adalah meliputi data target dan realisasi Pajak Daerah

dan Pajak Hotel di Kabupaten semarang, serta data potensi pendapatan Pajak

Hotel di Kabupaten Semarang.

D. Metode Analisis Data

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

metode penelitian Deskriptif Persentase, yaitu untuk mengetahui persentase

dengan menjelaskan variabel melalui pengukuran obyektif dan analisis numerikal

(Maradalis, 2003:83). Analisis Statistik Regresi Sederhana yaitu mengembangkan

suatu persamaan untuk meramalkan sesuatu variabel dari variabel kedua yang

telah diketahui (Arikunto, Suharsimi.2002:264).

1. Uji Validitas Dan Reliabilitas

a. Uji Validitas Angket

Untuk mengetahui apakah data yang diperoleh itu dapat terjamin

kesahihannya/valid, maka diperlukan adanya pengujian validitas dari masing-

masing angket. Dalam pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah

Page 51: 2079

jawaban angket yang diberikan kepada responden dapat dikatakan valid atau

tidak.

Dalam pengujian validitas ini sebagai patokannya atau pedoman indikator

tersebut, penulis memakai ukuran r tabel 0,632 untuk angket Petugas Pajak

dan r tabel 0,444 untuk angket Wajib Pajak. Apabila nilai r lebih besar dari

nilai tabel, maka angket tersebut dapat dikatakan valid.

Sedangkan rumus yang diperlukan untuk mengetahui valid tidaknya nilai

r yaitu :

( )( )( ){ } ( ){ }∑ ∑∑ ∑∑ ∑∑=

−−

2222 YYNXXN

YXXYNxyr

Keterangan :

r : Koefisien korelasi antar indikator

N : Jumlah sampel

X : Skor indikator

Y : Total skor indikator dalam konsep yang sama

Dari perhitungan yang telah dilakukan (lampiran 1), diperoleh berbagai

nilai r untuk masing-masing butir pertanyaan yang dapat dilihat pada tabel

sebagai berikut :

Page 52: 2079

Tabel 3.2. Hasil Perhitungan Validitas Angket

Kendala Pertanyaan r r tabel Keterangan

Internal

(Petugas

Pajak)

Butir 01

Butir 02

Butir 03

Butir 04

Butir 05

Butir 06

Butir 07

Butir 08

Butir 09

0,907

0,907

0,849

0,849

0,681

0,740

0,681

0,746

0,747

0,632

0,632

0,632

0,632

0,632

0,632

0,632

0,632

0,632

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Eksternal

(Wajib

Pajak)

Butir 01

Butir 02

Butir 03

Butir 04

Butir 05

0,741

0,652

0,622

0,718

0,652

0,444

0,444

0,444

0,444

0,444

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Sumber : Data primer yang diolah

Dari tabel hasil perhitungan validitas angket kendala-kendala dalam

pengelolaan Pajak Hotel ternyata koefisien korelasi r menunjukan lebih

besar dari r tabel. Sehingga angket tersebut dapat dikatakan valid.

b. Uji Reliabilitas Angket

Untuk mengetahui apakah data yang diperoleh itu dapat dipercaya dalam

keterandalannya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, maka

diperlukan adanya pengujian reliabilitas dari masing-masing angket. Dalam

pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah jawaban angket yang

Page 53: 2079

diberikan kepada responden dapat dipercaya (diandalkan) atau tidaknya.

Dalam pengujian reliabilitas ini sebagai patokannya atau pedoman

indikator tersebut penulis memakai ukuran r tabel artinya bahwa apabila nilai

r lebih besar dari nilai tabel, maka angket tersebut dapat dikatakan reliabel.

Sedangkan rumus yang diperlukan untuk mengetahui reliabel tidaknya

nilai r yaitu :

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ ∑⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

−= 2

t

2b

11 - 1 1

rσσ

kk

Keterangan :

r11 : Koefisien Reliabel

k : Konstanta

σb : Varian Butir

σt : Varian Total

Dari perhitungan yang telah dilakukan (lampiran 1), diperoleh berbagai

nilai r untuk masing-masing indikator yang dapat dilihat pada tabel sebagai

berikut :

Tabel 3.3. Hasil Perhitungan Reliabilitas Angket

No Kendala Responden R r tabel Keterangan

1

2

Internal

Eksternal

Petugas

Pengusaha

0,780

0,769

0,632

0,444

Reliabel

Reliabel

Sumber : Data Primer yang diolah

Dari tabel hasil perhitungan reliabilitas angket kendala-kendala dalam

pengelolaan Pajak Hotel ternyata koefisien Reliabilitas R menunjukan lebih

besar dari r tabel. Sehingga angket tersebut dapat dikatakan reliabel.

Page 54: 2079

2. Efektivitas Pengelolaan Pajak Hotel

Efektifitas pengelolaan pajak hotel dapat diketahui berdasarkan

perbandingan antara jumlah realisasi penerimaan Pajak Hotel dengan potensi

Pajak Hotel yang ada.

Jadi untuk menghitung efektivitas pengelolaan Pajak Hotel digunakan

rumus sebagai berikut

%100HotelPajak Potensi

HotelPajak Penerimaan Realisasi×

Untuk menghitung Potensi Pajak hotel digunakan formula sebagai berikut

:

Potensi Pajak Hotel = A x B x C x D

Keterangan :

A : Jumlah kamar

B : Rata-rata tarif kamar

C : Jumlah hari

D : Tingkat hunian

Untuk mengetahui ukuran kriteria efektivitas digunakan interprestasi nilai r

sebagai dasar untuk menentukan nilai efektivitas yang diperoleh. Interprestasi r

tersebut adalah sebagai berikut (Arikunto,Suharsimi,2002:245).

Page 55: 2079

Tabel 3.4. Interprestasi Nilai r

Besarnya Nilai r Interprestasi

Antara 0,80 sampai dengan 1,00

Antara 0,60 sampai dengan 0,80

Antara 0,40 sampai dengan 0,60

Antara 0,20 sampai dengan 0,40

Antara 0,00 sampai dengan 0,20

Tinggi

Cukup

Agak Rendah

Rendah

Sangat Rendah

3. Kontribusi Pajak Hotel terhadap Pajak Daerah

Metode analisis statistik data digunakan untuk mengetahui kontribusi

Pajak Hotel terhadap Pajak Daerah di Kabupaten Semarang. Metode analisis

yang digunakan adalah analisis regresi dengan satu prediktor, dengan

perhitungan sebagai berikut :

a. Koefisien Determinasi

( )( ){ }( )∑ ∑

∑ ∑∑−

−= 2

2

YYn

YXxynbr

Keterangan :

r2 : Koefisien Determinasi antara Y dengan X

∑xy : Jumlah produk prediktor X dan kriterium Y

∑X : Jumlah prediktor X (pendapatan Pajak Hotel)

∑Y : Jumlah kriterium Y (pendapatan Pajak Daerah)

n : Cacah kasus

b : Bilangan konstan

Page 56: 2079

Dalam perhitungan tersebut sekaligus dicari R dengan mengalikan r2

dengan 100%, sehingga dapat diketahui besarnya sumbangan efektif Pajak

Hotel terhadap Pajak Daerah.

Page 57: 2079

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Kabupaten Semarang

a. Letak Geografi

Sebagai salah satu Kabupaten di Propinsi Jawa Tengah, Kabupaten

Semarang secara geografi berada pada 1100 14’ 54,75” sampai dengan 1100

39’ 3” Bujur Timur dan 70 3’ 75”- 70 30’ Lintang Selatan.

Batas- Batas administrasi Kabupaten Semarang adalah sebelah utara

berbatasan dengan Kota Semarang dan Kabupaten Demak. Sebelah selatan

berbatasan dengan Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Magelang. Sebelah

timur berbatasan dengan Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Grobogan.

Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan Kabupaten

Kendal. Ditengah-tengah wilayah Kabupaten Semarang terdapat Kota

Salatiga.

Rata-rata ketinggian tempat di Kabupaten Semarang antar kecamatan

berbeda. Daerah terendah terletak di desa Candi Rejo Kecamatan Ungaran

dan daerah tertinggi terdapat di Desa Batur Kecamatan Getasan.

Beberapa mata air sungai dan daerah yang dilalui sungai yang ada di

Kabupaten Semarang, diantaranya :

1. Kaligarang, daerah yang di lalui Kecamatan Ungaran dan Kecamatan

Bergas.

2. Rawa Pening, daerah yang dilalui Kecamatan Jambu, Kecamatan

Page 58: 2079

Banyubiru, dan sebagian Kecamatan Ambarawa, Kecamatan Bawen,

Kecamatan Tuntang, dan Kecamatan Getasan.

3. Kali Tuntang, daerah yang dilalui Kecamatan Bringin, Kecamatan

Pringapus, dan Kecamatan Bawen.

4. Kali Senjoyo, daerah yang dilalui sebagian Kecamatan Tuntang,

Kecamatan Pabelan, Kecamatan Bringin, Kecamatan Tengaran, dan

Kecamatan Getasan.

5. Selain itu masih banyak lagi sungai yang melalui daerah-daerah di

wilayah Kabupaten Semarang seperti : Laban, Babon, Dolok, Klampok,

Bodri, Progo, Cemoro, dan lain-lain.

Nama, letak gunung dan nama pegunungan antara lain :

1. Gunung Ungaran letaknya meliputi wilayah Kecamatan Ungaran,

Bawen, Ambarawa, dan Sumowono.

2. Gunung Telomoyo letaknya meliputi wilayah Kecamatan Banyu Biru

dan Getasan.

3. Gunung Merbabu letaknya meliputi wilayah Kecamatan Getasan dan

Tengaran.

4. Pegunungan Sewakul terletak di wilayah Kecamatan Ungaran.

5. Pegunungan Kalong terletak di wilayah Kecamatan Ungaran.

6. Pegunungan Pasokan, Kredo, Tengis terletak di wilayah Kecamatan

Pabelan.

7. Pegunungan Ngabieng dan Gunung Tumpeng terletak di wilayah

Page 59: 2079

Kecamatan Suruh.

8. Pegunungan Rong terletak di wilayah Kecamatan Tuntang.

9. Pegunungan Sodong terletak di wilayah Kecamatan Tengaran.

10. Pegunungan Pungkruk terletak di wilayah Kecamatan Bringin.

11. Pegunungan Mergi terletak di wilayah Kecamatan Bergas.

b. Luas penggunaan lahan

Secara administratif Kabupaten Semarang terbagi menjadi 17 kecamatan

dan terdiri dari 235 desa/ kelurahan. Luas wilayah Kabupaten Semarang

pada tahun 2004 tercatat sebesar 95.020.674 Ha atau sekitar 2,92 % dari luas

wilayah Propinsi Jawa Tengah. Luas yang ada terdiri dari 24.456 Ha (25,74

%) lahan sawah dan 70.564.674 Ha (74,26 %) bukan lahan sawah.

Ditinjau dari segi kegunaan, bukan lahan sawah digunakan sebagai

pekarangan dan bangunan sebesar 19.671.589 Ha (27,877 %), 28.285 Ha

untuk tegalan dan kebun (40,083 %), 26 Ha untuk tambak/ kolam (0,037 %),

perkebunan rakyat/ swasta sebesar 5.069 ha (7,183 %), 11.609 Ha untuk

hutan rakyat (16,452 %), 2.623 Ha untuk rawa (3,717 %) dan lain-lain tanah

kering sebesar 3.281,085 Ha (4,651 %).

Menurut penggunaan lahan sawah, luas lahan sawah berpengairan irigasi

teknis sebesar 5.499 Ha, irigasi setengah teknis sebesar 4.002 Ha, irigasi

sederhana sebesar 7.917 Ha serta tadah hujan sebesar 6.045 Ha.

c. Keadaan Iklim

Curah hujan tertinggi selama tahun 2004 terdapat di Kecamatan tengaran

sebanyak 3.684 mm, untuk hari hujan terbanyak terdapat di Kecamatan Bawen

Page 60: 2079

sebanyak 210 hari.

d. Wilayah Administratif

Wilayah Kabupaten Semarang secara administrasi pada tahun 2004 terbagi

dalam 17 kecamatan wilayah tersebut terdiri dari 208 desa, 27 kelurahan, 1523

rukun warga dan 6302 rukun tetangga.

Jumlah prasarana desa sampai tahun 2004 mencapai 5262 yang terdiri dari

prasarana perhubungan 311 buah, pendidikan dan kesehatan sebanyak 48 buah,

perekonomian sebanyak 26 buah, sosial sebanyak 141 buah.

e. Kepegawaian

Banyaknya PNS dilingkungan pemerintah kabupaten semarang keadaan

desember 2004 sebanyak 10051 orang.

Jumlah pegawai menurut pendidikan yang ditamatkan adalah tamat/tidak

amat SD sebanyak 465 orang ( 4,63%) SMP sebanyak 500 orang ( 4,97%),

SMU sebanyak 3019 ( 30,04 %), diploma/sarjana muda sebanyak 3606 orang

(35,88%) sarjana strata 1 sebanyak 2372 orang ( 23,60% ) dan sarjana strata 2

sebanyak 89 orang ( 0,88 % )

f. Pertahanan Sipil

Anggota pertahanan sipil ( hansip) peranan yang penting dalam menjaga

ketertiban dan keamanan dilingkungan masyarakat. Jumlah anggota hansip

dikabupaten semarang pada tahun 2004 sebanyak 7153 orang, terbagi dalam

jenis kelamin laki-laki sebanyak 6778 orang (84,76 % ) dan jenis kelamin

wanita sebanyak 375 orang ( 5,24 % ).

Berdasarkan tingkat pendidikan umum, jumlah anggota hansip tamat SD

Page 61: 2079

sebanyak 5033 orang ( 70,36 % ) SLTP sebanyak 1664 orang ( 23,26 % ) SMU

sebanyak 456 orang ( 6,38 % ). Sedangkan berdasarkan klasifikasi

kemampuan, semua anggota hansip menjadi anggota limas ( 100 % ).

g. Pertanahan

Berdasarkan data dari kantor kabupaten semarang pada tahun 2004 telah

membuat akta PPAT sebanyak 4079 buah, sebagian besar berupa hak milik

yaitu sebesar 84,09 % dan hak guna bangunan 15,91%.

h. Pemilihan Umum

Pemilu legislatif yang dilaksanakan 5 april 2004 di kabupaten semarang

terdapat 641.281 pemilih yang tersebar di 2566 TPS ( tempat pemungutan

suara) perolehan suara yang sah untuk DPR, DPRD I dan DPRD II dalam

pemilu 5 april 2004 dikabupaten semarang menghasilkan 24 partai, dengan

suara terbesar di lima partai berturut-turut diperoleh PDIP, Partai GOLKAR,

Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai kebangkitan Bangsa (PKB),

Partai Amanat Nasional (PAN).

i. Penduduk

Berdasarkan hasil registrasi penduduk akhir tahun 2004 yang telah

disesuaikan dengan hasil P4B, jumlah penduduk Kabupaten Semarang tahun

2004 adalah sebesar 891.951 orang dengan laju pertumbuhan penduduk

sebesar 5,57 %.

Dari hasil angka registrasi tersebut, diperoleh rasio jenis kelamin penduduk

Kabupaten Semarang masih dibawah 100 yaitu sebesar 98,34. hal ini

menggambarkan bahwa jumlah penduduk wanita lebih banyak daripada

Page 62: 2079

jumlah penduduk laki-laki. Seiring dengan pertumbuhan penduduk, jumlah

rumahtangga juga mengalami dari 223.835 pada tahun 2003 menjadi 230.354

pada tahun 2004, dengan rata-rata anggota rumahtangga 4 orang baik pada

tahun 2003 maupun 2004.

Sejalan dengan kenaikan penduduk maka kepadatan penduduk dalam

kurun waktu lima tahun (2000-2004) cenderung mengalami kenaikan, pada

tahun 2004 tercatat sebesar 939 jiwa setiap kilometer persegi. Jumlah

penduduk yang terus bertambah setiap tahun tidak diimbangi dengan

pemerataan penyebaran penduduk di tiap kecamatan. Kepadatan penduduk di

kecamatan yang wilayahnya sebagian besar perkotaan mempunyai kepadatan

penduduk yang tinggi dibandingkan dengan kecamatan yang wilayahnya

masih merupakan daerah perdesaan. Wilayah terpadat tercatat di Tengaran,

Ambarawa, dan Ungaran, masing-masing dengan kepadatan 1.272, 1.550,

1.687 jiwa/ km.

j. Ketenagakerjaan

Salah satu modal utama dalam perkembangan roda pembangunan adalah

tenaga kerja. Sejalan dengan berlangsungnya proses demografi, jumlah dan

komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan.

Berdasarkan data dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten

Semarang, banyaknya pencari kerja yang terdaftar selama tahun 2004

berjumlah 17.159 orang. Pemohon perpanjangan dan pemberian ijin bekerja

bagi warga negara asing (WNA) selama tahun 2004 mengalami penurunan

yang cukup berarti. WNA yang mengajukan permohonan perpanjangan ijin

Page 63: 2079

bekerja sebanyak 2 orang.

k. Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk di Kabupaten Semarang pada umumnya masih

bekerja dibidang pertanian, hal ini menunjukan bahwa potensi wilayah

Kabupaten Semarang sebagian besar masih merupakan lahan pertanian.

Selain itu juga ada jasa akomodasi yang menunjang sektor pariwisata yaitu

hotel dan bentuk jasa akomodasi lainnya yang sejenis. Jumlah hotel yang ada

di Kabupaten Semarang pada tahun 2004 sebesar 183 hotel yang tersebar di

Kecamatan Getasan, Tuntang, Ambarawa, Bawen, Bergas, dan

Ungaran.Banyaknya kamar hotel 2688 kamar dan perkiraan jumlah tamu tahun

2004 sebanyak 439.278 orang. Bila dibandingkan tahun 2003 maka jumlah

hotel di Kabupaten Semarang mengalami peningkatan sebesar 1,10 %,

sebaliknya banyaknya kamar meningkat 0,41 %, sedang perkiraan jumlah tamu

mengalami penurunan sebesar 13,04 %

Sebelum mengadakan pembahasan dan pengujian terlebih dahulu akan

penulis sajikan gambaran mengenai diri responden dari hasil penelitian, yang

dapat dilihat sebagai berikut :

a. Petugas Pajak Hotel

Dalam penelitian ini Petugas Pajak merupakan unit analisis dimana

subjek penelitian adalah petugas pajak dan objek penelitian adalah kendala-

kendala dalam pengelolaan pajak hotel sedangkan sumber data adalah

petugas pajak, yang kemudian disebut sebagai responden.

Page 64: 2079

1. Jenis Kelamin

Berikut ini dipaparkan mengenai petugas pajak hotel di Kabupaten

semarang menurut jenis kelamin.

Tabel 4.1. Jenis Kelamin Petugas Pajak Hotel

No Jenis Kelamin Frekuensi %

1 Pria 7 70

2 Wanita 3 30

Jumlah 10 100

Sumber : Data primer yang diolah

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa subjek penelitian terdiri dari

70 % responden adalah pegawai pria dan 30 % adalah pegawai wanita.

Keadaan ini karena pekerjaan ini lebih dominan di lapangan sehingga

pegawai pria lebih sesuai dalam pekerjaan ini.

Kemampuan pegawai pria dalam mengendarai kendaraan bermotor

lebih baik daripada pegawai wanita sehingga mempermudah menjalankan

tugasnya di lapangan.

2. Jabatan

Berikut ini dipaparkan mengenai petugas pajak hotel di Kabupaten

semarang menurut jabatan.

Page 65: 2079

Tabel 4.2. Jabatan Petugas Pajak Hotel

No Jabatan Frekuensi %

1 Kasi Pendaftaran dan

Penetapan Pajak Daerah

1 10

2 Kasi Penagihan dan

Keberatan Pajak Daerah

1 10

3 Staf Pendaftaran dan

Penetapan Pajak Daerah

4 40

4 Staf Penagihan dan Keberatan

Pajak daerah

4 40

Jumlah 10 100

Sumber : Data primer yang diolah

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa struktur organisasi terdiri

menjadi dua bagian masing-masing yaitu yang pertama adalah Seksi

Pendaftaran dan Penetapan Pajak yang dipimpin oleh seorang Kepala

Seksi Pendaftaran dan Penetapan Pajak Daerah . kemudian yang kedua

adalah Seksi Penagihan dan Keberatan Pajak Daerah yang dipimpin oleh

seorang Kepala Seksi Penagihan dan Keberatan Pajak Daerah.

b. Pengusaha Hotel (Wajib Pajak)

Dalam penelitian ini Wajib Pajak merupakan unit analisis dimana

subjek penelitian adalah pengusaha hotel dan objek penelitian adalah

kendala-kendala dalam pembayaran pajak hotel sedangkan sumber data

adalah pengusaha hotel, yang kemudian disebut sebagai responden.

1. Jenis kelamin

Berikut ini dipaparkan mengenai Pengusaha Hotel (Wajib Pajak) di

Kabupaten semarang menurut jenis kelamin.

Page 66: 2079

Tabel 4.3. Jenis Kelamin Pengusaha Hotel (Wajib Pajak)

No Jenis Kelamin Frekuensi %

1 Pria 15 75

2 Wanita 5 25

Jumlah 20 100

Sumber : Data primer yang diolah

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa subjek penelitian terdiri dari

75 % responden adalah pengusaha pria dan 25 % adalah pengusaha

wanita. Keadaan ini karena pekerjaan mencari pendapatan dalam keluarga

umumnya dikerjakan oleh kepala rumah tangga sehingga usaha ini

banyak dijalankan pengusaha pria.

2. Status kepemilikan usaha

Berikut ini dipaparkan mengenai Pengusaha Hotel (Wajib Pajak) di

Kabupaten semarang menurut status kepemilikan usaha.

Tabel 4.4. Status Kepemilikan Usaha

No Status Frekuensi %

1 Persorangan 19 95

2 Badan hukum 1 5

Jumlah 20 100

Sumber : Data primer yang diolah

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 95 % status kepemilikan

adalah perseorangan dan 5 % adalah badan hukum. Keadaan ini karena

sebagian besar usaha perhotelan adalah jenis pondok wisata dan melati,

Page 67: 2079

dimana banyak dimiliki oleh penduduk setempat.

3. Klasifikasi hotel

Berikut ini dipaparkan mengenai Pengusaha Hotel (Wajib Pajak) di

Kabupaten semarang menurut klasifikasi hotel.

Tabel 4.5. Klasifikasi Hotel

No Klasifikasi Hotel Frekuensi %

1

2

3

4

5

6

Pondok Wisata

Melati 1

Melati 2

Melati 3

Bintang 1

Bintang 2

4

9

1

2

3

1

20

45

5

10

15

5

Jumlah 20 100

Sumber : Data primer yang diolah

Dari tabel diatas dapat diketahui jenis klasifikasi hotel dalam

penelitian ini sebagian besar adalah Melati 1 dengan persentase 45 % dan

jumlah yang paling sedikit adalah Bintang 2 dengan persentase 5 %.

4. Tarif rata-rata berdasarkan jenis kamar dan jenis hotel

Berikut ini dipaparkan mengenai tarif rata-rata berdasarkan jenis

kamar dan jenis hotel di Kabupaten semarang.

Page 68: 2079

Tabel 4.6. Tarif Rata-rata Hotel Berdasarkan Jenis Kamar dan Jenis Hotel di

Kabupaten Semarang.

No Jenis Hotel Jenis

Kamar

Tarif rata-rata/

Kamar/malam Frekuensi %

1

2

3

4

5

6

Pondok Wisata

Melati 1

Melati 2

Melati 3

Bintang 1

Bintang 2

Ekonomi

Ekonomi

Ekonomi

Standar

Ekonomi

Standar

Deluxe

Ekonomi

Standar

Deluxe

Suite

Ekonomi

Standar

Deluxe

Suite

Rp 30.000

Rp 30.000

Rp 30.000

Rp 50.000

Rp 50.000

Rp 100.000

Rp 150.000

Rp 100.000

Rp 150.000

Rp 200.000

Rp 400.000

Rp 150.000

Rp 200.000

Rp 400.000

Rp 600.000

16

110

5

22

19

7

13

29

56

34

5

8

30

6

4

4

30

1

6

5

2

4

8

16

10

1

2

8

2

1

Jumlah 364 100

Sumber : Data primer yang diolah

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jenis kamar Ekonomi adalah

61 buah (50 %) dengan tarif rata-rata Rp 30.000,00, jenis kamar Standar

adalah 115 buah (32 %) dengan tarif rata-rata Rp 50.000,00, jenis kamar

Page 69: 2079

Deluxe adalah 53 buah (16 %) dengan tarif rata-rata Rp 300.000,00, dan

jenis kamar Suite adalah 7 buah (2 %) dengan tarif rata-rata Rp

600.000,00. Keadaan ini karena dibedakan oleh fasilitas yang ada pada

kamar tersebut . Keadaan ini karena dibedakan oleh fasilitas yang ada

pada kamar tersebut seperti :

a. Suite : Ukuran kamar besar, spring bed, Televisi multimedia,

telephone, kamar mandi dalam (air panas), ruang tamu

dalam, AC, View (pemandangan).

b. Deluxe : Ukuran kamar sedang, spring bed, televisi multimedia,

telephone, kamar mandi dalam (air panas), ruang tamu

dalam, AC

c. Standar : Spring bed, televisi, kamar mandi dalam (air panas), kipas

angin.

d. Ekonomi : kasur dan kamar mandi dalam.

2. Efektivitas pengelolaan Pajak Hotel

Dalam menghitung efektifitas pengelolaan Pajak Hotel peneliti

menggunakan beberapa data sekunder yaitu diantaranya data target dan

realisasi pendapatan Pajak Hotel di Kabupaten Semarang selama 5(lima)

tahun dari tahun 2000 sampai tahun 2004, Data Rekapitulasi Pendapatan

Potensi Pajak Hotel Kabupaten Semarang Tahun 2000-2004, Direktori Hotel

dan Jasa Akomodasi Lain Jawa Tengah Tahun 2000, Data Pengunjung/

Tamu Hotel Melati dan Bintang Di Kabupaten Semarang Tahun 2004 .

Page 70: 2079

Tabel 4.7. Data Target dan Realisasi Pendapatan Pajak Hotel dan Pajak

Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2000-2004

Pajak Hotel Pajak Daerah Tahun

Target(Rp) Realisasi(Rp) Target(Rp) Realisasi(Rp)

2000 319.376.000 409.906.594 2.999.996.000 4.108.668.632

2001 626.168.000 645.599.860 5.194.169.000 6.645.836.065

2002 756.000.000 761.323.856 8.411.591.000 9.101.529.639

2003 805.193.000 946.137.739 10.733.153.090 10.952.420.585

2004 946.145.000 992.257.525 11.940.693.673 12.614.814.955

Sumber : Data sekunder yang diolah

Untuk menghitung efektivitas Pajak Hotel di Kabupaten semarang pada

tahun 2000-2004 menggunakan data sekunder. Dari data yang diperoleh

mengenai jumlah hotel dan jumlah kamar hotel di Kabupaten semarang

tahun 2000-2004 dapat dilihat sebagai berikut :

Page 71: 2079

Tabel 4.8. Jumlah Hotel dan Jumlah Kamar Hotel di Kabupaten Semarang Tahun

2000-2004.

2000 2001 2002 2003 No Jenis

Hotel Jumlah

Hotel

Jumlah

Kamar

Jumlah

Hotel

Jumlah

Kamar

Jumlah

Hotel

Jumlah

Kamar

Jumlah

Hotel

Jumlah

Kamar

Ju

H

1

2

3

4

5

6

Pondok Wisata

Melati 1

Melati 2

Melati 3

Bintang 1

Bintang 2

16

106

23

18

2

1

70

955

505

616

80

48

18

113

26

19

2

1

73

995

605

676

80

48

19

104

26

18

2

1

85

1005

605

623

80

48

15

115

30

18

2

1

103

1214

643

579

80

48

Total 166 2274 171 2477 170 2446 181 2667

Sumber : Data Kantor DPKD Kabupaten Semarang

Dari perolehan data-data tersebut diatas dan dengan asumsi bahwa : (DPKD

Kabupaten Semarang)

1. Jumlah hari dalam 1 tahun : 360 hari

2. Masa Pergantian Kamar : 1 x 1 hari

3. Rata- rata Tarif Kamar/ Malam dan Tingkat Hunian Kamar

Tabel 4.9 Rata- rata Tarif Kamar/ Malam Tiap Jenis Hotel dan Tingkat Hunian

Kamar di Kabupaten Semarang Tahun 2000-2004

No Jenis Hotel 2000 2001 2002 2003

Page 72: 2079

Sumber : Data Kantor DPKD Kabupaten Semarang

Berdasarkan data-data diatas maka dapat dihitung potensi Pajak Hotel

Tarif

Kamar

Tingkat

Hunian

Tarif

Kamar

Tingkat

Hunian

Tarif

Kamar

Tingkat

Hunian

Tarif

Kamar

T

H

1

2

3

4

5

6

PondokWisata

Melati 1

Melati 2

Melati 3

Bintang 1

Bintang 2

20.000

20.000

40.000

75.000

150.000

250.000

0.12

0.27

0.27

0.23

0.20

0.20

20.000

20.000

50.000

100.000

150.000

250.000

0.13

0.24

0.23

0.22

0.20

0.20

20.000

20.000

50.000

100.000

150.000

250.000

0.13

0.24

0.23

0.22

0.20

0.20

20.000

20.000

50.000

150.000

200.000

300.000

Page 73: 2079

dari penerimaan jenis hotel di Kabupaten Semarang untuk tahun 2000 yaitu

sebagai berikut :

Tabel 4.10. Perhitungan Potensi Pajak Hotel Kabupaten Semarang Tahun

2000.

No Klasifikasi

Hotel

Jumlah

Kamar

Tarif

Kamar/Rp

Tingkat

Hunian

Jumlah

Hari

Omzet Per

Tahun (Rp)

1

2

3

4

5

6

Pondok Wisata

Hotel Melati 1

Hotel Melati 2

Hotel Melati 3

Hotel Bintang 1

Hotel Bintang 2

70

955

505

616

80

48

20 000

20 000

40 000

75 000

150 000

250 000

0,12

0,27

0,27

0,23

0,20

0,20

360

360

360

360

360

360

60480000

1856520000

1963440000

3825360000

864000000

864000000

Total (166) 2274 9433800000

Sumber : DPKD Kabupaten Semarang.

Dari perhitungan data tersebut diatas, dapat diperoleh bahwa

penerimaan omzet dari jenis hotel pada tahun 2000 adalah sebesar Rp

9.433.800.000,00 dengan demikian, potensi penerimaan Pajak Hotel adalah

Rp 9.433.800.000x 10 % = Rp 943.380.000,00

Berdasarkan jumlah potensi tersebut diketahui efektivitas Pajak Hotel

di Kabupaten Semarang tahun 2000 dengan raelisasi pendapatan Pajak Hotel

tahun 2000 adalah sebagai berikut :

% 43 % 100000.380.943 Rp594.906.409 Rp

Dari hasil perhitungan diatas diperoleh tingkat efektivitas Pajak Hotel

di Kabupaten Semarang tahun 2000 adalah 43 %.

Page 74: 2079

Untuk menghitung potensi Pajak Hotel dari penerimaan jenis hotel di

Kabupaten Semarang untuk tahun 2001 yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.11. Perhitungan Potensi Pajak Hotel Kabupaten Semarang Tahun 2001.

No Klasifikasi

Hotel

Jumlah

Kamar

Tarif

Kamar/Rp

Tingkat

Hunian

Jumlah

Hari

Omzet Per

Tahun (Rp)

1

2

3

4

5

6

Pondok Wisata

Hotel Melati 1

Hotel Melati 2

Hotel Melati 3

Hotel Bintang 1

Hotel Bintang 2

73

995

605

676

80

48

20 000

20 000

50 000

100 000

150 000

250 000

0,13

0,24

0,23

0,22

0,20

0,20

360

360

360

360

360

360

68328000

1719360000

2504700000

5353920000

864000000

864000000

Total (171) 2477 1000

Sumber : DPKD Kabupaten Semarang.

Dari perhitungan data tersebut diatas, dapat diperoleh bahwa

penerimaan omzet dari jenis hotel pada tahun 2001 adalah sebesar Rp

11.342.232.000,00 dengan demikian, potensi penerimaan Pajak Hotel adalah

Rp 11.342.232.000x 10 % = Rp 1.134.223.200,00

Berdasarkan jumlah potensi tersebut diketahui efektivitas Pajak Hotel

di Kabupaten Semarang tahun 2001 dengan raelisasi pendapatan Pajak Hotel

tahun 2001 adalah sebagai berikut :

% 56,92 % 100200.223.134.1 Rp860.599.645 Rp

Dari hasil perhitungan diatas diperoleh tingkat efektivitas Pajak Hotel

di Kabupaten Semarang tahun 2001 adalah 56,92 %.

Untuk menghitung potensi Pajak Hotel dari penerimaan jenis hotel di

Page 75: 2079

Kabupaten Semarang untuk tahun 2002 yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.12. Perhitungan Potensi Pajak Hotel Kabupaten Semarang Tahun 2002.

No Klasifikasi

Hotel

Jumlah

Kamar

Tarif

Kamar(Rp)

Tingkat

Hunian

Jumlah

Hari

Omzet Per

Tahun (Rp)

1

2

3

4

5

6

Pondok Wisata

Hotel Melati 1

Hotel Melati 2

Hotel Melati 3

Hotel Bintang 1

Hotel Bintang 2

85

1005

605

623

80

48

20 000

20 000

50 000

100 000

150 000

250 000

0.13

0.24

0.23

0.22

0.20

0.20

360

360

360

360

360

360

140760000

1664280000

2504700000

5158440000

993600000

993600000

Total (170) 2446 11455380000

Sumber : DPKD Kabupaten Semarang.

Dari perhitungan data tersebut diatas, dapat diperoleh bahwa

penerimaan omzet dari jenis hotel pada tahun 2002 adalah sebesar Rp

11.455.380.000,00 dengan demikian, potensi penerimaan Pajak Hotel adalah

Rp 11.455.380.000 x 10 % = Rp 1.145.538.000,00.

Berdasarkan jumlah potensi tersebut diketahui efektivitas Pajak Hotel

di Kabupaten Semarang tahun 2002 dengan raelisasi pendapatan Pajak Hotel

tahun 2002 adalah sebagai berikut :

% 66,46 % 100000.538.1451. Rp

856.323.761 Rp=×

Dari hasil perhitungan diatas diperoleh tingkat efektivitas Pajak Hotel

di Kabupaten Semarang tahun 2002 adalah 66,46 %.

Untuk menghitung potensi Pajak Hotel dari penerimaan jenis hotel di

Kabupaten Semarang untuk tahun 2003 yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.13. Perhitungan Potensi Pajak Hotel Kabupaten Semarang Tahun 2003.

Page 76: 2079

No Klasifikasi

Hotel

Jumlah

Kamar

Tarif

Kamar/Rp

Tingkat

Hunian

Jumlah

Hari

Omzet Per

Tahun (Rp)

1

2

3

4

5

6

Pondok Wisata

Hotel Melati 1

Hotel Melati 2

Hotel Melati 3

Hotel Bintang 1

Hotel Bintang 2

103

1214

643

579

80

48

20 000

20 000

50 000

100 000

200 000

300 000

0.13

0.24

0.24

0.21

0.20

0.20

360

360

360

360

360

360

163152000

1922976000

2546280000

4585680000

1267200000

1140480000

Total (177) 2667 11625768000

Sumber : DPKD Kabupaten Semarang.

Dari perhitungan data tersebut diatas, dapat diperoleh bahwa

penerimaan omzet dari jenis hotel pada tahun 2003 adalah sebesar Rp

11.625.768.000,00 dengan demikian, potensi penerimaan Pajak Hotel adalah

Rp 11.625.768.000x 10 % = RP 1.162.576.800,00

Berdasarkan jumlah potensi tersebut diketahui efektivitas Pajak Hotel

di Kabupaten Semarang tahun 2003 dengan raelisasi pendapatan Pajak Hotel

tahun 2003 adalah sebagai berikut :

% 81,38 % 100800.576.162.1 Rp739.137.946 Rp

Dari hasil perhitungan diatas diperoleh tingkat efektivitas Pajak Hotel

di Kabupaten Semarang tahun 2003 adalah 81,38 %.

Untuk menghitung potensi Pajak Hotel dari penerimaan jenis hotel di

Kabupaten Semarang tahun 2004 yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.14. Perhitungan Potensi Pajak Hotel Kabupaten Semarang Tahun 2004.

Page 77: 2079

No Klasifikasi

Hotel

Jumlah

Kamar

Tarif

Kamar/Rp

Tingkat

Hunian

Jumlah

Hari

Omzet Per

Tahun (Rp)

1

2

3

4

5

6

Pondok Wisata

Hotel Melati 1

Hotel Melati 2

Hotel Melati 3

Hotel Bintang 1

Hotel Bintang 2

111

1215

643

579

80

48

20 000

20 000

50 000

100 000

200 000

350.000

0.10

0.22

0.21

0.20

0.20

0.20

360

360

360

360

360

360

159840000

1749600.000

2.314.800.000

4.168.800.000

1.152.000.000

1.209.600.000

Total (177) 2676 10.754.640.000

Sumber : DPKD Kabupaten Semarang.

Dari perhitungan data tersebut diatas, dapat diperoleh bahwa

penerimaan omzet dari jenis hotel pada tahun 2004 adalah sebesar Rp

10.754.640.000,00 dengan demikian, potensi penerimaan Pajak Hotel adalah

Rp 10.754.640.000x 10 % = Rp 1.075.464.000,00.

Berdasarkan jumlah potensi tersebut diketahui efektiitas Pajak Hotel di

Kabupaten Semarang tahun 2004 dengan raelisasi pendapatan Pajak Hotel

tahun 2004 adalah sebagai berikut :

92,26% % 100000.464.075.1 Rp525.257.992 Rp

Dari hasil perhitungan diatas diperoleh tingkat efektivitas Pajak Hotel

di Kabupaten Semarang tahun 2004 adalah 92,26 %.

3. Kontribusi Pajak Hotel Terhadap Pajak Daerah

Untuk mengetahui hubungan Pajak Hotel (variabel bebas) terhadap

Pajak Daerah (variabel terikat) maka digunakan analisa regresi sederhana.

Adapun data yang diperlukan adalah data realisasi Pajak Hotel dan realisasi

Pajak Daerah di Kabupaten Semarang dari tahun 2000 sampai 2004 seperti

Page 78: 2079

tabel berikut ini.

Tabel 4.15. Jumlah Realisasi Pendapatan Pajak Daerah Dan Pajak Hotel Di

Kabupaten Semarang Periode Tahun 2000-2004.

Tahun Pajak Hotel Pajak Daerah Persentase

2000 409.906.594 4.108.668.632 9,98 %

2001 645.599.860 6.645.836.065 9,88 %

2002 761.323.856 9.101.529.639 8,37 %

2003 946.137.739 10.952.420.585 8,64 %

2004 992.257.525 12.614.814.955 7,87 %

Rata-rata 8,94 %

Sumber : DPKD Kabupaten Semarang

Dari hasil perhitungan yang terlampir pada lampiran 3 dapat dilihat

bahwa hasil koefisien determinasi (R) sebesar 10,9 %. Ini berarti sumbangan

efektif Pajak Hotel terhadap Pajak Daerah sebesar 10,9 %.

4. Kendala-kendala Dalam Pengelolaan Pajak Hotel Di Kabupaten

Semarang

Kendala-kendala yang ada dalam pengelolaan Pajak Hotel adalah :

a. Keterbatasan pemahaman yang dimiliki Wajib Pajak maupun masyarakat

tentang peraturan perpajakan terutama Pajak Daerah.

b. Kurangnya kepatuhan dan kejujuran dalam usaha pajak.

c. Terbatasnya masa tenggang waktu dalam membayar Pajak Hotel.

Disamping itu belum adanya tempat pembayaran pajak yang permanen dan

mudah dijangkau.

Page 79: 2079

B. Pembahasan

1. Efektivitas Pengelolaan Pajak Hotel di Kabupaten Semarang

Dari semua hasil perhitungan efektifitas Pajak Hotel yang diperoleh dari

tahun 2000-2004 diketahui bahwa efektivitas Pajak Hotel untuk tahun 2000-

2001 tidak efektif, untuk tahun 2002 cukup efektif, dan untuk tahun 2003-2004

sudah efektif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 4.16. Efektivitas Pajak Hotel di Kab. Semarang Tahun 2000-2004

No Tahun Efektivitas Pajak Hotel (%) Kriteria

1 2000 43,00 % Agak Rendah

2 2001 56,92 % Agak Rendah

3 2002 66,46 % Cukup

4 2003 81,38 % Tinggi

5 2004 92,26 % Tinggi

Sumber : Data sekunder yang diolah

2. Kontribusi Pajak Hotel terhadap Pajak Daerah Di Kabupaten Semarang

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa hasil koefisien

determinasi (R) sebesar 10,9 %. Hal ini berarti sumbangan efektif Pajak Hotel

terhadap Pajak Daerah sebesar 10,9 % sisanya dipengaruhi unsur Pajak Daerah

yang lain.

3. Kendala-kendala Dalam Pengelolaan Pajak Hotel Di Kabupaten

Semarang

Dalam setiap proses yang berkaitan dengan birokrasi pasti terdapat

kendala atau hambatan begitu juga dengan pengelolaan Pajak Hotel di

kabupaten Semarang yang tentu juga ada kendala, walaupun pada semua pihak

menginginkan adanya kelancaran dalam semua pekerjaan dan perwujudan dari

Page 80: 2079

kelancaran tersebut tidak bisa dari satu pihak tetapi dari semua pihak.

Kendala-kendala yang ada dalam pengelolaan Pajak Hotel adalah :

a. Keterbatasan pemahaman yang dimiliki Wajib Pajak maupun masyarakat

tentang peraturan perpajakan terutama Pajak Daerah.

Ini dapat dilihat dengan adanya Pengusaha Hotel yang kurang paham

dalam pengenaan Pajak Daerah, perhitungan Pajak Daerah, sehingga Kantor

DPKD mengeluarkan Surat Pemberitahuan untuk semua Pengusaha

Hotel(Wajib Pajak).

b. Kurangnya kepatuhan dan kejujuran dalam usaha pajak.

Masih ada Wajib Pajak yang melakukan kesenjangan dalam

perhitungan pajak hal ini terlihat dari perbedaan data tingkat hunian antara

DPKD dan data tingkat hunian hotel yang bersangkutan .

c. Terbatasnya masa tenggang waktu dalam membayar Pajak Hotel.

Disamping itu belum adanya tempat pembayaran pajak yang permanen dan

mudah dijangkau.

Berdasarkan Kantor DPKD pembayaran pajak hotel di wilayah

Bandungan untuk Wajib Pajak (selain hotel bintang) dalam membayar pajak

hotel mempunyai masa tenggang sehari dalam sebulan pada tanggal 6 tiap

bulan di tempat Balai Desa Bandungan. Sedangkan untuk daerah lain

pembayaran dilakukan di Kantor DPKD Kabupaten Semarang.

BAB V

Page 81: 2079

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini , maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut :

1. Petugas Pajak Hotel terdiri dari 7 Laki-laki dan 3 wanita.

2. Dari 10 Petugas Pajak Hotel yang menjadi subyek penelitian 2 (dua)

diantaranya adalah Kasi Pendaftaran Dan Penetapan Pajak Daerah dan Kepala

Seksi Penagihan dan Keberatan Pajak Daerah. Sedangkan yang lainnya adalah

staf, dimana terdiri menjadi dua bagian masing-masing yaitu yang pertama

adalah Seksi Pendaftaran dan Penetapan Pajak Daerah berjumlah 4 (empat)

orang yang dipimpin oleh seorang Kepala Seksi Pendaftaran dan Penetapan

Pajak Daerah . kemudian yang kedua adalah Seksi Penagihan dan Keberatan

Pajak Daerah berjumlah 4 (empat) orang yang dipimpin oleh seorang Kepala

Seksi Penagihan dan Keberatan Pajak Daerah.

3. Dari 20 Pengusaha hotel (Wajib Pajak) yang menjadi sampel terdiri dari 15

laki-laki dan 5 wanita.

4. Status kepemilikan usaha pada penelitian ini sebagian besar dalah

perseorangan dengan jumlah 19 hotel (95 %). Sedangkan sisanya adalah badan

hukum berjumlah 1 hotel (5 %).

5. Klasifikasi hotel pada penelitian ini, sebagian besar adalah Melati 1 dengan

persentase 45 % dan jumlah yang paling sedikit adalah Bintang 2 dengan

persentase 5 %.

Page 82: 2079

6. Jumlah jenis kamar dan tarif rata-rata per jenis kamar hotel menurut jenis

kamar Ekonomi berjumlah 187 buah (50 %) dengan tarif rata-rata Rp

30.000,00.

7. Jumlah jenis kamar dan tarif rata-rata per jenis kamar hotel menurut jenis

kamar standar berjumlah 115 buah (32 %) dengan tarif minimal Rp 50.000,00,

dan tarif maksimal Rp 200.000,00.

8. Jumlah jenis kamar dan tarif rata-rata per jenis kamar hotel jenis kamar Deluxe

berjumlah 53 buah (16 %) dengan tarif minimal Rp 150.000,00, dan tarif

maksimal Rp 400.000,00..

9. Jumlah jenis kamar dan tarif rata-rata per jenis kamar hotel jenis kamar Suite

berjumlah 9 buah(2 %) dengan tarif minimal Rp 400.000,00, dan tarif

maksimal Rp 600.000,00.

10. Efektifitas pengelolaan Pajak Hotel di Kabupaten Semarang tahun 2000 adalah

43 % yang berarti agak rendah.

11. Efektifitas pengelolaan Pajak Hotel di Kabupaten Semarang tahun 2001 adalah

56,92 % yang berarti agak rendah.

12. Efektivitas pengelolaan Pajak Hotel di Kabupaten Semarang tahun 2002

adalah 66,46 % yang berarti cukup.

13. Efektifitas pengelolaan Pajak Hotel di Kabupaten Semarang tahun 2003 adalah

81,38 % yang berarti tinggi.

14. Efektifitas pengelolaan Pajak Hotel di Kabupaten Semarang tahun 2004 adalah

92,26 % yang berarti tinggi.

15. Sumbangan Pajak Hotel terhadap Pajak Daerah di Kabupaten Semarang

Page 83: 2079

sebesar 10,9 %.

16. Kendala-kendala yang ada dalam pengelolaan Pajak Hotel adalah :

a. Keterbatasan pemahaman yang dimiliki Wajib Pajak maupun masyarakat

tentang peraturan perpajakan terutama Pajak Daerah.

b. Kurangnya kepatuhan dan kejujuran dalam usaha pajak.

c. Terbatasnya masa tenggang waktu dalam membayar Pajak Hotel dan belum

adanya tempat yang permanen yang mudah dijangkau mengakibatkan Wajib

Pajak kesulitan dalam membayar Pajak Hotel.

B. SARAN

1. Dalam menetapkan Pajak Hotel agar pejabat yang berwenang harus senantiasa

melakukan validasi data, sehingga dalam menerbitkan Surat Ketetapan Pajak

Daerah kepada Wajib Pajak sudah benar-benar mencerminkan tagihan pajak

yang sesuai dengan potensi riilnya. Disamping itu, DPKD juga melakukan

sosialisasi mengenai arti pentingnya pajak bagi pembangunan sehingga Wajib

Pajak sadar membayar pajak.

2. Dalam mempermudah pembayaran Pajak Hotel pihak DPKD dapat membangun

fasilitas tempat pembayaran yang mudah dijangkau oleh Wajib Pajak dimana

dapat memberikan pelayanan secara intensif pada hari kerja.

Page 84: 2079

DAFTAR PUSTAKA

A. Yoeti, Oka. 1999. Sales & Marketing for HOTELS, MOTELS, and RESORT.

Jakarta: PT. Pertja

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rhineka Cipta.

Faisal, Sanapiah. 1981. Dasar Dan Teknik Menyusun Angket. Surabaya: Usaha

Nasional.

Hadi, Sutrisno. 2004. Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi.

Halim, Abdul. 2004. Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah Edisi Revisi.

Yogyakarta. UPP AMP YKPN.

DPKD Kabupaten Semarang. Data Target Dan Realisasi Pendapatan Pajak Hotel

Dan Pajak Daerah Tahun 2000-2004.2004. Kabupaten Semarang: DPKD.

------- Rekapitulasi Pendapatan Potensi Hotel Kabupaten Semarang Tahun

2000-2004.2004. Kabupaten Semarang: DPKD.

------- Peraturan Daerah Kabupaten Semarang No 19 Tahun 2002 Tentang

Pajak Hotel.2002. Kabupaten Semarang : DPKD.

Mangkoesoebroto, Guritno. Ekonomi Publik. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Mardalis. 2003. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi

Aksara.

Resmi, Siti. 2005.Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta : Salemba Empat.

Sudjana. 1991. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi. Bandung :Tarsito

Tarmudji, Tarsis. 2001. Memahami Pajak Dan Perpajakan. Semarang: IKIP

Semarang Press.

Page 85: 2079

Tim Penyusun . Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Page 86: 2079

Tabulasi Data Angket Petugas Pajak

Butir

01

Butir

02

Butir

03

Butir

04

Butir

05

Butir

06

Butir

07

Butir

08

Butir

09

N

o

Jabat

an

Y

a

Ti

da

k

Y

a

Ti

da

k

Y

a

Ti

da

k

Y

a

Ti

da

k

Y

a

Ti

da

k

Y

a

Ti

da

k

Y

a

Ti

da

k

Y

a

Ti

da

k

Y

a

Ti

da

k

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Kasi

Kasi

Staf

Staf

Staf

Staf

Staf

Staf

Staf

Staf

Jumlah 5 5 5 5 3 7 3 7 4 6 4 6 4 6 2 8 7 3

Res 10 10 10 10 10 10 10 10 10

% 50 50 50 50 30 70 30 70 40 60 40 60 40 60 20 80 70 30

Page 87: 2079

Tabulasi Data Angket Pengusaha Hotel/ Wajib Pajak

Butir 01 Butir 02 Butir 03 Butir 04 Butir 05 no Status Res

WP Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

Perorangan

Perorangan

Perorangan

Perorangan

Perorangan

Perorangan

Perorangan

Perorangan

Perorangan

Perorangan

Perorangan

Perorangan

Perorangan

Perorangan

Perorangan

Perorangan

Perorangan

Perorangan

Perorangan

Badan

Hukum

01

02

03

04

05

06

07

08

09

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

Jml 11 9 8 12 8 12 12 8 8 12

Res 20 20 20 20 20

% 55 45 40 60 40 60 60 40 40 60