20688_selamat berbuka pUASa (hukla kompilasi).docx

24
Kompilasi Jawaban Soal-soal Latihan Hukum Laut I Made Andi Arsana, Ph.D 1. Sebut dan jelaskan tiga peran disiplin geodesi dan Geomatika dalam Hukum Laut Internasional Menentukan titik surut terendah melalui pengamatan pasang surut, sebagai titik awal penarikan garis pangkal kepulauan (5 UNCLOS 1982) Mencantumkan garis pangkal dalam peta dengan skala-skala yang memadai untuk penetapan garis posisinya atau menyajikan garis pangkal dalam sistem koordinat geografis dan datum geodetik sesuai pasal (16 UNCLOS 1982) Menjadi penentu aspek teknis penegasan batas maritim di lapangan, membawa apa yang ada di peta ke kondisi lapangan sesungguhnya (UNCLOS 1982 Lampiran VIII Arbitrase Khusus) 2. Jelaskan dengan bantuan skema/gambar zona maritim yang bisa diklaim oleh sebuah negara pantai menurut Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982 (UNCLOS 1982)! (sebutkan pasal yang terkait, deskripsi masing-masing zona dan ketentuan teknis yang ada) Gambar 1 berikut menggambarkan zona maritim suatu negara yang dikurkur dari garis pangkal. Zona maritim yang berbeda itu merliputi: perairan pedalaman, laut teritorial, ZEE, laut bebas, landas kontinen (dasar laut) dan Kawasan (the Area).

Transcript of 20688_selamat berbuka pUASa (hukla kompilasi).docx

Page 1: 20688_selamat berbuka pUASa (hukla kompilasi).docx

Kompilasi Jawaban Soal-soal Latihan Hukum Laut

I Made Andi Arsana, Ph.D

1. Sebut dan jelaskan tiga peran disiplin geodesi dan Geomatika dalam Hukum Laut Internasional

Menentukan titik surut terendah melalui pengamatan pasang surut, sebagai titik awal penarikan garis pangkal kepulauan (5 UNCLOS 1982)

Mencantumkan garis pangkal dalam peta dengan skala-skala yang memadai untuk penetapan garis posisinya atau menyajikan garis pangkal dalam sistem koordinat geografis dan datum geodetik sesuai pasal (16 UNCLOS 1982)

Menjadi penentu aspek teknis penegasan batas maritim di lapangan, membawa apa yang ada di peta ke kondisi lapangan sesungguhnya (UNCLOS 1982 Lampiran VIII Arbitrase Khusus)

2. Jelaskan dengan bantuan skema/gambar zona maritim yang bisa diklaim oleh sebuah negara pantai menurut Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982 (UNCLOS 1982)! (sebutkan pasal yang terkait, deskripsi masing-masing zona dan ketentuan teknis yang ada)

Gambar 1 berikut menggambarkan zona maritim suatu negara yang dikurkur dari garis pangkal. Zona maritim yang berbeda itu merliputi: perairan pedalaman, laut teritorial, ZEE, laut bebas, landas kontinen (dasar laut) dan Kawasan (the Area).

Gambar 1 Kawasan maritim yang bisa diklaim negara pantai menurut UNCLOS

Page 2: 20688_selamat berbuka pUASa (hukla kompilasi).docx

Laut Teritorial : Pasal 3 UNCLOS 1982 menyebutkan bahwa setiap negara pantai berhak menetapkan lebar laut teritorialnya hingga suatu batas yang tidak melebihi 12 mil laut diukur dari garis pangkal yang ditentukan sesuai dengan konvensi ini.

Zona Tambahan : Dalam Pasal 33 UNCLOS 1982 disebutkan bahwa negara pantai dapat melaksanakan pengawasan pada wilayah laut di luar laut teritorialnya sejauh maksimum 24 mil laut dari garis pangkal.

ZEE : Bab V pasal 55, 56 dan 57 UNCLOS 1982 . ZEE adalah suatu daerah di luar dan berdampingan dengan laut teritorial, yang tunduk pada rejim hukum khusus yang ditetapkan dalam UNCLOS 1982, berdasarkan mana hak-hak dan yurisdiksi negara pantai dan hak-hak serta kebebasan-kebebasan negara lain di atur. Di dalam ZEE, negara pantai memiliki hak eksklusif untuk mengelola dan memanfaatkan sumberdaya alam, kebebasan navigasi, hak penerbangan udara, dan melakukan penanaman kabel serta jalur pipa

Landas Kontinen : Pasal 76 UNCLOS 1982 menyebutkan tentang batas landas kontinen, yaitu meliputi dasar laut dan tanah di bawahnya dari daerah di bawah permukaan laut yang terletak di luar laut teritorialnya sepanjang kelanjutan alamiah wilayah daratannya hingga pinggiran tepi kontinen atau hingga suatu jarak 200 mil laut dari garis pangkal darimana lebar laut teritorial diukur, dalam hal pinggiran luar tepi kontinen tidak mencapai jarak tersebut.

3. Landas kontinen adalah zona maritim yang penentuannya berbeda dengan zona lainnya. Jelaskan secara singkat bagaimana batas terluar landas kontinen ditetapkan, terutama yang di luar 200 mil laut dari garis pangkal.

Pengertian Landas Kontinen : "Landas kontinen suatu Negara pantai meliputi dasar laut dan tanah di bawahnya yang melampaui laut teritorialnya sepanjang kelanjutan alamiah wilayah daratannya hingga pinggiran luar dari benua margin, atau untuk jarak 200 mil laut dari garis pangkal dari mana luasnya laut teritorial diukur di mana tepi luar dari tepian benua tidak memperpanjang hingga jarak itu ".

Penentuan batas di luar 200 mil adalah :

1) Mengetahui Foot of Slope (FOS) atau kaki lereng kontinen

2) Menarik garis sejauh 60 mil laut dari FOS

3) Membuat garis 'Gardiner Line, yaitu lokasi garis di mana ketebalan bahan sedimen sama dengan 1% dari jarak kembali ke kaki lereng benua

4) Membuat Herberg Line yang merupakan gabungan dari 60 mil FOS dan Gardiner Line (yang diambil garis terjauh/terluar dari mereka)

5) Menarik garis sejauh 350 mil laut dari garis teritorial

Page 3: 20688_selamat berbuka pUASa (hukla kompilasi).docx

6) Membuat constraint lines yaitu 2500 meter isobath diproyeksikan ke arah laut dengan 100 mil laut

7) Menarik garis terluar batas terluar akhir, biasanya kombinasi formula dan constraint lines, dan didekati dengan suksesi segmen garis lurus (Geodesics) tidak melebihi 60 mil laut panjangnya

4. Jelaskan dengan bantuan skema/gambar penentuan garis penutup teluk menurut Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982 (UNCLOS 1982)! (sebutkan pasal yang terkait dan ketentuan teknisnya)

Penentuan garis penutup teluk menurut konvensi PBB adalah

1. tentukan low line water

2. dibuat garis diantara teluknya

3. jarak tersebut dijadikan diameter

4. dibuat setengah lingkaran

5. lautnya bisa ditutup kalau teluknya lebih dari setengah lingkaran itu, kalau enggak gabisa ditutup

Syarat garis diameternya : Jika panjang penutupan tidak melebihi 24 mil laut, maka garis atau garis dapat digunakan untuk menutup teluk. Jika panjang penutupan melebihi 24 mil laut, maka akan diperlukan untuk mengembangkan baru dan garis penutupan pendek dalam teluk. Biasanya, lokasi ini tidak sulit untuk menentukan, karena sebuah pemeriksaan grafik harus mengidentifikasi posisi perkiraan.

Ditutup lautnya dalam artian dijadikan daerah kedaulatan suatu negara, bukan hak berdaulat saja. Indonesia belum banyak melakukan hal ini..

5. Apa perbedaan antara kedaulatan dengan hak berdaulat dan bagaimana kaitannya dengan zona maritim yang diklaim oleh sebuah negara pantai? Sertakan contoh untuk mendukung penjelasan Anda!

Page 4: 20688_selamat berbuka pUASa (hukla kompilasi).docx

Kedaulatan adalah kewenangan penuh atas wilayah (territory) yang dalam hal ini meliputi semua wilayah daratan, perairan kepulauan dan laut territorial. Laut teritorial adalah kawasan laut dengan lebar hingga 12 mil laut (22 km) dari garis pangkal. Di luar laut teritorial, sebuah negara pantai tidak memiliki kedaulatan penuh (sovereignty) tetapi hak berdaulat (sovereign rights). Kedaulatan dan hak berdaulat adalah dua hal yang berbeda dan itu jelas definisinya dalam konteks hukum internasional. Pada kedaulatan, berlaku kekuasaan penuh atas wilayah (territory) dan di sana berlaku hukum nasional. Sementara itu, pada hak berdaulat, tidak berlaku kekuasan penuh tetapi hak untuk mengelola dan memanfaatkan. Kawasan tempat berlakunya hak berdaulat ini dikenal dengan yurisdiksi, bukan wilayah atau territory. Dalam hal ini, di ZEE, misalnya, Indonesia tidak punya kedaulatan penuh tetapi berhak untuk mengelola kekayaan alamnya dan negara lain tidak berhak memanfaatkan kekayaan alam itu tanpa izin dari Indonesia

6. Apakah yang dimaksud dengan yurisprudensi dan apa perannya dalam memutuskan kasus-kasus hukum laut yang terjadi dewasa ini?

- Yurisprudensi adalah putusan2 yg dikeluarkan halim dalam menghukum sebuah

perkara

- Yurisprudensi adalah keputusan hakim terdahulu yang sering diikuti dan dijadikan

sebagai dasar keputusan oleh hakim mengenai masalah yang sama ( menurut kansil

1993 : 20 )

- Peranannya dalam memutuskan kasus2 hukum laut

1. sebagai alat penyelesaiian sengketa antar negara yang terkait tentang masalah

perbatasan laut, persengketaan yang ada dapat diselesaikan dengan ketetapan

hukum yang telah diatur dalam hukum internasional terkait akan masalah

perbatasan antar negara.

2. Sebagai sarana untuk menuntut sebuah keadilan dalam penyelesaian kasus-kasus

terkait perbatasan laut.

3. Sebagai penentuan alokasi wewenang secara terperinci siapa yang boleh

melakukan pelaksanaan hukum, siapa yang harus menaatinya, siapa yang

memilih sangsi yang tepat dan adil

7. Jelaskan kasus Landas Kontinen Laut Utara (North Sea Continental Shelf) tahun 1969! (negara yang terlibat, deskripsi kasus, lembaga peradilan, hasil keputusannya, dampak/implikasinya bagi perkembangan hukum laut dunia).

Jerman vs Denmark dan Belanda [1969] ICJ 1 (juga dikenal sebagai The kasus North Sea Continental Shelf) adalah serangkaian sengketa yang datang ke Mahkamah Internasional

Page 5: 20688_selamat berbuka pUASa (hukla kompilasi).docx

pada tahun 1969. Mereka terlibat perjanjian antara Denmark, Jerman, dan Belanda mengenai yang "batas" daerah kaya minyak dan gas dari landas kontinen di Laut Utara.

Laut Utara pantai Jerman cekung, sedangkan Belanda dan pantai Denmark adalah cembung. Jika batas telah ditentukan oleh aturan equidistance ("menggambar garis setiap titik yang sama jauh dari setiap pantai"), Jerman akan menerima sebagian kecil dari kekayaan sumber daya landas relatif terhadap dua negara lainnya. Dengan demikian Jerman berpendapat bahwa panjang garis pantai digunakan untuk menentukan batas tersebut. Jerman ingin ICJ untuk membagi Landas Kontinen dengan proporsi ukuran daratan negara dan bukan oleh aturan berjarak sama. (sumber : Wikipedia)Dalam kasus tersebut terjadipersengketaan batas landaskontinen di Laut Utara. Pada tanggal 31 Maret 1966 Belanda dan Denmarkmenandatanganipersetujuan tentang garis batas landas kontinen di Laut Utara. Jerman ternyatamenentang keraspersetujuan tersebut karena dianggap sangat merugikan Jerman serta menghalang-halangiJerman untuk memperoleh akses atas landas kontinen ke arah garis batas landas kontinenInggrisdi Laut Utara. Fakta lain yang dapat dikemukakan adalah bahwa Belanda dan Denmarksudahmeratifikasi Konvensi Landas Kontinen 1958, sedangkan Jerman tidak atau belummeratifikasinya.Dari keputusan Mahkamah Internasional atas kasus tersebut dapat ditarikbeberapa prinsip-prinsip danperaturan-peraturan hukum internasional yang dapat diterapkandalam menentukan garis batas di arealandas kontinen antara lain : bahwa Negara atau pihakyang tidak menyatakan maksudnya untuk terikatdengan cara-cara atau tindakan-tindakan yang sesuai dengan kaidah hukum perjanjian internasional(international law of treaties) sepertiratifikasi dan aksesi, tidak terikat pada perjanjian internasional ataukonvensi tersebut, principalof equidistant bukan merupakan hukum kebiasaan internasional.

8. Jelaskan kasus Grisbadarna dan dampaknya pada delimitasi batas maritim internasional!

Page 6: 20688_selamat berbuka pUASa (hukla kompilasi).docx

lengkapnya lupa tapi intinya ,Grisbadarna Case, antara Norwegia dan Swedia pada tahun 1909. Permasalahannya mengenai terusan batas maritim antara 2 negara yang ternyata dalam perundingan yang kesekian batas maritim tersebut memotong Grisbadarna Banks menjadi berada di Norwegia dan Swedia, lalu karena Grisbadarna Banks merupakan milik Swedia dan telah dikelola juga diambil keputusan untuk menggunakan median line principle, perpendicular line principle, dan circumstances of fact untuk mencapai pertmbangan yang adil.

9. Jelaskan dengan skema dan deskripsi peran pulau kecil dalam delimitasi batas maritim antara dua negara yang berseberangan!

Page 7: 20688_selamat berbuka pUASa (hukla kompilasi).docx

A picture means more than thousands word :3

10. Apa yang dimaksud dengan Indonesia menjadi poros maritim dunia?

Page 8: 20688_selamat berbuka pUASa (hukla kompilasi).docx

Poros berarti pusat yaitu menjadi perhatian karena menghasilkan sesuatu yang dapat memberi manfaat bagi negara lain. Poros maritim dunia meliputi 2 hal :a. Indonesia memanfaatkan laut untuk kemakmuran rakyatb. Indonesia akan menjadi pusat bagi isu maritim dunia

11. Apa yang Anda ketahui dengan tol laut?tol laut adalah jalur kapal-kapal besar yang menghubungkan pelabuhan-pelabuhan utama Indonesia. Akan ada kapal rutin berlayar dari Sumatera ke Papua dan kembali. Kalau jadwal teratur maka sistem transportasi laut bisa efisien. Tujuannya :

membangun sumber-sumber dan sentral ekonomi di setiap pulau di setiap pulau di Indonesia atau di setiap titik yang dilewati tol laut

produk andalan di suatu pulau dapat dibawa ke pulau lain, jadi kapal pulang/kembali tidak kosong.

12. Apa yang dimaksud dengan ‘three-stage approach’ dalam delimitasi batas maritim? Jelaskan masing-masing tahap!

a. menetapkan garis batas sementara yang biasanya merupakan garis tengah

b. menentukan efek-efek yang berpengaruh terhadap penetapan garis tengah tersebut, yang dapat mengubahnya.

c. uji disproporsionalitas. menguji luasnya apakah berbeda secara signifikan (untuk mendeteksi ketidakadilan), dengan memperhatikan garis pantai

Misalkan ada dua buah Negara yang berbatasan, maka pada tahap pertama adalah penarikan median line dari menggunakan garis pangkal sesuai dengan kondisi geografis Negara masing-masing. Setelah garis median line terbentuk, jika ada fitur maritime, misalnya pulau atau LTE, sebuah Negara yang terletak dekat dengan garis hasil median line, diperhitungkan efeknya pada garis median line dan kemudian dilakukan perubahan garis tersebut. Setelah perubahan faktor yang relevan dilakukan uji disproporsionalitas untuk melihat garis final yang terbentuk sesuai untuk masing-masing Negara.

Page 9: 20688_selamat berbuka pUASa (hukla kompilasi).docx

13. Jelaskan dengan bantuan skema/gambar prinsip Dasar delimitasi batas maritim menurut Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982 (UNCLOS 1982)!

Delimitasi batas maritime harus dilakukan ketika terjadi tumpang tindih klaim (overlapping klaim) antara dua Negara atau lebih. Tumpang tindih klaim dapat diterjadi di wilayah laut territorial, ZEE maupun landas kontinen. Sesuai hukum yang berlaku, masing-masing tumpang tindih klaim tersebut diselesaikan dengan metode yang berbeda.

1. Delimitasi Laut territorial

Delimitasi laut teritorla diatur dalam pasal 15 UNCLOS. Dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa dua Negara yang saling berhadapan atau berdampingan tidak diperkenankan mengklaim laut territorial melebihi garis tengan (median line) antara kedua Negara tersebut, kecuali jika kedua Negara tersebut membuat kesepakatan lain, atau karena adanya hak menurut pertimbangan sejarah atau kondisi khusus lainnya yang memungkinkan tidak diterapkannya prinsip garis tengah. Kondisi khusus yang bisa mempengaruhi pemilihan garis batas maritim selain garis tengah antara lain adanya pulau-pulau lepas pantai, bentuk garis pantai atau klaim khusus atas wilayah perairan berdasarkan pertimbangan sejarah.

2. Delimitais Zona Tambahan

UNCLOS 1982 dengan jelas menyatakan bahwa zona tambahan semestinya mencakup lebar maksimum hingga 24 mil laut, tanpa menyebut aturan secara eksplisit mengenai delimitasi zona tambahan itu. Menurut Churcill dan Lowe (1999: 136-137) ada setidaknya dua alasan untuk hal tersebut. Mereka mengemukakan pertama adalah zona tambahan sebenarnya ada di dalam ZEE oleh karena itu delimitasi zona tambahan adalah juga bagian dari delimitasi sebagian atau keseluruhan ZEE. Alasan kedua adalah karena zona tambahan bukanlah

Page 10: 20688_selamat berbuka pUASa (hukla kompilasi).docx

merupakan wilayah kedaulatan atau yurisdiksi eksklusif, sehingga tidak ada alasan adanya delimitasi khusus untuk zona tambahan.

3. Delimitasi Landas Kontinen

Berdasarkan UNCLOS 1982 delimitasi batas landas kontinen diatur dengan pasal 83, yang pada dasarnya tidak memuat petunjuk rinci prinsip delimitasi. Pasal 83 (1) menyatakan delimitasi landas kontinen antara Negara-negara dengan pantai yang berseberangan atau berdampingan dipengaruhi oleh perjanjian-perjanjian berdasarkan hukum internasional, seperti dinyatakan pada pasal 38 Statuta Makmamah Internasional, untuk mencapai solusi yang adil.

4. Delimitasi Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)

Di dalam UNCLOS delimitasi ZEE diatur oleh Pasal 74, dan hampir identik pasal 83 tentang delimitasi landas kontinen dimana tidak satupun dari pasal 74 maupun 83 menyebutkan petunjuk rinci tentang proses delimitasi tetapi hanya menyebutkan perlunya mencapai solusi yang adil. Dalam praktiknya, batas ZEE yang disetujui pada umumnya sama dengan batas landas kontinen, meskipun sebenarnya batas landas kontinen berlaku untuk dasar laut sedangkan batas ZEE berlaku untuk kolom air. Sehingga koordinat titik-titik batas untuk ZEE dan landas kontinen umumnya sama.

14. Sebutkan dan jelaskan setidaknya tiga permasalahan batas maritim Indonesia dengan negara tetangga serta usulan penyelesaiannya!

1. Indonesia-Malaysia

Masalah yang terjadi :

Garis batas laut wilayah antara Indonesia dengan Malaysia adalah garis yang menghubungkan titik-titik koordinat yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan bersama di Kuala Lumpur, pada 17 Maret 1977. Berdasarkan UU No 4 Prp tahun 1960, Indonesia telah menentukan titik dasar batas wilayah lautnya sejauh 12 mil. Sebagai implementasi dari UU tersebut, beberapa bagian perairan Indonesia yang jaraknya kurang dari 12 mil laut, menjadi laut wilayah Indonesia. Termasuk wilayah perairan yang ada di Selat Malaka. Pada Agustus 1969, Malaysia juga mengumumkan bahwa lebar laut wilayahnya menjadi 12 mil laut, diukur dari garis dasar yang ditetapkan menurut ketentuan-ketentuan konvensi Jenewa 1958 (mengenai Laut Wilayah danContigous Zone). Sehingga timbul persoalan, yaitu letak garis batas laut wilayah masing-masing negara di Selat Malaka (di bagian yang sempit) atau kurang dari 24 mil laut. Adapun batas Landas Kontinen antara Indonesia dan Malaysia ditentukan berdasarkan garis lurus yang ditarik dari titik bersama ke titik koordinat yang disepakati bersama pada 27 Oktober 1969.

Solusi !!

Atas pertimbangan tersebut, dilaksanakan perundingan (Februari-Maret 1970) yang menghasilkan perjanjian tentang penetapan garis Batas Laut Wilayah kedua negara di Selat

Page 11: 20688_selamat berbuka pUASa (hukla kompilasi).docx

Malaka. Penentuan titik koordinat tersebut ditetapkan berdasarkan Garis Pangkal masing-masing negara. Dengan diberlakukannya Konvensi Hukum Laut Internasional 1982, maka penentuan titik dasar dan garis pangkal dari tiap-tiap negara perlu diratifikasi berdasarkan aturan badan internasional yang baru. Selama ini penarikan batas Landas Kontinen Indonesia dengan Malaysia di Perairan Selat Malaka berpedoman pada Konvensi Hukum Laut 1958. MoU RI dengan Malaysia yang ditandatangani pada 27 Oktober 1969 yang menetapkan Pulau Jara dan Pulau Perak sebagai acuan titik dasar dalam penarikan Garis Pangkal jelas jelas merugikan pihak Indonesia, karena median line yang diambil dalam menentukan batas landas kontinen kedua negara tersebut cenderung mengarah ke perairan Indonesia.

2. Indonesia – Vietnam

Masalah yang sering terjadi :

Wilayah perbatasan antara Pulau Sekatung di Kepulauan Natuna dan Pulau Condore di Vietnam yang berjarak tidak lebih dari 245 mil, memiliki kontur landas kontinen tanpa batas benua, masih menimbulkan perbedaan pemahaman di antara ke dua negara. Pada saat ini kedua belah pihak sedang melanjutkan perundingan guna menentukan batas landas kontinen di kawasan tersebut.

Solusi !!

Indonesia dan Viet Nam telah menyelesaikan perjanjian batas Landas Kontinen pada tahun 2003. Batas landas kontinen antara Indonesia – Vietnam ditarik dari pulau besar ke pulau besar (main land to main land). Dalam perjanjian tersebut Indonesia berhasil meyakinkan Vietnam untuk menggunakan dasar Konvensi Laut UNCLOS 1982. Dengan demikian prinsip Indonesia sebagai negara Kepulauan telah terakomodasi. Permasalahan batas maritim antara Indonesia dan Viet Nam yang masih harus dirundingkan adalah penetapan garis batas ZEE. Pertemuan pertama untuk membahas garis batas ZEE telah dilangsungkan pada bulan Mei 2010 di Hanoi dan telah dilanjutkan pada pertemuan terakhir bulan Juli 2011 di Hanoi. Kedua negara kini tengah menjajaki untuk mempelajari proposal garis batas ZEE masing-masing.

3. Indonesia – india

Masalah yang terjadi :

Perbatasan kedua negara terletak antara pulau Rondo di Aceh dan pulau Nicobar di India. Batas maritim dengan landas kontinen yang terletak pada titik-titik koordinat tertentu di kawasan perairan Samudera Hindia dan Laut Andaman, sudah disepakati oleh kedua negara. Namun permasalahan di antara kedua negara masih timbul karena sering terjadi pelanggaran wilayah oleh kedua belah pihak, terutama yang dilakukan para nelayan.

Solusi !!

Page 12: 20688_selamat berbuka pUASa (hukla kompilasi).docx

Garis Batas Landas Kontinen Indonesia dan India adalah garis lurus yang ditarik dari titik pertemuan menuju arah barat daya yang berada di Laut Andaman. Hal itu berdasarkan persetujuan pada 14 Januari 1977 di New Delhi, tentang perjanjian garis batas Landas Kontinen kedua negara. Namun, pada beberapa wilayah batas laut kedua negara masih belum ada kesepakatan.

15. Jelaskan secara singkat kasus Ambalat (negara yang terlibat, lokasi, penjelasan kasus, dampak bagi hubungan antarnegara, usulan langkah penyelesaian)!

Malaysia memberikan konsesi penambangan dan pengelolaan minyak di kawasan Ambalat kepada Royal Dutch Shell dan perusahaan lain pada bulan Februari 2005. Keputusan ini mengindikasikan bahwa Malaysia yakin Ambalat berada di dalam teritori mereka. Sementara itu, Indonesia sendiri yakin bahwa Ambalat adalah bagian dari Indonesia. Hal ini didukung oleh fakta historis bahwa Ambalat dulunya adalah bagian dari Kesultanan Bulungan yang akhirnya menjadi bagian Indonesia sejak kemerdekaan.

Untuk menyelesaikan persoalan klaim yang tumpang tindih ini, harus dilihat kembali rangkaian proses negosiasi antara kedua negara berkaitan dengan penyelesaian perbatasan di Pulau Kalimantan yang sesungguhnya telah dimulai sejak tahun 1974 (menurut Departeman Luar Negeri). Diketahui secara luas bahwa Perbatasan Indonesia-Malaysia di Laut Sulawesi, di mana Ambalat berada, memang belum terselesaikan secara tuntas. Ketidaktuntasan ini sesungguhnya sudah berbuah kekalahan ketika Sipadan dan Ligitan dipersoalkan dan akhirnya dimenangkan oleh Malaysia.

Jika memang belum pernah dicapai kesepakatan yang secara eksplisit berkaitan dengan Ambalat maka perlu dirujuk kembali Konvensi Batas Negara tahun 1891 yang ditandatangani oleh Belanda dan Inggris sebagai penguasa di daerah tersebut di masa kolinialisasi. Konvensi ini tentu saja menjadi salah satu acuan utama dalam penentuan perbatasan antara Indonesia dan Malaysia di Kalimantan. Perlu diteliti apakah Konvensi tersebut secara eksplisit memuat/mengatur kepemilikan Ambalat. Hal ini sama halnya dengan penggunaan Traktat 1904 dalam penegasan perbatasan RI dengan Timor Leste.

Sayang sekali, sebagai salah satu sumber hukum yang bisa diacu, Konvensi 1891, nampaknya tidak akan membantu banyak dalam penyelesaian kasus ini. Seperti halnya Sipadan dan Ligitan, Konvensi ini kemungkinan besar tidak akan mengatur secara tegas kepemilikan Ambalat. Hal ini terjadi karena Konvensi 1891 hanya menyebutkan bahwa Inggris dan Belanda sepakat mengakui garis batas yang berlokasi di garis lintang 4° 10’ ke arah timur memotong Pulau Sebatik tanpa lebih rinci menyebutkan kelanjutannya. Tentu saja ini meragukan karena Ambalat, seperti juga Sipadan dan Ligitan berada di sebelah timur titik akhir garis yang dimaksud. Jika garis tersebut, sederhananya, diperpanjang lurus ke timur, memang Ambalat, termasuk juga Sipadan dan Ligitan akan berada di pihak Indonesia. Namun demikian, menarik garis batas dengan cara ini, tanpa dasar hukum, tentu saja tidak bisa diterima begitu saja.

Page 13: 20688_selamat berbuka pUASa (hukla kompilasi).docx

Melihat kondisi di atas, diplomasi bilateral memang nampaknya jalan yang paling mungkin. Meskipun mengajukan kasus ini ke badan internasional seperti ICJ, adalah juga alternatif yang baik, langkah ini tidak dikomendasikan. Mengacu pada gagasan Prescott, ada tiga hal yang melandasi pandangan ini. Pertama, kasus-kasus semacam ini biasanya berlangsung lama (bisa 4-5 tahun). Artinya, ini akan menyita biaya yang sangat besar, sementara negosiasi antarnegara mungkin akan lebih produktif. Hasan Wirajuda mengakui, total biaya yang dihabiskan untuk menyelesaikan Sipadan dan Ligitan mencapai Rp 16 Milyar (Tempo, 23 Desember 2002). Kedua, pengadilan kadang-kadang memberikan hasil yang mengejutkan. Keputusan the Gulf of Fonseca adalah contoh yang nyata. Pertama, pengadilan memutuskan bahwa historical bays bisa dibagi oleh dua atau lebih negara. Kedua, pengadilan mengijinkan, Honduras, yang jelas-jelas terisolasi dalam Gulf oleh El Salvador dan Nicaragua, untuk mengklaim laut dan dasar laut di samudera Pasifik. Ketiga, kadang-kadang argumen pengadialan dalam membuat keputusan terkesan kabur sehingga sulit dimengerti.

16. Banyak yang memahami bahwa Indonesia kehilangan Pulau Sipadan dan Ligitan. Jelaskan secara singkat apa yang terjadi sesungguhnya (awal mula kasus, langkah penyelesaian di masa-masa awal, keputusan kasus, sebab terjadinya salah pemahaman)!

Persengketaan antara Indonesia dengan Malaysia, mencuat pada tahun 1967 ketika dalam pertemuan teknis hukum laut antara kedua negara, masing-masing negara ternyata memasukkan pulau Sipadan dan pulau Ligitan ke dalam batas-batas wilayahnya. Kedua negara lalu sepakat agar Sipadan dan Ligitan dinyatakan dalam keadaan status status quo akan tetapi ternyata pengertian ini berbeda. Pihak Malaysia membangun resor parawisata baru yang dikelola pihak swasta Malaysia karena Malaysia memahami status quo sebagai tetap berada di bawah Malaysia sampai persengketaan selesai, sedangkan pihak Indonesia mengartikan bahwa dalam status ini berarti status kedua pulau tadi tidak boleh ditempati/diduduki sampai persoalan atas kepemilikan dua pulau ini selesai. Sedangkan Malaysia malah membangun resort di sana SIPADAN dan Ligitan tiba-tiba menjadi berita, awal bulan lalu. Ini, gara-gara di dua pulau kecil yang terletak di Laut Sulawesi itu dibangun cottage. Di atas Sipadan, pulau yang luasnya hanya 4 km2 itu, kini, siap menanti wisatawan. Pengusaha Malaysia telah menambah jumlah penginapan menjadi hampir 20 buah. Dari jumlahnya, fasilitas pariwisata itu memang belum bisa disebut memadai. Tapi pemerintah Indonesia, yang juga merasa memiliki pulau-pulau itu, segera mengirim protes ke Kuala Lumpur, minta agar pembangunan di sana disetop dahulu. Alasannya, Sipadan dan Ligitan itu masih dalam sengketa, belum diputus siapa pemiliknya.Pada tahun 1969 pihak Malaysia secara sepihak memasukkan kedua pulau tersebut ke dalam peta nasionalnya.

Pada tahun 1976, Traktat Persahabatan dan Kerja Sama di Asia Tenggara atau TAC (Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia) dalam KTT pertamaASEAN di pulau Bali ini antara lain menyebutkan bahwa akan membentuk Dewan Tinggi ASEAN untuk menyelesaikan perselisihan yang terjadi di antara sesama anggota ASEAN akan tetapi pihak Malaysia menolak beralasan karena terlibat pula sengketa dengan Singapura untuk klaim pulau Batu Puteh, sengketa kepemilikanSabah dengan Filipina serta sengketa kepulauan Spratley di Laut Cina Selatan dengan Brunei Darussalam, Filipina, Vietnam, Cina, dan Taiwan. Pihak Malaysia pada tahun 1991 lalu menempatkan sepasukan polisi hutan (setara

Page 14: 20688_selamat berbuka pUASa (hukla kompilasi).docx

Brimob) melakukan pengusiran semua warga negara Indonesia serta meminta pihak Indonesia untuk mencabut klaim atas kedua pulau.

Sikap pihak Indonesia yang ingin membawa masalah ini melalui Dewan Tinggi ASEAN dan selalu menolak membawa masalah ini ke ICJ kemudian melunak. Dalam kunjungannya ke Kuala Lumpur pada tanggal 7 Oktober 1996, Presiden Soeharto akhirnya menyetujui usulan PM Mahathir tersebut yang pernah diusulkan pula oleh Mensesneg Moerdiono dan Wakil PM Anwar Ibrahim, dibuatkan kesepakatan "Final and Binding," pada tanggal 31 Mei 1997, kedua negara menandatangani persetujuan tersebut. Indonesia meratifikasi pada tanggal 29 Desember 1997 dengan Keppres Nomor 49 Tahun 1997 demikian pula Malaysia meratifikasi pada 19 November 1997.

Pada tahun 1998 masalah sengketa Sipadan dan Ligitan dibawa ke ICJ,kemudian pada hari Selasa 17 Desember 2002 ICJ mengeluarkan keputusan tentang kasus sengketa kedaulatan Pulau Sipadan-Ligatan antara Indonesia dengan Malaysia. Hasilnya, dalam voting di lembaga itu, Malaysia dimenangkan oleh 16 hakim, sementara hanya 1 orang yang berpihak kepada Indonesia. Dari 17 hakim itu, 15 merupakan hakim tetap dari MI, sementara satu hakim merupakan pilihan Malaysia dan satu lagi dipilih oleh Indonesia. Kemenangan Malaysia, oleh karena berdasarkan pertimbangan effectivity (tanpa memutuskan pada pertanyaan dari perairan teritorial dan batas-batas maritim), yaitu pemerintah Inggris (penjajah Malaysia) telah melakukan tindakan administratif secara nyata berupa penerbitan ordonansi perlindungan satwa burung, pungutan pajak terhadap pengumpulan telur penyu sejak tahun 1930, dan operasi mercu suar sejak 1960-an. Sementara itu, kegiatan pariwisata yang dilakukan Malaysia tidak menjadi pertimbangan, serta penolakan berdasarkan chain of title (rangkaian kepemilikan dari Sultan Sulu) akan tetapi gagal dalam menentukan batas di perbatasan laut antara Malaysia dan Indonesia di selat Makassar.

17. Indonesia dan Filipina menyepakati batas maritim pada bulan Mei 2014. Jelaskan kesepakatan itu dengan bantuan skema/gambar dan deskripsi yang memadai.

Page 15: 20688_selamat berbuka pUASa (hukla kompilasi).docx

Penetapan batas maritim sangat dibutuhkan untuk memperoleh kepastian hukum yang dapat mendukung berbagai kegiatan kelautan, seperti penegakan kedaulatan dan hukum di laut. Indonesia dan Filipina memiliki perbatasan maritim (Zona Ekonomi Eksklusif dan Landas Kontinen) di perairan sekitar laut Sulawesi dan Samudera Pasifik. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 tentang Batas Landas Kontinen Indonesia (BLKI) serta Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang pengesahan United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS), BLKI ditarik sama lebar dengan batas ZEE (200 mil laut) atau sampai dengan maksimum 350 mil laut dari garis pangkal kepulauan Indonesia. . Indonesia dan Filipina memiliki wilayah laut yang saling berhadapan dan berdampingan, akibatnya penarikan garis batas ZEE tidak bisa mencapai 200 mil. Apabila kedua negara yang merupakan negara kepulauan sama-sama menarik garis ZEE 200 mil mengelilingi kepulauan masing-masing, akan terjadi tumpang tindih wilayah dibagian selatan Mindanao dan perhimpitan batas di perairan laut Sulawesi. Oleh karena itu kedua negara perlu untuk menentukan garis batas ZEE di kedua wilayah yang saling tumpang tindih dan berhimpit tersebut. Pertemuan terakhir antara Menteri Luar Negeri Indonesia dan Menteri Luar Negeri Filipina dalam pertemuan keenam Komisi Gabungan Untuk Kerja Sama Bilateral (Joint Commission for Bilateral Cooperation/JBC) Indonesia-Filipina pada 24 Februari 2014 yang lalu, salah satunya menyepakati secara tentative dan sementara hasil penetapan batas laut ZEE yang telah disepakati pada The Second Prepatory Meeting to the 8th JPWG-MOC.

18. Jelaskan keunikan batas maritim antara Indonesia dengan Australia di Laut Timor terkait perbedaan garis batas landas kontinen dan ZEE!

Perjanjian batas maritim antara Negara Indonesia dan Negara Australia sebenarnya sudah jelas dan tertuang pada ”Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan

Page 16: 20688_selamat berbuka pUASa (hukla kompilasi).docx

Pemerintah Australia tentang Penetapan Batas-batas Dasar Laut Tertentu” yang dibuat di Canberra (Australia), pada tanggal 18 Mei 1971. Persetujuan itu kemudian diratifikasi menjadi “Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Persemakmuran Australia tentang Penetapan Batas-batas Dasar Laut Tertentu di daerah Laut Timor dan Laut Arafura sebagai Tambahan pada Persetujuan tertanggal 18 Mei 1971” yang dibuat di Jakarta pada tanggal 9 Oktober 1972. Pada perjanjian tersebut, kedua negara telah melakukan perjanjian batas dasar laut di Laut Timor. Perjanjian tersebut hanya membagi dasar laut antara kedua negara karena pada saat itu belum ada UNCLOS 1982.

Setelah adanya UNCLOS 1982, maka dibuat lagi perjanjian batas maritim antara Negara Indonesia dan Australia yaitu “Perjanjian antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Australia tentang Penetapan Batas Zona Ekonomi Eksklusif dan Batas-Batas Dasar Laut Tertentu” yang dibuat di Perth (Australia) pada tanggal 14 Maret 1997. Perjanjian itu membagi ZEE (tubuh air) antara Indonesia dan Australia. Dimana garis pembagi tubuh air ini berbeda dengan garis batas dasar laut yang telah dituangkan dalam perjanjian tahun 1972. Perjanjian batas maritim antara Indonesia dan Australia dapat diilustrasikan sebagai berikut.

19. Nelayan Indonesia maupun Malaysia seringkali ditangkap di Selat Malaka atau Selat Singapura. Jelaskan apa kaitannya ini dengan batas maritim di kawasan tersebut (adakah batas maritim? Jika ada apakah terjadi pelanggaran? Jika belum ada, mengapa terjadi penangkapan?)

perjanjian batas maritim antara Negara Indonesia dan Malaysia rawan menimbulkan konflik. Perjanjian batas maritim antara Negara Indonesia dan Malaysia di Selat Malaka sudah dilakukan. Batas dasar laut kedua negara ditetapkan melalui ”Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Malaysia tentang Penetapan Garis Batas Landas

Page 17: 20688_selamat berbuka pUASa (hukla kompilasi).docx

Kontinen antara Kedua Negara” yang dibuat di Kuala Lumpur, pada tanggal 27 Oktober 1969. Perjanjian ini hanya membagi wilayah dasar laut, karena pada saat itu belum terdapat UNCLOS 1982. Permasalahannya, semenjak berlakunya UNCLOS 1982 hingga tahun 2014 ini, belum ada perjanjian lagi mengenai penetapan batas tubuh air antara Indonesia dan Malaysia. Kedua negara sampai saat ini masih melakukan klaim secara sepihak mengenai batas ZEE (tubuh air) di wilayah Selat Malaka. Hal ini kemudian menjadi permasalahan teknis di lapangan bagi para petugas patroli Indonesia dalam menangkap nelayan ilegal, karena belum ada kepastian tentang penetapan wilayah ZEE (tubuh air) di wilayah Selat Malaka tersebut.

20. Jelaskan tiga aspek penting yang harus diperhatikan Indonesia dalam mewujudkan kebijakan kelautan nasional!

A). Lingkungan

Dalam kegiatan pengelolaan sumber daya haruslah memperhatikan lingkungan dimana dilakukan kegiatan pengelolaan sumber daya tersebut. Maksudnya dalam melakukan kegiatan pengelolaan sumber daya haruslah diperhatikan kelangsungan dan kelestarian dari lingkungannya sehingga sumber daya yang dikelola tersebut dapat berkesinambungan atau dapat berkelanjutan. Dengan demikian maka dalampemanfaatan serta pengelolaan sumber daya tersebut dalam dirasakan dalam waktuyang lama.

B). Sosial

Pengelolaan sumberdaya merupakan suatu proses yang panjang dan melibatkan banyak pihak, mulaidari perencana, pelaksana hingga masyarakat sekitar yang merasakan dampak dari kegiatan pengelolaan tersebut. Ini semua tidak lepas dari kehidupan sosial dimana semua pihak tidak ada yang merasa dirugikan. Oleh sebab itu, maka dalam pengelolaan sumber daya pihak pengelola harus memperhatikan kehidupan sosial dankesejahteraan serta kelangsungan masyarakat sekitarnya. Apabila kehidupansosial disekitarnya dapat terkendali maka proses pengelolaan dapat berjalandengan lancar.

C). Ekonomi

Setiap kegiatan tidakterlepas dari ekonomi atau biaya, karena lancar tidaknya suatu kegiatan banyakdipengaruhi oleh ekonomi atau biayanya. Demikian juga dengan kegiatanpengelolaan sumber daya tidak lepas dari yang namanya ekonomi atau biaya.Tetapi ekonomi yang dimaksud disini adalah ekonomi yang tercipta karena dampakdari kegiatan pengelolaan sumber daya tersebut, dengan kata lain kegiatan pengelolaan ini haruslah memperhatikan atau membawa dampak yang baik terhadapperekonomian. Dengan perekonomian yang baik maka kegiatan pengelolaan sumber daya akan dapat berjalan dengan lancar dan dapat berkesinambungan.