BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi...

47

Transcript of BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi...

Page 1: BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan atau menolak penerbitan
Page 2: BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan atau menolak penerbitan

BULETIN Pengkajian Pertanian

Vol. 8, No. 2, 2019

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Utara Balai Besar Pengkajian Dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian

Page 3: BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan atau menolak penerbitan

BULETIN PENGKAJIAN PERTANIAN

Penanggung Jawab :

Bram Brahmantiyo

Chris Sugihono

Mitra bestari :

Suryati Tjokrodiningrat

Dewan Redaksi :

M. Assagaf, Fredy Lala, Wawan Sulistiono, Slamet Hartanto

PRAKATA

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak peneliti dan penyuluh, tim

redaktur, aparat penunjang lainnya yang telah membantu memperlancar proses

penerbitan. Semoga media ini bermanfaat bagi khalayak. Kritik dan saran dari

pembaca selalu kami nantikan.

Redaksi

Tulisan yang dimuat adalah yang telah diseleksi dan disunting oleh tim redaksi dan belum pernah

dipublikasikan pada media cetak manapun. Tulisan hendaknya mengikuti Pedoman Bagi Penulis (lihat

halaman sampul dalam). Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan

atau menolak penerbitan suatu makalah.

@ 2019, BPTP MALUKU UTARA

Volume 8, No. 2, 2019.

Buletin Vol. 8, No. 2, 2019. merupakan buletin hasil pengkajian yang

Penerbitan buletin Vol. 8, No. 2, 2019. ini diterbitkan dengan memuat artikel

yang tidak harus berasal dari penyajian dalam suatu seminar, tetapi lebih ditentukan

oleh ketanggapan penulis dan kelayakan ilmiah tulisan.

diterbitkan oleh BPTP Maluku Utara, yang memuat makalah review dan hasil

pengkajian/penelitian primer. Makalah tersebut telah diseleksi dan dikoreksi

oleh tim redaksi baik dari segi bahasa maupun bentuk penyajiannya.

Redaksi Pelaksana :

Hermawati Cahyaningrum

Himawan Bayu Aji

Abubakar Ibrahim

Vera Silviana

Penerbit :

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Utara,

Komplek Pertanian Kusu No. 1 Oba Utara Kota, Tidore Kepulauan

PO BOX 91030 Ternate Telepon : 0921-3317980

email : [email protected]

Page 4: BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan atau menolak penerbitan

1

RESPON PERTUMBUHAN VARIETAS KACANG TANAH

LOKAL BONCI TERHADAP PERENDAMAN BENIH DAN VARIASI

JARAK TANAM

Bayu Suwitono, Hermawati Cahyaningrum, Vera Silviana, Ponco Adi

Prasetiyo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Utara

Jl. Trans Halmahera Kompleks Pertanian Kusu No.1

Sofifi, Kota Tidore Kepulauan email: [email protected]

ABSTRAK

Maluku Utara merupakan provinsi kepulauan yang terkenal dengan potensi

sumber daya alamnya baik flora maupun fauna. Keragaman plasma nutfah

tanaman perkebunan, tanaman obat, pangan dan hortikultura telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat, dan salah satunya adalah kacang tanah lokal.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui jarak tanam terbaik untuk budidaya

kacang tanah lokal bonci dan mengetahui pengaruh perendaman benih terhadap daya berkecambah kacang tanah. Penelitian dilaksanakan di Kebun

Koleksi Sumber daya Genetik Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku

Utara di Desa Kusu Kota Tidore Kepulauan pada bulan Februari sampai Mei

2019. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok, dengan perlakuan jarak tanam yang diulang 4 kali. Jarak tanam yang digunakan yaitu 30 x 15

cm (J1), 25 x 20 cm (J2), 40 X 20 CM (J3) sedangkan untuk perendaman

benih yang digunakan yaitu perendaman benih 1 jam (D1) dan perendaman benih 2 jam (D2). Pengamatan dilakukan terhadap tinggi tanaman, jumlah

cabang, jumlah daun, jumlah bunga, jumlah bintil akar, jumlah polong per

tanaman, jumlah polong isi. Data agronomis dianalisis dengan analisis ragam

dan bila terdapat beda nyata diuji lanjut dengan uji jarak ganda Duncan pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) jarak tanam yang optimal

kacang tanah bonci yaitu 25 x 20 cm dan 40 x 20 cm, (2) perendaman benih

yang optimal yaitu perendaman benih selama 1 jam.

Kata Kunci : kacang tanah, jarak tanam, perendaman, benih.

PENDAHULUAN

Salah satu tanaman legume yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi

adalah Kacang tanah (Arachis hypogeage L.) karena merupakan sumber penghasil protein nabati dan lemak. Biji kacang tanah dapat digunakan

Page 5: BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan atau menolak penerbitan

2

langsung untuk pangan baik dalam bentuk sayur, digoreng atau direbus, dan

sebagai bahan baku industry seperti keju, sabun dan minyak serta

brangkasannya untuk pakan ternak dan pupuk (Sanjaya et al., 2019). Kacang tanah sebagian besar diusahakan di Pulau Jawa (65%), Sumatera (15%)

Sulawesi (11%) dan sisanya di NTB, Bali, dan Papua (Karsono, 1996).

Maluku Utara merupakan provinsi kepulauan yang terkenal dengan potensi sumber daya alamnya baik flora maupun fauna. Keragaman plasma nutfah

tanaman perkebunan, tanaman obat, pangan dan hortikultura telah banyak

dimanfaatkan oleh masyarakat, dan salah satunya adalah kacang tanah lokal. Produksi kacang tanah di Maluku Utara pada tahun 2015 sebanyak 2.267 ton

(BPS, 2018).

Upaya peningkatan produktivitas kacang tanah dapat dilakukan

dengan memperbaiki kultur teknis seperti pengaturan jarak tanam, pemupukan yang tepat dan seimbang, pengaturan air dan sistem drainase.

Pengunaan jarak tanam adalah memberikan kemungkinan tanaman untuk

tumbuh dengan baik tanpa mengalami persaingan dalam hal mengambil air, unsur-unsur hara dan cahaya matahari. Jarak tanam yang tepat dan sesuai

dalam pemanfaatan sinar matahari secara optimal untuk proses fotosintesis

tanaman (Magfiroh et al., 2017). Pengaturan jarak tanam juga bermaksud untuk menekan kompetisi antar tanaman karena setiap jenis tanaman

memiliki populasi optimal untuk produksi yang maksimal. Dormasi

merupakan proses biologi yang alami namun dapat menurunkan hasil karena

pertumuhan benih tidak seragam. Dormansi benih merupakan suatu kondisi dimana benih tidak berkecambah walaupun faktor lingkungannya optimum

untuk berkecambah (Widajati et al., 2013). Perendaman benih merupakan

salah satu faktor pematahan dormansi benih,dan kecepatan tumbuh benih (Hapsari dan Rezeki, 2018) Tujuan penelitian ini adalah mengetahui jarak

tanam terbaik kacang lokal, dan mengetahui lama perendaman benih kacang

tanah.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di Kebun Plasma Nutfah Sumber daya genetik BPTP Maluku Utara di Desa Kusu Kecamatan Oba Utara Kota

Tidore Kepulauan, Maluku Utara pada bulan Februari sampai Mei 2019

menggunakan Rancangan Acak Kelompok factorial. Faktor pertama adalah jarak tanam, terdiri dari 3 jarak tanam. Faktor kedua adalah waktu

perendaman benih terdiri dari 2 waktu. Perlakuan diulang sebanyak 4 kali

ulangan. Jarak tanam yang digunakan yaitu 30 x 15 cm (J1), 25 x 20 cm (J2),

40 X 20 CM (J3) sedangkan untuk perendaman benih yang digunakan yaitu perendaman benih 1 jam (D1) dan perendaman benih 2 jam (D2).

Page 6: BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan atau menolak penerbitan

3

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kacang

tanah lokal bonci dan ZPT atonik sebanyak 1 botol.

Perlakuan perendaman benih Perendaman benih dilakukan dengan melarutkan ZPT atonik dalam air

sesuai dosis anjuran, kemudian dibagi menjadi dua bagian dalam dua ember

terpisah untuk merendam benih kacang tanah. Waktu perendaman 1 jam dan 2 jam.

Penanaman

Benih kacang tanah ditiriskan dan dikeringanginkan, kemudian ditanam denga cara ditugal masing – masing 2 benih per lubang tanam.

Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan tanaman yang dilakukan meliputi pengairan sesuai dengan

kondisi tanah, penyiangan gulma secara manual pada 3 dan 5 mst.

Panen

Panen dilakukan pada tanaman yang 80% daunnya telah menguning, kulit

polong telah mengeras, berwarna coklat dan biji terisi penuh. Panen dilakukan dengan mencabut tanaman beserta polongnya.

Pengamatan dilakukan pada tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, jumlah bintil akar, jumlah bunga, jumlah polong per tanaman dan

jumlah polong hampa. Data hasil pengamatan dianalisis dengan analisis

ragam (Anova) dan untuk menguji perbedaan antar perlakuan digunakan uji

jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tinggi Tanaman

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam menunjukkan bahwa

tinggi tanaman kacang tanah menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada

perlakuan jarak tanam pada umur 35 hari setelah tanam, interaksi jarak tanam dan perendaman benih juga menunjukkan pengaruh yang nyata

terhadap tinggi tanaman kacang tanah umur 35 HST. Hasil uji beda rataan

pengaruh perlakuan jarak tanam dan perendaman benih terhadap tinggi tanaman kacang tanah umur 35 hari setelah tanam (Tabel 1).

Tabel 1. Pengaruh jarak tanam dan perendaman benih terhadap tinggi

tanaman (cm) kacang tanah umur 35 HST.

Perlakuan D1 D2 Rerata

J1 36,25 33,75 35,00 a

J2 38,75 38,75 38,70 ab

J3 41,25 38,75 40,00 a

Rerata 38,75 a 37,08 a KK: 5,31%

Page 7: BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan atau menolak penerbitan

4

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang

sama menunjukkan tidak berbeda nyata pad ataraf 5% dengan

menggunakan uji DMRT.

Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam 40 cm x 20 cm (J3) memiliki tinggi tanaman tertingi yaitu 40 cm, berbeda nyata dengan

perlakuan jarak tanam 30 x 15 cm (J1) yaitu 35cm. Sedangkan perlakuan

perendaman benih tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Begitupula dengan parameter jumlah daun, Jarak tanam dan perendaman benih tidak

berpengaruh nyata terhadap jumlah daun per tanaman.

Jumlah polong dan polong isi

Jumlah polong pertanaman terbanyak dihasilkan oleh perlakuan

jarak tanam 25 x 20 cm (J2) yang menghasilkan 35,37 polong per tanaman,

namun hasil tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan perlakuan jarak tanam (J1) sebesar 31,87 polong per tanaman dan (J2)

sebesar 29,50 polong per tanaman. Jumlah polong isi per tanaman terbanyak

dihasilkan oleh jarak tanam (J2) yang menghasilkan 22,50 polong isi per tanaman, berbeda nyata dengan polong isi yang dihasilkan oleh jarak tanam

(J1) sebesar 16,50 polong isi per tanaman, namun tidak berbeda nyata

dengan jumlah polong isi yang dihasilkan oleh jarak tanam (J3) yang

menghasilkan 20 polong per tanaman. Pengaturan jarak tanam membuat ruang tumbuh sehingga mempermudah tanaman untuk memproleh cahaya

matahari. Cahaya matahari merupakan faktor penting dalam proses

fotosintesis dan penentuan laju pertumbuhan tanaman, khususnya intensitas, lama penyinaran dan kualitas penyinaran. Hasil fotosintesis yang optimal

akan digunakan dalam pembentukan polong dan berbagai bagian penting

dari tanaman (Herawati et al., 2014) Tabel 2. Pengaruh jarak tanam dan perendaman benih terhadap jumlah

polong.

Perlakuan D1 D2 Rerata

J1 32,50 31,25 31,88 a

J2 38,25 32,50 35,38 a

J3 34,00 25,00 29,50 a

Rerata 34,92 a 29,58 a Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang

sama menunjukkan tidak berbeda nyata pad ataraf 5% dengan menggunakan uji DMRT.

Page 8: BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan atau menolak penerbitan

5

KESIMPULAN

1. Jarak tanam yang memberikan hasil pertumbuhan dan hasil optimal

kacang tanah bonci adalah 25 x 20 cm dan 40 x 20 cm.

2. Perlakuan perendaman benih kacang tanah lokal bonci selama 1 jam

lebih meningkatan vigor benih dan kecepatan tumbuh karena

perkecambahan diinisiasi dengan proses imbibisi.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2018. Maluku Utara Dalam Angka

Hapsari, R.T., dan Rezeki, Sri.2018. Pengaruh Pematahan Dormansi terhadap Viabilitas Benih Kacang Tanah. Buletin Palma (1) : 46 - 51

Herawati, N, Sudarto, Erawati BTR,.2014. Kajian variasi Jarak Tanam

Terhadap Produktivitas Kacang Tanah di Lahan Kering. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi.

Magfiroh. N, Lapanjang, I.M, Made, U. 2017. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi (Oryza Sativa L)

Pada Pola Jarak Tanam Yang Berbeda dalam sistem Tabela. Jurnal

Agrotekbis 5 (2): 212 - 221.

Sanjaya, M. Safrudin, Purba. D. W.2019. Pengaruh Jarak Tanam dan

Pemberian Dosis Limbah Cair Tahu Terhadap Pertumbuhan dan

Pertumbuhan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogea L) Agricultural Research Journal Vol 15 (1)

Widjayati E, Murniati E, Palupi E.R., Kartika T, Suhartanto MR, Qadir A. 2013. Dasar Ilmu dan Teknologi Benih. IPB Press.

Page 9: BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan atau menolak penerbitan

6

RANCANG BANGUN ALAT PERONTOK JAGUNG

MENGGUNAKAN DUA INPUT

1)

Ponco Adi Prasetiyo dan 2)

Darmawan Adi Saputra

1)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Utara

Jl. Trans Halmahera, Komplek Pertanian Kusu No 1, Sofifi, Kota Tidore Kepulauan

2)Politeknik Negeri Lampung, Jalan Soekarno Hatta No. 10 Kec. Rajabasa,

Bandar Lampung

ABSTRAK

Jagung merupakan salah satu makanan pangan setelah padi. Jagung mengandung karbohidrat, protein, dan kalori yang hampir sama dengan beras.

Selain digunakan sebagai bahan pangan, jagung dapat digunakan sebagai

bahan baku industri dan pakan ternak. Tujuan dari rancang bangun alat perontok jagung ini antara lain adalah merancang dan membuat alat perontok

jagung yang berfungsi memisahkan biji jagung dari tongkolnya dengan cara

menggunakan poros perontok model kerucut, menguji kinerja alat perontok jagung menggunakan dua input. Setelah proses pembuatan alat perontok

jagung menggunakan dua input dan dilakukannya uji kinerja alat, dapat

disimpulkan bahwa Alat perontok jagung menggunakan dua input telah

berhasil dibuat dan berfungsi dengan baik. Hasil uji kinerja alat ini untuk merontokkan jagung menggunakan dua input dengan berat 2,5 kilogram

dengan rata-rata kecepatan operasional selama 0,0259 jam, hasil rata-rata

jagung yang telah dirontokkan sebanyak 2,089 kilogram, berat rata-rata bonggol jagung 0,35 kilogram, dan rata-rata kehilangan hasil perontokkannya

adalah 2,83 %, dengan rata-rata rendemen hasil 97,17 %.

Kata kunci: Jagung, Bonggol Jagung dan Perontok Jagung.

PENDAHULUAN

Jagung merupakan salah satu makanan pangan setelah padi. Jagung

mengandung karbohidrat, protein, dan kalori yang hampir sama dengan beras.

Selain digunakan sebagai bahan pangan, jagung dapat digunakan sebagai bahan baku industri dan pakan ternak.

Di Provinsi Lampung, produksi jagung menyumbang 8,59 %

produksi nasional serta berhasil meningkatkan produksi jagung dari dua juta ton beberapa tahun lalu menjadi 2,4 juta ton pada 2017. Kenaikan produksi

itu juga membuat Provinsi Lampung juga tetap kokoh di posisi ketiga

Page 10: BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan atau menolak penerbitan

7

produsen jagung nasional setelah Jawa Timur 6,18 juta ton dan Jawa Tengah

3,51 juta ton (Ficardo, 2018).

Saat ini pertanian sudah memasuki era modernisasi sehingga banyak alat pasca panen yang lebih efisien. Perontok jagung yang menggunakan

mesin merupakan salah satu alat modern yang lebih cepat dan dapat

menghemat waktu dalam perontokan jagung pada proses pasca panen. Perontokkan jagung yang menggunakan alat modern ini dapat menyebabkan

perontokkan kurang sempurna dan bonggol jagung dapat rusak.

Oleh sebab itu, perontokan jagung pada proses pasca panen harus dilakukan dengan benar agar biji jagung dapat rontok dari bonggolnya dengan

sempurna dan tidak menyebabkan bonggol jagung rusak. Jika tidak benar

dalam proses perontokannya maka bonggol jagung akan rusak dan tidak dapat

dimanfaatkan. Dari permasalahan tersebut maka timbulah ide untuk membuat suatu

alat perontok jagung yang berjudul “Rancang Bangun Alat Perontok Jagung

Menggunakan Dua Input” yang berfungsi untuk memisahkan atau merontokkan biji jagung dari bonggolnya. Sehingga dengan adanya alat ini

dapat meningkatkan efisiensi kerja petani dan mewujudkan program

pemerintah untuk swasembeda masyarakat setelah pemanenan jagung.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini adalah penelitian rekayasa atau rancang bangun, pada penelitian ini dilakukan pengujian kinerja dari alat untuk mengetahui beberapa

kapasitas kerja alat pada saat pengujian. Penelitian dilaksanakan di lahan dan

laboratorium Logam Mekanisasi Pertanian Politeknik Negeri Lampung selama 3 bulan dari bulan September – Desember 2016.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mesin las listrik,

mesin bubut, mesin bor, mesin gerinda tangan, tools set, sarung tangan, kacamata pelindung, topeng las, roll Meter, mistar siku, jangka sorong, dan

perlatan perbengkelan lainnya. Bahan yang digunakan adalah besi siku 4x4x3

mm, besi plat ketebalan 1,5 mm, besi As Ø 1ʺ, besi pipa Ø 2,5ʺ ketebalan 3

mm, bantalan Pillow Block UCP Ø 1ʺ, motor listrik 1 HP 1 Phase, pulley A2 Ø 3ʺ, pulley A1 Ø 8ʺ, V-Belt A1-48, mur, baut, baut spandek, elektroda las Ø

2,6 mm, mata gerinda potong, batu gerinda, amplas, tinner, cat besi, dan kuas.

Prosedur rancang bangun 1. Pembuatan rangka utama terbuat dari besi siku 4x4x3 mm dan besi plat

ketebalan 1,5 mm dibuat dengan cara di las.

Page 11: BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan atau menolak penerbitan

8

Gambar 1. Rangka Utama

2. Pembuatan poros perontok dengan bagian depan poros dibentuk kerucut

dengan diameter disesuaikan dengan ukuran diameter jagung. Poros

perontok yang digunakan berjumlah dua buah terbuat dari besi poros as berdiameter 1ʺ dan besi pipa berdiameter 2,5ʺ.

Gambar 2. Poros perontok

3. Selanjutnya pembuatan cover. Cover bagian depan terdapat lubang input yang ukurannya disesuaikan dengan besar kerucut dari poros perontok.

Cover menggunakan besi plat ketebalan 1,5 mm.

Page 12: BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan atau menolak penerbitan

9

Gambar 3. Cover depan

4. Kemudian cover pelindung bagian belakang dibuat dengan bahan plat,

tujuan pembuatan cover pelindung ini adalah melindungi putaran transmisi

daya dari motor listrik ke poros perontok agar tidak membahayakan dan sebagai salah satu syarat dari Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) alat.

Gambar 4. Cover pelindung (Belakang)

5. Setelah cover terpasang, maka langkah selanjtnya adalah memasang motor

listrik pada kerangka, memasang seluruh pulley pada tiap as poros perontok dan as motor listrik, memasang v-belt lalu atur posisi pulley

dengan menggeser posisi motor listrik, dan mengencangkan motor listrik.

Page 13: BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan atau menolak penerbitan

10

Gambar 5. Alat perontok jagung dua input

Pengujian alat

Alat perontok jagung dua input diuji sebanyak 5 kali ulangan

menggunakan jagung sebanyak 2,5 kg. Kadar air jagung yang diuji harus 12

– 16 % (diukur menggunakan alat moisture tester). Selanjutnya dilakukan pengukuran Rpm tanpa beban dan dengan beban menggunakan tacho meter.

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif, data yang diperoleh

dibandingkan dengan efesiensi alat dan kinerja alat yang kemudian akan menjadi acuan dalam membuat deskripsi mengenai kapasitas kerja alat.

Pengujian pada penelitian ini hanya terbatas pada uji alat, sehingga data yang

disajikan dalam penelitian ini adalah bentuk data rasio yang diperoleh dari hasil uji coba.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil perancangan alat

Rancang bangun alat perontok jagung menggunakan dua input

tampak seperti pada Gambar 6.

Motor

Listrik

Cover depan

Cover Belakang

Rangka Utama

Pulley

Poros Perontok

Page 14: BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan atau menolak penerbitan

11

Gambar 6. Alat perontok jagung dua input (a) tampak depan, (b) tampak belakang

Hasil pengujian alat

Kinerja hasil pengujian alat perontok jagung dua input disajikan dalam

Tabel 1. Hasil pengujian menunjukkan bahwa berat biji jagung setelah dirontokkan dengan hasil rata-rata sebesar 2,089 kg dari berat jagung awal

sebelum dirontokkan yaitu sebesar 2,5 kg. Sementara berat rata-rata bonggol

sebesar 0,35 kg dan berat rata-rata kehilangan hasil sebesar 0,061 kg. Kehilangan hasil terjadi dikarenakan terdapat biji-biji jagung yang terpental

keluar dari input poros perontok pada saat awal proses perontokkan

memasukkan jagung ke dalam input.

Tabel 1. Hasil pengukuran perontokkan jagung menggunakan alat perontok jagung dua input

Keterangan : KA = Kadar Air Jagung, RTB = RPM Tanpa Beban, RDB = RPM Dengan Beban, BA = Berat Awal, BH = Berat Hasil, BB = Berat

Buangan, BKH = Berat Kehilangan Hasil, WE = Waktu Efektif

WT = Waktu Total

Waktu efektif alat ini untuk merontokkan 2,5 kg jagung adalah 0,016 jam dan waktu total yang didapatkan selama 0,0259 jam. Waktu efektif adalah

waktu yang didapat hanya pada saat alat sedang merontokkan jagung

No KA (%) RTB

(Rpm)

RDB

(Rpm)

BA

(kg)

BH

(kg)

BB

(kg)

BKH

(kg)

WE

(jam)

WT

(jam)

1 13,70 530 520 2,5 2,1 0,35 0,05 0,0155 0,0261

2 15,9 520 525 2,5 2,125 0,3 0,075 0,014 0,0247

3 14,90 540 520 2,5 2,05 0,4 0,05 0,0177 0,0273

4 13,60 530 515 2,5 2,08 0,35 0,07 0,0168 0,026

5 15,00 520 515 2,5 2,09 0,35 0,06 0,0162 0,0256

Rerata 14,62 528 519 2,5 2,089 0,35 0,061 0,0160 0,0259

Page 15: BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan atau menolak penerbitan

12

sementara waktu total adalah waktu keseluruhan saat jagung dirontokkan dari

awal sampai akhir.

Penghitungan biaya operasi alat

Efektifitas biaya pengoperasian alat perontok jagung dua input

disajikan dalam Tabel 2. Kemampuan alat perontok jagung dua input cukup tinggi. Rendemen hasil dari alat ini sebesar 97,17 % dengan kehilangan hasil

sebesar 2,83 %. Alat perontok jagung dua input memiliki kapasitas

perontokan sebesar 96,48 kg dalam 1 jam. Waktu yang dibutuhkan untuk merontokkan jagung per kilo dalam satu jam adalah 0,0104 jam.

Tabel 2.

No RH

(%)

KH

(%)

Kapasitas Kerja Alat Biaya Motor Penggerak

KJ (kg/jam) KK (jam/kg) BJ (Rp/jam) BJ (Rp/kg)

1 97,67 2,33 95,79 0,0104 1094,38 11,38

2 96,59 3,41 101,21 0,0099 1094,38 10,83

3 97,62 2,38 91,58 0,0109 1094,38 11,93

4 96,74 3,26 96,15 0,0104 1094,38 11,38

5 97,21 2,79 97,66 0,0102 1094,38 11,16

Rerata 97,17 2,83 96,48 0,0104 1094,38 11,34

Keterangan: RH = Rendemen Hasil, KH = Kehilangan Hasil, KJ = Kapasitas

Tiap Jam, KK = Kapasitas Tiap Kilogram, BJ = Biaya Tiap Jam,

BK = Biaya Tiap Kilogram

Biaya yang dibutuhkan untuk pengoperasian alat sebesar Rp.

1.094,38/jam untuk jagung seberat 96,48 kg. Sedangkan untuk biaya

perontokan jagung per kilogram sebesar Rp. 11,34/kg.

KESIMPULAN

Alat perontok jagung yang dirancang menggunakan dua input dapat berfungsi dengan baik. Kecepatan operasional alat untuk merontokkan jagung

seberat 2,5 kg adalah 0,0259 jam. Alat perontok jagung dua input memiliki

kapasitas perontokan sebesar 96,48 kg dalam 1 jam. Waktu yang dibutuhkan untuk merontokkan jagung per kilo dalam satu jam adalah 0,0104 jam.

Page 16: BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan atau menolak penerbitan

13

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1997. Teknik Bercocok Tanam Jagung. http://103.255.15.77/detail-opac?id=70269. Diakses pada 20 September 2018.

Anonim. 2008. Jagung. http://www.ristek.go.id. Diakses pada 20 September 2018.

Anonim. 2011. Jagung. http://id.wikipedia.org/wiki/Jagung. Diakses pada 20 September 2018.

Anonim. 2015. As Roda Gila. https://swingwheel.wordpress.com/komponen-

swing-wheel/as-roda-gila/. Diakses pada 27 September 2018.

Anonim. 2017a. Berbagai Jenis Mesin Pemipil Jagung mulai Sederhana

sampai Tercanggih. https://benuamesin.com/mesin-pemipil-jagung/. Diakses pada 22 September 2018.

Anonim. 2017b. Desain Mesin Pemipil Jagung. https://www.maksindo.com/desain-mesin-pemipil jagung. Diakses

pada 20 September 2018.

Anonim. 2018. Puli dan Sabuk. https://www.machinedesign.com/archive/v-belt-selection-its-veritable-cinch. Diakses pada 22 September 2018.

Ariyani dan Novi I. 2013. Definisi Jagung. http://definisijagung.blogspot.com/. Diakses pada 27 September

2018.

Azhar dan Rofa Y. 2015. Perbedaan Generator (Dinamo) Dengan Motor Listrik. http://share-pangaweruh.blogspot.com/2015/02/apa-

perbedaan-generator dinamo-dengan.html. Diakses pada 20

September 2018.

Ficardo, R. 2018. Antara Lampung.

Handoyo, H. 2013. Toko Gerobak.

Hidyat, D. 2018. Kementan Bantu PBNU Budidaya Benih Jagung.

https://www.arah.com/article/44435/kementan-bantu-pbnu-budidaya-benih-jagung.html. Diakses pada 20 September 2018.

Page 17: BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan atau menolak penerbitan

14

Iqbal, Suhardi, dan Sri A. N. 2018. Uji Unjuk Kinerja Alat Dan Mesin

Perontok Multiguna. Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan

Biosistem III (1): 14.

Sonowijoyo, R. 2012. Pemipil Jagung.

Suherman, O., M. Burhanuddin., Faesal D. dan F. Kasim. 2002.

Pengembangan Jagung Unggul Nasional Bersari Bebas Dan Hibrida.

Risalah Penelitian Jagung Dan Serealia Lain.

Wenny. 2007. Manfaat Jagung Muda. http://www.mail-archive.com/balita-

[email protected]/msg51636.html. Diakses pada 20 September

2018.

Page 18: BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan atau menolak penerbitan

15

PENGUJIAN MUTU PATOLOGIS BENIH PADI

DI KALIMANTAN UTARA

1)

Indri Komalasari, 2)

Djoko Pujiarto dan 3)

Hermawati Cahyaningrum

1Balai Karantina Pertanian Kelas II Tarakan Jl. Yos Sudarso No. 11 Lingks Ujung Kota Tarakan 77126

2Pusat Kepatuhan, Kerjasama dan Informasi Perkarantinaan,

Badan Karantina Pertanian, Jakarta 3Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Utara

Jl. Trans Halmahera, Kompleks Pertanian Kusu No.1

Sofifi, Kota Tidore Kepulauan;

Email: [email protected]

ABSTRAK

Peningkatan produktivitas padi terus dilakukan untuk pemenuhan pangan,

namun hal tersebut seringkali terkendala oleh beberapa faktor salah satunya

adalah kurang tersedianya benih padi bermutu. Benih bermutu baik akan meningkatkan produksi dan kualitas tanaman. Risiko infeksi patogen terbawa

benih dapat dicegah dengan pengujian kesehatan benih melalui kegiatan

deteksi dan identifikasi patogen untuk memastikan bahwa benih tersebut

sehat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi dan mengidentifikasi patogen OPT/OPTK/OPTP terbawa benih pada benih padi di Provinsi Kalimantan

Utara. Penelitian dilakukan pada bulan April 2018 di Laboratorium Mikologi

Balai Karantina Pertanian Pertanian Kelas II Tarakan. Pengujian dilakukan dengan metode washing test dan blotter test pada 400 benih padi yang diambil

secara acak dari Kabupaten Malinau dan Nunukan, Kalimantan Utara. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa tidak ditemukan OPTK A1 yang terbawa

benih padi yang diamati, namun ditemukan beberapa spesies patogen yang merupakan OPT dan OPTP. Patogen yang terdeteksi dan teridentifikasi

termasuk dalam golongan cendawan, yaitu: Alternaria solani, Aspergillus

flavus, A. niger, Bipolaris oryzae, Curvularia pallescens, Drechslera oryzae, Fusarium equiseti, F. oxysporum, F. solani, Rhizopus sp., Tilletia barclayana,

Trichoconis padwickii.

Kata kunci: benih padi, pengujian benih, patogen tular benih

Page 19: BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan atau menolak penerbitan

16

PENDAHULUAN

Kebutuhan pangan terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan konsumsi pangan hewani. Padi sebagai sumber pangan pokok

masyarakat Indonesia banyak dibudidayakan baik di lahan sawah maupun

lahan kering (Hidayat et al., 2014). Peningkatan produktivitas padi terus dilakukan untuk pemenuhan pangan, namun hal tersebut seringkali terkendala

oleh beberapa faktor salah satunya adalah kurang tersedianya benih padi

bermutu baik mutu genetis, fisiologis, fisik maupun patologis (Saylendra, 2010). Benih bermutu baik akan meningkatkan produksi dan kualitas

tanaman. Meski demikian, patogen terbawa benih seringkali menjadi faktor

penghambat peningkatan produktivitas tanaman (Fauzia et al., 2018).

Mutu benih secara patologis erat kaitannya dengan status kesehatan benih. Status kesehatan benih dapat diketahui melalui uji kesehatan benih.

Pengujian kesehatan benih perlu dilakukan, hal ini karena sebagian besar

mikroorganisme terbawa benih baik berupa cendawan, bakteri, virus maupun nematoda bersifat patogenik (ISTA, 2010). Risiko infeksi patogen terbawa

benih dapat dicegah dengan pengujian kesehatan benih melalui kegiatan

deteksi dan identifikasi patogen untuk memastikan bahwa benih tersebut sehat. Benih tanaman harus memiliki kemampuan hidup yang tinggi sebagai

calon penerus generasi dalam produksi tanaman.

Benih adalah bagian tanaman yang paling mudah dipindah dan

dilalulintaskan baik dalam bentuk perdagangan maupun pertukaran antar petani. Sebagian besar alat perkembangbiakan tanaman pangan berupa benih

atau biji. Oleh karena itu benih harus memiliki mutu tinggi (Rahayu, 2016).

Benih padi yang beredar di wilayah Kalimantan Utara seringkali tidak diketahui asal dan sejarahnya. Informasi dari petani menyebutkan bahwa

benih padi yang ada pada awalnya adalah benih dari Malaysia dan Sulawesi,

sehingga penting diketahui apakah benih tersebut bebas patogen terbawa

benih atau tidak terutama dari jenis patogen yang termasuk dalam OPT (Organisme Pengganggu Tanaman), OPTK (Organisme Pengganggu

Tanaman Karantina) atau OPTP (Organisme Pengganggu Tanaman Penting).

Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi dan mengidentifikasi patogen OPT/OPTK/OPTP terbawa benih pada benih padi di Provinsi Kalimantan

Utara.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikologi, BKP Kelas II

Tarakan pada bulan April 2018. Sampel benih padi yang digunakan yaitu varietas Inpari 30, lokal, Ciherang, Cibogo dan Situ Bagendit dari Kabupaten

Page 20: BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan atau menolak penerbitan

17

Nunukan, Kabupaten Malinau dan Kota Tarakan sebanyak 400 benih yang

diambil secara acak. Pengujian dilakukan dengan metode washing test dan

blotter test (ISTA, 2010). Pada metode blotter test dibagi menjadi dua sub uji, yaitu dengan pencucian dan tanpa pencucian benih.

Pengujian dengan metode washing test

Benih padi sebanyak 400 butir dipilih secara acak, dibagi ke dalam delapan gelas erlenmeyer, masing – masing berisi 50 butir benih. 10 ml

aquadest dan 1 tetes 0,01% tween 20 ditambahkan ke dalam masing – masing

gelas Erlenmeyer, kocok selama 10 menit dengan tangan. Air kocokan (supernatant) dimasukkan ke dalam tabung centrifuge kemudian di centrifuge

pada kecepatan 1500 rpm selama 3 menit. Supernatant dibuang, tambahkan

aquadest ke dalam pellet, aduk hingga homogen.

Teteskan sebanyak 1 tetes suspensi pellet di atas object glass dan tutup dengan cover glass. Identifikasi patogen dilakukan secara mikroskopis

menggunakan mikroskop compound dan camera optilab terhadap bentuk

spora atau konidia cendawan yang ditemukan.

Pengujian dengan metode blotter test dengan pencucian benih

Benih padi sebanyak 20 butir direndam dalam alkohol 70% selama ± 2

menit dan direndam dalam aquadest selama ± 2 menit kemudian ditanam dalam cawan petri yang telah dilapisi kertas saring lembab. Benih yang telah

ditanam diinkubasi pada suhu 20 – 25 °C di bawah lampu NUV (Near Ultra

Violet) dengan pengaturan penyinaran selama 12 jam terang dan 12 jam gelap

secara bergantian.

Pengujian dengan metode blotter test tanpa pencucian benih

Benih padi sebanyak 20 butir diletakkan di atas lima helai kertas saring

yang telah dilembabkan. Benih yang telah ditanam diinkubasi pada suhu 20 – 25 °C di bawah lampu NUV dengan pengaturan penyinaran selama 12 jam

terang dan 12 jam gelap secara bergantian.

Identifikasi dilakukan setelah 7 hari inkubasi. Pengamatan dilakukan

secara makroskopis dan mikroskopis terhadap cendawan yang tumbuh. Pengamatan makroskopis dilakukan dengan mikroskop stereo. Pengamatan

mikroskopis menggunakan mikroskop compound dan camera optilab.

Siapkan object glass yang telah ditetesi methylene blue sebanyak 1 tetes, letakkan 1 ose propagul cendawan dari sampel benih yang diamati pada object

glass, tutup dengan cover glass. Identifikasi dilakukan terhadap bagian

cendawan yang ditemukan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil evaluasi menunjukan bahwa semua benih padi yang diamati diketahui terinfeksi oleh patogen dari kelompok cendawan. Hasil pengujian

Page 21: BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan atau menolak penerbitan

18

dari dua metode yang dicoba menunjukkan tidak ditemukan OPTK A1

terbawa benih pada padi yang diuji, namun ditemukan beberapa spesies

cendawan terbawa benih yang termasuk dalam OPT dan OPTP (Tabel 1). Tabel 1. Cendawan terbawa benih yang ditemukan pada benih padi yang diuji

Lokasi

Sampel

Varietas

Sampel

Cendawan yang ditemukan*)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Nunukan Inpari 30 √ √ - - - √ - - - √ √ √ Lokal √ √ √ - √ √ √ √ √ √ √ √

Malinau Cibogo - √ - √ √ - - - - - √ -

Ciherang - √ - √ √ - - - - √ √ -

Situ Bagendit - √ √ - √ √ - √ √ √ √ -

Tarakan Ciherang - √ √ - √ √ - - √ √ √ - Keterangan : *) 1 : Alternaria solani; 2 : Aspergillus flavus; 3 : A. niger; 4 : Bipolaris

oryzae; 5 : Curvularia pallescens; 6 : Drechslera oryzae; 7 : Fusarium equiseti; 8 :

F. oxysporum; 9 : F. solani; 10 : Rhizopus sp.. 11 : Tilletia barclayana; 12 :

Trichoconis padwickii

Benih padi varietas Inpari 30 terinfeksi oleh 4 jenis cendawan yaitu Alternaria solani, Aspergillus flavus, Drechslera oryzae, Rhizopus sp., Tilletia

barclayana, dan Trichoconis padwickii. Benih padi lokal terinfeksi oleh 11

jenis cendawan, yaitu Alternaria solani, Aspergillus flavus, A. niger, Curvularia pallescens, Drechslera oryzae, Fusarium equiseti, F. oxysporum,

F. solani, Rhizopus sp., Tilletia barclayana, dan Trichoconis padwickii. Benih

padi Cibogo terinfeksi oleh 4 jenis cendawan yaitu Aspergillus flavus,

Bipolaris oryzae, Curvularia pallescens, dan Tiletia barclayana. Benih padi Ciherang terinfeksi oleh 7 jenis cendawan yaitu Aspergillus flavus, A. niger,

Curvularia pallescens, Drechslera oryzae, Fusarium equiseti, F. oxysporum,

F. solani, Rhizopus sp., Tilletia barclayana, dan Trichoconis padwickii. Pada benih padi Situ Bagendit terinfeksi oleh 8 jenis cendawan, yaitu Aspergillus

flavus, A. Niger, Curvularia pallescens, Drechslera oryzae, Fusarium

oxysporum, F. Solani, Rhizopus sp., dan Tilletia barclayana. Hasil pengujian menunjukkan bahwa A. flavus dan T. barclayana

menginfeksi seluruh varietas benih yang diuji. Kedua patogen ini termasuk

dalam kelompok cendawan. Agrawal dan Sinclair (1996) menyebutkan bahwa

cendawan adalah kelompok terbesar patogen terbawa benih. Selama penyimpanan, spora dapat menginfeksi dan mengontaminasi biji sehat, sisa

tanaman dan tanah (Anonim, 2018a). Patogen dapat menyebar dan

menyebabkan kehilangan hasil secara kualitatif dan kuantitatif. Cendawan A. flavus merupakan cendawan yang banyak ditemui di

penyimpanan sebagai kontaminan. A. flavus merupakan cendawan yang biasa

tumbuh pada hasil panen yang mengandung minyak, misalnya kacang –

Page 22: BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan atau menolak penerbitan

19

kacangan, jagung, cabai, dan serealia. A. flavus pada biji – bijian yang

disimpan dapat menurunkan daya kecambah, perubahan warna pada biji,

kenaikan suhu dan kelembapan pada biji, perubahan susunan kimia biji, produksi dan akumulasi mikotoksin pada biji (Sutjiati dan Saenong, 2002).

Koloni A. flavus berwarna putih, soklat kehitaman. Kepala konidia merupakan

struktur yang terletak pada konidiofor. Bagian apeks membentuk globose. Konidiofor tidak bercabang (Amteme dan Anna, 2018).

T. barclayana ditemukan di lapangan pada saat tanaman padi matang

atau siap panen. Permukaan bulir padi yang telah matang akan tertutupi oleh tepung hitam yang merupakan massa spora cendawan. Selain itu massa spora

berwarna hitam akan terlihat antara palea dan lemma (Groth, 2018).

Teliospora dari biji padi yang terinfeksi akan menyebar ke biji padi sehat

selama masa penyimpanan dan pemrosesan (Gravois and Bernhardt, 2000).

Hasil pengujian benih padi menggunakan metode washing test dan

blotter test Pengujian benih yang dilakukan memberikan informasi bahwa

cendawan T. barclayana dapat diperoleh melalui metode washing test dan

blotter test tanpa pencucian (Tabel 2). Hal ini dikarenakan teliospora cendawan menempel pada permukaan benih padi (Gambar 2), sehingga jika

diisolasi dengan metode blotter test tanpa pencucian, teliospora tidak ikut

tercuci dan masih menempel pada permukaan benih.

Tabel 2. Cendawan yang ditemukan pada metode washing test dan blotter test

Spesies Washing

test

Blotter test

Tanpa

Pencucian

Dengan

pencucian

Alternaria solani √ - - Aspergillus flavus - √ √

Aspergillus niger - √ -

Bipolaris oryzae √ - - Curvularia pallescens √ - -

Drechslera oryzae √ - -

Fusarium equiseti - - √

Fusarium oxysporum - - √ Fusarium solani - √ √

Rhizopus sp. - √ √

Tilletia barclayana √ √ - Trichoconis padwickii √ - √

Jumlah inokulum spora T. barclayana per ml suspensi sampel cukup

banyak, hal ini diduga karena spora sudah banyak terdapat pada benih.

Page 23: BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan atau menolak penerbitan

20

a b c

Diketahui bahwa spora T. barclayana dapat bertahan pada benih di

penyimpanan hingga 3 tahun. Selama penyimpanan, spora dari benih yang

terinfeksi dapat menyebar dan mengontaminasi benih sehat (Anonim, 2018b; Gravois and Bernhardt, 2000).

Gambar 2. Tilletia barclayana : (a) hasil washing test; (b) hasil blotter test tanpa pencucian; (c) teliospora pada permukaan benih padi

Cendawan A. flavus hanya diperoleh melalui metode blotter test baik tanpa pencucian maupun dengan pencucian (Tabel 2). A. flavus merupakan

cendawan udara yang kemungkinan menyebar dan menginfeksi benih ketika

di penyimpanan. Patogen terbawa benih dapat berupa infeksi maupun infestasi. Infeksi

ditandai dengan keberadaan patogen di dalam jaringan benih, bisa pada kulit

biji, endosperm atau embrio. Sedangkan infestasi ditandai dengan keberadaan

patogen pada permukaan benih atau terbawa benih secara bebas. Infestasi patogen pada benih tetap harus diperhatikan karena mempengaruhi

penyebaran patogen pada benih.

KESIMPULAN

Pengujian kesehatan benih padi yang berasal dari Kabupaten Malinau

dan Nunukan, Kalimantan Utara menunjukkan bahwa benih tersebut terinfeksi beberapa cendawan terbawa benih diantaranya Alternaria solani,

Aspergillus flavus, A. niger, Bipolaris oryzae, Curvularia pallescens,

Drechslera oryzae, Fusarium equiseti, F. oxysporum, F. solani, Rhizopus sp., Tilletia barclayana, Trichoconis padwickii.

DAFTAR PUSTAKA

[ISTA] International Seed Testing Association. 2010. International Rules for

Seed Testing Edition 2010. ISTA Co., Switzerland.

Page 24: BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan atau menolak penerbitan

21

Amteme, K. dan Anna Tefa. 2018. Identifikasi Cendawan Patogen pada

Beberapa Varietas Benih Padi Sawah Berdasarkan Model

Penyimpanan. Savana Cendana 3 (1): 4 – 7

Anonim. 2018b. Diseases Tilletia horrida Tak.-Black Smut of Rice.

Interactive Agricultural Ecological Atlas of Russia and Neighboring Countries.

http://www.agroatlas.ru/en/content/diseases/Oryzae/Oryzae_Tilletia

_horrida/index.html. Diakses : 20/04/2018.

Fauzia, G., Bonny P. S., Titiek S.Y., Akhiruddin M. Development Of

Detection Method For Seed-Borne Pathogenic Fungi On Rice Seed

Using Fiber Optic Fluorescence Spectroscopy. Pak. J. Biotechnol 15 (1): 45 – 51

Gravois, K.A. and J.L. Bernhardt. 2000. Heritability and Genotype X Environment Interactions For Discolored Rice Kernels. Crop Science

40 : 314 – 318.

Groth, Donald. 2018. Rice Disease Identification. Department of Plant

Pathology and Phisiology. Baton Rouge LA. Terdapat pada

https://www.slideshare.net/thithanhmybui/rice-diseasei-dphotolink.

Diakses : 17/05/2018.

Hidayat, Y., Moh. Ismail W., Miskat R., Hermawati C., Slamet H. 2014.

Model Pencapaian Target Seratus Ribu Ton PAdi Di Maluku Utara Dengan Pendekatan Dinamika Sistem, Tahun 2014. Prosiding Seminar

Nasional Inovasi Pertanian Mendukung Bio-Industri. BBP2TP,

Manado, 9 Oktober 2014.

Ikrarwati dan Amiyarsi M.Y. 2014. Evaluasi Mutu Fisiologis dan Patologis

Benih Padi Varietas Ciherang dan HIPA 8. Buletin Pertanian

Perkotaan 4 (1): 27 – 37

Rahayu, M. 2016. Patologi dan Teknis Pengujian Kesehatan Benih Tanaman

Aneka Kacang. Buletin Palawija 14 (2): 78 – 88

Saylendra, A. 2010. Identifikasi Cendawan Terbawa Benih Padi Dari

Kecamatan Ciruas Kabupaten Serang Banten. Jur. Agroekotek 2 (2): 24

– 27

Page 25: BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan atau menolak penerbitan

22

Sutjiati M., dan M. S. Saenong. 2002. Infeksi Cendawan Aspergillus sp. Pada

Beberapa Varietas/Galur Jagung Hibrida Umur Dalam. Prosiding

Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI, PFI, dan HPTI XV Sul-Sel. Maros, 29 Oktober 2002

Page 26: BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan atau menolak penerbitan

23

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK BOKASHI KOTORAN

KAMBING TERHADAP PRODUKSI RUMPUT ODOT

(Pennisatum purpureum cv. Mott)

Roni Hidayat, Kisey Bina Habeahan, Himawan Bayu Aji

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Utara

Jl. Trans Halmahera, Komplek Pertanian Kusu No 1,

Sofifi, Kota Tidore Kepulauan

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Sistem terpadu pertanian-peternakan salah satunya dapat dilakukan dengan

memanfaatkan limbah peternakan sebagai pupuk organik untuk pemenuhan

unsur hara tanaman hijauan pakan ternak. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh pemberian pupuk bokashi kotoran kambing terhadap

produksi rumput odot (Pennisatum purpureum cv. Mott). Rancangan

menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat

perlakuan dan lima ulangan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan

uji Anova (Analysis of Variance) satu pada taraf signifikansi α = 0.05. Untuk

mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan uji beda nyata Duncan.

Variabel Pengkajian meliputi jumlah anakan, jumlah daun, dan berat panen.

Hasil menunjukkan Penggunaan pupuk bokashi yang semakin meningkat

akan meningkatkan jumlah produksi rumput odot pada jumlah anakan,

jumlah daun, maupun berat panennya. Penggunaan pupuk bokashi dengan

dosis 4 ton/ha memberikan hasil terbaik pada semua variabel, tetapi hasilnya

tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan penggunaan pupuk

bokashi pada dosis 3 ton/ ha.

Kata kunci : Sistem terpadu pertanian-peternakan, pupuk bokashi, rumput

odot

PENDAHULUAN

Tingginya permintaan akan produk peternakan menjadikan usaha

peternakan mempunyai prospek untuk dikembangkan. Usaha peternakan

memberi keuntungan yang cukup tinggi dan menjadi sumber pendapatan

bagi banyak masyarakat. Usaha peternakan juga menghasilkan limbah yang

dapat menjadi sumber pencemaran. Oleh karena itu, pengelolaan limbah

peternakan perlu dilakukan untuk menjaga kenyamanan di masyarakat. Salah

satu upaya untuk tindakan tersebut ialah melalui pemanfaatkan limbah

Page 27: BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan atau menolak penerbitan

24

peternakan untuk diolah menjadi pupuk sehingga dapat memberi nilai

tambah bagi usaha tersebut.

Salah satu usaha peternakan yang menjanjikan adalah beternak

kambing. Selain dimanfaatkan daging dan susunya, hasil ikutan lain dari

beternak kambing ialah limbah padat maupun cair yang masih banyak

mengandung bahan organik, terutama kandugan nitrogen (N) yang dapat

diolah menjadi pupuk organik. Jenis nitrogen yang dapat diperoleh dari

kotoran kambing dan domba dengan total bobot badan ± 120 kg dan dengan

periode pengumpulan kotoran selama 3 bulan sekali mencapai 7,4 kg.

jumlah ini dapat disetarakan dengan 16,2 kg urea (46% nitrogen) (Ditjen

Peternakan, 1992)

Sistem peternakan terpadu menjadikan usaha peternakan lebih efektif

yang dapat diterapkan di masyarakat sehingga kegiatan beternak menjadi

lebih efisien dan menguntungkan bagi peternak. Pemanfaatan pupuk yang

berasa dari hasil pengolahan limbah peternakan dapat dikembalikan lagi ke

tanah pertanian melalui pupuk organik untuk tanaman hijauan sebagai bahan

pakan untuk ternak. Kualitas bahan pakan terutama hijauan yang dipupuk

menggunakan pupuk organik akan lebih baik, salah satu hijauan tersebut

ialah rumput odot (Pennisatum purpureum cv. Mott) yang merupakan

hijauan unggul, dari aspek tingkat pertumbuhan, produktivitas, dan nilai

gizinya.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh pemberian

pupuk bokashi kotoran kambing terhadap produksi rumput odot (Pennisatum

purpureum cv. Mott). Sehingga diharapkan dapat memberikan manfaat

terutama tentang pengolahan limbah kotoran ternak kambing menjadi pupuk

bokashi yang dapat diaplikasikan terhadap rumput odot.

BAHAN DAN METODE

Rancangan Penelitian dan Analisis Data

Rancangan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4

perlakuan dan 5 ulangan. Produksi rumput odot yang diamati meliputi

jumlah anakan, jumlah daun dan berat basah rumput odot. Jumlah anakan

dan jumlah daun dihitung secara manual setiap satu minggu sekali

Sedangkan berat panen rumput odot dihitung dengan cara menimbang

seluruh hasil panen rumput odot dengan menggunakan timbangan pada saat

umur 63 hari setelah tanam.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Anova (Analysis of

Variance) satu jalur dengan program komputer SPSS 17.0. pada taraf

signifikansi α = 0.05. Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan

dilakukan uji beda nyata Duncan.

Page 28: BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan atau menolak penerbitan

25

Pelaksanaan Pengkajian

Pembuatan pupuk bokashi

Pembuatan pupuk bokashi dilakukan dengan mencampur 68 kg

kotoran kambing, 17 kg sekam padi, dan 17 kg bekatul kemudian

mencampur 102 ml molasses, 102 ml EM4 dengan air. Kedua campuran

tersebut kemudian diaduk merata sampai homogen hingga kadar air

mencapai ±60%. Kemudian ditutup menggunakan terpal sampai rapat dan

dibiarkan selama 14 hari.

Pengolahan lahan

Pengolahan tanah diawali dengan membersihkan areal dari gulma dan

sampah. Dilanjutkan pekerjaan pembajakan dengan handtractor untuk

memecahkan lapisan tanah menjadi bongkahan-bongkahan dan membalik

lapisan tanah kemudian didiamkan beberapa hari. Selanjutnya tanah tersebut

dicangkul untuk dibuat bedengan membujur dari arah barat ke timur agar

mendapatkan cahaya matahari penuh dengan ukuran bedengan setiap unit

percobaan adalah lebar 150 cm, panjang 250 cm, dan tinggi 25 cm.

Seleksi bibit dan penanaman

Bibit odot yang digunakan dalam bentuk stek dengan panjang 20 cm-

25 cm dan terdapat paling tidak lima mata tunas. Penanaman dilakukan

menggunakan bibit yang telah diseleksi, setiap lubang tanaman akan ditanami

dua stek dengan jarak tanam 75 x 50 cm, di mana setiap bedengan terdapat 10

lubang tanam.

Pemupukan, pemeliharaan, dan pemanenan

Pemupukan terhadap rumput odot dilakukan sesaat sebelum

penanaman dilakukan, dengan dosis pada setiap perlakuan (750 gram untuk

perlakuan pertama pada setiap ulangan, 1.125 gram untuk perlakuan kedua

pada setiap ulangan, dan 1.400 gram untuk perlakuan ketiga pada setiap

ulangan). Pemeliharaan rumput odot yang akan dilakukan berupa

pengendalian gulma dengan cara menyiangi gulma di sekitar rumput odot 2

minggu sekali. Pemanenan rumput odot dilakukan pada saat umur rumput 63

HST. Cara panen tanaman rumput odot adalah memotong batang tanaman

dengan menyisakkan 5 cm dari permukaan tanah.

Variabel Pengamatan

Variabel yang akan diamati yaitu jumlah anakan, jumlah daun, dan

berat panen. Jumlah anakan dan jumlah daun dihitung secara manual dengan

cara menghitung setiap anakan dan jumlah daun di dalam satu rumpun.

Penghitungan jumlah anakan dan jumlah daun dilakukan setiap tujuh hari

sekali dimulai dari hari ketujuh (minggu pertama) sampai pada hari ke-63

(minggu ke-9) atau sampai dilakukan pemanenan. Data tersebut kemudian

dianalisis secara deskriptif dan statistik sidik ragam.

Page 29: BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan atau menolak penerbitan

26

Berat panen dihitung berdasarkan berat semua rumput yang masih

segar yang dipanen pada umur 63 hari setelah tanam dengan menggunakan

timbangan dalam satuan kilogram (kg).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil rata-rata jumlah anakan, jumlah daun dan berat panen tanaman

odot dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 1. Hasil Rata-rata Jumlah Anakan, Jumlah Daun dan Berat Panen

Rumput Odot

Variabel Perlakuan

T0 T1 T2 T3

Jumlah Anakan 10,6600a 12,4000ab 13,3800b 13,6200b

Jumlah Daun 83,4800a 110,8200b 121,6400c 122,3600c

Berat Basah (kg) 4,1060a 5,4620b 6,2200c 6,2500c

Keterangan: superscrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan

nyata (P<0,05). T0 = Perlakuan tanpa pemupukan atau kontrol, T1 =

Perlakuan dengan pupuk bokashi dosis 2 ton/ha, T2 = Perlakuan

dengan pupuk bokashi dosis 3 ton/ha, T3 = Perlakuan dengan pupuk

bokashi dosis 4 ton/ha

Tabel 1 menunjukkan hasil yang berbeda terhadap tanaman rumput

odot. Hal ini diduga karena pemberian pupuk bokashi dengan dosis yang

berbeda menyebabkan perbedaan ketersediaan unsur hara dalam tanah

sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman

odot. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pemberian pupuk bokashi dapat

merangsang pertumbuhan tanaman baik pada fase vegetatif maupun pada

fase generatif. Sesuai dengan pendapat Nasaruddin (2010) bahwa pemberian

pupuk sangat erat kaitannya dengan fase pertumbuhan vegetatif dan

generatif. Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman

pada umumnya yang sangat diperlukan untuk pembentukan atau

pertumbuhan bagian–bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang dan

akar.

Jumlah Anakan

Perlakuan yang menghasilkan jumlah anakan dengan rata-rata

terbanyak adalah T3 (dosis bokashi 4 ton/ha) dengan rata-rata jumlah anakan

yang dihasilkan sebanyak 10,55 anakan pada satu rumpun, sedangkan

perlakuan yang menghasilkan jumlah anakan dengan rata-rata paling rendah

adalah T0 (tanpa pemupukan) dengan rata-rata anakan yang dihasilkan

sebanyak 8,74 anakan pada satu rumpun.

Page 30: BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan atau menolak penerbitan

27

Tabel 2. Jumlah anakan rumput odot yang diberi perlakuan pupuk

Perlakuan

Jumlah anakan (anakan)

Rerata Minggu ke-

I II III IV V VI VII VIII IX

T0 6,68 7,44 7,6 8,2 9,08 9,22 9,72 10,08 10,66 8,74

T1 6,2 6,98 8,66 10,32 10,48 11,28 11,62 12 12,4 9,99

T2 6,88 7,46 9,06 9,8 9,84 10,92 11,4 12,06 13,38 10,09

T3 6,68 7,82 8,86 10,84 11,18 11,52 11,75 12,7 13,62 10,55

Sumber: Data primer, diolah

Keterangan: T0 = Perlakuan tanpa pemupukan atau kontrol, T1 = Perlakuan

dengan pupuk bokashi dosis 2 ton/ha, T2 = Perlakuan dengan pupuk

bokashi dosis 3 ton/ha, T3 = Perlakuan dengan pupuk bokashi dosis 4

ton/ha

Grafik pertambahan jumlah anakan pada tanaman odot dapat dilihat

pada grafik (Gambar 1). Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan

ANOVA menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk bokasi dengan

dosis pupuk yang berbeda terhadap tanaman odot memberikan pengaruh

yang nyata (P<0,05) terhadap jumlah anakan tanaman odot dengan nilai

signifikansi 0,014. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan uji lanjut

duncan, menunjukkan hasil bahwa T3 berbeda nyata terhadap T0 tetapi tidak

berbeda nyata terhadap T1 dan T2. Demikian juga dengan T2 berbeda

terhadap T0 tetapi tidak berbeda terhadap T1 maupun T3 (Tabel 1).

Gambar 1. Pertambahan jumlah anakan tanaman odot setiap minggu

Page 31: BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan atau menolak penerbitan

28

Bahan bokashi adalah jerami padi, pupuk kandang, sampah, sekam

serbuk gergaji, sisa tanaman, gulma, seresah, pangkasan rumput, ranting,

sisa kayu, bahkan kotoran manusia bisa digunakan. Belum diketahui dengan

jelas mengapa petani di Indonesia enggan menggunakan bokashi. Padahal

bila digunakan, bahan baku bokashi tersedia melimpah dan bahkan

seringkali dianggap sebagai limbah sehingga kerap dihargai sangat murah

(Ginting, 2010).

Jumlah anakan tanaman odot paling banyak adalah pada perlakuan

pemberian pupuk bokashi dengan dosis 4 ton/ha dengan rata-rata jumlah

anakan yang dihasilkan sebanyak 10,55 anakan/rumpun. Kondisi ini diduga

karena adanya pengaruh ketercukupan kandungan unsur hara yang

diperlukan oleh tanaman. Sejalan dengan pendapat Hidayat (2003) yang

menyebutkan bahwa penggunaan pupuk dalam kegiatan budidaya

dimaksudkan untuk meningkatkan ketersediaan hara dalam tanah bagi

pertumbuhan tanaman. Unsur hara essensial yang dibutuhkan oleh tanaman

diantaranya nitrogen (N), phospor (P) dan kalium (K). Peran utama nitrogen

bagi tanaman ialah untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara

keseluruhan, khususnya batang, cabang dan daun.

Suplai unsur hara yang cukup akan memberikan kondisi ideal pada

media tanah untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Unsur hara N,

P dan K, merupakan unsur hara makro primer yang lebih banyak dibutuhkan

tanaman dibandingkan unsur hara lainnya. Tanaman tidak dapat melakukan

metabolismenya jika kekurangan nitrogen untuk membentuk bahan-bahan

penting pada tanaman. Kekurangan nitrogen dapat menghambat

pembentukan klorofil, pertumbuhan lambat, dan kerdil karena klorofil

dibutuhkan untuk pembentukan karbohidrat dalam proses fotosintesis,

sehingga akan menghentikan proses pertumbuhan jumlah anakan produktif.

(Sonhaji, 2008).

Jumlah Daun

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa perlakuan yang menghasilkan

jumlah daun paling banyak adalah T3 (dosis bokashi 4 ton/ha) dengan rata-

rata jumlah daun yang dihasilkan sebanyak 78,30 helai. Sedangkan yang

menghasilkan jumlah daun paling rendah adalah T0 (tanpa pemupukan)

dengan rata-rata jumlah daun yang dihasilkan sebanyak 53,16 helai.

Pertambahan jumlah daun pada tanaman odot dapat dilihat pada grafik

(Gambar 2).

Page 32: BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan atau menolak penerbitan

29

Tabel 3. Jumlah daun rumput odot yang diberi perlakuan pupuk

Perlakuan

Jumlah daun (helai)

Rerata Minggu ke-

I II III IV V VI VII VIII IX

T0 13,14 20,92 32,56 44,1 55,78 73,82 75,1 79,52 83,48 53,16

T1 12,82 20,58 37,72 58,44 80,54 96,18 96,6 107,26 110,82 69

T2 13,5 23,48 42,72 69,6 85,96 101 103,42 112,9 121,64 74,91

T3 13 22 43,98 76,5 97,82 104,24 107,32 117,48 122,36 78,3

Sumber: Data primer, diolah

Keterangan: T0 = Perlakuan tanpa pemupukan atau kontrol, T1 = Perlakuan

dengan pupuk bokashi dosis 2 ton/ha, T2 = Perlakuan dengan pupuk

bokashi dosis 3 ton/ha, T3 = Perlakuan dengan pupuk bokashi dosis 4

ton/ha

Hasil analisis data menggunakan ANOVA menunjukkan bahwa

perlakuan pemberian pupuk bokasi dengan dosis yang berbeda terhadap

tanaman odot memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,05) terhadap

jumlah daun tanaman odot dengan nilai sig. 0,000. Kemudian dilanjutkan

dengan melakukan uji lanjut duncan, menunjukkan hasil bahwa T3 berbeda

nyata terhadap T0 serta T1 tetapi tidak berbeda terhadap T2, sama halnya

dengan T2 berbeda nyata terhadap T0 dan T1 tetapi tidak berbeda terhadap

T3 (Tabel 1).

Perbedaan yang nyata tersebut menunjukkan bahwa pemberian pupuk

bokashi dengan dosis 4 ton/ha lebih baik jika dibandingkan dengan

perlakuan tanpa pemberian pupuk bokashi dan pemberian pupuk bokashi

dengan dosis 2 ton/ ha dan dosis 3 ton/ha. Hal ini diduga karena pemberian

pupuk bokashi dengan dosis 4 ton/ha memberikan kondisi optimum

kandungan unsur hara terutama unsur nitrogen sehingga mampu memacu

pertumbuhan daun menjadi lebih banyak.

Semakin banyak pupuk bokashi yang diberikan ke dalam tanah maka

semakin banyak juga N unsur diterima oleh tanah. Peran N berfungsi sebagai

penyusun asam-asam amino, protein dan asam-asam amino yang dapat

membantu dalam proses fotosintesis yang menyebabkan pertumbuhan dan

perkembangan tanaman seperti daun dapat berjalan secara normal (Wawan,

2010).

Page 33: BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan atau menolak penerbitan

30

Gambar 2. Pertambahan jumlah daun rumput odot setiap minggu

Sesuai dengan pendapat Nurfahilah (2016) bahwa kandungan nitrogen

pada pupuk akan meningkatkan kandungan nitrogen tanah sehingga

berpengaruh terhadap peningkatan kandungan nitrogen daun dan merespon

pertumbuhan daun. Menurut Sudibyo et al., (2008), unsur nitrogen yang

dominan terkandung dalam bokashi pupuk kandang berfungsi dalam

meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman terutama untuk memacu

pertumbuhan daun. Diasumsikan semakin luas daun, maka semakin tinggi

fotosintat yang dihasilkan, sehingga semakin tinggi pula fotosintat yang

ditranslokasikan. Fotosintat tersebut digunakan untuk pertumbuhan dan

perkembangan tanaman, antara lain pertambahan ukuran panjang atau tinggi

tanaman, pembentukan cabang, dan daun baru.

Berat Panen

Hasil berat panen pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada

Tabel 4. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan ANOVA

menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk bokasi dengan yang

berbeda terhadap tanaman odot memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05)

terhadap produksi tanaman odot dengan nilai sig. 0,000. Kemudian

dilanjutkan dengan melakukan uji duncan, menunjukkan hasil bahwa T3

berbeda nyata terhadap T0 serta T1 tetapi tidak berbeda terhadap T2, sama

halnya dengan T2 berbeda nyata terhadap T0 dan T1 tetapi tidak berbeda

terhadap T3 (Tabel 1).

Page 34: BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan atau menolak penerbitan

31

Tabel 4. Berat panen rumput odot yang diberi perlakuan pupuk

Ulangan

Berat Panen (kg)

Perlakuan

T0 T1 T2 T3

1 4,21 4,7 6,25 6,4

2 4,15 5,54 5,59 6,27

3 4,02 5,12 6,75 5,86

4 3,53 6,01 5,71 6,05

5 4,62 5,94 6,8 6,67

Jumlah 21 27,31 31,1 31,25

Rerata 4,11 5,46 6,22 6,25

Sumber: Data primer, diolah

Keterangan: T0 = Perlakuan tanpa pemupukan atau kontrol, T1 = Perlakuan

dengan pupuk bokashi dosis 2 ton/ha, T2 = Perlakuan dengan pupuk

bokashi dosis 3 ton/ha, T3 = Perlakuan dengan pupuk bokashi dosis 4

ton/ha

Data tersebut menyatakan bahwa perlakuan yang menghasilkan berat

panen tertinggi adalah T3 (dosis bokashi 4 ton/ha) dengan rata-rata berat

panen yang dihasilkan sebanyak 6,25 kg. Sedangkan berat basah terendah

terdapat pada perlakuan T0 (tanpa pemupukan) dengan berat panen rata-rata

yang dihasilkan sebanyak 4,11 kg. Gambaran berat basah pada tanaman odot

dapat dilihat pada grafik (Gambar 3)

Gambar 3. Berat panen rumput odot yang diberi perlakuan pupuk

Page 35: BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan atau menolak penerbitan

32

Berat panen rumut odot paling banyak adalah pada perlakuan

pemberian pupuk bokashi dengan dosis 4 ton/ha dengan berat rata-rata yang

dihasilkan sebanyak 6,25 kg. Hal ini sesuai dengan pendapat Nasir (2008),

yang mengatakan bahwa pupuk organik bokashi mengandung unsur hara

makro yang mampu meningkatkan kesuburan dan produksi tanaman.

Keberadaan bahan organik dalam tanah akan menjamin ketersediaan hara

bagi tanaman. Bokashi juga bermanfaat untuk memperbaiki sifat fisik,

kimia, dan biologi tanah Selain itu keberadaan bahan organik dapat

merangsang aktifitas berbagai jasad renik yang berfungsi untuk mendaur

ulang beragam sisa makhluk hidup yang berada dalam tanah sehingga

kebutuhan unsur hara terpenuhi dan dapat meningkatkan produksi tanaman.

(Ginting, 2010). Kemudian berat panen tanaman juga dipengaruhi oleh

banyaknya daun maupun jumlah anakan pada tanaman odot tersebut. Sesuai

dengan pendapat Djunaedi (2009), bahwa Jika pertumbuhan vegetative

(jumlah daun) baik, maka ada kemungkinan produksinya akan baik pula.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan dari semua variabel yang telah

dikaji dan dianalisis secara deskriptif dan statistik, maka dapat disimpulkan

bahwa penggunaan pupuk bokashi dengan dosis yang berbeda memberikan

pengaruh yang berbeda-beda terhadap produksi rumput odot baik pada

jumlah anakan, jumlah daun, maupun berat panen rumput odot. Penggunaan

pupuk bokashi yang semakin meningkat juga akan meningkatkan jumlah

produksi rumput odot pada jumlah anakan, jumlah daun, maupun berat

panenya.

Penggunaan pupuk bokashi dengan dosis 4 ton/ha memberikan hasil

terbaik pada produksi rumput odot baik dari jumlah anakan, jumlah daun,

maupun berat panen tanaman odot, tetapi hasilnya tidak menunjukkan

perbedaan yang nyata dengan penggunaan pupuk bokashi pada dosis 3 ton/

ha. Perbedaan yang tidak nyata tersebut dapat diartikan bahwa dari segi

ekonomisnya penggunaan pupuk bokashi dengan dosis 3 ton/ha dapat

memberikan hasil yang paling optimal terhadap produksi rumput odot.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 1992. Pedoman

Identifikasi Faktor Penentu Teknis Peternakan. Proyek Peningkatan

Produksi Peternakan. Diktat. Direktur Jenderal Peternakan

Departemen Pertanian, Jakarta.

Page 36: BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan atau menolak penerbitan

33

Djunaedi Achmad. 2009. Pengaruh Jenis Dan Dosis Pupuk Bokashi

Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Kacang Panjang. Agrovigor 2 (1)

Ginting, M. 2010. Pemanfaatan Jerami Menjadi Bokashi. Diakses 2 Februari

2012.

Hidayat, M.F. 2003. Pemanfaatan Asam Humat dan Omega pada Pemberian

Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan Gmelina arborea Roxb Yang

Diinokulasi Cendawan Mikoriza Arbuskular (CMA). Tesis. Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

Nasaruddin. 2010. Dasar–Dasar Fisiologi Tanaman. Fakultas Pertanian

Universitas Hasanuddin dan Yayasan Forest Indonesia. Jakarta.

Nasir. 2008. Pengaruh Penggunaan Pupuk Bokashi Pada Pertumbuhan Dan

Produksi Padi Palawija Dan Sayuran.

http://www.dispertanak.pandeglang.go.id/. Diakses tanggal 9

Desember 2017.

Nurfahilah. 2016. Pertumbuhan Kembali (Regrowth) Rumput Gajah Mini

(Pennisetum purpureum cv. Mott) melalui Pemberian Pupuk Organik

Cair pada Lahan Kering–Kritis. Skripsi. Universitas Hasanuddin,

Makassar.

Sonhaji, A. 2008. Pupuk Tanaman Buatan Sendiri. Wahana Iptek. Bandung.

Sudibyo, M., P. Prastowo, M. Nugrahalia, Idramsa dan Aryeni. 2008.

Pemanfaatan Limbah Padat Sapi Sebagai Bahan Dasar Bokashi Untuk

Pupuk Tanaman Hortikultura. Laporan Penelitian. Universitas Negeri

Medan.

Wawan A S. 2010. Pembuatan Kompos Bokashi. Disampaikan pada

Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Di Kecamatan Kalianda,

Kabupaten Lampung Selatan, Propinsi Lampung Februari 2010

Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung

Page 37: BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan atau menolak penerbitan

34

1)Vera Silviana dan 2)Iman Sabarisman

1)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Utara

Jl. Trans Halmahera, Komplek Pertanian Kusu No 1,

Sofifi, Kota Tidore Kepulauan 2)Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada

Sekip Unit 1, Kec. Depok, Kab. Sleman, Yogyakarta

Email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi suhu blanching

dan konsentrasi asam sitrat terhadap whiteness index, kadar air, dan kadar

protein tepung gayam.Tahapan pembuatan tepung biji gayam ini meliputi

pengupasan kulit, sortasi, penimbangan, blanching (700C, 900C) selama 10

menit dengan variasi penambahan asam sitrat (0%, 1%, dan 2%), pengirisan,

pengeringan 700C selama 3 jam. Selanjutnya biji gayam kering ditepungkan

dan diayak hingga ukuran 80 mesh. Kemudian dilakukan pengujian warna,

kadar air, dan kadar protein. Data dianalisis menggunakan ANOVA apabila

terdapat perbedaan diuji lanjut dengan Duncan dengan tingkat kepercayaan

5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan suhu blanching

berpengaruh nyata (α=0.05) terhadap whiteness index, kadar air, kadar

protein. Perlakuan variasi konsentrasi asam sitrat berpengaruh nyata

(α=0.05) terhadap whiteness index, kadar air, kadar protein.

Kata kunci: blanching, asam sitrat, tepung gayam

PENDAHULUAN

Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki tanah subur sehingga

mendukung tumbuhnya bebagai tanaman. Hal tersebut menjadikan banyak

keanekaragaman hayati belum dimanfaatkan secara optimal, satu

diantaranya adalah gayam. Gayam digolongkan sebagai sumber pangan.

Bagian biji gayam dapat dimanfaatkan menjadi pangan olahan (Heyne,

1987; Epriliati, 2002; Pauku, 2006). Berdasarkan kadar gizi gayam yang

tinggi maka gayam berpotensi sebagai sumber pangan alternatif terutama

kandungan karbohidrat dan patinya yang tinggi biji gayam dapat diolah

menjadi tepung biji gayam (Epriliati, 2002). Kendala preparasi tepung

gayam antara lain rentan terjadinya oksidasi saat gayam dikupas atau biji

PENGARUH SUHU BLANCHING DAN ASAM SITRAT TERHADAP

KARAKTERISTIK MUTU TEPUNG GAYAM

Page 38: BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan atau menolak penerbitan

35

diiris sehingga mengalami pencoklatan (browning) karena meningkatnya

aktivitas enzim polifenolase (Epriliati, 2002; Pauku, 2006). Kendala

preparasi tepung gayam antara lain rentan terjadinya oksidasi saat gayam

dikupas atau biji diiris sehingga mengalami pencoklatan (browning) karena

meningkatnya aktivitas enzim polifenolase (Epriliati, 2002; Pauku, 2006).

Hal ini menyebabkan tepung kurang menarik. Salah satu upaya

mengurangi aktivitas enzim polifenolase adalah dengan perlakuan blanching

di atas suhu optimum aktivitas enzim polifenolase yakni di atas suhu 73-

78°C. Hasil penelitian Kusdibyo dan Musaddad (2000) menunjukkan bahwa

perlakuan blanching dengan media air pada suhu 80-90°C selama 10 menit

dapat meningkatkan kecerahan warna. Menurut Hidayat, dkk (2012)

pencegahan reaksi pencoklatan enzimatis yang banyak digunakan pada

pengolahan bahan yaitu kombinasi perendaman dalam air panas (blanching)

dan penambahan sulfit. Asam-asam organik seperti asam sitrat, malat dan

tartrat dapat digunakan sebagai penghambat reaksi pencoklatan pengganti

sulfit. Output yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat mengetahui

pengaruh suhu blanching dan konsentrasi asam sitrat yang menghasilkan

tepung biji gayam yang sesuai dengan standar mutu SNI 3751:2009.

Terdapat 17 kriteria mutu tepung terigu yang dijadikan pedoman,

namun pada pengujian yang akan dilakukan pada tepung gayam hanya

dipilih tiga dari ketujuhbelas kriteria antara lain warna (derajat putih), kadar

air, dan kadar protein. Derajat putih tepung gayam dari masing-masing

perlakuan akan diukur untuk mengetahui perlakuan yang menghasilkan

warna terbaik. Pengujian tersebut penting dilakukan karena warna

merupakan salah satu atribut yang mempengaruhi tingkat penerimaan

konsumen terhadap sebuah produk (Sastrahidayat, 2014). Kadar air

merupakan komponen yang harus diketahui karena kadar air pada bahan

akan mempengaruhi kualitas dan umur simpan, semakin tinggi kadar air

pada bahan maka potensi kerusakannya juga meningkat (Rusdan, 2017).

Kadar air maksimal produk tepung menurut SNI (2009) adalah 14,5 %.

Pengujian kadar protein dimaksudkan untuk juga mengetahui jumlah gluten

pada tepung gayam karena nantinya tepung tersebut dapat digunakan sebagai

bahan pembuatan olahan berbasis tepung. Gluten akan mempengaruhi

elastisitas adonan, menurut Dessuara (2014) banyak sedikitnya gluten yang

didapat bergantung pada berapa banyak jumlah protein dalam tepung itu

sendiri, makin tinggi proteinnya maka makin banyak jumlah gluten yang

didapat, begitu juga sebaliknya.

Page 39: BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan atau menolak penerbitan

36

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret – Juni 2018 di

Laboratorium Rekayasa Proses, Diploma Agroindustri, Sekolah Vokasi dan

Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan, Departemen Teknologi Pangan

Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada.

Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain buah gayam, asam

sitrat, HgO, K2SO4, NaOH 0,1%, asam borat, HCL 0,1 N, H2SO4 pekat,

indikator PP, indikator MRBCG, aquades. Alat yang digunakan adalah

pisau, baskom, gelas beaker, termometer, kompor listrik, neraca analitik,

peniris, spatula, cabinet dryer, blender, ayakan 80 mesh, Chromameter CR-

400, oven, botol timbang, neraca analitik, desikator, penjepit kayu, neraca

analitik, labu Kjeldahl, labu Erlenmeyer, buret, kompor listrik, dan alat

destilasi.

Prosedur penelitian ini meliputi biji gayam yang sudah bersih

kemudian ditimbang sebanyak 100 gram, sementara itu telah dipanaskan air

sebanyak 250 ml menggunakan kompor listrik dengan tegangan 600 watt

hingga suhu air naik menjadi 900C. Setelah suhu air mencapai 900C,

kemudian ditambahkan asam sitrat sesuai dengan variasi jumlah yang

ditentukan yakni 0 gram (0%), 2,5 gram (1%), dan 5 gram (2%). Pembuatan

larutan asam dengan konsentrasi 0%, 1%, dan 2% dilakukan dengan

melarutkan masing-masing 0, 2,5, dan 5 gram kristal asam sitrat kedalam air

dengan volume 250 ml. Selanjutnya dimasukkan biji gayam dan dilakukan

proses blanching dengan penambahan asam sitrat tersebut selama 10 menit.

Suhu blanching pun harus dijaga agar konstan pada 700C dan 900C.

Setelah 10 menit, biji gayam ditiriskan, dipotong tipis lalu disusun

diatas loyang untuk dimasukkan kedalam cabinet dryer. Proses pengeringan

menggunakan suhu 700C selama 3 jam hingga irisan gayam menjadi kering

dan rapuh. Selanjutnya dilakukan penepungan menggunakan blender. Agar

ukuran tepung seragam maka dilakukan pengayakan dengan ayakan

berukuran 80 mesh. Tepung yang sudah diayak lalu disimpan dalam plastik

dan dimasukan silika gel sachet. Dilanjutkan dengan pengujian mutu tepung

biji gayam meliputi warna, kadar air, dan kadar protein. Data hasil pengujian

warna, kadar air, dan kadar protein yang diperoleh dari penelitian ini,

dianalisis dengan sidik ragam atau Analysis of Varians (ANOVA) Two Way

menggunakan software IBM SPSS Statistics 20, untuk mengetahui ada atau

tidaknya pengaruh atau perbedaan nyata. Apabila telah diperoleh hasil yang

menunjukkan perbedaan nyata, maka dilanjutkan dengan uji lanjutan yaitu

Duncan (Febrianti,2013).

Page 40: BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan atau menolak penerbitan

37

a. Uji Warna

Pengukuran warna pada setiap perlakuan dilakukan sebanyak dua kali

dengan parameter warna L, a, b yang digunakan untuk memperoleh

indeks keputihan tepung (whiteness index-WI) (Bolin dan Huxsoll,

1991)

WI = 100 – (( 100-L*)2+ (a*)

2+ (b

*)2)

1

2

b. Uji Kadar Air

Uji kadar air dilakukan dengan menimbang sebanyak 2 g tepung biji

gayam dan dipanaskan dalam lemari pengering pada suhu 1050C selama

3 jam dan dipanaskan hingga berat konstan

Kadar Air= (Bobot Awal-Bobot Konstan

Bobot Awal) x 100%

c. Uji Kadar Protein

Analisis kandungan protein secara kuantitatif dapat dilakukan dengan

metode Kjeldahl, prinsip metode ini adalah estimasi total nitrogen yang

dikandung oleh bahan dan konversi persentase nitrogen menjadi

protein, dengan asumsi bahwa semua nitrogen dalam bahan adalah

protein.

Kadar N (%)

= ((ml HCL sampel-ml HCL blanko)x[HCL]x0,014

gram sampel)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil kenaikan

nilai whiteness index pada penambahan suhu blanching dan konsentrasi

asam sitrat. Tepung yang memiliki nilai whiteness index tertinggi yakni

83.74 adalah tepung biji gayam dengan variasi suhu blanching 900C dan

asam sitrat 0% dan 2%. Sedangkan tepung yang memiliki nilai whiteness

index terendah adalah tepung biji gayam dengan variasi suhu blanching 700C

dan asam sitrat 0% dengan nilai 72.22. Menurut Hutching (1999) warna

tepung dapat diamati secara kuantitatif dengan metode Hunter menggunakan

alat Chromameter menghasilkan tiga nilai pengukuran yaitu L, a dan b. Nilai

L menunjukkan tingkat kecerahan sampel. Semakin cerah sampel yang

diukur maka nilai L mendekati 100. Sebaliknya semakin kusam atau gelap,

maka nilai L mendekati 0.

Page 41: BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan atau menolak penerbitan

38

Tabel 1. Hasil analisis whiteness index tepung biji gayam

Suhu Konsentrasi Asam Sitrat

0% 1% 2%

700C 72.22a1 74.62b1 75.32c1

900C 83.74a2 83.03b2 83.74c2 Keterangan: *)Huruf yang berbeda pada baris yang sama

menunjukkan beda nyata. **)Angka yang berbeda pada

kolom yang berbeda menunjukkan beda nyata

Dari pengujian kadar air yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa

semakin tinggi suhu blanching akan menurunkan kadar air tepung biji

gayam. Hal tersebut berbanding terbalik dengan penambahan asam sitrat,

bahwa semakin tinggi konsentrasi asam sitrat yang ditambahkan justru

meningkatkan kadar air tepung biji gayam. Tepung gayam dengan kadar air

tertinggi adalah tepung dengan variasi suhu blanching 700C dengan

penambahan asam sitrat sebanyak 2% dengan persentase 7,27%. Sedangkan

tepung gayam dengan kadar air terendah yakni 6,34% adalah tepung biji

gayam dengan variasi penambahan asam sitrat sebanyak 0 gram dan

perlakuan blanching suhu 900C. Berdasarkan penelitian ini diketahui pula

bahwa semakin banyak asam sitrat ditambahkan maka kadar air tepung biji

gayam semakin meningkat.

Tabel 2. Hasil analisis kadar air (% bb) tepung biji gayam

Suhu Konsentrasi Asam Sitrat

0% 1% 2%

700C 7,15a1 7,15ab1 7,27b1

900C 6,34a2 6,49ab2 6,57b2 Keterangan: *)Huruf yang berbeda pada baris yang sama

menunjukkan beda nyata. **)Angka yang berbeda pada

kolom yang berbeda menunjukkan beda nyata

Hasil pengujian kadar protein menunjukkan bahwa semakin tinggi

suhu blanching dan semakin banyak penambahan konsentrasi asam sitrat

akan menurunkan kadar protein pada tepung biji gayam. Kadar protein

terbesar yakni 11,38% diperoleh dari kombinasi suhu blanching 700C dan

penambahan asam sitrat sebanyak 0 gram dalam 250ml air (0%).

Sedangkan kadar protein terendah diketahui berasal dari variasi suhu

blanching 900C dan penambahan asam sitrat sebanyak 2% yakni 1,75%.

Penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu blanching akan

menurunkan nilai kadar protein pada tepung biji gayam yang dihasilkan.

Page 42: BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan atau menolak penerbitan

39

Penurunan kadar protein pada blanching dengan suhu 70 dan 900C

sesuai dengan penelitian Kertanegara, dkk (2014) bahwa suhu blanching

70oC yang digunakan diduga mengakibatkan protein mengalami denaturasi

sehingga protein yang terdeteksi pada rebung kering menjadi rendah.

Kombinasi perlakuan blanching dengan suhu yang tinggi dan waktu

blanching yang lama akan membuat denaturasi dari protein yang semakin

tinggi, sehingga kerusakan protein semakin besar. Hal ini sesuai dengan

Jhon M. (1999) yang menyatakan protein terdenaturasi pada kisaran suhu

antara 55-75oC, dengan ditemukan efeknya pada tekstur, kapasitas

penyimpanan air dan penyusutan umur simpan. Hasil pengujian kadar

protein juga menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi asam sitrat

yang ditambahkan maka kadar protein yang didapatkan juga semakin

rendah. Menurut Indasah (2012) adanya asam sitrat menyebabkan

terjadinya perbedaan isoelektris sehingga protein menggumpal dan

akhirnya larut, sehingga terjadi penurunan kadar protein pada bahan.

Tabel 4. Hasil analisis kadar protein (%bb) pada tepung biji

gayam

Suhu

Konsentrasi Asam Sitrat

0% 1% 2%

700C 11,38c1 7,44b1 4,37a1

900C 3,06c2 1,75b2 1,75a2

Keterangan: *)Huruf yang berbeda pada baris yang sama

menunjukkan beda nyata. **)Angka yang berbeda

pada kolom yang berbeda menunjukkan beda nyata

KESIMPULAN

Hasil analisis warna tepung biji gayam menunjukkan bahwa semakin

tinggi suhu blanching akan meningkatkan nilai whiteness index. Namun

terjadi penurunan persentase kadar air dan kadar protein seiring dengan

kenaikan suhu blanching. Penambahan asam sitrat pada proses blanching

diketahui dapat meningkatkan nilai whiteness index pada warna dan

persentase kadar air tepung biji gayam, tetapi menurunkan kadar

proteinnya. Sehingga belum diketahui kombinasi perlakuan terbaik yang

menghasilkan tepung gayam dengan karakteristik mutu warna, kadar air,

dan kadar protein yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia.

Page 43: BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan atau menolak penerbitan

40

DAFTAR PUSTAKA

Dessuara, C. F. 2014. Pengaruh Tepung Tapioka Sebagai Bahan Substitusi

Tepung Terigu Terhadap Sifat Fisik Mie Herbal Basah. Fakultas

Pertanian, Universitas Lampung, Lampung.

Epriliati, I. 2002. Komposisi Kimia Biji Dan Sifat Fungsional Pati Gayam

(Inocarpus Edulis Forst.). www.journal.ipb.ac.id. Diakses tanggal 11

Juni 2018.

Febrianti, D., R. 2013. Formulasi Sediaan Sabun Mandi Cair Minyak

AtsiriJeruk Purut (Citrus Hystrix Dc.) dengan Kokamidopropil Betain

Sebagai Surfaktan. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta,

Surakarta

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia (Terjemahan) Jilid III.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Jakarta

Hidayat, Tatang., F. N. Risfaheri., S. I. Kailaku. 2012. Pengaruh Konsentrasi

dan Waktu Perendaman Dalam Asam Sitrat Terhadap Mutu Lada

Hijau Kering. www.ejurnal.litbang.pertanian.go.id. Diakses tanggal

11 Juni 2018.

Hutching, J.B. 1999. Food Color and Apearance. Aspen Publisher Inc.

Maryland

Indasah, 2012. Dampak Penambahan Chelating Agent (Asam Asetat,Asam

Sitrat Dan Jeruk Nipis) Terhadap Kadar Fe, Zn dan Protein Daging

Kupang Beras (Corbula faba). http://jurnal.strada.ac.id. Diaskes

tanggal 11 Juni 2018.

Jhon, M. 1999. Principles of Food Chemistry Third edition. Department of

Food Science, University of Guelph, Ontario. 366-372

Kertanegara, IMF., P. K. Diah Kencana., Gede Arda. 2014. Pengaruh Suhu

dan Waktu Blanching Terhadap Karakteristik Fisik dan Kimia Produk

Rebung Bambu Tabah Kering (Gigantochloa nigrociliata (Buese)

Kurz). https://ojs.unud.ac.id. Diakses tanggal 11 Juni 2018.

Page 44: BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan atau menolak penerbitan

41

Kusdibyo dan D. Musaddad. 2000. Teknik Perlakuan Blansing pada

Pengeringan Sayuran Wortel dan Kubis. Laporan Penelitian. Balai

Penelitian Sayuran, Lembang.

Pauku, RL. 2006. Inocarpus Fagifer (Tahitian chestnut). Spesias Profiles

For Pacific Island Agroforestry. Ver 2.1. April 2006.

www.traditionaltree.org. Diakses tanggal 12 Juni 2018.

Rusdan, I. H. 2017. Analisa Kadar Air. https://foodnutrition.lecture.ub.ac.id/.

Diakses tanggal 15 Juni 2018.

Sastrahidayat, Ika R..2014. Studi Introduksi Pisang Cevendish dan Hama

Penyakitnya. UB Press. Malang

Page 45: BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan atau menolak penerbitan

PEDOMAN BAGI PENULIS BULETIN BPTP MALUKU UTARA

Naskah hasil pengkajian maupun yang berupa review ditulis dalam bahasa Indonesia atauInggris dengan urutan pembagian bab sebagai berikut :

JUDUL & NAMA PENULIS ditulis dengan huruf besar pada awal setiap kata dan disertaicatatan kaki yang ditulis lengkap (tidak disingkat) tentang profesi/jabatan dan nama instansitempat penulis bekerja. Judul hendaknya singkat (tidak lebih dari 14 kata) dan mampumenggambarkan isi pokok tulisan. Contoh : ANALISIS USAHATANI PALA DI KOTA TIDORE KEPULAUAN

ABSTRAK ditulis dalam bahasa Indonesia, sebanyak-banyaknya 150 kata yang dituangkanpada satu alinea dengan susunan : Judul, nama (-nama) penulis dan ringkasan isi. ABSTRAKmerupakan inti seluruh tulisan dan harus mampu memberikan uraian yang tepat, jelas tapisingkat tentang latar belakang, tujuan yang ingin dicapai, metodologi yang digunakan dalampencapaian tujuan, hasil penelitian yang terpenting dan kesimpulan (apabila memungkinkan).Contoh : ABSTRAK <Judul> <Nama -[nama] penulis> < Abstrak isi>.

KATA KUNCI terdiri dari beberapa kata atau gugus kata yang menggambarkan isi naskah.Demi keseragaman format dan kemudahan dalam pen-database-an, dianjurkan untuk diawalidengan <nama komoditas> (apabila jenis komoditasnya tidak terlalu banyak).Contoh : Padi, Benih unggul, Sekolah lapang.

ABSTRACT & KEY WORDS ditulis dengan bahasa Inggris dengan ketentuan seperti padaABSTRAK & KATA KUNCI. Pada naskah berbahasa Inggris, bab ini mendahuluiABSTRAK & KATA KUNCI.

PENDAHULUAN (nama bab tidak ditulis), mencakup latar belakang masalah, alasanpentingnya penelitian itu dilakukan, temuan terdahulu yang akan disanggah ataudikembangkan (termasuk di dalamnya telusuran pustaka terkait), pendekatan umum dantujuan penulisan. Nama jasad hidup yang menjadi topik penelitian harus disertai namailmiahnya.Contoh : Kedelai (Glycine max L. [Merrill]).

BAHAN & METODE berisi penjelasan ringkas tentang waktu dan tempat penelitian, bahandan teknik yang digunakan, rancangan percobaan dan analisis data. Teknik yang dirujuk tidakperlu diuraikan (kecuali apabila dimodifikasi), tetapi cukup disebut nama sumbernya dantahun atau metodenya. Nama piranti lunak komputer yang digunakan untuk menganalisisdata seyogyanya disebutkan.

HASIL & PEMBAHASAN merupakan kupasan penulis tentang hasil, menerangkan artihasil penelitian, persamaan dan perbedaan hasil penelitian ini dibandingkan denganpenelitian terdahulu (baik dari dalam maupun luar negeri), peran hasil penelitian terhadappemecahan masalah yang disebutkan di bab pendahuluan, hubungan antara parameter yangsatu dengan yang lain, dan kemungkinan pengembangannya.

KESIMPULAN (apabila memungkinkan) merupakan hasil kongkrit atau keputusan yangdiperoleh dari penelitian yang telah dilakukan serta saran-saran. Informasi yang bersifatfaktual (e.g. umur tanaman, dll) bukanlah kesimpulan, sehingga tidak perlu dimasukkan kedalam bab kesimpulan.

UCAPAN TERIMA KASIH (apabila dianggap perlu) berisi penghargaan singkat kepadapihak-pihak yang telah berjasa selama penelitian (3-5 kalimat ringkas).

Page 46: BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan atau menolak penerbitan

PUSTAKA disusun menurut abjad. Secara umum, setiap pustaka hendaknya terdiri atas namapenulis, tahun, judul, halaman dan penerbit. Pustaka seyogyanya dipilih yang masihmempunyai kaitan dengan topik penelitian dan ditulis sebagai berikut :

Untuk Artikel di dalam Buku : Nama (-nama) penulis, tahun penerbitan, judul artikel,halaman, nama penyunting, judul publikasi atau buku, nama dan tempat penerbit. Contoh :Nugraha, U.S., Subandi, dan A. Hasanuddin. 2003. Perkembangan Teknologi Budidaya danIndustri Benih Jagung. Ekonomi Jagung Indonesia. Badan Litbang Pertanian: 37-72. Jakarta.

Untuk Terbitan Berkala : Nama (-nama) penulis, tahun penerbitan, judul artikel, namaterbitan (disingkat, apabila dianjurkan), volume dan nomor, dan nomor halaman (dianjurkan).Contoh :Bachrein, S. 2005. Keragaan dan Pengembangan Sistem Tanam Legowo 2:1 pada PadiSawah di Kecamatan Banyuresmi Kabupaten Garut, Jawa Barat. JPPTP Valome 8 Nomor 1,Maret 2005. Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.

Untuk Buku : Nama (-nama) penulis, tahun penerbitan, judul buku, edisi dan tahun revisi,nama dan tempat penerbit, dan jumlah halaman. Contoh :Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia (UI-PRESS). Jakarta.110 hlm.

PERSIAPAN TULISANPersiapan Tulisan. Naskah diketik 1 spasi pada kertas ukuran A4, satu muka, tipe hurufbaku Times New Roman ukuran 11 cpi dan tidak lebih dari 15 halaman (termasuk tabel,gambar dan pustaka). Badan naskah dicetak dengan ketentuan batas pinggir kertas 3 cm dariatas, bawah, dan kanan, dan 4 cm dari kiri.

Tabel ‘masuk’ ke dalam teks, tidak dikumpulkan di bagian akhir makalah sebagaimanahalnya lampiran.

Judul tabel terletak di atas tabel yang bersangkutan dan hendaknya berupa satu kalimat yangsingkat dan jelas (termasuk keterangan tempat dan waktu).

Angka desimal ditandai dengan koma (bahasa Indonesia) atau titik (bahasa Inggris).

Besaran ditulis menurut standar internasional, bukan besaran lokal (e.g. kuintal, are) danmengikuti kaidah Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (misalnya g, l, kg, bukan gr,ltr, atau Kg).

Catatan kaki pada tabel ditandai dengan huruf atau angka dengan posisi agak naik(superscript).

Gambar & Grafis hendaknya dibuat dengan piranti lunak komputer berikut ini : Excel,SPSS, Corel Draw, dll. Foto hendaknya kontras, tajam dan jelas.

Penyerahan softcopy Penulis yang makalahnya akan segera diterbitkan agar menyerahkansoftcopy file teks dan gambar (format seperti tertera sebelumnya) dengan flashdisk yangdiserahkan ke Sdr. Hermawati Cahyaningrum di Ruang Editor Buletin Pengkajian BPTPMaluku Utara, Komplek Pertanian Kusu No. 1 Oba Utara Kota Tidore Kepulauan, atau viaemail melalui: buletin pengkajian. malut@ gmail.com

Page 47: BULETINmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/... · 2020. 9. 22. · Redaksi berhak menyunting makalah tanpa mengubah isi dan makna tulisan atau menolak penerbitan

DAFTAR ISI

RESPON PERTUMBUHAN VARIETAS KACANG TANAH

LOKAL BONCI TERHADAP PERENDAMAN BENIH DAN

VARIASI JARAK TANAM

(Bayu Suwitono, Hermawati Cahyaningrum, Vera Silviana, Ponco Adi

Prasetiyo)…...…………………………………………………………………………………………………………..

1 - 5

RANCANG BANGUN ALAT PERONTOK JAGUNG

MENGGUNAKAN DUA INPUT (Ponco Adi Prasetiyo dan Darmawan Adi Saputra)..................................................

6 - 14

PENGUJIAN MUTU PATOLOGIS BENIH PADI DI

KALIMANTAN UTARA (Indri Komalasari, Djoko Pujiarto dan Hermawati Cahyaningrum) …………………......

15 - 22

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK BOKASHI KOTORAN

KAMBING TERHADAP PRODUKSI RUMPUT ODOT

(Pennisatum purpureum cv. Mott.) (Roni Hidayat, Kisey Bina Habeahan, Himawan Bayu Aji) ........................................

23 - 33

PENGARUH SUHU BLEACING DAN ASAM SITRAT TERHADAP

KARAKTERISTIK TEPUNG GAYAM (Vera Silviana dan Iman Sabarisman) ..........................................................................

34 - 41