repository.poliupg.ac.idrepository.poliupg.ac.id/872/1/Prosiding-Penelitian_SN2... · 2019. 2....
Transcript of repository.poliupg.ac.idrepository.poliupg.ac.id/872/1/Prosiding-Penelitian_SN2... · 2019. 2....
Prosiding Seminar Hasil Penelitian 2016 Vol ume II (pp. 17 – 27) ISBN. 978-602-60700-0-1
1
ANALISIS SIFAT MEKANIK PENGELASAN FRICTION STIR
WELDING (FSW) PADA PADUAN ALUMINIUM Rusdi Nur dan Ahmad Zubair Sultan
Abstrak. Friction Stir Welding (FSW) merupakan salah satu metode pengelasan
yang menyambung dua logam dengan panas dari gesekan dan penempaan yang
terjadi akibat tool yang brotasi terhadap titik las benda kerja. Pengelasan FSW
dalam aplikasinya tidak membutuhkan bahan penambah atau filler, rendah input
energi, dan kualitas hasil las yang cukup baik. Dengan metode ini dapat
mengurangi terjadinya sedikit cacat retak dan porositas pada hasil lasan.
Alumunium merupakan material yang banyak digunakan dalam industri karena
sifatnya yang ringan, anti korosi, konduktor listrik, dan isolator panas yang baik.
Beberapa jenis alumunium yang banyak digunakan ialah alumunium alloy 1100
dan 5052, jenis ini memiliki sifat umum dari alumunium sendiri dan tambahan
sifat mampu las yang baik sehingga aplikasinya banyak digunakan dalam industri.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa perbedaan sifat mekanik yang
dihasilkan serta mempelajari pengaruhnya terhadap parameter pengelasan seperti
diameter shoulder, putaran tool, dan feed rate dalam pengelasan friction stir
welding pada dua material berbeda yaitu alumunium Alloy 1100 dan 5052. Sifat
mekanik yang dianalisa meliputi kekuatan tarik, kekuatan tekuk, dan kekerasan
hasil lasan. Untuk mendapatkan sifat mekanik tersebut akan dilakukan pengujian
hasil las yang meliputi pengujian tarik, tekuk, dan kekerasan.
Kata kunci: Pengelasan, Friction Stir Welding, alumunium alloy 1100,
alumunium alloy 5052, diameter shoulder, putaran tool, dan feed rate.
I. Pendahuluan
Kemajuan pengembangan teknik pengelasan sekarang ini semakin pesat, dimulai
pada tahun 1950 dimana pada saat itu ditemukan beberapa metode pengelasan yang baru
sepeti las tekan dingin, las listrik terak, las busur dengan pelindung gas CO2, dan las
ultrasonic. Terkhusus pada las gesek dimulai pada tahun 1991 bertempat di The Welding
Institute (TWI) Amerika Serikat, telah ditemukan metode penyambungan logam padat
dengan metode las gesek yang dinamakan dengan metode Friction Stir
Welding(FSW),dimana dalam pengelasannya dua logam disambung dengan panas yang
dihasilkan oleh sebuah tool yang bergesekan dengan benda kerja yang akan disambung
(Meran.C, 2010). Input energi yang rendah, ekonomis, dan kualitas yang bagus terhadap
hasil pengelasan membuat metode pengelasan ini telah digunakan secara luas dalam
industri. Pengelasan gesek ini dapat dilakukan pada mesin-mesin perkakas seperti mesin
bubut dan frais, sehingga beberapa parameter permesinan akan memberikan pengaruh
secara langsung terhadap sifat mekanik hasil pengelasan (Kumar, 2011). Menurut Saikh
(2010), dengan variasi besar putaran tool dan feed rate pada metode FSW dapat
Prosiding Seminar Hasil Penelitian 2016 Vol ume II (pp. 17 – 27) ISBN. 978-602-60700-0-1
2
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap sifat mekanik hasil pengelasan bahan
Polymer HPDE. Begitu juga penyambungan material alumunium alloyH20 dengan variasi
geometri tool menunjukan pengaruh yang signifikan terhadap sifat mekanik hasil
pengelasan (Zargar, 2013). Dari beberapa penelitian yang telah disebutkan didapatkan
bahwa terdapat pengaruh parameter pengelasan seperti putaran tool, feed rate, dan
geometri tool pada sifat mekanik hasil pengelasan FSW.
Setiap material memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Seperti halnya alumunium
alloy1100 memiliki daya tahan korosi, konduktor panas dan listrik yang sangat baik tetapi
kekuatan yang rendah, begitu juga dengan alumunium alloy 5052 yang memiliki
karakteristik tahan korosi yang baik, tetapi tidak dapat diperlakukan panas, (Wiryosumarto,
1996). Dalam penggunaanya pada konstuksi umum material alumunium alloy 1100 dan
alumunium alloy 5052 mempunyai fungsi yang sama namun dari segi biaya aluminium
alloy 5052 lebih tinggi dibandingkan aluminium alloy 1100.
Friction Stir Welding (FSW) merupakan salah satu metode penyambungan
pengelasan alternatif yang baru berkembang saat ini, namun masih jarang ditemukan
penerapannya dalampenyambunganpadaalmuniumalloy1100 dan almunium alloy 5052.
Oleh karena itu akan dilakukan penelitian untuk menganalisis perbedaan kualitas hasil
pengelasan FSW ditinjau dari sifat mekanis berdasarkan variasi parameter pengelasannya
antara lain variasi diameter shoulder tool, putaran tool, dan feed rate. Banyak metode
pengelasan yang dapat digunakan untuk menyambung logam. Dari berbagai metode yang
ada salah satu kendala utama yang ditemukan ialah tingkat efesiensi dan ekonomis proses
atau metode pengelasan tersebut khusunya dalam penyambungan alumunium. Dalam
metode pengelasan yang ada hampir semua menggunakan bahan pengisi dan input
energiyang tinggi sebagai sumber panas, hal inidapat menunjukkan ketidakekonomisan
dari proses tersebut. Penelitian ini dilakukan sebagai bentuk penerapan pengelasan FSW
pada alumunium alloy jenis1100 dan 5052serta menganalisis perbedaan sifat mekaik yang
dihasilkan dengan beberapa variasi parameter pengelasan yang diberikan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kualitas hasil pengelasan
alumuniumalloy1100 dan alumuniumallo 5052 dengan metode penyambungan friction stir
welding. Adapun manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
bermanfaat mengenai metode pengelasan alumunium yang dapat diterapkan dalam industri
pabrikasi logam.
Prosiding Seminar Hasil Penelitian 2016 Vol ume II (pp. 17 – 27) ISBN. 978-602-60700-0-1
3
II. Friction Stir Welding (FSW)
Friction Stir Welding adalah sebuah metode pengelasan yang termasuk pengelasan
gesek dimana prosesnya tidak memerlukan filler atau bahan penambah dan pengisi panas
yang dihasilkan untuk mencairkan logam kerja dihasilkan dari gesekan benda yang
berputar (pin) dengan benda kerja yang diam (Doss, M. 2012). Pin berputar pada
kecepatan putar konstan disentuhkan ke material kerja yang telah dicekam, gesekan antara
dua benda tersebut menghasilkan panas sampai 80% dari titik cair material kerja dan
selanjutnya pin ditekankan dan ditarik searah daerah yang akan dilas (Anelis, 2010).
Putaran dari pin bisa searah atau kebalikan arah jarum jam.
Menurut Pradeep, A.(2013).Pin yang digunakan harus memiliki nilai kekerasan dan
titik cair yang tinggi dibandingkan dengan material yang akan dilas, hal ini agar pin las
tidak rusak dan ikut mencair dengan material kerja saat pengelasan sehingga hasil lasanpun
lebih baik.Pengelasan dengan metode FSW bisa digunakan untuk menyambungkan
material yang sama maupun material yang tidak sama seperti baja dengan baja tahan karat,
alumunium dengan kuningan dan memungkinkan mengelas kombinasi material lain yang
tidak dapat dilas dengan metode pengelasan yang lain. Parameter yang digunakan harus
disesuaikan sedimikan rupa sehingga pegurangan volume dari pin ketika terjadi gesekan
dengan material kerja dapat diperkecil. Hal ini bertujuan untuk menjaga masukan panas
yang konstan sepanjang pengelasan (Palanivel, 2014).
Secara teknis prinsip kerja pengelasan FSW ialah gesekan sebuah tool yang
dilengkapi pin dengan dua benda secara terus menerus akan menghasilkan panas, sehingga
mengakibatkan panas setempat yang mampu melunakkan dan menyambung dua benda
tersebut (Leon, J. 2014). Ini menjadi suatu prinsip dasar terciptanya suatu proses
pengelasan gesek pada proses friction stir welding. Tool bergerak pada kecepatan konstan
dan bergerak melintang pada jalur pengelasan.
Gambar 1. Skema pengelasan FSW (Zargar, 2013)
Prosiding Seminar Hasil Penelitian 2016 Vol ume II (pp. 17 – 27) ISBN. 978-602-60700-0-1
4
III. Metode Penelitian
Penelitian dilakukan di laboraturium pengujian bahan dan bengkel mekanik jurusan
Teknik Mesin, Politeknik Negeri Ujung Pandang, laboratorium mikrostruktur jurusan
Fisika, Universitas Negeri Makassar. Waktu pelaksanan penelitian dimulai pada bulan
April-Juli 2016.
Spesifikasi benda uji yang digunakan dalam eksperimen ini adalah sebagai berikut:
1. Bahan yang digunakan untuk logam dasar ialah alumunium alloy 1100 dengan
komposisi material Al (99.0-99.95%), Cu(0.05-0.20%), Fe (0.95%), Mn (0.05%), Si
(0.95%), Zn (0.1%). Alumunium alloy 5052 dengan komposisi material Al (95-97%),
Cr (0,5-0,35%), Cu (0,99%), Fe (0,4%), Mg (2,2-2,8%), Mn (0,1%), Si (0,25%), dan
Zn (0,1%).
2. Bahan yang digunakan untuk tool ialah baja EMS 45 dengan komposisi kimia material
C (0,473%), Mn (0,71%), Si (0,247%), P (0,0014%), dan S (0,0034%).
Adapun bahan yang digunakan adalah Pelat alumunium AA 5052. Sedangkan
peralatan dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. MesinFrais/milling 8. Ragum
2. Mesin bubut 9. Kunci Inggris
3. Mesin CNC Frais 10. Kunci ring
4. Pelat pelapis 11. Jangka sorong
5. Kertas grafik 12. Pahat bubut dan frais
6. Universal Testing MachineMerek Galdabini PM 100
7. Affri Hardness Tester Series 206 MX
Penelitian ini dilaksanakan dengan beberapa tahap sebagai berikut:
1. Pembuatan Tool
Tool yang dibuat terdiri dari pin, shoulder, dan pemegang. Tool dibuat dengan
beberapa variasi diameter shoulder dan dilakukan dengan proses pembubutan.
Bentuk dan ukuran dari tool ditunjukkan gambar di bawah.
Gambar 2. Geometri dan dimensi tool
Prosiding Seminar Hasil Penelitian 2016 Vol ume II (pp. 17 – 27) ISBN. 978-602-60700-0-1
5
2. Persiapan benda kerja las
Benda kerja yang digunakan ialah sepasang plat alumunium alloy 1100 dan 5052
dengan ukuran seperti gambar berikut:
Gambar 3. Benda kerja las FSW
3. Proses pengelasan benda kerja
Pengelasan dilakukan di mesin milling dengan tool diputar terhadap dua benda kerja
yang disatukan dengan ragum atau penjepit. Putaran tool yang digunakan 1000
rpm,1500 rpm,dan 2000 rpm.Untuk feed rate digunakan 175 mm/min, 225 mm/min,
dan 275 mm/min.
4. Pengujian benda kerja
Yang dilakukan dalam pengujian ini ialah:
a. Membentuk benda kerja hasil pengelasan menjadi beberapa potongan spesimen
untuk uji tarik dan tekuk dengan bentuk dan ukuran seperti gambar berikut:
Gambar 4. Spesimen uji tarik
Prosiding Seminar Hasil Penelitian 2016 Vol ume II (pp. 17 – 27) ISBN. 978-602-60700-0-1
6
Gambar 5. Spesimen uji tekuk
b. Melakukan pengujianpada spesimen. Proses pengujian yang dilakukan ialah pengujian
tarik, tekuk, dan kekerasan. Setiap spesimen uji dikelompokan berdasarkan variasi
putaran tool dan feed rate.
c. Analisa data dan pembahasan hasil pengujian. Teknik analisis data yang digunakan
ialah metode analisis statistik. Analisis statistik dilakukan untuk menentukan putaran
tool dan feet rate yang terbaik terhadap sifat mekanik sambungan hasil pengelasan
friction stir welding. Metode analisis statsitik yang digunakan ialah analisis korelasi
dan varian (ANOVA) dengan menggunakan software aplikasi Design ExpertVersi
6.0.5. Metode ini digunakan untuk melakukan optimasi terhadap sifat mekanis hasil
pengelasan dan menentukan persamaan hubungan variabe antara parameter pengelasan
dengan sifat mekanik hasil pengelasan.
IV. Hasil dan Pembahasan
Logam induk yang digunakan dalam pengelasan FSW ialah Alumunium AA 5052.
Sifat mekanik material logam induk didapatkan setelah mengolah data yang didapatkan
pada pengujian tarik dan uji komposisi material. Dalam pengujian tarik di dapatkan data
berupa gaya tarik, panjang akhir specimen, panjang awal specimen, luas penampang dan
setelah data tersebut diolah didapatkan nilai kekuatan tarik dan regangan material.
Sedangkan dalam uji komposisi material didapatkan presentase jumlah unsur penyusun
dari material. Dari pengujian tarik tiga spesimen logam induk didapatkan gaya tarik rata-
rata (Fu) sebesar 15583,3 N, panjang akhir (Li) sebesar 58,8 mm, panjang awal (Lo)
sebesar 50 mm dan luas penampang spesimen (Ao) sebesar 60 mm2. Dari data tersebut
maka diperoleh kekuatan tarik (u) adalah 259,9 MPa dan regangan yang terjadi sebesar
17,6%.
A. Hasil Analisa Data
Pengelasan dengan metode friction stir welding merupakan pengelasan yang terjadi
dalam kondisi padat (solid state) dengan memanfaatkan panas dari gesekan benda yang
berputar dengan benda kerja yang diam sehingga mampu melelehkan benda kerja yang
diam tersebut dan akhirnya tersambung menjadi satu. Proses pengelasan FSW alumuniun
AA 5052 dilakukan dengan menggunakan mesin Frais MINYANG. Di mesin tersebut
benda kerja dicekam menggunakan ragum dan klem penjepit. Setelah benda kerja
Prosiding Seminar Hasil Penelitian 2016 Vol ume II (pp. 17 – 27) ISBN. 978-602-60700-0-1
7
terpasang, selanjutnya ialah memasang tool di spindle mesin frais.Mesin dan prose
pencekaman benda kerja seperti terlihat pada gambar 4.1 berikut.
Gambar 6. Proses pencekaman benda kerja dan pemasangan Tool
Tool yang digunakan dari material baja St 70 yang sebelumnya dibentuk
menggunakan proses pembubutan seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 7. Tool FSW sebelum dan sesudah digunakan
Gambar 8. Proses penyambungan AA 5052 dengan metode FSW
Setelah benda kerja dan tool terpasang selanjutnya dilakukan proses penyambungan
menggunakan metode FSW. Dengan dua jenis ukuran diameter shoulder 17,8 mm dan 25
mm digunakan putaran 855 Rpm, 1300 Rpm, 1950 Rpm dan feeding 50 mm/min, 135
mm/minm 208 mm/min. Tahap awal dalam proses pengelasan ialah penetrasi tool ke benda
kerja hingga shoulder bergesekan dengan permukaan benda kerja hingga terbentuk
lumeran di permukaan gesekan benda kerja, setelah benda kerja mulai melumer tool
Prosiding Seminar Hasil Penelitian 2016 Vol ume II (pp. 17 – 27) ISBN. 978-602-60700-0-1
8
digerakkan linear secara otomatis hingga proses pengelasan berlangsung. Proses pegelasan
seperti terlihat pada gambar berikut.
Gambar 9. hasil pengelasan FSW AA 5052 (face dan root)
a. Pengujian Kekerasan Sambungan FSW AA 5052
Dalam penelitian kali ini metode yang digunkan untuk mendapatkan nilai
kekerasan sambungan pengelasan ialah dengan metode Brinnel (HB). Dalam proses
pengujian ini penekanan di mulai dari titik pusat sambungan yaitu logam las (weld metal)
dan selanjutnya di pindahkan pada daerah HAZ (Heat Afected Zone) sisi kiri dan sisi
kanan, kemudian dilanjutkan pada logam induk. seperti yang ditunjukkan gambar berikut.
Gambar 10. Spesimen uji kekerasan
Nilai kekerasan sebagaimana terdapat pada lampiran tersebut selanjutnya diperoleh
nilai rata-rata kekerasan pada setiap variasai putaran, feeding, dan jenis tool yang dapat
dilihat pada tabel 4.2 berikut ini.
Logam las
HAZ & Logam induk Logam induk & HAZ
Prosiding Seminar Hasil Penelitian 2016 Vol ume II (pp. 17 – 27) ISBN. 978-602-60700-0-1
9
Tabel 4.2. Nilai kekerasan (HB) hasil FSW AA 5052 untuk Tool 1 (Ds: 17,8 mm)
Tabel 4.3. Nilai kekerasan (HB) hasil FSW AA 5052 untuk Tool 2 (Ds: 25 mm)
b. Pengujian Tarik Sambungan FSW AA 5052
Hasil pengujian tarik akan diperoleh kekuatan tarik, regangan dan modulus elastik
dari hasil pengelasan FSW, seperti yang ditunjukkan dalam table berikut.
F 50 F 135 F 208 F 50 F 135 F 208 F 50 F 135 F 208
mm/min mm/min mm/min mm/min mm/min mm/min mm/min mm/min mm/min
6 75.9 75.3 73.0 69.1 72.3 72.1 69.0 75.5 72.2
Logam Induk 5 76.3 74.1 72.2 69.6 71.6 73.9 69.0 74.7 72.9
4 73.7 69.9 72.4 68.0 71.0 71.5 70.5 71.9 72.6
Rata-rata 75.3 73.1 72.5 68.9 71.6 72.5 69.5 74.0 72.6
3 73.1 73.3 73.1 63.7 69.2 69.0 63.0 69.0 66.1
HAZ 2 69.8 73.3 72.4 62.4 67.5 70.6 64.8 68.8 69.5
1 70.1 67.8 72.3 60.2 56.4 62.2 54.7 68.5 68.3
Rata-rata 71.0 71.5 72.6 62.1 64.3 67.3 60.8 68.8 68.0
0 58.8 54.0 58.2 58.5 48.0 52.1 52.4 58.9 55.6
Logam Las 0 56.5 60.9 59.5 58.7 56.0 54.4 59.5 62.0 59.4
0 56.1 56.6 59.4 59.7 51.3 55.3 54.5 58.0 57.3
Rata-rata 57.1 57.2 59.0 59.0 51.8 53.9 55.5 59.6 57.4
-1 64.1 69.8 70.2 61.6 58.3 58.9 59.5 67.0 67.2
HAZ -2 71.1 72.2 72.0 63.6 67.5 67.9 62.7 69.1 68.7
-3 71.8 72.7 72.7 62.4 68.2 72.0 65.1 70.6 68.0
Rata-rata 69.0 71.6 71.6 62.5 64.7 66.3 62.4 68.9 68.0
-4 66.0 71.5 71.4 72.0 70.9 73.9 66.3 71.5 71.4
Logam Induk -5 73.9 72.5 74.2 72.1 71.8 75.1 68.6 75.2 71.6
-6 74.3 73.4 72.8 72.2 71.0 74.5 67.9 74.7 72.6
Rata-rata 71.4 72.4 72.8 72.1 71.3 74.5 67.6 73.8 71.9
n (855 Rpm) n (1300 Rpm) n (1950 Rpm)
Daereah lasan Posisi dari
titik 0
n (855 Rpm) n (1300 Rpm) n (1950 Rpm)
F 50 F 135 F 208 F 50 F 135 F 208 F 50 F 135 F 208
mm/min mm/min mm/min mm/min mm/min mm/min mm/min mm/min mm/min
6 72.4 72.4 72.8 68.7 68.4 71.3 75.0 66.8 72.5
Logam Induk 5 71.7 72.1 72.7 69.4 69.1 71.2 68.7 67.3 72.5
4 71.9 67.5 73.0 69.2 68.8 66.6 72.0 63.7 68.7
Rata-rata 72.0 70.7 72.8 69.1 68.8 69.7 71.9 65.9 71.3
3 57.4 66.4 69.3 57.6 69.6 60.9 58.3 56.8 70.9
HAZ 2 59.7 64.7 69.2 57.3 68.2 58.4 58.0 58.7 69.3
1 52.9 63.3 66.1 53.3 57.9 56.1 53.0 53.6 63.8
Rata-rata 56.7 64.8 68.2 56.1 65.2 58.4 56.5 56.3 68.0
0 47.2 54.9 55.6 52.8 46.9 49.0 55.9 51.2 54.6
Logam Las 0 55.2 59.7 58.2 51.8 59.3 56.1 63.4 48.6 57.0
0 58.7 57.3 58.4 51.8 54.8 56.6 62.6 53.6 54.6
Rata-rata 53.7 57.3 57.4 52.1 53.7 53.9 60.6 51.1 55.4
-1 54.8 58.5 56.8 54.1 60.0 54.0 55.3 54.7 63.5
HAZ -2 58.5 66.8 62.2 58.3 68.0 60.5 58.6 59.6 70.7
-3 57.9 70.3 66.9 58.6 70.5 64.4 59.5 58.9 72.4
Rata-rata 57.1 65.2 62.0 57.0 66.2 59.6 57.8 57.7 68.9
-4 67.8 68.7 69.6 69.9 72.4 69.9 74.3 66.3 67.6
Logam Induk -5 71.1 70.7 74.5 71.4 71.7 70.0 72.6 67.9 70.5
-6 69.2 68.5 73.7 71.2 71.1 70.9 74.0 67.2 70.9
Rata-rata 69.4 69.3 72.6 70.8 71.7 70.2 73.6 67.2 69.7
Daereah lasan Posisi dari
titik 0
Prosiding Seminar Hasil Penelitian 2016 Vol ume II (pp. 17 – 27) ISBN. 978-602-60700-0-1
10
Tabel 4.4. Hasil analisis sifat mekanik hasil FSW AA 5052 untuk Tool 1 (Ds: 17,8 mm)
Tabel 4.5 Nilai kekuatan tarik spesimen hasil FSW AA 5052 untuk Tool 2 (Ds: 17,8 mm)
50 (1) 181.1 4.4 3.2 4115.2 Patah getas & logam las
50 (2) 233.3 4.8 19.3 4860.3 Patah getas & logam las
50 (3) 174.6 4.8 6.7 3637.6 Patah getas & logam las
Rata-rata 196.3 4.7 9.7 4206.9
135 (1) 174.6 3.6 15.4 4850.1 Patah getas & logam las
855 135 (2) 174.4 3.6 17.4 4845.0 Patah getas & logam las
135 (3) 189.5 3.8 8.6 4987.3 Patah getas & logam las
Rata-rata 179.5 3.7 13.8 4895.8
208 (1) 176.8 3.6 16.9 4910.4 Patah getas & logam las
208 (2) 170.5 3.8 12.8 4488.0 Patah getas & logam las
208 (3) 170.5 3.4 12.6 5016.0 Patah getas & logam las
Rata-rata 172.6 3.6 14.1 4795.0
50 (1) 225.0 9.4 18.3 2393.6 Patah getas & logam las
50 (2) 214.0 10.0 20.3 2140.2 Patah getas & logam las
50 (3) 227.1 7.0 28.7 3244.7 Patah getas & logam las
Rata-rata 222.1 8.8 22.4 2523.3
135 (1) 113.3 3.6 2.6 3146.7 Patah getas & logam las
1300 135 (2) 149.0 2.8 9.3 5321.7 Patah getas & logam las
135 (3) Patah sebelum pengujian
Rata-rata 131.1 3.2 6.0 4098.2
208 (1) 223.5 15.0 89.3 1490.1 Patah getas & logam las
208 (2) 214.3 13.8 42.5 1552.8 Patah getas & logam las
208 (3) 218.1 13.0 44.2 1677.4 Patah getas & logam las
Rata-rata 218.6 13.9 58.6 1569.0
50 (1) 139.5 4.0 7.0 3488.4 Patah getas & logam las
50 (2) 165.6 5.4 12.3 3066.0 Patah getas & logam las
50 (3) 157.9 1.6 2.0 9870.0 Patah getas & logam las
Rata-rata 154.3 3.7 7.1 4209.3
135 (1) 199.2 3.4 7.3 5859.0 Patah getas & logam las
1950 135 (2) 166.7 4.4 7.3 3787.9 Patah getas & logam las
135 (3) 158.7 5.6 6.3 2834.5 Patah getas & logam lasRata-rata 174.9 4.5 7.0 3914.9
208 (1) 65.9 1.0 1.6 6589.1 Patah getas & logam las
208 (2) 74.1 2.0 5.5 3706.9 Patah getas & logam las
208 (3) Patah sebelum pengujian
Rata-rata 70.0 1.5 3.6 4667.6
Jenis dan Lokasi Patahr
(%)
σu
(MPa)
ɛ
(%)
Putaran
(Rpm)
Feeding
(mm/min)
Sifat Mekanik
E
(MPa)
Prosiding Seminar Hasil Penelitian 2016 Vol ume II (pp. 17 – 27) ISBN. 978-602-60700-0-1
11
c. Kekuatan Lentur Hasil Pengelasan FSW Alumunium AA 5052
Uji lentur digunakan untuk mengukur kekuatan material akibat pembebanan dan
kekenyalan hasil sambungan las baik di logam las maupun HAZ. Hasil analisis
selengkapnya untuk kekuatan lentur dapat dilihat pada tabel 4.6 dan 4.7 berikut ini.
Tabel 4.7. Hasil analisis kekuatan lentur dan kondisi sisi lengkungan hasil uji lentur (root
bend) hasil pengelasan FSW alumunium AA 5052 untuk Tool 1 (Ds 17.8 mm)
50 (1) 214.3 17.6 24.0 1217.5 Patah getas & Logam las
50 (2) 222.1 23.8 17.1 933.2 Patah getas & Logam las
50 (3) 203.7 14.8 9.6 1376.6 Patah getas & Logam las
Rata-rata 213.4 18.7 16.9 1139.0 135 (1) 178.3 7.2 60.6 2476.3 Patah getas & Logam las
855 135 (2) 193.2 13.4 17.9 1441.5 Patah getas & Logam las
135 (3) 225.2 17.6 3.7 1279.7 Patah getas & Logam las
Rata-rata 198.9 12.7 27.4 1562.0208 (1) 170.7 3.4 6.1 5021.5 Patah getas & Logam las
208 (2) 214.3 10.4 10.5 2060.4 Patah getas & Logam las
208 (3) 165.0 5.8 7.0 2844.7 Patah getas & Logam las
Rata-rata 183.3 6.5 7.9 2806.2 50 (1) 189.4 14.2 31.0 1333.8 Patah getas & Logam las
50 (2) 221.1 15.4 16.7 1435.6 Patah getas & Logam las
50 (3) 170.6 15.6 33.0 1093.8 Patah getas & Logam las
Rata-rata 193.7 15.1 26.9 1285.7 135 (1) 85.6 3.8 7.6 2253.1 Patah getas & Logam las
1300 135 (2) 85.8 2.4 3.0 3577.0 Patah getas & Logam las135 (3) 78.8 1.0 3.3 7883.9 Patah getas & Logam las
Rata-rata 83.4 2.4 4.6 3476.4208 (1) 155.8 5.8 3.0 2686.2 Patah getas & Logam las
208 (2) 162.8 4.8 13.4 3391.5 Patah getas & Logam las
208 (3) 166.7 4.8 7.4 3472.2 Patah getas & Logam las
Rata-rata 161.8 5.1 8.0 3151.0 50 (1) 128.7 1.0 1.7 12870.0 Patah getas & Logam las
50 (2) 165.6 0.8 11.3 20695.4 Patah getas & Logam las50 (3) 71.4 4.0 13.1 1785.7 Patah getas & Logam las
Rata-rata 121.9 1.9 8.7 6305.0 135 (1) 123.0 4.0 3.0 3075.4 Patah liat & Logam las
1950 135 (2) 127.1 2.6 12.5 4886.9 Patah liat & Logam las135 (3) 95.2 2.0 24.6 4761.9 Patah liat & Logam las
Rata-rata 115.1 2.9 13.4 4015.3
208 (1) 163.3 5.0 1.2 3265.4 Patah getas & Logam las
208 (2) 161.2 4.0 3.6 4031.0 Patah getas & Logam las
208 (3) 162.8 5.0 6.2 3255.8 Patah getas & Logam lasRata-rata 162.4 4.7 3.7 3480.7
E
(MPa)
σu
(MPa)
ɛ
(%)
r
(%)
Putaran
(Rpm)
Feeding
(mm/min) Jenis dan Lokasi Patah
Sifat Mekanik
Putaran σb Sisi luar
(Rpm) (MPa) lengkungan
50 267.9 Retak Tidak Baik
855 135 255.5 Retak Tidak Baik
208 217.1 Retak Tidak Baik
50 41.0 Patah Tidak Baik
1300 135 182.6 Retak Tidak Baik
208 396.1 Tidak Retak Baik50 241.7 Patah Tidak Baik
1950 135 122.7 Patah Tidak Baik
208 164.4 Retak Tidak Baik
Feeding
(mm/min) Hasil
855 Rpm
Prosiding Seminar Hasil Penelitian 2016 Vol ume II (pp. 17 – 27) ISBN. 978-602-60700-0-1
12
Tabel 4.6. Hasil analisis kekuatan lentur dan kondisi sisi lengkungan hasil uji lentur (a)
face bend dan (b) root bend hasil FSW AA 5052 untuk Tool 1 (Ds 17.8 mm)
Putaran Feeding
(mm/min)
σb Sisi luar Hasil
(Rpm) (MPa) Lengkungan
50 (1) 481.0 Tidak Retak Baik
50 (2) 341.0 Tidak Retak Baik
135 (1) 409.6 Tidak Retak Baik
855 135 (2) 371.5 Tidak Retak Baik
208 (1) 365.1 Tidak Retak Baik
208 (2) 345.5 Tidak Retak Baik
50 (1) 513.8 Tidak Retak Baik
50 (2) 85.0 Patah Tidak Baik
135 (1) 45.4 Patah Tidak Baik
1300 135 (2) 87.3 Patah Tidak Baik
208 (1) 382.4 Retak Tidak Baik
208 (2) 462.7 Tidak Retak Baik
50 (1) 235.5 Retak Tidak Baik
50 (2) 238.1 Retak Tidak Baik
135 (1) 400.9 Tidak Retak Baik
1950 135 (2) 387.9 Tidak Retak Baik
208 (1) 18.0 Retak Tidak Baik
208 (2) 18.6 Retak Tidak Baik
Tabel 4.8. Hasil analisis kekuatan lentur dan kondisi sisi lengkungan hasil uji lentur (face
bend) hasil pengelasan FSW alumunium AA 5052 untuk Tool 2 (Ds 25 mm)
Putaran Feeding
(mm/min)
σb Sisi luar Hasil
(Rpm) (MPa) lengkungan
50 (1) 443.7 Tidak Retak Baik
50 (2) 358.7 Tidak Retak Baik
135 (1) 382.4 Tidak Retak Baik
855 135 (2) 339.6 Tidak Retak Baik
208 (1) 346.3 Tidak Retak Baik
208 (2) 355.0 Tidak Retak Baik
50 (1) 337.5 Tidak Retak Baik
50 (2) 314.0 Tidak Retak Baik
135 (1) 34.9 Retak Tidak Baik
1300 135 (2) 34.8 Retak Tidak Baik
208 (1) 34.4 Retak Tidak Baik
208 (2) 33.3 Retak Tidak Baik
50 (1) 17.4 Retak Tidak Baik
50 (2) 373.3 Retak Tidak Baik
135 (1) 138.2 Retak Tidak Baik
1950 135 (2) 180.9 Retak Tidak Baik
208 (1) 283.5 Retak Tidak Baik
208 (2) 384.3 Tidak Retak Baik
Prosiding Seminar Hasil Penelitian 2016 Vol ume II (pp. 17 – 27) ISBN. 978-602-60700-0-1
13
Tabel 4.9. Hasil analisis kekuatan lentur dan kondisi sisi lengkungan hasil uji lentur (root
bend) hasil pengelasan FSW alumunium AA 5052 untuk Tool 2 (Ds 25 mm)
B. Hasil Analisa Data
Dari hasil analisa data pada tabel memperlihatkan bahwa kekerasan spesimen
pengelasan FSW alumunium AA 5052 dengan putaran 855 Rpm, 1300 Rpm, 1950 Rpm
dan feeding 50 mm/min, 135 mm/min, 208 mm/min dengan menggunakan Tool 1 (Ds 17.8
mm) yang tertinggi terjadi di logam induk. Sedangkan kekerasan terendah terjadi di logam
las. Penurunan kekerasan di logam las disebabkan karena karakteristik material itu sendiri
juga disebabkan karena proses pengerasan tidak bisa terjadi ketika proses pengelasan
berlangsung akibat panas yang terlalu tinggi. Sedangkan distribusi kekerasan yang terjadi
cenderung tidak merata baik pada logam las, daerah HAZ, dan logam induk. Hal ini
disebabkan distribusi panas yang tidak merata selama proses pengelasan akibat pengaruh
putaran dan feeding.
Dari hasil analisa data pengujian tarik dapat diketahui bahwa pengelasan friction
stir welding alumunium AA 5052 dengan variasi putaran 855 Rpm, 1300 Rpm, 1950 Rpm,
dan feeding 50 mm/min, 135 mm/min, 208 mm/min dengan menggunakan tool 2 (Ds: 25
mm) memiliki nilai kekuatan tarik rata-rata maksimum yang berbeda tiap putaran dan
feeding. Kekuatan tarik terendah terdapat pada putaran 1300 Rpm dengan feeding 208
mm/min. Penururunan kekuatan terjadi dengan penambahan kecepatan pengelasan atau
feeding yang menyebabkan masukan panas yang rendah sehingga mengakibatkan kedua
logam tidak dapat menyatu dengan sempurna. Selain itu dengan kecepatan pengelasan
yang tinggi menghasilkan cacat las di permukaan logam las berupa retakan dan lubang
kecil sehingga menyebabkan kekuatan tarik menurun. Dengan besarnya diameter shoulder
berarti memperluas bidang gesek yang mengakibatkan lebarnya logam las dan daerah HAZ
yang mangalami perubahan karakteristik terbesar sehingga dapat menurunkan kekuatan
sambungan.
Putaran σb Sisi luar
(Rpm) (MPa) lengkungan
50 344.4 Tidak Retak Baik
855 135 420.9 Retak Tidak Baik
208 370.6 Retak Tidak Baik
50 314.9 Retak Tidak Baik
1300 135 203.5 Patah Tidak Baik
208 20.2 Retak Tidak Baik
50 35.8 Patah Tidak Baik
1950 135 87.0 Patah Tidak Baik
208 157.2 Retak Tidak Baik
Feeding
(mm/min) Hasil
855 Rpm
Prosiding Seminar Hasil Penelitian 2016 Vol ume II (pp. 17 – 27) ISBN. 978-602-60700-0-1
14
Pengujian lentur untuk posisi face bend diketahui bahwa untuk tool 2 (Ds:
25 mm) bahwa putaran 855 Rpm dengan feeding 50 mm/min memiliki nilai
tegangan lentur terbesar, karena dapat menahan beban reaksi tumpuan yang lebih
besar terhadap gaya yang diberikan, dibandingkan dengan putaran 1300 Rpm dan
1950 rpm serta tidak mengalami retakan saat mengalami beban lentur. Sedangkan
untuk pengujian lenturposisi root bend diperoleh bahwa untuk tool 2 (Ds: 25 mm)
putaran 855 Rpm dengan feeding 135 mm/min memiliki nilai tegangan lentur
terbesar, karena dapat menahan beban reaksi tumpuan yang lebih besar terhadap
gaya yang diberikan, dibandingkan dengan putaran 1300 Rpm dan 1950 Rpm
namun mengalami retakan di logam las yang disebabkan selain masukan panas
yang rendah juga disebabkan permukaan logam las mengalami cacat/rusak yang
disebabkan logam tidak menyatu dengan sempurna.
V. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dari hasil pengelasan friction stir welding
(FSW) material alumunium AA 5052 dengan variasi putaran 855 Rpm, 1300 Rpm, 1950
Rpm, dan feeding 50 mm/min, 135 mm/min, 208 mm/min dengan dua ukuran diameter
shoulder tool 17,8 mm, dan 25 mm dapat disimpulkan:
1. Kualitas sambungan las dengan sifat mekanik hasil las yang lebih baik terdapat pada
tool 1 dengan diameter shoulder sebesar 17,8 mm.
2. Kekerasan sambungan las tertinggi dengan tool 1 (Ds: 17.8 mm) yaitu sebesar 75,3
HB pada putaran 855 Rpm dengan feeding 50 mm/min. Kekuatan tarik tertinggi
terjadi pada putaran 1300 Rpm dengan feeding 50 mm/min yaitu sebesar 222,1 MPa.
Kekuatan lentur tertinggi terjadi pada putaran 1300 Rpm dengan feeding 208
mm/min yaitu sebesar 422,6 MPa. Sedangkan kekerasan sambungan las tertinggi
dengan tool 2 (Ds: 25 mm) terjadi pada putaran 1950 Rpm dengn feeding 50 mm/min
yaitu sebesar 73,6 HB. Kekuatan tarik tertinggi terjadi pada putaran 855 Rpm dengan
feeding 50 mm/min yaitu sebesar 213,4 MPa. Kekuatan lentur tertinggi terjadi pada
putaran 855 Rpm dengan feeding 50 mm/min yaitu sebesar 410,2 MPa.
Prosiding Seminar Hasil Penelitian 2016 Vol ume II (pp. 17 – 27) ISBN. 978-602-60700-0-1
15
DAFTAR PUSTAKA
Anelis. 2010. Pengaruh Feed Rate terhadap Sifat Mekanik Pengelasan FSW Alumunium
6110. Yogyakarta: IST AKPRIND.
Doss, M. 2012. Experimental Study of Friction Stir Welding of 6061-T1 Alumunium Pipe.
International Journal of Mechanical Engineering and Robotics Research, 1(3).
Kumar.2011. A Study of Process Parameters of Friction Stir Welded AA 6061 Alloy in O
and T6 Conditions. ARPN Journal of Engineering and Aplied Sciences, 6(2).
Leon, J. 2014. Investigation of Mechanical Properties of Alumunium 6061 Alloy Friction
Stir Welding. International Journal of Students Research Technology and
Management, 2(04).
Meran, C. and Canyurt, O.E. 2010. Friction Stir Welding of Austenic Stainless Steels.
Journal of Achievements in Materials and Manufacturing Engineering, 43(1).
Okumoro, T. dan Wiryosumarto, H. 1996. Teknologi Pengelasan Logam. Jakarta:
Paradnya Paramita.
Palanivel. 2014. Mechanical and Metalurgical Properties of Disimiliar Friction Stir Welded
AA 5083-H111 and AA 6351 – T6 Alumunium Alloys. Transactions of Nonferrous
Metals Society of China, 24(58).
Pradeep, A. and Muthukumaran. 2013. An Analysis to Optimize The Process Parameters
of Friction Stir Welded Low Alloy steel Plates. International Journal of
Engineering, Science and Technology, 5(3).
Shaikh. 2014. Effect of Friction Stir Welding Process Parameters on Polymer Weld.
International Journal for Technology Research in Engineering, 1(9).
Shinroku, S. dan Tata Surdia. 1984. Pengetahuan Bahan Teknik. Jakarta: Paradnya
Paramita.
Zargar. 2013. Friction Stir Welding Alumunium Alloy H20-H20 Conventional and
Overlap Joints Mechanical Properties. India: Hderband.