20180309 - LKj TW 4 djpt r4kinerjaku.kkp.go.id/2018/dok/lkj/LKjDJPT2017.pdf · 2018. 4. 18. ·...

59
0

Transcript of 20180309 - LKj TW 4 djpt r4kinerjaku.kkp.go.id/2018/dok/lkj/LKjDJPT2017.pdf · 2018. 4. 18. ·...

  • 0

  • 1

    I. PENDAHULUAN

    1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan Kelautan dan Perikanan periode 2015 -2019 yang diemban oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan mengusung visi “Mewujudkan sektor kelautan dan perikanan Indonesia yang mandiri, maju dan berbasis kepentingan nasional” yang dijabarkan kedalam 3 (tiga) misi yakni kedaulatan (sovereignty), keberlanjutan (sustainability) dan kesejahteraan (prosperity). Sebagai bagian dari pembangunan kelautan dan perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap berperan dalam mewujudkan kesejahteraan nelayan sebagai salah satu stakeholder yang menjadi target sasaran pembangunan kelautan dan perikanan melalui upaya mewujudkan keberlanjutan sumberdaya perikanan dan keberlanjutan usaha perikanan tangkap. Pembangunan perikanan tangkap pada periode ini melaksanakan program dan kegiatan yang berbeda dengan periode pemerintahan sebelumnya yakni adanya perubahan kegiatan yang fokus kepada kenelayanan dan upaya pengendalian penangkapan ikan, sedangkan kegiatan lainnya masih tetap dilanjutkan yakni pengelolaan Sumber Daya ikan, pengembangan kapal perikanan dan alat penangkapan ikan serta pengembangan pelabuhan perikanan. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap pada periode tahun ini telah mengalokasikan sebagian besar anggarannya pada beberapa program kegiatan prioritas yaitu pembangunan pelabuhan perikanan, pengadaan kapal perikanan dan alat penangkap ikan, perizinan dan kenelayanan, pengelolaan sumber daya ikan. Hal ini bertujuan untuk memprioritaskan pembangunan perikanan tangkap kepada nelayan sehingga nelayan secara langsung dapat memperoleh manfaat dari kegiatan pembangunan perikanan tangkap dengan tetap berpedoman kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 – 2019 dan Rencana Kerja Penerintah (RKP) Tahun 2015 yang dan tetap dengan menjunjung aspek akuntabiltas dan transparansi sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Dalam menyapaiakan suatu capaian keberhasilan kinerja, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap telah menyusun sebuah laporan kinerja Triwulanan sesuai dengan yang telah ditetapkan lebih lanjut oleh Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi melalui Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Didalam laporan kinerja ini memuat segala pelaksanaan pembangunan oleh Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap yang dilaporkan secara akuntabel sesuai dengan perjanjian kinerja yang ditetapkan meliputi pertanggungjawaban penggunaan anggaran, keberhasilan yang dihasilkan, kegagalan pelaksanaan serta permasalahan – permasalahan yang dihadapi yang disertai dengan tindak lanjut pelaksanaan di tahun mendatang. Adapun tujuan dari pelaporan kinerja ini yakni : (1) untuk memberikan informasi kinerja yang terukur kepada pemberi mandat atas kinerja yang telah dan seharusnya tercapai serta (2) sebagai upaya perbaikan yang berkesinambungan bagi instansi pemerintah untuk meningkatkan kinerjanya. Laporan kinerja ini merupakan penggabungan dari laporan kinerja triwulanan yang disusun secara berkala. Mekanisme penyusunan laporan kinerja ini adalah diawali dengan penyusunan laporan kinerja kegiatan di unit kerja eselon II lingkup Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap yang menyusun perjanjian kinerja yakni pada level Eselon I dan II dengan menyajikan infomasi tentang : (1) uraian singkat tentang unit kerja, (2) rencana dan target kinerja yang ditetapkan oleh unit kerja dengan atasan unit kerja, (3) pengukuran kinerja, (4) evaluasi dan analisis kinerja untuk setiap sasaran strategis atau hasil program dan

  • 2

    kegiatan serta kondisi terakhir yang seharusnya terwujud dan (5) analisis atas efisiensi penggunaan sumberdaya. Selanjutnya laporan kinerja Eselon II tersebut dianalisis lebih lanjut menjadi laporan kinerja Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap.

    1.2 TUGAS DAN FUNGSI

    Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor6/PERMEN-KP/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap dalam hal ini dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Kelautan dan Perikanan yang mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan perikanan tangkap. Dalam melaksanakan tugasnya Ditjen Perikanan Tangkap menyelenggarakan fungsi yakni : a. Perumusan kebijakan di bidang pengelolaan sumberdaya ikan, standardisasi

    kapal perikanan dan alat penangkapan ikan, sertifikasi awak kapal perikanan, pengelolaan pelabuhan perikanan, peningkatan usaha penangkapan ikan, dan kenelayanan;

    b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan sumber daya ikan, standardisasi kapal perikanan dan alat penangkapan ikan, sertifikasi awak kapal perikanan, pengelolaan pelabuhan perikanan, peningkatan usaha penangkapan ikan, dan kenelayanan;

    c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengelolaan sumber daya ikan, standardisasi kapal perikanan dan alat penangkapan ikan, sertifikasi awak kapal perikanan, pengelolaan pelabuhan perikanan, peningkatan usaha penangkapan ikan, dan kenelayanan;

    d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengelolaan sumber daya ikan, standardisasi kapal perikanan dan alat penangkapan ikan, sertifikasi awak kapal perikanan, pengelolaan pelabuhan perikanan, peningkatan usaha penangkapan ikan, dan kenelayanan;

    e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengelolaan sumber daya ikan, standardisasi kapal perikanan dan alat penangkapan ikan, sertifikasi awak kapal perikanan, pengelolaan pelabuhan perikanan, peningkatan usaha penangkapan ikan, dan kenelayanan;

    f. Pelaksanaan administrasi Ditjen Perikanan Tangkap; dan g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri. Adapun susunan organisasi Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap terdiri atas: a. Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap b. Direktorat Pengelolaan Sumber Daya Ikan c. Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkapan Ikan d. Direktorat Pelabuhan Perikanan e. Direktorat Perizinan dan Kenelayanan; dan f. Kelompok Jabatan Fungsional

    1.2.1 Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap

    Sekretariat Ditjen Perikanan Tangkap mempunyai tugas melaksanakan pelayanan teknis dan administratif kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan Ditjen Perikanan Tangkap. Dalam melaksanakan tugas, Sekretariat Ditjen Perikanan Tangkap menyelenggarakan fungsi sebagai berikut : a. Koordinasi dan penyusunan rencana, program dan anggaran; b. Pengelolaan data lingkup Direktorat Jenderal; c. Koordinasi kegiatan dan laporan kinerja serta;

  • 3

    d. Pelaksanaan urusan sumber daya manusia Aparatur e. Perumusan rancangan peraturan perundang-undangan, analisis dan

    evaluasi serta penyiapan penataan organisasi dan ketatalaksanaan, fasilitasi pelaksanaan reformasi birokrasi, penyiapan bahan kerja sama, bahan dokumentasi, infomasi, dan media publikasi bidang perikanan tangkap, serta pengelolaan perpustakaan;

    f. Pengelolaan urusan keuangan, pemantauan tindaklanjut laporan hasil pemeriksaan aparat pengawasan, persuratan, kearsipan, gaji dan tunjangan, rumah tangga dan pengelolaan BMN, serta layanan pengadaan barang/jasa pemerintah; dan

    g. Pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Sekretariat Ditjen Perikanan Tangkap dibagi atas 4 (empat) bagian yang masing – masing bagian terdiri atas 3 (tiga) Subbagian yaitu: a. Bagian Program, terdiri atas Subbag Penyusunan Program dan Anggaran,

    Subbag Data dan Subbag Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan; b. Bagian Kepegawaian, terdiri atas Subbag Perencanaan dan

    Pengembangan Sumber Daya Manusia Aparatur, Subbag Mutasi dan Subbag Tata Usaha Sumber Daya Manusia Aparatur;

    c. Bagian Hukum, Organisasi dan Humas, terdiri atas Subbag Hukum, Subbag Organisasi dan Tata Laksana dan Subbag Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat;

    d. Bagian Keuangan dan Umum, terdiri atas Subbag Keuangan, Subbag Pengelolaan Barang Milik Negara; dan, Subbag Umum.

    1.2.2 Direktorat Pengelolaan Sumberdaya Ikan

    Direktorat Sumber Daya Ikan merupakan unit eselon II lingkup Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap yang mempunyai tugas mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta evaluasi dan pelaporan di bidang pengelolaan sumber daya ikan yang berkelanjutan di perairan darat, laut pedalaman, teritorial dan perairan kepulauan, Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI) dan laut lepas, serta pemantauan dan analisis pengelolaan sumber daya ikan. Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Pengelolaan Sumber Daya Ikan menyelenggarakan fungsi yaitu sebagai berikut: a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengelolaan sumber daya

    ikan yang berkelanjutan di perairan darat, laut pedalaman, teritorial dan perairan kepulauan, ZEEI dan laut lepas, serta pemantauan dan analisis pengelolaan sumber daya ikan;

    b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan sumber daya ikan yang berkelanjutan di perairan darat, laut pedalaman, teritorial dan perairan kepulauan, ZEEI dan laut lepas, serta pemantauan dan analisis pengelolaan sumber daya ikan;

    c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang pengelolaan sumber daya ikan yang berkelanjutan di perairan darat, laut pedalaman, teritorial dan perairan kepulauan, ZEEI dan laut lepas, serta pemantauan dan analisis pengelolaan sumber daya ikan;

    d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengelolaan sumber daya ikan yang berkelanjutan di perairan darat, laut pedalaman, teritorial dan perairan kepulauan, ZEEI dan laut lepas, serta pemantauan dan analisis pengelolaan sumber daya ikan;

    e. Penyiapan pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengelolaan sumber daya ikan yang berkelanjutan di perairan darat, laut pedalaman,

  • 4

    teritorial dan perairan kepulauan, ZEEI dan laut lepas, serta pemantauan dan analisis pengelolaan sumber daya ikan, dan

    f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan direktorat Selanjutnya dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya Direktorat Sumber Daya Ikan dibagi atas 5 (lima) Subdirektorat dan 1 (satu) Subbagian. Masing – masing Subdirektorat terdiri atas 2 (dua) Seksi yakni sebagai berikut : a. Subdirektorat Sumber Daya Ikan Perairan Darat, terdiri atas Seksi Tata

    Kelola Sumber Daya Ikan Perairan Darat, Seksi Pemanfaatan Sumber Daya Ikan Perairan Darat;

    b. Subdirektorat Sumber Daya Ikan Laut Pedalaman, Teritorial, dan Perairan Kepulauan terdiri atas Seksi Tata Kelola Sumber Daya Ikan Laut Pedalaman, Teritorial, dan Perairan Kepulauan dan Seksi Pemanfaatan Sumber Daya Ikan Laut Pedalaman, Teritorial, dan Perairan Kepulauan;

    c. Subdirektorat Sumber Daya Ikan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia dan Laut Lepas terdiri atasSeksi Tata Kelola Sumber Daya Ikan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia dan Laut Lepas dan Seksi Pemanfaatan Sumber Daya Ikan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia dan Laut Lepas;

    d. Subdirektorat Pemantauan dan Analisis Pengelolaan Sumber Daya Ikan terdiri atasSeksi Pemantauan Pengelolaan Sumber Daya Ikan dan Seksi Analisis Pengelolaan Sumber Daya Ikan,

    e. Subbagian Tata Usaha.

    1.2.3 Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkap Ikan

    Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkap Ikan mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta evaluasi dan pelaporan di bidang kapal perikanan, alat penangkapan ikan, pengawakan kapal perikanan, serta permesinan dan operasional kapal perikanan. Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkap Ikan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang kapal perikanan, alat

    penangkapan ikan, pengawakan kapal perikanan, serta permesinan dan operasional kapal perikanan;

    b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang kapal perikanan, alat penangkapan ikan, pengawakan kapal perikanan, serta permesinan dan operasional kapal perikanan;

    c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang kapal perikanan, alat penangkapan ikan, pengawakan kapal perikanan, serta permesinan dan operasional kapal perikanan;

    d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang kapal perikanan, alat penangkapan ikan, pengawakan kapal perikanan, serta permesinan dan operasional kapal perikanan;

    e. Penyiapan pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang kapal perikanan, alat penangkapan ikan, pengawakan kapal perikanan, serta permesinan dan operasional kapal perikanan; dan

    f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan direktorat. Selanjutnya dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkapan Ikan dibagi atas 5 (lima) Subdirektorat dan 1 (satu) Subbagian. Masing – masing Subdirektorat terdiri atas 2 (dua) Seksi yakni sebagai berikut : a. Subdirektorat Kapal Perikanan terdiri atas Seksi Rancang Bangun dan

    Standardisasi Kapal Perikanan dan Seksi Tata Kelola Kapal Perikanan; b. Subdirektorat Alat Penangkapan Ikan terdiri atas Seksi Rancang Bangun

  • 5

    dan Standardisasi Alat Penangkapan Ikan dan Seksi Tata Kelola Alat Penangkapan Ikan;

    c. Subdirektorat Pengawakan Kapal Perikanan terdiri atas, Seksi Perlindungan Awak Kapal Perikanan dan Seksi Standardisasi dan Sertifikasi Awak Kapal Perikanan;

    d. Subdirektorat Permesinan dan Operasional Kapal Perikanan, terdiri atas Seksi Permesinan Kapal Perikanan dan Seksi Operasional Kapal Perikanan;

    e. Subbagian Tata Usaha.

    1.2.4 Direktorat Pelabuhan Perikanan

    Direktorat Pelabuhan Perikanan mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta evaluasi dan pelaporan di bidang identifikasi dan pengembangan, pengendalian pembangunan, tata operasional, kesyahbandaran, pemantauan dan analisis Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS), Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN), Pelabuhan Perikanan Pantai (PPI), dan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI). Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Pelabuhan Perikanan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang identifikasi dan

    pengembangan, pengendalian pembangunan, tata operasional, kesyahbandaran, pemantauan dan analisis PPS, PPN, PPP, dan PPI;

    b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang identifikasi dan pengembangan, pengendalian pembangunan, tata operasional, kesyahbandaran, pemantauan dan analisis PPS, PPN, PPP, dan PPI;

    c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang identifikasi dan pengembangan, pengendalian pembangunan, tata operasional, kesyahbandaran, pemantauan dan analisis Pelabuhan PPS, PPN, PPP, dan PPI;

    d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang identifikasi dan pengembangan, pengendalian pembangunan, tata operasional, kesyahbandaran, pemantauan dan analisis PPS, PPN, PPP, dan PPI;

    e. Penyiapan pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang identifikasi dan pengembangan, pengendalian pembangunan, tata operasional, kesyahbandaran, pemantauan dan analisis PPS, PPN, PPP, dan PPI; dan

    f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan direktorat. Selanjutnya dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya Direktorat Pelabuhan Perikanan dibagi atas 5 (lima) Subdirektorat dan 1 (satu) Subbagian. Masing – masing Subdirektorat terdiri atas 2 (dua) Seksi yakni sebagai berikut : a. Subdirektorat Pelabuhan Perikanan Samudera, terdiri atas Seksi Identifikasi

    dan Pengembangan Pelabuhan Perikanan Samudera dan Seksi Tata Operasional dan Kesyahbandaran Pelabuhan Perikanan Samudera;

    b. Subdirektorat Pelabuhan Perikanan Nusantara, terdiri atas Seksi Identifikasi dan Pengembangan Pelabuhan Perikanan dan Seksi Tata Operasional dan Kesyahbandaran Pelabuhan Perikanan Nusantara;

    c. Subdirektorat Pelabuhan Perikanan Pantai, terdiri atas Seksi Identifikasi dan Pengembangan Pelabuhan Perikanan Pantai dan Seksi Tata Operasional dan Kesyahbandaran Pelabuhan Perikanan Pantai;

    d. Subdirektorat Pangkalan Pendaratan Ikan, terdiri atas Seksi Identifikasi dan Pengembangan Pangkalan Pendaratan Ikan dan Seksi Tata Operasional dan Kesyahbandaran Pangkalan Pendaratan Ikan;

    e. Subbagian Tata Usaha.

  • 6

    1.2.5 Direktorat Perizinan dan Kenelayanan

    Direktorat Perizinan dan Kenelayanan mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta evaluasi dan pelaporan di bidang tata perizinan, harmonisasi dan pemantauan perizinan, kelembagaan dan perlindungan nelayan, serta usaha nelayan.Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Pengendalian Penangkapan Ikan menyelenggarakan fungsi : a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang tata perizinan, harmonisasi dan

    pemantauan perizinan, kelembagaan dan perlindungan nelayan, serta usaha nelayan;

    b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang tata perizinan, harmonisasi dan pemantauan perizinan, kelembagaan dan perlindungan nelayan, serta usaha nelayan;

    c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang tata perizinan, harmonisasi dan pemantauan perizinan, kelembagaan dan perlindungan nelayan, serta usaha nelayan;

    d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang tata perizinan, harmonisasi dan pemantauan perizinan, kelembagaan dan perlindungan nelayan, serta usaha nelayan;

    e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang tata perizinan, harmonisasi dan pemantauan perizinan, kelembagaan dan perlindungan nelayan, serta usaha nelayan; dan

    f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan direktorat. Selanjutnya dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya Direktorat Perizinan dan Kenelayanan dibagi atas 5 (lima) Subdirektorat dan 1 (satu) Subbagian. Masing – masing Subdirektorat terdiri atas 2 (dua) Seksi yakni sebagai berikut : a. Subdirektorat Tata Perizinan, terdiri atas Seksi Perizinan Usaha Perikanan

    dan Seksi Perizinan Kapal Perikanan b. Subdirektorat Harmonisasi dan Pemantauan Perizinan, terdiri atas Seksi

    Harmonisasi Perizinan dan Seksi Pemantauan Perizinan. c. Subdirektorat Kelembagaan dan Perlindungan Nelayan, terdiri atasSeksi

    Kelembagaan dan Seksi Perlindungan Nelayan d. Subdirektorat Usaha Nelayan, terdiri atasSeksi Pendanaan Usaha dan Seksi

    Pengembangan dan Diversifikasi Usaha Nelayan. e. Subbagian Tata Usaha.

    1.2.6 Direktorat Kenelayanan

    Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional tertentu yang terbagi dalam berbagai Kelompok Jabatan Fungsional Tertentu sesuai dengan bidang keahliannya. Masing-masing Kelompok Jabatan Fungsional tersebut dikoordinasikan oleh seorang tenaga fungsional senior yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal.

    1.3 SISTEMATIKA PENYAJIAN

    Penyusunan Laporan Kinerja Ditjen Perikanan Tangkap ini merupakan wujud akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi suatu unit organisasi yang transpasran, dan sebagai alat kendali serta pemacu peningkatan kinerja setiap unit organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap pertriwulan selama satu tahun

  • 7

    berjalan. Adapun kaitan dari sistematika penyajian Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap triwulanan sebagai berikut : 1. Ringkasan Eksekutif Pada bagian ini disajikan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam

    rencana strategis serta sejauh mana instansi pemerintah mencapai tujuan dan sasaran utama tersebut serta kendala-kendala yang dihadapi dalam pencapaiannya. Disebutkan juga langkah-langkah atau upaya apa yang telah dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut dan langkah antisipatif untuk menanggulangi kendala yang mungkin akan terjadi pada triwulan mendatang.

    2. Bab I Pendahuluan Pada bagian ini disajikan informasi umum tentang Laporan Kinerja yang menjadi

    tanggung jawab sebuah instansi pemerintah, penjelasan secara umum suatu organisasi serta bagan organisasi dan informasi tentang alur capaian kinerja yang meliputi dari perencanaan, pengukuran kinerja, pelaporan, evaluasi kinerja dan capaian kinerja selama waktu tertentu (waktu pelaporan).

    3. Bab II Perencanaan Kinerja Pada bagian ini disajikan gambaran singkat mengenai visi, misi dan rencana hasil

    yang akan dicapai (tujuan dan sasaran strategis, indikator kinerja dan targetnya) dalam rencana jangka menengah (RPJM/Renstra), rencana kinerja tahunan (RKT/Renja) dan penetapan kinerja (PK) pada periode triwulan yang tertentu.

    4. Bab III Akuntabilitas Kinerja Pada Bab ini memuat uraian hasil pengukuran kinerja, evaluasi kinerja, dan analisis

    akuntabilitas kinerja, termasuk di dalamnya menguraikan secara sistematis pembandingan data kinerja secara memadai, keberhasilan/ kegagalan, hambatan/kendala, dan permasalahan yang dihadapi serta langkah-langkah antisipatif yang akan diambil. Selain itu, disajikan pula akuntabilitas keuangan dengan cara menyajikan rencana dan realisasi anggaran bagi pelaksanaan tupoksi atau tugas - tugas lainnya dalam rangka mencapai sasaran/tujuan organisasi yang telah ditetapkan serta langkah-langkah peningkatan dan efisiensi.

    5. Bab IV Penutup Pada bagian ini dikemukakan kesimpulan secara umum tentang keberhasilan/

    kegagalan pencapaian sasaran strategis, permasalahan dan kendala utama yang berkaitan dengan pencapaian sasaran strategis serta strategi pemecahan masalah.

    6. Lampiran Isi dari pada lampiran merupakan kumpulan dari Penetapan Kinerja, Pengukuran

    Kinerja yang telah di tandatangani oleh Direktur Jenderal Perikanan Tangkap dan Menteri Kelautan dan Perikanan serta Penetapan Kinerja antara Direktur Jenderal dengan para Direktur lingkup Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap.

  • 8

    II. PERENCANAAN KINERJA

    2.1 VISI DAN MISI PEMBANGUNAN PERIKANAN TANGKAP

    Pengarusutamaan prioritas nasional pada pengelolaan sumber daya kemaritiman dan kelautan semakin menguatkan peran sektor kelautan dan perikanan untuk mewujudkan cita-cita nasional. Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sektor kelautan dan perikanan, peran sub bidang perikanan tangkap masih strategis, yakni sebagai: (i) penyedia bahan pangan dari perairan yang mempunyai nilai tinggi dari, ditinjau dari aspek nutrisi maupun ekonomi, (ii) penyedia lapangan kerja bagi masyarakat di daerah pesisir, (iii) salah satu bidang andalan dalam kegiatan ekonomi berbasis kelautan dan perikanan yang turut serta dalam menjaga kedaulatan bangsa di laut, (iv) penyumbang potensial untuk mendorong peningkatan penerimaan negara, serta (v) identitas budaya negara maritim yang perlu dijaga dan dilestarikan. Untuk menjalankan peran strategis tersebut, visi pembangunan perikanan tangkap ditetapkan sebagai berikut: “Terwujudnya Perikanan Tangkap yang Berdaulat, Mandiri, Berdaya Saing dan Berkelanjutan untuk Kesejahteraan Nelayan” dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Berdaulat diartikan sebagai kemampuan penuh untuk mengelola dan

    memanfaatkan sumber daya perikanan untuk digunakan sebesar-besarnya dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat demi mewujudkan kedaulatan secara ekonomi dari kegiatan perikanan tangkap.

    2. Mandiri diartikan sebagai keadaaan untuk dapat berdiri sendiri tanpa bergantung dengan pihak lain dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya perikanan yang ada untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

    3. Berdaya saing diartikan sebagai keunggulan dan kapasitas yang dimiliki untuk menghadapi persaingan dalam peta kompetisi global dalam pengelolaan sumber daya perikanan.

    4. Berkelanjutan dimaksudkan sebagai upaya untuk mengelola dan melindungi sumber daya ikan agar dapat dimanfaatkan secara berkesinambungan oleh generasi saat ini dan generasi mendatang.

    5. Kesejahteraan diartikan bahwa pengelolaan sumber daya perikanan adalah untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, khususnya nelayan.

    Misi Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap mengacu pada tugas, fungsi dan Kelima hal dalam visi tersebut di atas merupakan prinsip utama yang selanjutnya diterjemahkan ke dalam misi, strategi dan upaya-upaya pembangunan yang diarahkan untuk mewujudkan kesejahteraan nelayan. Misi Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap ditetapkan adalah sebagai berikut: 1. Mewujudkan keberlanjutan sumberdaya perikanan; 2. Mewujudkan keberlanjutan usaha perikanan tangkap.

    2.2 TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS PEMBANGUNAN PERIKANAN TANGKAP

    Tujuan pembangunan perikanan tangkap adalah untuk mendukung terwujudnya misi keberlanjutan sumber daya ikan dan usaha perikanan tangkap melalui pencapaian target kinerja yang akan dicapai dalam lima tahun (2015-2019). Pada akhir periode 2019, target capaian pembangunan diharapkan berupa pertumbuhan PDB perikanan dapat meningkat sebesar 5 persen, rata-rata pendapatan nelayan meningkat sebesar 30,22 persen, Nilai Tukar Nelayan (NTN) meningkat sebesar 2 point, produksi perikanan tangkap meningkat sebesar 9,79 persen, nilai produksi meningkat sebesar 22,15 persen,

  • 9

    nilai investasi perikanan tangkap meningkat sebesar 35,48 persen, dan penyaluran permodalan perikanan tangkap sebesar 19,05 persen, serta wilayah pengelolaan perikanan (WPP) yang dikelola sesuai rencana pengelolaan perikanan (RPP) sebanyak 11 WPP. Untuk mewujudkan misi keberlanjutan sumber daya perikanan dilakukan dengan: 1. Mengelola sumber daya ikan secara berkelanjutan; 2. Mengendalikan penangkapan ikan. Sedangkan untuk mewujudkan misi keberlanjutan usaha perikanan tangkap dilakukan dengan: 1. Mengoptimalkan pengelolaan kapal perikanan, alat penangkap ikan, dan

    pengawakan kapal perikanan; 2. Mengoptimalkan pengelolaan pelabuhan perikanan; 3. Mengelola kenelayanan dan keberlanjutan usaha nelayan. Sasaran strategis pembangunan perikanan tangkap merupakan kondisi yang diinginkan dapat dicapai selama lima tahun sebagai suatu outcome/impact dari program dan kegiatan yang dilaksanakan. Sasaran strategis ini menjabarkan misi keberlanjutan, yakni keberlanjutan usaha perikanan tangkap dan keberlanjutan sumber daya ikan. Sasaran strategis dibagi dalam 4 (empat) perspektif, yakni stakeholders perspective, customer perspective, internal process perspective, dan learning and growth perspective.

    Gambar 1. Peta Strategi Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2017

  • 10

    1. Stakeholders Prespective (Outcome) Sasaran strategis pertama (SS-1) yang akan dicapai adalah “Terwujudnya peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan”, dengan indikator kinerja : a. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Perikanan. b. Nilai Tukar Nelayan (NTN). c. Rata-rata pendapatanNelayan/bulan (Rp/nelayan/bulan). d. Rata-rata RTP/bulan (Rp/RTP/Bulan).

    2. Customer Perspective (Output) Sasaran strategis pada Customer Perspective (Output) terdiri atas 2 (dua) SS yaitu: 1. Sasaran strategis kedua (SS-2) yang akan dicapai adalahTerwujudnya

    kedaulatan dalam pengelolaan perikanan tangkap, dengan indikator kinerja: Tingkat Kemandirian SKPT tanggung jawab Ditjen Perikanan Tangkap (Tingkat).

    2. Sasaran strategis ketiga(SS-3) yang akan dicapai adalah Terwujudnya

    pengelolaan perikanan tangkap yang bertanggung jawab dan berkelanjutan dengan indikator kinerja: a. Nilai kesesuaian bantuan pemerintah Ditjen Perikanan Tangkap b. Jumlah produksi perikanan tangkap. c. Nilai produksi perikanan tangkap. d. Jumlah penyaluran akses permodalan perikanan tangkap. e. Jumlah WPP yang dikelola sesuai Rencana Pengelolaan Perikanan (RPP). f. Nilai PNBP dari Sektor PT (Rp. Miliar).

    3. Internal Process Perspective (process)

    1. Sasaran strategis keempat (SS-4) yang akan dicapai adalah “Tersedianya kebijakan pengelolaan perikanan tangkap yang efektif”, dengan indikator kinerja: a. Indeks efektivitas kebijakan Ditjen Perikanan Tangkap. b. Jumlah laut ZEEI dan laut lepas yang terkelola sumber daya ikannya. c. Jumlah pembentukan kelembagaan pengelolaan WPP. d. Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) dan sertifikasi dari

    inovasi kapal perikanan, alat penangkap ikan dan alat bantu penangkap ikan yang dihasilkan.

    e. Jumlah pelabuhan perikanan yang menerapkan standar internasional

    2. Sasaran strategis kelima (SS-5) yang akan dicapai adalah “Terselenggaranya tata kelola pemanfaatan perikanan tangkap yang berdaya saing dan berkeadilan”, dengan indikator kinerja: a. Jumlah pembinaan dan implementasi integrasi sistem perizinan pusat-

    daerah b. Jumlah Nelayan yang terlindungi c. Jumlah kapal perikanan yang menerapkan logbook penangkapan ikan d. Jumlah kapal perikanan yang memenuhi standar kelaikan e. Jumlah Inisiasi Penambahan Pelabuhan Perikanan Daerah menjadi UPT

    Pusat f. Jumlah Kelompok Usaha Bersama yang meningkat kelembagaannya

    menjadi koperasi

    3. Sasaran strategis keenam (SS-6) yang akan dicapai adalah “Terselenggaranya pengendalian dan pengawasan pengelolaan perikanan tangkap yang profesional dan partisipatif”, dengan Indikator Kinerja: a. Jumlah realisasi kapal terhadap alokasi perizinan sesuai SIUP. b. Jumlah WPP yang dipantau dan dianalisis pengelolaan sumber daya

    ikannya. c. Jumlah kapal perikanan yang terdaftar.

  • 11

    d. Jumlah Perjanjian Kerja Laut (PKL) yang diterapkan di pelabuhan perikanan.

    4. Learning and Growth Perspective (input)

    Untuk melaksanakan pencapaian sasaran strategis sebagaimana tersebut di atas, dibutuhkan input yang dapat mendukung terlaksanakanya proses untuk menghasilkan output dan outcome Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Untuk mendukung hal tersebut, terdapat 4 sasaran strategis yang akan dicapai yakni: 1. Sasaran strategis ketujuh (SS-7) yakni “Terwujudnya aparatur sipil negara DJPT

    yang kompeten, professional dan berintegritas”, dengan indikator Indeks kompetensi dan integritas lingkup DJPT.

    2. Sasaran strategis kedelapan (SS-8) yakni “Tersedianya manajemen

    pengetahuan DJPT yang handal dan mudah diakses”, dengan Indikator Persentase unit kerja yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar lingkup DJPT.

    3. Sasaran strategis kesembilan (SS-9) yakni “Terwujudnya birokrasi Ditjen

    Perikanan Tangkap yang efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima”, dengan Indikator Kinerja: a. Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi DJPT. b. Nilai AKIP DJPT. c. Level Maturitas SPIP DJPT. d. Persentase Tindak Lanjut Direktif Pimpinan. e. Jumlah Inovasi Pelayanan Publik DJPT.

    4. Sasaran strategis kesembilan (SS-10) yakni “Terkelolanya anggaran pembangunan DJPT secara efisien dan akuntabel”, dengan Indikator Kinerja: a. Nilai kinerja anggaran lingkup DJPT. b. Persentase kepatuhan terhadap SAP lingkup DJPT.

    2.3 TARGET KINERJA TAHUN 2017

    Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah dan RPJMN DJPT 2015 – 2019, pada tabel berikut adalah target kinerja dan anggaran Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap.

    Tabel 1. Rencana Kinerja Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2017

    No Sasran Strategis Indikator Kinerja Target 2017

    1 Terwujudnya peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan

    1 Nilai PDB Perikanan (%) 8

    2 Nilai Tukar Nelayan (NTN) 109

    3 Rata-rata pendapatan RTP/bulan (Rp/RTP/Bulan)* 9.760.000

    4 Rata-rata pendapatan nelayan/bulan (Rp/nelayan/bulan)*

    3.113.000

    2 Terwujudnya kedaulatan dalam pengelolaan perikanan tangkap

    5 Tingkat Kemandirian SKPT tanggung jawab DJPT (Tingkat) 4

    3

    Terwujudnya pengelolaan perikanan tangkap yang bertanggung jawab dan berkelanjutan

    6 Nilai Kesesuaian Bantuan Pemerintah DJPT (%) 80

    7 Jumlah produksi perikanan tangkap (Ton)* 8.815.500

  • 12

    No Sasran Strategis Indikator Kinerja Target 2017

    8 Nilai produksi perikanan tangkap (Rp.Juta)* 180.800.100

    9 Jumlah penyaluran akses permodalan perikanan tangkap (Rp. Triliun)

    4,7

    10 Jumlah WPP yang dikelola sesuai Rencana Pengelolaan Perikanan (WPP)

    11

    11 Nilai PNBP dari Sektor PT (Rp. Miliar) 970,99

    4 Tersedianya kebijakan pengelolaan perikanan tangkap yang efektif

    12 Indeks efektivitas kebijakan DJPT (Indeks) 7,7

    13 Jumlah laut ZEEI dan Laut Lepas yang terkelola sumber daya ikannya (WPP)

    4

    14 Jumlah pembentukan kelembagaan pengelolaan WPP (wilayah)

    11

    15

    Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) dan sertifikasi dari inovasi kapal perikanan, alat penangkap ikan dan alat bantu penangkap ikan yang dihasilkan (buah)

    40

    16 Jumlah pelabuhan perikanan yang menerapkan standar internasional (lokasi)

    1

    5

    Terselenggaranya tata kelola pemanfaatan perikanan tangkap yang berdaya saing dan berkeadilan

    17 Jumlah pembinaan dan implementasi integrasi sistem perizinan pusat-daerah (Prov)

    20

    18 Jumlah Nelayan yang terlindungi (orang) 500.000

    19 Jumlah kapal perikanan yang menerapkan logbook penangkapan ikan (unit)

    750

    20 Jumlah kapal perikanan yang memenuhi standar kelaikan (unit) 1.048

    21

    Jumlah Inisiasi Penambahan Pelabuhan Perikanan Daerah menjadi UPT Pusat (Pelabuhan Perikanan)

    13

    22

    Jumlah Kelompok Usaha Bersama yang meningkat kelembagaannya menjadi koperasi (Koperasi)

    2.100

    6 Terselenggaranya pengendalian dan pengawasan perikanan

    23 Jumlah realisasi kapal terhadap alokasi perizinan sesuai SIUP (unit) 5.900

  • 13

    No Sasran Strategis Indikator Kinerja Target 2017 tangkap secara profesional dan partisipatif 24

    Jumlah WPP yang dipantau dan dianalisis pengelolaan sumber daya ikannya (WPP)

    11

    25 Jumlah kapal perikanan yang terdaftar (unit) 10.000

    26 Jumlah Perjanjian Kerja Laut (PKL) yang diterapkan di pelabuhan perikanan (lokasi)

    10

    7

    Terwujudnya aparatur sipil negara DJPT yang kompeten, professional dan berintegritas

    27 Indeks kompetensi dan integritas lingkup DJPT (Indeks) 80

    8 Tersedianya manajemen pengetahuan DJPT yang handal dan mudah diakses

    28

    Persentase unit kerja yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar lingkup DJPT (%)

    65

    9

    Terwujudnya birokrasi DJPT yang efektif, efisien dan berorientasi pada layanan prima

    29 Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi DJPT (Nilai) A (80)

    30 Nilai AKIP DJPT (Nilai) A (85)

    31 Level Maturitas SPIP DJPT (tingkat) 2

    32 Persentase Tindak Lanjut Direktif Pimpinan (%) 100

    33 Jumlah Inovasi Pelayanan Publik DJPT (Inovasi) 1

    10 Terkelolanya anggaran pembangunan DJPT secara efisien dan akuntabel

    34 Nilai kinerja anggaran lingkup DJPT (nilai) Baik (85)

    35 Persentase kepatuhan terhadap SAP lingkup DJPT (%) 100

    Anggaran pembangunan perikanan tangkap melalui program pengelolaan perikanan tangkap tahun 2017 adalah senilai Rp. 2,024 trilyun dengan rincian untuk masing masing kegiatan adalah sebagaimana pada Tabel 2 berikut ini.

    Tabel 2. Komposisi Anggaran Berdasarkan Jenis Kegiatan Tahun 2017

    No Kegiatan Anggaran (Rp)

    1. Pengelolaan Kapal Perikanan, Alat Penangkap Ikan dan Sertifikasi Awak Kapal Perikanan 651.334.299.000

    2. Pengelolaan Pelabuhan Perikanan 351.910.358.000 3. Pengendalian Penangkapan Ikan 333.382.565.000 4. Pengelolaan Kenelayanan 1.342.530.000 5. Pengelolaan Sumber Daya Ikan 149.190.005.000

    6. Dukungan Manajeman dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap 343.259.816.000

    TOTAL 1.830.419.573.000

  • 14

    2.4 RENCANA AKSI PENETAPAN KINERJA

    Rencana aksi penetapan kinerja merupakan dokumen yang digunakan sebagai alat monitor secara berkala (triwulanan) terhadap pencapaian indikator output dan mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi sehingga dapat dilakukan upaya – upaya tindak lanjut guna mengeliminir permasalahan pada triwulan berikutnya. Rencana aksi disusun hanya untuk menjabarkan IKU pada perspektif internal proses dan learning and growth sebagaimana pada Tabel berikut ini. Tabel 3. Rencana Aksi Indikator Kinerja Utama (IKU) Tahun 2017 No Indikator Kinerja Rencana Aksi

    1 Indeks efektivitas kebijakan DJPT (Indeks) § Survei peningkatan kapasitas sumberdaya manusia § Peningkatan kualitas layanan di lapangan.

    2 Jumlah laut ZEEI dan Laut Lepas yang terkelola sumber daya ikannya (WPP)

    § Penyusunan Harvest Strategy (HS) untuk Pemanfaatan Alokasi Tuna di perairan kepulauan WPPNRI 713, 714 dan & 715

    § Analisis Supply Chain /Rantai Pasok Tuna Sirip Biru Selatan (Southern Bluefin Tuna/SBT) Indonesia

    § Pemanfaatan Kuota Tuna Sirip Biru Selatan/Southern Bluefin Tuna (SBT) Indonesia melalui Catch Documentation Scheme (CDS)

    § Pertemuan Tahunan IOTC 2017 § Pertemuan Internasional 11th Meeting of the

    Compliance Committee CCSBT and 23rd Annual Meeting of the CCSBT 2017

    § Basis Operasi Pelabuhan Perikanan Sebagai Basis Pangkalan Kapal Perikanan di Laut Lepas (Samudera Pasifik dan Samudera Hindia)

    § Penyusunan Rekomendasi Kebijakan Pelabuhan Perikanan Sebagai Basis Pangkalan Kapal Perikanan di Laut Lepas (Samudera Pasifik dan Samudera Hindia)

    3 Jumlah pembentukan kelembagaan pengelolaan WPP (wilayah)

    § Pertemuan kelembagaan pengelolaan perikanan WPPNRI

    § Pembentukan kantor regional WPPNRI § Operasionalisasi kelembagaan pengelolaan

    perikanan di WPPNRI

    4

    Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) dan sertifikasi dari inovasi kapal perikanan, alat penangkap ikan dan alat bantu penangkap ikan yang dihasilkan (buah)

    § Penyiapan bahan identifikasi, inventarisasi, analisis pelaksanaan, dan penyebarluasan hasil uji terap teknik sarana penangkapan ikan, serta bimbingan teknis di bidang teknik sarana penangkapan ikan

    § Penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan jasa uji terap sarana penangkapan ikan dan habitat sumber daya ikan, serta pengelolaan dan pelayanan sistem informasi penangkapan ikan dan operasi penangkapan ikan

    § Penyiapan bahan pelaksanaan kerja sama teknis, bimbingan dan sertifikasi teknis penangkapan ikan

    5 Jumlah pelabuhan perikanan yang menerapkan standar internasional (lokasi)

    § Penyusunan pedoman pelabuhan perikanan berstandar internasional

    § Koordinasi dan pelaksanaan penerapan pelabuhan perikanan yang memenuhi standar internasional

    § Penilaian pelabuhan perikanan yang menerapkan standar internasional

    6 Jumlah pembinaan dan implementasi integrasi sistem perizinan pusat-daerah (Prov)

    § Penyusunan pedoman pengelolaan perizinan pusat dan daerah

    § Pendampingan dan integrasi sistem perizinan pusat dan daerah

    § Evaluasi pengelolaan perizinan pusat dan daerah

  • 15

    No Indikator Kinerja Rencana Aksi § Analisis kegiatan usaha perikanan § Pendampingan penerbitan dokumen kapal

    bantuan pemerintah

    7 Jumlah Nelayan yang terlindungi (orang)

    § Penyusunan pedoman perlindungan nelayan § Identifkasi calon penerima asuransi nelayan § Penerbitan kartu nelayan § Pelaksanaan perilndungan nelayan termasuk

    asuransi nelayan

    8 Jumlah kapal perikanan yang menerapkan logbook penangkapan ikan (unit)

    § Pengumpulan data logbook penangkapan ikan § Pengolahan dan analisis data logbook

    penangkapan ikan

    9 Jumlah kapal perikanan yang memenuhi standar kelaikan (unit)

    § Penyusunan pedoman kapal perikanan yang memenuhi standar laik laut, laik tangkap dan laik simpan

    § Monitoring dan pendampingan pembuatan kapal perikanan

    10

    Jumlah Inisiasi Penambahan Pelabuhan Perikanan Daerah menjadi UPT Pusat (Pelabuhan Perikanan)

    § Penyiapan dan penetapan kelas Pelabuhan Perikanan

    § Inisiasi Pelabuhan Perikanan UPTD Menjadi UPT Pusat

    11

    Jumlah Kelompok Usaha Bersama yang meningkat kelembagaannya menjadi koperasi (Kelompok)

    § Penyusunan/penyempurnaan pedoman kelembagaan usaha nelayan

    § Identifikasi Kelompok Usaha Bersama yang akan ditingkatkan kapasitasnya menjadi koperasi

    § Penilaian dan evaluasi Kelompok Usaha Bersama yang meningkat kapasitasnya menjadi koperasi

    12 Jumlah realisasi kapal terhadap alokasi perizinan sesuai SIUP (unit)

    § Identifikasi, analisis dan verifikasi dokumen kapal perikanan

    § Evaluasi pemberian izin kapal perikanan (SIPI/SIKPI) § Pelayanan penerbitan izin kapal

    penangkap/pengangkut ikan (SIPI/SIKPI)

    13 Jumlah WPP yang dipantau dan dianalisis pengelolaan sumber daya ikannya (WPP)

    § Penghitungan alokasi sumber daya ikan untuk usaha penangkapan ikan pusat-daerah

    § Pemantauan dan analisis pengelolaan sumber daya ikan

    14 Jumlah kapal perikanan yang terdaftar (unit)

    § Penyusunan Pedoman Anev dan Perbaikan Sistem Administrasi untuk Pendaftaran Kapal Perikanan

    § Pengadaan Sarana dan Prasarana Dalam Rangka Dukungan Anev dan Perbaikan Sistem Administrasi untuk Pendaftaran Kapal Perikanan

    § Sosialisasi dan Bimbingan Teknis Petugas ANEV § Pelaksanaan Anev dan Perbaikan Sistem

    Administrasi untuk Pendaftaran Kapal Perikanan

    15 Jumlah Perjanjian Kerja Laut (PKL) yang diterapkan di pelabuhan perikanan (lokasi)

    § Penyusunan SOP Perjanjian Kerja Laut § Monitoring dan evaluasi pelaksanaan PKL dan

    perlindungan awak kapal perikanan

    16 Indeks kompetensi dan integritas lingkup DJPT (Indeks)

    § Evaluasi penerapan disiplin dan kinerja pegawai § Pemantapan tupoksi dalam rangka pelayanan

    prima § Pelaksanaan kinerja pejabat fungsional lingkup djpt § Validasi data dan penyusunan belanja pegawai

    ta.2018 lingkup djpt § Penyusunan profile sdm direktorat jenderal

    perikanan tangkap

    17

    Persentase unit kerja yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar lingkup DJPT (%)

    § Sosialisasi pemanfaatan Bitrix24 sebagai media sistem manajemen pengetahuan yang terstandar

    § Publikasi dan Penyebaran Informasi Ditjen Perikanan Tangkap dalam Bitrix24

    18 Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi DJPT (Nilai) § Penghitungan analisis beban kerja lingkup Ditjen

    Perikanan Tangap

  • 16

    No Indikator Kinerja Rencana Aksi § Evaluasi analisis jabatan lingkup Ditjen Perikanan

    Tangkap § Revitalisasi program dan kegiatan reformasi birokrasi

    Ditjen Perikanan tangkap.

    19 Nilai AKIP DJPT (Nilai) § Pembentukan Tim Pengelolan Kinerja § penyusunan PK dan pengukuran kinerja § Evaluasi dan pelaporan kinerja

    20 Level Maturitas SPIP DJPT (tingkat)

    § Survey persepsi dengan menggunakan kuesioner yang disusun oleh BPKP

    § Kuesioner lanjutan, wawancara, analisis dokumen, dan observasi yang dilakukan oleh tim assesor dari BPKP

    21 Persentase Tindak Lanjut Direktif Pimpinan (%) § Evaluasi tindak lanjut hasil rapat dan perintah

    langsung MKP

    22 Jumlah Inovasi Pelayanan Publik DJPT (Inovasi) § evaluasi pelaksanaan WBK dan WBBM

    23 Nilai kinerja anggaran lingkup DJPT (nilai) § Optimalisasi penyerapan anggaran § Minimalisasi revisi anggaran

    24 Persentase kepatuhan terhadap SAP lingkup DJPT (%) § Tindak lanjut temuan BPK

  • 17

    III. AKUNTABILITAS KINERJA

    3.1 CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

    Dalam keberhasilan pelaksanaan kegiatan pembangunan perikanan tangkap tahun 2017 diukur melalui 35 indikator kinerja utama (IKU) yang terbagi ke dalam 4 (empat) perspektif yakni sebagai berikut : a. Perspektif stakeholder sebanyak 4 (empat) indikator; b. Perspektif costumer sebanyak 7 (tujuh) indikator; c. Perspektif internal proses sebanyak 15 (lima belas) indikator; dan d. Perspektif learning and growth sebanyak 9 (sembilan) indikator. Untuk mengevaluasi Nilai Kinerja Perspektif (NKP) Dapat juga mengunakan Nilai Pencapaian Sasaran Strategis (NSS) sebagai indikator, sehingga dapat dievaluasi performa dari masig-masing perspektif yang dibangun berdasarkan metode Balance Scorecard. Rata – rata Nilai Pencapaian Sasaran Strategis (NPSS) Ditjen Perikanan Tangkap adalah 91,39 % dengan rincian dapat dilihat pada gambar berikut ini.

    Gambar 2.

    Dasboard Nilai Pencapaian Sasaran Strategis (NPSS)Ditjen Perikanan Tangkap 2017 Pencapaian Indikator Kinerja Ditjen Perikanan Tangkap Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel 4 berikut:

  • 18

    Tabel 4. Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Ditjen Perikanan Tangkap Tahun 2017

    No Sasran Strategis Indikator Kinerja Target 2017 Realisasi

    2017 %

    Capaian

    STAKEHOLDER PERSPECTIVE

    1

    Terwujudnya peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan

    1 Nilai PDB Perikanan (%) 8 5,95 74,33%

    2 Nilai Tukar Nelayan (NTN) 109 112,15 102,89%

    3 Rata-rata pendapatan RTP/bulan (Rp/RTP/Bulan)*

    9.760.000 8.489.000 86,98%

    4 Rata-rata pendapatan nelayan/bulan (Rp/nelayan/bulan)*

    3.113.000 2.707.000 86,96%

    CUSTOMER PERSPECTIVE

    2

    Terwujudnya kedaulatan dalam pengelolaan perikanan tangkap

    5 Tingkat Kemandirian SKPT tanggung jawab DJPT (Tingkat)

    4 4 100,00%

    3

    Terwujudnya pengelolaan perikanan tangkap yang bertanggung jawab dan berkelanjutan

    6 Nilai Kesesuaian Bantuan Pemerintah DJPT (%) 80 90,94 113,68%

    7 Jumlah produksi perikanan tangkap (Ton)*

    8.815.500 7.673.120 87,04%

    8 Nilai produksi perikanan tangkap (Rp.Juta)* 180.800.100 158.801.269 87,83%

    9 Jumlah penyaluran akses permodalan perikanan tangkap (Rp. Triliun)

    4,7 5,27 112,07%

    10

    Jumlah WPP yang dikelola sesuai Rencana Pengelolaan Perikanan (WPP)

    11 11 100,00%

    11 Nilai PNBP dari Sektor PT (Rp. Miliar) 970,99 581,73 59,91%

    INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE

    4

    Tersedianya kebijakan pengelolaan perikanan tangkap yang efektif

    12 Indeks efektivitas kebijakan DJPT (Indeks) 7,7 8,40 109,09%

    13

    Jumlah laut ZEEI dan Laut Lepas yang terkelola sumber daya ikannya (WPP)

    4 7 175,00%

    14

    Jumlah pembentukan kelembagaan pengelolaan WPP (wilayah)

    11 11 100,00%

    15

    Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) dan sertifikasi dari inovasi kapal perikanan, alat penangkap ikan dan alat bantu penangkap ikan yang dihasilkan (buah)

    40 24 60,00%

  • 19

    No Sasran Strategis Indikator Kinerja Target 2017 Realisasi

    2017 %

    Capaian

    16

    Jumlah pelabuhan perikanan yang menerapkan standar internasional (lokasi)

    1 2 200,00%

    5

    Terselenggaranya tata kelola pemanfaatan perikanan tangkap yang berdaya saing dan berkeadilan

    17

    Jumlah pembinaan dan implementasi integrasi sistem perizinan pusat-daerah (Prov)

    20 24 120,00%

    18 Jumlah Nelayan yang terlindungi (orang) 500.000 500.000 100,00%

    19

    Jumlah kapal perikanan yang menerapkan logbook penangkapan ikan (unit)

    750 1.077 143,60%

    20 Jumlah kapal perikanan yang memenuhi standar kelaikan (unit)

    1.048 1.128 107,63%

    21

    Jumlah Inisiasi Penambahan Pelabuhan Perikanan Daerah menjadi UPT Pusat (Pelabuhan Perikanan)

    13 8 61,54%

    22

    Jumlah Kelompok Usaha Bersama yang meningkat kelembagaannya menjadi koperasi (Koperasi)

    2.100 2.109 100,43%

    6

    Terselenggaranya pengendalian dan pengawasan perikanan tangkap secara profesional dan partisipatif

    23

    Jumlah realisasi kapal terhadap alokasi perizinan sesuai SIUP (unit)

    5.900 5.039 85,41%

    24

    Jumlah WPP yang dipantau dan dianalisis pengelolaan sumber daya ikannya (WPP)

    11 11 100,00%

    25 Jumlah kapal perikanan yang terdaftar (unit) 10.000 7.836 78,36%

    26

    Jumlah Perjanjian Kerja Laut (PKL) yang diterapkan di pelabuhan perikanan (lokasi)

    10 10 100,00%

    LEARNING AND GROWTH PERSPECTIVE

    7

    Terwujudnya aparatur sipil negara DJPT yang kompeten, professional dan berintegritas

    27 Indeks kompetensi dan integritas lingkup DJPT (Indeks)

    80 82,36 102,95%

    8

    Tersedianya manajemen pengetahuan DJPT yang handal dan mudah diakses

    28

    Persentase unit kerja yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar lingkup DJPT (%)

    65 20,62 31,72%

    9

    Terwujudnya birokrasi DJPT yang efektif, efisien dan berorientasi pada layanan prima

    29 Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi DJPT (Nilai) A (80) 81,92 102,40%

    30 Nilai AKIP DJPT (Nilai) A (85) 83,2 97,88%

  • 20

    No Sasran Strategis Indikator Kinerja Target 2017 Realisasi

    2017 %

    Capaian

    31 Level Maturitas SPIP DJPT (tingkat) 2 2 100,00%

    32 Persentase Tindak Lanjut Direktif Pimpinan (%) 100 35 35,00%

    33 Jumlah Inovasi Pelayanan Publik DJPT (Inovasi)

    1 2 200,00%

    10

    Terkelolanya anggaran pembangunan DJPT secara efisien dan akuntabel

    34 Nilai kinerja anggaran lingkup DJPT (nilai) Baik (85) 85,88 101,04%

    35 Persentase kepatuhan terhadap SAP lingkup DJPT (%)

    100 100 100,00%

    Ket: *angka sementara Berdasarkan tabel diatas masih banyak terdapat IKU yang belum mencapai target yang telah ditetapkan pada tahun 2017. Adapun pembahasan masing – masing indikator akan dicantumkan pada sub bab berikut sesuai dengan ketentuan yang tercantum pada Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 53 Tahun 2014, sebagai berikut: 1. Membandingkan realisasi indikator tahun 2017 terhadap target tahun 2017; 2. Membandingkan realisasi indikator tahun 2017 terhadap realisasi indikator hanya

    pada 1 (satu) tahun sebelumnya yakni tahun 2016 dan 2017 dikarenakan sebagian besar indikator yang diukur pada tahun 2015 adalah berbeda dengan indikator pada RPJMN sebelumnya;

    3. Membandingkan realisasi indikator tahun 2017 terhadap target indikator tahun 2018 yang merupakan pertengahan RPJMN (evaluasi paruh waktu) dan tahun 2019 sebagai tahun akhir RPJMN. Hal ini didasarkan oleh Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Kepala Bappenas);

    4. Membandingkan realisasi indikator tahun 2017 terhadap target indikator yang sifatnya standar nasional (apabila ada) dengan tujuan untuk mengukur pencapaian Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap terhadap capaian nasional;

    5. Menyajikan analisa (penyebab) terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai target tahun 2017 berdasarkan faktor – faktor yang mempengaruhi pencapaian indikator;

    6. Menyajikan besarnya jumlah sumberdaya yang digunakan berupa alokasi anggaran dalam upaya mencapai target indikator tahun 2017 sesuai dengan yang terdapat pada dokumen penganggaran (RKAKL). Analisa ini terbatas pada internal process perspective dan learning and growth perspective dikarenakan kedua perspektif ini sifatnya proses dan input (masukan) yang dapat langsung diukur efeknya terhadap pencapaian indikator, sedangkan kedua perspektif lainnya yakni stakeholder perspective dan costumer perspective merupakan dampak atau hasil dari pencapaian indikator;

    7. Menyajikan program dan kegiatan yang menunjang pencapaian target indikator tahun 2017.

    3.1.1 Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Nelayan

    Pencapaian sasaran strategis ini diukur melalui 4 (empat) indikator yakni (1) Pertumbuhan PDB Perikanan; (2) Nilai Tukar Nelayan (3) Rata-rata pendapatan RTP; (4) Rata-rata pendapatan nelayan.

    1. Pertumbuhan PDB Perikanan

    Pertumbuhan Produk Domestik Bruto adalah laju pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga konstan diperoleh dengan

  • 21

    mengurangi nilai pada tahun ke n dengan nilai pada tahun ke (n-1) dibagi dengan nilai pada tahun ke (n-1) dikalikan dengan 100 persen. Laju pertumbuhan PDB menunjukkan tingkat perkembangan riil dari agregat pendapatan untuk masing-masing tahun dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Angka capaian IKU ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik melalui Pusat Data dan Statistik KKP dan dilaporkan setiap triwulan yang merupakan capaian berdasarkan harga konstan Tahun 2010 dan merupakan rata-rata realisasi PDB Perikanan selama tahun 2017. Tabel 5. Target dan Realisasi IKU Pertumbuhan PDB Perikanan tahun 2017

    Satuan : %

    Nama IKU Target Tahun 2017 Realisasi

    Tahun 2017 %

    Capaian Pertumbuhan PDB Perikanan 8,00 5,95 74,33

    Capaian ini baru mencapai 74,33 persen dari target tahun 2017. Perekonomian subsektor perikanan s.d. triwulan IV 2017 tumbuh rata-rata sebesar 5,95 persen, lebih tinggi dari pertumbuhan rata-rata ekonomi Indonesia (5,07 persen) dan sektor pertanian (3,42 persen). Selama tahun 2017, pertumbuhan PDB Perikanan mengalami penuruan pada triwulan IV. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan daya beli (purchasing power) dari para pelaku sub sektor Kelautan dan Perikanan.

    Tabel 6. Perbandingan target Pertumbuhan PDB Perikanan Tahun 2017

    terhadap Realisasi Beberapa Tahun Sebelum dan Sesudahnya Satuan : %

    Nama IKU Realisasi Tahun Target Tahun

    2013 2014 2015 2016 2017 2017 2018 2019 Pertumbuhan PDB Perikanan 7,30 7,35 7,89 5,15 5,95 8,00 11,00 12,00

    Berdasarkan Tabel di atas, dapat digambarkan hal – hal sebagai berikut: Untuk sektor perikanan dapat diketahui bahwa pendapatan para pelaku usaha di bidang perikanan tangkap dan budidaya pada triwulan IV-2016 ADHB mencapai Rp. 90,57 triliun dan ADHK 2010 mencapai Rp. 57,79 triliun. Kontribusi perekonomian sektor perikanan triwulan IV-2017 terhadap PDB ADHB sebesar 2,59 persen, kontribusi ini lebih tinggi daripada triwulan III-2016 (2,56 persen), dan triwulan II-2017 (2,53 persen) dan stabil dibandingkan total 2016 (2,56 persen). Kontribusi PDB sektor perikanan Indonesia ADHB triwulan IV-2017 terhadap PDB nasional menunjukkan adanya peningkatan nilai tambah yang mencerminkan peningkatan income para pelaku subsektor kelautan dan perikanan secara rata-rata pada triwulan IV-2017 dibandingkan triwulan III-2017, triwulan II-2017 dan total 2016. Laju pertumbuhan PDB perikanan triwulan IV-2017 (3,60 persen) lebih tinggi daripada laju pertumbuhan PDB kelompok perikanan (1,79 persen) dan lebih rendah daripada laju pertumbuhan PDB Nasional (5,19 persen). Laju pertumbuhan PDB perikanan triwulan IV-2017 (3,60 persen) juga lebih tinggi daripada laju pertumbuhan PDB perikanan triwulan IV-2016 (2,62 persen). Perekonomian perikanan tahun 2017 tumbuh sebesar 5,95 persen, pertumbuhan ini lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi Indonesia (5,07 persen) dan lebih tinggi daripada pertumbuhan sektor pertanian 2017 (3,42 persen), Pertumbuhan ini menunjukkan adanya peningkatan daya beli (purchasing power) dari para pelaku sektor kelautan dan perikanan dibandingkan sektor lain pada kelompok pertanian, kehutanan, perikanan

  • 22

    dan nasional. Pertumbuhan sektor perikanan tahun 2017 menunjukkan bahwa sektor perikanan baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya menunjukkan potensi besar dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Pertumbuhan perekonomian subsektor perikanan triwulan IV 2017 disebabkan oleh meningkatnya produksi perikanan tangkap dan perikanan budidaya triwulan IV 2017 sebesar 1,78 persen dari triwulan III.

    2. Nilai Tukar Nelayan (NTN)

    NTN adalah alat ukur kesejahteraan nelayan yang diperoleh dari perbandingan besarnya harga yang diterima oleh nelayan dengan harga yang dibayarkan oleh nelayan. Angka capaian NTN diperoleh dari Badan Pusat Statistik yang diolah oleh Ditjen Perikanan Tangkap dan dilaporkan secara berkala setiap bulannya. Indikator ini diukur dan dilaporkan setiap bulannya dan capaian NTN pada tahun 2017 adalah sebesar 109,86 atau 100,79% dari target yang telah ditetapkan sebesar 109,00.

    Tabel 7. Target dan Realisasi IKU Nilai Tukar Nelayan tahun 2017

    Nama IKU Target Tahun 2017 Realisasi

    Tahun 2017 %

    Capaian Nilai Tukar Nelayan 109,00 109,86 100,79

    Dari data pada tabel di atas, terlihat bahwa capaian angka NTN sangat dipengaruhi oleh indeks harga yang diterima nelayan (lt) dengan indeks harga yang dibayar nelayan (lb), dimana fluktusi kedua indeks ini akan menyebabkan fluktiasi angka NTN. Standar kesejahteraan nelayan adalah angka NTN sebesar 100, apabila NTN di bawah 100 maka nelayan dikategorikan belum sejahtera dan apabila NTN di atas 100 maka nelayan sejahtera. Selama tahun 2017, realisasi NTN rata-rata di atas 100, namun apabila berdasarkan provinsi, terdapat 1 (satu) provinsi yang rata-rata NTN nya di bawah 100 yakni Provinsi Sumatera Selatan. Tiga besar provinsi dengan NTN tertinggi adalah Riau (121,57), Sulawesi Tenggara (120,86) dan Jawa Timur (120,08). Capaian NTN 2017 per provinsi dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.

    Gambar 3.

    Realisasi Rata – rata NTN Tahun 2017 per provinsi terhadap Angka Batas Kesejahteraan (100)

    101,99108,28109,01

    121,57

    110,04

    97,79104,01

    110,20109,85110,49103,98

    114,45110,80

    116,08120,08120,01

    115,67112,97107,83

    103,72

    112,67112,41110,42107,49

    116,11

    105,98

    120,86

    106,96108,02105,49103,73101,67105,25

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    140

  • 23

    Tabel 8. Perbandingan target Nilai Tukar Nelayan (NTN) Tahun 2017 terhadap Realisasi Beberapa Tahun Sebelum dan Sesudahnya

    Nama IKU Realisasi Tahun Target Tahun*

    2015 2016 2017 2017 2018 2019

    Nilai Tukar Nelayan 106,14 108,24 109,86 109,00 112,00 113,00

    * sesuai target pada Renstra DJPT

    Berdasarkan Tabel di atas, dapat digambarkan hal – hal sebagai berikut: a. Terhadap 2 (dua) tahun sebelumnya yakni tahun 2015 dan 2016,

    realisasi NTN tahun 2017 masih lebih tinggi yakni sebesar 3,50 persen dari tahun 2015 dan 1,50 persen dari tahun 2016. Hal ini disebabkan oleh indeks harga yang diterima nelayan (harga jual ikan) masih lebih besar dibandingkan dengan indeks harga yang dibayarkan (harga kebutuhan pokok) pada tahun 2017;

    b. Terhadap target tahun depan (2018) dan tahun 2019, realisasi NTN masih dibawah target tersebut masing – masing sebesar 2,68 persen dan 3,54 persen. Kondisi ini disebabkan oleh penetapan kenaikan target NTN setiap tahunnya sangat tergantung pada fluktiasi angka inflasi, sehingga target yang ditetapkan tidak secara optimis. Hal ini terlihat dari penetapan target tahun 2018 sebesar 112 sedangkan capaian tahun 2015 adalah 106,14 dimana idealnya adalah target tahun 2018 ditetapkan tidak terlalu tinggi terhadap capaian tahun 2014.

    3. Rata-rata Pendapatan RTP per Bulan

    Indikator ini merupakan indikator yang menunjukkan selisih antara penerimaan dari hasil tangkapan yang diperoleh dengan besarnya biaya yang dikeluarkan Rumah Tangga Produksi (RTP) tersebut selama periode waktu tertentu yang umumnya adalah biaya operasional. Berdasarkan hasil survei data dan statistik biaya operasional Perahu Tanpa Motor adalah sebesar 35% dari nilai produksi, untuk Motor Tempel dan Kapal Motor dari Badan Pusat Statistik adalah sebesar 54% dan 66% dari nilai produksi. Tahun 2017, capaian indikator ini adalah Rp. 8.489.000 per bulan atau sebesar 86,98% dari target tahun 2017 sebesar Rp. 9.760.000 per bulan. Capaian indikator ini meliputi rata – rata pendapatan RTP di perairan laut sebesar Rp. 11.316.000/RTP/bulan dan di perairan umum sebesar Rp. 3.143.000/RTP/bulan, Besarnya kontribusi dari perairan laut disebabkan karena luas wilayah penangkapan yang besar sehingga jumlah nelayan yang melakukan penangkapan ikan di laut juga lebih besar yakni sebanyak 2,26 juta orang dibandingkan dengan perairan umum yang hanya sebanyak 378 ribu orang.

    Tabel 9. Target dan Realisasi IKU Rata – rata Pendapatan RTP per Bulan

    Tahun 2017 Satuan : Rp/RTP/bulan

    Nama IKU Target 2017 Realiasasi

    2017 %

    Capaian Rata – rata Pendapatan RTP per Bulan 9.760.000 8.489.000 86,98

    Untuk mendapatkan data yang berkualitas, pendataan dilakukan sesuai dengan kaidah statistik dan melibatkan berbagai pihak berkompeten yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), pemerintah daerah dan pelabuhan perikanan UPT Pusat. Kerjasama dengan BPS dilakukan dalam hal penyediaan data

  • 24

    dasar berupa desa perikanan di seluruh Indonesia yang berasal dari Sensus Pertanian yang diselenggarakan oleh lembaga tersebut.

    Gambar 4.

    Perbandingan Pendapatan RTP per Bulan Tahun 2016 dan Tahun 2017

    Tabel 10. Perbandingan Target Rata – rata Pendapatan RTP per Bulan Tahun 2017 terhadap Realisasi Beberapa Tahun Sebelum dan Sesudahnya

    Satuan : Rp RTP/bulan

    Nama IKU Realisasi Tahun Target Tahun*

    2015 2016 2017 2017 2018 2019

    Rata – rata Pendapatan RTP per bulan

    5.325.690 6.214.817 8.489.000 9.760.000* 11.300.000 13.600.000

    * sesuai target pada Renstra DJPT, ** Angka sementara, Berdasarkan Tabel di atas, dapat digambarkan beberapa hal sebagai berikut: a. Terhadap 2 (dua) tahun sebelumnya yakni tahun 2015 dan 2016,

    realisasi rata – rata pendapatan RTP per bulan tahun 2017 meningkat yakni sebesar 59,40 persen dari tahun 2015 dan 36,59 persen dari tahun 2016. Apabila dibandingkan dengan peningkatan per tahunnya maka peningkatan dari tahun 2016 – 2017 juga lebih besar dari pada tahun 2015 – 2016 yang hanya sebesar 16,70 persen. Hal ini merupakan dampak dari kegiatan – kegiatan pembangunan dan pengembangan yang dilakukan Ditjen Perikanan Tangkap selama kurun waktu 3 tahun terakhir;

    b. Terhadap target tahun 2018, realisasi indikator ini baru mencapai 75,12 persen sedangkan terhadap target tahun 2019 baru mencapai 62,42 persen. Dikarenakan capaian terhadap target beberapa tahun ke depan masih terlalu rendah, maka Ditjen Perikanan Tangkap akan mengidentifikasi dan mengakselerasi upaya – upaya pencapaian target di tahun mendatang melalui kegiatan yang tepat sasaran dan tepat guna.

    4. Rata-rata Pendapatan Nelayan per Bulan

    rata – rata pendapatan nelayan merupakan total pendapatan per orang nelayan yang dari aktivitas penangkapan ikan yang diperoleh dari hasil penjualan dan tangkapan/produksi setelah dikurangi modal kerja di

    7.946.624

    11.316.000

    1.755.1963.143.000

    0

    2000000

    4000000

    6000000

    8000000

    10000000

    12000000

    2016 2017

    PendapatanRTPperbulanTahun2016danTahun2017

    PerairanLaut PerairanUmum

  • 25

    perolah dalam 1 (satu) bulan. Indikator ini memiliki defenisi dan teknik penghitungan yang sama dengan indikator Rata – rata pendapatan RTP per bulan. Sampai dengan tahun 2017, capaian indikator ini adalah Rp. 2.707.000 per bulan atau sebesar 86,96% dari target sebesar Rp. 3.113.000 per bulan.

    Tabel 11. Target dan Realisasi IKU Rata – rata Pendapatan Nelayan per

    Tahun 2017 Satuan : Rp/Nelayan/bulan

    Nama IKU Target 2017 Realisasi

    2017 %

    Capaian

    Rata – rata Pendapatan Nelayan per Bulan 3.113.000 2.707.000 86,96

    Realisasi indikator ini berbanding lurus dengan realisasi NTN yang telah dibahas sub bab sebelumnya yakni realisasi rata – rata pendapatan nelayan yang tinggi akan mendukung langsung realisasi NTN pada periode yang sama, sehingga faktor - faktor pendukung yang mempengaruhi pencapaian NTN adalah relatif sama dengan faktor rata – rata pendapatan nelayan per bulan.

    Gambar 5 Perbandingan Pendapatan Nelayan per Bulan pada Tahun 2016

    dan Tahun 2017

    Pendapatan Nelayan per bulan pada Tahun 2017 lebih tinggi dari pada Tahun 2016 pada periode yang sama. Ada peningkatan 28,45% pada Nelayan laut dan 144,34% pada Nelayan perairan umum.

    Tabel 12. Perbandingan Target Rata – rata Pendapatan Nelayan per Bulan

    Tahun 2017 terhadap Realisasi Beberapa Tahun Sebelum dan Sesudahnya

    Satuan : Rp Nelayan/bulan

    Nama IKU Realisasi Tahun Target Tahun*

    2015 2016 2017** 2017 2018 2019

    Rata – rata Pendapatan Nelayan per bulan

    1.934.390 2.225.891 2.707.000 3.113.000 2.199.500 2.374.200

    * sesuai target pada Renstra DJPT, ** Angka sementara

    2.402.491

    3.086.000

    1.332.593

    3.256.000

    0

    500000

    1000000

    1500000

    2000000

    2500000

    3000000

    3500000

    2016 2017

    PendapatanNelayanperBulanTahun2016danTahun2017

    PerairanLaut PerairanUmum

  • 26

    Berdasarkan Tabel di atas, dapat digambarkan beberapa hal sebagai berikut: a. Terhadap 2 (dua) tahun sebelumnya yakni tahun 2015 dan 2016,

    realisasi rata – rata pendapatan nelayan per bulan tahun 2017 meningkat yakni sebesar 39,94 persen dari tahun 2015 dan 21,61 persen dari tahun 2016. Apabila dibandingkan dengan peningkatan per tahunnya maka peningkatan dari tahun 2015 – 2016 juga lebih kecil daripada tahun 2016 – 2017 yang sebesar 21,61 persen;

    b. Terhadap target tahun 2017, realisasi indikator ini telah mencapai 86,96 persen sedangkan terhadap target tahun 2018 baru mencapai 74,78 persen dan pada tahun 2019 baru mencapai lebih dari 62,52 persen. Upaya – upaya yang dilakukan Ditjen Perikanan Tangkap dalam meningkatan capaian indikator ini adalah sama dengan upaya peningkatan capaian IKU rata – rata pendapatan RTP per bulannya.

    3.1.2 Terwujudnya kedaulatan dalam pengelolaan perikanan tangkap

    1. Tingkat Kemandirian SKPT tanggung jawab DJPT

    Untuk mencapai hal ini dilakukan melalui kegiatan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) di pulau-pulau kecil terluar dan kawasan perbatasan. Target tigkat kemandirian SKPT untuk tahun 2017 ini adalah 4. Realisasi indikator ini tahun 2017 adalah 4 seperti terlihat pada table berikut.

    Tabel 13. Target dan Realisasi IKU Tingkat Kemandirian SKPT tanggung

    jawab DJPT Tahun 2017

    Nama IKU Target 2017 Realisasi

    2017 %

    Capaian Tingkat Kemandirian SKPT tanggung jawab DJPT 4,00 4,00 100,00%

    Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu yang menjadi tanggung jawab Ditjen Perikanan Tangkap adalah (a) SKPT Natuna, Kepulauan Riau; (b) SKPT Sebatik, Kalimantan Utara; (c) SKPT Saumlaki, Maluku, dan (d) SKPT Merauke, Papua. a) SKPT Natuna

    Dalam pembangunan SKPT Natuna, KKP menggandeng peran serta sejumlah pihak, mulai dari keterlibatan penuh Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau, Pemerintah Kabupaten Natuna dan juga BUMN. Saat ini operasionalisasi integrated cool storage/ICS kapasitas 200 ton dilaksanakan bekerjasama dengan BUMN Perindo yang beroperasi sejak Juni 2017. Dengan lahan seluas 3 hektar dibangun dermaga 800 m2, Tempat Pelelangan Ikan (TPI) 800 m2, dan gedung pengelola bersama yang dilengkapi Backrish Water Reverse Osomosis (BWRO) untuk mengolah air payau menjadi air minum 250 Ton/hr. SKPT Natuna juga dilengkapi dengan kios Bahan Bakar Minyak (BBM) berkapasitas 12,000 liter, cold storage dengan kapasitas 200 Ton, pabrik es, pusat perbaikan jaring seluas 800 m2, mesin dan genset cadangan, gudang logistik, serta fasilitas pendukung lainnya seperti truk mini crane, mobil tangki air dan kendaraan pengangkut sampah. Bagi nelayan-nelayan di sekitar lokasi SKPT Natuna yang tergabung dalam koperasi, pemerintah juga memberikan bantuan kapal perikanan lengkap dengan alat tangkap ramah lingkungan dan fasilitas rantai dingin ikan hasil tangkapan berupa kendaraan berpendingin, coolbox. Mereka juga diberikan sejumlah pelatihan-

  • 27

    pelatihan keterampilan operasional penangkapan ikan, cara penanganan ikan yang baik/CPIB. Pelatihan ini diberikan agar para nelayan bisa memaksimalkan hasil tangkapan mereka dan turut menjaga kesinambungan sumber daya laut. Para nelayan Natuna juga dibekali dengan bantuan premi asuransi nelayan. Bantuan ini disalurkan melalui koperasi-koperasi nelayan yang ada di Natuna. Dengan diberikannya bantuan tersebut diharapkan akan bisa meningkatkan hasil tangkapan yang ujungnya tentu akan meningkatkan kesejahteraan para nelayan Natuna.

    b) SKPT Sebatik Pangkalan Pandaratan Ikan (PPI) Sebatik berlokasi di Desa Sungai pancang Kecamatan Sebatik Kabupaten Nunukan. Berdiri di atas lahan seluas 1,130.5 Ha. Lokasi berada Kampung Sungai Nyamuk Desa Sungai pancang di Jalan Usman Harun di Kepulauan Sebatik, dari hasil survey pendahuluan yang dilakukan, kondisi eksisting kawasan review luas lahan 1,130.5 Ha dan sudah terdapat fasilitas-fasilitas pendaran ikan. Namun demikian kondisi bangunan mengalami penurunan fungsi dan kualitas diantaranya adalah fasilitas yang sudah ada di lokasi PPI yaitu kantor PPI, tempat pelelangan ikan, rumah dinas, gedung genset, pos pemeriksaan, dermaga, dan pos jaga. Pembangunan Sarana dan Prasarana PPI Sebatik pada Tahun anggaran 2017, meliputi pembagunan: • Causeway panjang 200 m x 7 m • Trestle 50 m x 7 m kali 14 segmen atau 750 m x 7 m • Bangunan Darat (Kantor PPI, Tempat perbaikan API dan Balai

    Nelayan, Bangunan Ice Flake, Toilet, Ground Tank, Pagar samping, saluran dan taman

    • Integrated Cold Storage (ICS) 50 ton.

    c) SKPT Merauke Pembangunan SKPT Merauke dilaksanakan melalui pembangunan dermaga, tempat pemasaran/pelelangan (TPI) higienis, ice flake machine (IFM) dan penyediaan air bersih serta pembangunan gedung terintergrasi (intergrated cold storage/ICS). Adapaun pembangunan tersebut telah mencapai selesai secara keseluruhan atau mencapai 100% dari target pembangunan. Ketersediaan air bersih saat ini di beberapa distrik pesisir Kabupaten Merauke masih mengandalkan air sumur dan mata air. Jaringan pipa PDAM baru melayani di Distrik Merauke saja. Di beberapa distrik lain, ditemukan jaringan pipa dan bak-bak penampungan air dari air sumur, air tadah hujan maupun mata air. Namun, kondisinya kurang layak digunakan, karena kurangnya perawatan dan pengawasan pemanfaatan fasilitas yang telah dibangun. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat pesisir, dibangun jaringan air dari PDAM dan didistribusikan ke masing-masing pemukiman. Sedangkan untuk memenuhi kegiatan perikanan dibangun jaringan air dari PDAM dengan bak penampung air sebanyak 500 m3, desalinasi air dengan menampung air sebanyak 200 m3, dan pengeboran tanah untuk penyediaan RO (Reverse Osmosis) di distrik pesisir Kabupaten Merauke. Selanjutnya, bangunan tersebut dilakukan pengawasan dan perawatan tiap tahunnya sejak pembangunan pertama, kemudian dilakukan pengecekan tiap 5 tahun sekali selama 20 tahun ke depan. Jaringan listrik 24 jam saat ini hanya tersedia di Distrik Merauke. Sedangkan distrik lain, listrik hanya menyala 12 jam atau bahkan hanya

  • 28

    4-6 jam di malam hari. Oleh sebab itu, masyarakat lebih banyak menggunakan genet listrik bertenaga bahan bakar minyak dan bertenaga surya untuk penerangan. Terkait hal ini, pemerintah pusat menetapkan proyek peningkatan layanan listrik dan penggunaan solar cell di Kabupaten Merauke, khususnya distrik pesisir. Untuk memenuhi kegiatan perikanan dan kebutuhan listrik masyarakat pesisir Kabupaten Merauke, direncanakan pembangunan sumber energi listrik bertenaga surya (solar cell) sebesar 300 KVA. Selanjutnya, bangunan tersebut dilakukan pengawasan dan perawatan tiap tahunnya sejak pembangunan pertama, kemudian dilakukan pengecekan tiap 5 tahun sekali selama 20 tahun ke depan. Jaringan dan sinyal telepon saat ini masih terbatas. Penyedia jaringan yang ada hanya satu operator dengan kemampuan transfer data (sinyal GSM/EDGE) yang lambat. Hal ini dikarenakan ketersediaan menara BTS sebagai pemancar sinyal komunikasi masih sedikit. Padahal jaringan telekomunikasi berperan sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Kabupaten Merauke, khususnya di daerah terpencil seperti Pulau Kolepon. Untuk memenuhi kualitas sumber daya manusia dalam kegiatan perikanan maupun kebutuhan masyarakat itu sendiri, direncanakan pembangunan pemancar BTS yang bekerja sama dengan PT. Telkom di beberapa titik distrik pesisir Kabupaten Merauke. Pembangunan pemancar tersebut selanjutnya dikelola dan dilakukan pengawasan oleh petugas PT. Telkom tiap tahunnya selama beberapa tahun ke depan. Transportasi di Kabupaten Merauke, didominasi oleh angkutan air berupa kapal-kapal atau perahu kayu, kapal perintis untuk menghubungkan berbagai lokasi antar distrik. Hal ini terjadi karena akses melalui jalan darat masih terkendala akibat keberadaan jaringan infrastruktur yang belum maksimal dalam memberikan pelayanan mobilisasi bagi masyarakat. Sektor transportasi laut sangat berperan dalam pergerakan logistik kebutuhan masyarakat sehari-hari terutama penyambung antar distrik di Pulau Kolepon dan sekitarnya. Rencana pembangunan jalan yang menghubungkan antar distrik pesisir di Kabupaten Merauke masih terkendala, dimana kondisi jaringan infrastruktur yang belum maksimal serta aksesnya dibatasi dengan kondisi bentang alam berupa sungai-sungai yang besar, sehingga mobilitas masyarakat masih sangat terbatas. Oleh sebab itu, sebagian besar masyarakat di sekitar distrik pesisir cenderung memiliki perahu kayu secara pribadi dan menggunakan kapal penumpang feri/ perintis. Selain itu, moda transportasi yang juga digunakan oleh masyarakat adalah sektor transportasi udara. Angkutan udara berupa pesawat perintis dari penyedia jasa penerbangan yaitu susi air digunakan sebagai penghubung berbagai lokasi antar distrik. Pesawat tersebut hanya menghubungkan Distrik Kimaam, Distrik Wanam dan Distrik Merauke saja, karena hanya di distrik tersebut yang memiliki bandar udara. Pesawat ini beroperasi sebanyak 2 kali PP (pulang-pergi) dalam sehari tujuan Merauke-Kimaam dan Merauke-Wanam dengan waktu tempuh ±40 menit sekali perjalanan. Untuk mengakomodir kebutuhan masyarakat pesisir Kabupaten Merauke, direncanakan penambahan jumlah moda transportasi serta perbaikan jaringan jalan agar masyarakat dapat meminimilasir biaya transportasi. Selanjutnya, dilakukan pengawasan dan perawatan moda transportasi tiap tahunnya, kemudian dilakukan pengecekan

  • 29

    Ketersediaan sarana dalam kegiatan perikanan tangkap di tiap distrik pesisir Kabupaten Merauke saat ini masih menggunakan kapal semang dengan mesin 40 PK, hanya beberapa masyarakat saja yang sudah menggunakan kapal >10 GT. Kapal sangat berperan penting dalam kegiatan produksi perikanan tangkap, sehingga direncanakan pengadaan kapal 5-10 GT sebanyak 40 unit, kapal 10-30 GT sebanyak 20 unit dan kapal pengangkut 75 GT sebanyak 5 unit untuk masing-masing distrik pesisir Kabupaten Merauke tiap tahunnya selama 5 tahun. Selain itu, pengadaan alat tangkap pursesinese sebanyak 100 set selama 5 tahun (20 set/ tahun), alat tangkap gillnet dengan mesh size 5,8 dan 10 inch sebanyak 100 set selama 5 tahun, alat tangkap pancing sebanyak 100 set selama 5 tahun serta GPS/fish finder (alat bantu penangkapan) sebanyak 300 unit selama 5 tahun (60 unit/ tahun). Untuk memenuhi sarana kegiatan perikanan tangkap, direncanakan penambahan jumlah kapal dan alat tangkap serta penambahan alat bantu penangkapan berupa GPS dan fish finder agar masyarakat dapat memaksimalkan kegitan produksi perikanan tangkap. Selanjutnya, dilakukan pengawasan dan perawatan kapal tiap tahunnya, kemudian dilakukan pengecekan pada kapal dan alat bantu penangkapan tiap 5 tahun sekali selama 20 tahun ke depan.

    d) SKPT Saumlaki Berdasarkan potensi yang dimiliki PP Ukurlaran maka arah Review Master Plan dan DED PPI Sebatik adalah sebagai pelabuhan PPI baik dari kegiatan pendaratan ikan, maka PPI Sebatik dapat dikembangkan juga sebagai pelabuhan industri yang lebih modern, yang meliputi kegiatan pengolahan, cold storage dan industri pengolahanan ikan. SKPT Saumlaki di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku terletak di Wilayah Pengelolaan Perikanan 718 (sepanjang Laut Aru, Laut Arafura, dan Laut Timor bagian Timur, Provinsi Kalimantan Utara). SKPT Saumlaki dilengkapi dengan dermaga, pabrik es dengan kapasitas 10 ton, Integrated Cold storage dan kantor pengelola dengan kapasitas 1000 ton, bengkel listrik dan air, ice flake machine warung perbekalan nelayan, tandon dan instalasi jaringan air. SKPT Saumlaki juga dilengkapi dengan sarana kapal Perikanan dan Alat Penangkap Ikan < 5 GT sebanyak 20 Unit dan 10 GT sebanyak 5 Unit.

    3.1.3 Terwujudnya pengelolaan Perikanan Tangkap yang Bertanggung Jawab dan

    Berkelanjutan

    Pencapaian sasaran strategis ini diukur melalui 6 (enam) indikator yakni (1) Nilai Kesesuaian Bantuan Pemerintah DJPT, (2) Jumlah produksi perikanan tangkap, (3) Nilai Produksi perikanan tangkap, (4) Jumlah penyaluran akses pemodalan perikanan tangkap, (5) Jumlah WPPyang dikelola sesuai Rencana Pengelolaan Perikanan (6) Nilai PNBP dari Sektor PT. 1. Nilai Kesesuaian Bantuan Pemerintah DJPT

    Indikator ini merupakan ukuran atas kesesuaian antara rencana (kebutuhan) dan realisasi bantuan pemerintah dari Ditjen Perikanna Tangkap kepada masyarakat/pemda/BUMN/D berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Mengukur realisasi bantuan Ditjen Perikanan Tangkap kepada masyarakat/pemda/BUMN/D, berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi

  • 30

    secara populasi berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan dalam pedoman. Pengukuran tersebut dilakukan berdasarkan hasil pengadaan tahun 2017 terhadap kesesuaian: 1) kebutuhan; 2) sasaran; 3) kontrak (spesifikasi, jumlah dan waktu); dan 4) Infrastruktur Pendukung. Kebutuhan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan masyarakat/pemda/BUMN/D untuk memperoleh kesejahteraan dan kenyamanan. Sasaran adalah hasil yang diharapkan dari suatu program atau keluaran yang diharapkan dari suatu kegiatan. Kontrak adalah persetujuan yang bersanksi hukum antara dua atau lebih pihak untuk melakukan atau tidak melakukan kegiatan/perikatan. Infrastruktur Pendukung adalah seluruh fasilitas baik fisik maupun non fisik yang sengaja dibangun oleh pemerintah atau perorangan untuk mendukung terlaksananya kegiatan bantuan pemerintah. Minimal pencapaian IKU ini pada Tahun 2017 adalah 80% terhadap rencana yang ada dan dihitung pada akhir tahun. Sehingga capaian sampai dengan akhir tahun 2017 adalah 90,49 atau 113,11% dari target yang ditetapkan.

    2. Jumlah Produksi Perikanan Tangkap

    Realisasi produksi perikanan tangkap dilaporkan secara berkala setiap triwulanan dan capaian tahun 2017 adalah sebanyak 7,673 juta ton atau 87,04% dari target tahun 2017 sebesar 8,816 juta ton. Komposisi capaian produksi perikanan tangkap ini adalah dari produksi perikanan tangkap di perairan laut dan umum. Permasalahan tidak tercapainya produksi tahun 2017 terhadap target adalah sebagai berikut: a. Jumlah nelayan dan RTP pada tahun 2017 mengalami penurunan sejak

    pemberlakukan moratorium kapal asing dalam melakukan operasai penangkapan di perairan Indonesia.

    b. Jumlah trip yang juga mengalami penurunan, sedangkan waktu yang dibutuhkan nelayan dalam melakukan operasi penangkapan semakin bertambah. Haltersebut menunjukkan kurang efektifnya waktu penangkapan yang dilakukan.

    c. Selama ini pendataan untuk perairan darat masih beum tersentralisasi sehingga banyak data yang tidak tercatat. Oleh karena itu di beberapa lokasi DJPT telah melakukan pembangunan fasilitas pendataan agara pendataan di perairan darat dapat tercatat seluruhnya.

    d. Penentuan angka target yang tidak realistis. Hal tersebut dikarenakan saat ini pemerintah masih melakukan kegiatan perbaikan pengelolaan perikanan secara terpadu dari hulu sampai hilir.

    Tabel 14. Target dan Realisasi IKU Jumlah Produksi Perikanan Tangkap

    Tahun 2017 Satuan : ton

    Nama IKU Target 2017 Realisasi

    2017* %

    Capaian Jumlah Produksi Perikanan Tangkap 8.815.500 7.673.120 87,04%

    a. Perairan Laut 7.805.500 7.030.450 90,07% b. Perairan Umum 1.010.000 642.670 63,63%

    * Angka sementara

  • 31

    Gambar 6.

    Perbandingan Volume Produksi pada Tahun 2016 dan Tahun 2017

    Volume produksi pada Tahun 2017 lebih tinggi daripada Tahun 2016 pada periode yang sama. Ada peningkatan 10,69% pada produksi laut dan 33,93% pada produksi perairan umum. Hal ini dapat merupakan dampak dari berbagai kebijakan pengelolaan perikanan yang sudah dilakukan oleh DJPT-KKP pada tahun 2017. Tabel 15. Perbandingan Target Realisasi Jumlah Produksi Perikanan

    tangkap Tahun 2017 terhadap Realisasi Beberapa Tahun Sebelum dan Sesudahnya

    Satuan : juta ton

    Nama IKU Realisasi Tahun Target Tahun

    2015 2016 2017* 2017 2018 2019

    Jumlah Produksi Perikanan Tangkap 6,520 6,831 7,673 8,816 9,450 10,470

    * Angka sementara Berdasarkan Tabel di atas, dapat digambarkan hal-hal sebagai berikut: 1. Jumlah produksi perikanan tangkap mengalami kenaikan sejak tahun

    2015 hingga 2017 yakni sebesar 4,77% dari tahun 2015 ke tahun 2016 dan 12,33% dari tahun 2016 ke tahun 2017. Kenaikan pada tahun 2016 merupakan kontribusi dari peningkatan perairan laut sebesar 10,29% dan perairan umum sebesar 33,93%. Kondisi ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, yakni: a. Kebijakan larangan bongkar muat (transhipment) diatas laut

    meningkatkan jumlah kapal yang tambat di darat, sehingga hasil tangkapan ikan dapat tercatat dengan baik di pelabuhan pangkalan. Sebagai contoh, provinsi yang mengalami kenaikan hasil tangkapan laut signifikan adalah Aceh (15,07%), Maluku Utara (14,05%) dan Papua Barat (13,60%).

    b. Tindakan tegas terhadap kapal-kapal IUU fishing menyebabkan jalur migrasi ikan yang selama ini tertahan dapat diakses oleh nelayan lokal, sehingga menumbuhkan fishing ground baru atau peningkatan jumlah tangkapan di fishing ground yang lama. Persaingan dengan

    6.351.478

    7.030.450

    479.850 642.670

    010000002000000300000040000005000000600000070000008000000

    2016 2017

    PerbandinganVolumeProduksiTahun2016danTahun2017

    PerairanLaut PerairanUmum

  • 32

    kapal asing juga menjadi jauh berkurang, karena selama ini nelayan lokal kalah dalam hal kapasitas kapal dan teknologi penangkapan ikan. Kondisi ini menyebabkan peningkatan jumlah hasil tangkapan ikan yang didaratkan oleh nelayan lokal. Sebagai contoh di WPP-RI 711 yang meliputi perairan Selat Karimata, Laut Natuna, dan Laut China Selatan, provinsi-provinsi yang berbatasan dengan WPP tersebut mengalami peningkatan produksi laut yang cukup signifikan, seperti Kalimantan Barat (9,77%), Kep. Riau (10,27%) dan Sumatera Selatan (12,53%).

    2. Rata-rata kontribusi penangkapan di perairan umum terhadap total volume hanya 8,38% namun memiliki kenaikan yang positif yaitu sebesar 33,93%. Hal ini menunjukkan bahwa potensi penangkapan di perairan umum cukup baik dan akan semakin berkontribusi terhadap total volume jika pengelolaan perikanan di perairan umum lebih diperhatikan (termasuk kelembagaan dan sistem pencatatan data hasil tangkapan).

    3. Nilai Produksi Perikanan Tangkap

    Nilai produksi perikanan tangkap merupakan perhitungan gabungan dari nilai produksi yang didaratkan perusahaan perikanan, pelabuhan perikanan dan hasil estimasi di desa sampel yakni desa perikanan yang terpilih sebagai desa sampel untuk dilakukan kegiatan pengumpulan atau pendataan statistik perikanan tangkap. Nilai produksi perikanan tangkap sangat tergantung pada besarnya volume produksi yang dihasilkan dan rata-rata harga ikan di pasaran. Realisasi produksi perikanan tangkap diukur dan dilaporkan secara berkala. Adapun capaian sampai dengan tahun 2017 adalah sebanyak Rp. 158,801 trilyun atau 87,83% dari target sebesar Rp. 180,8 trilyun trilyun. Tabel 16. Target dan Realisasi IKU Nilai Produksi Perikanan Tangkap Tahun

    2017 Satuan : triliyun

    Nama IKU Target 2017 Realisasi

    2017 %

    Capaian Nilai Produksi Perikanan Tangkap 180,8 158,8 87,83

    a. Perairan Laut 157,67 143,18 90,81% b. Perairan Umum 23,19 15,62 67,36%

    Gambar 7.

    Perbandingan Nilai Produksi pada Tahun 2016 dan Tahun 2017

    115,42

    143,18

    9,97 15,62020406080

    100120140160

    2016 2017

    PerbandinganNilaiProduksi PerikananTangkapTahun2016dan2017(Rp.triliyun)

    PerairanLaut PerairanDarat

  • 33

    Nilai produksi pada Tahun 2017 lebih tinggi daripada Tahun 2016 pada periode yang sama. Ada peningkatan 24,05% pada nilai produksi laut dan 56,67% pada nilai produksi perairan umum. Peningkatan target nilai produksi bergantung pada inflasi, kualitas hasil tangkapan ikan, operasional Unit Pengolahan Ikan (UPI) dan kapasitas pengusaha perikanan dalam menembus pasar baru baik domestik maupun internasional.

    4. Jumlah Penyaluran Akses Permodalan Perikanan Tangkap

    Indikator ini merupakan indikator yang menunjukkan Jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh lembaga perbankan dan non perbankan serta bantuan pemerintah. Penyaluran permodalan dari Perbankan berupa Kredit Usaha Rakyat (KUR), Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) dan skim kredit komersil lainya, dan Non perbankan berupa pegadaian dan LBPD. Capaian IKU ini ditargetkan untuk dilaporkan secara tahunan pada akhir tahun 2017 dikarenakan periode penyampaian laporan penyaluran modal di bidang perikanan tangkap oleh pihak perbankan relatif dilakukan setiap akhir tahun sehingga kompilasi data yang masuk juga akan dilakukan pada akhir tahun 2017. Adapun teknik penghitung capaian indikator ini adalah dengan menjumlahkan seluruh penyaluran usaha baik dengan skema perbankan maupun non perbankan. Berikut ini adalah gambar format pengukuran jumlah penyaluran permodalan perikanan tangkap yang akan dijadikan data dukung capaian indikator pada akhir tahun 2017. Adapun capaian pada Tahun 2017 adalah sebesar 5,27 Triliun dari target Tahun 2017 sebesar 4,70 Triliun atau sebesar 112,13 persen terhadap target. Tabel 17. Target dan Realisasi IKU Jumlah Penyaluran Akses Permodalan

    Perikanan Tangkap Tahun 2017 Satuan : triliyun

    Nama IKU Target 2017 Realisasi

    2017 %

    Capaian Jumlah Penyaluran Akses Permodalan Perikanan Tangkap 4,70 5,27 112,13

    Tabel 18. Perbandingan Target Realisasi Jumlah Penyaluran Akses

    Permodalan Perikanan Tangkap Tahun 2017 terhadap Realisasi Beberapa Tahun Sebelum dan Sesudahnya

    Nama IKU Realisasi Tahun Target Tahun*

    2015 2016 2017 2017 2018 2019 Jumlah Penyaluran Akses Permodalan Perikanan Tangkap 1,34 0.89 5,27 4,70 4,80 4,80

    * sesuai target pada Renstra DJPT Berdasarkan Tabel di atas, dapat digambarkan hal – hal sebagai berikut: a. Jumlah penyaluran akses permodalan perikanan tangkap meningkat

    pada tahun 2015 dan menurun pada tahun 2016 sebesar 33,58 persen dikarenakan sulitnya konsumen (nelayan) dalam akses permodalan. Namun pada tahun 2017 meningkat sebesar 492,13%, hal ini dikarenakan DJPT telah menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga perbankan dan non perbankan untuk penyaluran akses permodalan kepada nelayan.

    b. Terhadap target tahun depan (2018) dan target akhir jangka menengah (2019), realisasi tahun 2017 telah mencapai lebih dari 100 persen yang

  • 34

    mengindikasikan bahwa penetapan target tersebut perlu dilakukan perubahan. Namun mengingat bahwa kendala utama adalah penyampaian dan perolehan data perbankan, maka Ditjen Perikanan Tangkap terlebih dahulu harus mengidentifikasi langkah – langkah perbaikan sebelum melakukan perubahan target.

    5. Jumlah WPP yang dikelola sesuai Rencana Pengelolaan Perikanan

    Indikator ini merupakan indikator yang mengukur kesesuaian antara Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) yang telah dilakukan pengelolaan berdasarkan Rencana Pengelolaan Perikanan (RPP) yang telah disusun dan ditetapkan untuk masing – masing Wilayah Pengelolaan Perikanan. Asumsi jumlah WPP dikelola sesuai RPP adalah: (1) Jumlah RPP yang telah ditetapkan melalui Peraturan atau Menteri Kelautan dan Perikanan serta (2) Persentase rencana aksi yang telah diimplementasikan sesuai dengan dokumen RPP WPPNRI lebih dari 75 % (>75%). Pengukuran dan pelaporan indikator ini dilakukan secara berkala setiap tiga bulan atau pertriwulan tahun 2017. Jumlah WPP yang menjadi target akan dikelola tahun 2017 adalah sebanyak 11 (sebelas) WPP dan sampai dengan tahun 2017 seluruh WPP telah terkelola. Tabel 19. Target dan Realisasi Jumlah WPP yang Dikel