2017-2019 - Portal OJK · kapasiatas sumber daya manusia; dan peningkatan koordinasi antar pemangku...

82
ROADMAP PENGEMBANGAN KEUANGAN SYARIAH INDONESIA 2017-2019

Transcript of 2017-2019 - Portal OJK · kapasiatas sumber daya manusia; dan peningkatan koordinasi antar pemangku...

ROADMAPPENGEMBANGAN KEUANGAN SYARIAH

INDONESIA2017-2019

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya kepada kita sekalian. Shalawat dan salamteruntuk Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, dan para sahabatnya.

Berkat kerja keras seluruh pemangku kepentingan di industri keuangan syariah dan dengan pertolongan AllahSWT, industri keuangan syariah lebih dari 2 (dua) dekade telah mengalami perkembangan yang cukup baik diIndonesia. Telah banyak capaian yang dapat dilihat dengan adanya keberagaman produk, kelengkapan kerangkahukum, dan makin banyaknya pelaku yang turut melakukan kegiatan usaha di industri keuangan syariah. Apa yangtelah dicapai ini tentunya tidak membuat kita berpuas diri, masih banyak tantangan yang harus diselesaikan untukmempercepat pertumbuhan industri keuangan syariah di Indonesia. Fakta menunjukkan bahwa walaupun mengalamipertumbuhan dari tahun ke tahun, pangsa pasar keuangan syariah relatif masih bergerak dalam kisaran pada angka5%. Oleh karena itu, para pemangku kepentingan termasuk di dalamnya regulator, pemerintah, industri, dan parapemangku kepentingan terkait harus bersinergi menyusun dan melaksanakan program pengembangan yang extraordinary dalam rangka membesarkan keuangan syariah agar dapat berkompetisi secara sehat dengan keuangankonvensional, bahkan dapat bersaing di industri keuangan syariah global.

Pengembangan keuangan syariah tentunya perlu mengoptimalkan seluruh potensi keuangan syariah dimasing-masing sektor yang ada baik perbankan syariah, pasar modal syariah, serta industri keuangan non-banksyariah. Sinergi pengembangan yang terintegrasi di ketiga sektor tersebut diharapkan dapat membuka peluangdan sekaligus saling mendukung pengembangan di masing-masing sektor sehingga pada akhirnya dapat memperbesarperan dan pangsa pasar keuangan syariah di industri keuangan Indonesia.

Hal lain yang juga penting dalam pengembangan keuangan syariah ini adalah bahwa industri keuangan syariahharus dapat menjadi industri keuangan yang inklusif. Industri keuangan syariah harus dapat memenuhi kebutuhanpembiayaan dalam skala kecil dan menengah hingga skala pembiayaan yang besar untuk menunjang pembangunannasional. Di samping itu, keuangan syariah juga dipercaya akan berkembang lebih cepat dan berkelanjutan biladidukung dengan integrasi dan sinergi antara sektor riil, sektor keuangan, dan sektor religius/sosial sehingga ketigasektor tersebut dapat tumbuh lebih cepat secara bersama-sama. Sejalan dengan itu maka kemudahan aksesmasyarakat terhadap produk, kualitas pelayanan, serta infrastruktur di industri keuangan syariah juga ditingkatkan.Dengan demikian, industri keuangan syariah dapat berperan secara siginifikan dalam pembangunan nasional danmenyejahterakan masyarakat.

Otoritas Jasa Keuangan sebagai regulator tentu sangat berkepentingan dalam menumbuhkembangkan industrikeuangan syariah ini. Oleh karena itu, OJK senantiasa melakukan dialog dan berkoordinasi dengan seluruhpemangku kepentingan dalam rangka membuat kebijakan dan pengaturan yang dapat memberikan iklim yangkondusif dan suportif bagi pengembangan keuangan syariah. Pemerintah merupakan pihak yang memiliki peran

Sambutan Ketua OJK

Sambutan Ketua OJK iii

siginifikan yang dapat mendorong percepatan pertumbuhan keuangan syariah, melalui instrumen kebijakan yangdapat menstimulus pelaku pasar dalam memanfaatkan dan mengoptimalkan industri jasa keuangan. KeberadaanKomite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) yang langsung dipimpin oleh Presiden menunjukkan komitmen yangkuat dari pemerintah untuk berkoordinasi dan bersinergi memajukan keuangan syariah di Indonesia. Tentunya masihbanyak pihak pemangku kepentingan lain yang juga diharapkan berperan dalam pengembangan industri keuangansyariah ini termasuk Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia sebagai lembaga pembuat fatwa, paraakademisi, organisasi penggiat ekonomi dan keuangan syariah, dan tentunya peran dan partisipasi dari pelakuindustri serta asosiasi pelaku.

Dalam rangka mewujudkan harapan tersebut, Roadmap Keuangan Syariah Indonesia ini disusun untukmengintegrasikan tiga Roadmap sektoral, yaitu Roadmap Perbankan Syariah, Roadmap Pasar Modal Syariah, danRoadmap IKNB Syariah. Selain itu, Roadmap ini juga memuat program pengembangan keuangan syariah yangmerupakan jawaban dari berbagai tantangan yang selama ini dihadapi oleh ketiga sektor keuangan syariah.Selanjutnya, Roadmap ini merupakan sebuah dokumen yang hidup sehingga bersifat dinamis menyesuaikan berbagaiperkembangan dan masukan dari pemangku kepentingan. Keberadaan Roadmap ini diharapkan dapat memenuhiekspektasi industri dan seluruh pemangku kepentingan industri keuangan syariah di Indonesia.

Semoga Allah SWT memberikan kemampuan bagi kita dalam mengimplementasikan setiap program yang telahdisusun sehingga keuangan syariah tumbuh semakin besar dan sehat serta dapat menjadi kontributor utama bagiperekonomian Indonesia. Aamiin yaa Rabbal Aalamiin.

KETUA DEWAN KOMISIONER OJK

Muliaman D. Hadad

Sambutan Ketua OJKiv

Keuangan syariah di Indonesia telah berkembang lebih dari dua dekade sejak beroperasinya Bank MuamalatIndonesia, sebagai bank syariah pertama di Indonesia. Perkembangan keuangan syariah telah membuahkanberbagai prestasi, dari makin banyaknya produk dan layanan, hingga berkembangnya infrastruktur yang mendukungkeuangan syariah. Bahkan di pasar global, Indonesia termasuk dalam sepuluh besar negara yang memiliki indekskeuangan syariah terbesar di dunia. Namun demikian, pertumbuhan keuangan syariah belum dapat mengimbangipertumbuhan keuangan konvensional. Hal ini dapat dilihat dari pangsa pasar (market share) keuangan syariahyang secara keseluruhan masih di bawah 5%. Namun apabila dilihat dari setiap jenis produk syariah, hingga akhirDesember 2016, terdapat beberapa produk syariah yang market share-nya di atas 5%, antara lain aset perbankansyariah sebesar 5,33% dari seluruh aset perbankan, sukuk negara yang mencapai 14,82% dari total surat berharganegara yang beredar, lembaga pembiayaan syariah sebesar 7,24% dari total pembiayaan, lembaga jasa keuangansyariah khusus sebesar 9,93%, dan lembaga keuangan mikro syariah sebesar 22,26%. Sementara itu, produksyariah yang pangsa pasarnya masih di bawah 5%, antara lain sukuk korporasi yang beredar sebesar 3,99% dariseluruh nilai sukuk dan obligasi korporasi, nilai aktiva bersih reksa dana syariah sebesar 4,40% dari total nilai aktivabersih reksa dana, dan asuransi syariah sebesar 3,44%. Selain produk keuangan di atas, saham emiten danperusahaan publik yang memenuhi kriteria sebagai saham syariah mencapai 55,13% dari kapitalisasi pasar sahamyang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Angka-angka tersebut di atas menunjukkan bahwa keuangan syariahIndonesia masih perlu terus dikembangkan sehingga dapat mengimbangi pertumbuhan keuangan konvensionaldalam rangka membesarkan industri keuangan secara keseluruhan.

Adapun hal-hal yang perlu dilakukan dalam mengakselerasi pertumbuhan keuangan syariah di Indonesiaadalah melakukan berbagai program yang dapat menyelesaikan berbagai permasalahan lintas sektor, baik yangmelibatkan ketiga sektor ataupun dua sektor. Permasalahan bersama yang dihadapi oleh ketiga sektor keuangansyariah antara lain keterbatasan suplai produk syariah; keterbatasan akses akan produk keuangan syariah; masihrendahnya tingkat literasi keuangan syariah dan tingkat utilitas produk keuangan syariah; keterbatasan sumberdaya manusia; perlunya optimalisasi koordinasi dengan para pemangku kepentingan; serta perlunya kebijakan jasakeuangan yang selaras dan dapat saling mendukung perkembangan seluruh sektor keuangan syariah.

Dengan memperhatikan permasalahan tersebut di atas, visi Roadmap Pengembangan Keuangan SyariahIndonesia 2017-2019 adalah untuk mewujudkan industri jasa keuangan syariah yang tumbuh dan berkelanjutan,berkeadilan, serta memberikan kontribusi bagi perekonomian nasional dan stabilitas sistem keuangan menujuterwujudnya Indonesia sebagai pusat keuangan syariah dunia.

Selanjutnya, untuk mencapai visi tersebut, misi utama yang akan dilakukan dalam periode waktu 2017-2019adalah (1) meningkatkan kapasitas kelembagaan dan ketersediaan produk industri keuangan syariah yang lebihkompetitif dan efisien, (2) memperluas akses terhadap produk dan layanan keuangan syariah untuk memenuhikebutuhan masyarakat, dan (3) meningkatkan inklusi produk keuangan syariah dan koordinasi dengan pemangkukepentingan untuk memperbesar pangsa pasar keuangan syariah.

Ringkasan Eksekutif

Ringkasan Eksekutif v

Dalam menjalankan misi tersebut terdapat beberapa program unggulan yang dilakukan untuk membesarkankeuangan syariah antara lain penguatan kapasitas kelembagaan industri jasa keuangan syariah; peningkatanketersediaan dan keragaman produk keuangan syariah; pemanfaatan fintech dalam rangka memperluas akseskeuangan syariah; perluasan jaringan layanan keuangan syariah; optimalisasi promosi keuangan syariah; peningkatankapasiatas sumber daya manusia; dan peningkatan koordinasi antar pemangku kepentingan dalam rangkapengembangan keuangan syariah di Indonesia. Dengan menjalankan seluruh program tersebut diharapkan visi danmisi keuangan syariah Indonesia yang telah ditetapkan dapat terwujud.

Ringkasan Eksekutifvi

SAMBUTAN KETUA OJK.................................................................................................................................. iiiRINGKASAN EKSEKUTIF................................................................................................................................. vDAFTAR ISI........................................................................................................................................................ viiDAFTAR GRAFIK............................................................................................................................................... ixDAFTAR TABEL................................................................................................................................................. x

JEJAK KEUANGAN SYARIAH INDONESIA..................................................................................................... 01

PERKEMBANGAN KEUANGAN SYARIAH...................................................................................................... 07Indonesia di Pasar Keuangan Syariah Global........................................................................................... 08Perkembangan Keuangan Syariah di Indonesia....................................................................................... 09

Perbankan Syariah................................................................................................................................... 09Pasar Modal Syariah................................................................................................................................ 13Industri Keuangan Non-Bank Syariah...................................................................................................... 20

VISI DAN MISI.................................................................................................................................................... 25VISI................................................................................................................................................................ 26MISI................................................................................................................................................................ 27

PROGRAM PENGEMBANGAN KEUANGAN SYARIAH.................................................................................. 29MISI 1MENINGKATKAN KAPASITAS KELEMBAGAAN DAN KETERSEDIAAN PRODUKINDUSTRI KEUANGAN SYARIAH YANG LEBIH KOMPETITIF DAN EFISIEN........................................... 30

PROGRAM 1Penguatan Kapasitas Kelembagaan Industri Jasa Keuangan Syariah.................................................... 30PROGRAM 2Peningkatan Ketersediaan dan Keragaman Produk Keuangan Syariah.................................................. 33

MISI 2MEMPERLUAS AKSES TERHADAP PRODUK DAN LAYANAN KEUANGAN SYARIAHUNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN MASYARAKAT..................................................................................... 38

PROGRAM 1Pemanfaatan Fintech dalam rangka Memperluas Akses Keuangan Syariah........................................... 38PROGRAM 2Perluasan Jaringan Layanan Keuangan Syariah..................................................................................... 39

Daftar Isi

Daftar Isi vii

MISI 3MENINGKATKAN INKLUSI PRODUK KEUANGAN SYARIAH DAN KOORDINASI DENGANPEMANGKU KEPENTINGAN UNTUK MEMPERBESAR PANGSA PASAR KEUANGAN SYARIAH.......... 43

PROGRAM 1Optimalisasi Promosi Keuangan Syariah................................................................................................. 43PROGRAM 2Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia....................................................................................... 47PROGRAM 3Peningkatan Koordinasi antar Pemangku Kepentingan dalam rangka Pengembangan KeuanganSyariah di Indonesia................................................................................................................................. 48

WAKTU PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN KEUANGAN SYARIAH INDONESIA.................. 55

LAMPIRAN......................................................................................................................................................... 65

Daftar Isiviii

Grafik 1. Negara dengan Aset Keuangan Syariah Terbesar di Dunia............................................................. 08Grafik 2. Landscape Keuangan Syariah Indonesia......................................................................................... 09Grafik 3. Perkembangan Aset, DPK, PYD BUS-UUS-BPRS.......................................................................... 09Grafik 4. Market Share Perbankan Syariah..................................................................................................... 10Grafik 5. Perkembangan Jumlah Saham Syariah Tahun 2012-2016.............................................................. 14Grafik 6. Saham Syariah Berdasarkan Sektor Industri................................................................................... 14Grafik 7. Perkembangan Indeks Saham Syariah............................................................................................ 15Grafik 8. Perkembangan Nilai Kapitalisasi Saham Syariah............................................................................ 15Grafik 9. Perkembangan Reksa Dana Syariah............................................................................................... 16Grafik 10. Jumlah dan NAB Reksa Dana Syariah Berdasarkan Jenisnya per 30 Desember 2016.................. 17Grafik 11. Perkembangan Sukuk Korporasi...................................................................................................... 18Grafik 12. Proporsi Sukuk Korporasi Outstanding Periode 31 Desember 2016................................................ 18Grafik 13. Perkembangan Sukuk Negara Outstanding..................................................................................... 19Grafik 14. Perkembangan Total Aset IKNB Syariah Tahun 2012-2016............................................................ 20Grafik 15. Perkembangan Aset IKNB Syariah Berdasarkan Industri Tahun 2012-2016................................... 20Grafik 16. Perkembangan Jumlah Pelaku IKNB Syariah Tahun 2012-2016..................................................... 21Grafik 17. Indeks Literasi Keuangan Syariah dan Indeks Inklusi Keuangan Syariah 2016.............................. 43

Daftar Grafik

Daftar Grafik ix

Tabel 1. Indikator Utama Perbankan Syariah................................................................................................... 11Tabel 2. Proporsi Reksa Dana Syariah selama tahun 2012-2016.................................................................... 16Tabel 3. Pelaku Pasar Modal Syariah per 31 Desember 2017......................................................................... 19Tabel 4. Rincian Aset IKNB Syariah................................................................................................................. 21Tabel 5. Jumlah Pelaku IKNB Syariah.............................................................................................................. 22Tabel 6. Penyebaran Kantor Cabang Bank Syariah......................................................................................... 39Tabel 7. Penyebaran Kantor Cabang Pelaku Pasar Modal.............................................................................. 40Tabel 8. Penyebaran Kantor Cabang IKNB Syariah......................................................................................... 40

Daftar Tabel

Daftar Tabelx

Jejak Keuangan Syariah Indonesia

Keuangan syariah telah berkembang di Indonesia lebih dari 2 (dua) dekade.

Perkembangan keuangan syariah di Indonesia diawali oleh perkembangan industri perbankan

syariah pada tahun 90-an, disusul oleh asuransi syariah, dan pasar modal syariah.

Dengan berjalannya waktu, keuangan syariah pun terus tumbuh dan tumbuh hingga kini.

Jejak Keuangan Syariah Indonesia 01

Di awal era 90-an beberapa ekonom dan praktisimulai menyadari pentingnya penerapan ekonomi Islamdalam perekonomian Indonesia. Sejak saat itu keuangansyariah mulai berkembang. Perkembangan perbankansyariah di Indonesia dimulai dengan berdirinya BankMuamalat Indonesia sebagai bank syariah pertamapada tahun 1991. Selanjutnya perkembangan sektorkeuangan non bank syariah dimulai pada tahun 1994dengan berdirinya PT Syarikat Takaful Indonesia yangmerupakan induk dari PT Asuransi Takaful Keluargadan PT Asuransi Takaful Umum, sebagai asuransisyariah pertama. Selanjutnya perkembangan di bidangpasar modal syariah ditandai dengan diterbitkannyaproduk reksa dana syariah pertama oleh PT DanareksaInvestment Management pada tahun 1997. Sejak saatitu, keuangan syariah Indonesia terus berkembang dandiikuti dengan berbagai tonggak penting sebagaimanaterlihat dalam Milestones Perkembangan KeuanganSyariah Indonesia pada akhir bagian ini.

Milestones Perkembangan Keuangan SyariahIndonesia tersebut menggambarkan pertumbuhankeuangan syariah di Indonesia yang terus bergulirhingga sekarang. Hal ini didukung oleh kondisidemografi Indonesia yang memberikan keuntunganbagi perkembangan keuangan syariah. Dalam IslamicFinance Report Country Report for Indonesia yangdipublikasikan oleh Islamic Research and TrainingInstitute-Islamic Development Bank (IRTI-IDB),Thomson Reutures, dan Global Islamic Financial Report,diungkapkan bahwa Indonesia memiliki potensi danpeluang yang sangat besar dalam pengembanganindustri keuangan syariah mengingat Indonesia adalahnegara dengan populasi muslim terbesar di dunia.Jumlah populasi yang besar memberikan potensi bagiIndonesia, yaitu berupa kecukupan sumber daya yangmenjadi pelaku maupun pengguna produk dan layanankeuangan syariah.

Perkembangan industri keuangan syariah nasionalselama 10 tahun terakhir mengalami pertumbuhan yangcukup pesat, meskipun situasi perekonomian melambatpada tahun 2013-2015. Hal ini merupakan hasil dariberbagai upaya yang telah dilakukan. Perbankansyariah, saat ini sedang berlangsung proses konsolidasi

dan menemukan kembali (reinventing) model bisnisyang lebih tepat dalam menyikapi kondisi perekonomianyang melambat serta mengantisipasi momentumperbaikan kinerja perekonomian ke depannya, sekaligusdiharapkan memperoleh kembali era pertumbuhanperbankan syariah nasional kedepan seperti yang terjadipada periode sebelumnya.

Dari sisi pasar modal syariah, dalam rangkamendorong pertumbuhan industri, terus dilakukanpenyempurnaan kerangka hukum, penguatankelembagaan institusi penyedia produk syariah,pembinaan dan pengawasan profesi ahli syariahdi pasar modal, pengembangan produk baru, danpeningkatan awareness masyarakat terhadap produkinvestasi syariah. Demikian halnya pada sektor IKNBsyariah juga dilakukan upaya untuk meningkatkankapasitas kelembagaan industri terkait danmeningkatkan jumlah nasabah pengguna jasakeuangan dalam industri tersebut.

Selanjutnya, dalam beberapa tahun terakhirterdapat beberapa pencapaian dan penghargaaninternasional yang telah diperoleh Indonesia antaralain:

• Indonesia bersama dengan negara muslim lainseperti Qatar, Saudi Arabia, Malaysia, United ArabEmirates (UAE) dan Turki, atau dikenal denganistilah QISMUT diprediksikan akan menjadi thedriving factors behind the next big wave in Islamicfinance in the world. (Ernst & Young, World IslamicBanking Competitiveness Report: 2013 - 2014).

• Indonesia bersama dengan UAE, Arab Saudi,Malaysia dan Bahrain dianggap saat ini beradadalam posisi to offer lessons kepada negara laindi dunia untuk pengembangan keuangan syariah(Global Islamic Finance Report, UK: 2013).

• OJK menerima penghargaan sebagai “The BestRegulator in Promoting Islamic Finance” (IslamicFinance News, Malaysia: 2014).

Jejak Keuangan Syariah Indonesia02

• Pada tanggal 30 September 2016, PresidenRepublik Indonesia (RI), Joko Widodo menerimapenghargaan Global Islamic Finance LeadershipAward 2016 dari Global Islamic Finance Awards(GIFA) atas perannya mempromosikan keuangansyariah di Indonesia. Pada kesempatan tersebutPresiden RI menyampaikan bahwa, “Jakartamerupakan ibu kota negara Indonesia, negaraberpenduduk muslim terbesar di dunia, sehinggaseharusnya mampu menjadi pusat ekonomi dankeuangan internasional berbasis syariah (JakartaInternational Islamic Financial Centre)”. Dalamwaktu yang sama Kementerian Keuangan RepublikIndonesia menerima penghargaan sebagai BestSukuk Deal of The Year 2016.

Jejak Keuangan Syariah Indonesia 03

Milestone Industri Keuangan Syariah Indonesia

Jejak Keuangan Syariah Indonesia04

Indonesia memasuki era dualbanking system

UU No. 7 Tahun 1992 tentangPerbankan - Bank Umumdapat beroperasi dengan

prinsip bagi hasil

Bank Umum Syariah Pertama(Bank Muamalat Indonesia)

Reksa Dana Syariah Pertama(Danareksa Syariah Berimbang)

Launching Jakarta Islamic Index(JII)

Perusahaan Modal VenturaSyariah Pertama

(PT PNM Ventura Syariah)

Lokakarya MUImerekomendasikan

pendirian Bank Syariah

Perusahaan Asuransi SyariahPertama

(PT Asuransi Takaful Keluarga)

Indonesia memasuki era dualsystem bank

UU No. 10 Tahun 1998 tentangPerubahan Atas UU No. 7 Tahun1992 tentang Perbankan-BankKonvensional boleh mempunyai

Unit Usaha Syariah

Cetak Biru PengembanganPerbankan Syariah

di Indonesia 2002 - 2011

Standar Akuntasi BankSyariah Pertama

Sukuk Korporasi Pertama(Mudharabah Indosat)

Jejak Keuangan Syariah Indonesia 05

Perbankan SyariahPasar Modal SyariahIKNB syariahIndustri Keuangan Syariah

UU No. 21 Tahun 2008tentang Perbankan Syariah

UU No. 19 Tahun 2008tentang Surat BerhargaSyariah Negara (SBSN)

SBSN (sukuk negara)Pertama

Perusahaan PenjaminanSyariah pertama

(PT Jaminan PembiayaanAskrindo Syariah)

Kampanye Aku Cinta KeuanganSyariah (ACKS)

Roadmap Perbankan SyariahIndonesia 2015-2019, RoadmapPasar Modal Syariah 2015-2019,

dan Roadmap IKNB Syariah2015-2019

Terdaftar LKM syariah di OJK(Koperasi LKM Syariah Baitul

Maal Wat Tamwil SumberHarapan Maju)

Fatwa MUI No. 1tahun 2004 tentang Bunga

(Interest/Faedah)

Perusahaan PembiayaanSyariah Pertama

(PT Amanah Finance)

Sistem Online TradingSyariah (SOTS) Pertama

(IPOT Syariah)

Pembentukan KomitePengembangan Jasa Keuangan

Syariah (KPJKS)

UU No. 40 Tahun 2014 tentangPerasuransian, pengaturanpertama asuransi syariah

UU No. 1 tahun 2016tentang Penjaminan,pengaturan pertamapenjaminan syariah

Perusahaan ReasuransiSyariah pertama

(PT ReINDO Syariah)

Jejak Keuangan Syariah Indonesia06

Perkembangan Keuangan Syariah

Perkembangan keuangan syariah Indonesia secara umum menunjukkan pergerakan yang cukup

menggembirakan baik di skala nasional maupun internasional. Hal ini antara lain ditandai dengan

adanya peningkatan aset keuangan, makin banyaknya variasi produk, awareness dan pemahaman

terhadap keuangan syariah di kalangan pelaku dan masyarakat makin meningkat, serta kerangka

regulasi yang semakin komprehensif.

Perkembangan Keuangan Syariah 07

Indonesia di Pasar Keuangan Syariah Global

Industri keuangan syariah secara globalmenunjukkan perkembangan yang cukup pesat.Berdasarkan data dari IFSB Financial Stability Reporttahun 2016, aset industri keuangan syariah dunia telahtumbuh dari sekitar USD150 miliar di tahun 1990-anmenjadi sekitar USD2 triliun di akhir tahun 2015 dandiprediksikan akan mencapai USD6,5 triliun di tahun2020. Pertumbuhan ini didukung makin banyaknyanegara-negara di dunia baik negara denganpendudukan mayoritas muslim maupun non-muslim,yang mengembangkan keuangan syariah di negaranya.Sebagai contoh, Turki dan United Kingdom.

Demikian halnya Indonesia juga terus berupayamengembangkan keuangan syariah. Walaupun masihrelatif kecil di skala nasional, perkembangan industrikeuangan syariah Indonesia menunjukkanperkembangan yang cukup signifikan di kancah global.Hal tersebut terlihat dari publikasi Global Islamic FinanceReport yang menempatkan Indonesia pada peringkatke-6 Islamic Finance Country Index untuk tahun 2016.Peringkat tersebut mengalami kenaikan satu tingkatdibandingkan tahun sebelumnya.

Dalam perkembangannya, industri keuangansyariah di Indonesia memiliki karakteristik yang berbedadibanding negara lain seperti Malaysia dan GulfCooperation Council (GCC), yang lebih fokus padaperbankan investasi dan instumen keuangan syariah.Indonesia memiliki kompleksitas yang melingkupi banyakjenis industri jasa keuangan serta lebih berorientasipada segmen ritel. Indonesia mempunyai lembaga jasakeuangan syariah dan nasabah keuangan syariahterbesar dalam satu jurisdiksi tunggal, selain adanyapengembangan hal-hal tertentu yang menampilkankarakteristik khas keuangan syariah Indonesia sepertiBank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dan institusikeuangan mikro syariah informal.

Dari sisi besarnya aset keuangan syariah,meskipun secara nasional tidak lebih dari 5% dariseluruh aset keuangan di pasar global, Indonesiamenempati urutan ke-9 sebagai negara yang memilikiaset keuangan syariah terbesar di dunia sebagaimanaterlihat dalam Grafik 1.

Grafik 1.

Negara dengan Aset Keuangan Syariah Terbesar di Dunia

BangladeshIndonesiaTurkeyBahrainKuwaitQatarUAEMalaysiaIranSaudi Arabia

Islamic Funds Sukuk OIFI Takaful Islamic Banking Total Islamic Finance Assets

26,19285

66925,438

47,645808

24,7411,269

74720,081

51,71014

10,00441,693

164,803

372795

75,083

81,0691,429880

18611,712

86,153

100,538234

14,973

535734

84,062

187,051521

30,678

2,0725,593

148,187

18,839

188,700

7,32439,494

159,986

12,5844,097

10,50227,574

379,664

414,343434,420446,664

22,27452,064

14,2067,991

350,128

Sumber : Thomson Reuters Islamic Finance Development Report 2016

Perkembangan Keuangan Syariah08

Perkembangan Keuangan Syariah di Indonesia

Selanjutnya perkembangan secara nasional,secara keseluruhan industri keuangan syariahdi Indonesia terdiri dari industri perbankan syariah,pasar modal syariah dan keuangan non-bank syariah,dari tahun ke tahun mengalami perkembangansebagaimana dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Secara umum, grafik tersebut menunjukkan bahwadari tahun 2013 hingga tahun 2016 total aset keuangansyariah meningkat, meskipun pertumbuhannya sempatmengalami penurunan di tahun 2014, yaitupertumbuhannya sebesar 18,17% jika dibanding tahun2013 yang tumbuh sebesar 26,21% dari tahunsebelumnya. Pada Desember 2016, total aset keuangansyariah Indonesia (tidak termasuk saham syariah)mencapai Rp889,28 triliun atau sekitar USD66,2 miliar,yang terdiri dari:a. Industri perbankan syariah sebesar 41,12% dengan

nilai sebesar Rp365,65 triliun;b. Sukuk negara dan sukuk korporasi sebesar 47,59%

dengan nilai sebesar Rp432,25 triliun;c. Reksa dana syariah sebesar 1,68% dengan nilai

sebesar Rp14,91 triliun; dand. IKNB syariah (asuransi syariah, pembiayaan syariah,

lembaga non bank syariah lainnya) sebesar 9,61%dengan nilai sebesar Rp85,48 triliun.

Perbankan Syariah

Pertumbuhan positif menandai perkembanganperbankan syariah tahun 2016 setelah 3 tahun terakhirmengalami perlambatan pertumbuhan. Hal iniditunjukkan dengan pertumbuhan total aset yang cukuptinggi selama tahun 2016 sehingga share total asetperbankan syariah terhadap perbankan nasional sudahberhasil menembus 5% trap. Perkembangan industriperbankan syariah serta kebijakan yang telah diterbitkanoleh OJK hingga tahun 2016 dapat dilihat dalampaparan berikut.

1. Perkembangan Industri Perbankan Syariah

Pada akhir tahun 2016, perbankan syariah Indonesiayang terdiri dari Bank Umum Syariah (BUS), Unit UsahaSyariah (UUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah(BPRS) mencatatkan pertumbuhan aset, pembiayaanyang diberikan (PYD) dan dana pihak ketiga (DPK)industri perbankan syariah nasional tahun 2016 tumbuhsignifikan, masing-masing sebesar 20,28%, 16,41%dan 20,84%. Total aset, PYD, dan DPK industriperbankan syariah nasional pada tahun 2016 masing-masing mencapai Rp365,6 triliun, Rp254,7 triliun danRp285,2 triliun.

(IDR Trillion) (% yoy)

1000

800

600

400

200

0

35.00

30.0025.0020.00

15.00

10.00

5.00

0.00

2016201520142013

26,21%

18,17%19,94%

29,65%

9,61%

41,12%

1,68%47,59%

Perbankan Syariah Lembaga Non-Bank Syariah Lainnya

Reksa Dana Syariah Sukuk Negara & Sukuk Korporasi

Pertumbuhan (yoy)

Grafik 2.

Landscape Keuangan Syariah Indonesia

(Rp Trillion) Growth (yoy)

Grafik 3.

Perkembangan Aset, DPK, PYD BUS-UUS-BPRS

AsetPYD Pertumbuhan Aset

DPKPertumbuhan PYDPertumbuhan DPK

60%

50%

40%

30%

20%

10%

0%

400350300

150100

0

250200

50

2012 2013 2014 2015 2016

Perkembangan Keuangan Syariah 09

Aset perbankan syariah di tahun 2016 tercatatmeningkat sebesar Rp61,6 triliun, atau tumbuh 20,28%.BUS memberikan sumbangan terbesar padapeningkatan aset perbankan syariah sebesar Rp40,7Triliun. Pertumbuhan BUS yang signifikan mulai terjadipada September 2016 dengan adanya konversi BPDAceh menjadi Bank Aceh Syariah. Aset BPD Acehmencapai Rp18,95.triliun atau sebesar 5,18% dari totalaset perbankan syariah secara keseluruhan. KonversiBank Aceh Syariah berdampak kepada meningkatnyamarket share perbankan syariah terhadap perbankannasional menembus angka psikologis 5% (five percenttrap). Per Desember 2016 market share perbankansyariah mencapai 5,33% atau meningkat sebesar0,46% dari 4,87% pada tahun 2015.

Sebelum tahun 2016, komposisi aset perbankansyariah didominasi oleh dua BUS terbesar, yaitu BankSyariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia. Secarateori, aset industri perbankan yang terkonsentrasi padasedikit perusahaan saja dapat menimbulkan risikokonsentrasi (concentrated risk) sehingga apabila terjadipermasalahan pada sedikit perusahaan tersebut makaakan berdampak signifikan terhadap industri perbankansecara keseluruhan. Kehadiran Bank Aceh Syariahmengurangi dominasi dua bank syariah tersebut yangpada tahun 2015 mencapai 42,48% menjadi 36,84%pada Desember 2016. Belum meratanya industriperbankan syariah nasional juga dapat dilihat dari nilaiHerfindahl-Hirschman Index (HHI) yang dapatmemperlihatkan tingkat konsentrasi suatu industri.Berdasarkan standar internasional HHI yangdikeluarkan oleh Departemen Kehakiman dan KomisiPerdagangan Federal Amerika Serikat, sebuah industriyang memiliki nilai HHI di atas 0,25 atau di atas 25%dapat dikategorikan sebagai industri yang sangatterkonsentrasi, sedangkan industri yang memiliki nilaiHHI antara 15%-25% dikategorikan sebagai industriyang cukup terkonsentrasi. Pada Desember 2016, BankSyariah Mandiri dan Bank Muamalat jika digabungkansecara kolektif memiliki nilai HHI 17,10% terhadapperbankan syariah nasional (BUS dan UUS) ataudianggap secara industri masih cukup terkonsentrasi.

Komposisi aset perbankan syariah nasional terdiriatas aset BUS sebesar 69,52% atau sebesar Rp254,2triliun, UUS sebesar 27,98% atau sebesar Rp102,3triliun dan BPRS sebesar 2,5% atau sebesar Rp9,1triliun. Pertumbuhan yang cukup tinggi tersebut salahsatunya dipengaruhi oleh adanya konversi BPD Acehmenjadi Bank Aceh Syariah pada bulan September2016. Dalam periode tahun 2016, aset BUS mengalamipeningkatan sebesar Rp40,7 triliun atau tumbuh 19,10%,sementara aset UUS meningkat sebesar Rp19,48 triliunatau tumbuh 23,51%, sedangkan aset BPRS meningkatsebesar Rp1,48 triliun atau tumbuh 19,12%.

Dari sisi pengelolaan Dana Pihak Ketiga (DPK),sepanjang tahun 2016, DPK yang dihimpun oleh BUS,UUS, dan BPRS tumbuh sebesar 20,84% ataumeningkat sebesar Rp49,2 triliun menjadi Rp285,2triliun dari sebelumnya sebesar Rp236,0 triliun di tahun2015. Pertumbuhan DPK signifikan terjadi pada UUSyang tumbuh 29,58% atau meningkat sebesar Rp16,6triliun. Sementara, DPK BUS meningkat sebesar Rp31,5triliun atau tumbuh 18,02%, sedangkan DPK BPRSmeningkat sebesar Rp1 triliun atau tumbuh 21,28%.Secara umum, peningkatan DPK disebabkan olehmeningkatnya penghimpunan dana masyarakat, baikdari giro, tabungan, maupun deposito.

Grafik 4.

Market Share Perbankan Syariah

94,67%Rp6,487T 2,50%

27,98%

69,52%5,33%

Rp365T

Perbankan Konvensional Perbankan Syariah

BUSBPRSUUS

Perkembangan Keuangan Syariah10

Tabel 1.

Indikator Utama Perbankan Syariah

Indikator 2012 2013 2014 2015 2016

BUS-UUS-BPRSAset (Rp Trlliun) 199,71 248,11 278,90 304,00 365,6

Pertumbuhan Aset (yoy) 34,04% 24,24% 12,41% 9,00% 20,28%Market Share 4,58% 4,89% 4,85% 4,88% 5,55%DPK (Rp Trlliun) 150,44 187,19 221,89 236,02 285,2

Pertumbuhan DPK (yoy) 28,03% 24,43% 18,53% 6,37% 20,84%PYD (Rp Triliun) 151,06 188,55 204,31 218,72 254,7

Pertumbuhan PYD (yoy) 43,41% 24,82% 8,35% 7,06% 16,41%

BOPO 74,97% 78,21% 94,16% 94,38% 93,63%NPF (net) 1,34% 1,75% 2,94% 2,77% 2,06%NPF (gross) 2,22% 2,62% 4,33% 4,34% 4,15%CAR 14,13% 14,44% 16,10% 15,02% 16,16%FDR 100,00% 100,32% 91,50% 92,14% 88,87%

BUSAset (Rp Triliun) 147,58 180,36 204,96 213,42 254,184

Pertumbuhan Aset (yoy) 26,21% 22,21% 13,64% 4,13% 19,10DPK (Rp Triliun) 117,81 143,17 170,72 174,89 206,407

Pertumbuhan DPK (yoy) 22,03% 21,52% 19,24% 2,44% 18,02%PYD (Rp Trilliun) 112,39 137,26 147,94 153,968 177,48

Pertumbuhan PYD (yoy) 34,28% 22,13% 1,99% 3,56% 16,41%

UUSAset (Rp Triliun) 47,437 61,91 67,38 82,84 102,32

Pertumbuhan Aset (yoy) 66,23% 30,52% 8,83% 22,94% 23,52%DPK (Rp Triliun) 29,69 40,36 47,13 56,28 72,93

Pertumbuhan DPK (yoy) 57,39% 35,92% 16,79% 19,40% 29,58%PYD (Rp Trilliun) 35,10 46,85 51,38 59,03 70,525

Pertumbuhan PYD (yoy) 85,25% 33,45% 0,76% 15,36% 20,94%

BPRSAset (Rp Trlliun) 4,69 5,83 6,57 7,74 9,16

Pertumbuhan Aset (yoy) 33,48% 24,14% 12,68% 17,74% 18,33%DPK (Rp Trlliun) 2,94 3,66 4,03 4,80 5,82

Pertumbuhan DPK (yoy) 40,21% 24,79% 9,88% 19,20% 21,28%PYD (Rp Triliun) 3,55 4,43 5,00 5,76 6,66

Pertumbuhan PYD (yoy) 32,80% 24,76% 12,89% 15,19% 15,57%ROA 2,64% 2,79% 2,26% 2,20% 2,27%BOPO 80,02% 80,75% 87,79% 88,09% 87,09%NPF (gross) 6,15% 6,50% 7,89% 8,20% 8,63%CAR 25,16% 22,08% 22,77% 21,47% 21,74%FDR 120,96% 120,93% 124,24% 120,06% 114,40%

Perkembangan Keuangan Syariah 11

menjadi 4,15% dari 4,34% di tahun 2015, begitu jugauntuk rasio NPF net yang mengalami penurunan dari2,77% menjadi 2,06%. Perbaikan NPF utamanyadikontribusikan oleh penurunan NPF BUS dari 4,84%menjadi 4,41%, karena meningkatnya pembiayaanyang disalurkan bank syariah dan restrukturisasipembiayaan. Efisiensi operasional perbankan syariahjuga memperlihatkan perbaikan yang tercermin darinilai rasio BOPO yang turun 0,75% dari 94,38% menjadi93,63%. Rasio likuiditas perbankan syariah ditunjukkanoleh nilai FDR yang terjaga pada level 88,78%.Nilai FDR tersebut mengindikasikan bank syariahmempunyai likuiditas yang baik untuk melakukanekspansi pembiayaan karena didukung oleh sumberdana (funding) yang cukup.

2. Regulasi Perbankan Syariah

Keberadaan Perbankan syariah di Indonesia diawalidari adanya rekomendasi lokakarya Majelis UlamaIndonesia (MUI) untuk mendirikan perbankan syariahpada tahun 1990. Kemudian pada tahun 1992,Indonesia memasuki era dual banking system denganditerbitkannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992tentang Perbankan, sebagaimana telah diubah denganUndang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yangmemperbolehkan bank untuk beroperasi dengan prinsipbagi hasil serta memungkinkan bank konvensionaluntuk membuka Unit Usaha Syariah (UUS). Padatahun 2009, diterbitkan Undang-Undang Nomor 23Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, sebagaimanatelah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun2004, yang mengatur mengenai instrumen pasar uangantar bank syariah (PUAS) dan kebijakan moneterberdasarkan prinsip syariah. Di samping itu, dalamhal perpajakan juga mulai diatur pada tahun 2008dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 36Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat AtasUndang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang PajakPenghasilan, yang diperjelas dengan adanya PeraturanPemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009tentang Pajak Penghasilan Kegiatan Usaha BerbasisSyariah, yang mendorong netralitas perpajakan banksyariah.

Pembiayaan yang disalurkan (PYD) oleh BUS,UUS dan BPRS sepanjang tahun 2016 mengalamipeningkatan walaupun lebih lambat dibandingkanpertumbuhan DPK. PYD perbankan syariah tercatatmeningkat 16,41% atau sebesar Rp35,9 triliun menjadiRp254,6 triliun dibandingkan periode sebelumnya yangtercatat sebesar Rp218,7 triliun. Peningkatanpembiayaan perbankan syariah utamanya disebabkanmeningkatnya pembiayaan di sektor rumah tangga,konstruksi, dan perdagangan besar dan eceran.Sebagaimana peningkatan aset dan DPK, peningkatanPYD UUS pada tahun 2016 juga lebih baikdibandingkan PYD BUS dan BPRS. PYD UUS tumbuhsebesar 19,48% atau meningkat sebesar Rp11,5 triliun,sementara PYD BUS tumbuh sebesar 15,27% ataumeningkat sebesar Rp23,5 triliun. Sedangkan PYDBPRS tumbuh sebesar 15,57% atau meningkat sebesarRp897 miliar.

Sejalan dengan peningkatan DPK yang dikeloladan pembiayaan yang disalurkan oleh perbankansyariah, jumlah rekening DPK dan PYD perbankansyariah juga mengalami peningkatan. Jumlah rekeningDPK tahun 2016 tumbuh sebesar 19,39% ataubertambah sebanyak 3,8 juta rekening dari 19,64 jutamenjadi 23,45 juta rekening DPK. Sementara rekeningPYD tumbuh 19,76% atau bertambah sebanyak 786ribu rekening dari 3,98 juta rekening menjadi 4,76 jutarekening PYD.

Perkembangan positif perbankan syariah jugaditunjukkan oleh perbaikan kondisi permodalan banksyariah, peningkatan kualitas pembiayaan yangdisalurkan dan perbaikan tingkat efisiensi serta likuiditasperbankan syariah. Permodalan perbankan syariahyang membaik tercermin dari rasio CAR yang mencapai16,16%. Rasio CAR posisi Desember 2016 tersebutmeningkat 1,15% dibandingkan posisi Desember 2015sebesar 15,02%. Perbaikan nilai CAR didorong oleh aksikorporasi beberapa bank syariah yang menambahkanmodal disetor dan penerbitan sukuk korporasi padatahun 2016. Sementara kualitas pembiayaan yangdisalurkan BUS dan UUS yang membaik ditunjukkanoleh rasio Non-Performing Financing (NPF) gross padatahun 2016 yang mengalami penurunan sebesar 0,19%

Perkembangan Keuangan Syariah12

Telah terbitnya beberapa undang-undang yangterkait dengan perbankan syariah serta meningkatnyakebutuhan masyarakat Indonesia akan jasa-jasaperbankan syariah, menjadi salah satu dasar terbitnyaUndang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentangPerbankan Syariah. Undang-undang tersebut jugamempertimbangkan bahwa kondisi perbankan syariahyang memiliki kekhususan dibandingkan denganperbankan konvensional. Sebagai otoritas yangmenaungi perbankan syariah, pada tahun 2014 sampaidengan awal 2017 OJK telah menerbitkan beberapaketentuan yaitu sebagai berikut:

a. Peraturan terkait Produk Perbankan Syariah• POJK Nomor 24/POJK.03/2015 tentang Produk

dan Aktivitas Bank Syariah dan Unit UsahaSyariah

b. Peraturan terkait Kelembagaan dan Profesi• POJK Nomor 2/POJK.03/2016 tentang

Pengembangan Jaringan Kantor PerbankanSyariah dalam Rangka Stimulus PerekonomianNasional bagi Bank

• POJK Nomor 3/POJK.03/2016 tentang BankPembiayaan Rakyat Syariah

• POJK Nomor 64/POJK.03/2016 tentangPerubahan Kegiatan Usaha Bank Konvensionalmenjadi Bank Syariah

c. Peraturan terkait Tata Kelola• POJK Nomor 44/POJK.03/2015 tentang

Sertifikasi Kompetensi Kerja Bagi Anggota DireksiDan Anggota Dewan Komisaris Bank PerkreditanRakyat Dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

• POJK Nomor 65 /POJK.03/2016 tentangPenerapan Manajemen Risiko bagi Bank UmumSyariah dan Unit Usaha Syariah

d. Peraturan terkait Tingkat Kesehatan Perbankan• POJK Nomor 8/POJK.03/2014 tentang Penilaian

Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah (BUS)dan Unit Usaha Syariah (UUS)

• POJK Nomor 16/POJK.03/2014 tentang PenilaianKualitas Aset Bank Umum Syariah dan UnitUsaha Syariah

• POJK Nomor 21/POJK.03/2014 tentangKewajiban Penyediaan Modal Minimum BankUmum Syariah

• POJK Nomor 12/POJK.03/2015 tentangKetentuan Kehati-hatian Dalam Rangka StimulusPerekonomian Nasional bagi Bank UmumSyariah dan Unit Usaha Syariah

• POJK Nomor 66 /POJK.03/2016 tentangKewajiban Penyediaan Modal Minimum danPemenuhan Modal Inti Minimum BankPembiayaan Rakyat Syariah

Pasar Modal Syariah

Pekembangan pasar modal syariah di Indonesiadapat dikatakan bahwa cukup menggembirakan.Beberapa indikator yang digunakan untuk mengukurperkembangan industri pasar modal syariah antara lainpeningkatan produk, pelaku pasar, dan regulasidi bidang pasar modal syariah. Berikut perkembanganindustri pasar modal syariah hingga akhir 2016.

1. Perkembangan Industri Pasar Modal Syariah

a. Saham Syariah

Screening saham syariah pertama kali dilakukandi Indonesia pada tahun 2000 dengan diterbitkannyaJakarta Islamic Index (JII). Kriteria saham syariah yangdigunakan saat itu hanya memperhatikan pada kegiatanusaha emiten dan perusahaan publik. Apabila suatuemiten dan perusahaan publik memiliki kegiatan usahayang tidak bertentangan dengan prinsip syariah, makasahamnya merupakan saham syariah.

Selanjutnya pada tahun 2007, diterbitkan DaftarEfek Syariah (DES) yang mencakup saham syariahdan efek syariah lainnya. Adapun kriteria saham syariahyang digunakan meliputi 2 (dua) screening, yaitubusiness screening dan financial screening. Untukfinancial screening, suatu saham dikatakan syariahapabila utang berbasis bunga yang dimiliki oleh emitendan perusahaan publik tidak lebih dari 45% dari totalaset. Selain itu, pendapatan non halalnya tidak lebihdari 10% dari total pendapatannya.

Perkembangan Keuangan Syariah 13

Berdasarkan ketentuan tersebut, selama tahun2016, telah diterbitkan DES Periodik sebanyak 2 (dua)kali. DES periode I terbit pada tanggal 20 Mei 2016melalui Keputusan Dewan Komisioner OJK NomorKEP-22/D.04/2016 tentang Daftar Efek Syariah yangmenetapkan 321 saham syariah. Selanjutnya, DESperiode II terbit pada tanggal 24 November 2016melalui Keputusan Dewan Komisioner OJK NomorKEP-56/D.04/2016 tentang Daftar Efek Syariah yangmenetapkan 345 saham. Sampai dengan akhirDesember 2016, jumlah saham syariah sebanyak 347saham. Dari 347 Saham tersebut, 345 saham diperolehdari hasil penelaahan DES periodik per tanggal 24November 2016 dan 2 saham diperoleh dari hasilpenelaahan DES insidentil bersamaan denganefektifnya pernyataan pendaftaran emiten yangmelakukan penawaran umum saham. Berikut grafikperkembangan jumlah saham yang masuk dalam DESuntuk tahun 2012 sampai dengan 31 Desember 2016.

Apabila dibandingkan dengan total saham emitendan perusahaan publik, maka proporsi jumlah sahamsyariah sampai dengan akhir Desember 2016 mencapai59,11% dari seluruh saham yang terbit.

Dari seluruh saham syariah tersebut, sebagaimanaterlihat dalam Grafik 6 penyebarannya cukup meratadi berbagai sektor industri. Saham syariah terbanyak

berasal dari sektor perdagangan, jasa dan investasi,dan paling sedikit dari sektor keuangan. Hal inimengingat belum banyak sektor keuangan syariah yangmelakukan penwaran umum saham di pasar modal.

Dari sisi kinerja saham syariah, sebagaimanaterlihat dalam Grafik 7 dan Grafik 8, peningkatan kinerjabursa saham di Indonesia pada tahun 2016 berdampakpula pada peningkatan kinerja saham syariah yangdiindikasikan oleh Indeks Saham Syariah Indonesia(ISSI) dan Jakarta Islamic Index (JII). Pada akhirDesember 2016, indeks ISSI ditutup pada level 172,08poin atau meningkat sebesar 18,62% dibanding akhirtahun 2015. Nilai kapitalisasi ISSI mengalamipeningkatan sebesar 21,89% jika dibandingkan akhir2015, yaitu dari Rp2.600,85 triliun menjadi Rp3.170,06triliun. Selanjutnya dibanding dengan kapitalisasi seluruhsaham tercatat di bursa, proporsi kapitalisasi ISSImencapai 55,10% dari total kapitalisasi pasar seluruhsaham.

Periode 1 Periode 2

Grafik 5.Perkembangan Jumlah Saham Syariah

Tahun 2012-2016

347

321331331334

322336

310321304

20162015201420132012

Grafik 6.

Saham Syariah Berdasarkan Sektor Industri

Pertanian

Properti, Real Estate dan Konstruksi BangunanIndustri Barang Konsumsi

Industri Dasar dan KimiaPertambangan

Aneka Industri

Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi

Emiten Tidak Listing

Perdagangan, Jasa dan Investasi

Keuangan

Perusahaan Publik

14,99%

8,65%

8,93%

16,71%10,09%

0,29%

25,65%

1,15%2,59% 4,03%

6,92%

Perkembangan Keuangan Syariah14

Pada periode yang sama, Jakarta Islamic Index(JII) ditutup pada level 694,13 poin atau meningkatsebesar 15,05% dibandingkan pada akhir 2015 sebesar603,35 poin. Nilai kapitalisasi saham dalam JII meningkatdari Rp1.737,29 triliun di tahun 2015 menjadi sebesar

Rp2.035,19 triliun di akhir tahun 2016 atau meningkat17,15%. Nilai kapitalisasi saham dalam JII tersebutmencapai 35,37% dari total kapitalisasi pasar seluruhsaham sebesar Rp5.753,61 triliun.

Grafik 8.

Perkembangan Nilai Kapitalisasi Saham Syariah

4.126,99 4.219,02 5.228,04 4.872,70 5.753,61

2.451,33 2.557,85 2.946,89 2.600,85 3.170,06

1.671,00 1.672,10 1.944,53 1.737,29 2.035,19

Indeks Harga Saham Gabungan

Indeks Saham Syariah Indonesia

Jakarta Islamic Index

2012 2013 2014 2015 2016

7.000

6.000

5.000

4.000

2.000

1.000

0

3.000

(Dalam Triliun Rupiah)

Grafik 7.

Perkembangan Indeks Saham Syariah

6.000

5.000

4.000

3.000

2.000

1.000

0

4.316,69 4.274,18 5.226,95 4.593,01 5.296,71

144,99 143,71 168,64 145,06 172,08

594,78 585,11 691,04 603,35 694,13

Indeks Harga Saham Gabungan

Indeks Saham Syariah Indonesia

Jakarta Islamic Index

2012 2013 2014 2015 2016

Perkembangan Keuangan Syariah 15

b. Reksa Dana Syariah

Reksa dana syariah dalam perkembangannyamenunjukkan pertumbuhan yang sangat pesat. Salahsatu hal yang mendorong pertumbuhan reksa danasyariah tersebut adalah dengan diterbitkannya peraturankhusus mengenai reksa dana syariah, yaitu POJK No.19/POJK.04/2015 tentang Penerbitan dan PersyaratanReksa Dana Syariah. Peraturan tersebut memberikanrelaksasi bagi reksa dana syariah terkait dengan batasaninvestasi pada efek syariah yang dikeluarkan oleh satupihak dan besaran asset under management (AUM)yang harus diperoleh dalam periode penawaran. Selainadanya relaksasi tersebut, dalam peraturan tersebutjuga diperkenalkan jenis reksa dana baru, yaitu reksadana syariah berbasis efek syariah luar negeri danreksa dana syariah berbasis sukuk. Reksa dana syariah

berbasis efek syariah luar negeri ini memungkinkanmanajer investasi untuk menempatkan portofolio reksadana syariah tersebut pada efek syariah luar negerihingga 100%, sementara bagi reksa dana lainnya hanyadapat menempatkan maksimal 15% pada efek luarnegeri.

Tabel di bawah ini menunjukkan perkembanganreksa dana dalam periode lima tahun terakhir. Selamatahun 2016 terdapat 43 reksa dana syariah efektif terbit,sementara itu, pada periode yang sama, terdapat 1reksa dana syariah efektif bubar yaitu BNI-AM DanaPlus Syariah. Secara kumulatif sampai dengan 31Desember 2016 terdapat 136 reksa dana syariah yangaktif. Apabila dibandingkan dengan total reksa dana,proporsi jumlah reksa dana syariah mencapai 9,54%dari total 1.425 reksa dana aktif.

Tabel 2.

Proporsi Reksa Dana Syariah selama tahun 2012-2016

Jumlah

TotalKonvensionalSyariah

2016 136 1.289 1.425 9,54% 14,91 323,84 338,75 4,40%

2015 93 998 1.091 8,52% 11,02 260,95 271,97 4,05%

2014 74 820 894 8,31% 11,24 230,23 241,46 4,65%

2013 65 758 823 7,90% 9,43 183,11 192,54 4,90%

2012 58 696 754 7,69% 8,05 204,54 212,59 3,79%

% dari Total TotalKonvensionalSyariah % dari Total

NAB (Rp Triliun)

Grafik 9.

Perkembangan Reksa Dana Syariah

8,05 9,43 11,24 11,02 14,91

58 65 74 93 136

NAB Reksa Dana Syariah

Jumlah Reksa Dana Syariah

2012 2013 2014 2015 2016

16

14

12

10

8

6

4

2

0

160

140

120

100

80

60

40

20

0

(Dalam Triliun Rupiah)

Perkembangan Keuangan Syariah16

Sebagaimana terlihat dalam Grafik 9, ditinjau dariNilai Aktiva Bersih (NAB), total NAB reksa dana syariahpada 31 Desember 2016 mencapai Rp14,91 triliun,meningkat 35,30% dari NAB akhir tahun 2015 yangberjumlah Rp11,02 triliun. Apabila dibandingkan dengantotal NAB reksa dana aktif yang berjumlah Rp338,75triliun maka proporsi NAB reksa dana syariah mencapai4,40% dari total NAB reksa dana aktif.

Jika dilihat dari jenisnya, reksa dana syariah terbagiatas 9 (sembilan) jenis, yaitu Reksa Dana SyariahCampuran, Exchange Traded Funds (ETF), Indeks,Pasar Uang, Pendapatan Tetap, Saham, Terproteksi,Reksadana Efek Luar Negeri dan Reksadana BerbasisSukuk. Berdasarkan jenisnya, reksa dana syariah yangmemiliki proporsi dari sisi jumlah terbesar yakni ReksaDana Syariah Saham sebesar 29,41%, diikuti denganReksa Dana Syariah Terproteksi sebesar 19,12% danReksa Dana Syariah Pendapatan Tetap sebesar15,44%.

Berdasarkan NAB-nya, reksa dana syariah yangmemiliki proporsi dari sisi jumlah terbesar yakni ReksaDana Syariah Saham sebesar 49,60%, diikuti denganReksa Dana Syariah Terproteksi sebesar 14,50% danReksa Dana Syariah Pendapatan Tetap sebesar10,97%.

c. Sukuk Korporasi

Perkembangan sukuk korporasi di Indonesia daritahun ke tahun menunjukkan kenaikan. Salah satuupaya OJK untuk mendorong penerbitan sukukkorporasi adalah dengan memberikan insentif pungutanuntuk penerbitan sukuk korporasi, yaitu 0,05% darinilai emisi dengan nilai maksimum 150 juta, sementarauntuk obligasi 0,05% dari nilai emisi dengan nilaimaksimum 750 juta.

Selama tahun 2016, terdapat penerbitan 14 serisukuk korporasi dengan total nilai penerbitan sebesarRp3,82 triliun. Sementara itu, pada periode yang sama,terdapat 6 seri sukuk korporasi jatuh tempo dengantotal nilai Rp1.002 miliar, sehingga hingga akhirDesember 2016, jumlah sukuk korporasi outstandingmencapai 53 sukuk dengan proporsi jumlah sukukmencapai 10,58% dari 501 total jumlah sukuk danobligasi korporasi yang beredar. Jika dilihat dari sisinilai nominal, nilai sukuk korporasi outstanding mencapaiRp11,88 triliun dengan proporsi nilai sukuk mencapai3,79% dari total nilai sukuk dan obligasi korporasioutstanding sebesar Rp313,39 triliun.

Grafik 10.

Jumlah dan NAB Reksa Dana Syariah BerdasarkanJenisnya per 30 Desember 2016

ETF - Saham SyraiahSyariah - Saham

Syariah - Campuran

Syariah - Pasar UangSyariah - Fixed Income

Jumlah Reksadana Syariah

NAB Reksadana Syariah

29,41%

0,74%3,68%5,88%

0,74%

19,12%

15,44%13,97%

11,03%

49,60%

2,26%1,48%

6,04%0,73%

14,50%

10,97%

6,80%

7,61%

Perkembangan Keuangan Syariah 17

Secara kumulatif, sampai dengan akhir Desember2016, jumlah sukuk korporasi yang diterbitkan telahmencapai 100 sukuk dengan total nilai emisi sukukmencapai Rp20,43 triliun. Ditinjau dari nilai nominalsukuk korporasi outstanding, sampai akhir Desember2016 sebesar Rp11,88 triliun atau meningkat sebesar19,96% akhir tahun 2015 yaitu sebesar Rp9,90 triliun.

d. Sukuk Negara

Sampai dengan akhir Desember 2016, jumlah sukuknegara atau Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)yang beredar sebanyak 53 atau 32,70% dari 159 totaljumlah surat berharga negara outstanding. Jika dilihatdari sisi nilai nominal, nilai SBSN outstanding mencapaiRp411,37 triliun dengan proporsi mencapai 14,82%dari total nilai surat berharga negara outstanding sebesarRp2.775,93 triliun.

Grafik 12.

Proporsi Sukuk Korporasi OutstandingPeriode 31 Desember 2016

Sukuk Obligasi

Market Share Jumlah Sukuk Korporasi

Market Share Nilai Sukuk Korporasi

96,01%3,99%

10,60%89,40%

Grafik 11.

Perkembangan Sukuk Korporasi

6.892 7.562 7.114 9.902 11.878

9.745 11.949 12.872 16.228 20.425

54 64 71 87 100

32 36 35 47 53

Nilai Outstanding

Nilai Akumulasi Penerbitan

Jumlah Akumulasi Penerbitan

Jumlah Outstanding

2012 2013 2014 2015 2016

25.000

20.000

15.000

10.000

5.000

0

120

100

80

60

40

20

0

(Dalam Miliar Rupiah)

Perkembangan Keuangan Syariah18

Dari tahun ke tahun perkembangan sukuk negaramenunjukkan pergerakan positif. Dengan peningkatanpenerbitan sukuk negara ini, Indonesia masuk dalamlima besar negara penerbit sukuk di pasar global.

e. Pelaku Pasar Modal Syariah

Penerbitan efek syariah ataupun kegiatan pasarmodal syariah tidak dapat lepas dari peran dari parapihak pelaku pada industri pasar modal syariah. Adapunjumlah pelaku pasar modal syariah yang terlibat dalampenerbitan efek syariah adalah sebagai berikut:

2. Regulasi Pasar Modal Syariah

Dalam rangka memperkuat kerangka hukum pasarmodal syariah, sejak era OJK, telah terdapat revisi atasPeraturan No.IX.A.13 mengenai Penerbitan Efek Syariahmenjadi beberapa peraturan berdasarkan produk dansatu peraturan mengenai penerapan prinsip syariah dipasar modal. Selain itu, juga terdapat beberapa peraturanbaru yang terbit sebagai berikut:a. Peraturan terkait Produk Pasar Modal Syariah

• POJK No.17/POJK.04/2015 tentang Penerbitandan Persyaratan Efek Syariah Berupa Sahamoleh Emiten Syariah atau Perusahaan Publik.

Tabel 3.

Pelaku Pasar Modal Syariah per 31 Desember 2017

Pelaku Pasar Modal Syariah Jumlah

Manajer Investasi yang mengelola Reksa Dana Syariah 41

Pihak Penerbit DES 9

Bank Kustodian yang memberikan layanan syariah 14

Administrator rekening syariah 2

Perusahaan Efek yang menjadi penjamin emisi sukuk korporasi 22

Wali amanat dalam penerbitan sukuk 4

Ahli Syariah Pasar Modal yang telah terdaftar di OJK 32

Perusahaan Efek yang memiliki Sistem Online Trading Syariah (SOTS) 12

Grafik 13.

Perkembangan Sukuk Negara Outstanding

36 42 42 47 53

124,44 169,29 208,40 296,70 411,37

Jumlah Outstanding

Nilai Outstanding

2012 2013 2014 2015 2016

450400350

300250200150100

50-

60

50

40

30

20

10

0

(Dalam Triliun Rupiah)

Perkembangan Keuangan Syariah 19

• POJK No.18/POJK.04/2015 tentang Penerbitandan Persyaratan Sukuk.

• POJK No.19/POJK.04/2015 tentang Penerbitandan Persyaratan Reksa Dana Syariah.

• POJK No.20/POJK.04/2015 tentang Penerbitandan Persyaratan Efek Beragun Aset Syariah.

• POJK No. 30/POJK.04/2016 tentang DanaInvestasi Real Estat Syariah Berbentuk KontrakInvestasi Kolektif (DIRE Syariah).

b. Peraturan terkait Kelembagaan dan Profesi• POJK No.16/POJK.04/2015 tentang Ahli Syariah

Pasar Modal.• POJK No.61/POJK.04/2016 tentang Penerapan

Prinsip Syariah di Pasar Modal pada ManajerInvestasi.

c. Peraturan terkait Tata Kelola• POJK No.15/POJK.04/2015 tentang Penerapan

Prinsip Syariah di Pasar Modal.

Industri Keuangan Non-Bank Syariah

Industri keuangan Non-bank (IKNB) syariah yangdiawasi oleh OJK mencakup berbagai sektor, yaituperusahaan perasuransian syariah, dana pensiunsyariah, lembaga pembiayaan syariah, dan lembagakeuangan syariah khusus serta lembaga keuanganmikro (LKM) syariah. Perusahaan perasuransiansyariah mencakup perusahaan asuransi jiwa syariah,perusahaan asuransi umum syariah dan perusahaanreasuransi syariah. Lembaga pembiayaan syariahmencakup perusahaan pembiayaan syariah, perusahaanmodal ventura syariah dan perusahaan pembiayaaninfrastruktur. Selain itu, industri yang tercakup dalamlembaga jasa keuangan syariah khusus sampai denganakhir tahun 2016 terdiri atas perusahaan penjaminansyariah, lembaga pembiayaan ekspor Indonesia, danperusahaan pergadaian syariah.

Perkembangan industri keuangan non-banksyariah menunjukkan perkembangan yang positifsebagaimana dapat dilihat dari perkembangan aset,pelaku, dan regulasi sebagai berikut.

1. Perkembangan Industri Keuangan Non-BankSyariah

a. Aset IKNB Syariah

Grafik 14 menunjukkan bahwa perkembanganaset IKNB syariah dalam kurun lima tahun terakhirsecara umum menunjukkan peningkatan, dari sebesarRp41.808 miliar pada tahun 2012 meningkat menjadiRp88.674 miliar pada tahun 2016. Peningkatan rata-rata per tahun menunjukkan sebesar 43,77%.

(Dalam Miliar Rupiah)

Grafik 14.

Perkembangan Total Aset IKNB SyariahTahun 2012-2016

Jumlah Aset IKNB Syariah

150%

100%

50%

0%

2012 2013 2014 2015 2016

100,00

0

80,00

40,00

20,00

60,0041,808

49,53458,378 64,881

88,674

36.67%

11.14%17.85%18.48%

134.70%

Tingkat Pertumbuhan (yoy)

Grafik 15.

Perkembangan Aset IKNB Syariah BerdasarkanIndustri Tahun 2012-2016

2012 2013 2014 2015 2016

40,000,00

30,000,00

20,000,00

10,000,00

0,00

Perusahaan Perasuransian Syariah

Lembaga Pembiayaan SyariahLembaga Jasa Keuangan Syariah Khusus

LKM Syariah

Perkembangan Keuangan Syariah20

Peningkatan aset dari masing-masing industriselama kurun waktu 2012 sampai dengan triwulan IIItahun 2016 didominasi oleh sektor perasuransiansyariah, dan pada triwulan IV tahun 2016 didominasioleh lembaga pembiayaan syariah.

b. Pelaku IKNB Syariah

Perkembangan pelaku IKNB syariah dalam kurunlima tahun terakhir secara umum menunjukkanpeningkatan, dari 86 pelaku pada tahun 2012 meningkatmenjadi 127 pelaku pada tahun 2016. Peningkatanrata-rata per tahun menunjukkan sebesar 17,48%.

Peningkatan jumlah pelaku IKNB syariah di masing-masing sektor tersebut mencerminkan pula peningkatanaset IKNB syariah di masing-masing sektornya. Dariperiode tahun 2012 sampai dengan 2016, jumlah pelakuIKNB syariah secara umum meningkat baik secaraagregat maupun per sektor industri. Namun demikian,secara sektoral, jumlah pelaku dan aset IKNB syariahdi setiap sektor mengalami peningkatan, kecuali bagidana pensiun syariah, dimana sejak diundangkannyaregulasi bagi dana pensiun syariah sampai dengan akhirtahun 2016 belum terdapat entitas dana pensiun syariahyang tercatat di OJK.

Secara bentuk kegiatan usahanya, pelaku IKNBsyariah dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua), yaitu:1) perusahaan yang secara penuh melakukan kegiatanusaha syariah (full fledged); dan 2) perusahaankonvensional yang melakukan sebagian kegiatan usahasyariah (unit syariah).

Jumlah pelaku IKNB syariah dari masing-masingsektor pada tahun 2016 tercatat sebanyak 128 entitas,berasal dari 58 perusahaan perasuransian syariah,50 lembaga pembiayaan syariah, dan 7 lembaga jasakeuangan syariah khusus serta 14 lembaga keuanganmikro syariah.

Tabel 4.

Rincian Aset IKNB Syariah

IKNB Syariah 2012 2013 2014 2015 2016

Perusahaan Perasuransian Syariah 13.239,00 16.647,65 22.364,36 26.519,03 33.244

Lembaga Pembiayaan Syariah 22.889,63 24.950,34 24.152,19 22.831,12 36.938

Lembaga Jasa Keuangan Syariah Khusus 5.680 7.936 11.860,89 15.504,09 18.429

LKM Syariah - - - 27,44 63

Total Aset 41.808,63 49.533,99 58.377,44 64.882,28 88.674

dalam miliar rupiah

Grafik 16.

Perkembangan Jumlah Pelaku IKNB SyariahTahun 2012 - 2016

Total Pelaku IKNB Syariah Tingkat Pertumbuhan (yoy)

2012 2013 2014 2015 2016

86101 102

112127

13.39%9.80%

0.99%

17.44%

45.76%140120

100

80

60

40

20

0

50%

40%

30%

20%

10%

0%

(Dalam Miliar Rupiah)

Perkembangan Keuangan Syariah 21

2. Regulasi IKNB Syariah

Selain jumlah pelaku dan aset, perkembangan IKNBsyariah dapat dilihat dari kebijakan atau regulasi yangtelah ditetapkan oleh regulator. Sejak tahun 2013,kebijakan atau regulasi bagi sektor IKNB syariah daritahun ke tahun telah menunjukkan perkembangan yangcukup signifikan, baik bagi pelaku industri maupunkonsumen.

Sejak beroperasi pada tahun 2013, OJK secarabertahap menerbitkan regulasi bagi IKNB syariah.Regulasi tersebut dimaksudkan antara lain untukmemperkuat pengaturan kelembagaan bagi industri,penyelenggaraan kegiatan usaha, tata kelola perusahaanyang baik, dan melindungi kepentingan para stakeholderyang terkait, termasuk konsumen dan masyarakat.Beberapa ketentuan yang berlaku bagi IKNB syariahyaitu sebagai berikut:

a. Peraturan terkait Kelembagaan dan Profesi• Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang

LKM.• Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang

Perasuransian.• Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 tentang

Penjaminan.• POJK Nomor 12/POJK.05/2014 tentang

Perizinan Usaha dan Kelembagaan LembagaKeuangan Mikro sebagaimana telah diubahterakhir dengan POJK Nomor 61/POJK.05/2015.

• POJK Nomor 28/POJK.05/2014 tentangPerizinan Usaha dan Kelembagaan PerusahaanPembiayaan.

• POJK Nomor 34/POJK.05/2015 tentangPerizinan Usaha dan Kelembagaan PerusahaanModal Ventura.

• POJK Nomor 31/POJK.05/2016 tentang UsahaPergadaian.

Tabel 5.

Jumlah Pelaku IKNB Syariah

2012

Perusahaan Perasuransian Syariah 5 40 5 44 5 44 8 47 11 47

a. Perusahaan Asuransi Jiwa 3 17 3 17 3 18 5 21 6 21

b. Perusahaan Asuransi Umum 2 20 2 24 2 23 3 23 4 24

c. Perusahaan Reasuransi - 3 - 3 - 3 - 3 1 2

Lembaga Pembiayaan Syariah 6 32 6 42 7 41 7 39 7 42

a. Perusahaan Pembiayaan 2 32 2 42 3 41 3 37 3 38

b. Perusahaan Modal Ventura 4 - 4 - 4 - 4 2 4 3

c. Lembaga Pembiayaan Infrastruktur - - - - - - - - - 1

Lembaga Jasa Keuangan Syariah Khusus 1 2 1 3 2 3 2 4 2 5

a. Perusahaan Penjaminan 1 - 1 1 2 1 2 2 2 3

b. PT Pegadaian (Persero) - 1 - 1 - 1 - 1 - 1

c. LPEI - 1 - 1 - 1 - 1 - 1

Lembaga Keuangan Mikro Syariah 5 13

Total Entitas IKNB Syariah 12 74 12 89 14 88 22 90 33 94

Total Entitas IKNB Syariah 86 101 102 112 127

FullUs USFullUsFullUsFullUsFull

2013 2014 2015 2016

Perkembangan Keuangan Syariah22

• POJK Nomor 73/POJK.05/2016 tentang TataKelola yang Baik bagi PerusahaanPerasuransian.

• POJK Nomor 3/POJK.05/2017 tentang TataKelola Perusahaan Yang Baik Bagi LembagaPenjaminan.

e. Peraturan terkait Tingkat Kesehatan IKNB Syariah• POJK Nomor 72/POJK.05/2016 tentang

Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi danPerusahaan Reasuransi Syariah.

• POJK Nomor 33/POJK.05/2016 tentangPenyelenggaraan Program Pensiun BerdasarkanPrinsip Syariah.

• POJK Nomor 67/POJK.05/2016 tentangPerizinan Usaha dan Kelembagaan PerusahaanAsuransi, Perusahaan Asuransi Syariah,Perusahaan Reasuransi dan PerusahaanReasuransi Syariah.

o POJK Nomor 1/POJK.05/2017 tentang PerizinanUsaha dan Kelembagaan Lembaga Penjaminan.

b. Peraturan terkait Produk IKNB Syariah• POJK Nomor 23/POJK.05/2015 tentang Produk

Asuransi dan Pemasaran Produk Asuransi.• POJK Nomor 69/POJK.05/2016 tentang

Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi,Perusahaan Asuransi Syariah, PerusahaanReasuransi dan Perusahaan Reasuransi Syariah.

c. Peraturan terkait Penyelenggaraan Usaha IKNBSyariah• POJK Nomor 13/POJK.05/2014 tentang

Penyelenggaraan Usaha Lembaga KeuanganMikro sebagaimana telah diubah terakhir denganPOJK Nomor 62/POJK.05/2015.

• POJK Nomor 31/POJK.05/2014 tentangPenyelenggaraan Usaha Pembiayaan Syariah.

• POJK Nomor 35/POJK.05/2015 tentangPenyelenggaraan Usaha Perusahaan ModalVentura Syariah.

• POJK Nomor 69/POJK.05/2016 tentangPenyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi,Perusahaan Asuransi Syariah, PerusahaanReasuransi dan Perusahaan Reasuransi Syariah.

• POJK Nomor 2/POJK.05/2017 tentangPenyelenggaraan Usaha Lembaga Penjaminan.

d. Peraturan terkait Tata Kelola IKNB Syariah• POJK Nomor 30/POJK.05/2014 tentang Tata

Kelola Perusahaan Yang Baik Bagi PerusahaanPembiayaan.

• POJK Nomor 36/POJK.05/2015 tentang TataKelola Perusahaan Yang Baik Bagi PerusahaanModal Ventura.

Perkembangan Keuangan Syariah 23

Perkembangan Keuangan Syariah24

Visi dan Misi

Dalam mengembangkan industri keuangan syariah diperlukan visi dan misi yang jelas, yaitu

tujuan akhir atau cita-cita yang akan dicapai beserta langkah-langkah yang akan dilakukan

dalam mencapai tujuan akhir yang telah ditetapkan. Berikut visi dan misi dalam pengembangan

keuangan syariah di Indonesia.

Visi dan Misi 25

Visi

Mewujudkan industri jasa keuangan

syariah yang tumbuh dan berkelanjutan,

berkeadilan, serta memberikan

kontribusi bagi perekonomian nasional

dan stabilitas sistem keuangan menuju

terwujudnya Indonesia sebagai pusat

keuangan syariah dunia.

Visi dan Misi26

Misi

1. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan

ketersediaan produk industri keuangan syariah

yang lebih kompetitif dan efisien

2. Memperluas akses terhadap produk dan layanan

keuangan syariah untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat

3. Meningkatkan inklusi produk keuangan syariah

dan koordinasi dengan pemangku kepentingan

untuk memperbesar pangsa pasar keuangan

syariah

Visi dan Misi 27

Visi dan Misi28

Program PengembanganKeuangan Syariah

Pencapaian visi dan misi keuangan syariah bergantung pada program dan rencana aksi yang

dilakukan. Untuk menjadikan keuangan syariah Indonesia tumbuh dan berkelanjutan, berkeadilan,

serta memberikan kontribusi bagi perekonomian nasional dan stabilitas sistem keuangan, maka

program dan rencana aksi yang dilakukan harus sejalan dengan misi yang telah ditetapkan.

Program Pengembangan Keuangan Syariah 29

MISI 1MENINGKATKAN KAPASITAS KELEMBAGAAN DANKETERSEDIAAN PRODUK INDUSTRI KEUANGANSYARIAH YANG LEBIH KOMPETITIF DAN EFISIEN

PROGRAM 1Penguatan Kapasitas Kelembagaan Industri JasaKeuangan Syariah

Industri keuangan syariah perlu meningkatkankapasitas kelembagaannya agar dapat meningkatkanjangkauan layanannya kepada segmen nasabah yanglebih luas dan memberikan kontribusi yang lebih besarkepada perekonomian nasional.

Dalam rangka memperbesar kapasitas kelembagaanindustri keuangan syariah, di dalam peraturanperundangan di sektor perbankan syariah dan IKNBsyariah telah terdapat ketentuan mengenai pembentukanunit syariah dan pemisahan unit syariah menjadi badanusaha tersendiri (spin-off). Selanjutnya di sektor pasarmodal syariah pun telah menerbitkan kententuan barumengenai unit syariah ataupun full fledge khususnyabagi manajer investasi yang mengelola investasi syariah.Dalam rangka memastikan efektivitas dari implementasiketentuan dimaksud perlu kiranya untuk melakukanbeberapa kegiatan sebagai berikut:

1. Mendorong Pembentukan Lembaga KeuanganSyariah yang Memiliki Skala Usaha Besar

Saat ini baik di industri perbankan ataupun IKNBsyariah terdapat beberapa perusahaan yangsepenuhnya dioperasikan berdasarkan prinsip syariah.Namun demikian, kapasitas perusahaan tersebut masihrelatif kecil dibanding dengan lembaga keuangankonvensional. Sebagian besar bank umum syariahmasih berada pada klasifikasi BUKU 2 dan bank umumsyariah terbesar berada pada BUKU 3. Sementara diperbankan konvensional, beberapa bank telah beradadalam klasifikasi BUKU 4. Hal ini menunjukkan bahwabank syariah terbesar pun sulit bersaing denganlembaga keuangan konvensional. Demikian halnyakondisi Lembaga Keuangan Syariah (LKS) pada industrikeuangan non-bank.

Untuk meningkatkan daya saing LKS, perlu adanyaupaya untuk meningkatkan kapasitas kelembagaanLKS melalui penguatan permodalan dan peningkatanskala usaha yang dapat dilakukan melaluipenggabungan usaha LKS. Dalam mewujudkan haltersebut, hal yang dapat dilakukan antara lain denganmelakukan koordinasi antara LKS dengan regulatoryang membawahinya dan pihak berkepentingan terkait.Koordinasi ini dimaksudkan untuk menyamakanpandangan atas pentingnya peningkatkan kapasitaskelembagaan melalui penggabungan usaha.

2. Mengupayakan Insentif atau Relaksasi Kebijakanbagi Lembaga Keuangan Syariah yang MelakukanSpin-Off

Saat ini di industri perbankan syariah dan IKNBsyariah masih terdapat unit usaha syariah yang belummelakukan pemisahan dari induknya. Kondisi inidipengaruhi oleh pertimbangan bisnis masing-masingperusahaan.

Berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku,perusahaan yang memiliki unit usaha syariah diberikanbatas waktu untuk melakukan spin-off. Untuk bank,diberikan batasan hingga tahun 2023, dan untuk asuransihingga tahun 2024.

Mengingat berbagai konsekuensi hukum dan bisnisdari spin-off, masih terdapat pelaku industri yang masihmemiliki keraguan untuk melakukan spin-off, bahkanterdapat pelaku industri yang merencanakan untuktidak melakukan spin-off dan menghentikan unit usahasyariahnya. Jika hal ini terjadi, maka akan berdampakpada konsumen dari unit usaha syariah yang dihentikan.

Oleh karena itu, dalam rangka mendorong pelakuindustri untuk melakukan spin-off, perlu diupayakanpemberian insentif atau relaksasi kebijakan bagiperusahaan yang melakukan spin-off. Upaya tersebutdapat dilakukan antara lain dengan melakukan kajiandan menyusun ketentuan terkait insentif yang tepatuntuk diberikan kepada industri termasuk kebijakanyang mungkin dapat direlaksasi.

Program Pengembangan Keuangan Syariah30

3. Melakukan Harmonisasi Ketentuan di PerbankanSyariah dan IKNB Syariah

Dalam rangka mendorong integrasi danmeningkatkan pertumbuhan keuangan syariah secarakeseluruhan, diperlukan harmonisasi kebijakan antaraperbankan syariah dengan IKNB syariah. Hal ini terkaitdengan penyaluran bank syariah kepada perusahaanpembiayaan serta penggunaan perusahaan penjaminansyariah dan asuransi syariah.

Sesuai dengan ketentuan yang berlaku saat ini(Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/16/PBI/2008Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank IndonesiaNomor 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan PrinsipSyariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana danPenyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah),kegiatan penghimpunan dana, penyaluran dana, danpelayanan jasa bank tidak dibatasi hanya untuk pihaktertentu maupun perusahaan syariah saja. Selamakegiatan yang dilakukan memenuhi prinsip syariahyang dilaksanakan dengan memenuhi ketentuan pokokhukum Islam antara lain prinsip keadilan dankeseimbangan ('adl wa tawazun), kemaslahatan(maslahah), dan universalisme (alamiyah) serta tidakmengandung gharar, maysir, riba, zalim dan objekharam, maka kegiatan tersebut diperbolehkan secaraketentuan.

Di sisi lain, dinamika perkembangan keuangansyariah yang saling terkait berimplikasi kepadakebutuhan untuk integrasi kegiatan perbankan syariahdengan IKNB syariah, agar perbankan syariah danIKNB syariah dapat tumbuh secara bersama-sama.

Untuk itu, perlu disusun kajian bersama mengenaipeluang dan dampak dari harmonisasi kebijakan keduaindustri serta mencakup analisis pengembangankapasitas dan usaha IKNB syariah serta insentif yangdapat diberikan kepada bank syariah apabila banksyariah tersebut menyalurkan maupun menggunakanproduk IKNB syariah.

4. Melakukan Harmonisasi Ketentuan terkait DewanPengawas Syariah

Saat ini pada masing-masing industri - perbankansyariah, pasar modal syariah, dan IKNB syariah - telahmemiliki ketentuan yang mengatur tugas dankewenangan Dewan Pengawas Syariah (DPS), baikterkait dengan aspek profesionalisme, keanggotaan,perangkapan jabatan, ataupun aspek lainnya. Namundemikian pengaturan pada masing-masing industrimasih terdapat perbedaan. Mengingat ketiga industritersebut merupakan kesatuan dalam industri keuangansyariah, perlu kiranya untuk melakukan harmonisasiketentuan terkait DPS. Hal ini dimaksudkan agarterdapat keseragaman dan keselarasan ketentuan.

Harmonisasi ketentuan ini dapat diawali denganmelakukan kajian bersama dan ditindaklanjuti denganpenyesuaian ketentuan peraturan terkait DPS yangberlaku saat ini.

5. Meningkatkan Peran Bank Syariah dalamKegiatan Pasar Modal Syariah

Sampai dengan saat ini kegiatan pasar modal syariahterkait dengan pengadministrasian transaksi efek,penampungan dana, ataupun penjualan efek syariahbelum sepenuhnya dilakukan oleh bank syariah. Selainitu, peran bank syariah dalam penerbitan efek syariahmasih kurang. Hingga saat ini belum terdapat banksyariah yang berfungsi sebagai lembaga penunjang dipasar modal syariah, baik sebagai bank kustodian bagireksa dana syariah maupun wali amanat penerbitansukuk. Hal ini dikarenakan terkendala ketentuan aktivitasusaha bank berdasarkan BUKU.

Dalam rangka upaya mewujudkan kondisi yangideal dimana setiap produk pasar modal syariahmenggunakan infrastruktur pendukung berbasis syariahdalam hal ini bank syariah, perlu adanya rencana aksiyang dapat mendorong peran perbankan syariahsebagai infrastruktur pendukung pasar modal syariah,sebagai berikut:

Program Pengembangan Keuangan Syariah 31

bank syariah, perlu adanya upaya untuk meningkatkankuantitas dan kualitas WAPERD, yaitu denganmengupayakan kemudahan persyaratan untuk menjadiWAPERD.

6. Meningkatkan Sinergi Kebijakan terkait KegiatanUsaha Lembaga Keuangan Mikro Syariah danBank Perkreditan Rakyat Syariah

Saat ini Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS)merupakan bagian dari industri keuangan non-bank.Namun apabila mengalami peningkatan permodalandimungkinkan untuk melakukan konversi dari LKMSmenjadi Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS).Berdasarkan ketentuan Pasal 9 Peraturan OtoritasJasa Keuangan Nomor 12/POJK.05/2014 tentangPerizinan Usaha dan Kelembagaan LKM, modal disetoratau simpanan pokok, simpanan wajib, dan hibah LKMditetapkan berdasarkan cakupan wilayah usaha yaitudesa/kelurahan, kecamatan, atau kabupaten/kota, yangmasing-masing besarnya, yaitu: Rp50.000.000,00 (limapuluh juta rupiah), untuk cakupan wilayah usahadesa/kelurahan; Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah),untuk cakupan wilayah usaha kecamatan; atauRp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah), untukcakupan wilayah usaha kabupaten/kota.

Selanjutnya, bagi LKM yang telah memenuhi syarattertentu wajib bertransformasi menjadi Bank PerkreditanRakyat (BPR) atau BPRS. Syarat dimaksud, yaitu:1) melakukan kegiatan usaha melebihi 1 (satu) wilayahkabupaten/Kota tempat kedudukan LKM; atau 2) LKMtelah memiliki kondisi: a) ekuitas paling kurang 5 (lima)kali dari persyaratan modal disetor minimum BPR atauBPRS sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan b) jumlah dana pihak ketiga dalambentuk simpanan yang dihimpun dalam 1 (satu) tahunterakhir paling kurang 25 (dua puluh lima) kali daripersyaratan modal disetor minimum BPR atau BPRSsesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dari ketentuan tersebut mencerminkanbahwa BPR atau BPRS hasil transformasi dari LKMharus memiliki kesiapan, baik aspek teknis maupunnon teknis untuk menjalankan kegiatan usaha yangbaru sebagai BPR atau BPRS.

a. Mengkaji Kemungkinan Penerapan KriteriaBUKU yang Sesuai dengan Karakteristik danKapasitas Bank Syariah

Kegiatan bank kustodian dan wali amanat sertaaktivitas penerbitan Efek Beragun Aset (EBA) belumdapat dilakukan oleh bank syariah sesuai ketentuanPOJK Nomor 6/POJK.03/2016 tentang Kegiatan Usahadan Jaringan Kantor Berdasarkan Modal Inti Bank yangdijelaskan pada Surat Edaran OJK Nomor 36/SEOJK.03/2015 tentang Produk dan Aktivitas Bank UmumSyariah dan Unit Usaha Syariah, yang menyatakanbahwa yang mendapat persetujuan untuk melakukankegiatan lainnya seperti kustodian dan wali amanatadalah bank BUKU 3 dan BUKU 4. Sementara saatini, bank syariah yang sudah mencapai BUKU 3 barusatu bank dan bank tersebut sampai saat ini belummelakukan kegiatan seperti kustodian maupun waliamanat.

Dalam rangka mendorong peningkatan peran banksyariah dalam kegiatan pasar modal syariah sepertibank kustodian, wali amanat, agen penjual reksa dana,bank pembayar, bank administrator rekening dananasabah, serta fungsi bank lainnya dalam pasar modalsyariah, perlu ketentuan tentang kegiatan usahaberdasarkan modal inti (BUKU) yang diatur khususuntuk bank syariah berbeda dengan pengaturan BUKUbank konvensional.

Untuk mewujudkan hal itu, akan dilakukan kajianterkait kemungkinan penerapan kriteria BUKU yangsesuai dengan karakteristik dan kapasitas bank syariah.

b. Mengupayakan Kemudahan Persyaratan bagiWakil Agen Penjual Reksa Dana

Untuk penjualan reksa dana syariah, hingga saatini baru 1 (satu) bank syariah yang memiliki izin sebagaiagen penjual reksa dana (APERD). Namun demikian,bank tersebut belum secara aktif menjalankan fungsiAPERD dikarenakan fee yang diterima tidak dapatmenutup biaya maintenance sumber daya manusiayang menjadi wakil APERD (WAPERD). Dalam rangkamemperluas penjualan reksa dana syariah melalui

Program Pengembangan Keuangan Syariah32

bagi masyarakat umum. Oleh karena itu, keberadaanDPLK syariah akan dapat memperluas jangkauanpengembangan dana pensiun syariah.

Dari perspektif pengembangan perbankan syariah,penyelenggaraan DPLK syariah merupakan bentukekspansi usaha bagi perbankan syariah. Daripenyelenggaraan DPLK syariah, perbankan syariahberpotensi memperoleh penerimaan dari jasa/ujrahpengelolaan dana peserta. Dengan demikian, semakinbanyak masyarakat yang mendaftarkan diri menjadipeserta di DPLK syariah, maka pendapatan bagiperbankan syariah juga berpotensi semakin besar.

Kegiatan yang perlu dilakukan oleh OJK untukmeningkatkan minat dan pemahaman akan pentingnyamengembangkan DPLK syariah, yaitu:• melakukan kegiatan yang bersifat koordinatif, antara

lain melakukan koordinasi dengan stakeholderterkait, seperti asosiasi di industri dana pensiundan perbankan;

• bersama asosiasi melakukan kegiatan sosialisasidan edukasi mengenai regulasi program pensiunberdasarkan prinsip syariah;

• melakukan bimbingan teknis kepada bank umumsyariah yang yang mengajukan pendirian DPLKsyariah.

PROGRAM 2Peningkatan Ketersediaan dan Keragaman ProdukKeuangan Syariah

Fakta menunjukkan bahwa market share produkindustri keuangan syariah masih relatif kecil jikadibandingkan dengan produk keuangan konvensional.Hal ini salah satunya disebabkan masih sedikitnyasuplai produk keuangan syariah di semua sektor ditinjaudari volume maupun variasi produk. Dalam hal volume,aset keuangan syariah masih berkisar pada angka 5%dari seluruh aset keuangan. Kurangnya volume produkkeuangan syariah sebagai akibat dari kurangnya minatpelaku untuk menawarkan produk syariah dikarenakanskema produk syariah yang sering kali menyebabkanproses yang lebih rumit dan biaya yang lebih tinggi.Sementara itu, dari sisi variasi, jenis produk syariah

Transformasi BPR syariah hasil dari LKM syariahmerupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkanperkembangan aset perbankan syariah di Indonesia.Di sisi lain hasil transformasi tersebut akan berdampakpada sistem pengawasan yang diterapkan, semuladengan metode pengawasan mengacu kepada sistempengawasan lembaga jasa keuangan non bank syariahberubah menjadi sistem pengawasan perbankan syariahkepada kepada BPRS. Perubahan ini didahului denganpengajuan permohonan izin usaha sebagai BPRS olehLKMS. Dalam hal OJK telah memberikan izin kepadaBPRS atas hasil transformasi dari LKMS dan seluruhkekayaan dan kewajiban LKMS telah dialihkan kepadaBPRS, maka LKMS dimaksud dinyatakan telah dicabut.

Sebaliknya di BPRS-BPRS kecil yang kesulitanmemenuhi ketentuan prudensial perbankan syariahnamun masih terdapat potensi untuk lebih berkembangjika menjalankan operasional sebagai LKMS, diperlukanalternatif kebijakan exit policy yang mendorong BPRSbertransformasi menjadi LKMS.

Sebagai antisipasi atas hal tersebut di atas, OJKperlu melakukan harmonisasi regulasi BPRS denganBPR, Bank Umum dan LKMS. Pelaksanaan dariprogram kerja dilakukan melalui kajian bersama terkaitharmonisasi ketentuan kelembagaan BPRS dan LKMS.

7. Mendorong Pendirian Dana Pensiun LembagaKeuangan Syariah oleh Bank Umum Syariah

Dengan berlakunya POJK No. 33/POJK.05/2016tentang Penyelenggaraan Program Pensiun BerdasarkanPrinsip Syariah memberi peluang bagi bank umumsyariah dan perusahaan asuransi jiwa syariah untukmenyelenggarakan program pensiun berdasarkanprinsip syariah melalui pendirian Dana Pensiun LembagaKeuangan (DPLK) syariah.

Dari perspektif pengembangan industri dana pensiunsyariah, ketersediaan DPLK syariah ini menjadi salahsatu instrumen strategis untuk meningkatkan jumlahpeserta program pensiun syariah secara masif. Sebagai-mana disebutkan dalam Undang-Undang No.11 Tahun1992 tentang Dana Pensiun, kepesertaan DPLK terbuka

Program Pengembangan Keuangan Syariah 33

masyarakat terhadap produk-produk yang ditawarkanoleh perusahaan. Aspek syariah merupakan salah satunilai lebih yang ditawarkan oleh asuransi syariah, namunkualitas layanan, manfaat, biaya, dan fitur produk tetapmenjadi faktor penting yang dipertimbangkan olehmasyarakat dalam memilih produk asuransi. Oleh karenaitu, produk asuransi syariah juga harus mampu bersaingdengan produk asuransi konvensional dalam aspek-aspek tersebut.

Dalam rangka menghadapi permasalahan tersebutdi atas, program kerja yang perlu dilakukan untukmeningkatkan suplai produk keuangan syariah adalahsebagai berikut:

1. Mendorong Inovasi Produk Keuangan Syariah

Beberapa upaya yang telah dilakukan oleh OJKuntuk mendorong inovasi pengembangan produkperbankan syariah, adalah penyederhanaan prosesperizinan produk bank syariah dengan diterbitkannyaPOJK No.24/POJK.03/2015 tentang Produk danAktivitas Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah.OJK juga mendorong industri perbankan syariah untukmenerbitkan produk bersama, telah dilakukan upayauntuk menerbitkan produk bersama perbankan syariah,seperti peluncuran produk Simple iB oleh Presiden RIJokowi dalam acara Pasar Rakyat Syariah tahun 2015.Selain itu, OJK juga berupaya untuk mendorong kajianyang menggali keunikan produk yang mempunyakarakteristik khusus syariah melalui Working GroupProduk Perbankan Syariah (WGPS).

Selanjutnya, sejalan dengan tuntutan perluasanportfolio dana dan pembiayaan perbankan syariahpada aktivitas bernilai tambah tinggi atau sektor yangstrategis bagi penguatan perekonomian nasional,perbankan syariah ditantang untuk lebih mendiversifikasiproduknya. Pengembangan produk perbankan syariahke depan diharapkan mampu menciptakan outlet-outletinvestasi bagi nasabah khususnya kelas menengahke atas, menambah variasi produk pembiayaan mikro,dan mengembangkan produk pembiayaan korporasi,trade finance, produk pengelolaan kas dan/atau fundmanagement, start up financing, serta produk-produk

baik di perbankan syariah, pasar modal syariah, maupunIKNB syariah masih relatif sedikit dibandingkan denganproduk konvensional. Dengan demikian, produkkeuangan syariah sulit bersaing dengan produkkeuangan konvensional yang secara volume dan variasijauh lebih besar.

Terkait dengan suplai produk, sektor perbankansyariah, pasar modal syariah, dan IKNB syariah memilikitantangan yang berbeda. Untuk perbankan syariah,variasi produk dan layanan perbankan syariah sudahcukup berkembang, terutama pada segmen riteltermasuk UMKM dan consumer. Inovasi produk melaluipengaplikasian prinsip syariah yang unik juga mulaiberkembang misalnya produk berbasis rahn dan ijarah.Meski demikian, penerimaan oleh masyarakat belumsebaik pada produk Bank Umum Konvensional (BUK)antara lain karena faktor fitur yang belum selengkapproduk serupa di BUK. Selain itu, terdapat harga, kualitaslayanan dan SDM yang belum setara dengan BUK,serta faktor akses dan pengenalan nasabah yang masihterbatas.

Keberadaan faktor-faktor tersebut, di samping faktorkomunikasi dan sosialisasi yang kurang tepat, jugamenimbulkan gap ekspektasi, termasuk dalam aspekkesyariahan produk, sehingga masyarakat tidak melihatinsentif untuk beralih pada produk perbankan syariah.Selanjutnya, pada industri pasar modal syariah punmasih menghadapi keterbatasan suplai produk untukdijadikan sebagai sarana investasi. Penerbitan sukukkorporasi masih relatif kecil jika dibandingkan denganpenerbitan obligasi korporasi. Hal ini dikarenakanadanya persepsi bahwa penerbitan sukuk lebih rumitdan lebih mahal dikarenakan penerbitannya harusmemiliki underlying asset yang menjadi dasar akadsukuk dan harus mendapatkan opini pemenuhan prinsipsyariah.

Sebagaimana sektor perbankan syariah dan pasarmodal syariah, perkembangan produk IKNB Syariahyang ada sampai saat ini dipandang masih minim danbelum dapat memenuhi kebutuhan seluruh lapisanmasyarakat. Dari industri perasuransian, penetrasiasuransi syariah sangat dipengaruhi oleh persepsi

Program Pengembangan Keuangan Syariah34

setelah ditetapkan fatwa tersebut, regulasi untuk danapensiun syariah yang mengatur pembayaran manfaatpensiun harus berdasarkan prinsip syariah ditetapkanmelalui POJK Nomor 33/POJK.05/2016, salah satunyadengan membeli produk anuitas syariah.

Selanjutnya untuk pembiayaan syariah, telah terdapatperaturan OJK yang memberikan ruang kepada IKNBsyariah untuk mengembangkan produk melalui POJKNo. 31/POJK.05/2014 tanggal 19 November 2014tentang Penyelenggaraan Usaha Pembiayaan Syariah,OJK telah memberikan pilihan akad yang bervariatifdalam pelaksanaan kegaitan usaha. Kegiatan usahaperusahaan pembiayaan syariah dan unit usaha syariahperusahaan pembiayaan konvensional dikelompokkanmenjadi pembiayaan jual beli (keuntungannya diperolehdari margin), pembiayaan investasi (keuntungannyadiperoleh dari nisbah bagi hasil), dan pembiayaan jasa(keuntungannya diperoleh dari ujrah/fee). Pelaksanaankegiatan usaha pembiayaan syariah oleh perusahaanpembiayaan juga telah diperkenankan tidak hanyamenggunakan akad tunggal akan tetapi dapat puladilakukan dengan menggunakan akad gabungan (hybridcontracts).

Perluasan akad yang diperkenankan dalam kegiatanusaha perusahaan pembiayaan syariah diharapkandapat diikuti dengan inovasi produk dari pelaku industriyang dapat mendukung kebutuhan individu masyarakatdan pelaku UMKM. Begitu pula dengan pegadaian,OJK telah menerbitkan POJK No.31/POJK.05/2016tanggal 29 Juli 2016 tentang Usaha Pergadaian.Dari yang semula perusahaan pergadaian hanyaPerusahaan Pergadaian pemerintah, melalui POJKNo.31/POJK.05/2016, OJK telah membuka perizinanbagi berdirinya Perusahaan Pergadaian Swasta Syariah.Kegiatan usaha utama Perusahaan Pergadaian Syariahyaitu penyaluran pinjaman dengan jaminan berdasarkanhukum gadai dan hukum fidusia. Selain kegiatan usahatersebut, Perusahaan Pergadaian Syariah juga dapatmelakukan kegiatan usaha lainnya dengan terlebihdahulu memperoleh persetujuan dari OJK. Pelaksanaankegiatan usaha lainnya harus dilakukan denganmenggunakan akad berdasarkan fatwa DSN MUI.Dalam rangka menumbuhkan inovasi produk industri

development financing khususnya untuk pembangunaninfrastruktur.

Untuk sektor pasar modal syariah, progam ini dapatdiimplementasikan melalui pengembangan produkinvestasi yang innovatif yang mudah dipahami dan yangrendah biaya penerbitannya, serta menjawab kebutuhanmasyarakat untuk pendanaan ataupun sarana investasi.Sebagai contoh, pengembangan reksa dana syariahyang dapat membantu petani dalam memenuhikebutuhan pendanaan dan memberikan pilihan bagiinvestor yang ingin berinvestasi dalam sektor pertanian.

Selanjutnya terkait sektor IKNB syariah, peningkatansuplai produk keuangan syariah dapat dilakukan melaluiinovasi produk untuk setiap produk. Untuk asuransisyariah, dalam konteks inovasi produk, di sektor asuransisyariah terdapat 2 (dua) jenis produk baru yang mulaidiperkenalkan kepada masyarakat, yaitu: 1) produkasuransi yang dikaitkan dengan investasi (PAYDI/unitlink) untuk produk asuransi umum, dan 2) produk anuitassyariah untuk program pensiun.

Penyelenggaraan PAYDI untuk produk asuransiumum dapat dilakukan berdasarkan POJKNo.69/POJK.05/2016 tentang Penyelenggaraan UsahaPerusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah,Perusahaan Reasuransi, dan Perusahaan ReasuransiSyariah. PAYDI memberi peluang bagi perusahaanasuransi umum untuk meningkatkan pendapatan darijasa/ujrah pengelolaan dana investasi. Namun, denganmemperhatikan karakter produk asuransi umum saatini yang cenderung bersifat jangka pendek, melaluiPAYDI ini perusahaan asuransi umum akan didoronguntuk membuat produk asuransi jangka panjang.

Pada sektor dana pensiun syariah, telah dikenaladanya produk anuitas syariah yang dapat dipasarkanoleh perusahaan asuransi jiwa syariah kepada DanaPensiun yang menyelenggarakan program pensiunberdasarkan prinsip syariah dengan program pensiuniuran pasti. Secara prinsip, DSN MUI telah memberikanpedoman mengenai produk anuitas syariah ini melaluifatwa DSN MUI No.99/DSN-MUI/XI/2015 tentangAnuitas Syariah untuk Program Pensiun. Selanjutnya

Program Pengembangan Keuangan Syariah 35

diterbitkan oleh entitas syariah. Hingga akhir tahun2016, terdapat 55 sukuk korporasi yang beredar yangditerbitkan oleh 19 emiten. Dari 19 emiten tersebuthanya 3 emiten yang merupakan bank umum syariah.Untuk saham syariah, hingga saat ini hanya ada 1(satu) bank umum syariah yang melakukan Initial PublicOffering (IPO) saham.

Oleh karena itu, perlu kiranya untuk mendorongperbankan syariah dan IKNB syariah untuk melakukanIPO di pasar modal melalui penerbitan saham maupunsukuk. Untuk perbankan syariah, melalui IPO,perbankan syariah dapat meningkatkan permodalannyamelalui penawaran saham kepada publik, baik kepadainvestor individu maupun kepada investor institusi.Sejalan dengan penawaran kepada publik, pemegangsaham institusi diharapkan tetap menjadi pengendalidengan turut memberikan tambahan modal.Selain kepemilikan publik, prioritas kepemilikan modaljuga akan diberikan kepada partner strategis atauinvestor dengan kapasitas besar, dalam arti mampumeningkatkan modal BUS hingga Rp 5 Triliun (BUKU3), serta memiliki track record investasi dengan skalaminimal setara yang berjalan baik di bank atau lembagakeuangan lain.

Sejalan dengan upaya untuk mendorong IKNBsyariah melakukan IPO, peraturan di bidang IKNBsyariah pada prinsipnya mendorong perusahaan untukdapat memperoleh sumber dana dari masyarakatmelalui mekanisme pasar modal, salah satunya denganmelakukan penawaran umum kepada masyarakat.Akan tetapi, secara fakta menunjukkan perkembanganIKNB syariah masih berada dalam tahap awal. Secaraperbandingannya, jumlah pelaku jasa keuangan syariahberbentuk unit syariah masih lebih banyak dibandingkanfull syariah. Selain itu, IKNB Syariah yang secaraumum masih terbilang baru tumbuh mengalami rugi.Untuk itu, dalam hal ini IKNB Syariah membutuhkandukungan dana dari berbagai pihak lainnya, salahsatunya dengan IPO. Akan tetapi, di sisi lain diketahuibahwa prosedur atau syarat IPO termasuk biaya-biayapenawaran umum dirasakan masih belum sesuaidengan kondisi yang dimiliki oleh IKNB syariah yangmasih dalam tahap pertumbuhan.

pergadaian syariah, OJK mendorong pelaku usahauntuk mengembangkan produk rahn/rahn tasjily melaluidiversifikasi barang jaminan (diantaranya denganjaminan benda tak bergerak), diversifikasi kebutuhanmasyarakat (diantaranya untuk pengurusan haji/umrahdan renovasi rumah), dan diversifikasi target nasabah(diantaranya untuk masyarakat berpenghasilan rendahdan pelaku UMKM). Dari sisi target nasabah, industripegadaian akan didorong untuk memberikanpembiayaan mikro kepada masyarakat dan UMKM.Pembiayaan/pinjaman mikro ini diharapkan dapatmenjadi solusi akses keuangan bagi masyarkatberpenghasilan rendah yang mempunyai barangjaminan (seperti kain, sepeda, sertifikat tanah sawah,dan lain-lain). Fitur utama yang diharapkan daripembiayaan/pinjaman mikro yaitu kemudahan,kecepatan proses, dan pinjaman/pembiayaan yangsesuai dengan tujuan dan harapan nasabah.

2. Mendorong Sinergi antar Sektor dalamPengembangan Produk Keuangan SyariahTerintegrasi

Di samping pengembangan produk oleh masing-masing sektor di atas, pengembangan produk keuangansyariah dapat dilakukan dengan sinergi dari ketigasektor. Saat ini pemerintah Indonesia menjadikan sektorpertanian sebagai salah satu sektor prioritas. Olehkarena itu, perlu kiranya industri keuangan syariah untukmendukung program pemerintah dalam pengembangansektor pertanian tersebut. Hal ini dapat dilakukandengan melakukan kajian pemanfaatan produk pasarmodal syariah sebagai variasi produk pembiayaansyariah baik bank maupun non-bank dalam rangkapendalaman pasar keuangan syariah.

3. Mendorong Penerbitan Efek Syariah sebagaiSumber Pendanaan bagi Perbankan Syariah danIKNB Syariah

Sebagaimana diketahui bahwa salah satu kendalayang dihadapi oleh perbankan syariah dan IKNB syariahdalam pengembangan industrinya adalah masih kecilnyapermodalan. Sementara itu di sektor pasar modal syariahmembutuhkan lebih banyak suplai efek syariah yang

Program Pengembangan Keuangan Syariah36

diperkenankannya kepemilikan saham pasangan usahaoleh PMVS. Kepemilikan saham pasangan usaha olehPMVS dibatasi paling lama 10 tahun dan dapatdiperpanjang paling lama 10 tahun.

Setelah jangka waktu dimaksud berakhir, PMVSharus melakukan divestasi diantaranya melaluimekanisme penawaran umum melalui pasar modal.Mekanisme divestasi melalui penawaran umum inikurang efektif dikarenakan sebagian besar pasanganusaha PMVS adalah pelaku UMKM. Paradigmapenawaran umum yang secara prosedural membutuhkanwaktu yang lebih lama, dan biaya besar, dapat dipahamidengan melihat skala bisnis pasangan usaha yangmasih tergolong UMKM.

Dengan adanya kendala dimaksud, perlu dilakukankajian mengenai kemungkinan adanya papan sekunderbagi pelaku UMKM yang mengedepankan prosespenawasan umum yang lebih sederhana, mudah, danekonomis. Hadirnya papan sekunder UMKM akanmenjadi alternatif pendanaan bagi pasangan UMKMdan salah satu pilihan divestasi bagi PMVS, sekaligussebagai bagian implementasi dan harmonisasi ataskebijakan yang telah ditetapkan OJK untuk PMVS.

Berdasarkan fakta tersebut di atas, beberapalangkah yang dapat diambil oleh OJK dalam mendorongperbankan syariah dan IKNB syariah untuk melakukanIPO antara lain:

a. Meningkatkan Sosialisasi kepada PerbankanSyariah dan IKNB Syariah mengenai IPO

Program ini dimaksudkan untuk memberikangambaran secara jelas bagi industri perbankan syariahdan IKNB syariah mengenai penawaran umum. Materimeliputi segala aspek terkait dengan penawaran umumantara lain persyaratan, dokumen yang harus dipenuhi,langkah-langkah yang harus diambil sebelum, saat,dan seteleh penawaran umum.

b. Melakukan Survei dan Coaching kepadaPerbankan Syariah dan IKNB Syariah mengenaiIPO

Survei ini merupakan kegiatan lanjutan darisosialisasi tersebut di atas. Survei ini dimaksudkanuntuk mengetahui perusahaan dari industri perbankansyariah dan IKNB syariah yang bermaksud untukmelakukan penawaran umum untuk selanjutnya dapatdilakukan pendampingan dalam proses penawaranumum.

c. Melakukan Kajian Implementasi Kebijakan terkaitDivestasi Modal Ventura Syariah

Khusus terkait industri modal ventura syariahsebagaimana diatur dalam POJK No.35/POJK.05/2015tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan ModalVentura, Perusahaan Modal Ventura Syariah (PMVS)mempunyai kegiatan usaha diantaranya yaitu melakukanpenyertaan saham (equity participation) dan pembeliansukuk atau obligasi syariah konversi yang diterbitkanoleh pasangan usaha.

Kepemilikan saham (termasuk saham yang berasaldari sukuk atau obligasi syariah konversi) oleh PMVStidak dapat berlangsung selamanya (tidak dapat dimilikiPMVS). Saham pasangan usaha dimaksud harusdilakukan divestasi setelah berakhirnya batas maksimal

Program Pengembangan Keuangan Syariah 37

Di dalam era globalisasi saat ini, penggunaanteknologi informasi berperan sangat penting dalammengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memproses,mengumumkan, menganalisis, dan/atau menyebarkaninformasi dalam proses bisnis lembaga keuangansyariah. Dalam perannya menyebarkan informasidi bidang layanan jasa keuangan syariah dirasa masihbelum optimal sehingga akses terhadap kebutuhanproduk keuangan syariah masih terbatas. Hal inidikarenakan, tidak semua industri keuangan syariahmemiliki website dalam upaya mengenalkan produkkeuangan mereka. Meskipun terdapat banyak industriyang sudah memiliki website, namun masih terdapatpula website yang belum update. Sesuai dengan Pasal5 Peraturan Otoritas Jasa keuangan Nomor1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan KonsumenSektor Jasa Keuangan bahwa Pelaku Usaha JasaKeuangan wajib menyampaikan informasi yang terkinidan mudah diakses kepada konsumen tentang produkdan/atau layanan.

Selain penggunaan website, untuk meningkatkanjangkauan produk keuangan kepada masyarakat didaerah atau mempermudah masyarakat daerah untukmengakses produk keuangan syariah, platform financialtechnology (fintech) dapat digunakan. Penggunaanplatform fintech ini sedapat mungkin menggunakanaplikasi yang dapat diinstal di dalam smartphoneataupun komputer. Hal ini mengingat saat ini hampirsetiap orang memiliki akses internet baik melaluismartphone ataupun jaringan komputer. Berkenaandengan hal itu, OJK perlu memperkuat kebijakan terkaitpengembangan teknologi informasi guna meningkatkanakses terhadap kebutuhan keuangan syariah, baikdengan menggunakan web-base maupun platformfintech. Dengan demikian, dalam memenuhi kebutuhanakan layanan keuangan syariah masyarakat tidakdihadapkan dengan masalah jarak dan waktu yangselama ini menjadi kendala dalam mengakses keuangansyariah.

MISI 2MEMPERLUAS AKSES TERHADAP PRODUKDAN LAYANAN KEUANGAN SYARIAH UNTUKMEMENUHI KEBUTUHAN MASYARAKAT

PROGRAM 1Pemanfaatan Fintech dalam rangka MemperluasAkses Keuangan Syariah

Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan InklusiKeuangan tahun 2016, indeks inklusi keuangan syariahmasih sangat rendah, yaitu sebesar 11,06%. Adapuntingkat inklusi terendah terdapat di provinsi/wilayahKantor Regional (KR) OJK 6, KR 8, dan KR 9 denganrata-rata tingkat inklusi masing-masing sebesar 8,55%,6,18%, dan 6,40%. Keterbatasan akses masyarakatterhadap produk keuangan syariah dapat menjadi salahsatu penyebab masih rendahnya indeks inklusi tersebut.

Untuk meningkatkan akses masyarakat terhadapproduk keuangan syariah dapat dicapai melalui hal-hal sebagai berikut:

1. Mendorong Industri untuk MenggunakanTeknologi Informasi dalam Memberikan LayananKeuangan Syariah

Berdasarkan hasil survei Asosiasi PenyelenggaraJaringan Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2016mengungkap bahwa lebih dari setengah pendudukIndonesia kini telah terhubung ke internet.Cara mengaksesnya pun bermacam-macam mulai dariperangkat genggam, komputer hingga smartphone.Jaringan internet ini dapat dimanfaatkan oleh seluruhlapisan masyarakat, baik di perkotaan maupundi pedesaan.

Kondisi tersebut dapat dimanfaatkan dalammeningkatkan akses keuangan syariah bagi masyarakatdi samping penambahan jumlah sebaran kantor cabangyang menyediakan produk keuangan syariah. Jaringaninternet tersebut dapat dimanfaatkan untuk melakukanpemasaran maupun transaksi atas produk keuangansyariah.

Program Pengembangan Keuangan Syariah38

2. Menyediakan Perangkat Hukum atas PenggunaanFintech dalam Memberikan Layanan KeuanganSyariah

Saat ini telah banyak aplikasi berbasis komputerataupun smartphone yang memberikan kemudahanbagi masyarakat untuk menggunakan layanan jasakeuangan, baik untuk keperluan pembayaran, transfer,pembelian barang, dan layanan lainnya. Hingga saatini, OJK baru menerbitkan peraturan terkait fintechkhususnya yang mengatur peer-to-peer lending, yaituPOJK No. 77/POJK.01/2016 tentang Layanan PinjamMeminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi.

Mengingat besarnya manfaat dari penggunaanfintech dalam rangka kemudahan dan perluasan akseslayanan keuangan syariah, serta makin maraknyapenggunaan fintech oleh lembaga keuangan, perludilakukan kajian dan penyusunan peraturan terkaitpenggunaan fintech bagi lembaga keuangan syariah.Hal ini dimaksudkan untuk melindungi kepentinganstakeholder terkait.

PROGRAM 2Perluasan Jaringan Layanan Keuangan Syariah

Jika dilihat dari sebaran jaringan kantor perbankansyariah per Desember 2016, jumlah jaringan kantorperbankan syariah yang terdiri dari Bank Umum Syariah(BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan Bank PerkreditanRakyat Syariah (BPRS) yang terdapat di wilayah KR6, KR 8, dan KR 9 berturut-turut sebanyak 153 kantor,73 kantor, dan 175 kantor. Jaringan kantor yang terdapatdi ketiga wilayah tersebut memiliki jumlah kantor yanglebih sedikit dibandingkan dengan 6 (enam) wilayahKR lainnya. Berikut data sebaran jaringan kantorperbankan syariah per Desember 2016:

Tabel 6.

Penyebaran Kantor Cabang Bank Syariah

Provinsi Jumlah KantorBUS UUS BPRS

KR OJK

1 Banten dan DKI Jakarta 423 365 43 15

2 Jawa Barat 404 314 40 50

3 DI Yogyakarta dan Jawa Tegah 296 196 49 51

4 Jawa Timur 289 195 43 51

5 Kepulauan Riau, NAD, Sumatera Barat dan Sumatera Utara 452 354 59 39

6 Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara,Sulawesi Utara, Gorontalo, Irian Jaya, Maluku, Papua 153 126 12 15

7 Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Sumatera Selatan 196 148 17 31

8 Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur 73 51 17 5

9 Kalimantan 175 119 52 4

TOTAL 2.461 1.868 332 261

Jaringan Kantor

Program Pengembangan Keuangan Syariah 39

Sementara itu, berdasarkan data persebaran kantorcabang industri keuangan non bank syariah di Indonesiaper tahun 2015, jumlah kantor (asuransi, pembiayaan,penjaminan, modal ventura, pegadaian dan LPEI) yangtersebar di wilayah KR 6, KR 8, dan KR 9 juga memilikijumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan wilayahKR lainnya. Jumlah sebaran kantor tersebut berturut-turut berjumlah 179 kantor, 93 kantor, dan 212 kantor.Sementara itu, wilayah pulau jawa dan sumateramendominasi jumlah kantor yang ada, yaitu sebesar844 kantor dan 402 kantor. Berikut data persebarankantor cabang industri keuangan non bank syariah diIndonesia pada tahun 2015.

Berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas,menunjukkan bahwa masih rendahnya tingkat inklusikeuangan syariah berbanding lurus dengan ketersediaanakses bagi masyarakat untuk memperoleh produkkeuangan syariah. Untuk itu, perlu kiranya menyusunstrategi untuk meningkatkan inklusi masyarakat,khususnya di daerah, terhadap produk keuangansyariah. Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalahdengan memperluas akses bagi masyarakat untukberinvestasi pada produk keuangan syariah. Perluasanakses tersebut dapat dilakukan melalui upaya-upayasebagai berikut:

Selanjutnya, menurut data per akhir tahun 2016,jumlah kantor cabang Manajer Investasi (MI) yangtersebar di wilayah kantor OJK masih sangat sedikit,yaitu sebanyak 58 kantor. Sementara itu, jumlah kantorcabang Perusahaan Efek sebanyak 645 kantor dengansebaran terbanyak berada di wilayah KR 1, KR 3, KR4, dan KR 5 yang menguasai 70% jumlah kantor. Adapunjumlah kantor cabang MI di wilayah kantor regional KR6, KR 8, dan KR 9 berturut-turut hanya berjumlah 3kantor, 1 kantor, dan 3 kantor dimana jumlah tersebutmerupakan jumlah terkecil dibandingkan dengan jumlahkantor di wilayah lainnya. Sementara itu, jumlah kantorcabang perusahaan efek di KR 6, KR 8, dan KR 9masing-masing sebanyak 39, 21, dan 35 kantor. Berikuttabel rincian jumlah kantor cabang MI dan perusahaanefek yang terdapat di wilayah kantor regional OJK.

Wilayah OJK Kantor Cabang MI

Tabel 7.

Penyebaran Kantor Cabang Pelaku Pasar Modal

Kantor Cabang PE

KR 1 205 16

KR 2 65 10

KR 3 86 3

KR 4 86 11

KR 5 77 8

KR 6 39 3

KR 7 31 3

KR 8 21 1

KR 9 35 3

TOTAL 645 58

Tabel 8.

Penyebaran Kantor Cabang IKNB Syariah

Asuransi Total

Sumatera 47 163 1 0 190 1 402

Jawa 120 380 6 4 331 3 844

Kalimantan 16 68 0 0 45 0 129

Sulawesi 13 76 0 0 89 1 179

Bali - Nusa Tenggara 8 42 0 0 43 0 93

Maluku - Papua 6 9 0 0 18 0 33

Jumlah 210 738 7 4 716 5 1.680

PulauPembiayaan Penjaminan Modal Ventura Pegadaian LPEI

Perusahaan

Program Pengembangan Keuangan Syariah40

Dalam rangka meningkatkan inklusi pasar modal syariahperlu kiranya untuk melakukan rencana aksi sebagaiberikut:

a. Memperluas Jaringan Penjualan ProdukPasar Modal Syariah

Pada tahun 2016, OJK telah merelaksasi aturanterkait penjualan efek reksa dana yaitu dengan membukapeluang agar manajer investasi dapat melakukan kerjasama dengan pihak lain yang memiliki jaringan luasdalam kegiatan usahanya. Kerja sama tersebut dalambentuk penyediaan tempat atau gerai penjualan maupunsistem elektronik yang teruji keandalannya. Aturantersebut membuka peluang untuk perluasan akseskeuangan, khususnya untuk produk reksa dana syariah.Selain itu, minimnya perwakilan perusahaan efek atauagen penjual efek reksa dana di daerah juga menjadikendala akses masyarakat dalam berinvestasi di produkkeuangan syariah. Untuk itu, perlu adanya upaya untukmendorong tersedianya perwakilan perusahaan efekdan agen penjual efek reksa dana syariah di daerah.

b. Mendorong Pembukaan Gerai Investasi

Untuk memperluas informasi mengenai pasarmodal syariah, perlu adanya dukungan dari Bursa EfekIndonesia (BEI) yang telah memiliki beberapa kantorperwakilan di daerah. Dukungan yang dapat diberikanoleh BEI adalah dengan membuka gerai investasisyariah di lingkungan kampus dan pesantren, sertamembuka kantor perwakilan bursa efek di berbagaidaerah.

3. Memperluas Jaringan Layanan IKNB Syariah

a. Melakukan Kajian atas Perluasan JaringanLayanan IKNB Syariah

Berdasarkan data sebaran jaringan layananIKNB syariah, menunjukkan data jaringan layanan IKNBsyariah masih terpusat di wilayah pulau Sumatera danJawa sebesar 79%. Hal ini yang menjadi salah satufaktor penyebab layanan IKNB syariah secara umumbelum merata di seluruh wilayah Indonesia. Atas kondisi

1. Memperluas Jaringan Layanan PerbankanSyariah

a. Mendorong Implementasi Program LakuPandai bagi Perbankan Syariah

Untuk meningkatkan inklusi keuangan, saat iniperbankan syariah telah turut serta dalam programLaku Pandai, yaitu Layanan Keuangan Tanpa Kantordalam rangka Keuangan Inklusi yang bertujuan untukmenyediakan produk-produk keuangan yangsederhana, mudah dipahami, dan sesuai dengankebutuhan masyarakat yang belum dapat menjangkaulayanan keuangan. Sampai dengan September 2016telah terdapat 2 (dua) Bank Umum Syariah yangmenyelenggarakan program Laku Pandai. Ke depanakan dilakukan upaya yang dapat mendorong lebihbanyak lagi Bank Umum Syariah yang menyelenggarakanprogram Laku Pandai. Di samping produk perbankan,terdapat pula produk keuangan lainnya yang termasukdalam program Laku Pandai, yaitu asuransi mikro.Asuransi mikro ditujukan untuk proteksi masyarakatberpenghasilan rendah, dengan premi yang ringan.

b. Mendorong Tersedianya Layanan PerbankanSyariah pada Bank Umum

Salah satu upaya untuk meningkatkan akseslayanan perbankan syariah serta memperbaiki efisiensidi perbankan syariah, OJK mendorong komitmen indukuntuk memfasilitasi (leverage) anak usaha dan unitusaha syariah melalui penyediaan layanan syariah bank(LSB) dan layanan syariah (LS) di kantor cabang bankkovensional.

Untuk itu akan dilakukan kajian tentang insentifatau penerapan Key Performance Indicator (KPI) bagibank umum konvensional yang menawarkan produk/layanan perbankan syariah.

2. Memperluas Jaringan Layanan Pasar ModalSyariah

Berdasarkan data di atas, jaringan layanan pasarmodal syariah dapat dikatakan masih sangat terbatas.

Program Pengembangan Keuangan Syariah 41

ini, OJK perlu melakukan kajian atas perluasan jaringanlayanan IKNB syariah sehingga belum dapatmemperluas/meningkatkan pemasaran produkperusahaan secara optimal kepada masyarakat ataucalon konsumen.

b. Mendorong Pembukaan Kantor Cabang atauKantor selain Kantor Cabang

Selain melakukan kajian mengenai perluasanjaringan layanan IKNB syariah, OJK perlu mengupayakansuatu kegiatan/program yang dapat mendorongperusahaan agar meningkatkan pembukaan kantorcabang atau kantor di luar kantor cabang IKNB syariah.Melalui perluasan pembukaan kantor cabang ke daerah-daerah terpencil, diharapkan dapat meningkatkanpengetahuan dan minat masyarakat untuk menggunakanproduk keuangan non bank syariah.

Pembukaan kantor cabang atau kantor di luarkantor cabang membutuhkan persiapan yang matangdan komprehensif dari perusahaan, antara lain, biayaSDM yang akan ditugaskan, kesiapan ruang kantorbaru, sistem yang memadai, biaya infrastruktur, danbiaya lainnya. Oleh karena itu, itu, untuk mendorongperusahaan agar memperluas pembukaan kantorcabang atau kantor di luar kantor cabang, OJK tentunyaakan mempertimbangkan dahulu faktor-faktor kesiapanyang telah dimiliki oleh perusahaan.

Program Pengembangan Keuangan Syariah42

Indeks inklusi keuangan syariah yang lebih tinggidibandingkan indeks literasi menunjukan bahwamasyarakat sudah menggunakan produk keuangansyariah walapun belum memahami secara komprehensiftentang fitur produk, kemanfaatan serta risiko produkdan jasa keuangan syariah.

Jika dilihat literasi per sektor industri keuangansyariah, tingkat pemahaman dan pemanfaatanmasyarakat di sektor perbankan syariah paling tinggidibandingkan dengan sektor pasar modal syariah danIKNB syariah, yang ditunjukkan oleh indeks literasisebesar 6,63% dan indeks inklusi sebesar 9.61%. Sektorpasar modal syariah memiliki tingkat literasi dan inklusiyang paling rendah, yaitu 0,02% untuk literasi dan0,01% untuk inklusi. Sementara indeks literasi IKNBsyariah sebesar 2,51% untuk perasuransian, 1,63%untuk pegadaian, 0,19% untuk lembaga pembiayaan,dan 0% untuk dana pensiun. Tingkat inklusi produkIKNB syariah secara umum di bawah tingkat literasi,kecuali tingkat inklusi lembaga pembiayaan yang lebihtinggi dari tingkat literasinya. Adapun indeks inklusikeuangan pada sektor IKNB syariah adalah 1,92%untuk asuransi, 0,71% untuk pegadaian, 0,24% untukpembiayaan. Indeks literasi keuangan syariah danindeks inklusi keuangan syariah per sektor industridigambarkan pada grafik berikut ini:

MISI 3MENINGKATKAN INKLUSI PRODUK KEUANGANSYARIAH DAN KOORDINASI DENGAN PEMANGKUKEPENTINGAN UNTUK MEMPERBESAR PANGSAPASAR KEUANGAN SYARIAH

PROGRAM 1Optimalisasi Promosi Keuangan Syariah

Tingkat pemahaman masyarakat terhadap produkjasa keuangan syariah menjadi faktor yang sangatpenting dalam mendorong perkembangan keuangansyariah di Indonesia. Hal ini dikarenakan penggunaansuatu produk keuangan syariah oleh masyarakat sangatdipengaruhi oleh tingkat pemahaman masyarakatterhadap fungsi, jenis, dan karakteristik dari produkkeuangan syariah tersebut.

Berdasarkan hasil survei literasi yang dilakukanoleh OJK pada tahun 2016 menunjukkan bahwa tingkatliterasi (pemahaman) dan tingkat inklusi(pemanfaatan/utilitas) masyarakat tentang produk danjasa keuangan syariah masih rendah. Hal tersebutditunjukkan dengan indeks literasi keuangan syariahbaru mencapai sebesar 8,11% dan indeks inklusikeuangan syariah sebesar 11,06%. Sementara indeksliterasi keuangan konvensional mencapai 29,66% danindeks inklusi keuangan sebesar 67,82%.

Grafik 17.

Indeks Literasi Keuangan Syariah dan Indeks Inklusi Keuangan Syariah

Pasar Modal Syariah

Pergadaian Syariah

Lembaga Pembiayaan Syariah

Dana Pensiun Syariah

Perasuransian Syariah

Perbankan Syariah

0.00% 2.00% 4.00% 6.00% 8.00% 10.00% 12.00%

Indeks Inklusi Keuangan Syariah Indeks Literasi Keuangan Syariah

Sumber: Diolah dari Hasil Survey Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan 2016 - Otoritas Jasa Keuangan

Program Pengembangan Keuangan Syariah 43

Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa keuangansyariah masih belum banyak dikenal oleh masyarakatsehingga produk keuangan syariah belum menjadisuatu alternatif dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.Rendahnya pemahaman dan kesadaran masyarakatterhadap keuangan syariah tersebut antara lain dapatdisebabkan oleh operasional LJK syariah masihdianggap rumit, kurangnya edukasi keuangan syariah,dan biaya pengelolaan yang tinggi.

Mengingat pentingnya tingkat literasi masyarakatterhadap keuangan syariah bagi pertumbuhan keuangansyariah di Indonesia, OJK perlu melakukan sinergidengan para pemangku kepentingan untuk melakukanberbagai program sosialisasi, promosi, dan edukasiantara lain sebagai berikut:

1. Memanfaatkan Berbagai Media dalam rangkaKampanye Aku Cinta Keuangan Syariah (ACKS)

Dalam rangka upaya meningkatkan literasi dantingkat pemahaman masyarakat tentang keuangansyariah, OJK secara konsisten melakukan programedukasi (kampanye) keuangan syariah diantaranyaKampanye Aku Cinta Keuangan Syariah (ACKS) yangdiresmikan oleh Presiden RI tahun 2015 danpenyelenggaraan Pasar Rakyat Syariah. KampanyeACKS merupakan strategi komunikasi dan edukasikeuangan syariah terintegrasi industri jasa keuangansyariah yang meliputi industri perbankan syariah,pasar modal syariah dan IKNB syariah, yang dilakukansecara bersama-sama dan berkesinambungan daamberbagai bentuk aktivitas dalam rangka meningkatkanawareness dan pemahaman masyarakat luas terhadapkemanfaatan yang dimiliki oleh industri keuangansyariah dengan tujuan akhir menjadikan keuangansyariah sebagai gaya hidup (sharia lifestyle).

Adapun tujuan Kampanye ACKS:• Corporate Branding OJK sebagai lembaga yang

berkomitmen penuh dalam pengembangankeuangan syariah Indonesia.

• Program literasi keuangan syariah bersamaperbankan syariah, IKNB syariah dan pasar modalsyariah.

Customer Loyalty Program (Up Selling),meningkatkan loyalitas nasabah keuangan syariah(existing) terhadap produk keuangan syariah melaluirefreshing pengetahuan mengenai produk dan layanankeuangan syariah. Harapannya akan terjadi peningkatanpembelian (portofolio) produk dan jasa keuangan syariaholeh nasabah existing.

Dalam rangka mencapai tujuan kampanye ACKS,berbagai media kampanye dilakukan dalam rencanaaksi berikut:

a. Membuat Iklan Keuangan Syariah dalamBerbagai Media

Salah satu sarana yang dapat digunakan untukmeningkatkan awareness dan literasi keuangan syariahadalah dengan menggunakan media, baik cetak,elektronik, maupun online. Penggunaan media ini dapatmemberikan imbas yang sangat besar mengingatjangkauannya yang lebih luas. Bentuk program yangdapat dilakukan antara lain pembuatan iklan yangditayangkan pada media iklan, media elektronik, ataupunonline.

b. Menyelenggarakan Talkshow Interaktif di MediaElektronik

Media elektronik seperti radio ataupun televisimemiliki jangkauan yang sangat luas, dari kota hinggadaerah, dan dimiliki oleh hampir semua orang. Mengingatluasnya jangkauan tersebut salah satu upaya untukmeningkatkan awareness masyarakat terhadapkeuangan syariah adalah dengan melakukan talkshowinteraktif melalui media elektronik televisi dan radio.

c. Membuat Artikel, Materi Webinar, Infografis,maupun Video

Gaya pembelajaran seseorang dengan orang yanglain berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam rangkamelakukan sosialisasi keuangan syariah kepadamasyarakat pun diperlukan tools yang berbeda agarmemudahkan masyarakat untuk memahami materiyang disampaikan. Untuk itu, diperlukan upaya untuk

Program Pengembangan Keuangan Syariah44

membuat berbagai materi sosialisasi berupa artikel,materi webinar, infografis, ataupun video.

d. Memanfaatkan Media Sosial dalam PenyebaranInformasi dan Edukasi Keuangan Syariah

Hampir semua orang memiliki media sosial sepertiWhatsapp, Facebook, Instagram. Mengingatkepemilikan dan intensitas penggunaan media sosialmasyarakat sangat tinggi, pemanafaat media sosialdalam penyebaran informasi dan edukasi keuangansyariah dimungkinkan dapat dilakukan secara efisiendan efektif.

e. Menyelenggarakan Expo Produk KeuanganSyariah dalam Berbagai Bentuk

Upaya lain untuk mempromosikan produk keuangansyariah kepada masyarakat adalah denganpenyelenggaraan expo produk keuangan syariahseperti iB Vaganza, Keuangan Syariah Fair (KSF),Festival Pasar Modal Syariah, dan Pekan Reksa DanaSyariah.

Selain itu, pada IKNB syariah, kegiatan expo produkkeuangan syariah dapat diperluas dengan memfokuskansesuai sektor industrinya dan segmen konsumen yangmenjadi target pengembangan IKNB syariah.

f. Menyusun Direktori Keuangan Syariah Indonesia

Keuangan syariah Indonesia telah menunjukkanperkembangan yang cukup menggembirakan, baik darisisi produk, pelaku, maupun regulasi. Dengan demikian,sudah sepatutnya Indonesia menunjukkan padamasyarakat Indonesia dan masyarakat dunia atas apayang telah pencapaian industri keuangan syariahIndonesia. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalahdengan menerbitkan direktori keuangan syariahIndonesia. Penerbitan direktori ini dapat memberikangambaran komprehensif kepada masyarakat domestikdan internasional agar mengenal lebih dalam mengenaikeuangan syariah Indonesia. Dengan demikian,diharapkan hal ini dapat memberikan gambaranmengenai besarnya potensi yang dimiliki oleh Indonesia

sehingga mendorong pihak asing untuk masuk keindustri keuangan syariah Indonesia, baik sebagaiinvestor, pelaku, ataupun belajar mengenai keuangansyariah dari Indonesia.

2. Melakukan Diversifikasi Target dan MetodeSosialisasi dan Edukasi Keuangan Syariah

Program sosialisasi dan edukasi keuangan syariahyang dikembangkan perlu dilakukan secara lebihterintegrasi dengan pengembangan sektor terkait.Sektor-sektor dimaksud tidak terbatas pada industrijasa keuangan, seperti perbankan syariah, pasar modalsyariah, asuransi syariah, pembiayaan syariah,penjaminan syariah, modal ventura syariah, programpensiun syariah, dan pergadaian syariah, namun jugamelibatkan sektor non keuangan yang mempengaruhipola belanja masyarakat seperti industri halal, industrikreatif syariah serta sektor sosial, dengan tujuanmenjadikan keuangan syariah sebagai bagian darilifestyle masyarakat.

Untuk mewujudkan hal tersebut perlu kiranyamelakukan sosialisasi dan edukasi dengan sasaranyang lebih luas diantaranya adalah petani, nelayan,ibu rumah tangga, UMKM, organisasi keagamaanseperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, dewanmasjid, komunitas pebisnis dan hobi, tokoh masyarakat,tokoh agama, dan selebritis. Selain itu memperbanyakkegiatan sosialisasi dan edukasi antara lain melaluiroad show keuangan syariah, business matchingataupun business gathering, dan temu komunitas.

3. Mempromosikan Keuangan Syariah Indonesiake Pasar Global

Dengan perkembangan keuangan syariah yangtelah dicapai Indonesia, perlu kiranya OJK melakukanpromosi keuangan syariah ke pasar global. Hal inibertujuan untuk menarik minat investor ataupun pelakukeuangan syariah global untuk masuk ke dalam industrikeuangan syariah di Indonesia. Beberapa rencana aksiyang dapat dilakukan untuk mengenalkan keuangansyariah Indonesia ke pasar global antara lain:

Program Pengembangan Keuangan Syariah 45

Dalam rangka meningkatkan penempatan investasidi pasar modal syariah, IKNB syariah perlu menetapkantujuan investasi yang objektif dan menganalisis potensirisiko investasi sehingga dapat memilih instrumen yangtepat.

Dari sisi regulasi yang berlaku bagi IKNB syariah,telah dibuka pilihan untuk menempatkan investasi padainstrumen pasar modal syariah. Akan tetapi,pengaturannya belum dapat mendorong IKNB syariahuntuk meningkatkan penempatan investasi pada pasarmodal syariah. Data menunjukkan bahwa dari seluruhsektor yang ada di IKNB syariah, hanya industri asuransisyariah yang mendominasi memiliki instrumen pasarmodal syariah, yaitu sebesar 67,72% dibandingkantotal aset investasinya. Sementara untuk industri lainnyalebih berfokus mengembangkan asetnya pada jenis-jenis instrumen yang sesuai dengan karakteristikusahanya, seperti perusahaan pembiayaan syariahpada transaksi pembiayaan syariah dengan konsepmurabahah, perusahaan modal ventura syariah padatransaksi pembiayaan syariah dengan konsep bagihasil, perusahaan penjaminan syariah pada transaksipenjaminan syariah.

Dilihat dari sisi regulasi yang berlaku pada perusahaanasuransi syariah dan dana pensiun syariah, menunjukkanbahwa batasan-batasan investasi yang diatur bersifatrinci dan komprehensif. Hal ini menyebabkan IKNBsyariah memiliki keterbatasan dalam menempatkandananya pada instrumen pasar modal syariah. Olehkarena itu, perlu dilakukan beberapa hal yang dapatmendorong IKNB Syariah meningkatkan investasidi pasar modal syariah, antara lain sebagai berikut.

a. Meningkatkan Sosialisasi dan Edukasi mengenaiEfek Syariah bagi IKNB Syariah

Dalam rangka mendorong IKNB syariah untukmelakukan investasi pada produk pasar modal syariah,perlu kiranya dilakukan sosialisasi dan edukasi yanglebih intensif. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkanpemahaman para pembuat keputusan dalam IKNBsyariah mengenai jenis-jenis produk investasi di pasarmodal syariah.

a. Menyelenggarakan dan Berpartisipasi dalamPameran (Expo), Konferensi ataupun SeminarBertaraf Internasional

Untuk mengenalkan keuangan syariah di Indonesiapromosi yang dapat dilakukan antara lainmenyelenggarakan pameran, konfrensi ataupun seminarkeuangan syariah bertaraf internasional. Selain sebagaipenyelenggara, Indonesia juga dapat berpartisipasidalam acara serupa yang diselenggarakan oleh negaralain.

b. Menyelenggarakan Program Short CourseKeuangan Syariah bagi Peserta dari Dalam danLuar Negeri

Meskipun perkembangan keuangan syariahIndonesia masih terus memerlukan pembenahan,dengan apa yang dimiliki saat ini, Indonesia dapatberbagi pengetahuan dan pengalaman melaluipenyelenggaraan short course terkait keuangan syariah.Hal ini mengingat masih banyak negara yang barusedikit atau belum sama sekali mengenal keuangansyariah. Selain itu, Indonesia juga memiliki ahli-ahlisyariah yang telah sering menjadi pembicara di luarnegeri. Selain itu, telah banyak perguruan tinggi yangmemiliki program pendidikan keuangan syariah. Denganrencana aksi ini diharapkan makin banyak orang yangmengenal keuangan syariah khususnya keuangansyariah di Indonesia.

4. Sosialisasi Produk Investasi di Pasar Modalkepada IKNB Syariah

Secara umum karakteristik kegiatan usaha daribeberapa IKNB syariah adalah mengelola dana milikpeserta melalui kegiatan investasi, yang dapatditempatkan dalam bentuk instrumen pasar modalsyariah maupun instrumen pasar uang syariah.Kegiatan mengelola dana milik peserta diharapkandapat dilakukan secara optimal sehingga IKNB syariahdapat memenuhi kewajiban kepada peserta, yangdapat terjadi dalam periode jangka pendek maupunjangka panjang.

Program Pengembangan Keuangan Syariah46

b. Melakukan Kajian terkait Investasi Syariah olehIKNB Syariah

Regulasi di IKNB Syariah yang terkait denganinvestasi, baik yang berlaku untuk asuransi syariahmaupun dana pensiun syariah mengatur batasankuantitatif dan kualitatif yang relatif sama. Pada POJKNomor 3/POJK.05/2015 yang berlaku bagi dana pensiunsyariah dan POJK Nomor 72/POJK.05/2016 yangberlaku bagi industri asuransi syariah, diatur batasanmaksimum investasi yang dapat ditempatkan padasatu pihak, batasan per jenis investasi, maupun batasanmaksimum per jenis investasi dan per satu pihak.

Pengaturan batasan sebagaimana tersebutdi atas belum dapat mendorong IKNB syariah dalammenggiatkan investasi di pasar modal syariah.Dengan demikian, OJK perlu menetapkan pengaturanyang dapat mendorong IKNB syariah agar lebih aktifmenempatkan dananya di pasar modal syariah.Untuk itu, perlu dilakukan kajian terkait investasi syariahdi pasar modal oleh IKNB syariah.

PROGRAM 2Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia

Upaya pengembangan sumber daya manusia (SDM)meliputi peningkatan kuantitas dan kualitas SDM yangditujukan kepada seluruh pihak yang berperan aktif dalampengembangan dan operasional keuangan syariah. Halini akan sangat mempengaruhi upaya pengembanganbidang lainnya seperti pengembangan produk danlayanan. Dalam rangka meningkatkan kuantitas dankualitas SDM, hal-hal yang dilakukan antara lain:

1. Membentuk Kelompok Kerja/Bidang EkonomiSyariah Forum Rektor Indonesia terkaitPenyusunan Kurikulum Keuangan Syariah

Salah satu tantangan dalam meningkatkan SDMdi perguruan tinggi pada sektor jasa keuangan syariahadalah belum adanya “link and match” antara materipengajaran dengan kebutuhan jasa keuangan syariah.Oleh karena itu, OJK bekerja sama dengan ForumRektor Indonesia membentuk POKJA Keuangan Syariah

Forum Rektor Indonesia terkait penyusunan kurikulumkeuangan syariah untuk membangun “link and match”tersebut sehingga program studi keuangan syariahdapat menghasilkan output yang berkualitas dan dapatmemenuhi tuntutan industri dalam rangka mendukungpertumbuhan industri jasa keuangan syariah di Indonesia.

2. Menyelenggarakan Training for TrainersKeuangan Syariah

Dalam rangka meningkatkan pemahamanmasyarakat mengenai keuangan syariah perludiselenggarakan kegiatan Training for Trainers (ToT)keuangan syariah bagi pihak yang diharapkan dapatmelakukan knowledge transfer kepada masyarakat.Adapun pihak dimaksud antara lain tokoh agama,anggota dewan masjid, dosen, guru, dan hakimpengadilan agama.

3. Mengembangkan Program Sertifikasi danPendidikan Profesi Berkelanjutan

Kondisi saat ini menunjukkan bahwa masih banyakprofesi yang terkait dengan industri keuangan sepertiakuntan, penilai, aktuaris, notaris, konsultan hukum,dan profesi lainnya, belum memiliki pemahaman yangmemadai mengenai keuangan syariah. Oleh karena itu,OJK perlu mendorong adanya program sertifikasi danPendidikan Profesi Berkelanjutan (PPL) bagi profesiyang memuat materi keuangan syariah.

4. Melakukan Kerja Sama dengan LembagaPendidikan Tinggi untuk Mencetak SDM yangHandal

Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas SDMdi bidang keuangan syariah, OJK akan melakukan kerjasama dengan lembaga pendidikan tinggi antara lain:

a. Mengembangkan Materi Keuangan Syariah danMemberikan Kegiatan Training for Trainers bagiAkademisi

Perguruan tinggi merupakan salah satu sarana untukmencetak SDM yang siap pakai. Dengan keterbatasan

Program Pengembangan Keuangan Syariah 47

SDM di industri keuangan syariah saat ini, ke depandiharapkan perguruan tinggi dapat menyuplai SDMyang siap pakai dan handal. Oleh karena itu, perludilakukan pengembangan materi keuangan syariahuntuk dimasukkan dalam kurikulum pengajaran padaperguruan tinggi. Selanjutnya untuk meningkatkanpemahaman dan pengetahuan keuangan syariah bagipara pengajar, perlu dilakukan ToT secara komprehensifdan mendalam mengenai keuangan syariah.

b. Melakukan Riset di Bidang Keuangan Syariah

Untuk menghasilkan kebijakan pengembangankeuangan syariah yang akomodatif dan komprehensif,diperlukan kajian dan penelitian yang menyeluruh danmendalam. Mengingat perguruan tinggi memiliki SDMyang kompeten dalam penelitian, perlu dilakukan kerjasama dengan akademisi dalam melakukan penelitiandi bidang keuangan syariah. Hal ini dimaksudkan untukmendapatkan sudut pandang dari akademisi mengenaikondisi keuangan syariah yang memenuhi kebutuhanpemangku kepentingan keuangan syariah.

c. Mendorong Program Link and Match untukKebutuhan SDM di Bidang Keuangan Syariah

Untuk memenuhi kualifikasi SDM keuangan syariahsesuai dengan kebutuhan industri keuangan syariah,perlu dilakukan berbagai upaya yang mendorongprogram link and match, melalui kerja sama yangdilakukan oleh perguruan tinggi dan industri keuangansyariah. Dengan adanya program link and match,lulusan perguruan tinggi akan memenuhi kualifikasiyang sesuai dengan kebutuhan industri perbankansyariah, pasar modal syariah, dan IKNB syariah.

5. Memberdayakan Asosiasi Industri dalamPeningkatan Kualitas SDM Keuangan Syariah

Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitaspelaku keuangan syariah, OJK perlu mendorong peranasosiasi industri untuk melakukan sosialisasi danedukasi bagi anggotanya. Asosiasi tersebut harusdapat berperan bagi kemajuan industri melaluipeningkatan kualitas SDM bagi anggota asosiasi dan

berkontribusi dalam sosialisasi dan edukasi yangdilakukan oleh OJK.

PROGRAM 3Peningkatan Koordinasi antar PemangkuKepentingan dalam rangka PengembanganKeuangan Syariah di Indonesia

OJK bersama dengan pemerintah dan pemangkukepentingan selama ini telah mengambil berbagailangkah, komitmen dan usaha untuk mendorongpertumbuhan keuangan syariah. Namun demikian,hal tersebut belum berdampak signifikan terhadappertumbuhan keuangan syariah. Hal ini dikarenakanbelum adanya satu visi dan misi atau tujuan nasionalyang menjadi kesepakatan bersama antara pemerintah,OJK, ataupun para pemangku kepentingan lainnya.Belum adanya kesatuan visi dan misi dalampengembangan keuangan syariah di Indonesiamenyebabkan belum adanya keterpaduan strategi,rencana aksi, dan prioritas yang perlu dilakukan untukmembesarkan keuangan syariah. Oleh karena itu,dalam rangka mencapai kesatuan visi dan misi terkaitpengembangan keuangan syariah Indonesia, OJKperlu melakukan beberapa langkah berikut:

1. Berperan Aktif dalam Komite Nasional KeuanganSyariah Republik Indonesia

Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) telahterbentuk dengan diterbitkannya Peraturan PresidenRepublik Indonesia Nomor 91 Tahun 2016 tentangKomite Nasional Keuangan Syariah pada tanggal 8November 2016. Pembentukan KNKS merupakan salahsatu rekomendasi yang dimuat dalam MasterplanArsitektur Keuangan Syariah.

Komite tersebut merupakan media bagi pemerintah,OJK, Bank Indonesia, dan pemangku kepentinganlainnya untuk melakukan koordinasi kebijakan yangdapat mempercepat pertumbuhan keuangan syariahdi Indonesia. Koordinasi di dalam KNKS ini diharapkandapat mengharmonisasikan berbagai kebijakan terkaitkeuangan syariah agar dapat saling mendukung dalampengembangan keuangan syariah.

Program Pengembangan Keuangan Syariah48

Pokja Kebijakan dan Regulasi; serta Pokja Infrastrukturdan Teknologi Informasi Keuangan.

Pelaksanaan program-program yang akan dilakukandalam pengembangan keuangan syariah yang telahditetapkan dalam Roadmap ini dapat disinergikandengan pokja terkait yang telah dibentuk KementerianKoordinator Perekonomian dalam pelaksanaan SKNIdi atas, sebagai contoh program edukasi keuangansyariah dapat bersinergi dengan Pokja EdukasiKeuangan, program pengembangan akses keuangansyariah dapat bekerja sama dengan Pokja Infrastrukturdan Teknologi Informasi Keuangan.

b. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman

Salah satu agenda prioritas pemerintah Indonesiadi bidang kemaritiman di Indonesia adalah meningkatkanproduktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasionaldengan membangun banyak pelabuhan baru danmerenovasi yang lama. Selain itu, Kementerian BidangKemaritiman juga memiliki isu-isu prioritas yangmerupakan bagian dari pembangunan infrastrukturdi bidang kemaritiman.

Tentunya implementasi dari agenda dan isu prioritastersebut membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Olehkarena itu, dalam kaitannya dengan keuangan syariah,hal-hal yang dapat dikoordinasikan dengan KementerianKoordinator Bidang Kemaritiman adalah pendanaanmelalui keuangan syariah, baik melalui perbankansyariah, pasar modal syariah, dan IKNB syariah.

c. Kementerian Keuangan

Kementerian keuangan merupakan salah satupemangku kepentingan strategis OJK dalammengembangkan industri jasa keuangan syariah.Hal tersebut dikarenakan berbagai isu penting terkaitpengembangan industri jasa keuangan syariah beradapada ranah tugas dan fungsi kementerian keuangan,yakni isu terkait perpajakan dan penerbitan suratberharga syariah negara (sukuk negara).

Sebagai regulator yang mengatur industri jasakeuangan syariah, OJK berperan aktif dalam program-program KNKS yang terkait dengan 3 (tiga) sektorkeuangan syariah, antara lain mendorong optimalisasipengelolaan dana haji dan wakaf melalui instrumenpada industri jasa keuangan syariah, optimalisasi danaZakat, Infaq, Shadaqah, dan Wakaf (ZISWAF) melaluiperbankan syariah diantaranya ZISWAF inclusionmelalui LAKU PANDAI dan meningkatkan aksespembiayaan perbankan syariah untuk sektor prioritas.

2. Melakukan Koordinasi dengan Pemerintahmelalui Kementerian Terkait

Beberapa tantangan yang dihadapi dalampengembangan keuangan syariah di Indonesia memilikiketerkaitan dengan kebijakan pemerintah yang beradadi bawah kewenangan kementerian, sebagai contoh,kebijakan perpajakan yang selama ini menjadi salahsatu isu dalam pengembangan produk keuangansyariah berada di bawah kewenangan KementerianKeuangan. Selain Kementerian Keuangan masihterdapat beberapa kementerian yang kewenangannyaberkaitan dengan pengembangan keuangan syariah.Oleh karena itu, dalam melakukan pengembanganindustri keuangan syariah diperlukan koordinasi dengankementerian terkait. Adapun bentuk kooordinasi dengankementerian terkait dalam program pengembangankeuangan syariah akan dipaparkan lebih lanjut.

a. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Dalam melakukan berbagai progam pengembangankeuangan syariah, OJK perlu melakukan koordinasidengan pemerintah dalam hal ini KementerianKoordinator Perekonomian, mengingat KementerianKoordinator Perekonomian merupakan kementerianyang bertanggung jawab dalam pelaksanaan StrategiNasional Keuangan Inklusif (SNKI). Dalam pelaksanaanSNKI ini Kementerian Koordinator Perekonomian telahmenyiapkan beberapa kelompok kerja (pokja) yangterdiri dari Pokja Edukasi Keuangan; Pokja Hak Propertimasyarakat; Pokja Fasilitas Intermediasi dan SaluranDistribusi Keuangan; Pokja Pelayanan Keuangan padaSektor Pemerintah; Pokja Perlindungan Konsumen;

Program Pengembangan Keuangan Syariah 49

Terkait dengan kebijakan perpajakan, saat ini masihterdapat isu kesetaraan pajak. Pada industri pasarmodal syariah, hingga saat ini belum ada ketentuanyang secara eksplisit menyebutkan bahwa perpajakanuntuk penerbitan sukuk diperlakukan sebagaimanaperpajakan dalam penerbitan obligasi. Dengandemikian, masih terdapat keraguan pada sebagiankalangan industri untuk menerbitkan sukuk korporasi.

Sedangkan pada IKNB syariah khususnyaperusahaan pembiayaan syariah, perusahaan modalventura syariah, perusahaan penjaminan syariah danlembaga jasa keuangan syariah khusus, terdapat isuterkait Pajak Pertambahan Nilai. Undang-UndangNomor 42 tahun 2009 tentang perubahan ketiga atasUndang-Undang No. 8 Tahun 1983 tentang PajakPertambahan Nilai Barang dan Jasa dan PajakPenjualan atas Barang Mewah, belum mengakomodasiadanya penggolongan kegiatan usaha baru pada IKNBSyariah sehingga berpotensi menimbulkan perbedaanperlakuan pajak antara kegiatan usaha perusahaankonvensional dengan syariah.

Kebijakan perpajakan sebagaimana tersebut di atasdianggap masih belum memenuhi asas keadilan dannetralitas sehingga dikhawatirkan dapat menyebabkanproduk keuangan syariah menjadi costly dan sulit untukbersaing dengan produk konvensional.

Selain hal perpajakan masih terdapat isu lain yangberada pada ranah Kementerian Keuangan, yaituterkait dengan sukuk negara sebagai portofolio reksadana syariah dan IKNB syariah. Berdasarkan masukandari para pelaku, selama ini reksa dana syariah danbeberapa perusahaan dari IKNB syariah lebih banyakmendapatkan sukuk negara melalui pasar sekunderatau prosedur lelang oleh pemerintah.

Dengan memperhatikan kedua isu tersebut di atas,perlu dilakukan koordinasi dengan instansi terkait yangberada di bawah Kementerian Keuangan, yaitu BadanKebijakan Fiskal dan Direktorat Jenderal Perpajakanuntuk mengkoordinasikan kebijakan perpajakan; danDirektorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risikountuk mengkoordinasikan kebijakan pemberian akses

yang lebih luas bagi reksa dana syariah dan lembagakeuangan syariah untuk dapat membeli sukuk negara.

Selain hal tersebut di atas, OJK bekerjasama denganKementerian Keuangan untuk melakukan berbagaiinisiatif lainnya. Salah satunya adalah kerjasama terkaitinisiasi pendirian Bank Pembangunan InfrastrukturInternasional yang didirikan atas kerjasama negara-negara Organisasi Kerjasama Islam (OKI) dan IslamicDevelopment Bank (IDB). Dengan didirikannya lembagatersebut, diharapkan dapat membawa dampak positifbagi industri jasa keuangan syariah di Indonesia.

d. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Saat ini pemerintah sedang menitikberatkan programpembangunan infrastruktur yang membutuhkanpendanaan sangat besar. Untuk memenuhi kebutuhkandana yang sangat besar, perlu kiranya pemerintahmendorong BUMN yang menjalankan proyekpembangunan infrastruktur untuk menggunakanpembiayaan dari keuangan syariah, antara lain melaluipembiayaan dari perbankan syariah, penerbitan sukuk,ataupun dari perusahaan pembiayaan syariah.Mengingat BUMN berada di bawah pengawasanKementerian BUMN perlu kiranya melakukan koordinasidengan Kementerian BUMN. Koordinasi ini dimaksudkanuntuk mendorong BUMN dan anak BUMN untukmengoptimalkan pembiayaan dari keuangan syariahdalam memenuhi kebutuhan pendanaan pembangunaninfrastruktur.

Pada sektor perbankan syariah, salah satu segmenyang belum optimal dimasuki adalah segmen pemerintahtermasuk BUMN. Oleh karena itu, pembentukan bankBUMN syariah menjadi salah satu inisiatif penting yangperlu didukung antara lain dari sisi komunikasi kepadastakeholder kunci, evaluasi peraturan yang berpotensimenghambat pembentukan bank BUMN syariah, sertadari sisi kebijakan pengawasan dan perizinan yanglebih mendukung pendirian dan pengembangan layananbank BUMN syariah.

Sejalan dengan hal tersebut, dana pemerintah pusatdan daerah, serta dana BUMN merupakan salah satu

Program Pengembangan Keuangan Syariah50

sumber dana potensial bagi ekspansi segmen usahaperbankan syariah, mengingat fungsi pemerintah danbadan usaha terkait dalam membangun berbagai sektorproduksi, termasuk infrastruktur dan aset publik yangumumnya berskala besar. Bank dan asosiasi perbankansyariah diharapkan lebih proaktif mengidentifikasi danmengkomunikasikan kemungkinan pemanfaatan danadimaksud dengan memanfaatkan ragam karakteristikproduk keuangan syariah, sehingga sebagaimanabank syariah di negara lain, dapat dipercaya mengeloladana pemerintah dan badan usaha terkait. OJK akanmenjembatani komunikasi antara industri denganinstansi pemerintah dan badan usaha terkait, di sampingmemfasilitasi pengembangan dan perizinan produkyang diperlukan.

Dalam bidang pasar modal, saat ini masih sedikitBUMN yang menerbitkan sukuk. OJK perlu berkoordinasidengan Kementerian BUMN untuk mendorong lebihbanyak lagi emiten yang menerbitkan sukuk, terutamaemiten yang bergerak dalam bidang infrastruktur.

Selain itu, masalah lain yang dihadapi pada bidangpasar modal adalah belum adanya pihak yang menjadimarket maker dalam perdagangan sukuk korporasi dipasar sekunder. Oleh karena itu, OJK perlu berkoordinasidengan Kementerian BUMN untuk mendorong BUMNdi bidang keuangan agar dapat menjadi market maker.Keberadaan market maker ini diharapkan dapatmemberikan kuotasi harga wajar sukuk sekaligusmenjadi pihak yang selalu siap untuk membeli maupunmenjual sukuk di pasar sekunder. Dengan demikian,perdagangan sukuk di pasar sekunder menjadi lebihlikuid.

e. Kementerian Dalam Negeri

Sebagaimana halnya BUMN, Badan Usaha MilikPemerintah Daerah (BUMD) memiliki potensi yangdengan BUMN sebagaimana dijelaskan di atas. Dalamsektor perbankan syariah, bank BUMD syariah yangtelah terbentuk adalah PT. Bank Aceh Syariah melaluikonversi PT. Bank Aceh menjadi PT. Bank Aceh Syariahpada 19 September 2016. Konversi tersebut berhasilmeningkatkan share total aset industri perbankan

syariah secara keseluruhan menjadi 5,33% pada tahun2016 yang sebelumnya sebesar 4,83% pada tahun2015 dari total aset perbankan nasional. Hal tersebutmenunjukkan bahwa industri perbankan syariah telahberhasil keluar dari situasi yang selama ini dikenaldengan 5% market share trap. Melihat dampak yangcukup signifikan dari terbentuknya bank BUMD syariah,diharapkan hal ini dapat mendorong pembentukanbank BUMD syariah lainnya sehingga dapatmengembangkan industri perbankan syariah secarakeseluruhan.

Selain itu, di sektor pasar modal, dalam rangkamendukung pembangunan daerah, BUMD yangbergerak di bidang infrastruktur dapat menerbitkansukuk korporasi dengan menjadikan proyekpembangungan daerah sebagai dasar penerbitannya.Selain BUMD, Pemerintahan Daerah sendiri pun dapatmenerbitkan sukuk daerah dalam rangka memenuhikebutuhan pendanaan pembangunan daerah.

Mengingat BUMD di bawah pengawasanPemerintahan Daerah dan Pemerintahan Daerahberada di bawah kewenangan Kementerian DalamNegeri, maka perlu adanya koordinasi denganKementerian Dalam Negeri untuk melakukan rencanaaksi antara lain sebagai berikut: mendorong spin-offataupun konversi bank daerah menjadi bank syariah,mendorong BUMD untuk menerbitkan sukuk korporasi,dan melakukan harmonisasi kebijakan yang dapatmendorong penerbitan sukuk daerah.

f. Kementerian Agama

Kementerian Agama memiliki peran yang strategisdalam pengembangan keuangan syariah. Salah satuperan penting Kementerian Agama adalah sebagaiotoritas dalam pengembangan kurikulum pendidikankeagamaan. Selain itu, saat ini melalui Undang-undangNo. 34 tahun 2014 tentang Pengelolaan KeuanganHaji, telah dibentuk Badan Pengelolaan Keuangan Haji(BPKH) yang berfungsi sebagai pengelola dana setorancalon jamaah haji. Hal ini akan menjadi peluang bagipengembangan industri keuangan syariah melaluipenempatan dana haji baik di perbankan syariah, pasar

Program Pengembangan Keuangan Syariah 51

modal syariah, maupun industri keuangan non-banksyariah.

Kementerian Agama membawahi berbagai lembagayang memiliki potensi sebagai pengguna produkkeuangan syariah. Hal ini perlu dioptimalkan untukmeningkatkan tingkat utilitas produk keuangan syariaholeh lembaga-lembaga dimaksud. Oleh karena itu,Otoritas Jasa Keuangan perlu melakukan koordinasidengan Kementerian Agama.

Selain itu, Kementerian Agama membawahipendidikan tinggi Islam dan madrasah baik di tingkatdasar dan menengah. Sehubungan dengankewenangan tersebut, Kementerian Agama diharapkandapat mendorong institusi pendidikan yang berada dibawah kewenangannya untuk mengakomodasi materikeuangan syariah dalam kurikulum pendidikan.

g. Kementerian Pertanian

Sesuai dengan arah kebijakan pemerintah Indonesiayang menjadikan sektor pertanian sebagai salah satusektor prioritas, salah satu program yang dapatdilakukan oleh industri keuangan syariah dalam rangkamendukung program pemerintah antara lain adalahmenjadikan keuangan syariah sebagai sumber danadalam peningkatan kapasitas petani, menjadikanpertanian sebagai underlying produk keuangan syariah(penerbitan sukuk dengan underlying produk pertanian).

Di samping itu, sejak tahun 2016 OJK telahmelakukan kerja sama dengan kementerian pertaniandalam rangka penyusunan kajian pengembanganpertanian organik melalui pembiayaan perbankan syariahterkait dengan inventarisasi informasi dan data pertanianorganik. Pada tahun 2017, OJK tetap melakukankoordinasi dengan Kementerian Pertanian dalam rangkaimplementasi pembiayaan pertanian organik melaluiperbankan syariah. Hal ini sesuai dengan rekomendasipada Kajian Pengembangan Pertanian Organik denganPembiayaan Syariah Tahun 2016 yaitu perlunya peranpemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian terkaitpemasaran beras organik khususnya dalam penetapanstandar harga.

h. Kementerian Riset Teknologi dan PendidikanTinggi

Dalam kaitannya dengan upaya memasukkanmateri keuangan syariah ke dalam kurikulumpendidikan tinggi, perlu kiranya melakukan koordinasidengan Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi. Halini dikarenakan segala hal terkait dengan pendidikantinggi berada di bawah kewenangan kementeriantersebut.

3. Melakukan Koordinasi dengan Bank Indonesia

Dalam kaitannya dengan pengembangan keuangansyariah, perlu adanya koordinasi dengan Bank Indonesiayang memiliki kewenangan terkait kebijakan moneter.Hal yang dapat dilakukan bersama-sama dengan BankIndonesia antara lain melakukan sinergi dalampengembangan infrastruktur moneter syariah sepertipengembangan repurchase agreement (repo) syariah,penyusunan indeks sektor riil, indeks maqasid syariahdan pengembangan sukuk berbasis wakaf.

4. Melakukan Koordinasi dengan Dewan SyariahNasional - Majelis Ulama Indonesia

Dalam perjalanan perkembangan keuangan syariahdi Indonesia, Dewan Syariah Nasional - Majelis UlamaIndonesia (DSN-MUI) telah menunjukkan peran yangsangat penting. Adapun peran penting DSN-MUI antaralain penyusunan fatwa yang menjadi dasar peraturanOtoritas Jasa Keuangan, pengembangan produk,penyusunan peraturan dan kajian, serta peningkatankualitas dan kuantitas SDM di bidang keuangan syariah.Mengingat perkembangan keuangan syariah tidakdapat lepas dari peranan DSN-MUI, maka koordinasidan kerja sama antara OJK dan DSN-MUI dalammenjalankan kegiatan sebagaimana tersebut di atasharus dilakukan secara berkesinambungan. Di sampingitu, untuk memperkuat peran DSN-MUI dalampenyusunan fatwa terkait keuangan syariah, OJKmemberikan kontribusi melalui keanggotaan kelompokkerja terkait keuangan syariah dalam struktur organisasiDSN-MUI.

Program Pengembangan Keuangan Syariah52

Hal lain yang perlu dikoordinasikan dengan DSN-MUI khususnya terkait dengan ahli syariah, antara lainpenyusunan data base anggota Dewan PengawasSyariah (DPS) pada lembaga keuangan syariah, dankerja sama dalam penyelenggaraan sertifikasi danProgram Pendidikan Berkelanjutan (PPL) bagi DPS.

Selanjutnya dalam kaitannya dengan DPS padaindustri keuangan syariah, hal yang perlu dilakukan olehOtoritas Jasa Keuangan adalah melakukan harmonisasiketentuan terkait rangkap jabatan DPS dalam lembagakeuangan syariah di ketiga sektor.

5. Melakukan Koordinasi dengan PemangkuKepentingan terkait Optimalisasi LembagaPenyelesaian Sengketa Keuangan Syariah

Dengan berkembangnya keuangan syariah yangdirasakan saat ini, belum terdapat perangkatpenyelesaian sengketa yang berperan secara optimaldalam penyelesaian sengketa pada industri keuangansyariah. Saat ini telah ada Badan Arbitrase SyariahNasional (BASYARNAS), namun belum dapat berperansecara optimal. Oleh karena itu, diperlukan adanyakoordinasi antara regulator, DSN-MUI, dan BASYARNASdalam rangka meningkatkan fungsi dan tugas perangkatpenyelesaian sengketa pada industri keuangan syariah.

Selain itu, dengan dibentuknya Lembaga ArbitrasePenyelesaian Sengketa (LAPS), diperlukanberkoordinasi dengan LAPS untuk memasukkansengketa yang terjadi dalam industri keuangan syariahagar dapat dicakup dalam kewenangan LAPS dengantetap berkoordinasi dengan pihak DSN-MUI.

6. Mendorong Pembentukan Pusat Riset danPengembangan Keuangan Syariah

Untuk mendorong pertumbuhan keuangan syariahdi Indonesia, salah satunya perlu adanya pusat risetdan pengembangan keuangan syariah yang dapatmenghasilkan rancangan produk keuangan syariahyang inovatif maupun solusi-solusi atas berbagaipermasalahan yang di hadapi dalam pengembangankeuangan syariah.

Untuk sektor perbankan syariah, program inidiimplementasikan melalui iB Research FellowshipProgram dan iB Research Grant Program secara rutinsetiap tahunnya. Untuk keuangan mikro, Otoritas JasaKeuangan telah membentuk Pusat PengembanganKeuangan Mikro dan Inklusi (OJK Proksi) yang telahdiluncurkan pada tanggal 15-16 Maret 2016. Selain itu,OJK secara rutin juga menyelenggarakan programForum Riset Ekonomi dan Keuangan Syariah (FREKS)dan International Conference on Islamic Finance.

7. Mendukung Terwujudnya Indonesia sebagaiPusat Keuangan Syariah Internasional

Upaya pengembangan keuangan syariah di Indonesiatelah dilakukan kurang lebih selama 2 dekade. Berbagaiterobosan telah dilakukan untuk meningkatkanpemahaman masyarakat terhadap produk dan layanankeuangan syariah, penyediaan kerangka hukum danpengaturan yang sesuai, netralitas pajak dan berbagaikemudahan juga sudah disiapkan. Namun demikian,upaya-upaya dimaksud belum dapat mendorongmasuknya dana-dana keuangan syariah di dunia dannegara-negara berpenduduk muslim untuk berinvestasidi tanah air.

Dari berbagai observasi dan kajian yang telahdilakukan selama ini, upaya-upaya penguatan keuangansyariah di tanah air masih tertinggal cukup jauh daribeberapa negara lain, seperti negara-negara timurtengah, eropa dan bahkan negara tetangga kita Malaysia.Di banyak negara tersebut, upaya pengembangankeuangan syariah telah terkoordinir dengan baik,dengan tujuan menjadikan negara bersangkutansebagai salah satu hub keuangan syariah di dunia.

Berkaca pada kondisi masyarakat Indonesia yangmerupakan negara berpenduduk muslim terbesardi dunia, sudah selayaknya Indonesia juga bertekaduntuk dapat menjadi pusat ekonomi dan keuanganinternasional berbasis syariah. Upaya ini telahdidengungkan pemerintah dan Presiden RepublikIndonesia telah menyampaikan arahan agar upaya inibisa segera diwujudkan.

Program Pengembangan Keuangan Syariah 53

Upaya mewujudkan Indonesia sebagai pusatkeuangan syariah internasional dilakukan denganmelakukan kajian komprehensif mengenai bentuk-bentuk pusat pengembangan keuangan syariah yangtelah ada di dunia. Kajian komparasi komprehensif inidiperlukan sebagai pembanding konsep pusat keuangansyariah internasional yang akan dibangun di negarakita.

Kajian tentang perangkat hukum di Indonesia danmodel pusat keuangan syariah yang cocok denganekosistem regulasi dan industri keuangan syariahdi tanah air juga perlu dilakukan untuk memastikanpusat keuangan syariah internasional yang akandibentuk dapat berjalan efektif dan bermanfaat bagiseluruh stakeholder yang terlibat dalam pengembangankeuangan syariah domestik.

Keterlibatan seluruh stakeholder dalam tujuan besarberskala internasional ini perlu dikedepankan denganpembentukan kelompok kerja yang beranggotakanberbagai unsur dan mendengarkan aspirasi dari berbagaikalangan dalam bentuk Focus Group Discussion.

Program Pengembangan Keuangan Syariah54

Waktu Pelaksanaan ProgramPengembangan Keuangan Syariah

Indonesia

Waktu Pelaksanaan Program Pengembangan Keuangan Syariah Indonesia 55

MISI 1: MENINGKATKAN KAPASITAS KELEMBAGAAN DAN KETERSEDIAAN PRODUKINDUSTRI KEUANGAN SYARIAH YANG LEBIH KOMPETITIF DAN EFISIEN

PROGRAM 1Penguatan Kapasitas Kelembagaan Industri Jasa Keuangan Syariah

Sub Program 2017 2018 2019

1. Mendorong pembentukan LembagaKeuangan Syariah yang memiliki skalausaha besar

2. Mengupayakan insentif atau relaksasikebijakan bagi lembaga keuangansyariah yang melakukan Spin-Off

3. Melakukan harmonisasi ketentuan diperbankan syariah dan IKNB syariah

4. Melakukan harmonisasi ketentuan terkaitDewan Pengawas Syariah

5. Meningkatkan peran bank syariah dalamkegiatan pasar modal syariah

6. Meningkatkan sinergi kebijakan terkaitkegiatan usaha Lembaga KeuanganMikro Syariah dan Bank PerkreditanRakyat Syariah

7. Mendorong pendirian Dana PensiunLembaga Keuangan syariah oleh bankumum syariah

Rencana Aksi

Melakukan koordinasi dengan LembagaKeuangan Syariah (LKS) dan regulator terkait

Melakukan kajian dan menyusun ketentuanterkait insentif atau relaksasi kebijakan bagiLKS yang melakukan spin-off

Melakukan kajian bersama mengenai peluangdan dampak dari harmonisasi kebijakan keduaindustri

Melakukan kajian dan penyesuaian ketentuanterkait DPS

a. Mengkaji kemungkinan penerapan kriteriaBUKU yang sesuai dengan karakteristikdan kapasitas bank syariah

b. Mengupayakan kemudahan persyaratanbagi WAPERD

Melakukan kajian bersama terkait harmonisasiketentuan kelembagaan BPRS dan kegiatanusaha LKMS

a. Melakukan diskusi dengan stakeholderterkait, seperti asosiasi di industri danapensiun dan perbankan

b. Melakukan sosialisasi regulasi programpensiun syariah kepada bank syariah

c. Melakukan bimbingan teknis kepada bankumum syariah terkait pendirian DPLKsyariah

Waktu Pelaksanaan Program Pengembangan Keuangan Syariah Indonesia56

PROGRAM 2Peningkatan Ketersediaan dan Keragaman Produk Keuangan Syariah

Sub Program 2017 2018 2019

1. Mendorong inovasi produk keuangansyariah

2. Mendorong sinergi antar sektor dalampengembangan produk keuangan syariahterintegrasi

3. Mendorong penerbitan efek syariahsebagai sumber pendanaan bagiperbankan syariah dan IKNB syariah

Rencana Aksi

a. Mengembangkan produk pembiayaankorporasi, trade finance, produkpengelolaan kas dan/atau fundmanagement

b. Mengembangkan produk start up financingserta financing untuk pembangunaninfrastruktur

c. Mengembangkan produk investasi berbasispertanian

d. Mengenalkan produk asuransi yangdikaitkan dengan investasi (PAYDI/unitlink) untuk produk asuransi umum

e. Mengenalkan produk anuitas syariah untukprogram pensiun

f. Memperluas pilihan akad pembiayaansyariah dan pergadaian syariah

a. Melakukan kajian pemanfaatan produkpasar modal syariah sebagai variasi produkpembiayaan syariah bank dan non-bank

b. Melakukan kajian terkait pembiayaansyariah yang dikeluarkan oleh bank syariahdan didalamnya mengandung produkpenjaminan syariah

a. Meningkatkan sosialisasi kepada banksyariah dan IKNB syariah mengenai IPO

b. Melakukan survei dan coaching mengenaiIPO kepada bank syariah dan IKNB syariah

c. Melakukan Kajian Implementasi Kebijakanterkait Divestasi Modal Ventura Syariah

Waktu Pelaksanaan Program Pengembangan Keuangan Syariah Indonesia 57

MISI 2: MEMPERLUAS AKSES TERHADAP PRODUK DAN LAYANAN KEUANGAN SYARIAHUNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN MASYARAKAT

PROGRAM 1Pemanfaatan Fintech dalam rangka Memperluas Akses Keuangan Syariah

Sub Program 2017 2018 2019

1. Mendorong industri untuk menggunakanteknologi informasi dalam memberikanlayanan keuangan syariah

2. Menyediakan perangkat hukum ataspenggunaan fintech dalam memberikanlayanan keuangan syariah

Rencana Aksi

Memperkuat kebijakan terkait pengembanganteknologi informasi guna meningkatkan akseskeuangan syariah melalui web-base atauplatform fintech

Melakukan kajian dan penyusunan peraturanterkait penggunaan fintech bagi lembagakeuangan syariah

Waktu Pelaksanaan Program Pengembangan Keuangan Syariah Indonesia58

PROGRAM 2Perluasan Jaringan Layanan Keuangan Syariah

Sub Program 2017 2018 2019Rencana Aksi

a. Mendorong implementasi program LakuPandai bagi perbankan syariah

b. Mendorong tersedianya layananperbankan syariah pada bank umum

a. Memperluas jaringan penjualan produkpasar modal syariah

b. Mendorong pembukaan gerai investasi dikampus dan pesantren, serta kantorperwakilan bursa di berbagai daerah

a. Melakukan kajian atas perluasan jaringanlayanan IKNB syariah

b. Mendorong pembukaan kantor cabangatau kantor selain kantor cabang

1. Memperluas jaringan layanan perbankansyariah

2. Memperluas jaringan layanan pasarmodal syariah

3. Memperluas jaringan layanan IKNBsyariah

Waktu Pelaksanaan Program Pengembangan Keuangan Syariah Indonesia 59

MISI 3: MENINGKATKAN INKLUSI PRODUK KEUANGAN SYARIAH DAN KOORDINASI DENGANPEMANGKU KEPENTINGAN UNTUK MEMPERBESAR PANGSA PASAR KEUANGANSYARIAH

PROGRAM 1Optimalisasi Promosi Keuangan Syariah

Sub Program 2017 2018 2019

1. Memanfaatkan berbagai media dalamrangka kampanye Aku Cinta KeuanganSyariah

2. Melakukan diversifikasi target danmetode sosialisasi dan edukasi keuangansyariah

3. Mempromosikan keuangan syariahindonesia ke pasar global

4. Sosilisasi produk investasi syariahdi pasar modal kepada IKNB syariah

Rencana Aksi

a. Membuat iklan keuangan syariah dalamberbagai media

b. Menyelenggarakan talkshow interaktifdi media elektronik

c. Menyusun artikel, materi webnar,infografis, maupun video

d. Memanfaatkan media sosial dalammelakukan penyebaran informasi danedukasi keuangan syariah

e. Menyelenggarakan expo produk keuangansyariah dalam berbagai bentuk

f. Menerbitkan Direktori Keuangan SyariahIndonesia

a. Memperluas sasaran sosialisasi danpromosi keuangan syariah, antara lain:tokoh agama, tokoh masyarakat, selebritis,berbagai komunitas, dan lain-lain

b. Menyelenggarakan road show keuangansyariah, business matching ataupunbusiness gathering, dan temu komunitas

a. Menyelenggarakan dan berpartisipasidalam pameran (expo), konferensiataupun seminar bertaraf internasional

b. Menyelenggarakan program short coursekeuangan syariah bagi peserta dari dalamdan luar negeri

a. Meningkatkan sosialisasi dan edukasimengenai efek syariah bagi IKNB syariah

b. Melakukan kajian terkait investasi syariaholeh IKNB syariah

Waktu Pelaksanaan Program Pengembangan Keuangan Syariah Indonesia60

PROGRAM 2Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia

Sub Program 2017 2018 2019Rencana Aksi

Membentuk kelompok kerja/bidang ekonomisyariah Forum Rektor Indonesia terkaitpenyusunan kurikulum keuangan syariah

Menyelenggarakan ToT bagi dosen, dewanmasjid, organiasasi masyarakat, hakim

Mendorong adanya program sertifikasi danPPL bagi profesi yang memuat materikeuangan syariah

a. Mengembangkan materi keuangan syariahdan memberikan kegiatan ToT bagiakademisi

b. Bekerja sama dengan pihak terkait untukmelakukan riset di bidang keuangansyariah

c. Mendorong program link and match untukkebutuhan SDM di bidang keuangansyariah

Mendorong peran asosiasi industri untukmelakukan sosialisasi dan edukasi bagianggotanya

1. Membentuk kelompok kerja/bidangekonomi syariah Forum Rektor Indonesiaterkait penyusunan kurikulum keuangansyariah

2. Menyelenggarakan Training for Trainerskeuangan syariah

3. Mengembangkan Program Sertifikasidan Pendidikan Profesi Berkelanjutan

4. Melakukan kerja sama dengan lembagapendidikan tinggi untuk mencetak SDMyang handal

5. Memberdayakan asosiasi industri dalampeningkatan kualitas SDM keuangansyariah

Waktu Pelaksanaan Program Pengembangan Keuangan Syariah Indonesia 61

PROGRAM 3Peningkatan Koordinasi antar Pemangku Kepentingan dalam rangka Pengembangan

Keuangan Syariah di Indonesia

Sub Program 2017 2018 2019Rencana Aksi

Berperan aktif dalam program-program KNKStermasuk dalam penyusunan dan implementasidari grand strategy KNKS

a. Kementerian Koordinator BidangPerekonomian: melakukan sinergi programOJK dengan Strategi Nasional KeuanganInklusif (SNKI)

b. Kementerian Koordinator BidangKemaritiman: mengupayakan pendanaanmelalui keuangan syariah untuk programpembangungan infrastruktur kemaritiman

c. Kementerian Keuangan: mengupayakaninsentif perpajakan, berperan dalampembentukan WIIB, memperluas aksessukuk negara bagi pelaku industri keuangansyariah

d. Kementerian Badan Usaha Milik Negara(BUMN): mengupayakan pengelolaan danaBUMN melalui jasa keuangan syariah,mengupayakan pembentukan market makersukuk dari BUMN, mengupayakan BUMNuntuk memaksimalkan pendanaan darikeuangan syariah

e. Kementerian Dalam Negeri: mengupayakanpemerintah daerah dan BUMD untuk dapatmenggunakan sukuk sebagai sumberpendanaan, mengupayakan konversi bankdaerah menjadi bank daerah syariah

f. Kementerian Agama: mengoptimalkanpengelolaan dana haji melalui lembagakeuangan syariah, memasukkan materikeuangan syariah dalam pendidikan tinggidi bawah kewenangan Kementerian Agama

1. Berperan aktif dalam Komite NasionalKeuangan Syariah Republik Indonesia

2. Melakukan koordinasi dengan pemerintahmelalui kementerian terkait

Waktu Pelaksanaan Program Pengembangan Keuangan Syariah Indonesia62

PROGRAM 3Peningkatan Koordinasi antar Pemangku Kepentingan dalam rangka Pengembangan

Keuangan Syariah di Indonesia

Sub Program 2017 2018 2019Rencana Aksi

g. Kementerian Pertanian: menjadikankeuangan syariah sebagai sumberpendanaan dalam rangka peningkatankapasitas produksi petani, menjadikanpertanian sebagai underlying produkkeuangan syariah

h. Kementerian Riset Teknologi DanPendidikan Tinggi: memasukkan keuangansyariah dalam kurikulum pendidikan tinggi

a. Melakukan sinergi dalam pengembanganrepo syariah

b. Melakukan kerja sama dalampengembangan sukuk berbasis wakaf

c. Kajian bersama penyusunan indeks sektorriil dan indeks maqasid syariah

Melakukan sinergi dalam pengembanganproduk, penyusunan peraturan dan fatwa, danpembinaan Dewan Pengawas Syariah (DPS)dan Tim Ahli Syariah (TAS)

a. Melakukan sinergi dengan MahkamahAgung dalam rangka sosialisasi ketentuanterkait penyelesaian sengketa kepadapelaku industri

b. Mengusulkan penyelesaian sengketakeuangan syariah dalam ruang lingkuptugas LAPS

Menyelenggarakan forum riset keuangansyariah

Melakukan studi komparasi tentangpembentukan financial center sektor keuangansyariah dan kajian pembentukan pusatkeuangan syariah di Indonesia.

3. Melakukan koordinasi dengan BankIndonesia

4. Melakukan koordinasi dengan DewanSyariah Nasional - Majelis UlamaIndonesia

5. Melakukan koordinasi dengan pemangkukepentingan terkait penyelesaiansengketa keuangan syariah

6. Mendorong pembentukan pusat riset danpengembangan keuangan syariah

7. Mendukung terwujudnya indonesiasebagai pusat keuangan syariahinternasional

Waktu Pelaksanaan Program Pengembangan Keuangan Syariah Indonesia 63

Lampiran64

Lampiran

Lampiran 65

Milestone Perbankan Syariah Indonesia

Lampiran66

Lokakarya MUImerekomendasikan

pendirian Bank Syariah

Indonesia memasuki era dualsystem bank

UU No. 10 Tahun 1998 tentangPerubahan Atas UU No. 7 Tahun1992 tentang Perbankan - BankKonvensional boleh mempunyai

Unit Usaha Syariah (UUS)

Kebijakan Moneter sesuaiPrinsip Syariah berdasarkan

UU No. 23 Tahun 1999tentang Bank Indonesia

Pengendalian moneter dapatdilaksanakan berdasarkanprinsip syariah dengan carapenetapan nisbah bagi hasil

atau imbalan sebagaipengganti tingkat diskonto

Indonesia memasuki eradual banking system

UU No. 7 Tahun 1992 tentangPerbankan - Bank Umumdapat beroperasi dengan

prinsip bagi hasil

Bank Umum Syariah Pertama(Bank Muamalat Indonesia)

Kelembagaan Bank Syariah terdiridari Bank Umum Syariah (BUS),

Unit Usaha Syariah (UUS) dan BankPembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

UUS dan BPRS mulai beroperasi

Cetak Biru PengembanganPerbankan Syariah

di Indonesia 2002 - 2011

Standar Akuntasi Bank SyariahPertama

Lampiran 67

UU No. 21 Tahun 2008tentang Perbankan Syariah

Gerakan Ekonomi Syariah(Gres!) 2013

Logo Islamic Banking (iB)

Grand StrategyPengembangan Pasar

Perbankan Syariah

Netralitas Perpajakan KegiatanUsaha Berbasis Syariah - UU

No. 36 Tahun 2008 tentangPerubahaan Keempat Atas UUNo. 7 Tahun 1983 Tentang Pajak

Penghasilan, yang diperjelasdengan [PP No. 25 Tahun 2009]

tentang Pajak PenghasilanKegiatan Usaha Berbasis Syariah

Kampanye Aku CintaKeuangan Syariah (ACKS)

Roadmap Perbankan SyariahIndonesia 2015 - 2019

Milestone Pasar Modal Syariah Indonesia

Lampiran68

Terbit Reksa DanaSyariah Pertama

(Danareksa SyariahBerimbang)

Fatwa DSN-MUINo.20/DSN-MUI/IV/2001

tentang PedomanPelaksanaan Investasi

untuk Reksa Dana Syariah

Fatwa DSN-MUINo.40/DSN-MUI/X/2003tentang Pasar Modal dan

Pedoman UmumPenerepan Prinsip Syariah

di Bidang Pasar Modal

Launching JakartaIslamic Index

(JII)

Terbit SukukKorporasi Pertama

(Mudharabah Indosat)

Terbit peraturan terkait PenerbitanEfek Syariah, dan peraturan

terkait Akad-akad yangDigunakan dalam PenerbitanEfek Syariah di Pasar Modal

Lampiran 69

Terbit peraturan terkaitKriteria dan Penerbitan

Daftar Efek Syariah

Terbit Daftar Efek Syariah(DES) pertama

Fatwa DSN-MUINo. 80/DSN-MUI/I/2011

tentang Penerepan PrinsipSyariah dalam MekanismePerdagangan Efek BersifatEkuitas di Pasar Reguler

Bursa Efek

Launching Indeks SahamSyariah Indonesia (ISSI)

Launching Sistem OnlineTrading Syariah (SOTS)Pertama (IPOT Syariah)

Launching Roadmap PasarModal Syariah 2015-2019

Launching Logo dan TaglinePasar Modal Syariah

Terbit peraturan terkaitproduk syariah di Pasar

Modal dan peraturan terkaitAhli Syariah Pasar Modal

(ASPM)

Terbit UU No.19/2008]tentang Surat BerhargaSyariah Negara (SBSN)

Terbit SBSN (sukuk negara)Pertama

Terbit Exchange TradedFund (ETF Syariah) pertama(Syariah Premier ETF JII)

Terbit Reksa Dana EfekSyariah Luar Negeri pertama

(Manulife Saham SyariahPasifik Dollar dan BNP

Paribas Cakra Syariah USD)

Terbit peraturan terkaitManajer Investasi Syariah danUnit Pengelolaan Investasi

Syariah

Terbit peraturan terkait DanaInvestasi Real Estate Syariah

(DIRE Syariah) 2016

Milestone Industri Keuangan Non-Bank SyariahIndonesia

Lampiran70

PerusahaanAsuransi Syariah

Pertama(PT Asuransi

Takaful Keluarga)

Unit usaha pergadaiansyariah

(PT Pegadaian)

Perusahaan PembiayaanSyariah Pertama

(PT Amanah Finance)

Perusahaan Modal VenturaSyariah pertama

(PT PNM Ventura Syariah)

Unit syariah di bidangReasuransi pertama

(PT ReasuransiInternasional Indonesia)

Standar Akuntansi AsuransiSyariah pertama

Lampiran 71

Terbit peraturan terkaitAsuransi & Reasuransi

Syariah

Terbit pengaturan mengenaipenjaminan syariah

Penguatan pengaturanmengenai LKM Syariah dalam

Undang-Undang Nomor 1Tahun 2013 tentang LKM

Terbitnya Fatwa DSN MUINo.88/DSN-MUI/XI/2013 bagi

Dana Pensiun Syariah

Peraturan mengenaiPerusahaan Modal Ventura

Syariah

Terbitnya Fatwa DSN MUINo. 99/DSN-MUI/XII/2015

tentang Anuitas Syariah bagiProgram Pensiun

Terdaftar LKM syariah di OJK(Koperasi LKM Syariah Baitul

Maal Wat Tamwil SumberHarapan Maju)

Perusahaan PenjaminanSyariah pertama

(PT Jaminan PembiayaanAskrindo Syariah)

Penguatan pengaturanmengenai asuransi syariah

dalam Undang-UndangNo. 40/2014 tentang

Perasuransian

Terbit pengaturan mengenaipembiayaan syariah

Perusahaan ReasuransiSyariah pertama

(PT ReINDO Syariah)

Penguatan pengaturanmengenai penjaminan syariahdalam UU No. 1 tahun 2016

tentang Penjaminan

Terbit pengaturan mengenaipergadaian syariah

Terbit pengaturan untukprogram pensiun berdasarkan

prinsip syariah