20150316_MajalahDetik_172

135
 S  I  A  P  A   B  E  R  M  A  I  N   A  N  G  G  A  R  A  N   J  A  K  A  R  T  A EDISI 172 | 16 - 22 MARET 2015  JENDERAL NARKOBA 2 NYAWA RUPIAH VS PERTUMBUHAN Meirika Franolla

description

E-magazine of Detik Edition 176

Transcript of 20150316_MajalahDetik_172

  • SIAPA BERMAIN ANGGARA

    N JAKARTA

    EDISI 172 | 16 - 22 MARET 2015

    JENDERAL NARKOBA

    2NYAWA

    RUPIAH VS PERTUMBUHAN

    Meirika Franolla

  • TAP PADA KONTEN UNTUK MEMBACA ARTIKELDAFTAR ISI

    Pemimpin Redaksi: Arifin Asydhad. Wakil Pemimpin Redaksi: Iin Yumiyanti. Redaksi: Dimas Adityo, Irwan Nugroho, Nur Khoiri, Sapto Pradityo, Sudrajat, Oktamandjaya Wiguna, Arif Arianto, Aryo Bhawono, Deden Gunawan, Hans Henricus, Silvia Galikano, Nurul Ken Yunita, Kustiah, M Rizal, Budi Alimuddin, Pasti Liberti Mappapa, Monique Shintami, Isfari Hikmat, Bahtiar Rifai, Jaffry Prabu Prakoso, Ibad Durohman, Aditya Mardiastuti. Bahasa: Habib Rifai, Rahmayoga Wedar. Tim Foto: Dikhy Sasra, Ari Saputra, Haris Suyono, Agus Purnomo. Product Management & IT: Sena Achari, Sofyan Hakim, Andri Kurniawan. Creative Designer: Mahmud Yunus, Galih Gerryaldy, Desy Purwaningrum, Suteja, Mindra Purnomo, Zaki Al Farabi, Fuad Hasim, Luthfy Syahban. Illustrator: Kiagus Aulianshah, Edi Wahyono.

    Kontak Iklan: Arnie Yuliartiningsih, Email: [email protected] Telp: 021-79177000, Fax: 021-79187769

    Direktur Utama: Budiono Darsono Direktur: Nur Wahyuni Sulistiowati, Heru Tjatur, Warnedy Kritik dan Saran: [email protected] Alamat Redaksi: Gedung Aldevco Octagon Lantai 2, Jl. Warung Jati Barat Raya No.75 Jakarta Selatan, 12740 Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472 Email: [email protected] detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.

    EDISI 172 16 - 22 MARET 2015

    INSPIRING PEOPLE

    @majalah_detik majalah detik

    n SIAPA BERMAIN ANGGARAN JAKARTA

    n SKORSING BERBALAS LAPORAN POLISI

    n DANA MENGERDILKAN PARPOL

    n MEMPERLUAS NKRI TANPA SALAK SENJATA

    n 90 PERSEN RASKIN TAK SESUAI

    n PERANG TRILIUNAN RUPIAH PARA KURIR

    n SENJA AHLI WARIS COMANDANTE CHAVEZn SUTRADARA UNTUK DEAR LEADER KIM JONG-IL

    INTERNASIONAL

    KRIMINAL

    HUKUM

    KOLOM

    BUKU

    INTERVIEW

    GAYA HIDUP

    FILM

    SENI HIBURAN

    BISNIS

    n MENYUSURI JALAN MAUT DI MALAGA

    n EXTRAORDINARY BASEMENT

    n ANTARA PUTIN, KADYROV, DAN NEMTSOV

    LENSA

    PEOPLE

    RUMAH

    n BASUKI HADIMULJONO | LAYA PUTRI | FERRY MURSYIDAN BALDAN

    NASIONAL

    n AGUNG MERAPAT, ICAL MELAWAN

    n FILM PEKAN INIn AGENDA

    n FESTIVAL WARNA-WARNI DI INDIA

    n KLANGENAN ENDI ENDRAWATI

    Cover: Ilustrasi: Kiagus Auliansyah

    n KETIKA MEDIS SUDAH MENYERAH

    n PESTA VISUAL DARI CINDERELLA

    n BARANG HARAM SANG PENSIUNAN

    n FESTIVAL JAZZ YANG KENTAL INDONESIA

    FOKUSDUA NYAWA JENDERAL OLLAGEMBONG NARKOBA MEIRIKA FRANOLLA KEMBALI LOLOS DARI ANCAMAN HUKUMAN MATI SETELAH MENDAPATKAN GRASI TIGA TAHUN LALU. DAKWAAN IKUT MENGENDALIKAN PEREDARAN NARKOBA DINYATAKAN HAKIM TAK TERBUKTI. HASIL JUAL-BELI NARKOBA YANG KELUAR-MASUK KE REKENINGNYA DIAKUI OLLA SEBAGAI BISNIS TRANSFER UANG.

    n BURSA MASIH BERTAHAN

    n TAK INGIN WEST MADURA TERULANG

    EKONOMIn RUPIAH VS PERTUMBUHAN

    n TAS KULIT ULAR TUNGGANGI DOLAR

    n NASIB NEGARA BERKEMBANG

    n PENEBAR RACUN CINTA LINGKUNGAN

  • Ribuan pemeluk Hindu merayakan Festival Warna (Holi Festival) di India. Puncak perayaan Holi adalah saling menyiramkan bubuk atau air warna-warni. Acara ini tetap menarik meski berlangsung saban tahun.

    LENSA

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    TAP UNTUK MELIHAT FOTO UKURAN BESAR

    DI INDIAFESTIVAL WARNA-WARNI

  • Peserta Holi Festival berlumur bubuk warna-warni di Uttar Pradesh, wilayah utara India, Minggu (1/3). Perayaan ini berlangsung beberapa hari hingga Panchami (hari ke-5 bulan purnama Maret). (Anindito Mukherjee/REUTERS)

    LENSA

  • Keriuhan ritual Huranga di salah satu pusat Holi Festival di Dauji Temple, Mathura, India Utara, Sabtu (7/3). Dalam ritual ini, laki-laki membasahi wanita dengan air berwarna, sedangkan wanita merobek pakaian laki-laki. (Anindito Mukherjee/ REUTERS)

    LENSA

  • Seorang guru membagikan bubuk holi kepada murid-murid di sebuah sekolah di Ahmedabad, India, Kamis (5/3). (Amit Dave/REUTERS)

    LENSA

  • Peserta holi dalam ritual Lathmar Holi di Uttar Pradesh, Jumat (27/2). (Ahmad Masood/REUTERS)

    LENSA

  • Kolase foto yang menunjukkan sebagian peserta Holi Festival dengan segala ekpresinya. (REUTERS)

    LENSA

  • Pria dan wanita berimpit di Dauji Temple, Sabtu (7/3). Perayaan keagamaan ini semakin populer sebagai tontonan bagi turis karena atraktif. (Anindito Mukherjee/REUTERS)

    LENSA

  • NASIONAL

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    NASIONAL

    AGUNG MERAPAT ICAL MELAWAN

    MENTERI HUKUM MENGAKUI KEPENGURUSAN GOLKAR HASIL MUNAS ANCOL. KUBU ABURIZAL BAKRIE TAK MENYERAH.

  • NASIONAL

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    AGUNG Laksono tancap gas begi-tu Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly dikabarkan bakal mengeluarkan surat keputus-an untuk mengakui kepengurusan Golkar hasil Musyawarah Nasional Ancol, Jakarta. Jika kelak SK Menteri Hukum itu keluar, otomatis tampuk pimpinan partai berlambang pohon beringin tersebut ada di tangannya.

    Itu sebabnya, Agung langsung melakukan gerilya politik. Sejumlah tokoh partai yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Hebat satu per satu disambanginya. Mantan Ketua Dewan

    Perwakilan Rakyat itu lalu menemui mantan politikus Golkar yang kini menjabat Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh, Wakil Presiden Jusuf Kalla, dan Ketua Umum Partai Amanat Nasional Zulkifli Hasan.

    Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar serta Ketua Umum Ha-nura Wiranto juga mendapat giliran didatangi Agung. Sebelum mendatangi mereka, Agung mengunjungi Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnopu-tri pada Senin, 9 Maret lalu.

    Kami ingin membangun silaturahmi ke par-

    Pengurus Golkar kubu Agung Laksono menemui Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh di kantor DPP NasDem, Jakarta, Rabu (11/3).

    GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM

  • NASIONAL

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    tai-partai politik, terutama pendukung peme-rintah, kata Agung setelah bertemu dengan Zulkifli Hasan, yang juga Ketua Majelis Permu-syawaratan Rakyat, Kamis, 12 Maret lalu.

    Agung menampik anggapan bahwa kunjung-annya ke sejumlah tokoh partai pendukung pemerintah terkait dengan jatah menteri. Alasannya, Golkar di bawah kepemimpinannya akan mendukung pemerintah tanpa syarat. Kami mendukung dengan ikhlas, ujarnya.

    Sedangkan untuk partai oposisi yang ter-gabung dalam Koalisi Merah Putih, Agung

    mengaku belum menjadwalkan kun-jungan. Apalagi seterunya dalam kon-flik Golkar, Ketua Umum Golkar versi Munas Bali, Aburizal Bakrie atau Ical, duduk sebagai Ketua Presidium KMP.

    Kubu Munas Jakarta boleh saja merasa di atas angin setelah pe-

    merintah condong mengakui mereka sebagai pengurus Golkar yang sah. Tapi

    kubu Munas Bali pimpinan Ical rupanya tak tinggal diam. Mereka melakukan perlawanan melalui tiga jalur sekaligus.

    Pertama, mendaftarkan gugatan baru terha-dap kepengurusan hasil Munas Ancol pimpinan Agung Laksono. Gugatan baru ini didaftarkan karena Mahkamah Partai Golkar dianggap gagal menyelesaikan konflik internal partai. Gugatan itu dilayangkan ke Pengadilan Negeri Jakarta Barat.

    Yusril Ihza Mahendra, yang menjadi kuasa hukum kubu Munas Bali, mengatakan, dengan adanya pendaftaran gugatan itu, Kementerian Hukum belum bisa menetapkan kepeng urusan Golkar sebagaimana diajukan Agung Laksono dan kawan-kawan. Ia berpendapat, menurut Undang-Undang Partai Politik, pendaftaran kepengurusan partai baru bisa dilakukan jika sudah ada putusan pengadilan yang berkeku-atan hukum tetap.

    Langkah kedua, kubu Aburizal melaporkan sejumlah pengurus Golkar kubu Agung ke Ba-dan Reserse Kriminal Kepolisian RI. Laporan ini terkait dugaan pemalsuan surat mandat yang dilakukan kubu Munas Jakarta.

    Laporan disampaikan Sekretaris Jenderal versi Munas Bali, Idrus Marham, dan seratus-

    NASIONALNASIONAL

    Menteri Hukum telah melakukan

    penzaliman terhadap Partai

    Golkar. Bambang Soesatyo

  • NASIONAL

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    an kader yang mengaku dari de wan pimpinan daerah Golkar kabupaten seluruh Indonesia pada Rabu, 11 Maret lalu. Selain Agung Lakso-no, yang dilaporkan adalah Zainudin Amali dan Yorrys Raweyai.

    Kami melaporkan 133 pemalsuan. Ada pe-malsuan tanda tangan, penyalahgunaan kop, surat, dan stempel, dan paling banyak adalah ada banyak mandat yang ditandatangani oleh orang dari caleg partai lain. Di 2014 terjadi di Riau, ada juga dari PPP (Partai Persatuan Pem-bangunan), ucap Idrus.

    Idrus juga mengungkap keanehan, salah sa-

    tunya mandat dari Sumenep, Jawa Timur, yang ditandatangani orang yang sudah meninggal pada 2012, yaitu R.B. Ridwan. Ini sangat luar biasa, katanya.

    Selain lewat jalur hukum, pengurus versi Mu-nas Bali melakukan perlawanan politik lewat penggunaan hak interpelasi hingga hak angket di DPR. Dewan akan meminta keterangan pemerintah terkait keputusan Menteri Hukum yang mengakui kepengurusan Golkar di bawah Agung Laksono.

    Menteri Hukum telah melakukan penzalim-an terhadap Partai Golkar. Tidak ada pilihan bagi kami untuk melakukan perlawanan, terma-suk dengan penggalangan hak angket di DPR atas keputusan ngawur yang memanipulasi keputusan Mahkamah Partai Golkar, tutur Se-kretaris Fraksi Golkar DPR Bambang Soesatyo.

    Ia juga menuntut Presiden Joko Widodo mengganti Menteri Hukum Yasonna Laoly. Alasannya, Yasonna merupakan sumber kega-duhan dengan menerjemahkan secara keliru putusan Mahkamah Partai Golkar. Sebab, ucap Bambang, tak ada diktum putusan mahkamah

    Sidang perdana Mahkamah Partai Golkar di DPP Golkar, Jakarta, Rabu (11/2).

    GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM

    NASIONAL

  • NASIONAL

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    yang mengabulkan atau menerima kepengu-rusan salah satu pihak yang bersengketa.

    Majelis Mahkamah Partai Golkar yang bersi-dang pada Selasa, 3 Maret lalu, mengeluarkan putusan berbeda terkait dualisme kepengurus-an partai. Dua anggota majelis, Djasri Marin dan Andi Mattalatta, menerima kepengurusan pimpinan Agung Laksono, sementara Muladi

    dan H.A.S. Natabaya merekomendasikan agar menunggu putusan kasasi di Mahkamah Agung, yang saat itu ditempuh kubu Aburizal Bakrie.

    Bambang lalu mengutip materi putusan Mahkamah Partai di angka 5 halaman 133, yak-ni karena terdapat pendapat yang berbeda di antara anggota majelis mahkamah terhadap pokok permohonan, maka kesatuan pendapat untuk menyelesaikan sengketa keabsahan kedua versi Munas Partai Golkar IX tidak ter-capai.

    Diktum tidak tercapai kesepakatan tidak perlu ditafsirkan kembali karena, dengan tidak tercapainya penyelesaian perselisihan, maka mutatis mutandis berlaku ketentuan Pasal 33 ayat 1 UU Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik, bahwa penyelesaian perselisihan disele-saikan melalui pengadilan negeri, kata anggota Komisi Hukum DPR ini.

    Namun ancaman interpelasi itu ditanggapi santai Yasonna Laoly. Wajar-wajar saja, ujar-nya di sela sebuah seminar di Jakarta, Kamis pekan lalu. Kader PDI Perjuangan itu lalu mene-

    NASIONAL

    Sekjen Golkar versi Munas Bali, Idrus Marham (tengah), didampingi Wakil Ketua Umum Nurdin Halid (kedua dari kanan), setelah melaporkan kubu Munas Ancol ke Bareskrim Polri.

    M AGUNG RAJASA/ANTARA

    NASIONAL

  • NASIONAL

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    gaskan keputusan soal dualisme Partai Golkar sudah jelas dan tak bisa diubah. Termasuk soal kepengurusan di partai itu, di mana pihak yang diakui keabsahannya harus mengakomodasi pihak yang berseberangan ke dalam kepengu-rusan baru.

    Sementara itu, Agung Laksono, setelah me-

    nyambangi kediaman Zulkifli Hasan, mem-bantah tuduhan memalsukan mandat seperti yang dilaporkan kubu Aburizal ke polisi. Tidak benar kalau kita memalsukan, tuturnya. Ken-dati begitu, Agung menyatakan siap mengikuti prosedur hukum yang akan berjalan. n

    JAFFRY PRABU PRAKOSO, ADITYA MARDIASTUTI | DEDEN G.

    Ketua Umum Golkar versi Munas Bali, Aburizal Bakrie

    RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

  • MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    NASIONAL

    DET

    IKC

    OM

    POLISI BERGERAK CEPAT MENGUSUT DUGAAN KORUPSI ALAT CATU DAYA PADA APBD JAKARTA 2014. AHOK JUGA MELAPORKAN DANA SILUMAN 2015 KE KPK.

    SIAPA BERMAINANGGARAN JAKARTA

  • MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    NASIONAL

    PENGUSUTAN kasus dugaan korupsi pengadaan uninterruptible power supply (UPS) pada Anggaran Penda-patan dan Belanja Daerah Provinsi DKI Jakarta 2014 terus dikebut kepolisian. Hal itu terlihat dalam pemeriksaan saksi-saksi yang dilakukan secara maraton sejak pekan lalu.

    Seperti Senin, 9 Maret lalu. Tak kurang tujuh

    orang dipanggil untuk menjalani pemeriksaan sebagai saksi oleh penyidik Subdirektorat Tin-dak Pidana Korupsi Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya. Mereka yang dipang-gil dari kepala sekolah penerima perangkat UPS, pemeriksa fisik barang, hingga pejabat pembuat komitmen proyek itu berinisial AU.

    Dari tujuh orang yang dipanggil, enam da-tang menjalani pemeriksaan. Namun tidak ada yang memberi keterangan kepada wartawan. Ada yang datang diam-diam atau mengenakan jaket untuk mengecoh. Ada pula yang masuk lewat pintu belakang gedung Direktorat.

    Kasus pengadaan UPS untuk sejumlah sekolah di lingkungan Provinsi Jakarta pada APBD 2014 itu ditingkatkan dari penyelidikan ke penyidikan terhitung mulai Jumat, 6 Maret lalu. Peningkatan status dilakukan setelah po-lisi melakukan gelar perkara. Sehari kemudian penyidik langsung melayangkan pemanggilan terhadap 15 saksi.

    Polisi menduga telah terjadi penyalahgunaan kewenangan yang menimbulkan kerugian negara dalam pengadaan perangkat tersebut.

    Seorang saksi kasus UPS setelah diperiksa di Polda Metro Jaya beberapa waktu lalu.

    HASAN/DETIKCOM

  • MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    NASIONAL

    Para pelaku bakal dijerat dengan Undang-Un-dang Tindak Pidana Korupsi Nomor 20 Tahun 2001 sebagai perubahan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

    Berapa jumlah kerugian negaranya, kami melakukan pemeriksaan secara intensif,

    meminta auditor untuk menentukan nilainya, dan siapa bertanggung jawab

    atau disangkakan (menjadi tersang-ka) setelah pemeriksaan saksi, kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Martinus Si-tompul di ruangannya pekan lalu.

    Penyidik juga telah menyita dan memeriksa sebagian besar dokumen pengadaan perangkat

    yang masing-masing seharga Rp 5,8 miliar tersebut. Sebanyak 49

    pemenang lelang (pengadaan UPS) itu juga kami periksa, ujar Martinus.

    Kasus ini mencuat setelah Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja

    Purnama alias Ahok

    mempermasalahkan anggaran senilai Rp 12,1 triliun yang muncul pada Rancangan APBD DKI 2015 versi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Angka itu tidak ada dalam RAPBD 2015 versi Pemerintah Provinsi. Ahok menyebut anggar-an yang diselipkan dalam bentuk sejumlah pro-gram itu sebagai dana siluman.

    Hal itu memicu konflik baru antara Ahok dan DPRD. Pengajuan RAPBD 2015 ke Kementerian Dalam Negeri juga tertunda-tunda. Kemente-rian yang dipimpin Tjahjo Kumolo itu sampai turun tangan memediasi pertemuan Ahok de-ngan DPRD pada Kamis, 5 Maret lalu. Namun pertemuan di kantor Kementerian Dalam Ne-geri itu buntu, dan berujung ricuh setelah Ahok meminta kesaksian Wali Kota Jakarta Barat Anas Effendi soal dana siluman tersebut tapi keburu dipotong anggota Dewan.

    Ihwal dana siluman itu diungkap Ahok sete-lah Pemerintah Provinsi Jakarta menerapkan sistem e-budgeting dalam penyusunan RAPBD. Penggunaan sistem itu untuk mencegah pro-yek-proyek yang nyelonong tanpa pembahasan sebelumnya di Musyawarah Perencanaan Pem-

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Martinus Sitompul

    LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM

  • MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    NASIONAL

    bangunan seperti tahun-tahun sebelumnya. Salah satunya proyek pengadaan UPS sehar-

    ga Rp 5,8 miliar per unit pada 2014 itu. Proyek pengadaan yang nilainya diduga digelembung-kan tersebut diselenggarakan di sekolah-seko-lah, tapi suku dinas pendidikan dan pemerintah setempat tak pernah mengusulkannya.

    Wakil Ketua DPRD Jakarta Abraham Lung-gana atau yang kerap disapa Lulung mengakui proyek UPS merupakan usul Dewan. Kami juga kan punya hak budget. Kita butuh itu yang

    namanya UPS, ujarnya beberapa waktu lalu.Yang membuat Ahok makin berang, peng-

    adaan UPS itu muncul lagi dalam RAPBD DKI 2015 usulan Dewan. Kali ini pengadaan UPS akan dilakukan untuk 64 kantor kelurahan dan kecamatan di Jakarta Barat dengan proyek senilai total Rp 270 miliar. Selain proyek UPS, ada usul pengadaan buku trilogi Ahok dengan anggaran Rp 10 miliar, yang membuat mantan Bupati Belitung Timur itu geleng-geleng kepala.

    Ahok pun melaporkan dugaan adanya dana

    Peserta mediasi DPRD dengan Gubernur DKI Jakarta berdiri dan berteriak-teriak dalam rapat di kantor Kementerian Dalam Negeri, Kamis (5/3).

    RIVAN AWAL/ANTARAFOTO

  • MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    NASIONAL

    Seorang petugas menunjukkan perangkat UPS di SMA Negeri 65 Jakarta, Senin (2/3).

    RIVAN AWAL/ANTARAFOTO

    siluman yang diselipkan dalam RAPBD DKI dalam rentang 2012 hingga 2014 ke Komisi Pemberantasan Korupsi. Sementara itu, Polda Metro Jaya ternyata mulai mengusut kasus pengadaan UPS pada APBD DKI 2014 ini sejak 28 Januari 2015.

    Tak jelas siapa yang melaporkan perkara ini ke polisi. Martinus menolak menyebutkan.

    Namun, menurut dia, informasi kasus korupsi bisa datang dari mana saja, baik pemberitaan media, laporan perorangan atau lembaga swadaya masyarakat, maupun surat kaleng sekalipun.

    Kepala Subdirektorat Tindak Pidana Korupsi Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Me-tro Jaya Ajun Komisaris Besar Ajie Indra menu-turkan polisi bisa langsung menyelidiki begitu mengendus dugaan korupsi. Tidak perlu ada laporan, ucapnya. Polisi pun menggeber peng-usutan dengan meningkatkan statusnya ke pe-nyidikan.

    Pengusutan kasus dugaan korupsi APBD DKI di tengah kisruh Gubernur Ahok dan DPRD, menurut anggota Tim 9, Bambang Wi-dodo Umar, merupakan awal yang baik untuk menunjukkan keseriusan polisi memberantas rasuah.

    Tangani korupsi di DKI Jakarta, Polda sudah sesuai harapan masyarakat, kata Bambang. Ia berharap pengusutan bisa dilakukan segera agar kisruh APBD DKI cepat terselesaikan. Bambang pun berharap polisi tidak takut ter-

  • MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    NASIONAL

    hadap tekanan politik. Adapun Ahok, meskipun mengaku tidak

    tahu siapa yang melaporkan kasus pengadaan UPS dalam APBD 2014 ke polisi, mengapresiasi langkah maju ini. Dia sendiri, selain soal APBD 2012-2014, menambahkan dugaan dana silum-an pada RAPBD 2015 dalam laporan ke KPK. Lembaga antirasuah itu pekan lalu melakukan verifikasi atas laporan Ahok. Tim pengaduan

    masyarakat KPK mendatangi kantor Gubernur Jakarta itu untuk meminta berkas-berkas tam-bahan.

    Verifikasi dilakukan untuk menentukan ada-tidaknya indikasi tindak pidana korupsi, kata Pelaksana Tugas Wakil Ketua KPK Johan Budi Sapto Prabowo.

    Dua lembaga penegak hukum bergerak. Se-mentara itu, RAPBD DKI 2015 menurut renca-

    Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama minta maaf kepada warga atas keterlambatan pembahasan APBD DKI.

    LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM

  • MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    NASIONAL

    MAJALAH DETIK 23 FEBRUARI - 1 MARET 2015MAJALAH DETIK 23 FEBRUARI - 1 MARET 2015MAJALAH DETIK 23 FEBRUARI - 1 MARET 2015MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    na akan kembali dibahas Pemerintah Provinsi Jakarta dengan DPRD mulai awal pekan ini. Menteri Tjahjo memang

    meminta kedua pi-hak kembali duduk bersama. Ia pun memberi tenggat tujuh hari setelah RAPBD dikembali-kan kementerian-nya ke Pemerintah Provinsi.

    Kalau mau, pemda DKI dan DPRD musyawarah lagi. Kalau enggak mau, ya sudah pa-kai anggaran 2014, ujar Tjahjo di kantor Presiden, Jakarta, Rabu, 11 Maret lalu.

    Penggunaan

    mata anggaran pada APBD 2014 untuk tahun ini memungkinkan jika pembahasan Pemerin-tah Provinsi dengan Dewan masih juga mentok. Ahok tinggal mengeluarkan sebuah peraturan gubernur. Namun ia tetap membuka pintu untuk bermusyawarah. Kendati begitu, ia tegas menolak memasukkan anggaran Rp 12,1 triliun berisi program-program yang ia sebut tak tepat guna.

    Sudah saya perintahkan tidak ada kom-promi satu sen pun untuk memasukkan pro-gram yang Rp 12,1 triliun itu, tuturnya.

    Musyawarah belum terlaksana, Selasa pekan lalu Ahok malah dilaporkan ke polisi oleh se-jumlah anggota Dewan, antara lain Abraham Lulung Lunggana, Tubagus Ari, H Nawawi, Bambang Kusmanto, Syarifudin, dan Prabowo Sukirman. Melalui pengacara mereka, Razman Arief Nasution, Ahok dilaporkan ke Badan Re-serse Kriminal Polri dengan tuduhan menebar fitnah. Entah kapan konflik itu akan berakhir. n

    JAFFRY PRABU P., ANDRI H., RAY JORDAN | DIM

    Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo saat mendatangi gedung KPK, Jakarta, beberapa waktu lalu.

    GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM

  • HUKUM

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    HUKUM

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    KEPALA SMAN 3 JAKARTA DILAPORKAN KE POLISI KARENA MENJATUHKAN SKORSING KEPADA ENAM SISWANYA. MENGEROYOK KARENA TEMAN MEREKA DILECEHKAN.

    SKORSING BERBALASLAPORAN POLISI

  • HUKUM

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    KEPALA Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Jakarta, Retno Listyarti, terlihat relaks meski baru menjalani pemeriksaan di Markas Kepolisian Daerah Metro Jaya, Selasa, 10 Maret lalu. Me-ngenakan baju gamis bermotif garis dipadu kerudung warna merah muda, Retno keluar menemui wartawan pada saat jeda peme-riksaan. Sesekali ia tertawa ketika menjawab

    pertanyaan para juru warta.Retno diperiksa sebagai terlapor dalam kasus

    dugaan pidana diskriminasi anak berdasarkan laporan polisi bernomor LP/466/II/2015/PMJ/Ditreskrimum, tertanggal 4 Februari 2015. Pelapornya adalah sejumlah orang tua siswa sekolah yang dipimpinnya itu, yang menuduh-nya melakukan diskriminasi atas hukuman skorsing terhadap enam siswa.

    Kepala SMAN 3 Retno Listyarti (kedua dari kanan) setelah diperiksa polisi.

    MEI AMELIA/DETIKCOM

  • HUKUM

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    Mereka dijatuhi sanksi lantaran diduga ter-libat dalam pengeroyokan terhadap seorang pria pada Jumat, 30 Januari lalu. Keenamnya adalah HJP, 16 tahun, PRA (17), AEM (17), EM (17), MRPA (17), dan PC (17), yang duduk di kelas XII. Sebagian dari mereka diskors terhitung mulai 11 Februari sampai 13 April mendatang. Mereka hanya diperbolehkan masuk pada 10-15 Maret.

    Menurut Retno, pertanyaan penyidik lebih banyak mengklarifikasi kasus dugaan penge-royokan yang dilakukan anak didiknya itu.

    Ada 27 pertanyaan, katanya setelah diperiksa sekitar 3 jam. Retno didampingi kuasa hukum dan sejumlah koleganya dari Federasi Serikat Guru Indonesia. Di organisasi itu ia menjabat sekretaris jenderal.

    Dikatakan Retno, keenam siswa itu telah mengakui terjadinya pengeroyokan. Aturan sekolah pasal 27 poin b menyebutkan soal sanksi bagi siswa yang melakukan pemukulan atau pengeroyokan. Itu dengan poin menca-pai angka 100, maksimal sanksinya dikeluarkan dari sekolah, ujarnya.

    Dari informasi yang dihimpun majalah detik, peristiwa itu berawal saat EM, yang mengendarai sepeda motor, tiba-tiba dihenti-kan seorang pria yang mengaku sebagai polisi di dekat Apartemen Four Seasons, Setiabudi, Jakarta Selatan, tak jauh dari SMAN 3. Pria yang belakangan diketahui bernama Erick, dan merupakan alumnus SMAN 3, itu meminta EM menunjukkan surat kendaraan.

    Namun EM tak mengacuhkannya karena dari mulut Erick tercium bau alkohol. EM lalu balik meminta pria itu menunjukkan kartu anggota Polri. Erick pun marah dan membentaknya.

    Retno Listyarti menjadi pembicara pada sebuah acara di Jakarta.

    ARI SAPUTRA/DETIKCOM

  • HUKUM

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    Nah, saat itu seorang siswi lewat dan mencoba melerai, tapi malah dilecehkan. Kejadian itu ru-panya diketahui siswa SMAN 3 lainnya. Alhasil, terjadilah pengeroyokan terhadap Erick sampai mengalami luka-luka.

    Menurut Frans Paulus, salah satu orang tua yang melaporkan Retno, sanksi skorsing yang dijatuhkan sekolah tak logis. Sebab, siswa yang awalnya mengalami tindak kekerasan malah dijatuhi hukuman.

    Seharusnya pendidik melindungi anak-anak-nya dari tindak kekerasan. Harusnya dilaporkan ada pelecehan, tuturnya.

    Orang tua siswa memang diundang pihak sekolah. Namun bukan untuk mencari solusi, menurut Paulus, sekolah langsung menjatuh-kan skorsing. Pihak sekolah juga mengarahkan opini bahwa korban pengeroyokan adalah anak jenderal, yang memiliki rumah besar, sehingga tak mungkin melakukan tindakan premanisme yang disebut para siswa.

    Pernyataan itu kami sesalkan, ucap Paulus. Ia pun menganggap pihak sekolah telah

    melakukan diskriminasi. Menurut Undang-Un-dang Perlindungan Anak, pelaku diskriminasi bisa dijatuhi pidana. Kan jelas, (korban) disebut anak jenderal. Berarti (sekolah) melakukan dis-kriminasi status sosial, bahwa dia anak jende-ral, sementara kita yang bukan anak jenderal (seakan) enggak boleh macem-macem, kata Paulus.

    Menurut dia, Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Ari Budiman dan anggota Komisi E Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta sudah memberi masukan agar sekolah mengu-rangi masa skorsing terhadap enam siswanya.

    Aktivitas siswa SMAN 3 Jakarta, Kamis (12/3).

    ARI SAPUTRA/DETIKCOM

  • HUKUM

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    Namun arahan itu tidak digubris. Akhirnya orang tua pun menempuh upaya hukum. Selain dituduh melakukan diskriminasi, kepala sekolah dianggap melanggar Undang-Undang Perlindungan Anak karena membiarkan adanya

    dugaan kekerasan atau perbuatan cabul terhadap anak-anak di bawah umur.

    Namun, menurut Retno, tak semua siswa mendapat skorsing

    sampai April. Ada tiga siswa yang dikurangi masa skorsing-nya setelah pihak sekolah me-lihat bukti rekaman kamera CCTV di tempat kejadian. Diketahui, hanya tiga siswa yang melakukan pemukulan.Kalau mereka tetap diberi

    sanksi, itu berdasarkan (per-aturan sekolah) pasal 27 poin h, di

    mana berada di lokasi perkelahian, (tapi) membiarkan dan tidak melapor-

    kan, ujarnya.Ketiga siswa itu kini sudah kembali berseko-

    lah. Mereka hanya dihukum tak boleh datang ke sekolah selama 3-5 hari. Sedangkan terhadap

    tiga siswa yang terbukti melakukan pemukul-an, rapat dewan pendidik memutuskan tetap menjatuhkan skorsing selama 39 hari.

    Polisi, menurut Retno, juga menanyakan apakah sekolah bersedia memediasi masalah ini. Sebab, Erick sebagai korban pengeroyok-an juga melapor ke Kepolisian Resor Jakarta Selatan. Dalam kasus itu, Retno telah dimintai keterangan sebagai saksi.

    Kami memberi skorsing sebagai bentuk hukuman dan pembinaan agar mereka sadar dengan perbuatan yang mereka lakukan. Kare-na, bila dipidanakan, hukumannya sangat berat dalam Pasal 170 (KUHP), bisa 7 tahun penjara, tutur Retno

    Sedangkan mengenai kasus yang menjerat-nya, Retno mengklaim keputusan pemberian skorsing sulit dipidanakan. Menurut dia, polisi sudah memahami persoalan ini. Saya berharap kasus ini segera dihentikan karena tampaknya hanya kesalahpahaman, ucapnya.

    Sekretaris Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta Bowo Irianto mengaku belum tahu proses hukum yang dialami Kepala SMAN 3. Karena kepala sekolah belum lapor, katanya

    Kami memberi skorsing sebagai bentuk hukuman

    dan pembinaan agar mereka sadar dengan

    perbuatan yang mereka lakukan.

  • HUKUM

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    saat dihubungi majalah detik. Bowo menduga orang tua siswa melapor ke

    polisi lantaran komunikasi dengan pihak sekolah buntu. Mengenai sanksi skorsing dari sekolah, ia mengatakan, Dinas Pendidikan mendukung penegakan peraturan oleh sekolah. Tapi tentu dengan menganut prinsip berkeadilan dan proporsional, ujarnya.

    Pengamat pendidikan Itje Chodijah meng-akui hukuman skorsing terhadap siswa sangat

    dilematis. Sebab, di satu sisi sebagai bentuk pembinaan, tapi di sisi lain siswa juga punya hak untuk belajar. Di satu sisi, sekolah harus memberi support agar (siswa) jangan sampai gagal, tuturnya.

    Dihubungi secara terpisah, Boyke, kakak Erick, mengeluhkan pemberitaan media yang menyudutkan adiknya. Soal proses hukum yang dilakukan pihaknya, ia meminta hal itu ditanyakan langsung ke polisi. Sudah ada la-poran, tanya ke polisi saja, ujarnya.

    Namun polisi terkesan saling lempar menge-nai kasus pengeroyokan Erick. Melalui pesan singkat, Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Jakarta Selatan Ajun Komisaris Besar Indra Fadhillah Siregar menyebut kasus itu ditangani Kepolisian Sektor Setiabudi. Sebaliknya, saat dihubungi wartawan Rabu pekan lalu, Kepala Polsek Setiabudi Ajun Komisaris Besar Yulius Audie Latuheru bilang kasus itu ditangani Pol-res Jakarta Selatan.

    Enggak di sini, diambil alih Polres kasusnya, begitu kata Audie.

    ADITYA MARDIASTUTI | DEDEN G.

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    Gedung Markas Polda Metro Jaya

    ARI SAPUTRA/DETIKCOM

  • KRIMINAL

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    KRIMINAL

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    ILU

    STR

    ASI:

    EDI W

    AHYO

    NO

    DIDUGA BAGIAN DARI JARINGAN NARKOTIK INTERNASIONAL, SEORANG OKNUM PENSIUNAN TNI DITANGKAP. KEPEMILIKAN SENJATA API ILEGAL DITELUSURI.

    BARANG HARAMSANG PENSIUNAN

  • KRIMINAL

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    TAK ada perlawanan berarti ketika tim dari Subdirektorat III Direktorat Tindak Pidana Narkoba Badan Reser-se Kriminal Kepolisian RI menangkap Bahtiar di rumahnya, Rabu siang, 4 Maret lalu. Pria berusia 52 tahun itu sempat mengajak berdebat sejumlah polisi yang menggeruduk tempat tinggalnya di Rumah Susun Apron, Ke-mayoran, Jakarta Pusat. Namun ia tak berkutik

    ketika narkoba jenis sabu seberat 2,8 gram ditemukan di kotak pengharum ruangan.

    Polisi juga menemukan satu set alat isap sabu (bong). Dan ibarat sekali tepuk dua lalat, di rumah pensiunan anggota TNI Angkatan Laut itu, polisi juga menemukan 25 senjata api ilegal. Empat di antaranya senjata api pabrikan, sedangkan 21 senjata berjenis airsoft gun.

    Dari 21 airsoft gun, empat di antaranya ber-

    Barang bukti senjata api, peluru, dan senjata tajam yang ditemukan di rumah tersangka

    ADITYA MARDIASTUTI/DETIKCOM

  • KRIMINAL

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    laras panjang, selebihnya jenis pistol. Di rumah Bahtiar, yang tinggal bersama anak dan istri-nya, juga ditemukan 248 butir peluru (kaliber 9, 12, dan 32 milimeter), satu buah magasin M 16, dan rompi antipeluru. Ada pula belasan senjata tajam, seperti celurit, badik, serta paku

    lima sisi. Semuanya kini disita polisi.Sebelum mencokok Bahtiar, selama satu bul-

    an polisi memantau gerak-gerik pria asal Aceh itu. Pemantauan dilakukan berkat informasi warga di Kemayoran bahwa di kawasan rusun tersebut sering terjadi transaksi narkotik.

    Kita dapat informasi dari warga bahwa Bahtiar merupakan bandar narkoba. Kami pikir ya narkoba saja. Ternyata, setelah kita tangkap, geledah, ada senjata-senjata itu, kata Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri Brigadir Jenderal Anjan Pramuka Putera saat ditemui majalah detik di kantornya di Cawang, Jakarta Timur, Selasa pekan lalu.

    Kepada polisi, Bahtiar akhirnya mengaku mendapat sabu dari seorang pria bernama Jack di Sidomulyo, Surabaya. Jack kini diburu dan masuk daftar pencarian orang (DPO). Dalam perburuan, tim Direktorat Narkoba bersama Kepolisian Daerah Metro Jaya berhasil me-nangkap seorang wanita yang disapa Bunda dengan barang bukti sabu seberat 5 kilogram seharga miliaran rupiah di mobilnya.

    Kuat dugaan Bahtiar merupakan salah satu

    Rumah Susun Apron, Kemayoran, Kamis (12/3)

    ARI SAPUTRA/DETIKCOM

  • KRIMINAL

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    simpul dari jaringan narkoba internasional. Barang haram itu diduga berasal dari daratan Cina yang dibawa melalui Malaysia kemudian masuk ke Indonesia lewat perairan Aceh dan Sumatera Utara. Sabu tersebut diduga dipasar-kan di kota-kota besar, seperti Jakarta.

    Ya, kalau dia (Bahtiar) enggak ngakui (ba-

    gian jaringan narkotik internasional), mungkin ada orang lain yang menerima pada saat itu. (Namun) indikasi jaringan internasional, saya katakan, ada, ujar Anjan.

    Polisi juga mendalami keberadaan puluhan senjata api ilegal milik Bahtiar. Pengakuan dia, senjata-senjata itu diperoleh lewat pasar gelap dengan harga Rp 2 juta hingga Rp 10 juta, dan dipakai untuk kegiatan pengawalan. Terkait dengan kegiatan itu, menurut Anjan, timnya juga menemukan surat-surat dengan stempel dari sebuah kesatuan di TNI AL yang diduga palsu.

    Namun, dugaan kami, dengan barang (sen-jata) sebanyak itu, ya kemungkinan dia jual, tuturnya.

    Aparat juga mendalami kemungkinan puluh-an senjata itu dipakai untuk tindak kejahatan lain, mengingat ditemukan pula paku lima sisi. Paku tersebut, ucap Anjan, bisa saja digunakan untuk perampokan, untuk memecahkan ban kendaraan.

    Kami berkoordinasi dengan Polda Metro Jaya untuk menyelidiki kejahatan yang saat ini

    Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri Brigadir Jenderal Anjan Pramuka Putera

    ADITYA MARDIASTUTI/DETIKCOM

  • KRIMINAL

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    masih tren, yakni begal dan pencurian dengan kekerasan, katanya.

    Sementara itu, Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Komisaris Besar Rikwanto mem-benarkan bahwa Bahtiar terkait sindikat narko-ba internasional. Menurut dia, Bahtiar adalah salah satu pelaku yang masuk DPO. Jaring-annya dikenal selalu berpindah tempat untuk mengecoh petugas. Namun, siapa mereka, belum terungkap.

    Ini rangkaian dari pengungkapan, yang sudah ada diteruskan. Masalah berapa orang nantinya, bisa saja berkembang lagi, ujar Rik-wanto beberapa waktu lalu.

    Dimintai konfirmasi secara terpisah, Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Pertama TNI Manahan Simorangkir membenarkan Bahtiar pernah menjadi anggota kesatuan-nya. Namun ia pensiun dini dengan pangkat pembantu letnan satu sejak 2010. Sebelum berhenti tugas, ia berdinas di Badan Penyalur Tenaga Kerja Wilayah Barat TNI AL.

    Selama bertugas, Bahtiar tidak pernah ter-

    jerat masalah. Menurut Manahan, jika Bahtiar masuk bagian jaringan narkoba atau melakukan pengawalan ilegal, itu dilakukan secara pribadi. Pasti dia bagian jaringan (narkoba) itu. Sudah pantas dia ditangkap Polri dan Polda. Dia harus menanggung risikonya, tutur Manahan.

    Terkait kasus ini, menurut Manahan, Polri sudah berkoordinasi dengan Polisi Militer TNI AL untuk mendalami apakah selama bertugas Bahtiar sudah menjalankan bisnis narkoba ser-ta soal kepemilikan senjata api ilegal tersebut.

    Pengakuan dia, (senjata) itu untuk meng-awal, tidak benar. Pengawalan kami resmi, dan prajurit tidak bawa senjata kecuali bertugas, ucap Manahan.

    Bahtiar kini terancam dijerat dua kasus, berdasarkan Undang -Undang Nomor 35 Ta-hun 2009 tentang Narkotika Pasal 114 Ayat 1 dan Pasal 112 Ayat 1 serta UU Darurat Nomor 12 Tahun 1951 tentang Senjata Api. Hukuman maksimal yang diatur dua undang-undang itu adalah penjara 20 tahun hingga seumur hidup. ADITYA MARDIASTUTI | M. RIZAL

    Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Pertama TNI Manahan Simorangkir

    DETIKCOM

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

  • KRIMINAL

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    PERKARA narkoba yang meli-batkan Bahtiar malah menguak kasus baru, yakni kepemilikan puluhan senjata api ilegal ok-num pensiunan TNI Angkatan Laut itu. Berawal dari penyelidikan kasus narkotik pula Satuan Tugas Khusus TNI AL malah membongkar kasus perdagangan uang palsu black dollar yang melibatkan se-orang oknum anggota TNI AL.

    Pengungkapan kasus itu berawal dari penangkapan Mayor Zaid Djoko Uto-mo, yang tercatat berdinas di Komando

    Armada Angkatan Laut Wilayah Barat (Armabar), oleh Satgas Operasi Khusus TNI AL. Zaid ditangkap di rumahnya, kompleks TNI AL Kodamar, Jalan Pulau Sambu, Sunter, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Rabu, 4 Maret lalu, sekitar pukul

    02.30 WIB.Zaid dicokok setelah Satgas Operasi

    Khusus dan Polisi Militer TNI AL meman-tau gerak-gerik oknum tersebut sejak 27 Februari lalu. Zaid dipantau setelah tim gabungan menerima laporan masyarakat bahwa tentara aktif itu memakai narkoba.

    Saat rumahnya digerebek tim gabung-an, Zaid berada di dalam kamarnya di lantai dua dan mengunci pintu. Sedang-kan dua re kannya, satu pria dan satu wanita, berada di lantai satu. Baru pukul 07.00 WIB Zaid keluar dari kamar dan

    DARI NARKOBAKETEMU BLACK DOLLAR

    Panglima TNI Jenderal Moeldoko (tengah) dan Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal

    Badrodin Haiti (kanan) saat serah terima barang bukti dan tersangka kasus penipuan

    black dollar.

    DOK. KADISPENUM PUSPEN TNI

  • KRIMINAL

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    ditangkap. Saat menggeledah rumahnya, Satgas

    menemukan tiga paket sabu, bong (alat isap sabu), timbangan, 3 butir ekstasi warna merah, 1 butir ekstasi warna hijau, dan 1 lembar aluminum foil. Tim juga mendapati satu pistol revolver beserta 7 butir peluru, 2 paspor, serta 4 buku ta-bungan. Setelah digelandang ke Markas Komando Armabar dan menjalani tes urine, ia dinyatakan positif menggunakan narkoba.

    Saat penggeledahan itulah Zaid meng-aku menyimpan uang palsu black dollar titipan temannya bernama I Made Gede, yang disimpan dalam tiga kotak. Made pun ditangkap dua hari kemudian, atau 6 Maret lalu, di Jakarta. Setelah dilakukan pengembangan, diketahui pemilik black dollar adalah Ketut Srianing warga Den-pasar, Bali. Ia dibekuk pada 11 Maret lalu oleh tim gabungan TNI AL dan Kepolisian Daerah Bali.

    KS (Ketut Srianing) ditangkap di Den-pasar. Informasi dari Made, black dollar

    itu milik KS. Tiga kotak ditemukan di rumah Zaid, kurang-lebih 69 ribu lembar pecahan 100 (dolar AS) dan di rumah KS ditemukan dua kotak, tapi sudah kosong, kata Komandan Satgas Operasi Khusus TNI AL Kolonel S. Irwan di Markas Komando Polisi Militer TNI AL, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Jumat pekan lalu.

    Semua barang bukti, termasuk black dollar dan mesin penghitung uang, dise-rahkan langsung oleh Panglima TNI Jen-deral TNI Moeldoko kepada Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal Badrodin Haiti dan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komisaris Jenderal Budi Waseso. Zaid di-tangani penyidik Polisi Militer. Sedangkan Made dan Ketut, yang merupakan warga sipil, akan disidik Bareskrim Polri.

    Moeldoko memastikan Zaid dipecat dari dinas tentara. Ia akan dijerat pidana atas penggunaan narkotik dan keterlibat-annya dalam penipuan uang black dollar itu. Dia (Zaid) pengguna narkotik, apa-lagi (kalau) dalam pemeriksaan sebagai pengedar, pecat itu, ujarnya.

    Black dollar secara fisik seperti kertas biasa berwarna hitam. Namun, konon, setelah dicelupkan dalam cairan yodium karbon dan dicuci air bersih, kertas akan mirip lembaran uang dolar. Menurut seorang penyidik Bareskrim, modus itu bukan hal baru di Indonesia. ELZA ASTARI RETADUARI | M. RIZAL

    Penandatanganan berita acara penyerahan barang bukti antara Panglima TNI dan Wakil

    Kepala Polri.

    DOK. KADISPENUM PUSPEN TNI

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    FOKUS

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    DUA NYAWA JENDERAL OLLA

    GEMBONG NARKOBA MEIRIKA FRANOLLA KEMBALI LOLOS DARI ANCAMAN HUKUMAN MATI SETELAH MENDAPATKAN GRASI TIGA TAHUN LALU. DAKWAAN IKUT MENGENDALIKAN PEREDARAN NARKOBA DINYATAKAN HAKIM TAK TERBUKTI. HASIL JUAL-BELI NARKOBA YANG KELUAR-MASUK KE REKENINGNYA DIAKUI OLLA SEBAGAI BISNIS TRANSFER UANG.

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    Tap untuk melihat Video BADANNYA sangat bugar. Menge-nakan kaus le ngan pendek berwarna biru dongker dan celana jins selutut, kulit wanita berusia 45 tahun itu

    terlihat cukup bersih. Di jari tangan narapidana Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Ta-ngerang itu melingkar sebuah cincin emas.

    Dialah Meirika Franolla, gembong narkoba yang dihukum seumur hidup. Dua pekan lalu, Pengadilan Negeri Tangerang memutus hu-kuman nihil atas kasus narkoba yang kembali

    menjeratnya.Olla, begitu ia disapa, terbebas dari tuntut-

    an hukuman mati tim jaksa Kejaksaan Negeri Tangerang pada Senin, 2 Maret 2015. Hakim Bambang Edi menyatakan gembong narkoba asal Cianjur, Jawa Barat, itu tak terbukti me-ngendalikan narkoba dari lapas.

    Itu berarti, dua kali sudah Olla lolos dari an-caman maut. Sebelumnya, pada 26 September 2011, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono me-ngabulkan permohonan grasi Olla dalam kasus penyelundupan kokain dan heroin senilai Rp 15 miliar. Vonis mati yang diterimanya pun ber-ubah menjadi seumur hidup. Ini mukjizat bagi saya, ujar Olla saat ditemui majalah detik, Sabtu, 14 Maret 2015.

    Ia menjalani masa hukuman antara lain dengan membatik. Dia membeli kain (untuk) dijadikan batik lalu dijual, kata pengacaranya, Troy Latuconsina.

    Olla, yang sebelumnya muslim, sejak bebe-rapa waktu lalu rajin mendalami ajaran Kristen. Ia kerap terlihat bersama terpidana kasus cek pelawat, eks Deputi Gubernur Senior Bank In-

    FOKUS

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    FOKUS

    donesia Miranda Goeltom, di acara kebaktian di dalam penjara.

    Olla juga sedang menyiapkan buku tentang perjalanan hidupnya hingga terjerembap ke lembah narkoba. Hingga kini, penggarapan buku tersebut sudah 50 persen. Saya dibantu editor Bu Kristin (Samah). Baru cari sponsor, katanya Bu Miranda, ucapnya.

    Saat disinggung mengenai eksekusi mati terhadap Rani Andriani, 40 tahun, pada 18 Ja-nuari 2015, air muka Olla berubah. Bulir-bulir air mata menetes di pipinya. Rani adalah sepupu-

    nya, yang juga terlibat dalam penyelundupan narkoba ke London 15 tahun lalu. Kalau bisa tukeran (dieksekusi), ya tukeran, kata Olla.

    Setelah permohonan grasinya dikabulkan, muncul kesaksian dari mantan napi LP Wanita Tangerang, Darmawati Dareho. Di matanya, Olla berkelakuan buruk selama di penjara. Perempuan yang dipanggil Jenderal itu suka berbuat sewenang-wenang terhadap napi lain-nya.

    Di dalam lapas, Olla membentuk geng. Ia merekrut napi-napi yang masih baru sebagai anak buah. Olla juga bebas menggunakan alat komunikasi di dalam penjara. Dengan uang berlimpah, Jenderal Olla seolah bisa berbuat apa pun. Ia bahkan membangun taman di da-lam lapas.

    Di situ dia merasa kuat, merasa berkuasa, tidak ada yang bisa ngalahin dia, tutur man-tan Deputi Pemberantasan Badan Narkotika Nasional Irjen (Purnawirawan) Benny Mamoto kepada majalah detik.

    Olla tak menampik dirinya dipanggil deng-an sebutan jenderal. Panggilan itu disematkan

    FOKUS

    Meirika Franolla seusai sidang putusan di Pengadilan Negeri Tangerang, Senin (2/3).

    MUHAMMAD IQBAL/ANTARA

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    oleh seorang napi karena Olla merupakan napi yang paling senior di LP Wanita Tangerang. Tapi dia menyangkal jika dikatakan berper-ilaku kejam terhadap sesama napi. Mungkin karena tampang saya saja kali, ujarnya berki-lah.

    Selain lantaran berkelakuan buruk, pemberi-

    an grasi kepada Olla dikecam karena dia masih terindikasi terlibat bisnis narkoba dari dalam bui.

    Sejak 2006 hingga 2010, Olla kerap memperantarai pembelian sabu yang dikendalikan oleh Hillary K. Chimezie dari Lapas Nusakambangan, Cilacap. Sindikat ini terendus sejak 2003, ketika Hillary dijebloskan ke penjara

    dalam kasus penyelundupan heroin. Setiap kali mendapat pesanan, Olla akan mengontak gembong narkoba warga Nigeria yang disebut-nya dengan panggilan Brother itu.

    Hillary menyebutkan jenis sabu dan kualitas-nya. Bila sudah disepakati, barang haram terse-

    but akan dikirim melalui kaki tangan keduanya. Setidaknya, itulah yang tersebut pada berkas banding Hillary. Olla lebih banyak mengatur pergerakan kurir, kemudian juga keuangan. Nah, Hillary-lah yang memberi instruksi, tutur Benny.

    Uang dari narkoba itu dikirim melalui trans-fer antarbank. Sekali kirim, jumlahnya Rp 10-303 juta. Olla menggunakan tiga rekening, dua di antaranya milik adiknya, Desti Maryam, dan suami Desti. Nama-nama pemilik rekening yang digunakan Olla sebagian ada di berkas perkara Hillary, seperti Fatimah Sari dan Ilham Arfiansyah.

    Hillary dicokok kembali oleh BNN pada 2012. Ia didakwa melakukan perdagangan narkoba di Indonesia dan Asia serta melakukan pencucian uang. Olla dipanggil menjadi saksi. Jaksa me-nuntut Hillary hukuman seumur hidup. Namun hakim PN Tangerang hanya menjatuhkan hu-kuman 13 tahun penjara.

    Olla kemudian diusut sendiri oleh badan antinarkotika. Pencokokan Olla dimulai dari penangkapan kurir narkoba bernama Nur Ai-

    FOKUSFOKUS

    Olla lebih banyak mengatur pergerakan kurir, kemudian juga keuangan. Nah, Hillary-lah yang memberi instruksi.

    Benny Mamoto

    HASAN ALHABSY/DETIKCOM

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    syah, 42 tahun, di Bandara Husein Sastrane-gara, Bandung, beberapa waktu lalu. Saat itu, Aisyah baru saja mendarat dari Kuala Lumpur membawa 775 gram sabu. Saat diperiksa, Ai-syah menyebut nama Olla sebagai pengatur perjalanan.

    BNN memburu bukti-bukti hingga ke rumah Olla di Cianjur. Di sana ditemukan berkas-ber-kas atas nama Hillary. Dalam proses selanjut-nya, bukti-bukti lainnya untuk menjerat Olla, seperti rekaman pembicaraan, dilengkapi. Jak-sa menghadirkan saksi pemesan, Vira Kindy,

    FOKUS

    Presiden Jokowi dan mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono

    ANTARA

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    FOKUS

    dalam persidangan.Jaksa menuntut Olla dengan hukuman mati.

    Pertimbangannya, dia mengulangi ulahnya dalam perkara narkoba, bahkan ketika sudah mendapatkan pengampunan dari presiden. Olla dijerat dengan dakwaan kumulatif, yakni Pasal 141 Undang-Undang Narkotika Nomor

    35/2009 tentang permufakatan jahat narkoba. Juga Pasal 137 ayat 1 undang-undang yang sama tentang menempatkan atau memindahkan aset dari tindak pidana narkoba.

    Tapi hakim menyatakan tidak ada bukti yang meyakinkan Olla melakukan bisnis narkoba dari penjara. Namun dia terbukti memindahkan

    FOKUS

    Makam Rani Andriani (kanan)

    MONIQUE SHINTAMI/MAJALAH DETIK

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    uang yang berasal dari tindak pidana narkoba sesuai dengan dakwaan kedua. Hakim menja-tuhkan vonis nihil karena Olla sudah dihukum seumur hidup. Narkobanya itu tidak ada, per-mufakatan jahatnya yang terbukti, kata juru bicara PN Tangerang, Krosbin Lumban Gaol kepada majalah detik.

    Namun jaksa tetap yakin Olla berbisnis narko-ba. Hakim dinilai telah mengesampingkan fak-ta-fakta yang menjadi indikasi kuat Olla terkait pengendalian narkoba. Misalnya komunikasi-nya dengan Hillary. Kepala Seksi Pidana Umum Kejaksaan Negeri Tangerang Andri Wiranofa membantah anggapan bahwa jaksa lemah da-lam membuktikan peran Olla. Transfer ada, komunikasi cukup. Saksi yang lain mengatakan iya, katanya. Kami tetap ingin (hukumannya) sesuai tuntutan, ujar Andri.

    Benny juga melihat keputusan hakim PN Ta-ngerang itu aneh. Sebab, hakim menyatakan

    FOKUS

    Troy Latuconsina

    ISFARI HIKMAT/MAJALAH DETIK

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    FOKUS

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    transfer uang hasil jual-beli narkoba yang dila-kukan Olla terbukti. Namun hakim melupakan tindak pidana yang menjadi sumber uang ter-sebut. Jadi predicate crime (transfer uang) itu yang mana? katanya.

    Olla mengakui memang memfasilitasi pengi-riman uang untuk jual-beli narkoba. Usaha itu ia sebut sebagai bisnis jasa transfer uang. Dari

    setiap uang yang ditransferkan memakai reke-ning adiknya itu, ia menarik komisi 10-15 persen. Terakhir, jumlah total transfer itu mencapai Rp 900 juta.

    Saya harus menghidupi dua anak saya, se-mentara saya tidak punya warisan rumah atau harta, katanya.

    ISFARI HIKMAT, MONIQUE SHINTAMI, IBAD DUROHMAN | IRWAN NUGROHO

    FOKUSFOKUSFOKUS

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    Sejumlah tersangka anggota sindikat narkotik internasional dihadapkan kepada para wartawan di Mabes Polri, 20 Februari lalu. Turut dipamerkan barang bukti sabu seberat 8,1 kilogram.

    DAVID MUHARMANSYAH/ANTARA

  • FOKUS

    DARURATINDONESIA

    OKTA WIGUNA | SUMBER: BNN, PUSLITKES UI | INFOGRAFIS: MINDRA PURNOMO

    JENIS KELAMIN

    50,34%

    PEKERJAAN

    ANGKA KEMATIAN

    (12.044 orang meninggal akibat narkoba sepanjang 2014)

    PENYEBAB KEMATIAN

    laki-laki perempuan

    KERUGIAN EKONOMI

    33orang per hari

    kualitas narkoba di penjara lebih baik dari di luar

    28.370 jumlah pecandu direhabilitasi oleh BNN pada 2014

    overdosis

    mengkonsumsi dua jenis narkoba sekaligus

    mengkonsumsi narkoba setelah lama tak memakai

    1

    2

    3

    Rp 23,6 triliun Rp 32,4 triliun

    22,34% tidak bekerja

    27,32% pelajar dan mahasiswa pekerja swasta, instansi pemerintah,

    wiraswasta

    2004

    2008

    2011

    2014

    Rp 48,2 triliun Rp 63 triliun

    PERMAINAN DI PENJARA

    69% jumlah penyalahgunaan narkoba di penjara

    75% jumlah peredaran narkoba yang dikendalikan dari lembaga pemasyarakatan

    No.1

    REHABILITASImenghindarkan pecandu jadi pengedar

    100.000target rehabilitasi pecandu oleh BNN pada 2015

    74,5%

    25,5%

    NARKOBA

    PEMERINTAH menyatakan Indonesia tengah dalam kondisi darurat bahaya penyalahgunaan narkotik dan obat-obatan terla-rang. Diperkirakan 33 orang meninggal per hari akibat narkoba. Ironisnya, mayoritas peredaran narkoba diatur dari balik penja-ra. Berikut ini temuan penyalahgunaan narkoba sepanjang 2014 oleh Badan Narkotika Nasional dan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia.

    PENGGUNA

    1,6 juta orang | pernah mencoba

    1,4 juta orang | rutin mengkonsumsi

    943 ribu orang | kecanduan

    4 juta orang | jumlah pengguna narkoba

    10-59 tahun

    USIA

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

  • MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    FOKUSFOKUS

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    SIHIR AFRIKA & JARINGAN NARKOBA OLLA

    MEIRIKA FRANOLLA MAHIR MEMAINKAN PERANNYA MENGATUR KURIR NARKOBA. JARINGANNYA KUAT. MEREKA TAK HANYA BERMAIN SENJATA, TAPI JUGA SIHIR AFRIKA, VOODOO.

  • MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    FOKUS

    DUA jam bersimbah darah akibat ditembus timah panas tak membuat detak jantung Mouza Sulaiman Do-mala dan empat kawannya berhenti. Lelaki asal Pantai Gading itu baru roboh tak bergerak setelah polisi mengontak Ki Gendeng Pamungkas. Paranormal itu dikenal menguasai ilmu santet dan voodoo (sihir dari Afrika).

    Itu mereka enggak mati-mati (karena) pu-nya ilmu voodoo. Lama matinya mereka, ujar Inspektur Jenderal (Purnawira wan) Alex Bam-bang Riatmodjo ketika berbincang dengan

    majalah detik.Alex mengisahkan, Mouza dan kawan-kaw-

    an didor karena melawan saat sekitar 20 polisi menggerebek mereka di kediaman Meirika Franolla di Jalan Pangeran Antasari 74, Cipete, Jakarta Selatan, Februari 2000. Kala itu, Alex, yang menjabat Kepala Direktorat Reserse Polda Metro Jaya, memimpin operasi. Pengge-rebekan itu merupakan pangkal terbongkarnya jaringan narkoba internasional di Indonesia.

    Menurut Alex, kala itu polisi belum memiliki satuan khusus antinarkoba. Juga tak ada ang-

    Meirika Franolla alias Olla setelah menerima vonis nihil dari majelis hakim Pengadilan Negeri Tangerang, Banten, 2 Maret lalu.

    MUHAMMAD IQBAL/ANTARA

  • MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    FOKUS

    garan untuk itu. Saat merintis pembentukan tim antinarkoba, Alex harus mencari sumber pendanaan sendiri. Selama enam bulan perta-ma beroperasi, tim hanya dapat menciduk pe-ngedar narkoba kelas kecil. Tapi, dari ketekunan menjaring bandar kecil ini, polisi merujuk nama Meirika Franolla (Olla), yang tak lain istri Mou-za, sebagai pemasok dagangan haram mereka.

    Siasat Mouza menikahi Olla membuat Alex curiga. Orang Afrika di Indonesia, kata mantan

    Kepala Polda Jawa Tengah itu, yang menikahi orang pribumi pasti punya masalah. Dari hasil penyelidikan, terbukti Olla dijadikan sebagai perekrut kurir narkoba dari Indonesia. Dua kurir yang kemudian berhasil ditangkap adalah Rani Andriani alias Melisa Aprilia dan Deni Se-tia Marhawan. Mereka ditangkap di lingkungan Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada 12 Februari 2000.

    Deni dicokok di deretan kursi penumpang Cathay Pacific, yang tengah bersiap lepas lan-das menuju London, Inggris. Rani ditangkap di area pendaftaran keberangkatan, sedangkan Olla diciduk saat berada di restoran cepat saji bandara. Penangkapan Olla ini menjadi petun-juk penting untuk membongkar jaringan nar-koba milik Mouza. Olla menunjukkan tempat tinggalnya di kawasan Cipete.

    Alex menyimpulkan Olla merupakan simpul jaringan narkoba dengan orang-orang Afrika. Makanya minggu depannya kami gerebek juga di Kemayoran, Jakarta. Mati semuanya itu, sampai ada intel dari Afrika yang datang ke sana, ujarnya.

    Meirika Franolla, yang juga biasa dipanggil

    Sejumlah tersangka penyelundupan narkoba di Lampung, Bekasi, dan Parepare di kantor BNN, Jakarta, April 2014.

    WAHYU PUTRO A/ANTARA

    FOKUSFOKUSFOKUS

  • MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    FOKUS

    Ika, menjalani masa remaja di Sawahgede, Cianjur, Jawa Barat. Ia mengaku pendidikannya cuma selesai sampai SMP.

    Wawan, tetangganya di Cianjur, mengenang Ika sebagai gadis bengal. Ia tak tamat SMA karena keburu hamil. Anak lelakinya diberi nama Ece. Kelahiran anak tanpa bapak inilah yang membuat dia hengkang dari kampung. Ika berkelana ke Bogor, Jakarta, hingga Bali untuk mencari nafkah. Ia disebut-sebut sempat menjadi disc jockey dengan nama Olla.

    Saat berada di Jakarta, oleh teman kosnya, Olla diperkenalkan kepada Mouza alias Tony, pedagang pakaian. Saat bertandang ke kosan dan Tony minta air minum, Olla mempersila-kan mengambil sendiri di kulkas yang kosong. Paginya, lelaki itu datang kembali dan mengisi kulkas itu.

    Olla dan Tony menikah pada 1997. Kepada keluarganya di Cianjur, Olla memperkenalkan-nya dengan nama Tajudin. Beberapa tetangga yang ditemui majalah detik mengaku tak tahu-menahu mengenai akad pernikahan Olla. Ha-nya, mereka diberi tahu bahwa Tajudin adalah suami Olla. Hubungan keduanya melahirkan

    seorang anak.Pernikahan ini tak berjalan dengan baik. Olla

    mengaku kerap disiksa suaminya karena cem-buru. Dia over-protective. Saya, kalau berang-kat, kalau tidak biru-biru (karena siksaan) itu, tidak akan berangkat, tutur Olla saat ditemui majalah detik di LP Wanita Tangerang, Sabtu, 14 Maret 2015.

    Kadung cinta, dia tetap bertahan berdamping-an dengan Tajudin. Bak kerbau dicocok hidung-nya, Olla manut saja ketika diminta menjadi kurir dan mengedarkan narkoba. Ketika Tajudin memintanya menyelundupkan narkoba ke luar negeri, Olla menerimanya sebagai tantangan.

    Itu kebodohan dan (jadi) motivasi untuk membuktikan saya juga bisa, itu semua karena cinta. Tidak mungkin saya kalau tidak cinta dipukuli atau disiksa tapi masih mau sama dia, ucapnya.

    Olla mengaku pernah ke Thailand untuk mengikuti pelatihan kurir narkoba lintas nega-ra. Selain dirinya, kata dia, ada perempuan lain berkebangsaan Thailand dan Malaysia. Aku pernah ke Prancis sendirian. Terakhir ke Argen-tina, tapi cuma nganterin uang doang, ujarnya.

    FOKUS

    Benny Mamoto

    ARI SAPUTRA/DETIKCOM

    FOKUS

    Dia sangat menguasai bagaimana rute cara ini, dia sangat menguasai sekali.

    FOKUS

  • MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    FOKUS

    Dalam catatan mantan Deputi Penindakan Badan Narkotika Nasional Benny Mamoto, semua aksi Olla itu berlangsung pada 1999. Dia sangat menguasai bagaimana rute cara ini, kata Benny. Peran Olla kemudian mening-kat dari kurir menjadi pengatur perjalanan dan kurir atau setingkat dengan bos kedua, setelah Tajudin.

    Keuntungan bisnis haram ini membuat kese-jahteraan keluarga mereka meningkat drastis. Pasangan Olla-Mouza mampu menyewa dua rumah di Cipete dan Bogor.

    lllDi dalam negeri, Olla merekrut dua sauda-

    ranya dari Cianjur, Deni Setia Marhawan dan Rani Andriani. Deni, yang terlilit utang Rp 20 juta kepada Tajudin, menebusnya de ngan menjadi kurir. Polisi mencatat lurah di Cianjur itu pernah enam kali menunaikan tugasnya. Rani, yang masih sepupu Olla dari pihak ayah, juga menerima tawaran menjadi kurir karena terbelit utang. Tugas perdananya adalah meng-antar heroin ke Bangkok.

    Meski bersaudara, hubungan Olla dengan

    Rani tak terlalu dekat. Kedua orang tua Olla bercerai dan ia tak pernah lagi berkomunikasi dengan keluarga dari pihak ayah kandungnya.

    Paman Rani, Obar Sobari, mengatakan infor-masi tempat Rani bekerja simpang siur, apakah di restoran atau kafe tempat Olla. Namun ia sempat mencurigai Rani lantaran sering beper-gian ke luar negeri. Singapura, Hong Kong, In-dia, dan Inggris adalah tujuan perjalanan Rani.

    Suatu saat ia pernah bertanya mengenai jaket yang harus diantarkannya ke luar negeri. Rani membentangkan jaket kulit. Obar pun percaya. Penghasilan yang didapat menggi-urkan. Pulang dari India, dia beli mobil Kijang, dari Inggris dijanjikan akan dapat uang Rp 400 juta, ujarnya.

    Namun kepergian Rani ke Inggris menjadi cerita lain bagi keluarga Obar. Empat kerabat yang mengantarnya ke bandara turut dicokok polisi. Mereka diborgol jempol. Dibawa ke kantor polisi dan nginep semalam di sana, ujar Obar.

    Majelis hakim PN Tangerang pada 22 Agustus 2000 menghukum mati Olla, Rani, dan Deni. Vonis berat itu membuat Rani mendendam ke-

    Obar Sobari, paman mendiang Rani

    MONIQUE SHINTAMI/DETIKCOM

    FOKUSFOKUS

  • MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    FOKUS

    pada Olla. Selama di balik jeruji besi, ia memilih tak berbicara lagi dengan Olla. Kata temannya yang di LP itu, mereka (sempat) berantem di sana. Mungkin Rani menyesal, merasa diman-faatkan, tutur seorang tetangga yang tak mau disebut namanya.

    Ketika mereka mengajukan grasi kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, cuma permohonan Olla dan Deni yang dikabulkan

    pada 26 September 2011. Hukuman mati pun diubah menjadi seumur hidup. Namun Presi-den Yudhoyono tak merespons permohonan Rani. Begitu presiden berganti ke Joko Widodo, permohonan grasi itu ditolak. Rani akhirnya meregang nyawa di hadapan regu tembak di Lembaga Pemasyarakatan Besi, Nusakam-bangan, Jawa Tengah, pada 18 Januari 2015.

    Terpidana mati Adami Wilson pernah me-nuding Olla mengeluarkan banyak uang untuk mengurus grasi. Saat mengajukan banding, ka-sasi, hingga peninjauan kembali pun demikian. Namun Olla membantah. Apa ada tampang saya nyogok Pak SBY? Harta saya cuma anak dua, itu saja, dia menegaskan.

    Soal Rani, Olla mengaku hubungan deng-annya tetap baik. Sayang, ia baru mengetahui belakangan bahwa sepupunya itu dieksekusi. Sebelum mati, Rani menulis surat untuk diri-nya. Dia minta maaf. Saya harus banyak ber-doa dan ikhlas, ucapnya dengan berlinang air mata.

    BAHTIAR RIFAI, MONIQUE SHINTAMI, IBAD DUROHMAN, ISFARI HIKMAT |

    ARYO BHAWONO

    Gang menuju rumah keluarga Olla di Cianjur, Jawa Barat.

    MONIQUE SHINTAMI/DETIKCOM

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    JURUS PERPANJANG UMUR

    LOBI-LOBI TINGKAT TINGGI MENYERTAI ANEKA UPAYA

    TERPIDANA MEMBATALKAN VONIS MATI. DIDESAK PEMIMPIN, ULAMA,

    DAN KONGLOMERAT DUNIA, JOKOWI BERGEMING.

    TERPIDANA MATI

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    JERITAN mengaduh terdengar dari dekat menara Lembaga Pemasya-rakatan Wanita Tangerang, Banten. Petugas penjara pun bergegas menu-ju ke asal suara itu dan menemukan Rani An-driani tengah merintih. Bersama dua terpidana kasus narkoba lainnya, Maya dan Angel, dia memotong jeruji sel dengan gergaji besi. Lalu

    mengendap-endap ke Pos Jaga II yang kosong, membongkar gembok, lalu naik ke menara.

    Memakai seutas tali, mereka menuruni me-nara setinggi 5 meter itu. Nahas, Rani terjatuh hingga tulang pinggang dan kakinya retak. Terluka, ia ditinggal oleh dua kawannya.

    Kejadian pada Desember 2000 itu merupa-kan satu dari sekian upaya Rani meloloskan diri dari hukuman mati yang dijatuhkan Pengadilan Negeri Tangerang pada 22 Agustus 2000. Ma-jelis hakim menyatakan Rani terbukti menye-lundupkan 3,5 kilogram heroin ke luar negeri dan itu bukan pertama kalinya.

    Rani mengajukan permohonan banding, ka-sasi, dan peninjauan kembali (PK) ke Mahkamah Agung. Ia juga ikut mengajukan permohonan uji materi sanksi hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika ke Mahkamah Konstitusi. Tapi semua kandas.

    Perempuan asal Cianjur, Jawa Barat, ini juga mengajukan permohonan grasi berbarengan dengan dua sepupunya yang mengajak berbis-nis narkoba: Meirika Franolla dan Deni Setia Marhawan (Lurah Rancagoong). Presiden Su-

    LP Wanita Tangerang, Banten, tempat Rani Andriani (insert) menjalani masa hukuman menanti eksekusi mati.

    ISFARI HIKMAT/ DETIKCOM

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    silo Bambang Yudhoyono mengabulkan grasi Franolla dan Deni, tapi tak merespons permo-honan Rani.

    Begitu presiden berganti Joko Widodo, permohonan grasi itu ditolak. Rani akhirnya meregang nyawa di hadapan regu tembak di Lembaga Pemasyarakatan Besi, Nusakambang-an, Jawa Tengah, 18 Januari 2015.

    Keluarga besar sebenarnya berharap Rani lolos dari hukuman mati seperti Franolla. Tapi kami ikhlas. Soalnya, si teteh juga ikhlas, kata sepupu Rani yang tak mau disebut namanya kepada majalah detik saat menemuinya di Cianjur, Kamis, 12 Maret.Rani termasuk gelom-bang pertama eksekusi mati terpidana narkoba sejak dimulainya pemerintahan Jokowi. Selain dia, ada Marco Archer Cardoso Moreira asal Brasil, Daniel Enemuo (Nigeria), Ang Kim Soe (Belanda), Namaona Denis (Malawi), dan Tran Thi Hanh (Vietnam).

    Eksekusi keenam terpidana narkoba itu se-olah merupakan genderang kematian bagi 58 orang yang tengah menanti giliran. Kejaksaan Agung sudah mengumumkan eksekusi ge-lombang kedua berisi 10 narapidana. Mereka adalah Serge Areski Atlaoui dari Prancis, Mary Jane Fiesta Veloso (Filipina), Martin Anderson (Ghana), Raheem Agbaje Salami (Spanyol), Rodrigo Gularte (Brasil), serta Silvester Obi-ekwe Nwaolise dan Okwudili Oyatanze asal Nigeria. Lalu ada dua anggota Bali Nine, yakni Myuran Sukumaran dan Andrew Chan.

    Mary Jane Fiesta Veloso (tengah) terpidana mati narkoba asal Filipina

    IGNATIUS ESWE /REUTERS

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    Satu-satunya orang Indonesia dalam daftar itu adalah Zainal Abidin.

    Seberapa lama lagi hidup mereka kini ber-gantung pada ketiga terpidana yang meng-ajukan PK, yakni Anderson, Serge, dan Mary Jane. Kejaksaan Agung memang menunggu

    semua sidang itu kelar karena menginginkan eksekusi sepuluh terpidana ini dilakukan secara bersamaan. Mereka mengajukan permohonan PK setelah grasi ditolak.

    Anderson mengajukan PK karena, menurut pengacaranya, Casmanto Sudra, menilai polisi berbohong ketika menyebut kliennya melawan dalam penangkapan. Anderson, kata dia, tidak mungkin berani melawan petugas bersenjata lengkap.

    Casmanto menilai tak adil jika Anderson, yang memegang 50 gram heroin, dihukum mati. Sedangkan hukuman sang bandar dalam jaringannya, Hillary, justru dikorting jadi 12 tahun setelah mengajukan permohonan PK. Hillary juga disebut sebagai sumber narkoba yang didagangkan Franolla dari penjara wanita Tangerang.

    Selain mengajukan PK, menggugat keputus-an presiden soal penolakan permohonan grasi ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) menjadi jurus kedua. Langkah ini ditempuh Serge. Dia divonis mati oleh Mahkamah Agung

    Feri membawa terpidana mati Andrew Chan dan Myuran Sukumaran menuju lokasi eksekusi oleh regu tembak di Pulau Nusakambangan.

    DARREN WHITESIDE/REUTERS

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    karena terkait dengan pabrik ekstasi dan sabu-sabu di Cikande, Tangerang, pada 11 November 2005.

    Pengacara Serge, Nancy Yulia Sanjoto, me-ngatakan kliennya layak mendapat keringanan hukuman lantaran cuma merakit alat, bukan otak pabrik Cikande. Apalagi, kata dia, Beni Sudrajat dan Lee Wen Wu, yang merupakan pemilik pabrik, hingga kini permohonan PK-nya belum diputus MA. Kami kemarin tidak boleh menghadirkan saksi ahli, padahal Beni diperbolehkan, kata Nancy.

    Selain mengupayakan langkah hukum, Serge dibantu pemerintah Prancis melobi Presiden

    Indonesia. Serge, kata Nancy, awalnya optimis-tis mendapat grasi karena sudah ada korespondensi antara pemerintah Pran-

    cis dan Presiden Yudhoyono. Tapi, setelah Jo-kowi emoh memberikan grasi, Prancis bersama negara lain menyurati Sekretaris Jenderal Per-serikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon. Kami kirim suratnya rame-rame kok, bersamaan.

    Bukan hanya Australia, ujar Nancy.Lobi antarkepala negara juga dilakukan

    Filipina. Advokat Agus Salim, yang disewa pemerintah Filipina buat mendampingi Mary Jane, menceritakan, Presiden Filipina Benigno Aquino III minta keringanan sejak pemerintah-an Yudhoyono.

    Mary mengajukan permohonan PK karena saat sidang tidak didampingi penerjemah yang mampu berbahasa Tagalog. Penerjemah yang disediakan ternyata mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris Sekolah Tinggi Bahasa Asing LIA Yog-yakarta.

    Menurut Agus, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana mengharuskan adanya penerjemah yang mengerti bahasa terdakwa. Inilah yang dia pakai sebagai novum atau bukti baru dalam PK ke MA sebagai langkah terakhir.

    Ketika (nanti) sudah diputuskan, ya sudah harus menerima putusan itu, kata Agus.

    Lain lagi dengan Chan dan Sukumaran. Warga Australia itu tak mau menyerah meski PK dan gugatan ke PTUN ditolak. Pengacara keduanya, Todung Mulya Lubis, mengulur waktu dengan

    Kami kirim suratnya rame-rame kok, bersamaan. Bukan hanya Australia.

    Nancy Yulia Sanjoto, pengacara Serge

    AGUNG PAMBUDHY/DETIKCOM

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    FOKUS

    mengajukan verset atau gugatan perlawanan terhadap putusan PTUN. Verset boleh diaju-kan dalam kurun 14 hari sejak vonis dan akan disidangkan lagi oleh PTUN.

    Jaksa Agung M. Prasetyo menilai langkah hukum para terpidana mati gelombang kedua

    sudah terbilang tak lazim. Ia mencontohkan gugatan terhadap grasi, yang merupakan hak prerogatif presiden. Itu konyol sebenarnya, ujarnya.

    Meski begitu, Prasetyo memilih menunda eksekusi hingga semua upaya hukum itu sele-sai.

    Komisi Global untuk Kebijakan Narkoba juga turut menekan Jokowi agar membatalkan hu-kuman mati. Surat yang ditandatangani Ketua Komisi Global Fernando Henrique Cardoso (mantan Presiden Brasil), Ruth Dreifuss (man-tan Presiden Swiss), dan Sir Richard Branson itu dipublikasikan 10 Maret lalu. Hukuman mati adalah bentuk sanksi yang tidak manusiawi dan gagal menimbulkan efek jera, kata Branson. Narkoba seharusnya dianggap masalah kese-hatan dan bukan pidana, miliuner asal Inggris itu menambahkan.

    Surat tersebut cuma salah satu dari sekian desakan dari dunia kepada Jokowi. Australia-

    Miliuner Inggris, Richard Branson, tengah menulis draf surat Komisi Global untuk Kebijakan Narkoba yang isinya permintaan kepada Jokowi agar membatalkan hukuman mati terpidana narkoba.

    DOK. PRIBADI

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    lah yang paling getol menekan Jokowi karena sembilan warganya terancam hukuman mati terkait narkoba. Karena mengaitkan isu ter-sebut dengan bantuan tsunami di Aceh pada 2004 banyak dikecam, Australia melunak dengan menawarkan barter tahanan. Juga menanggung biaya hidup keduanya jika sanksi diturunkan jadi penjara seumur hidup.

    Negeri Kanguru juga mengirimkan senator dan ulama Australia ke Jakarta. Namun Jokowi bergeming pada keputusannya. Memang ha-rus saya sampaikan, banyak sekali tekanan dari dunia internasional. Tapi ini kedaulatan hukum kita, kata Jokowi.

    MONIQUE SHINTAMI, IBAD DUROHMAN, ISFARI HIKMAT, DHANI IRAWAN |

    OKTA WIGUNA

    Terpidana mati asal Prancis, Serge Areski Atlaoui (berkemeja putih), saat menjalani sidang peninjauan kembali di PN Tangerang, Rabu (11/3).

    JEFRI TARIGAN/REUTERS

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    FOKUS

    Para aktivis Gerakan Nasional Anti Narkotika (Granat) melakukan aksi teatrikal saat berunjuk rasa mendukung pelaksanaan eksekusi mati terhadap para terpidana kasus narkoba, di Semarang, Jawa Tengah, 12 Maret lalu.

    R. REKOTOMO/ANTARA FOTO

    EKSEKUSI MATI MENANTI 229 WNI

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    KALANGAN diplomat Indo-nesia menjuluki kasus pem-bunuhan di Arab Saudi pada 2007 itu dengan 5 Banjar. Sebab, kasus itu melibatkan lima tenaga kerja Indonesia asal Banjar, Kalimantan Selatan. Kala itu, mereka membunuh seorang warga asal Pakistan dengan menguburnya hidup-hidup di coran semen. Ini kasus besar karena pembu-nuhan keji, kata Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri Lalu Muhammad Iqbal beberapa waktu lalu.

    Kelima pelaku terancam hukuman mati, diplomat Indonesia di Jeddah mendekati ibu kandung korban. Selama delapan tahun, mereka rajin menemui, memasakkan kuliner Pakistan, bahkan mendatangkan ambulans untuk mem-bawanya ke rumah sakit.

    Diplomat kita membantu healing luka hati sang ibu, kata Iqbal. Akhir

    tahun lalu, ibunya menyampaikan pemberian maaf tanpa diyat (uang kompensasi).

    Pengampunan itu membebaskan kelimanya dari hukuman mati. Namun sukses itu bukan berarti pekerjaan rumah Kementerian usai. Total masih ada 299 orang Indonesia lainnya yang terancam hukuman mati di luar negeri. Dari jumlah itu, 131 terancam dieksekusi

    karena kasus narkoba. Badan Narkotika Nasional mencatat mayoritas terpidana narkoba yang diancam hukuman mati itu berada di Malaysia, yakni 118 orang.

    Kementerian menjanjikan pendam-pingan tanpa pandang bulu dengan menyediakan pengacara dan memban-tu keluarga menjenguk mereka. Kami akan tetap memberikan perlindungan sampai titik darah penghabisan, kata

    FOKUS

    Satu dari dua anggota Polda Kalimantan Barat yang ditangkap Polis Diraja Malaysia, yaitu AKBP Idha Endri Prastiono (tengah), digiring sejumlah personel Polri sesaat setelah tiba di Bandara Supadio, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, September tahun lalu.

    JESSICA HELENA WUYSANG/ANTARA

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    Iqbal.Selain upaya

    hukum, Menteri Luar Negeri Retno P.

    Marsudi menyebut upa-ya diplomatik. Misalnya, kata dia,

    lewat bantuan tokoh-tokoh setempat atau melalui dewan pemaafan di Arab Saudi.

    Pemerintah pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sempat membentuk Satuan Tugas Penangan-an Kasus WNI/TKI di Luar Negeri yang Terancam Hukuman Mati. Satgas ini diketuai mantan Menteri Agama Maf-tuh Basyuni, yang sempat didampingi mantan Jaksa Agung Hendarman Supandji dan mantan Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri.

    Dibentuk pada 7 Juli 2011, setelah

    setahun bekerja, satgas ini membebas-kan 72 orang dari ancaman hukuman mati di Arab Saudi, Malaysia, Tiong-kok, Singapura, dan Iran. Sebanyak 27 orang dari total yang dilepaskan dari hukuman mati itu adalah terpidana kasus narkoba.

    Pertolongan itu diberikan seolah tanpa melihat latar belakang narapi-dana. Termasuk terpidana narkoba yang diselamatkan satgas adalah Ka-mir Santosa alias Tong Cok Sing alias Salim. Oleh BNN, dia dijuluki si Ular karena pandai mencari celah untuk kabur dari penjara dan patut diduga biasa menghabisi para saksi yang bakal memberatkannya.

    Kamir pertama kali ditangkap pada 2006 dengan barang bukti 52 ribu butir ekstasi, 8,5 kilogram sabu, dan berbagai bahan serta alat pembuat narkoba. Setelah Kamir dijebloskan ke Lembaga Pemasyarakatan Narkotika

    Cipinang, polisi menggerebek selnya dan menyita 22,7 kilogram sabu dan menahan beberapa sipir yang terlibat.

    Bebas pada 2009, Kamir bertemu dengan salah satu sipir yang jadi buron, Deni Sastori, di Tiongkok pada Mei 2010. Mereka lantas membangun pa-brik sabu di Tiongkok; Cipinang Lontar, Jakarta Timur; serta di Pademangan IV dan Mediterania, Jakarta Utara.

    BNN menggerebek pabrik di Jakarta dan menyita narkotik senilai Rp 6 mili-ar. Dibui lagi di Nusakambangan pada 2007, Kamir malah berkongkalikong dengan Kepala LP, Marwan Adli, dan menjual sabu hingga 2 kilogram per hari atau senilai Rp 2 miliar.

    Lewat bantuan sipir, Kamir memba-ngun jaringan bisnisnya lewat Internet. Hampir seluruh penjara di Tanah Air menjadi simpul bisnis gelap Kamir.

    Vonis Kamir tak pernah sampai hu-kuman mati karena nyaris tak ada sak-

    FOKUS

    Kamir Santoso alias Salim

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    si-saksi yang memberatkannya. Saksi Benny dan Afon, yang merupakan narapidana narkoba, dikabarkan tewas akibat jatuh di kamar mandi, sedang-kan Yudi ogah bicara setelah istri dan anaknya tewas.

    Menghirup udara bebas lagi, Kamir lari ke Tiongkok. Pada Desember 2010 ia ditangkap di sebuah apartemen di Guangdong, Tiongkok, yang disulap-nya jadi pabrik narkoba dan divonis

    mati oleh pengadilan setempat.Namun pengaruh Kamir masih ada

    di jaringan peredaran narkoba yang digagasnya di berbagai penjara. Pada 28 Agustus 2014, aparat Polis Diraja Malaysia menangkap Ajun Komisaris Besar Idha Endri Prastiono saat se-dang menanti paket sabu di Kuching, Sarawak.

    Idha dituding masuk jaringan Kamir karena kurir yang mengantarkan pa-

    ket itu adalah Sonia Lusi asal Filipina, yang dicatat Kepolisian RI sebagai kaki tangan Kamir. Idha juga kekasih Titi Yusnawati, yang ditengarai kuat pacar si Ular dan kerap menjenguknya di Nusakambangan.

    Adanya orang Indonesia yang ter-ancam hukuman mati di luar negeri karena kasus narkotik membuat Koalisi NGO Anti-Hukuman Mati meminta Presiden Jokowi berpikir ulang soal eksekusi. Koalisi menilai ngotot-nya Jokowi terhadap hukuman mati akan merepotkannya saat menyelamatkan orang Indonesia di luar negeri.

    Koalisi mendesak moratorium pe-nerapan hukuman (mati) di Indonesia, kata Direktur Human Rights Working Group, Rafendi Djamin. Termasuk me-ratifikasi protokol tambahan konvensi sipil dan politik tentang penghapusan hukuman mati. PRINS DAVID SAUT | OKTA WIGUNA

    FOKUS

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    Retno P. Marsudi (tengah) saat menjabat duta besar di Belanda

    DETIKCOM

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    FOKUS

    SAYA ALAMI MUKJIZAT

    APA ADA TAMPANG SAYA NYOGOK PAK SBY?

    OLLA:

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    MEIRIKA Franolla, 45 tahun, lebih suka menyebut dirinya sosok pe-nyendiri. Bukan galak dan tem-peramental, apalagi sok berkuasa selama di dalam penjara seperti dicitrakan selama ini. Anggota sindikat narkoba interna-sional yang baru lolos dari jerat hukuman mati untuk kedua kalinya itu menyebut dirinya men-dapatkan mukjizat dari Tuhan. Bukan karena mengeluarkan banyak uang untuk menyogok pihak-pihak terkait.

    Kamu pergi ke rumah saya, lihat harganya berapa. Harta saya cuma anak dua, itu saja, ujar perempuan yang biasa disapa Olla itu.

    Kepada Isfari Hikmat, yang menemuinya di LP Wanita Tangerang, Sabtu, 14 Maret 2015, Olla bercerita soal perjalanannya sebagai anggota sindikat narkoba internasional, kisah asmara dengan suaminya, Mouza Sulaiman Domala, yang tewas didor polisi 14 tahun lalu. Juga hubungan dengan sepupunya, Rani An-driani, yang dieksekusi mati Januari lalu, hingga

    Anggota ormas sayap Nahdlatul Ulama berunjuk rasa menjelang eksekusi para terpidana mati kasus narkoba, Kamis (14/3).

    DARREN WHITESIDE/REUTERS

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    perjalanan spiritualnya sebagai seorang yang baru menganut Nasrani. Berikut ini petikannya.

    Bagaimana Anda bisa terlibat jaringan narkoba internasional?

    Suami saya suka bilang, Si ini sudah bisa sampai ke luar negeri, kok kamu enggak bisa, sih? Dalam benak saya muncul, Gua juga bisa kok, siapa bilang gua enggak bisa? Tanpa berpikir panjang risikonya itu apa. Itu kebodoh-an dan termotivasi untuk membuktikan saya

    juga bisa, itu semua karena cinta. Karena, tidak mungkin saya kalau tidak cinta dipukuli atau disiksa tapi masih mau sama dia.

    Suami Anda suka menyiksa?Cemburuan dia, over-protective. Saya, kalau be-

    rangkat itu, kalau tidak biru-biru (karena pukulan) itu, tidak akan berangkat.

    Benar Anda pernah ikut pelatihan di Thailand?

    Di antara kursus atau tidak, saya memang masuk ke situ. (Di sana) ada cewek Thailand, saya, dan ada dari Malaysia. Tapi itu seputar (nonton) film saja. Ada atlas ukuran dua meter dipasang ke komputer. Jadi, karena saya tidak punya kerjaan di rumah, saya utak-atik itu saja. Kalau hijau itu jalur darat. Ini ke mana? Secara tidak langsung kita itu jadi mencari jalur baru.

    Kalau film itu menggambarkan soal apa?Di film itu bagaimana sistem airport itu se-

    perti apa.Suami Anda ikut memberikan pelatihan?Secara langsung, tidak. Karena, dia tahu saya

    tidak boleh ke mana-mana. Jadi mau tidak mau melototin itu terus (film dan peta).

    Setelah pelatihan, Anda mendapat tugas

    FOKUSFOKUS

    2014_12_05 Penenggelaman Kapal 11_Agung .jpg

    Gedung Pengadilan Negeri Tangerang.

    DOK. DETIKCOM

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    ke mana saja?Saya pernah ke Prancis sendirian. Saya ter-

    akhir ke Argentina. Tapi posisinya cuma ngan-terin uang doang. Serem juga sendirian.

    Selama di penjara, Anda dikenal galak dan berkuasa. Benarkah?

    Galak kayak gimana sih, mungkin tampang-nya saja kali. Saya itu orangnya suka menyen-diri. Kalau ada orang datang mau gabung, ya silakan.

    Karena dianggap berkuasa maka Anda dijuluki Jenderal?

    Ada namanya Mama Fifi. Dia bilang, Eh anak

    gua yang paling lama, ya, di sini. Dia jenderal, ya, jangan macam-macam! Itu maksud dia (adalah) saya. Tapi yang lain tidak memanggil saya jende-ral, manggil-nya teteh. Sekarang (saya dipanggil) mami.

    Anda pernah dituding mengeluarkan ba-nyak uang untuk mengurus grasi?

    Apa ada tampang saya nyogok Pak SBY? Kamu pergi ke rumah saya, lihat harganya berapa. Disembunyikan bagaimanapun harta saya pasti terciumlah. Harta saya cuma anak dua, itu saja.

    Dalam kasus narkoba kedua kalinya, Anda diketahui melakukan transfer dana dari penjara. Kok bisa?

    Saya memanfaatkan jasa rekening itu untuk mendapatkan keuntungan, bisnis transferan. Ka-lau saya tahu (transfer dana untuk narkoba), tentu saya tidak mau. Jasa transfer ini saya dapat (ko-misi) 10-15 persen. Karena saya harus menghidupi dua anak saya. Saya hanya lulusan SMP. Tidak punya warisan rumah atau harta. Saya bilang (ke anak-anak), mungkin pendidikanlah yang (bisa) saya berikan kepada mereka. Tapi dari mana saya dapat uang, kalau bisnis narkoba berbahaya, kan?

    FOKUSFOKUS

    Sidang Olla di PN Tangerang

    RINI FRIASTUTI/DETIKCOM

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    Belajar dari mana untuk bisnis jasa trans-feran?

    Saya lihat teman. Terima rekening transfer-an lumayan juga kayaknya. Saya panggil adik saya, Sini deh, rekening kamu saya pakai. Saya pikir, mana mungkin bisnis narkoba lewat transferan. Mungkin dari hasil pemeriksaan dari pemilik rekening ada nilai transferan yang masuk ke saya. Pada kenyataannya, saya tidak tahu ini rekening siapa.

    Kalau cuma bisnis transferannya, kok sampai ratusan juta?

    Itu kan kumulatif dari tahun berapa ke tahun berapa, dijadikan satu (total) Rp 900 juta. Bu-kan sekali transfer. Misalnya dari 2007 sampai 2011 nomor rekening terus yang saya kirim, kumulatif sekian lama, besar jadinya. Bukan se-kali transfer Rp 200 juta, transferan lagi sekian ratus juta, bukan. Jaksa juga tahu isi rekening saya itu nol.

    Banyak orang heran Anda kok bisa lolos dua kali dari hukuman mati?

    Saya tipikal tidak peduli apa kata orang. Da-lam arti kata berserah diri kepada Tuhan bah-wa kita cuma punya Dia. Kalau kita berharap

    kepada manusia, apa sih kemampuan manusia? Selama ini, saya lebih berpasrah kepada Tuhan.

    Apa yang berubah dalam diri Anda?Dulu saya memang muslim, ya. Sekarang

    saya sedang tulis perjumpaan saya dengan Dia (Olla sejak beberapa waktu lalu menganut Nas-rani). Saya lagi menulis buku dibantu editor Bu Kristin (Samah). Baru cari sponsor, katanya Bu Miranda (mantan Deputi Gubernur Senior BI Miranda S. Goeltom). Soalnya kan yang meng-alami mukjizat (itu) saya. Orang kan bilang saya bisa bayar pengacara. (Padahal) saya bayar Pak Troy (cuma) pakai hati.

    Sampai mana menuliskan mukjizat yang Anda alami ini?

    Baru sekitar 50 persen. Saya kasih ke editor masih mentah. Belum lagi tambahan mukjizat yang sekarang. Sebenarnya hidup saya itu cuma kasih Tuhan saja. Itu yang belum saya kasih tahu sama orang-orang. Kalau Tuhan sudah menghendaki kita, kita sendiri tidak bisa menolak.

    Bagaimana perasaan Anda begitu tahu Rani dieksekusi?

    Kalau saya bisa tukeran, ya tukeran. Karena

    FOKUS

    Miranda Goeltom.

    NURUL HIDAYATI/ DETIKCOM

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    saya dibohongi sama pihak lapas.Maksudnya?Saat Rani diambil itu, saya lagi sakit, diinfus.

    Saya tanya teman-teman, di mana Rani. Tapi tidak ada yang mau ngomong. Ada yang bilang Rani dibawa ke BNN lagi mengurus PK. Saya senang mendengar itu, saya kira bener. Tengah

    malam saya dengar sayup-sayup ada pembe-ritaan di televisi tentang eksekusi, ada si Rani. Saya tanya ke suster, dia bilang, Jangan mau kamu dibohongin orang. Rani itu mau diekse-kusi, kamu harus kuat. Di situ tetap saya tidak percaya. Saya telepon orang rumah, semuanya menangis. Baru saya nangis-senangisnya. Saya

    Rani Andriani saat masih hidup

    DETIKTV

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    ini saudaranya, kenapa tidak ngomong sama saya. Saya bilang, Ayo tukeran sama saya. Jangan dipikir saya tidak punya beban, orang kan lihat saya dari luarnya doang. Beban saya hidup di sini adalah yang paling berat.

    Apa pesan terakhir Rani untuk Anda?Ada surat terakhir dari Rani, dia kirim ke saya

    terakhir kali. Dia minta maaf yang sebesar-be-sarnya. Saya harus banyak berdoa dan ikhlas.

    ISFARI HIKMAT | ARYO BHAWONO

    FOKUSFOKUS

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    Tersangka kasus sindikat narkoba tahanan Nusakambangan beserta barang bukti jenis sabu ditampilkan saat rilis kasus tersebut di gedung BNN, Jakarta, Jumat (30/1).

    MUHAMMAD ADIMAJA/ANTARA

  • MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    KOLOM

    OLEH: TOMMI A. LEGOWO

    BIODATA

    Nama: Thomas (Tommi) A. Legowo

    Pendidikan: Drs, Hubungan Internasio-

    nal, Fisipol UGM, 1978-1984 Master Politik, Essex Uni-

    versity, Colchester, Inggris, 1991-1992

    Doktor Ilmu Politik, FISIP

    WACANA Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo tentang dana Rp 1 triliun dari negara untuk partai politik per tahun mengundang kon-troversi dan menyimpan berbagai pertanyaan terkait banyak hal prinsipiil maupun teknis.Tidak dijelaskan apa dasar besaran alokasi itu dan apa kualifikasi parpol untuk

    memperoleh dana sebesar itu. Wacana itu memang menjelaskan alasan perlunya santunan negara, yakni menekan tindak pidana korupsi oleh politikus.

    Alasan itu sungguh suatu ironi yang mendangkalkan logika umum. Pertama, santunan negara difungsikan untuk substitusi hasil korupsi dari politikus. Kedua, itu pun tidak diamarkan untuk memberantas, melainkan menekan, yang berarti tetap menoleransi tindak pidana korupsi oleh politikus. Ketiga, alasan itu merupakan pengakuan tidak langsung bahwa selama ini ada tindak pidana korupsi oleh para politikus.

    Sulit untuk tidak percaya karena wacana itu disampaikan oleh mantan tokoh

    IURAN ANGGOTA MERUPAKAN WUJUD NYATA DARI SAHAM YANG DITANAMKAN ANGGOTA DALAM PARTAI POLITIKNYA.

    DANA MENGERDILKAN PARPOL

    ILUST

    RASI:

    EDI W

    AHYO

    NO

  • MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    KOLOM

    utama satu parpol besar, yaitu PDI Perjuangan.Jika itu faktanya, sungguh disayangkan. Parpol yang seharusnya menjadi pionir

    dan pemangku utama untuk terselenggaranya pemerintahan yang bersih dan ber-tanggung jawab ternyata telah menjadi antitesisnya (perusaknya) sendiri. Lantas, layakkah parpol seperti itu mendapatkan santunan dari negara?

    Fakta lain menunjukkan parpol belum mampu atau bahkan kurang berkehendak menjalankan dan mematuhi prinsip-prinsip good governance melalui tata kelola dan pertanggungjawaban keuangan yang transparan dan kredibel (dapat dipercaya).

    Santunan negara untuk parpol sebenarnya diberikan sejak 2009 kepada parpol yang mempunyai kursi di DPR dan DPRD. Nilainya berdasarkan pada perolehan suara dalam pemilu. Untuk nasional, harga setiap suara sebesar Rp 108. Ini juga berlaku untuk tingkat provinsi dan kabupaten/kota dengan nilai santunan untuk setiap suara berbeda-beda.

    Sebagai lembaga yang mendapat dana dari APBN/APBD, parpol harus patuh pada aturan terkait dengan pertanggungjawaban penggunaan keuangan negara. Sampai saat ini, belum terdengar ada best practice laporan subsidi keuangan oleh parpol. Alasan yang sayup-sayup beredar, membuat laporan itu merepotkan dan tidak sepadan dengan jumlah subsidi yang relatif kecil.

    Jika selama ini prinsip pelaporan keuangan untuk santunan yang relatif kecil itu diabaikan oleh parpol, menjadi pertanyaan bagaimana parpol bisa dipercaya untuk pelaporan keuangan dalam jumlah besar?

    Selama ini, tidak terlihat ada upaya sungguh-sungguh dan terencana secara sis-tematik oleh parpol untuk mengoptimalkan penggalangan dana dari sumber-sum-ber legal: sumbangan sah yang tidak mengikat, subsidi negara, dan iuran anggota.

    Sumber sumbangan sah yang tidak mengikat, misalnya, masih sangat digantung-

    UI, 2003-2008

    Karier: Peneliti sosial-politik

    CSIS, Jakarta, 1984-2007 Ketua Departemen Poli-

    tik dan Perubahan Sosial CSIS, Jakarta, 1997-2007

    Dosen paruh waktu Pro-gram Pascasarjana FISIP UI, 2003-2005

    Pendiri dan koordinator Formappi, Jakarta, 2001-2006

    Konsultan paruh waktu untuk Democratic Go-vernance UNDP, Jakarta, 2007, 2009, 2012

    Karya: Pola Hubungan Keku-

    asaan Pemerintah dan Partai Politik Pada Masa Orde Baru dan Masa Reformasi, Studi Kasus

  • MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    KOLOM

    kan hanya pada pendiri dan tokoh parpol dalam jumlah sangat terbatas. Belum terlihat parpol menyelenggarakan penggalangan dana yang mengundang para simpatisan dan pendukung. Terutama parpol-parpol peserta pemilu, apalagi yang memperoleh kursi di DPR dan DPRD, mempunyai pendukung riil. Sampai saat ini, para pendukung ini hanya digalang sebatas untuk keperluan mendulang suara dalam pemilu.

    Sumber dana melalui iuran anggota tampaknya tidak pernah menjadi hal utama dan penting bagi para pendiri dan pengurus parpol sebagai fondasi pokok dalam mengelola, memberdayakan, dan mengembangkan parpol demokratis.

    Sebagai pilar penting demokrasi, parpol harus mampu mengelola demokrasi dalam dirinya sendiri (internal). Jika parpol gagal melakukan ini, sulit dipercaya dia dapat mendorong terselenggaranya demokrasi pada aras dan lingkup masyarakat

    Recalling Sri Bintang Pa-mungkas dan Djoko Edhi Su tjipto Abdurrahman (1995-2006), Jakarta, Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Departemen Ilmu Politik, Program Pascasarjana Ilmu Politik, 2008

    Model Demokrasi Lokal Jawa Timur, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, dan Bali, bersama R. Ziti Zuhro, Eko Prasojo, Wenny Pahlemy, Jakarta, The Habibie Center, 2011

    ILUST

    RASI:

    EDI W

    AHYO

    NO

  • MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015

    KOLOM

    dan nasional.Dalam pemahaman itu, iuran anggota sangat fundamental. Tidak peduli besaran-

    nya, iuran anggota merupakan wujud nyata dari saham yang ditanamkan anggota dalam partai politiknya. Dengan mempunyai saham, anggota mendapatkan ke-daulatannya berupa hak bersuara di dalam proses pembuatan kebijakan parpol. Karena anggota berada dan didaftar pada tingkat akar rumput, kedaulatan anggota parpol pun berawal pada tingkatan ini.

    Mewajibkan iuran anggota bukan