20140326 komunikas yakoma finali

4
Edisi Maret - 2014 | 1 KOMUNIKASI Sedikitnya 90 negara, termasuk Indonesia, kini telah memiliki undang-undang yang mengizinkan rakyatnya memperoleh dokumen- dokumen pemerintah dan informasi penting lainnya dari badan-badan publik. Meski begitu, akses kepada informasi masih menjadi persoalan. Dalam praktiknya, undang-undang kebebasan informasi ternyata tidak menjamin akses yang mulus. Apakah artinya memiliki ‘hak untuk memperoleh informasi’? Mengapa ini penting? Apakah dampaknya? Hak atas informasi, termasuk hak untuk mengakses informasi yang diselenggarakan oleh badan-badan publik, penting bagi demokrasi, pemerintahan yang bersih dan baik dan transparansi. Hak atas informasi telah dianggap sebagai hak manusia yang asasi, yang dilindungi oleh hukum internasional dan di banyak negara dijamin oleh hukum konstitusional. Secara juridis, Indonesia menjamin hak untuk memperoleh informasi terutama dalam UU Kebebasan Informasi Publik (UU KIP), UU Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), dan UU Kearsipan. Dalam penjelasan tentang UU Kebebasan Informasi Publik (UU 14/2008), Depkominfo RI mengatakan, “Transparansi atas setiap informasi publik membuat masyarakat dapat ikut berpartisipasi aktif dalam mengontrol setiap langkah dan kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Sehingga penyeleng- garaan kekuasaan dalam negara demokrasi dapat dipertanggung- jawabkan kembali kepada rakyat. Akuntabilitas membawa ke tata pemerintahan yang baik, yang bermuara pada jaminan hak asasi manusia.” Dengan demikian, pemerintah RI mengakui hak untuk memperoleh informasi sebagai bagian dari hak asasi manusia. Hak ini penting bagi demokrasi, partisipasi publik dalam pemilu dan proses pengambilan keputusan, pertanggungjawaban publik, dan pengawasan terhadap korupsi serta penyalahgunaan kekuasaan. Menolak hak rakyat untuk memperoleh informasi dan menghalangi transparansi badan- badan publik merupakan tindakan yang tidak demokratis. Dalam penjelasan Depkominfo tentang UU KIP dikatakan, “Regulasi keter- bukaan informasi publik merupakan fondasi dalam pembangun tata pemerintahan yang baik ( good governance). Pemerintahan yang transparan, terbuka dan partisi- patoris dalam seluruh proses pengelolaan kenegaraan, termasuk seluruh proses pengelolaan sumber daya publik sejak dari proses pengambilan keputusan, pelaksa- naan serta evaluasinya……. UU Keterbukaan Informasi Publik adalah salah satu wujud kontrit dari proses demokratisasi di Indonesia.” Hak kebebasan memperoleh informasi bersumber dari kebe- basan berekspresi, yang mencakup hak untuk mencari, menerima dan menyebarluaskan informasi serta gagasan-gagasan (pasal 28F UUD 45). Karena itu, hak untuk mempe- roleh informasi pada dasarnya tak dapat dilepaskan dari kebebasan pers. Secara umum ini juga berarti bahwa demokrasi dan perlindungan HAM takkan berfungsi tanpa kebebasan informasi. Sebaliknya, kebebasan informasi hanya bisa berjalan efektif jika dijamin oleh hukum, dan jika cara- cara menjalankannya dipaparkan dengan jelas dalam legislasi dan mengikat rumusan-rumusan kebijakan. Dampak Positif Era teknologi digital membuat segenap pelosok dunia sebagai ruang terbuka yang dapat diakses oleh siapa pun. Dunia kini merupa- kan sebuah galaksi yang saling terhubung bagi proses arus informasi dan komunikasi. Pemerintah mengakui bahwa keterbukaan informasi berdampak positif tak hanya bagi proses demokratisasi dan pemerintahan yang baik, tetapi juga pemberan- tasan korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan. Dikatakan, selain penting bagi terciptanya pemerin- tahan yang baik serta transparansi dan akuntabilitas, dampak positif UU KIP antara lain percepatan pemberantasan KKN, optimalisasi hak-hak masyarakat terhadap pelayanan publik, dan percepatan demokratisasi. Dalam UU KIP, informasi publik digolongkan ke dalam 5 (lima) klasifikasi: (1)Informasi yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala; (2)Informasi yang wajib diumumkan secara serta merta; (3)Informasi yang tersedia setiap saat; (4)Informasi yang dikecua- likan; (5)Informasi yang di- peroleh berdasarkan permin- taan. Nah, rakyat Indonesia kini bisa meminta informasi kepada badan-badan publik, misalnya pajak, sebagai upaya pemantauan ( watch dog ), pemberantasan korupsi dan transparansi. Peran media massa, pun media komunitas, adalah sebagai “watch dog”, serta ikut memperluas arus informasi bebas bagi publik. HAK ATAS INFORMASI oleh: Rainy MP Hutabarat Undang-undang Kebebasan Informasi Publik (dari berbagai sumber)

description

 

Transcript of 20140326 komunikas yakoma finali

Page 1: 20140326 komunikas yakoma finali

Edisi Maret - 2014 |1

KOMUNIKASI

Sedikitnya  90  negara,  termasukIndonesia,  kini  telah  memil ikiundang-undang yang mengizinkanrakyatnya  memperoleh  dokumen-dokumen pemerintah dan informasipenting  lainnya  dari  badan-badanpublik. Meski begitu, akses kepadainformasi masih menjadi persoalan.Dalam praktiknya, undang-undangkebebasan informasi ternyata tidakmenjamin  akses  yang  mulus.Apakah artinya memiliki ‘hak untukmemperoleh informasi’?  Mengapaini penting? Apakah dampaknya?

Hak  atas  informasi,  termasuk  hakuntuk  mengakses  informasi  yangdiselenggarakan oleh badan-badanpublik,  penting  bagi  demokrasi,pemerintahan yang bersih dan baikdan  transparansi.  Hak  atasinformasi  telah  dianggap  sebagaihak  manusia  yang  asasi,  yangdilindungi oleh hukum internasionaldan di banyak negara dijamin olehhukum  konstitusional.  Secarajuridis,  Indonesia  menjamin  hakuntuk  memperoleh  informasiterutama  dalam  UU  KebebasanInformasi  Publik  (UU  KIP),    UUInformasi dan Transaksi Elektronik(UU ITE), dan UU Kearsipan. Dalampenjelasan tentang UU Kebebasan

Informasi  Publik  (UU  14/2008),Depkominfo  RI  mengatakan,“Transparansi atas setiap informasipublik membuat masyarakat dapatikut  berpartisipasi  aktif  dalammengontrol  setiap  langkah  dankebijakan  yang  diambil  olehpemerintah.  Sehingga  penyeleng-garaan  kekuasaan  dalam  negarademokrasi  dapat  dipertanggung-jawabkan  kembali  kepada  rakyat.Akuntabilitas  membawa  ke  tatapemerintahan  yang  baik,  yangbermuara  pada  jaminan  hak  asasimanusia.”

Dengan  demikian,  pemerintah  RImengakui  hak  untuk  memperolehinformasi sebagai  bagian dari hakasasi manusia. Hak ini penting bagidemokrasi, partisipasi publik dalampemilu  dan  proses  pengambilankeputusan,  pertanggungjawabanpublik,  dan  pengawasan  terhadapkorupsi  serta  penyalahgunaankekuasaan.  Menolak  hak  rakyatuntuk  memperoleh  informasi  danmenghalangi  transparansi  badan-badan  publik  merupakan  tindakanyang  tidak  demokratis.  Dalampenjelasan Depkominfo tentang UUKIP  dikatakan,  “Regulasi  keter-bukaan informasi publik merupakanfondasi  dalam  pembangun  tatapemerintahan  yang  baik  (goodgovernance).  Pemerintahan  yangtransparan,  terbuka  dan  partisi-patoris  dalam  seluruh  prosespengelolaan kenegaraan, termasukseluruh proses pengelolaan sumberdaya  publik  sejak  dari  prosespengambilan  keputusan,  pelaksa-naan  serta  evaluasinya…….  UUKeterbukaan  Informasi  Publikadalah salah satu wujud kontrit dariproses demokratisasi di Indonesia.”

Hak  kebebasan  memperolehinformasi    bersumber  dari  kebe-basan berekspresi, yang mencakuphak untuk mencari, menerima   danmenyebarluaskan  informasi  sertagagasan-gagasan  (pasal  28F  UUD45). Karena itu, hak untuk mempe-roleh  informasi pada dasarnya  takdapat  dilepaskan  dari  kebebasanpers.  Secara  umum    ini  juga

berarti  bahwa  demokrasi  danperlindungan HAM takkan berfungsitanpa  kebebasan  informasi.Sebaliknya,  kebebasan  informasihanya  bisa  berjalan  efektif  jikadijamin oleh hukum, dan jika cara-cara  menjalankannya  dipaparkandengan  jelas  dalam  legislasi  danmengikat  rumusan-rumusankebijakan.

Dampak Positif

Era  teknologi  digital    membuatsegenap  pelosok  dunia  sebagairuang  terbuka yang dapat diaksesoleh siapa pun. Dunia kini merupa-kan  sebuah  galaksi  yang  salingterhubung  bagi  proses  arusinformasi  dan  komunikasi.Pemerintah  mengakui  bahwaketerbukaan  informasi  berdampakpositif  tak  hanya  bagi  prosesdemokratisasi  dan  pemerintahanyang  baik,  tetapi  juga  pemberan-tasan korupsi dan penyalahgunaankekuasaan.  Dikatakan,  selainpenting  bagi  terciptanya  pemerin-tahan yang baik serta transparansidan  akuntabilitas,  dampak  positifUU  KIP  antara  lain  percepatanpemberantasan  KKN,  optimalisasihak-hak  masyarakat  terhadappelayanan  publik,  dan  percepatandemokratisasi.  Dalam  UU  KIP,informasi  publik  digolongkan  kedalam  5  (lima)  klasifikasi:(1)Informasi yang wajibdisediakan dan diumumkansecara berkala; (2)Informasiyang wajib diumumkan secaraserta merta; (3)Informasiyang tersedia setiap saat;(4)Informasi yang dikecua-likan; (5)Informasi yang di-peroleh berdasarkan permin-taan. Nah,  rakyat  Indonesia  kinibisa  meminta  informasi  kepadabadan-badan  publik,  misalnyapajak,  sebagai upaya pemantauan(watch  dog),  pemberantasankorupsi  dan  transparansi.  Peranmedia  massa,  pun  mediakomunitas, adalah  sebagai  “watchdog”, serta    ikut memperluas arusinformasi bebas bagi publik.

HAK ATAS INFORMASIoleh: Rainy MP Hutabarat

Undang-undang Kebebasan

Informasi Publik

(dari berbagai sumber)

Page 2: 20140326 komunikas yakoma finali

2  | Edisi Maret - 2014

KOMUNIKASI

Menurut Daniel Hallin keberadaaninformasi media massa ditempat-kan  pada  tiga  bidang  atau  petaideologi. Pertama, bidang penyim-pangan  (sphere  of  deviance);kedua, bidang kontroversi (sphereof  legitimate  controversy),  danketiga, bidang konsensus. Dengankata  lain,    jika  berbicara  mediamaka tidak lepas dari mereka yangbekerja di balik dapur media, yaknijurnalis, penjaga news room danpemilik media – mereka yang  akanmembingkai  suatu  peristiwa,perilaku  atau  gagasan,  sesuaidengan wilayah atau peta ideologiyang  diyakininya,  yakni  penyim-pangan kontroversi atau konsenus.Pertanyaannya adalah, bagaimanamedia  membingkai  peristiwa,peri laku  atau  gagasan  yangmengandung unsur SARA?

Seiring  dengan  semakin  terbu-kanya  ruang  kebebasan  bereks-presi, tahun-tahun belakangan inimulai  berkecambah  jurnalismeintoleransi yang dipraktikkan olehbeberapa  media  arus  utama,terlebih media daring dan mediasosial baru. Tentu saja  ini bukankabar baik, melainkan kabar buruk,terlebih bagi para pewarta kabarbaik  yang  harus  bekerja  ekstrakeras “membasuh dan membilas”virus-virus intoleransi tersebut.

Beberapa  contoh  jurnalismeintoleransi yang terjadi di SumatraUtara: Pada Juli 2006, saat isteriGubernur Sumatra Utara, Ny. VeraRudolf  Pardede  member  paketbantuan  peralatan  ke  sekolah-sekolah Islam, terjadi demonstrasi.Beberapa surat kabar mengkons-truksi peristiwa itu sebagai bentuk“permurtadan  berkedok  bantuansosial”,  “tindakan  Yahudi  danKristenisasi”,  “penyusupan  kesekolah  Islam”,  “menyakiti  umatIslam”,  “memojokkan  Islam”,“menghina Islam”, dan “menodaiumat Islam”.

Dengan  kata  lain,  pemberianbantuan  dianggap  upaya

kristenisasi dan  mencederai umatIslam.

Contoh kutipan teks sebuah berita:“Komponen  Islam  mengklaimtindakan  Yahudi  dan  Kristenisasiharus disikapi dan dipertanggung-jawabkan secara hukum dan mintamaaf dalam tempo 7 x 24 jam. Bilahal ini tidak dilakukan maka jangansalahkan  umat  Islam  melakukanupaya  tindakan  jihad  fisabillahmeraih  hak  menghancurkankebatilan. Dengan kata lain Sumutakan berdarah.”

Ketika terjadi demonstrasi massapendukung pembentukan ProvinsiTapanuli  tahun  2009  yangmengakibatkan  meninggalnyaKetua DPRD Sumut, pemberitaanbeberapa  suratkabar  denganstigmatisasi dan pengerasan fakta(disfemisme). Ada surat kabar yangmenyebut  peristiwa  itu  sebagai“tindakan biadab ala komunis gayabaru”,  “teroris  lokal  yangmengobok-obok demokrasi”, ataumemberi  stigma  kepada  parademonstran sebagai “bandit-banditProtap”. Sebuah harian menuliskan,“Pembunuhan  itu  dilakukan  olehbandit-bandit  panitia Protap danperilaku  mereka  mirip  PKI,membunuh putra Muslim sebagaiputra  terbaik  Sumut.”  “Tindakanmassa  Protap  sangat  t idakmanusiawi, lebih hina dari perilakubinatang.”

Pada  Pilkada  Medan,  Juni  010,Sofyan Tan oleh  sejumlah mediacetak,  distigma  sebagai  “bukanpribumi”,  “keturunan  asing  yangmau menjajah dan menjual kotaMedan”,  “hendak  adakanChinatown Medan”, “kafir”, “calonyang tidak seiman/seakidah denganmayoritas  warga  Medan”,  danstigma rasial lainnya.

Pada  Mei  2011,  terjadi  kasusperubuhan masjid Al-Ikhlas di JalanTimor  oleh  sekelompok  orang.Perubuhan itu menuai protes dariumat  Islam  di  Medan.  Sebuah

suratkabar  menggambarkanperistiwa itu sebagai “penzalimanterhadap  umat  Islam oleh  pihakKodam  I/BB”.  Sedangkansuratkabar  yang  lebih  netralmenggambarkan  kasus  tersebutsebagai “pelanggaran hukum yangdilakukan  oleh  Kodam  I/BB  danPengembang.”

Contoh-contoh  di  atas  banyakditemukan  di  media arus utama.Di media  sosial  lebih hebat  lagi,lebih parah. Pekerja  gereja sepertidiakones, pendeta, penatua atauyang  lain,  harus  mengetahuibagaimana melakukan pewartaanyang damai.

Jurnalisme Berperspektif DamaiPenting

Ketika  anda  sedang  bertugasmeliput, tinggalkan agama anda dirumah. Inilah dalil bagi wartawan.Wartawan  tidak  boleh  memihakatau  mengungkapkan  dukunganmaupun prasangka mereka kepadasalah  satu  pihak.  Lebih  dari  ituwartawan  harus  menerapkanjurnalisme  damai.  Tak  sepertidisalahpahami banyak  orang,menerapkan jurnalisme damai takberarti  fakta konflik diabaikan, atautidak  diberitakan.  Konflik  tetapdiberitakan.  Tapi  wartawan  ataumedia  tak  bisa  mengenakankacamata kuda. Mereka tak bolehberpikir  hitam  putih,  seolahpenyelesaian konflik hanya kalah-menang. Orientasi utama liputanberperspektif  damai  diarahkankepada  penyelesaian  konflik.Tuntutan  seperti  ini  membuatwartawan harus berhati-hati ketikamerekonstruksi  pernyataannarasumber. Terutama pada tahappenulisan  berita.  Pernyataanekstrim,  bernuansa  prasangka,kebencian, rasis, SARA, sebaiknyadihindari.  Campur  tanganwartawan  harus  mendukungterciptanya perdamaian.

Mewaspadai Kabar-kabar KebencianOleh J. Anto

Page 3: 20140326 komunikas yakoma finali

Edisi Maret - 2014 |3

KOMUNIKASI

MENGENAL RADIO

Sumber:Dompet Dhuafa, Radio Based DisasterRisk Reduction, Jakarta, DompetDhuafa,  Agustus    2013.

Metode  pengiriman  sinyal  radio

dikenal  dengan  sebutan  AM

(modulasi amplitudo) dan modulasi

frekuensi  (FM).  Karena  itu  kita

mengenal sebutan radio AM dan

radio  FM.  Keduanya  merupakan

sinyal  radio  analog.  Seiring

perkembangan  teknologi,  kini

dikenal  wahana  komunikasi

berbasis digital yang mendorong

kepada  digitalisasi  media,  radio

digital  seperti  internet  yang

mengubah  secara  drastic  cara

pengiriman sinyal radio (transmisi

yang  menjangkau  publik

pendengarnya jauh lebih luas dan

efekltif.

Gelombang  radio  adalah  satu

bentuk  radiasi    elektromagnetik,

tertbentuik ketika obyek bermuatan

listrik  dimodulasi  (dinaikkan

frekuensinya) pada frekuensi yang

terdapat  dalam  frekuensi

gelombang radio (RF) dalam suatu

spektrum elektromagnetik.

UU  No.  32  Tahun  2002  tentang

Penyiaran menyatakan, frekuensi

radio  merupakan  gelombang

elektromagnetik yang dipergunakan

untuk penyiaran dan merambat di

udara serta ruang angkasa anpa

sarana  penghantar  buatan,

merupakan  ranah  publik  dan

sumber  daya  alam  terbatas.

Seperrti spectrum elektromagnetik

yang  lain,  gelombang  radio

merambat  dengan  kecepatan

300.000 kilometer per detik. Perlu

diperhatikan,  gelombang  radio

berbeda  dengan gelombang audio.

Gelombang radio merambat pada

frekuensi  100.000  Hz  -

100.000.000.000  Hz  sementara

gelombang audio merambat pada

frekuensi 20 Hz – 20.000 Hz.

Radio AM

Bekerja  dengan  prinsip

memodulasi gelombang radio dan

gelombang  audio.  Kedua

kelombang ini sama-sama memiliki

amplitude  yang  konstan.  Keter-

batasan teknologi AM, khususnya

menyangkut  kualitas  suara  yang

dihasilkan,  membuat  radio  AM

kurang populer.

Radio FM

Bekerja  dengan  prinsip  serupa

dengan  AM,  yaitu  dengan

memodulasikan gelombang radio

(pengantar)  dengan  gelombang

audio.  Proses  modulasi  ini

menyebabkan  perubahan  pada

frekuensi.

Radio Internet

Radio internet (dikenal dengan web

radio,  radio  streaming,  dan  e-

radio)  bekerja  dengan  cara

mentransmisikan gelombang suara

lewat  internet.  Prinsip  kerjanya

hampir  sama  dengan  radio

konvensional yang mempekerjakan

gelombang pendek (shot  wave),

yaitu  dengan  menggunakan

medium  streaming  berupa

gelombang kontinyu. Sistem kerja

ini  memungkinkan  siaran  radio

terdengar ke seluruh dunia asalkan

pendengar memiliki perangkat yang

mampu  terhubung  ke  jejaring

internet. Di  Indonesia  umumnya

radio internet tetap dikolaborasikan

dengan sistem radio analog oleh

stasiun  radio  teresterial  untuk

memperluas jangkauan siarannya.

Radio Satelit

Radio  satelit  mentransmisikan

gelombang  audio  dengan

menggunakan  sinyal  digital.

Berbeda dengan sinyal analog yang

menggunakan gelombang kontinyu,

gelombang  suara  ditransmisikan

melalui sinyal digital yang  terdiri

atas  kode  0  dan  1.  Sinyal  ini

ditransmisikan  ke  daerah  jang-

kauan yang jauh lebih luas karena

menggunakan satelit. Siaran radio

dapat  diterima  oleh  perangkat

khusus yang bisa menerjemahkan

sinyal  terinskripsi.  Siaran  radio

satelit juga hanya bisa diterima di

tempat terbuka di mana antenna

pada pesawat radio memiliki garis

pandang dengan satelit pemancar.

Radio satelitn hanya bisa bekerja

di  lokasi  yang  tak  memiliki

penghalang besar terkirimnya sinyal

seperti  pada  terowongan  atau

gedung.

Radio Digital Berdefinisi Tinggi

(Radio HD)

Radio  digital  ini  bekerja  dengan

menggabungkan sistem analog dan

digital  sekaliogus,  sehingga

memungkinkan dua stasiun digital

dan analog berbagi frekuensi sama.

Efisiensi ini membuat banyak konten

bisa  disiarkan  pada  posisi  yang

sama.  Kualitas  suara  yang

dihasilkan radio HD sama jernihnya

dengan radio satelit.

Page 4: 20140326 komunikas yakoma finali

4  | Edisi Maret - 2014

KOMUNIKASI

Peliputan Video Dokumenter di Dairi

Mewariskan Mata air KehidupanPada  10-12  Desember  2013,YAKOMA  PGI  meliput  videodokumenter  bersama  PDPK(Persekutuan  Diakonia  PelangiKasih)  -  Parongil. Isu  utama.peliputan  adalah  kerisauansebagian warga masyarakat di Kab.Dairi,  khususnya  Parongil  dansekitarnya, sejak hadirnya PT. DairiPrima  Mineral  (PT  DPM),perusahaan  yang  akan  menjalan-kan  industri  pertambangan.Menurut  catatan,  PT.  DPM  sampaisaat  ini  telah memiliki  Izin  PinjamPakai  Kawasan  Hutan  Lindung  diKab. Dairi  seluas  53,11  ha.  untukkegiatan  penambangan  bawahtanah  dan  pembangunan  saranapenunjangnya.  Izin  tersebutdikeluarkan  melalui  SK  MenteriKehutanan No. 387/Menhut II/2012.

Sejumlah  kelompok  masyarakatrisau  karena  kehadiran  tambangdapat  menimbulkan  pencemaranlingkungan,  terutama  tanah  dansumber  air.  Selain  risiko  pence-maran,  juga muncul  kekhawatiranbahwa  industri  tambang  akanmenguras  air dalam jumlah besarsehingga kebutuhan penduduk sulitterpenuhi di kemudian hari. Dalamsebuah  wawancara  video,kekhawatiran  ini  terekam  daripernyataan Penatua (Pnt.)  Saudurbr.  Sitorus,  bahwa  mereka  inginmewariskan  mata  air  kehidupankepada generasi penerus, bukan airmata.

Sikap  lain  yang  terekam  dalampeliputan  video  ini   adalah,pernyataan  Pnt.  Saut  Sitorustentang  kegigihan  masyarakatuntuk mempertahankan tanah sertalahan  mereka  dengan  tidakmelepaskannya kepada perusahaantambang,  berapapun  harga  yangditawarkan.  Ini  didasarkankesadaran  bahwa  budaya  secaraturun-temurun telah menempatkantanah  sebagai  “ibu  kandung”,bahkan  sesuatu yang kudus sebabtanah  dan  lahan    telah  memberikehidupan  bagi  penduduk.Kesadaran tersebut berkembang kekesadaran  berikutnya:  denganmengelola tanah, kehidupan dapatterus  berkelanjutan  sampai  kegenerasi penerus. Bila  tanah dijual,besar  risiko  uang  hasil  penjualanakan lenyap tak bersisa, tanpa adayang  dapat  diwariskan  kepadaanak-cucu. Kesadaran  ini    terba-

ngun berdasarkan kenyataan yangsudah  terjadi  pada  beberapapenduduk    desa,  yang    awalnyamenjual tanah kepada perusahaantambang,  namun    akhirnya  tidakmemiliki  apa  pun  saat  uang  hasilpenjualan  habis  dikonsumsi.

Dalam  budaya  dan  tradisinya,kehidupan  masyarakat  selama  iniberbasis  pada  sistem  agraris,  dimana seluruh sikap, pengetahuan,keterampilan dan budaya  dicurah-kan  untuk  pengelolaan  tanah  danlahan. Akan menjadi masalah besarbila  mereka  tiba-tiba  melepaskantanahnya, walaupun diganti dengansejumlah  uang.  Persoalan    besarmuncul  sebab  tanpa    sikap,pengetahuan,  keterampilan  sertabudaya  pengelolaan  uang, hasilpenjualan  tanah  tersebut  berapapun  jumlahnya  akan  habis  takbersisa.  Akibatnya  adalah  prosespemiskinan penduduk karena: tidakmemiliki alat produksi  lagi.

Salah  satu  argumen  perusahaantambang  untuk  membenarkankehadiran  mereka    adalah,kehadiran  industri  tambang  akanmenyediakan  lapangan  kerja  bagipenduduk  desa.  Ada  ironi  dalamargumen  ini,  ketika  staf  dari  PT.DPM,  Osdiman  Siagian,  mengakuibahwa  mayoritas  penduduk  disekitar    pertambangan  hanyabekerja  sebagai  buruh  kasar  atauburuh  rendah  karena    pendidikandan  keterampilan mereka  minim.

Staf PDPK Parongil, Debby Manalu,selaku  pendamping  masyarakatdalam  menghadapi  isu  ini,menyayangkan  pernyataan  terse-but.  Klaim  menyediakan  lapangankerja  seolah  identik  anggapanbahwa    menjadi  petani  yangmengelola  lahan  dengan  tekunbukanlah    pekerjaan.  Padahalprofesi  petani  hakikatnya  adalahpekerjaan  yang  mulia  karenaberperan  dalam  memeliharakeberlangsungan hidup di bumi.

Pemberian  lapangan kerja sebagaiburuh  kasar  pertambangan  pundapat membuka  celah kemiskinanbaru,  yaitu  ketika  masyarakatsebagai  buruh  rendah  dan  buruhkasar  menerima  upah  murah  danharus  mencukupkan  seluruhkebutuhan hidupnya dengan hanyabergantung  pada  upah  tersebut,

karena kebutuhan-kebutuhan yangselama  ini  tercukupi  daripengelolaan tanah dan lahan tidakdapat  lagi  terpenuhi    sejakmasyarakat  beralih  profesi.

Pdt.  Gomar  Gultom,  Sekum    PGI,menyatakan  gereja  harus  terusmemberikan  perhatian      terhadapisu-isu  lingkungan. Untuk  ini   duaindikator  utama  yang  dapatmenjadi  dasar  Gereja  untukmenolak  aktivitas  pembangunanadalah:  a) aktivitas tersebut hanyamenguntungkan sekelompok orang,bukan masyarakat keseluruhan;  b)bila  pembangunan    tidak  mem-perhatikan  kepentingan  jangkapanjang  dengan  tindakan  yangmerusak alam. Terkait imbauan ini,Sarah Naibaho, staf PDPK Parongil,mengungkapkan bahwa di  sebuahdesa  dekat  lokasi  pertambangan,ada  HKBP  Sopokomil  yang    akanmelakukan  kesepakatan  tukar-guling dengan PT. DPM, agar lokasigereja  tersebut  dapat  digunakansebagai lahan pembuangan limbahtambang  (tailing).  Sebagai  gan-tinya,  perusahaan  akan  menye-diakan lahan baru dengan berbagaifasilitas  bagi  pihak  gereja.   PDPKParongil  terus  coba  membangunkesadaran  di    masyarakat  bahwaini  bukanlah  permasalahan  tukar-guling,  ganti  rugi  atau  pemberianlahan  dan  fasilitas  bagi  gereja,melainkan  prinsip  bahwa  bilagereja  mau  berkompromi  danmenyerahkan  dirinya  kepadaperusahaan  yang  berpotensimerusak  lingkungan,  itu  artinyagereja gagal menjalankan tugasnyauntuk  menjaga  keutuhan  ciptaanTuhan.

Di  akhir  liputan,  disadari  bersamabahwa  pembangunan  ekonomimemang dibutuhkan, namun setiapproses  dan  keputusan  pemba-ngunan  harus  selalu  berdasarkankonteks  masyarakat    saat  ini.Konteks  saat  ini  adalah,masyarakat  serta  daerah  Parongilmerupakan  entitas  kehidupanberbasis  pertanian,  perkebunandan peternakan, sebagai “mata air”kehidupan  mereka.  Seluruh  basiskehidupan  tersebut  sangatbergantung pada  kelestarian  alamdan  daya  dukung  l ingkungan.(Prana  Sunaryo)