20130506124721

31
Ringkasan Eksekutif 2011 Penelitian dan Pengembangan Pengelolaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan 0 EXECUTIVE SUMMARY TAHUN ANGGARAN 2011 PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENGELOLAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN 2434.01.100.B

description

public

Transcript of 20130506124721

  • Ringkasan Eksekutif 2011

    Penelitian dan Pengembangan Pengelolaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan

    0

    EXECUTIVE SUMMARY

    TAHUN ANGGARAN 2011

    PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENGELOLAAN PROGRAM NASIONAL

    PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN

    2434.01.100.B

  • Ringkasan Eksekutif 2011

    Penelitian dan Pengembangan Pengelolaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Program penanggulangan kemiskinan di Indonesia, melalui program yang berbentuk

    bantuan langsung masyarakat, merupakan bentuk paradigma program pembangunan dengan

    mengedepankan partisipasi masyarakat. Menurut pandangan konsep Ekonomi

    Keynesian1paradigma pembangunan dengan mengedepankan peran pemerintah, adalah upaya

    menanggulangi kegagalan pasar2. Peran Pemerintah menurut pengalaman empirik di berbagai

    negara, mengalami kegagalan yang dampaknya lebih dari kegagalan pasar. Hal ini terjadi karena

    adanya transaction cost3 yang tinggi, menurunkan efisiensi ekonomi dan menghambat

    pemerataan dan pertumbuhan.

    Diperlukan upaya mengeser paradigma pembangunan yang bertumpu pada peran

    pemerintah semata (state centre) ke arah paradigma pembangunan masyarakat (people centre).

    Dalam kerangka tersebut program bantuan langsung masyarakat yang diberi nama PNPM-

    Mandiri, diluncurkan oleh Presiden RI tanggal 30 April 2007 di Kota Palu-Sulawesi Tengah,

    program ini sekaligus menandai keseriusan pemerintah untuk merubah logika pendekatan

    proyek menjadi program, hal ini dilakukan dengan konsolidasi program-program

    pemberdayaan masyarakat yang ada di berbagai kementrian/lembaga.

    Pelaksanaan PNPM Mandiri tahun 20074 dimulai dengan Program Pengembangan

    Kecamatan(PPK) sebagai dasar pengembangan pemberdayaan masyarakat di perdesaan

    beserta program pendukungnya seperti PNPM Generasi; Program Penanggulangan Kemiskinan

    di Perkotaan (P2KP) sebagai dasar bagi pengembangan pemberdayaan masyarakat

    diperkotaan; dan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) untuk

    pengembangan daerah tertinggal, pasca bencana, dan konflik. Mulai tahun 2008 PNPM Mandiri

    diperluas dengan melibatkan Program Pengembangan Infrastruktur Sosial EkonomiWilayah

    (PISEW) untuk mengintegrasikan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dengan daerahsekitarnya,

    dan Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP), yaitu untuk meningkatkan

    kesejahteraan masyarakat desa melalui perbaikan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan

    infrastruktur perdesaan. Selain itu Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi (PAMSIMAS),

    serta beberapa program lain telah diharmonisasikan menjadi bagian dari PNPM. Program

    tersebut adalah PNPM Mandiri Agribisnis Perdesaan, PNPM Mandiri Kelautan dan Perikanan,

    PNPM Mandiri Pariwisata, dan PNPM Mandiri Perumahan Permukiman. 1 Keynes berpendapat bahwa sistem Leissez Faire murni tidak bisa dipertahankan. Pada tingkat makro, pemerintah harus

    secara aktif dan sadar mengendalikan perekonomian ke arah posisi Full Employment-nya, sebab mekanisme otomatis ke arah posisi tersebut tidak bisa diandalkan secara otomatis. Inti dari kebijakan makro Keynes adalah bagaimana pemerintah bisa mempengaruhi permintaan agregat (dengan demikian, mempengaruhi situasi makro), agar mendekati posisi Full Employment-nya. Bab II Teori Ekonomi Klasik & Keynes Muh. Yunanto (2007) .staff.gunadarma.ac.id/Downloads/ download 14Maret2011. Hukum dasar psikologis adalah bahwa manusia secara umum dan wajar akan menaikan konsumsi mereka sesuai dengan kenaikan pendapatan mereka, tetapi tidak akan sebanyak peningkatan pendapatan mereka. (Keynes John

    Maynard, dalam Supranto, buku Ekonometrik, Jilid I, oleh J Supranto penerbit FE-UI, ed revisi 2001, dalam Supranto J, Proposal Penelitian dengan Contoh, penerbit UI, 2004. 2 Rustiadi, Ernan. Dkk, Perencanaan dan pengembangan wilayah,Yayasan Obor Indonesia , Jakarta, 2009

    3 biaya transaksi definisi : Umum : Biaya dikenakan oleh perantara keuangan seperti bank , broker , atau Penjamin Emisi Efek.

    Ekonomi : Biaya yang berhubungan dengan pertukaran dari barang atau jasa dan terjadi dalam mengatasi pasar ketidaksempurnaan . Biaya transaksi meliputi lebar kisaran : komunikasi biaya , hukum biaya, biaya informasi untuk

    menemukan harga , kualitas , dan daya tahan , dll, dan mungkin juga termasuk transportasi biaya. Biaya transaksi yang kritis faktor dalam memutuskan apakah untuk membuat suatu produk atau membeli itu. http://www.businessdictionary.com/definition/transaction-cost.html download 14 Maret 2011 4 Pedoman umum PNPM Mandiri

  • Ringkasan Eksekutif 2011

    Penelitian dan Pengembangan Pengelolaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan

    2

    PNPM pada tahun 2009 dilaksanakan di 33 propinsi, 465 kabupaten kota di 6.408

    kecamatan5, sedang untuk tahun 2010 PNPM dilaksanakan pada 6.328 kecamatan, atau

    berkurang 80 kecamatan. Pengurangan jumlah ini disebabkan karena kecamatan tersebut

    sudah menerima Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) selama tiga tahun berturut-turut dan

    dipandang telah mandiri6.

    PNPM Mandiri Perkotaan yang menjadi kelanjutan P2KP merupakan bagian dari PNPM

    inti7, pada tahun 2008 meliputi 8.813 kelurahan/desa, 955 kecamatan, 245 kota/kabupaten di

    33 provinsi. Lokasi ini merupakan lokasi lanjutan P2KP tahun 2007 dan lokasi baru. Latar

    belakang kemunculan PNPM Mandiri Perkotaan didasari pemikiran mengenai permasalahan

    kemiskinan di Indonesia8, khususnya di wilayah perkotaan. Ciri umum kondisi fisik masyarakat

    miskin adalah tidak memiliki akses ke prasarana dan sarana dasar lingkungan yang memadai,

    kualitas perumahan dan permukiman dibawah standar kelayakan, dan mata pencaharian yang

    tidak menentu.

    Strategi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan dalam

    penanggulangan kemiskinan, dengan melakukan penguatan kelembagaan masyarakat.

    Keberdayaan kelembagaan masyarakat tersebut, bertujuan menciptakan kemandirian dan

    keberkelanjutan kemampuan menyampaikan aspirasi serta kebutuhan berkaitan dengan

    kebijakan publik di tingkat lokal, baik aspek sosial, ekonomi maupun lingkungan, termasuk

    perumahan dan permukiman.

    Hasil Identifikasi memperlihatkan bahwa Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

    (PNPM) mandiri Perkotaan dalam aspek sosial, ekonomi dan lingkungan masih menghadapi

    beberapa masalah dalam pelaksanaannya. Permasalahan tersebut adalah antara lain:

    Dinamika sosial-ekonomi dan lingkungan masyarakat Indonesia, menghasilkan variasi dan

    karakteristik masyarakat, yang berbeda-beda. Di satu sisi menghasilkan masyarakat yang

    fatalis(pasrah pada nasib), disisi yang lain, menghasilkan masyarakat pejuang (fighting spirit

    yang tinggi). Kondisi tersebut terkesan diabaikan dan belum terakomodasi dalam perencanaan

    program.

    Variasi dan karakteristik masyarakat yang berbeda tersebut, berimplikasi pada partisipasi

    dan etos kerja masyarakat di lapangan, bisa jadi di karakter masyarakat tertentu Program

    Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) dianggap berhasil karena antusiasme masyarakat

    yang tinggi. Sebaliknya pada karakter masyarakat tertentu lainnya PNPM justru dianggap

    memberikan ketergantungan. Hal tersebut berpengaruh pada belum maksimalnya pelaksanaan

    pemberdayaan masyarakat.

    Alokasi anggaran pembangunan: infrastruktur, ekonomi, sosial di setiap lokasi program,

    pada kenyataannya menunjukkan persoalan kebutuhan di tiap lokasi tidaklah sama

    proporsinya. Kondisi ini secara tidak langsung menegaskan terjadinya generalisasi kondisi

    masyarakat penerima. Generalisasi kondisi ini menjadi salah satu sebab permasalahan pada

    kinerja pengelolaan program.

    5 http://ciptakarya.pu.go.id. Download 6 September 2010 6 http://arsip.tkpkri.org/berita/berita.html download 6 September 2010 7 kategori program program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat, dapat dikategorikan sebagai berikut: a. PNPM-inti: terdiri dari program/kegiatan pemberdayaan masyarakat berbasis kewilayahan, yang mencakup

    PPK, P2KP, PISEW, dan P2DTK. B. PNPM-penguatan: terdiri dari program-program pemberdayaan masyarakat berbasis sektoral, kewilayahan, serta khusus untuk mendukung penanggulangan kemiskinan yang pelaksanaannya terkait pencapaian target tertentu. Sumber: pedoman umum PNPM 8 http://www.mediawarga-bogor.co.cc/2009/01/sekilas-tentang-pnpm-mandiri-perkotaan.html dikutip dari www.p2kp.org

  • Ringkasan Eksekutif 2011

    Penelitian dan Pengembangan Pengelolaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan

    3

    Hasil di lapangan dapat ditingkatkan dengan melihat strategi pemberdayaan, dalam

    mendayagunakan seluruh potensi dan sumberdaya lokal termasuk sumberdaya manusia, alam,

    teknologi, sosial, budaya, dan ekonomi. Adapun prosesnya dimulai dari tahap internalisasi,

    pelembagaan, dan keberlanjutan, dimana pada tahap keberlanjutan terdapat strategi penyiapan

    masyarakat untuk mendorong keberlanjutan pengelolaan pembangunan secara mandiri.

    Diperlukan penelitian dan sekaligus pengembangan pada model pengelolaan yang terdapat di

    buku pedoman, yang menjadi acuan pelaku dan penerima manfaat program, sehingga

    mekanisme pemberdayaan yang berjalan dapat lebih optimal.

    B. Rumusan Masalah Penelitian

    Dari permasalahan yang dapat diidentifikasi di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian

    sebagai berikut: Bagaimana mengembangkan pelaksanaan pengelolaan Program Nasional

    Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan, sehingga mekanisme pemberdayaan

    berjalan dengan optimal?

    C. Tujuan

    Menyusun Naskah Ilmiah pelaksanaan pengelolaan Program Nasional Pemberdayaan

    Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan sehingga masyarakat dapat menjadi subyek

    pembangunan, dan terjadi kelanjutan manfaat program.

  • Ringkasan Eksekutif 2011

    Penelitian dan Pengembangan Pengelolaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan

    4

    BAB II

    GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

    A.1. Gambaran Wilayah Penelitian

    Pemilihan provinsi lokasi penelitian dilakukan berdasarkan status evaluasi status Juli

    2010 dalam prosentase yang dilakukan P2KP yang merepresentasikan kondisi BKM dan UPK

    pada tiga kondisi yaitu baik, sedang dan buruk.

    Penelitian ini mengambil lokasi di empat provinsi di Indonesia yaitu Jawa Barat, Jawa

    Tengah, Bangka Belitung, Sulawesi Selatan yang merepresentasikan kondisi/gambaran Unit

    Penegelolaan Keuangan (UPK) dan Badan Keswadayaan Masyarakat sesuai indikator penilaian

    kinerja dari P2KP, pada tiga kondisi penilaian yakni baik, sedang dan buruk berdasarkan

    evaluasi status pada bulan Juli 2010 dalam prosentase. Penelitian ini menggunakan kelurahan

    sebagai unit penelitian. Adapun rincian lokasi penelitian adalah di kota Pangkal Pinang Provinsi

    Bangka Belitung, kota Bandung Provinsi Jawa Barat, kota Pekalongan Provinsi Jawa Tengah, dan

    kota Makasar Provinsi Sulawesi Selatan.

    Bandung

    1. Kecamatan Bojong Loa Kaler, Kelurahan Kopo,

    2. Kecamatan Kiaracondong, Kelurahan Babakan Sari

    Pekalongan

    3. Kecamatan Pekalongan Barat, Kelurahan Podosugih

    4. Kecamatan Pekalongan Timur, Kelurahan Sokareja

    Pangkal Pinang

    5. Kecamatan Gabek, Kelurahan Selindung Baru

    6. Kecamatan Rangkui, Kelurahan Melintang

    Makassar

    7. Kecamatan Tamalate, Kelurahan Tanjung Merdeka

    8. Kecamatan Tallo, Kelurahan Pannampu

    Tinjauan terhadap Wilayah Penelitian akan menjabarkan secara deskriptif tentang

    kriteria pemilihan lokasi penelitian yang didasarkan pada Buku Pedoman PNPM Mandiri

    Perkotaan serta beberapa bahan pertimbangan Tim Peneliti terkait dengan esensi kegiatan

    Program PNPM Mandiri Perkotaan, yaitu sebagai program pemberdayaan masyarakat dalam

    rangka mengentaskan kemiskinan.

    Profil wilayah penelitian dalam ruang lingkup Kabupaten/Kota, Kecamatan sampai

    dengan Kelurahan/Desa dipaparkan guna memberikan gambaran umum mengenai kondisi

    atau karakteristik fisik dan non fisik masing-masing wilayah penelitian yang nantinya

    diharapkan akan mampu memberi khazanah pengetahuan/pemahaman mengenai model pola

    pemberdayaan masyarakat yang diterapkan di setiap wilayah termasuk kendala/hambatan

    yang dihadapi. Delapan kelurahan wilayah penelitian yang dipilih, yaitu Kelurahan Pasirsari dan

    Kelurahan Sukoreja di Kota Pekalongan, Kelurahan Kopo dan Kelurahan Kiaracondong di Kota

    Bandung, Kelurahan Gerunggang dan Kelurahan Melintang di Kota Pangkal Pinang serta

    Kelurahan Pannampu dan Kelurahan Tanjung Merdeka di Kota Makassar.

  • Ringkasan Eksekutif 2011

    Penelitian dan Pengembangan Pengelolaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan

    5

    Kriteria pemilihan lokasi penelitian PNPM Mandiri Perkotaan

    Berdasarkan Buku Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan (Kementerian

    Pekerjaan Umum, 2010) bahwa pemilihan lokasi sasaran dilakukan setelah melalui seleksi

    dalam beberapa langkah/tahapan, yaitu:

    a. Langkah I

    Berdasarkan data Profil Desan 2006 (dipublikasikan oleh Biro Pusat Statistik selaku instansi

    yang berwenang di bidang statistik, UU No.16 tahun 1997) dan Data Permendagri No.6

    tahun 2008 dipilih kecamatan perkotaan, yaitu kecamatan yang memiliki jumlah kelurahan

    lebih banyak daripada jumlah desa dan kecamatan yang menjadi ibukota kabupaten.

    b. Langkah II

    Dari kecamatan perkotaan tersebut dipilih seluruh kelurahan/desa yang ada dalam daftar

    lokasi Permendagri No.6 Tahun 2008 dan usulan daerah untuk wilayah pemekaran (SK

    pemekaran sebelum bulan April 2008).

    c. Langkah III

    Dari seluruh kelurahan/desa diambil daftar lokasi PNPM Mandiri Perkotaan atau PNPM

    2008 yang masuk kecamatan perkotaan atau daftar Lokasi Baru PNPM 2009 yang ada di

    kecamatan perkotaan, sedangkan daftar lokasi PNPM 2008 yang masuk ke dalam wilayah

    pemekaran kecamatan pedesaan akan difasilitasi oleh PNPM Pedesaan.

    d. Langkah IV

    Seluruh usulan calon lokasi sasaran diverifikasi oleh tim teknis PNPM Mandiri yang

    kemudian disebarluaskan daftar final lokasi sasaran PNPM Mandiri Perkotaan 2009.

    Diagram 2.1. Bagan Penetapan Lokasi Kelurahan/Desa Sasaran PNPM Mandiri Perkotaan

    Sumber: Pedoman Pelaksanaan PNPM MP, 2010

  • Ringkasan Eksekutif 2011

    Penelitian dan Pengembangan Pengelolaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan

    6

    Mengacu pada Data Distribusi/Sebaran Lokasi Penerima Manfaat PNPM Mandiri Perkotaan

    yang telah selesai dilaksanakan di seluruh Indonesia, Tim Peneliti melakukan seleksi pemilihan

    lokasi penelitian dalam beberapa langkah/tahapan:

    a. Langkah I

    Berdasarkan penilaian terhadap kinerja BKM dan partisipasi aktif UPK pada kegiatan PNPM

    Mandiri Perkotaan yang telah selesai atau sedang berlanjut di beberapa kota di Indonesia,

    dilakukan pemilihan 4 lokasi kecamatan perkotaan yang termasuk dalam penilaian kondisi

    baik, sedang dan buruk. Pemilihan lokasi berdasarkan kinerja yang dicapai oleh masing-

    masing kecamatan perkotaan akan diteliti guna merumuskan faktor-faktor yang

    mempengaruhi kinerja PNPM Mandiri Perkotaan yang tentunya tidak akan lepas dari

    karakteristik setiap wilayah. Propinsi Bangka Belitung mempresentasikan kondisi BKM baik

    pada lokasi lama dan baru, propinsi Jawa Tengah mempresentasikan kondisi BKM baik pada

    lokasi lama, baru dan lanjutan, propinsi Sulawesi Selatan mempresentasikan kondisi sedang

    pada lokasi lanjutan, lama maupun baru dan Propinsi Jawa Barat mempresentasikan kondisi

    UPK buruk

    b. Langkah II

    Dari ke-4 propinsi tersebut dipilih 1 kota dan 2 kecamatan perkotaan dengan jumlah PNPM

    Mandiri Perkotaan paling besar dan sekaligus memiliki tantangan paling besar proses

    implementasi program PNPM Mandiri Perkotaan.

    c. Langkah III

    Dari masing-masing 2 wilayah kecamatan terpilih di setiap kotamadya/kabupaten, dipilih

    masing-masing 1 kelurahan/desa dengan angka kemiskinan yang paling tinggi sebagai

    sasaran utama program PNPM Mandiri Perkotaan.

    Diagram 2.2. Bagan Penetapan Lokasi Kecamatan & Kelurahan/Desa Wilayah Penelitian

    Sumber: Dokumen Tim Peneliti, 2011

  • Ringkasan Eksekutif 2011

    Penelitian dan Pengembangan Pengelolaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan

    7

    BAB III

    METODOLOGI

    A. Pendekatan

    Pendekatan utama penelitian adalah kualitatif, dengan pendekatan kuantitatif sebagai

    pendukungnya. Metode penelitian adalah metode campuran (mixed methods). Metode kualitatif

    dilaksanakan dengan teknik analisa isi (content analysis), dengan obyek penelitian adalah

    pengelola program di masyarakat, pejabat publik di lokasi penelitian, fasilitator pendamping

    yang menjembatani pemerintah dengan masyarakat dan masyarakat penerima manfaat.

    Metode kuantitatif dilaksanakan dengan teknik pengukuran harapan dan kinerja

    (importance performance analysis) dengan obyek penelitian adalah pengelola program dan

    kelompok masyarakat penerima manfaat PNPM Mandiri Perkotaan dengan variable penelitian

    berkaitan dengan masalah dilihat dari kesenjangan antara konsep program dan implementasi

    program.

    B. Jenis dan Sifat Penelitian

    Penelitian ini berdasarkan tujuan riset digolongkan dalam penelitian studi kasus (case

    study), pelaksanaannya ditujukan untuk merumuskan pola penyiapan masyarakat penerima

    manfaat PNPM Mandiri Perkotaan dengan mengambil studi kasus di beberapa lokasi (empat

    propinsi).

    Sedangkan menurut waktu pelaksanaan digolongkan sebagai penelitian sekali waktu (cross

    sectional) yang mengambil setting waktu dan kondisi serta karakter masyarakat pada saat

    penelitian dilakukan (pada tahun 2011). Sehingga dinamika masyarakat yang terjadi sebelum

    dan sesudah penelitian dilakukan tidak merupakan fokus penelitian.

    Penelitian berdasarkan manfaatnya merupakan penelitian terapan yang hasilnya perlu

    segera disampaikan pada pengelola PNPM Mandiri Perkotaan di pusat maupun lokasi

    penelitian.

    Penelitian yang dilakukan mencari penjelasan (eksplanasi) mengenai pola penyiapan

    masyarakat yang terbaik berdasarkan pelaksanaan program di lokasi penelitian. Penelitian ini

    juga bertujuan mencari sebab-akibat hubungan dalam pola penyiapan masyarakat. Penelitian

    juga mengambil studi kasus di satu lokasi untuk melihat peranan perbedaan gender dalam

    pengelolaan program.

    Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan lebih tepat

    diklasifikan sebagai bentuk bantuan jasa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

    dibandingkan sebagai bentuk bantuan barang, walaupun dalam pelaksanaannya dimungkinkan

    untuk diwujudkan barang. Seperti defenisi jasa menurut Kotler (1994:64) dalam Supranto

    (2004;56) Jasa adalah semua kegiatan atau penyediaan yang diberikan sebuah institusi kepada

    pihak lain yang dasarnya tidak berujud (intangable) dan tidak menghasilkan kepemilikan.

    Dalam pelaksanaannya bisa terikat pada produk fisik maupun tidak.

    Definisi Jasa yang dapat menggambarkan pelaksanaan program juga dikemukakan

    Supranto (2004:56) jasa/pelayanan merupakan kinerja penampilan, tidak berwujud dan cepat

    hilang, lebih dapat dirasakan daripada dimiliki, serta pelanggan lebih dapat berpartisipasi aktif

    dalam proses mengosumsi jasa tersebut. Program PNPM Mandiri Perkotaan lebih merupakan

    bentuk pemberdayaan, hasil yang didapat lebih dapat dirasakan daripada dimiliki, dan

    memberikan ruang yang besar bagi masyarakat penerima manfaat untuk berperan sera aktif.

  • Ringkasan Eksekutif 2011

    Penelitian dan Pengembangan Pengelolaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan

    8

    Dalam pengelolaan jasa diperlukan pemetaan masalah kesenjangan antara harapan dari

    penerima manfaat dan persepsi pengelola/manajemen, pengelola tidak selalu memahami benar

    apa yang menjadi kenginan dari pelanggan/penerima manfaat.

    Penelitian yang dilakukan untuk memetakan pengembangan pengelolaan dilakukan dengan

    merumuskan masalah sampai menyampaikan hasil penelitian seperti pada tabel 3. Variabel

    variabel yang dipakai untuk mengukur pengelolaan jasa PNPM Mandiri Perkotaan, didefinisikan

    sesuai urutan pada tabel 2. dilakukan dengan kegiatan:

    1. Menentukan tujuan survey

    Mendapatkan peta pengelolaan PNPM Mandiri Perkotaan yang terdapat di empat lokasi

    penelitian dan upaya untuk memperkuatnya.

    2. Sumber informasi

    Instansi Pusat (Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan dan Satker P2KP)

    Tim Koordinas Pelaksanaan PNPM (TKPP) yang anggotanya terdiri dari pejabat instansi

    terkait di daerah di bawah koordinasi TKPKD Kabupaten/Kota.

    Koordinator Kota PNPM dan perangkat/ staf terkait lokasi penelitian

    Lurah/Kades dan perangkatnya

    Relawan masyarakat

    BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat)

    KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat)

    Masyarakat penerima manfaat program

    3. Instrumen dan metode pengukuran

    Pengukuran pola pengelolaan PNPM Mandiri Perkotaan dilakukan dengan membuat

    konsep model pengelolaan dan variabel yang berpengaruh di dalamnya.

    Penelitian dilakukan terhadap masukan (input), tahapan proses dan hasil dari program

    Aspek, variabel dan indikator yang digunakan adalah seperti terdapat dalam tabel 3

    Tabel 3.1. Aspek, variabel dan indikator dalam penelitian kualitatif Aspek Variabel Indikator

    Input

    Keuangan Alokasi anggaran, penggunaan

    Tenaga Usia, pendidikan, pekerjaan, kekayaan, keahlian

    Teknologi TTG,

    Nilai nilai Prinsip PNPM (gender)

    Motivasi Alasan pelaksanaan, musrenbang,

    Dukungan kebijakan Koordinasi, komunikasi

    Tujuan Program, daerah infrastruktur

    Kegiatan program

    persiapan Pengembangan program, penetapan lokasi, komunikasi, sistem informasi,

    monev

    perencanaan partisipatif Masyarakat, pemerintah, swasta

    pelaksanaan kegiatan Swakelola, otonomi dibantu fasilitator/konsultan

    Monitoring Pemantauan sesuai tujuan sasaran

    Evaluasi Kinerja pelaksanaan

    Pelaporan Berkala, berjenjang

    sosialisasi. Pemahaman kepada perangkat pemerintah, masyarakat dan swasta

    Institusi Program

    Kelurahan Koordinasi, pelaporan, komunikasi, informasi, sangsi, penghargaan,

    peresmian Kecamatan

    Kota/ Kabupaten

    Alokasi

    Infrastruktur/ teknis

    Perencanaan, pelaksanaan, monitoring - evaluasi Sosial

    Ekonomi

    Hasil

    Perlindungan sosial Inisiasi (program-masyarakat), inovasi, institusi, intervensi

    Pemberdayaan masyarakat Keterlibatan, pengambilan keputusan

    Pengembangan usaha dan

    ekonomi kecil-menengah Rencana tindak lanjut, pelaksanan, monitoring - evaluasi

  • Ringkasan Eksekutif 2011

    Penelitian dan Pengembangan Pengelolaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan

    9

    Tabel 3.2. Alur Penelitian

    Latar belakang penelitian Dinamika sosial-

    ekonomi dan

    lingkungan

    masyarakat Indonesia

    Variasi dan

    Karakteristik

    masyarakat

    Alokasi anggaran

    pembangunan

    strategi pemberdayaan

    Rumusan Masalah Penelitian: Bagaimana

    mengembangkan

    pengelolaan PNPM

    Mandiri Perkotaan,

    sehingga mekanisme

    pemberdayaan berjalan

    dengan optimal?

    1. Naskah Ilmiah Review/

    Kajian Pelaksanaan

    PNPM Mandiri

    Perkotaan

    2. Model Pengelolaan

    PNPM Mandiri

    Perkotaan

    Pengelola Program

    masyarakat dapat menjadi subyek pembangunan

    Terjadi kelanjutan manfaat program

    Pendekatan Utama > Kualitatif

    Kualitatif 1. Pusat

    a) Direktorat Penataan

    Bangunan dan Lingkungan,

    Cipta Karya

    b) Advisory P2KP

    2. Daerah

    a) Pengelola Program di tingkat,

    Kota/Kabupaten, Kecamatan,

    Kelurahan

    b) Tim Fasilitator

    c) Pengurus LKM/KSM

    Kuantitatif 1. Pengelola Daerah

    d) Pengelola Program di tingkat,

    Kota/Kabupaten, Kecamatan,

    Kelurahan

    e) Tim Fasilitator

    f) Pengurus LKM/KSM

    2. Masyarakat Penerima Manfaat

    Kota Kelurahan Sampel Bandung Babakan

    sari 30

    Kopo 30 Pekalongan Sokorejo 30

    Podosugih 30 Makassar Tanjung

    Merdeka 30

    Pannampu 30 Pangkal Pinang Selindung

    Baru 30

    Melintang 30

    Pengukuran 1. Harapan

    2. Kinerja

    Terhadap (program): 1. Input

    2. Kegiatan

    3. Institusi

    4. Alokasi

    Pengukuran 1. Harapan

    2. Kinerja

    Terhadap (program): 1. Input

    2. Kegiatan

    3. Institusi

    4. Alokasi

    5. Hasil jangka

    pendek

    Lokasi Penelitian

    Observasi

    Studi Dokumentasi

    Hambatan dan Strategi Pengelolaan PNPM Mandiri Perkotaan

  • Ringkasan Eksekutif 2011

    Penelitian dan Pengembangan Pengelolaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan

    10

    C. Populasi dan Sampel Penelitian

    Penelitian dilakukan dengan dua metode, yaitu metode utama kualitatif dan kuantitatif;

    Metode kualitatif menggunakan 2 unit populasi, yaitu: pengelola program pusat dan daerah

    penelitian. Pengelola program akan memperlihatkan kesesuaian/ketidaksesuaian pernyataan

    pengelola dengan buku ketentuan dalam pedoman. Populasi yang menjadi responden dibagi

    menjadi:

    1. Pusat

    Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan, Cipta Karya

    Advisory P2KP

    2. Daerah

    Pengelola Program di tingkat, Kota/Kabupaten, Kecamatan, Kelurahan

    Tim Fasilitator

    Pengurus BKM/KSM

    Metode kualitatif menggunakan sampel tokoh yang pendapatnya dapat merepresentasikan

    institusi yang diwakilinya. Jumlah sampel bukan merupakan penentu dalam penelitian kualitatif

    tetapi kemampuan dan kompetensi sampel dalam merepresentasikan pendapat institusi yang

    berada dalam populasi.

    Metode kuantitatif juga menggunakan 2 unit populasi, yaitu: pengelola program daerah

    penelitian dan masyarakat penerima manfaat. Persepsi Pengelola program akan

    diperbandingkan dengan persepsi masyarakat penerima manfaat. Populasi yang menjadi

    responden dibagi menjadi:

    3. Pengelola Daerah

    Pengelola Program di tingkat, Kota/Kabupaten, Kecamatan, Kelurahan

    Tim Fasilitator

    Pengurus BKM/KSM

    4. Masyarakat Penerima Manfaat

    Kota Kelurahan Sampel

    Bandung Babakan sari 30

    Kopo 30

    Pekalongan Sokorejo 30

    Podosugih 30

    Makassar Tanjung Merdeka 30

    Pannampu 30

    Pangkal Pinang Selindung Baru 30

    Melintang 30

    Metode kuantitatif, untuk Pengelola daerah menggunakan sampel tokoh yang

    pendapatnya dapat merepresentasikan institusi yang diwakilinya, seperti metode kualitatif.

    Jumlah sampel untuk tiap kelurahan di lokasi penelitian dipilih menggunakan metode kuota

    yaitu 30 sampel tiap kelurahan.

    D. Metode Pengumpulan Data

    Penelitian Konsep Penyiapan Masyarakat Penerima Manfaat pada Program PNPM Mandiri

    Perkotaan melakukan pengumpulan data dan informasi pada survei pendahuluan dan lapangan

  • Ringkasan Eksekutif 2011

    Penelitian dan Pengembangan Pengelolaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan

    11

    melalui angket (kuesioner), wawancara, diskusi kelompok fokus, observasi, studi dokumentasi

    atau kombinasi diantaranya.

    1. Kuesioner

    Daftar pertanyaan yang diajukan bersifat tertutup dan terbuka. Pertanyaan tertutup

    merupakan pertanyaan yang jawabannya sudah disediakan, sehingga responden hanya

    memilih salah satu jawaban yang ada. Pertanyaan terbuka merupakan pertanyaan yang

    tidak dilengkapi jawaban, sehingga responden bebas menjawab secara mandiri.

    2. Wawancara

    Wawancara dilakukan terhadap pimpinan dan staf instansi / unit kerja terkait kegiatan

    PNPM.

    3. Observasi

    Observasi dilakukan dengan mengamati secara langsung pelaksanaan dan hasil PNPM

    dilokasi penelitian. Observasi ini untuk melihat modal dan permasalahan.

    4. Studi Dokumentasi

    Studi Dokumentasi dilakukan dengan mempelajari atau melakukan review terhadap

    peraturan terkait, laporan-laporan yang ada dan dokumen-dokumen pendukung

    lainnya.

    E. Analisis Data

    Penelitian menggunakan metode campur (mix method), sehingga analisis yang digunakan juga

    menggunakan campuran kualitatif dan kuantitaif. Data kualitatif dianalisis menggukan teknik

    analisis isi atau content analysis. Sedangkan data kuantitatif dianalisis menggunakan teknik

    pengukuran harapan dan kinerja atau importance performance analysis.

    Analisis isi atau content analysis

    Analisis isi merupakan teknik penelitian untuk membuat kesimpulan yang dapat ditiru

    dan berlaku dari sebuah teks (atau bahan bermakna lain) sehingga ditemukan konteks

    penggunaannya. Analisis isi memberikan wawasan baru, meningkatkan pemahaman peneliti

    tentang fenomena tertentu, atau menginformasikan tindakan praktis. Analisis isi karya seni,

    gambar, peta, suara, tanda, simbol, dan bahkan catatan numerik dapat dimasukkan sebagai data,

    yang mungkin dianggap sebagai teks. Perbedaan penting dibandingkan dengan metode

    penelitian lain, adalah bahwa teks akan memberikan arti sesuatu kepada seseorang, dibuat

    untuk memberikan makna, sehingga makna ini tidak boleh diabaikan.

    Analisis isi secara sederhana dan umum dapat dijelaskan dengan menggunakan

    beberapa komponen konseptual:

    Sebuah tubuh teks merupakan data, sehingga analisa isi dapat dianalisis

    Sebuah pertanyaan penelitian sehingga analisis dialakukan sebagai upaya untuk

    menjawabnya, dengan cara memeriksa tubuh teks secara keseluruhan

    Sebuah konteks pilihan analisa untuk memahami tubuh teks

    Sebuah analisis konstruk yang operasional sehingga ditemukan konteks kesimpulan

    yang dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan penelitian, yang merupakan

    pemenuhan dasar dari analisis isi

    Memvalidasi bukti, yang merupakan pembenaran akhir dari analisis isi

    Seperti penelitian sosial pada umumnya, analisis isi mencakup empat macam kegiatan:

    1. Merancang analisis

    2. Penulisan proposal penelitian

  • Ringkasan Eksekutif 2011

    Penelitian dan Pengembangan Pengelolaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan

    12

    3. Menerapkan rancangan penelitian

    4. Menceritakan hasil

    Pengukuran Harapan dan Kinerja atau Importance Performance Analysis.

    Teknik pengolahan data menggunakan Analisis Tingkat Kepentingan/harapan dan

    Kinerja/Kepuasan konsumen (Importance-Performance Analysis), membandingkan antara

    harapan dengan pelaksanaan, kemudian dilanjutkan dengan membuat diagram kartesius yang

    menggambarkan atribut mana yang perlu diperbaiki dan dianggap penting serta telah

    memuaskan ataupun kurang memuaskan yang dibagi ke dalam empat bagian.

    Gambar 3.1. Kuadran Pengukuran

    Dalam penelitian ini terdapat 2 buah variabel yang diwakilkan oleh huruf X dan Y, di mana

    X merupakan tingkat kinerja/pelaksanaan yang dapat memberikan kepuasan konsumen,

    sedangkan Y merupakan tingkat kepentingan/harapan konsumen

    Analisis data dilakukan dengan melakukan studi analisis terhadap konsep kebijakan PNPM

    dan implementasinya terutama dari berubahnya paradigm proyek ke program, dan melakukan

    analisis eksplanasi terhadap permasalahan dan peta sosial kemasyarakatan di lokasi penelitian.

    Analisis data kualitatif menggunakan analisis isi atau content analysis, dengan melakukan

    peringkasan dari buku pedoman program, dan memperhatikan pernyataan tokoh-tokoh kunci,

    terutama ditujukan kepada jenis variabel yang diteliti dan konteks pesan dibuat.

    Data dokumen dan pernyataan, dibuat ringkasan dan dikelompokkan dengan

    memperhatikan pernyataan, atau aspek yang sering muncul. Kemudian dicari teori yang relevan

    dan dianalisis untuk dapat dibuat menjadi rekomendasi.

    Analisis data kuantitatif menggunakan skala likert yang terdiri dari 5 tingkatan untuk

    mengukur harapan atau tingkat kepentingan dan kinerja atau tingkat kepuasan, seperti pada

    tabel 3. Pada penelitian ini aspek yang berada di tengah, yaitu criteria cukup, dihilangkan untuk

    menghindari keragu-raguan dari responden, dalam menjawab pertanyaan.

    Tabel 3.3. Skala Pengukuran

    No Kepentingan Kinerja Nilai

    1 Sangat penting Sangat baik 4

    2 Penting Baik 3

    3 Cukup penting Cukup baik Di hilangkan untuk menhindari

    keragu-raguan dari responden

    4 Kurang penting Kurang baik 2

    5 Tidak penting Tidak baik 1

    Data dari penerima manfaat akan diperbandingkan dengan data dari pengelola/manajemen

    untuk melihat sejauh mana tingkat kesesuaian kepentingan-kinerja dari sudut pandang masing-

    masing.

    Harapan/kepentingan

    Kinerja/kepuasan

    Kuadran IV Terlalu berlebihan

    Kuadran I

    Pertahankan

    Kuadran II Fokus pada hal

    ini/prioritas utama

    Kuadran III Abaikan/prioritas rendah

  • Ringkasan Eksekutif 2011

    Penelitian dan Pengembangan Pengelolaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan

    13

    Rumus yang digunakan dalam menganalisis data adalah:

    1.

    2.

    3.

    Di mana :

    Tki = tingkat kesusuaian

    = nilai penilaian kinerja

    Yi= nilai penilaian kepentingan

    = nilai rata-rata kinerja

    = nilai rata-rata kepentingan

    jumlah responden

    K = banyaknya variabel yang mempengaruhi

    F. Lingkup Kegiatan

    Tinjauan pengelolaan PNPM Mandiri yakni dilakukan dengan mereview pola

    pelaksanaan program PNPM Mandiri Perkotaan dengan membuat konsep model

    pengelolaan.

    Melakukan penelitian terhadap pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri perkotaan dengan

    menggunakan teori analasis isi (content analysis) harapan dan kinerja (Importance

    Performance Analysis).

    Mendapatkan penilaian elemen kebijakan tentang pelaksanaan PNPM Mandiri

    Perkotaan.

    Merumuskan rekomendasi pola penyiapan masyarakat yang menjamin keberlanjutan

    PNPM Mandiri Perkotaan.

    G. Tahapan Kegiatan

    1. Koordinasi internal tim pelaksana

    2. Koordinasi eksternal dengan pemangku kepentingan program PNPM

    3. Penyusunan laporan pendahuluan

    4. Pembuatan alat/instrumen pengumpulan data

    5. Pengecekan validasi instrumen dan penentuan besarnya sampel

    6. Pengumpulan data/informasi:

    7. Mengumpulkan panduan terkait PNPM

    8. Mengumpulkan dokumen PNPM di lokasi penelitian

    9. Membuat karakteristik permasalahan lokasi penelitian

    10. Membuat karakteristik kondisi lokasi penelitian

    11. Melakukan analisis data dengan membandingkan antara konsep program dan

    implementasinya. Dan analisis eksplanasi terhadap permasalahan dan peta sosial

    kemasyarakatan di lokasi penelitian.

  • Ringkasan Eksekutif 2011

    Penelitian dan Pengembangan Pengelolaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan

    14

    12. Menyusun konsep naskah ilmiah penyiapan masyarakat penerima manfaat program

    PNPM.

    13. Seminar/workshop hasil laporan sementara

    14. Penyempurnaan isi laporan

    15. Penggandaan laporan

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    Analisis Data

    4.1. Input Kegiatan

    Aspek dari input kegiatan yang memiliki perbedaan karakter dari 4 empat lokasi

    penelitian adalah aspek motivasi, dukungan kebijakan, keuangan, tujuan dan teknologi. Aspek

    lain yaitu tenaga dan nilai-nilai relatif sama.

    Pada aspek motivasi hal yang dapat dipelajari dari kota Pekalongan adalah Peran tokoh

    masyarakat dan kepala daerah di Pekalongan sangat penting menentukan keberhasilan input

    kegiatan mencakup motivasi karena dapat menggerakkan masyarakat penerima manfaat. dari

    kota. Kota Makassar memiliki pengalaman baik dari aspek motivasi, yaitu adanya dorongan

    motivasi dari pemangku kepentingan PNPM sangat besar yang ditunjukkan dengan adanya

    pembagian wewenang dalam penanganan masalah sosial ekonomi yang menjadi tanggunjawab

    Bappeda dan masalah infrastruktur yang menjadi tanggungjawab dinas PU.

    Aspek dukungan kebijakan terlihat di kota Pekalongan dengan munculnya tokoh

    masyarakat dan bahkan kepala daerah yang berasal dari basis kegiatan masyarakat. Dukungan

    kebijakan dapat menstimulasi dana-dana pendukung kegiatan pemberdayaan. Dana

    pemberdayaan dapat menjadi prioritas anggaran daerah. Dukungan kebijakan menyebabkan

    modifikasi PNPM yang menghasilkan sinergi antar pemangku kepentingan. Dukungan kebijakan

    di kota Bandung, terlihat dari apresiasi pemerintah daerah untuk melanjutkan program dengan

    menggunakan APBD. Dari data kuantitatif, pihak pengelola menganggap sudah cukup baik

    dukungan dari pemerintah daerah dalam melaksanakan PNPM MP. Pengelola PNPm melihat

    dukungan kebijakan dari pemerintah (pusat dan daerah) merupakan prioritas terpenting

    kedua.

    Aspek keuangan memberikan gambaran masih bertumpunya masyarakat pada alokasi

    kegiatan infrastruktur. Kisaran uang yang dikelola BKM mulai dari 60 juta hingga 200 juta

    rupiah. Catatan mengenai kesesuaian kelancaran proses pencairan dana dengan pelaksanaan

    kegiatan di lapangan, juga terjadi di kota Makasar. Terjadinya kekeliruan dalam penganggaran

    kegiatan juga perlu dihindari, sehingga tidak terjadi kasus pemblokiran/tanda bintang seperti di

    kota Bandung. Masyarakat menilai masih kurangnya alokasi dana untuk program dan bantuan

    dana dari pemerintah, berdasarkan data kuantitatif.

    Pencapaian tujuan PNPM dilakukan dengan mengintensifkan pertemuan formal dan

    informal, di kota Pekalongan. Di kota Bandung, tujuan dicapai dengan menyadari bahwa

    penanggulangan kemiskinan harus menjadi satu kesatuan, menjadi persoalan bersama.

    Penyadaran akan kondisi diri juga menjadi satu kebutuhan, dan perlu untuk menyampingkan

    perasaan gengsi baik pada pengelola dan masyarakat penerima manfaat. Hal ini perlu

  • Ringkasan Eksekutif 2011

    Penelitian dan Pengembangan Pengelolaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan

    15

    diperhatikan mengingat, kesesuaian kegiatan dengan kebutuhan masyarakat adalah hal

    terpenting dalam input kegiatan, berdasarkan data kuantitatif.

    Penggunaan teknologi di Pekalongan dilakukan dengan mendorong pelatihan membuat

    batako dan paving block dari bahan limbah batubara. Di kota Makassar pelatihan penggunaan

    teknologi tepat guna juga dilakukan KSM sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Secara umum

    penggunaan teknologi tepat guna belum nampak pada pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan.

    Pernyataan ini dibuktikan dari data kuantitatif, yaitu hal yang paling kurang dari input kegiatan

    dari masyarakat adalah tenologi yang menyangkut penggunaan TTG dan internet dalam PNPM.

    Dibandingkan dengan penerapan dari aspek yang lain dari input kegiatan, penggunaan

    teknologi merupakan aspek yang sangat kurang dibandingkan yang lain, persepsi ini

    dikemukakan baik oleh masyarakat maupun pengelola.

    Secara keseluruhan, ketersediaan SDM diseluruh 4 kota lokasi penelitian belum memadai.

    Hal ini dikaitkan dengan kemampuan/keahlian, dan jumlah SDM lokal. Pernyataan ini

    dikemukakan oleh data kuantitatif dari pengelola.

    Dari aspek nilai-nilai ditemukan bahwa, masih diperlukan untuk lebih mendorong peran

    dan keterlibatan perempuan, agar mereka mandiri secara finansial karena manfaat PNPM paling

    optimal jika ditujukan untuk peningkatan kesejahteraan keluarga. Penilaian data kuantitaitf dari

    masyarakat masih melihat Penerapan kesetaraan gender dalam perencanaan, pelaksanaan,

    pemantauan, dan dalam menerima manfaat belum baik.

    Dari data kuantitatif, pengelola berpendapat bahwa prinsip berorientasi pada

    masyarakat miskin, merupakan hal yang dianggap paling baik pencapaiannya. masyarakat dan

    pengelola menilai bahwa prioritas kegiatan PNPM untuk mengentaskan kemiskinan dan

    keberpihakan PNPM kepada masyarakat miskin merupakan hal yang paling prioritas dalam

    input kegiatan.

    Dari data kuantitatif masyarakat merasa bahwa program PNPM dapat dirasakan

    manfaatnya sampai 5 tahun kedepan (prinsip keberlanjutan). Pengelola memiliki persepsi bahwa

    forum-forum yang diadakan (rembug warga, SKS, dll) sudah cukup mewadahi prinsip

    masyarakat mufakat dengan memperhatikan kepentingan masyarakat miskin.

    Berdasarkan penelitian yang didapat hasil kuesioner, masyarakat menganggap bahwa

    prosedur, aturan, dan mekanisme untuk menerima manfaat PNPM dapat dikatakan sederhana.

    Pendapat ini berbeda dengan persepsi pengelola, yang menganggap aturan, prosedur dan

    mekanisme pengelolaan PNPM tidak sederhana. Fenomena ini dapat dilihat sebagai, adanya

    kondisi ketidaktahuan masyarakat terhadap aturan, prosedur dan mekanisme yang dikerjakan

    oleh pengelola, sehingga perlu ada upaya penyederhanaan aturan, prosedur dan mekanisme

    pengelolaan, dan pelibatan masyarakat yang lebih lagi dalam pengelolaan.

    Masyarakat menilai, hal yang dinilai paling kurang penting adalah penggunaan teknologi

    dan prinsip kesetaraan gender dalam input kegiatan. Pengelola menilai, prinsip desentralisasi

    dan penggunaan teknologi merupakan hal yang paling kurang penting.

    Aspek-aspek yang dianggap belum baik dari data kuantitatif masyarakat selain

    teknologi, kesetaraan gender dan keuangan adalah prinsip desentralisasi, transparansi dan

    akuntabilitas, prinsip pembangunan SDM, prioritas, kolaborasi, otonomi, partisipasi, dan tenaga.

    Sedangkan hal yang dirasa masih kurang oleh pengelola adalah prinsip pembangunan manusia

    prinsip otonomi, desentralisasi, partisipasi, kesetaraan gender, transparansi dan akuntabilitas,,

    an motivasi.

  • Ringkasan Eksekutif 2011

    Penelitian dan Pengembangan Pengelolaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan

    16

    4.2. Kegiatan Program

    Tahapan dari kegiatan proram yang memiliki perbedaan karakter dari 4 empat lokasi

    penelitian adalah tahap persiapan, sosialisasi dan evaluasi. Tahap lain yaitu perencanaan,

    pelaksanaan dan monitoring relatif sama.

    Kekuatan dari kegiatan PNPM di Bandung ada pada tahap persiapan yaitu dengan

    pembentukan kelembagaan dan kepengurusannya serta adanya refleksi kemiskinan sesuai

    format yang disediakan. Di Makassar penekanan tahap persiapan ada pada dilakukannya,

    verifikasi terlebih dahulu agar jangan sampai dalam kelompok terdapat orang kaya (salah

    sasaran). Pemetaan kriteria miskin dan penentuan sebuah keluarga digolongkan miskin

    diserahkan kepada masyarakat. Upaya sinkronisasi program pemerintah daerah Kota

    Pangkalpinang dengan PNPM merupakan penekanan pada tahap persiapan. Sedangkan di

    Pekalongan kegiatan persiapan belum merupakan prioritas. Tahapan Persiapan memiliki

    prioritas rendah menurut masyarakat berdasarkan hasil data kuantitatif.

    Tahap perencanaan di kota Pangkal Pinang dilakukan terutama dengan peran Bappeda

    sebagai institusi penanggungjawab program, dengan membuat prosedur standar operasional,

    sasaran kebijakan dan mekanisme musrenbang, sistem yang dievaluasi setiap tahun. Tahap

    perencanaan di kota Makassar ditekankan pada saat KSM bersama masyarakat membuat

    proposal untuk diserahkan ke UPL. UPL memperbaiki dengan tindak lanjut dari Korkot.

    Perhatian utama pada tahap perencanaan di Kota Bandung ada pada format kemiskinan.

    Kebutuhan dan permasalahan sosial, ekonomi, maupun lingkungan yang ada di masyarakat.

    Selanjutnya ditentukan RW proritas. Perhatian utama kegiatan perencanaan di Pekalongan, ada

    pada pembinaan pembuatan PJM dan proposal-proposal. Salah satu indikasi keberhasilan,

    masyarakat sudah dapat membuat proposal. untuk memperbaiki lingkungan, membuat

    proposal, dan dapat membuat LPJ nya. Dilaksanakan penggalian kepentingan masyarakat,

    sehingga dapat dibedakan kelurahan mana yang lebih membutuhkan anggaran. Pengelola

    menilai tahapan perencanaan partisipatif merupakan prioritas tertinggi dalam kegiatan

    program.

    Tahap Pelaksanaan PNPM di kota Pangkalpinang mengacu pada RPJM yang dijabarkan

    menjadi 23 program Satuan Kerja Perangkat Daerah. Masalah yang terjadi dalam tahap

    pelaksanaan antara lain di kota Pekalongan, terjadi kasus satu nama tercatat di lebih dari satu

    KSM, karena ketidak lancaran pengembalian dana bergulir. Di Bandung, masyarakat masih

    mengalami kesulitan dalam membuat LPJ. Di Makassar, masalah terjadi karena masyarakat

    menganggap PNPM memberikan dana hibah, dan masih kurangnya tenaga pendamping pada

    tingkat pengelolaan. Masyarakat dan pengelola menilai dari data kuantitatif, tahapan

    pelaksanaan kegiatan merupakan tahapan terbaik.

    Pada tahap monitoring, di Pekalongan ditegaskan bahwa BKM membentuk KSM, sebagai

    panitia pelaksana di lapangan. Dengan fungsi BKM melakukan monitoring/ pengawasan.

    Demikian juga di kota Makassar, yang menegaskan fungsi BKM yang bertanggungawab

    mengendalikan dan mengawasi, karena adanya dana yang langsung ke masyarakat. Di Bandung,

    masih ditemukan kasus ketidaksesuaian proposal dengan pelaksanaan terkait kualitas dan

    kuantitas bahan khususnya untuk pembangunan infrastruktur. Di Pangkal Pinang, pengawasan

    lebih banyak dikerjakan oleh instansi pemerintah Daerah dengan menggunakan dokumen RPJM

    dan RKPD. Tahapan monitoring dinilai paling kurang oleh pengelola dan masyarakat

    berdasarkan data kuantitatif. Tahapan monitoring merupakan prioritas terendah dalam

    tahapan kegiatan menurut pengelola dan masyarakat.

  • Ringkasan Eksekutif 2011

    Penelitian dan Pengembangan Pengelolaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan

    17

    Dalam tahapan evaluasi di kota Pekalongan, didapati untuk adanya peningkatan dana

    yang dikelola masyarakat dan perlunya penguatan kelembagaan, dengan terus melakukan audit

    independen. Di Bandung evaluasi dilakukan sesuai dengan petunjuk dari (pedoman) pusat. Di

    Makassar evaluasi dilakukan dari pihak luar dan dalam, laporan internal dari pengelola

    sedangkan eksternal dari masyarakat. Di Pangkal Pinang evaluasi dilakukan dengan

    menggunakan RPJM, dan melihat capaian pemangku kepentingan PNPM. Masyarakat, dari data

    kuantitatif menilai tahap evaluasi kinerjanya terbaik kedua. Tahapan evaluasi merupakan

    tahapan terpenting dalam kegiatan program menurut masyarakat

    Tahap Pelaporan di kota Makassar, BKM bersama masyarakat melakukan pelaporan

    melalui media majalah dan buku tahunan. Panitia setiap tahun melaporkan hasil kegiatan.

    Kemudian pembahasan hasil tinjauan yang dilakukan masyarakat, askorkot selalu terlibat

    setiap tahunnya. Tim memberi laporan ke PJOK setiap bulan. Ada data-data yang selalu

    dihimpun PJOK setiap bulan, misalnya di kelurahan, data-data dari setiap bulan baik itu

    kunjungan mereka ke lapangan maupun data-data kegiatan dari tim faskel itu diserahkan ke

    PJOK kemudian direkap dilaporkan ke PPK. Laporan kendala dari BKM masuk ke kecamatan.

    Kemudian Pak Camat meminta di setiap pertemuan agar laporan kendala dipertegas suapaya

    ada laporannya. Tahapan pelaporan memiliki nilai terendah kedua pada kegiatan PNPM

    menurut masyarakat dan pengelola.

    Tahapan sosialisasi di Pekalongan lebih menekankan pada keterbukaan masalah

    manajemen keuangannya dan keberadaan tokoh menjadi inspirasi BKM. Di kota Makassar

    sosialisasi hasil PNPM dilakukan dengan mengoptimalkan papan informasi, rembug warga dan

    kajian siklus partisipatif oleh masyarakat. Sedangkan di Kota Bandung dan Pangkal Pinang

    belum terlihat tahap sosialisasi yang nyata.

    Dalam tahap perencanaan kegiatan inventarisasi kebutuhan masyarakat penerima

    manfaat, pelatihan penyusunan pembuatan proposal dan pembagian kerja antar pengelola

    PNPM sudah sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan PNPM. Dalam tahap pelaksanaan, masih

    terdapat kelemahan persoalan terkait adanya nama ganda pada KSM yang berbeda, kesulitan

    pembuatan LPJ, persepsi stimulan sebagai hibah, kemampuan pendamping dalam pengelolaan,

    ketergantungan pada pengambil kebijakan. Dalam tahap monitoring, fungsi BKM sebagai

    pelaksana monitoring, masih ditemukan kasus ketidaksesuaian proposaldengan pelaksanaan

    terkait kualitas dan kuantitas bahan khususnya untuk pembangunan infrastruktur

    Pengelola dan Masyarakat masih menganggap semua tahapan kegiatan program berada

    dibawah level penilaian baik. Tahapan persiapan dan monitoring merupakan prioritas terendah

    dalam tahapan kegiatan menurut masyarakat. Pengelola menilai upaya penyiapan program,

    pengembangan kapasitas masyarakat, dan sosialisasi program cukup baik (terbaik kedua).

    4.3.Institusi Program

    Institusi program yang memiliki perbedaan karakter dari 4 empat lokasi penelitian ada

    pada tingkat kecamatan, sedangkan pada tingkat kota dan kelurahan relatif memiliki kesamaan.

    Keberadaan BKM di kelurahan berdampak dalam skala kota Pekalongan, karena BKM-

    BKM dapat menggerakkan lembaga lain yang sudah ada seperti LPM, Karang Taruna dan PKK.

    Keempat elemen di kota Pekalongan disebut sebagai empat pilar kegiatan pemberdayaan. Di

    Kota Bandung PNPM dilaksanakan menganut prinsip tridaya (ekonomi, sosial dan pendidikan),

    selain itu juga disesuaikan dengan 7 agenda prioritas kota. Untuk mengakomodir program

    sosial dan ekonomi, lebih mengedepankan APBD, karena APBN diutamakan untuk infrastruktur.

  • Ringkasan Eksekutif 2011

    Penelitian dan Pengembangan Pengelolaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan

    18

    Kota Makassar melihat pentingnya pengajuan proposal program ke lembaga pemerintah, SKPD

    dan swasta. Kota Pangkal Pinang melihat di tataran kota peran Bappeda dengan musrenbang

    dan seminar sebelumnya sebagai peran institusi kota dalam PNPM.

    Peran institusi Kecamatan di Kota Pekalongan tidak terlihat jelas. Di Bandung

    Kecamatan memfasilitasi rapat koordinasi BKM yang dilaksanakan hampir tiap minggu sekali.

    Peran PJOK di Kota Makassar terlihat, walau tidak menangani detail proposal program. Di Kota

    Pangkal Pinang, Kecamatan memiliki Biaya Anggaran Dasar (BDA) dan APBD untuk 70%

    pemberdayaan masyarakat dan 30% pembangunan.

    Di tingkat kelurahan di Kota Pekalongan, terdapat masalah, terkait KSM yang tidak aktif

    dalam jumlah yang banyak. hal ini menyebabkan jumlah KSM terlihat banyak. Pernah ada upaya

    untuk memutihkan/menghapus KSM tidak aktif. Kegiatan di tataran kelurahan banyak dibantu

    oleh konsultan karena keterbatasan staf. Pergantian (turn over) fasilitator kelurahan di Kota

    Bandung termasuk tinggi. Penentuan prioritas dengan melakukan perbandingan wilayah RW.

    BKM tidak diperbolehkan mengelola usaha, untuk menjaga kerelawanan dan moralitas. Peran

    Lurah dan tokoh masyarakat penting bagi BKM di kota Makassar. Di Pangkal Pinang, kelurahan

    bekerjasama dengan BKM, RT dan RW dikoordinir oleh Lurah untuk mengorganisir data dan

    dana yang ada.

    Menurut data kuantitatif pengelola dan masyarakat, peran pemangku kepentingan

    (stakeholders) di tingkat kelurahan dibandingkan tingkat kecamatan dan kota/kabupaten

    memiliki nilai kinerja terbaik dan terpenting.

    4.4. Alokasi Program

    Alokasi Program di Pekalongan, Bandung, Pangkal Pinang dan Makassar relatif sama,

    yaitu infrastruktur masih mendominasi program PNPM MP. Ekonomi didominasi masalah

    kemacetan pengembalian dana. Sosial masih terfokus pada anak-anak dan jompo serta

    berorientasi ekonomi. Menurut data kuantitatif alokasi program ekonomi menurut masyarakat

    penerima manfaat menempati penilaian kinerja terbaik, kemudian diikuti oleh infrastruktur

    dan sosial.

    Alokasi program sosial merupakan priritas tertinggi menurut masyarakat penerima

    manfaat diikuti ekonomi dan infrastruktur. Alokasi program infrastruktur memiliki kinerja

    terbaik diikuti program sosial kemudian ekonomi, menurut pengelola.

    Alokasi program sosial memiliki prioritas terpenting diikuti program infrastruktur

    kemdian ekonomi, menurut pengelola.

    4.5. Hasil Jangka Pendek

    Hasil pemberdayaan di kota Pekalongan menemui kendala dari upaya merubah pola

    pandangan masyarakat yang menerima proyek (top down), menjadi perencana, pelaksana dan

    pemelihara proyek (bottom up). Upaya pemberdayaan dilakukan dengan menciptakan kader,

    komunitas belajar perkotaan sampai kelurahan, dan mengelola kelompok peduli untuk menjaga

    kelanjutan BKM. Hasil pemberdayaan di kota Bandung, diutamakan pada keaktifan BKM. Di

    Kota Makassar hasil pemberdayaan lebih ditujukan kepada peran tokoh masyarakat yang

    penting untuk menggerakkan anggota masyarakat. Termasuk di dalamnya forum rapat atau

    pertemuan warga sesuai dengan agenda masyarakat. Hasil Pemberdayaan di kota Pangkal

    Pinang ada pada upaya gotong royong membangun infrastruktur seperti jalan, penerangan,

    drainase.

    Hasil perlindungan sosial di kota Pekalongan, diwujudkan oleh Walikota dalam

    mendukung adanya balai kesehatan. dan memasukkan aspek kesehatan dalam visi Walikota.

  • Ringkasan Eksekutif 2011

    Penelitian dan Pengembangan Pengelolaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan

    19

    Perlindungan sosial di masyarakat dilakukan dengan memberi manfaat dan tanggung jawab

    terhadap program. Di Bandung upaya perlindungan sosial dilakukan dengan melakukan

    penyaluran (chanelling), berkolaborasi dengan dinas dan lembaga terkait. Upaya perlindungan

    sosial belum terlihat nyata di kota Makassar. Sedang di Pangkal Pinang belum terlihat

    pemahaman terhadap perlindungan sosial.

    Menurut data kuantitatif masyarakat, hasil PNPM berupa pemberdayaan mayarakat

    memiliki kinerja terbaik disusul perlindungan sosial kemudian pengembangan usaha dan

    ekonomi kecil menengah.

    Hasil program berupa pengembangan usaha di kota Pekalongan, dengan masuknya BKM

    dan programnya ke peraturan daerah, dan adanya percepatan ekonomi keluarga sejahtera

    berbasis masyarakat. Hasil pengembangan usaha di Bandung dengan memanfaatkan lembaga

    koperasi. Di kota Makassar pengembangan usaha dilakukan dengan harapan munculnya

    kelompok usaha bersama masyarakat. Pengembangan usaha di Pangkal Pinang diapresiasi

    dengan munculnya profesi berkaitan dengan perkebunan, semula berkaitan dengan

    pertambangan.

    Menurut data kuantitatif pengelola, hasil PNPM berupa perlindungan sosial memiliki

    kinerja terbaik disusul pemberdayaan masyarakat kemudian pengembangan usaha dan

    ekonomi kecil menengah.

    Hasil PNPM MP berupa pengembangan usaha dan ekonomi kecil dan mennegah

    merupakan prioritas terpenting diikuti perlindungan sosial lalu kemudian pemberdayaan

    masyarakat.

    Hasil PNPM MP berupa pengembangan usaha dan ekonomi kecil dan menengah

    merupakan prioritas terpenting diikuti pemberdayaan masyarakat kemudian perlindungan

    sosial

    4.6. Isu Strategis Lokasi Penelitian

    PNPM yang dilaksanakan di lokasi penelitian memiliki perbedaan isu strategis, yang

    dapat dijadikan pelajaran untuk lokasi pelaksanaan program lainnya.

  • Ringkasan Eksekutif 2011

    Penelitian dan Pengembangan Pengelolaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan

    20

    Diagram 4.1. Model Pelaksanaan di Kota Bandung

    Sumber: Dokumen Tim Peneliti, 2011

    Diagram 4.2. Model Pelaksanaan di Kota Makassar

    Sumber: Dokumen Tim Peneliti, 2011

  • Ringkasan Eksekutif 2011

    Penelitian dan Pengembangan Pengelolaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan

    21

    Diagram 4.3. Model Pelaksanaan di Kota Pangkal Pinang

    Sumber: Dokumen Tim Peneliti, 2011

    Diagram 4.4. Model Pelaksanaan di Kota Pekalongan

    Sumber: Dokumen Tim Peneliti, 2011

  • Ringkasan Eksekutif 2011

    Penelitian dan Pengembangan Pengelolaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan

    22

    BAB V

    KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

    A. Kesimpulan

    Gambar 5.1 Model Pengelolaan PNPM Mandiri Perkotaan

    Input

    Keuangan

    Aspek keuangan memberikan gambaran masih bertumpunya masyarakat pada alokasi

    kegiatan infrastruktur. Kelancaran proses pencairan dana perlu diperhatikan karena

    berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan di lapangan. Terjadinya kekeliruan dalam

    penganggaran kegiatan juga perlu dihindari, sehingga tidak terjadi kasus pemblokiran/tanda

    bintang. Masyarakat menilai alokasi dana untuk program dan bantuan dana dari pemerintah,

    masih kurang.

    Input 1 Keuangan 2 Tenaga

    3 Teknologi 4 Nilai nilai 5 Motivasi 6 Dukungan

    kebijakan 7 Tujuan

    Kegiatan program 1 persiapan

    2 perencanaan partisipatif 3 pelaksanaan kegiatan 4 Monitoring 5 Evaluasi

    6 Pelaporan

    7 sosialisasi.

    Institusi Program/ musrenbang 1 Kelurahan 2 Kecamatan 3 Kota/ Kabupaten Alokasi Program 1 Infrastruktur/ teknis 2 Sosial 3 Ekonomi

    Hasil Jangka pendek 1 Perlindungan sosial

    2 Pemberdayaan masyarakat

    3 Pengembangan usaha dan ekonomi kecil-menengah

  • Ringkasan Eksekutif 2011

    Penelitian dan Pengembangan Pengelolaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan

    23

    Tenaga

    Ketersediaan sumber daya manusia yang berasal dari penduduk lokal, secara umum

    belum memadai. Hal ini dikaitkan dengan kemampuan/keahlian, dan jumlah SDM lokal. Secara

    umum lokasi PNPM Mandiri Perkotaan masih mengandalkan tenaga fasilitator kelurahan yang

    disediakan program.

    Teknologi

    Penggunaan teknologi dapat dilakukan dengan mendorong pelatihan membuat bahan

    bangunan dan penggunaan teknologi tepat guna oleh KSM sesuai dengan kebutuhan

    masyarakat. Secara umum penggunaan teknologi tepat guna belum nampak pada pelaksanaan

    PNPM Mandiri Perkotaan. Dibandingkan dengan penerapan dari aspek yang lain dari input

    kegiatan, penggunaan teknologi merupakan aspek yang sangat kurang dibandingkan yang lain,

    persepsi ini dikemukakan baik oleh masyarakat maupun pengelola.

    Nilai nilai

    Dari aspek nilai-nilai ditemukan bahwa, perlu lebih mendorong peran keterlibatan

    perempuan, sehingga terjadi peningkatan kesejahteraan keluarga. Masyarakat masih melihat

    penerapan kesetaraan gender PNPM MP perlu ditingkatkan. Masyarakat menilai manfaat PNPM

    dapat dirasakan sampai 5 tahun kedepan (prinsip keberlanjutan). Pengelola memiliki persepsi

    prinsip musyawarah mufakat dengan memperhatikan kepentingan masyarakat miskin dapat

    berjalan.

    Terjadi perbedaan pandangan terhadap yaitu prosedur, aturan, dan mekanisme PNPM

    bagi penerima manfaat sederhana sedangkan bagi pengelola kurang sederhana. Prioritas

    kegiatan PNPM yang utama adalah mengentaskan kemiskinan dan berpihak pada masyarakat

    miskin dalam input kegiatan.

    Motivasi

    Pada aspek motivasi terlihat peran tokoh masyarakat dan kepala daerah menjadi aspek

    penting menentukan keberhasilan input kegiatan karena dapat menggerakkan masyarakat

    penerima manfaat. Dorongan motivasi dari pemangku kepentingan PNPM ditunjukkan dengan

    adanya pembagian wewenang dalam penanganan masalah sosial ekonomi.

    Dukungan kebijakan

    Adanya dukungan kebijakan dapat menstimulasi dana-dana pendukung kegiatan

    pemberdayaan, menjadikan dana pemberdayaan dapat menjadi prioritas anggaran daerah,

    memunculkan modifikasi PNPM yang menghasilkan sinergi antar pemangku kepentingan,

    apresiasi pemerintah daerah untuk melanjutkan program dengan menggunakan APBD.

    Pengelola menganggap sudah cukup baik dukungan dari pemerintah daerah dalam

    melaksanakan PNPM MP. Pengelola PNPM melihat dukungan kebijakan dari pemerintah (pusat

    dan daerah) merupakan prioritas terpenting kedua.

    Tujuan

  • Ringkasan Eksekutif 2011

    Penelitian dan Pengembangan Pengelolaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan

    24

    Pencapaian tujuan PNPM dilakukan dengan mengintensifkan pertemuan formal dan

    informal, menyadari bahwa penanggulangan kemiskinan harus menjadi satu kesatuan, menjadi

    persoalan bersama, penyadaran akan kondisi diri, perlu untuk menyampingkan perasaan gengsi

    baik pada pengelola dan masyarakat penerima manfaat. Hal ini perlu diperhatikan mengingat,

    kesesuaian kegiatan dengan kebutuhan masyarakat adalah hal terpenting dalam input kegiatan.

    Hal yang dinilai paling kurang penting adalah penggunaan teknologi dalam program dan

    prinsip kesetaraan gender serta prinsip desentralisasi. Aspek-aspek yang dianggap belum baik

    adalah teknologi, kesetaraan gender, keuangan, prinsip desentralisasi, transparansi dan

    akuntabilitas, prinsip pembangunan SDM, prioritas, kolaborasi, otonomi, partisipasi, dan tenaga

    serta motivasi.

    Kegiatan program

    Persiapan

    Pada tahap persiapan perlu memperhatikan pembentukan kelembagaan dan

    kepengurusannya, refleksi kemiskinan sesuai format yang disediakan, verifikasi terlebih dahulu

    untuk menghindari salah sasaran serta sinkronisasi program pemerintah daerah dengan PNPM.

    Pemetaan kriteria miskin dan penentuan sasaran diserahkan kepada masyarakat.

    Perencanaan partisipatif

    Tahap perencanaan ditekankan pada KSM bersama masyarakat membuat proposal

    untuk diserahkan ke UPL. UPL memperbaiki dengan tindak lanjut dari Korkot. Sesuai format

    kemiskinan yang berisi kebutuhan dan permasalahan sosial, ekonomi, maupun lingkungan yang

    ada di masyarakat. Perlu dilakukan pembinaan pembuatan PJM dan proposal-proposal. Salah

    satu indikasi keberhasilan, masyarakat sudah dapat membuat proposal dan LPJnya. Penentuan

    lokasi proritas dengan menggali kepentingan masyarakat dan peningkatan peran Bappeda

    sebagai institusi penanggungjawab program, dengan membuat prosedur standar operasional,

    sasaran kebijakan dan mekanisme musrenbang, sistem yang dievaluasi setiap tahun.

    Pengelola menilai tahapan perencanaan partisipatif merupakan prioritas tertinggi

    dalam kegiatan program.

    Pelaksanaan kegiatan

    Tahap Pelaksanaan PNPM sebaiknya juga mengacu pada dokumen RPJM Pemerintah

    Daerah. Masalah yang terjadi dalam tahap pelaksanaan antara lain nama penerima manfaar

    tercatat di lebih dari satu KSM, kesulitan masyarakat dalam membuat LPJ, anggapan dana hibah

    PNPM, dan masih kurangnya tenaga pendamping pada tingkat pengelolaan. Masyarakat dan

    pengelola tahapan pelaksanaan kegiatan merupakan tahapan terbaik.

    Monitoring

    Pada tahap monitoring, BKM melaksanakan fungsi dan bertanggung jawab

    mengendalikan jalannya program dan mengawasi KSM sebagai panitia pelaksana di lapangan,

    karena adanya dana yang langsung ke masyarakat. Masih ditemukan ketidaksesuaian proposal

    dengan pelaksanaan terkait kualitas dan kuantitas bahan pada program infrastruktur.

    Pengawasan perlu dikerjakan juga oleh instansi pemerintah Daerah. Tahapan monitoring

    memiliki kinerja paling kurang dan prioritas terendah dalam tahapan kegiatan.

    Evaluasi

  • Ringkasan Eksekutif 2011

    Penelitian dan Pengembangan Pengelolaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan

    25

    Tahapan evaluasi diperoleh harapan adanya peningkatan dana yang dikelola

    masyarakat dan perlunya penguatan kelembagaan, dengan terus melakukan audit independen.

    Evaluasi dapat dilakukan oleh pihak luar dan dalam, menggunakan dokumen perencanaan

    (RPJM). Tahap evaluasi memiliki kinerja terbaik kedua dan merupakan tahapan terpenting

    dalam kegiatan program menurut masyarakat.

    Pelaporan

    BKM melakukan pelaporan melalui media majalah dan buku tahunan. Panitia/KSM

    setiap tahun melaporkan hasil kegiatan. Tim memberi laporan ke PJOK setiap bulan. PJOK

    mengumpulkan data setiap bulan, data kunjungan lapangan dan data kegiatan dari tim faskel.

    PJOK merekap dan melaporkan ke PPK. Laporan kendala dari BKM masuk ke kecamatan.

    Tahapan pelaporan memiliki nilai terendah kedua pada kegiatan PNPM.

    Sosialisasi

    Tahapan sosialisasi lebih menekankan pada keterbukaan masalah manajemen

    keuangannya dan panutn tokoh inspirasi BKM. Optimalisasi papan informasi, rembug warga

    dan kajian siklus partisipatif oleh masyarakat.

    Tahapan kegiatan program masih berada dibawah level penilaian baik. Tahapan

    persiapan dan monitoring merupakan prioritas terendah dalam tahapan kegiatan menurut

    masyarakat. Pengelola menilai upaya penyiapan program, pengembangan kapasitas masyarakat

    dan sosialisasi program cukup baik (terbaik kedua).

    Institusi Program/ musrenbang

    Kelurahan

    Keberadaan BKM di kelurahan berdampak dalam skala kota, karena BKM-BKM dapat

    menggerakkan lembaga lain yang sudah ada. Peran Lurah dan tokoh masyarakat penting bagi

    BKM. Perlu peningkatan pengajuan proposal program BKM ke lembaga pemerintah dan

    swasta.Permasalahan di tingkat kelurahan terkait KSM tidak aktif dalam jumlah yang banyak

    dan upaya pemutihan/penghapusan, pergantian (turn over) fasilitator kelurahan termasuk

    tinggi karena masih banyak mengandalkan konsultan akibat keterbatasan staf dan penentuan

    prioritas wilayah penanganan.

    Kecamatan

    Peran institusi Kecamatan terlihat dalam fasilitasi rapat koordinasi BKM yang

    dilaksanakan secara berkala. Peran PJOK secara umum tidak terlalu terlihat.

    Kota/ Kabupaten

    Pelaksanaan PNPM dapat dilaksanakan sesuai prinsip dan agenda pembangunan kota.

    Untuk mengakomodir program sosial dan ekonomi, lebih mengedepankan APBD, karena APBN

    diutamakan untuk infrastruktur. Peran Bappeda dengan musrenbang dan forum komunikasi

    lainnya sebagai peran institusi kota dalam PNPM.

    Secara umum peran pemangku kepentingan (stakeholders) di tingkat kelurahan

    dibandingkan tingkat kecamatan dan kota/kabupaten memiliki nilai kinerja terbaik dan

    terpenting.

  • Ringkasan Eksekutif 2011

    Penelitian dan Pengembangan Pengelolaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan

    26

    Alokasi Program

    Infrastruktur/ teknis

    infrastruktur masih mendominasi program PNPM mandiri Perkotaan

    Sosial

    Program sosial terfokus pada anak-anak dan jompo.

    Ekonomi

    Program Ekonomi didominasi isu masalah kemacetan pengembalian dana

    Alokasi program ekonomi menurut masyarakat penerima manfaat menempati penilaian

    kinerja terbaik, kemudian diikuti oleh infrastruktur dan sosial. Alokasi program infrastruktur

    memiliki kinerja terbaik diikuti program sosial kemudian ekonomi, menurut pengelola.

    Alokasi program sosial merupakan prioritas tertinggi menurut masyarakat penerima

    manfaat diikuti ekonomi dan infrastruktur.

    Hasil Jangka pendek

    Perlindungan sosial

    Perlindungan sosial dapat berwujud dukungan Walikota terhadap layanan umum di

    masyarakat, seperti adanya balai kesehatan. Perlindungan sosial dilakukan dengan melakukan

    penyaluran (chanelling), berkolaborasi dengan dinas dan lembaga terkait.

    Pemberdayaan masyarakat

    Pemberdayaan dapat dikatakan berhasil jika ada perubahan pola pandangan

    masyarakat yang menerima proyek (top down), menjadi perencana, pelaksana dan pemelihara

    proyek (bottom up). Upaya pemberdayaan dilakukan dengan menciptakan kader, komunitas

    belajar perkotaan sampai kelurahan, dan mengelola kelompok peduli untuk menjaga kelanjutan

    BKM. Pemberdayaan diutamakan pada keaktifan BKM dan peran tokoh masyarakat yang

    penting untuk menggerakkan anggota masyarakat.

    Pengembangan usaha dan ekonomi kecil-menengah

    Pengembangan usaha dilakukan dengan masuknya BKM dan programnya ke peraturan

    daerah, dan adanya percepatan ekonomi keluarga sejahtera berbasis masyarakat. Dapat juga

    dengan memanfaatkan kelompok usaha bersama masyarakat misalnya lembaga koperasi.

    Hasil PNPM berupa perlindungan sosial menurut pengelola, memiliki kinerja terbaik

    disusul pemberdayaan masyarakat kemudian pengembangan usaha dan ekonomi kecil

    menengah. Menurut masyarakat, hasil PNPM berupa pemberdayaan mayarakat memiliki kinerja

    terbaik disusul perlindungan sosial kemudian pengembangan usaha dan ekonomi kecil

    menengah.

    Kesimpulan Umum

    Kegiatan pengelolaan PNPM Mandiri Perkotaan dibentuk dengan mempertimbangkan

    input kegiatan yang terdiri dari aspek keuangan dimana keuangan dapat dipakai sebagai alat

    kontrol pengelolaan, aspek tenaga terdapat kecenderungan bertumpu pada tenaga fasilitator

    yang terdidik dan belum memadainya tenaga lokal, aspek teknologi perlu meningkatkan

  • Ringkasan Eksekutif 2011

    Penelitian dan Pengembangan Pengelolaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan

    27

    penggunaan teknologi tepat guna untuk mengatasi masalah lingkungan, aspek nilai-nilai terkait

    dengan penyederhanaan prosedur, aturan dan mekanisme, aspek motivasi terkait dengan aktor

    pelaku pendorong motivasi, aspek dukungan kebijakan terkait pentingnya dukungan

    pemerintah daerah dalam PNPM Mandiri Perkotaan, aspek tujuan terkait dengan media

    penyamaan tujuan dengan pertemuan formal dan informal.

    Proses Kegiatan yang terdiri dari tahapan persiapan, perencanaan partisipatif,

    pelaksanaan kegiatan, monitoring, evaluasi, pelaporan dan sosialisasi, perlu memperhatikan

    kriteria kemiskinan yang spesifik di lokasi pelaksanaan kegiatan, prioritas pada perencanaan

    partisipatif, penyelesaian masalah nama ganda dan tenaga pendamping kegiatan, pengawasan

    kualitas dan kuantitas pekerjaan sehingga sama dengan proposal, penguatan kelembagaan, dan

    audit independen. Institusi program di tingkat kecamatan perlu lebih ditingkatkan perannya

    dan perlu membuat variasi kegiatan sosial, infrastrukur dan ekonomi sesuai masalah spesifik

    yang dihadapi.

    Hasil kegiatan terkait aspek perlindungan sosial adalah penerimaan dari tokoh daerah,

    penyaluran hasil dan kolaborasi program dan kegiatan, aspek pemberdayaan adalah upaya

    menempatkan masyarakat penerima manfaat sebagai inisiator perubahan, dan aspek

    pengembangan usaha dan ekonomi kecil-menengah terkait dengan adanya upaya percepatan

    peningkatan kesejahteraan keluarga.

    B. Rekomendasi

    Input

    Keuangan

    1. Memperlancar proses pencairan dana di tingkat pusat maupun daerah, karena berhubungan

    dengan pelaksanaan kegiatan di lapangan.

    2. Menghindari kekeliruan dalam penganggaran, sehingga tidak terjadi kasus

    pemblokiran/tanda bintang, juga dilakukan pembinaan berkala dan berjenjang untuk

    penganggaran dari tataran pusat ke daerah.

    3. Diperlukan sinergi dan intensifikasi komunikasi antara pemerintah pusat dan daerah,

    peningkatan komitmen Kepala Daerah, Koordinator Kota, Fasilitator, BKM dan KSM untuk

    meningkatkan kinerja aspek keuangan.

    Tenaga

    1. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan serta memberikan kesempatan penduduk lokal,

    dengan memanfaatkan dana PNPM, misalnya dengan mengikutkan penduduk local ke

    kursus keteknikan, manajerial dan keuangan yang .

    2. Jika memang masih diperlukan dan program sudah selesai, menjadikan tenaga fasilitator

    kelurahan sebagai narasumber/staf ahli kelurahan untuk program pembangunan, dengan

    honor yang memadai.

    Teknologi

    1. Mendorong penggunaan dan penyebaran (difusi) teknologi tepat guna, misalnya dalam

    bidang air bersih, persampahan, kebersihan lingkungan, dll, dengan metode pelatihan ke

    KSM sesuai dengan kebutuhan masyarakat, karena secara umum penggunaan teknologi

    tepat guna belum tampak pada pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan.

  • Ringkasan Eksekutif 2011

    Penelitian dan Pengembangan Pengelolaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan

    28

    2. Fasilitasi Bappeda dan dinas terkait diperlukan untuk memperkenalkan teknologi yang

    dibutuhkan oleh masyarakat, misalnya dengan mengadakan kerjasama teknologi dengan

    Badan Litbang, BPPT, Litbang perusahaan, dan komunitas peduli lainnya.

    Nilai nilai

    1. Mendorong peran keterlibatan perempuan terutama dalam KSM, sehingga terjadi

    peningkatan kesejahteraan keluarga dan kesetaraan gender.

    2. Mengintensifkan sosialisasi prosedur, aturan, dan mekanisme PNPM bagi penerima manfaat

    sehingga masyarakat mengerti dan meningkat kapasitasnya.

    3. Menyederhanakan prosedur, aturan, dan mekanisme PNPM.

    Motivasi

    1. Memotivasi tokoh masyarakat dan kepala daerah untuk peningkatan program

    pemberdayaan yang dapat menggerakkan masyarakat penerima manfaat.

    Dukungan kebijakan

    1. Memberikan pemahaman kepada pemilik kebijakan untuk mengalokasikan sumber daya

    pada kegiatan pemberdayaan, sehingga menjadi prioritas.

    2. Meningkatkan kreatifitas modifikasi PNPM sehingga terjadi sinergi antar pemangku

    kepentingan.

    3. Mempersiapkan kelanjutan program dengan menggunakan APBD.

    Tujuan

    1. Mengintensifkan pertemuan formal dan informal, sehingga pemangku kepentingan semakin

    menyadari pentingnya kesatuan dalam penanggulangan kemiskinan.

    2. Memberikan pemahaman akan kondisi diri, dan menghilangkan perasaan gengsi.

    Kegiatan program

    Persiapan

    1. Memperhatikan pembentukan kelembagaan dan kepengurusannya.

    2. Melakukan refleksi kemiskinan sesuai format yang disediakan, dengan verifikasi terlebih

    dahulu untuk menghindari salah sasaran.

    3. Sinkronisasi program pemerintah daerah dengan PNPM.

    Perencanaan partisipatif

    1. Melakukan pembinaan pembuatan PJM dan proposal-proposal serta LPJ.

    2. Menyiapkan prosedur standar operasional untuk setiap tahapan kegiatan.

    Pelaksanaan kegiatan

    1. Memberikan pemahaman/ sosialisasi RPJM Pemerintah Daerah pada pelaku pelaksanaan

    PNPM sehingga RPJM dapat menjadi acuan.

    2. Menyelesaikan masalah nama ganda KSM di tingkat pemerintah pusat dan daerah.

    3. Melakukan pembimbingan pembuatan LPJ.

    4. Memberikan contoh nyata penggunaan dana PNPM yang benar.

    5. Memberikan penghargaan pada tenaga pendamping pada tingkat pengelolaan dengan

    kriteria tertentu.

  • Ringkasan Eksekutif 2011

    Penelitian dan Pengembangan Pengelolaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan

    29

    Monitoring

    1. Melakukan pembinaan kepada BKM dalam proses dan fungsi monitoring.

    2. Melakukan pembinaan kepada KSM sehingga proposal sesuai dengan pelaksanaan terkait

    kualitas dan kuantitas bahan pada program infrastruktur.

    Evaluasi

    1. Meningkatkan dana yang dikelola masyarakat sesuai kemampuan dan prestasi.

    2. Meningkatkan kapasitas kelembagaan, dengan melakukan audit independen.

    Pelaporan

    1. Menyederhanakan pola dan metode pelaporan.

    2. Mengintensifkan pembinaan pelaporan dari tingkat daerah sampai ke pusat.

    3. Mempercepat penyelesaian kendala yang dilaporkan.

    Sosialisasi

    1. Transparansi keuangan dengan melakukan audit dan menyebarkan hasilnya.

    2. Mengoptimalkan papan informasi, rembug warga dan kajian siklus partisipatif oleh

    masyarakat, dan juga memberikan penghargaan kepada yang berprestasi.

    Institusi Program/ musrenbang

    Kelurahan

    1. Mendorong peran serta wakil BKM di kelurahan ke skala kota.

    2. Mengintensifkan pertemuan Lurah dan tokoh masyarakat dengan BKM.

    3. Melakukan pembinaan pengajuan proposal program BKM ke lembaga pemerintah dan

    swasta.

    4. Pengembangan kemampuan tenaga masyarakat lokal kelurahan

    Kecamatan

    1. Mendorong fasilitasi rapat koordinasi BKM sesuai peran PJOK.

    2. Memberi penghargaan PJOK sesuai prestasi.

    Kota/ Kabupaten

    1. Melakukan sinkronisasi pelaksanaan PNPM dengan prinsip dan agenda pembangunan kota.

    2. Mengedepankan APBD untuk program sosial dan ekonomi, karena APBN diutamakan untuk

    infrastruktur.

    3. Meningkatkan kapasitas dan peran Bappeda dalam forum komunikasi.

    Alokasi Program

    1. Membagi alokasi program sesuai kebutuhan masyarakat dan wilayah penerima manfaat.

    2. Membuat program-program kreatif sesuai masalah yang dihadapi.

    Hasil Jangka pendek

    Perlindungan sosial

    1. Melakukan penyaluran (chanelling) program kegiatan, berkolaborasi dengan dinas dan

    lembaga terkait.

  • Ringkasan Eksekutif 2011

    Penelitian dan Pengembangan Pengelolaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan

    30

    Pemberdayaan masyarakat

    1. Menciptakan kader, komunitas belajar perkotaan sampai kelurahan, dan mengelola

    kelompok peduli untuk menjaga kelanjutan BKM.

    2. Meningkatkan keaktifan BKM dan peran tokoh masyarakat yang penting untuk

    menggerakkan anggota masyarakat.

    Pengembangan usaha dan ekonomi kecil-menengah

    1. Mendorong masuknya BKM dan programnya ke peraturan daerah,

    2. Meningkatkan kapasitas kelompok usaha bersama masyarakat dengan lembaga koperasi.

    BAB VI

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. 2007. Pedoman Umum PNPM Mandiri

    Anonim 2007. Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri

    Anonim 2007. Pedoman Operasional PNPM Mandiri

    Rustiadi, E. Dkk.2009. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Jakarta. Yayasan Obor

    Indonesia.

    Supranto. 2004. menyusun proposal penelitian, FEUI Press. Jakarta