2013.03.014

download 2013.03.014

of 16

description

gadar askep

Transcript of 2013.03.014

CEDERA PELVIS

MakalahMakalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu

tugas dalam Keperawatan Kegawatdaruratan

Disusun Oleh :Laela Putri Andari

2013.03.014

AKADEMI KEPERAWATAN WILLIAM BOOTH

SURABAYA 2015KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena dengan pertolongan-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas Keperawatan Gawat Darurat yang berjudul Cedera Pelvis.

Ada beberapa pihak yang ikut terkait dalam penyelesaian tugas ini. Oleh karena itu, tim penyusun mengucapkan terima kasih kepada :

1. Aristina Halawa, S.Kep., Ns., M.Kes., selaku direktur Akper William Booth Surabaya

2. Hendro Djoko Tjahjono, S.Kep, Ns., selaku dosen pembimbing mata ajaran Keperawatan Kegawatdaruratan.

Tak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada staf dan karyawan di Akper William Booth Surabaya. Para staf tata usaha dan staf perpustakaan tersebut secara tidak langsung telah banyak membantu penulis dalam memperlancar keadministrasian dan penyediaan sarana yang penulis butuhkan.

Akhirnya, ada pepatah mengatakan Tak ada gading yang tak retak, tugas ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, tim penyusun mengharapkan kritik dan saran yang berguna untuk penyempurnaan tugas ini.

Semoga tugas yang kami buat ini dapat membuat kita capai kehidupan yang lebih baik dan kami berharap tugas ini akan bermanfaat bagi pembaca.

Surabaya , 16 Maret 2015

Penyusun

DAFTAR ISIHalaman judul

i

Kata Pengantar

ii

Daftar Isi

iii

BAB 1Landasan Teori

11.1Anatomi pelvis....................................................................................

11.2Definisi Cedera Pelvis.......................................................................

21.3Etiologi Cedera Pelvis.........................................................................21.4Mekanisme/patofisiologi Cedera pelvis

31.5Manifestasi Klinik

31.6Pemeriksaan Penunjang

41.7Komplikasi Cedera Pelvis

41.8Penatalaksanaaa

5BAB 2Analisa Kasus 62.1Kasus dan Analisa Kasus

6Daftar Pustaka

9BAB ITINJAUAN TEORI

2.1

Anatomi Pelvis Pelvis merupakan struktur mirip-cincin yang terbentuk dari tiga tulang: sacrum dan dua tulang innominata, yang masing-masing terdiri dari ilium, ischium dan pubis. Tulang-tulang innominata menyatu dengan sacrum di bagian posterior pada dua persendian sacroiliaca; di bagian anterior, tulang-tulang ini bersatu pada simfisis pubis. Simfisis bertindak sebagai penopang sepanjang memikul beban berat badan untuk mempertahankan struktur cincin pelvis.

Tiga tulang dan tiga persendian tersebut menjadikan cincin pelvis stabil oleh struktur ligamentosa, yang terkuat dan paling penting adalah ligamentum-ligamentum sacroiliaca posterior. Ligamentum-ligamentum ini terbuat dari serat oblik pendek yang melintang dari tonjolan posterior sacrum sampai ke spina iliaca posterior superior (SIPS) dan spina iliaca posterior inferior (SIPI) seperti halnya serat longitudinal yang lebih panjang melintang dari sacrum lateral sampai ke spina iliaca posterior superior (SIPS) dan bergabung dengan ligamentum sacrotuberale. Ligamentum sacroiliaca anterior jauh kurang kuat dibandingkan dengan ligamentum sacroiliaca posterior. Ligamentum sacrotuberale adalah sebuah jalinan kuat yang melintang dari sacrum posterolateral dan aspek dorsal spina iliaca posterior sampai ke tuber ischiadicum. Ligamentum ini, bersama dengan ligamentum sacroiliaca posterior, memberikan stabilitas vertikal pada pelvis. Ligamentum sacrospinosum melintang dari batas lateral sacrum dan coccygeus sampai ke ligamentum sacrotuberale dan masuk ke spina ischiadica. Ligamentum iliolumbale melintang dari processus transversus lumbalis keempat dan kelima sampai ke crista iliaca posterior; ligamentum lumbosacrale melintang dari processus transversus lumbalis ke lima sampai ke ala ossis sacri (gambar 1). Gambar 1. Pandangan posterior (A) dan anterior (B) dari ligamentum pelvis.

Arteri iliaca communis terbagi, menjadi arteri iliaca externa, yang terdapat pada pelvis anterior diatas pinggiran pelvis. Arteri iliaca interna terletak diatas pinggiran pelvis. Arteri tersebut mengalir ke anterior dan dalam dekat dengan sendi sacroliliaca. Cabang posterior arteri iliaca interna termasuk arteri iliolumbalis, arteri glutea superior dan arteri sacralis lateralis. Arteri glutea superior berjalan ke sekeliling menuju bentuk panggul lebih besar, yang terletak secara langsung diatas tulang. Cabang anterior arteri iliaca interna termasuk arteri obturatoria, arteri umbilicalis, arteri vesicalis, arteri pudenda, arteri glutea inferior, arteri rectalis dan arteri hemoroidalis. Arteri pudenda dan obturatoria secara anatomis berhubungan dengan rami pubis dan dapat cedera dengan fraktur atau perlukaan pada struktur ini. Arteri-arteri ini dan juga vena-vena yang menyertainya seluruhnya dapat cedera selama adanya disrupsi pelvis (gambar 2). Pemahaman tentang anatomi pelvis akan membantu ahli bedah ortopedi untuk mengenali pola fraktur mana yang lebih mungkin menyebabkan kerusakan langsung terhadap pembuluh darah mayor dan mengakibatkan perdarahan retroperitoneal signifikan.

Gambar 2. Aspek internal pelvis yang memperlihatkan pembuluh darah mayor yang terletak pada dinding dalam pelvis2.2

DefinisiMerupakan 5 % dari seluruh fraktur. 2/3 trauma pelvis terjadi akibat kecelakaan lalu lintas. 10% diantaranya disertai trauma pada alat alat dalam rongga panggul seperti uretra, buli buli, rektum serta pembuluh darah.2.3

EtiologiPada orang tua penyebab paling umum adalah jatuh dari posisi berdiri. Namun, cedera yang berhubungan dengan morbilitas dan mortalitas tebesar melibatkan pasukan yang signifikan misalnya dari kecdelakaan kendaraan bermotor atau jatuh dari ketinggian.

2.4

Mekanisme / patofisiologi cedera pelvis

Cedera biasanya terjadi secara langsung pada panggul karena tekanan yang besar atau karena jatuh dari ketinggian. Pada orang tua dengan osteoporosis dan osteomalasia dapat terjadi fraktur stress pada ramus pubis.

Mekanisme cedera pada cincin panggul terdiri atas:

1. Kompresi anteroposterior

Hal ini biasanya akibat tabrakan antara seorang pejalan kaki dengan kendaraan. Ramus pubis mengalami fraktur, tulang inominata terbelah dan mengalami rotasi eksterna disertai robekan simfisis. Keadaan ini disebut sebagai open book injury.

2. Kompresi lateral

Kompresi dari samping akan menyebabkan cincin mengalami keretakan. Hal ini terjadi apabila ada trauma samping karena kecalakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian. Pada keadaan ini ramus pubis bagian depan pada kedua sisinya mengalami fraktur dan bagian belakang terdapat strain dari sendi sakroiliaka atau fraktur ilium atau dapat pula fraktur ramus pubis pada sisi yang sama.

3. Trauma vertikal

Tulang inominata pada satu sisi mengalami pergerakan secara vertikal disertai fraktur ramus pubis dan disrupsi sendi sakroiliaka pada sisi yang sama. Hal ini terjadi apabila seseorang jatuh dari ketinggian pada satu tungkai

4. Trauma kombinasi

Pada trauma yang lebih hebat dapat terjadi kombinasi kelainan diatas.

2.5

Manifestasi klinis cedera pelvis

Fraktur panggul sering merupakan bagian dari salah satu trauma multipel yang dapat mengenai organ organ lain dalam panggul. Keluhan berupa gejala pembengkakan, deformitas serta perdarahan subkutan sekitar panggul. Penderita datang dalam keadaan anemia dan syok karena perdarahan yang hebat. Terdapat Anamnesis:

a. Keadaan dan waktu trauma

b. Miksi terakhir

c. Waktu dan jumlah makan dan minum yang terakhir

d. Bila penderita wanita apakah sedang hamil atau menstruasi

e. Trauma lainnya seperti trauma pada kepala

Pemeriksaan klinik:

a. Keadaan umum

Denyut nadi, tekanan darah dan respirasi Lakukan survei kemungkinan trauma lainnya

b. Lokal Pemeriksaan nyeri: Tekanan dari samping cincin panggul, Tarikan pada cincin panggul Inspeksi perineum untuk mengetahui adanya perdarahan, pembengkakan dan deformitas Tentukan derajat ketidakstabilan cincin panggul dengan palpasi pada ramus dan simfisis pubis Pemeriksaan colok dubur

D. Berdasarkan klasifikasi Tile: Fraktur Tipe A: pasien tidak mengalami syok berat tetapi merasa nyeri bila berusaha berjalan. Terdapat nyeri tekan lokal tetapi jarang terdapat kerusakan pada visera pelvis. Fraktur Tipe B dan C: pasien mengalami syok berat, sangat nyeri dan tidak dapat berdiri, serta juga tidak dapat kencing. Kadang kadang terdapat darah di meatus eksternus. Nyeri tekan dapat bersifat lokal tetapi sering meluas, dan jika menggerakkan satu atau kedua ala ossis ilium akan sangat nyeri.2.6 Pemeriksaan penunjang cedera pelvis

a. Pemeriksaan radiologis:

Setiap penderita trauma panggul harus dilakukan pemeriksaan radiologis dengan prioritas pemeriksaan rongent posisi AP. Pemeriksaan rongent posisi lain yaitu oblik, rotasi interna dan eksterna bila keadaan umum memungkinkan.

b. Pemeriksaan urologis dan lainnya: Kateterisasi Ureterogram Sistogram retrograd dan postvoiding Pielogram intravena Aspirasi diagnostik dengan lavase peritoneal2.7

Komplikasi cedera pelvis

a. Komplikasi segera1. Trombosis vena ilio femoral : sering ditemukan dan sangat berbahaya. Berikan antikoagulan secara rutin untuk profilaktik.2. Robekan kandung kemih : terjadi apabila ada disrupsi simfisis pubis atau tusukan dari bagian tulang panggul yang tajam.3. Robekan uretra : terjadi karena adanya disrupsi simfisis pubis pada daerah uretra pars membranosa.4. Trauma rektum dan vagina5. Trauma pembuluh darah besar yang akan menyebabkan perdarahan masif sampai syok.6. Trauma pada saraf : Lesi saraf skiatik : dapat terjadi pada saat trauma atau pada saat operasi. Apabila dalam jangka waktu 6 minggu tidak ada perbaikan, maka sebaiknya dilakukan eksplorasi. Lesi pleksus lumbosakralis : biasanya terjadi pada fraktur sakrum yang bersifat vertikal disertai pergeseran. Dapat pula terjadi gangguan fungsi seksual apabila mengenai pusat saraf.

b. Komplikasi lanjut

1. Pembentukan tulang heterotrofik : biasanya terjadi setelah suatu trauma jaringan lunak yang hebat atau setelah suatu diseksi operasi. Berikan Indometacin sebagai profilaksis.2. Nekrosis avaskuler : dapat terjadi pada kaput femur beberapa waktu setelah trauma.3. Gangguan pergerakan sendi serta osteoartritis sekunder : apabila terjadi fraktur pada daerah asetabulum dan tidak dilakukan reduksi yang akurat, sedangkan sendi ini menopang berat badan, maka akan terjadi ketidaksesuaian sendi yang akan memberikan gangguan pergerakan serta osteoartritis dikemudian hari.4. Skoliosis kompensator2.8

Penatalaksanaan1. ABC merupakan manajemen yang utama2. Koreksi hipovolemia : paling tidak 2 jalur IV ukuran besar terpasang3. Kirim darah untuk FBC, urea/elektrolit/kreatinin, profil koagulasi, dan rapid matched blood.siapkan 4-6 unit darah4. Lakukan pemeriksaan Fisik :

1) Pembengkakan area suprapubik atau groin area.2) Ekimosis pada genitalia eksterna, paha bagian medial dan area flank.3) Darah dari urethra.4) Abrasi, kontusio dari tulang yang menonjol5) Step-off, instabilitas6) Krepitus pada palpasi bimanual iliac wing

Catatan : a. Jangan mencoba untuk melakukan test goyang pelvis untuk menentukan stabilitas karena hal ini tidak reliable, tidak diperlukan dan dapat menyebabkan perdarahan tambahan. b. Laserasi perineum, groin atau buttock setelah trauma mengindikasikan adanya fraktur pelvic terbuka kecuali terbukti bukan. c. Pemeriksaan neurology harus dilakukan dimana injury pleksus sakralis dapat terjadi.Injury lain yang terkait :

1. Inspeksi perineum untuk mencari luka terbuka

2. Lakukan pemeriksaan rectum untuk menentukan posisi prostate, merasakan spikula tulang dan mencari adanya darah.

3. Lakukan pemeriksaan vagina untuk mencari luka terbuka.4. Jika ada bukti injury uretra, misalnya darah pada meatus, memar pada skrotum atau prostate letak tinggi, hati-hati pada fraktur pelvic yang dapat tidak stabil.

a. Jangan masukkan kateter. Konsulkan pada urologist untuk kemungkinan pemasangan kateter suprapubik.b. Lakukan X ray pelvic untuk mencari kerusakan dan asimetri dari simphisis pubis.c. Berikan analgesik yang adekuat.d. Mulai pemberian antibiotik pada kasus fraktur terbuka.e. Gunakan Sandbags untuk mensupport fraktur pelvic yang tidak stabil.f. Rujuk ke orthopaedics untuk mengurangi dan meng-imobilisasi fraktur dengan C-clamp external fixator.g. Jika control perdarahan gagal, pertimbangkan angiografi dan embolisasi.

BAB III

ANALISA KASUS

KASUS

PELITARIAU, Rengat Anggota DPRD Inhu H. Suradi SH baru saja pulang menghadiri acara pelantikan pimpinan DPRD kota Pekanbaru. Saat sampai di Bukit Selasih, tiba-tiba saja mobilnya yang melewati genangi air hujan di jalan, tergelincir ke luar jalan di daerah Bukit Selasih, kecamatan Rengat Barat Inhu, Senin (11/11) sekitar pukul 16.00 wib.

Sehingga mobil nissan X-Trail yang dikemudikannya tidak terkendalikan dan terjadilah kecelakaan. Akibatnya Suradi mengalami patah tulang panggul dan kaki..

Saya terkejut dan tidak lagi bisa mengendalikan mobil, sehingga akhirnya menabrak pohon sawit, ungkap mantan ketua Komisi A DPRD Inhu periode 2009-2014 ini kepada wartawan di RSUD Indrasari, Senin sore (10/11) saat akan dirujuk ke RS Santa Maria Pekanbaru.

Praktisi partai Golkar yang berada di Ambulance ini untuk di rujuk ke rumah sakit Santa Maria mengatakan berdasarkan hasil rontgen, dirinya memang mengalami retak tulang pinggul dan patah kaki kanan, bahkan dadanya terasa sesak akibat dari hantaman Air Bag mobil.

Bahkan dari informasi yang didapat, buang air kecil pria asal pemilihan Inhu 2 ini, sudah beradarah. Saat dibawa dengan Ambulance pun Suradi tampak lemas terbaring pada kasur yang ada pada Ambulance, karena untuk duduk tidak bisa lagi.

Dikatakan Suradi, dirinya menghadiri pelantikan pimpinan DPRD kota Pekanbaru, mewakili Plt ketua DPRD Inhu, Samsudin yang tak bisa hadir. Sementara itu, akibat benturan keras tersebut, mobil dinas BM 1050 B yang dikendarainya pipih pada bagian depannya dan saat ini berada di Pos Bantuan Lantas Pematang Reba.(cr. rio)ANALISA KASUSIdentifikasi

Seorang laki-laki anggota DPRD Inhu H. Suradi SH. Mengalami kecelakaan di daerah Bukit Selasih kecamatan Rengat barat Inhu, pada hari (11-11-2014) pukul 16.00 Wib. Kecelakaan terjadi karena mobil yang ditumpangi tergelincir saat mobil melewati genangan air hujan dan menabrak pohon sawit. Akibatnya Suradi mengalami patah tulang panggul dan kaki, Suradi mengeluh dadanya terasa sesak dan buang air kecil sudah berdarah. Sehingga suradi tidak bisa duduk.Penyebab masalah Pada kasus diatas pasien mengalami patah tulang panggul dan kaki (berdasarkan hasil rontgen), namun kemungkinan pasien mengalami cedera pada dada karena pasien mengeluh sesak nafas. Rontgen tidak dilakukan pada dada. Akibat patah tulang pelvis dan kaki tersebut pasien merasakan nyeri yang sangat hebat sehingga pasien merasakan dadanya terasa sesak sehingga pasien merasa lemas dan untuk duduk pun pasien tidak bisa. Pasien juga mengalami kencing darah, diduga karena tulang panggul yang patah menggores saluran kemih. Penatalaksanaan

Pada kasus diatas tidak dijelaskan penatalaksanaan kegawatdaruratan cedera panggul.

Sebaiknya dilakukan :1.ABC merupakan manajemen yang utama

2.Koreksi hipovolemia : paling tidak 2 jalur IV ukuran besar terpasang3.Kirim darah untuk FBC, urea/elektrolit/kreatinin, profil koagulasi, dan rapid matched blood.siapkan 4-6 unit darah4.Lakukan pemeriksaan Fisik :

A. Pembengkakan area suprapubik atau groin area.B. Ekimosis pada genitalia eksterna, paha bagian medial dan area flank.C. Darah dari urethra.D. Abrasi, kontusio dari tulang yang menonjolE. Step-off, instabilitasF. Krepitus pada palpasi bimanual iliac wing

Catatan : 1. Jangan mencoba untuk melakukan test goyang pelvis untuk menentukan stabilitas karena hal ini tidak reliable, tidak diperlukan dan dapat menyebabkan perdarahan tambahan. 2. Laserasi perineum, groin atau buttock setelah trauma mengindikasikan adanya fraktur pelvic terbuka kecuali terbukti bukan. 3. Pemeriksaan neurology harus dilakukan dimana injury pleksus sakralis dapat terjadi.Injury lain yang terkait :

1) Inspeksi perineum untuk mencari luka terbuka2) Lakukan pemeriksaan rectum untuk menentukan posisi prostate, merasakan spikula tulang dan mencari adanya darah.3) Jika ada bukti injury uretra, misalnya darah pada meatus, memar pada skrotum atau prostate letak tinggi, hati-hati pada fraktur pelvic yang dapat tidak stabil.

a. Jangan masukkan kateter. Konsulkan pada urologist untuk kemungkinan pemasangan kateter suprapubik.b. Lakukan X ray pelvic untuk mencari kerusakan dan asimetri dari simphisis pubis.c. Berikan analgesik yang adekuat.d. Mulai pemberian antibiotik pada kasus fraktur terbuka.e. Gunakan Sandbags untuk mensupport fraktur pelvic yang tidak stabil.f. Rujuk ke orthopaedics untuk mengurangi dan meng-imobilisasi fraktur dengan C-clamp external fixator.g. Jika control perdarahan gagal, pertimbangkan angiografi dan embolisasi.DAFTAR PUSTAKAhttp://pelitariau.com/mobile/detailberita/1353Update : Tahun 2014

Diunduh pada tanggal : 6 April 2015

Hari: Senin

Jam : 08:45 WIB