(30-42)Identifikasi Perubahan Tutupan Vegetasi dan Curah ...
2013-08-30-16-42-32_RONIKA
-
Upload
ozzy-argha-ghea -
Category
Documents
-
view
25 -
download
5
description
Transcript of 2013-08-30-16-42-32_RONIKA
-
Dasar Elektronika - 1
1.1. Pendahuluan
Pada dasarnya semua bahan memiliki sifat resistif namun beberapa bahan seperti
tembaga, perak, emas dan bahan metal umumnya memiliki resistansi yang sangat kecil.
Bahan-bahan tersebut menghantar arus listrik dengan baik, sehingga dinamakan
konduktor. Kebalikan dari bahan yang konduktif, bahan material seperti karet, gelas,
karbon memiliki resistansi yang lebih besar menahan aliran elektron dan disebut sebagai
insulator. Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk
membatasi jumlah arus yang mengalir dalam satu rangkaian. Sesuai dengan namanya
resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon .
Dari hukum Ohms diketahui, resistansi berbanding terbalik dengan jumlah arus
yang mengalir melaluinya. Satuan resistansi dari suatu resistor disebut Ohm atau
dilambangkan dengan simbol (Omega).
Tipe resistor yang umum adalah berbentuk tabung dengan dua kaki tembaga di
kiri dan kanan. Pada badannya terdapat lingkaran membentuk gelang kode warna untuk
memudahkan pemakai mengenali besar resistansi tanpa mengukur besarnya dengan
Ohmmeter. Kode warna tersebut adalah standar manufaktur yang dikeluarkan oleh EIA
(Electronic Industries Association) seperti yang ditunjukkan pada tabel 1.1. berikut :
-
Dasar Elektronika - 2
Tabel 1-1 : Nilai Warna Gelang
Warna Nilai Faktor
Pengali Toleransi
Hitam 0 1
Coklat 1 10 1%
Merah 2 100 2%
Jingga 3 1.000
Kuning 4 10.000
Hijau 5 100.000
Biru 6 106
Violet 7 107
Abu-abu 8 108
Putih 9 109
Emas - 0.1 5%
Perak - 0.01 10%
Tanpa warna - - 20%
1.2. Cara Pembacaan Nilai Tahanan
Resistansi dibaca dari warna gelang yang paling depan ke arah gelang toleransi
berwarna coklat, merah, emas atau perak. Biasanya warna gelang toleransi ini berada
pada badan resistor yang paling pojok atau juga dengan lebar yang lebih menonjol,
sedangkan warna gelang yang pertama agak sedikit ke dalam. Dengan demikian
pemakai sudah langsung mengetahui berapa toleransi dari resistor tersebut.
Jumlah gelang yang melingkar pd resistor umumnya sesuai dengan besar
toleransinya. Biasanya resistor dengan toleransi 5%, 10% atau 20% memiliki 3 gelang
(tidak termasuk gelang toleransi). Tetapi resistor dengan toleransi 1% atau 2% (toleransi
kecil) memiliki 4 gelang (tidak termasuk gelang toleransi). Gelang pertama dan
seterusnya berturut-turut menunjukkan besar nilai satuan, dan gelang terakhir adalah
faktor pengalinya.
Misalnya resistor dengan gelang kuning, violet, merah dan emas. Gelang
berwarna emas adalah gelang toleransi. Dengan demikian urutan warna gelang resitor
ini adalah, gelang pertama berwarna kuning, gelang kedua berwana violet dan gelang ke
-
Dasar Elektronika - 3
tiga berwarna merah. Gelang ke empat tentu saja yang berwarna emas dan ini adalah
gelang toleransi.
Dari tabel-1 diketahui jika gelang toleransi berwarna emas, berarti resitor ini
memiliki toleransi 5%. Nilai resistansisnya dihitung sesuai dengan urutan warnanya.
Pertama yang dilakukan adalah menentukan nilai satuan dari resistor ini. Karena resitor
ini resistor 5% (yang biasanya memiliki tiga gelang selain gelang toleransi), maka nilai
satuannya ditentukan oleh gelang pertama dan gelang kedua. Masih dari tabel-1
diketahui gelang kuning nilainya = 4 dan gelang violet nilainya = 7. Jadi gelang pertama
dan kedua atau kuning dan violet berurutan, nilai satuannya adalah 47. Gelang ketiga
adalah faktor pengali, dan jika warna gelangnya merah berarti faktor pengalinya adalah
100. Sehingga dengan ini diketahui nilai resistansi resistor tsb adalah nilai satuan x
faktor pengali atau 47 x 100 = 4,7 K dan toleransinya adalah 5%.
Spesifikasi lain yang perlu diperhatikan dalam memilih resitor pada suatu
rancangan selain besar resistansi adalah besar watt-nya. Karena resistor bekerja dengan
dialiri arus listrik, maka akan terjadi disipasi daya berupa panas sebesar P = I2.R watt.
Semakin besar ukuran fisik suatu resistor dapat menunjukkan semakin besar
kemampuan disipasi daya resistor tersebut.
Resistansi tinggi
Resistansi Rendah
Arus
Tegangan
0
Gambar 1-1. Hukum Resistansi
-
Dasar Elektronika - 4
Cincin 5
Cincin 1 Cincin 2 Cincin 3 Cincin 4
Cincin-Cincin Warna 1, 2, 3
Cincin-Cincin Warna 4
Cincin-Cincin Warna 5
Hitam 0 Dikalikan Dengan Toleransi
Coklat 1 Perak 0,01 Coklat 1%
Merah 2 Emas 0,1 Merah 2%
Jingga 3 Hitam 1 Emas 5%
Kuning 4 Coklat 10 Perak 10%
Hijau 5 Merah 100 Kosong 20%
Biru 6 Jingga 1000
Ungu 7 Kuning 10000
Abu-Abu 8 Hijau 100000
Putih 9 Biru 1000000
2 5 8 1000000 2%
258 M 2%
Gambar 1-2. Kode Warna Resistor
1.3. P.T.C (Positive Temperature Coefficient)
Resistansi
Suhu
Gambar 1-3. PTC
memiliki karakteristik seperti PTC. Resistansi dari bahan konduktor akan mengecil
dengan kenaikan suhu dan karenanya disebut koefisien suhu negatif (negative
temperature coefficient/NTC).
Gambar disamping memperlihatkan
bagaimana resistansi sebuah konduktor logam,
(mis : tembaga) berubah-ubah menurut suhu.
Karena resistansi dari bahan bertambah besar
seiring dengan kenaikan suhu, karakteristik
semacam ini dikatakan sebagai memiliki
koefisien suhu positif (positive temperature
coefficient/PTC), tapi tidak semua bahan karbon
-
Dasar Elektronika - 5
Resistansi dari suatu konduktor pada suhu t diberikan oleh persamaan :
)ttt1(RR 320t . (a)
dimana : , , = konstanta
R0 = resistansi pada 00
C
Koefisien-koefisen , , biasanya cukup kecil dan pada umumnya pemakaian
suhu dengan kisaran 00C 1000C, sehingga dapat diaproksimasikan karakteristiknya
sebagai suatu hukum garis lurus seperti pada gambar dibawah ini :
Resistansi
Suhu
00C t0C
R0
Rt
Gambar 1-3. Karakteristik PTC
1.4. TERMISTOR (NTC Dan PTC)
Pada resistor-resistor konvensional ada kalanya kita membutuhkan resistansi
yang tetap tidak berubah pada kisaran suhu yang lebar (dengan kata lain harus nol).
Sebaliknya terdapat aplikasi-aplikasi dimana kita dapat memanfaatkan efek variasi
resistansi untuk mendeteksi perubahan suhu. Komponen yang memungkinkan untuk
melakukan hal ini dikenal dengan sebagai : Termistor. Resistansi suatu termistor
berubah-ubah seiring dengan berubahnya suhu. Tersedia dua jenis yaitu : PTC dan
NTC.
Gambar 1-4. Karakteristik, Simbol dan Gambar NTC
Sedangkan persamaan (a) dapat disederhanakan
menjadi :
)t1(RR 0t ................. (b)
dimana :
= koefisien suhu
-t0C
atau
x
-t0C
R
esis
tan
si
Suhu
-
Dasar Elektronika - 6
Termistor NTC yang tipikal memiliki resistansi yang berubah-ubah mulai dari beberapa
ratus atau beberapa ribu ohm pada 250C hingga beberapa puluh atau beberapa ratus ohm
pada 1000C
Termistor PTC umumnya memiliki karakteristik resistansi suhu yang tetap
berbentuk datar (biasanya pada suhu sekitar 100 ) untuk kisaran 00C hingga sekitar
750C. Diatas kisaran ini dan pada suhu kritis (biasanya pada kisaran 80
0C hingga
1200C) resistansi termistor melonjak sangat cepat hingga mencapai bahkan melampaui
nilai 10 k .
Gambar 1-5. Karakteristik, Simbol dan Bentuk PTC
Termistor PTC biasanya digunakan untuk proteksi arus lebih. Pada kondisi
terdapat gangguan arus akan melampaui nilai ambang batas dengan selisih yg besar
sehingga termistor mulai mengalami pemanasan diri, resistansi akan naik dengan cepat.
Nilai-nilai yang tipikal dari arus ambang dan arus jatuh masing-masing adalah 200 mA
dan 8 mA untuk alat yang memiliki resistansi nominal sebesar 25 pada suhu 250C.
1.5. Resistor Peka Cahaya (LDR)
Resistor peka cahaya /LDR (Light Dependent Resistor) memanfaatkan bahan
semikon-duktor yang karakteristik listriknya berubah-ubah sesuai dengan cahaya yang
diterima. Dua jenis bahan semikonduktor yang digunakan dalam pembuatan LDR
adalah Kadnium Sulfida (CdS) dan Kadnium Selenida (CdSe). Bahan-bahan ini paling
sensitif terhadap cahaya dalam spektrum tampak, dengan puncaknya 0,6 mikrometer
untuk CdS dan 0,75 mikrometer untuk CdSe.
R
esi
stan
si
Suhu
+t 0 C
-
Dasar Elektronika - 7
Gambar 1-6. Karakteristik dan Simbol LDR
1.6. Resistor Peka Tegangan (VDR)
Resistansi dari suatu resistor peka tegangan (voltage dependent resistor/VDR)
jatuh dengan sangat cepat ketika tegangan yang bekerja padanya melampaui suatu
tegangan nominal, baik ke arah membesar ataupun mengecil. Dalam operasi normal,
arus yang mengalir melalui VDR dapat diabaikan besarnya, tetapi ketika resistansinya
jatuh, arus akan menjadi besar dan energi dalam jumlah yang signifikan akan terserap.
Gambar 1-7. Karakteristik dan Simbol VDR
Resistansi
Intensitas Cahaya
Arus
Tegangan
V atau V
-
Dasar Elektronika - 8
Prinsip Dasar Dan Spesifikasi Elektriknya
2.1. Pendahuluan
Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan muatan listrik.
Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan oleh suatu
bahan dielektrik.
ElektrodaElektroda
Dielektrik
Gambar 2-1 : Prinsip Dasar Kapasitor
Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya udara vakum, keramik,
gelas dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi tegangan listrik, maka muatan-
muatan positif akan mengumpul pada salah satu kaki (elektroda) metalnya dan pada saat
yang sama muatan-muatan negatif terkumpul pada ujung metal yang satu lagi. Muatan
positif tidak dapat mengalir menuju ujung kutup negatif dan sebaliknya muatan negatif
tidak bisa menuju ke ujung kutup positif, karena terpisah oleh bahan dielektrik yang
non-konduktif. Muatan elektrik ini "tersimpan" selama tidak ada konduksi pada ujung-
ujung kakinya. Di alam bebas, phenomena kapasitor ini terjadi pada saat terkumpulnya
muatan-muatan positif dan negatif di awan.
2.2. Kapasitansi
Kapasitansi didefenisikan sebagai kemampuan dari suatu kapasitor untuk dapat
menampung muatan elektron. Coulombs pada abad 18 menghitung bahwa 1 Coulomb
= 6.25 x 1018
elektron. Kemudian Michael Faraday membuat postulat bahwa sebuah
kapasitor akan memiliki kapasitansi sebesar 1 farad jika dengan tegangan 1 volt dapat
memuat muatan elektron sebanyak 1 coulombs. Dengan rumus dapat ditulis :
Q = C.V ................................(2.1)
dimana : Q = muatan elektron dalam C (coulombs)
-
Dasar Elektronika - 9
C = nilai kapasitansi dalam F (farads)
V = besar tegangan dalam V (volt)
Dalam praktek pembuatan kapasitor, kapasitansi dihitung dengan mengetahui
luas area plat metal (A), jarak (t) antara kedua plat metal (tebal dielektrik) dan konstanta
(k) bahan dielektrik.
Dengan rumusan dapat ditulis sebagai berikut :
C = (8.85 x 10-12
) (k A/t) ................................(2.2)
Berikut adalah tabel contoh konstanta (k) dari beberapa bahan dielektrik yang
disederhanakan :
Tabel 2-1 Konstanta K Bahan Dielektrik
Udara vakum k = 1
Aluminium oksida k = 8
Keramik k = 100 - 1000
Gelas k = 8
Polyethylene k = 3
Untuk rangkaian elektronik praktis, satuan farads adalah sangat besar sekali.
Umumnya kapasitor yang ada di pasar memiliki satuan uF (10-6
F), nF (10-9
F) dan pF
(10-12
F). Konversi satuan penting diketahui untuk memudahkan membaca besaran
sebuah kapasitor. Misalnya 0,047uF dapat juga dibaca sebagai 47nF, atau contoh lain
0,1nF sama dengan 100pF.
2.3. Jenis-Jenis Kapasitansi
Kapasitor terdiri dari beberapa tipe, tergantung dari bahan dielektriknya. Untuk
lebih sederhana dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu kapasitor electrostatic, electrolytic
dan electrochemical.
2.3.1. Kapasitor Electrostatic
Kapasitor electrostatic adalah kelompok kapasitor yang dibuat dengan bahan
dielektrik dari keramik, film dan mika. Keramik dan mika adalah bahan yang popular
serta murah untuk membuat kapasitor yang kapasitansinya kecil. Tersedia dari besaran
pF sampai beberapa uF, yang biasanya untuk aplikasi rangkaian yang berkenaan dengan
frekuensi tinggi. Termasuk kelompok bahan dielektrik film adalah bahan-bahan
material seperti polyester (polyethylene terephthalate) atau dikenal dengan sebutan
-
Dasar Elektronika - 10
mylar), polystyrene, polyprophylene, polycarbonate, metalized paper dan lainnya.
Mylar, MKM, MKT adalah beberapa contoh sebutan merek dagang untuk
kapasitor dengan bahan-bahan dielektrik film. Umumnya kapasitor kelompok ini adalah
non-polar.
2.3.2. Kapasitor Electrolytic
Kelompok kapasitor electrolytic terdiri dari kapasitor-kapasitor yang bahan
dielektriknya adalah lapisan metal-oksida. Umumnya kapasitor yang termasuk
kelompok ini adalah kapasitor polar dengan tanda + dan - di badannya. Mengapa
kapasitor ini dapat memiliki polaritas, adalah karena proses pembuatannya
menggunakan elektrolisa sehingga terbentuk kutup positif anoda dan kutup negatif
katoda.
Telah lama diketahui beberapa metal seperti tantalum, aluminium, magnesium,
titanium, niobium, zirconium dan seng (zinc) permukaannya dapat dioksidasi sehingga
membentuk lapisan metal-oksida (oxide film). Lapisan oksidasi ini terbentuk melalui
proses elektrolisa, seperti pada proses penyepuhan emas. Elektroda metal yang dicelup
kedalam larutan electrolit (sodium borate) lalu diberi tegangan positif (anoda) dan
larutan electrolit diberi tegangan negatif (katoda). Oksigen pada larutan electrolyte
terlepas & mengoksidai permukaan plat metal. Contohnya, jika digunakan Alumunium,
maka akan terbentuk lapisan Aluminium-oksida (Al2O3) pada permukaannya.
+
Metal
Larutan Electrolyte
Katoda
AnodaLapisan Oksidasi
Gambar 2-1 : Kapasitor Elco
Dengan demikian berturut-turut plat metal (anoda), lapisan-metal-oksida dan
electrolyte(katoda) membentuk kapasitor. Dalam hal ini lapisan-metal-oksida sebagai
dielektrik. Dari rumus (2.2) diketahui besar kapasitansi berbanding terbalik dengan tebal
dielektrik. Lapisan metal-oksida ini sangat tipis, sehingga dengan demikian dapat dibuat
kapasitor yang kapasitansinya cukup besar.
-
Dasar Elektronika - 11
Karena alasan ekonomis dan praktis, umumnya bahan metal yang banyak
digunakan adalah aluminium dan tantalum. Bahan yang paling banyak dan murah
adalah Aluminium. Untuk mendapatkan permukaan yang luas, bahan plat Aluminium
ini biasanya digulung radial. Sehingga dengan cara itu dapat diperoleh kapasitor yang
kapasitansinya besar. Contoh : 100F, 470F, 4700F dan lain-lain, yang sering juga
disebut : Kapasitor Elco.
Bahan electrolyte pada kapasitor Tantalum ada yang cair tetapi ada juga yang
padat. Disebut electrolyte padat, tetapi sebenarnya bukan larutan electrolit yang menjadi
elektroda negatifnya, melainkan bahan lain yaitu manganese-dioksida.
Dengan demikian kapasitor jenis ini bisa memiliki kapasitansi yang besar namun
menjadi lebih ramping dan mungil. Selain itu karena seluruhnya padat, maka waktu
kerjanya (lifetime) menjadi lebih tahan lama. Kapasitor tipe ini juga memiliki arus
bocor yang sangat kecil, jadi dapat dipahami mengapa kapasitor Tantalum menjadi
relatif mahal.
2.3.3. Kapasitor Electrochemical
Satu jenis kapasitor lain adalah kapasitor electrochemical. Termasuk kapasitor
jenis ini adalah batere dan accu. Pada kenyataanya batere dan accu adalah kapasitor
yang sangat baik, karena memiliki kapasitansi yang besar dan arus bocor (leakage
current) yang sangat kecil. Tipe kapasitor jenis ini juga masih dalam pengembangan
untuk mendapatkan kapasitansi yang besar namun kecil dan ringan, misalnya untuk
applikasi mobil elektrik dan telepon selular.
2.4. Macam dan Penggunaan Kapasitor
Kapasitor merupakan komponen pasif elektronika yang sering dipakai didalam
merancang suatu sistem yang berfungsi untuk mengeblok arus DC, Filter, dan
penyimpan energi listrik. Didalamnya 2 buah pelat elektroda yang saling berhadapan
dan dipisahkan oleh sebuah insulator. Sedangkan bahan yang digunakan sebagai
insulator dinamakan dielektrik. Ketika kapasitor diberikan tegangan DC maka energi
listrik disimpan pada tiap elektrodanya. Selama kapasitor melakukan pengisian, arus
mengalir. Aliran arus tersebut akan berhenti bila kapasitor telah penuh. Yang
membedakan tiap - tiap kapasitor adalah dielektriknya. Berikut ini adalah jenis jenis
kapasitor yang banyak dijual dipasaran.
-
Dasar Elektronika - 12
2.4.1. Electrolytic Capacitor
Elektroda dari kapasitor ini terbuat dari alumunium yang menggunakan
membran oksidasi yang tipis. Karakteristik utama dari Electrolytic Capacitor adalah
perbedaan polaritas pada kedua kakinya. Dari karakteristik tersebut kita harus berhati
hati di dalam pemasangannya pada rangkaian,
jangan sampai terbalik. Bila polaritasnya
terbalik maka akan menjadi rusak bahkan
MELEDAK. Biasanya jenis kapasitor ini
digunakan pada rangkaian power supply, low
pass filter , rangkaian pewaktu. Kapasitor ini
tidak bisa digunakan pada rangkaian frekuensi
tinggi. Biasanya tegangan kerja dari kapasitor
dihitung dengan cara mengalikan tegangan catu daya dengan 2. Misalnya kapasitor akan
diberikan catu daya dengan tegangan 5 Volt, berarti kapasitor yang dipilih harus
memiliki tegangan kerja minimum 2 x 5 = 10 Volt.
2.4.2. Tantalum Capacitor
Merupakan jenis electrolytic capacitor yang elektrodanya terbuat dari material
tantalum. Komponen ini memiliki polaritas, cara membedakannya dengan mencari
tanda + yang ada pada tubuh kapasitor, tanda ini menyatakan bahwa pin dibawahnya
memiliki polaritas positif. Diharapkan berhati hati di
dalam pemasangan komponen karena tidak boleh terbalik.
Karakteristik temperatur dan frekuensi lebih bagus daripada
electrolytic capacitor yang terbuat dari bahan alumunium
dan kebanyakan digunakan untuk sistem yang
menggunakan sinyal analog. Contoh aplikasi yang
menggunakan kapasitor jenis ini adalah noise limiter,
coupling capacitor dan rangkaian filter.
2.4.3. Ceramic Capacitor
Kapasitor menggunakan bahan titanium acid
barium untuk dielektriknya. Karena tidak dikonstruksi
seperti koil maka komponen ini dapat digunakan pada
rangkaian frekuensi tinggi. Biasanya digunakan untuk
-
Dasar Elektronika - 13
melewatkan sinyal frekuensi tinggi menuju ke ground. Kapasitor ini tidak baik
digunakan untuk rangkaian analog, karena dapat mengubah bentuk sinyal. Jenis ini
tidak mempunyai polaritas dan hanya tersedia dengan nilai kapasitor yang sangat kecil
dibandingkan dengan kedua kapasitor diatas. Dan mempunyai tegangan hingga 15 kV
DC.
2.4.4. Multilayer Ceramic Capacitor (MLCC)
Bahan material untuk kapasitor ini sama dengan jenis kapasitor keramik,
bedanya terdapat pada jumlah lapisan yang
menyusun die lek triknya. Pada jenis ini
dielektriknya disusun dengan banyak lapisan atau
biasany a disebut dengan layer dengan ketebalan 10
s/d 20 m dan pelat elektrodanya dibuat dari logam
yang murni. Selain itu ukurannya kecil dan memiliki
karakteristik suhu yang lebih bagus daripada
kapasitor keramik. Biasanya jenis ini baik digunakan
untuk aplikasi atau melewatkan frekuensi tinggi
menuju tanah.
2.4.5. Polyester Film Capacitor
Dielektrik dari kapasitor ini terbuat dari polyester film. Mempunyai karakteristik
suhu yang lebih bagus dari semua jenis kapasitor di atas. Dapat digunakan untuk
frekuensi tinggi. Biasanya jenis ini digunakan
untuk rangkaian yang menggunak an frekue nsi
tinggi, dan rangkaian analog. Kapasitor ini
biasanya disebut mylar dan mempunyai toleransi
sebesar 5% sampai 10%.
2.4.6. Polypropylene Capacitor
Kapasitor ini memiliki nilai toleransi yang lebih tinggi dari polyester film
capacitor. Pada umumnya nilai kapasitansi dari k
omponen ini tidak akan berubah apabila dirancang
disuatu sistem dimana frekuensi yang melaluin ya lebih
-
Dasar Elektronika - 14
kecil atau sama dengan 100KHz. Pada gambar disamping ditunjukkan kapasitor
polypropylene dengan toleransi 1%.
2.4.7. Kapasitor Mika
Jenis ini menggunakan mika sebagai bahan dielektriknya. Kapasitor mika
mempunyai tingkat kestabilan yang bagus, karena temperatur koefisiennya rendah.
Karena frekuensi karakteristiknya sangat
bagus, biasanya kapasitor ini digunakan untuk
rangkaian resonansi, filter untuk frekuensi
tinggi dan rangkaian yang menggunakan
tegangan tinggi misalnya: radio pemancar yang
menggunakan tabung transistor. Kapasitor mika tidak mempunyai nilai kapasitansi
yang tinggi, dan harganya relatif mahal.
2.4.8. Polystyrene Film Capacitor
Dielektrik dari kapasitor ini menggunakan polystyrene film . Tipe ini tidak bisa
digunakan untuk aplikasi yang menggunakan
frekuensi tinggi, karena konstruksinya yang sama
seperti kapasitor elektrolit yaitu seperti koil.
Kapasitor ini baik untuk aplikasi pewaktu dan
filter yang menggunakan frekuensi beberapa
ratus KHz. Komponen ini mempunyai 2 warna untuk elektrodanya, yaitu: merah dan
abu abu. Untuk yang merah elektrodanya terbuat dari tembaga sedangkan warna abu
abu terbuat dari kertas alumunium.
2.4.9. Electric Double Capacitor (Super Capacitor)
Jenis kapasitor ini bahan dielektriknya sama dengan kapasitor elektrolit. Tetapi
bedanya adalah ukuran kapasitornya lebih besar
dibandingkan kapasitor elektrolit yang telah
dijelaskan di atas. Biasanya mempunyai satuan
F. Gambar bentuk fisiknya dapat dilihat di
samping, pada gambar tersebut
kapasitornya memiliki ukuran 0.22F.
Kapasitor ini biasanya digunakan
untuk rangkaian power supply.
-
Dasar Elektronika - 15
2.4.10. Kondensator Kertas
Kondensator kertas ini sering disebut juga kondensator padder. Misal pada radio
dipasang seri dari spul osilator ke variabel condensator. Nilai kapasitas yang dipakai
pada sirkuit oscilator antara lain :
Kapasitas 200 pF - 500 pF untuk daerah
gelombang menengah (Medium Wave / MW) =
190 mt - 500 mt.
Kapasitas 1.000 pF - 2.200 pF untuk daerah
gelombang pendek (Short Wave / SW) SW 1 = 40
meter - 130 meter.
Kapasitas 2.700 pF - 6.800 pF untuk daerah gelombang SW 1, 2, 3 dan 4, = 13
meter - 49 meter
Nilai kapasitasnya ada yang tertulis langsung ada juga ada pula yang memakai
kode warna.
2.4.11. Trimmer Capacitor
Kapasitor jenis ini menggunakan keramik atau plastik sebagai bahan
dielektriknya. Nilai dari kapasitor dapat diubah ubah dengan cara memutar sekrup
yang berada diatasnya. Didalam pemutaran diharapkan
menggunakan obeng yang khusus, agar tidak menimbulkan efek
kapasitansi antara obeng dengan tangan.
Trimmer Capacitor dipasang paralel dengan variabel
kondensator berfungsi untuk menepatkan pemilihan gelombang
frekuensi tersebut. Kondensator trimer mempunyai kapasitas
dibawah 100 pF (pikoFarad).
-
Dasar Elektronika - 16
Tabel 2-2 Nilai Kondensator Kertas
Warna Nomor Faktor Perkalian Toleransi Voltage maksimum
Hitam 0 1 20%
Coklat 1 101 100V
Merah 2 102 250V
Jingga 3 103 250V
Kuning 4 104 400V
Hijau 5 105 400V
Biru 6 630V
Ungu 7 630V
Abu-abu 8 630V
Putih 9 10% 630V
2.5. Membaca Kapasitansi
Pada kapasitor yang berukuran besar, nilai kapasitansi umumnya ditulis dg
angka yang jelas. Lengkap dengan nilai tegangan maksimum dan polaritasnya.
Misalnya pada kapasitor elco dg jelas tertulis kapasitansinya sebesar 22uF/25v.
Kapasitor yang ukuran fisiknya mungil dan kecil biasanya hanya bertuliskan 2
(dua) atau 3 (tiga) angka saja. Jika hanya ada dua angka satuannya adalah pF (pico
farad). Sebagai contoh, kapasitor yang bertuliskan dua angka 47, maka kapasitansi
kapasitor tersebut adalah 47 pF. Jika ada 3 digit, angka pertama dan kedua
menunjukkan nilai nominal, sedangkan angka ke-3 adalah faktor pengali. Faktor pengali
sesuai dengan angka nominalnya, berturut-turut 1 = 10, 2 = 100, 3 = 1.000, 4 = 10.000
dan seterusnya. Misalnya pada kapasitor keramik tertulis 104, maka kapasitansinya
adalah 10 x 10.000 = 100.000pF atau = 100nF. Misalnya tertulis 222, artinya kapasitas
kapasitor tersebut adalah : 22 x 100 = 2200 pF = 2.2 nF.
Selain dari kapasitansi ada beberapa karakteristik penting lainnya yang perlu
diperhatikan. Biasanya spesifikasi karakteristik ini disajikan oleh pabrik pembuat
didalam datasheet. Berikut ini adalah beberapa spesifikasi penting tersebut.
2.5.1. Tegangan Kerja (working voltage)
-
Dasar Elektronika - 17
Tegangan kerja adalah tegangan maksimum yang diijinkan sehingga kapasitor
masih dapat bekerja dengan baik. Para elektro-mania barangkali pernah mengalami
kapasitor yang meledak karena kelebihan tegangan. Misalnya kapasitor 10F 25V,
maka tegangan yang bisa diberikan tidak boleh melebihi 25 volt dc. Umumnya
kapasitor-kapasitor polar bekerja pada tegangan DC dan kapasitor non-polar bekerja
pada tegangan AC.
2.5.2. Temperatur Kerja
Kapasitor masih memenuhi spesifikasinya jika bekerja pada suhu yang sesuai.
Pabrikan pembuat kapasitor umumnya membuat kapasitor yang mengacu pada standar
popular. Ada 4 standar popular yang biasanya tertera di badan kapasitor seperti COG
(ultra stable), X7R (stable) serta Z5U dan Y5V (general purpose). Secara lengkap
kode-kode tersebut disajikan pada table berikut :
Tabel 2-3 Kode Karakteristik Kapasitor Kelas I
Koefisien Suhu Faktor Pengali
Koefisien Suhu
Toleransi Koefisien
Suhu
Simbol PPM per
Co
Simbol Pengali Simbol PPM per
Co
C 0.0 0 -1 G +/-30
B 0.3 1 -10 H +/-60
A 0.9 2 -100 J +/-120
M 1.0 3 -1000 K +/-250
P 1.5 4 -10000 L +/-500
ppm = part per million
-
Dasar Elektronika - 18
Tabel 2-4 Kode Karakteristik Kapasitor Kelas II Dan III
Suhu Kerja
Minimum
Suhu Kerja
Maksimum Toleransi Kapasitansi
Simbol Co Simbol C
o Simbol Persen
Z +10 2 +45 A +/- 1.0%
Y -30 4 +65 B +/- 1.5%
X -55 5 +85 C +/- 2.2%
6 +105 D +/- 3.3%
7 +125 E +/- 4.7%
8 +150 F +/- 7.5%
9 +200 P +/- 10.0%
R +/- 15.0%
S +/- 22.0%
T +22% / -33%
U +22% / -56%
V +22% / -82%
2.5.3. Toleransi
Seperti komponen lainnya, besar kapasitansi nominal ada toleransinya. Tabel
diatas menyajikan nilai toleransi dengan kode-kode angka atau huruf tertentu. Dengan
table di atas pemakai dapat dengan mudah mengetahui toleransi kapasitor yang biasanya
tertera menyertai nilai nominal kapasitor. Misalnya jika tertulis 104 X7R, maka
kapasitasinya adalah 100nF dengan toleransi 15%.
Sekaligus diketahui juga bahwa suhu kerja yang direkomendasikan adalah antara
-55Co sampai +125C
o (lihat tabel kode karakteristik).
-
Dasar Elektronika - 19
2.5.4. Insulation Resistance (IR)
Walaupun bahan dielektrik merupakan bahan yang non-konduktor, namun tetap
saja ada arus yang dapat melewatinya. Artinya, bahan dielektrik juga memiliki
resistansi. walaupun nilainya sangat besar sekali. Phenomena ini dinamakan arus bocor
DCL (DC Leakage Current) dan resistansi dielektrik ini dinamakan Insulation
Resistance (IR). Untuk menjelaskan ini, berikut (gambar 2.2.) adalah model rangkaian
kapasitor
Gambar 2-2 : Model Kapasitor
Keterangan :
C = Capacitance
ESR = Equivalent Series Resistance
L = Inductance
IR = Insulation Resistance
Jika tidak diberi beban, semestinya kapasitor dapat menyimpan muatan selama-
lamanya. Namun dari model di atas, diketahui ada resitansi dielektrik IR(Insulation
Resistance) yang paralel terhadap kapasitor. Insulation resistance (IR) ini sangat besar
(MOhm). Konsekuensinya tentu saja arus bocor (DCL) sangat kecil (uA). Untuk
mendapatkan kapasitansi yang besar diperlukan permukaan elektroda yang luas, tetapi
ini akan menyebabkan resistansi dielektrik makin kecil. Karena besar IR selalu
berbanding terbalik dengan kapasitansi (C), karakteristik resistansi dielektrik ini biasa
juga disajikan dengan besaran RC (IR x C) yang satuannya ohm-farads atau megaohm-
micro farads.
2.5.5. Dissipation Factor (DF) dan Impedansi (Z)
Dissipation Factor adalah besar persentasi rugi-rugi (losses) kapasitansi jika
kapasitor bekerja pada aplikasi frekuensi. Besaran ini menjadi faktor yang
diperhitungkan misalnya pada aplikasi motor phasa, rangkaian ballast, tuner dll. Dari
model rangkaian kapasitor digambarkan adanya resistansi seri (ESR) dan induktansi
(L). Pabrik pembuat biasanya menyertakan data DF dalam persen. Rugi-rugi (losses)
itu didefenisikan sebagai ESR yang besarnya adalah persentasi dari impedansi kapasitor
Xc.(gambar 2.3 dan 2.4). Secara matematis di tulis sebagai berikut :
ESR
IR
ESR
IR
-
Dasar Elektronika - 20
Gambar 2-3. Faktor Diagram Kapasitor
Dari penjelasan di atas dapat dihitung besar total impedansi (Z total) kapasitor :
Gambar 2-4. Faktor Diagram Ztotal
Karakteristik respons frekuensi sangat perlu diperhitungkan terutama jika kapasitor
bekerja pada frekuensi tinggi.
Telah dijelaskan terdahulu bahwa satuan kapasitansi adalah farad (F) sehingga
apabila bila sebuah kapasitor dikatakan memiliki 1 F, jika arus sebesar 1 A mengalir di
dalamnya ketika tegangan yang berubah-ubah dengan kecepatan 1V/s diberikan pada
kapasitor tersebut.
-
Dasar Elektronika - 21
Arus yang mengalir di dalam sebuah kapasitor karenanya akan sebanding
dengan hasil kali kapasitansi (C) dengan kecepatan perubahan tegangan yang diberikan,
maka :
i = C x (kecepatan perubahan tegangan)
Kecepatan perubahan tegangan seringkali direpresentasikan oleh persamaan dv/dt,
dimana dv adalah perubahan tegangan yang sangat kecil dan dt adalah perubahan waktu
yang sangat kecil, maka : dt
dvCi dt i
C
1v , dimana qdt i
Sedangkan : Q = C.V
Konstanta kesebandingan C menyatakan sifat penyimpanan muatan dari elemen tersebut
dan dinamakan : Kapasitans Elemen
Contoh :
Sebuah tegangan berubah dengan kecepatan tetap dari 10 V hingga 50 V dalam periode
waktu 0,1 s, jika tegangan ini diberikan kepada sebuah kapasitor sebesar 22 F.
Tentukanlah arus yang akan mengalir.
Jawab :
Arus yang mengalir akan diberikan oleh :
i = C x (kecepatan perubahan tegangan), sehingga :
mA 8,810.8,81,0
1050x10.22
waktu
tegangan perubahan.Ci 36
2.5.6. Penyimpanan Energi
Energi yang tersimpan dalam suatu kapasitor berbanding lurus dengan hasil kali
dari kapasitansi dengan kwadrat dari beda potensial.
Daya dari sebuah kapasitans adalah :
watt.........dt
dvC.VI.VP
dan tenaganya adalah :
joule.......CV2
1CdvVdv.Cdt.
dt
dvV.CpdtW 22
Pada proses mengisi dan mengeluarkan muatan listrik, kondensator mengalami
perlawanan dari sifat kondensator itu sendiri. Perlawanan kondensator disebut :
Reaktansi Kapasitif (XC)
-
Dasar Elektronika - 22
c.f2
1XC
.. satuan
sehingga :
- Makin tinggi frekwensi, makin kecil XC
- Makin besar C, makin kecil XC
- Kondensator mempunyai tahanan yang tergantung dari frekwensi dan kapasitas
kondensator
+
+
+
+
+
+
- -
- -
- -
+Q -Q
L
abV
QC
Vb Va
Gambar 2-5 : Dua Lempeng Plat
Intensitas listrik antara sepasang plat paralel dalam ruang hampa adalah :
o
1E
, maka beda potensial antara plat adalah :
A.
L.QL.EV
oab
, sehingga kapasitansi kapasitor plat paralel dalam ruang hampa
adalah :
L
A.
L.Q
A..Q
A.L.Q
Q
V
QC
oo
oab
dimana :
A = luas permukaan plat
C = nilai kapasitansi
L = jarak pemisah antara kedua plat
o = permitivitas ruang hampa (8,854.10-12
)
Untuk meningkatkan kapasitansi suatu kapasitor, banyak komponen praktis
memanfaatkan beberapa plat, dengan demikian kapasitansi yang diberikan adalah :
L
A.C o
-
Dasar Elektronika - 23
L
A).1n(C o
dimana : n = jumlah plat yang digunakan.
Contoh :
Sebuah kapasitor terdiri dari enam plat yang masing-masing luas permukaannya 20 cm2
dipisahkan oleh sebuah dielektrik dan ketebalan 0,2mm. Tentukanlah kapasitansi dari
kapasitor tersebut.4
Jawab :
pF7,44210.2,0
10.20).16(10.854,8
L
A).1n(C
3
412
o
2.5.7. Kapasitansi Seri
Gambar 2-6 : Rumus Kapasitansi Seri
Contoh :
Dikt : gambar diatas, misalkan C1 = 6F, C2 = 3F, Vab = 18V, Berapakah Vac dan Vab ?
Jawab :
F2C3
1
6
1
C
1
Muatan Q = C.V = 2.18 = 36C
Volt123
36
C
QVV , Volt6
6
36
C
QVV
22bc
11ac
22bc
11ac
C
QVV ,
C
QVV
2121ab
C
1
C
1QVVV
21
21C
1
C
1
C
1
V.CQ
C
1
C
1
Q
V
++ ++
_ _ _ _
+Q
- Q
++ ++
_ _ _ _
+Q
- Q
C1
C2
Vab
=V
a
b
Vac
=V1
Vbc
=V1
c
-
Dasar Elektronika - 24
2.5.8. Kapasitansi Paralel
++ ++
_ _ _ _
Q1
Q1
++ ++
_ _ _ _
Q2
Q2
C1
C2
Vab
= V
dan :
21
21
CCC
CV
Q
CCV
Q
Contoh :
Gambar dibawah ini hitung x bila Ceq = 10 F
Jawab :
F20n20
1
n
1
10
1
20
1
n
1
C
1
eq
5F + 10F + x = 20F
x = 5 F
Beda potensial Vab=V adalah sama
untuk keduanya, maka :
Q1 = C1.V dan Q2 = C2 .V
Muatan total Q yang diberikan
sumber adalah :
Q = Q1+ Q2 = V(C1+ C2)
5F
10F
X
20F
n
A B
-
Dasar Elektronika - 25
3.1. Pendahuluan
Masih ingat aturan tangan kanan pada pelajaran fisika ? Ini cara yang efektif
untuk mengetahui arah medan listrik terhadap arus listrik. Jika seutas kawat tembaga
diberi aliran listrik, maka di sekeliling kawat tembaga akan terbentuk medan listrik.
Dengan aturan tangan kanan dapat diketahui arah medan listrik terhadap arah arus
listrik. Caranya sederhana yaitu dengan mengacungkan jari jempol tangan kanan
sedangkan keempat jari lain menggenggam. Arah jempol adalah arah arus dan arah ke
empat jari lain adalah arah medan listrik yang mengitarinya.
i
Gambar 3-1 : Kaidah Tangan Kanan
Tentu masih ingat juga percobaan dua utas kawat tembaga paralel yang
keduanya diberi arus listrik. Jika arah arusnya berlawanan, kedua kawat tembaga
tersebut saling menjauh. Tetapi jika arah arusnya sama ternyata keduanya berdekatan
saling tarik-menarik. Hal ini terjadi karena adanya induksi medan listrik. Dikenal medan
listrik dengan simbol B dan satuannya Tesla (T). Besar akumulasi medan listrik B pada
suatu luas area A tertentu difenisikan sebagai besar magnetic flux. Simbol yang biasa
digunakan untuk menunjukkan besar magnetic flux ini adalah dan satuannya Weber
(Wb = T.m2). Secara matematis medan flux besarnya adalah :
= B.A
Lalu bagaimana jika kawat tembaga itu dililitkan membentuk koil atau
kumparan. Jika kumparan tersebut dialiri listrik maka tiap lilitan akan saling
menginduksi satu dengan yang lainnya. Medan listrik yang terbentuk akan segaris dan
-
Dasar Elektronika - 26
saling menguatkan. Komponen yang seperti inilah yang dikenal dengan induktor
selenoid. Dari buku fisika dan teori medan yang ada, dibuktikan bahwa induktor adalah
komponen yang dapat menyimpan energi magnetik. Energi ini direpresentasikan dengan
adanya tegangan emf (electromotive force) jika induktor dialiri listrik.
Secara matematis tegangan emf ditulis :
......................... (3.2)
Jika dibandingkan dengan rumus hukum Ohm V = I.R, maka kelihatan ada
kesamaan rumus. Jika R disebut resistansi dari resistor dan V adalah besar tegangan
jepit jika resistor dialiri listrik sebesar I. Maka L adalah induktansi dari induktor dan E
adalah tegangan yang timbul jika induktor dilairi listrik. Tegangan emf di sini adalah
respon terhadap perubahan arus fungsi dari waktu terlihat dari rumus di/dt. Sedangkan
bilangan negatif sesuai dengan hukum Lenz yang mengatakan efek induksi cenderung
melawan perubahan yang menyebabkannya. Hubungan antara emf dan arus inilah yang
disebut dengan induktansi, dan satuan yang digunakan adalah (H) Henry. Induktor
disebut self-induced.
Arus listrik yang melewati kabel, jalur-jalur PCB dalam suatu rangkaian
berpotensi untuk menghasilkan medan induksi. Ini yang sering menjadi pertimbangan
dalam mendesain PCB supaya bebas dari efek induktansi terutama jika multilayer.
Tegangan emf akan menjadi penting saat perubahan arusnya fluktuatif. Efek emf
menjadi signifikan pada sebuah induktor, karena perubahan arus yang melewati tiap
lilitan akan saling menginduksi. Ini yang dimaksud dengan self-induced. Secara
matematis induktansi pada suatu induktor dengan jumlah lilitan sebanyak N adalah
akumulasi flux magnet untuk tiap arus yang melewatinya, sehingga :
.................................................. (3.3)
Gambar 3-2 : Induktor Selenoida
-
Dasar Elektronika - 27
Fungsi utama dari induktor di dalam suatu rangkaian adalah untuk melawan
fluktuasi arus yang melewatinya. Aplikasinya pada rangkaian D.C salah satunya adalah
untuk menghasilkan tegangan dc yang konstan terhadap fluktuasi beban arus. Pada
aplikasi rangkaian ac, salah satu gunanya adalah bisa untuk meredam perubahan
fluktuasi arus yang tidak dinginkan. Akan lebih banyak lagi fungsi dari induktor yang
bisa diaplikasikan pada rangkaian filter, tuner dan sebagainya.
Dari pemahaman fisika, elektron yang bergerak akan menimbulkan medan
elektrik di sekitarnya. Dari bentuk kumparan, persegi empat, setengah lingkaran
ataupun lingkaran penuh, jika dialiri listrik akan menghasilkan medan listrik yang
berbeda. Penampang induktor biasanya berbentuk lingkaran, sehingga diketahui besar
medan listrik di titik tengah lingkaran adalah :
........................ (3.4)
Jika dikembangkan, n adalah jumlah lilitan N relatif terhadap panjang induktor l. Secara
matematis lilitan permeternya dapat ditulis :
........................ (3.5)
Kemudian i adalah besar arus melewati induktor tersebut. Ada simbol yang
dinamakan permeability dan 0
yang disebut permeability udara vakum. Besar
permeability tergantung dari bahan inti (core) dr induktor. Untuk induktor tanpa inti
(air winding) = 1.
Jika rumus-rumus di atas di subsitusikan maka rumus induktansi (rumus 3.3) dapat
ditulis menjadi :
... (3.6)
n =
l
N
AN20L =l
-
Dasar Elektronika - 28
Inilah rumus untuk menghitung nilai induktansi dari sebuah induktor. Rumus ini
bisa dibolak-balik untuk menghitung jumlah lilitan induktor jika nilai induktansinya
sudah ditentukan.
Gambar 3-3 : Induktor Selenoida Dengan Inti (core)
Dimana :
L : induktansi dalam H (Henry) : permeability inti (core)
0 : permeability udara vakum 4 x 10-7
N : jumlah lilitan induktor
A : luas penampang induktor (m2)
l : panjang induktor (m)
3.2. Toroid
Ada satu jenis induktor yang kita kenal dengan nama toroid. Jika biasanya
induktor berbentuk silinder memanjang, maka toroid berbentuk lingkaran. Biasanya
selalu menggunakan inti besi (core) yang juga berbentuk lingkaran seperti kue donat
(gambar 3.4).
Gambar 3-4 : Toroida
Jika jari-jari toroid adalah r, yaitu jari-jari lingkar luar dikurang jari-jari lingkar dalam,
maka panjang induktor efektif adalah kira-kira :
. (3.7)
l = 2 r
-
Dasar Elektronika - 29
Dengan demikian untuk toroida, besar induktansi L adalah :
. (3.7)
Salah satu keuntungan induktor berbentuk toroid, didapat induktor dengan
induktansi yang lebih besar dan dimensi yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan
induktor berbentuk silinder. Juga karena toroid umumnya menggunakan inti (core) yang
melingkar, maka medan induksinya tertutup dan relatif tidak menginduksi komponen
lain yang berdekatan di dalam satu PCB.
3.3. Ferit Dan Permeability
Besi lunak banyak digunakan sebagai inti (core) dari induktor yang disebut ferit.
Ada bermacam-macam bahan ferit yang disebut ferromagnetik. Bahan dasarnya adalah
bubuk besi oksida yang disebut juga iron powder. Ada juga ferit yang dicampur dengan
bahan bubuk lain seperti nickle, manganase, zinc (seng) dan mangnesium. Melalui
proses yang dinamakan kalsinasi yaitu dengan pemanasan tinggi dan tekanan tinggi,
bubuk campuran tersebut dibuat menjadi komposisi yang padat. Proses pembuatannya
sama seperti membuat keramik. Oleh sebab itu ferit ini sebenarnya adalah keramik.
Ferit yg sering dijumpai ada yg memiliki = 1 sampai = 15.000. Dpt
dipahami penggunaan ferit dimaksudkan untuk mendapatkan nilai induktansi yang lebih
besar relatif terhadap jumlah lilitan yang lebih sedikit serta dimensi induktor yang lebih
kecil.
Penggunaan ferit juga disesuaikan dengan frekeunsi kerjanya. Karena beberapa
ferit akan optimum jika bekerja pada selang frekuensi tertentu. Berikut ini pada tabel
3.1 adalah beberapa contoh bahan ferit yang dipasar dikenal dengan kode nomer
materialnya. Pabrik pembuat biasanya dapat memberikan data kode material, dimensi
dan permeability yang lebih detail.
AN20L =2 pr
-
Dasar Elektronika - 30
Tabel 3-1
Data Material Ferit
Misalnya induktor dengan jumlah lilitan 20, berdiameter 1 cm dengan panjang 2
cm serta mengunakan inti ferit dengan = 3000. Dpt diketahui nilai induktansinya
adalah : L 5.9 mH
Selain ferit yang berbentuk silinder ada juga ferit yang berbentuk toroida.
Umumnya dipasar tersedia berbagai macam jenis dan ukuran toroida. Jika datanya
lengkap, maka kita dapat menghitung nilai induktansi dengan menggunakan rumus-
rumus yang ada. Karena perlu diketahui nilai permeability bahan ferit, diameter lingkar
luar, diameter lingkar dalam serta luas penampang toroida. Tetapi biasanya pabrikan
hanya membuat daftar indeks induktansi (inductance index) AL. Indeks ini dihitung
berdasarkan dimensi dan permeability ferit. Dengan data ini dapat dihitung jumlah
lilitan yang diperlukan untuk mendapatkan nilai induktansi tertentu. Seperti contoh tabel
(3.2) AL berikut ini yang satuannya H/100 lilitan.
Tabel 3-2
Induktansi Indeks AL
-
Dasar Elektronika - 31
Rumus untuk menghitung jumlah lilitan yang diperlukan untuk mendapatkan nilai
induktansi yang diinginkan adalah :
(3.9)
Misalnya digunakan ferit toroida T50-1, maka dari table diketahui nilai AL = 100.
Maka untuk mendapatkan induktor sebesar 4H diperlukan lilitan sebanyak : N 20
lilitan
Rumus ini sebenarnya diperoleh dari rumus dasar perhitungan induktansi
dimana induktansi L berbanding lurus dengan kuadrat jumlah lilitan N2. Indeks AL
umumnya sudah baku dibuat oleh pabrikan sesuai dengan dimensi dan permeability
bahan feritnya. Permeability bahan bisa juga diketahui dengan kode warna tertentu.
Misalnya abu-abu, hitam, merah, biru atau kuning. Sebenarnya lapisan ini bukan hanya
sekedar warna yang membedakan permeability, tetapi berfungsi juga sebagai pelapis
atau isolator. Biasanya pabrikan menjelaskan berapa nilai tegangan kerja untuk toroida
tersebut.
Contoh bahan ferit toroida di atas umumnya memiliki permeability yang kecil.
Karena bahan ferit yang demikian terbuat hanya dari bubuk besi (iron power). Banyak
juga ferit toroid dibuat dengan nilai permeability yang besar. Bahan ferit tipe ini
terbuat dari campuran bubuk besi dengan bubuk logam lain. Misalnya ferit toroida
FT50-77 memiliki indeks AL = 1100.
3.4. Pembuatan Induktor
Untuk membuat induktor biasanya tidak diperlukan kawat tembaga yang sangat
panjang. Paling yang diperlukan hanya puluhan sentimeter saja, sehingga efek resistansi
bahan kawat tembaga dapat diabaikan. Ada banyak kawat tembaga yang bisa
digunakan. Untuk pemakaian yang profesional di pasar dapat dijumpai kawat tembaga
dengan standar AWG (American Wire Gauge). Standar ini tergantung dari diameter
kawat, resistansi dan sebagainya. Misalnya kawat tembaga AWG32 berdiameter kira-
kira 0.3mm, AWG22 berdiameter 0.7mm ataupun AWG20 yang berdiameter kira-kira
0.8mm. Biasanya yang digunakan adalah kawat tembaga tunggal dan memiliki isolasi.
Kawat tembaga yang digunakan bisa berdiameter berapa saja, yang pasti harus
lebih kecil dibandingkan diameter penampang induktor. Terkadang pada prakteknya
untuk membuat induktor sendiri harus coba-coba dan toleransi induktansinya cukup
-
Dasar Elektronika - 32
besar. Untuk mendapatkan nilai induktansi yang akurat ada efek kapasitif dan resistif
yang harus diperhitungkan. Karena ternyata arus yang melewati kawat tembaga hanya
dipermukaan saja. Ini yang dikenal dengan istilah ekef kulit (skin effect). Ada satu tip
untuk membuat induktor yang baik, terutama induktor berbentuk silinder.
Untuk memperoleh nilai Q yang optimal panjang induktor sebaiknya tidak
lebih dari 2 kali diameter penampangnya. Untuk toroid usahakan lilitannya merata dan
rapat.
-
Dasar Elektronika - 33
4.1. STRUKTUR ATOM
BOHR mengidealkan ATOM.
Pada dasarnya BOHR mengatakan bahwa :
Inti dikelilingi oleh elektron-elektron yang mengorbit (gb.4-1)
Inti atom mempunyai muatan positif dan menarik elektron
Elektron dalam gerakannya akan jatuh dlm inti bila tanpa gaya centrifugal
Makin dekat elektron pada inti atom, ia harus bergerak lebih cepat untuk
mengimbangi penarikan inti
Gambar 4-1. Model Bohr
(a) (b)
Atom Silikon (2-8-4) Atom Germanium (2-8-18-
4)
Gambar 4-2. Gambar Atom Dalam 2 Dimensi
Atom Silikon (gb.4.2a) mempunyai 14 proton dalam intinya yang terbagi atas :
2 elektron bergerakpada orbit pertama
8 elektron pada orbit kedua
14P 32P
-
Dasar Elektronika - 34
4 elektron pada orbit terluar atau orbit valensi
Ke 14 elektron tersebut berputar menetralkan muatan dari inti atom sehingga dari luar
atom (secara listrik) adalah netral.
Atom Germanium (gb.4.2b) mempunyai 32 elektron dalam intinya yg terbagi atas :
2 elektron bergerak pada orbit pertama
8 elektron pada orbit kedua
18 elektron pada orbit ketiga
4 elektron pada orbit terluar atau orbit valensi
Atom Silikon dan Germanium disebut sebagai elemen teravalent
Didalam Fisika Modern dikatakan bahwa hanya ukuran orbit-orbit tertentu yang
diizinkan, misalkan :
Orbit terkecil dalam atom Hidrogen mempunyai jari-jari : r1 = 0,53.10-10
m
Orbit terbesar dalam atom Hidrogen mempunyai jari-jari : r2 = 2,12.10-10
m
Maka semua jari-jari antara r1 dan r2 terlarang, karena elektron tidak dapat tetap dalam
orbit stabil.
Karena bersifat sebagai gelombang, elektron hanya dapat cocok ke dalam orbit
dimana sekelilingnya sama dengan panjang gelombang elektron atau beberapa
kelipatannya. (Panjang gelombang adalah jarak yang ditempuh gelombang dalam 1
perioda).
4.2. Level Energi
R2
R3 Orbit ketiga
Orbit kedua
R1
Inti
Orbit kesatu
R1
R2
R3 Level energi ketiga
Level energi kedua
Level energi kesatu
Pusat Inti
Gambar 4-3. Level Energi
-
Dasar Elektronika - 35
Energi diperlukan untuk memindahkan elektron dari orbit yang kecil ke orbit yg
lebih besar, dikarenakan untuk mengatasi penarikan oleh inti. Oleh sebab itu makin
besar orbit elektron, makin besar energi potensialnya berkenaan dg inti. Makin tinggi
level energi, makin besar energi elektron dan makin besar orbitnya.
Jika ada energi luar seperti panas, cahaya atau radiasi lainnya menumbuk
atom, ini akan dapat mengangkat elektron ke level energi yang lebih tinggi (orbit yang
lebih besar), dengan demikian diperoleh atom sedang dlm keadaan eksitasi. Keadaan ini
tidak bertahan lama, krn elektron segera jatuh kembali ke level energi semula. Pada saat
elektron jatuh, akan memberikan kembali energi yang diperoleh kedalam bentuk panas,
cahaya atau radiasi lainnya.
Energi Energi Energi
Gambar 4-4. Level Energi
Jika energi luar mengangkat elektron valensi ke level yang lebih tinggi, elektron
yang keluar akan meninggalkan lubang dalam orbit terluar, sehingga lubang ini disebut :
HOLE, sedangkan gaya saling memegang dari atom merupakan ikatan kovalen.
4.3. Pita Energi (Energy Bands)
Setiap elektron mempunyai kedudukan yg berbeda di dalam kristal, tidak ada
dua elektron terlihat benar-benar mempunyai pattern muatan sekelilingnya yang sama.
oleh sebab itu orbit tiap elektron berbeda.
r1
r2
r3 Pita Valensi
Pita Kedua
Pita Pertama
Gambar 4-5. Pita Energi
Gambar 4.5 menunjukkan pita energi pada kristal silikon pada suhu nol mutlak
(-273o
C). Semua elektron yang bergerak dalam orbit pertama mempunyai level energi
-
Dasar Elektronika - 36
yang sedikit berbeda, karena tidak ada dua yang benar-benar terlihat mempunyai
lingkungan muatan yang sama.
Karena ada bermilyard-milyard elektron orbit pertama, level energi yang sedikit
berbeda tsb membentuk kelompok atau pita. Demikian juga bermilyard-milyard orbit
kedua, semua dengan level energi yang sedikit berbeda, membentuk pita energi kedua.
4.4. Kristal Silikon Pada Suhu Nol Mutlak
Silikon Murni
Logam
Logam
(a)
r1
r2
r3 Pita Valensi
Pita Kedua
Pita Pertama
Pita Konduksi r4
Energi
(b)
Gambar 4-6. Silikon Pada Suhu Nol Mutlak
Pada gambar 4.6.a menunjukkan sebatang silikon dengan logam pada bagian
ujung-ujungnya. Tegangan luar membentuk medan listrik antara ujung-ujung kristal.
Pada suhu nol mutlak, elektron tidak dapat bergerak melalui kristal, semua elektron
dipegang kuat oleh atom-atom Silikon. Oleh sebab itu kristal silikon berlaku sebagai
isolator sempurna.
Pada gambar 4.6.b, tiga pita pertama terisi dan elektron tidak dapat bergerak
dengan mudah dalam pita-pita ini, tetapi diatas pita valensi terdapat pita konduksi
(conduction band). Pita ini mewakili kelompok jari-jari berikutnya yg lebih besar yang
memenuhi keadaan gelombang partikel dari elektron. Orbit-orbit dalam pita konduksi
sangat besar sehingga penarikan inti diabaikan. Dengan perkataan lain, jika elektron
dapat diangkat ke dalam pita konduksi, ini sebenarnya bebas untuk bergerak dari satu
atom ke atom lainnya, sehingga elektron-elektron dalam pita konduksi kerap kali
disebut elektron bebas.
Pada suhu nol mutlak, pita konduksi kosong, ini berarti tak ada elektron yang
mempunyai cukup energi untuk bergerak dalam orbit pita konduksi.
-
Dasar Elektronika - 37
4.5. Kristal Silikon Diatas Suhu Nol Mutlak
Gerakan elektron
r1
r2
r3 Pita Valensi
Pita Kedua
Pita Pertama
Pita Konduksi r4
Energi
(a) (b)
Gambar 4-7. Silikon Diatas Suhu Nol Mutlak
Apabila suhu dinaikkan diatas nol mutlak, maka energi panas yang datang akan
memutuskan beberapa ikatan kovalen, energi ini akan memukul elektron valensi ke
dalam pita konduksi. Dengan cara ini diperoleh elektron pita konduksi dalam jumlah
terbatas yg dilambangkan dengan tanda negatif pada gambar 4.7.a. Dibawah pengaruh
medan listrik, elektron bebas ini bergerak kekiri dan menghasilkan arus.
Pada gambar 4.7.b energi panas telah mengangkat beberapa elektron ke dalam
pita konduksi dimana elektron dapat bergerak dalam orbit dengan jari-jari yang lebih
besar dari sebelumnya. Setiap kali elektron menembus ke dalam pita konduksi akan
dihasilkan hole dalam pita valensi.
Makin tinggi suhu, makin besar jumlah elektron yang terlempar ke dalam pita
konduksi dan makin besar arus. Pada suhu ruang (25oC), arus terlalu kecil untuk
digunakan pada aplikasi umumnya. Pada suhu ini sepotong silikon tidak merupakan
isolator maupun konduktor yg baik, sehingga dapat disebut sebagai : Semikonduktor .
Untuk kristal Germanium pada suhu ruang mempunyai elektron bebas yang lebih
banyak dari pada kristal silikon.
4.6. Doping
Kristal Silikon murni dinamakan : semikonduktor intrinsik, dimana jumlah hole
dan elektron bebas adalah sama. Doping berarti penambahan atom-atom pada kristal
untuk menambah jumlah elektron bebas maupun hole. Jika kristal sudah didoping
disebut : semikonduktor ekstrinsik.
4.6.1. Semikonduktor Type N
-
Dasar Elektronika - 38
Atom yang bervalensi 4 (Ge dan Si) didoping dengan atom yang bervalensi 5 atau
atom pentavalent (arsenikum, phospor, antimon) akan terjadi kelebihan elektron yg
merupakan elektron bebas. Dg memanaskan suhu yg tinggi maka akan terjadi
penyesuaian diri dari dua atom yang berbeda valensi, sehingga akan terbentuk sebagai
semikonduktor jenis-N dimana elektron sebagai pembawa mayoritas dan hole sebagai
pembawa minoritas. Atom pentavalent kerapkali disebut atom donor, karena mengha-
silkan elektron pita konduksi.
Atom
Penta valent
Elektron lebih
Atom Silikon
Atom Silikon
Atom Silikon
Atom Silikon
Gambar 4-8. Semikonduktor Type-N
4.6.2. Semikonduktor Type P
Atom bervalensi 4 (Ge dan Si) didoping dg atom yang bervalensi 3 atau atom
trivalent (Indium, alumunium, galium) akan terjadi kekurangan elektron hingga akan
memunculkan sebuah hole. Hole ini akan menarik sebuah elektron dr atom yg
berdekatan, begitu seterusnya. Dengan memanaskan suhu yg tinggi, maka akan terjadi
penyesuaian diri dr tiap atom dan membentuk pola kristal type-P, dimana hole sebagai
pembawa mayoritas dan elektron sebagai pembawa minoritas. Atom trivalent juga
dikenal sebagai atom akseptor, karena tiap hole dapat menerima elektron.
-
Dasar Elektronika - 39
Atom Trivalent
HOLE
Atom Silikon
Atom Silikon
Atom Silikon
Atom Silikon
Gambar 4-9 : Semikonduktor Type-P
5. 1. Pendahuluan
Dioda termasuk komponen elektronika yang terbuat dari bahan semikonduktor.
Beranjak dari penemuan dioda, para ahli menemukan juga komponen turunan lainnya
yg unik.
Dioda memiliki fungsi yang unik yaitu hanya dapat mengalirkan arus satu arah
saja. Struktur dioda tidak lain adalah sambungan semikonduktor P dan N. Satu sisi
adalah semikonduktor dengan tipe P dan satu sisinya yang lain adalah tipe N. Dengan
struktur demikian arus hanya akan dapat mengalir dari sisi P menuju sisi N.
5. 2. Sambungan dan Bias Pada Dioda
Gambar 5.1 adalah ilustrasi di atas menunjukkan sambungan P-N dengan sedikit
porsi kecil yang disebut lapisan deplesi (deplection layer), dimana terdapat
keseimbangan hole dan elektron. Seperti yang sudah diketahui, pada sisi P banyak
terbentuk hole-hole yang siap menerima elektron sedangkan di sisi N banyak terdapat
elektron-elektron yg siap untuk bebas.
Pada gambar 5.2, jika diberi bias positif, dengan arti kata memberi tegangan
potensial sisi P lebih besar dari sisi N, maka elektron dari sisi N dengan serta merta
akan tergerak untuk mengisi hole di sisi P. Tentu kalau elektron mengisi hole disisi P,
maka akan terbentuk hole pada sisi N karena ditinggal elektron. Ini disebut aliran hole
-
Dasar Elektronika - 40
dari P menuju N. Kalau mengunakan terminologi arus listrik, maka dikatakan terjadi
aliran listrik dari sisi P ke sisi N.
Gambar 5-1. Simbol Dan Struktur Dioda
Gambar 5-2. Dioda Dengan Bias Maju
Pada gambar 5.3, jika sebaliknya apakah yang terjadi jika polaritas tegangan
dibalik yaitu dengan memberikan bias negatif (reverse bias). Dalam hal ini, sisi N
mendapat polaritas tegangan lebih besar dari sisi P.
Gambar 5-3. Dioda Dengan Bias Negatif
Tentu tidak akan terjadi perpindahan elektron atau aliran hole dari P ke N
maupun sebaliknya. Karena baik hole dan elektron masing-masing tertarik ke arah
kutup berlawanan. Bahkan lapisan depleksi (deplection layer) semakin besar dan
menghalangi terjadinya arus. Demikian bagaimana dioda hanya dapat mengalirkan arus
satu arah saja. Dengan tegangan bias maju yang kecil saja dioda sudah menjadi
konduktor. Tidak serta merta diatas 0 volt, tetapi memang tegangan beberapa volt diatas
nol baru bisa terjadi konduksi. Ini disebabkan karena adanya dinding depleksi
(deplection layer). Untuk dioda yang terbuat dari bahan Silikon tegangan konduksi
-
Dasar Elektronika - 41
adalah diatas 0,7 volt. Kira-kira 0,2 volt batas minimum untuk dioda yang terbuat dari
bahan Germanium.
Gambar 5-4. Grafik Arus Dioda
Sebaliknya untuk bias negatif dioda tidak dapat mengalirkan arus, namun
memang ada batasnya. Sampai beberapa puluh bahkan ratusan volt baru terjadi
breakdown, dimana dioda tidak lagi dapat menahan aliran elektron yang terbentuk di
lapisan deplesi.
Potensial bias negatif atau mundur dapat ditingkatkan hingga mencapai tegangan
break-down negatif yang sesuai dengan rating dioda tertentu. Tegangan breakdown
negatif biasanya jauh lebih tinggi dari nilai ambang tegangan maju. Sebuah dioda yang
tipikal memiliki nilai ambang tegangan maju sebesar 0,7 Volt dan tegangan breakdown
negatif sebesar 200 Volt. Jika nilai yang kedua dilampaui, dioda akan mengalami
kerusakan. Perlu juga diperhatikan, apabila dioda dirancang sebagai rectifier, produsen
seringkali mencantumkan nilai PIV (Peak inverse voltage atau tegangan balik puncak).
5.3. Jenis-Jenis Dioda
Dioda seringkali dikelompokkan menjadi dua, yaitu : jenis sinyal dan jenis
rectifier.
Untuk jenis sinyal membutuhkan karakteristik bias maju yang konsisten dengan
jatuh tegangan maju yang rendah.
Untuk jenis rectrifier harus mampu menangani tegangan balik yang tinggi dan arus
maju yang besar, konsistensi karakteristik berada pada urutan kedua.
Tabel 5-1
Karakteristik Beberapa Jenis Umum Dioda Semikonduktor
Jenis
Dioda Bahan PIV
IF
maks
IR
maks Aplikasi
-
Dasar Elektronika - 42
1N148
1N914 AA113 OA47
OA91 1N4001 1N5404
BY127
Silikon
Silikon Germanium Germanium
Germanium Silikon Silikon
Silikon
100 Volt
100 Volt 60 Volt 25 Volt
115 Volt 50 Volt 400 Volt
1250 Volt
75 mA
75 mA 10 mA 110 mA
50 mA 1 Amp 3 Amp
1 Amp
25 nA
25 nA 200 A 100 A 275 A 10 A 10 A 10 A
Serba guna
Serba guna Detektor RF Detektor Sinyal
Serba guna Rectifier teg. rendah Rectifier teg. tinggi
Rectifier teg. tinggi
5.3.1. Dioda Varaktor (Varicap)
Dari sifat dioda yang ada memungkinkan dioda untuk digunakan sebagai kapasitor
yang dikendalikan oleh tegangan. Dioda yang secara khusus dibuat untuk
memanfaatkan efek ini (yang menghasilkan perubahan kapasitansi yang relatif besar
untuk perubahan tegangan yang kecil pada tegangan mundur/reverse) dikenal sebagai
dioda kapasitansi variabel atau varaktor. Dioda jenis ini digunakan (seringkali
berpasangan) untuk penala (tuning) pada pesawat penerima dan televisi, karakteristik
umum dari dioda varaktor ini dapat dilihat pada gambar 5.5.
-2 -4 -6 -8 -10 0
5
10
20
40
80
Kapasitansi (pF)
Tegangan Mundur (V)
Anoda
Katoda
Gambar 5-5 : Karakteristik dan Simbol dari Dioda Varaktor
5.3.2. Zener
Phenomena tegangan breakdown dioda ini mengilhami pembuatan komponen
elektronika lainnya yang dinamakan zener (gb.5.6). Sebenarnya tidak ada perbedaan
sruktur dasar dari zener, melainkan mirip dengan dioda. Tetapi dengan memberi jumlah
doping yang lebih banyak pada sambungan P dan N, ternyata tegangan breakdown
dioda dapat makin cepat tercapai. Jika pada dioda biasanya baru terjadi breakdown
pada tegangan ratusan volt, pada zener bisa terjadi pada angka puluhan dan satuan volt.
-
Dasar Elektronika - 43
Di datasheet ada zener yang memiliki tegangan VZ sebesar 1.5 volt, 3.5 volt dan
sebagainya.
Gambar 5-6. Simbol Zener
Ini adalah karakteristik zener yang unik. Jika dioda bekerja pada bias maju maka
zener biasanya berguna pada bias negatif (reverse bias). Sifat semacam ini menjadikan
dioda zener ideal untuk digunakan sebagai pengatur tegangan dengan memberikan
tegangan reverse melampaui tegangan breakdown zener, sehingga berlaku sebagai
tegangan konstan.
Tabel 5-2
Pengkodean Dioda
Huruf Pertama Huruf Kedua Huruf Ketiga
Bahan Semikonduktor Aplikasi Arti
A
B
C
D
Germanium
Silikon
Arsenida, gallium
Fotodioda
A
B
E
P
Q
T
Y
Z
Dioda serba guna
Dioda varaktor
Dioda tunel
Fotodioda
Dioda Pemancar
Cahaya
Rectifier terkendali
Rectifier Daya
Dioda Zener
Dalam dioda untuk aplikasi2
khusus, huruf ketiga
umumnya tidak memiliki
arti yang penting.
Dioda Zener memiliki sebuah huruf tambahan (muncul setelah angka) yang
menandakan toleransi dari tegangan zener :
A = 1% B = 2%
C = 5% D = 10%
Contoh :
AA113 artinya diaoda Germanium serba guna
BB105 artinya dioda Silikon Varaktor
BZY88C4V7 artinya dioda Zener Silikon dengan toleransi 5% dan tegangan
zener 4,7V
-
Dasar Elektronika - 44
5.3.3. LED
LED adalah singkatan dari Light Emiting Dioda (gb.5.7), merupakan komponen
yang dapat mengeluarkan emisi cahaya.LED merupakan produk temuan lain setelah
dioda. Strukturnya juga sama dengan dioda, tetapi
belakangan ditemukan bahwa elektron yang menerjang
sambungan P-N juga melepaskan energi berupa energi
panas dan energi cahaya. LED dibuat agar lebih efisien
jika mengeluarkan cahaya. Untuk mendapatkan emisi
cahaya pada semikonduktor, doping yang pakai adalah
galium, arsenic dan phosporus. Jenis doping yang
berbeda menghasilkan warna cahaya yang berbeda pula. Pada saat ini warna-warna
cahaya LED yang banyak ada adalah warna merah, kuning dan hijau. Pada dasarnya
semua warna bisa dihasilkan, namun akan menjadi sangat mahal dan tidak efisien.
Dalam memilih LED selain warna, perlu diperhatikan tegangan kerja, arus maksimum
dan disipasi daya-nya. Rumah (chasing) LED dan bentuknya juga bermacam-macam,
ada yang persegi empat, bulat dan lonjong. Sudut penglihatan bagi LED bundar
umumnya berada dalam daerah 200 hingga 40
0, sedangkan untuk jenis persegi panjang
mencapai sekitar 1000.
Gambar 5-8. LED Array
Gambar 5-9. Pemasangan LED
Gambar 5-7. Simbol LED
-
Dasar Elektronika - 45
Tegangan kerja dari LED adalah sekitar 1,6 V dan mengkonsumsi arus sebesar
10 mA. LED dapat dihubungkan baik dengan sumber listrik DC maupun AC, dimana
bila dihubungkan dengan sumber listrik AC, ia akan berkedip ( kecepatan kedip
bergantung frekwensi sumber ). Agar LED dapat dihubungkan dengan sumber listrik
sebesar 12 V, pd rangkaiannya harus dipasang sebuah resistor secara seri. LED banyak
digunakan sebagai lampu indikator pada sirkuit elektronika, karena hanya mengkon-
sumsi daya yang kecil sehingga tidak mengganggu kerja sistem.
Untuk membatasi arus maju LED pada nilai yang sesuai, umumnya perlu
menambahkan sebuah resistor tetap yang dihubungkan secara seri dengan indikator
LED. Nilai resistor dapat dihitung dengan rumus :
I
VVR F
dimana : VF = jatuh tegangan maju yang dihasilkan LED
V = tegangan catu
Prinsip Kerja Catu Daya Linear
6.1. Umum
Perangkat elektronika pada umumnya dicatu oleh suplai arus searah DC (direct
current) yang stabil agar didapat hasil yang baik. Baterai atau accu adalah sumber catu
daya DC yang paling baik. Namun untuk aplikasi yang membutuhkan catu daya lebih
besar, sumber dari baterai tidak cukup. Sumber catu daya yang besar adalah sumber
bolak-balik AC (alternating current) dari pembangkit tenaga listrik. Untuk itu
diperlukan suatu perangkat catu daya yang dapat mengubah arus AC menjadi DC. Pada
bab ini akan dibahas prinsip rangkaian catu daya (power supply) linier mulai dari
rangkaian penyearah yang paling sederhana sampai pada catu daya yang teregulasi.
6.2. Penyearah (Rectifier)
Prinsip penyearah (rectifier) yang paling sederhana ditunjukkan pada gambar
6.1 berikut ini. Transformator diperlukan untuk menurunkan tegangan AC dari jala-jala
listrik pada kumparan primernya menjadi tegangan AC yang lebih kecil pada kumparan
sekundernya.
-
Dasar Elektronika - 46
T1
D1 R1 V AC + +
Gambar 6-1. Rangkaian Penyearah Sederhana
Pada rangkaian ini, dioda berperan untuk hanya meneruskan tegangan positif ke
beban RL. Ini yang disebut dengan penyearah setengah gelombang (half wave). Untuk
mendapatkan penyearah gelombang penuh (full wave) diperlukan transformator dengan
center tap (CT) seperti pada gambar 6.2.
T1
D1
V AC
D2
R1 + + +
Gambar 6-2. Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh
Tegangan positif phasa yang pertama diteruskan oleh D1 sedangkan phasa yang
berikutnya dilewatkan melalui D2 ke beban R1 dengan CT transformator sebagai
common ground. Dengan demikian beban R1 mendapat suplai tegangan gelombang
penuh seperti gambar di atas. Untuk beberapa aplikasi seperti misalnya untuk mencatu
motor dc yang kecil atau lampu pijar dc, bentuk tegangan seperti ini sudah cukup
memadai. Walaupun terlihat di sini tegangan ripple dari kedua rangkaian di atas masih
sangat besar.
-
Dasar Elektronika - 47
T1
R1VAC C1
+
1N4001
D1
Gambar 6-3 : Rangkaian Penyearah Setengah Gelombang Dg Filter
C
Gambar 6.3 adalah rangkaian penyearah setengah gelombang dengan filter
kapasitor C yang paralel terhadap beban R. Ternyata dengan filter ini bentuk gelombang
tegangan keluarnya bisa menjadi rata.
Gambar 6.4 menunjukkan bentuk keluaran tegangan DC dari rangkaian
penyearah setengah gelombang dengan filter kapasitor. Garis b-c kira-kira adalah garis
lurus dengan kemiringan tertentu, dimana pada keadaan ini arus untuk beban R1 dicatu
oleh tegangan kapasitor. Sebenarnya garis b-c bukanlah garis lurus tetapi eksponensial
sesuai dengan sifat pengosongan kapasitor.
Gambar 6-4. Bentuk Gelombang Dengan Filter Kapasitor
Kemiringan kurva b-c tergantung dari besar arus I yang mengalir ke beban R.
Jika arus I = 0 (tidak ada beban) maka kurva b-c akan membentuk garis horizontal.
Namun jika beban arus semakin besar, kemiringan kurva b-c akan semakin tajam.
Tegangan yang keluar akan berbentuk gigi gergaji dengan tegangan ripple yang
besarnya adalah :
Vr = VM -VL ....... (6.1)
Vr
b
c
a
T
Tp
t
VL
VM
VDC
Vout
-
Dasar Elektronika - 48
dan tegangan dc ke beban adalah :
Vdc = VM + Vr/2
............ (6.2)
Rangkaian penyearah yang baik adalah rangkaian yang memiliki tegangan ripple
paling kecil. VL adalah tegangan discharge atau pengosongan kapasitor C, sehingga
dapat ditulis :
VL = VM e -T/RC
........... (6.3)
Jika persamaan (3) disubsitusi ke rumus (6.1), maka diperoleh :
Vr = VM (1 - e -T/RC
) .... (6.4)
Jika T
-
Dasar Elektronika - 49
A
B
D4 D1
D2 D3
Gambar 6-5. Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh Dengan Filter
Pada setengah siklus positif, titik A akan lebih positif terhadap titik B, dalam
kondisi ini diode D1 dan D2 akan menghantar sementara D3 dan D4 tidak menghantar.
Sebaliknya pada setengah siklus negatif, titik B menjadi positif terhadap titik A, dalam
kondisi ini D3 dan D4 akan menghantar, sedangkan D1 dan D2 tidak menghantar.
Sebagai contoh, kita mendisain rangkaian penyearah gelombang penuh dari catu
jala-jala listrik 220V/50Hz untuk mensuplai beban sebesar 0,5 A. Berapa nilai kapasitor
yang diperlukan sehingga rangkaian ini memiliki tegangan ripple yang tidak lebih dari
0,75 Vpp. Jika rumus (7) dibolak-balik maka diperoleh :
C = I.T/Vr = (0,5) (0,01)/0,75 = 6600 uF.
Gambar 6-6. Aliran Arus Pada Setengah Siklus Positif
-
Dasar Elektronika - 50
Gambar 6-7. Aliran Arus Pada Setengah Siklus Negatif
6.3. Regulator Tegangan
Sebuah pengatur (regulator) tegangan sederhana dapat dilihat pada gambar 6.8.
R S
D 1 R L
Output
teregulasi = V Z
+
VIN
Gambar 6-8. Regulator Tegangan Shunt Dioda Zener
RS disertakan untuk membatasi arus zener pada nilai aman ketika beban
dilepaskan dari sambungan. Ketika beban RL disambung, arus zener (IZ) akan jatuh
karena arus dibelokkan ke arah resistansi beban. Tegangan output V0 akan tetap sama
dengan tegangan zener hingga pengaturan berhenti pada titik dimana pembagi tegangan
yang dibentuk oleh RS dan RL menghasilkan tegangan output yang lebih rendah dari VZ.
Rasio RS thd RL menjadi sangat penting.
Pada titik dimana rangkaian mulai berhenti melakukan pengaturan :
SL
LINZ
RR
RVV
sehingga nilai maksimum bagi RS dapat dihitung dari :
1
V
VRR
Z
INLmaks S
Daya yang terdisipasi pada dioda zener adalah ZZZ V.IP , sehingga nilai minimum
bagi RS dapat ditentukan dari kondisi tanpa beban pada saat :
-
Dasar Elektronika - 51
Zmaks
ZZIN
Z
Zmaks
ZIN
Z
ZINmin S
P
V).VV(
V
P
VV
I
VVR
sehingga :
Zmaks
2ZZIN
minSP
V)V.V(R
dimana PZmaks adalah rating disipasi daya maksimum bagi dioda zener.
7.1. Pendahuluan
Apabila kita mendoping semikonduktor untuk mendapatkan kristal NPN atau
kristal PNP , maka kristal ini disebut Transistor Junction. Daerah N mempunyai
banyak sekali elektron pita konduksi dan daerah P mempunyai banyak sekali hole.
-
Dasar Elektronika - 52
Transistor merupakan dioda dengan dua sambungan (junction). Sambungan itu
membentuk transistor PNP maupun NPN. Ujung-ujung terminalnya berturut-turut
disebut emitor, basis dan kolektor. Basis selalu berada di tengah, di antara emitor dan
kolektor. Transistor ini disebut Transistor Bipolar (bi = 2 dan polar = kutup), karena
struktur dan prinsip kerjanya tergantung dari perpindahan elektron di kutup negatif
mengisi kekurangan elektron (hole) di kutup positif. Adalah William Schockley pada
tahun 1951 yang pertama kali menemukan transistor bipolar.
7.2. Pengertian Secara Elektronik
Transistor adalah suatu konduktor yang dibuat dari pertemuan P dan N . Pada
Transistor terdapat 3 buah terminal yaitu : EMITOR, BASIS dan KOLEKTOR.
Transistor seakan-akan dibentuk dari penggabungan dua buah dioda. Dioda satu dengan
yang lain saling digabungkan dengan cara menyambungkan salah satu dioda yang
senama. Dengan cara penggabungan seperti ini dapat diperoleh dua buah dioda sehingga
menghasilkan transistor PNP (gb.7.1b) dan NPN (gb.7.1c). Untuk bentuk fisiknya dapat
dilihat pada gambar 7.1a.
Gambar 7-1a. Bentuk Fisik Transistor PNP dan NPN
-
Dasar Elektronika - 53
B
C
E
B
C
E
B
E
C
+
+ +
B
E
C +
Basis
Emitor
Kolektor
B
C
E
Basis
Emitor
Kolektor
B
C
E
PNP NPN
(b) (c)
Gambar 7-1. Transistor PNP dan NPN
Anak panah di dalam simbol transistor memberi banyak t :
Untuk Transistor PNP
- Basis harus negatif terhadap emiter atau kurang positif terhadap emiter.
- Emiter harus positif terhadap kolektor. Arus mengalir dari + ke -.
Untuk Transistor NPN
- Basis harus positif terhadap emiter atau kurang negatif terhadap emiter.
- Kolektor harus positif terhadap emiter.
TIGA DAERAH DOPING
-
Dasar Elektronika - 54
Basis
Emiter Kolektor
n p n
(a) (b)
Gambar 7-2. Tiga Daerah Transistor
Transistor pada gambar 7.2.a mempunyai dua junction, yang satu adalah antara
Emiter dan Basis, dan yang lain antara Basis dan Kolektor. Karenanya transistor seperti
dua dioda. Dioda sebelah kiri disebut sebagai Dioda Basis-Emiter atau singkatnya
Dioda Emiter, sedangkan sebelah kanan adalah Dioda Basis-Kolektor atau Dioda
Kolektor.
Sedangkan kemungkinan yang lain adalah : Transistor PNP adalah komplemen
dari transistor NPN, yang berarti pada transistor PNP diperlukan arus dan tegangan
yang berlawanan.
Akan dijelaskan kemudian, transistor adalah komponen yang bekerja sebagai
sakelar (switch on/off) dan juga sebagai penguat (amplifier). Transistor bipolar adalah
inovasi yang mengantikan transistor tabung (vacum tube). Selain dimensi transistor
bipolar yang relatif lebih kecil, disipasi dayanya juga lebih kecil sehingga dapat bekerja
pada suhu yang lebih dingin. Dalam beberapa aplikasi, transistor tabung masih
digunakan terutama pada aplikasi audio, untuk mendapatkan kualitas suara yang baik,
namun konsumsi dayanya sangat besar. Sebab untuk dapat melepaskan elektron, teknik
yang digunakan adalah pemanasan filamen seperti pada lampu pijar.
7.3. Bias DC
Transistor bipolar memiliki 2 junction yang dapat disamakan dengan
penggabungan 2 buah dioda. Emitor-Basis adalah satu junction dan Basis-Kolektor
junction lainnya. Seperti pada dioda, arus hanya akan mengalir jika diberi bias positif,
yaitu hanya jika tegangan pada material P lebih positif daripada material N (forward
bias). Pada Gambar ilustrasi transistor NPN berikut ini (gb.7.3), junction basis-emiter
diberi bias positif sedangkan basis-colector mendapat bias negatif (reverse bias).
Basis
Emiter Kolektor
p n p
-
Dasar Elektronika - 55
BC
E
+
+
n npE
B
C
I e
I bI cbo I c
Gambar 7-3. Arus Elektron Transistor NPN
Karena basis-emiter mendapat bias positif maka seperti pada dioda, elektron
mengalir dari emiter menuju basis. Kolektor pada rangkaian ini lebih positif sebab
mendapat tegangan positif. Karena kolektor ini lebih positif, aliran elektron bergerak
menuju kutup ini. Misalnya tidak ada kolektor, aliran elektron seluruhnya akan menuju
basis seperti pada dioda. Tetapi karena lebar basis yang sangat tipis, hanya sebagian
elektron yang dapat bergabung dengan hole yang ada pada basis. Sebagian besar akan
menembus lapisan basis menuju kolektor. Inilah alasannya mengapa jika dua dioda
digabungkan tidak dapat menjadi sebuah transistor, karena persyaratannya adalah lebar
basis harus sangat tipis sehingga dapat dilewati oleh elektron.
Jika misalnya tegangan basis-emitor dibalik (reverse bias), maka tidak akan
terjadi aliran elektron dari emitor menuju kolektor. Jika pelan-pelan 'keran' basis diberi
bias maju (forward bias), elektron mengalir menuju kolektor dan besarnya sebanding
dengan besar arus bias basis yang diberikan. Dengan kata lain, arus basis mengatur
banyaknya elektron yang mengalir dari emiter menuju kolektor. Ini yang dinamakan
efek penguatan transistor, karena arus basis yang kecil menghasilkan arus emitor-
kolektor yang lebih besar. Istilah amplifier (penguatan) menjadi tidak benar, karena
dengan penjelasan di atas sebenarnya yang terjadi bukan penguatan, melainkan arus
yang lebih kecil mengontrol aliran arus yang lebih besar. Juga dapat diartikan bahwa
basis mengatur membuka dan menutup aliran arus emiter-kolektor (switch on/off).
-
Dasar Elektronika - 56
Pada transistor PNP, fenomena yang sama dapat dijelaskan dengan memberikan
bias seperti pada Gambar (gb.7.4) berikut. Dalam hal ini yang disebut perpindahan arus
adalah arus hole.
BC
E
+
+
p pnE
B
C
I b
V EE V CC Gambar 7-4. Arus Hole Transistor PNP
Untuk memudahkan pembahasan prinsip bias transistor lebih lanjut, berikut
adalah terminologi parameter transistor (gb 7.5). Dalam hal ini arah arus adalah dari
potensial yang lebih besar ke potensial yang lebih kecil.
Gambar 7-5. Arus Potensial
Keterangan :
IC : arus kolektor IB : arus basis
IE : arus emitor VC : tegangan kolektor
VB : tegangan basis VE : tegangan emitor
VCC : tegangan pada kolektor VCE : tegangan jepit kolektor-emitor
VEE : tegangan pada emitor VBE : tegangan jepit basis-emitor
ICBO : arus basis-kolektor/arus bocor VCB : tegangan jepit kolektor-basis
-
Dasar Elektronika - 57
Perlu diingat, walaupun tidak ada perbedaan pada doping bahan pembuat emitor dan
kolektor, namun pada prakteknya emitor dan kolektor tidak dapat dibalik.
E B C
Gambar 7-6. Penampang Transistor Bipolar
Dari satu bahan silikon (monolitic) (gb.7.6), emitor dibuat terlebih dahulu,
kemudian basis dengan doping yang berbeda dan terakhir adalah kolektor. Terkadang
dibuat juga efek dioda pada terminal-terminalnya sehingga arus hanya akan terjadi pada
arah yang dikehendaki.
Bagian penting berikutnya adalah bagaimana caranya memberi arus bias yang
tepat sehingga transistor dapat bekerja optimal.
7.3.1. Arus bias
Ada tiga cara yang umum untuk memberi arus bias pada transistor, yaitu
rangkaian CE (Common Emitter), CC (Common Collector) dan CB (Common Basis).
Namun akan lebih detail dijelaskan bias transistor rangkaian CE. Dengan menganalisa
rangkaian CE akan dapat diketahui beberapa parameter penting dan berguna terutama
untuk memilih transistor yang tepat untuk aplikasi tertentu.
7.3.2. Arus Emiter
Dari hukum Kirchhoff diketahui bahwa jumlah arus yang masuk kesatu titik
akan sama jumlahnya dengan arus yang keluar (gb.7.7). Jika teorema tersebut
diaplikasikan pada transistor, maka hukum itu menjelaskan hubungan :
IE = IC + IB ........(7.1)
Gambar 7-7. Arus Emitor
-
Dasar Elektronika - 58
Persamaan (7.1) tersebut mengatakan arus emiter IE adalah jumlah dari arus
kolektor IC dengan arus basis IB. Karena arus IB sangat kecil sekali atau disebutkan IB
-
Dasar Elektronika - 59
7.4. Common Emitter (CE)
Rangkaian CE adalah rangkaian yang paling sering digunakan untuk berbagai
aplikasi yang mengunakan transistor. Dinamakan rangkaian CE, sebab titik ground atau
titik tegangan 0 volt dihubungkan pada titik emiter.
Gambar 7-8. Rangkaian C-E
Ada beberapa notasi yang sering digunakan untuk mununjukkan besar tegangan
pada suatu titik maupun antar titik. Notasi dengan 1 subscript adalah untuk
menunjukkan besar tegangan pada satu titik, misalnya : VC = tegangan kolektor, VB =
tegangan basis dan VE = tegangan emiter.
Ada juga notasi dengan 2 subscript yang dipakai untuk menunjukkan besar
tegangan antar 2 titik, yang disebut juga dengan tegangan jepit. Diantaranya adalah :
VCE = tegangan jepit kolektor- emitor
VBE = tegangan jepit basis - emitor
VCB = tegangan jepit kolektor - basis
Notasi seperti VBB, VCC, VEE berturut-turut adalah besar sumber tegangan yang masuk
ke titik basis, kolektor dan emitor.
7.5. Kurva Basis
Hubungan antara IB dan VBE (gb.7.9) akan berupa kurva dioda. Karena memang
telah diketahui bahwa junction basis-emitor tidak lain adalah sebuah dioda. Jika hukum
Ohm diterapkan pada loop basis diketahui adalah :
IB = (VBB - VBE) / RB ......... (7.5)
VBE adalah tegangan jepit dioda junction basis-emitor. Arus hanya akan mengalir jika
tegangan antara basis-emitor lebih besar dari VBE. Sehingga arus IB mulai aktif mengalir
pada saat nilai VBE tertentu.
-
Dasar Elektronika - 60
0,7VBE
IC
Gambar 7-9. Kurva IC -VBE
Besar VBE umumnya tercantum di dalam databook, tapi untuk penyederhanaan
umumnya diketahui VBE = 0.7 volt untuk transistor silikon dan VBE = 0.3 volt untuk
transistor germanium. Nilai ideal VBE = 0 volt. Dari sini akan sangat mudah
mengetahui arus IB dan arus IC dari rangkaian 01 berikut ini, jika diketahui besar =
200. Yang digunakan adalah transistor yang dibuat dari bahan silikon.
Rangkaian-01
Rangkaian - 01
IB = (VBB - VBE) / RB
= (2V 0,7V) / 100 K = 13 uA
Dengan = 200, maka arus kolektor adalah :
IC = IB = 200 x 13uA = 2,6 mA
7.6. Kurva Kolektor
Sekarang ditinjau bagaimana hubungan antara arus basis IB, arus kolektor IC dan
tegangan kolektor-emiter VCE. Dengan mengunakan rangkaian-01, tegangan VBB dan
VCC dapat diatur untuk memperoleh plot garis-garis kurva kolektor. Pada gambar
berikut telah diplot beberapa kurva kolektor arus IC terhadap VCE dimana arus IB dibuat
konstan.
-
Dasar Elektronika - 61
Saturasi
IB = 50 A
IB = 40A
IB = 30A
IB = 20A
IB = 10A
1 V 40 V VCE
IC Cut off AktifBreakdown
1
2
3
4
Gambar 7-10. Kurva Kolektor
Dari kurva ini terlihat ada beberapa region yang menunjukkan daerah kerja
transistor. Pertama adalah daerah saturasi, lalu daerah cut-off, kemudian daerah aktif
dan seterusnya daerah breakdown.
Ad.1. Daerah Aktif
Daerah kerja transistor yang normal adalah pada daerah aktif, dimana arus IC
kon