2013-08-30-16-42-32_RONIKA

99
Dasar Elektronika - 1 1.1. Pendahuluan Pada dasarnya semua bahan memiliki sifat resistif namun beberapa bahan seperti tembaga, perak, emas dan bahan metal umumnya memiliki resistansi yang sangat kecil. Bahan-bahan tersebut menghantar arus listrik dengan baik, sehingga dinamakan konduktor. Kebalikan dari bahan yang konduktif, bahan material seperti karet, gelas, karbon memiliki resistansi yang lebih besar menahan aliran elektron dan disebut sebagai insulator. Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk membatasi jumlah arus yang mengalir dalam satu rangkaian. Sesuai dengan namanya resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon . Dari hukum Ohms diketahui, resistansi berbanding terbalik dengan jumlah arus yang mengalir melaluinya. Satuan resistansi dari suatu resistor disebut Ohm atau dilambangkan dengan simbol Ω (Omega). Tipe resistor yang umum adalah berbentuk tabung dengan dua kaki tembaga di kiri dan kanan. Pada badannya terdapat lingkaran membentuk gelang kode warna untuk memudahkan pemakai mengenali besar resistansi tanpa mengukur besarnya dengan Ohmmeter. Kode warna tersebut adalah standar manufaktur yang dikeluarkan oleh EIA (Electronic Industries Association) seperti yang ditunjukkan pada tabel 1.1. berikut :

description

RONIKA

Transcript of 2013-08-30-16-42-32_RONIKA

  • Dasar Elektronika - 1

    1.1. Pendahuluan

    Pada dasarnya semua bahan memiliki sifat resistif namun beberapa bahan seperti

    tembaga, perak, emas dan bahan metal umumnya memiliki resistansi yang sangat kecil.

    Bahan-bahan tersebut menghantar arus listrik dengan baik, sehingga dinamakan

    konduktor. Kebalikan dari bahan yang konduktif, bahan material seperti karet, gelas,

    karbon memiliki resistansi yang lebih besar menahan aliran elektron dan disebut sebagai

    insulator. Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk

    membatasi jumlah arus yang mengalir dalam satu rangkaian. Sesuai dengan namanya

    resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon .

    Dari hukum Ohms diketahui, resistansi berbanding terbalik dengan jumlah arus

    yang mengalir melaluinya. Satuan resistansi dari suatu resistor disebut Ohm atau

    dilambangkan dengan simbol (Omega).

    Tipe resistor yang umum adalah berbentuk tabung dengan dua kaki tembaga di

    kiri dan kanan. Pada badannya terdapat lingkaran membentuk gelang kode warna untuk

    memudahkan pemakai mengenali besar resistansi tanpa mengukur besarnya dengan

    Ohmmeter. Kode warna tersebut adalah standar manufaktur yang dikeluarkan oleh EIA

    (Electronic Industries Association) seperti yang ditunjukkan pada tabel 1.1. berikut :

  • Dasar Elektronika - 2

    Tabel 1-1 : Nilai Warna Gelang

    Warna Nilai Faktor

    Pengali Toleransi

    Hitam 0 1

    Coklat 1 10 1%

    Merah 2 100 2%

    Jingga 3 1.000

    Kuning 4 10.000

    Hijau 5 100.000

    Biru 6 106

    Violet 7 107

    Abu-abu 8 108

    Putih 9 109

    Emas - 0.1 5%

    Perak - 0.01 10%

    Tanpa warna - - 20%

    1.2. Cara Pembacaan Nilai Tahanan

    Resistansi dibaca dari warna gelang yang paling depan ke arah gelang toleransi

    berwarna coklat, merah, emas atau perak. Biasanya warna gelang toleransi ini berada

    pada badan resistor yang paling pojok atau juga dengan lebar yang lebih menonjol,

    sedangkan warna gelang yang pertama agak sedikit ke dalam. Dengan demikian

    pemakai sudah langsung mengetahui berapa toleransi dari resistor tersebut.

    Jumlah gelang yang melingkar pd resistor umumnya sesuai dengan besar

    toleransinya. Biasanya resistor dengan toleransi 5%, 10% atau 20% memiliki 3 gelang

    (tidak termasuk gelang toleransi). Tetapi resistor dengan toleransi 1% atau 2% (toleransi

    kecil) memiliki 4 gelang (tidak termasuk gelang toleransi). Gelang pertama dan

    seterusnya berturut-turut menunjukkan besar nilai satuan, dan gelang terakhir adalah

    faktor pengalinya.

    Misalnya resistor dengan gelang kuning, violet, merah dan emas. Gelang

    berwarna emas adalah gelang toleransi. Dengan demikian urutan warna gelang resitor

    ini adalah, gelang pertama berwarna kuning, gelang kedua berwana violet dan gelang ke

  • Dasar Elektronika - 3

    tiga berwarna merah. Gelang ke empat tentu saja yang berwarna emas dan ini adalah

    gelang toleransi.

    Dari tabel-1 diketahui jika gelang toleransi berwarna emas, berarti resitor ini

    memiliki toleransi 5%. Nilai resistansisnya dihitung sesuai dengan urutan warnanya.

    Pertama yang dilakukan adalah menentukan nilai satuan dari resistor ini. Karena resitor

    ini resistor 5% (yang biasanya memiliki tiga gelang selain gelang toleransi), maka nilai

    satuannya ditentukan oleh gelang pertama dan gelang kedua. Masih dari tabel-1

    diketahui gelang kuning nilainya = 4 dan gelang violet nilainya = 7. Jadi gelang pertama

    dan kedua atau kuning dan violet berurutan, nilai satuannya adalah 47. Gelang ketiga

    adalah faktor pengali, dan jika warna gelangnya merah berarti faktor pengalinya adalah

    100. Sehingga dengan ini diketahui nilai resistansi resistor tsb adalah nilai satuan x

    faktor pengali atau 47 x 100 = 4,7 K dan toleransinya adalah 5%.

    Spesifikasi lain yang perlu diperhatikan dalam memilih resitor pada suatu

    rancangan selain besar resistansi adalah besar watt-nya. Karena resistor bekerja dengan

    dialiri arus listrik, maka akan terjadi disipasi daya berupa panas sebesar P = I2.R watt.

    Semakin besar ukuran fisik suatu resistor dapat menunjukkan semakin besar

    kemampuan disipasi daya resistor tersebut.

    Resistansi tinggi

    Resistansi Rendah

    Arus

    Tegangan

    0

    Gambar 1-1. Hukum Resistansi

  • Dasar Elektronika - 4

    Cincin 5

    Cincin 1 Cincin 2 Cincin 3 Cincin 4

    Cincin-Cincin Warna 1, 2, 3

    Cincin-Cincin Warna 4

    Cincin-Cincin Warna 5

    Hitam 0 Dikalikan Dengan Toleransi

    Coklat 1 Perak 0,01 Coklat 1%

    Merah 2 Emas 0,1 Merah 2%

    Jingga 3 Hitam 1 Emas 5%

    Kuning 4 Coklat 10 Perak 10%

    Hijau 5 Merah 100 Kosong 20%

    Biru 6 Jingga 1000

    Ungu 7 Kuning 10000

    Abu-Abu 8 Hijau 100000

    Putih 9 Biru 1000000

    2 5 8 1000000 2%

    258 M 2%

    Gambar 1-2. Kode Warna Resistor

    1.3. P.T.C (Positive Temperature Coefficient)

    Resistansi

    Suhu

    Gambar 1-3. PTC

    memiliki karakteristik seperti PTC. Resistansi dari bahan konduktor akan mengecil

    dengan kenaikan suhu dan karenanya disebut koefisien suhu negatif (negative

    temperature coefficient/NTC).

    Gambar disamping memperlihatkan

    bagaimana resistansi sebuah konduktor logam,

    (mis : tembaga) berubah-ubah menurut suhu.

    Karena resistansi dari bahan bertambah besar

    seiring dengan kenaikan suhu, karakteristik

    semacam ini dikatakan sebagai memiliki

    koefisien suhu positif (positive temperature

    coefficient/PTC), tapi tidak semua bahan karbon

  • Dasar Elektronika - 5

    Resistansi dari suatu konduktor pada suhu t diberikan oleh persamaan :

    )ttt1(RR 320t . (a)

    dimana : , , = konstanta

    R0 = resistansi pada 00

    C

    Koefisien-koefisen , , biasanya cukup kecil dan pada umumnya pemakaian

    suhu dengan kisaran 00C 1000C, sehingga dapat diaproksimasikan karakteristiknya

    sebagai suatu hukum garis lurus seperti pada gambar dibawah ini :

    Resistansi

    Suhu

    00C t0C

    R0

    Rt

    Gambar 1-3. Karakteristik PTC

    1.4. TERMISTOR (NTC Dan PTC)

    Pada resistor-resistor konvensional ada kalanya kita membutuhkan resistansi

    yang tetap tidak berubah pada kisaran suhu yang lebar (dengan kata lain harus nol).

    Sebaliknya terdapat aplikasi-aplikasi dimana kita dapat memanfaatkan efek variasi

    resistansi untuk mendeteksi perubahan suhu. Komponen yang memungkinkan untuk

    melakukan hal ini dikenal dengan sebagai : Termistor. Resistansi suatu termistor

    berubah-ubah seiring dengan berubahnya suhu. Tersedia dua jenis yaitu : PTC dan

    NTC.

    Gambar 1-4. Karakteristik, Simbol dan Gambar NTC

    Sedangkan persamaan (a) dapat disederhanakan

    menjadi :

    )t1(RR 0t ................. (b)

    dimana :

    = koefisien suhu

    -t0C

    atau

    x

    -t0C

    R

    esis

    tan

    si

    Suhu

  • Dasar Elektronika - 6

    Termistor NTC yang tipikal memiliki resistansi yang berubah-ubah mulai dari beberapa

    ratus atau beberapa ribu ohm pada 250C hingga beberapa puluh atau beberapa ratus ohm

    pada 1000C

    Termistor PTC umumnya memiliki karakteristik resistansi suhu yang tetap

    berbentuk datar (biasanya pada suhu sekitar 100 ) untuk kisaran 00C hingga sekitar

    750C. Diatas kisaran ini dan pada suhu kritis (biasanya pada kisaran 80

    0C hingga

    1200C) resistansi termistor melonjak sangat cepat hingga mencapai bahkan melampaui

    nilai 10 k .

    Gambar 1-5. Karakteristik, Simbol dan Bentuk PTC

    Termistor PTC biasanya digunakan untuk proteksi arus lebih. Pada kondisi

    terdapat gangguan arus akan melampaui nilai ambang batas dengan selisih yg besar

    sehingga termistor mulai mengalami pemanasan diri, resistansi akan naik dengan cepat.

    Nilai-nilai yang tipikal dari arus ambang dan arus jatuh masing-masing adalah 200 mA

    dan 8 mA untuk alat yang memiliki resistansi nominal sebesar 25 pada suhu 250C.

    1.5. Resistor Peka Cahaya (LDR)

    Resistor peka cahaya /LDR (Light Dependent Resistor) memanfaatkan bahan

    semikon-duktor yang karakteristik listriknya berubah-ubah sesuai dengan cahaya yang

    diterima. Dua jenis bahan semikonduktor yang digunakan dalam pembuatan LDR

    adalah Kadnium Sulfida (CdS) dan Kadnium Selenida (CdSe). Bahan-bahan ini paling

    sensitif terhadap cahaya dalam spektrum tampak, dengan puncaknya 0,6 mikrometer

    untuk CdS dan 0,75 mikrometer untuk CdSe.

    R

    esi

    stan

    si

    Suhu

    +t 0 C

  • Dasar Elektronika - 7

    Gambar 1-6. Karakteristik dan Simbol LDR

    1.6. Resistor Peka Tegangan (VDR)

    Resistansi dari suatu resistor peka tegangan (voltage dependent resistor/VDR)

    jatuh dengan sangat cepat ketika tegangan yang bekerja padanya melampaui suatu

    tegangan nominal, baik ke arah membesar ataupun mengecil. Dalam operasi normal,

    arus yang mengalir melalui VDR dapat diabaikan besarnya, tetapi ketika resistansinya

    jatuh, arus akan menjadi besar dan energi dalam jumlah yang signifikan akan terserap.

    Gambar 1-7. Karakteristik dan Simbol VDR

    Resistansi

    Intensitas Cahaya

    Arus

    Tegangan

    V atau V

  • Dasar Elektronika - 8

    Prinsip Dasar Dan Spesifikasi Elektriknya

    2.1. Pendahuluan

    Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan muatan listrik.

    Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan oleh suatu

    bahan dielektrik.

    ElektrodaElektroda

    Dielektrik

    Gambar 2-1 : Prinsip Dasar Kapasitor

    Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya udara vakum, keramik,

    gelas dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi tegangan listrik, maka muatan-

    muatan positif akan mengumpul pada salah satu kaki (elektroda) metalnya dan pada saat

    yang sama muatan-muatan negatif terkumpul pada ujung metal yang satu lagi. Muatan

    positif tidak dapat mengalir menuju ujung kutup negatif dan sebaliknya muatan negatif

    tidak bisa menuju ke ujung kutup positif, karena terpisah oleh bahan dielektrik yang

    non-konduktif. Muatan elektrik ini "tersimpan" selama tidak ada konduksi pada ujung-

    ujung kakinya. Di alam bebas, phenomena kapasitor ini terjadi pada saat terkumpulnya

    muatan-muatan positif dan negatif di awan.

    2.2. Kapasitansi

    Kapasitansi didefenisikan sebagai kemampuan dari suatu kapasitor untuk dapat

    menampung muatan elektron. Coulombs pada abad 18 menghitung bahwa 1 Coulomb

    = 6.25 x 1018

    elektron. Kemudian Michael Faraday membuat postulat bahwa sebuah

    kapasitor akan memiliki kapasitansi sebesar 1 farad jika dengan tegangan 1 volt dapat

    memuat muatan elektron sebanyak 1 coulombs. Dengan rumus dapat ditulis :

    Q = C.V ................................(2.1)

    dimana : Q = muatan elektron dalam C (coulombs)

  • Dasar Elektronika - 9

    C = nilai kapasitansi dalam F (farads)

    V = besar tegangan dalam V (volt)

    Dalam praktek pembuatan kapasitor, kapasitansi dihitung dengan mengetahui

    luas area plat metal (A), jarak (t) antara kedua plat metal (tebal dielektrik) dan konstanta

    (k) bahan dielektrik.

    Dengan rumusan dapat ditulis sebagai berikut :

    C = (8.85 x 10-12

    ) (k A/t) ................................(2.2)

    Berikut adalah tabel contoh konstanta (k) dari beberapa bahan dielektrik yang

    disederhanakan :

    Tabel 2-1 Konstanta K Bahan Dielektrik

    Udara vakum k = 1

    Aluminium oksida k = 8

    Keramik k = 100 - 1000

    Gelas k = 8

    Polyethylene k = 3

    Untuk rangkaian elektronik praktis, satuan farads adalah sangat besar sekali.

    Umumnya kapasitor yang ada di pasar memiliki satuan uF (10-6

    F), nF (10-9

    F) dan pF

    (10-12

    F). Konversi satuan penting diketahui untuk memudahkan membaca besaran

    sebuah kapasitor. Misalnya 0,047uF dapat juga dibaca sebagai 47nF, atau contoh lain

    0,1nF sama dengan 100pF.

    2.3. Jenis-Jenis Kapasitansi

    Kapasitor terdiri dari beberapa tipe, tergantung dari bahan dielektriknya. Untuk

    lebih sederhana dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu kapasitor electrostatic, electrolytic

    dan electrochemical.

    2.3.1. Kapasitor Electrostatic

    Kapasitor electrostatic adalah kelompok kapasitor yang dibuat dengan bahan

    dielektrik dari keramik, film dan mika. Keramik dan mika adalah bahan yang popular

    serta murah untuk membuat kapasitor yang kapasitansinya kecil. Tersedia dari besaran

    pF sampai beberapa uF, yang biasanya untuk aplikasi rangkaian yang berkenaan dengan

    frekuensi tinggi. Termasuk kelompok bahan dielektrik film adalah bahan-bahan

    material seperti polyester (polyethylene terephthalate) atau dikenal dengan sebutan

  • Dasar Elektronika - 10

    mylar), polystyrene, polyprophylene, polycarbonate, metalized paper dan lainnya.

    Mylar, MKM, MKT adalah beberapa contoh sebutan merek dagang untuk

    kapasitor dengan bahan-bahan dielektrik film. Umumnya kapasitor kelompok ini adalah

    non-polar.

    2.3.2. Kapasitor Electrolytic

    Kelompok kapasitor electrolytic terdiri dari kapasitor-kapasitor yang bahan

    dielektriknya adalah lapisan metal-oksida. Umumnya kapasitor yang termasuk

    kelompok ini adalah kapasitor polar dengan tanda + dan - di badannya. Mengapa

    kapasitor ini dapat memiliki polaritas, adalah karena proses pembuatannya

    menggunakan elektrolisa sehingga terbentuk kutup positif anoda dan kutup negatif

    katoda.

    Telah lama diketahui beberapa metal seperti tantalum, aluminium, magnesium,

    titanium, niobium, zirconium dan seng (zinc) permukaannya dapat dioksidasi sehingga

    membentuk lapisan metal-oksida (oxide film). Lapisan oksidasi ini terbentuk melalui

    proses elektrolisa, seperti pada proses penyepuhan emas. Elektroda metal yang dicelup

    kedalam larutan electrolit (sodium borate) lalu diberi tegangan positif (anoda) dan

    larutan electrolit diberi tegangan negatif (katoda). Oksigen pada larutan electrolyte

    terlepas & mengoksidai permukaan plat metal. Contohnya, jika digunakan Alumunium,

    maka akan terbentuk lapisan Aluminium-oksida (Al2O3) pada permukaannya.

    +

    Metal

    Larutan Electrolyte

    Katoda

    AnodaLapisan Oksidasi

    Gambar 2-1 : Kapasitor Elco

    Dengan demikian berturut-turut plat metal (anoda), lapisan-metal-oksida dan

    electrolyte(katoda) membentuk kapasitor. Dalam hal ini lapisan-metal-oksida sebagai

    dielektrik. Dari rumus (2.2) diketahui besar kapasitansi berbanding terbalik dengan tebal

    dielektrik. Lapisan metal-oksida ini sangat tipis, sehingga dengan demikian dapat dibuat

    kapasitor yang kapasitansinya cukup besar.

  • Dasar Elektronika - 11

    Karena alasan ekonomis dan praktis, umumnya bahan metal yang banyak

    digunakan adalah aluminium dan tantalum. Bahan yang paling banyak dan murah

    adalah Aluminium. Untuk mendapatkan permukaan yang luas, bahan plat Aluminium

    ini biasanya digulung radial. Sehingga dengan cara itu dapat diperoleh kapasitor yang

    kapasitansinya besar. Contoh : 100F, 470F, 4700F dan lain-lain, yang sering juga

    disebut : Kapasitor Elco.

    Bahan electrolyte pada kapasitor Tantalum ada yang cair tetapi ada juga yang

    padat. Disebut electrolyte padat, tetapi sebenarnya bukan larutan electrolit yang menjadi

    elektroda negatifnya, melainkan bahan lain yaitu manganese-dioksida.

    Dengan demikian kapasitor jenis ini bisa memiliki kapasitansi yang besar namun

    menjadi lebih ramping dan mungil. Selain itu karena seluruhnya padat, maka waktu

    kerjanya (lifetime) menjadi lebih tahan lama. Kapasitor tipe ini juga memiliki arus

    bocor yang sangat kecil, jadi dapat dipahami mengapa kapasitor Tantalum menjadi

    relatif mahal.

    2.3.3. Kapasitor Electrochemical

    Satu jenis kapasitor lain adalah kapasitor electrochemical. Termasuk kapasitor

    jenis ini adalah batere dan accu. Pada kenyataanya batere dan accu adalah kapasitor

    yang sangat baik, karena memiliki kapasitansi yang besar dan arus bocor (leakage

    current) yang sangat kecil. Tipe kapasitor jenis ini juga masih dalam pengembangan

    untuk mendapatkan kapasitansi yang besar namun kecil dan ringan, misalnya untuk

    applikasi mobil elektrik dan telepon selular.

    2.4. Macam dan Penggunaan Kapasitor

    Kapasitor merupakan komponen pasif elektronika yang sering dipakai didalam

    merancang suatu sistem yang berfungsi untuk mengeblok arus DC, Filter, dan

    penyimpan energi listrik. Didalamnya 2 buah pelat elektroda yang saling berhadapan

    dan dipisahkan oleh sebuah insulator. Sedangkan bahan yang digunakan sebagai

    insulator dinamakan dielektrik. Ketika kapasitor diberikan tegangan DC maka energi

    listrik disimpan pada tiap elektrodanya. Selama kapasitor melakukan pengisian, arus

    mengalir. Aliran arus tersebut akan berhenti bila kapasitor telah penuh. Yang

    membedakan tiap - tiap kapasitor adalah dielektriknya. Berikut ini adalah jenis jenis

    kapasitor yang banyak dijual dipasaran.

  • Dasar Elektronika - 12

    2.4.1. Electrolytic Capacitor

    Elektroda dari kapasitor ini terbuat dari alumunium yang menggunakan

    membran oksidasi yang tipis. Karakteristik utama dari Electrolytic Capacitor adalah

    perbedaan polaritas pada kedua kakinya. Dari karakteristik tersebut kita harus berhati

    hati di dalam pemasangannya pada rangkaian,

    jangan sampai terbalik. Bila polaritasnya

    terbalik maka akan menjadi rusak bahkan

    MELEDAK. Biasanya jenis kapasitor ini

    digunakan pada rangkaian power supply, low

    pass filter , rangkaian pewaktu. Kapasitor ini

    tidak bisa digunakan pada rangkaian frekuensi

    tinggi. Biasanya tegangan kerja dari kapasitor

    dihitung dengan cara mengalikan tegangan catu daya dengan 2. Misalnya kapasitor akan

    diberikan catu daya dengan tegangan 5 Volt, berarti kapasitor yang dipilih harus

    memiliki tegangan kerja minimum 2 x 5 = 10 Volt.

    2.4.2. Tantalum Capacitor

    Merupakan jenis electrolytic capacitor yang elektrodanya terbuat dari material

    tantalum. Komponen ini memiliki polaritas, cara membedakannya dengan mencari

    tanda + yang ada pada tubuh kapasitor, tanda ini menyatakan bahwa pin dibawahnya

    memiliki polaritas positif. Diharapkan berhati hati di

    dalam pemasangan komponen karena tidak boleh terbalik.

    Karakteristik temperatur dan frekuensi lebih bagus daripada

    electrolytic capacitor yang terbuat dari bahan alumunium

    dan kebanyakan digunakan untuk sistem yang

    menggunakan sinyal analog. Contoh aplikasi yang

    menggunakan kapasitor jenis ini adalah noise limiter,

    coupling capacitor dan rangkaian filter.

    2.4.3. Ceramic Capacitor

    Kapasitor menggunakan bahan titanium acid

    barium untuk dielektriknya. Karena tidak dikonstruksi

    seperti koil maka komponen ini dapat digunakan pada

    rangkaian frekuensi tinggi. Biasanya digunakan untuk

  • Dasar Elektronika - 13

    melewatkan sinyal frekuensi tinggi menuju ke ground. Kapasitor ini tidak baik

    digunakan untuk rangkaian analog, karena dapat mengubah bentuk sinyal. Jenis ini

    tidak mempunyai polaritas dan hanya tersedia dengan nilai kapasitor yang sangat kecil

    dibandingkan dengan kedua kapasitor diatas. Dan mempunyai tegangan hingga 15 kV

    DC.

    2.4.4. Multilayer Ceramic Capacitor (MLCC)

    Bahan material untuk kapasitor ini sama dengan jenis kapasitor keramik,

    bedanya terdapat pada jumlah lapisan yang

    menyusun die lek triknya. Pada jenis ini

    dielektriknya disusun dengan banyak lapisan atau

    biasany a disebut dengan layer dengan ketebalan 10

    s/d 20 m dan pelat elektrodanya dibuat dari logam

    yang murni. Selain itu ukurannya kecil dan memiliki

    karakteristik suhu yang lebih bagus daripada

    kapasitor keramik. Biasanya jenis ini baik digunakan

    untuk aplikasi atau melewatkan frekuensi tinggi

    menuju tanah.

    2.4.5. Polyester Film Capacitor

    Dielektrik dari kapasitor ini terbuat dari polyester film. Mempunyai karakteristik

    suhu yang lebih bagus dari semua jenis kapasitor di atas. Dapat digunakan untuk

    frekuensi tinggi. Biasanya jenis ini digunakan

    untuk rangkaian yang menggunak an frekue nsi

    tinggi, dan rangkaian analog. Kapasitor ini

    biasanya disebut mylar dan mempunyai toleransi

    sebesar 5% sampai 10%.

    2.4.6. Polypropylene Capacitor

    Kapasitor ini memiliki nilai toleransi yang lebih tinggi dari polyester film

    capacitor. Pada umumnya nilai kapasitansi dari k

    omponen ini tidak akan berubah apabila dirancang

    disuatu sistem dimana frekuensi yang melaluin ya lebih

  • Dasar Elektronika - 14

    kecil atau sama dengan 100KHz. Pada gambar disamping ditunjukkan kapasitor

    polypropylene dengan toleransi 1%.

    2.4.7. Kapasitor Mika

    Jenis ini menggunakan mika sebagai bahan dielektriknya. Kapasitor mika

    mempunyai tingkat kestabilan yang bagus, karena temperatur koefisiennya rendah.

    Karena frekuensi karakteristiknya sangat

    bagus, biasanya kapasitor ini digunakan untuk

    rangkaian resonansi, filter untuk frekuensi

    tinggi dan rangkaian yang menggunakan

    tegangan tinggi misalnya: radio pemancar yang

    menggunakan tabung transistor. Kapasitor mika tidak mempunyai nilai kapasitansi

    yang tinggi, dan harganya relatif mahal.

    2.4.8. Polystyrene Film Capacitor

    Dielektrik dari kapasitor ini menggunakan polystyrene film . Tipe ini tidak bisa

    digunakan untuk aplikasi yang menggunakan

    frekuensi tinggi, karena konstruksinya yang sama

    seperti kapasitor elektrolit yaitu seperti koil.

    Kapasitor ini baik untuk aplikasi pewaktu dan

    filter yang menggunakan frekuensi beberapa

    ratus KHz. Komponen ini mempunyai 2 warna untuk elektrodanya, yaitu: merah dan

    abu abu. Untuk yang merah elektrodanya terbuat dari tembaga sedangkan warna abu

    abu terbuat dari kertas alumunium.

    2.4.9. Electric Double Capacitor (Super Capacitor)

    Jenis kapasitor ini bahan dielektriknya sama dengan kapasitor elektrolit. Tetapi

    bedanya adalah ukuran kapasitornya lebih besar

    dibandingkan kapasitor elektrolit yang telah

    dijelaskan di atas. Biasanya mempunyai satuan

    F. Gambar bentuk fisiknya dapat dilihat di

    samping, pada gambar tersebut

    kapasitornya memiliki ukuran 0.22F.

    Kapasitor ini biasanya digunakan

    untuk rangkaian power supply.

  • Dasar Elektronika - 15

    2.4.10. Kondensator Kertas

    Kondensator kertas ini sering disebut juga kondensator padder. Misal pada radio

    dipasang seri dari spul osilator ke variabel condensator. Nilai kapasitas yang dipakai

    pada sirkuit oscilator antara lain :

    Kapasitas 200 pF - 500 pF untuk daerah

    gelombang menengah (Medium Wave / MW) =

    190 mt - 500 mt.

    Kapasitas 1.000 pF - 2.200 pF untuk daerah

    gelombang pendek (Short Wave / SW) SW 1 = 40

    meter - 130 meter.

    Kapasitas 2.700 pF - 6.800 pF untuk daerah gelombang SW 1, 2, 3 dan 4, = 13

    meter - 49 meter

    Nilai kapasitasnya ada yang tertulis langsung ada juga ada pula yang memakai

    kode warna.

    2.4.11. Trimmer Capacitor

    Kapasitor jenis ini menggunakan keramik atau plastik sebagai bahan

    dielektriknya. Nilai dari kapasitor dapat diubah ubah dengan cara memutar sekrup

    yang berada diatasnya. Didalam pemutaran diharapkan

    menggunakan obeng yang khusus, agar tidak menimbulkan efek

    kapasitansi antara obeng dengan tangan.

    Trimmer Capacitor dipasang paralel dengan variabel

    kondensator berfungsi untuk menepatkan pemilihan gelombang

    frekuensi tersebut. Kondensator trimer mempunyai kapasitas

    dibawah 100 pF (pikoFarad).

  • Dasar Elektronika - 16

    Tabel 2-2 Nilai Kondensator Kertas

    Warna Nomor Faktor Perkalian Toleransi Voltage maksimum

    Hitam 0 1 20%

    Coklat 1 101 100V

    Merah 2 102 250V

    Jingga 3 103 250V

    Kuning 4 104 400V

    Hijau 5 105 400V

    Biru 6 630V

    Ungu 7 630V

    Abu-abu 8 630V

    Putih 9 10% 630V

    2.5. Membaca Kapasitansi

    Pada kapasitor yang berukuran besar, nilai kapasitansi umumnya ditulis dg

    angka yang jelas. Lengkap dengan nilai tegangan maksimum dan polaritasnya.

    Misalnya pada kapasitor elco dg jelas tertulis kapasitansinya sebesar 22uF/25v.

    Kapasitor yang ukuran fisiknya mungil dan kecil biasanya hanya bertuliskan 2

    (dua) atau 3 (tiga) angka saja. Jika hanya ada dua angka satuannya adalah pF (pico

    farad). Sebagai contoh, kapasitor yang bertuliskan dua angka 47, maka kapasitansi

    kapasitor tersebut adalah 47 pF. Jika ada 3 digit, angka pertama dan kedua

    menunjukkan nilai nominal, sedangkan angka ke-3 adalah faktor pengali. Faktor pengali

    sesuai dengan angka nominalnya, berturut-turut 1 = 10, 2 = 100, 3 = 1.000, 4 = 10.000

    dan seterusnya. Misalnya pada kapasitor keramik tertulis 104, maka kapasitansinya

    adalah 10 x 10.000 = 100.000pF atau = 100nF. Misalnya tertulis 222, artinya kapasitas

    kapasitor tersebut adalah : 22 x 100 = 2200 pF = 2.2 nF.

    Selain dari kapasitansi ada beberapa karakteristik penting lainnya yang perlu

    diperhatikan. Biasanya spesifikasi karakteristik ini disajikan oleh pabrik pembuat

    didalam datasheet. Berikut ini adalah beberapa spesifikasi penting tersebut.

    2.5.1. Tegangan Kerja (working voltage)

  • Dasar Elektronika - 17

    Tegangan kerja adalah tegangan maksimum yang diijinkan sehingga kapasitor

    masih dapat bekerja dengan baik. Para elektro-mania barangkali pernah mengalami

    kapasitor yang meledak karena kelebihan tegangan. Misalnya kapasitor 10F 25V,

    maka tegangan yang bisa diberikan tidak boleh melebihi 25 volt dc. Umumnya

    kapasitor-kapasitor polar bekerja pada tegangan DC dan kapasitor non-polar bekerja

    pada tegangan AC.

    2.5.2. Temperatur Kerja

    Kapasitor masih memenuhi spesifikasinya jika bekerja pada suhu yang sesuai.

    Pabrikan pembuat kapasitor umumnya membuat kapasitor yang mengacu pada standar

    popular. Ada 4 standar popular yang biasanya tertera di badan kapasitor seperti COG

    (ultra stable), X7R (stable) serta Z5U dan Y5V (general purpose). Secara lengkap

    kode-kode tersebut disajikan pada table berikut :

    Tabel 2-3 Kode Karakteristik Kapasitor Kelas I

    Koefisien Suhu Faktor Pengali

    Koefisien Suhu

    Toleransi Koefisien

    Suhu

    Simbol PPM per

    Co

    Simbol Pengali Simbol PPM per

    Co

    C 0.0 0 -1 G +/-30

    B 0.3 1 -10 H +/-60

    A 0.9 2 -100 J +/-120

    M 1.0 3 -1000 K +/-250

    P 1.5 4 -10000 L +/-500

    ppm = part per million

  • Dasar Elektronika - 18

    Tabel 2-4 Kode Karakteristik Kapasitor Kelas II Dan III

    Suhu Kerja

    Minimum

    Suhu Kerja

    Maksimum Toleransi Kapasitansi

    Simbol Co Simbol C

    o Simbol Persen

    Z +10 2 +45 A +/- 1.0%

    Y -30 4 +65 B +/- 1.5%

    X -55 5 +85 C +/- 2.2%

    6 +105 D +/- 3.3%

    7 +125 E +/- 4.7%

    8 +150 F +/- 7.5%

    9 +200 P +/- 10.0%

    R +/- 15.0%

    S +/- 22.0%

    T +22% / -33%

    U +22% / -56%

    V +22% / -82%

    2.5.3. Toleransi

    Seperti komponen lainnya, besar kapasitansi nominal ada toleransinya. Tabel

    diatas menyajikan nilai toleransi dengan kode-kode angka atau huruf tertentu. Dengan

    table di atas pemakai dapat dengan mudah mengetahui toleransi kapasitor yang biasanya

    tertera menyertai nilai nominal kapasitor. Misalnya jika tertulis 104 X7R, maka

    kapasitasinya adalah 100nF dengan toleransi 15%.

    Sekaligus diketahui juga bahwa suhu kerja yang direkomendasikan adalah antara

    -55Co sampai +125C

    o (lihat tabel kode karakteristik).

  • Dasar Elektronika - 19

    2.5.4. Insulation Resistance (IR)

    Walaupun bahan dielektrik merupakan bahan yang non-konduktor, namun tetap

    saja ada arus yang dapat melewatinya. Artinya, bahan dielektrik juga memiliki

    resistansi. walaupun nilainya sangat besar sekali. Phenomena ini dinamakan arus bocor

    DCL (DC Leakage Current) dan resistansi dielektrik ini dinamakan Insulation

    Resistance (IR). Untuk menjelaskan ini, berikut (gambar 2.2.) adalah model rangkaian

    kapasitor

    Gambar 2-2 : Model Kapasitor

    Keterangan :

    C = Capacitance

    ESR = Equivalent Series Resistance

    L = Inductance

    IR = Insulation Resistance

    Jika tidak diberi beban, semestinya kapasitor dapat menyimpan muatan selama-

    lamanya. Namun dari model di atas, diketahui ada resitansi dielektrik IR(Insulation

    Resistance) yang paralel terhadap kapasitor. Insulation resistance (IR) ini sangat besar

    (MOhm). Konsekuensinya tentu saja arus bocor (DCL) sangat kecil (uA). Untuk

    mendapatkan kapasitansi yang besar diperlukan permukaan elektroda yang luas, tetapi

    ini akan menyebabkan resistansi dielektrik makin kecil. Karena besar IR selalu

    berbanding terbalik dengan kapasitansi (C), karakteristik resistansi dielektrik ini biasa

    juga disajikan dengan besaran RC (IR x C) yang satuannya ohm-farads atau megaohm-

    micro farads.

    2.5.5. Dissipation Factor (DF) dan Impedansi (Z)

    Dissipation Factor adalah besar persentasi rugi-rugi (losses) kapasitansi jika

    kapasitor bekerja pada aplikasi frekuensi. Besaran ini menjadi faktor yang

    diperhitungkan misalnya pada aplikasi motor phasa, rangkaian ballast, tuner dll. Dari

    model rangkaian kapasitor digambarkan adanya resistansi seri (ESR) dan induktansi

    (L). Pabrik pembuat biasanya menyertakan data DF dalam persen. Rugi-rugi (losses)

    itu didefenisikan sebagai ESR yang besarnya adalah persentasi dari impedansi kapasitor

    Xc.(gambar 2.3 dan 2.4). Secara matematis di tulis sebagai berikut :

    ESR

    IR

    ESR

    IR

  • Dasar Elektronika - 20

    Gambar 2-3. Faktor Diagram Kapasitor

    Dari penjelasan di atas dapat dihitung besar total impedansi (Z total) kapasitor :

    Gambar 2-4. Faktor Diagram Ztotal

    Karakteristik respons frekuensi sangat perlu diperhitungkan terutama jika kapasitor

    bekerja pada frekuensi tinggi.

    Telah dijelaskan terdahulu bahwa satuan kapasitansi adalah farad (F) sehingga

    apabila bila sebuah kapasitor dikatakan memiliki 1 F, jika arus sebesar 1 A mengalir di

    dalamnya ketika tegangan yang berubah-ubah dengan kecepatan 1V/s diberikan pada

    kapasitor tersebut.

  • Dasar Elektronika - 21

    Arus yang mengalir di dalam sebuah kapasitor karenanya akan sebanding

    dengan hasil kali kapasitansi (C) dengan kecepatan perubahan tegangan yang diberikan,

    maka :

    i = C x (kecepatan perubahan tegangan)

    Kecepatan perubahan tegangan seringkali direpresentasikan oleh persamaan dv/dt,

    dimana dv adalah perubahan tegangan yang sangat kecil dan dt adalah perubahan waktu

    yang sangat kecil, maka : dt

    dvCi dt i

    C

    1v , dimana qdt i

    Sedangkan : Q = C.V

    Konstanta kesebandingan C menyatakan sifat penyimpanan muatan dari elemen tersebut

    dan dinamakan : Kapasitans Elemen

    Contoh :

    Sebuah tegangan berubah dengan kecepatan tetap dari 10 V hingga 50 V dalam periode

    waktu 0,1 s, jika tegangan ini diberikan kepada sebuah kapasitor sebesar 22 F.

    Tentukanlah arus yang akan mengalir.

    Jawab :

    Arus yang mengalir akan diberikan oleh :

    i = C x (kecepatan perubahan tegangan), sehingga :

    mA 8,810.8,81,0

    1050x10.22

    waktu

    tegangan perubahan.Ci 36

    2.5.6. Penyimpanan Energi

    Energi yang tersimpan dalam suatu kapasitor berbanding lurus dengan hasil kali

    dari kapasitansi dengan kwadrat dari beda potensial.

    Daya dari sebuah kapasitans adalah :

    watt.........dt

    dvC.VI.VP

    dan tenaganya adalah :

    joule.......CV2

    1CdvVdv.Cdt.

    dt

    dvV.CpdtW 22

    Pada proses mengisi dan mengeluarkan muatan listrik, kondensator mengalami

    perlawanan dari sifat kondensator itu sendiri. Perlawanan kondensator disebut :

    Reaktansi Kapasitif (XC)

  • Dasar Elektronika - 22

    c.f2

    1XC

    .. satuan

    sehingga :

    - Makin tinggi frekwensi, makin kecil XC

    - Makin besar C, makin kecil XC

    - Kondensator mempunyai tahanan yang tergantung dari frekwensi dan kapasitas

    kondensator

    +

    +

    +

    +

    +

    +

    - -

    - -

    - -

    +Q -Q

    L

    abV

    QC

    Vb Va

    Gambar 2-5 : Dua Lempeng Plat

    Intensitas listrik antara sepasang plat paralel dalam ruang hampa adalah :

    o

    1E

    , maka beda potensial antara plat adalah :

    A.

    L.QL.EV

    oab

    , sehingga kapasitansi kapasitor plat paralel dalam ruang hampa

    adalah :

    L

    A.

    L.Q

    A..Q

    A.L.Q

    Q

    V

    QC

    oo

    oab

    dimana :

    A = luas permukaan plat

    C = nilai kapasitansi

    L = jarak pemisah antara kedua plat

    o = permitivitas ruang hampa (8,854.10-12

    )

    Untuk meningkatkan kapasitansi suatu kapasitor, banyak komponen praktis

    memanfaatkan beberapa plat, dengan demikian kapasitansi yang diberikan adalah :

    L

    A.C o

  • Dasar Elektronika - 23

    L

    A).1n(C o

    dimana : n = jumlah plat yang digunakan.

    Contoh :

    Sebuah kapasitor terdiri dari enam plat yang masing-masing luas permukaannya 20 cm2

    dipisahkan oleh sebuah dielektrik dan ketebalan 0,2mm. Tentukanlah kapasitansi dari

    kapasitor tersebut.4

    Jawab :

    pF7,44210.2,0

    10.20).16(10.854,8

    L

    A).1n(C

    3

    412

    o

    2.5.7. Kapasitansi Seri

    Gambar 2-6 : Rumus Kapasitansi Seri

    Contoh :

    Dikt : gambar diatas, misalkan C1 = 6F, C2 = 3F, Vab = 18V, Berapakah Vac dan Vab ?

    Jawab :

    F2C3

    1

    6

    1

    C

    1

    Muatan Q = C.V = 2.18 = 36C

    Volt123

    36

    C

    QVV , Volt6

    6

    36

    C

    QVV

    22bc

    11ac

    22bc

    11ac

    C

    QVV ,

    C

    QVV

    2121ab

    C

    1

    C

    1QVVV

    21

    21C

    1

    C

    1

    C

    1

    V.CQ

    C

    1

    C

    1

    Q

    V

    ++ ++

    _ _ _ _

    +Q

    - Q

    ++ ++

    _ _ _ _

    +Q

    - Q

    C1

    C2

    Vab

    =V

    a

    b

    Vac

    =V1

    Vbc

    =V1

    c

  • Dasar Elektronika - 24

    2.5.8. Kapasitansi Paralel

    ++ ++

    _ _ _ _

    Q1

    Q1

    ++ ++

    _ _ _ _

    Q2

    Q2

    C1

    C2

    Vab

    = V

    dan :

    21

    21

    CCC

    CV

    Q

    CCV

    Q

    Contoh :

    Gambar dibawah ini hitung x bila Ceq = 10 F

    Jawab :

    F20n20

    1

    n

    1

    10

    1

    20

    1

    n

    1

    C

    1

    eq

    5F + 10F + x = 20F

    x = 5 F

    Beda potensial Vab=V adalah sama

    untuk keduanya, maka :

    Q1 = C1.V dan Q2 = C2 .V

    Muatan total Q yang diberikan

    sumber adalah :

    Q = Q1+ Q2 = V(C1+ C2)

    5F

    10F

    X

    20F

    n

    A B

  • Dasar Elektronika - 25

    3.1. Pendahuluan

    Masih ingat aturan tangan kanan pada pelajaran fisika ? Ini cara yang efektif

    untuk mengetahui arah medan listrik terhadap arus listrik. Jika seutas kawat tembaga

    diberi aliran listrik, maka di sekeliling kawat tembaga akan terbentuk medan listrik.

    Dengan aturan tangan kanan dapat diketahui arah medan listrik terhadap arah arus

    listrik. Caranya sederhana yaitu dengan mengacungkan jari jempol tangan kanan

    sedangkan keempat jari lain menggenggam. Arah jempol adalah arah arus dan arah ke

    empat jari lain adalah arah medan listrik yang mengitarinya.

    i

    Gambar 3-1 : Kaidah Tangan Kanan

    Tentu masih ingat juga percobaan dua utas kawat tembaga paralel yang

    keduanya diberi arus listrik. Jika arah arusnya berlawanan, kedua kawat tembaga

    tersebut saling menjauh. Tetapi jika arah arusnya sama ternyata keduanya berdekatan

    saling tarik-menarik. Hal ini terjadi karena adanya induksi medan listrik. Dikenal medan

    listrik dengan simbol B dan satuannya Tesla (T). Besar akumulasi medan listrik B pada

    suatu luas area A tertentu difenisikan sebagai besar magnetic flux. Simbol yang biasa

    digunakan untuk menunjukkan besar magnetic flux ini adalah dan satuannya Weber

    (Wb = T.m2). Secara matematis medan flux besarnya adalah :

    = B.A

    Lalu bagaimana jika kawat tembaga itu dililitkan membentuk koil atau

    kumparan. Jika kumparan tersebut dialiri listrik maka tiap lilitan akan saling

    menginduksi satu dengan yang lainnya. Medan listrik yang terbentuk akan segaris dan

  • Dasar Elektronika - 26

    saling menguatkan. Komponen yang seperti inilah yang dikenal dengan induktor

    selenoid. Dari buku fisika dan teori medan yang ada, dibuktikan bahwa induktor adalah

    komponen yang dapat menyimpan energi magnetik. Energi ini direpresentasikan dengan

    adanya tegangan emf (electromotive force) jika induktor dialiri listrik.

    Secara matematis tegangan emf ditulis :

    ......................... (3.2)

    Jika dibandingkan dengan rumus hukum Ohm V = I.R, maka kelihatan ada

    kesamaan rumus. Jika R disebut resistansi dari resistor dan V adalah besar tegangan

    jepit jika resistor dialiri listrik sebesar I. Maka L adalah induktansi dari induktor dan E

    adalah tegangan yang timbul jika induktor dilairi listrik. Tegangan emf di sini adalah

    respon terhadap perubahan arus fungsi dari waktu terlihat dari rumus di/dt. Sedangkan

    bilangan negatif sesuai dengan hukum Lenz yang mengatakan efek induksi cenderung

    melawan perubahan yang menyebabkannya. Hubungan antara emf dan arus inilah yang

    disebut dengan induktansi, dan satuan yang digunakan adalah (H) Henry. Induktor

    disebut self-induced.

    Arus listrik yang melewati kabel, jalur-jalur PCB dalam suatu rangkaian

    berpotensi untuk menghasilkan medan induksi. Ini yang sering menjadi pertimbangan

    dalam mendesain PCB supaya bebas dari efek induktansi terutama jika multilayer.

    Tegangan emf akan menjadi penting saat perubahan arusnya fluktuatif. Efek emf

    menjadi signifikan pada sebuah induktor, karena perubahan arus yang melewati tiap

    lilitan akan saling menginduksi. Ini yang dimaksud dengan self-induced. Secara

    matematis induktansi pada suatu induktor dengan jumlah lilitan sebanyak N adalah

    akumulasi flux magnet untuk tiap arus yang melewatinya, sehingga :

    .................................................. (3.3)

    Gambar 3-2 : Induktor Selenoida

  • Dasar Elektronika - 27

    Fungsi utama dari induktor di dalam suatu rangkaian adalah untuk melawan

    fluktuasi arus yang melewatinya. Aplikasinya pada rangkaian D.C salah satunya adalah

    untuk menghasilkan tegangan dc yang konstan terhadap fluktuasi beban arus. Pada

    aplikasi rangkaian ac, salah satu gunanya adalah bisa untuk meredam perubahan

    fluktuasi arus yang tidak dinginkan. Akan lebih banyak lagi fungsi dari induktor yang

    bisa diaplikasikan pada rangkaian filter, tuner dan sebagainya.

    Dari pemahaman fisika, elektron yang bergerak akan menimbulkan medan

    elektrik di sekitarnya. Dari bentuk kumparan, persegi empat, setengah lingkaran

    ataupun lingkaran penuh, jika dialiri listrik akan menghasilkan medan listrik yang

    berbeda. Penampang induktor biasanya berbentuk lingkaran, sehingga diketahui besar

    medan listrik di titik tengah lingkaran adalah :

    ........................ (3.4)

    Jika dikembangkan, n adalah jumlah lilitan N relatif terhadap panjang induktor l. Secara

    matematis lilitan permeternya dapat ditulis :

    ........................ (3.5)

    Kemudian i adalah besar arus melewati induktor tersebut. Ada simbol yang

    dinamakan permeability dan 0

    yang disebut permeability udara vakum. Besar

    permeability tergantung dari bahan inti (core) dr induktor. Untuk induktor tanpa inti

    (air winding) = 1.

    Jika rumus-rumus di atas di subsitusikan maka rumus induktansi (rumus 3.3) dapat

    ditulis menjadi :

    ... (3.6)

    n =

    l

    N

    AN20L =l

  • Dasar Elektronika - 28

    Inilah rumus untuk menghitung nilai induktansi dari sebuah induktor. Rumus ini

    bisa dibolak-balik untuk menghitung jumlah lilitan induktor jika nilai induktansinya

    sudah ditentukan.

    Gambar 3-3 : Induktor Selenoida Dengan Inti (core)

    Dimana :

    L : induktansi dalam H (Henry) : permeability inti (core)

    0 : permeability udara vakum 4 x 10-7

    N : jumlah lilitan induktor

    A : luas penampang induktor (m2)

    l : panjang induktor (m)

    3.2. Toroid

    Ada satu jenis induktor yang kita kenal dengan nama toroid. Jika biasanya

    induktor berbentuk silinder memanjang, maka toroid berbentuk lingkaran. Biasanya

    selalu menggunakan inti besi (core) yang juga berbentuk lingkaran seperti kue donat

    (gambar 3.4).

    Gambar 3-4 : Toroida

    Jika jari-jari toroid adalah r, yaitu jari-jari lingkar luar dikurang jari-jari lingkar dalam,

    maka panjang induktor efektif adalah kira-kira :

    . (3.7)

    l = 2 r

  • Dasar Elektronika - 29

    Dengan demikian untuk toroida, besar induktansi L adalah :

    . (3.7)

    Salah satu keuntungan induktor berbentuk toroid, didapat induktor dengan

    induktansi yang lebih besar dan dimensi yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan

    induktor berbentuk silinder. Juga karena toroid umumnya menggunakan inti (core) yang

    melingkar, maka medan induksinya tertutup dan relatif tidak menginduksi komponen

    lain yang berdekatan di dalam satu PCB.

    3.3. Ferit Dan Permeability

    Besi lunak banyak digunakan sebagai inti (core) dari induktor yang disebut ferit.

    Ada bermacam-macam bahan ferit yang disebut ferromagnetik. Bahan dasarnya adalah

    bubuk besi oksida yang disebut juga iron powder. Ada juga ferit yang dicampur dengan

    bahan bubuk lain seperti nickle, manganase, zinc (seng) dan mangnesium. Melalui

    proses yang dinamakan kalsinasi yaitu dengan pemanasan tinggi dan tekanan tinggi,

    bubuk campuran tersebut dibuat menjadi komposisi yang padat. Proses pembuatannya

    sama seperti membuat keramik. Oleh sebab itu ferit ini sebenarnya adalah keramik.

    Ferit yg sering dijumpai ada yg memiliki = 1 sampai = 15.000. Dpt

    dipahami penggunaan ferit dimaksudkan untuk mendapatkan nilai induktansi yang lebih

    besar relatif terhadap jumlah lilitan yang lebih sedikit serta dimensi induktor yang lebih

    kecil.

    Penggunaan ferit juga disesuaikan dengan frekeunsi kerjanya. Karena beberapa

    ferit akan optimum jika bekerja pada selang frekuensi tertentu. Berikut ini pada tabel

    3.1 adalah beberapa contoh bahan ferit yang dipasar dikenal dengan kode nomer

    materialnya. Pabrik pembuat biasanya dapat memberikan data kode material, dimensi

    dan permeability yang lebih detail.

    AN20L =2 pr

  • Dasar Elektronika - 30

    Tabel 3-1

    Data Material Ferit

    Misalnya induktor dengan jumlah lilitan 20, berdiameter 1 cm dengan panjang 2

    cm serta mengunakan inti ferit dengan = 3000. Dpt diketahui nilai induktansinya

    adalah : L 5.9 mH

    Selain ferit yang berbentuk silinder ada juga ferit yang berbentuk toroida.

    Umumnya dipasar tersedia berbagai macam jenis dan ukuran toroida. Jika datanya

    lengkap, maka kita dapat menghitung nilai induktansi dengan menggunakan rumus-

    rumus yang ada. Karena perlu diketahui nilai permeability bahan ferit, diameter lingkar

    luar, diameter lingkar dalam serta luas penampang toroida. Tetapi biasanya pabrikan

    hanya membuat daftar indeks induktansi (inductance index) AL. Indeks ini dihitung

    berdasarkan dimensi dan permeability ferit. Dengan data ini dapat dihitung jumlah

    lilitan yang diperlukan untuk mendapatkan nilai induktansi tertentu. Seperti contoh tabel

    (3.2) AL berikut ini yang satuannya H/100 lilitan.

    Tabel 3-2

    Induktansi Indeks AL

  • Dasar Elektronika - 31

    Rumus untuk menghitung jumlah lilitan yang diperlukan untuk mendapatkan nilai

    induktansi yang diinginkan adalah :

    (3.9)

    Misalnya digunakan ferit toroida T50-1, maka dari table diketahui nilai AL = 100.

    Maka untuk mendapatkan induktor sebesar 4H diperlukan lilitan sebanyak : N 20

    lilitan

    Rumus ini sebenarnya diperoleh dari rumus dasar perhitungan induktansi

    dimana induktansi L berbanding lurus dengan kuadrat jumlah lilitan N2. Indeks AL

    umumnya sudah baku dibuat oleh pabrikan sesuai dengan dimensi dan permeability

    bahan feritnya. Permeability bahan bisa juga diketahui dengan kode warna tertentu.

    Misalnya abu-abu, hitam, merah, biru atau kuning. Sebenarnya lapisan ini bukan hanya

    sekedar warna yang membedakan permeability, tetapi berfungsi juga sebagai pelapis

    atau isolator. Biasanya pabrikan menjelaskan berapa nilai tegangan kerja untuk toroida

    tersebut.

    Contoh bahan ferit toroida di atas umumnya memiliki permeability yang kecil.

    Karena bahan ferit yang demikian terbuat hanya dari bubuk besi (iron power). Banyak

    juga ferit toroid dibuat dengan nilai permeability yang besar. Bahan ferit tipe ini

    terbuat dari campuran bubuk besi dengan bubuk logam lain. Misalnya ferit toroida

    FT50-77 memiliki indeks AL = 1100.

    3.4. Pembuatan Induktor

    Untuk membuat induktor biasanya tidak diperlukan kawat tembaga yang sangat

    panjang. Paling yang diperlukan hanya puluhan sentimeter saja, sehingga efek resistansi

    bahan kawat tembaga dapat diabaikan. Ada banyak kawat tembaga yang bisa

    digunakan. Untuk pemakaian yang profesional di pasar dapat dijumpai kawat tembaga

    dengan standar AWG (American Wire Gauge). Standar ini tergantung dari diameter

    kawat, resistansi dan sebagainya. Misalnya kawat tembaga AWG32 berdiameter kira-

    kira 0.3mm, AWG22 berdiameter 0.7mm ataupun AWG20 yang berdiameter kira-kira

    0.8mm. Biasanya yang digunakan adalah kawat tembaga tunggal dan memiliki isolasi.

    Kawat tembaga yang digunakan bisa berdiameter berapa saja, yang pasti harus

    lebih kecil dibandingkan diameter penampang induktor. Terkadang pada prakteknya

    untuk membuat induktor sendiri harus coba-coba dan toleransi induktansinya cukup

  • Dasar Elektronika - 32

    besar. Untuk mendapatkan nilai induktansi yang akurat ada efek kapasitif dan resistif

    yang harus diperhitungkan. Karena ternyata arus yang melewati kawat tembaga hanya

    dipermukaan saja. Ini yang dikenal dengan istilah ekef kulit (skin effect). Ada satu tip

    untuk membuat induktor yang baik, terutama induktor berbentuk silinder.

    Untuk memperoleh nilai Q yang optimal panjang induktor sebaiknya tidak

    lebih dari 2 kali diameter penampangnya. Untuk toroid usahakan lilitannya merata dan

    rapat.

  • Dasar Elektronika - 33

    4.1. STRUKTUR ATOM

    BOHR mengidealkan ATOM.

    Pada dasarnya BOHR mengatakan bahwa :

    Inti dikelilingi oleh elektron-elektron yang mengorbit (gb.4-1)

    Inti atom mempunyai muatan positif dan menarik elektron

    Elektron dalam gerakannya akan jatuh dlm inti bila tanpa gaya centrifugal

    Makin dekat elektron pada inti atom, ia harus bergerak lebih cepat untuk

    mengimbangi penarikan inti

    Gambar 4-1. Model Bohr

    (a) (b)

    Atom Silikon (2-8-4) Atom Germanium (2-8-18-

    4)

    Gambar 4-2. Gambar Atom Dalam 2 Dimensi

    Atom Silikon (gb.4.2a) mempunyai 14 proton dalam intinya yang terbagi atas :

    2 elektron bergerakpada orbit pertama

    8 elektron pada orbit kedua

    14P 32P

  • Dasar Elektronika - 34

    4 elektron pada orbit terluar atau orbit valensi

    Ke 14 elektron tersebut berputar menetralkan muatan dari inti atom sehingga dari luar

    atom (secara listrik) adalah netral.

    Atom Germanium (gb.4.2b) mempunyai 32 elektron dalam intinya yg terbagi atas :

    2 elektron bergerak pada orbit pertama

    8 elektron pada orbit kedua

    18 elektron pada orbit ketiga

    4 elektron pada orbit terluar atau orbit valensi

    Atom Silikon dan Germanium disebut sebagai elemen teravalent

    Didalam Fisika Modern dikatakan bahwa hanya ukuran orbit-orbit tertentu yang

    diizinkan, misalkan :

    Orbit terkecil dalam atom Hidrogen mempunyai jari-jari : r1 = 0,53.10-10

    m

    Orbit terbesar dalam atom Hidrogen mempunyai jari-jari : r2 = 2,12.10-10

    m

    Maka semua jari-jari antara r1 dan r2 terlarang, karena elektron tidak dapat tetap dalam

    orbit stabil.

    Karena bersifat sebagai gelombang, elektron hanya dapat cocok ke dalam orbit

    dimana sekelilingnya sama dengan panjang gelombang elektron atau beberapa

    kelipatannya. (Panjang gelombang adalah jarak yang ditempuh gelombang dalam 1

    perioda).

    4.2. Level Energi

    R2

    R3 Orbit ketiga

    Orbit kedua

    R1

    Inti

    Orbit kesatu

    R1

    R2

    R3 Level energi ketiga

    Level energi kedua

    Level energi kesatu

    Pusat Inti

    Gambar 4-3. Level Energi

  • Dasar Elektronika - 35

    Energi diperlukan untuk memindahkan elektron dari orbit yang kecil ke orbit yg

    lebih besar, dikarenakan untuk mengatasi penarikan oleh inti. Oleh sebab itu makin

    besar orbit elektron, makin besar energi potensialnya berkenaan dg inti. Makin tinggi

    level energi, makin besar energi elektron dan makin besar orbitnya.

    Jika ada energi luar seperti panas, cahaya atau radiasi lainnya menumbuk

    atom, ini akan dapat mengangkat elektron ke level energi yang lebih tinggi (orbit yang

    lebih besar), dengan demikian diperoleh atom sedang dlm keadaan eksitasi. Keadaan ini

    tidak bertahan lama, krn elektron segera jatuh kembali ke level energi semula. Pada saat

    elektron jatuh, akan memberikan kembali energi yang diperoleh kedalam bentuk panas,

    cahaya atau radiasi lainnya.

    Energi Energi Energi

    Gambar 4-4. Level Energi

    Jika energi luar mengangkat elektron valensi ke level yang lebih tinggi, elektron

    yang keluar akan meninggalkan lubang dalam orbit terluar, sehingga lubang ini disebut :

    HOLE, sedangkan gaya saling memegang dari atom merupakan ikatan kovalen.

    4.3. Pita Energi (Energy Bands)

    Setiap elektron mempunyai kedudukan yg berbeda di dalam kristal, tidak ada

    dua elektron terlihat benar-benar mempunyai pattern muatan sekelilingnya yang sama.

    oleh sebab itu orbit tiap elektron berbeda.

    r1

    r2

    r3 Pita Valensi

    Pita Kedua

    Pita Pertama

    Gambar 4-5. Pita Energi

    Gambar 4.5 menunjukkan pita energi pada kristal silikon pada suhu nol mutlak

    (-273o

    C). Semua elektron yang bergerak dalam orbit pertama mempunyai level energi

  • Dasar Elektronika - 36

    yang sedikit berbeda, karena tidak ada dua yang benar-benar terlihat mempunyai

    lingkungan muatan yang sama.

    Karena ada bermilyard-milyard elektron orbit pertama, level energi yang sedikit

    berbeda tsb membentuk kelompok atau pita. Demikian juga bermilyard-milyard orbit

    kedua, semua dengan level energi yang sedikit berbeda, membentuk pita energi kedua.

    4.4. Kristal Silikon Pada Suhu Nol Mutlak

    Silikon Murni

    Logam

    Logam

    (a)

    r1

    r2

    r3 Pita Valensi

    Pita Kedua

    Pita Pertama

    Pita Konduksi r4

    Energi

    (b)

    Gambar 4-6. Silikon Pada Suhu Nol Mutlak

    Pada gambar 4.6.a menunjukkan sebatang silikon dengan logam pada bagian

    ujung-ujungnya. Tegangan luar membentuk medan listrik antara ujung-ujung kristal.

    Pada suhu nol mutlak, elektron tidak dapat bergerak melalui kristal, semua elektron

    dipegang kuat oleh atom-atom Silikon. Oleh sebab itu kristal silikon berlaku sebagai

    isolator sempurna.

    Pada gambar 4.6.b, tiga pita pertama terisi dan elektron tidak dapat bergerak

    dengan mudah dalam pita-pita ini, tetapi diatas pita valensi terdapat pita konduksi

    (conduction band). Pita ini mewakili kelompok jari-jari berikutnya yg lebih besar yang

    memenuhi keadaan gelombang partikel dari elektron. Orbit-orbit dalam pita konduksi

    sangat besar sehingga penarikan inti diabaikan. Dengan perkataan lain, jika elektron

    dapat diangkat ke dalam pita konduksi, ini sebenarnya bebas untuk bergerak dari satu

    atom ke atom lainnya, sehingga elektron-elektron dalam pita konduksi kerap kali

    disebut elektron bebas.

    Pada suhu nol mutlak, pita konduksi kosong, ini berarti tak ada elektron yang

    mempunyai cukup energi untuk bergerak dalam orbit pita konduksi.

  • Dasar Elektronika - 37

    4.5. Kristal Silikon Diatas Suhu Nol Mutlak

    Gerakan elektron

    r1

    r2

    r3 Pita Valensi

    Pita Kedua

    Pita Pertama

    Pita Konduksi r4

    Energi

    (a) (b)

    Gambar 4-7. Silikon Diatas Suhu Nol Mutlak

    Apabila suhu dinaikkan diatas nol mutlak, maka energi panas yang datang akan

    memutuskan beberapa ikatan kovalen, energi ini akan memukul elektron valensi ke

    dalam pita konduksi. Dengan cara ini diperoleh elektron pita konduksi dalam jumlah

    terbatas yg dilambangkan dengan tanda negatif pada gambar 4.7.a. Dibawah pengaruh

    medan listrik, elektron bebas ini bergerak kekiri dan menghasilkan arus.

    Pada gambar 4.7.b energi panas telah mengangkat beberapa elektron ke dalam

    pita konduksi dimana elektron dapat bergerak dalam orbit dengan jari-jari yang lebih

    besar dari sebelumnya. Setiap kali elektron menembus ke dalam pita konduksi akan

    dihasilkan hole dalam pita valensi.

    Makin tinggi suhu, makin besar jumlah elektron yang terlempar ke dalam pita

    konduksi dan makin besar arus. Pada suhu ruang (25oC), arus terlalu kecil untuk

    digunakan pada aplikasi umumnya. Pada suhu ini sepotong silikon tidak merupakan

    isolator maupun konduktor yg baik, sehingga dapat disebut sebagai : Semikonduktor .

    Untuk kristal Germanium pada suhu ruang mempunyai elektron bebas yang lebih

    banyak dari pada kristal silikon.

    4.6. Doping

    Kristal Silikon murni dinamakan : semikonduktor intrinsik, dimana jumlah hole

    dan elektron bebas adalah sama. Doping berarti penambahan atom-atom pada kristal

    untuk menambah jumlah elektron bebas maupun hole. Jika kristal sudah didoping

    disebut : semikonduktor ekstrinsik.

    4.6.1. Semikonduktor Type N

  • Dasar Elektronika - 38

    Atom yang bervalensi 4 (Ge dan Si) didoping dengan atom yang bervalensi 5 atau

    atom pentavalent (arsenikum, phospor, antimon) akan terjadi kelebihan elektron yg

    merupakan elektron bebas. Dg memanaskan suhu yg tinggi maka akan terjadi

    penyesuaian diri dari dua atom yang berbeda valensi, sehingga akan terbentuk sebagai

    semikonduktor jenis-N dimana elektron sebagai pembawa mayoritas dan hole sebagai

    pembawa minoritas. Atom pentavalent kerapkali disebut atom donor, karena mengha-

    silkan elektron pita konduksi.

    Atom

    Penta valent

    Elektron lebih

    Atom Silikon

    Atom Silikon

    Atom Silikon

    Atom Silikon

    Gambar 4-8. Semikonduktor Type-N

    4.6.2. Semikonduktor Type P

    Atom bervalensi 4 (Ge dan Si) didoping dg atom yang bervalensi 3 atau atom

    trivalent (Indium, alumunium, galium) akan terjadi kekurangan elektron hingga akan

    memunculkan sebuah hole. Hole ini akan menarik sebuah elektron dr atom yg

    berdekatan, begitu seterusnya. Dengan memanaskan suhu yg tinggi, maka akan terjadi

    penyesuaian diri dr tiap atom dan membentuk pola kristal type-P, dimana hole sebagai

    pembawa mayoritas dan elektron sebagai pembawa minoritas. Atom trivalent juga

    dikenal sebagai atom akseptor, karena tiap hole dapat menerima elektron.

  • Dasar Elektronika - 39

    Atom Trivalent

    HOLE

    Atom Silikon

    Atom Silikon

    Atom Silikon

    Atom Silikon

    Gambar 4-9 : Semikonduktor Type-P

    5. 1. Pendahuluan

    Dioda termasuk komponen elektronika yang terbuat dari bahan semikonduktor.

    Beranjak dari penemuan dioda, para ahli menemukan juga komponen turunan lainnya

    yg unik.

    Dioda memiliki fungsi yang unik yaitu hanya dapat mengalirkan arus satu arah

    saja. Struktur dioda tidak lain adalah sambungan semikonduktor P dan N. Satu sisi

    adalah semikonduktor dengan tipe P dan satu sisinya yang lain adalah tipe N. Dengan

    struktur demikian arus hanya akan dapat mengalir dari sisi P menuju sisi N.

    5. 2. Sambungan dan Bias Pada Dioda

    Gambar 5.1 adalah ilustrasi di atas menunjukkan sambungan P-N dengan sedikit

    porsi kecil yang disebut lapisan deplesi (deplection layer), dimana terdapat

    keseimbangan hole dan elektron. Seperti yang sudah diketahui, pada sisi P banyak

    terbentuk hole-hole yang siap menerima elektron sedangkan di sisi N banyak terdapat

    elektron-elektron yg siap untuk bebas.

    Pada gambar 5.2, jika diberi bias positif, dengan arti kata memberi tegangan

    potensial sisi P lebih besar dari sisi N, maka elektron dari sisi N dengan serta merta

    akan tergerak untuk mengisi hole di sisi P. Tentu kalau elektron mengisi hole disisi P,

    maka akan terbentuk hole pada sisi N karena ditinggal elektron. Ini disebut aliran hole

  • Dasar Elektronika - 40

    dari P menuju N. Kalau mengunakan terminologi arus listrik, maka dikatakan terjadi

    aliran listrik dari sisi P ke sisi N.

    Gambar 5-1. Simbol Dan Struktur Dioda

    Gambar 5-2. Dioda Dengan Bias Maju

    Pada gambar 5.3, jika sebaliknya apakah yang terjadi jika polaritas tegangan

    dibalik yaitu dengan memberikan bias negatif (reverse bias). Dalam hal ini, sisi N

    mendapat polaritas tegangan lebih besar dari sisi P.

    Gambar 5-3. Dioda Dengan Bias Negatif

    Tentu tidak akan terjadi perpindahan elektron atau aliran hole dari P ke N

    maupun sebaliknya. Karena baik hole dan elektron masing-masing tertarik ke arah

    kutup berlawanan. Bahkan lapisan depleksi (deplection layer) semakin besar dan

    menghalangi terjadinya arus. Demikian bagaimana dioda hanya dapat mengalirkan arus

    satu arah saja. Dengan tegangan bias maju yang kecil saja dioda sudah menjadi

    konduktor. Tidak serta merta diatas 0 volt, tetapi memang tegangan beberapa volt diatas

    nol baru bisa terjadi konduksi. Ini disebabkan karena adanya dinding depleksi

    (deplection layer). Untuk dioda yang terbuat dari bahan Silikon tegangan konduksi

  • Dasar Elektronika - 41

    adalah diatas 0,7 volt. Kira-kira 0,2 volt batas minimum untuk dioda yang terbuat dari

    bahan Germanium.

    Gambar 5-4. Grafik Arus Dioda

    Sebaliknya untuk bias negatif dioda tidak dapat mengalirkan arus, namun

    memang ada batasnya. Sampai beberapa puluh bahkan ratusan volt baru terjadi

    breakdown, dimana dioda tidak lagi dapat menahan aliran elektron yang terbentuk di

    lapisan deplesi.

    Potensial bias negatif atau mundur dapat ditingkatkan hingga mencapai tegangan

    break-down negatif yang sesuai dengan rating dioda tertentu. Tegangan breakdown

    negatif biasanya jauh lebih tinggi dari nilai ambang tegangan maju. Sebuah dioda yang

    tipikal memiliki nilai ambang tegangan maju sebesar 0,7 Volt dan tegangan breakdown

    negatif sebesar 200 Volt. Jika nilai yang kedua dilampaui, dioda akan mengalami

    kerusakan. Perlu juga diperhatikan, apabila dioda dirancang sebagai rectifier, produsen

    seringkali mencantumkan nilai PIV (Peak inverse voltage atau tegangan balik puncak).

    5.3. Jenis-Jenis Dioda

    Dioda seringkali dikelompokkan menjadi dua, yaitu : jenis sinyal dan jenis

    rectifier.

    Untuk jenis sinyal membutuhkan karakteristik bias maju yang konsisten dengan

    jatuh tegangan maju yang rendah.

    Untuk jenis rectrifier harus mampu menangani tegangan balik yang tinggi dan arus

    maju yang besar, konsistensi karakteristik berada pada urutan kedua.

    Tabel 5-1

    Karakteristik Beberapa Jenis Umum Dioda Semikonduktor

    Jenis

    Dioda Bahan PIV

    IF

    maks

    IR

    maks Aplikasi

  • Dasar Elektronika - 42

    1N148

    1N914 AA113 OA47

    OA91 1N4001 1N5404

    BY127

    Silikon

    Silikon Germanium Germanium

    Germanium Silikon Silikon

    Silikon

    100 Volt

    100 Volt 60 Volt 25 Volt

    115 Volt 50 Volt 400 Volt

    1250 Volt

    75 mA

    75 mA 10 mA 110 mA

    50 mA 1 Amp 3 Amp

    1 Amp

    25 nA

    25 nA 200 A 100 A 275 A 10 A 10 A 10 A

    Serba guna

    Serba guna Detektor RF Detektor Sinyal

    Serba guna Rectifier teg. rendah Rectifier teg. tinggi

    Rectifier teg. tinggi

    5.3.1. Dioda Varaktor (Varicap)

    Dari sifat dioda yang ada memungkinkan dioda untuk digunakan sebagai kapasitor

    yang dikendalikan oleh tegangan. Dioda yang secara khusus dibuat untuk

    memanfaatkan efek ini (yang menghasilkan perubahan kapasitansi yang relatif besar

    untuk perubahan tegangan yang kecil pada tegangan mundur/reverse) dikenal sebagai

    dioda kapasitansi variabel atau varaktor. Dioda jenis ini digunakan (seringkali

    berpasangan) untuk penala (tuning) pada pesawat penerima dan televisi, karakteristik

    umum dari dioda varaktor ini dapat dilihat pada gambar 5.5.

    -2 -4 -6 -8 -10 0

    5

    10

    20

    40

    80

    Kapasitansi (pF)

    Tegangan Mundur (V)

    Anoda

    Katoda

    Gambar 5-5 : Karakteristik dan Simbol dari Dioda Varaktor

    5.3.2. Zener

    Phenomena tegangan breakdown dioda ini mengilhami pembuatan komponen

    elektronika lainnya yang dinamakan zener (gb.5.6). Sebenarnya tidak ada perbedaan

    sruktur dasar dari zener, melainkan mirip dengan dioda. Tetapi dengan memberi jumlah

    doping yang lebih banyak pada sambungan P dan N, ternyata tegangan breakdown

    dioda dapat makin cepat tercapai. Jika pada dioda biasanya baru terjadi breakdown

    pada tegangan ratusan volt, pada zener bisa terjadi pada angka puluhan dan satuan volt.

  • Dasar Elektronika - 43

    Di datasheet ada zener yang memiliki tegangan VZ sebesar 1.5 volt, 3.5 volt dan

    sebagainya.

    Gambar 5-6. Simbol Zener

    Ini adalah karakteristik zener yang unik. Jika dioda bekerja pada bias maju maka

    zener biasanya berguna pada bias negatif (reverse bias). Sifat semacam ini menjadikan

    dioda zener ideal untuk digunakan sebagai pengatur tegangan dengan memberikan

    tegangan reverse melampaui tegangan breakdown zener, sehingga berlaku sebagai

    tegangan konstan.

    Tabel 5-2

    Pengkodean Dioda

    Huruf Pertama Huruf Kedua Huruf Ketiga

    Bahan Semikonduktor Aplikasi Arti

    A

    B

    C

    D

    Germanium

    Silikon

    Arsenida, gallium

    Fotodioda

    A

    B

    E

    P

    Q

    T

    Y

    Z

    Dioda serba guna

    Dioda varaktor

    Dioda tunel

    Fotodioda

    Dioda Pemancar

    Cahaya

    Rectifier terkendali

    Rectifier Daya

    Dioda Zener

    Dalam dioda untuk aplikasi2

    khusus, huruf ketiga

    umumnya tidak memiliki

    arti yang penting.

    Dioda Zener memiliki sebuah huruf tambahan (muncul setelah angka) yang

    menandakan toleransi dari tegangan zener :

    A = 1% B = 2%

    C = 5% D = 10%

    Contoh :

    AA113 artinya diaoda Germanium serba guna

    BB105 artinya dioda Silikon Varaktor

    BZY88C4V7 artinya dioda Zener Silikon dengan toleransi 5% dan tegangan

    zener 4,7V

  • Dasar Elektronika - 44

    5.3.3. LED

    LED adalah singkatan dari Light Emiting Dioda (gb.5.7), merupakan komponen

    yang dapat mengeluarkan emisi cahaya.LED merupakan produk temuan lain setelah

    dioda. Strukturnya juga sama dengan dioda, tetapi

    belakangan ditemukan bahwa elektron yang menerjang

    sambungan P-N juga melepaskan energi berupa energi

    panas dan energi cahaya. LED dibuat agar lebih efisien

    jika mengeluarkan cahaya. Untuk mendapatkan emisi

    cahaya pada semikonduktor, doping yang pakai adalah

    galium, arsenic dan phosporus. Jenis doping yang

    berbeda menghasilkan warna cahaya yang berbeda pula. Pada saat ini warna-warna

    cahaya LED yang banyak ada adalah warna merah, kuning dan hijau. Pada dasarnya

    semua warna bisa dihasilkan, namun akan menjadi sangat mahal dan tidak efisien.

    Dalam memilih LED selain warna, perlu diperhatikan tegangan kerja, arus maksimum

    dan disipasi daya-nya. Rumah (chasing) LED dan bentuknya juga bermacam-macam,

    ada yang persegi empat, bulat dan lonjong. Sudut penglihatan bagi LED bundar

    umumnya berada dalam daerah 200 hingga 40

    0, sedangkan untuk jenis persegi panjang

    mencapai sekitar 1000.

    Gambar 5-8. LED Array

    Gambar 5-9. Pemasangan LED

    Gambar 5-7. Simbol LED

  • Dasar Elektronika - 45

    Tegangan kerja dari LED adalah sekitar 1,6 V dan mengkonsumsi arus sebesar

    10 mA. LED dapat dihubungkan baik dengan sumber listrik DC maupun AC, dimana

    bila dihubungkan dengan sumber listrik AC, ia akan berkedip ( kecepatan kedip

    bergantung frekwensi sumber ). Agar LED dapat dihubungkan dengan sumber listrik

    sebesar 12 V, pd rangkaiannya harus dipasang sebuah resistor secara seri. LED banyak

    digunakan sebagai lampu indikator pada sirkuit elektronika, karena hanya mengkon-

    sumsi daya yang kecil sehingga tidak mengganggu kerja sistem.

    Untuk membatasi arus maju LED pada nilai yang sesuai, umumnya perlu

    menambahkan sebuah resistor tetap yang dihubungkan secara seri dengan indikator

    LED. Nilai resistor dapat dihitung dengan rumus :

    I

    VVR F

    dimana : VF = jatuh tegangan maju yang dihasilkan LED

    V = tegangan catu

    Prinsip Kerja Catu Daya Linear

    6.1. Umum

    Perangkat elektronika pada umumnya dicatu oleh suplai arus searah DC (direct

    current) yang stabil agar didapat hasil yang baik. Baterai atau accu adalah sumber catu

    daya DC yang paling baik. Namun untuk aplikasi yang membutuhkan catu daya lebih

    besar, sumber dari baterai tidak cukup. Sumber catu daya yang besar adalah sumber

    bolak-balik AC (alternating current) dari pembangkit tenaga listrik. Untuk itu

    diperlukan suatu perangkat catu daya yang dapat mengubah arus AC menjadi DC. Pada

    bab ini akan dibahas prinsip rangkaian catu daya (power supply) linier mulai dari

    rangkaian penyearah yang paling sederhana sampai pada catu daya yang teregulasi.

    6.2. Penyearah (Rectifier)

    Prinsip penyearah (rectifier) yang paling sederhana ditunjukkan pada gambar

    6.1 berikut ini. Transformator diperlukan untuk menurunkan tegangan AC dari jala-jala

    listrik pada kumparan primernya menjadi tegangan AC yang lebih kecil pada kumparan

    sekundernya.

  • Dasar Elektronika - 46

    T1

    D1 R1 V AC + +

    Gambar 6-1. Rangkaian Penyearah Sederhana

    Pada rangkaian ini, dioda berperan untuk hanya meneruskan tegangan positif ke

    beban RL. Ini yang disebut dengan penyearah setengah gelombang (half wave). Untuk

    mendapatkan penyearah gelombang penuh (full wave) diperlukan transformator dengan

    center tap (CT) seperti pada gambar 6.2.

    T1

    D1

    V AC

    D2

    R1 + + +

    Gambar 6-2. Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh

    Tegangan positif phasa yang pertama diteruskan oleh D1 sedangkan phasa yang

    berikutnya dilewatkan melalui D2 ke beban R1 dengan CT transformator sebagai

    common ground. Dengan demikian beban R1 mendapat suplai tegangan gelombang

    penuh seperti gambar di atas. Untuk beberapa aplikasi seperti misalnya untuk mencatu

    motor dc yang kecil atau lampu pijar dc, bentuk tegangan seperti ini sudah cukup

    memadai. Walaupun terlihat di sini tegangan ripple dari kedua rangkaian di atas masih

    sangat besar.

  • Dasar Elektronika - 47

    T1

    R1VAC C1

    +

    1N4001

    D1

    Gambar 6-3 : Rangkaian Penyearah Setengah Gelombang Dg Filter

    C

    Gambar 6.3 adalah rangkaian penyearah setengah gelombang dengan filter

    kapasitor C yang paralel terhadap beban R. Ternyata dengan filter ini bentuk gelombang

    tegangan keluarnya bisa menjadi rata.

    Gambar 6.4 menunjukkan bentuk keluaran tegangan DC dari rangkaian

    penyearah setengah gelombang dengan filter kapasitor. Garis b-c kira-kira adalah garis

    lurus dengan kemiringan tertentu, dimana pada keadaan ini arus untuk beban R1 dicatu

    oleh tegangan kapasitor. Sebenarnya garis b-c bukanlah garis lurus tetapi eksponensial

    sesuai dengan sifat pengosongan kapasitor.

    Gambar 6-4. Bentuk Gelombang Dengan Filter Kapasitor

    Kemiringan kurva b-c tergantung dari besar arus I yang mengalir ke beban R.

    Jika arus I = 0 (tidak ada beban) maka kurva b-c akan membentuk garis horizontal.

    Namun jika beban arus semakin besar, kemiringan kurva b-c akan semakin tajam.

    Tegangan yang keluar akan berbentuk gigi gergaji dengan tegangan ripple yang

    besarnya adalah :

    Vr = VM -VL ....... (6.1)

    Vr

    b

    c

    a

    T

    Tp

    t

    VL

    VM

    VDC

    Vout

  • Dasar Elektronika - 48

    dan tegangan dc ke beban adalah :

    Vdc = VM + Vr/2

    ............ (6.2)

    Rangkaian penyearah yang baik adalah rangkaian yang memiliki tegangan ripple

    paling kecil. VL adalah tegangan discharge atau pengosongan kapasitor C, sehingga

    dapat ditulis :

    VL = VM e -T/RC

    ........... (6.3)

    Jika persamaan (3) disubsitusi ke rumus (6.1), maka diperoleh :

    Vr = VM (1 - e -T/RC

    ) .... (6.4)

    Jika T

  • Dasar Elektronika - 49

    A

    B

    D4 D1

    D2 D3

    Gambar 6-5. Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh Dengan Filter

    Pada setengah siklus positif, titik A akan lebih positif terhadap titik B, dalam

    kondisi ini diode D1 dan D2 akan menghantar sementara D3 dan D4 tidak menghantar.

    Sebaliknya pada setengah siklus negatif, titik B menjadi positif terhadap titik A, dalam

    kondisi ini D3 dan D4 akan menghantar, sedangkan D1 dan D2 tidak menghantar.

    Sebagai contoh, kita mendisain rangkaian penyearah gelombang penuh dari catu

    jala-jala listrik 220V/50Hz untuk mensuplai beban sebesar 0,5 A. Berapa nilai kapasitor

    yang diperlukan sehingga rangkaian ini memiliki tegangan ripple yang tidak lebih dari

    0,75 Vpp. Jika rumus (7) dibolak-balik maka diperoleh :

    C = I.T/Vr = (0,5) (0,01)/0,75 = 6600 uF.

    Gambar 6-6. Aliran Arus Pada Setengah Siklus Positif

  • Dasar Elektronika - 50

    Gambar 6-7. Aliran Arus Pada Setengah Siklus Negatif

    6.3. Regulator Tegangan

    Sebuah pengatur (regulator) tegangan sederhana dapat dilihat pada gambar 6.8.

    R S

    D 1 R L

    Output

    teregulasi = V Z

    +

    VIN

    Gambar 6-8. Regulator Tegangan Shunt Dioda Zener

    RS disertakan untuk membatasi arus zener pada nilai aman ketika beban

    dilepaskan dari sambungan. Ketika beban RL disambung, arus zener (IZ) akan jatuh

    karena arus dibelokkan ke arah resistansi beban. Tegangan output V0 akan tetap sama

    dengan tegangan zener hingga pengaturan berhenti pada titik dimana pembagi tegangan

    yang dibentuk oleh RS dan RL menghasilkan tegangan output yang lebih rendah dari VZ.

    Rasio RS thd RL menjadi sangat penting.

    Pada titik dimana rangkaian mulai berhenti melakukan pengaturan :

    SL

    LINZ

    RR

    RVV

    sehingga nilai maksimum bagi RS dapat dihitung dari :

    1

    V

    VRR

    Z

    INLmaks S

    Daya yang terdisipasi pada dioda zener adalah ZZZ V.IP , sehingga nilai minimum

    bagi RS dapat ditentukan dari kondisi tanpa beban pada saat :

  • Dasar Elektronika - 51

    Zmaks

    ZZIN

    Z

    Zmaks

    ZIN

    Z

    ZINmin S

    P

    V).VV(

    V

    P

    VV

    I

    VVR

    sehingga :

    Zmaks

    2ZZIN

    minSP

    V)V.V(R

    dimana PZmaks adalah rating disipasi daya maksimum bagi dioda zener.

    7.1. Pendahuluan

    Apabila kita mendoping semikonduktor untuk mendapatkan kristal NPN atau

    kristal PNP , maka kristal ini disebut Transistor Junction. Daerah N mempunyai

    banyak sekali elektron pita konduksi dan daerah P mempunyai banyak sekali hole.

  • Dasar Elektronika - 52

    Transistor merupakan dioda dengan dua sambungan (junction). Sambungan itu

    membentuk transistor PNP maupun NPN. Ujung-ujung terminalnya berturut-turut

    disebut emitor, basis dan kolektor. Basis selalu berada di tengah, di antara emitor dan

    kolektor. Transistor ini disebut Transistor Bipolar (bi = 2 dan polar = kutup), karena

    struktur dan prinsip kerjanya tergantung dari perpindahan elektron di kutup negatif

    mengisi kekurangan elektron (hole) di kutup positif. Adalah William Schockley pada

    tahun 1951 yang pertama kali menemukan transistor bipolar.

    7.2. Pengertian Secara Elektronik

    Transistor adalah suatu konduktor yang dibuat dari pertemuan P dan N . Pada

    Transistor terdapat 3 buah terminal yaitu : EMITOR, BASIS dan KOLEKTOR.

    Transistor seakan-akan dibentuk dari penggabungan dua buah dioda. Dioda satu dengan

    yang lain saling digabungkan dengan cara menyambungkan salah satu dioda yang

    senama. Dengan cara penggabungan seperti ini dapat diperoleh dua buah dioda sehingga

    menghasilkan transistor PNP (gb.7.1b) dan NPN (gb.7.1c). Untuk bentuk fisiknya dapat

    dilihat pada gambar 7.1a.

    Gambar 7-1a. Bentuk Fisik Transistor PNP dan NPN

  • Dasar Elektronika - 53

    B

    C

    E

    B

    C

    E

    B

    E

    C

    +

    + +

    B

    E

    C +

    Basis

    Emitor

    Kolektor

    B

    C

    E

    Basis

    Emitor

    Kolektor

    B

    C

    E

    PNP NPN

    (b) (c)

    Gambar 7-1. Transistor PNP dan NPN

    Anak panah di dalam simbol transistor memberi banyak t :

    Untuk Transistor PNP

    - Basis harus negatif terhadap emiter atau kurang positif terhadap emiter.

    - Emiter harus positif terhadap kolektor. Arus mengalir dari + ke -.

    Untuk Transistor NPN

    - Basis harus positif terhadap emiter atau kurang negatif terhadap emiter.

    - Kolektor harus positif terhadap emiter.

    TIGA DAERAH DOPING

  • Dasar Elektronika - 54

    Basis

    Emiter Kolektor

    n p n

    (a) (b)

    Gambar 7-2. Tiga Daerah Transistor

    Transistor pada gambar 7.2.a mempunyai dua junction, yang satu adalah antara

    Emiter dan Basis, dan yang lain antara Basis dan Kolektor. Karenanya transistor seperti

    dua dioda. Dioda sebelah kiri disebut sebagai Dioda Basis-Emiter atau singkatnya

    Dioda Emiter, sedangkan sebelah kanan adalah Dioda Basis-Kolektor atau Dioda

    Kolektor.

    Sedangkan kemungkinan yang lain adalah : Transistor PNP adalah komplemen

    dari transistor NPN, yang berarti pada transistor PNP diperlukan arus dan tegangan

    yang berlawanan.

    Akan dijelaskan kemudian, transistor adalah komponen yang bekerja sebagai

    sakelar (switch on/off) dan juga sebagai penguat (amplifier). Transistor bipolar adalah

    inovasi yang mengantikan transistor tabung (vacum tube). Selain dimensi transistor

    bipolar yang relatif lebih kecil, disipasi dayanya juga lebih kecil sehingga dapat bekerja

    pada suhu yang lebih dingin. Dalam beberapa aplikasi, transistor tabung masih

    digunakan terutama pada aplikasi audio, untuk mendapatkan kualitas suara yang baik,

    namun konsumsi dayanya sangat besar. Sebab untuk dapat melepaskan elektron, teknik

    yang digunakan adalah pemanasan filamen seperti pada lampu pijar.

    7.3. Bias DC

    Transistor bipolar memiliki 2 junction yang dapat disamakan dengan

    penggabungan 2 buah dioda. Emitor-Basis adalah satu junction dan Basis-Kolektor

    junction lainnya. Seperti pada dioda, arus hanya akan mengalir jika diberi bias positif,

    yaitu hanya jika tegangan pada material P lebih positif daripada material N (forward

    bias). Pada Gambar ilustrasi transistor NPN berikut ini (gb.7.3), junction basis-emiter

    diberi bias positif sedangkan basis-colector mendapat bias negatif (reverse bias).

    Basis

    Emiter Kolektor

    p n p

  • Dasar Elektronika - 55

    BC

    E

    +

    +

    n npE

    B

    C

    I e

    I bI cbo I c

    Gambar 7-3. Arus Elektron Transistor NPN

    Karena basis-emiter mendapat bias positif maka seperti pada dioda, elektron

    mengalir dari emiter menuju basis. Kolektor pada rangkaian ini lebih positif sebab

    mendapat tegangan positif. Karena kolektor ini lebih positif, aliran elektron bergerak

    menuju kutup ini. Misalnya tidak ada kolektor, aliran elektron seluruhnya akan menuju

    basis seperti pada dioda. Tetapi karena lebar basis yang sangat tipis, hanya sebagian

    elektron yang dapat bergabung dengan hole yang ada pada basis. Sebagian besar akan

    menembus lapisan basis menuju kolektor. Inilah alasannya mengapa jika dua dioda

    digabungkan tidak dapat menjadi sebuah transistor, karena persyaratannya adalah lebar

    basis harus sangat tipis sehingga dapat dilewati oleh elektron.

    Jika misalnya tegangan basis-emitor dibalik (reverse bias), maka tidak akan

    terjadi aliran elektron dari emitor menuju kolektor. Jika pelan-pelan 'keran' basis diberi

    bias maju (forward bias), elektron mengalir menuju kolektor dan besarnya sebanding

    dengan besar arus bias basis yang diberikan. Dengan kata lain, arus basis mengatur

    banyaknya elektron yang mengalir dari emiter menuju kolektor. Ini yang dinamakan

    efek penguatan transistor, karena arus basis yang kecil menghasilkan arus emitor-

    kolektor yang lebih besar. Istilah amplifier (penguatan) menjadi tidak benar, karena

    dengan penjelasan di atas sebenarnya yang terjadi bukan penguatan, melainkan arus

    yang lebih kecil mengontrol aliran arus yang lebih besar. Juga dapat diartikan bahwa

    basis mengatur membuka dan menutup aliran arus emiter-kolektor (switch on/off).

  • Dasar Elektronika - 56

    Pada transistor PNP, fenomena yang sama dapat dijelaskan dengan memberikan

    bias seperti pada Gambar (gb.7.4) berikut. Dalam hal ini yang disebut perpindahan arus

    adalah arus hole.

    BC

    E

    +

    +

    p pnE

    B

    C

    I b

    V EE V CC Gambar 7-4. Arus Hole Transistor PNP

    Untuk memudahkan pembahasan prinsip bias transistor lebih lanjut, berikut

    adalah terminologi parameter transistor (gb 7.5). Dalam hal ini arah arus adalah dari

    potensial yang lebih besar ke potensial yang lebih kecil.

    Gambar 7-5. Arus Potensial

    Keterangan :

    IC : arus kolektor IB : arus basis

    IE : arus emitor VC : tegangan kolektor

    VB : tegangan basis VE : tegangan emitor

    VCC : tegangan pada kolektor VCE : tegangan jepit kolektor-emitor

    VEE : tegangan pada emitor VBE : tegangan jepit basis-emitor

    ICBO : arus basis-kolektor/arus bocor VCB : tegangan jepit kolektor-basis

  • Dasar Elektronika - 57

    Perlu diingat, walaupun tidak ada perbedaan pada doping bahan pembuat emitor dan

    kolektor, namun pada prakteknya emitor dan kolektor tidak dapat dibalik.

    E B C

    Gambar 7-6. Penampang Transistor Bipolar

    Dari satu bahan silikon (monolitic) (gb.7.6), emitor dibuat terlebih dahulu,

    kemudian basis dengan doping yang berbeda dan terakhir adalah kolektor. Terkadang

    dibuat juga efek dioda pada terminal-terminalnya sehingga arus hanya akan terjadi pada

    arah yang dikehendaki.

    Bagian penting berikutnya adalah bagaimana caranya memberi arus bias yang

    tepat sehingga transistor dapat bekerja optimal.

    7.3.1. Arus bias

    Ada tiga cara yang umum untuk memberi arus bias pada transistor, yaitu

    rangkaian CE (Common Emitter), CC (Common Collector) dan CB (Common Basis).

    Namun akan lebih detail dijelaskan bias transistor rangkaian CE. Dengan menganalisa

    rangkaian CE akan dapat diketahui beberapa parameter penting dan berguna terutama

    untuk memilih transistor yang tepat untuk aplikasi tertentu.

    7.3.2. Arus Emiter

    Dari hukum Kirchhoff diketahui bahwa jumlah arus yang masuk kesatu titik

    akan sama jumlahnya dengan arus yang keluar (gb.7.7). Jika teorema tersebut

    diaplikasikan pada transistor, maka hukum itu menjelaskan hubungan :

    IE = IC + IB ........(7.1)

    Gambar 7-7. Arus Emitor

  • Dasar Elektronika - 58

    Persamaan (7.1) tersebut mengatakan arus emiter IE adalah jumlah dari arus

    kolektor IC dengan arus basis IB. Karena arus IB sangat kecil sekali atau disebutkan IB

  • Dasar Elektronika - 59

    7.4. Common Emitter (CE)

    Rangkaian CE adalah rangkaian yang paling sering digunakan untuk berbagai

    aplikasi yang mengunakan transistor. Dinamakan rangkaian CE, sebab titik ground atau

    titik tegangan 0 volt dihubungkan pada titik emiter.

    Gambar 7-8. Rangkaian C-E

    Ada beberapa notasi yang sering digunakan untuk mununjukkan besar tegangan

    pada suatu titik maupun antar titik. Notasi dengan 1 subscript adalah untuk

    menunjukkan besar tegangan pada satu titik, misalnya : VC = tegangan kolektor, VB =

    tegangan basis dan VE = tegangan emiter.

    Ada juga notasi dengan 2 subscript yang dipakai untuk menunjukkan besar

    tegangan antar 2 titik, yang disebut juga dengan tegangan jepit. Diantaranya adalah :

    VCE = tegangan jepit kolektor- emitor

    VBE = tegangan jepit basis - emitor

    VCB = tegangan jepit kolektor - basis

    Notasi seperti VBB, VCC, VEE berturut-turut adalah besar sumber tegangan yang masuk

    ke titik basis, kolektor dan emitor.

    7.5. Kurva Basis

    Hubungan antara IB dan VBE (gb.7.9) akan berupa kurva dioda. Karena memang

    telah diketahui bahwa junction basis-emitor tidak lain adalah sebuah dioda. Jika hukum

    Ohm diterapkan pada loop basis diketahui adalah :

    IB = (VBB - VBE) / RB ......... (7.5)

    VBE adalah tegangan jepit dioda junction basis-emitor. Arus hanya akan mengalir jika

    tegangan antara basis-emitor lebih besar dari VBE. Sehingga arus IB mulai aktif mengalir

    pada saat nilai VBE tertentu.

  • Dasar Elektronika - 60

    0,7VBE

    IC

    Gambar 7-9. Kurva IC -VBE

    Besar VBE umumnya tercantum di dalam databook, tapi untuk penyederhanaan

    umumnya diketahui VBE = 0.7 volt untuk transistor silikon dan VBE = 0.3 volt untuk

    transistor germanium. Nilai ideal VBE = 0 volt. Dari sini akan sangat mudah

    mengetahui arus IB dan arus IC dari rangkaian 01 berikut ini, jika diketahui besar =

    200. Yang digunakan adalah transistor yang dibuat dari bahan silikon.

    Rangkaian-01

    Rangkaian - 01

    IB = (VBB - VBE) / RB

    = (2V 0,7V) / 100 K = 13 uA

    Dengan = 200, maka arus kolektor adalah :

    IC = IB = 200 x 13uA = 2,6 mA

    7.6. Kurva Kolektor

    Sekarang ditinjau bagaimana hubungan antara arus basis IB, arus kolektor IC dan

    tegangan kolektor-emiter VCE. Dengan mengunakan rangkaian-01, tegangan VBB dan

    VCC dapat diatur untuk memperoleh plot garis-garis kurva kolektor. Pada gambar

    berikut telah diplot beberapa kurva kolektor arus IC terhadap VCE dimana arus IB dibuat

    konstan.

  • Dasar Elektronika - 61

    Saturasi

    IB = 50 A

    IB = 40A

    IB = 30A

    IB = 20A

    IB = 10A

    1 V 40 V VCE

    IC Cut off AktifBreakdown

    1

    2

    3

    4

    Gambar 7-10. Kurva Kolektor

    Dari kurva ini terlihat ada beberapa region yang menunjukkan daerah kerja

    transistor. Pertama adalah daerah saturasi, lalu daerah cut-off, kemudian daerah aktif

    dan seterusnya daerah breakdown.

    Ad.1. Daerah Aktif

    Daerah kerja transistor yang normal adalah pada daerah aktif, dimana arus IC

    kon