2012-1-00640-sk 2

65
7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Cahaya Pada subbab ini akan menjelaskan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan cahaya, yaitu pemantulan cahaya, pembiasan cahaya, dan indeks bias. Untuk penjelasannya adalah sebagai berikut : 2.1.1 Pemantulan Cahaya Pemantulan cahaya terjadi jika suatu cahaya memantul pada suatu bidang atau jika mengenai suatu benda yang ada. Pemantulan cahaya ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Pemantulan biasa, adalah pemantulan di mana cahaya yang dipantulkan membentuk suatu pola yang teratur. Sinar-sinar sejajar yang datang pada permukaan cermin dipantulkan sebagai sinar-sinar sejajar pula. Akibatnya cermin dapat membentuk bayangan benda. Pemantulan semacam ini juga disebut pemantulan teratur. 2. Pemantulan baur, adalah pemantulan yang terjadi apabila cahaya mengenai permukaan yang tidak datar atau tidak rata sehingga pemantulan yang terjadi akan membaur dan tidak teratur. (Gunawan, n.d)

description

dokumen ini menjelaskan tentang panduan praktikum hukum snellius

Transcript of 2012-1-00640-sk 2

  • 7

    BAB 2

    LANDASAN TEORI

    2.1 Cahaya

    Pada subbab ini akan menjelaskan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan

    cahaya, yaitu pemantulan cahaya, pembiasan cahaya, dan indeks bias. Untuk

    penjelasannya adalah sebagai berikut :

    2.1.1 Pemantulan Cahaya

    Pemantulan cahaya terjadi jika suatu cahaya memantul pada suatu bidang

    atau jika mengenai suatu benda yang ada. Pemantulan cahaya ini dapat

    dibedakan menjadi dua yaitu :

    1. Pemantulan biasa, adalah pemantulan di mana cahaya yang dipantulkan

    membentuk suatu pola yang teratur. Sinar-sinar sejajar yang datang pada

    permukaan cermin dipantulkan sebagai sinar-sinar sejajar pula. Akibatnya

    cermin dapat membentuk bayangan benda. Pemantulan semacam ini juga

    disebut pemantulan teratur.

    2. Pemantulan baur, adalah pemantulan yang terjadi apabila cahaya mengenai

    permukaan yang tidak datar atau tidak rata sehingga pemantulan yang

    terjadi akan membaur dan tidak teratur.

    (Gunawan, n.d)

  • 8

    2.1.1.1 Hukum Pemantulan Cahaya

    Menurut Snellius, hukum pemantulan cahaya adalah sebagai berikut :

    1. Sinar datang, garis normal, dan sinar pantul terletak pada satu

    bidang datar.

    2. Sudut datang (i) = sudut pantul (r).

    Gambar 2.1 Pemantulan Cahaya

    Seperti pada gambar 2.1 menunjukkan adanya sudut i yang

    merupakan sudut kritis yaitu sudut datang yang akan menyebabkan

    sudut bias menjadi 90o terhadap garis normal. Apabila sudut datang

    cahaya lebih besar dari sudut kritis maka cahaya tersebut akan

    dipantulkan. Sedangkan, jika sudut datang cahaya lebih kecil dari sudut

    kritis maka cahaya tersebut akan dibiaskan. Efek ini juga disebut

    sebagai pemantulan internal sempurna.

    (Gunawan, n.d)

  • 9

    Pemantulan internal sempurna terjadi jika :

    1. Sinar datang dari medium yang rapat ke medium yang kurang rapat

    dan sinar akan dibiaskan menjauhi garis normal.

    2. Sudut i merupakan sudut kritis yaitu sudut datang yang akan

    menyebabkan sudut bias menjadi 90o terhadap garis normal.

    3. Sudut datang lebih besar dari sudut kritis maka cahaya akan

    dipantulkan.

    (Crisp dan Elliot, 2005)

    2.1.2 Pembiasan Cahaya

    Perubahan arah yang dialami oleh permukaan gelombang pada saat

    melintas miring dari satu medium ke medium lain disebut dengan pembiasan

    atau refraksi. Pada pembiasan juga terjadi perubahan laju perambatan dan

    fenomena ini terjadi pada semua jenis gelombang, tetapi yang paling umum

    adalah pada gelombang cahaya.

    Gambar 2.2 Pembiasan Cahaya

  • 10

    Untuk pembiasan cahaya, akan terjadi jika suatu cahaya merambat dari

    suatu medium menuju ke medium yang kerapatannya berbeda. Arah-arah dari

    pembiasan cahaya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

    1. Mendekati garis normal

    Suatu cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal apabila cahaya

    merambat dari medium yang kurang rapat menuju ke medium yang lebih

    rapat. Contohnya adalah jika cahaya merambat dari udara ke dalam air

    karena udara adalah medium yang kurang rapat dan air adalah medium

    yang lebih rapat.

    2. Menjauhi garis normal

    Cahaya yang merambat dari medium yang lebih rapat menuju medium

    yang kurang rapat akan menyebabkan cahaya dibiaskan menjauhi garis

    normal. Contohnya adalah jika cahaya merambat dari dalam air menuju

    udara karena air adalah medium yang lebih rapat dan udara adalah medium

    yang kurang rapat.

    Pada optika, perubahan arah menurut hukum Snellius dinyatakan dengan

    n1 sin(i) = n2 sin(r). Di mana i dan r merupakan sudut yang dibentuk oleh berkas

    radiasi atau sinar datang dan berkas terbias terhadap garis normal (garis khayal

    tegak lurus bidang batas antara dua medium). Sedangkan n1 dan n2 merupakan

    indeks bias kedua medium.

  • 11

    Gambar 2.3 Pembiasan

    Hukum ini juga dikenal sebagai salah satu hukum pembiasan (laws of

    refraction). Hukum pembiasan yang lain yaitu bahwa sinar datang, sinar bias,

    dan garis normal pada titik jatuh berada dalam satu bidang. Perubahan arah

    berasal dari perubahan laju perambatan yang selanjutnya mengakibatkan

    perubahan panjang gelombang. (Crisp dan Elliot, 2005)

    2.1.3 Indeks Bias

    Kecepatan dari cahaya sangat tergantung pada bahan dari medium di

    mana cahaya tersebut merambat. Indeks bias pada suatu medium dapat

    didefinisikan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

    Indeks bias (n) = (v)bahan dalam di cahayakecepatan (c) hampa ruang di cahayakecepatan

    Indeks bias pada suatu medium nilainya tidak pernah lebih kecil dari 1

    atau n 1. Besar dari kecepatan cahaya di ruang hampa adalah sebesar 3 x 108

    m/s. Indeks bias bergantung bukan hanya pada macam zat tetapi juga panjang

  • 12

    gelombang cahaya. Berikut ini adalah jenis-jenis medium yang ada beserta

    indeks biasnya :

    Tabel 2.1 Nilai Indeks Bias dari Beberapa Medium yang Berbeda

    (Katib dan Achmad, 2000)

    2.2 Panjang Gelombang

    Panjang gelombang (wavelength) merupakan jarak antara titik-titik berurutan

    dengan fase yang sama dalam gelombang. Panjang gelombang ini dinyatakan dalam

    satuan meter. Dalam sebuah gelombang sinus yang merambat, panjang gelombang

    adalah jarak antara puncak.

  • 13

    Gambar 2.4 Panjang Gelombang

    Pada gambar 2.4 sumbu x mewakilkan panjang gelombang itu sendiri,

    dan I mewakilkan amplitudo. Hubungan sederhana antara panjang gelombang

    () dan frekuensi (f), adalah = c/f, dengan c merupakan cepat rambat cahaya.

    Panjang gelombang sama dengan kecepatan jenis gelombang dibagi oleh

    frekuensi gelombang. Pada radiasi elektromagnetik dalam ruang hampa,

    kecepatan ini adalah kecepatan cahaya (c), untuk gelombang di udara, ini

    merupakan kecepatan suara di udara. Hubungannya adalah:

    = c / f

    Di mana:

    = panjang gelombang dari sebuah gelombang suara atau gelombang

    elektromagnetik

    c = kecepatan cahaya dalam ruang hampa 3x 108 m/s

    f = frekuensi gelombang

    (Isaacs, 1994)

  • 14

    2.3 Serat Optik

    Pada penjelasan sebelumnya kita telah mengenal fenomena optik yaitu

    pemantulan internal sempurna, yang merupakan pemantulan seberkas cahaya pada

    permukaan batas antara satu medium dengan medium lain yang indeks biasnya lebih

    kecil, bila sudut datang ke medium kedua melebihi suatu sudut kritis tertentu.

    Fenomena inilah yang menjadi dasar perambatan cahaya dalam serat optik, di mana

    telah dikenal sejak 1854 dan hanya mulai dipraktikan pada tahun 1950-an ketika

    penggunaan lapisan cladding diketahui memperbaiki karakteristik perambatan

    cahaya tersebut. Sebelum tahun 1970 penggunaan serat optik pada umumnya hanya

    digunakan pada bidang kedokteran. Kemudian pada tahun-tahun berikutnya barulah

    penggunaan serat optik pada bidang komunikasi mulai diaplikasikan. Pada awalnya

    tidak dimungkinkan penggunaannya pada bidang komunikasi karena besarnya rugi-

    rugi yang ada yaitu sekitar 1000 dB/km. Namun situasi berubah pada tahun 1970-an

    ini ketika penelitian-penelitian dilakukan sehingga rugi-rugi (losses) pada serat optik

    dapat dikurangi hingga sekitar 20 dB/km. Penelitian lanjut pada tahun 1979

    menghasilkan loss hanya sekitar 0.3 dB/km. Kemampuan loss yang rendah pada

    serat optik ini mengarahkan pada sebuah revolusi teknologi yang menggunakan

    gelombang cahaya dan yang kemudian memulai era perkembangan komunikasi

    dengan serat optik. (Agrawal, 2002)

    2.3.1 Jenis Serat Optik

    Dalam website http://www.arcelect.com/fibercable.htm menjelaskan

    bahwa serat optik terdiri dari beberapa jenis, diantaranya adalah single mode

    index, multi mode step index dan multi mode graded index. Struktur dasar yang

  • 15

    membedakannya adalah inti (core). Berikut ini adalah penjelasan dari ketiga

    jenis serat optik tersebut :

    2.3.1.1 Single Mode Index

    Gambar 2.5 Single Mode Index

    Single mode ini hanya terdapat satu buah indeks sinar tanpa ada

    pemantulan yang merambat sepanjang media tersebut, di mana sangat

    baik digunakan untuk menyalurkan suatu informasi jarak jauh. Single

    mode mempunyai diameter yang sangat kecil sehingga sinar yang

    dilewatkan dapat membawa suatu informasi dengan jarak jauh

    dibandingkan dengan jenis multi mode, tetapi membutuhkan sumber

    cahaya dengan lebar spectrum yang sempit.

    Dengan single mode, hanya mengalami sedikit gangguan dalam

    perjalanan. Biasanya gangguan hanya berasal dari luar berupa

    gangguan fisik. Single mode bekerja menggunakan core yang

    berukuran sangat kecil diamaternya sekitar 8-10 mikrometer. Dengan

    ukuran kecil tersebut maka hanya satu mode sinar saja yang dapat

    dilewatkan.

  • 16

    2.3.1.2 Multi Mode Step Index

    Gambar 2.6 Multi Mode Step Index

    Multi mode step index biasa memiliki diameter core sekitar 50-

    400 mikrometer sedangkan cladding-nya 125-500 mikrometer. Serat

    optik ini disebut Step Index karena indeks bias berubah secara

    drastis dari kulit ke core serat. Pada selubung serat mempunyai indeks

    bias yang lebih rendah dari pada indeks bias core serat, akibatnya

    semua sinar yang memiliki sudut datang lebih besar dari sudut kritis

    akan dipantulkan oleh lapisan kulit serat.

    Jadi, pada multi mode step index ini sangat bergantung pada

    bahan dari core dan cladding. Tetapi jenis ini jarang dipakai dan

    biasanya hanya dipakai untuk menyalurkan informasi dengan jarak

    dekat dan kecepatan rendah. Multi mode ini sering terjadi dispersi

    (pelebaran pulsa cahaya di dalam serat optik akibat perbedaan

    kecepatan rambat pulsa) tetapi memiliki keuntungan yaitu lebih mudah

    menyambungkan kabel karena core-nya relatif besar.

  • 17

    2.3.1.3 Multi Mode Graded Index

    Gambar 2.7 Multi Mode Graded Index

    Serat optik ini disebut Grade Index karena terdapat

    perubahan dalam indeks bias, di mana besarnya indeks bias core

    mengecil ke arah perbatasan core dengan selubungnya. Menurunnya

    indeks bias core ke arah batas core dengan selubung menyebabkan

    terjadinya pembiasan pada core. Hal ini menyebabkan perambatan

    berkas cahayanya akan melengkung sedangkan kecepatan propagasi

    antara berkas cahaya yang datang dengan sudut datang yang lebih

    besar akan lebih cepat dibandingkan dengan berkas cahaya yang

    datang dengan sudut datang yang lebih kecil.

    Multi mode graded index ini harganya relatif lebih mahal

    karena proses pembuatannya lebih sulit dibandingkan multi mode step

    index. Dispersi yang dihasilkan minimum, sehingga baik jika dipakai

    untuk jarak yang sedang.

    2.3.2 Kelebihan dan Kekurangan Serat Optik

    Ada beberapa kelebihan dari serat optik, yaitu sebagai berikut :

  • 18

    1. Mempunyai bandwidth yang lebar sehingga mampu membawa informasi

    dengan kapasitas yang besar.

    2. Transmission loss (rugi transmisi) yang rendah.

    3. Ukuran fisik yang kecil dan ringan memudahkan dalam penanganan dan

    instalasi.

    4. Kebal terhadap interferensi, misalnya gangguan noise, gangguan

    elektromagnetik, dan gangguan akibat frekuensi radio

    5. Terhindar dari efek elektrik, karena merupakan komponen pasif atau

    komponen tanpa menggunakan listrik.

    Sedangkan kelemahan dari serat optik adalah sebagai berikut :

    1. Tidak dapat dialiri arus listrik sehingga tidak dapat memberikan catuan

    pada pemasang repeater.

    2. Penyambungan serat optik menggunakan teknik dan ketelitian yang tinggi

    3. Intensitas cahaya yang dipancarkan oleh transmitter dapat merusak retina

    mata secara permanen, jika kurang hati hati saat instalasi.

    (Sudaryanto, 2009)

    2.3.3 Rugi-rugi pada Serat Optik

    Pada umumnya penggunaan media transmisi yang menggunakan suatu

    medium perantara seperti melalui kabel ataupun tanpa kabel memiliki rugi-rugi

    yang dapat mempengaruhi penurunan daya dari sistem yang dirancang.

    Sehingga ada beberapa aspek penting yang menjadi bahan pertimbangan dalam

    merancang suatu sistem jaringan. Salah satunya adalah pada penggunaan serat

  • 19

    optik sebagai media transmisi yang juga memiliki rugi-rugi transmisi tertentu

    yang dikenal dengan istilah atenuasi (redaman).

    Rugi-rugi transmisi pada serat optik ini adalah salah satu karakteristik

    penting yang mana pengaruhnya menghasilkan penurunan daya dari sistem.

    Secara umum rugi-rugi tersebut dapat disebabkan oleh faktor internal seperti

    bahan penyusun dan kondisi serat optik tersebut ataupun karena faktor

    eksternal seperti gangguan maupun komponen tambahan pada sistem jaringan

    serat optik tersebut. Hal ini dapat dipertimbangkan dari pemasangan serta

    banyaknya komponen-komponen pendukung yang dibutuhkan dalam

    perancangan jaringan seperti connector, splice, ataupun komponen-komponen

    pendukung lainnya yang disambungkan pada saluran transmisi.

    Rugi-rugi pada serat optik tersebut merupakan peredaman atau atenuasi

    cahaya (penurunan rata-rata daya optik) yang ditransmisikan mulai dari

    pemancar sampai jarak tertentu. Atenuasi (redaman) dari serat optik ini

    dinyatakan dalam satuan decibel (dB).

    Decibel (dB) merupakan satuan relatif yang menyatakan level daya atau

    tegangan yang dilogaritmakan. Satuannya ada yang absolut dan ada yang

    relatif. Pada satuan absolute, yaitu sebagai berikut :

    dBm menyatakan tingkat daya terhadap referensi daya 1 miliwatt. Daya

    (dBm) = 10 log P (mwatt)/1 mwatt. Level tegangan pada satuan ini umum

    digunakan pada komponen-komponen sistem optik, misalnya sumber optik

    dan penerima optik.

  • 20

    dBw menyatakan tingkat daya terhadap daya terhadap referensi daya 1

    watt. Daya (dBw) = 10 log P(watt)/1 watt.

    Atenuasi (redaman) ini disebabkan oleh beberapa faktor utama yaitu

    penyerapan (absorption), hamburan (scattering) dan pembekokan (bending)

    serta faktor-faktor lain seperti rugi-rugi pada core dan cladding, rugi-rugi pada

    connector dan splice, serta coupling losses.

    Pada bahan pembuat serat optik seperti kaca yang umumnya terbentuk

    dari silikon-dioksida (SiO2) memiliki variasi indeks bias yang diperoleh dengan

    cara menambahkan atau mencampur bahan lain (adiktif) seperti titanium,

    thallium, germanium ataupun boron. Dengan susunan bahan yang tepat maka

    akan diperoleh atenuasi (redaman) sekecil mungkin. Atenuasi (redaman) ini

    menyebabkan pelemahan daya sehingga amplitudo gelombang yang sampai

    pada receiver menjadi lebih kecil dibandingkan dengan amplitudo yang

    dikirimkan oleh transmitter.

    Gambar 2.8 Illustrasi Grafik Perbandingan Atenuasi dengan Amplitudo

    Gelombang

  • 21

    Sebagai contoh misalkan pada suatu transmisi serat optik ditransmit

    cahaya dengan power P(0) dari transmitter, maka pada jarak 1 km, sinyal

    tersebut akan mengalami degradasi atau penurunan power menjadi P(1).

    Pelemahan sinyal ini dinyatakan dengan satuan dB/km dan dilambangkan

    dengan . Perumusannya secara sistematis dapat menggunakan persamaan.

    Keterangan :

    P (0) = daya dari transmitter (mW)

    P (1) = daya yang diterima (mW)

    l = jarak (km)

    = loss (dB/km)

    (Keiser, 2000)

    2.3.3.1 Penyerapan (Absorption)

    Rugi-rugi ini berasal dari penyerapan cahaya oleh serat optik, di

    mana cahaya diserap dan diubah menjadi panas. Pada area tertentu,

    kaca dapat menyerapi sebagian besar cahaya sehingga untuk mengatasi

    hal tersebut digunakan kaca yang benar-benar murni. Walaupun

    pelemahan secara umum dirasakan kecil namun jika dengan dilihat

    dari faktor lain yaitu jarak yang jauh maka tetap akan besar

    pengaruhnya. Faktor-faktor yang menimbulkan rugi penyerapan pada

    serat optik antara lain penyerapan ultraviolet, penyerapan infra merah,

    dan penyerapan resonansi ion-ion.

  • 22

    Penyerapan Ultraviolet

    Hal ini disebabkan oleh adanya gerakan elektron yang kuat pada

    elektron valensi dari bahan silika (kaca). Hal tersebut

    menimbulkan rugi-rugi transmisi pada serat optik.

    Penyerapan Infra merah

    Hal ini disebabkan oleh adanya getaran ikatan kimia di mana hasil

    dari penyerapan photon-photon cahaya oleh atom-atom molekul

    core kaca yang menyebabkan photon bergetar secara acak dan

    menyebabkan panas.

    Penyerapan resonansi ion

    Hal ini disebabkan saat proses pembuatan kaca serat optik

    tersebut yang berasal dari ion-ion OH- yang terdapat pada molekul

    air dan terperangkap pada kaca. Tidak hanya ion OH-, penyerapan

    juga dapat disebabkan oleh ion-ion logam seperti besi, tembaga,

    ataupun khromium. Semakin lama usia suatu serat optik maka bisa

    diperkirakan akan semakin banyak ion OH- di dalamnya yang

    menyebabkan kualitas serat optik menurun.

    (Keiser, 2000)

    2.3.3.2 Hamburan (Light Scattering)

    Rugi-rugi ini berasal dari variasi mikroskopik pada kepadatan

    material. Pada dasarnya, serat optik terbentuk dari beberapa molekul.

    Keberadaan molekul pada serat optik ini memiliki kepadatan molekul

  • 23

    yang lebih padat pada suatu area dibanding dengan area lainnya.

    Adanya perbedaan ini menimbulkan variasi indeks bias pada serat

    optik dalam jarak tertentu yang relatif kecil dibandingkan dengan

    panjang gelombang. Variasi indeks bias ini menyebabkan hamburan

    Rayleigh dari cahaya tersebut. Karena adanya berkas cahaya yang

    mengenai suatu materi dalam serat optik tersebut yang kemudian

    menghamburkan atau memancarkan berkas-berkas cahaya tersebut ke

    segala arah. (Keiser, 2000).

    2.3.3.3 Pembengkokan (Bending)

    Pada saat melakukan pemasangan serat optik pada suatu saluran

    transmisi akan ada beberapa kondisi yang akan mengubah keadaan

    fisik dari serat optik tersebut. Misalnya adalah kondisi lapangan atau

    daerah yang berkelok-kelok dan tidak menentu sehingga mengharus-

    kan kabel dipasang dengan pembelokan. Selain itu, tekanan secara

    fisik dari lingkungan maupun kesalahan instalasi juga akan

    berpengaruh dalam mengubah kondisi fisik serat optik.

    Perubahan fisik ini biasa disebut dengan bending dan terdiri dari

    dua jenis, yaitu sebagai berikut :

    Pembengkokan makro

    Pembengkokan makro adalah pembengkokan kabel serat optik

    dengan radius pembengkokan yang mempengaruhi banyaknya

    pelemahan sinyal yang berpropagasi dalam core. Adanya

    pembengkokan dengan radius pembengkokan lebih besar dari

  • 24

    radius core serat optik, dengan kata lain yaitu sudut datang sinar

    atau cahaya lebih kecil dari pada sudut kritis sehingga sinar tidak

    dipantulkan sempurna tapi dibiaskan, mengakibatkan sebagian

    sinyal hilang terutama dalam pembengkokan serat optik.

    Gambar 2.9 Rugi-rugi Pembengkokan Makro

    Gambar 2.10 Rugi-rugi karena Pelengkungan

    Untuk mengurangi rugi-rugi karena pembengkokan maka

    nilai Numerical Aperture dibuat besar. Numerical Aperture (NA)

    adalah ukuran atau besarnya sinus sudut pancaran maksimum dari

    sumber optik yang merambat pada inti serat yang cahayanya masih

    dapat dipantulkan secara total, di mana nilai NA juga dipengaruhi

    oleh indeks bias core dan cladding.

  • 25

    Gambar 2.11 Numerical Aperture

    Besarnya nilai NA diperoleh dengan rumus :

    di mana :

    NA = Numerical Aperture

    = sudut cahaya yang masuk dalam serat optik

    n1 = indeks bias core

    n2 = indeks bias cladding

    (Keiser, 2000)

    Pembengkokan mikro

    Pembengkokan mikro berasal dari keadaan kabel yang tidak

    sempurna akibat berbagai pengaruh eksternal, seperti tekanan dari

    luar, ataupun ketidaksempurnaan bentuk core di dalam kabel serat

    optik tersebut. Adanya perubahan radius core berakibat sama

    seperti halnya pembengkokan mikro di mana sinyal yang

    berpropagasi akan hilang pada saat berpropagasi.

    )(sin 2221 nnNA maks ==

  • 26

    Gambar 2.12 Pembengkokan Mikro

    Pembekokan mikro yang diakibatkan oleh tekanan dari

    luar kabel diantisipasi dengan mempergunakan pembungkus yang

    lebih kuat dan tidak sensitif terhadap pengaruh eksternal.

    (Keiser, 2000).

    2.3.3.4 Rugi-Rugi pada Core dan Cladding

    Telah diketahui sebelumnya bahwa struktur serat optik terdiri

    dari 3 lapisan yaitu inti (core), cladding, dan pembungkus di mana

    setiap bagian serat optik tersebut dibuat dari berbagai macam material

    yang berbeda. Walaupun core dan cladding memiliki bahan penyusun

    dasar yang sama, namun core memiliki indeks bias yang lebih besar

    dari cladding dengan adanya bahan adiktif yang ditambahkan dalam

    material penyusun core. Pengaruh bahan penyusun inilah yang juga

    berpengaruh pada atenuasi (redaman) yang terjadi, meskipun atenuasi

    (redaman) tersebut pada kondisi nyatanya tidak terlalu diperhatikan,

    namun tetap dilihat sebagai salah satu faktor terjadinya rugi-rugi.

    (Keiser, 2000).

  • 27

    2.3.3.5 Rugi-rugi pada Connector dan Splice

    Pada saluran transmisi serat optik dipastikan banyak komponen-

    komponen yang diperlukan dan tersambung satu sama lain. Salah satu

    komponen tersebut adalah connector serat optik. Connector ini dapat

    dibagi menjadi dua, yaitu connector yang menghubungkan dua kabel

    serat optik (biasa dikenal dengan coupler) dan connector yang dengan

    terhubung langsung dengan kabel serat optik. Connector dalam hal ini

    bersifat tidak permanen sehingga dapat diganti sesuai dengan

    sambungan serat optik yang dibutuhkan. Hal kedua adalah splice yang

    merupakan penyambungan antar kabel serat optik dan sifat sambungan

    tersebut permanen di mana dua buah serat optik di-fusion untuk

    disambungkan.

    Connector dan splice memiliki pengaruh yang sangat besar

    terhadap rugi-rugi pada transmisi serat optik. Jika dilihat dari

    penggunaan connector, rugi-rugi ini dapat timbul karena

    dimungkinkannya adanya batas atau celah berupa udara antara dua

    serat optik yang disambung dengan menggunakan connector tersebut

    atau disebut dengan fresnel reflection. Hal ini menyebabkan perbedaan

    indeks bias, meskipun kedua serat optik memiliki indeks bias yang

    sama namun tetap akan ada daya yang dipantulkan kembali ke arah

    kabel serat optik pengirim karena ada perbedaan indeks antara core

    dari serat optik dengan udara.

    Jika dilihat pada proses splicing terdapat ketidaksempurnaan

    pada proses fusion sehingga dapat terjadi fusion failure ataupun loss

  • 28

    yang terlalu besar. Hal ini dapat terjadi karena dimensi serat optik

    yang demikian kecil sehingga penyambungan menjadi tidak tepat

    sehingga sinar dari bahan serat optik ke serat optik lainnya tidak dapat

    dirambatkan seluruhnya. Ada beberapa kesalahan dalam

    penyambungan yang dapat menimbulkan rugi-rugi splicing serat optik

    atau disebut dengan insertion loss, yaitu:

    Sambungan kedua serat optik membentuk sudut.

    Kedua sumbu berimpit namun masih ada celah diantara keduanya.

    Ada perbedaan ukuran antara kedua serat optik yang disambung.

    Untuk mengukur besarnya rugi-rugi karena sambungan digunakan

    rumus sebagai berikut :

    Loss (dB) = 10 Log (P out / P in)

    Di mana :

    P out = daya sesudah sambungan (mW)

    P in = daya sebelum sambungan (mW)

    (Keiser, 2000)

    2.3.3.6 Coupling Loss

    Pada serat optik terdapat rugi-rugi yang timbul karena

    pemasangan atau penyambungan. Hal ini dapat terjadi karena energi

    yang diradiasikan oleh sumber optik dapat dimasukkan ke dalam serat

    optik. Coupling loss dapat terjadi pada tiga tipe sambungan optik,

  • 29

    yaitu sambungan light source-to-fiber, sambungan fiber-to-fiber, dan

    sambungan fiber-to-source. Rugi-rugi sambungan lebih sering

    disebabkan pada salah satu masalah penyambungan yang dapat terjadi

    pada saluran (lateral misalignment), longitudinal misalgnment, dan

    (sudut) angular misalignment.

    Gambar 2.13 Masalah-masalah Penyambungan Serat Optik

    (Keiser, 2000)

  • 30

    2.3.4 Connector Serat Optik

    Gambar 2.14 Connector Serat Optik

    Dalam website http://www.fiberoptics4sale.com/Merchant2/fiber-optic-

    connectors.php menjelaskan mengenai connector kabel serat optik di mana

    terdiri dari beberapa tipe, yaitu tipe ST (Straight Tip), tipe SC (Subscriber

    Connectors), tipe FC (Ferrule Connector), tipe LC (Lucent Connector/Little

    Connector/Local Connector), dan tipe SMA (SubMiniature). Connector serat

    optik tipe ST dan tipe SC adalah tipe yang paling banyak digunakan untuk

    koneksi pada Optical Termination Box (OTB).

    Connector serat optik adalah komponen penting yang digunakan dalam

    jaringan serat optik. Connector serat optik ini juga merupakan bagian utama

    dalam patch panel dan pigtail serat optik. Untuk connector serat optik, ada

    connector untuk serat optik single mode dan konektor untuk serat optik multi

    mode. Connector serat optik untuk single mode bisa dengan PC (Polished

    Connectors), UPC (Ultra-Polished Connectors), atau APC (Angle-Polished

    Connectors), sedangkan connector serat optik untuk multi mode hanya bisa

    dengan PC (Polished Connectors) atau UPC (Ultra-Polished Connectors).

  • 31

    PC, UPC, atau APC lebih kepada bagaimana mengasah ferrule dari

    connector serat optik. Jika dilihat, connector multi mode biasanya dengan boot

    hitam atau warna krem. Untuk single mode PC dan UPC biasanya berwarna

    biru atau hitam, sedangkan single mode APC berwarna hijau. Insertion loss

    merupakan data teknis penting dari connector serat optik, di mana semakin

    kecil semakin baik. Insertion loss dari APC lebih kecil dari UPC, dan insertion

    loss UPC lebih kecil dari PC.

    2.3.4.1 Connector SC (Subscriber Connector / Square Connector / Standard

    Connector)

    Gambar 2.15 Connector SC

    Gambar 2.16 Coupler SC (kiri) dan Connector SC Duplex (kanan)

    Connector serat optik SC dengan struktur push-pull adalah salah

    satu connector yang sering atau biasa digunakan dan cocok untuk jenis

    serat optik single mode. Connector SC ini low cost karena

  • 32

    menggunakan plastic housing, selain itu memiliki akurasi yang baik,

    dan banyak digunakan dalam instalasi dengan jumlah yang besar.

    2.3.4.2 Connector LC

    Gambar 2.17 Connector LC Simplex dan Duplex

    Gambar 2.18 Coupler LC Simplex dan Duplex

    Connector serat optik LC berjenis push-pull. Ukuran ferrule dan

    sleeve-nya yang digunakan connector LC dan adaptor LC adalah

    setengah SC dan FC, yaitu 1.25 mm. Connector LC biasanya digunakan

    pada jaringan serat optik single mode dan juga multi mode.

  • 33

    2.3.4.3 Connector ST

    Gambar 2.19 Connector ST (kiri) dan Coupler ST (kanan)

    Connector serat optik ST menggunakan housing metal tetapi tidak

    berstruktur skrup, berjenis push-pull. Connector ST biasa digunakan

    untuk 10Base-F yang ferrule-nya terbuka keluar, sedangkan SC

    digunakan untuk 10Base-F dan ferrule dirancang dalam housing.

    2.3.5 Penyambungan Antar Connector

    2.3.5.1 Penyambungan Mekanik

    Gambar 2.20 Penyambungan pada Connector FC

    Pada connector serat optik, mekanisme penyambungan antar

    kabel melalui connector-nya tidak seperti yang diaplikasikan pada

    connector kabel elektronik yang terdapat slot atau connector khusus,

  • 34

    namun dengan menggunakan coupler antar dua connector. Pada

    penggunaannya coupler tersebut hanya disambungkan antar

    connector dapat berupa mekanisme colok atau menekan connector

    serta memutar dan mengunci rapat sambungan. Contoh coupler

    tersebut dapat dilihat pada gambar penyambungan FC connector di

    atas.

    2.3.5.2 Splicing

    Dalam website http://www.fiberoptics4sale.com/Merchant2/

    fiber_optic_cable_termination.php menjelaskan bahwa Splicing

    adalah penyambungan dua serat optik tanpa penggunaan connector

    apapun, yang mana metode splicing terdapat dua metode, yaitu

    mekanikal splicing dan fusion splicing.

    Gambar 2.21 Metode Mekanikal splicing

    Mekanikal splicing merupakan metode yang mana

    penyambungan dua kabel serat optik dilakukan dengan

    mensejajarkan dua kabel serat optik serta menempatkan atau

    menyanggah dengan suatu bantalan/selubung (alignment sleeve)

  • 35

    yang dilakukan secara mekanikal. Dengan pensejajaran ini, maka

    gelombang cahaya dapat diteruskan dari satu kabel serat optik ke

    kabel serat optik lain. Kelebihan dari mekanikal splicing ini adalah

    tidak membutuhkan listrik untuk proses splicing-nya karena

    penyambungan secara mekanikal.

    Gambar 2.22 Metode Fusion Splicing

    Metode fusion splicing menggunakan alat khusus di mana

    kedua ujung kaca serat optik yang sudah dikupas bagian cladding-

    nya yang selanjutnya dipotong bagian ujung agar rata kemudian

    dibersihkan dengan alkohol yang bertujuan membersihkan debu dan

    partikel kecil lainnya yang dapat menghabat proses pemanasan serta

    dapat mengagalkan proses penyambungan. Selanjutnya kedua fiber

    dipadukan secara presisi, kemudian dibakar (fuse) pada suhu tertentu

    dengan menggunakan fuser serat optik sehingga kaca meleleh,

    menyatu dan tersambung secara permanen. Setelah tersambung

    bagian yang terkupas ditutup kembali dengan selubung yang diberi

    penyangga lalu dipanaskan. Faktor yang dapat menimbulkan splice

    loss misalnya seperti proses pemotongan yang berdapat pada sudut

  • 36

    potong serat optik serta proses pembersihan dari partikel seperti

    debu. Loss yang terjadi dengan metode ini sangat kecil dibandingkan

    dengan metode mekanikal yaitu sebesar 0.01 dB 0.03 dB.

    2.4 Unjuk Kerja Sistem Komunikasi Serat Optik

    Untuk mengetahui unjuk kerja sistem komunikasi serat optik ada beberapa hal

    yang harus diketahui yaitu :

    2.4.1 Perhitungan Optical Power Budget

    Menurut Syauki (n.d:6) dalam perancangan jaringan, untuk memenuhi

    performa yang diinginkan maka dilakukan perhitungan anggaran daya optikal

    (optical power budget) yang digunakan untuk menentukan optical power

    sampai pada jarak terjauh tanpa penguat daya. Dengan diketahuinya daya kirim

    transmitter dan daya terima receiver maka kita harus mengetahui optical power

    budget sampai pada jarak terjauh dan dapat mengetahui saat kapan penggunaan

    penguat dan receiver dapat menerima data dengan baik. Oleh karena itu,

    digunakan persamaan sebagai berikut:

    Pt(dBm) - Pr (dBm) = Ltot (dB) + Margin (dB)

    Di mana :

    - Pt = daya kirim transmitter

    - Pr = daya terima receiver

    - Ltot = redaman total yang didapat dari persamaan redaman

    - Margin = sebagai cadangan daya yang terdiri dari ageing margin, splicing

    margin dan level margin

  • 37

    Persamaan redaman:

    ( ) LcsLLfLtot 2.13

    . +

    +=

    Di mana :

    - Ltot = redaman total

    - f = loss serat optik (dB/Km)

    - s = loss splice (dB/splice)

    - Lc = loss connector

    - L = jarak (km)

    2.4.2 Komponen Utama Sistem Komunikasi Serat Optik

    Sistem komunikasi serat optik terdiri dari 3 komponen utama yaitu:

    1. Transmitter berupa Laser Diode ( LD ) dan Light Emmiting Diode (LED).

    2. Media transmisi berupa fiber optik.

    3. Receiver yang merupakan detektor penerima digunakan PIN dan APD.

    Penjelasannya adalah sebagai berikut :

    2.4.2.1 Transmitter

    Dalam website http://idkf.bogor.net/yuesbi/e-DU.KU/edukasi.

    net/TIK/serat_optik/materi2.html menjelaskan bahwa transmitter

    adalah alat yang mengkonversi sinyal listrik menjadi sinyal cahaya

    sehingga informasi dapat dikirimkan dengan media serat optik.

    Transmitter ini terdiri dari dua bagian yaitu :

  • 38

    1. Rangkaian elektrik, yang berfungsi untuk mengkonversi sinyal

    analog menjadi sinyal digital, selanjutnya data tersebut

    ditumpangkan kedalam sinyal gelombang optik yang telah

    termodulasi.

    2. Sumber gelombang optik, berupa sinar Laser Diode (LD) dan Light

    Emmiting Diode (LED). Pemakaiannya disesuaikan dengan sistem

    komunikasi yang diperlukan.

    Laser Diode (LD)

    Laser Diode dapat digunakan untuk sistem komunikasi optik yang

    sangat jauh seperti Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) dan Sistem

    Komunikasi Serat Optik (SKSO), karena mempunyai karakteristik yang

    handal yaitu dapat memancarkan daya dengan intensitas yang tinggi,

    stabil, hampir monokromatis, terfokus, dan merambat dengan kecepatan

    sangat tinggi, sehingga dapat menempuh jarak sangat jauh.

    Pembuatannya sangat sukar karena memerlukan spesifikasi tertentu

    sehingga harganya pun mahal. Laser Diode ini tidak ekonomis dan

    tidak efisien jika digunakan untuk sistem komunikasi jarak dekat dan

    pada trafik kurang padat.

    Light Emmiting Diode (LED)

    LED digunakan untuk sistem komunikasi jarak sedang dan

    dekat agar sistem dapat ekonomis dan efektif. Karena LED lebih mudah

    pembuatanya, maka harganya pun relatif lebih murah.

  • 39

    2.4.2.2 Receiver

    Dalam website http://idkf.bogor.net/yuesbi/e-DU.KU/edukasi.

    net/TIK/serat_optik/materi2.html menjelaskan bahwa receiver adalah

    alat yang mengkonversi sinyal cahaya yang dikirimkan oleh transmitter

    dengan media serat optik menjadi sinyal listrik. Receiver ini terdiri dari

    2 bagian, yaitu detektor penerima dan rangkaian elektrik

    1. Detektor penerima

    Detektor penerima ini berfungsi untuk menangkap cahaya

    berupa gelombang optik pembawa informasi, misalnya PIN diode

    atau APD (Avalance Photo Diode) di mana pemilihannya

    tergantung keperluan sistem komunikasinya. Untuk melakukan

    komunikasi jarak pendek akan lebih efisien jika menggunakan

    detektor PIN diode, karena PIN diode sangat baik digunakan untuk

    bit rate rendah dan sensitifitasnya tinggi untuk LED. Untuk

    melakukan komunikasi jarak jauh digunakan detektor APD yang

    mampu bekerja pada panjang gelombang 1310 nm, 1490 nm serta

    1550 nm dengan kualitas yang baik.

    Sumber cahaya LD terlihat memiliki daya lebih besar, stabil,

    konstan pada bit rate berapapun, sedangkan sumber cahaya LED

    mempunyai daya pancar yang lebih kecil dan pada bit rate 100

    Mbps dayanya mulai menurun.

    2. Rangkaian elektrik, berfungsi untuk mengkonversi cahaya

    pembawa informasi yang dibawa dengan melakukan regenerasi

  • 40

    timing, regenerasi pulse, serta konversi sinyal cahaya (digital) ke

    sinyal listrik.

    2.4.3 Wavelength Division Multiplexing (WDM)

    Gambar 2.23 Proses Kerja Wavelength Division Multiplexing

    Wavelength Division Multiplexing (WDM) dalam komunikasi serat

    optik merupakan suatu teknologi yang memungkinkan sejumlah sinyal

    informasi yang berbeda ditansmisikan melalui sebuah serat optik tunggal

    dalam waktu yang bersamaan sehingga memungkinkan komunikasi

    bidirectional (upstream dan downstream). Hal ini dapat dilakukan karena

    teknik ini menggunakan panjang-panjang gelombang (warna) sinar laser yang

    berbeda sebagai kanal-kanal informasi untuk setiap transmisinya dan panjang

    gelombang ini dapat diterapkan pada serat optik jenis single mode atau pun

    multi mode. Teknik multiplexing ini memungkinkan untuk mengembangkan

    kapasitas jaringan serat optik tanpa menambah jaringan serat optik.

    (Stallings, 2007)

  • 41

    2.5 PON

    Pada masa sekarang di mana teknologi semakin berkembang, terus-menerus

    terjadi lonjakan permintaan terhadap bandwidth. Hal tersebut dimotori oleh

    pertumbuhan yang pesat pada sektor seperti layanan Video-On-Demand (VOD) dan

    munculnya aplikasi-aplikasi seperti online gaming, sistem peer-to-peer

    downloading, dan sebagainya. Di mana sektor-sektor tersebutlah yang

    menghidupkan kembali industri komunikasi optik. Setelah lebih dari dua dekade

    dilakukan penelitian aktif, sistem akses optik broadband berbasiskan Passive

    Optical Network (PON) ini pada akhirnya menyediakan solusi dan sebagai tahap

    generasi selanjutnya dalam akses broadband pada masa kini.

    Passive Optical Network (PON) sendiri merupakan teknologi komunikasi optik

    untuk akses jaringan, di mana berbasis hanya pada elemen atau komponen pasif

    seperti splitter. PON ini merupakan arsitektur dengan jaringan point-to-multipoint

    karena pada satu serat optik mampu untuk melayani banyak pelanggan (client) atau

    pengguna (user), biasanya 16 sampai 128 pengguna. Pada PON, medium tranmisi

    dilakukan secara bersama dan arus trafik dari stasiun-statiun yang berbeda di-

    multiplex-kan. Dilihat dari jarak dan transmisi bandwidth, PON lebih meningkat jika

    dibandingkan DSL yang masih menggunakan kabel tembaga.

    Pada mulanya riset tentang PON ini dimulai pada tahun 1980-an. Di mana

    pencapaian penting pertama yang distandarisasikan pada tahun 1995 adalah Full-

    Service Access Network (FSAN), yang kemudian terbentuk dan menyediakan sebuah

    spesifikasi sistem untuk ATM PON (APON). Kemudian pada tahun 1997, ITU-T

    merilis G.983.1 berdasarkan pada spesifikasi FSAN. Pada saat ini APON lebih

    dikenal dengan sebutan Broadband PON (BPON) untuk menekankan bahwa,

  • 42

    meskipun berbasis ATM, setiap layanan broadband dapat diperoleh dengan

    teknologi ini.

    Sejak perilisan G.984.x untuk Gigabit PON (GPON) pada 2003, APON/BPON

    dianggap sebagai teknologi pendahulunya. GPON menyediakan multigigabit

    bandwidth dengan biaya rendah daripada BPON, dengan keunggulan lain yaitu

    menyalurkan data yang terpaket lebih efisien dengan GPON encapsulation mode

    (GEM). Sebuah pendekatan alternatif lain menghasilkan Ethernet PON (EPON),

    dirilis pada tahun 2004 sebagai bagian dari standar IEEE 802.3ah untuk Ethernet

    pada akses jaringan.

    Gambar 2.24 Perbandingan Teknologi PON

    Passive Optical Network (PON) memiliki perbedaan dari teknologi shared

    access pada media transmisi lainnya, jika dilihat dari sifat-sifat fisik splitter optik

    pasifnya yang melakukan pendistribusian sinyal optik serta port dan connector pada

    splitter optik.

    Teknologi Passive Optical Network memberikan keuntungan dari besarnya

    bandwidth serta cakupannya jika dibandingkan dengan DSL serta efektif dan lebih

    mudah untuk diurus daripada aktif Ethernet.

  • 43

    PON lebih transparan karena distribusi jaringan secara optik bekerja hanya

    pada perangkat-perangkat layer 1. Hampir semua jenis layanan dapat

    dibangun di atas PON, paket, TDM, WDM, ataupun analog. Transparansi

    ini memudahkan migrasi ke teknologi baru tanpa perlu mengganti elemen

    jaringan yang ada. Sebagai contoh, proses migrasi WDM-PON

    memerlukan penggantian peralatan, tetapi tidak pada distribusi jaringan

    optiknya.

    Arsitektur PON point-to-multipoint pada jalur downstream memberikan

    kemudahan pada layanan broadcast seperti TV. Layanan broadcast dapat

    khusus diberikan secara terpisah dalam hal panjang gelombangnya dari

    layanan data secara unicast dan multicast.

    Terdapat banyak topologi jaringan dapat diterapkan pada teknologi PON

    seperti topologi star. Beberapa skema 1:N passive splitter dapat saling

    dihubungkan yang kemudian terbentuk topologi tree. Penggunaan splitter

    1:2 dan sambungan connector juga dapat menghasilkan topologi ring dan

    bus.

  • 44

    Gambar 2.25 Topologi pada PON: (a) star; (b) tree; (c) bus; (d) ring

    (Hens dan Caballero, 2008)

    2.5.1 Broadband PON (BPON)

    Broadband PON atau BPON merupakan versi pertama dari PON yang

    termasuk ke dalam standar internasional pada pertengahan tahun 1990. Pada

    saat tersebut merupakan pilihan yang logis memilih ATM encapsulation

    untuk BPON (APON, di mana telah diketahui sebelumnya). Pada saat ini

    BPON menyediakan kecepatan upstream sampai dengan 155.52 Mbit/s, dan

    kecepatan downstream sampai dengan 622.08 Mbit/s dengan cakupan sampai

    dengan 20 km. BPON sendiri dapat melayani sampai dengan 32 ONUs.

  • 45

    Gambar 2.26 Pemakaian Bandwidth Optik oleh BPON dengan Panjang

    Gelombang Berbasis Duplexing Untuk Upstream dan Downstream

    (Hens dan Caballero, 2008)

    2.5.2 Gigabit PON (GPON)

    Masih standarisasi dari ITU-T dengan versi G.984 BPON dikembangkan

    menjadi GPON. Perkembangan yang dilakukan yaitu pada total bandwidth,

    efisiensi penggunaannya, mendukung bit rate yang lebih tinggi, dan perbaikan

    dalam keamanan. Secara spesifiknya, GPON menyediakan 1244.16 / 1244.16,

    1244.16 / 2488.32 dan 2488.32 / 2488.32 Mbit/s transmisi interface. GPON

    tidak dapat saling dioperasikan dengan BPON, walaupun line rate-nya sama.

    Dengan metode enkapsulasi GPON membuat data yang dikirim lebih efisien

    dalam paketnya dengan frame segmentation. Kapasitas bandwidth pada

    GPON mencapai 2.488 Gbps untuk downstream, sedangkan upstream

    mencapai 1.244 Gbps. (Hens dan Caballero, 2008)

  • 46

    2.5.3 Ethernet PON (EPON)

    Ethernet PON atau EPON merupakan alternatif IEEE untuk PON. Versi

    pertama EPON dirilis pada tahun 2004, di mana membuat teknologi ini

    merupakan versi terbaru dari PON. EPON berbasiskan pada Ethernet, yang

    merupakan teknologi jaringan paling sukses yang dispesifikasikan oleh IEEE.

    Pada EPON terdapat dua interface alternatif, yaitu yang dikenal dengan

    1000BASE-PX10 dan 1000BASE-PX20, di mana 1000BASE-PX10 memiliki

    cakupan minimum sekitar 10 km dan 1000BASE-PX20 memiliki cakupan

    minimum sekitar 20 km. Pada umumnya jumlah Optical Network Unit (ONU)

    yang dapat terhubung sekitar 16 ONU, di mana dimungkinkan juga penerapan

    alternatif splitting rasio. Terdapat hubungan timbal balik antara cakupan dan

    splitting rasio yang dikarenakan optical loss bertambah seiring penambahan

    jarak dan percabangan jalur. Sehingga jumlah Optical Network Unit (ONU)

    dapat lebih namun dengan jarak antara Optical Network Unit (ONU) dan

    Optical Line Terminal (OLT) lebih pendek. (Hens dan Caballero, 2008)

    2.5.4 Gigabit Ethernet PON (GEPON)

    Masih standarisasi IEEE 802.3ah atau EFM GEPON ini merupakan

    perkembangan dari EPON, terlihat dari namanya yaitu Gigabit, kapasitas

    layanannya yang membuatnya berbeda dari EPON. Teknologi jaringan serat

    optik ini cocok untuk diaplikasikan pada FTTH dan FTTB karena merupakan

    jaringan FO point-to-multipont, di mana sebuah serat optik digunakan untuk

    melayani beberapa pelanggan.

  • 47

    GEPON dirancang untuk keperluan telekomunikasi atau pun jalur data.

    Kelebihan dari GEPON antara lain mudah diintegrasikan, fleksibel, mudah

    diatur, dan menyediakan fungsi QoS. Selain itu, GEPON juga dapat

    menggantikan teknologi DSL yang sebelumnya telah ada karena GEPON

    dapat menyediakan bandwidth yang tinggi (sampai dengan 1Gbps) dan juga

    melayani beberapa kebutuhan dalam waktu yang sama.

    GEPON menyediakan konektifitas untuk semua tipe komunikasi IP atau

    paket Ethernet karena memakai sebuah jaringan layer 2 yang menggunakan IP

    untuk membawa voice, data, dan video. GEPON menyediakan komunikasi

    yang aman karena terdapat enkripsi pada kedua ujungnya (upstream dan

    downstream), sehingga kebocoran informasi dapat diminimalisasi.

    Penggunaan standar GEPON tidak ada batasan terhadap jumlah Optical

    Network Unit (ONU) yang digunakan pada sisi pelanggan. Jumlah Optical

    Network Unit (ONU) yang banyak dan kecepatan jaringan yang tinggi ini

    dapat diaplikasikan pada sistem FTTH, seperti akses IP-telephone, data

    broadband, dan IPTV. GEPON merupakan kombinasi yang tepat antara

    teknologi Ethernet dan teknologi Passive Optical Network. Dengan teknologi

    GEPON, komponen aktif serat optik yang digunakan antara Optical Line

    Terminal (OLT) dan Optical Network Unit (ONU) dapat dikurangi, sehingga

    dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan dan memudahkan dalam

    pemeliharaan. (Hens dan Caballero, 2008)

  • 48

    2.5.5 Komponen Utama pada PON

    Passive Optical Network atau PON mempunyai beberapa komponen

    utama sehingga jaringan serat optik dapat didistribusikan pada para pelanggan.

    Komponen tersebut adalah sebagai berikut :

    2.5.5.1 OLT (Optical Line Terminal)

    Gambar 2.27 Optical Line Terminal

    OLT atau Optical Line Terminal (tranismitter) merupakan

    komponen yang akan mendistribusikan sinyal cahaya menggunakan

    media serat optik menuju ke Optical Network Unit (ONU). OLT

    biasanya berada pada kantor pusat operator jaringan telekomunikasi

    sehingga dengan alat ini baik data, voice, maupun video akan

    dikirimkan secara langsung dengan menggunakan serat optik.

    (PT Infokom Internusa,n.d)

  • 49

    2.5.5.2 ONU (Optical Network Unit)

    Gambar 2.28 Optical Network Unit

    ONU atau Optical Network Unit (receiver) merupakan alat yang

    dipasang pada sisi pelanggan atau disebut sebagai end-user. ONU akan

    mendapatkan sinyal cahaya yang telah didistribusikan oleh Optical Line

    Terminal (OLT) dan akan mengubah sinyal cahaya tersebut menjadi

    sinyal analog, kemudian sinyal tersebut akan di-demultiplexing

    sehingga pelanggan dapat menerima layanan seperti voice, video dan

    data dengan menggunakan kabel tembaga. (PT Infokom Internusa,n.d)

    2.5.5.3 Serat Optik

    Gambar 2.29 Serat Optik

  • 50

    Serat optik merupakan saluran transmisi yang hanya menerima

    sinyal cahaya dan komponen ini tidak membutuhkan listrik atau disebut

    sebagai pasif komponen. Serat optik memiliki dua tipe yaitu serat optik

    untuk indoor dan outdoor. Serat optik indoor maupun outdoor

    mempunyai bagian yang hampir sama yaitu terdapat core dan cladding.

    Core adalah tempat cahaya akan masuk ke dalam serat optik. Di mana

    core merupakan bagian inti dari serat optik yang terbuat dari kaca tipis,

    jadi core akan selalu dilewati oleh cahaya. Indeks bias core harus lebih

    besar dari indeks bias cladding agar tidak ada cahaya yang dibiaskan

    keluar. Core ini memiliki diameter yang berbeda-beda tergantung pada

    serat optik dan cladding merupakan bagian yang mempunyai peranan

    melapisi core agar cahaya tidak dibiaskan ke luar dan tetap dipantulkan

    di dalam core. Cladding bisa dianggap sebagai lapisan selimut karena

    mengelilingi core. Cladding harus memiliki indeks bias yang kecil agar

    cahaya di dalam core selalu dipantulkan, jadi cladding dapat

    memantulkan sinar kembali ke dalam core. (PT Infokom Internusa,n.d)

    2.5.5.4 Optical Splitter

    Gambar 2.30 Optical Splitter

  • 51

    Optical splitter merupakan komponen pasif karena dapat berjalan

    tanpa menggunakan listrik. Fungsi utama dari optical splitter ini adalah

    membagi dari satu jalur menjadi beberapa jalur yang akan didistribusi.

    Sehingga jaringan serat optik dapat melayani banyak pelanggan.

    Optical splitter mempunyai dua jenis yaitu symmetrical splitter dan

    asymmetrical splitter. (PT Infokom Internusa,n.d)

    Symmetrical Splitter

    Symmetrical splitter terdapat 5 buat tipe yaitu 1x2, 1x4, 1x8,

    1x16 dan 1x32. Dengan menggunakan splitter ini dapat membagi

    dari satu jalur menjadi dua jalur hingga 32 jalur. Semakin banyak

    jalur maka semakin besar loss yang didapat. Berikut ini adalah tabel

    splitter loss.

    Tabel 2.2 Insertion Loss pada Symmetrical splitter

    (PT Infokom Internusa, n.d)

    Asymmetrical splitter

    Berbeda dengan symmetrical splitter, pada asymmetrical

    splitter hanya mempunyai dua jalur untuk keluarannya. Setiap jalur

    keluaran dari splitter ini mempunyai rasio yang berbeda, sehingga

    splitter ini digunakan pada lokasi pelanggan yang berbeda-beda

  • 52

    jaraknya. Splitter ini dapat menghemat optical power yang akan

    diteruskan ke pelanggan berikutnya. Berikut ini adalah insertion

    loss pada tiap splitter:

    Tabel 2.3 Insertion Loss pada Asymmetrical Splitter

    (PT Infokom Internusa, n.d)

    2.6 FTTX

    Mengacu pada e-paper dari ZTE Corporation (n.d) bahwa FTTX atau Fiber

    to the X merupakan istilah yang digunakan untuk beberapa arsitektur jaringan serat

    optik pada dunia telekomunikasi. Dengan menggunakan serat optik ini akan

    menjawab masalah keterbatasannya bandwidth dengan menggunakan jaringan kabel

    tembaga. Beberapa arsitektur jaringan serat optik yang ada adalah sebagai berikut:

  • 53

    2.6.1 FTTH ( Fiber To The Home)

    Gambar 2.31 Fiber To The Home

    Fiber To The Home merupakan arsitektur jaringan serat optik yang

    disalurkan hingga ke rumah-rumah. Di mana Optical Network Unit (ONU)

    dipasang dan ditempatkan di rumah-rumah dan untuk mengirimkan data-data

    ke ONU tiap tiap rumah maka digunakan splitter. Layanan yang sering

    digunakan pada arsitektur ini adalah VoIP, IPTV dan internet.

  • 54

    2.6.2 FTTB (Fiber To The Building)

    Gambar 2.32 Fiber To The Building

    FTTB atau Fiber To The Building adalah arsitektur di mana serat optik

    akan didistribusikan hingga ke gedung-gedung komersial. Biasanya ONU

    akan diletakkan pada ruangan telekomunikasi basement yang kemudian akan

    dihubungkan ke tempat pelanggan dengan menggunakan kabel tembaga

    indoor. Penggunaan splitter di sini digunakan untuk melayani beberapa client

    di beberapa lantai yang berbeda.

  • 55

    2.6.3 FTTC (Fiber To The Curb)

    Gambar 2.33 Fiber To The Curb

    Arsitektur Fiber To The Curb ini adalah arsitektur yang membawa

    akses serat optik sampai ke suatu curb di mana setiap curb tersebut berisi

    beberapa pelanggan, biasanya dari 8 hingga 24 pelanggan. Splitter akan

    dipasang di luar gedung atau di luar curb yang ada dan untuk ONU akan

    dipasang di dalam curb sehingga dapat melayani pelanggan yang ada.

    2.6.4 FTTN/FTTCab (Fiber To The Node/Neighborhood)

    Gambar 2.34 Fiber To The Node/Neighborhood

  • 56

    FTTN adalah salah satu arsitektur jaringan serat optik yang dibuat

    hingga pada node tertentu yang biasanya berupa kabinet berlokasi di pinggir

    jalan. Perbedaan nya dengan FTTC yaitu jarak antara titik pendistribusian

    dengan pelanggan pada FTTN lebih jauh dibandingkan FTTC, dan pelanggan

    yang dapat dilayani lebih banyak.

    2.7 Video Streaming

    Streaming adalah sebuah teknologi untuk memainkan file video atau audio

    baik secara langsung maupun pre-recorded dari sebuah server. Dengan kata lain,

    file video atau audio yang terletak pada sebuah server dapat secara langsung

    dijalankan pada komputer client sesaat setelah ada permintaan, sehingga proses

    download video atau audio yang menghabiskan waktu cukup lama dapat dihindari.

    Saat file video atau audio di-stream, maka akan terbentuk sebuah buffer di

    komputer client dan data video atau audio tersebut akan mulai di-download ke

    dalam buffer yang telah terbentuk pada komputer atau mesin client. Dalam waktu

    sepersekian detik, buffer telah terisi penuh dan secara otomatis data video atau

    audio akan dijalankan oleh sistem. Sistem akan membaca informasi dari buffer

    sambil tetap melakukan proses download data, sehingga proses streaming tetap

    berlangsung ke komputer client. (Septima, 2009)

    Konsep dasar dari video streaming adalah membagi paket video ke dalam

    beberapa bagian, kemudian mentransmisikan paket tersebut dan pada client dapat

    men-decode serta memainkan potongan paket file video tanpa harus menunggu

    seluruh file terkirim ke komputer penerima. Secara garis besar konsep dasar tersebut

    dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu :

  • 57

    1. Mempartisi atau membagi data video yang telah terkompresi ke dalam

    paket-paket data

    2. Pengiriman paket-paket data video

    3. Pihak client men-decode dan menjalankan video, walaupun paket yang

    berikutnya masih dalam proses pengiriman ke komputer client.

    (Akbar, 2010)

    Bisa dilihat pada gambar di bawah ini :

    Gambar 2.35 Proses Streaming

    Video streaming ini juga memiliki dua jenis layanan, yaitu On-Demand dan

    Live. Untuk layanan On-Demand, streaming dilakukan dengan menyiarkan file

    media yang telah disimpan atau direkam sebelumnya. Sedangkan layanan Live

    dilakukan secara langsung, dalam artian kejadian sedang berlangsung saat itu juga

    (real time), misalnya video conference.

    Media streaming memiliki beberapa manfaat diluar dari yang sudah terlihat

    pada kinerjanya, yaitu sebagai berikut :

  • 58

    Cost-effective method of communication, yaitu organisasi atau perusahan

    bisa menyimpan uang dari berkurangnya biaya untuk media distribusi.

    Faster time to market, yaitu dengan memproduksi video atau audio yang

    ditempatkan pada streaming server bisa lebih cepat untuk dipasarkan,

    daripada harus menggunakan media fisik (misalnya CD atau kaset)

    Create more options for communications, dalam hal ini media streaming

    merespon keinginan penonton untuk menyediakan channel dari media

    yang berbeda dan sebagai media komunikasi yang memberikan

    kesempatan bagus untuk mendekati penonton

    Tracking and profiling, yaitu ketika meng-klik link dari media streaming,

    informasi tentang yang di-klik tadi akan disimpan pada log server media

    streaming.

    (Follansbee, 2004)

    2.8 IP Multicast

    Beberapa aplikasi membutuhkan data yang dikirim dari pengirim ke

    beberapa penerima sekaligus. Sebagai contoh dari aplikasi ini berhubungan dengan

    media seperti audio dan video broadcast, info harga saham secara real-time dan

    aplikasi teleconference. Sebuah jasa di mana data dikirim dari suatu pengirim ke

    banyak penerima ini disebut dengan komunikasi multipoint atau multicast, dan

    aplikasi yang memerlukan multicast delivery service disebut dengan multicast

    applications.

  • 59

    Gambar 2.36 Perbandingan Konsep Unicast, Broadcast, dan Multicast

    Pada gambar 2.42 di atas secara sederhana membandingkan konsep multicast

    dengan jenis komunikasi lainya. Pada unicast atau komunikasi point-to-point, data

    dikirim ke satu host penerima, pada broadcast atau komunikasi one-to-all data

    ditransmisikan kesemua host penerima dalam satu lingkup tertentu. Sebagai contoh

    dalam satu jaringan LAN, maka semua host penerima berada dalam lingkup LAN

    tersebut. Multicast secara umum dapat dikatakan paduan dari unicast dan broadcast.

    Pada multicast, data ditransmisikan ke sekelompok host penerima yang sebelumnya

    telah ditentukan untuk dapat menerima data tersebut, atau disebut dengan multicast

    group atau host group.

    Pada prinsipnya. konsep multicast ini dapat diimplementasikan pada jaringan

    baik yang menggunakan unicast atau broadcast. Namun kedua solusi tersebut

    memiliki kekurangan. Pada solusi unicast ke multicast, pengirim mentransmisikan

    satu salinan data secara terpisah untuk masing-masing host dalam grup multicast.

    Hal ini memungkinkan untuk grup multicast yang ukurannya kecil, tetapi ketika

    jumlah host relatif besar, proses transmisi data yang sama secara beberapa kali

    memboroskan banyak sumber daya sehingga tidak efisien. Sedangkan pada solusi

    broadcast ke multicast, data dikirim ke semua host dalam sebuah jaringan, misalnya

  • 60

    host akan akan memutuskan data jika penerima bukan merupakan anggota dari grup

    multicast. Solusi ini dapat efektif bekerja ketika host dari grup multicast terletak

    pada jarigan LAN yang sama dan LAN mendukung transmisi secara broadcast.

    Membuat pengiriman multicast secara efisien dalam jaringan paket switching

    memerlukan seluruh rangkaian protokol baru dan mekanisme pada lapisan jaringan.

    Pertama, alamat multicast harus tersedia yang dapat menunjuk grup multicast

    sebagai yang dituju dari datagram. Kedua, harus ada mekanisme yang

    memungkinkan host untuk bergabung dan meninggalkan grup multicast. Ketiga,

    adanya kebutuhan untuk protokol routing multicast untuk mengatur jalurnya,

    disebut distribution tree, dari pengirim kepada anggota dari grup multicast. Hal-hal

    yang berkaitan dengan pengaturan distribution tree multicast disebut sebagai

    routing multicast.

    Gambar 2.37 Pengiriman Secara Multicast dalam Jaringan IP

  • 61

    IP multicast melibatkan baik host dan router. Dalam IPv4 support IP

    multicast bersifat opsional, tetapi hampir semua host dan router men-support

    multicast. Host yang merupakan anggota dari grup multicast saling bertukar

    Internet Group Management Protocol (IGMP) messages dengan router. Router

    melakukan dua proses utama dalam IP multicast, yaitu multicast routing dan

    multicast forwarding. Multicast routing membuat distribution tree untuk suatu grup

    multicast dengan mengatur isi dari tabel routing multicast. Dalam multicast, tabel

    routing dapat terdaftar beberapa alamat hop berikutnya untuk entri tabel routing.

    Seperti dalam unicast, forwarding mengacu pada pengolahan datagram yang masuk,

    lookup tabel routing, dan transmisi pada interface keluar. Ketika sebuah paket

    multicast tiba di router, router melakukan lookup di tabel routing multicast untuk

    entri yang cocok. Router meneruskan satu salinan paket ke setiap alamat hop

    berikutnya dalam pencocokan entri tabel routing. (Communication Group, n.d)

    Pengalamatan IP multicast ditentukan pada alamat IP kelas D oleh Internet

    Assigned Number Authority (IANA). Pengalamatan ini dinotasikan dengan prefix

    biner 1110 pada empat bit di oktet pertama. Rentang alamat untuk IP multicast

    mulai dari 224.0.0.0 sampai dengan 239.255.255.255, bisa dilihat pada gambar di

    bawah ini:

    Gambar 2.38 Alamat Kelas D

    (Williamson, 2000)

  • 62

    Salah satu fitur yang menonjol dari IP multicast adalah penggunaan

    kelompok alamat IP bukan alamat IP tujuan. Sebuah kelompok multicast terdiri dari

    nomor host yang berpartisipasi dan teridentifikasi dalam alamat kelompok, di mana

    partisipannya bisa dari lokasi geografis yang berbeda.

    Alamat IP multicast berbeda dengan alamat IP unicast yang membagi field

    alamatnya dalam tiga sub-field (network ID, subnet ID, dan host ID), tetapi

    beberapa segmen dari kelas D adalah well-known atau reserved. Misalnya alamat

    dari 224.0.0.0 sampai 224.0.0.225 digunakan untuk mengontrol jaringan lokal,

    alamat 224.0.1.0 sampai 224.0.1.255 digunakan untuk mengontrol internetwork.

    (Panwar, Mao, Ryo dan Li, 2004)

    Tabel 2.4 Link Local Alamat Multicast

  • 63

    Penggunaan atau aplikasi dari IP multicast saat ini berkembang pesat dalam

    perusahaan-perusahaan berbasis jaringan. Microsoft NetShow dan NetMeeting

    merupakan aplikasi yang biasa digunakan untuk melakukan voice atau video

    streaming. Protokol yang biasa digunakan untuk multicast antara client dan server

    adalah IGMP (Internet Group Management Protocol). Dengan IGMP ini, multicast

    yang tersedia berada pada subnet dengan client yang terkonfigurasi.

    (Palmatier, Lyons, dan Thurston, 2001)

  • 64

    2.9 VLAN (Virtual Local Area Network)

    Gambar 2.39 VLAN

    VLAN atau Virtual Local Area Network merupakan pengembangan dari

    LAN di mana VLAN merupakan kelompok perangkat yang terletak pada LAN tetapi

    sudah dikonfigurasi menggunakan perangkat lunak manajemen sehingga perangkat

    tersebut dapat berkomunikasi tanpa harus menuruti lokasi fisik dari perangkat karena

    VLAN didasarkan pada logikal bukan didasarkan pada koneksi fisikal. VLAN dapat

    dibuat dengan pengelompokkan berdasarkan keinginan kita seperti departemen dan

    sebagainya tanpa terpengaruh oleh lokasi fisik dari perangkat. Dengan penggunaan

    VLAN dapat meningkatkan kinerja jaringan secara keseluruhan dan penggunaan

    VLAN dapat dengan mudah jika terjadi perubahan, pemindahan atau penambahan

    suatu perangkat karena VLAN bersifat yang logikal. VLAN diciptakan melalui

    konfigurasi dari perangkat switch dan paket broadcast tidak akan mendapat VLAN

    lainnya karena tiap VLAN merupakan broadcast domainnya tersendiri. Broadcast

  • 65

    domain merupakan pengelompokkan layer 3, sehingga diperlukan perangkat router

    untuk mem-forward traffic antar VLAN.

    (cnap.binus.ac.id - CCNA 3 v4.0, 2011)

    2.9.1 Cara Kerja VLAN

    VLAN diklasifikasi dapat menggunakan MAC address-based, port-based

    dan protokol-based. Untuk MAC address-based mengklasifikasi VLAN

    berdasarkan MAC address, untuk port-based di mana VLAN dibagi

    berdasarkan port sedangkan untuk protocol-based berdasarkan protokol layer 3

    yaitu IP address. Semua informasi yang mengandung tagging VLAN akan

    disimpan dalam suatu database jika tag-nya berdasarkan port yang digunakan

    maka database harus mengindikasi port-port yang digunakan oleh VLAN

    untuk mengindikasi port tersebut maka digunakan perangkat switch yang

    manageable sehingga dengan perangkat inilah dapat melakukan konfigurasi

    suatu VLAN dan menyimpan semua informasi-informasi tersebut. Secara garis

    besar VLAN dibagi atas end-to-end VLAN dan geografis VLAN.

    Jaringan end-to-end VLAN mempunyai karakteristik sebagai berikut :

    Keanggotaan VLAN suatu pengguna tergantung dari departemen itu sendiri.

    Setiap VLAN mempunyai set keamanan yang sama untuk tiap pengguna.

    Keanggotaan VLAN tidak berubah-ubah walaupun pengguna berpindah

    lokasi secara geografis.

  • 66

    Semua anggota VLAN mempunyai pola traffic flow 80/20 (80% traffic

    berada pada VLAN lokal dan 20% keluar dari VLAN lokal yang sama).

    Jaringan geografis VLAN mempunyai karakteristik sebagai berikut :

    Keanggotaan VLAN berdasarkan lokasi pengguna.

    Biasanya mempunyai traffic flow 20/80 (20% traffic berada pada VLAN

    lokal dan 80% keluar dari VLAN lokal).

    (cnap.binus.ac.id - CCNA 3 v4.0, 2011)

    2.9.2 Keuntungan dari VLAN

    Manfaat utama dari penggunaan VLAN pada suatu jaringan adalah

    sebagai berikut (cnap.binus.ac.id - CCNA 3 v4.0, 2011) :

    1. Security

    Dengan pengelompokan VLAN dapat membatasi pengguna yang bisa

    mengakses suatu data sehingga dapat memungkinkan terkontrolnya

    keamanan data dalam tiap-tiap departemen.

    2. Cost reduction

    Dapat mengurangi biaya yang akan dikeluarkan jika terdapat penambahan

    jaringan dan lebih efisien dalam pemakaian bandwidth dan uplinks.

    3. Higher performance

    Memisahkan jaringan layer 2 ke dalam berbagai logical workgroups

    (broadcast domains) yang dapat mengurangi traffic data yang tidak

    diperlukan dan meningkatkan performa jaringan.

    4. Broadcast strom mitigation

  • 67

    Dengan penerapan VLAN maka dapat mengurangi jumlah perangkat yang

    turut serta dalam sebuah broadcast strom.

    5. Improved IT staff effeciency

    VLAN membuat lebih mudah untuk mengelola suatu jaringan dan

    konfigurasi VLAN dapat langsung tersebar apabila ada sebuah switch baru

    yang terhubung ke dalam jaringan tersebut sehingga hal tersebut dapat

    memudahkan IT staff dalam mengindentifikasikan fungsi dari VLAN

    dengan pemberian nama yang sesuai pada VLAN

    6. Simpler project or application management

    Dengan pemanfaatan VLAN ini tidak dibatasi oleh letak geografis

    sehingga tiap departemen dapat berkomunikasi walaupun jarak yang jauh

    dengan VLAN ID yang sama. Sehingga dapat dengan mudah mengelola

    seuatu proyek atau pekerja.

    2.9.3 VLAN ID Range

    VLAN akses dibagi menjadi dua yaitu normal range VLANs dan

    extended range VLANs (cnap.binus.ac.id - CCNA 3 v4.0, 2011).

    Normal Range VLAN :

    Digunakan dalam bisnis kecil dan menengah dan jaringan perusahaan

    VLAN ID antara 1 sampai dengan 1005

    Untuk VLAN ID 1002 -1005 telah digunakan untuk token ring dan FDDI

    VLANs

  • 68

    VLAN ID 1 dan 1002 hingga 1005 akan otomatis dibuat dan tidak dapat

    dihapus.

    Konfigurasi yang disimpan dalam file database VLAN, yang disebut

    vlan.dat. File vlan.dat terletak di memori flash dari switch.

    Extended Range VLANs :

    Menyediakan layanan untuk memperluas infrastruktur ke sejumlah

    pelanggan dan beberapa perusahaan global dapat memperpanjang VLAN

    ID

    VLAN ID antara 1006 sampai dengan hingga 4094

    Disimpan di dalam running configuration file.

    VTP tidak mempelajari extended range VLANs

    2.9.4 Tipe VLANs

    Berikut ini adalah beberapa terminologi di dalam VLAN yaitu VLAN

    data, native VLAN, VLAN manajemen, dan VLAN voice.

    (cnap.binus.ac.id - CCNA 3 v4.0, 2011).

    1. VLAN Data

    VLAN data merupakan VLAN yang dikonfigurasikan untuk membawa

    data-data yang dipakai oleh pengguna yang akan dipisahkan dengan

    traffic data, suara, ataupun dengan manajemen switch. VLAN data sering

    kali disebut sebagai User VLAN.

  • 69

    2. VLAN Default

    Semua port pada switch pada umumnya menjadi anggota VLAN default

    yaitu VLAN 1 di mana tidak dapat diberi nama maupun dihapus sehingga

    semua port pada switch tersebut merupakan bagian dari broadcast

    domain yang sama.

    3. Native VLAN

    Native VLAN dikeluarkan untuk port trunking 802.1Q di mana port

    trunking 802.1Q tersebut mendukung traffic jaringan yang data dari

    banyak VLAN (tagged traffic) sama baiknya dengan yang data dari

    sebuah VLAN (untagged traffic). Untuk port trunking 802.1Q ini

    menempatkan untagged traffic pada native VLAN. Native VLANs

    ditetapkan dalam spesifikasi IEEE 802.1Q untuk menjaga kompatibilitas

    4. VLAN Manajemen

    VLAN manajemen merupakan VLAN yang dikonfigurasi untuk

    mengatur perangkat switch. Secara default, VLAN 1 akan bekerja sebagai

    VLAN manajemen dan kita dapat memberikan IP address dan subnet

    mask pada VLAN manajemen sehingga perangkat switch tersebut dapat

    dikonfigurasi atau dikelola melalui HTTP maupun Telnet.

    5. VLAN Voice

    VLAN ini dapat mendukung Voice over IP atau VoIP di mana VLAN

    yang ditugaskan khusus untuk komunikasi data suara. Untuk traffic VoIP

    membutukan yaitu bandwidth untuk memastikan kualitas suara,

    kemampuan untuk diteruskan pada jaringan yang padat dan delay kurang

    dari 150 ms untuk melewati jaringan.

  • 70

    2.9.5 VLAN Trunking

    Gambar 2.40 VLAN Trunking

    Trunking adalah sebuah hubungan (link) point-to-point antara satu atau

    lebih Ethernet switch interface dengan device lainnya. Dengan adanya trunking

    dapat menghemat port yang dipakai ketika sebuah link antara dua device yang

    mengimplementasikan VLAN yang telah dibuat. Trunking ini menggunakan

    protocol IEEE 802.1Q agar dapat saling berkomunikasi pada interface gigabit

    Ethernet dan fast Ethernet sehingga dengan VLAN trunking dapat

    memungkinkan pertukaran data dalam seluruh jaringan. Sebuah VLAN

    trunking bukan memiliki suatu VLAN tertentu melainkan merupakan saluran

    untuk VLAN antara switch maupun router.

    Trunking protocol dikembangkan untuk mengatur perpindahan frame

    dari suatu VLAN yang berbeda pada sebuah link fisik tunggal secara efektif.

    Ada dua tipe mekanisme trunking yaitu sebagai berikut:

  • 71

    1. Frame Filtering

    Pada frame filtering ini sebuah tabel filtering dibangun untuk tiap

    perangkat switch di mana switch tersebut saling berbagai informasi tabel

    address. Saat switch menerima sebuah paket frame maka switch akan

    melakukan perbandingan alamat frame yang diterima dengan alamat yang

    ada pada tabel filtering. Perangkat switch hanya bekerja sampai pada layer

    2 dan hanya menggunakan informasi header dari Ethernet frame untuk

    meneruskan paket dan didalam paket tersebut tidak terdapat informasi

    mengenai dari VLAN mana paket tersebut berasal.

    2. Frame Tagging

    Pada frame tagging telah menggunakan standar mekanisme trunking

    oleh IEEE di mana trunking protocol yang menggunakan frame tagging

    akan mempercepat pengiriman frame dan mempermudah dalam

    pengaturan. Link fisik yang unik antara dua perangkat switch mampu

    membawa traffic untuk semua VLAN. Untuk mencapai hal ini, maka

    setiap frame yang dikirim pada link diberikan tag untuk

    mengidentifikasikan frame tersebut milik VLAN yang mana. Untuk frame

    tagging pada VLAN akan secara khusus dikembangkan untuk komunikasi

    pada switched network. Frame tagging akan menempatkan identifier pada

    header tiap framenya

    (cnap.binus.ac.id - CCNA 3 v4.0, 2011)