2012 06 Wantimpres Surabaya

37
SISTEM KENEGARAAN PANCASILA-UUD PROKLAMASI 45 KEUNGGULAN DAN INTEGRITAS IDEOLOGI NASIONAL PANCASILA (DALAM TANTANGAN NEO LIBERALISME-POSTMODERNISME DAN NEO KOMUNISME) disusun dan disajikan oleh Mohammad Noor Syam (Guru Besar Emeritus UM) (Sebagai Bahan Pemikiran dan Pertimbangan Menetapkan Kebijakan Nasional NKRI) dalam Dialog dengan Dewan Pertimbangan Presiden 7 Juni 2012 di Surabaya

Transcript of 2012 06 Wantimpres Surabaya

Page 1: 2012 06 Wantimpres Surabaya

SISTEM KENEGARAAN PANCASILA-UUD PROKLAMASI 45KEUNGGULAN DAN INTEGRITAS IDEOLOGI NASIONAL PANCASILA

(DALAM TANTANGAN NEO LIBERALISME-POSTMODERNISME DAN NEO KOMUNISME)

disusun dan disajikan oleh

Mohammad Noor Syam(Guru Besar Emeritus UM)

(Sebagai Bahan Pemikiran dan Pertimbangan MenetapkanKebijakan Nasional NKRI)

dalam

Dialog dengan Dewan Pertimbangan Presiden7 Juni 2012 di Surabaya

LABORATORIUM PANCASILAUNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)

2012

Page 2: 2012 06 Wantimpres Surabaya

SISTEM KENEGARAAN PANCASILA-UUD PROKLAMASI 45KEUNGGULAN DAN INTEGRITAS IDEOLOGI NASIONAL PANCASILA

(DALAM TANTANGAN NEO LIBERALISME-POSTMODERNISME DAN NEO KOMUNISME)*

Dinamika Sejarah Nasional Indonesia berpuncak dengan Proklamasi 45 dengan Integritas NKRI sebagai Sistem Kenegaraan Pancaila-UUD Proklamasi 45. Sejak itu pula tantangan nasional terus mengancam: mulai RMS, PKI Madiun 48; RIS 1949 sampai RI Sementara 1950. Jawaban Presiden berpuncak dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959…; ternyata juga bencana nasional (tragedi nasional) G30S/PKI Oktober 1965!

Dinamika ini juga disertai gerakan separatisme dari kelompok ekstrem dengan berbagai pemberontakan-pemberontakan daerah seperti: RMS, GAM, DI/TII! Secara fundamental yang paling mengancam Integritas Sistem Kenegaraan Pancaila-UUD Proklamasi 45 adalah gerakan separatisme ideologi (non-Pancasila, anti-Pancasila); terutama: Ideologi Marxisme-Komunisme-Atheisme! Juga adanya gerakan makar DI dan TII – NII.

Sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat, dan bermartabat Pancasila adalah kewajiban moral dan konstitusional semua Kelembagaan Negara, bersatu padu dengan semua rakyat Indonesia untuk menghadapi tantangan yang mengancam integritas martabat Negara Pancasila Indonesia Raya.

Pada prinsipnya adalah kewajiban moral nasional setiap warganegara Indonesia untuk senantiasa membela Integritas Sistem Kenegaraan Pancaila-UUD Proklamasi 45 sebagai perwujudan integritas dan martabat nasional Indonesia Raya!

Sejak menjelang Reformasi… sampai sekarang kekuatan separatisme-ideologi–terutama PKI/Neo-PKI—dengan segala cara terus “berjuang” untuk “membayar” dendam politik atas kegagalannya (‘48 dan ‘65) dengan berbagai cara untuk mencapai tujuan ideologi mereka! Sikap dan gerakan mereka dapat kami maknai sebagai gerakan makar dan pernyataan perang—yang secara licik terus mereka lakukan—sesuai dengan dogma dan doktrin ideologi politiknya melalui revolusi yang berasas: Tujuan menghalalkan semua cara!

I. LATAR BELAKANG DAN KEUNGGULAN INDONESIA RAYABudaya dan peradaban umat manusia berawal dan berpuncak dengan nilai-nilai filsafat yang

dikembangkan dan ditegakkan sebagai sistem ideologi. Maknanya nilai filsafat sebagai jangkauan tertinggi pemikiran untuk menemukan hakekat kebenaran (kebenaran hakiki; karenanya dijadikan filsafat hidup, pandangan hidup, Weltanschauung); sekaligus memancarkan jiwa bangsa (Volksgeist), jatidiri bangsa dan martabat nasional!.

Nilai-nilai fundamental filosofis-ideologis berfungsi sebagai asas moral nasional (Grundnorm); sebagai sumber cita nasional dan sumber dari segala sumber hukum nasional!

Secara normatif dan fungsional, kesetiaan dan kebanggaan nasional warganegara atas Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 sebagai fungsi sistem ideologi nasional menentukan integritas kemerdekaan, kedaulatan dan martabat nasional!

Sesungguhnya Bangsa Indonesia Raya yang diwakili oleh PPKI mengakui berbagai keunggulan Indonesia sebagaimana tersurat dan tersirat dalam Pembukaan UUD Proklamasi 45, alinea 3 dan 4! Tantangan nasional, terutama Kelembagaan Negara (Presiden, MPR, DPR, MA, MK, DPD, dan BPK) menunaikan dan membudayakan nilai fundamental yang diamanatkan dalam Pembukaan UUD Proklamasi 45 ini demi integritas dan martabat nasional, lebih-lebih tanggung jawab moral bangsa Ke hadapan Allah Yang Maha Kuasa—sebagai terjabar dalam Batang Tubuh UUD Proklamasi 45 untuk ditegakkan sebagaimana mestinya!—.

Tantangan ini makin mendesak dengan keprihatinan nasional atas fenomena praktik budaya dan moral sosial-politik dalam Era Reformasi yang lebih memuja liberalisme dan neo-lib (= kebebasan); atas nama demokrasi (=demokrasi liberal, ekonomi liberal); transparansi (=keterbukaan), atas nama HAM (= HAM Individualisme). Sesungguhnya semuanya menjadi semu; dalam makna

* ) Makalah disajikan dalam Dialog dengan Dewan Pertimbangan Presiden 7 Juni 2012 di Surabaya

MNS, Lab. Pancasila UM, 20121

Page 3: 2012 06 Wantimpres Surabaya

bahwa demokrasi bukan hanya liberal dan super-mahal; melainkan lebih dominan praktik oligarchy, plutocracy dan anarchism! Semua bermuara dan mengancam integritas Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45; bahkan integritas dan martabat manusia (Pancasilais) Indonesia Raya sebagai subyek penegak Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45.

A. Potensi dan Keunggulan Natural Kita bangsa Indonesia wajib bersyukur dan bangga atas berkat rahmat Allah Yang

Maha Kuasa bahwa bangsa dan NKRI diberkati dengan berbagai keunggulan potensial (sebagai keunggulan natural dan kultural), sebagai modal dasar nasional, terutama:1. Keunggulan natural (alamiah): nusantara Indonesia amat luas (15 juta km2, 3 juta km2 daratan +

12 juta km2 lautan, dalam gugusan 17.584 pulau); dengan Asas Wawasan Nusantara berlakunya ZEE 200 mil dari batas pulau terluar. Nusantara amat subur dan nyaman iklimnya; amat kaya sumber daya alam (SDA); amat strategis posisi geopolitiknya. Kekayaan SDA alam khatulistiwa (berwujud: energi matahari) terbesar, sebagai sumber energi masa depan! Juga SDA alam tropis (hutan tropis) sebagai paru-paru dunia, sumber O2 demi kehidupan dan kesehatan umat manusia!

2. SDA kelautan sebagai negara bahari (maritim, kelautan) di silang benua dan samudera sebagai transpolitik-ekonomi dan kultural postmodernisme dan masa depan. SDA kelautan dengan sumber protein hewani (ikan) menjadi sumber gizi dan energi umat manusia yang tidak ternilai!

3. Keunggulan kuantitas-kualitas manusia (SDM) sebagai rakyat dan bangsa; merupakan asset primer nasional: 238 juta (Sensus Nasional 2010) dengan karakteristika dan jatidiri yang diwarisinya sebagai bangsa pejuang (ksatria)…… ---silahkan dievaluasi bagaimana identitas dan kondisi kita sekarang!—dalam era reformasi.

4. Keunggulan sosiokultural dengan puncak nilai filsafat hidup bangsa (terkenal sebagai filsafat Pancasila) yang merupakan jatidiri nasional, jiwa bangsa, asas kerokhanian negara dan sumber cita nasional sekaligus identitas dan integritas nasional.

5. Keunggulan historis; bahwa bangsa Indonesia memiliki sejarah keemasan: kejayaan negara Sriwijaya (abad VII - XI); dan kejayaan negara Majapahit (abad XIII - XVI) dengan wilayah kekuasaan kedaulatan geopolitik melebihi NKRI sekarang (dari Taiwan sampai Madagaskar). Dengan nilai warisan filsafat Pancasila sebagai sari dan puncak budaya luhur dan peradaban Indonesia Raya.

B. Keunggulan SDM dan Sejarah Nasional Indonesia RayaSejak Abad IV – XVI, sesungguhnya Nusantara Indonesia mengalami dinamika budaya dan

peradaban; berpuncak dengan zaman keemasan: Sriwijaya dan Majapahit. Secara historis dapat dihayati dalam skema berikut.

Ajaran dan nilai filsafat amat mempengaruhi pikiran, budaya dan peradaban lebih-lebih moral umat manusia!. Semua sistem kenegaraan ditegakkan berdasarkan ajaran atau sistem filsafat yang mereka anut (sebagai dasar negara, ideologi negara). Dalam dinamika berbagai negara modern mempromosikan keunggulan masing-masing, dan terus memperjuangkan supremasi ideologi dalam fungsi sistem kenegaraannya: theokratisme, zionisme, liberalisme-kapitalisme, marxisme-komunisme-atheisme; sosialisme, naziisme-fascisme, fundamentalisme. Juga negara berdasarkan (nilai ajaran) agama: negara Islam… termasuk sistem ideologi Pancasila (=sistem kenegaraan Pancasila sebagai terjabar dalam UUD Proklamasi 45). Bangsa Indonesia menegakkan Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 sebagai aktualisasi filsafat hidup (Weltsanschauung dan Volksgeist) yang diwariskan sosio-budaya Indonesia Raya dan diamanatkan oleh PPKI sebagai Pendiri Negara!.

MNS, Lab. Pancasila UM, 20122

Page 4: 2012 06 Wantimpres Surabaya

INTEGRITAS WAWASAN NASIONAL DALAM NKRI

RAKYAT INDONESIA SEBAGAI BANGSA DAN SDM INDONESIANUSANTARA INDONESIA RAYA

DALAM DINAMIKA GLOBALISASI–LIBERALISASI–POSTMODERNISME(MNS, 2007)

Skema 1

Skema ini melukiskan bagaimana integritas nasional Indonesia dalam sejarah budaya dan peradaban nasional dan internasional. Data sejarah menunjukkan kesadaran kebangsaan (wawasan nasional) telah berkembang sejak Sriwijaya dan Majapahit ---yang wilayah kedaulatannya melampaui kedaulatan geopolitik NKRI--- sebagai nampak sampai dalam dinamika era globalisasi – liberalisasi – postmodernisme yang menggoda dan melanda.........

Runtuhnya Majapahit ---akibat konflik internal nasional--- maka era kolonialisme-imperialisme 1596 – 1945 telah menindas semua potensi nasional Indonesia. Namun, kita tetap bersyukur dan bangga sebagai bukti bangsa besar yang mewarisi jiwa patriotisme, ksatria dan heroisme dengan bangkitnya perang kemerdekaan nasional di seluruh nusantara. Artinya, kesadaran nasional senantiasa hidup dalam semangat ksatria dan kemandirian merebut kemerdekaan.

Puncak dari kejayaan nasional mengalami degradasi sejak runtuhnya Majapahit. Mulai 1511 imperialisme Barat mulai memasuki Nusantara Indonesia; berlanjut dengan memasuki Indonesia Timur (Halmahera: 1522 – 1570). “Akhirnya”, pada 1596 kolonialisme-imperialisme Belanda menduduki Jayakarta—sejak itulah kolonialisme-imperialisme menguasai Indonesia Raya—sampai Indonesia Raya merdeka (berkat perjuangan dan pengorbanan yang panjang) Indonesia merdeka 17 Agustus 1945…

Tahapan perjuangan kemerdekaan nasional terekam mulai Kebangkitan Nasional 1908, dimantapkan dan dikukuhkan dengan Sumpah Pemuda 1928; kemudian berpuncak dengan Proklamasi 17 Agustus 1945. Berkat tekad perjuangan: merdeka atau mati ---yang dijiwai moral Pancasila dan harga diri bangsa--- Indonesia Raya merdeka dan berdaulat dalam NKRI berdasarkan Pancasila – UUD 45. (Perhatikan skema 1 di atas sebagai representasi integritas wawasan nasional dan negara Indonesia/NKRI).

MNS, Lab. Pancasila UM, 20123

MAJAPAHIT XIII – XVISRIWIJAYA VII – XI

NKRI

NEGARA PROKLAMASIAGUSTUS 1945

NKRI Sebagai Sistem Kenegaraan Pancasila dengan Sistem Demokrasi Pancasila

Era Reformasi: NKRI Sebagai Negara Otoda (= federal) dengan demokrasi liberal

Sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia

Kejayaan dan Keemasan Indonesia Raya

UUD Proklamasi

1945

UUD 1945Amandemen I – IV

20 MEI '08 DAN 28 OKT '28

XVI – XX (1596 – 1945)KOLONIALISME- IMPERIALISME

=

=

T A R U M A N A G A R A ; ......... K U T A I

Page 5: 2012 06 Wantimpres Surabaya

Puncak perjuangan dan pengorbanan para pahlawan, melalui Proklamasi 17 Agustus 1945 Indonesia Raya menyatakan kemerdekaan, berwujud NKRI sebagai Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45. Sistem kenegaraan ini memancarkan kesadaran integritas dan martabat nasional sebagai terjabar dalam sistem negara bangsa (nation state) yang optimal dan final. NKRI inilah rumah tangga bangsa dalam asas kekeluargaan yang menjamin kerukunan, kejayaan dalam keadilan.

Dalam abad modern, bangsa-bangsa tegak dalam berbagai sistem kenegaraan yang beridentitas sistem ideologi nasional masing-masing; sistem ideologi nasional ditegakkan sebagai sistem kenegaraan yang oleh setiap bangsa dipercaya sebagai sistem yang terbaik dan terunggul—sebagaimana mereka meyakini filsafat hidupnya (Weltanschauung yang menjiwai bangsa atau sebagai Volksgeist / jati diri nasional—karenanya terus diperjuangkan sebagai martabat bangsa! Perjuangan demikian diakui sebagai strategi politik supremasi ideologi yang melahirkan dinamika, bahkan perjuangan merebut dominasi antar bangsa! Tantangan demikian terus memuncak dalam abad XXI, terutama melalui dinamika globalisasi-liberalisasi dan postmodernisme.

Kondisi politik internasional setelah runtuhnya Negara adidaya Unie Soviet pasca reformasi (glasnost dan perestroika) oleh Michail Gorbachev, maka USA tampil sebagai negara super power dan panglima ideologi liberalisme-kapitalisme. Berdasarkan kondisi demikian rekayasa neoimperialisme yang dicita-citakan mereka sejak 1947, makin ditingkatkan dalam wujud perjuangan supremasi ideologi liberalisme-kapitalisme yang berwatak neo-supraimperialisme.

II. KEUNGGULAN NILAI SISTEM FILSAFAT DAN IDEOLOGI PANCASILASesungguhnya nilai ajaran filsafat telah berkembang, terutama di wilayah Timur Tengah sejak

sekitar 6000 – 600 sM; juga di Mesir dan sekitar sungai Tigris dan Eufrat sekitar 5000 – 1000 sM; daerah Palestina/Israel sebagai doktrine Yahudi sekitar 4000 – 1000 sM. Juga di India sekitar 3000 – 1000 sM, sebagaimana juga di Cina sekitar 3000 – 500 sM (Radhakrishnan, et al. 1953: 11-15; dan Avey 1961: 3-7).

Nilai filsafat berwujud kebenaran sedalam-dalamnya, bersifat fundamental, universal dan hakiki; karenanya dijadikan filsafat hidup oleh pemikir dan penganutnya.

Sedangkan pemikiran filsafat yang dianggap tertua di Eropa (Yunani) baru berkembang sekitar 650 sM. Jadi, pemikiran filsafat tertua bersumber dari wilayah Timur Tengah; sinergis dengan ajaran nilai religious. Fenomena demikian merupakan data sejarah budaya sebagai peradaban monumental, karena Timur Tengah diakui sebagai pusat berkembangnya ajaran agama supranatural (agama wahyu, revealation religions). Kita juga maklum, bahwa semua Nabi/Rasul berasal dari wilayah Timur Tengah (Yahudi, Kristen dan Islam). Berdasarkan data demikian kita percaya bahwa nilai filsafat sinergis dengan nilai-nilai theisme religious. Karena itu pula, kami menyatakan bahwa Sistem Filsafat Timur Tengah dianggap sebagai sumur madu peradaban umat manusia karena kualitas dan integritas intrinsiknya yang fundamental-universal theisme religious. Demikianlah kita mewarisi dan menikmati Sistem Filsafat Pancasila sebagai bagian Sistem Filsafat Timur yang sinergis dan dijiwai nilai-nilai supra-natural sebagaimana diakui sejarah filsafat di atas!

A. Sistem Filsafat Pancasila sebagai Asas Kerokhanian Bangsa dan Negara Indonesia RayaAjaran Sistem Filsafat Pancasila memberikan kedudukan yang tinggi dan mulia atas

martabat manusia, sebagai pancaran asas moral (sila I dan II); karenanya ajaran HAM berdasarkan Filsafat Pancasila yang bersumber asas normatif theisme-religious, secara fundamental sbb:

1. Bahwa HAM adalah karunia dan anugerah Maha Pencipta (sila I dan II: hidup, kemerdekaan dan hak milik/rezki); sekaligus amanat untuk dinikmati, diabdikan dan disyukuri oleh umat manusia.

2. Bahwa menegakkan HAM senantiasa berdasarkan asas keseimbangan dengan kewajiban asasi manusia (KAM). Artinya, HAM akan tegak hanya berkat (umat) manusia menunaikan KAM sebagai amanat kodrati Maha Pencipta.

3. Kewajiban asasi manusia (KAM) berdasarkan filsafat Pancasila, ialah:

MNS, Lab. Pancasila UM, 20124

Page 6: 2012 06 Wantimpres Surabaya

a. Manusia wajib mengakui sumber (HAM: life, liberty, property) adalah Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Pencipta (sila I).

b. Manusia wajib mengakui dan menerima Kedaulatan Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta atas semesta, termasuk atas nasib dan takdir manusia; dan

c. Manusia wajib berterima kasih dan berkhidmat kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas anugerah dan amanat yang dipercayakan kepada umat manusia sebagai subyek unggul bermartabat; dan kepribadian manusia terikat dengan hukum alam dan hukum moral!.

Tegaknya ajaran HAM ditentukan oleh tegaknya asas keseimbangan HAM dan KAM; sekaligus sebagai derajat (kualitas) moral dan martabat manusia!.

Sebagai manusia percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, kita juga bersyukur atas potensi jasmani-rokhani, dan martabat unggul, agung dan mulia manusia berkat anugerah kerokhaniannya ---sebagai terpancar dari akal-budinuraninya--- sebagai subyek budaya (termasuk subyek hukum) dan subyek moral. (M. Noor Syam 2007: 147-160)

Berdasarkan ajaran suatu sistem filsafat, maka wawasan manusia (termasuk wawasan nasional) atas martabat manusia, menetapkan bagaimana sistem kenegaraan ditegakkan; sebagaimana bangsa Indonesia menetapkan NKRI sebagai negara berkedaulatan rakyat (sistem demokrasi) dan negara hukum (Rechtsstaat). Asas-asas fundamental ini memancarkan identitas, integritas dan keunggulan sistem kenegaraan RI (berdasarkan) Pancasila – UUD 45, sebagai Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45.

Ajaran luhur Filsafat Pancasila memancarkan identitas martabatnya sebagai sistem filsafat theisme-religious sebagai integritas keunggulan dari Sistem Filsafat Timur umumnya—karena sesuai dengan potensi martabat dan integritas kepribadian manusia!—.

Jadi sesungguhnya, bagaimana sistem kenegaraan bangsa itu, ialah jabaran dan praktek dari ajaran sistem filsafat dan atau sistem ideologi nasionalnya masing-masing. Berdasarkan asas demikian, kami dengan mantap menyatakan NKRI sebagai sistem kenegaraan Pancasila, dan terjabar (pedoman penyelenggaraanya) dalam UUD Proklamasi 45—yang orisinal, bukan menyimpang sebagai “terjemahan” era reformasi yang menjadi UUD 2002—yang kita rasakan amat sarat kontroversial, degradasi, wawasan nasional bahkan mental dan moral (!) sebagai akibat budaya neo-liberalisme (sekulerisme, pragmatisme, materialism/ kapitalisme dan individualisme!) Tantangan atas moral nasional bahkan moral agama rakyat Indonesia wajib kita hadapi dengan meningkatkan Pembudayaan nilai Dasar Negara Pancasila dan Pendidikan Ketuhanan Yang Maha Esa (Pendidikan Agama); demi moral dan martabat SDM sebagai subyek penegak moral Pancasila yang dijiwai asas theisme-religious.

B. Sistem Filsafat Pancasila dalam Integritas Keunggulan Filosofis-Ideologis dan Konstitusional

Keunggulan Sistem Filsafat Pancasila sebagai sistem ideologi negara (ideologi nasional) terjabar dalam UUD Proklamasi 45 dalam Sistem Kenegaraan Pancasila UUD Proklamasi 45 yang memancarkan keunggulan berikut:

MNS, Lab. Pancasila UM, 20125

Page 7: 2012 06 Wantimpres Surabaya

Sistem Filsafat Pancasila sebagai ideologi negara terpancar dalam Integritas Keunggulan Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45; terjabar dalam asas konstitusional UUD Proklamasi 45, sebagai keunggulan dalam perwujudan:1. NKRI sebagai negara berkedaulatan rakyat (demokrasi);2. NKRI sebagai negara hukum (Rechtsstaat/Legal State);3. NKRI sebagai negara bangsa (Nation State);4. NKRI sebagai negara berasas kekeluargaan (paham persatuan, wawasan nasional dan wawasan

nusantara);5. NKRI menegakkan sistem kenegaraan berdasarkan UUD Proklamasi 45 yang memancarkan asas

konstitusionalisme melalui tatanan kelembagaan dan kepemimpinan nasional dengan identitas Indonesia, dengan asas budaya dan asas moral filsafat Pancasila yang memancarkan identitas martabatnya sebagai sistem filsafat theisme-religious. Asas demikian memancarkan keunggulan sistem filsafat Pancasila (sebagai bagian dari Sistem Filsafat Timur yang bermartabat theisme-religious) dalam menghadapi tantangan dan godaan masa depan: neo-liberalisme, neo-kapitalisme dan neo-imperialisme serta neo-PKI (marxisme-komunisme-atheisme) dalam pascamodernisme yang menggoda dan melanda bangsa-bangsa modern abad XXI.

Keunggulan normatif-filosofis-ideologis demikian sinergis dan berpuncak dalam kepribadian SDM Indonesia Raya sebagai penegak kemerdekaan dan kedaulatan NKRI yang memancarkan budaya dan moral Pancasila dalam mewujudkan cita-cita nasional. Potensi nasional dan keunggulan NKRI akan diaktualisasikan oleh kuantitas-kualitas SDM yang memadai + UUD Negara yang mantap terpercaya—bukan kontroversial sebagaimana UUD 45 amandemen (=UUD 2002)—.

Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 secara imperatif dan konstitusional menegakkan integritas dan martabatnya sebagai Sistem Kenegaraan Pancasila—dengan membudayakan asas moral dan Grundnorm Pancasila sebagai identitas Indonesia Raya—. Integritas kenegaraan demikian bertujuan mewujudkan asas normatif filosofis-ideologis (in casu dasar negara Pancasila) sebagai kaidah fundamental dan asas kerokhanian negara di dalam kelembagaan negara bangsa (nation state, negara nasional), secara fungsional berwujud N-Sistem Nasional!.

Bandingkan sistem ideologi liberalisme-kapitalisme; demikian pula sistem ideologi marxisme-komunisme… senantiasa menegakkan sistem ideologinya secara fungsional: HAM-liberalisme, demokrasi liberal, ekonomi liberal, kapitalisme: asas moral sekularisme, bahkan free-love sampai free-sex. Demikian pula ideologi marxisme-komunisme-atheisme menegakkan asas moral atheisme, etatisme (demokrasi rakyat) dan totalitarianisme!

NKRI sebagai Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45—sejak Orde Baru menegakkan dan membudayakan visi-misi: “MELAKSANAKAN PANCASILA DAN UUD PROKLAMAI 45 SECARA MURNI DAN KONSEKUEN”—dengan sistem Demokrasi Pancasila, Ekonomi Pancasila; HAM berdasarkan Filsafat Pancasila—sampai Era Reformasi… menjadi lebih neo-liberal dari liberalisme!—.

Fenomena dalam budaya social-politik-ekonomi Era Reformasi sungguh-sungguh tergoda dan terlanda asas kebebasan (liberalisme-neo lib), demokrasi liberal, ekonomi liberal… HAM liberal—yang bermuara anarkhisme dan disintegrasi nasional…—! Bila praktik demikian terus berlanjut… bangsa Indonesia akan kehilangan jatidiri nasional, degradasi asas moral nasional… bahkan menjadi bangsa yang runtuh martabatnya! (sebagai tragedi nasional dan tragedi peradaban bangsa).

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - : bagaimana Penyelamatannya?

MNS, Lab. Pancasila UM, 20126

Page 8: 2012 06 Wantimpres Surabaya

III. KEUNGGULAN SISTEM KENEGARAAN PANCASILA-UUD PROKLAMASI 45Secara filosofis-ideologis dan konstitusional, dapat kita hayati dalam UUD Proklamasi

45; terutama melalui nilai fundamental dalam:

PEMBUKAAN UUD 45

“……………………………….

Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannnya.

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”

Berdasarkan nilai filosofis-ideologis yang fundamental, terjabar di dalam Batang Tubuh (Pasal-Pasal) dan Penjelasan UUD 45 (original)—bandingkan dengan UUD 45 Perubahan 1-4 2002!—.

Sebagian dari Penjelasan UUD 45—yang dihapus dalam UUD 45 Perubahan 1-4—, terutama amanat moral berikut:

“3. Penghayatan kita diperjelas oleh amanat pendiri negara (PPKI) di dalam Penjelasan UUD 45; terutama melalui uraian: keempat pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 45 (sebagai asas kerokhanian negara (geistlichen Hintergrund dan Weltanschauung) bangsa terutama:

"4. Pokok pikiran yang keempat yang terkandung dalam "pembukaan" ialah negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemnusiaan yang adil dan beradab.Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar harus mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.III. Undang-Undang Dasar menciptakan pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan dalam pasal-pasalnya.

Pokok-pokok pikiran tersebut meliputi suasana kebatinan dari Undang-Undang Dasar Negara Indonesia. Pokok-pokok pikiran ini mewujudkan cita-cita hukum (Rechtsidee) yang menguasai hukum dasar negara, baik hukum yang tertulis (Undang-Undang Dasar) maupun hukum yang tidak tertulis.Undang-Undang Dasar menciptakan pokok-pokok pikiran ini dalam pasal-pasalnya.

Dalam integritas berbagai keunggulan Indonesia Raya sebagai anugerah dan amanat Allah Yang Maha Kuasa, berfungsi sebagai modal dasar bangsa dan negara yang dianugerahkan bagi Indonesia Raya. Sesungguhnya nilai yang terkandung dalam Pembukaan UUD Proklamasi 45 ini memancarkan integritas dan martabat hikmat kebijaksanaan kepemimpinan dan kenegarawanan para Pemimpin Pendiri Negara (PPKI) sekaligus sebagai amanat fundamental dan monumental demi integritas moral SDM Indonesia Raya!

MNS, Lab. Pancasila UM, 20127

Page 9: 2012 06 Wantimpres Surabaya

Jadi, sesungguhnya secara rasional tidak ada alasan apapun bagi rakyat/bangsa Indonesia untuk merasa lemah di hadapan dinamika globalisasi-liberalisasi-postmodernisme yang bersinergi dengan neo-komunisme (KGB/neo-PKI) yang memang bertujuan meruntuhkan Indonesia—Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45—untuk dijadikan negara dalam/dengan sistem yang mereka perjuangkan! (baca: di bawah supremasi neo-liberalisme dan neo-supra imperisalisme!.)

Perwujudan kewajiban bangsa dan warganegara meliputi: kesetiaan dan kebangaan nasional kepada Dasar Negara, Ideologi Nasional, UUD Negara dan Cita-cita Nasional. Sesungguhnya, amanat filosofis-ideologis dan konstitusional demikian, bersifat inperatif dan universal (berlaku bagi semua bagsa modern dalam menjungjung tinggi dengan kesetiaan dan kebanggaan nasional atas sistem ideologi negara/ideologi nasionalnya!).

Asas moral dan pusat kesetiaan serta kebanggaan nasional Bangsa Indonesia Raya ialah berwujud menjamin integritas Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 yang ditetapkan, diwariskan dan diamanatkan PPKI sebagai Pendiri Negara (sekaligus the founding fathers)!

IV. SISTEM KENEGARAAN PANCASILA DALAM DINAMIKA GLOBALISASI-LIBERALISASI-POSTMODERNISME DAN NEO-KOMUNISMESejak Indonesia merdeka dengan menegakkan Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD

Proklamasi 45, kita sebagai bangsa menghadapi dinamika nasional dan internasional yang relatif cukup dinamis; bahkan dapat merupakan tantangan nasional! Tantangan dimaksud terutama pasang surut kesadaran kesatuan nasional (Wawasan Nasional) dalam menegakkan dan membudayakan Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45.

A. Dinamika dan Budaya Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45Dapat kita hayati dalam sejarah NKRI, terutama tonggak-tonggak sejarah berikut: 1945 –

1950; 1950 – 1959; 1959 – 1965; 1966 – 1998; 1998 - …sebagai “Budaya dan Praktik Era Reformasi”, yang ditandai dengan budaya neo-liberalisme… bahkan bersinergi dengan neo-komunisme!.

Fenomena demikianlah yang amat memperihatinkan bangsa, karena adanya degradasi wawasan nasional, penuh controversial sampai anarchisme; bahkan degradasi mental dan moral mulai elite reformasi sampai berbagai komponen bangsa… yang bermuara/mengancam disintegrasi nasional!

Sesungguhnya kondisi dan fenomena demikian memang “dikendalikan” dan atau direkayasa oleh politik strategis neo-supraimperialisme sebagaimana diuraikan di bawah ini.

Dinamika sosial-politik dunia, sesungguhnya dimulai dengan strategi Amerika Serikat bersama Sekutu untuk tetap menguasai dunia masa depan (sejak 1947!). Dasar dan strategi pemikiran demikian, karena mereka mengalami “tragedi” sebagai pemenang dalam Perang Dunia II (1939-1945); namun tidak menikmati kemenangannya! Dalam kenyataan, mereka banyak kehilangan daerah/negara jajahannya; yang bangkit menjadi bangsa merdeka dan berdaulat—termasuk Indonesia Raya merdeka 17 Agustus 1945!

Mereka terus berjuang dengan berbagai strategi sosial-politik dan ekonomi untuk menguasai wilayah yang semula sebagai “tambang emas” masa depan mereka, yang ternyata lepas dari penguasaannya…

B. Globalisasi-Liberalisasi-Postmodernisme, Sinergis dengan Kebangkitan Neo-PKI sebagai Tantangan Abad XXI Puncak dinamika perjuangan supremasi ideologi demikian --- terutama oleh “Panglima”

Sekutu: USA, berwujud politik mendasar dan strategis, namun diberi “jubah” yang memikat—sesungguhnya menggoda dan melanda dunia, terutama asas dan strategi:

1. Politik transideology ;2. Politik transnational ;3. Politik oneworld nations ;4. Politik oneworld state … … berpuncak sebagai legalitas dan otoritas:

MNS, Lab. Pancasila UM, 20128

Page 10: 2012 06 Wantimpres Surabaya

5. Politik supremasi ideologi neo-supraimperialisme!

Inilah watak dan strategi “Perang Grilya” demi supremasi ideologi oleh neo-supraimperialisme(!); yang dipelopori Amerika Serikat dan Sekutunya!

Promosi strategis sebagai Grand Design politik strategis, sebagai Monumen Politik Masa Depan Liberalisme-Kapitalisme, sesungguhnya sudah dirancang (rekayasa, sejak 1947). Secara dinamis mereka memperjuangkan bagaimana strategi yang memikat—dalam postmodernisme dianggap menggoda dan melanda bangsa-bangsa dengan jargon politik: demi kebebasan (=liberalisme), demokrasi (=demokrasi liberal); atas nama HAM (=HAM individualisme sebagai jabaran filsafat Teori Hukum Alam); yang terbukti HAMPA!—silahkan dinilai siapa sesungguhnya yang mengembangkan neo-imperialisme, termasuk membela kedzaliman Israel dalam berbagai tindakan politik yang disaksikan dunia yang beradab! Elite intelektual naif tergoda dan terlanda; menampilkan diri sebagai pelopor reformasi—yang sesungguhnya hanyalah budak yang tidak mengerti tujuan akhir politik neo-supraimperialisme!

Sesungguhnya, mereka juga memperjuangkan dogma dan doktrin intelektual Huntington, bahwa demi superioritas budaya (peradaban), mereka berkewajiban mewaspadai peradaban yang mengancam/sebagai tantangan masa depan peradaban mereka! Inilah dogma dan doktrin “dialektika baru” yang menelanjangi propaganda pluralisme palsu dan multi-kulturalisme. Jadi, manakah sesungguhnya kebenaran sejati sebagai kebajikan dari Teori Filsafat Hukum Alam, selain neo-imperialisme sepanjang zaman!

Tantangan Kelembagaan Tinggi Negara dan Kepemimpinan Nasional secara filosofis-ideologis dan konstitusional sesungguhnya bagaimana meningkatkan Ketahanan Nasional dan Kebijaksanaan Negara untuk tegak-tegar menghadapi tantangan demikian—demi strategi dan tujuan nasional tegaknya integritas Kemedekaan, Kedaulatan dan Martabat Nasional dalam Integritas Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45!

V. FENOMENA POLITIK SUPREMASI IDEOLOGI NEO-SUPRAIMPERIALISME YANG SINERGIS DENGAN KEBANGKITAN NEO-KOMUNISME

Praktik dan budaya era reformasi yang memuja kebebasan dan demokrasi (liberal) atas nama HAM—yang dalam kenyataan menjadi HAMPA!—; penuh dengan konflik horizontal sampai anarchisme… yang mengancam disintegritas nasional!

SDM Indonesia Raya yang setia dengan Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 dengan keprihatinan yang mendalam hanya memaklumi: bahwa budaya kebebasan itulah yang mengembangkan moral anarhisme… sampai “moral” atheisme yang meruntuhkan mental dan moral bahkan martabat SDM warganegara Indonesia!

A. Tantangan Bangsa Indonesia Menghadapi (Gerakan) Era ReformasiEra reformasi sesungguhnya adalah perwujudan adanya komponen bangsa, yang tergoda dan

terlanda tantangan yang dimaksud dalam Bagian I + B di atas! Tantangan ini sinergis dengan kebangkitan PKI/neo-PKI, sebagai balas dendam politik yang menumpas dan mengikis kudeta (makar) mereka sejak 1965! Berbagai data dokumen Indonesia cukup membuktikan peranan mereka—sampai sekarang—yang tidak diwaspadai oleh elite reformasi—atas nama kebebasan, demokrasi dan HAM; yang akan menjadi bencana nasional—apabila kita tidak menghadapinya dengan sungguh-sungguh!

Tantangan ini dilengkapi dengan gerakan ekstrem kanan, terutama: berbagai tindakan PKI/Neo-PKI; terorisme; sinergis pula dengan kebangkitan NII—yang tidak boleh diabaikan!—.

Bangsa dan Negara kita menyaksikan dengan keprihatinan berbagai fenomena degradasi wawasan nasional, degradasi kesadaran mental dan moral berideologi Pancasila; bahkan mental dan moral beragama, sebagai polusi mental budaya kebebasan (=liberalisme, neo-lib); memuja materialisme + korupsi (=kapitalisme, individualisme); bahkan kebebasan moral (=dampak sekularisme, materialisme, bahkan atheisme!). Kondisi sosial rakyat terutama menggunungnya

MNS, Lab. Pancasila UM, 20129

Page 11: 2012 06 Wantimpres Surabaya

pengangguran dan kemiskinan, yang membuat sebagian rakyat kita “tenggelam” dalam “stress nasional” sehingga bersikap dan bertindak anarkhisme… yang merupakan gejala revolusi komunisme-atheisme!

Kondisi demikian menjadi tantangan untuk kita hadapi dengan keyakinan: 1. Kita percaya potensi keunggulan Indonesia Raya sebagai anugerah dan amanat Allah

Yang Maha Kuasa wajib kita berdayakan sebagai modal dasar Indonesia Raya; dan 2. Potensi kuantitas-kualitas SDM Indonesia Raya yang mewarisi semangat ksatria sebagai

pejuang sepanjang sejarah adalah subyek bhayangkara terpercaya penegak kemerdekaan, kedaulatan dan martabat nasional Indonesia Raya!

3. Kesadaran ideologi nasional Pancasila yang sejiwa dengan nilai religious (theisme) seluruh rakyat Indonesia!, sebagai roh dan moral nasional yang menjamin tekad sebagai bangsa ksatria dan pejuang pembela Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45.

Demi potensi dan martabat nasional, semua komponen bangsa berkewajiban membela dan menegakkan Integritas Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 dari semua tantangan dalam dan luar negeri; termasuk waspada atas Kebijakan Pimpinan Kelembagaan Negara yang secara ideologis dan konstitusional mengancam Integritas Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45.

Secara natural, kultural dan filosofis-ideologis dan konstitusional NKRI sebagai Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 memancarkan keunggulan paripurna. Berdasarkan modal dasar—Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa; Pembukaan UUD 45 Alinea 3-4—bangsa Indonesia insyaAllah akan mampu menghadapi berbagai tantangan postmodernisme yang makin memuncak! (Hayati dan waspadai nilai dalam Uraian Makalah ini Bagian IV A dan B); yang sinergis dengan fenomena era reformasi yang memuja kebebasan (neo-lib) sehingga berbagai komponen bangsa melupakan asas moral dan asas kerokhanian bangsa Pancasila!.

MNS, Lab. Pancasila UM, 201210

Page 12: 2012 06 Wantimpres Surabaya

INTEGRITAS NASIONAL DAN NKRI SEBAGAI SISTEM KENEGARAAN PANCASILA

*) = UUD 45 Amandemen, dengan kelembagaan negara (tinggi):= Presiden, MPR, DPR, DPD; MK, MA dan BPK (+ KY) (MNS, 2007)

MNS, Lab. Pancasila UM, 201211

U U D 45

NEO-IMPERIALISMENEO-LIBERALISME

SEKULARISME-PRAGMATISMEDEMOKRASI LIBERAL,

INDIVIDUALISME – AN. HAM KAPITALISME (MATERIALISME)

TAP – MPR *

P A N C A S I L A

NEO-KOMUNISME, NEO-PKI, KGBKEDAULATAN NEGARA (= ETATISME),

KOLEKTIVISME – INTERNASIONALISME MARXISME – KOMUNISME – ATHEISME,

DIALEKTIKA–HISTORIS–MATERIALISME

ERA – REFORMASIPOSTMODERNISME

GLOBALISASI – LIBERALISASI

Skema: 2

7. UU No. 27 TAHUN 1999 TENTANG KEAMANAN NEGARA (YANG DIREVISI): TERUTAMA PASAL 107a – 107f. SEBAGAI JABARAN UUD 45 DAN TAP MPRS No. XXV/MPRS/1966 (KARENANYA DAPAT DITEGAKKAN SEBAGAIMANA MESTINYA).

6. TAP MPRS No. XXV/MPRS/1966 jo. Tap MPR RI No. I/MPR/2003, Pasal 2 dan 4 5. UUD Proklamasi 45 SEUTUHNYA ……. (PEMBUKAAN, PASAL 29 DAN PENJELASAN )4. NKRI SEBAGAI SISTEM KENEGARAAN PANCASILA3. DASAR NEGARA (IDEOLOGI NEGARA, IDEOLOGI NASIONAL) PANCASILA2. FILSAFAT HIDUP (WELTANSCHAUUNG), JATIDIRI INDONESIA : PANCASILA 1. SOSIO – BUDAYA NUSANTARA INDONESIA

Page 13: 2012 06 Wantimpres Surabaya

B. Tantangan Nasional Mendasar dan Mendesak dalam Era Reformasi.Dengan keprihatinan nasional, kita menyaksikan Fenomena Budaya dan Moral Sosial-

Politik dan Ekonomi dalam Era Reformasi, terutama: Elite Reformasi dengan visi-misi Amandemen UUD 45 (1-4) sehingga membudayakan asas-

asas dan budaya neo-lib… sehingga menjadi momentum bagi kebangkitan neo-PKI—atas nama kebebasan (liberalism, neo-liberalism), demokrasi (demokrasi liberal, ekonomi liberal); transparansi (keterbukaan); atas nama HAM (HAM individualisme…) … yang bersinergi dengan kebebasan… melahirkan praktik budaya: oligarchy, plutocracy; dan anarchism…sekaligus sebagai wujud degradasi mental dan moral elite reformasi dan berbagai komponen bangsa… sehingga melahirkan kontroversial sampai anarkhisme dalam kehidupan nasional!...

Sinergis dengan neo-supraimperialisme, kebangkitan neo-PKI/KGB sungguh mengancam integritas Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 mulai mental moral SDM Indonesia Pancasilais yang dijiwai theisme-religious (menurut agama rakyat Indonesia).

Pemerintahan dan kelembagaan negara era reformasi, bersama berbagai komponen bangsa berkewajiban meningkatkan kewaspadaan nasional yang dapat mengancam integritas nasional dan NKRI. Pemerintahan Era Reformasi dengan sistem multiparpol—atas nama kebebasan liberalisme dan demokrasi liberal!—akibatnya membudayakan demokrasi lebih liberal dari demokrasi liberal—. Realitas politik dengan demokrasi super mahal; sesungguhnya budaya demokrasi semu, karena yang aktual hanyalah: oligarchy, plutocracy dan anarchisme; yang bermuara disintegrasi nasional!

Demokrasi semu (baca: demokrasi palsu) harus dibayar bangsa dengan biaya super-mahal baik materiil maupun social cost, yang menghimpit kemiskinan yang sudah kronis; sinergis dengan “budaya dan moral” korupsi secara sistemik! Demikian nasib era reformasi akibat demokrasi super-mahal dengan budaya multiparpol yang kebablasan... semua mengumpulkan dana sebagai modal merebut jabatan dan kekuasaan dalam Kelembagaan Negara melalui Pemilu.

Kondisi nasional bangsa dan negara ibarat pribadi manusia sungguh memprihatinkan; dalam makna sebagai bangsa yang sakit komplikasi dan kronis! Dalam kondisi yang amat lemah (mental, moral dan ketahanan nasional), inilah momentum yang akan dimanfaatkan oleh (tantangan yang mengancam) integritas Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45—terutama oleh globalisasi-liberalisasi, dan neo-komunisme! Momentum ini secara global adalah juga “didukung” oleh momentum postmodernisme: yang cukup menggoda dan melanda bangsa-bangsa—termasuk Indonesia dengan gerakan reformasi yang menyesatkan!—.

Tantangan nasional yang mendesak untuk dihadapi dan dipikirkan alternatif pemecahannya, terutama:1. Amandemen UUD 45 yang sarat kontroversial; baik filosofis-ideologis bukan sebagai jabaran

dasar negara Pancasila, juga secara konstitusional amandemen cukup memprihatinkan karena berbagai konflik kelembagaan. Berdasarkan analisis demikian berbagai kebijaksanaan negara dan strategi nasional, dan sudah tentu program nasional mengalami distorsi nilai—dari ajaran filsafat Pancasila, menjadi praktek budaya kapitalisme-liberalisme dan neo-liberalisme—. Terutama demokrasi liberal dan ekonomi liberal, pragmatisme, individualisme… bermuara sebagai supremasi neo-imperialisme!

2. Rakyat Indonesia mengalami degradasi wawasan nasional—bahkan juga degradasi kepercayaan atas keunggulan dasar negara Pancasila, sebagai sistem ideologi nasional—. Karenanya, elite reformasi mulai pusat sampai daerah mempraktekkan budaya kapitalisme-liberalisme dan neo-liberalisme. Jadi, rakyat dan bangsa Indonesia mengalami erosi jatidiri nasional!

3. Elite reformasi dan kepemimpinan nasional hanya mempraktekkan budaya demokrasi liberal atas nama HAM; yang aktual dalam tatanan dan fungsi pemerintahan negara (suprastruktur dan infrastruktur sosial politik) hanyalah: praktek budaya oligarchy, plutocracy.......bahkan sebagian rakyat mempraktekkan budaya anarchy (anarkhisme)!

4. NKRI sebagai negara hukum, dalam praktek justru menjadi negara yang tidak menegakkan kebenaran dan keadilan berdasarkan Pancasila – UUD 45. Praktek dan “budaya” korupsi makin menggunung, mulai tingkat pusat sampai di berbagai daerah: Provinsi dan Kabupaten/Kota. Kekayaan negara dan kekayaan PAD bukan dimanfaatkan demi kesejahteraan dan keadilan bagi

MNS; Lab. Pancasila UM, 201212

Page 14: 2012 06 Wantimpres Surabaya

rakyat, melainkan dinikmati oleh elite reformasi. Demikian pula NKRI sebagai negara hukum, keadilan dan supremasi hukum; termasuk HAM belum dapat ditegakkan.

5. Tokoh-tokoh nasional, baik dari infrastruktur (orsospol), maupun dalam suprastruktur (lembaga legislatif dan eksekutif) hanya berkompetisi untuk merebut jabatan dan kepemimpinan yang menjanjikan (melalui pemilu dan pilkada). Berbagai rekayasa sosial politik diciptakan, mulai pemekaran daerah sampai usul amandemen UUD 45 (tahap V) sekedar untuk mendapatkan legalitas dan otoritas kepemimpinan demi kekuasaan. Sementara kondisi nasional rakyat Indonesia, dengan angka kemiskinan dan pengangguran yang tetap menggunung belum ada konsepsi alternatif strategis pemecahannya. Kondisi demikian dapat melahirkan konflik horisontal dan vertikal, bahkan anarchisme sebagai fenomena sosio-ekonomi-psikologis rakyat dalam wujud stress massal dan anarchism (Cermati: data kemiskinan Indonesia dari Bank Dunia dan ADB)!

6. Pemujaan demokrasi liberal atas nama kebebasan dan HAM telah mendorong bangkitnya primordialisme kesukuan dan kedaerahan. Mulai praktek otoda dengan budaya negara federal sampai semangat separatisme. Fenomena ini membuktikan degradasi nasional telah makin parah dan mengancam integritas mental ideologi Pancasila, integritas nasional dan integritas NKRI, dan integritas moral (komponen pimpinan, manusia, bangsa)! Sebagai bangsa yang berideologi Pancasila dan beragama!

7. Momentum pemujaan kebebasan (neo-liberalisme) atas nama demokrasi dan HAM, dimanfaatkan partai terlarang PKI untuk bangkit. Mulai gerakan “pelurusan sejarah” ---terutama G30S/PKI--- sampai bangkitnya neo-PKI sebagai KGB melalui PRD dan Papernas. Mereka semua melangkahi (baca: melecehkan Pancasila – UUD 45) dan rambu-rambu (= asas-asas konstitusional) yang telah berlaku sejak 1966, terutama:

a. Bahwa filsafat dan ideologi Pancasila memancarkan integritas sebagai sistem filsafat dan ideologi theisme-religious. Artinya, warga negara RI senantiasa menegakkan moral dan budaya politik yang adil dan beradab yang dijiwai moral Pancasila berhadapan dengan separatisme ideologi: marxisme-komunisme-atheisme yang diperjuangkan neoPKI / KGB dan antek-anteknya.

b. UUD Proklamasi seutuhnya memancarkan nilai filsafat Pancasila: mulai Pembukaan, Batang Tubuh (hayati: Pasal 29) dan Penjelasan UUD 45.

c. Tap MPRS No. XXV/MPRS/1966 dan dikukuhkan Tap MPR RI No. I/MPR/2003 Pasal 2 dan Pasal 4.

d. Tap MPR RI No. VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa; dan e. Undang Undang No. 27 tahun 1999 tentang Keamanan Negara ( yang direvisi,

terutama Pasal 107a—107f). Perhatikan dan hayati isi nilai dalam Skema 5, Bagian bawah.

C. Praktek dan Budaya Neo-Liberalisme Menggoda dan Melanda Rakyat dan NKRI Dunia postmodernisme makin menggoda dan melanda dunia melalui politik supremasi

ideologi. Kita semua senang dan bangga, menikmati kebebasan dan keterbukaan atas nama demokrasi dan HAM, tanpa menyadari bahwa nilai-nilai neoliberalisme menggoda dan melanda sehingga terjadi degradasi wawasan nasional, sampai degradasi mental dan moral sebagian rakyat bahkan elite dalam era reformasi.

Sebagian elite reformasi bangga dengan praktek reformasi yang memuja kebebasan (=liberalisme) atas nama demokrasi (demokrasi liberal) dan HAM (HAM yang dijiwai individualisme, materialisme, sekularisme) sehingga rakyat Indonesia masih terhimpit dalam krisis multi dimensional.

Harapan berbagai pihak dengan alam demokrasi dan keterbukaan, nasib rakyat akan dapat diperbaiki menjadi lebih sejahtera dan adil sebagaimana amanat Pembukaan UUD 45 : “ ........ memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa .... “ dapat terlaksana, dalam makna SDM Indonesia cerdas dan bermoral! Tegasnya, bukan euforia reformasi dengan budaya demokrasi neo-liberal dalam praktek oligarchy, plutocracy dan anarchy…….berwujud konflik

MNS; Lab. Pancasila UM, 201213

Page 15: 2012 06 Wantimpres Surabaya

horisontal…..degradasi wawasan nasional dan moral (korupsi menggunung) dapat bermuara disintegrasi bangsa dan NKRI.

Demokrasi liberal dengan biaya amat mahal beserta social cost yang cukup memprihatinkan ---konflik horisontal, sampai anarkhisme yang bermuara disintegrasi bangsa --- adalah tragedi penyimpangan elite reformasi dalam menegakkan sistem kenegaraan Pancasila! ----lebih-lebih pasca Amandemen UUD Proklamasi 45, menjadi : UUD 2002 !

VI. MENEGAKKAN DAN MEMBUDAYAKAN SISTEM KENEGARAAN PANCASILA-UUD PROKLAMASI 45

Amanat Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 secara filosofis-ideologis dan konstitusional, bahkan moral (nilai dalam Pembukaan Alinea 3-4), bangsa melalui Kelembagaan Negara berkewajiban menegakkan dan membudayakan N-Sistem Nasional sebagai jabaran dan fungsionalisasi Sistem Ideologi Pancasila. Jelasnya dapat dihayati dalam skema berikut.

A. Menegakkan Konsepsi Normatif N-Sistem NasionalSecara normatif konsep ini telah dirintis sejak 1985; secara konsepsional meliputi sebagai

terlukis dalam skema berikut:

*) = N = sejumlah sistem nasional, terutama: 1. Sistem filsafat Pancasila2. Sistem ideologi Pancasila3. Sistem Pendidikan Nasional (berdasarkan) Pancasila4. Sistem hukum (berdasarkan) Pancasila 5. Sistem ekonomi Pancasila6. Sistem politik Pancasila (= demokrasi Pancasila)7. Sistem budaya Pancasila8. Sistem Hankamnas, Hankamrata

(MNS, 1985; 1988)Skema 3

Skema ini melukiskan bagaimana sistem filsafat Pancasila dijabarkan secara normatif-konstitusional dan fungsional sebagai terlukis dalam struktur (nilai) kenegaraan dan kebangsaan sebagaimana dimaksud komponen-komponen dalam skema 1-2-3-4 adalah perwujudan normatif jatidiri nasional Indonesia Raya!.

Sesungguhnya, menegakkan Sistem Nasional adalah imperatif dari Sistem Kenegaraan Pancasila UUD Proklamasi 45---- sebagaimana sistem negara liberalisme-kapitalisme akan menegakan sistem demokrasi-liberal dan ekonomi-liberal; sistem komunisme menegakan sistem demokrasi-rakyat dan ekonomi-etatisme---! Sungguh, adalah mengingkari (baca: mengkhianati dasar negara dan ideologi negara Pancasila, Indonesia: elite reformasi mempraktekkan demokrasi liberal, dan ekonomi liberal)!. Karena kebijakan demikian, keterpurukan multi-dimensional tak

MNS; Lab. Pancasila UM, 2012

N-SISTEM NASIONAL

SOSIO-BUDAYA & FILSAFAT HIDUP

SISTEM EKONOMISISTEM POLITIK

SISTEM HUKUM NASIONAL

FILSAFAT HUKUMFILSAFAT NEGARA

N E G A R A H U K U M

NUSANTARA (ALH-SDA) & BANGSA (SDM) INDONESIA

14

Page 16: 2012 06 Wantimpres Surabaya

kunjung teratasi!. Karena secara mental-ideologis telah terjadi konflik psikologis dan dilemma moral dari pejabat dan kepemimpinan nasional!

Secara filosofis-ideologis dan konstitusional (imperatif) Bangsa Indonesia berkewajiban membudayakan (aktualisasi) kesetiaan dan kebanggan nasional dengan menegakkan N-Sistem Nasional sebagai perwujudan jatidiri nasional dan integritas-martabat Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45.

Karena, terutama dalam era reformasi kita sama sekali tidak menegakkan—apalagi membudayakan N-Sistem Nasional—, bahkan kita membudayakan semua sistem neo-liberalisme: demokrasi liberal, ekonomi liberal, HAM liberal-individualisme; bahkan moral sekularisme dan materialisme… sampai anarchisme! Fenomena demikian berarti kita menyimpang (tidak setia, ingkar, atau makar!) dengan akibat kita mengalami degradasi Wawasan Nasional dan bahkan degradasi mental-moral—konflik horizontal, korupsi dan anarchisme.

B. Asas Normatif-Filosofis-Ideologis-Konstitusional Kebangkitan Orde Baru sebagai koreksi mendasar dan integral atas bencana dan tragedi

nasional dari kudeta G30S/PKI 1 Oktober 1965. Demi integritas (ideologi dan moral) Pancasila—integritas Sistem Kenegaraan Pancasila-

UUD Proklamasi 45!—maka kebangkitan Orde Baru dengan visi-misi: Melaksanakan Pancasila-UUD Proklamasi 45 secara murni dan konsekuen!—sesunguhnya bermakna sebagai bukti kesetiaan dan kebanggaan nasional yang tegak-monumental dan abadi!—.

Kebijaksanaan bangsa dan negara menghadapi tragedi nasional G30S/PKI secara fundamental dan monumental, terutama meliputi: 1. Menumpas anasir-anasir pemberontakan G30S/PKI bersama semua mantel organisasi PKI; mulai

dengan SP 11 Maret 1966, berlanjut dan ditingkatkan/dikukuhkan dengan Tap. MPRS RI/No. XXV/MPRS/1966.

2. Melaksanakan UU No. 27 Tahun 1999 tentang Keamanan Negara (Revisi), terutama Pasal 100a-107e sebagai jabaran UUD 45 dan TAP MPRS di atas!

3. Melaksanakan pengadilan terhadap semua pelaku tindakan makar G30S/PKI (dengan institusi Mahmilub).

4. Menghukum semua yang dinyatakan bertanggungjawab secara langsung sesuai dengan keputusan Lembaga Hukum yang ditetapkan Negara (Mahmilub)

5. Kebangkitan rakyat sebagai organisasi massa untuk melakukan tindakan menumpas dan mengikis anasir-anasir G30S/PKI dan antek-anteknya senusantara.

6. Menetapkan secara legal beberapa ketetapan hukum terhadap gerakan dan atau organisasi yang menganut/berdasarkan ideologi marxisme-komunisme-atheisme dalam wilayah NKRI.

7. Semua komponen bangsa berkewajiban meningkatkan kewaspadaan nasional terhadap gerakan yang memuja kebebasan (neo-lib) atas nama HAM, terutama dalam praktik separatisme-ideologi—atasnama kebebasan dengan organisasi tanpa landasan Dasar Negara Pancasila-UUD Proklamasi 45—baik ekstrem kiri maupun ekstrem kanan… yang mengancam integritas Dasar Negara (Ideologi Nasional) Pancasila.

VII. AMANAT MORAL FILOSOFIS-IDEOLOGIS DAN KONSTITUSIONAL Berwujud visi-misi Pembudayaan Pendidikan Nasional dan Pembudayaan Nilai Pancasila

sebagai Visi-Misi Menegakkan dan Membudayakan Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45:

Amanat Moral Filosofis-Ideologis dan Konstitusional sejak menjelang sampai era Reformasi mengalami tantangan yang terus meningkat! Karena Era Reformasi memuja kebebasan (=liberalisme), demokrasi (=demokrasi liberal, ekonomi liberal), transparansi (keterbukaan) demi HAM (= HAM Individualisme, materialisme)… kehidupan nasional kita mengalami kontroversial dan degradasi nasional dan moral!

Sesungguhnya fenomena ini bagian integral dari rekayasa politik global dan nasional (dalam negeri): perhatikan makna berbagai anasir ideologis dalam skema 1 (halaman 11). Maknanya,

MNS; Lab. Pancasila UM, 201215

Page 17: 2012 06 Wantimpres Surabaya

Indonesia Raya dalam sasaran untuk dikuasai oleh sinergis kekuatan politik non-ideologi Pancasila; terutama neo-lib dan neo-PKI… bahkan juga dimanfaatkan oleh kebangkitan ekstrem kanan!

Berbagai gerakan mereka wajib diwaspadai oleh seluruh rakyat sebagai Bangsa Indonesia; terutama oleh Kelembagaan Nasional, terutama: TNI, BIN, POLRI dan semua Partai Politik sebagai Infrastruktur Negara demi integritas kedaulatan nasional dan kemerdekaan nasional dalam wujud Integritas Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45.

Gerakan Neo-PKI dengan berbagai cara: mulai “pelurusan sejarah”, sampai tuntutan supaya Negara minta maaf adanya Korban Pelanggaran HAM dalam pemberontakan G30S/PKI 1965. Sementara kita maklum tuntuntan ini sebagai bagian dari dendam politik dan strategi kebangkitan marxisme-komunisme-atheisme untuk menguasai NKRI Proklamasi 45. Makna politis ideologis bertujuan untuk menjadikan NKRI sebagai negara dan bangsa yang mengakui ideologi marxisme-komunisme-atheisme—bahkan sebagai revolusi marxisme-komunisme-atheisme! (Perhatikan dan hayati: manakala marxisme-atheisme berkuasa, maka sistem etatisme dan dialektika akan meruntuhkan dan mengikis nilai-nilai moral selain ideologi mereka!).

A. Asas Moral dan Etika Politik Nasional (Berdasarkan) Filsafat PancasilaSecara filosofis-ideologis dan konstitusional, kewajiban nasional semua warganegara—

berlaku universal bagi bangsa-bangsa modern!—; demikian pula bagi warganegara RI atas Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45, sebagai pusat kesetiaan dan kebanggaan nasional, secara fundamental dan integral, berpusat kepada: 1. SDM warganegara setia dan bangga kepada Dasar Negara (Ideologi Negara, Ideologi

Nasional)! 2. SDM warganegara setia dan bangga menegakkan dan membudayakan UUD Negara.3. SDM warganegara setia dan bangga dengan cita-cita nasional bangsanya.

Berdasarkan asas moral dan doktrin (kebangsaan dan kenegaraan) modern secara universal, sungguh adalah sikap dan tindakan makar siapapun yang tidak berjiwa dan bersikap demikian—kecuali kaum hypocrite yang pura-pura “setia dan bangga…”, tetap berjuang dengan dan demi ideologi politik golongannya sendiri; = separatisme-ideologi!.

Bagaimana kesetiaan dan kebanggaan nasional ini menghadapi semua tantangan yang makin memuncak dalam Abad XXI, sejak era reformasi! (karena reformasi: memuja kebebasan demi demokrasi liberal dan HAM liberal… yang dapat bermuara pada anarkhisme dan… HAMPA)!

Aktualitasnya secara normatif: Siapkah kita menghadapi tantangan untuk membela integritas moral ideologi nasional Pancasila terhadap “kebangkitan revolusi marxisme-komunisme-atheisme” dengan gerakan separatisme-ideologi yang makar menggerogoti integritas Kedaultan dan Martabat Nasional Indonesia Raya!.

B. Menegakkan Moral dan Budaya Sistem Kenegaraan PancasilaMenegakkan amanat moral dan budaya Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45

sebagai amanat dan visi-misi bangsa dan negara Indonesia Raya, oleh dan untuk bangsa Indonesia. Maknanya, semua SDM warganegara berkewajiban menegakkan ASAS MORAL DAN ETIKA POLITIK INDONESIA RAYA (ASAS MORAL POLITIK PANCASILA) dalam kehidupan nasional dan internasional sebagai identitas, integritas dan martabat nasional!

Amanat Moral Filosofis-Ideologis dan Konstitusional sebagai Pembudayaan Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45, dengan Asas Budaya dan Etika Moral Politik Pancasila-… sebagai sumpah Kesatria warganegara Indonesia Raya!

ASAS MORAL DAN ETIKA POLITIK INDONESIA RAYA(ASAS MORAL POLITIK PANCASILA)

MNS; Lab. Pancasila UM, 201216

Page 18: 2012 06 Wantimpres Surabaya

Kami Bangsa Indonesia Raya bersyukur dan bangga mewarisi dan memiliki Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 yang unggul-bermartabat. Keunggulan dan martabat Indonesia Raya seutuhnya: meliputi keunggulan Indonesia Raya (Keunggulan SDM, Natural/SDA dan Kultural) sinergis dengan keunggulan Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45.

Bahwa Kami sebagai bangsa dan warganegara berkewajiban untuk menegakkan dan membudayakan Sistem Kenegaraan yang diberkati Tuhan Yang Maha Esa dalam “ASAS MORAL DAN ETIKA POLITIK INDONESIA RAYA (ASAS MORAL POLITIK PANCASILA)” demi melaksanakan anugerah dan amanat Allah Yang Maha Kuasa, dengan kesadaran mendasar berikut.

I. Kita sebagai manusia dan bangsa bermartabat berkewajiban mengabdi kepada Tuhan Maha Pencipta, yang menganugerahkan dan mengamanatkan hidup, keimanan, kemerdekaan dan kesejahteraan dalam budaya dan peradaban, moral dan agama.

II. Kami sebagai manusia dan bangsa Indonesia Raya bersyukur dan bangga diberkati dengan asas budaya dan Dasar Negara Pancasila sebagai amanat Tuhan Yang Maha Esa untuk ditegakkan. Karenanya, kami sebagai manusia dan bangsa bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

III. Kami senantiasa bersyukur dan bangga sebagai bangsa Indonesia Raya dengan menyadari sepenuhnya bahwa kita adalah bagian integral dari martabat umat manusia dan kemanusiaan sepanjang sejarah budaya dan peradaban. Karenanya, kami berkewajiban untuk menegakkan kemerdekaan, perdamaian, persahabatan dan kerjasama antar-bangsa sebagai perwujudan moral kemanusiaan yang bermartabat.

Sebagai warganegara dan bangsa Indonesia, kami berkewajiban menegakkan budaya dan martabat Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45, dengan menegakkan dan membudayakan Asas Moral Budaya Politik Pancasila: 1. Kami adalah manusia dan pribadi warganegara Indonesia Raya senantiasa bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai manusia dan bangsa Indonesia Raya yang bermartabat

2. Kami senantiasa menegakkan asas-asas HAM dan KAM demi martabat kemanusiaan yang adil dan beradab.

3. Kami berkewajiban mengembangkan wawasan nasional dalam negara bangsa dengan asas kekeluargaan dan wawasan nusantara demi integritas dan martabat Indonesia Raya dalam integritas Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45.

4. Kami bangsa Indonesia dengan penuh tanggung jawab menegakkan dan membudayakan Asas Kerakyatan sebagai amanat kedaulatan rakyat (berdasarkan) Moral Dasar Negara Pancasila-UUD Proklamasi 45 dalam sistem budaya dan moral NKRI.

5. Kami bangsa Indonesiadengan penuh kesadaran dan tanggungjawab berkewajiban Membudayakan Asas Moral Keadilan Sosial bagi Bangsa dan Rakyat Indonesia demi Martabat Nasional dan Kemanusiaan.

Catatan: 1. Bagi prajurit TNI sebagai bagian ksatria Indonesia Raya, etika professional TNI terkenal sebagai

Saptamarga.2. Bagi bangsa Indonesia, istimewa elite politik yang menegakkan integritas kedaulatan dan

martabat Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 terutama Asas-asas yang terkandung di dalam MEMORANDUM NASIONAL DAN MORAL di atas; terutama pembudayaan “ASAS MORAL DAN ETIKA POLITIK INDONESIA RAYA (ASAS MORAL POLITIK PANCASILA)”.

3. Pembudayaan “ASAS MORAL DAN ETIKA POLITIK INDONESIA RAYA (ASAS MORAL POLITIK PANCASILA)” mengandung nilai ganda sebagai kewajiban Pemimpin

MNS; Lab. Pancasila UM, 201217

Page 19: 2012 06 Wantimpres Surabaya

Kelembagaan Negara, semua Aparatur Negara, Pimpinan dan Anggota Infrastruktur Negara; warganegara dan generasi penerus.

C. Asas Moral Kedaulatan Rakyat dan Budaya Hankamnas-HankamrataSebagai negara berkedaulatan rakyat (=demokrasi, in casu: Demokrasi Pancasila) berarti

menegakkan integritas bangsa dan negara adalah kewajiban semua warganegara; atau Pemerintahan Negara dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat!

Berdasarkan asas kedaulatan rakyat, secara imperatif dan ethis moral, asas Hankamnas dan Hankamrata adalah budaya dan etika demokrasi!

Asas moral kedaulatan (= demokrasi: dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat) mulai kepemimpinan pemerintahan negara, menegakkan hukum dan keadilan, mewujudkan dan menegakkan keadilan sosial—kemakmuran bersama; juga lebih-lebih menegakkan kemerdekaan, kedaulatan dan martabat nasional!

Karenanya, berdasarkan asas moral dan konstitusional demikian, maka tanggungjawab Hankamnas dan Hankamrata imperatif fungsional! Jadi, sesungguhnya bukan hanya menjadi tanggungjawab prajurit TNI secara melembaga!

Mengingat kondisi yang amat memprihatinkan dan amat kritis, marilah rakyat sebagai bangsa Indonesia meningkatkan kesadaran dan kebanggaan nasional—dengan modal dasar berbagai keunggulan yang diamanatkan Allah Yang Maha Kuasa—; terutama meningkatkan Pembudayaan Nilai Dasar Negara dan Ideologi Nasional Pancasila sebagai asas moral nasional yang menjiwai potensi nasional! Kebijaksanaan nasional ini makin mendesak mengingat tantangan yang juga terus meningkat: baik neo-liberalisme dengan motif neo-supraimperialisme bersinergi dengan neo-komunisme (atheisme). Momentum inilah yang wajib kita hadapi sebagaimana the founding fathers dan PPKI membela Kemerdekaan Nasional dalam momentum Perang Dunia II.

Berdasarkan asas normatif demikian, sesungguhnya praktik era reformasi yang meminggirkan peran TNI adalah mengingkari asas moral kedaulatan rakyat! Artinya, TNI tetap berkewajiban menegakkan dan mengawal politik nasional (=menegakkan integritas Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45) dari semua tantangan dalam dan luar negeri!. Jadi, TNI bukan menegakkan politik Pemerintah, apalagi politik partai yang berkuasa!; melainkan Politik Negara Pancasila! Demi ketahanan nasional dan martabat nasional, elite reformasi berkewajiban menyadari amanat filosofis-ideologis dan konstitusional untuk mengakui peranan TNI sejak Proklamasi 17 Agustus 1945—sebagai perwujudan Tentara Rakyat Indonesia Raya!—yang kemudian dijiwai Sumpah Prajurit Saptamarga!—.

Kesadaran bangsa untuk menegakkan (dan membudayakan) asas moral Pancasila sebagai ideologi negara yang menjiwai integritas NKRI dan Wawasan Nusantara demi Ketahanan Nasional sebagai perwujudan kemerdekaan, kedaulatan dan martabat nasional.

Praktik meminggirkan peran TNI sesungguhnya adalah bagian daripada politik supremasi ideologi neo-imperialisme—yang langsung maupun tidak langsung menggoda dan melanda Indonesia Raya, demi tujuan neo-supraimperialisme!—. Indonesia Raya, termasuk asas Wawasan Nusantara menghadapi tantangan dan ancaman, karena ibarat rumah tangga… pagarnya sudah dirobohkan (dibikin lapuk)! Hayati sumpah prajurit Saptamarga.

Kita bersyukur dan bangga bahwa filsafat Pancasila sesungguhnya adalah nilai fundamental sebagai asas kerokhanian Bangsa dan Negara Indonesia Raya. Filsafat Pancasila yang memancarkan integritas martabatnya sebagai sistem filsafat theism-religious inherent (a priori, kodrati) sebagai martabat dan fungsi rokhani pribadi manusia sebagai ciptaan Allah Yang Maha Kuasa (Maha Rahman dan Rahim)—sebagaimana tersurat dan tersirat dalam Pembukaan UUD Proklamasi 45, alinea 3 dan 4!—

Semoga berkat dan rahmat Allah YMK senantiasa terlimpah bagi bangsa dan NKRI tercinta untuk senantiasa setia dan bangga menegakkan dan membudayakan integritas Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 demi kejayaan, dan martabat nasional Indonesia Raya. Amien.

Malang, 31 Mei 2012

MNS; Lab. Pancasila UM, 201218

Page 20: 2012 06 Wantimpres Surabaya

Laboratorium Pancasila UMKetua

Mohammad Noor Syam(Guru Besar Emeritus UM)

MNS; Lab. Pancasila UM, 201219

Page 21: 2012 06 Wantimpres Surabaya

KEPUSTAKAAN

Akrin Isjana Abadi & Nyi Pramaswari Jayakathong, 2011. KGB Metamorfosis PKI di Era Reformasi. Yogyakarta: PT. Pandan Segegek

Avey, Albert E. 1961: Handbook in the History of Philosophy, New York, Barnas & Noble, Inc.Center for Civic Education (CCE) 1994: Civitas National Standards For Civics and Government,

Calabasas, California, U.S Departement of Education. Gray, Jerry D. 2005. American Shadow Government (penyunting: Dharmadi dan Hari Wibowo).

Jakarta: SinergiHantington, Samuel P. 1996. The Clash of Civilizations and the Remaking of World Order, New York,

Simon & SchusterHuston Smith, 1985: The Religions of Man, (Agama-Agama Manusia, terjemah oleh : Saafroedin

Bahar), Jakarta, PT. Midas Surya Grafindo. Kelsen, Hans 1973: General Theory of Law and State, New York, Russell & Russell Markanina & Akrin Isjana Abadi, 2000: Mewaspadai Kuda Troya Komunisme di Era Reformasi (Edisi

III). Jakarta, Pustaka Saranan KajianMcCoubrey & Nigel D White 1996: Textbook on Jurisprudence (second edition), Glasgow, Bell &

Bain Ltd.Mohammad Noor Syam 2007: Penjabaran Fislafat Pancasila dalam Filsafat Hukum (sebagai

Landasan Pembinaan Sistem Hukum Nasional), disertasi edisi III, Malang, Laboratorium Pancasila.

------------------ 2000: Pancasila Dasar Negara Republik Indonesia (Wawasan Sosio-Kultural, Filosofis dan Konstitusional), edisi II, Malang Laboratorium Pancasila.

MPR RI: TAP MPR RI No. VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.MPR RI: TAP MPR RI No. VII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia.Murphy, Jeffrie G & Jules L. Coleman 1990: Philosophy of Law an Introduction to Jurisprudence, San

Francisco, Westview Press.Nawiasky, Hans 1948: Allgemeine Rechtslehre als System der Rechtlichens Grundbegriffe,

Zurich/Koln Verlagsanstalt Benziger & Co. AC.Notonagoro, 1984: Pancasila Dasar Filsafat Negara, Jakarta, PT Bina Aksara, cetakan ke-6.Radhakrishnan, Sarpavalli, et. al 1953: History of Philosophy Eastern and Western, London, George

Allen and Unwind Ltd. Sesjen Wantannas. 2010. Keamanan Nasional (Sebuah Konsep dan Sistem Keamanan Bangsa

Indonesia). Jakarta: Sekretariat Jenderal Dewan Ketahanan NasionalUNO 1988: HUMAN RIGHTS, Universal Declaration of Human Rights, New York, UNO UUD 1945, UUD 1945 Amandemen, Tap MPRS – MPR RI dan UU yang berlaku. (1966; 2001, 2003)

dan PP RI No. 6 tahun 2005.UU RI No. 10 tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD.UU RI No. 27 tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat.

Dewan Perwakilan Daerah danDewan Perwakilan Rakyat Daerah.Wilk, Kurt (editor) 1950: The Legal Philosophies of Lask, Radbruch, and Dabin, New York, Harvard

College, University Press.Yudi Latief, 2011. Negara Paripurna (Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila. Jakarta:

PT. Gramedia

MNS; Lab. Pancasila UM, 201220

Page 22: 2012 06 Wantimpres Surabaya

LAMPIRAN I

MEMORANDUM NASIONAL

Pemikiran dalam naskah makalah ini dan Memorandum Nasional bertujuan secara mendasar dan konstitusional untuk mengingatkan dan memberikan pertimbangan kepada Pemimpin Kelembagaan Negara, terutama Presiden RI untuk senantiasa berwawasan Kenegarawanan yang dijiwai moral Ideologi Nasional Pancasila dan dilandasi Asas Konstitusional UUD Proklamasi 45.

Kami warganegara NKRI berdasarkan Pancasila UUD Proklamasi 45 menghayati dan meyakini berbagai keunggulan Bangsa Indonesia Raya dan NKRI tercinta, melalui Memorandum Nasional ini mendeklarasikan Tekad Nasional sebagai berikut:1. Demi tegak lestarinya martabat dan Integritas Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi

45 denagn menegakkan Nilai Kebenaran dan Keadilan berdasarkan Pancasila dan UUD Proklamasi 45 senantiasa siap membela dan membudayakan tegaknya Integritas Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 dari berbagai tantangan ideologi non-Pancasila (separatisme-ideologi)

2. Kami sebagai rakyat dan bangsa Indonesia mengakui Kebenaran dan Keunggulan Nilai Dasar Negara Pancasila (Ideologi Negara, Ideologi Nasional) yang bermartabat theisme-religious yang sejiwa dengan keyakinan nilai moral agama rakyat Indonesia!Sebagai bangsa yang bermoral Ketuhanan Yang Maha Esa (Sila I dan Pasal 29 UUD Proklamasi 45) senantiasa waspada terhadap gerakan dan bangkitnya ideologi non-Pancasila khususnya PKI/Neo-PKI (marxisme-komunisme-atheisme) yang mengancam dan dapat meruntuhkan martabat kerokhanian dan moral kemanusiaan dalam peradaban masa depan!

3. Atas nama bangsa Indonesia (lintas-generasi), kami mengharapkan kepada Presiden RI sebagai Kepala Pemerintahan dan Kepala Negara berkewajiban untuk bertanggungjawab atas semua kebijakan kepemimpinannya dengan dijiwai asas moral Pancasila sebagaimana terjabar dalam UUD Proklamasi 45—mulai Pembukaan, termasuk Pasal 29 UUD 45—secara imperatif tidak memberikan konsesi dan atau kompromi dengan golongan separatisme-ideologi terutama marxisme-komunisme-atheisme (PKI dan Neo-PKI) atas dalih apapun—karena mereka pejuang ideologi marxisme-komunisme-atheisme yang bertentangan dengan Dasar Negara dan Ideologi Negara Pancasila!; Presiden juga berkewajiban waspada terhadap kebangkitan radikalisme ekstrem kanan: teroris dan NII. Karena, semuanya adalah “Manusia Indonesia” yang makar (mengkhianati ideologi Negara Pancasila)—PKI - Atheisme mengkhianati Pancasila dan Agama yang menjiwai sebagai asas moral bangsa Indonesia Raya!.

4. Presiden berkewajiban menegakkan asas-asas filosofis-ideologis dan konstitusional dalam Integritas Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 menghadapi tantangan abad XXI berwujud gerakan neo-supraimperialisme! (Hayati nilai fundamental yang terlukis dalam skema berikut)! Kepemimpinan elite, termasuk Presiden sungguh belum menegakkan dan membudayakan asas-asas normatif-filosofis-ideologis dan konstitusional Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45. (Sebagai rakyat saksikan Asas Nilai-Nilai Fundamental 1-7) dalam skema berikut tidak pernah ditegakkan sebagai Landasan Idiil; Struktural maupun Operasional dalam Era Reformasi!.

5. Memorandum Nasional ini wajib dihayati untuk meningkatkan Kesadaran Rasional dan Budinurani semua warganegara, mulai generasi muda bangsa, sampai elite semua Parpol; lebih-lebih anggota dan Pemimpin Kelembagaan Negara: Presiden, MPR, DPR, DPD, MA, MK, BPK, KY demi menunaikan Amanat Kewajiban Kesetiaan dan Kebanggaan Nasional kita kepada Integritas Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 yang unggul dan bermartabat (sebagaimana tersurat dan tersirat dalam Alinea 3 Pembukaan UUD 45)!. Marilah kita dengan khidmat menundukkan akal dan budinurani kita, memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa supaya diberkati Iman dan Hidayah untuk menunaikan Amanat

MNS; Lab. Pancasila UM, 201221

Page 23: 2012 06 Wantimpres Surabaya

Nilai Fundamental dalam Pembukaan UUD Proklamasi 45 sebagaimana terkandung dalam Pembukaan UUD 45 (terutama : alinea 3 dan 4)!.

Semoga kita semua mendapat berkah dan hidayah dari Tuhan Yang Maha Esa Yang Menganugerahkan dan Mengamanatkan NKRI dengan berbagai Keunggulan Natural dan Kultural mulai SDA dan SDM sampai Nilai Fundamental Filosofis-Ideologis- Konstitusional sebagai Modal Dasar untuk berkembang sebagai bangsa merdeka, berdaulat, jaya, adil dan bermartabat dalam NKRI sebagai sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45.

Adalah pengkhianatan dan makar apabila negara ini runtuh oleh Kebijakan Pemimpin yang kebijaksanaannya, yang tidak berdasarkan asas moral Dasar Negara Pancasila (terjabar dalam UUD 45 seutuhnya: Pasal 29). Dan tidak diridhoi Allah Yang Maha Kuasa (Pembukaan UUD 45 alenia 3 dan 4) termasuk—dengan TAP MPRS No. XXV/MPRS/1966!.

Kami menyampaikn Memorandum Nasional ini, atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, dengan niat mulia Membudayakan Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 Bangsa Indonesia Raya dan mengamanatkan mandate kepada Kepemimpinan Kelembagaan (Tinggi) Negara untuk melaksanakannya sesuai dengan amanat fundamental dimaksud;demi tegaknya integritas sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45. diberkati sebagai Bangsa dan Negara yang Jaya, Adil dan Bermartabat! Amien.

Jakarta, 11 Maret 2012Laboratorium Pancasila UM

Renungkan dan Hayati nilai-nilai Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 dalam Skema ini yang meghadapi tantangan dari neo-liberalisme yang sinergis dengan neo-komunisme!

MNS; Lab. Pancasila UM, 201222

Page 24: 2012 06 Wantimpres Surabaya

INTEGRITAS NASIONAL DAN NKRI SEBAGAI SISTEM KENEGARAAN PANCASILA

*) = UUD 45 Amandemen, dengan kelembagaan negara (tinggi) : = Presiden, MPR, DPR, DPD; MK, MA dan BPK (+ KY) (MNS, 2007)

MNS; Lab. Pancasila UM, 2012

U U D 45

NEO-IMPERIALISMENEO-LIBERALISME

SEKULARISME-PRAGMATISMEDEMOKRASI LIBERAL,

INDIVIDUALISME – AN. HAM KAPITALISME (MATERIALISME)

TAP – MPR *

P A N C A S I L A

NEO-KOMUNISME, NEO-PKI, KGBKEDAULATAN NEGARA (= ETATISME),

KOLEKTIVISME – INTERNASIONALISME MARXISME – KOMUNISME – ATHEISME,

DIALEKTIKA–HISTORIS–MATERIALISME

ERA – REFORMASIPOSTMODERNISME

GLOBALISASI – LIBERALISASI

7. UU No. 27 TAHUN 1999 TENTANG KEAMANAN NEGARA (YANG DIREVISI): TERUTAMA PASAL 107a – 107f. SEBAGAI JABARAN UUD 45 DAN TAP MPRS No. XXV/MPRS/1966 (KARENANYA DAPAT DITEGAKKAN SEBAGAIMANA MESTINYA).

6. TAP MPRS No. XXV/MPRS/1966 jo. Tap MPR RI No. I/MPR/2003, Pasal 2 dan 4 5. UUD Proklamasi 45 SEUTUHNYA ……. (PEMBUKAAN, PASAL 29 DAN

PENJELASAN )4. NKRI SEBAGAI SISTEM KENEGARAAN PANCASILA3. DASAR NEGARA (IDEOLOGI NEGARA, IDEOLOGI NASIONAL) PANCASILA2. FILSAFAT HIDUP (WELTANSCHAUUNG), JATIDIRI INDONESIA : PANCASILA 1. SOSIO – BUDAYA NUSANTARA INDONESIA

23

Page 25: 2012 06 Wantimpres Surabaya

LAMPIRAN II

CATATAN:

Makalah ini disajikan dalam Forum Dialog Tokoh-Tokoh Masyarakat (Pakar, berbagai Unsur Pimpinan Kelembagaan dan Perwakilan Lintas Generasi Muda Indonesia).

Makalah ini bertujuan untuk memberikan Pertimbangan, Kritik dan Penolakan atas adanya berita Pernyataan Dr. Albert Hasibuan Anggota Wantimpres yang menyatakan: “…..Bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengisyaratkan akan bersedia meminta maaf atas kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang terjadi dimasa lampau---terutama peristiwa 1965,dan lain-lain-.(Harian KOMPAS Sabtu 18 Februari 2012, hal.2)

Mengingat kebijakan ini bertentangan dengan Ideologi Negara Pancasila dan UUD Proklamasi 45, termasuk Tap MPRS No. XXV/MPRS/1966 dan UU No.27/1999 Tentang Keamanan Negara yang direvisi.

Apabila berita yang disampaikan Dr. Albert Hasibuan benar adanya, sadarkah Presiden bahwa kebijakan ini Bertentangan dan Melanggar Dasar Negara Pancasila sebagai Ideologi Negara dan UUD Negara Proklamasi 1945! dan kebijakan ini dapat berdampak Fundamental Nasional; karena bermakna dan berakibat: 1. Presiden sebagai Kepala Negara Mengakui bahwa Kudeta G 30 SPKI bukan

Pengkhianatan/Makar PKI; melainkan seperti isu yang PKI fitnah dan menuduh kasus itu masalah internal TNI AD. Sadarilah: Bahwa ideologi marxisme-komunisme-atheisme (PKI) bertentangan dengan Ideologi Negara Pancasila yang ber-Ketuhanan YME (Theisme-Religious)! Jadi, tanpa Revolusi Komunis dan atau makar pun, mereka sudah dikategorikan sebagai makar; dan tidak diakui untuk hidup dalam Negara Pancasila yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Mengakui hak hidup ideologi marxisme-komunisme-atheisme (PKI) dalam Negara Pancasila yang ber-Ketuhanan YME berarti Bangsa Indonesia hidup dalam ideologi-ganda: theisme-religious dan atheisme—yang bertentangan dengan Sila I Pancasila dan Pasal 29 UUD Proklamasi 45!

3. Negara berkewajiban merehabilitasi 20 juta jiwa warga PKI yang dihukum tanpa diadili dan didiskriminasi sebagai Makar menurut opini dan tuntutan mereka.Negara berkewajiban membayar kompensasi sejumlah korban diskriminasi tersebut (dalam pemikiran mereka seorang wajib diberi kompensasi sekitar Rp.2,5 – 3 M.!

4. Negara dituntut dan digugat oleh PKI—strategi PKI melalui berbagai LSM, kemudian akan tampil sebagai pemenang untuk menuntut: diadilinya semua mereka yang membunuh warga PKI sebagai pelanggaran HAM! Apabila NKRI tidak melaksanakannya, akan mereka serahkan kepada Mahkamah Internasional/MI!

5. Berdasarkan permintaan maaf Presiden RI, maka secara legal PKI dan KGB/Neo-PKI berhak hidup dan bangkit sebagai ideologi politik marxisme-komunisme-atheisme yang dapat memperjuangkan Revolusi Komunisme-Atheisme; yang pada gilirannya Bangsa Indonesia terpecah-belah… dan meruntuhkan integritas mental dan moral Ketuhanan Yang Maha Esa. Bila bencana ini terjadi, maka inilah tragedi moral kemanusiaan dan peradaban Indonesia Raya!

MNS, Lab. Pancasila UM, 201224

Page 26: 2012 06 Wantimpres Surabaya

Antisipasi ini juga akan terus berlanjut… PKI akan terus mengerahkan massanya melakukan Revolusi untuk menjadikan NKRI sebagai Negara Komunis!—yang telah mereka rintis PKI Madiun 18 September 1948; dan diulang 1 Oktober 1965—!

Atas Berkat Rahmat ALLAH Yang Maha Kuasa, revolusi yang menjegal revolusi dan menjagal Pahlawan Revolusi, dengan dendam politik mereka balas dendam…. yang telah mulai bangkit sebelum dan selama era Reformasi ---yang memuja Kebebasan (Liberalisme, neo-lib); Demokrasi (liberal dan anarkisme); demi HAM (=HAMPA). Inilah demokrasi palsu yang mematangkan prakondisi untuk kebangkitan neo-PKI/KGB.

Semoga ALLAH Yang Maha Kuasa mengayomi Bangsa Indonesia Raya dalam Integritas Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45.

MNS, Lab. Pancasila UM, 201225