2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

54
BAB VI. EKOLOGI PERILAKU MERAK HIJAU JAWA 6.1 PENDAHULUAN 6.1.1 Latar Belakang Merak hijau jawa (Pavo muticus muticus) dahulu tersebar mulai dari Malaysia dan P Jawa, dan tidak terdapat di Sumatra maupun Kalimantan, akan tetapi sekarang di Malaysia telah punah, semantara itu di P Jawa masih terdapat (Delacour 1977). Merak hijau jawa tersebar di beberapa tipe habitat yaitu hutan hujan tropika dataran rendah di jawa, hutan musim, savanna dan hutan jati dengan sebaran terpencar dan terkelompok di areal yang sempit (Hernowo, 1995). Taman nasional Baluran dan Alas Purwo merupakan salah satu tempat penyebaran merak hijau jawa di Ujung Timur pulau Jawa. Permasalah yang berkaitan dengan kehidupan burung merak hijau jawa antara lain tingginya perburuan terhadap merak (telor, bulu serta individunya), perusakan habitat, penyempitan dan konversi habitat merak hijau jawa. Akibat dari perburuan dapat menurunkan bahkan memusnahkan populasi lokal merak hijau jawa di beberapa tempat penyebarannya. Adanya penyerobotan lahan dan pencurian kayu di Jawa (1998-2003) menekan bahkan menghilangkan fungsi habitat merak hijau Jawa. Namun demikian fakta di lapangan menunjukan bahwa sampai saat ini merak hijau jawa masih mampu bertahan hidup, meskipun populasinya kecil dan terpencar serta terisolasi, sehingga kondisinya sangat mengkhawatirkan. Hal ini diduga berkaitan dengan kemampuan merak hijau jawa dalam berstrategi beradaptasi dari berbagai macam gangguan. Kenyataan lapangan tersebut sangat menarik untuk dikaji lebih mendalam dengan pendekataan ekologi perilaku dari merak hijau jawa. Ekologi perilaku merupakan ilmu yang mempelajari tentang atribut-atribut perilaku yang adaptif dalam memecahkan permasalahan lingkungan untuk keberlanjutan reproduksi suatu individu (Alcock, 1989). Krebs & Davies (1987) menyatakan bahwa ekologi perilaku tidak hanya berkonsentrasi pada perjuangan satwa untuk bertahan hidup dengan mengeksploitasi sumberdaya dan menghindari predator, tetapi juga perilaku tersebut berperan pada keberlanjutan reproduksi. Ekologi perilaku juga membahas mengenai perilaku adaptasi dan evolusi dalam hubungannya dengan sistem ekologi. Ekologi perilaku merak hijau jawa merupakan ekpresi dari aktivitas, mekanisme dan strategy perilaku merak hijau jawa berkaitan kondisi lingkungannya agar tetap lestari.

Transcript of 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

Page 1: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

BAB VI. EKOLOGI PERILAKU MERAK HIJAU JAWA

6.1 PENDAHULUAN 6.1.1 Latar Belakang Merak hijau jawa (Pavo muticus muticus) dahulu tersebar mulai dari Malaysia dan P Jawa, dan tidak terdapat di Sumatra maupun Kalimantan, akan tetapi sekarang di Malaysia telah punah, semantara itu di P Jawa masih terdapat (Delacour 1977). Merak hijau jawa tersebar di beberapa tipe habitat yaitu hutan hujan tropika dataran rendah di jawa, hutan musim, savanna dan hutan jati dengan sebaran terpencar dan terkelompok di areal yang sempit (Hernowo, 1995). Taman nasional Baluran dan Alas Purwo merupakan salah satu tempat penyebaran merak hijau jawa di Ujung Timur pulau Jawa. Permasalah yang berkaitan dengan kehidupan burung merak hijau jawa antara lain tingginya perburuan terhadap merak (telor, bulu serta individunya), perusakan habitat, penyempitan dan konversi habitat merak hijau jawa. Akibat dari perburuan dapat menurunkan bahkan memusnahkan populasi lokal merak hijau jawa di beberapa tempat penyebarannya. Adanya penyerobotan lahan dan pencurian kayu di Jawa (1998-2003) menekan bahkan menghilangkan fungsi habitat merak hijau Jawa. Namun demikian fakta di lapangan menunjukan bahwa sampai saat ini merak hijau jawa masih mampu bertahan hidup, meskipun populasinya kecil dan terpencar serta terisolasi, sehingga kondisinya sangat mengkhawatirkan. Hal ini diduga berkaitan dengan kemampuan merak hijau jawa dalam berstrategi beradaptasi dari berbagai macam gangguan. Kenyataan lapangan tersebut sangat menarik untuk dikaji lebih mendalam dengan pendekataan ekologi perilaku dari merak hijau jawa. Ekologi perilaku merupakan ilmu yang mempelajari tentang atribut-atribut perilaku yang adaptif dalam memecahkan permasalahan lingkungan untuk keberlanjutan reproduksi suatu individu (Alcock, 1989). Krebs & Davies (1987) menyatakan bahwa ekologi perilaku tidak hanya berkonsentrasi pada perjuangan satwa untuk bertahan hidup dengan mengeksploitasi sumberdaya dan menghindari predator, tetapi juga perilaku tersebut berperan pada keberlanjutan reproduksi. Ekologi perilaku juga membahas mengenai perilaku adaptasi dan evolusi dalam hubungannya dengan sistem ekologi. Ekologi perilaku merak hijau jawa merupakan ekpresi dari aktivitas, mekanisme dan strategy perilaku merak hijau jawa berkaitan kondisi lingkungannya agar tetap lestari.

Page 2: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 2

6.1.2 Tujuan Penelitian topik ini bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi yang berkaitan dengan aktivitas merak hijau jawa, serta analisis dan mensintesis terhadap mekanisme dan strategi perilaku merak hijau jawa mengenai : 1. Perilaku ekologi kelompok maupun individu dalam hubunganya dengan aktivitas

makan, minum, beristirahat, berteduh, berlindung, bertengger, mandi debu, menari, perkawinan, bersarang, bersuara, berteritori, dan bertarung dalam kaitanya dengan tipe habitat.

2. Mekanisme dan strategi perilaku merak hijau jawa berkaitan dengan penggunaan

berbagai tipe habitat. 3. Pola hubungan kehidupan merak hijau jawa 4. Strategi adaptasi ekologi terhadap tekanan tinggi terhadap populasi dan habitat melalui

ekologi perilaku

Page 3: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 3

6.2 METODA Kajian ekologi perilaku merak hijau jawa di taman nasional Baluran dan Alas Purwo telah dilakukan selama 10 bulan dari Juni sampai Oktober 2006 dan Agustus sampai Desember 2007. Kajian ekologi perilaku merak hijau jawa difokuskan pendekatannya berdasarkan tipe habitat ynag digunakan. Adapun lokasi contoh kajian di taman nasional Baluran di resort Bekol pada tipe habitat savana, hutan musim, hutan selalu hijau dan hutan pantai, sedangkan di taman nasional Alas Purwo di resort Rowobendo pada hutan tropika dataran rendah dan padang rumput sadengan, hutan tanaman campuran, hutan tanaman jati dan areal tumpangsari Sampling secara terarah digunakan untuk mencatat perilaku dengan banyaknya pengamatan betrkisar antara 30 -120 pengamatan (N= 30 - 120) di tempat tengger, tempat makan, tempat istirahat, tempat berlindung, tempat mandi debu, tempat menari, tempat kawin, dan tempat bersarang untuk mengetahui aktivitas, mekanisme dan strategi perilaku dalam kaitannya dengan tipe habitat. Parameter yang dikaji pada ekologi perilaku meliputi aktivitas perilaku merak hijau jawa, lamanya waktu serta seringannya aktivitas perilaku dilakukan yang berhubungan dengan tipe habitat. Metoda Ad Libitum Sampling digunakan untuk mencatat secara berkesinambungan setiap perilaku yang berhubungan dengan lamanya, seringnya, mekanisme dan strategi yang dipengaruhi kondisi habitat. Lamanya aktivitas perilaku merak hijau jawa di hitung nilai rata-rata perilaku bersama simpangannya P = X ± SET SE = √Sx2 Σx2 - (Σx)2/n Sx2 = ------------------ n - 1 P = lamanya perilaku rata-rata X = lamanya perilaku SE = standart error Sx2 = ragam lamanya perilaku T = tabel t – student , α = 0.01, α = 0.05

Setiap perilaku utama yang berhubungan dengan tipe habitat dianalisis dengan uji χ² χ² hitung > χ² tabel → tolak Ho

χ² hitung < χ² tabel → terima Ho

Page 4: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 4

Tolak Ho = terima H1, yang berarti tipe habitat memberikan pengaruh terhadap lamanya perilaku merak hijau jawa, tetapi apabila terima Ho, maka tipe habitat tidak berpengaruh terhadap lamanya perilaku merak hijau jawa. Beberapa tipe suara merak hijau jawa direkam dengan alat perekam. Spektogram dan wavegram dari program Raven Lite digunakan untuk analisis dan menggambarkan suara serta menginterpretasinya apa arti suara tersebut berdasarkan ekpresi perilakunya.

Page 5: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 5

6.3 HASIL DAN PEMBAHASAN 6.3.1 HASIL 6.3.1.1. Ekologi Perilaku Kelompok Merak hijau jawa di TNB dan TNAP hidup dalam kelompok dengan jumlah anggota kelompok relatif kecil antara 2 – 4 ekor. Tipe kelompok merak hijau jawa yang ditemukan di TNB dan TAP terdapat 5 tipe kelompok dengan hubungan antar anggota kelompok maupun antar kelompok sebagai berikut:

1. Kelompok induk betina dengan anak. Kelompok ini terdiri atas satu induk betina dan 1- 4 individu anakan. Hubungan mereka sangat erat, mereka selalu bersama dalam makan, minum, berteduh, istirahat dan tidur serta kemana saja. Kelompok ini akan mudah bergabung dengan kelompok betina dewasa, jantan dewasa ataupun kelompok betina remaja atau kelompok campuran serta kelompok-kelompok lainnya.

2. Kelompok betina dewasa. Kelompok ini terdiri atas betina dewasa 2 – 5 individu.

Kelompok ini dapat bergabung dengan kelompok lainnya seperti kelompok induk dengan anak, kelompok betina remaja, jantan dewasa, ataupun kelompok campuran.

3. Kelompok betina remaja. Kelompok ini terdiri atas betina remaja 2 – 4 individu.

Kelompok ini terbentuk kemungkinan dari saudara sepeteloran. Kelompok ini mudah berhubungan dengan jantan dewasa, kelompok betina dewasa, kelompok induk dan anak serta kelompok yang sama lainnya.

4. Kelompok remaja campuran. Kelompok ini terdiri 2 – 3 individu remaja betina

dan 1 jantan remaja. Kelompok ini terbentuk kemungkinan dari saudara sepeteloran. Kelompok ini dapat bergabung dengan kelompok yang lain dan agak susah bila jantannya telah dewasa akan memisahkan diri.

(a) (b)

Gambar VI-1. Kelompok merak hijau jawa betina remaja minum di Bekol (a) Kelompok merak hijau jawa betina dewasa makan di padang rumput Sadengan (b)

Page 6: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 6

(a) (b) Gambar V1- 2. Kelompok merak hijau jawa remaja campuran 1 jantan dengan 1 betina remaja (a) jantan remaja soliter (b)

5. Kelompok soliter. Kelompok ini terdiri hanya 1 jantan dewasa ataupun jantan remaja yang telah memisah dari kelompok asalnya. Kelompok ini dapat bergabung dengan kelompok betina lainnya tetapi tidak bisa bergabung dengan kelompok soliter lainnya

Tiap tipe kelompok merak hijau jawa memilki pemimpin dan pimpinan kelompok tersebut adalah merak hijau jawa betina. Ciri pimpinan kelompok adalah berukuran tubuh relatif lebih besar, berjalan di depan dan mengarahkan gerak kelompok dalam mencari pakan, minum, tempat istirahat dan tidur. Aktivitas kelompok merak hijau jawa menggambarkan sebagai perilaku sosial merak hijau jawa tersebut. Perilaku sosial tersebut telah diekspresikan oleh individu-individu merak hijau jawa dalam berperilaku pada kelompoknya ataupun antar kelompok seperti perilaku makan, minum, beristirahat, berteduh, bertengger dan sebagainya. Merak hijau jawa jantan dewasa tidak memiliki kelompok dan bukan merupakan pemimpin kelompok. Merak hijau jawa jantan tersebut hidup soliter atau mengambang dalam kelompok lainnya. Merak hijau jantan remaja yang mengarah/menuju ke dewasa juga sering terlihat hidup soliter atau tak berkelompok. Merak jantan dewasa umumnya tidak bisa bergabung dengan merak jantan dewasa lainnya namun bisa bergabung dengan kelompok merak hijau jawa lainnya

Kelimpahan kelompok merak hijau jawa pada setiap tipe habitat di TNB maupun di TNAP adalah berbeda, namun demikian aktivitas dan mekanisme perilaku yang dilakukan oleh merak hijau tersebut secara umum tidak berbeda. Kelimpahan kelompok tertinggi di TNB adalah di tipe habitat savana, sedangkan kelimpahan kelompok merak hijau jawa di

Page 7: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 7

TNAP cukup menonjol adalah di areal tumpangsari Gunting dan di padang rumput Sadengan. Secara umum antar kelompok merak hijau jawa di TNB maupun di TNAP dapat berhubungan secara baik, kecuali antar merak hijau jawa jantan dewasa. Antar kelompok dapat bergabung satu dengan yang lain, namun waktunya cukup singkat dan tidak mengikat. Contohnya kelompok merak hijau jawa bersama-sama dengan kelompok lainnya saat makan tetapi berteduh dan istirahat maupun tidur terpisah atau kelompok merak hijau jawa tersebut makan, istirahat dan tidur bergabung bersama kelompok-kelompok lainnya untuk beberapa hari setelah itu masing-masing kelompok berpisah.

Gambar VI-3 Merak hijau jawa jantan dewasa merupakan kelompok soliter

6.3.1.2 Ekologi Perilaku Makan

Perilaku makan merak hijau jawa merupakan aktivitas yang dimulai dengan

mengambil makanan dengan paruhnya kemudian ditelan. Merak hijau jawa mencari pakan di tempat terbuka (open area) yang ditumbuhi oleh rerumputan dan semak. Pemimpin kelompok mengarahkan gerak makan. Biasanya arah gerak makan diakhiri ke tempat berteduh. Di TNAP terdapat dua tempat konsentrasi makan yaitu di padang rumput

Page 8: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 8

Sadengan dan areal terbuka di hutan jati areal tumpangsari. Untuk di TNB merak mencari pakan di savanna, areal terbuka/celah hutan pantai dan hutan musim serta hutan selalu hijau .

Aktivitas dan mekanisme makan merak hijau jawa dipengaruhi oleh jenis pakan. Jika makan rumput (daun), atau buah yang jatuh di tanah merak langsung mematuk dengan paruh, kemudian ditelan. Jika merak hijau jawa memamakan bunga atau biji rumput yang letaknya agak lebih tinggi dengan merak, maka merak hijau tersebut melompat dan mematuk dengan paruhnya. Untuk memakan bunga/biji semak contohnya Jarong (Stachyrtapeta jamaicensis) dipatuk dan ditarik dengan paruhnya (diplurut=bhs jawa). Mencari makanan seperti belalang kadang merak hijau jawa berlari mengejar dan mematuk bahkan melompat untuk laron yang terbang pendek. Memakan buah di pohon biasanya merak hijau jawa terbang ke cabang yang terdapat buah dan mematuk buah yang matang dan berpindah-pindah cabang dengan berjalan atau melompat.

Secara umum, merak hijau jawa di TNAP dan TNB mempunyai dua waktu makan utama yaitu makan pagi dan makan sore. Makan pagi dimulai sekitar jam 5.30 hingga jam 9.30 pagi, sedangkan makan sore dimulai jam 13.30 hingg 17.30 pada tahun 2006, sedangkan tahun 2007 makan pagi dimulai lebih awal yaitu 5.00 - 9.30 pagi serta sore jam 14.00 hingga 18.00. Mekanisme aktivitas makan dimulai turun dengan terbang dari tenggeran, berjalan menuju tempat makan, kemudian makan sekitar 4 – 5 jam, setelah itu merak hijau jawa berteduh dan istirahat serta kembali makan sore 4 – 5 jam. Perilaku makan dilakukan secara kelompok dan bisa bersama kelompok lain.

(a) (b)

Gambar VI-4. Aktivitas merak hijau jawa makan di padang rumput Sadengan (a) Merak jantan dengan 1 kelompok betina, (b) Merak jantan dengan 2 kelompok betina

Page 9: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 9

Strategi ekologi perilaku makan (foraging strategy) merak hijau jawa adalah makan sambil berjalan. Strategi makan merak hijau jawa tersebut mudah diperhatikan bila merak hijau jawa sedang makan, arah gerak makan dipimpin oleh betina pemimpin. Betina pemimpin kelompok bergerak makan di depan dari kelompoknya. Beberapa alasan merak hijau jawa makan sambil berjalan (a) merak hijau mendapatkan makanan dalam jumlah dan kualitas yang cukup (b) mencegah/mengurangi serangan predator (c) mendekati tempat teduh, istirahat, minum ataupun tempat tidur. Apabila tempat makan menjadi panas suhu sekitar 28 0C – 29 0

Lokasi

C, maka merak hijau jawa segera mencari tempat teduh dengan berjalan ataupun setelah makan sore selesai, kemudian merak hijau jawa ingin tidur, maka merak hijau jawa menuju tempat tidur juga dengan berjalan. Makan kecil juga sering dilakukan di sekitar pohon teduh sambil istirahat. Biasanya akitivitas makan tersebut dengan pelan sesekali mematuk makanan di bawah pohon teduh tersebut. Makan tersebut seperti makan sambilan, tidak sering mematuk seperti pada pagi atau sore harinya. Perilaku selama mencari pakan di tempat terbuka, adalah berhenti sebentar dari aktivitas makan, menegakan leher sambil menoleh ke kanan dan ke kiri, mengawasi sekelilingnya dari gangguan, kemudian jalan sambil makan kembali. Perilaku tersebut juga merupakan mekanisme dan strategi merak dalam perilaku makan untuk mencegah dari bahaya serangan predator. Tabel VI-1. Lamanya waktu makan merak hijau jawa yang teramati di beberapa tipe habitat di TNAP dan TNB pada tahun 2006 dan 2007

Waktu Rerata (detik)

Ragam (detik)

Waktu Minimum (detik) 2

Waktu Maksimum (detik)

2006 2007 2006 2007 2006 2007 2006 2007 TNAP - Padang rumput Sadengan 31995 32525 122991 93578 31864 32411 32126 32639 - Areal tumpang sari 32931 33015 145543 284508 32789 32816 33073 33214 - Hutan tanaman Jati 18430 19392 361352 293541 18206 19190 18654 19594 TNB - Savana 28535 29460 608474. 625759 28244 29165 28825 29755 - Hutan Pantai 14580 15450 409069 392759 14342 15216 14818 15684 - Hutan Musim 21465 21750 475371 223276 21208 21574 21722 21926 - Hutan Selalu Hijau 15620 16350 740103 514310 15299 16083 15941 16617

Rata-rata lamanya aktivitas makan berbeda di setiap tipe habitat di TNAP dan TNB.

Waktu aktivitas makan terlama di TNAP adalah di areal tumpangsari hutan tanaman jati baik tahun 2006 maupun 2007. Sementara itu waktu makan terlama di TNB adalah di tipe habitat savana. Beberapa alasan yang mempengaruhi aktivitas makan pada tipe habitat

Page 10: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 10

yaitu ketersediaan pakan, terdapatnya tempat terbuka dan gangguan yang terdapat di tempat tersebut.

Berdasarkan hasil uji chi kuadrat terhadap lamanya makan merak hijau jawa pada berbagai tipe habitat di TNAP maupun TNB pada tahun 2006 dan tahun 2007, bahwa

lamanya makan dipengaruhi secara nyata oleh tipe habitat di TNAP tahun 2006 (χ2=

4740.68, P < 0.01), dan tahun 2007 (χ2= 4218.69, P < 0.01), maupun di TNB 2006 (χ2=

6161.76, P < 0.01) dan tahun 2007 (χ2

6.3.1.3 Ekologi Perilaku Minum

= 5990.32, P < 0.01).

Perilaku minum merupakan serangkaian aktivitas dalam rangka mendapatkan air

minum. Aktivitas minum merak hijau dimulai berdiri ataupun mendekam di dekat air minum kemudian kepala ditundukan dan paruhnya dimasukkan ke dalam air minum, air disedot beberapa saat, kemudian kepala diangkat sehingga leher dan kepala membentuk huruf S dan air ditelan, lalu berhenti beberapa saat mengamati sekelilingnya, kemudian melanjutkan aktivitas minumnya jika aman dari gangguan. Aktivitas perilaku tersebut merupakan mekanisme perilaku merak hijau jawa minum.

Gambar VI-5. Merak hijau jawa minum, (a) di padang rumput Sadengan, (b) di bak minum Bekol

Secara umum, aktivitas minum merak hijau jawa dilakukan pada pagi dan sore

hari. Aktivitas minum pagi dari jam 06.00 – 11.00 dan siang hari pada jam 13.00 – 17.00. Frekuensi minum tertinggi di TNAP pada tahun 2006 terjadi pada sore hari antara jam 14.00 – 15.00, tetapi pada tahun 2007 frekuensi minum tertinggi pada pagi hari yaitu

(a) (b)

Page 11: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 11

antara jam 07.00 – 8.00. Sementara itu di TNB aktivitas minum tertinggi pada tahun 2006 terjadi pada pagi hari jam 05.00 – 06.00, sedangkan pada tahun 2007 terjadi pada sore hari antara 14.00 – 15.00.

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

0.35

0.4

04.00

-04.59

05.00

-05.59

06.00

-06.59

07.00

-07.59

08.00

-08.59

09.00

-09.59

10.00

-10.59

11.00

-11.59

12.00

-12.59

13.00

-13.59

14.00

-14.59

15.00

-15.59

16.00

-16.59

17.00

-17.59

Waktu (WIB)

Rer

ata

Frek

uens

i per

Har

i

TNAP 2006

TNAP 2007

Gambar VI-6. Frekuensi merak hijau jawa minum di TNAP pada tahun 2006 dan 2007

00.050.1

0.150.2

0.250.3

0.350.4

0.45

04.00

-04.59

05.00

-05.59

06.00

-06.59

07.00

-07.59

08.00

-08.59

09.00

-09.59

10.00

-10.59

11.00

-11.59

12.00

-12.59

13.00

-13.59

14.00

-14.59

15.00

-15.59

16.00

-16.59

17.00

-17.59

Waktu (WIB)

Rer

ata

Frek

uens

i per

Har

i

TNB 2006TNB 2007

Gambar VI-7. Frekuensi merak hijau jawa minum di TNB pada tahun 2006 dan 2007 Minum pagi dilakukan merak hijau jawa setelah turun dari pohon tengger, berjalan menuju tempat minum, tetapi minum sore hari dilakukan sebelum merak menuju tempat

Page 12: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 12

tenggeran. Lama dan banyaknya tegukan minum merak hijau jawa yang teramati di kedua taman nasional (TNAP dan TNB) tergantung pada individu dan musim (tabelVI-2). Pengamatan terhadap waktu minum dilakukan baik pada tahun 2006 maupun 2007 sebanyak 120 kali (n=120) Tabel VI-2. Jumlah tegukan dan lamanya minum merak hijau jawa yang teramati di tempat minum di TNAP danTNB tahun 2006 dan tahun 2007 Aktivitas Minum TNAP 2006 TNAP 2007 TNB 2006 TNB 2007 Jumlah Tegukan 7 - 42 11 - 47 13 - 132 16 - 120 Lamanya (menit) 1 - 8 2 - 9 2 - 18 2 - 18

Merak hijau jawa akan minum dimana tersedia air yang dapat diminum. Selama

musim kemarau air tersedia hanya di tempat tertentu. Di TNB air selama musim kemarau tersedia di bak minum bekol, sumber air Bama, Manting dan sekitarnya, sedangkan di TNAP air tersedia bak minum Sadengan, air payau di belakang Gunting,Gedangan dan Ngagelan.

Mekanisme merak hijau jawa minum bisa dilakukan secara individu maupun kelompok. Jika kelompok, maka pemimpin kelompok akan membimbing ke arah sumber air yang akan dituju/dipilih. Betina pemimpin kelompok akan berjalan di depan dari anggota kelompoknya menuju tempat minum dan diikuti oleh anggota kelompok.

Tabel VI-3. Lamanya waktu minum merak hijau jawa yang teramati di beberapa tipe

habitat di TNAP dan TNB pada tahun 2006 dan 2007

Lokasi Waktu Rerata

(detik) Ragam (detik)

Waktu Minimum

(detik) 2

Waktu Maksimum (detik)

2006 2007 2006 2007 2006 2007 2006 2007 TNAP - Padang rumput Sadengan 325 439 6281 2271 295 421 355 457 - Areal tumpang sari 253 258 2139 1265 236 245 270 271 - Hutan tanaman Jati 0 0 0 0 0 0 0 0 TNB - Savana 1074 1079 7004 6361 1043 1049 1105 1109 - Hutan Pantai 750 741 1869 4375 734 716 766 766 - Hutan Musim 0 0 0 0 0 0 0 0 - Hutan Selalu Hijau 0 0 0 0 0 0 0 0

Hasil uji chi-kuadrat terhadap lamanya minum merak hijau jawa diberbagai tipe

habitat pada tahun 2006 dan 2007 di TNAP maupun TNB, menunjukkan bahwa lamanya

minum di TNAP tahun 2006 (χ2= 8.97, P < 0.05), dan tahun 2007 (χ2= 47.00, P < 0.01)

dan di TNB tahun 2006 (χ2= 57.55, P < 0.01), dan tahun 2007 (χ2= 62.77, P < 0.01)

Page 13: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 13

adalah nyata lamanya aktivitas minum merak hijau jawa dipengaruhi oleh tipe habitat di kedua taman nasional tersebut.

6.3.1.4 Ekologi Perlikaku Berteduh dan Istirahat

Aktivitas berteduh dan istirahat dilakukan oleh merak hijau jawa untuk melindungi dari panas matahari pada siang hari. Berteduh dan istirahat dilakukan oleh merak setelah makan pagi atau minum sebelum makan siang/sore dilakukan. Terdapat beberapa cara, merak hijau jawa dalam melakukan aktivitas berteduh dan istirahat. Merak akan berteduh di bawah pohon yang rindang atau naik di atas pohon yang terdekat dengan tempat mencari pakan, Cara lain adalah merak hijau jawa masuk ke dalam semak belukar yang terdekat tempat mencari pakan. Strategi dalam berteduh dan istirahat adalah mencari/memilih tempat yang nyaman dan aman dari berbagai macam gangguan dan dekat dengan tempat mencari pakan.

Merak hijau jawa di TNAP akan mulai berteduh dan istirahat pada jam 08.30 – 14.30, tetapi di TNB merak hijau mulai berteduh dan istirahat jam 08.00 – 14.00 pada tahun 2006. Pada tahun 2007 peilaku berteduh dan istirahat dilakukan mulai 10.00 – 14.00 di TNAP, sementara itu di TNB dimulai jam 09.00 – 14.30. Tabel VI-4. Lamanya berteduh dan istirahat merak hijau jawa yang teramati di beberapa

tipe habitat di TNAP dan TNB pada tahun 2006 dan 2007

Lokasi Waktu Rerata

(detik) Ragam (detik)

Waktu Minimum

(detik) 2

Waktu Maksimum

(detik) 2006 2007 2006 2007 2006 2007 2006 2007

TNAP - Padang rumput Sadengan 14575 14565 115475 107784 14448 14443 14702 14687 - Areal tumpang sari 14115 13940 203647 209379 13947 13769 14283 14111 - Hutan tanaman Jati 14030 13995 99759 157474 13912 13847 14148 14143 TNB - Savana 16115 15785 351922 213474 15894 15613 16336 15957 - Hutan Pantai 13620 13925 389414 183578 13387 13765 13853 14085 - Hutan Musim 13800 13765 249482 199509 13614 13599 13986 13931 - Hutan Selalu Hijau 13900 13815 282931 219853 13702 13640 14098 13990

Mekanisme merak hijau jawa berteduh dan istirahat, jika merak hijau berteduh dan istirahat di pohon berjalan menuju pohon teduh kemudian terbang ke cabang dan memilih cabang yang nyaman dan aman untuk berteduh dan istirahat. Merak hijau jawa akan berdiri di cabang atau mendekam pada cabang tersebut setelah merasa aman. Jika memilih berteduh di bawah pohon rindang, merak hijau berjalan dan berhenti di bawah

Page 14: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 14

pohon yang rindang tersebut, berdiri ataupun mendekam di bawah pohon tersebut bila merasa aman. Apabila berteduh di pohon, ketinggian tempat teduh atara 4 – 9 m. Selama merak hijau jawa berteduh dan istirahat, bisa melakukan aktivitas menyelisik. Apabila berteduh di bawah pohon bisa juga merak hijau makan sambilan pakan yang dapat ditemukan di tempat tersebut.

(a) (b) Gambar VI-8. Merak hijau jawa beristirahat dan berteduh (a) di pohon Mimba TNB (b) Pohon Jati TNAP

Jenis pohon yang digunakan untuk berteduh dan beristirahat oleh merak hijau jawa di TNAP dan TNB pada 2006 dan 2007 tercatat pada tabel VI-5. Jenis pohon yang disukai untuk berteduh dan istirahat merak hijau seperti Ficus infectoria, Lagerstroemia speciosa,

Schoutenia ovata, Dalbergia latifolia, Swietenia macrophylla dan Tectona grandis. Namun di TNB jenis pohon yang disukai untuk berteduh dan istirahat diantaranya Zizyphus

rotundifolia, Azadirachta indica, Acacia leucophloea, Schleichera oleosa and Morinda

tomentosa.

Tabel VI-5. Jenis pohon yang digunakan untuk berteduh dan istirahat oleh merak hijau jawa di TNAP dan TNB pada tahun 2006 dan2007

No Jenis Pohon Nama Lokal Frekuensi 2006 2007

Keterangan

TNAP 1. Ficus infectoria Apak 7 9 Di Pohon 2. Dalbelgia latifolia Sonokeling 7 17 Di bawah Pohon 3 Vitex pubescens Laban 4 3 Di bawah Pohon 4 Lagerstroemia speciosa Ketangi 9 28 Di Pohon 5 Strepblus asper Serut 4 4 Di Pohon 6 Schoutenia ovata Walikukun 4 30 Di bawah Pohon 7 Nuclea siamea Gempol 3 3 Di Pohon 8 Swietenia macrophylla Mahoni 5 8 Di Pohon 9 Tectona grandis Jati 8 6 Di Pohon 10 Eupatorium TNB 1 Zizyphus rotundifolius Widoro bukol 15 30 Di bawah Pohon 2 Azedirachta indica Mimba 5 7 Di bawah dan di Pohon 3 Tamarindus indica Asem 3 1 Di bawah Pohon 4 Strepblus asper Serut 3 2 Di bawah Pohon 5 Ficus superbus Krasak 2 2 Di bawah Pohon

Page 15: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 15

6 Acacia leucophloea Pilang 8 7 Di bawah Pohon 7 Schleichera oleosa Kesambi 6 8 Di bawah Pohon 8 Morinda tomentosa Mengkudu hutan 8 12 Di Pohon

Disamping, merak hijau jawa berteduh dan beristirahat di bawah pohon maupun di pohon, merak juga bisa beristirahat di areal semak. Jenis vegetasi semak yang digunakan untuk berteduh maupun istirahat diantaranya Eupatorium odoratum, Lantana camara and Melastoma malabatricum. Berdasarkan hasil uji chi kuadrat terhadap lamanya berteduh dan istirahat merak hijau jawa pada berbagai tipe habitat di TNAP maupun TNB pada tahun 2006 dan tahun 2007, bahwa lamanya berteduh dan istirahata dipengaruhi secara nyata oleh tipe habitat di

TNAP tahun 2006 (χ2= 12.08, P < 0.01), dan tahun 2007 (χ2= 16.91, P < 0.01) dan di TNB

tahun 2006 (χ2= 289.22, P < 0.01), dan tahun 2007 (χ2

(a) (b)

Gambar VI-9 Merak hijau jawa berteduh (a) di bawah Widoro bukol di Bekol TNB (b) di bawah bayangan pohon di padang rumput Sadengan TNAP

= 200.05, P < 0.01).

6.3.1.5 Ekologi Perilaku Menyelisik

Setelah merak hijau jawa bangun dari tidurnya, biasanya bersuara, kemudian menyelisik bulunya sebelum turun dari pohon tenggerannya. Perilaku menyelisik dapat dilakukan pada pohon tengger, sewaktu istirahat, berjemur ataupun berteduh. Perilaku menyelisik tersebut dapat dilakukan di pohon maupun di tanah. Mekanisme aktivitas menyelisik dilakukan bisa dalam keadaan berdiri ataupun mendekam, namun demikian banyak dilakukan pada saat berdiri. Aktivitas menyelisik dilakukan dengan paruhnya seolah menggigit dan menarik sesuatu dari bulu. Bulu yang ditelisik di seluruh tubuh

Page 16: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 16

merak hijau, bulu dibuka, paruh masuk ke pangkal bulu, menggigit dan menarik sampai ke ujung bulu. Tujuan dari aktivitas menyelisik adalah membuat bulu tertata secara rapi, tampak mengkilap, kotoran hilang bahkan parasite dikurangi.

Aktivitas menyelisik di TNAP dan TNB pada tahun 2006 dan 2007 dicatatkan pada tabel VI-6. Selang waktu yang digunakan untuk menyelisik antara 6000 – 8000 detik, kemudian berhenti sebentar sekitar 60 – 120 detik kemudian dilanjutkan menyelisik kembali. Berhenti sejenak dan melakukan menyelisik di saat istirahat merupakan strategi pada perilaku menyelisik. Total waktu menyelisik dapat bervariasi selama bertengger, berteduh maupun berjemur. Waktu terlama pada aktivitas menyelisik yaitu sewaktu merak beristirahat. Merak hijau jawa dalam beristirahat juga melakukan aktivitas menyelisik. Menyelisik bisa dilakukan pada saat posisi berdiri atau mendekam, di pohon ataupun di atas tanah.

Tabel VI-6 Lamanya waktu menyelisik merak hijau yang teramati diberbagai tipe habitat di TNAP dan TNB pada tahun 2006 dan 2007.

Lokasi Waktu Rerata

(detik) Ragam (detik)

Waktu Minimum

(detik) 2

Waktu Maksimum

(detik) 2006 2007 2006 2007 2006 2007 2006 2007

TNAP - Padang rumput Sadengan 7000 7030 383103 230966 6769 6851 7205 7209 - Areal tumpang sari 6805 6905 211095 235922 6600 6724 7010 7086 - Hutan tanaman Jati 6770 6780 197000 206828 6605 6611 6935 6949 TNB - Savana 7385 7240 170543 108517 7231 7117 7539 7363 - Hutan Pantai 6945 7025 122991 121164 6814 6895 7076 7155 - Hutan Musim 7065 6820 105370 196310 6944 6655 7186 6985 - Hutan Selalu Hijau 6965 6995 135715 184198 6828 6835 7102 7155

(a) (b) Gambar VI-10. Merak jantan menyelisik(a) sewaktu berteduh dan istirahat di bawah pohon di Bekol TNB (b) di padang rumput Sadengan TNAP Berdasarkan pengamatan pada tahun 2006, aktivitas menyelisik dilakukan oleh merak hijau jawa pada pagi hari jam 05.00 – 08.00 dan pada siang/sore hari dilakukan

Page 17: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 17

pada jam 12.00 – 16.00. Frekuensi menyelisik dilakukan pada siang/sore hari. Namun pengamatan pada tahun 2007 didapatkan fakta bahwa frekuensi menyelisik tertinggi dilakukan pada pagi hari 07.00 – 08.00.

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

04.00

-04.59

05.00

-05.59

06.00

-06.59

07.00

-07.59

08.00

-08.59

09.00

-09.59

10.00

-10.59

11.00

-11.59

12.00

-12.59

13.00

-13.59

14.00

-14.59

15.00

-15.59

16.00

-16.59

17.00

-17.59

Waktu (WIB)

Rer

ata

Frek

uens

i per

Har

i

TNAP 2006

TNAP 2007

Gambar VI-11. Frekuensi merak hijau jawa menyelisik di TNAP pada tahun 2006 dan 2007

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

1.8

2

04.00

-04.59

05.00

-05.59

06.00

-06.59

07.00

-07.59

08.00

-08.59

09.00

-09.59

10.00

-10.59

11.00

-11.59

12.00

-12.59

13.00

-13.59

14.00

-14.59

15.00

-15.59

16.00

-16.59

17.00

-17.59

Waktu (WIB)

Rer

ata

Frek

uens

i per

Har

i

TNB 2006

TNB 2007

Gambar VI-12 Frekuensi merak hijau jawa menyelisik di TNB pada tahun 2006 dan 2007 Hasil uji chi-kuadrat, menunjukan bahwa lamanya aktivitas menyelisik merak hijau jawa tidak dipengaruhi secara nyata oleh tipe habitat di TNAP pada tahun 2006 dan 2007

Page 18: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 18

(χ2 = 4.08, P > 0.05), χ2 = 4.53, P > 0.05) sedangkan di TNB pada tahun 2006 dan 2007

lamanya aktivitas menyelisik merak hijau jawa dipengaruhi oleh tipe habitat secara nyata

(χ2 = 17.53, P < 0.01), (χ2

(a) (b) Gambar VI-13 Merak berjemur (a) Jantan di atas pohon di TNB (b) Jantan di pagar di TNAP

Frekuensi merak hijau jawa berjemur tertinggi terjadi pada pagi hari pada jam 06.00

hingga jam 07.00 di TNAP pada tahun 2006 dan 2007. Sama halnya di TNB frekeunsi tertinggi merak hijau jawa berjemur pada tahun 2006 dan 2007 terjadi pada selang waktu jam 06.00 hingga jam 07.00 pagi. Aktivitas berjemur dapat dilakukan di atas pohon atau tempat yang agak tinggi yang terkena sinar matahari pagi dan jarang dilakukan di tanah.

= 12.69, P < 0.05).

6.3.1.6 Ekologi Perilaku Berjemur

Perilaku berjemur dilakukan oleh merak hijau jawa dapat di mulai dari tenggeran,

atau setelah turun dari pohon tengger ataupun di tanah merak hijau mencari tempat yang agak tinggi seperti tunggak kayu atau tempat yang lebih tinggi atau cabang yang terkena sinar matahari pagi.

Selama berjemur biasanya bulu dibuka sayap agak diturunkan, sambil menyelisik.

Jika berjemur telah selesai, merak turun dari tempat berjemur kemudian berjalan dan beraktivitas lainnya seperti makan. Aktivitas berjemur dilakukan pada pagi hari jam 05.20 –07.30, tetapi pada waktu tertentu lebih lama, apabila pada malam harinya terjadi hujan dan melakukan aktivitas menyelisik bisa sampai 09.00 pagi.

Page 19: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 19

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

04.00

-04.59

05.00

-05.59

06.00

-06.59

07.00

-07.59

08.00

-08.59

09.00

-09.59

10.00

-10.59

11.00

-11.59

12.00

-12.59

13.00

-13.59

14.00

-14.59

15.00

-15.59

16.00

-16.59

17.00

-17.59

Waktu (WIB)

Rer

ata

Fre

kuen

si p

er H

ari

TNAP 2006

TNAP 2007

Gambar VI-14 Frekuensi merak hijau jawa berjemur di TNAP pada tahun 2006 dan 2007

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

04.00

-04.59

05.00

-05.59

06.00

-06.59

07.00

-07.59

08.00

-08.59

09.00

-09.59

10.00

-10.59

11.00

-11.59

12.00

-12.59

13.00

-13.59

14.00

-14.59

15.00

-15.59

16.00

-16.59

17.00

-17.59

Waktu (WIB)

Rer

arta

Fre

kuen

si p

er H

ari

TNB 2006

TNB 2007

Gambar VI-15. Frekuensi merak hijau jawa berjemur di TNB pada tahun 2006 dan 2007

Page 20: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 20

Tabel VI-7 Lamanya waktu berjemur merak hijau jawa yang teramati diberbagai tipe habitat di TNAP dan TNB pada tahun 2006 dan 2007

Lokasi Waktu Rerata

(detik) Ragam (detik)

Waktu Minimum

(detik) 2

Waktu Maksimum

(detik) 2006 2007 2006 2007 2006 2007 2006 2007

TNAP - Padang rumput Sadengan 3145 3110 67647 76276 3048 3007 3242 3213 - Areal tumpang sari 2660 2690 79897 114724 2555 2564 2765 2816 - Hutan tanaman Jati 2510 2490 90759 93517 2398 2376 2622 2604 TNB - Savana 2640 2480 107844 73379 2517 2379 2762 2581 - Hutan Pantai 2275 2210 41336 36103 2199 2139 2351 2281 - Hutan Musim 2395 2260 454405 51103 2316 2176 2474 2344 - Hutan Selalu Hijau 2305 2160 49371 46621 2222 2080 2388 2240

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap lamanya perlilaku berjemur merak hijau

jawa pada tahun 2006 dan tahun 2007 di TNAP maupun TNB, hasil uji chi-kuadrat menunjukan bahwa tipe habitat berpengaruh nyata terhadap lamanya perilaku berjemur di

TNAP tahun 2006 dan 2007 (χ2 = 79.49, P < 0.01) dan (χ2 = 72.47, P < 0.01) maupun

TNB tahun 2006 dan 2007 (χ2 = 34.20, P < 0.01) dan (χ2 = 26.20, P < 0.01).

6.3.1.7 Ekologi Perilaku Mandi Debu

Aktivitas mandi debu (kipu = bhs jawa) dilakukan merak hijau jawa hanya pada musim kemarau, perilaku tersebut dilakukan dalam rangka memelihara kulit tubuh dari gangguan ekto-parasit. Mekanisme aktivitas perilaku mandi ddebu dimulai dengan merak hijau jawa mendatangi ke tempat mandi debu, kemudian mendekam ke tempat tersebut, kemudian kakinya mencakar tanah/debu sayap agak dibuka, debu ditaburkan ke seluruh tubuh. Tubuhnya juga digerak-gerakan/digosokan ke tanah agar mendapat debu.

Paruhnya masuk ke seluruh tubuh dan merapikan bulu. Secara umum aktivitas mandi debu dilakukan oleh merak hijau jawa pada pagi hari

jam 07.00 – 09.00 dan siang hari pada pukul 12.00 – 14.00. di TNAP pada tahun 2006. Namun demikian pada tahun 2007, aktivitas mandi debu dimulai lebih pagi dan agak sore yaitu 05.00 – 09.00 dan sore jam 14.00 - 17.00. Aktivitas mandi debu tertinggi pada tahun 2006 pada jam 08.00-09.00, tetapi pada tahun 2007 terjadi pada jam 06.00 – 07.00.

Namun demikian aktivitas merak mandi debu tertinggi di TNB pada pagi hari 07.00 – 08.00 pada tahun 2006 dan 2007.

Page 21: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 21

(a) (b) Gambar VI-16 Mandi debu (a) Merak jantan mandi debu dan merak betina (b) Merak

jantan mandi debu di TNAP

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

0.35

0.4

04.00

-04.59

05.00

-05.59

06.00

-06.59

07.00

-07.59

08.00

-08.59

09.00

-09.59

10.00

-10.59

11.00

-11.59

12.00

-12.59

13.00

-13.59

14.00

-14.59

15.00

-15.59

16.00

-16.59

17.00

-17.59

Waktu (WIB)

Rera

ta F

reku

en

si p

er

Hari

TNAP 2006

TNAP 2007

Gambar VI-17 Frekuensi merak hijau jawa mandi debu di TNAP pada tahun 2006 dan 2007

Page 22: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 22

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

04.00

-04.59

05.00

-05.59

06.00

-06.59

07.00

-07.59

08.00

-08.59

09.00

-09.59

10.00

-10.59

11.00

-11.59

12.00

-12.59

13.00

-13.59

14.00

-14.59

15.00

-15.59

16.00

-16.59

17.00

-17.59

Waktu (WIB)

Rer

ata

Frek

uens

i per

Har

i

TNB 2006

TNB 2007

Gambar VI-18 Frekuensi merak hijau mandi debu di TNB pada tahun 2006 dan 2007 Tabel.VI-8 Lamanya waktu mandi debu merak hijau jawa yang teramati diberbagai tipe habitat di TNAP dan TNB pada tahun 2006 dan 2007

Lokasi Waktu Rerata

(detik) Ragam (detik)

Waktu Minimum

(detik) 2

Waktu Maksimum

(detik) 2006 2007 2006 2007 2006 2007 2006 2007

TNAP - Padang rumput Sadengan 5285 5170 114681 105966 5159 5049 5411 5291 - Areal tumpang sari 3430 3360 54586 53345 3343 3274 3517 3446 - Hutan tanaman Jati 0 0 0 0 0 0 0 0 TNB - Savana 3525 3470 48060 51138 3443 3386 3607 3554 - Hutan Pantai 0 0 0 0 0 0 0 0 - Hutan Musim 3265 3220 45716 24414 3185 3162 3345 3278 - Hutan Selalu Hijau 0 0 0 0 0 0 0 0

Hasil uji chi-kuadrat menunjukkan bahwa lamanya aktivitas mandi debu merak hijau

jawa dipengaruhi secara nyata oleh tipe habitat baik di TNAP maupun di TNB pada tahun

2006 dan 2007 (χ2 = 394.84, P < 0.01), (χ2 = 384.07, P < 0.01) dan (χ2 = 9.96, P < 0.01),

(χ2

Perilaku berlindung merupakan perilaku yang dikerjakan dalam hubungannya menghindar dari berbagai gangguan yang mengancam terhadap merak hijau jawa contohnya ancaman dari predator dan gangguan dari manusia. Mekanisme aktivitas

= 9.34, P < 0.01).

6.3.1.8 Ekologi Perilaku Berlindung

Page 23: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 23

berlindung merak hijau pada prinsipnya menghindari dari gangguan dengan cara berjalan cepat, berlari atau terbang. Jika merak hijau menhindari dengan terbang, biasnaya sambil berbunyi ”kokokokoko…..”. Mereka pergi menjauh dari gangguan dengan terbang ke pohon terdekat atau ke areal semak menjauhi gangguan. Apabila merak hijau masih mencurigai gangguan dari manusia, merak akan mengeluarkan bunyi alarm. “ tk..tk tk krooow, tk..tk tk krooow, tk tk..tk krooow, ……dan akan diulang-ulang beberapa kali sampai mereka merasa aman. Posisi merak hijau jawa dalam mengahadapi gangguan atau ancaman berdiri tegak dengan sikap waspada terhadap sekelilingnya.

Selama merak hijau jawa berlindung atau bersembunyi, mereka selalu dalam sikap waspada. Merak hijau jawa akan berdiri tegak di cabang atau di areal semak belukar dan mengawasi keadaan sekelilingnya. Apabila merak hijau merasa tidak aman, mereka akan tetap membunyikan alarm call dan bergerak ke tempat lain menjauhi bahaya.

Sumber gangguan datang dari berbagai macam bentuk ancaman seperti dari predator maupun manusia. Di TNAP gangguan datang dari pengunjung, pesanggem, dari burung elang yaitu elang laut (Haliaeetus leucogaster), elang ular (Spilornis cheela), elang brontok (Spizaetus cirrhatus), dan ajing kampung. Sementara itu di TNB gangguan dan ancaman datang dari pengunjung, elang brontok, elang ular, ajag (Cuon alpinus), monyet (Macaca fascicularis), garangan (Herpestes javanica), kucing hutan (Felis bengalensis), rase dan musang (Viverra malacensis, Paradoxurus hermaphrodithus) dan biawak (Varanus salvator). Selama pengamatan tidak ditemukan merak hijau jawa mati oleh predator di TNAP, tetapi di TNB ditemukan 3 individu merak mati oleh predator.

Tempat berlindung yang digunakan merak hijau jawa seperti pohon yang memiliki tajuk yang rapat atau semak dengan kondisi yang rapat. Pilihan pohon ataupun semak yang terdekat untuk berlindung merupakan strategi merak hijau dalam menghindari dari berbagai macam gangguan termasuk ancaman dari predator.

Page 24: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 24

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

0.35

0.4

04.00

-04.59

05.00

-05.59

06.00

-06.59

07.00

-07.59

08.00

-08.59

09.00

-09.59

10.00

-10.59

11.00

-11.59

12.00

-12.59

13.00

-13.59

14.00

-14.59

15.00

-15.59

16.00

-16.59

17.00

-17.59

Waktu (WIB)

Rer

ata

Frek

uens

i per

Har

i

TNAP 2006

TNAP 2007

Gambar VI-19. Frekuensi merak hijau jawa berlindung di TNAP pada tahun 2006 dan 2007 Sebagian besar aktivitas berlindung merak hijau jawa dilakukan pagi hari di TNAP

dari jam 05.00 – 11.00. dan siang hari pada 13.00 – 17.00 pada tahun 2006 dan 2007. Fenomena yang sama juga terjadi di TNB. Frekuensi gangguan tertinggi baik di TNB maupun di TNAP terjadi pada pagi hari pada jam 06.00 – 08.00.

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

0.35

0.4

04.00

-04.59

05.00

-05.59

06.00

-06.59

07.00

-07.59

08.00

-08.59

09.00

-09.59

10.00

-10.59

11.00

-11.59

12.00

-12.59

13.00

-13.59

14.00

-14.59

15.00

-15.59

16.00

-16.59

17.00

-17.59

Waktu (WIB)

Rer

ata

Frek

uens

i per

Har

i

TNB 2006

TNB 2007

Gambar VI-20. Frekuensi merak hijau jawa berlindung di TNB pada tahun 2006 dan 2007

Page 25: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 25

Strategi berlindung merak hijau jawa adalah memilih tempat-tempat yang aman dan menghindari dari berbagai macam gangguan dan ancaman dengan berjalan cepat, berlari maupun terbang. Tabel VI-9 Lamanya waktu berlindung merak hijau jawa yang teramati diberbagai tipe habitat di TNAP dan TNB pada tahun 2006 dan 2007

Lokasi Waktu Rerata

(detik) Ragam (detik)

Waktu Minimum (detik) 2

Waktu Maksimum (detik)

2006 2007 2006 2007 2006 2007 2006 2007 TNAP - Padang rumput Sadengan 2450 2180 59483 55103 2359 2093 2541 2267 - Areal tumpang sari 1610 1410 26621 41448 1549 1334 1671 1486 - Hutan tanaman Jati 1370 1345 25966 24026 1310 1287 1430 1403 TNB - Savana 3240 2890 71448 84379 3140 2782 3340 2998 - Hutan Pantai 2160 2290 39552 26966 2086 2242 2234 2351 - Hutan Musim 2905 2245 98164 16784 2788 2197 3022 2293 - Hutan Selalu Hijau 1390 1565 61621 19336 1298 1513 1483 1617

Berdasarkan hasil uiji chi-kuadrat terhadap lamanya merak hijau jawa berlindung di berbagai tipe habitat di TNAP dan TNB tahun 2006 dan 2007, menunjukan bahwa lamanya berlindung merak hijau jawa dipengaruhi secara nyata oleh tipe habitat baik di TNAP

maupun di TNB pada tahun 2006 dan 2007 (χ2 = 355.36, P < 0.01), (χ2 = 262.28, P <

0.01) dan (χ2 = 840.05, P < 0.01), (χ2

Aktivitas perilaku menari dilakukan oleh merak hijau jawa jantan dewasa di tempat terbuka, untuk menarik betina pada musim kawin. Aktivitas menari juga dilakukan oleh jantan remaja, tetapi lebih pada belajar menari dari pada untuk menarik betina. Pada musim kawin, merak hijau jantan dewasa menari dengan mekanisme tarian dimulai biasanya apabila ada betina yang mendekat pada merak jantan tersebut, kemudian bulu hiasnya dibuka, mekar seperti payung yang disangga oleh bulu ekor, dan sayap agak diturunkan. Warna hijau metalik keungu biruan dominan pada tubuh merak, bulu ocelli (Pelong = Bhs Jawa) berwarna biru coklat seperti mata gemerlapan ratusan jumlahnya. Kadang-kadang merak hijau jawa jantan dengan bulu hiasnya yang terbuka jalan mendekati merak hijau betina. Apabila merak betina dekat dengan merak jantan bulu hiasnya akan digetarkan dan berbunyi…sssseerrr, …sssseerrr, …sssseerrr….dan bulu hiasanya melengkung seolah menyentuh merak hijau betina. Jika betina tertarik pada tarian, maka betina biasanya memutari jantan dan jantan sering membelakangi betina

= 391.74, P < 0.01).

6.3.1.9 Ekologi Perilaku Menari

Page 26: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 26

memperlihatkan bagian belakangnya sambil mencuri pandang terhadap betinanya. Kemudian secara mendadak merak jantan membalik berhadapan muka antara jantan dan betina dan bulu hias jantan digetar-getarkan. Kemudian jantan membalik lagi membelakangi betina dan betina memutari jantan. Apabila betina setuju untuk kawin maka betina mendekam di depan jantan dan jantan kemudian naik ke punggung betina untuk kopulasi. Apabila betina tidak tertarik pada tarian jantan, maka betina akan beraktivitas makan, atau berjalan minum atau berjalan menjauhi jantan dan jantan akan menyudahi tariannya dengan melipat bulu hiasnya.

(a) (b) Gambar VI-21 Menari (a) Merak jantan menari di padang rumput Sadengan (b) merak jantan menari di dekat sumber minum Bekol

Aktivitas menari dilakukan merak hijau jantan pada pagi hari dan sore hari yaitu jam

06.00 - 09.00 dan 14.00 – 18.00 pada tahun 2006 dan 2007 di kedua taman nasional (TNAP dan TNB). Frekuensi tarian tertinggi terjadi pagi jam 07.00 – 09.00 di TNAP dan jam 05.00 – 07.00 pagi di TNB, sedangkan frekuensi tarian tertinggi pada siang terjadi pada pukul 15.00 – 16.00 di kedua taman nasional.

Page 27: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 27

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

04.00

-04.59

05.00

-05.59

06.00

-06.59

07.00

-07.59

08.00

-08.59

09.00

-09.59

10.00

-10.59

11.00

-11.59

12.00

-12.59

13.00

-13.59

14.00

-14.59

15.00

-15.59

16.00

-16.59

17.00

-17.59

Waktu (WIB)

Rer

ata

Fre

kuen

si p

er H

ari

TNAP 2006

TNAP 2007

Gambar VI-22 Frekuensi merak hijau jawa menari di TNAP pada tahun 2006 dan 2007

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

04.00

-04.5

9

05.00

-05.5

9

06.00

-06.5

9

07.00

-07.5

9

08.00

-08.5

9

09.00

-09.5

9

10.00

-10.5

9

11.00

-11.5

9

12.00

-12.5

9

13.00

-13.5

9

14.00

-14.5

9

15.00

-15.5

9

16.00

-16.5

9

17.00

-17.5

9

Waktu (WIB)

Re

rata

Fre

ku

en

si p

er

Ha

ri

TNB 2006

TNB 2007

Gambar VI-24 Frekuensi merak hijau jawa menari di TNB pada tahun 2006 dan 2007

Page 28: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 28

(a) (b) Gambar VI-23. Merak jantan menari, (a) Areal Tumpangsari, TNAP (b) Savanna Bekol

TNB Aktivitas menari yang dilakukan di tempat-tempat terbuka merupakan strategi dari merak hijau jantan.Tempat-tempat terbuka mudah untuk menemukan merak jantan, menari lebih mudah karena bulu hias yang dibuka tidak terganggu dan di tempat terbuka, bulu hiasnya akan tampak gemerlapan dan lebih menarik serta di tempat terbuka lebih mudah mendeteksi ancaman dari pengganggu. Tabel VI-10. Lamanya waktu menari merak hijau jawa yang teramati diberbagai tipe habitat di TNAP dan TNB pada tahun 2006 dan 2007

Lokasi Waktu Rerata

(detik) Ragam (detik)

Waktu Minimum (detik) 2

Waktu Maksimum

(detik) 2006 2007 2006 2007 2006 2007 2006 2007

TNAP - Padang rumput Sadengan 5205 5565 30233 59336 5140 5474 5270 5656 - Areal tumpang sari 4985 5120 36750 32517 4914 5043 5056 5197 - Hutan tanaman Jati 3695 3500 104371 87069 3575 3390 3815 3610 TNB - Savana 5475 5350 60991 46207 5383 5270 5567 5430 - Hutan Pantai 3875 3695 60991 104371 3783 3575 3967 3815 - Hutan Musim 4770 4685 28034 99681 4708 4567 4832 4803 - Hutan Selalu Hijau 3610 3745 66621 153681 3524 3599 3706 3891

Berdasarkan hasil uji chi-kuadrat terhadap lamanya waktu menari merak hijau jawa di berbagai tipe habitat di TNAP dan TNB pada tahun 2006 dan 2007 menunjukkan bahwa lamanya aktivitas menari dipengaruhi secara nyata oleh tipe habitat di TNAP di TNAP

maupun di TNB pada tahun 2006 dan 2007 (χ2 = 287.55, P < 0.01), (χ2 = 499.59, P <

0.01) dan (χ2 = 493.63, P < 0.01), (χ2 = 436.35, P < 0.01).

Page 29: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 29

6.3.1.10 Ekologi Perilaku Tidur. Perilaku tidur merak hijau jawa dimulai dengan pemilihan pohon tidur. Pada sore hari sekitar pukul 18.00, merak berjalan menuju pohon tidur. Setelah merak menemukan pohon tidur, kemudian terbang ke pohon tidur atau terbang ke pohon yang lebih rendah dan dekat pohon tidur lalu terbang ke pohon tidur. Tabel VI-11 Lamanya waktu tidur merak hijau jawa yang teramati diberbagai tipe habitat di TNAP dan TNB pada tahun 2006 dan 2007

Lokasi Waktu Rerata

(detik) Ragam (detik)

Waktu Minimum (detik) 2

Waktu Maksimum

(detik) 2006 2007 2006 2007 2006 2007 2006 2007

TNAP - Padang rumput sadengan 42790 42030 905759 884931 42435 41679 43145 42380 - Areal tumpang sari 42010 41445 972655 760820 41643 41119 42378 41770 - Hutan tanaman Jati 41860 40820 863000 748552 41513 40498 42206 41142 TNB - Savana 42810 42665 495069 237784 42548 42483 43072 42847 - Hutan Pantai 41535 41935 709853 626405 41221 41640 41849 42230 - Hutan Musim 41760 41860 749624 863000 41437 41514 42083 42206 - Hutan Selalu Hijau 42020 41895 1006483 894193 41646 41543 42394 42247

(a) (b) Gambar VI-25 Merak jantan tidur di TNB (a) Merak jantan tidur di Mimba (b) merak jantan

tidur di pohon Gebang meranggas Berdasarkan hasil uji chi-kuadrat terhadap lamanya waktu tidur merak hijau jawa di berbagai tipe habitat di TNAP dan TNB pada tahun 2006 dan 2007 menunjukkan bahwa lamanya waktu tidur dipengaruhi secara nyata oleh tipe habitat di TNAP di TNAP maupun

di TNB pada tahun 2006 dan 2007 (χ2 = 11.81, P < 0.01), (χ2 = 17.68, P < 0.01) dan (χ2 =

22.04, P < 0.01), (χ2

Merak hijau akan memilih pohon tertentu untuk tempat tidur. Kharakteristik dari pohon tidur tersebut diantaranya (1) Pohon tinggi atau pohon tertinggi/mencuat (tinggi > 10 m) (2)

= 10.59, P < 0.05).

Page 30: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 30

Tajuk tidak rapat bahkan pohon meranggas (3) sistem percabangan tegak lurus terhadap batang. (4) Selain pohon tidur, diperlukasn tempat terbuka yang dekat dengan pohon tidur. (a) (b) Gambar.VI-26 Merak hijau jawa jantan (a) tidur di Mimba TNB (b) tidur di jati di TNAP Pohon yang disukai untuk tempat tidur oleh merak hijau jawa di TNAP adalah Bombax valetoni, Ficus inspectoria, Vitex pubescens, Ficus elastica, Nuclaea siamea,

Swietenia macrophylla, Tectona grandis dan di TNB diantaranya, Acacia leucophloea,

Azedirachta indica, Tamarindus indica serta Corypha utan. Strategi perilaku tidur adalah memilih tidur pada pohon dan yang dipilih pohon yang tinggi atau pohon yang mencuat untuk memberikan keamanan dari gangguan predator ataupun yang lainnya. Merak hijau jawa memilih tidur pada bagian cabang agak ujung untuk rasa keamanan dari predator. Percabangan pohon yang dipilih sebagai pohon tidur relatif tegak lurus adalah lebih pada alasan kenyamanan. 6.3.1.11. Ekologi Perilaku Bersuara Perilaku bersuara merak hijau jawa merupakan perilaku sebagai alat berkomunikasi diantara merak hijau jawa baik dalam kelompok maupun antar kelompok. Perilaku ini diekspresikan secara individu oleh merak hijau jawa melalui suara dari mulut atau kerongkongan. Aktivitas bersuara dilakukan dengan posisi leher lurus dan kepala agak mendongak dan body tegak posisi ekor turun. Merak hijau jawa bersuara dalam keadaan tidak bergerak ataupun berjalan bahkan terbang, tergantung suara yang dibunyikan. Suara merak hijau jawa dapat dibunyikan oleh merak jantan maupun merak betina kecuali beberapa tipe suara yang dibunyikan oleh merak jantan dewasa. Tercatat 7 tipe suara

Page 31: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 31

merak hijau jawa selama pengamatan di TNB dan TNAP. Suara merak hijau jawa diperdengarkan di pagi, siang dan sore, namun lebih sering pada pagi dan sore hari. Tipe 1 :”auwo.” Suara “auwo” merupakan suatu alat komunikasi paling umum digunakan oleh antar anggota kelompok maupun dengan kelompok lain baik oleh merak hijau jawa betina maupun merak hijau jawa jantan dewasa, bahkan oleh remaja. Suara tipe ini paling sering dilakukan oleh merak hijau jawa. Tipe Suara ini disuarakan pagi, siang maupun sore, pada berbagai tipe habitat di TNB dan TNAP

Gambar VI-27 Analisis suara “ auwo” digambarkan secara wavegram dan spectogram

Type II :”kokoko………..”. Suara tipe II ini diekpresikan oleh merak hijau jawa, biasanya sambil terbang. Suara

ini diperdengarkan disebabkan karena merak hijau jawa merasa terganggu dan kaget. Bunyi tersebut akan disuarakan dimana saja setiap saat pada berbagai tipe habitat di TNB dan TNAP apabila merak hijau jawa terganggu dan terkejut. Suara ini sering dibunyikan pada pagi dan sore hari baik di TNAP maupun TNB. Biasanya suara tersebut dibunyikan tidak lama, sekitar 20 detik.

Dua variasi suara ini (kokoko......) yaitu ”krooooow…...kokokoko.” dan ”auwo...kokokoko.....” . Variasi suara pertama akan dibunyikan apabila merak hijau jawa merasa curiga dan terkejut mengabarkan pada merak hijau jawa lain adanya gangguan. Namun demikian bunyi ”auwo..,.kokokoko.” dari pengamatan ini belum diketahui tujuannya.. Suara bunyi ”krooooow…..kokokoko.....” dibunyikan dalam waktu singkat,

Page 32: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 32

tetapi dapat diulang berkali-kali sehingga secara total waktunya bisa menjadi lama. Suara bunyi :”kokokoko.......” dan variasinya dicatat baik di TNAP dan TNB di berbagai tipe habitat.

Gambar VI-28. Analisis suara “ kokoko” digambarkan secara wavegram dan spectrogram

Type III :” Kroooooooow . Suara tipe III dibunyikan oleh merak hijau jawa betina karena mencurigai sesuatu,

mencari temanya ataupun anaknya. Suara diulang ulang berkali-kali sambil merak hijau tersebut berjalan.

Gambar VI-29 Analisis suara “ kroooooow” digambarkan secara wavegram dan spectrogram

Page 33: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 33

Tipe IV :”Tek, Tek, Tek.........” Tek, Tek, Tek.....Kroooooooow . atau Tek, Tek,Tek ........ Krooooow kokoko

Suara merak hijau jawa tipe ini akan dibunyikan bila burung merak merasa mencurigai sesuatu. Suara ini biasanya disuarakan oleh merak hijau jawa betina. Aktivitas selama mencurigai sesuatu, merak dapat diam dan waspada juga bisa sambil maju mendekati objek yang membuat curiga.Apabila merak merasa jelas apa yang mencurigakan maka merak akan diam atau bergerak menjauhi dan melanjutkan aktivitas. Disamping bersuara tek,tek,tek…, suara ini dapat dikombinasikan dengan tek,tek,tek …. krooooooow atau tek,tek,tek …. krooooooow kokoko. Suara pertama adalah tek, tek, tek …..krooooow, yang dilakukan oleh betina yang mencari kelompoknya, atau tanda untuk merak lainnya untuk memperhatikan sesuatu yang mencurigakan. Akan tetapi untuk suara tek,tek,tek … krooooow kokoko, bahwa merak menghindar dari gangguan sambil memberitahukan pada merak hijau jawa yang lainnya.

Gambar VI-30 Analisis suara “tek,tek,tek krooooow, kokoko” digambarkan secara wavegram dan spectogram Tipe V ”eewooooo’ ‘eewwaooo.” Tipe suara ini dibunyikan oleh merak hijau jawa jantan dewasa pada saat musim kawin. Suara tersebut sebagai pertanda bahwa jantan telah siap mengawini merak hijau jawa betina jika memilihnya.

Page 34: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 34

Figure VI-31 Analisis suara “eewoooooo”or “ eewaaooooo” digambarkan secara wavegram dan spectogram Tipe VI ”ngeeeeeeyooo’ Tipe suara ini dibunyikan juga oleh merak hijau jawa jantan dewasa pada saat musim kawin. Suara ini sebagai pertanda bahwa jantan telah siap mengawini merak hijau jawa betina

Gambar VI- 32 Analisis suara “ngeeeeeyooo” digambarkan secara wavegram dan spectogram

Page 35: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 35

Tipe VII “Sheeiiks” Tipe suara ini dibunyikan oleh merak hijau jawa jantan dewasa pada saat naik di atas betina sebelum kopulasi.

Gambar VI-33 Analisis suara “Sheeiiks” digambarkan secara wavegram dan spectogram

6.3.1.12. Ekologi Perilaku Bertarung Perilaku merak hijau jawa bertarung biasanya dilakukan oleh merak jantan dewasa,

terutama pada musim berbiak. Merak jantan dewasa bila berada dekat dengan merak jantan dewasa lainnya akan melakukan pertarungan bila ke duanya saling berani. Jarak antar merak jantan dewasa yang akan menimbulkan pertarungan bervariasi berkisar antara 1-100 m. Pertarungan ini tampaknya erat kaitannya dengan penguasaan wilayah pada saat musim berbiak. Pertarungan antar merak hijau jawa jantan dicatat baik yang terjadi di TNB maupun di TNAP.

(a) (b) Gambar VI-34. Posisi bertarung (a) Saling berhadapan dengan jarak dekat di TNB (b) Mengejar

Page 36: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 36

Perilaku merak jantan dewasa bertarung dimulai dengan saling dekatnya posisi ke duanya Kedua merak akan memasang posisi berdiri tegak dengan leher dan jambul ditegakkan dan bulu hias diangkat sejajar tubuh. Merak hijau akan bergantian maju mengancam, yaitu bergerak maju dan berputar dengan mengangkat bulu hiasnya melewati atas kepala merak hijau lawan. Salah satu merak hijau akan menyerang (ngabruk =bhs Jawa) dengan sayap dan kakinya dengan cara melompat. Merak hijau lawan akan menyerang balasan dengan posisi kaki mengarah ke atas. Gerakan menyerang akan dilakukan bergantian hingga salah satu merak hijau pergi atau menyerah. Seringkali perilaku bertarung diiringi dengan aktivitas kejar-kejaran, baik sambil lari maupun terbang dari satu tempat ke tempat lainnya.

Perilaku bertarung merak hijau jantan lebih sering terjadi pada tahun 2007 dari pada tahun 2006 di TNAP. Merak hijau melakukan aktivitas bertarung pada pukul 05.00-10.00 WIB dan 14.00-18.00 WIB pada tahun 2007. Sementara itu aktivitas merak bertarung pada tahun 2006 teramati pada pukul 16.00 WIB, sedangkan pengamatan tahun 2007 merak bertarung sering terjadi pada pukul 07.00 WIB. Tipe habitat di TNB dan TNAP tidak mempengaruhi pola aktivitas bertarung.

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

04.00

-04.59

05.00

-05.59

06.00

-06.59

07.00

-07.59

08.00

-08.59

09.00

-09.59

10.00

-10.59

11.00

-11.59

12.00

-12.59

13.00

-13.59

14.00

-14.59

15.00

-15.59

16.00

-16.59

17.00

-17.59

Waktu (WIB)

Rer

ata

Frek

uens

i per

Har

i

TNAP 2006

TNAP 2007

Gambar VI-35 Frekuensi merak hijau jawa bertarung di TNAP pada tahun 2006 dan 2007

Page 37: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 37

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

0.35

04.00

-04.59

05.00

-05.59

06.00

-06.59

07.00

-07.59

08.00

-08.59

09.00

-09.59

10.00

-10.59

11.00

-11.59

12.00

-12.59

13.00

-13.59

14.00

-14.59

15.00

-15.59

16.00

-16.59

17.00

-17.59

Waktu (WIB)

Rer

ata

Fre

kuen

si p

er H

ari

TNB 2006

TNB 2007

Gambar VI-36 Frekuensi merak hijau jawa bertarung di TNB pada tahun 2006 dan 2007

Aktivitas bertarung merak hijau hanya ditemukan di padang rumput Sadengan, tumpangsari Gunting, savana Bekol dan hutan musim. Durasi yang diperlukan oleh merak hijau jantan bertarung di padang rumput Sadengan lebih lama daripada di tumpangsari Gunting . Merak hijau di padang rumput Sadengan memiliki durasi rerata sebesar 1009 detik/hari, sedangkan dua lokasi lainnya di TNAP memiliki durasi masing-masing sebesar 158 detik/hari di Gunting dan 740 detik/hari di Ngagelan. Sementara itu, di TNB hanya ditemukan di savana Bekol dan hutan pantai Manting aktivitas bertarung antar merak hijau jantan. Tabel VI-12 Lamanya bertarung merak hijau jawa yang teramati diberbagai tipe habitat di TNAP dan TNB pada tahun 2006 dan 2007

Lokasi Waktu Rerata

(Detik) Ragam (Detik)

Waktu Minimum

(Detik)

Waktu Maksimum

(Detik) 2006 2007 2006 2007 2006 2007 2006 2007

TNAP - Padang rumput Sadengan 615 620 21233 20103 561 567 669 673 - Areal tumpang sari 815 725 22655 13952 759 681 871 769 - Hutan tanaman Jati 0 0 0 0 0 0 0 0 TNB - Savana 1100 1055 20690 19267 1046 1003 1154 1107 - Hutan Pantai 0 0 0 0 0 0 0 0 - Hutan Musim 950 945 17046 11235 901 906 999 985 - Hutan Selalu Hijau 0 0 0 0 0 0 0 0

Page 38: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 38

Secara umum, mekanisme merak hijau melakukan aktivitas berkelahi terbagi dalam dua waktu, yaitu pagi setelah turun dari pohon tidurnya dan sore hari saat akan naik ke pohon tidur.

Hasil uji chi-kuadrat terhadap lamanya waktu bertarung merak hijau jawa di berbagai tipe habitat di TNAP dan TNB pada tahun 2006 dan 2007 menunjukkan bahwa lamanya waktu bertarung dipengaruhi secara nyata oleh tipe habitat di TNAP di TNAP maupun di

TNB pada tahun 2006 dan 2007 (χ2 = 27.97, P < 0.01), (χ2 = 8.20, P < 0.05) dan (χ2 =

10.98, P < 0.01), (χ2 = 6.05, P < 0.05). .

6.3.1.13. Ekologi Perilaku Berteritori Teritori merak hijau jawa merupakan suatu areal yang dipertahankan oleh merak tersebut. Tanda adanya teritori biasanya dengan bertarung maupun pengusiran. Tampaknya merak hijau jawa betina tidak memiliki teritori. Tidak begitu jelas apakah merak hijau jawa jantan memiliki teritori, tetapi antar setiap merak hijau jawa jantan secara jelas menjaga jarak tertentu. Phenomena jaga jarak antar jantan pada merak hijau jawa kelihatan jelas pada saat musim kawin.

Gambar VI-37 Merak hijau jawa jantan mengambil posisi dengan menjaga jarak sesama

nya pada arena tari (lek).

Page 39: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 39

6.3.2 PEMBAHASAN 6.3.2.1. Ekologi Perilaku Kelompok Merak hijau hidup secara kelompok disebutkan oleh (Delacour 1977, Gerrit 1978, Hoyo et, al 1994, Hernowo 1995). Secara umum cara hidup berkelompok atau soliter merupakan pilihan hidup. Merak hijau jawa di TNB maupun TNAP hidup berkelompok. Tentunya dalam kehidupan berkelompok memiliki pimpinan kelompok. Pemimpin kelompok dalam kehidupan merak hijau jawa adalah merak hijau jawa betina. Hal tersebut sesuai pengamatan oleh Hernowo 1995, bahwa pemimpin kelompok merak hijau jawa di taman nasional Baluran adalah merak hijau jawa betina. Selanjutnya Hernowo 1995, menyatakan bahwa merak hijau jawa jantan bukan merupakan pimpinan kelompok. Namun beberapa pengamat merak menyatakan bahwa merak hidup berkelompok kecil, satu jantan dikelilingi oleh beberapa (2 - 5) betina (Delacour 1977, Gerrit 1978) Merak jantan tersebut seolah memimpin kelompok betina tersebut. Pemimpin kelompok biasanya bangun dan turun lebih dahulu dari pohon tidur (tenggeran) kemudian diikuti oleh anggota kelompok, kemudian mencari dan mengarahkan gerak kelompok dalam mencari pakan. Pemimpin kelompok bisa juga turun dari tenggeran langsung menuju ke tempat minum dan diikuti oleh anggota kelompoknya. Pemimpin kelompok mengarahkan gerak makan kelompoknya dan diakhiri mencari serta menentukan tempat berteduh. Pemimpin kelompok juga mengarahkan gerak makan kelompoknya diwaktu sore dan diakhiri pemimpin kelompok menentukan pilihan pohon untuk bertengger tidur. Keuntungan ekologi perilaku merak hijau jawa berkelompok antara lain (a) lebih mudah mengekplorasi sumberdaya secara bersama (pakan tempat berteduh, tempat tidur dan air minum) (b) mudah mendeteksi gangguan (predator dan manusia). Hoogerwerf (1970) menyatakan bahwa apabila merak hijau di padang rumput Ujung kulon memberikan suara peringatan, maka satwaliar ditempat tersebut menjadi waspada terhadap kehadiran pengganggu seperti predator. Suara peringatan merak hijau tersebut dijadikan sebagai peringatan oleh satwaliar lainnya. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Ponsena 1988, dalam pengamatannya terhadap merak hijau di Cagar Satwaliar Hui Ka Khaeng Thailand.

Page 40: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 40

6.3.2.2. Ekologi Perilaku Makan, Minum, Berteduh, Istirahat,Tidur dan Bersarang Merak hijau jawa makan di areal terbuka yang ditumbuhi rerumputan dan semak sambil berjalan (Hernowo 1995, Sativaningsih 2005, Maryanti 2007, Ramadhan 2008). Berbagai jenis tumbuhan bawah rumput dan semak maupun serangga dimakan oleh merak hijau jawa (Rini 2005). Rini 2005, mengalisis proksimat beberapa jenis rumput dan semak pakan merak hijau di taman nasional Alas Purwo. Jenis lamuran (Heteropogon

contortus), lulangan (Eleusine indica), pahitan (Paspalum conjugatum) dan Sidaguri (Sida

acuta) mengandung protein kasar (2.75 % – 7.02 %) dan lemak kasar (0.59 % – 1.11%). Sementara itu Septania 2009 melakukan analisis proksimat beberapa jenis tu,buhan bawah pakan merak hijau jawa di taman nasional Baluran. Jenis Jarong (Achyranthes

aspera), othok-othok (Flemingia lineata), labu hutan (Passiflora sp), mengkuduan (Morinda

tinctoria) mengandung protein kasar (12.44 % – 23.39 %) dan lemak kasar (0.02 % – 0.11 %) Oleh karena merak hijau jawa merupakan salah satu jenis burung yang ukuran tubuh relatif besar maka diperlukan dalam jumlah banyak pakannya (Rini 2005, Septania 2009). Makan sambil berjalan merupakan strategi untuk mendapatkan pakan yang cukup karena yang dimakan adalah jenis rerumputan dan semak yang memiliki nilai pakan dan energinya tidak tinggi. Selain itu, berjalan juga merupakan upaya untuk menghindari serangan predator. Hal ini merupakan strategi merak hijau jawa untuk memenuhi kebutuhan pakan (Rini 2005, Maryanti 2007, Ramadhan 2008, Septania 2009). Arah gerak merak hijau jawa dalam mencari pakan diakhiri menuju tempat berteduh dan istirahat. Total waktu (pagi dan sore) aktivitas makan merak hijau jawa di berbagai habitat di TNB maupun di TNAP berkisar antara 8 – 10 jam. Total waktu makan merak hijau jawa di TNB adan TNAP makan merupakan aktivitas harian siang hari yang terlama diantara aktivitas lainnya. (Maryanti 2007 dan Ramadhan 2008). Merak hijau jawa di TNB secara kelompok maupun sendiri minum di bak air di Bekol, sumber air Bama dan Manting pada musim kemarau, sedangkan pada musim penghujan air tersedia dimana-mana, merak hijau bisa minum di cekungan yang terdapat air atau genangan air yang terdekat. Oleh karena sumber air minum sangat terbatas di musim kemarau di TNB, maka tempat minum tersebut menjadi tempat berkumpulnya berbagai kelompok merak hijau jawa. Di TNAP, merak hijau jawa berkumpul berbagai kelompok di padang rumput Sadengan minum di cekungan air tumpahan dari sprikler atau di bak

Page 41: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 41

minum. Strategi merak hijau jawa minum adalah mencari sumber air minum terdekat. Ponsena 1988, menjelaskan bahwa keberadaan merak hijau jawa di. di Cagar Satwaliar Hui Ka Khaeng Thailand, sangat terkait dengan ketersediaan sumber air berupa sungai. Selanjutnya Brickle 2002, menegaskan bahwa pergerakan dan kelimpahan merak hijau di propinsi Dak Lak Vietnam dipengaruhi oleh ketersediaan sumber air. Meskipun terlihat di TNAP maupun di TNB merak hijau jawa mendatangi tempat minum setiap hari tetapi belum bisa dipastikan pada individu yang sama minum setiap hari. Berdasarkan hasil pengamatan Hernowo 1995, bahwa merak hijau yang ditandai minum di bak air Bekol TNB tiap 2 hari sekali. Brickle 2002, menyatakan bahwa terdapat populasi merak hijau di Dak Lak Vietnam yang berjarak 10 km dari sumber air. Tempat berteduh dan istirahat yang dipilih oleh merak hijau jawa di TNB dan TNAP adalah pohon dengan tajuk yang rindang ataupun dibawah pohon rindang dan dekat dengan tempat makan (Yuniar 2007, Risnawati 2008). Tempat berteduh di TNB adalah widoro bukol, pilang, asem, kesambi dan mimba (Risnawati 2008, Yuniar 2007, Hernowo 1995, Mulyana 1988). Sementara itu tempat berteduh di TNAP, merak hijau jawa menggunakan walikukun, laban, sonokeling, apak serta jati (Supratman 1998, Wasono 2005, Yuniar 2007, Risnawati 2008). Pilihan tempat berteduh dekat dengan tempat makan adalah strategi merak hijau jawa untuk mengefisienkan energinya. Merak hijau jawa tidur di pohon (Pattaratuma 1977, Mulyana 1988, Ponsena 1988, Hernowo 1995). Menurut Hernowo (1999), merak hijau jawa memilih pohon tertentu untuk bertengger tidur. Pohon tidur tersebut memiliki kharakteristik tertentu. Pohon tersebut tinggi atau tertinggi (emergent tree), tajuk tidak rapat, bahkan pohon meranggas, percabangan relatif tegak lurus batang dan tidak jauh dari tempat tidur adalah tempat terbuka. Pohon yang disukai untuk bertengger tidur di TNB adalah pilang, gebang meranggas (Risnawati 2008, Yuniar 2007, Hernowo 1995, Mulyana 1988, Pattaratuma 1977). Namun demikian di TNAP merak hijau menyukai pohon-pohon untuk bertengger tidur adalah apak, mahoni, jati, (Supratman 1998, Wasono 2005, Sativaningsih 2005, Yuniar, 2007, Risnawati 2008, Ramadhan 2008). Subramanian and John (2001) mencatat di hutan lindung taman Rusa Tirunevelvi Tamil Nadu merak biru menyukai pohon asem (Tamarindus indicus), Tekik (Albizia lebbeck), Mimba (Azadirachta indica), jenis sengon (Albizia amara), akan tetapi di Vivekananda Kendra, merak biru menyukai kelapa (Cocos

nucifera) sebagai pohon tidur utama, bahkan tiang telekominikasi juga digunakan oleh

Page 42: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 42

merak biru jantan sebagai tempat tidur. Dipilihnya pohon-pohon tersebut merupakan strategi merak menghindari serangan predator (Hernowo 1995, Sativaningsih, Maryanti 2007, Ramadhan 2008). Pohon untuk bertengger tidur dekat dengan terbuka yang dipilih, karena merak hijau jawa turun meluncur dari pohon tenggeran langsung mencari tempat pakan. Hal ini merupakan strategi untuk mengefiensienkan energi. Tempat yang dipilih untuk bersarang oleh merak hijau jawa adalah di tanah areal terbuka didominasi oleh semak (Mulyana 1988, Winarto 1993, Hernowo 1995, Hernawan 2003). Telor-telor merak kebanyakan kontak langsung dengan tanah. Dipilihnya tempat terbuka dengan dominasi semak merupakan strategi merak untuk membantu penetasan (proses penggeram telor) dan kamuflase dari berbagai gangguan (Hernowo 1995 dan Hernawan 2003). 6.3.2.3. Ekologi Perilaku Kawin Merak hijau, hidup berkelompok, perkawinannya dengan sistem poligami (Delacour 1977, Hoyo et.al 1994, Hernowo 1995). Sistem poligami pada merak hijau jawa tersebut adalah bahwa merak hijau jantan dapat kawin dengan banyak merak hijau betina ataupun merak hijau betina dapat kawin dengan banyak merak hijau jantan. Hoyo et.al 1994, menyatakan bahwa merak hidup berkelompok dengan sistem harem poligini. Harem poligini tersebut dapat diartikan bahwa merak jantan menyebar diantara beberapa merak betina dalam kelompoknya. Berdasarkan penelitian ini, didapatkan fakta bahwa merak hijau jawa hidup secara kelompok dengan sistem poligyny tetapi jantan tidak memiliki harem, karena merak hijau jawa jantan tidak menguasai merak hijau jawa betina (merak hijau jawa jantan bukan pemimpin kelompok), tidak bisa memaksa untuk dipilih oleh betinanya, yang menentukan pilihan merak hijau jantan mana yang mengawini merak hijau jawa betina adalah merak hijau betina. Hal yang sama juga dilaporkan oleh beberapa pengamat merak biru mengamati bahwa yang menentukan merak biru jantan untuk mengawini merak biru betina adalah merak biru betina (Manning 1989, Petrie dkk 1991, Gadagkar 2003, Takahashi dkk 2007, Loyau dkk 2008). Dengan sistem perkawinan merak hijau jawa seperti yang diuraikan tersebut, mengindikasikan bahwa aliran gen dalam populasi merak hijau jawa terjadi secara bebas. Merak hijau jawa jantan dapat kawin dengan individu merak hijau jawa betina yang mana saja, juga demikian merak hijau jawa betina kawin dengan individu merak hijau jawa jantan mana saja yang disukai. Sistem

Page 43: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 43

perkawinan merak hijau jawa tersebut merupakan strategi merak hijau jawa dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dari segi aliran gennya yang secara bebas. Berdasarkan hasil analisis gen pada populasi merak hijau oleh Ya-Yong dkk 2004, bahwa keragaman genitik merak hijau di alam liar dan di pengkaran berbeda. Merak hijau yang hidup liar memiliki keragaman genitik yang lebih rendah dibandingkan yang dipenangkaran. Perilaku menari dilakukan oleh merak hijau jawa jantan untuk menarik pasangannya. Perilaku menari merak hijau jawa umumnya dilakukan oleh merak hijau jantan dewasa, tetapi jantan remaja muda juga melakukan tarian tetapi lebih bersifat belajar menari. Maryanti 2007 dan Ramadhan 2008, menyatakan bahwa di TNB maupun di TNAP terdapat merak hijau jawa jantan remaja muda belajar menari. Perilaku menari dari merak hijau jantan dewasa pada umumnya dilakukan apabila bulu hiasnya sudah cukup lengkap dan panjang. Hernowo 1995, menghitung bulu hias yang berupa plong (Ocelli) merak hijau jawa dewasa di TNB sekitar 144 -160 bulu dan panjang bulu hias antara 1.00 – 1.300 cm. Perilaku menari tersebut dilakukan mulai awal musim berbiak sampai akhir musim kawin. Hernowo 1995, menyatakan bahwa merak hijau jawa di TNB mulai menari pada bulan Agustus akhir 1994 dan akhir menari pada bulan Desember akhir 1994. Musim kawin merak hijau jawa di TNB tahun 1994 Oktober sampai Desember (Hernowo, 1995). Musim kawin merak hijau jawa di TNAP tahun 2004 dimulai bulan Agustus dan berkhir pada bulan Nopember (Wasono, 2004). Berdasarkan pengamatan terhadap musim kawin merak hijau jawa di TNB maupun di TNAP telah terjadi pergeseran. Musim kawin merak hijau jawa di TNAP tahun 2006 dimulai bulan September akhir dan berakhir pada bulan Nopember, sedangkan pada tahun 2007 musim kawin dimulai bulan Oktober dan berakhir pada bulan Desember. Musim kawin di TNB pada tahun 2006 dimulai bulan Oktober dan berkhir bulan Januari, sedangkan tahun 2007 musim kawin dimulai bulan Nopember dan berakhir pada bulan Januari akhir. Perrin dan Birkhead (1983) menyebutkan bahwa salah satu faktor pendorong burung untuk melakukan perkembangbiakan adalah ketersediaan pakan. Carthy (1979) menyatakan bahwa cahaya, suhu dan kelembaban merupakan faktor eksternal yang menentukan waktu perkawinan burung. Merak hijau jawa di TNB maupun di TNAP menari dan kawin pada musim kemarau. Pada musim kawin dan perkembangbiakan merak hijau jawa melatekan telornya hanya satu kali setiap tahunnya (Hernowo 1995, Sativaningsih 2005. Maryanti 2007, Ramadhan 2008).

Page 44: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 44

Perilaku menari merak hijau jawa di lakukan di areal terbuka seperti di savana, areal tumpangsari, padang rumput bahkan rumpang ataupun jalan di TNB dan TNAP (Mulyana 1988, Winarto 1993, Hernowo 1995, Hernawan 2003, Sativaningsih 2005, Maryanti 2007, Yuniar 2007, Risnawati 2008, Ramadhan 2008). Dalam penelitian ini arena tari (lek) merak hijau jawa jantan ditemukan di jalan Batangan – Bekol TNB. Dipilihnya tempat terbuka merupakan strategi merak untuk bisa leleuasa menari (ukuran pegaran bulu hiasnya serta gerakan tarian) dan memudahkan betina untuk menemukan jantan dewasa (Hernowo 1995, Hernawan 2003, Sativaningsih 2005, Maryanti 2007, Ramadhan 2008). Dakin 2008, menyatakan bahwa merak biru melakukan tariannya pada areal yang terkena sinar matahari diduga ada kaitannya dengan penampilan bulu hiasnya.

Gambar VI 38. Arena tari (lek) merak hijau jawa di jalan Batangan-Bekol TNB Ada tiga tahapan kawin pada merak hijau jawa di mulai dari rayuan untuk kawin (pra kopulasi), kawin (kopulasi) dan pasca kopulasi (Dwisatya, 2007). Namun demikian penelitian ini menemukan kasus kawin merak hijau jawa tanpa didahului proses rayuan yaitu terjadi di padang rumput Sadengan TNAP, merak hijau jawa betina turun dari pohon tengger, belari mencari tempat yang enak, kemudian mendekam dan merak hijau jawa jantan sudah lebih dulu turun dari tenggeran berespon berlari menuju merak betina tersebut segera menaiki merak hijau jawa betina tersebut untuk kopulasi. Kasus ini

Page 45: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 45

ditemukan 2 kali kejadian. Kemungkinan proses rayuan tersebut telah didapatkan hari sebelumnya. Pilihan/penentuan untuk pasangan kawin pada merak hijau jawa adalah dimiliki oleh merak hijau jawa betina. Pengamatan terhadap merak hijau jawa jantan untuk pasangan kawin dilakukan oleh marak hijau jawa betina jauh sebelum proses kawin. Pengamatan tersebut bisa dilakukan melalui tidur bersama dalam satu pohon tengger atau tidur di pohon tengger yang berdekatan, mengunjungi, mengamati tarian merak hijau jantan. Petrie dkk 1991, mencatat bahwa dalam mengamati pilihan terhadap merak biru jantan untuk pasangan kawin, paling sedikit dilakukan 4 kali kunjungnan dan pengamatan dilakukan oleh merak biru betina, baru mereka kawin. Hernowo, 1995 mengamati merak hijau jantan di taman nasional Baluran awal menari dilakukan pada bulan Agustus akhir dan awal kawin dilakukan pada bulan Oktober. Jeda waktu awal menari dengan kawin merupakan kesempatan bagi merak hijau jawa betina menentukan pilihan jantan yang akan mengawininya. Para pengamat merak biru india (Pavo cristatus), menyatakan bahwa yang menjadi faktor penarik untuk pasangan kawin dan kesuksesan kawin adalah banyaknya bulu hias (Occelli), keseimbangan bulu hias (symetric) dan panjang bulu hias (Manning 1989, Petrie dkk 1991, Gadagkar 2003, Loyau dkk 2008). Namun demikian Takahashi et. al 2008 menyatakan bahwa kesuksesan kawin pada merak biru dipengaruhi oleh tidak hanya faktor tersebut di atas tetapi secara keseluruhan fungsi merak biru jantan. Selain faktor merak biru jantannya Loyau dkk 2007, menyebutkan bahwa kesuksesan merak biru kawin juga dipengaruhi letak arena tari (lek) yang dekat tempat pakan. Selain faktor tersebut, getaran bulu hias pada saat merak biru menari dalam rangka menarik betinanya untuk kawin berpengaruh terhadap penentuan jantan yang dipilih (Gadagkar 2003, Dakin 2008). Hernowo, 1995 menyebutkan bahwa merak hijau jawa jantan di TNB, menari juga menggetarkan bulunya. Dakin 2008, menyatakan bahwa sinyal kasad mata (visual signalling) untuk perilaku kawin pada merak biru mempengaruhi kesuksesan kawin. 6.3.2.4. Ekologi Perilaku Bersuara, Bertarung dan Territorial Bersuara (calling) merupakan alat komunikasi diantara merak hijau jawa secara individual maupun kelompok di TNB (Hernowo, 1995). Dalam penelitian ini didapatkan 7

Page 46: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 46

tipe suara merak hijau jawa. Ponsena 1988, melaporkan 5 tipe suara merak hijau di di Cagar Satwaliar Huai Kha Khaeng. Jenis suara tersebut tergantung pada tujuan seperti untuk peringatan, perhatian, kawin dan territori. Dalam penelitian ini suara ngeeeyaouw dan eeewaouw adalah suara merak hijau jawa jantan yang hanya dibunyikan pada musim kawin dan sebagai tanda bahwa merak hijau jawa jantan tersebut siap mengawini betinanya. Sementara itu Takahashi dkk 2008 menemukan 8 type suara, diantara tipe suara tersebut keow, ka dan hoot call adalah suara jantan yang dibunyikan pada musim kawin Bertarung merupakan aktivitas perilaku dari berbagai jenis burung untuk mempertahankan wilayah teritorinya (Perrin dan Birkhead 1983). Para pengamat merak biru menyatakan bahwa merak biru memiliki teritori (Delacour 1977, Gerrit 1978, Petrie et. al 1991, Hoyo et.al 1994, Gadagkar 2003, Takahashi 2008, Dakin 2008). Perrin dan Middleton 1985, menjelaskan bahwa seekor jantan merak biru memiliki teritori seluas 0.05 - 0.5 ha dan 1 – 4 areal tari. Ponsena 1988, menyatakan pada musim kawin merak hijau jantan di Cagar Satwaliar Huai Kha Khaeng memisahkan diri untuk berteritori. Namun demikian Hernowo 1995, menyatakan bahwa antar jantan dewasa merak hijau jawa di TNB memiliki mekanisme jarak (distance mechanism), belum jelas apakah merak hijau jawa berteritori. Areal teritori pada burung ditandai dengan kicauan, pengusiran bahkan pertarungan (Perrin dan Birkhead 1983). Pertarungan antar merak hijau jantan terjadi baik di TNB maupun TNAP pada musim berbiak. Contoh terjadi pertarungan di TNAP di padang rumput Sadengan, merak hijau jawa jantan yang di dekat pondok peneliti sepertinya menguasai padang rumput bagian Barat. Merak jantan tersebut melakukan pengusiaran dan pertarungan pada jantan lain yang datang pada musim berbiak ditempatnya, tetapi tidak setiap jantan yang memasuki wilayahnya, karena ada jantan lainnya lagi memasuki wilayah tersebut tidak diusir. Namun demikian tetap ada jarak antar jantan meskipun tidak diusir. Di TNAP tidak ditemukan arena tari (lek), tetapi di TNB ditemukan arena tari di jalan Batangan-Bekol Hm 120 – Hm 70 antar merak hijau jawa jantan berdekatan tetapi tetap mereka menjaga jarak. Menjaga jarak antar jantan dewasa tersebut tidak hanya terjadi pada musim kawin namun di luar musim kawin tetap dijaga jarak antar mereka. Meskipun merak hijau jawa jantan makan bersama di tempat terbuka, tetapi antar mereka tetap ada jarak. Demikian pada saat minum pada sumber air yang sama tidak bisa saling berdekatan (tidak kurang 1 m). Tidak

Page 47: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 47

pernah dijumpai merak hijau jawa jantan dewasa tidur bersama jantan dewasa lainnya dalam satu pohon tengger.

Gambar VI 39. Merak hijau jawa jantan menari di arena tari (lek) di jalan Batangan-Bekol TNB Di areal dekat tempat minum bekol, merak hijau jawa jantan terkadang mengusir merak jantan lain, tetapi ada juga merak hijau jawa jantan lainnya yang tidak diusir malahan memiliki tempat menari yang saling berdekatan. Jarak antar kedua merak hijau jawa jantan tersebut berkisar 5 – 7 m, bahkan bisa saling mendekat tanpa ada pengusiran ataupun pertarungan. Sementara itu Hernowo, 1995 menjelaskan bahwa jarak antar merak hijau jawa jantan dewasa di TNB sekitar 25 m, bila lebih dekat dari itu akan terjadi pengusiran ataupun bertarung. Ditemukan kasus dua jantan merak hijau jawa dewasa dapat berdekatan/bersama di TNB, ada kemungkinan dua jantan tersebut berasal dari satu kelompok sebelumnya, sehingga mereka masih bisa berdekatan. Pada musim kawin, diantara dua jantan tersebut yang sering kawin hanya 1 individu.

Page 48: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 48

Gambar VI 40. Merak hijau jawa jantan menari saling berdekatan di dekat tempat minum Bekol TNB 6.3.2.5. Strategi Ekologi Perilaku Strategi merak hijau jawa berkaitan dengan ekologi perilaku merupakan cara ataupun taktik dalam beraktivitas memilih, mengekplorasi dan menggunakan sumberdaya agar tetap mendukung kehidupannya tetap lestari. Hidup berkelompok merupakan pilihan hidup merak hijau jawa di TNB dan TNAP. Merak hijau jawa betina merupakan pemimpin kelompok, merak hijau jantan dewasa tidak memiliki kelompok. Makan sambil berjalan, memilih tempat berteduh yang rindang dekat tempat makan, memilih pohon yang tinggi dekat tempat terbuka untuk tidur, memilih tempat terbuka sebagai arena tari, tempat terbuka yang ditumbuhi semak sebagai pilihan untuk tempat bersarang. Strategi ekologi perilaku merak hijau jawa dalam beradaptasi berkaitan dengan efisien dan efektif dalam memanfaatkan sumberdaya di berbagai tipe habitat.

Page 49: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 49

6.4 SIMPULAN

1. Aktivitas ekologi perilaku merak hijau jawa dilakukan baik secara individual maupun kelompok berjalan secara alami. Tipe habitat berpengaruh nyata terhadap frekuensi dan lamanya aktivitas, strategi dan mekanisme perilaku merak hijau jawa, tetapi tidak berpengaruh terhadap pola aktivitas perilaku. Pola aktivitas makan dengan mematuk pakan, menelan, berhenti sejenak dengan menegakkan leher, mengawasi sekelilingnya, mematuk lagi dan berjalan pelan. Aktivitas minum merak hijau jawa dilakukan dengan memasukan puaruhnya ke air, menyedot dan menelan, kemudian mengangkat kepala juga sambil menelan air dan mengawasi sekelilingnya. Aktivitas berteduh dan istirahat dilakukan oleh merak hijau jawa berjalan menuju tempat teduh, dibawah pohon rindang atau naik ke pohon tersebut. Apabila di bawah pohon rindang berteduh sambil diam istirahat dan menyelisik bahkan ada yang mendekam. Aktivitas menyelsik dilakukan pada saat istirahat dan waktu berjemur. Menyelisik dengan paruh kesuruh tubuh yang bisa dijangkau. Aktivitas tidur dimulai dari pencarian pohon tidur pada sore hari, kemudian terbang ke pohon tidur, memilih cabang atau ranting yang nyaman untuk tidur, berbunyi (last call), mendekam dan tidur. Mandi debu dilakukan pada pagi atau sore hari di tempat yang berdebu dengan mendekamkan badanya, berbaring-baring dengan debu, mencakar debu ditaburkan ke tubuhnya. Aktivitas menari dilakukan oleh merak hijau jawa jantan dewasa ditempat relatif bersih dan terbuka, dengan membuka bulu hiasnya berbetuk kipas yang besar, bergeser, membalik atau memutar badanya di dekat betina merak hijau jawa, kadang bulu hiasnya digetarkan. Aktivitas kawin umumnya didahului dengan tarian merak hijau jawa jantan, kemudian betina mendekam dan jantan naik ke punggung betina kemudian kawin.

2. Makan sambil berjalan, memilih tempat berteduh yang rindang dekat tempat makan, memilih pohon yang tinggi dekat tempat terbuka, memilih tempat terbuka sebagai arena tari, tempat terbuka yang ditumbuhi semak sebagai pilihan untuk tempat bersarang merupakan strategi ekologi perilaku merak hijau jawa dalam beradaptasi yang berkaitan dengan efisien dan efektif dalam memanfaatkan sumberdaya di berbagai tipe habitat.

3. Merak hijau jawa hidup berkelompok dengan ukuran kecil (2-4 individu). Ditemukan 4 tipe kelompok merak hijau jawa. Pemimpin kelompok merak hijau jawa adalah merak

Page 50: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 50

hijau jawa betina. Merak hijau jawa memilih sistem perkawinan poligami tetapi tidak dengan harem.

4. Strategi adaptasi ekologi perilaku merak hijau jawa dalam mengahadapi berbagai tekanan adalah hidup berkelompok, pemimpin kelompok adalah betina, ukuran kelompok kecil, ukuran populasi kecil, sistem perkawinan poligami, memilih habitat yang sederhana serta sebagai edge species

DAFTAR PUSTAKA

Alcock, J. 1989. Animal Behaviour : An Introduction Evolutionary Approach 4th Edition.

Sinauer Associates, Inc. Publisher. Sunderland, Massachusetts. Brickle, N. W. 2002. Habitat use, predicted distribution and conservation of green peafowl

(Pavo muticus) in Dak Lak Province, Vietnam. Biological Conservation Journal 105 : 189-197

Carthy, J.D. 1979. The Study of Behaviour. Revision by Phillip E. Howse. Edward Arnold

Limited. London.

Collar, N.J. and Andrew, P. 1998. Birds To Watch. ICBP tech. Publication 8. Cambridge. U K.

Dakin, R. 2008. The role of the visual train ornament in the courtship of peacock, Pavo cristatus. Thesis Master. Department of Biology Queen's University. Kingstons. Ontario. Canada.

Delacour, J. 1977. The Pheasant of the World (2 nd Edition) Spurr Publication. Saiga

Publising Co Ltd Surr GU 26 GTD. England Del Hoyo, J. Elliot A, & Sargatal J. 1994. Handbook of the Birds of the World. Volume 2.

New World Vulture To Guineafowl. Birdlife International Lynx Editions. Barcelona Drickamer, L.C. Vessey, S.H. & Jakob, E.M. 2002. Animal Behaviour : Mechanisms,

Ecology, Evolution. 5th Edition. McGraw Hill. Boston Dwisatya, A. P. 2006. Studi Perilaku Seksual Merak Hijau Jawa (Pavo muticus muticus

Linnaeus 1758) di Kubah Barat Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas Metematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Jakarta. Jakarta.

Gadagkar, R. 2003. Is the peacock merely beautiful or also honest?. Current Science.

Vo. 85. No 7.

Page 51: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 51

Gerrit, H. H. 1978. Pheasant including their care in aviary. Blandford Press Poole . London Hernawan, E. 2003. Studi Populasi dan Habitat Merak Hijau (Pavo muticus Linnaeus

1766), Di Hutan Ciawitali BKPH Buah Dua dan BKPH Songgom KPH Sumedang. Skripsi Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak Diterbitkan.

Hernowo, J. B. 1995. Ecology and Behaviour of the Green Peafowl (Pavo muticus

Linnaeus 1766) In the Baluran National Park. East Java, Indonesia. Master Thesis Faculty of Forestry Science, Goerg August University Gottingen. Germany.

-------------------.--1999. Habitat and Local Distribution of Javan Green Peafowl (Pavo

muticus muticus Linnaeus 1758) In Baluran National Park, East Java. Media Konservasi Vol. VI, No 1, P : 15 – 22.

Hoogerwerf, A. 1970. Ujung Kulon the Land of the Last Javan Rhinoceros. E.J. Brill

Leiden. Netherland. Indrawan M. 1995. Behaviour and Abundance of Green Peafowl in Baluran National Park,

East Java. (Master Thesis) United Kingdom Zoology Department, University of Aberdeen.

Krebs, C.J. 1978. Ecology: The Experimental Analysis of Distribution and Abundance

Second Edition. Harper & Row Publisher. New York.

Krebs, J.R. & Davies.N.B. 1987. An Introduction to Behavioural Ecology. 2nd Edition. Blackwell Scientific Publications. Oxford London.

Kokko, H, W. Sutherlandt, J. Lindstrom, J. Reynodst J. D. & Mackenzie, A. 1998. Individual mating success, lek stability, and neglected limitationof statistical power. Animal Behaviour. 56. 755-762

Loyau, A. Jalme M. S. and Sorci, G. 2007. Non-defendable reasources affect peafowl lek organization : A male removel experiment. Behavioural Processes. 74, 64-70.

Loyau, A. Petrie, M. Jalme M. S. and Sorci. G. 2008. Do peahens not prefer peacocks with more elaborate trains. Animal Behaviour, 76, e5-e9.

Loyau, A, Jalme, M. S. Mauget, R. and Sorci, G. 2007. Male sexual attractiveness affects

the investment of maternal resources into the eggs in peafowl, Pavo cristatus. Behav Ecol Sociobiol. 61 1043 -1052.

Loyau, A. Gomez, D. Moureau, B. Thery, M. Hart. N. S. Jalme, M. S, Bennett A. T.D. and Sorci, G. 2007. Iridescent structurally based coloration of eyespots correlates with mating success in the peacock. Behavioral Ecology Advance Acces . Doc 1093/bebeco/arm88

Manning L. T. 1989. Age-advertisement and the evolution of the peacock's train, Evolution Biology Journal. 2 : (379-384)

Page 52: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 52

Maryanti, 2007. Ekologi Perilaku Merak Hijau (Pavo muticus Linnaeus 1766) Di Taman Nasional Baluran dan Alas Purwo, Jawa Timur. Skripsi. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak Diterbitkan.

Mulyana. 1988. Studi Habitat Merak Hijau (Pavo muticus Linnaeus 1766) di Resort Bekol,

Taman Nasional Baluran, Jawa Timur. Skripsi Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak Diterbitkan.

Palita, Y. 2002. Kajian Penyebaran Lokal, Habitat dan Perilaku Merak Hijau (Pavo muticus

muticus Linnaeus 1758) Di Taman Nasional Meru Betiri. Jawa Timur. Skripsi Program Diploma IV Kehutanan, Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak Diterbitkan.

Pattaratuma, A. 1977. An ecological study on the green peafowl in the game reserve of

Baluran, Banyuwangi, East Java- Indonesia. BIOTROP SEAMEO Regional Centre for Tropical Biology. Bogor

Perrins, C.M. & T.R. Birkhead. 1983. Avian Ecology. Chapman & Hall. New York. Perrins, M and Middleton A.LA. 1985. The Encyclopedia of Bird. Eaet on File Publications,

New York. Petrie, M. Halliday, T & Sanders, C. 1991. Peahens prefer peacock with elaborate trains.

Animal Behaviour. 41, 323 – 331. Ponsena P. 1988. Biological characteristics and breeding behaviours of green peafowl

(Pavo muticus Linnaeus in Huai Kha Khaeng Wildlife Sanctuary. Thai J. For. 7 : 303 – 313.

Ramadhan G, F. 2009. Ekologi Perilaku Merak Hijau (Pavo muticus Linnaeus, 1766) Di

Taman Nasinal Alas Purwo dan Taman Nasional Baluran, Jawa Timur. Skripsi. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak Diterbitkan

Rini, I.S. 2005. Studi Ekologi Pakan dan Perilaku Makan Merak Hijau (Pavo muticus

Linnaeus 1766) Di Taman Nasional Alas Purwo, Jawa Timur. Skripsi Jurusan Konservasi Sumber daya Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak Diterbitkan.

Risnawati, R. 2008. Analisis Population dan Habitat Merak Hijau (Pavo muticus Linnaeus,

1766) Di Taman Nasinal Alas Purwo dan Taman Nasional Baluran, Jawa Timur. Skripsi. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak Diterbitkan.

Sativaningsih, D 2005. Ekologi Perilaku Merak Hijau (Pavo muticus Linnaeus, 1766) Di

Taman Nasinal Alas Purwo Jawa Timur. Skripsi. Departemen Konservasi

Page 53: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 53

Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak Diterbitkan.

Septania. K A. 2009. Potensi Jenis Tumbuhan Sebagai Pakan Merak Hijau Jawa (Pavo

muticus muticus Linnaeus 1766) di Taman Nasional Baluran, Jawa Timur. Thesis Master. Sekolah Pasca Sarjana IPB. Bogor. Tidak Diterbitkan

Subramanian K. S and M. C. John 2001. Roosting and Nesting Habits Of Free Ranging

Indian Peafowl (Pavo cristatus) in Southern Tamil Nadu. Zoos' Print Jurnal 16 (7) 537-538.

Sumbara, B. 2006. The Green Peafowl (Pavo muticus Linnaeus, 1766) Ecological Study

at Cikuray Pinus Forest of BKPH Bayongbong, KPH Garut. West Java. Honours Thesis. Department Forest Resources Conservation and Ecotourism, Faculty of Forestry, Bogor Agricultural University. Bogor (In Indonesian).

Supratman, A.1998. Kajian Pola Penyebaran dan Kharakteristik Habitat Merak Hijau (Pavo

muticus Linnaeus 1766) Pada Musim Tidak Berbiak Di Resort Rowobendo Taman Nasional Alas Purwo, Jawa Timur. Skripsi Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak Diterbitkan.

Takahashi, M., Arita, H, Hiraiwa-Hasegawa, M & Hasegawa. 2008. Peahens do not prefer

peacocks with more elaborate trains. Animal Behaviour, 75, 1209-1219. Takahashi, M. & Hasegawa. H. 2008. Seasonal and diurnal use eight different call types

by Indian peafowl (Pavo cristatus). J. Ethol, 26 : 375 – 381. van Balen, B. Prawiradilaga, D.M. Indrawan, M. Marakarmah, A. Dirgayusa, I.W.A. and

Isa, M.A. 1991. Notes on the Distribution and Status of green Peafowl on Java. World Pheasant Association – Worldwide Fund for Nature, Indonesia Programme. Bogor.

van Balen, S, Prawiradilaga, D.M. and Indrawan, M. 1995. The Distribution and Status of

Green peafowl In Java. Biological Conservation Journal 71, 289-297. van Balen, S. 1999. Bird on Fragmented Islands : Persistence in forest of Java and Bali

(Doctor thesis). Wageningen University and Research Centre. Netherland. Wasono, W. T. 2005. Populasi dan Habitat Merak Hijau (Pavo muticus Linnaeus 1766) Di

Taman Nasional Alas Purwo, Jawa Timur. Skripsi Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak Diterbitkan

Winarto, R. 1993. Beberapa Aspek Ekologi Merak Hijau ( Pavo muticus Linnaeus 1766)

Pada Musim Berbiak Di Taman Nasional Baluran, Jawa Timur. Skripsi Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak Diterbitkan

Page 54: 2011jbh-Ekologi Perilaku Merak Hijau (BAB VI)

VI- 54

Ya-Yong, K. Hong, C. and Guo-Ping, Z. 2004. Analysis of genetic diversity for wild and captive green peafowl populations by random amplified poplymorphic DNA technique. Journal of Forestry Research 15 (3): 203-206 (2004)

Yuniar, A. 2007. Studi Population dan Habitat Merak Hijau (Pavo muticus Linnaeus, 1766)

Di Taman Nasinal Alas Purwo dan Taman Nasional Baluran, Jawa Timur. Skripsi. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak Diterbitkan