2003 MAKALAH KEPDAS 2.doc

67

Click here to load reader

Transcript of 2003 MAKALAH KEPDAS 2.doc

Page 1: 2003 MAKALAH KEPDAS 2.doc

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kesehatan yang sering terjadi pada daerah permukiman khususnya

didaerah pesisir dan aliran sungai adalah beraneka ragam.Diantaranya adalah penyakit

Kusta,Filariasis,DBD,Malaria dan chikungunya.Berberapa penyebab adalah berhubungan

dengan kebersihan lingkungan yang kurang,air sungai yang kurang memenuhi

standar,sampah yang tidak tertata dengan baik,pengetahuan yang kurang terkait dengan

kesehatan dan faktor resiko munculnya penyakit.Hal ini sangat memerlukan

penatalaksanaan yang baik,sehingga tidak terjadi penyakit dengan tingkat keparahan yang

tinggi bahkan sampai menyebabkan kematian.Penatalaksanaan yang baik akan

menurunkan angka kejadian penyakit tersebut.

Maka dari itu penulis menulis makalah tentang masalah kesehatan di masyarakat :

Kusta,Filariasis,DBD,Malaria dan chikungunya dengan mencantumkan konsep dari

semua penyakit yang disebutkan dan cara yang terbaik untuk penatalaksanaannya oleh

petugas kesehatan.

B. Tujuan

1. Mengetahui dan memahami konsep penyakit Kusta

2. Mengetahui dan memahami konsep penyakit Filariasis

3. Mengetahui dan memahami konsep penyakit DBD

4. Mengetahui dan memahami konsep penyakit Malaria

5. Mengetahui dan memahami konsep penyakit Chikungunya

Page 2: 2003 MAKALAH KEPDAS 2.doc

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kusta

1. Definisi

Penyakit kusta dikenal juga dengan nama Morbus Hansen atau lepra. Istilah

kusta berasal dari bahasa sansekerta, yakni kushtha yang berarti kumpulan

gejala-gejala kulit secara umum

Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular kronik yang

disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae (M leprae) yang intra seluler

obligat menyerang saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan

mukosa traktus respiratorius bagian atas kemudian ke organ lain kecuali

susunan saraf pusat.

2. Epidemiologi

Kusta terdapat dimana-mana, terutama di Asia, Afrika, Amerika Latin,

daerah tropis dan subtropis, serta masyarakat yang sosial ekonominya rendah.

Makin rendah sosial ekonomi makin berat penyakitnya.Sebenarnya kapan

penyakit kusta ini mulai bertumbuh tidak dapat diketahui dengan pasti, tetapi ada

yang berpendapat penyakit ini berasal dari Asia Tengah kemudian menyebar ke

Mesir, Eropa, Afrika dan Amerika.

Page 3: 2003 MAKALAH KEPDAS 2.doc

Sumber penularan adalah kuman kusta utuh (solid) yang berasal dari

pasien kusta tipe MB (Multi basiler) yang belum diobati atau tidak teratur berobat

(Mansjoer dkk, 2000). Penyakit ini menyerang segala umur namun jarang sekali

pada anak dibawah usia 3 tahun. Hal ini diduga berkaitan dengan masa inkubasi

yang cukup lama. Namun meskipun sebagian besar penduduk di daerah endemik

lepra pernah terinfeksi M. Leprae tidak semua akan terserang penyakit ini karena

kekebalan alamiah terhadap kuman tersebut. Diperkirakan sekitar 15% dari

populasi didaerah endemis kekebalan tubuhnya tidak cukup untuk membunuh

kuman yang masuk dan kemungkinan suatu saat bisa terserang penyakit ini

3. Etiologi

Penyakit kusta disebabkan oleh M .leprae yang ditemukan oleh G.H.

Armauer Hansen tahun 1873 di Norwegia.masa membelah diri M.Leprae 12-21

hari dan masa tunasnya 40 hari-40 tahun.Basil ini bersifat tahan asam, bentuk

pleomorf lurus, batang ramping dan sisanya berbentuk paralel dengan kedua

ujung-ujungnya bulat dengan ukuran panjang 1-8 um dan diameter 0,25-0,3 um.

Basil ini menyerupai kuman berbentuk batang yang gram positif, tidak bergerak

dan tidak berspora. Dengan pewarnaan Ziehl-Nielsen basil yang hidup dapat

berbentuk batang yang utuh, berwarna merah terang, dengan ujung bulat (solid),

sedang basil yang mati bentuknya terpecah-pecah (fragmented) atau granular.

Basil ini hidup dalam sel terutama jaringan yang bersuhu rendah dan tidak dapat

dikultur dalam media buatan (in vitro).Basil ini bersifat obligat intraseluler yang

menyerang saraf perifer,kulit dan organ lain seperti mukosa saluran pernapasan

bagian atas,hati dan sumsum tulang kecuali susunan saraf pusat.

4. Factor penyebab kejadian penyakit kusta

a. Agent

Mycobacterium leprae yang menyerang saraf tepi, kulit dan

jaringan tubuh lainnya kecuali susunan saraf pusat. Kusta adalah penyakit

yang disebabkan oleh bakteri M. leprae yang menyerang kulit, saraf tepi di

tangan maupun kaki, dan selaput lendir pada hidung, tenggorokan dan

mata.

Page 4: 2003 MAKALAH KEPDAS 2.doc

Kuman ini satu genus dengan kuman TB dimana di luar tubuh

manusia, kuman kusta hidup baik pada lingkungan yang lembab akan

tetapi tidak tahan terhadap sinar matahari. Kuman kusta dapat bertahan

hidup pada tempat yang sejuk, lembab, gelap tanpa sinar matahari sampai

bertahun-tahun lamanya. Kuman Tuberculosis dan leprae jika terkena

cahaya matahari akan mati dalam waktu 2 jam, selain itu. Seperti halnya

bakteri lain pada umumnya, akan tumbuh dengan subur pada lingkungan

dengan kelembaban yang tinggi. Air membentuk lebih dari 80% volume

sel bakteri dan merupakan hal esensial untuk pertumbuhan dan

kelangsungan hidup sel bakteri. Kelembaban udara yang meningkat

merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri patogen termasuk yang

memiliki rentang suhu yang disukai, merupakan bakteri mesofilik yang

tumbuh subur dalam rentang 25-400C, tetapi akan tumbuh secara optimal

pada suhu 31-370C.

b. Host

Manusia merupakan reservoir untuk penularan kuman seperti

Mycobacterium tuberculosis dan morbus Hansen, kuman tersebut dapat

menularkan pada 10-15 orang. Menurut penelitian pusat ekologi kesehatan

(1991), tingkat penularan kusta di lingkungan keluarga penderita cukup

tinggi, dimana seorang penderita rata-rata dapat menularkan kepada 2-3

orang di dalam rumahnya. Di dalam rumah dengan ventilasi baik, kuman

ini dapat hilang terbawa angin dan akan lebih baik jika ventilasi

ruangannya menggunakan pembersih udara yang bisa menangkap kuman.

c. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri host baik

benda mati, benda hidup, nyata atau abstrak, seperti suasana yang

terbentuk akibat interaksi semua elemen-elemen termasuk host yang lain.

Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan non fisik, lingkungan fisik

terdiri dari : keadaan geografis (dataran tinggi atau rendah, persawahan

dan lain-lain), kelembaban udara, suhu, lingkungan tempat tinggal.

Adapun lingkungan non fisik meliputi : sosial (pendidikan, pekerjaan),

Page 5: 2003 MAKALAH KEPDAS 2.doc

budaya (adat, kebiasaan turun temurun), ekonomi (kebijakan mikro dan

local) dan politik (suksesi kepemimpinan yang mempengaruhi kebijakan

pencegahan dan penanggulangan suatu penyakit).

Faktor resiko lingkungan antara lain:

a. Pencahayaan

Rumah sehat memerlukan cahaya yang cukup khususnya cahaya alam berupa

cahaya matahari yang berisi antara lain ultra violet. Cahaya matahari minimal

masuk 60 lux dengan syarat tidak menyilaukan. Pencahayaan rumah yang tidak

memenuhi syarat berisiko 2,5 kali terkena Tuberculose dan kusta dibanding

penghuni yang memenuhi persyaratan di Jakarta Timur (Pertiwi, 2004) dan pada

kusta pun terjadi hal yang sesuai dengan TB tersebut. Semua cahaya pada

dasarnya dapat mematikan, namun tentu tergantung jenis dan lama cahaya

tersebut.

b. Kepadatan kondisi rumah

Kepadatan penghuni dalam satu rumah tinggal akan memberikan pengaruh

bagi penghuninya. Luas rumah yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya

akan menyebabkan brjubelan (overcrowded). Hal ini tidak sehat karena selain

menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen, juga bila salah satu anggota keluarga

terkena penyakit infeksi, terutama tuberculose dan leprae akan mudah menular

kepada anggota keluarga yang lain, dimana seorang penderita rata-rata dapat

menularkan 2-3 orang di dalam rumahnya.

c. Kelembaban

Kelembaban udara adalah prosentase jumlah kandungan air dalam udara.

Kelembaban terdiri dari 2 jenis, yaitu :

a) Kelembaban absolute, yaitu uap air per unit volume udara;

b) Kelembaban nisbi (relatif), yaitu banyaknya uap air dalam udara pada suatu

temperature terhadap banyaknya uap air pada saat udara jenuh dengan uap air

pada temperature tersebut.

Menurut indikator pengawasan perumahan, kelembaban udara yang memenuhi

syarat kesehatan dalam rumah adalah < 40% atau > 70%.Rumah yang tidak

memiliki kelembaban yang memenuhi syarat kesehatan akan membawa pengaruh

Page 6: 2003 MAKALAH KEPDAS 2.doc

bagi penghuninya. Rumah yang lembab merupakan media yang baik bagi

pertumbuhan mikroorganisme, antara lain bakteri, spiroket, ricketsia dan virus.

5. Klasifikasi

Klasifikasi WHO (1982) yang kemudian disempurnakan pada tahun

1997 : Dalam klasifikasi ini seluruh penderita kusta hanya dibagi dalam 2 tipe

yaitu tipe Paucibacillary (PB) dan Multibacillary (MB). Dasar klasifikasi ini

adalah negatif dan positifnya basil tahan asam (BT) dalam skin smear. Pedoman

utama untuk menentukan klasifikasi/tipe penyakit kusta menurut WHO adalah

sebagai berikut :

Tanda Utama Paucibacillary Baciler (PB) Multibacillary Baciler

(MB)

Bercak Kusta

- Jumlah

- Ukuran

- Distribusi

- Konsistensi

- Batas

- Kehilangan rasa

- Kehilangan

kemampuan

berkeringat dan

rambut dibagian

bercak rontok

- 1-5

- Kecil dan besar

- Unilateral/bilateral

- Kering dan kasar

- Tegas

- Selalu ada&jelas

- Bercak tidak

berkeringat dan ada

rambut yang rontok

pada bercak

- Banyak

- Kecil

- Bilateral & simetris

- Halus & berkilat

- Kurang tegas

- Tidak jelas

- Bercak berkeringat

dan rambut tidak

rontok

Page 7: 2003 MAKALAH KEPDAS 2.doc

Infiltrate

- Kulit

- Membrane mukosa

tersumbat

perdarahan di

hidung

- Tidak ada

- Tidak pernah ada

- Ada dan kadang

tidak ada

- Ada dan kadang

tidak ada

Ciri hidung Central Healing

penyembuhan ditengah

Ginekomastia,hidung

pelana,suara sengau

Penebalan saraf tepi Lebih sering terjadi

mula,asimetris

Terjadi pada tahap

lanjut,lebih dari 1 dan

simetris

Deformitas cacat Asimetris dan terjadi pada

tahap mula

Terjadi pada tahap lanjut

Sediaan apusan BTA negatif BTA Positif

6. Manifestasi Klinis

Menurut WHO 1995 tanda gejala kusta adalah :

1) Adanya lesi kulit yang khas dan kehilangan sensibilitas.Lesi kulit dapat

tunggal atau multiple biasanya hipopigmentasi tetapi kadang terdapat

kemerahan .Kehilangan sensibilitas pada lesi akibat dari kerusakan saraf

tepi yang dapat mengakibatkan kelemahan otot.

2) Terdapat penebalan saraf tepi dan nyeri tekan

Tanda gejala berdasarkan jenis kusta:

1) Kusta kering(Tipe tuberkuloid)

Kusta jenis ini tidak menular.Kelainan kulit berupa bercak keputihan sebesar

uang logam,jumlahnya hanya beberapa ,sering ada di pipi,punggung,pantat,paha

dan lengan.Bercak terlihat kering.Bentuk ini sering di dapatkan pada orang

Indonesia yang daya tahan tubuhnya terhadap kusta cukup tinggi.

2) Kusta bentuk basah(tipe lepromatosa)

Page 8: 2003 MAKALAH KEPDAS 2.doc

Kusta jenis ini menular karena banyak kuan dapat ditemukan diselaput lender

hidung,kulit dan tubuh bagian lain.Jumlahnya lebih sedikit dan sering terjadi pada

orang dengan daya tahan tubuh terhadap kusta rendah.Kelainan kulit seperti

kemerahan,terlihat mengkilap dan berminyak,terdapat benjolan seperti biji jagung

dibagian tubuh,wajah,daun telinga yang disertai dengan rontoknya alis

mata,menebalnya cupingg hidung.

7. Tingkat kecacatan pada penderita kusta

Kerusakan saraf pada pendirita kusta meliputi :

a. Kerusakan fungsi sensorik

Kelainan fungsi sensorik ini menyebabkan terjadinya kurang/mati rasa (anestesi).

Akibat kurang/mati rasa pada telapak tangan dan kaki dapat terjadi luka.

Sedangkan pada kornea mata akan mengakibatkan kurang/hilangnya reflek kedip

sehingga mata mudah kemasukan kotoran, benda-benda asing yang dapat

menyebabkan infeksi mata dan akibatnya buta.

b. Kerusakan fungsi motorik

Kekuatan otot tangan dan kaki dapat menjadi lemah/lumpuh dan lama-lama otot

mengecil (atrofi) oleh karena tidak dipergunakan. Jari-jari tangan dan kaki

menjadi bengkok (clow hand/clow toes) dan akhirnya dapat terjadi kekakuan pada

sendi, bila terjadi kelemahan/ kekakuan pada mata, kelopak mata tidak dapat

dirapatkan (lagoptalmus).

c. Kerusakan fungsi otonom

Terjadinya gangguan kelenjar keringat, kelenjar minyak dan gangguan sirkulasi

darah sehingga kulit menjadi kering, menebal, mengeras, dan akhirnya dapat

pecah-pecah. Pada umumnya apabila terdapat kerusakan fungsi saraf tidak

ditangani secara tepat dan tepat maka akan terjadi cacat ke tingkat yang lebih

berat

8. Pencegahan

a. Pencegahan primer

Penyuluhan

Page 9: 2003 MAKALAH KEPDAS 2.doc

Pencegahan primer dilakukan pada kelompok orang sehat dan memiliki

resiko tertular karena berada disekitar penderita dengan cara memberikan

penyuluhan tentang kusta.Penyuluhan yang diberikan berupa

pengetahuan,kemauan dan kemampuan masyarakat untuk

memelihara ,meningkatkan dan melindungi diri dari resiko penyakit kusta

(Depkes RI,2006).

b. Pencegahan sekunder

Pengobatan pada penderita kusta

Tujuannya adalah untuk memutuskan rantau penularan,menyembuhkan

penyakit,mencegah terjadinya kecacatan.Pemberian MDT(Multi Drug

Theraphy) pada penderita kusta terutama tipe Multibaciler karena tipe

tersebut merupakan sumber kuman yang dapat menular.

c. Pencegahan tersier

Pencegahan cacat kusta

a) Upaya pencegahan cacat primer meliputi penemuan dini penderita

sebelum cacat,pengobatan secara teratur dan penanganan reaksi

untuk mencegah terjadinya kerusakan saraf

b) Upaya pencegahan cacat sekunder meliputi perawatan diri untuk

mencegah luka dan perawatan mata,tangan atau kaki yang sudah

mengalami gangguan fungsi saraf

Rehabilitasi Kusta

Rehabilitasi kusta mrupakan proses pemulihan untuk memperolehh

fungsi penyesuaian diri secara maksimal atas usaha untuk

mempersiapkan penderita cacat secara fisik,mental,social.

9. Kejadian penyakit kusta di daerah pesisir dan aliran sungai.

Kejadian kusta didaerah pesisir dan aliran sungai cukup tinggi,hal ini disebabkan

karena banyak factor yang mencetuskan terjadinya penyakit tersebut.Salah

satunya adalah kelembaban udara,kebersihan air dan kondisi rumah.Didaerah

pesisir dan aliran sungai memiliki suhu yang cenderung dingin dan terdapat air

sungai yang kurang sesuai dengan standar air bersih.Keadaan seperti ini menjadi

Page 10: 2003 MAKALAH KEPDAS 2.doc

tempat berkembangbiaknya bakteri terutama bakteri M.Leprae ini.Selain itu

kebersihan dan pengetahuan yang minim juga ikut berkontribusi dalam penularan

penyakit kusta ini.

B. Filariasis

1. Definisi

Filariasis atau kaki gajah adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh

infeksi cacing filarial dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Cacing Filaria

hidup di saluran dan kelenjar getah bening

2. Epidemiologi

Data WHO 2008 menunjukkan bahwa di dunia terdapat 1,3 miliar penduduk yang

berada di lebih dari 83 negara berisiko tertular filariasis, dan lebih dari 60% negara-

negara tersebut berada di Asia Tenggara. Diperkirakan lebih dari 120 juta orang

diantaranya sudah terinfeksi dengan 43 juta orang sudah menunjukkan gejala klinis

berupa pembengkakan anggota tubuh di kaki atau lengan (Lymphoedema) atau anggota

tubuh lainnya. Penyakit ini tersebar luas terutama di pedesaan, dapat menyerang semua

golongan umur baik anak-anak maupun dewasa, laki-laki dan perempuan.

Kasus filariasis di Indonesia pada tahun 2009 dilaporkan sebanyak 11.914 kasus.

Tiga provinsi dengan jumlah kasus filariasis terbanyak adalah Nanggroe Aceh

Darussalam (2.359 orang), Nusa Tenggara Timur (1.730 orang) dan Papua (1.158 orang)

(Kemenkes RI, 2010).

Penyakit ini juga merupakan masalah kesehatan di masyarakat propinsi Riau. Dari

sebelas kabupaten atau kota penderita filaria terbanyak di kabupaten Indragiri Hulu

(149kasus) dan terendah di Kota Pekanbaru (2 kasus). Walaupun filariasis jarang

menyebabkan kematian tapi ia merupakan punca keempat terbesar di dunia yang

menyebabkan lumpuh.

Gambaran Kasus Filariasis Di Propinsi Riau tahun 2011dari DinKes Propinsi Riau

Page 11: 2003 MAKALAH KEPDAS 2.doc

3. Etiologi

Penyebab dari filariasis adalah infeksi oleh cacing filarial. Parasit

memasuki sirkulasi saat nyamuk menghisap darah lalu parasit akan menuju

pembuluh limfa dan nodus limfa. Di pembuluh limfa terjadi perubahan dari

larva(microfilaria) menjadi cacing dewasa. cacing dewasa akan menghasilkan

produk yang akan menyebabkan dilatasi dari pembuluh darah limfa.

Di Indonesia Filariasis paling banyak disebabkan oleh

- Cacing Wuchereria Bancrofti

- Cacing Brugia Malayi

Kab/Kota

Daerah Endemis Filariasis Jumlah

Kasus

ElephantiasiPuskemas Desa

Pekanbaru 2 2 2

Kampar 3 5 7

Indragiri Hulu 7 40 149

Indragiri Hilir 8 24 60

Bengkalis 3 3 9

S i a k 1 7 13

Dumai 3 5 14

Rokan Hilir 5 20 47

Pelalawan 2 6 6

Rokan Hulu 4 6 6

Kuantan Singingi 3 8 10

PROPINSI 43 147 323

Page 12: 2003 MAKALAH KEPDAS 2.doc

- Cacing Brugia Timori

Faktor yang mempengaruhi

- Lingkungan fisik

Termasuk iklim, suhu udara, kelembaban udara, hujan, sinar matahari,

kondisi geografis suatu daerah misalnya rawa rawa dan kondisi air serta

tumbuhan air (eceng gondok) yang bisa menjadi tempat

perkembangbiakan nyamuk

- Lingkungan Sosial

Mengenai pengetahuan sikap dan perilaku masyarakat tentang penyakit

serta adat istiadat dan kebiasaan masyarakat

- Ekonomi

Pekerjaan yang mayoritas bertani dan mencari rotan jadi resiko terkena

gigitan nyamuk

4. Cara penularan

Penyakit ini ditularkan melalui nyamuk yang menghisap darah seseorang

yang telah tertular sebelumnya darah yang tertular mengandung larva dan akan

ditularkan ke orang lain pada saat nyamuk yang terinfeksi menggigit atau

menghisap darah orang tersebut.

5. Manifestasi Klinis

a. Demam berulang

b. Terdapat benjolan yang terasa panas dan nyeri pada paha, ketiak

c. Teraba adanya tali yang berwarna merah dan sakit mulai dari pangkal

paha atau ketiak kearah ujung kaki atau tangan

d. Pembesaran pada tangan, kaki, skrotum, payudara dan vagina

e. Filarial Abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah

bening dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah.

6. Penatalaksanaan

Tujuan utama dalam penanganan dini terhadap penderita penyakit kaki

gajah adalah membasmi parasit atau larva yang berkembang dalam tubuh

penderita, sehingga tingkat penularan dapat ditekan dan dikurangi.

berikut beberapa tatalaksana yang bisa dilakukan dalam filariasis :

Page 13: 2003 MAKALAH KEPDAS 2.doc

a. Bed rest untuk kondisi akut

b. Diet dan aktivitas

Makanan berlemak dibatasi pada individu dengan filariasis

limfatik.Individu dengan filariasis limfatik kronis didorong untuk

memobilisasi (dengan dukungan kompresi perban) anggota badan yang

terkena.

c. Dietilkarbamasin {diethylcarbamazine (DEC)} adalah obat filariasis yang

ampuh baik untuk filariasis bancrofti maupun malayi, bersifat

makrofilarisidal dan mikrofilarisidal. Obat ini tergolong murah, aman dan

tidak ada resistensi obat. Penderita yang mendapatkan terapi obat ini

mungkin akan memberikan reaksi samping sistemik dan lokal yang

bersifat sementara dan mudah diatasi dengan obat

simtomatik.Dietilkarbamasin tidak dapat dipakai untuk khemoprofilaksis.

Pengobatan diberikan oral sesudah makan malam 3x 2mg/hr, diserap

cepat, mencapai konsentrasi puncak dalam darah dalam 3 jam, dan

diekskresi melalui air kemih. Dietilkarbamasin tidak diberikanpada anak

berumur kurang dari 2 tahun, ibu hamil/menyusui, dan penderita sakit

berat atau dalam keadaan lemah.

d. Anti mikroba untuk infeksi sekunder

7. Pencegahan

Usaha pencegahan Filariasis yang dapat dilakukan oleh masyarakat adalah

sebagai berikut :

a. Berusaha menghindarkan dari gigitan nyamuk vektor (mengurangi kontak

dengan vektor) dengan cara :

- Menggunakan kelambu sewaktu tidur.

- Menutup lubang ventilasi rumah dengan kawat kasa nyamuk.

- Pembersihan tanaman air pada rawa rawa yang merupakan tempat

perindukan nyamuk

- Pembersihan semak semak disekitar rumah

- Menimbun mengeringkan atau mengalirkan genangan air sebagai

tempat perindukan nyamuk

Page 14: 2003 MAKALAH KEPDAS 2.doc

b. WHO sudah menetapkan Kesepakatan Global (The Global Goal of

Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health problem by The

Year 2020). Program eliminasi dilaksanakan melalui pengobatan massal

dengan DEC dan Albendazol setahun sekali selama 5 tahun di lokasi

daerah endemis dan perawatan kasus klinis baik yang akut maupun kronis

untuk mencegah kecacatan dan mengurangi penderitaannya.

8. Peran perawat

a. Promosi berupa pemberian informasi serta pencegahan filariasis

1) Memberikan informasi berupa penyuluhan atau pendidikan kesehatan

kepada masyarakat tentang filariasis dan bagaimana proses penularannya.

2) Memberikn informasi gelaja filariasis.

3) Memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat untuk

Memberantas jentik-jentik nyamuk dengan membersihkan bak air di

rumah-rumah terutama pada daerah pesisir dan aliran sungai.

4) Memberikan informasi serta mengajak warga untuk mengikuti program

pengobatan massal filariasis di puskesmas.

5) Memberikan informasi ke[ada masyarakat untuk segera memeriksakan

diri ke puskesmas atau tenaga kesehatan apabila tetangga atau keluarga

terkena filariasis.

6) Memberikan informasi tentang pencegahan agar terhindar dari penyakit

filariasis dengan cara:

a. Berusaha menghindarkan diri dari gigitan nyamuk penular.

b. Membersihkan tanaman air pada rawa-rawa/pada daerah perairan

yang terdapat dilingkungan sekitar yang merupakan tempat

perindukan nyamuk. Serta menimbun, mengeringkan atau

mengalirkan genangan air afgar tidak digunakan sebagai tempat

perindukan nyamuk.

c. Membersihkan semak-semak disekitar rumah.

d. Terhindar dari gigitan nyamuk peyebab filariasis dengan cara:

Tidur menggunakan kelambu.

Lubang angin (ventilasi) rumah ditutup kawat kasa halus

Page 15: 2003 MAKALAH KEPDAS 2.doc

Memasang obat nyamuk

Memakai obat gosok anti nyamuk

Membersihkan tempat-tempat perindukan nyamuk

Melakukan penyemprotan untuk membunuh nyamuk dewasa

Ciptakan lingkungan yang bersih serta bebas dari nyamuk demi

menghindari tertularnya penyakit kaki gajah.

Pemberantasan nyamuk berupa fogging ini sangat membantu

dalam pemberantasan mata rantai penularan.

b. Cara Mengobati Penyakit Kaki Gajah

Ketika seseorang mengetahui adanya penyakit kaki gajah pada dirinya, maka

segeralah ke rumah sakit agar dilakukan pembasmian larva yang berkembang

pada tubuh penderita. Pembasmian berguna untuk mengurangi dan menekan laju

penularan.

Tujuan utama dalam penanganan dini terhadap penderita penyakit kaki gajah

adalah membasmi parasit atau larva yang berkembang dalam tubuh penderita,

sehingga tingkat penularan dapat ditekan dan dikurangi.

1) Pemberian obat massal pencegahan (pomp) filariasis.

Pemberian obat Filariasis di seluruh dunia bertujuan untuk

mengeliminasi filariasis dengan cara menghilangkan kejadian penularan

dari penderita kepada calon penderita filariasis. Penularan akan menurun

atau bahkan tidak terjadi bila jumlah mikrofilaria yang beredar dalam

masyarakat sangat rendah sehingga meskipun ada nyamuk sebagai vektor,

tetapi gigitannya tidak akan mampu menularkan filariasis karena rendahnya

jumlah mikrofilaria dalam darah penderita. Program Pemberian Obat

Massal Pencegahan (POMP) Filariasis merupakan tindakan “public health

approach”, yang mementingkan keselamatan rakyat banyak diatas

kepentingan individu.

Pada kasus filariasis, hal ini dimungkinkan karena tersedia obat

yang efektif dan relatif aman sehingga dapat dilakukan tindakan

pengobatan massal secara “blanket approach”. Artinya; obat diberikan

kepada setiap orang dalam satu wilayah tanpa memeriksa satu per satu

Page 16: 2003 MAKALAH KEPDAS 2.doc

lebih dahulu untuk menentukan apakah seseorang menderita filariasis atau

tidak. Setiap orang yang tinggal di daerah dengan kepadatan filaria tertentu

akan diberi obat sehingga kepadatan filarial di daerah tersebut akan

menurun. Pemeriksaan darah lebih dahulu yang dimaksudkan untuk

menemukan penderita yang akan diobati tidak bermanfaat, karena tidak

semua penderita menunjukkan mikrofilaria positif dalam test darah

malamnya.

Obat yang saat ini digunakan untuk pengobatan massal berdasarkan

kesepakatan global di bawah arahan WHO adalah Dietilkarbamazin (DEC)

ditambah Albendazol, diberikan dalam dosis tunggal sekali setahun dan

diulang sekali setiap tahun selama lima tahun di daerah endemis filariasis.

Dalam riwayat Pemberian Obat Massal Pencegahan (POMP) Filariasis di

Indonesia DEC selalu digunakan karena DEC adalah obat pilihan untuk

filariasis. Obat ini membunuh mikrofilaria, akan tetapi efeknya pada filaria

dewasa masih dipertanyakan. Albendazol dipakai untuk membunuh filarial

dewasa. Albendazol selama ini merupakan obat bebas yang dipakai untuk

mengobati investasi cacing dalam usus.

2) Pengobatan selektif dilakukan kepada orang yang mengidap microfilaria

serta anggota keluarga yang tinggal berdekatan dengan penderita.

3) Pengobatan individual (penderita kronis) semua kasus klinis obat DEC mg,

3x sehari selama 10 hari.

C. Demam berdarah dengue (DBD)

1. Definisi

Dengue adalah penyakit virus didaerah tropis yang ditularkan oleh

nyamuk dan ditandai dengan demam, nyeri kepala, nyeri pada tungkai, dan ruam

(Brooker, 2001).

Demam dengue/dengue fever adalah penyakit yang terutama pada anak,

remaja, atau orang dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot, atau

sendi yang disertai leukopenia, dengan/tanpa ruam (rash) dan limfadenophati,

demam bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri pada pergerakkan bola mata, rasa

Page 17: 2003 MAKALAH KEPDAS 2.doc

menyecap yang terganggu, trombositopenia ringan, dan bintik-bintik perdarahan

(ptekie) spontan (Noer, dkk, 1999).

Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh

virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk

Aedes aegypti (Suriadi & Yuliani, 2001).

2. Epidemiologi

Demam berdarah dengue di Indonesia pertama kali dicurigai terjangkit di

Surabaya pada tahun 1968, tetapi kepastian virologiknya baru diperoleh pada

tahun 1970. Demam berdarah dengue pada orang dewasa dilaporkan pertama kali

oleh Swandana (1970) yang kemudian secara drastis meningkat dan menyebar ke

seluruh Dati I di Indonesia.

Faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus Demam

Berdarah Dengue sangat kompleks, yaitu (1) Pertumbuhan penduduk yang tinggi

(2) Urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali (3) Tidak ada kontrol

vektor nyamuk yang efektif di daerah endemis dan (4) Peningkatan sarana

transportasi.

Di Indonesia, karena suhu udara dan kelembaban tidak sama di setiap

tempat, maka pola terjadinya penyakit agak berbeda untuk setipa tempat. Di Jawa

pada umumnya infeksi virus dengue terjadi mulai awal Januari, meningkat terus

sehingga kasus terbanyak terdapat pada sekitar bulan April – Mei setiap tahun.

3. Karakteristik penyakit

Memahami ciri – ciri atau karakteristik dari penyakit menyeramkan ini

tidak hanya dibutuhkan oleh pihak kesehatan saja, tapi semua masyarakat

termasuk anak – anak. Tujuannya tentu saja mengarahkan pada bagaimana upaya

maksimal melakukan pencegahan agar penyakit demam dapat dihindari dari

lingkungan. Berikut ini beberapa ciri dari penyakit demam berdarah yang dapat

dicek di lingkungan sekitar kita, yaitu:

a. Demam tinggi terus menerus selama 2 – 7 hari dengan suhi di atas 38

derajat Celsius. Demam seperti ini umumnya tidak bias diturunkan dengan

obat penurun panas atau dikompres. Oleh karena itu, jangan menganggap

Page 18: 2003 MAKALAH KEPDAS 2.doc

remeh cirri pertama ini. Silakan segera mengkonsultasikan dengan dokter

jika dibutuhkan segera.

b. Seluruh persendian tubuh terasa sakit, nyeri, pegal, dan linu. Jika anak –

anak yang mengalami, biasanya mereka hanya tampak semakin rewel

dengan tangisannya karena belum dapat menyampaikan dengan pasti apa

yang mereka rasakan di tubuhnya.

c. Perut terasa nyeri dan mual. Cirri inipun sama dengan sebelumnya jika

terjadi pada anak – anak. Karena itu, para orang tua hendaknya

mewaspadai sejak dini.

d. Kepala terasa sangat pusing. Jangan sembarangan memilih serta meminum

obat pusing jika cirri ini anda alami selain cirri lainnya. Segera periksakan

ke dokter agar tidak terjadi hal di luar dugaan.

e. Wajah akan memerah karena demam, dan mata terasa panas. Hal ini dapat

diamati secara langsung oleh orang di sekitar anda juga. Hendaknya cirri

ini menjadikan anda tidak mudah menggunakan obat luar untuk

mengobatinya.

f. Sulit BAB atau malah diare.

g. Muncul bintik-bintik merah dipermukaan kulit. Salah satu siri bintiknya

adalah tidak akan hilang walaupun ditekan oleh jari.

h. Mimisan, perdarahan seperti ini sebenarnya adalah tanda-tanda penyakit

DBD yang sudah cukup terlambat untuk ditangani.

Ciri – cirri atau karakteristk demam berdarah menurut medis:

a. Jumlah trombosit kurang dari 100.000/mm3 (normal : 150 – 450/mm3)

b. Adanya pembesaran organ hati dan limfa.T

c. erjadinya pengentalan darah, nilai hematokrit atau Hct meningkat 20 %

Itulah beberapa ciri DBD yang hampir tidak ada bedanya dengan demam

biasa. Bila anda atau orang terdekat anda mengalami cirri-ciri penyakit DBD

seperti diatas , sebaiknya jangan ragu untuk segera ke dokter dan melakukan

periksa darah. Alasannya tentu saja karena penyakit DBD hanya bias diketahui

lewat pemeriksaan kadar trombosit dalam darah.

Page 19: 2003 MAKALAH KEPDAS 2.doc

4. Etiologi

a. Virus dengue

Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam

Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus

dengue tipe 1,2,3 dan 4. Keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia

dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis.

b. Vektor

Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu

nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes alboptictus, aedes polynesiensis dan

beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan.

Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat

bejana – bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang

terdapat di luar rumah di lubang – lubang pohon di dalam potongan bambu,

dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus).

Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari

terutama pada waktu pagi hari dan senja hari.

c. Host

Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia

akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia

masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus

dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang

yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi

ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dan dapat pula terjadi pada bayi yang

mendapat infeksi virus dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat

imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta.

5. Manifestasi klinis

Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan

masa inkubasi anatara 13 – 15 hari, tetapi rata-rata 5 – 8 hari. Gejala klinik timbul

secara mendadak berupa suhu tinggi, nyeri pada otot dan tulang, mual, kadang-

kadang muntah dan batuk ringan. Sakit kepala dapat menyeluruh atau berpusat

pada daerah supra orbital dan retroorbital. Nyeri di bagian otot terutama dirasakan

Page 20: 2003 MAKALAH KEPDAS 2.doc

bila otot perut ditekan. Sekitar mata mungkin ditemukan pembengkakan,

lakrimasi, fotofobia, otot-otot sekitar mata terasa pegal. Eksantem yang klasik

ditemukan dalam 2 fase, mula-mula pada awal demam (6 – 12 jam sebelum suhu

naik pertama kali), terlihat jelas di muka dan dada yang berlangsung selama

beberapa jam dan biasanya tidak diperhatikan oleh pasien.

Ruam berikutnya mulai antara hari 3 – 6, mula – mula berbentuk makula

besar yang kemudian bersatu mencuat kembali, serta kemudian timbul bercak-

bercak petekia. Pada dasarnya hal ini terlihat pada lengan dan kaki, kemudian

menjalar ke seluruh tubuh. Pada saat suhu turun ke normal, ruam ini berkurang

dan cepat menghilang, bekas-bekasnya kadang terasa gatal. Nadi pasien mula-

mula cepat dan menjadi normal atau lebih lambat pada hari ke-4 dan ke-5.

Bradikardi dapat menetap untuk beberapa hari dalam masa penyembuhan.

Gejala perdarahan mulai pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekia, purpura,

ekimosis, hematemesis, epistaksis. Juga kadang terjadi syok yang biasanya

dijumpai pada saat demam telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan

tanda : anak menjadi makin lemah, ujung jari, telinga, hidung teraba dingin dan

lembab, denyut nadi terasa cepat, kecil dan tekanan darah menurun dengan

tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang.

Manifestasi klinis infeksi virus Dengue pada manusia sangat bervariasi.

Spektrum variasinya begitu luas, mulai dari asimtomatik, demam ringan yang

tidak spesifik, Demam Dengue, Demam Berdarah Dengue, hingga yang paling

berat yaitu Dengue Shock Syndrome (DSS), (Soegijanto, 2000).

Diagnosis Demam Berdarah Dengue ditegakkan berdasarkan kriteria

diagnosis menurut WHO tahun 1997, terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris.

Penggunaan kriteria ini dimaksudkan untuk mengurangi diagnosis yang

berlebihan (overdiagnosis).

Manifestasi klinis DBD sangat bervariasi, WHO (1997) membagi menjadi 4

derajat, yaitu:

Derajat I: demam disertai gejala-gejala umum yang tidak khas dan

manifestasi perdarahan spontan satu-satunya adalah uji tourniquet positif.

Page 21: 2003 MAKALAH KEPDAS 2.doc

Derajat II: gejala-gejala derajat I, disertai gejala-gejala perdarahan kulit

spontan atau manifestasi perdarahan yang lebih berat.

Derajat III: didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah,

tekanan nadi menyempit (< 20 mmHg), hipotensi, sianosis disekitar mulut,

kulit dingin dan lembab, gelisah.

Derajat IV: syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan

tekanan darah tidak terukur.

6. Pencegahan

Departemen kesehatan telah mengupayakan berbagai strategi dalam

mengatasi kasus ini. Pada awalnya strategi yang digunakan adalah memberantas

nyamuk dewasa melalui pengasapan, kemudian strategi diperluas dengan

menggunakan larvasida yang ditaburkan ke tempat penampungan air yang sulit

dibersihkan. Akan tetapi kedua metode tersebut sampai sekarang belum

memperlihatkan hasil yang memuaskan. Pencegahan penyakit DBD sangat

tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti (Rozendaal

JA., 1997). Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan

beberapa metode yang tepat, yaitu:

a. Lingkungan

Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain

dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat,

modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk dan perbaikan desain

rumah.

b. Biologis

Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan

jentik.

c. Kimiawi

Cara pengendalian ini antara lain dengan pengasapan (fogging) (dengan

menggunakan malathion dan fenthion), berguna untuk mengurangi

kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu. Memberikan bubuk

abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti gentong

air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.

Page 22: 2003 MAKALAH KEPDAS 2.doc

Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan

mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan 3M Plus, yaitu

menutup, menguras dan mengubur barang-barang yang bisa dijadikan sarang

nyamuk. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan

pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur,

memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent,

memasang obat nyamuk dan memeriksa jentik berkala sesuai dengan kondisi

setempat (Deubel V et al., 2001)

7. Pengobatan

Bagian terpenting dari pengobatannya adalah terapi suportif. Sang pasien

disarankan untuk menjaga penyerapan makanan, terutama dalam bentuk cairan.

Jika hal itu tidak dapat dilakukan, penambahan dengan cairan intravena mungkin

diperlukan untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan.

Pengobatan alternatif yang umum dikenal adalah dengan meminum jus jambu biji

bangkok, namun khasiatnya belum pernah dibuktikan secara medik, akan tetapi

jambu biji kenyataannya dapat mengembalikan cairan intravena. Meskipun

demikian kombinasi antara manajemen yang dilakukan secara medik dan

alternatif harus tetap dipertimbangkan.

8. Komplikasi

Kebanyakan orang yang menderita DBD pulih dalam waktu dua minggu.

Namun, untuk orang-orang tertentu dapat berlanjut untuk selama beberapa

minggu hinga berbulan-bulan. Gejala klinis yang semakin berat pada penderita

DBD dan dengue shock syndromes dapat berkembang menjadi gangguan

pembuluh darah dan gangguan hati. Hal ini tentu dapat mengancam jiwa.

Sindrom Syok Dengue (SSD)

Seluruh kriteria Demam Berdarah Dengue (DBD) disertai

kegagalan sirkulasi dengan manifestasi:

- Nadi yang cepat dan lemah

- Tekanan darah turun (≤ 20 mmHg)

- Hipotensi (dibandingkan standar sesuai umur)

- Kulit dingin dan lembab

Page 23: 2003 MAKALAH KEPDAS 2.doc

- Gelisah

Sindrom syok dengue, menurut sumber lain3: pada penderita

DBD yang disertai syok, setelah demam berlangsung selama beberapa

hari, keadaan umum penderita tiba-tiba memburuk. Pada sebagian besar

penderita ditemukan tanda kegagalan peredaran darah yaitu kulit teraba

lembab dan dingin, sianosis sekitar mulut, nadi menjadi cepat dan lemah,

kecil sampai tidak dapat diraba. Tekanan darah menurun menjadi 20

mmHg atau kurang, dan tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau

lebih rendah. Penderita kelihatan lesu, gelisah, dan secara cepat masuk

dalam fase kritis syok. Penderita seringkali mengeluh nyeri di daerah

perut sesaat sebelum syok timbul. Nyeri perut hebat seringkali

mendahului perdarahan gastrointestinal, dan nyeri di daerah retrosternal

tanpa sebab yang dapat dibuktikan memberikan petunjuk terjadinya

perdarahan gastrointestinal yang hebat. Syok yang terjadi selama periode

demam biasanya mempunyai prognosis buruk.

Tatalaksana sindrom syok dengue sama dengan terapi DBD, yaitu

pemberian cairan ganti secara adekuat. Pada sebagian besar penderita,

penggantian dini plasma secara efektif dengan memberikan cairan yang

mengandung elektrolit, ekspander plasma, atau plasma, memberikan hasil

yang baik. Nilai hematokrit dan trombosit harus diperiksa setiap hari

mulai hari ke-3 sakit sampai 1-2 hari setelah demam menjadi normal.

Pemeriksaan inilah yang menentukan perlu tidaknya penderita dirawat

dan atau mendapatkan pemberian cairan intravena.

Komplikasi menurut sumber lain:

1) Ensefalopati Dengue

Pada umumnya ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok yang

berkepanjangan dengan pendarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD

yang tidak disertai syok. Gangguan metabolik seperti hipoksemia,

hiponatremia, atau perdarahan, dapat menjadi penyebab terjadinya

ensefalopati. Melihat ensefalopati DBD bersifat sementara, maka

kemungkinan dapat juga disebabkan oleh trombosis pembuluh darah –

Page 24: 2003 MAKALAH KEPDAS 2.doc

otak, sementara sebagai akibat dari koagulasi intravaskular yang

menyeluruh. Dilaporkan bahwa virus dengue dapat menembus sawar

darah-otak. Dikatakan pula bahwa keadaan ensefalopati berhubungan

dengan kegagalan hati akut.

Pada ensefalopati cenderung terjadi udem otak danalkalosis, maka

bila syok telah teratasi cairan diganti dengan cairan yang tidak

mengandung HC03- danjumlah cairan harus segera dikurangi. Larutan

laktat ringer dektrosa segera ditukar dengan larutan NaCl (0,9%) :

glukosa (5%) = 1:3. Untuk mengurangi udem otak diberikan

dexametason 0,5 mg/kg BB/kali tiap 8 jam, tetapi bila terdapat

perdarahan saluran cerna sebaiknya kortikosteroid tidak diberikan. Bila

terdapat disfungsi hati, maka diberikan vitamin K intravena 3-10 mg

selama 3 hari, kadar gula darah diusahakan > 80 mg. Mencegah

terjadinya peningkatan tekanan intrakranial dengan mengurangi jumlah

cairan (bila perlu diberikan diuretik), koreksi asidosis dan elektrolit.

Perawatan jalan nafas dengan pemberian oksigen yang adekuat. Untuk

mengurangi produksi amoniak dapat diberikan neomisin dan laktulosa.

Usahakan tidak memberikan obat-obat yang tidak diperlukan (misalnya

antasid, anti muntah) untuk mengurangi beban detoksifikasi obat dalam

hati. Transfusi darah segar atau komponen dapat diberikan atas indikasi

yang tepat. Bila perlu dilakukan tranfusi tukar. Pada masa penyembuhan

dapat diberikan asam amino rantai pendek.

2) Kelainan ginjal

Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal,

sebagai akibat dari syok yang tidak teratasi dengan baik. Dapat dijumpai

sindrom uremik hemolitik walaupun jarang. Untuk mencegah gagal ginjal

maka setelah syok diobati dengan menggantikan volume intravaskular,

penting diperhatikan apakah benar syok telah teratasi dengan baik.

Diuresis merupakan parameter yang penting dan mudah dikerjakan untuk

mengetahui apakah syok telah teratasi. Diuresis diusahakan > 1 ml / kg

berat badan/jam. Oleh karena bila syok belum teratasi dengan baik,

Page 25: 2003 MAKALAH KEPDAS 2.doc

sedangkan volume cairan telah dikurangi dapat terjadi syok berulang.

Pada keadaan syok berat sering kali dijumpai acute tubular necrosis,

ditandai penurunan jumlah urin dan peningkatan kadar ureum dan

kreatinin.

3) Udem paru

Udem paru adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai

akibat pemberian cairan yang berlebihan. Pemberian cairan pada hari

sakit ketiga sampai kelima sesuai panduan yang diberikan, biasanya tidak

akan menyebabkan udem paru oleh karena perembesan plasma masih

terjadi. Tetapi pada saat terjadi reabsorbsi plasma dari ruang

ekstravaskuler, apabila cairan diberikan berlebih (kesalahan terjadi bila

hanya melihat penurunan hemoglobin dan hematokrit tanpa

memperhatikan hari sakit), pasien akan mengalami distress pernafasan,

disertai sembab pada kelopak mata, dan ditunjang dengan gambaran

udem paru pada foto rontgen dada.

Komplikasi demam berdarah biasanya berasosiasi dengan

semakin beratnya bentuk demam berdarah yang dialami, pendarahan, dan

shock syndrome. Komplikasi paling serius walaupun jarang terjadi adalah

sebagai berikut:

Dehidrasi

Pendarahan

Jumlah platelet yang rendah

Hipotensi

Bradikardi

Kerusakan hati

Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan

penyakit, bervariasi dari hanya sekedar dapat diraba (just palpable)

sampai 2-4 cm di bawah lengkung iga kanan, derajat pembesaran hati

tidak sejajar dengan beratnya penyakit. Untuk menemukan pembesaran

hati ,harus dilakukan perabaan setiap hari. Nyeri tekan di daerah hati

Page 26: 2003 MAKALAH KEPDAS 2.doc

sering kali ditemukan dan pada sebagian kecil kasus dapat disertai

ikterus. Nyeri tekan di daerah hati tampak jelas pada anak besar dan ini

berhubungan dengan adanya perdarahan.

4) Gangguan neurogik (kejang, ensephalopati)

9. Peran perawat

Peran utama perawat terhadap penderi penyakit endemik DBD ini adalah

memberikan perawatan sesuai dengan diagnosa keperawatannya. Perawatan ini

bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dari pasien sehingga nyawa pasien dapat

diselamatkan. Semakin banyak nyawa pasien yang diselamatkan, maka semakin

sedikit tigkat mortalitas pada kawasan endemik tersebut, namun sebaliknya jika

banyak penderita DBD mendapatkan perawatan yang kurang optimal, maka

tingkat kematian penderita DBD akan semakin meningkat.

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang spesifik dalam sistem pelayanan

keperawatan tetap bersatu dengan pelayanan kesehatan. Setiap anggota tim

kesehatan adalah anggota potensial dalam kelompok yang dapat mengatur,

merencanakan dan menilai tidakan yang diberikan.

Dalam memberikan asuhan keperawatan kegiatan yang ditekankan adalah

upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif,

rehabilitatif dan resosialitatif

a. Upaya Promotif

Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:

1) Penyuluhan kesehatan masyarakat

2) Peningkatan gizi

3) Pemeliharaan kesehatan perseorangan

4) Pemeliharaan kesehatan lingkungan

5) Olahraga secara teratur

6) Rekreasi

b. Upaya Preventif

Page 27: 2003 MAKALAH KEPDAS 2.doc

Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan

gangguan terhadap kesehatan terhadap individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat melalui kegiatan:

1) Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil

2) Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui Posyandu,

Puskesmas maupun kunjungan rumah

c. Upaya Kuratif

Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota

keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau

masalah kesehatan, melalui kegiatan:

1) Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)

2) Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari

Puskesmas dan rumah sakit.

d. Upaya Rehabilitatif

Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-

penderita yang dirawat di rumah.

10. Prognosis

Prognosis DBD berdasarkan kesuksesan dalam tetapi dan penetalaksanaan

yang dilakukan. Terapi yang tepat dan cepat akan memberikan hasil yang optimal.

Penatalaksanaan yang terlambat akan menyebabkan komplikasi dan

penatalaksanaan yang tidak tapat dan adekuat akan memperburuk keadaan.

Kematian karena demam dengue hampir tidak ada. Pada DBD/SSD

mortalitasnya cukup tinggi. Penelitian pada orang dewasa di Surabaya, Semarang,

dan Jakarta menunjukkan bahwa prognosis dan perjalanan penyakit umumnya

lebih ringan pada orang dewasa dibandingkan pada anak-anak.

DBD Derajat I dan II akan memberikan prognosis yang baik,

penatalaksanaan yang cepat, tepat akan menentukan prognosis. Umumnya DBD

Derajat I dan II tidak menyebabkan komplikasi sehingga dapat sembuh sempurna.

DBD derajat III dan IV merupakan derajat sindrom syok dengue dimana

pasien jatuh kedalam keadaan syok dengan atau tanpa penurunan kesadaran.

Prognosis sesuai penetalaksanaan yang diberikan Dubia at bonam.

Page 28: 2003 MAKALAH KEPDAS 2.doc

D. Malaria

1. Definisi

Malaria adalah penyakit akut dan dapat menjadi kronik yang disebabkan

oleh protozoa (genus plasmodium) yang hidup intra sel (Iskandar Zulkarnain,

1999).

Malaria adalah penyakit yang bersifat akut dan kronik disebabkan oleh

protozoa ganas plasmodium ditandai dengan demam, anemia, dan spelomegali

(Mansjoer Arif, dkk, Kapita Selekta Kedokteran Edisi III, 2001).

Malaria adalah penyakit demam menular yang disebabkan oleh protozoa

ganas plasmodium yang merupakan parasit pada sel darah merah. Malaria

ditularkan oleh nyamuk anopheles dan ditandai oleh serangan menggigil dan

demam berkeringat yang terjadi pada interval yang bergantung pada waktu yang

diperlukan untuk perkembangan generasi bara parasit dalam tubuh (Ghipson. JM.,

Mikrobiologi dan Parasiologi Modern Untuk Perawat, 1996).

Malaria adalah penyakit infeksi yang dapat bersifat akut maupun kronik,

disebabkan oleh protozoa genus plasmodium ditandai dengan demam, anemia dan

splenomegaly.

2. Epidemiologi

a. Orang

Di Indonesia, malaria merupakan masalah kesehatan yang penting, oleh

karena penyakit ini endemik di sebagian besar wilayah Indonesia terutama di luar

Jawa dan Bali. Epidemi malaria seringkali dilaporkan dari berbagai wilayah

dengan angka kematian yang lebih tinggi pada anak-anak di bawah 5 tahun

dibanding orang dewasa.8 Penelitian Yulius (2007) dengan desain case series di

Kabupaten Bintan Kepulauan Riau tahun 2005-2006 terdapat 384 penderita

malaria, 243 orang (63,3%) laki-laki dan 141 orang (36,7%) perempuan,

kelompok umur 5-14 tahun 23 orang (6%), 15-44 tahun 326 orang (84,9%), dan

>45 tahun 35 orang (9,1%).

Penelitian Yoga dalam Sarumpaet dan Tarigan (2006) tahun 1999 di

Kabupaten Jepara Jawa Tengah, diperoleh bahwa dari 145 kasus malaria yang

diteliti, 44% berasal dari pekerjaan petani serta tidak ditemukan pada

Page 29: 2003 MAKALAH KEPDAS 2.doc

PNS/TNI/POLRI.21 Penelitian Sunarsih, dkk tahun 2004-2007 dengan desain

kasus kontrol, kasus malaria di wilayah Puskesmas Pangkalbalam Kota

Pangkalpinang banyak diderita responden berumur 21-25 tahun (17,6%), umur

36-40 tahun (14,7%). Namun secara keseluruhan fenomena tersebut menunjukkan

bahwa penyakit malaria menyerang hampir seluruh kelompok umur, 80 orang

mempunyai jenis kelamin laki-laki (58,8%), perempuan 41,2% (56 orang).

b. Tempat

Batas dari penyebaran malaria adalah 64°LU (Rusia) dan 32°LS

(Argentina). Ketinggian yang dimungkinkan adalah 400 meter di bawah

permukaan laut (Laut mati dan Kenya) dan 2600 meter di atas permukaan laut

(Bolivia). Plasmodium vivax mempunyai distribusi geografis yang paling luas,

mulai dari daerah beriklim dingin, subtropik sampai kedaerah tropik.6 Malaria di

suatu daerah dikatakan endemik apabila kesakitannya yang disebabkan oleh

infeksi alamiah, kurang lebih konstan selama beberapa tahun berturut-turut.

Berdasarkan hasil Spleen Rate (SR), yaitu persentase penduduk yang limpanya

membesar dari seluruh penduduk yang diperiksa pada kelompok umur2-9 tahun,

suatu daerah dapat diklasifikasikan menjadi 4 tingkat endemisitas : 17

1) Hipoendemik SR < 10%

2) Mesoendemik SR 11-50%

3) Hiperendemik SR > 50% (SR dewasa tinggi > 25 %)

4) Holoendemik SR >75 % (SR dewasa rendah).

Berdasarkan AMI, daerah malaria dapat diklasifikasikan menjadi :10

1) Low Malaria Incidence, AMI < 10 kasus per 1.000 penduduk

2) Medium, AMI 10-50 kasus per 1.000 penduduk

3) High, AMI > 50 kasus per 1.000 penduduk

Penelitian Ahmadi, dkk tahun 2008 di di Desa Lubuk Nipis Kecamatan

Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim, terlihat bahwa dari 54 responden, yang

positif malaria terdapat 53 (98,1 %) responden yang mempunyai tempat tinggal

dengan jarak kurang dari 200 m dari hutan/kebun/semak-semak/sawah dan 1 (1,9

%) responden yang mempunyai tempat tinggal yang berjarak lebih dari 200 m.

Page 30: 2003 MAKALAH KEPDAS 2.doc

Digunakan jarak 200 m adalah karena 200 m adalah jarak terbang maksimum

nyamuk.

c. Waktu

Menurut data Profil Dinkes Sumut dalam Sarumpaet dan Tarigan (2006),

di Propinsi Sumatera Utara terjadi kasus malaria klinis rata-rata 82.405 per tahun

(selama tahun 1996-2000). Penyakit malaria sampai saat ini menduduki rangking

ke-7 dari 10 penyakit terbesar di Propinsi Sumatera Utara. Berdasarkan data

laporan bulanan malaria, kejadian malaria di Kawasan Ekosistem Leuser

berdasarkan Annual Malaria Incidence (AMI) terjadi peningkatan malaria, yaitu

dari 12,8 ‰ tahun 2003 meningkat menjadi 14,3 ‰ tahun 2004 dan 25,4 ‰ tahun

2005.

3. Etiologi

Disebabakan oleh gigitan nyamuk anopheles yang mengandung

plasmodium yang terdapat dalam kelenjar ludah nyamuk anopheles, parasit

(protozoa). Protozoa genus plasmodium merupakan penyebab dari malaria yang

terdiri dari empat spesies, yaitu :

1) Plasmodium falcifarum penyebab malaria tropika

2) Plasmodium ovale penyebab malaria ovale

3) Plasmodium vivax penyebab malaria tertiana

4) Plasmodium malariae penyebab malarua Quartanu

Malaria juga melibatkan proses perantara yaitu manusia maupun vertebra

lainnya, dan rosper definitif yaitu nyamuk anopheles.

Faktor penyebab malaria

1) Nyamuk anopheles : penyakit malaria hanya dapat ditularkan oleh

nyamuk

2) Manusia hanya rentan terhadap inveksi malaria :secara alami

penduduk disuatu daerah endemis malaria ada yang meudah dan

ada yang sukar terinveksi malaria, meskipun gejala klinis nya

ringan

Page 31: 2003 MAKALAH KEPDAS 2.doc

3) Lingkungan sangat mempengaruhi terhadap penularan malaria,

apabila lingkungan kumuh dan kotor maka malaria mudah

terjangkit

4) Iklim, suhu, dan curah hujan disuatu daerah berperan penting

dalam penularan malaria

Penyebab malaria berdasarkan pendarahan

1) Malaria kongenital (bawaan) : malaria kongenital terhadap pada

bayi baru lahir karena ditularkan oleh ibunya yang menderita

malaria.

2) Penularan mekanik (transfusi malaria ) :inveksi malaria yang

ditularkan melalui transfusi darah dari donor yang terinveksi

malaria dengan pemakaian jarum suntik yang sama.

4. Patofisiologi

Dibagi menjadi 2 :

a. Fase aseksual, dalam tubuh manusia.

Siklus dimulai ketika anopheles betina nenggigit manusia dan

memasukkan sporozoid yang terdapat pada air liurnya, kedalam darah manusia.

Jasat yang langsing dan lincah ini dalam waktu 30 menit sampai satu jam

memasuki sel parenkim hati dak berkembang biak membentuk skizon hati yang

mengandung ribuan merozoid. Proses ini disebut skitogani eksoeritrosit karena

parasit belum masul kedalam sel darah merah. Lama fase ini berbeda, untuk tiap

spesies plasmodium. Pada akhir fase skizon hati pecah, merozoid keluar, lalu

masuk dalam aliran darah (disebut sporulasi).

Fase eritrosit dimulai saat merozoid dalam darah menyerang sel darah

merah dan membentuk trofozoid. Proses berlanjut menjadi trofozoid – skizon –

merozoid. Setelah dua sampai 3 generasi merozoid berubah menjadi bentuk

seksual

b. Fase seksual, dalam tubuh nyamuk.

Jika nyamuk anopheles betina menghisab darah manusia yang

mengandung parasit malaria, parasit bentuk seksual masuk kedalam perut

Page 32: 2003 MAKALAH KEPDAS 2.doc

nyamuk. Bentuk ini mengalami pematangan menjadi mikrogametosit dan

makrogametosit dan terjadilah pembuahan yangdisebut zygot. Selanjutnya

ookinet menembus dinding lambung nyamuk dan menjadi ooksida. Jika ooksida

pecah, ribuan sporozoid dilepaskan dan mencapai kelenjar air liur nyamuk dan

siap ditularkan jika nyamuk menggigit tubuh manusia.

5. Manifestasi klinis

Pada anamnesa adanya riwayat bepergian ke daeah yang endemis malaria

tanda dan gejala yang dapat ditemukan adalah :

1) Demam

Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon

matang (sporulasi) pada malaria tertiana (P. Vivax dan P. Ovale).

Pematangan skizon tiap 48 jam maka periodisitas demamnya setiap hari ke

3, sedangkan malaria kuartania (P. Malariae) pematangannya tiap 72 jam

dan periodisitas demamnya tiap 4 hari. Tiap seangan ditandai dengan

bebeapa serangan demam periodik. Demam khas malaria terdiri atas 3

stadium, yaitu menggigil (15 menit – 1 jam), puncak demam (2 – 6 jam),

dan tingkat berkeringat (2 – 4 jam). Demam akan mereda secara bertahan

karena tubuh dapat beradaptasi terhadap parasit dalam tubuh dan ada

respon imun.

2) Splenomegali

Merupakan gejala khas malaria kronik. Limpa mengalami kongeori

menghitam dan menjadi keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit

dan jaringan ikat yang bertambah.

3) Anemia

Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling

kerap adalah anemia karena P. Falciparum. Anemia disebabkan oleh :

a. Penghancuran eritrosit yang berlebihan

b. Eritrosit normal tidak dapat hidup lama

c. Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi eritrosit dalam

sum-sum tulang belakang.

d. Ikterus

Page 33: 2003 MAKALAH KEPDAS 2.doc

4) Disebabkan karena hemolisis dan gangguan hepar.

6. Penatalaksaan

1) Skizontisid jaringan primer yang membasmi parasit praeritrosit, yaktu

progruanil, pirimetamin

2) Skizontisid jaringan sekunder yang membasmi parasit eksoeritrosit, yaitu

primakuin

3) Skizontisid darah yang membasmi parasit fase eritrosit yaitu kina,

klorokuin dan amoalakuin

4) Gametosid yang menghancurkan benuk seksual

5) Sporontosid mencegah gametosid dalam darah untuk membentuk ookista

dan sporotozoid dalam nyamuk anopheles yaitu primakuin dan pnoguanil.

7. Pemeriksaan penunjang

1) Hapus darah tepi

a. Tetes darah tepi dengan pewarnaan gimsa (spesies parasit)

b. Tetes tebal (lebih sensitive dekteksi parasit)

2) Res serosol

a. IFA (inderat Flovorescen Antibody)

b. IHA (interean Hemoglotinatiaon)

c. Untuk diagnostic akut (+) bila beberapa hari setelah infeksi

parasite

3) Pemeriksaan GBC

8. Komplikasi

1) Malaria serebal adalah kejang-kejang penurunan keadaan sampai koma.

Terjadi karena edema pada otak akibat tersumbatnya pembuluh darah otak

akibat dipenuhi oleh kuman malaria.

2) Malaria imperpirealia; penderita tidak mampu berkeringan sehingga suhu

tubuh terus naik sampai 42-430 C.

3) Gangguan Hepar ; urine menjadi merah tua atau hitam kerena hemoglobin

akibat hemolisis berlebihan.

4) Gangguan tearktus gastro intesitinalis, sehiingga timbul diare hebat,

kadang mengandung lender dan darah.

Page 34: 2003 MAKALAH KEPDAS 2.doc

5) Black Water Fever ; urine menjadi merah tua atau hitam kerena

hemoglobin akibat hemolisis berlebihan.

6) Kambuh kembali

a. Rekrudensi (shor team relapses) yaitu timbul karena parasit

malaria dalam eritrosit menjadi banyak, timbul beberapa minggu

setelah penyakit sembuh.

b. Rekuren (log team relapses) yaitu karena parasit siklus

eksoeristoris masuk dalam darah dan menjadi banyak. Biasanya

timbul kira-kira 6 bulan setelah penyakit sembuh.

9. Penyakit malaria di daerah pesisir dan aliran sungai

Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak daerah yang

merupakan kantong malaria, dengan karakteristik epidemiologi yang mungkin

‘terkaya’ di dunia. Pada banyak daerah, pemahaman terhadap permasalahan ini

tak pernah tuntas karena kurangnya sumber daya terutama bagi penelitian

epidemiologi, fasilitas laboratorium serta surveilans yang kurang handal.

Penularan penyakit ini pada umumnya justru terjadi di daerah terpencil dan

wilayah perkampungan dengan fasilitas kesehatan yang minim. Topografi daerah-

daerah malaria pada umumnya adalah area pesisir dekat lagun dan kolam air atau

area perbukitan dalam hutan atau perkebunan dan di sepanjang sungai musiman.

Dalam laporan Analisis Situasi Malaria di Kabupaten-kabupaten Proyek

ICDC oleh Jan Rozendal dan Lukman Hakim, disebutkan bahwa untuk area

pesisir dekat lagun dan kolam air, area beresiko bagi berkembangnya penyakit

malaria adalah di tepi sungai, lagun, kolam-kolam sekitar hutan bakau, air

tergenang dan empang. Di daerah-daerah seperti ini, kondisi yang memudahkan

penularan malaria tergantung pada faktor-faktor seperti pasang surut air laut,

penyebaran curah hujan dan hunian manusia. Penularan dapat terjadi dalam jarak

beberapa ratus meter dari perindukan nyamuk, sehingga yang beresiko tinggi

adalah masyarakat yang tinggal menetap di rumah-rumah di tempat tersebut.

Laki-laki dewasa yang keluar rumah untuk memancing ikan/lobster dan

mengumpulkan gula aren misalnya, akan beresiko kontak dengan vektor nyamuk.

Sebaliknya, di area perbukitan atau perkebunan dan sepanjang sungai musiman,

Page 35: 2003 MAKALAH KEPDAS 2.doc

puncak kasus malaria terdapat pada daerah-daerah sepanjang sungai, atau dimana

terdapat mata air terbuka. Pada musim kemarau, penularan sering terjadi di luar

pemukiman dekat sumber-sumber air dan tempat pemandian (Mandi Cuci

Kakus/MCK) yang masih kerap digunakan oleh masyarakat pedesaan.

Masyarakat yang tinggal di dekat area tersebut mempunyai resiko terjangkit.

Desa-desa endemis malaria umumnya mengambil air untuk minum di mata air

dari perbukitan dan dari sumur yang digali yang mulai mengering. Di musim

kemarau, tempat air tersebut menjadi perindukan dan tempat istirahat vektor dan

masyarakat yang datang ke area tersebut menjadi beresiko untuk tergigit.

Dalam beberapa tahun terakhir, kasus malaria di berbagai daerah di

Indonesia dilaporkan meningkat. Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2000

namun pada tahun 2001 sudah cenderung menurun. Menurut Rozendaal dan

Hakim, peningkatan kasus ini kemungkinan disebabkan oleh kemudahan

terjadinya kontak antara manusia dan nyamuk melalui pembukaan hutan, seperti

penebangan pohon, perkebunan dan pertambangan; perluasan perkebunan di

hutan – perbukitan (salak, kopi, coklat, karet) yang menjadi lingkungan bagi

nyamuk; berkembangnya resistensi terhadap obat yang sering digunakan seperti

Chloroquine dan juga menyebarnya resistensi tersebut serta mutu sistem

pelayanan kesehatan yang menurun sejak krisis. Di Jawa Tengah dan Jogjakarta,

wilayah Malaria adalah di Bukit Menoreh yaitu Kabupaten Kulon Progo,

Purworejo dan Magelang.

Dalam workshop yang diselenggarakan Inisiatif Anti Malaria Indonesia

(IAMI) di Novotel 18 Desember 2003 lalu, Kepala Sub Direktorat Malaria

Departemen Kesehatan Republik Indonesia menjelaskan tujuan dan strategi

program pengendalian malaria. Tujuan program pengendalian malaria di

Indonesia adalah untuk mengurangi tingkat kesakitan dan kematian akibat malaria

di daerah beresiko, dengan target 25 per 1000 penduduk. Pada tahun 2005

diharapkan tingkat kesakitan dan kematian malaria di Indonesia dapat diturunkan

sebesar 50% dari tahun 2000. Untuk mencapai tujuan tersebut, Dr. Ferdinand

Laihad menyampaikan 4 strategi kegiatan yang akan dilaksanakan Departemen

Kesehatan Pusat.

Page 36: 2003 MAKALAH KEPDAS 2.doc

Pertama adalah memperkuat kemampuan kabupaten dalam merencanakan,

mengatur, melaksanakan dan mengevaluasi upaya pemberantasan malaria yang

sesuai dengan kondisi lokal melalui surveillans terpadu, memperkuat manajemen

logistik obat dan sumber daya dan pemberantasan vektor berdasarkan data.

Kedua adalah meningkatkan kemampuan fasilitas kesehatan untuk

mendiagnosa dan mengobati kasus di daerah beresiko melalui peningkatan mutu

diagnosa dan pengobatan malaria dan meningkatkan kemampuan menentukan

kegagalan pengobatan.

Ketiga adalah meningkatkan upaya promosi untuk memperkuat upaya

perlindungan diri masyarakat berupa perilaku untuk mencari pengobatan dan

cara-cara mencegah penularan melalui survei perilaku masyarakat, pemberdayaan

masyarakat, kemitraan, advokasi dan kampanye. Strategi keempat adalah

meningkatkan upaya pencegahan penularan dan pengendalian KLB dan

menurunkan penularan melalui survei dinamika penularan dan pemetaan daerah

resiko malaria, pemberantasan vektor yang selektif dan peningkatan kemampuan

deteksi dan penanggulangan KLB. Lebih lanjut, dr. Laihad menyampaikan

standar diagnosa dan pengobatan malaria, yang tergantung pada resistensi parasit

malaria terhadap chloroquin dan primakuin.

Page 37: 2003 MAKALAH KEPDAS 2.doc

Daerah sensitive Chloroquin dan SP Daerah resisten Chloroquin dan SP Diagnosis Malaria

Klinis/ tersangka malaria, bila :          Demam atau riwayat demam 24 jam,

sakit kepala, splenomegali, menggigil dan berkeringat. Pemeriksaan laboratorium :

         Sediaan darah tebal dan tipis.          Positif bila ditemukan parasit

aseksual dalam darah tepi.          Negatif bila tak ditemukan parasit

aseksual di darah tepi pada 100 lapangan pandang besar. Pemeriksaan Rapid Diagnostic Test (tes diagnosa cepat) bagi Plasmodium falciparum. Pengobatan Radikal.

Klinis/tersangka malaria bila :          Demam atau riwayat demam 24 jam,

sakit kepala, splenomegali, menggigil dan berkeringat. Pemeriksaan laboratorium :

         Sediaan darah tebal dan tipis.          Positif bila ditemukan parasit aseksual

dalam darah tepi.          Negatif bila tak ditemukan parasit

aseksual di darah tepi pada 100 lapangan pandang besar. Pemeriksaan Rapid Diagnostic Test (tes diagnosa cepat) bagi Plasmodium falciparum. Pengobatan radikal.

Pengobatan Tersangka Malaria Chloroquin dan Primakuin. Chloroquine dan Primakuin.

Bila positif Plasmodium falciparum ditambah Fansidar.

Pengobatan Malaria Plasmodium falciparum tak berat:

            Chloroquin dan Primakuin.             SP dan Primakuin.             Quinine dan Primakuin.

Profilaksis:             Chloroquine.             Doxycicline.

Plasmodium falciparum berat:             Chloroquine im.             Quinine per infuse.

Ibu hamil Plasmodium falciparum tak berat:

            Chloroquine.             Quinine.

Ibu hamil Plasmodium falciparum berat :

            Chloroquine injeksi.             Quinine injeksi.

Plasmodium vivax : 1. Chloroquine dan primakuin.

2. Quinine dan primakuin.

Plasmodium falciparum tak berat: 1.          Kina dan SP dan Primakuin. 2.          Kina dan Doxy dan Primakuin.

Profilaksis:           Doxyciclin.

Plasmodium falciparum berat:           Quinine per infuse.

Ibu hamil Plasmodium falciparum tak berat

          Quinine Ibu hamil Plasmodium falciparum berat :

          Quinine injeksi. Plasmodium vivax :

1.          Chloroquine dan primakuin. 2.          Quinine dan primakuin.

Page 38: 2003 MAKALAH KEPDAS 2.doc

Pencegahan malaria dapat dilakukan dengan cara memberantas vektor secara

tepat melalui survei dinamika, pemberantasan nyamuk dewasa melalui penyemprotan,

pemberantasan jentik nyamuk melalui larvaciding (pemberantasan jentik nyamuk),

manajemen lingkungan, pencegahan gigitan nyamuk dan pemberdayaan masyarakat.

Pada tahun 2003, Departemen Kesehatan Pusat sendiri melakukan kegiatan-kegiatan

seperti monitoring efficacy di beberapa propinsi, studi tentang obat anti malaria di

Timika dan daerah lain, pemetaan daerah endemis malaria berdasarkan faktor resiko,

pelatihan dinamika penularan dan distribusi media kampanye penyuluhan kesemua

propinsi dan kabupaten di Indonesia. Sedangkan rencana kegiatan pada tahun 2004

diantaranya adalah memperkenalkan obat anti malaria baru di beberapa propinsi,

memperluas monitoring efficacy ke propinsi lainnya, melanjutkan studi obat anti malaria

baru, pemberantasan vektor sesuai data epidemiologi dan entomologi di beberapa

kabupaten, pelatihan dinamika penularan oleh propinsi, pelatihan entomologi dan

mikroskopis tingkat nasional, pengembangan media kampanye di propinsi dan

kabupaten, dan pemberdayaan masyarakat. Departemen Kesehatan Pusat melakukan

fasilitasi dengan menyediakan obat anti malaria alternatif, mendukung pelatihan tenaga

dalam pengenalan obat baru, mendukung pelatihan dinamika penularan dalam

menentukan pemberantasan vektor yang sesuai, melakukan bimbingan teknis untuk

daerah dan membantu kegiatan penanggulangan KLB.

Vektor malaria yang dominan terhadap penularan malaria di Indonesia adalah

sebagai berikut:

Page 39: 2003 MAKALAH KEPDAS 2.doc

a.Wilayah Indonesia Timur, yaitu Papua, Maluku, dan Maluku Utara, di wilayah

pantai adalah An. subpictus, An. farauti, An. koliensis dan An. punctulatus

sedangkan di wilayah pegunungan adalah An. farauti.

b. Wilayah Indonesia Tengah, yaitu Pulau Sulawesi, Pulau Kalimantan, NTT dan

NTB, vektor yang berperan di daerah pantainya adalah An. subpictus, An.

barbirostris. Khusus di NTB adalah An. subpictus dan An. sundaicus. Sedangkan

di wilayah pegunungan adalah An. barbirostris, An. flavirostris, An letifer. Khusus

wilayah Kalimantan, selain Anopheles tersebut di atas juga An. balabacencis.

c.Untuk daerah pantai di wilayah Sumatera, An. sundaicus; daerah pegunungan An.

leucosphyrus, An. balabacencis, An. sinensis, dan An. maculatus.

d. Wilayah Pulau Jawa. Vektor yang berperan di daerah pantai adalah An. sundaicus

dan An. subpictus dan di pegunungan adalah An. maculatus, An. balabacencis dan

An. aconitus.10

9. Peran perawat

a. Edukasi adalah faktor terpenting pencegahan malaria yang harus diberikan

kepada setiap pelancong atau petugas yang akan bekerja di daerah endemis.

Materi utama edukasi adalah mengajarkan tentang cara penularan malaria,

risiko terkena malaria, dan yang terpenting pengenalan tentang gejala dan

tanda malaria, pengobatan malaria, pengetahuan tentang upaya

menghilangkan tempat perindukan. a.2. Melakukan kegiatan sistem

kewaspadaan dini, dengan memberikan penyuluhan pada masyarakat tentang

cara pencegahan malaria. a.3. Proteksi pribadi, seseorang seharusnya

menghindari dari gigtan nyamuk dengan menggunakan pakaian lengkap,

tidur menggunakan kelambu, memakai obat penolak nyamuk, dan

menghindari untuk mengunjungi lokasi yang rawan malaria. a.4. Modifikasi

perilaku berupa mengurangi aktivitas di luar rumah mulai senja sampai subuh

di saat nyamuk anopheles umumnya mengigit.

b. Pengendalian dengan cara sarang atau tempat berkembang biak serangga

dimusnahkan, misalnya dengan mengeringkan genangan air yang menjadi

sarang nyamuk. Termasuk dalam pengendalian ini adalah mengurangi kontak

Page 40: 2003 MAKALAH KEPDAS 2.doc

nyamuk dengan manusia, misalnya memberi kawat nyamuk pada jendela dan

jalan angin lainnya.

E. Cikungunya

1. Definisi

Chikungunya berasal dari bahasa Shawill berdasarkan gejala pada penderita, yang

berarti (posisi tubuh) meliuk atau melengkung, mengacu pada postur penderita

yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat (arthralgia). Nyeri sendi ini terjadi

pada lutut pergelangan kaki serta persendian tangan dan kaki.

2. Etiologi

Demam Chikungunya disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIKV). CHIKV

termasuk keluarga Togaviridae, Genus alphavirus, dan ditularkan oleh nyamuk

Aedes Aegypti.

3. Manifestasi klinis

a. Demam

b. Gejala yang khas :

- Rasa pegal-pegal

- Ngilu

- Sakit pada tulang-tulang

c. Demam dan nyeri akan hilang dalam 5 hari

4. Pencegahan

Satu-satunya cara untuk menghindari penyakit ini adalah membasmi nyamuk

pembawa virusnya dg cara :

a. Menutup bak penampungan air.

b. Menguras penampungan air minimal 1x seminggu.

c. Tidak membiarkan tempat genangan air.

d. Tidak menggantungkan benda seperti baju-baju di ruangan.

e. Membasmi nyamuk dg pengasapan insektisida malation dan jentik-

jentiknya dengan themopos.

f. Menghindari tempat gelap dan pengap.

g. Membuka jendela kamar/rumah sehingga memungkinkan cahaya matahari

masuk dan pertukaran udara.

Page 41: 2003 MAKALAH KEPDAS 2.doc

h. Penggunaan baju lengan panjang saat terjadi banyak kasus

Menurut Wikipedia, cara menghindari penyakit ini adalah dengan

membasmi nyamuk pembawa virusnya. Ternyata nyamuk ini punya kebiasaan

unik. Pertama, Mereka senang hidup dan berkembang biak di genangan air bersih

seperti bak mandi, vas bunga, dan juga kaleng atau botol bekas yang menampung

air bersih. Kedua, Serangga bercorak hitam putih ini juga senang hidup di benda-

benda yang menggantung seperti baju-baju yang ada di belakang pintu kamar.

Ketiga, nyamuk ini sangat menyukai tempat yang gelap dan pengap.

Mengingat penyebar penyakit ini adalah nyamuk Aedes aegypti maka

cara terbaik untuk memutus rantai penularan adalah dengan memberantas nyamuk

tersebut, sebagaimana sering disarankan dalam pemberantasan penyakit demam

berdarah dengue. Insektisida yang digunakan untuk membasmi nyamuk ini adalah

dari golongan malation, sedangkan themopos untuk mematikan jentik-jentiknya.

malation dipakai dengan cara pengasapan, bukan dengan menyemprotkan ke

dinding. Hal ini karena Aedes aegypti tidak suka hinggap di dinding, melainkan

pada benda-benda yang menggantung.

Masih menurut Wikipedia, pencegahan yang murah dan efektif untuk

memberantas nyamuk ini adalah dengan cara menguras tempat penampungan air

bersih, bak mandi, vas bunga dan sebagainya, paling tidak seminggu sekali,

mengingat nyamuk tersebut berkembang biak dari telur sampai menjadi dewasa

dalam kurun waktu 7-10 hari. Halaman atau kebun di sekitar rumah harus bersih

dari benda-benda yang memungkinkan menampung air bersih, terutama pada

musim hujan seperti sekarang. Pintu dan jendela rumah sebaiknya dibuka setiap

hari, mulai pagi hari sampai sore, agar udara segar dan sinar matahari dapat

masuk, sehingga terjadi pertukaran udara dan pencahayaan yang sehat. Namun

masyarakat yang tinggal didaerah pesisir dan aliran sungai lebih gampang terkena

penyakit ini disebabkan karena lingkingan di daerah pesisir lebih gampang

berkembangnya nyamuk Aedes aegypti,dikarenakan nyamuk ini lebih cepat

bekembang biaknya di daerah yang lembab, kotor, dan daerah yang penuh dengan

Page 42: 2003 MAKALAH KEPDAS 2.doc

sampah, dan daerah rawan banjir, dimana daerah pesisir adalah daerah yang

rawan banjir.

Dengan demikian, tercipta lingkungan yang tidak ideal bagi nyamuk

tersebut. Kabar baiknya, penyakit ini sulit menyerang penderita yang sama.

Sebabnya, pada tubuh penderita akan membentuk antibodi yang akan membuat

mereka kebal terhadap wabah penyakit ini di kemudian hari. Dengan demikian,

kecil kemungkinan bagi mereka untuk kena lagi.

5. Penanganan

a. Demam Chikungunya termasuk penyakit yang sembuh dengan sendirinya.

Tak ada vaksin maupun obat khusus untuk penyakit ini.

b. Pengobatan yang diberikan hanyalah terapi menghilangkan gejala

penyakitnya, seperti obat penghilang rasa sakit atau demam seperti

golongan parasetamol.

c. Untuk memperbaiki keadaan umum penderita dianjurkan makan makanan

yang bergizi, cukup karbohidrat dan terutama protein serta mengkonsumsi

buah buahan segar

Page 43: 2003 MAKALAH KEPDAS 2.doc

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan pembahasan diatas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan:

1. Kusta merupakan salah satu penyakit menular kronik yang disebabkan oleh kuman

Mycobacterium leprae (M leprae) yang intra seluler obligat menyerang saraf perifer

sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas

kemudian ke organ lain kecuali susunan saraf pusat.

2. Filariasis atau kaki gajah adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh

infeksi cacing filarial dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Cacing Filaria hidup

di saluran dan kelenjar getah bening

3. Demam berdarah dengue (DBD) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus

dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes

aegypti.

4. Malaria adalah penyakit infeksi yang dapat bersifat akut maupun kronik, disebabkan

oleh protozoa genus plasmodium ditandai dengan demam, anemia dan splenomegaly.

5. Cikungunya adalah nyeri sendi yang terjadi pada lutut pergelangan kaki serta

persendian tangan dan kaki yang mengakibatkan tulang penderita meliuk atau

melengkung.

B. Saran

Semoga pembahasan diatas dapat berguna bagi pembaca baik itu kita sebagai

perawat maupun masyarakat, terutama masyarakat yang berada di daerah pesisir dan

aliran sungai agar tingkat perkembangan penyakit-penyakit tersebut dapat ditekan.

Page 44: 2003 MAKALAH KEPDAS 2.doc

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Depkes RI Dirjen P2M dan PLP. 1996. Buku Pedoman pemberantasan Penyakit Kusta. Jakarta

Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2.ed III. Jakarta: Media Aeuscualpius

Hidayat, Aziz Alimul A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak jilid.2. Jakarta: Salemba

Medika.

Nasrul, Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. Jakarta: EGC

Noer, Sjaifoellah dkk. 1998. Standar Perawatan Pasien. Jakarta: EGC

Smeltzer C Suzanne. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Suriadi & Yuliani, Rita. 2001. Buku Pegangan Praktek Klinik : Asuhan Keperawatan pada

Anak. Sagung Seto : Jakarta