2. Teori
-
Upload
sari-ulfayana -
Category
Documents
-
view
22 -
download
1
Transcript of 2. Teori
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Nanas
Nanas, nenas, atau ananas (Ananas comosus (L.) Merr.) adalah sejenis
tumbuhan tropis yang berasal dari Brazil, Bolivia, dan Paraguay. Tumbuhan ini
termasuk dalam familia nanas-nanasan (Famili Bromeliaceae). Perawakan
(habitus) tumbuhannya rendah, herba (menahun) dengan 30 atau lebih daun yang
panjang, berujung tajam, tersusun dalam bentuk roset mengelilingi batang yang
tebal.
Gambar 2.1 Buah Nanas
Nanas (ananas comosus family Bromeliaceae) merupakan buah-buahan
tropika beriklim basah yang bersifat merumpun karena tanamannya mampu
membentuk anakan atau tunas akar. Bahkan, tanamannya mampu membentuk
tunas-tunas batang sehingga walaupun tanaman nanas sebenarnya adalah
monokarpik masih mampu berbuah beberapa kali. Hal itu disebabkan tunas akar
dan tunas batang mampu berbuah pula.
Daerah persebaran nanas ialah antara 300 LU - 300 LS dari katulistiwa. Di
Indonesia tanaman nanas pada umumnya tumbuh baik didataran rendah yang
suhunya antara 290 - 320 C. Curah hujan antara 1.000 – 3.000 mm per tahun dan
4
merata sepanjang tahun dengan pH tanah, antara 5,5 – 6. Akan tetapi, tanaman
nanas ini toleran terhadap pH yang rendah (tanah masam) sehingga didaerah-
daerah transmigrasi yang keadaan lahannya masam, tanaman nanas masih mampu
tumbuh dengan subur dan berbuah baik. Walaupun demikian, pada tanah yang
berkapur, tanaman nanas tumbuh kerdil dan menunjukkan gejala khorosis pada
umumnya.
Daun nanas panjang, liat, dan tidak mempunyai tulang daun utama. Pada
tepi daunnya ada yang tumbuh duri tajam dan ada yang tidak berduri. Tetapi, ada
pula yang durinya hanya diujung daun. Duri nanas tersusun rapi menuju ke satu
arah menghadap keujung daunnya. Bunganya tersusun majemuk tumbuh bersama
pada sebuah tangkai buah yang kokoh. Bakal bijinya terdapat dalam rongga buah
majemuk yang berdiri tegak pada tangkainya yang disebut sinkarpik. Dengan
demikian, buah majemuk tersebut membentuk sebuah “gada” besar, sedangkan
bekas putiknya merupakan “mata” buah nanas tersebut. Setiap buah terdiri atas
100 – 200 kuntum bunga. Untuk taksonomi tanaman nanas ini dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
Tabel 2.1 Taksonomi Nanas
Klasifikasi Nama
Kingdom Plantae
Ordo Poales
Famili Bromeliaceae
Upafamili Bromelioideae
Genus Ananas
Spesies A.Comosus
Binominal Ananas Comosus
Sinosonim Ananas sativus
Tanaman nanas tidak tahan terhadap keadaan air yang mengenang dan
tidak suka terhadap pemberian pupuk nitrogen (ZA dan Urea) yang tinggi, serta
tidak tahan terhadap suhu dingin. Oleh karena itu, didataran tinggi tanaman nanas
5
kurang baik tumbuhnya dan dan rasa buahnya menjadi masam. Tanaman tahan
terhadap lindungan tetapi lebih baik apabila ditanam didaerah terbuka. Oleh
karena itu, tanaman nanas banyak diusahakan dipekarangan. Di tempat yang
terlindung biasanya buah nanas kurang manis. Pada tanah yang mengandung pasir
dan cukup mengandung bahan organik (seperti tanah gembur) tanaman nanas
tumbuh baik sekali.
Pada umumnya pada sebuah tanaman atau sebuah tangkai buah hanya
tumbuh satu buah saja. Akan tetapi, karena pengaruh lingkungan dapat pula
membentuk lebih dari satu buah pada satu tangkai yang biasa disebut multiple frut
(buah ganda). Pada ujung buah biasanya tumbuh tunas mahkota tunggal, tetapi
ada pula tunas yang tumbuh lebih dari satu yang biasa disebut multiple crown
(mahkota ganda). Tanah yang mengandung Nitrogen tinggi cenderung
merangsang kejadian diatas.
Sebenarnya nanas bukanlah tanaman asli Indonesia, tetapi pendatang dari
Brazilia, Argentina, dan Paraguay. Pada saat ini nanas telah tersebar luas
keseluruh dunia. Negara produksi nanas yang terkenal ialah Hawaii, Taiwan, dan
kuba. Di Indonesia tanaman nanas banyak terdapat di Bogor, Purwakarta,
Palembang, Riau, Jambi, dan sebagainya yang luasnya mencapai lebih dari 28.000
hektar dengan produksi mencapai 1999.400 ton per tahun. Hal itu disebabkan
tanaman mudah tumbuh dan tidak banyak memerlukan perawatan. Sedangkan
resiko kegagalan dalam bertanam nanas jarang terjadi. Pemasaran hasilnya mudah
asalkan manis dan tidak gatal. Oleh karena itu, kualitas buah sangat menentukan
pemasarannya.
2.2 Manfaat dan Kandungan Gizi Nanas
Bagian utama yang bernilai ekonomi penting dari tanaman nanas adalah
buahnya. Buah nanas selain dikonsumsi segar juga diolah menjadi berbagai
macam makanan dan minuman, seperti selai, buah dalam sirop dan lain-lain. Rasa
buah nanas manis sampai agak masam segar, sehingga disukai masyarakat luas.
Disamping itu, buah nanas mengandung gizi cukup tinggi dan lengkap. Buah
nanas mengandung enzim bromelain, (enzim protease yang dapat menghidrolisa
6
protein, protease atau peptide), sehingga dapat digunakan untuk melunakkan
daging. Enzim ini sering pula dimanfaatkan sebagai alat kontrasepsi Keluarga
Berencana. Buah nanas bermanfaat bagi kesehatan tubuh, sebagai obat
penyembuh penyakit sembelit, gangguan saluran kencing, mual-mual, flu, wasir
dan kurang darah. Penyakit kulit (gatal-gatal, eksim dan kudis) dapat diobati
dengan diolesi sari buah nanas. Kulit buah nanas dapat diolah menjadi sirup, nata
atau diekstrasi cairannya untuk pakan ternak.
Manfaat nanas sangat beragam, diantara dari manfaat nanas tersebut
adalah melancarkan pencernaan protein. Manfaat nanas ini dapat kita peroleh
karena buah tersebut memiliki enzim bromelain dalam jumlah besar. Enzim ini
bermanfaat untuk memperlancar proses pencernaan dan sebagai pelega
tenggorokan. Enzim bromelain berfungsi sebagai pencerna protein yang terdapat
dalam makanan hingga dapat diserap oleh tubuh
a. Membantu pencernaan dan mempercepat penyembuhan
b. Memperkuat system imun dalam tubuh, memperkuat otot jantung dan
memperlambat penuaan dini
c. Dapat meningkatkan protein dalam tubuh dan mengurangi dehidrasi
d. Dapat mengobati radang tenggorokan
e. Mengobati rasa kembung perut.
Nanas banyak mengandung vitamin A dan C sebagai antioksidan. Juga
mengandung kalsium, fosfor, magnesium, besi, natrium, kalium, dekstrosa,
sukrosa, dan enzim bromelain. Bromelain berkhasiat sebagai antiradang,
membantu melunakkan makanan di lambung, serta menghambat pertumbuhan sel
kanker.
Tabel 2.2 Komposisi Vitamin pada Kulit Nanas
SampelVit. C
( mg/ 100gr)Vit. A
( mg/ 100gr)Gured (%)
KarbohidratHati nanas 25.515 126.417 8,776
Kulit nanas + pengawet 33.430 149.491 7.007Kulit nanas 30.779 138.047 5.105
(Ahmad Jaelani, 2013)
7
Menurut Suprapti (2001), limbah nanas berupa kulit, ati/ bonggol buah
atau cairan buah/ gula dapat diolah menjadi produk lain seperti sari buah atau
sirup. Menurut Kumalaningsih (1993), secara ekonomi kulit nanas masih
bermanfaat untuk diolah menjadi berbagai olahan makanan.
Gambar 2.2 Kulit Nanas
Komposisi limbah kulit nenas dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.3 Hasil Analisis Proksimat Limbah Kulit Nanas Berdasarkan Berat Basah
Komposisi Rata-rata Berat Basah (%)
Air 86,70
Protein 0,69
Lemak 0,02
Abu 0,48
Serat Besah 1,66
Karbohidrat 10,54
(Sidharta : 1989)
Bagian kulit buah nanas masih mengandung daging buah nanas. Kulit
buah nanas mengandung : sukrosa, riboflavin, thiamin, beragam mineral, senyawa
ester yang membentuk aroma (Tresler & Joslyn, 1971). Noparatnaraporn et al.,
(1986) mengungkapkan bahwa limbah kulit buah nanas mengandung sukrosa 40,1
8
g, mineral beragam di antaranya Mg2+ 6,25 mg , protein 0,9 g, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.4.
Tabel 2.4 Komposisi kimia limbah kulit nanas
Komposisi Kimia Konsentrasi
COD 100,8
Gula reduksi (g 1-1) 39,2
Gula total (g 1-1) 100,0
Dekstran 1,5
Rafinosa 2,6
Sukrosa 40,1
Glukosa 23,6
Galaktosa 1,7
Fruktosa 14,0
Protein terlarut -
Nitrogen kjeldahl -
Elemen mikro (mg 1-1)
Fe 5,43
Ca 3,31
Mn 13,97
Mg 62,50
Co 0,07
Cu 2,02
Cd 0,03
Na 8,61
SO-2 169,7
PO-3 223,8
pH 4,0
(Noparatnaraporn et al., 1986)
9
2.3 Nata De Pina dari Kulit Nenas
Nata berasal dari bahasa Spanyol yang apabila diterjemahkan ke dalam
bahasa latin menjadi “natare” yang berarti terapung-apung. Nata termasuk produk
fermentasi, seperti halnya yoghurt. Starter yang digunakan adalah bakteri
Acetobacter xylinum, jika ditumbuhkan di media cair yang mengandung gula,
bakteri ini akan menghasilkan asam asetat dan lapisan putih yang terapung-apung
di permukaan media cair tersebut. Lapisan putih itulah yang dikenal sebagai nata
(Adiprasetyo, 2010).
Bakteri pertama yang diduga sebagai pembentuk nata adalah Leuconostoc
Sp., tetapi kemudian diketahui bahwa bakteri yang membentuk nata adalah
Acetobacter xylinum. Bakteri Acetobacter xylinum termasuk golongan famili
Pseudomonadaceae, genus Acetobacter. Menurut Vaughu dalam Slamet
Sudarmadji (1989) bakteri Acetobacter dibagi menjadi dua kelas (marga).
Acetobacter xylinum mempunyai sifat sensitif terhadap perubahan sifat fisik
misalnya adanya goncangan akan menyebabkan nata yang terbentuk di permukaan
cairan menjadi turun, dan perubahan sifat kimia misalnya pH yang sangat rendah
mengakibatkan pertumbuhan Acetobacter xylinum terhambat. Akibat yang
ditunjukkan oleh terhambatnya pertumbuhan Acetobacter xylinum adalah nata
yang dihasilkan tipis dan lunak, atau kemungkinan yang paling tidak
menguntungkan adalah tidak terbentuknya nata (Endang S. Rahayu, 1993)
Nata adalah makanan khas rakyat Filiphina yang biasanya digunakan
sebagai makanan penyegar. Jenis nata yang sudah dikenal yaitu nata de coco.
Nata merupakan produk fermentasi dengan bantuan bakteri Acetobacter xylinum.
Dilihat dari namanya bakteri ini termasuk kelompok bakteri asam asetat (aceto :
asetat, bacter : bakteri). Jika ditumbuhkan di media cair yang mengandung gula,
bakteri ini akan menghasilkan asam cuka atau asam asetat dan padatan putih yang
terapung di permukaan media cair tersebut. Lapisan putih itulah yang dikenal
sebagai nata (Sarangih, 2004). Pada dasarnya produksi nata dengan media sari
buah nanas telah banyak dilakukan yakni dikenal sebagai nata de pina, tetapi
dengan mencoba produksi nata dengan menumbuhkan bakteri A. xylinum pada
10
media limbah buah nanas belum dilakukan. Limbah buah nanas yang digunakan
adalah bagian kulit nanas.
Untuk dapat mengaktifkan produksi nata oleh bakteri dibutuhkan nutrien
dari media yang mengandung gula, nitrogen, vitamin dan mineral. Berdasarkan
kebutuhan nutrien ini maka limbah buah nenas berupa kulitnya cukup bermanfaat
sebagai media pertumbuhan bakteri nata. Perlu diketahui bahwa komponen yang
cukup berperan sebagai media pertumbuhan nata, adalah sumber karbon dan
sumber nitrogen karena sebagai nutrisi bagi pertumbuhan bakteri A. xylinum.
Sumber karbon sebagai salah satu unsur pembentuk nutrisi untuk medium
fermentasi dapat berupa glukosa, fruktosa dan sukrosa. Pada kedua bahan
tersebut, komponen-komponen ini tersedia dan berpotensi sebagai sumber nutrien
bagi bakteri A. xylinum.
Menurut Lapuz, et. al (1967), sukrosa dan glukosa pada konsentrasi 10 %
memberikan hasil nata yang paling tebal dibandingkan dengan sumber gula
lainnya. Bila dibandingkan antara penggunaan glukosa dan sukrosa, nata yang
dihasilkan karena penggunaan glukosa akan lebih tebal, sehingga sumber karbon
terbaik bagi pembentukan nata adalah glukosa. Hal ini dapat dipenuhi dari bagian
buah nanas salah satunya pada bagian kulit nanas.
Pada bagian kulit yang merupakan bagian terluar, memiliki tekstur yang
tidak rata, dan banyak terdapat duri-duri kecil pada permukaan luarnya. Biasanya
pada bagian ini merupakan bagian yang pertama dibuang oleh masyarakat karena
bagian ini tergolong bagian yang tidak dapat dikonsumsi langsung sebagai buah
segar.
2.4 Aktifitas Pembentukan Nata
Menurut Lapuz dalam Hasnelly (1997), penambahan sumber nitrogen
anorganik atau organik akan meningkatkan aktivitas Acetobacter xylinum dalam
produksi nata. Pertumbuhan Acetobacter xylinum memerlukan vitamin-vitamin
tertentu dan vitamin B kompleks. Bahan-bahan bisa didapatkan melalui
penambahan sumber nitrogen dari luar, dalam hal ini adalah ammonium fosfat.
Acetobacter xylinum membentuk asam dari glukosa, etil alkohol, propil alkohol
11
dan glikol, serta mengoksidasi asam asetat menjadi gas CO2 dan H2O (Endang S.
Rahayu, 1993). Komponen selulosa ini akan membentuk jalinan mikrofibil yang
panjang dalam cairan fermentasi. Gelembung-gelembung gas CO2 yang dihasilkan
selama fermentasi mempunyai kecenderungan melekat pada jaringan selulosa ini,
sehingga menyebabkan jaringan tersebut terangkat ke permukaan cairan
(Pederson dalam Endang S. Rahayu, 1993).
Menurut Valla dan Kjosbakken dalam Tien R. Muchtadi (1997), bakteri
Acetobacter xylinum beraktivitas dapat memecah gula untuk mensintesis selulosa
ekstraseluler. Selulosa merupakan rantai tidak bercabang yang saling berikatan
paralel satu sama lain. Sifat selulosa diantaranya tidak larut dalam air, eter,
alkohol; tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan manusia tetapi akan
terhidrolisis oleh asam kuat (H2SO4) (Agung Suroatmojo, 1986).
Selulosa yang terbentuk berupa benang-benang yang bersama-sama
dengan polisakarida berlendir membentuk suatu jalinan secara terus-menerus
menjadi lapisan nata. Terbentuknya pelikel (lapisan tipis nata) mulai dapat terlihat
di permukaan media cair setelah 24 jam inkubasi, bersamaan dengan terjadinya
proses penjernihan cairan di bawahnya. Jaringan halus yang transparan yang
terbentuk di permukaan membawa sebagian bakteri terperangkap di dalamnya.
Gas CO2 yang dihasilkan secara lambat oleh Acetobacter xylinum menyebabkan
pengapungan ke permukaan. Mekanisme pembentukan selulosa oleh Acetobacter
xylinum dapat dijelaskan pada Gambar 1 (Tien R.Muchtadi, 1997).
Peningkatan jumlah selulosa yang relatif cepat diduga terjadi akibat
konsentrasi sel yang terus berkembang di daerah permukaan yang langsung
kontak dengan udara di dalam wadah fermentasi. Pada kultur yang tumbuh, suplai
O2 di permukaan akan merangsang peningkatan massa sel dan enzim pembentuk
selulosa yang mengakibatkan meningkatnya produksi selulosa (Tien R.Muchtadi,
1997).
Gel selulosa tidak terbentuk jika di dalam media tidak tersedia glukosa
atau oksigen. Tidak terdapatnya glukosa menyebabkan laju konsumsi oksigen
menjadi tidak berarti, yaitu kurang dari 0,01 mikromol / sel / jam. Dengan adanya
12
glukosa, maka laju konsumsi oksigen akan meningkat sampai kira-kira 4
mikromol / sel / jam (Valla dalam Tien R. Muchtadi, 1997).
Glukosa (Glu)
Acetobacter xylinum ATP
ADP
Glu-6P
(Fosfoglukomutase)
Glu-1P
UTP
P
UDP-Glu
Glikolipid
Lipid
(ß1,4-D-Glu)n
Selulosa
Gambar 2.3 Mekanisme Pembentukan Selulosa oleh Acetobacter xylinum
2.5 Manfaat Nata De Pina
Kandungan terbesar dalam nata adalah air 98% (Susanti, 2005). Nata
sangat baik dikonsumsi terutama oleh mereka yang diet rendah kalori atau diet
tinggi serat, kandungan air yang tinggi berfungsi untuk memperlancar proses
metabolisme tubuh. Serat nata di dalam tubuh manusia akan mengikat semua
unsur sisa hasil pembakaran yang tidak diserap oleh tubuh, kemudian dibuang
melalui anus berupa tinja atau bolus (Kusharto, 2006).
Salah satu nata yang sering dikosumsi saat ini adalah nata de pina. Nata
yang terbuat dari kulit nanas. Nanas (Ananas comosus L.) merupakan tanaman
buah yang diminati oleh berbagai golongan masyarakat dan mempunyai nilai
ekonomi yang tinggi baik di pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri
13
(eksport). Desa Rimbo Panjang, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar,
Provinsi Riau merupakan salah satu daerah utama penghasil nanas. Penanaman
nanas sering kali mengalami kendala dalam berbudidaya. Kendala yang dihadapi
salah satunya adalah penyakit busuk pangkal yang disebabkan jamur Thielaviopsis
paradoxa. Mengingat limbah atau hasil ikutan nenas belum banyak dimanfaatkan
dan dapat menimbulkan masalah lingkungan maka pemanfaatan dari limbah nenas
perlu dicari terobosannya. Salah satu alternatif pemanfaatan limbah nanas yang
dapat dilakukan adalah dengan pemanfaatannya menjadi produk nata de pina.
Nata de Pina adalah makanan yang banyak mengandung serat,
mengandung selulosa kadar tinggi yang bermanfaat bagi kesehatan dalam
membantu pencernaan. Nata de Pina yang diperkaya dengan vitamin dan mineral
akan mempertinggi nilai gizi dari produk ini. Daya tarik nata de pina terletak pada
warnanya yang bening, teksturnya yang kenyal, dan rasanya yang sangat khas.
Oleh karena itu, campuran nata di dalam berbagai minuman dingin sangat
digemari oleh masyarakat luas. Terutama di daerah-daerah tropis, seperti di Tanah
Air. Karena kandungan gizi (khususnya energi) yang sangat rendah, produk ini
aman untuk dimakan oleh siapa saja. Produk ini tidak akan menyebabkan gemuk,
sehingga sangat dianjurkan bagi mereka yang sedang diet rendah kalori untuk
menurunkan berat badan.
Keunggulan lain dari nata de pina adalah kandungan serat (dietary fiber)-
nya yang cukup tinggi, terutama selulosa. Tanpa adanya serat dalam makanan,
kita akan mudah mengalami gejala sembelit atau konstipasi (susah buang air
besar), wasir, penyakit divertikulosis, kanker usus besar, radang apendiks, kencing
manis, jantung koroner, dan kegemukan (obesitas). Dengan adanya serat dari nata
de pina atau bahan pangan lainnya, proses buang air besar menjadi teratur dan
berbagai penyakit tersebut dapat dihindari.
2.6 Sejarah dan Prospek Pemasaran
Nata dikembangkan pertama kali di negara Filipina. Percobaan
pengembangan di Indonesia dilakukan di Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Industri Hasil Pertanian Bogor tahun 1975 (Warisno, 2004). Di
14
Indonesia pada awalnya, industri pengolahan nata diawali di tingkat usaha rumah
tangga (home industry) dengan menggunakan sari buah nanas sebagai bahan
bakunya sehingga produknya sering disebut nata de pina. Seperti pada umumnya
usaha buah-buahan musiman lainnya, keberlangsungan produksi nata de pina
terbentur dengan kendala sifat musiman tanaman nanas. Sehingga produksi nata
de pina tidak dapat dilakukan sepanjang tahun.
Kabupaten Kampar merupakan salah satu daerah pertanian yang memiliki
potensi besar untuk pengembangan perkebunan nanas. Hingga saat ini, pertanian
nanas hanya dilakukan oleh masyarakat tempatan dengan metode yang masih
tradisional di atas lahan gambut. Agar mampu berkompetisi di pasar lokal dan
internasional, kualitas Nenas Kabupaten Kampar harus berada pada level Standar
mutu tinggi. Di samping itu, komoditi ini juga perlu mendapatkan perhatian ekstra
untuk mendapatkan nilai tambah dan laba bagi para petani.
Dalam mencari solusi terbaik bagi permasalahan tersebut, Pemerintah
Kabupaten Kampar menginginkan kehadiran para Investor terkemuka untuk
menanamkan modalnya dalam pengembangan budidaya pertanian nenas dan
membangun pabrik pengolahan nenas, seperti pabrik pengalengan Nenas, Selai,
dan Jus nenas. Kondisi Eksisting saat ini, areal pertanian nenas yang sudah
ditanami mecapai luas 800 hektar dengan produksi sekitar 9.000 ton/tahun. Pada
masa mendatang areal tersebut diharapkan dapat dikembangkan menjadi 1.500 ha.