2. Permeriksaan Oftalmologi

download 2. Permeriksaan Oftalmologi

of 23

Transcript of 2. Permeriksaan Oftalmologi

Pemeriksaan OftalmologiMaksud pemeriksaan adalah untuk menilai fungsi maupun anatomi kedua mata Cara pemeriksaan, pemeriksaan dilakukan secara sistemik, supaya tidak ada yang terlewatkan Pemeriksaan mata : 1. Visus atau tajam penglihatan 2. Tekanan intra okular 3. Pemeriksaan eksternal mata 4. Pemeriksaan fundus mata 5. pemeriksaan lapang pandang Ad:/ 1. Pemeriksaan Tajam Penglihatan Dipakai kartu Snellen yang berisikan berbagai ukuran huruf atau

angka ada juga bentuk gambar untuk anak. Huruf terbesar biasanya paling atas Kartu di tempatkan pada jarak 5-6 meter, di tempat terang tetapi tidak menyilaukan. Pada pinggir garis ada angka yang menunjukan berapa meter huruf sebesar itu oleh mata normal dapat dikenali. Penilaian Baris huruf terkecil yang dapat di baca mata pasien dan jarak test, misal baris berkode 20 pada pemeriksaan berjarak 5 meter maka tajam penglihatan adalah 5 /20. Di sini pembilang adalah jarak pemeriksaan dan penyebut jarak yang harus dapat dibaca oleh orang normal. Kalau dari barisan itu ada beberapa yang salah sebut, tambahkan huruf S (Salah) atau F (false) Bila huruf terbesar (berkode 60) tidak dapat dibaca, maka kartu snelien didekatkan kepasien atau pasien disuruh menghitung jari dan dinilai pada jarak berapa pasien dapat menghiting jari dengan benar, kalau pada jarak 5 meter bisa menghitung jari maka tajam penglihatan adalah 3/60. orang normal

bisa mengghitung jari pada jarak 60 meter. Bila huruf terbesar atau menghitung jari pada jarak 1 meter tidak dapat dikenali, maka pasien disuruh mengenali lambaian tangan yang digerakan secara vertikal dan horizontal bila pasien dapat mengenali berarti tajam penglihatan adalan 1/300, orang normal dapat mengenali lambaian tangan pada jarak 300 meter. Apabila lambaian tangan tidak mampu dikenali, pasien diperiksa dengan cahaya sntolop dari beberapa arah dan pasien disuruh menentukan apakah ada cahaya atau tidak, serta menentukan dari mana datangnya cahaya tersebut. Bila dapat mengenali cahaya dan arah datangnya cahaya dengan tepat disebut tajam penglihatan 1/ ~ proyeksi sinar baik Bila tidak dapat menentukan arah datangnya sinar dengan baik maka tajam penglihatan adalah 1/~ proyeksi sinar jelek. Bila pasien tidak dapat mengenal adanya cahaya maka tajam penglihatan adalah 0 (Nol).

2. Pemeriksaan Intraokuler Tonometri adalah cara pengukuran tekanan intraokler dngan memakai alat yang terkaliberasi dengan melekukan atau meratakan permukaan kornea. Makin tegang mata makin besar gaya yang diperlukan untuk menghasilkan lekukan. Ada dua jenis toometri SCHIOTZ dan APLANASI Tonometri SCHIOTZ Mengukur besarnya indentasi (penekanan) korna yang dihasilkan oelh beban atau gaya yang telah disiapkan, makin lunak mata makin besar lekukan pada kornea, pada skala akan terlihat angka yang lebih besar. Konversi pembacaan skala tonometer kedalam tabel menujukan tekanan bola mata dalam mmHg. Beban yang dipakai untuk tonometer schiotz adalah (5,5) (5,7) (10) gram Tonometri dengan Tonometer Schiotz Penderita tidur tanpa bantal Mata ditetesi Pantocin 0,5% tetes mata

-

-

-

Bersikan telapak tonometer dengan kapas yang dibasahi dengan alkohol Penderita disuruh menatap lurus ke atas Pegang tonometer pada pemegangnya dan dekatkan telapaknya pelan-pelan kepermukaan kornea (tepet di tengah kornea) Baca skala yang di tunjuk Lihat nilai tekanan dalam daftar konversi untuk beban yang dipakai

Tonometer Aplanasi Mengukur besarnya beban yang diperlukan untuk merapatkan apeks kornea, makin tinggi tekanan intraokular makin besar beban yang dibutuhkan. Tonometer aplanasi yang dikenal Goldmann Aplamasi Tonometer Untuk pemeriksaan dengan tonometer aplanasi memerlukan slit lamp Gambar Palpasi Digital

Pemeriksaan tekanan bola mata dengan mmakai ujung jari. Cara ini adalah untuk memeriksa tekanan bola mata dengan cepat, pelaksanaannya sangat praktis tidak memerlukan alat khusus. Dasar pemeriksaannya adalah dengan merasakan reaksi lenturan bola mata (balotent) dilakukan bergantian dengan kedua jari telunjuk, yang dilakukan adalah menentukan atau melakukan indentasi sklera dan merasakan daya membulat kembali sklera pada saat ari dilepaskan tekanannya Cara pemeriksaan pasien dengan mata tertutup disuruh melihat kearah kiri, pemeriksa atau dokter dengan kedua telunjuknya menekan pada kulit kelopak tarsus atas dan merasakan tekanan balik pada telunjuk tangan kanan dan kiri serta menduga berapa tekanan dalam bola mata tersebut. Tekanan bola mata dengan cara digital dinyatakan dengan tanda : n (normal) N + 1, N + 2, N + 3 berarti lebih tinggi N 1, N 2, N 3 berarti lebih rendah

3. Pemeriksaan Eksternal Mata Dilakukan pemeriksaan luar secara umum terhadap : Palpebra, supersilia Silia, margo palpebra Fisura palpebra Sistim lakrimal Gerak dan posisi bola mata Konyungtiva Sklera Kornea Kamera okuli anterior (bilik mata depan) Iris dan pupil Lensa Pada pemeriksaan ini kita dapat memakai alat khusus untuk dapat melihat lebih jelas seperti, loupe dengan pebesaran tertentu dan Slitlamp yaitu mokroskop binokuler yang terpasng pada meja dengan sumber cahaya kusus yang dapat diatur, pembesaran 10x sampai 16x. Dengan memriksa slitlamp belahan anterior bola mata atau segmen anterior dapat diamati. Rincian tepi pelpebra dan bulu mata, permukaan konyungtiva, kornea, iris

dan akueos dapat diteliti. Melali pupil yang di lebarkan lensa dan bagian anterior dari badan kaca dapat diamati : Palpebra, Supersilia Kelainan terlihat, tinggal menilai kelainannya, dengan palpasi dan lainlain pada jaringan ini mudah tanpa bantuan alat khusus Silia, Margo Palpebra Satu atau bebrapa silia yang tumbuh kearah dalam mungkin lolos dari pengamatan. Kulit kelopak disesuaikan sedikit, dan diamati dengan lope. Lihat pangkal bulu mata mungkin ada keropng atau skuama (blefaritis) Fissura Palpebra Diperhatikan apakah sempit atau lebar. Diperiksa daerah pupil, apakah tidak tertutup kelopak mata, bila pupil tertutup disebut ptosis Dilihat fissura palpebra, apakah dapat menutuup atau tidak Sistim Lakrimal Teliti keadaan pungtum lakrimal dengan sedikit menyesuakan kelopak bagian

nasal. Apakah terdapat eversi pungtum, nilai lobang pungtum lakrimal apakah semppit atau tersumbat. Pemeriksaan ini perlu dilakukan bila mata tampak berair. Kalau perlu dilakukan tes irigasi (Anel). Tekanan darah sakus dan amati kalau ada keluar lendir atau nanah dari pungtum. Gerakan Bola Mata Gerakan spontan mudah dilihat, selaras atau tidak dan adanya nystagmus dan lain-lain, bila ada penglihatan ganda (diplopia) dalam anamnesa periksa kearah mana diplopia paling nyata. Pasien disuruh mengikuti gerakan tangan ke 6 arah atau (kiri, kanan, temporal atas atau temporal bawah, nasal atas, nasal bawah). Diperhatikan kearah mana dan mata mana kurang gerakannya. Posisi Bola Mata Bila protusio atau eksoftalmus kurang jelas, perhatikan kedudukan bola mata dari arah atas kepala dan bandingkan dengan garis alis mata. Bila jling, kurang jelas, atau mungkin keliru dengan juling palsu, akibat

adanya pelebaran kulit bagian nasal (epikantus) maka diperhatikan banyangan cahaya pada kornea. Bentuk Bolamata Perhatikan, apakah membesar, atau mengecil. normal,

Konyungtiva Konyungtiva buli pada daerah fissura palpebra mudah diamati. Koyungtiva bawah diperiksa dengan menyuruh pasin melihat ke atas, sambil menyesuaikan kelopak bawah kebawah, bagian atas atau sebaliknya Konyungtiva tarsalis inferior dan sklera diperiksa bersama-sama dengan pemeriksaan koyungtiva buli inferior. Konyungtiva tarsal superior, pasien diminta melihat ke bawah, pinggir kelopak atas dipegang kemudian dilipat ke arah atas. Sklera Pengamatan bersama dengan konyungtiva bulbi. Apakah ada terdapat penonjolan dibawah konyungtiva,

tekanlah apakah nyeri, nyeri tekan sklera mungkin ada robekan sklera. Kornea Kornea yang tidak rata dapat diketahui dengan melihat bentuk bayangnan jendela yang tidak rata pada kornea, bila perlu dilakukan pemeriksaan dengan lempeng Placido placido adalah papan yang mempunyai garis hitam melingkar konsentris dengan lobang kecil ditengahnya, lingkaran placido diproyeksikan pada kornea. Akan terlihat keadaan permukaan kornea, bila bayangan placido baik teratur bulat berarti kornea baik. Bilik Mata Depan, Iris, Pupil, Lensa Hifema atau darah dibalik mata bisa dilihat dikamar depan terang hipopion atau nanah dibalik mata depan Kelainan warna iris, pupil yang melebar, diameter pupil kiri dan kanan tidak sama, letak pupil yang tidak semestinya, pelekatan iris, kekeruhan

lensa dapat dilihat dengan setolop dan loupe Uji Istirahat atau Tes Buta Waran Kartu istirahat adalah kartu dengan titik-titik berwarna yang kecerahanya dan banyangannya membentuk angka atau huruf. Pasien diminta mengenali tanda gambar dalam sepuluh detik. Buta warna kalau pasien tidak dapat mengenali tanda gambar tersebut dengan benar. 4. PEMERIKSAAN FUNDUS MATA Adalah pemeriksaan untuk melihat dan menilai kelainan dan keadaan pada fundus okuli. Cahaya yang dimasukan ke dalam fundus akan memberikan reflek fundus. Gambaran fundus mata akan terlihat bila fundus diberi sinar. Alat yang dipergunakan adal Oftalmoskop Sebelum diperiksa pupil mata pasien perlu dilebarkan dengan obat yang dapat melebarkan pupil yang bekerja singkat kecuali pada pasien glaukaoma sudut sempit.

Cara Pemeriksaan ; Mula-mula diputar roda oftalmoskop sehingga menunjukan angka 12.00 dioptri. Oftalmoskop diletakan 10 cm dari mata pendrita. Pada saat ini fokus terletak pada kornea atau pada lensa mata. Bila ada kekeruhan pada kornea atau lensa mata akan terlihat banyangan yang hitam pada dasar yang jingga Selnjutnya oftalmoskop lebih didekatkan pada mata penderita dan roda lensa oftalmoskop diputar, sehingga roda lensa mennunjikan angka mendekati nol. Sinar difokuskan pada pupil saraf oftik, diperhatikan warna, tepi, dan pembuluh darah yang keluar dari pupil saraf oftik Mata penderita disuruh melihat sumber cahaya oftalmoskop yang dipegang pemeriksa, dan pemeriksa dapat melihat keadaan makula lutea penderita

-

Dilakukan pemeriksaan seluruh bagian retina

pada

Pemeriksaan mata kanan pasien dengan mata kanan pemeriksa Cara pemeriksaan : Pmeriksaan harus menjelaskan terlebih dahulu tentang perlunya kerja sama pada pemeriksaan, perlunya fiksasi terus menerus dan diminta untuk bereaksi cepat bila sudah melihat sinar datang dari perifer Penderita disuruh duduk di depan perimetri Goldmann dengan dagu terletak pada bantalan dagu Mata yang tidak diperiksa ditutup Mata yang yang tidak tertutup diberi koreksi untuk jauh disertai kaca mata adisi dan disuruh fiksasi pada target yang terletak 33 cm di depan mata pasien Objek bercahaya digeser dari perifer (tidak terlihat) ke sentral (daerah terlihat) daerah fisasi

5. Pemeriksaan Lapang Pandang Pemeriksaan dengan Perimeter Perimetri dilakukan untuk mencari batas luar persepsi sinar perifer dan melihat kemampuan penglihatan daerah yang sama dan dengan demikian dapat dilakukan pemeriksaan defek lapang pandang Alat yang dipergunakan adalah Perimetri Goldman Cara pemeriksaan : Pemeriksaan menerangkan terlebih dahulu tentang kerja sama pada pemeriksaan, perlunya fiksasi terus menerus dan diminta untuk bereaksi cepat bila sudah melihat sinar datang dari perifer Penderita disuruh duduk didepan perimetri Goldmann dengan dagu terletak pada bantalan dagu Mata ditutup sebelah Mata yang tidak ditutup diberikan koreksi untuk jauh dan dekat

-

-

Disuruh fiksasi pada target yang terletak 33 cm di depan mata pasien Objek bercahaya digeser dari perifer (tidak melihat) ke sentral (daerah terlihat) Pasien harus segera memberitahukan bila melihat cahaya, yang dicatat pada kartu kampus. Bila ditemukan defek lapang pandang maka pemeriksaan diulang paling sedikit 2 kali Selama pemeriksaan pemeriksa dapat melihat kempuan fiksasi penderita melalui lobang pengintip

Dilihat depek lapang pandang yang tergambar pada kartu kampus, dan berdasarkan susunan anatomis diketahui letak susunan saraf Dengan perimetri Goldmann dapat diatur latar belakang penerangan dan intensitas objek yang dipakai. Test Konprontasi Pemeriksaan ini dilakuakn untuk emlihat gangguan lapang pandang pasien.

Dasarnya adalah membendingkan lapang pandang pasien dan pemeriksa Cara Pemeriksaan : Pasien dan pemeriksa duduk dengan berhadapan muka dengan jarak kira-kira 1 meter Mata kiri pemeriksa ditutup dan mata kanan pasien ditutup Mata kanan pemeriksa dan mata kiri pasien saling berpandangan Sebuah roda diletakan antara pasien dan pemeriksa pada arak yang sama Benda mulai digerakan dari ferifer ke arah sentral sehinga mulai terlihat oleh pemeriksa Bila pemeriksa sudah mulai melihat benda ditanya apakah benda sudah terlihat oleh pasien Hal ini dilakukan untuk semua arah (atas, bawah, nasal, temporal) Percobaan dilakukan juga pada mata satunya

Bila pasien meliat benda terlambat, berarti lapang pandangan pasien sempit dibanding lapang pandangan penderita Kampimetri Tes ini untuk mengetahui keadaan lapang pandang pasien Alat yang dipergunakan adalh Layer Bjerrum dipetakan dengan lingkaran 5 sampai 30 derajat. Objek yang berbentuk bulat dengan bermacam ukuran Cara pemeriksaan : Satu mata ditutup Penderita di tutup 1 meter dari layar Diberi penerang 50 waat pada layar Pasin disuruh melihat titik tengah layar Objek digeserkan dari tepi ke tengah Pasien disuruh mengatakan bila melihat objek Dilakukan pemeriksaan pada seluruh meridian Hasil lapang pandang akan terlihat pada layar

-

Prinsip pemriksaan adalah mengenal adanya objek atau menghilangnya objek Mata yang diperiksa harus melihat tetap pada titik fiksasi sentral

Pemeriksaan Pada Kornea 1. Flurosein Test Untuk melihat adanya defek efitel kornea Kertas fluoresain dibasahi terlebih dahulu dengan garam fisiologis pada sakus konyungtiva inferior. Penderita diminta untuk menutup matanya selama 20 detik, beberapa saat kemudian kertas ini diangkat. Dilakukan irigasi konyungtiva dengan garam fisiologik. Dilihat permukaan kornea bila terlihat warna hijau dengan sinar biru berarti ada kerusakan efitel kornea misalnya terdapat kreatitis superfisial, ulkus korna, erosi kornea. Defek kornea akan terlihat berwarna hijau, akibat pada setiap defek kornea, maka bagian tersebut akan bersifat basa dan memberikan warna ijau pada kornea.

Pada keadaan ini diseut uji fluoresein positif 2. Fistel Test Fistel test disebut juga Saidel Test gunanya untuk mengetahui adanya dan letak kebocoran kornea Pada konyungtiva inferior ditaruh kertas fluorosein atau diteteskan cairan fluorosein, kemudian dilihat adanya cairan mata yang keluar dari fistel kornea. Bila terdapat kebocoran kornea akan terlihat pengairan cairan yang berwarna hijau mulai dari lubang fistel. Cairan mata terlihat bening dengan disekitarnya terdapat larutan fluoresein yang berwarna hijau. 3. Uji Sensibilitas Kornea Untuk menguji fungsi trigeminus kornea Diketahui bahwa serabut sensibel kornea melalui saraf trigeminus, bila dirangsang akan terjadi reflek aferen pada saraf fasial dan mata kan berkedip Penderita diminta melihat jauh ke depan, dirangsang dengan kapas keringdari bagian lateral kornea. Dilihat

terjadinya reflek mengedip, rasa sakit dan mata berair Bila ada refle tersebut berarti fungsi trigeminus dan fasial baik 4. Papan Placido Uji placido, untuk melihat lengkungan kornea. Dipakai papan pasido dengan gambaran lingkaran konsentris putih hitam yang menghadap sumber cahaya atau jendela, sedangn pasien sendiri membelekangi jendela Papan plasido merupakan papan yang mempunyai gambaran garis melingkar konsentris dngan lubang kecil pada bagian sentralnya Melalui lubang plasidoskop dilihat gambaran bayangan plasido pada kornea. Normal bayangan plasedo pada korne barupa lingkaran konsentris dan bila : Lingkaran konsentri berarti permukaan kornea licin dan reguler Lingkaran lonjong berarti adanya astigmatisme kornea Garis lingkaran tidak beraturan berarti adanya astigmatisme kornea

-

-

Garis lingkaran tidak beraturan berarti astigmatisme iregular akibat adanya infiltrat ataupun parut kornea Kurang tegas mungkin akibat adanya edema kornea atau keruh

5. Eksoftalmometer Hertel Eksoftalometer adalah tindakan mengukur penonjolan bola mata dengan alat hertel Bila terdapat penonjolan bola mata disebut Eksoftalmus seperti pada penyakit tirotoksikosis, tumor retro bulber. Bila bola mata masuk disebut enoftalmus Cara pemeriksaan : alat hertel bersandar pada tepi orbita lateral kedua mata, pemeriksa mengintip permukaan kornea melalui cermin berskla pada hertel Nilai Penonjolan : Normal 12 20 mm, dan beda penonjolan lebih dari 2 mm antara kedua mata dinyatakan patologis

-

21 23 mm : enteng 23 27 mm sedang Lebih dari 28mm berat