2. LANDASAN TEORI 2.1 Teori Stewardship · melaksanakan tugas dan fungsinya dengan tepat, membuat...

15
6 Universitas Kristen Petra 2. LANDASAN TEORI 2.1 Teori Stewardship Teori Stewardship adalah teori utama yang menjadi dasar dalam penelitian ini, dimana teori ini merupakan bagian dari agency theory (Donaldson dan Davis, 1991), yang menggambarkan situasi dimana para manajemen tidaklah termotivasi oleh tujuan-tujuan individu tetapi lebih ditujukan pada sasaran hasil utama mereka untuk kepentingan organisasi. Teori tersebut mengasumsikan bahwa adanya hubungan yang kuat antara kepuasan dan kesuksesan organisasi. Kesuksesan organisasi menggambarkan maksimalisasi utilitas kelompok principals dan manajemen. Maksimalisasi utilitas kelompok ini pada akhirnya akan memaksimumkan kepentingan individu yang ada dalam kelompok organisasi tersebut. Kontrak hubungan antara steward dan principals atas dasar kepercayaan (amanah = trust) serta bertindak kolektif sesuai dengan tujuan organisasi adalah model yang sesuai pada stewardship teori. Implikasi teori stewardship terhadap penelitian ini, dapat menjelaskan eksistensi Pemerintah sebagai suatu lembaga yang dapat dipercaya untuk bertindak sesuai dengan kepentingan publik dengan melaksanakan tugas dan fungsinya dengan tepat, membuat pertanggungjawaban keuangan yang diamanahkan kepadanya, sehingga tujuan ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat dapat tercapai secara maksimal. Untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut maka stewards (manajemen dan auditor internal) mengarahkan semua kemampuan dan keahliannya dalam mengefektifkan pengendalian intern untuk dapat menghasilkan laporan informasi keuangan yang berkualitas. 2.2 Teori Agensi Dalam Teori agensi terdapat dua istilah yakni principal (pemilik),dan agent (Manager). Teori agensi memiliki gambaran bahwa agent berwewenang dalam mengola perusahaan serta berhak mengambil keputusan atas nama investor. Dalam teori ini menjelaskan perbedaan kepentingan antara manajemen dan pemilik perusahaan menyebabkan adanya asimetri informasi karema principle

Transcript of 2. LANDASAN TEORI 2.1 Teori Stewardship · melaksanakan tugas dan fungsinya dengan tepat, membuat...

Page 1: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Teori Stewardship · melaksanakan tugas dan fungsinya dengan tepat, membuat pertanggungjawaban keuangan yang diamanahkan kepadanya, sehingga tujuan ekonomi,

6 Universitas Kristen Petra

2. LANDASAN TEORI

2.1 Teori Stewardship

Teori Stewardship adalah teori utama yang menjadi dasar dalam penelitian

ini, dimana teori ini merupakan bagian dari agency theory (Donaldson dan Davis,

1991), yang menggambarkan situasi dimana para manajemen tidaklah termotivasi

oleh tujuan-tujuan individu tetapi lebih ditujukan pada sasaran hasil utama mereka

untuk kepentingan organisasi. Teori tersebut mengasumsikan bahwa adanya

hubungan yang kuat antara kepuasan dan kesuksesan organisasi. Kesuksesan

organisasi menggambarkan maksimalisasi utilitas kelompok principals dan

manajemen. Maksimalisasi utilitas kelompok ini pada akhirnya akan

memaksimumkan kepentingan individu yang ada dalam kelompok organisasi

tersebut. Kontrak hubungan antara steward dan principals atas dasar kepercayaan

(amanah = trust) serta bertindak kolektif sesuai dengan tujuan organisasi adalah

model yang sesuai pada stewardship teori. Implikasi teori stewardship terhadap

penelitian ini, dapat menjelaskan eksistensi Pemerintah sebagai suatu lembaga

yang dapat dipercaya untuk bertindak sesuai dengan kepentingan publik dengan

melaksanakan tugas dan fungsinya dengan tepat, membuat pertanggungjawaban

keuangan yang diamanahkan kepadanya, sehingga tujuan ekonomi, dan

kesejahteraan masyarakat dapat tercapai secara maksimal. Untuk melaksanakan

tanggung jawab tersebut maka stewards (manajemen dan auditor internal)

mengarahkan semua kemampuan dan keahliannya dalam mengefektifkan

pengendalian intern untuk dapat menghasilkan laporan informasi keuangan yang

berkualitas.

2.2 Teori Agensi

Dalam Teori agensi terdapat dua istilah yakni principal (pemilik),dan

agent (Manager). Teori agensi memiliki gambaran bahwa agent berwewenang

dalam mengola perusahaan serta berhak mengambil keputusan atas nama investor.

Dalam teori ini menjelaskan perbedaan kepentingan antara manajemen dan

pemilik perusahaan menyebabkan adanya asimetri informasi karema principle

Page 2: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Teori Stewardship · melaksanakan tugas dan fungsinya dengan tepat, membuat pertanggungjawaban keuangan yang diamanahkan kepadanya, sehingga tujuan ekonomi,

7 Universitas Kristen Petra

tidak ikut serta berperan aktif dalam manajemen perusahaan. Dalam hal ini

Principal menyerahkan tanggung jawab serta wewenang atas pengelolaan

perusahaan kepada agent untuk melakukan pekerjaannya. Delegasi otoritas ini

membuat para manajer memiliki inisiatif dalam membuat keputusan yang

strategis dan bertaktik agar operasional yang dikelola dapat memberikan

keuntungan bagi mereka yang mengontrol menjadi sebab utama terjadinya

konflik. Teori keagenan ini memberikan asumsi bahwa agent akan mengambil

keuntungan sebelum memenuhi kepentingan dari para pemegang saham.

Berkembangnya suatu perusahaan menjadi lebih besar akan berdampak pada

pemegang saham yang semakin meningkat membuat biaya agensi yang

dikeluarkan semakin meningkat. Hal ini akan berdampak pada pemilik karena

tidak dapat melakukan kontrol yang baik serta efesien terhadap manajer pengelola

perusahaan. Jensen dan Meckling (1976) berpendapat bahwa potensi konflik

kepentingan dapat terjadi di antara pihak-pihak yang berhubungan seperti antara

pemegang saham dengan manajer perusahaan (agency cost of equity) atau antara

pemegang saham dengan kreditur (agency costs of debt). Jensen dan Meckling

(1976) menyatakan bahwa laporan keuangan yang dibuat dengan nominal

akuntansi diharapkan dapat menggurangi risiko terjadinya konflik diantara pihak

yang saling berkepentingan. Teori agensi ini sulit untuk diterapkan serta memilki

berbagai kendala dan belum cukup memadai, sehingga suatu konsep yang lebih

jelas diperlukan untuk perlindungan terhadap para pemegang saham. Konsep

tersebut harus memiliki hubungan dengan biaya agensi yang timbul dan

permasalahan dari konflik kepentingan, sehingga suatu konsep yang baru dapat

berkembang dalam rangka mengatur dan memonitor kepentingan para pihak yang

saling terkait dengan pengoperasional (pemegang saham) dan kepemilikan suatu

perusahaan, adalah konsep dari corporate governance. Corporate Governance

didasari oleh teori keagenan, sehingga diharapkan dapat berguna sebagai alat yang

memberikan keyakinan pada investor bahwa mereka akan menerima retun on

investment yang ditanamkan sebelumnya (Herawaty, 2008). Corporate

Governance memiliki keterkaitan antara cara investor membuat keyakinan bahwa

manajer akan memberikan return on investment dan yakin akan manajer untuk

tidak menggelapkan atau memberi investasi pada beberapa proyek yang dianggap

Page 3: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Teori Stewardship · melaksanakan tugas dan fungsinya dengan tepat, membuat pertanggungjawaban keuangan yang diamanahkan kepadanya, sehingga tujuan ekonomi,

8 Universitas Kristen Petra

tidak menguntungkan yang berkaitan dengan modal atau dana yang telah

ditanamkan oleh investor, serta berkaitan dengan cara seorang investor dapat

mengendalikan manajer yang terpilih (Sheifer dan Vishny, 1997). Teori keagenan

merupakan fondasi untuk memahami corporate governance. Hal tersebut

disebabkan oleh teori keagenan yang mengindikasikan bahwa terdapat asimetri

informasi antara manajer sebagai agen dan pemilik (pemegang saham) sebagai

prinsipal (Jensen dan Meckling, 1976), sehingga teori agensi menjadi dasar

pemikiran bahwa kinerja perusahaan yang lebih baik dapat dicapai karena adanya

good corporate governance (Haat, et al. 2008).

2.3 Good Corporate Governance

2.3.1 Pengertian Good Corporate Governance ( GCG )

Corporate governance merupakan suatu struktur hubungan dan

keterkaitannya dengan tanggung jawab di antara pihak yang saling berkaitan

dimana terdiri dari komisaris, para pemegang saham dan anggota dewan direksi

termasuk manajer, yang dipersiapkan untuk mewujudkan tercapainya suatu

kinerja yang berkompetensi dalam mewujudkan tujuan utama bagi suatu

perusahaan Organization Economic Cooperation and Development (OECD).

Corporate Governance juga merupakan suatu proses serta struktur yang berguna

untuk memberikan arahan dalam mengelola bisnis serta berbagai urusan suatu

perusahaan, dalam usaha mewujudkan kesejahteraan berbisnis dan akuntabilitas

suatu perusahaan, dengan tujuan utama yakni menciptakan nilai bagi para

pemegang saham dalam kurun waktu jangka panjang, dengan tetap

memprioritaskan kepentingan para stakeholders yang lain (Malaysian Finance

Committee on Corporate Governance February, 1999,Haat, 2008). Berikut

merupakan beberapa karakteristik board dari good corporate governance:

2.3.2 Board Independent/ Dewan Komisaris Independen (KOMIND)

Komponen Dewan Komisaris yang terdapat di dalam organisasi suatu

perusahaan memiliki tugas yakni memonitor serta memberikan nasehati bagi

kinerja para Dewan Direksi dalam mengelola suatu perusahaan dan menjalankan

tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance). Dewan komisaris

Page 4: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Teori Stewardship · melaksanakan tugas dan fungsinya dengan tepat, membuat pertanggungjawaban keuangan yang diamanahkan kepadanya, sehingga tujuan ekonomi,

9 Universitas Kristen Petra

juga berperan penting dalam corporate governance sebab hukum perseroan

berfokus pada urusan serta tanggung jawab legal suatu perusahaan pada dewan

komisaris. Dalam board independent terdapat System dual board (two-tier)

dimana sistem ini merupakan sistem yang dipergunakan bagi beberapa perusahaan

di Indonesia dalam struktur organisasi internal suatu perusahaan, yang satu

dikenal sebagai dewan komisaris, sedangkan satu yang lain dikenal sebagai dewan

direksi. Komisaris Independen juga merupakan anggota dewan komisaris yang

memiliki asal dari luar perusahaan yang bukan merupakan pegawai serta tidak

memiliki hubungan kepemilikian saham, keuangan dan kepengurusan. Komisaris

independen bertugas untuk membantu mempersiapkan suatu strategi untuk jangka

panjang bagi perusahaan, dan secara berkala melakukan tinjauan atas

implementasi tersebut. Dalam usaha corporate governance mewajibkan adanya

komisaris independen dalam perusahaan yang dinilai mampu mendongkrak dan

mewujudkan situasi yang lebih objektif, independent serta dapat menciptakan

kesetaraan sebagai wujud dari prinsip utama dalam memberikan perhatian bagi

kepentingan stakeholder lainnya dan bagi para pemegang saham minoritas .

Selain itu, komisaris independen juga dapat berperan dalam menyelesaikan

permasalahan atau dengan kata lain sengketa yang terjadi diantara dewan

komisaris dengan para pemegang saham. Pembentukan komisaris independen

diacu oleh keinginan untuk memberikan perlindungan terhadap para pemegang

saham minoritas dalam PT terbuka. Pertanggungjawaban yang utama dari

Komisaris Independen ialah memberi kepastian adanya Good Corporate

Governance dengan wujud pengawasan kepada Dewan Direksi dan memberikan

masukan demi suatu kepentingan bagi perusahaan berupa hal-hal yang memiliki

keterkaitan dengan strategi bisnis yang efisien, pengisian jajaran eksekutif dan

manajerial dengan individu yang berkompetensi, memastikan sistem informasi

dan melakukan pengendalian serta audit terhadap perusahaan yang telah berjalan

dengan baik, dan memastikan ketaatan suatu perusahaan terhadap hukum yang

berlaku. Selain itu, Fama dan Jensen (1983) juga menyatakan bahwa komisaris

independen (non executive director) dapat bertindak sebagai penengah dalam

perselisihan yang terjadi antara para manajer internal dan mengawasi kebijakan

manajemen serta memberikan nasihat kepada manajemen.

Page 5: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Teori Stewardship · melaksanakan tugas dan fungsinya dengan tepat, membuat pertanggungjawaban keuangan yang diamanahkan kepadanya, sehingga tujuan ekonomi,

10 Universitas Kristen Petra

2.3.3 Board Gender

Gender ialah sekumpulan dari ciri khas yang memiliki keterkaitan dengan

jenis kelamin seseorang dan mengarahkan pada peran sosisal atau identitasnya

dalam masyarakat. Menurut WHO gender memiliki penegrtian sebagai

seperangkat perilaku, kegiatan, peran dan atribut yang dinilai layak bagi laki-laki

dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial dalam suatu masyarakat.

Diversifikasi struktur sumberdaya bagi manusia yang berkaitan dengan campuran

gender serta ras seringkali dinilai sebagai suatu hal penting untuk memaksimalkan

sumberdaya suatu perusahaan (Siciliano, 1996). Keragaman dari suatu

perusahaan dibutuhkan agar dapat meningkatkan serta mengoptimalkan inovasi

perusahaan. Perempuan seringkali dianggap memberikan perhatian yang lebih

besar dalam mengelola perusahaan. Direksi perempuan juga dinilai lebih banyak

hadir dalam rapat-rapat direksi serta lebih terlibat dengan antusias dalam dalam

memimpin rapat maupun mengikuti jalannya rapat. Menurut Kusumatuti et.al.

(2007), perempuan cenderung menghindari risiko, memiliki sikap kehati-hatian

yang sangat tinggi, dan lebih teliti dibandingkan laki-laki. Sisi inilah yang

membuat perempuan tidak terburu-buru dalam mengambil suatu keputusan.

Untuk itu dengan adanya perempuan dalam jajaran direksi dinilai dapat membantu

dalam pengambilan keputusan yang lebih tepat dan berisiko lebih rendah.

2.3.4 Board size

FCGI (2002) berpendapat bahwa Board size memiliki dua bentuk sistem

dewan/board dalam perusahaan yakni one tier system (sistem satu tingkat) dan

two tier system (sistem dua tingkat). Sistem satu tingkat memiliki pengertian

bahwa perusahaan hanya memiliki satu dewan umumnya ialah kombinasi antara

pengurus senior (direktur eksekutif) atau manajer dan direktur independen yang

bekerja mimiliki prinsip paruh waktu (non direktur eksekutif). Sistem ini biasanya

dianut oleh negara yang memiliki sistem Anglo Soxon,seperti Amerika Serikat

dan Inggris. Sistem dua tingkat memiliki dua badan terpisah yakni dewan

manajemen ( dewan direksi ) dewan pengawas ( dewan komisaris). Dewan direksi

memiliki peran dalam mengelola serta mewakili perusahaan di bawah

pengawasan dan pengarahan dewan komisaris dimana Dewan komisaris ini juga

Page 6: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Teori Stewardship · melaksanakan tugas dan fungsinya dengan tepat, membuat pertanggungjawaban keuangan yang diamanahkan kepadanya, sehingga tujuan ekonomi,

11 Universitas Kristen Petra

berperan untuk memonitor tugas atau kinerja manajemen. Forum for Corporate

Governance in Indonesia (FCGI,2002) juga menyatakan bahwa Indonesia

menganut two tier system sebab sistem hukum di Indonesia berasal dari sistem

hukum Belanda. Menurut UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang “Perseroan

Terbatas” Dewan Komisaris ialah organ perseroan yang memiliki peran dalam

memberi nasihat kepada direksi serta melakukan monitor atau pengawasan secara

umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar. 25 Dewan komisaris

memiliki berbbagai fungsi antara lain sebagai fungsi nasihat kepada manajemen,

dan fungsi servis yang berarti dewan komisaris memberikan konsultasi. Sebagai

fungsi kontrol yang berarti dewan komisaris mewakili mekanisme internal untuk

mengontrol perilaku oportunistik manajemen sehingga dapat membantu

menyelaraskan kepentingan pemegang saham dan manajer (FCGI,2002).

Kelemahan dari banyaknya jumlah dewan berkaitan dengan masalah koordinasi

dan komunikasi dimana meningkatnya jumlah dewan akan menyebabkan

turunnya kemampuan dewan dalam mengendalikan manajemen sehingga

menimbulkan permasalahan agensi dari pemisahan antara kontrol dan manajemen.

Menurut (Raluca,2013) Adanya dewan komisaris hanya menyebabkan perusahaan

akan memiliki ketergantungan pada dewannya dalam mengelola sumber dayanya

secara lebih baik sehingga dapat berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan.

2.4 Cash Conversion Cycle

Cash conversion cycle merupakan lamanya waktu membayar modal kerja

dan mengumpulkan uang tunai dari penjualan modal kerja (Brigham dan Huston,

2009: 495). Secara definitif yang dimaksudkan dengan cash conversion cycle atau

siklus konversi kas adalah interval waktu antara pengeluran kas untuk pembelian

bahan baku sampai dengan terkumpulnya kembali kas dari hasil penjualan barang

jadi (Deloof, 2003). Konsep dari siklus perputaran kas atau cash conversion cycle

menurut Horne dan Wachowicz (2000) keuntungan akan didapatkan oleh

perusahaan dengan cara mempercepat penerimaan kas dan memperlambat

pengeluaran kas yang digunakan untuk membayar hutang. Perusahaan

mempercepat penerimaan kas agar dapat menggunakan kas tersebut untuk

kebutuhan utama yang dapat meningkatkan efisiensi yang akan meningkatkan

Page 7: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Teori Stewardship · melaksanakan tugas dan fungsinya dengan tepat, membuat pertanggungjawaban keuangan yang diamanahkan kepadanya, sehingga tujuan ekonomi,

12 Universitas Kristen Petra

profitabilitas dan nilai perusahaan, dan perusahaan akan berusaha untuk menunda

pembayaran hutang tanpa harus menurunkan kepercayaan kreditor agar dapat

meingkatkan manfaat kas yang didapat.

Secara umum cash conversion cycle berasal dari receivable days ditambah

inventory days dikurangi dengan payable days. Semakin pendek waktu yang

diperlukan maka semakin baik untuk perusahaan, sebaliknya semakin panjang

waktu yang diperlukan semakin banyak modal yang harus ditanamkan.

Pengukuran cahs conversion cycle menggunakan rumus (Keown, et. al,

2001:492):

(2.1)

Dimana :

DSO = Days Of Sales Outstanding

DSI = Days Of Sales In Inventory

DPO = Days Of Payable Outstanding

2.4.1 Days of Sales Outstanding

Menilai likuiditas suatu perusahaan sangatlah penting untuk menghitung

kualitas dan likuiditas piutang (Subramarnyam and Wild, 2010). Kualitas disini

dimaksudkan pada kemungkinan tertagihnya piutang tanpa menimbulkan

kerugian, sedangkan likuiditas piutang mengacu pada kecepatan konversi piutang

menjadi kas. Kecepatan konversi ini diatur menggunakan tingkat perputaran

piutang (Subramarnyam dan Wild, 2010).

Salah satu cara untuk menganalisa piutang usaha adalah dengan

menggunakan metode analisis yaitu rasio periode pengumpulan piutang rata-rata

(Days of Sales Outstanding) atau biasa di kenal juga dengan Account receivable

days. Days of Sales Outstanding adalah waktu yang digunakan perusahaan untuk

menagih piutangnya atau kemampuan perusahaan untuk menagih piutang-

piutangnya. Pengukuran account receivable days menggunakan rumus (Keown et

al., 2001:492):

Page 8: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Teori Stewardship · melaksanakan tugas dan fungsinya dengan tepat, membuat pertanggungjawaban keuangan yang diamanahkan kepadanya, sehingga tujuan ekonomi,

13 Universitas Kristen Petra

(2.2)

2.4.2 Perputaran persediaan Harian ( Days of Inventory outstanding)

Persediaan merupakan salah satu bagian dari modal kerja (Subramarnyam

dan Wild, 2010). Sebagian perusahaan mempertahankan jumlah persediaan pada

tingkat tertentu. Perusahaan ingin memiliki persediaan yang cukup agar proses

produksi ataupun penjualan perusahaan dapat terus berjalan. Manajemen dapat

menganalisa pengelolaan persediaan perusahan dengan mengukur tingkat

perputaran harian (Days of Inventory outstanding). Days of Inventory outstanding

merupakan rasio antara jumlah harga pokok barang yang di jual dengan nilai rata-

rata yang dimiliki perusahaan (Munawir, 2007). Perhitungan Days of Inventory

outstanding menunjukan seberapa banyak perusahan membutuhkan waktu untuk

mengubah persediaan menjadi kas atau menjadi piutang. Analisis perputaran

persediaan harian ini menggunakan rumus Keown et al., (2001):

(2.3)

2.4.3 Days of Payable Outstanding

Account payable merupakan salah satu sumber pembiayaan perusahaan

yang bersifat jangka pendek (Gitman, 2011). Days of Payable Outstanding

merupakan jangka waktu yang dibutuhkan perusahaan dalam melakukan

pembayaran atas hutang-hutangnya. Apabila perusahaan mampu menunda

pembayaran hutang-hutangnya tanpa meningkatkan biaya operasi maka akan

meningkatkan profitabilitas perusahaan (Brigham dan Huston, 2009). Menurut

Gitman (2012) Days of Payable Outstanding merupakan rata-rata waktu yang

diperlukan oleh perusahaan untuk membayar hutang dagang. Secara umum

perusahaan akan mendapatkan keuntungan dengan mempercepat penerimaan kas

dan memperlambat pengeluaran kas atau pembayaran utang. Perusahaan berusaha

untuk menunda pembayaran utang selama yang merka bias untuk meningkatkan

manfaat kas yang telah didapatkan (Horne dan Wachowicz, 2000). Pengukuran

Days of Payable Outstanding menggunakan rumus Keown et al., (2001:492):

Page 9: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Teori Stewardship · melaksanakan tugas dan fungsinya dengan tepat, membuat pertanggungjawaban keuangan yang diamanahkan kepadanya, sehingga tujuan ekonomi,

14 Universitas Kristen Petra

(2.4)

2.5 Firm Performance ( ROA )

Firm performance atau Kinerja perusahaan dapat diukur dengan

menggunakan rasio keuangan (Prasinta, 2012). Investor melakukan penanaman

modal salah satunya dengan melihat rasio profitabilitas (Prasinta, 2012). Rasio

profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Return on Asset

(ROA) karena dapat memberikan gambaran tingkat pengembalian keuntungan

yang dapat diperoleh investor atas investasinya (Prasinta, 2012). Selain itu dengan

ROA, investor dapat melihat bagaimana perusahaan mengoptimalkan penggunaan

asetnya untuk dapat memaksimalkan laba yang juga menjadi tujuan GCG untuk

menggunakan aset dengan efisien dan optimal (OECD, 2004). ROA merupakan

rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam

memperoleh keuntungan dengan memanfaatkan keseluruhan total aset yang

dimiliki (Attar, Islahuddin, & Shabri, 2014). ROA mengukur seberapa efektif

perusahaan dapat mengubah pendapatan dari pengembalian investasinya menjadi

asset. Semakin tinggi ROA perusahaan, semakin baik. Beberapa perusahaan

menekankan net margin yang tinggi untuk meningkatkan ROA mereka. Untuk

menghitung ROA menggunakan rumus (Permata, Kusumawati, & Suryawati,

2012):

(2.5)

Keterangan :

ROA = return on asset ( tingkat perputaran asset )

Net income = pendapatan bersih

Total asset = jumlah dari seluruh gross investments, cash and equivalents,

receivables, and other assets as they are presented on the

balance sheet.

Page 10: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Teori Stewardship · melaksanakan tugas dan fungsinya dengan tepat, membuat pertanggungjawaban keuangan yang diamanahkan kepadanya, sehingga tujuan ekonomi,

15 Universitas Kristen Petra

2.6 Firm Size

Klasifikasi ukuran perusahaan terbagi dalam 3 kategori yaitu, large firms,

medium firms dan small firms (Mardiyah, 2001). Ukuran perusahaan (Firm size)

menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat dinyatakan dengan

total aktiva perusahaan atau total penjualan bersih (Kurniasih & Sari, 2013).

Perusahaan yang besar memiliki profitabilitas yang lebih tinggi dibandingkan

perusahaan uang kecil dikarenakan adanya market power dan market experience

sehingga dapat menjual produknya dengan harga yang lebih tinggi (Pervan, 2012).

Menurut (Audretsch & Elston, 2000) perusahaan besar juga memiliki akses yang

lebih mudah untuk mendapatkan pendanaan sehingga memiliki kesempatan

investasi yang lebih luas. Adanya kesempatan investasi yang luas berdampak pada

meningkatnya kesempatan bertumbuh perusahaan dan pada akirnya meningkatkan

nilai perusahaan. Menurut Sawir (2004) perusahaan besar memiliki kelebihan

dibandingkan dengan perusahaan berukuran kecil. Kelebihan tersebut yaitu :

1. Ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan

memperoleh dana dari pasar modal.

2. Ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawar-menawar (bargaining power)

dalam kontrak keuangan.

3. Adanya kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat

perusahaan yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba.

Pada penelitian ini penulis memilih untuk menggunakan log total

penjualan dibandingkan dengan log total asset, dikarenakan total sales memiliki

hubungan terhadap cash conversion cycle. Ukuran yang dapat digunakan untuk

menggambarkan ukuran suatu perusahaan adalah logaritma natural dari total

penjualan (Margaretha dan Ramadhan, 2010). Sehingga penelitin kali ini

menggunakan rumus:

(2.6)

Keterangan :

Firm size = Ukuran Perusahaan

LnTS = Logaritma natural dari total sales

Page 11: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Teori Stewardship · melaksanakan tugas dan fungsinya dengan tepat, membuat pertanggungjawaban keuangan yang diamanahkan kepadanya, sehingga tujuan ekonomi,

16 Universitas Kristen Petra

2.7 Kajian Penelitian Terdahulu

Margaretha & oktaviani (2016 ) dalam penelitian berjudul “ Pengaruh

Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitias Pada Usaha Kecil Menengah di

Indonesia”. Sampel yang digunakan dalam penelitian 42 UKM yang terdaftar di

PEFINDO periode 2009 – 2014. Hasil menunjukan pengaruh negatif antara siklus

konversi kas terhadap return on asset. Rikalmi & Wibowo(2016) Dalam

penelitiannya berjudul “ Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Modal Kerja Terhadap

Profitabilitas Perusahaan”. Dengan sample perusahaan manufaktur yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2014 dengan total observasi

sebanyak 234 perusahaan. Hasil penelitian menunjukan modal kerja (CCC)

berpengaruh terhadap variabel return on assets (ROA) sedangkan variabel ukuran

perusahaan (firm size) tidak berpengaruh terhadap variabel return on assets

(ROA). J. Niresh & Velnampy (2014), dalam penelitiannya berjudul ” Firm Size

and Profitability: A Study of Listed Manufacturing Firms in Sri Lanka”. Dengan

sample data dari 15 perusahaan yang aktif di Colombo Stock Exchange (CSE)

antara tahun 2008 sampai 2012. Hasil penelitian menunjukan Tidak ada hubungan

indikatif antara perusahaan ukuran dan profitabilitas perusahaan manufaktur yang

terdaftar, temuan tersebut mengungkapkan. Selain itu, hasilnya menunjukkan

bahwa perusahaan ukuran tidak memiliki dampak besar pada profitabilitas

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Sri Lanka

Yasir et al.(2014) dalam penelitiannya berjudul “ Cash Conversion Cycle

and its Impact upon Firm Performance: an Evidence from Cement Industry of

Pakistan”. Dengan sample 16 perusahaan industri semen pakistan dari 2007 –

2016. Hasil penelitian menunjukan periode pengumpulan piutang dan inventaris

memiliki hubungan negatif dengan pengembalian aset, Berdasarkan korelasi

negatif antara siklus konversi dan pengembalian aset, disimpulkan bahwa siklus

konversi tunai yang lebih tinggi.

Muscettola (2014). Dalam penelitiannya berjudul “Cash Conversion Cycle

and Firm’s Profitability: An Empirical Analysis on a Sample of 4,226

Manufacturing SMEs of Italy” . Hasil penelitian menunjukan siklus konversi kas

tidak memiliki keterkaitan yang signifikan dengan profitabilitas yang

Page 12: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Teori Stewardship · melaksanakan tugas dan fungsinya dengan tepat, membuat pertanggungjawaban keuangan yang diamanahkan kepadanya, sehingga tujuan ekonomi,

17 Universitas Kristen Petra

mengindikasikan bahwa tidak perlu selalu ada siklus konversi kas yang lebih

rendah akan menjadi profitabilitas.

Ghabayen (2012). Dalam penelitiannya berjudul “ Board Characteristics

and Firm Performance: Case of Saudi Arabia “ . dengan sample berdasarkan

laporan tahunan perusahaan yang terdaftar di tahun 2011 sampel perusahaan non-

keuangan di Pasar Saudi (Tadawul). Hasil penelitian menunjukan Antara

komposisi board dan ROA (negatif dan signifikan) - Antara ukuran board dan

ROA (tidak ada hubungan) Antara komposisi AC dan ROA (tidak ada hubungan)

-Beberapa ukuran AC dan ROA (tidak ada hubungan) Kitizo (2011) dalam

penelitiannya berjudul “ the effect of board characteristic on the financial

performance of firm listed in the manufacturing and allied sector of the nairobi

securities exchange”. Dengan sample Data sekunder dikumpulkan dari laporan

tahunan dan laporan keuangan publik yang tersedia untuk publik, dengan data tata

kelola perusahaan dan pasar yang dikumpulkan dari perpustakaan Pasar Modal

dan situs Bursa Efek Nairobi. Hasil penelitian menunjukan Independen variabel

independensi BOD ternyata memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap

ROE, independensi BOD memiliki hubungan negatif dengan ROA.

Ng et al.(2016) dalam penelitiannya berjudul “ the relationship between

board characteristic and firm financial performance in malaysia”. Hasil

penelitian menunjukan Board size dan board tenure berhubungan secara

signifikan dengan ROE dan ROA. Ukuran board secara signifikan signifikan

dengan kinerja perusahaan Penguasaan dewan secara statistik signifikan dengan

kinerja perusahaan. Masa jabatan yang lebih lama akan mengurangi pencapaian

ROA perusahaan dan sebaliknya untuk ROE. Tidak ada hubungan yang signifikan

antara dualitas CEO dan kinerja perusahaan. Oluwabemiga et al. (2016) Dalam

penelitiannya berjudul “Impact of Board Size and Firm’s Characteristics on the

Profitability of Listed Companies in Nigeria”. Dengan sample data sekunder yang

diambil dari laporan keuangan yang diaudit dari sampel 70 perusahaan dengan

sengaja dipilih dari 198 perusahaan yang terdaftar di Nigeria. Hasil penelitian

menunjukan hubungan yang signifikan antara return on capital yang digunakan

dan tiga variabel penjelas yang meliputi ukuran dewan, ukuran perusahaan dan

umur perusahaan.

Page 13: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Teori Stewardship · melaksanakan tugas dan fungsinya dengan tepat, membuat pertanggungjawaban keuangan yang diamanahkan kepadanya, sehingga tujuan ekonomi,

18 Universitas Kristen Petra

2.8 Hipotesis Penelitian

2.8.1 Pengaruh Cash Conversion Cycle terhadap Firm performance

CCC digunakan sebagai ukuran keseluruhan Working Capital, karena

menunjukkan jarak antara pengeluaran untuk pembelian dan pengumpulan

penjualan (Padachi 2006). Jordan (2003) mendefinisikan siklus kas sebagai

"Waktu antara pencairan uang tunai dan pengumpulan uang tunai ". Para peneliti

mempelajari hubungan antara panjang CCC dan Profitabilitas perusahaan.

Sebagian besar penelitian menguji hubungan empiris antar kedua variabel

menunjukkan hubungan yang signifikan dan negatif. Moss dan Stine (1993)

menemukan bahwa CCC terkait dengan usaha kecil karena usaha kecil perlu

mengatur ketersediaan uang mereka dengan lebih baik. Margaretha & oktaviani

(2016) juga menemukan hasil yang menunjukan pengaruh negatif antara siklus

konversi kas terhadap return on asset. Yasir et al. (2014) Dengan sample 16

perusahaan industri semen pakistan dari 2007 – 2016. menunjukan korelasi

negatif antara siklus konversi dan return on asset. Majeed et al. (2013) juga

menemukan hubungan negatif antara Cash conversion cycle dan return on asset.

Dalam penelitian Muscettola (2014) tidak menemukan hubungan signifikan

positif antara cash conversion cycle dengan roa . semakin besar cash conversion

cycle maka semakin besar juga profitabilitas yang akan didapatkan oleh

perusahaan. maka itu mengarah pada penciptaan hipotesis di bawah ini:

H1 : CCC berpengaruh terhadap Firm Performance

2.8.2 Pengaruh Board Characteristic terhadap Firm Performance

Ukuran dewan dianggap sebagai penentu penting perusahaan yang efektif

pemerintahan (Pearce dan Zahra, 1992; Jensen, 1993; Dalton et al., 1999). Teori

ketergantungan sumber daya menunjukkan bahwa board yang lebih besar

dikaitkan dengan tingkat kinerja perusahaan yang lebih baik, karena semakin

besar board size semakin baik kinerja perusahaan. Beberapa penelitian lain

Page 14: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Teori Stewardship · melaksanakan tugas dan fungsinya dengan tepat, membuat pertanggungjawaban keuangan yang diamanahkan kepadanya, sehingga tujuan ekonomi,

19 Universitas Kristen Petra

menemukan hubungan positif antara ukuran dewan dan kinerja perusahaan.

Mereka menunjukkan bahwa papan besar menghasilkan kinerja yang lebih baik

karena beragam keahlian dan pengalaman hadir untuk pengambilan keputusan

yang lebih baik dan memantau kinerja CEO (Zahra & Pearce, 1989). Dalam

penelitian ghabayen (2012 ) Secara empiris, Adams dan Mehran (2005)

mempelajari hubungan antara ukuran dewan dan kinerja perusahaan di AS dengan

menggunakan sampel dari 35 perusahaan induk bank publik yang diperdagangkan

pada tahun 1959-1999. Mereka menemukan bahwa board size dan board

independent memiliki efek positif pada kinerja perusahaan mereka. Hasil serupa

juga ditemukan oleh penelitian lain (Pfeffer, 1972; Zahra & Pearce, 1989;Dalton

& Ellstrand, 1999; Mak & Li, 2001). Selain itu Dalam penelitian lain Ng et al.

(2016) menemukan adanya hubungan signifikan antara board size dan ROA

Sedangkan.dengan meneliti hubungan antara atribut corporate governance dan

kinerja keuangan perusahaan di Malaysia. hubungan antara karakteristik board

(board tenure, ukuran dewan dan dualitas CEO) yang dianalisis untuk

menyelidiki korelasi mereka dengan kinerja keuangan perusahaan. Sebanyak 100

publik perusahaan yang terdaftar secara acak dipilih dari Bursa Malaysia untuk

tahun 2009 sampai 2013. maka itu mengarah pada penciptaan hipotesis di bawah

ini:

H2 : Board Characteristic berpengaruh terhadap Firm Performance

2.8.3 Pengaruh firm size terhadap Firm performance

Mayoritas penelitian mengukur pengaruh ukuran perusahaan pada

profitabilitas telah menemukan hasil yang positif arah antara ukuran perusahaan

dan profitabilitas. Sejalan dengan ini, hubungan positif antara ukuran perusahaan

dan profitabilitas ditemukan oleh Vijayakumar dan Tamizhselvan (2010). Penulis

menggunakan ukuran ukuran yang berbeda (penjualan dan total aset) dan

profitabilitas (profit margin dan laba atas total aset) sambil menerapkan model

pada sampel dari 15 perusahaan yang beroperasi di India Selatan dalam studi

mereka, Menurut dia Ukuran perusahaan mutlak memainkan peran luar biasa

dalam menjelaskan profitabilitas.

Page 15: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Teori Stewardship · melaksanakan tugas dan fungsinya dengan tepat, membuat pertanggungjawaban keuangan yang diamanahkan kepadanya, sehingga tujuan ekonomi,

20 Universitas Kristen Petra

Oluwabemiga et al. (2016) Untuk ukuran perusahaan menemukan bahwa

faktor signifikan positif untuk pertumbuhan profitabilitas terdaftar perusahaan di

Nigeria. Didirikan bahwa perusahaan yang terdaftar telah mengintensifkan upaya

untuk memastikan pertumbuhan dari perusahaan-perusahaan yang terdaftar pada

akhir-akhir ini mengenai peningkatan modal dasar perusahaan-perusahaan yang

terdaftar dicapai melalui merger dan akuisisi. Dengan demikian, peningkatan

profitabilitas dapat dikaitkan dengan pertumbuhan Dalam ukuran perusahaan

karena hasil regresi menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara ukuran

dewan direksi dan laba atas modal yang digunakan. maka itu mengarah pada

penciptaan hipotesis di bawah ini. Dalam Penelitian lain Rikalmi & Wibowo

(2016) tidak menemukan adanya hubungan antara firm size dengan ROA Niresh

& Velnampy (2014), dalam penelitiannya berjudul ” Firm Size and Profitability:

A Study of Listed Manufacturing Firms in Sri Lanka”. Dengan sample data dari

15 perusahaan yang aktif di Colombo Stock Exchange juga tidak menemukan

hubungan antara firm size dan return on asset

H3 : Firm size berpengaruh terhadap Firm Performance