2. Format Dokumen Akreditasi.

64
Diklat Pendamping ditasi FKTP LAMPIRAN 2 KURIKULUM PELATIHAN PENDAMPING FORMAT DOKUMEN AKREDITASI A. KEBIJAKAN / SURAT KEPUTUSAN SURAT KEPUTUSAN KEPALA PUKESMAS ABCD Nomor: 009/KAPUS/III/2014 TENTANG KEBIJAKAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN PUSKESMAS ABCD KEPALA PUSKESMAS ABCD Menimbang : a. Bahwa pasien mempunyai hak untuk memperoleh pelayanan yang bermutu dan aman; b. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien di PUSKESMAS ABCD perlu disusun kebijakan mutu dan keselamatan pasien; Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 2. Permenkes No. 1691/MENKES/PER/VIII/2011 1

description

Akreditasi puskesmas

Transcript of 2. Format Dokumen Akreditasi.

Diklat Pendamping ditasi FKTP LAMPIRAN 2 KURIKULUM PELATIHAN

PENDAMPING

FORMAT

DOKUMEN AKREDITASI

A. KEBIJAKAN / SURAT KEPUTUSAN

SURAT KEPUTUSAN

KEPALA PUKESMAS ABCD

Nomor: 009/KAPUS/III/2014

TENTANG

KEBIJAKAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN PUSKESMAS ABCD

KEPALA PUSKESMAS ABCD

Menimbang : a. Bahwa pasien mempunyai hak untuk memperoleh pelayanan yang

bermutu dan aman;

b. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan dan

keselamatan pasien di PUSKESMAS ABCD perlu disusun kebijakan

mutu dan keselamatan pasien;

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009

tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5063);

2. Permenkes No. 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang

Keselamatan Pasien Rumah Sakit;

3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128

tahun 2004 tentangPuskesmas;

4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1457/MENKES/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal

1

Diklat Pendamping ditasi FKTP LAMPIRAN 2 KURIKULUM PELATIHAN

PENDAMPING

Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS TENTANG KEBIJAKAN MUTU DAN

KESELAMATAN PUSKESMAS ABCD.

Kesatu : Kebijakan mutu dan keselamatan pasien Puskesmas ABCD sebagaimana

tercantum dalam Lampiran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

surat keputusan ini.

Kedua : Surat keputusan ini berlakusejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan

apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan perbaikan/

perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : …………………

Pada tanggal : 1 April 2014

KEPALA PUSKESMAS ABCD,

Nama

LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA

PUSKESMAS NOMOR…….

2

Diklat Pendamping ditasi FKTP LAMPIRAN 2 KURIKULUM PELATIHAN

PENDAMPING

TENTANG : KEBIJAKAN MUTU DAN

KESELAMATAN PASIEN

KEBIJAKAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN PUSKESMAS ABCD

1. Kepala Puskesmas dan seluruh penanggung jawab UKP dan penanggung jawab UKM

wajib berpartisipasi dalam program mutu dan keselamatan pasien mulai dari

perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.

2. Para pimpinan wajib melakukan kolaborasi dalam pelaksanaan Program mutu dan

keselamatan pasien yang diselenggarakan di seluruh jajaran Puskesmas.

3. Perencanaan mutu disusun oleh seluruh jajaran Puskesmas ABCD dengan pendekatan

multidisiplin, dan dikoordinasikan oleh Wakil Manajemen Mutu.

4. Perencanaan mutu berisi paling tidak:

a. Area prioritas berdasarkan data dan informasi, baik dari hasil monitoring dan

evaluasi indikator, maupun keluhan pasien/keluarga/staf dengan

mempertimbangkan kekritisan, risiko tinggi dan kecenderungan terjadinya masalah.

b. Salah satu area prioritas adalah sasaran keselamatan pasien.

c. Kegiatan-kegiatan pengukuran dan pengendalian mutu dan keselamatan pasien

yang terkoordinasi dari semua unit kerja dan unit pelayanan.

d. Pengukuran mutu dan keselamatan pasien dilakukan dengan pemilihan indikator,

pengumpulan data, untuk kemudian dianalisis dan ditindaklanjuti dalam upaya

peningkatan mutu dan keselamatan pasien.

e. Indikator meliputi indikator manajerial, indikator kinerja UKM, dan indikator klinis,

yang meliputi indikator struktur, proses, dan outcome.

f. Upaya-upaya perbaikan mutu dan keselamatan pasien melalui standarisasi,

perancangan sistem, rancang ulang sistem untuk peningkatan mutu dan

keselamatan pasien.

3

Diklat Pendamping ditasi FKTP LAMPIRAN 2 KURIKULUM PELATIHAN

PENDAMPING

g. Penerapan manajemen risiko pada semua lini pelayanan baik pelayanan klinis

maupun penyelenggaraan UKM.

h. Manajemen risiko klinis untuk mencegah terjadinya kejadian sentinel, kejadian

tidak diharapkan, kejadian nyaris cedera, dan keadaan potensial cedera.

i. Program dan kegiatan-kegiatan peningkatan mutu pelayanan klinis dan keselamatan

pasien, termasuk di dalamnya program peningkatan mutu laboratorium dan

program peningkatan mutu pelayanan obat.

j. Program pelatihan yang terkait dengan peningkatan mutu dan keselamatan pasien.

k. Rencana pertemuan sosialisasi dan koordinasi untuk menyampaikan permasalahan,

tindak lanjut, dan kemajuan tindak lanjut yang dilakukan.

l. Rencana monitoring dan evaluasi program mutu dan keselamatan pasien.

5. Perancangan sistem/proses pelayanan memperhatikan butir-butir di bawah ini:

a. Konsisten dengan visi, misi, tujuan dan tata nilai Puskesmas, dan perencanaan

Puskesmas,

b. Memenuhi kebutuhan pasien, keluarga, dan staf,

c. Menggunakan pedoman penyelenggaraan UKM, pedoman praktik klinis, standar

pelayanan klinis, kepustakaan ilmiah dan berbagai panduan dari profesi maupun

panduan dari Kementerian Kesehatan,

d. Sesuai dengan praktik bisnis yang sehat,

e. Mempertimbangkan informasi dari manajemen risiko,

f. Dibangun sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang ada di Puskesmas,

g. Dibangun berbasis praktik klinis yang baik,

h. Menggunakan informasi dari kegiatan peningkatan yang terkait,

i. Mengintegrasikan serta menggabungkan berbagai proses dan sistem pelayanan.

6. Seluruh kegiatan mutu dan keselamatan pasien harus didokumentasikan.

7. Wakil manajemen mutu wajib melaporkan kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan

pasien kepada Kepala Puskesmas tiap tribulan.

4

Diklat Pendamping ditasi FKTP LAMPIRAN 2 KURIKULUM PELATIHAN

PENDAMPING

8. Berdasarkan pertimbangan hasil keluhan pasien/ keluarga dan staf, serta

mempertimbangkan kekritisan, risiko tinggi, dan potensial bermasalah, maka area

prioritas yang perlu mendapat perhatian dalam peningkatan mutu dan keselamatan

pasien adalah:

a. Pencapaian 6 sasaran keselamatan pasien.

b. Pelayanan rawat jalan.

c. Pelayanan Farmasi.

d. Pelayanan Gawat Darurat.

……………

Kepala Puskesmas Malowopati

Nama

PEMERINTAH KABUPATEN ROWOPUDU

DINAS KESEHATAN

5

Diklat Pendamping ditasi FKTP LAMPIRAN 2 KURIKULUM PELATIHAN

PENDAMPING

UPTD PUSKESMAS XXXXXXX

Jalan xxxxxxx Nomor. xx. Kotak Pos xxx.

XXXXXXX

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS XXXXXX

NOMOR: SK/

TENTANG

HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN/ PELANGGAN

Menimbang : 1. Bahwa untuk mendukung pemberian pelayanan pasien di Puskesmas,

pimpinan Puskesmas dan petugas harus mengetahui dan mengerti

hak dan kewajiban pasien. Pasien pun perlu mendapatkan informasi

tentang hak dan kewajiban pasien.

2. Bahwa sehubungan dengan butir a tersebut diatas ditetapkan Hak

dan Kewajiban pasien dengan keputusan Kepala Puskesmas.

Mengingat : 1. Undang-Undang Dasar 1945 yang telah diamandemen, pasal 28.

2. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2003 tentang pedoman

organisasi perangkat daerah Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor

14, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4262.

4. Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007

tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah

Daerah Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota.

5. Peraturan Daerah Kabupaten xxxxxx Nomor 8 Tahun 2008 tentang

Susunan, Kedudukan dan tugas pokok Organisasi Dinas Daerah

Kabupaten xxxxxxx

6. Peraturan Bupati xxxxxxx Nomor xx Tahuun xxxx tentang Tugas

pokok, Fungsi, Uraian Tugas Jabatan dan tata kerja organisasi Dan

6

Diklat Pendamping ditasi FKTP LAMPIRAN 2 KURIKULUM PELATIHAN

PENDAMPING

dan tata kerja organisasi Dinas Kesehatan Kabuaten xxxxx.

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

Kesatu : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS XXXXXX TENTANG HAK DAN

KEWAJIBAN PASIEN.

Kedua : Hak dan Kewajiban Pasien/ pelanggan seperti yang tertera pada

lampiran Surat Keputusan ini.

Ketiga : Keputusan ini berlaku mulai xxxxxx, dengan ketentuan bila ada

kekeliruan akan dilakukan perubahan sebagaimana mestinya.

……………

Kepala Puskesmas Malowopati

Nama

LAMPIRAN

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS

7

Diklat Pendamping ditasi FKTP LAMPIRAN 2 KURIKULUM PELATIHAN

PENDAMPING

XXXXXXXX

NOMOR :

TANGGAL :

HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN

Hak pasien:

1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Puskesmas.

2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien/ pelanggan.

3. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi.

4. Memperoleh pelayanan kesehatan bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar

prosedur operasional.

5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik

dan materi.

6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.

7. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain (second

opinion) yang memiliki Surat Ijin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Puskesmas.

8. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data

medisnya.

9. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga

kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.

10. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan

tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan

prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan.

11. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.

12. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Puskesmas.

13. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Puskesmas terhadap dirinya.

14. Menggugat dan atau menuntut Puskesmas apabila Puskesmas itu diduga memberikan

pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana.

8

Diklat Pendamping ditasi FKTP LAMPIRAN 2 KURIKULUM PELATIHAN

PENDAMPING

15. Mengeluhkan pelayanan Puskesmas yang tidak sesuai dengan standar pelayanan melalui

media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Kewajiban pasien/ pelanggan:

1. Memberi informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya.

2. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter dan dokter gigi, serta perawat.

3. Mematuhi ketentuan yang berlaku di Puskesmas.

4. Memberi imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

……………

Kepala Puskesmas Malowopati

Nama

B. PEDOMAN

9

Diklat Pendamping ditasi FKTP LAMPIRAN 2 KURIKULUM PELATIHAN

PENDAMPING

PEDOMAN/MANUAL MUTU

I. Pendahuluan, yang berisi:

A. Latar belakang:

1. Profil organisasi

a. Gambaran umum organisasi

b. Visi organisasi

c. Misi organisasi

d. Struktur organisasi

e. Motto

f. Tata nilai

2. Kebijakan mutu:

a. Kami jajaran pengelola dan seluruh karyawan Puskesmas X berkomitmen

untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan

memperhatikan kebutuhan dan harapan pelanggan. Kami berkomitmen

untuk memperbaiki proses pelayanan berdasarkan fakta.

b. Kebijakan teknis dalam perbaikan mutu dan keselamatan pasien ada pada

lampiran pedoman ini.

3. Proses pelayanan (proses bisnis)

a. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat:…..dst

b. Penyelenggaraan Pelayanan Klinis……dst

B. RuangLingkup:

Lingkup pedoman mutu ini disusun berdasarkan persyaratan ISO 9001:2008 dan

standar akreditasi Pukesmas, yang meliputi: persyaratan umum sistem

manajemen mutu, tanggung jawab manajemen, manajemen sumber daya, proses

pelayanan yang terdiri dari penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat, yang

meliputi: upaya……..dst, dan Pelayanan Klinis.

Dalam penyelenggaraan UKM dan pelayanan klinis memperhatikan keselamatan

sasaran/ pasien dengan menerapkan manajemen risiko.

10

Diklat Pendamping ditasi FKTP LAMPIRAN 2 KURIKULUM PELATIHAN

PENDAMPING

C. Tujuan: Pedoman mutu ini disusun sebagai acuan bagi Puskesmas dalam

membangun sistem manajemen mutu baik untuk penyelenggaraan UKM maupun

untuk penyelenggaraan pelayanan klinis.

D. Landasan hukum dan acuan:

Landasan hukum yang digunakan dalam menyusun pedoman mutu ini adalah:

(sebutkan peraturan yang terkait dengan Puskesmas)

Acuan yang digunakan dalam menyusun pedoman mutu ini adalah: Standar

Akreditasi Puskesmas dan Persyaratan ISO 9001:2008

E. Istilah dan definisi (urutkan sesuai abjad):

a. Pelanggan

b. Kepuasan pelanggan

c. Pasien

d. Koreksi

e. Tindakan korektif

f. Tindakan preventif

g. Pedoman mutu

h. Dokumen

i. Rekaman

j. Efektivitas

k. Efisiensi

l. Proses

m. Sasaran mutu

n. Perencanaan mutu

o. Kebijakan mutu

p. Sarana

q. Prasarana……dsb (sesuai kebutuhan)

11

Diklat Pendamping ditasi FKTP LAMPIRAN 2 KURIKULUM PELATIHAN

PENDAMPING

II. Sistem Manajemen Mutu dan Sistem Penyelenggaraan Pelayanan

A. Persyaratan umum:

Puskesmas X menetapkan, mendokumentasikan, memelihara sistem manajemen

mutu sesuai dengan standar akreditasi Puskesmas dan standar ISO 9001:2008.

Sistem ini disusun untuk memastikan telah diterapkannya persyaratan

pengendalian terhadap proses-proses penyelenggaraan pelayanan kepada

masyarakat baik penyelenggaraan upaya Puskesmas maupun pelayananan klinis,

yang meliputi kejelasan proses pelayanan dan interaksi proses dalam

penyelenggaraan pelayananan, kejelasan penanggungjawab, penyediaan sumber

daya, penyelenggaraan pelayanan itu sendiri mulai dari perencanaan yang

berdasar kebutuhan masyarakat/pelanggan, verifikasi terhadap rencana yang

disusun, pelaksanaan pelayanan, dan verifikasi terhadap proses pelayanan dan

hasil-hasil yang dicapai, monitoring dan evaluasi serta upaya penyempurnaan

yang berkesinambungan.

B. Pengendalian dokumen:

1. Secara umum dokumen-dokumen dalam sistem manajemen mutu yang

disusun meliputi:

Dokumen level 1: Kebijakan, dokumen level 2: pedoman/manual, dokumen

level 3: standar prosedur operasional, dan dokumen level 4: rekaman-rekaman

sebagai catatan, sebagai akibat pelaksanaan kebijakan, pedoman, dan

prosedur. (Jelaskan bagaimana pendendalian dokumen di Puskesmas: proses

penyusunan dokumen, pengesahan, penomoran, pemberlakukan, distribusi,

penyimpanan, pencarian kembali, proses penarikan dokumen yang

kadaluwarsa, dsb)

2. Pengendalian rekam implementasi (jelaskan bagaimana pengendalian rekam

implementasi di Puskesmas)

12

Diklat Pendamping ditasi FKTP LAMPIRAN 2 KURIKULUM PELATIHAN

PENDAMPING

C. Tanggung jawab manajemen:

1. Komitmen manajemen

Kepala Puskesmas, penanggung jawab manajemen mutu, penanggung jawab

upaya, penanggung jawab pelayanan klinis, dan seluruh karyawan Puskesmas

bertanggung jawab untuk menerapkan seluruh persyaratan yang ada pada

manual mutu ini.

2. Fokus pada sasaran/pasien:

Pelayanan yang disediakan oleh Puskesmas dilakukan dengan berfokus pada

pelanggan. Pelanggan dilibatkan mulai dari identifikasi kebutuhan dan harapan

pelanggan, perencanaan penyelenggaraan upaya Puskesmas dan pelayanan

klinis, pelaksanaan pelayanan, monitoring dan evaluasi serta tindak lanjut

pelayanan.

3. Kebijakan mutu:

Seluruh karyawan berkomitmen untuk menyelenggarakan pelayanan yang

berfokus pada pelanggan, memperhatikan keselamatan pelanggan, dan

melakukan penyempurnaan yang berkelanjutan. Kebijakan mutu dituangkan

dalam surat keputusan Kepala Puskesmas yang meliputi kebijakan mutu

pelayanan klinis dan kebijakan mutu pelayanan UKM.

4. Perencanaan Sistem Manajemen Mutu dan Pencapaian Sasaran Kinerja/Mutu

Sasaran mutu ditetapkan berdasarkan standar kinerja/standar pelayanan

minimal yang meliputi indikator-indikator pelayanan klinis, indikator

penyelenggaraan upaya Puskesmas. Perencanaan disusun dengan

memperhatikan kebutuhan dan harapan pelanggan, hak dan kewajiban

pelanggan, serta upaya untuk mencapai sasaran kinerja yang ditetapkan.

Perencanaan mutu Puskesmas dan keselamatan pasien berisi program-

program kegiatan peningkatan mutu yang meliputi:

a. Penilaian dan peningkatan kinerja baik UKM maupun UKP

b. Upaya pencapaian enam sasaran keselamatan pasien

c. Penerapan manajemen risiko pada area prioritas

13

Diklat Pendamping ditasi FKTP LAMPIRAN 2 KURIKULUM PELATIHAN

PENDAMPING

d. Penilaian kontrak/kerjasama pihak ketiga

e. Pelaporan dan tindak lanjut insiden keselamatan pasien

f. Peningkatan mutu pelayanan laboratorium

g. Peningkatan mutu pelayanan obat

h. Pendidikan dan pelatihan karyawan tentang mutu dan keselamatan pasien

5. Tanggung jawab, wewenang (jelaskan tanggung jawab dan wewenang mulai

dari Kepala, wakil manajemen mutu/ penanggung jawab mutu, penanggung

jawab UKM, tanggung jawab pelayanan klinis, dan seluruh karyawan dalam

peningkatan mutu

6. Wakil manajemen mutu/Penanggung jawab manajemen mutu

Kepala Puskesmas menunjuk seorang wakil manajemen mutu yang

bertanggung jawab untuk mengkoordinir seluruh kegiatan mutu di Puskesmas:

Memastikan sistem manajemen mutu ditetapkan, diimplementasikan, dan

dipelihara

Melaporkan kepada manajemen kinerja dari sistem manajemen mutu dan

kinerja pelayanan

Memastikan kesadaran seluruh karyawan terhadap kebutuhan dan

harapan sasaran/ pasien

7. Komunikasi internal

Komunikasi internal dilakukan dengan cara workshop (minilokakarya),

pertemuan, diskusi, email, sms, memo dan media lain yang tepat untuk

melakukan komunikasi.

8. Tinjauan Manajemen:

a. Umum: Rapat tinjauan manajemen dilakukan minimal dua kali dalam

setahun

b. Masukan tinjauan manajemen meliputi:

Hasil audit

Umpan balik pelanggan

Kinerja proses

14

Diklat Pendamping ditasi FKTP LAMPIRAN 2 KURIKULUM PELATIHAN

PENDAMPING

Pencapaian sasaran mutu

Status tindakan koreksi dan pencegahan yang dilakukan

Tindak lanjut tehadap hasil tinjauan manajemen yang lalu

Perubahan terhadap Kebijakan mutu

Perubahan yang perlu dilakukan terhadap sistem manajemen

mutu/sistem pelayanan

c. Luaran tinjauan: Hasil yang diharap dari tinjauan manajemen adalah

peningkatan efektivitas sistem manajemen mutu, peningkatan pelayanan

terkait dengan persyaratan pelanggan, dan identifikasi perubahan-

perubahan, termasuk penyediaan sumber daya yang perlu dilakukan.

D. Manajemen sumber daya:

1. Penyediaan sumber daya

Kepala Puskesmas berkewajiban menyediakan sumber daya yang dibutuhkan

untuk penyelenggaraan pelayanan di Puskesmas. Penyediaan sumber daya

meliputi: (baik untuk penyelenggaraan UKM maupun pelayanan klinis).

2. Manajemen sumber daya manusia

Penyediaan sumber daya manusia, proses rekrutmen, proses kredensial,

proses pelatihan dan peningkatan kompetensi.

3. Infrastruktur (jelaskan pengelolaan infrastruktur yang harus dilakukan)

4. Lingkungan kerja (jelaskan bagaimana upaya memelihara lingkungan kerja

tetap aman, hijau, dan bersih, serta mengupayakan penghematan)

E. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat dan pelayanan Klinis:

1. Upaya Kesehatan Masyarakat:

a. Perencanaan Upaya Kesehatan Masyarakat, akses, dan pengukuran kinerja

b. Penyelenggaraan UKM

c. Sasaran Kinerja UKM dan MDGs:

1) Pemantauan dan pengukuran:

15

Diklat Pendamping ditasi FKTP LAMPIRAN 2 KURIKULUM PELATIHAN

PENDAMPING

a) Kepuasan pelanggan

b) Audit internal

c) Pemantauan dan pengukuran proses

d) Pemantauan dan pengukuran hasil layanan

2) Pengendalian jika ada hasil yang tidak sesuai

3) Analisis data

4) Peningkatan berkelanjutan

5) Tindakan korektif

6) Tindakan preventif

2. Pelayanan klinis:

a. Pelayanan Klinis yang berorientasi pasien

b. Penunjang pelayanan klinis

c. Peningkatan Mutu Pelayanan Klinis dan Keselamatan Pasien:

1) Penilaian indikator kinerja klinis

2) Pengukuran pencapaian sasaran keselamatan pasien

3) Pelaporan insiden keselamatan pasien

4) Analisis dan tindak lanjut

5) Penerapan manajemen risiko

III. Penutup

Lampiran (jika ada)

PEDOMAN

PELAKSANAAN DAN PEMBINAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

DI PUSKESMAS ABCD

16

Diklat Pendamping ditasi FKTP LAMPIRAN 2 KURIKULUM PELATIHAN

PENDAMPING

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat

yang setinggi-tingginya dengan memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat

dalam segala bentuk upaya kesehatan.

Masih tingginya angka kematian ibu, angka kematian bayi dan prevalensi gizi kurang

pada balita menjadi masalah di Kecamatan ABCD, yang tidak dapat ditangani sendiri oleh

sektor kesehatan, melainkan perlu ditangani bersama dengan sektor di luar kesehatan

dan masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan sangat penting

sebagaimana dijelaskan dalam UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan juga sebagai

berikut: 1) Dari hasil kajian ternyata 70% sumber daya pembangunan nasional berasal

kontribusi/partisipasi masyarakat; 2) Pemberdayaan masyarakat/partisipasi masyarakat

berazaskan gotong royong, merupakan budaya masyarakat Indonesia yang perlu

dilestarikan; 3) Perilaku masyarakat merupakan faktor penyebab utama, terjadinya

permasalahan kesehatan, oleh sebab itu masyarakat sendirilah yang dapat

menyelesaikan masalah tersebut dengan pendampingan/ bimbingan pemerintah; 4)

Pemerintah mempunyai keterbatasan sumber daya dalam mengatasi permasalahan

kesehatan yang semakin kompleks di masyarakat, sedangkan masyarakat mempunyai

potensi yang cukup besar untuk dapat dimobilisasi dalam upaya pencegahan di

wilayahnya; 5) Potensi yang dimiliki masyarakat diantaranya meliputi community

leadership, community organization, community financing, community material,

community knowledge, community technology, community decision making process,

dalam upaya peningkatan kesehatan, potensi tersebut perlu dioptimalkan; 6) Upaya

pencegahan lebih efektif dan efisien dibanding upaya pengobatan, dan masyarakat juga

17

Diklat Pendamping ditasi FKTP LAMPIRAN 2 KURIKULUM PELATIHAN

PENDAMPING

mempunyai kemampuan untuk melakukan upaya pencegahan apabila dilakukan upaya

pemberdayaan masyarakat terutama untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Untuk keberhasilan penyelenggaraan berbagai upaya pemberdayaan masyarakat

bidang kesehatan lebih difokuskan pada: a) meningkatnya perubahan perilaku dan

kemandirian masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, b) meningkatnya kemandirian

masyarakat dalam sistem peringatan dini, penanggulangan dampak kesehatan akibat

bencana, serta terjadinya wabah/KLB, c) meningkatnya keterpaduan pemberdayaan

masyarakat bidang kesehatan dengan kegiatan yang berdampak pada income generating.

Disamping itu, upaya pemberdayaan masyarakat harus dimulai dari masalah dan potensi

spesifik daerah, oleh karenanya diperlukan pendelegasian wewenang lebih besar kepada

daerah.

B. Tujuan

Meningkatnya upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) sehingga

masyarakat mampu mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi secara mandiri

dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

C. Sasaran

Sasaran dari pedoman ini adalah semua pemangku kepentingan terkait untuk

bekerjasama dalam pelaksanaan dan pembinaan pemberdayaan masyarakat bidang

kesehatan di Kecamatan ABCD.

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pedoman ini meliputi pelaksanaan dan pembinaan pemberdayaan

masyarakat bidang kesehatan dan peran pemangku kepentingan terkait dalam

pelaksanaan dan pembinaan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan di Kecamatan

ABCD.

E. Batasan Operasional

18

Diklat Pendamping ditasi FKTP LAMPIRAN 2 KURIKULUM PELATIHAN

PENDAMPING

Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat non instruktif,

guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat, agar mampu

mengidentifikasi masalah yang dihadapi, potensi yang dimiliki, merencanakan dan

melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat.

Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah proses pemberian informasi

kepada individu, keluarga atau kelompok (klien) secara terus menerus dan

berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta proses membantu klien, agar

klien tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek pengetahuan atau

knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek sikap atau attitude), dan dari mau menjadi

mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek tindakan atau practice).

Pemberdayaan Masyarakat bidang kesehatan merupakan suatu proses aktif, dimana

sasaran/ klien dan masyarakat yang diberdayakan harus berperan serta aktif

(berpartisipasi) dalam kegiatan dan program kesehatan. Ditinjau dari konteks

pembangunan kesehatan, partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan dan kemitraan

masyarakat dan fasilitator (pemerintah, LSM) dalam pengambilan keputusan,

perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan penilaian kegiatan dan program kesehatan

serta memperoleh manfaat dari keikutsertaannya dalam rangka membangun

kemandirian masyarakat.

UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk atas dasar

kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat, dengan

bimbingan dari petugas Puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait lainnya.

Proses pemberdayaan masyarakat terkait erat dengan faktor internal dan eksternal

yang saling berkontribusi dan mempengaruhi secara sinergis dan dinamis. Salah satu

faktor eksternal dalam proses pemberdayaan masyarakat adalah pendampingan oleh

fasilitator pemberdayaan masyarakat. Peran fasilitator pada awal proses sangat aktif

tetapi akan berkurang secara bertahap selama proses berjalan sampai masyarakat sudah

mampu menyelenggarakan UKBM secara mandiri dan menerapkan PHBS.

PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai

hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat

19

Diklat Pendamping ditasi FKTP LAMPIRAN 2 KURIKULUM PELATIHAN

PENDAMPING

mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam

mewujudkan kesehatan masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan dilaksanakan dengan prinsip-prinsip:

1. Kesukarelaan, yaitu keterlibatan seseorang dalam kegiatan pemberdayaan

masyarakat tidak boleh berlangsung karena adanya pemaksaan, melainkan harus

dilandasi oleh kesadaran sendiri dan motivasinya untuk memperbaiki dan

memecahkan masalah kehidupan yang dirasakan.

2. Otonom, yaitu kemampuannya untuk mandiri atau melepaskan diri dari

ketergantungan yang dimiliki oleh setiap individu, kelompok, maupun kelembagaan

yang lain.

3. Keswadayaan, yaitu kemampuannya untuk merumuskan melaksanakan kegiatan

dengan penuh tanggung jawab, tanpa menunggu atau mengharapkan dukungan

pihak luar.

4. Partisipatif, yaitu keikutsertaan semua pemangku kepentingan sejak pengambilan

keputusan, perencanan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, dan pemanfaatan hasil-

hasil kegiatannya.

5. Egaliter, yang menempatkan semua pemangku kepentingan dalam kedudukan yang

setara, sejajar, tidak ada yang ditinggikan dan tidak ada yang merasa direndahkan.

6. Demokratis, yang memberikan hak kepada semua pihak untuk mengemukakan

pendapatnya, dan saling menghargai pendapat maupun perbedaan di antara sesama

pemangku kepentingan.

7. Keterbukaan, yang dilandasi kejujuran, saling percaya, dan saling memperdulikan.

8. Kebersamaan, untuk saling berbagi rasa, saling membantu dan mengembangkan

sinergisme.

9. Akuntabilitas, yang dapat dipertanggungjawabkan dan terbuka untuk diawasi oleh

siapapun.

10. Desentralisasi, yang memberi kewenangan kepada setiap daerah otonom (kabupaten

dan kota) untuk mengoptimalkan sumber daya kesehatan bagi sebesar-besar

kemakmuran masyarakat dan kesinambungan pembangunan kesehatan.

20

Diklat Pendamping ditasi FKTP LAMPIRAN 2 KURIKULUM PELATIHAN

PENDAMPING

BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

21

Diklat Pendamping ditasi FKTP LAMPIRAN 2 KURIKULUM PELATIHAN

PENDAMPING

Semua karyawan Puskesmas wajib berpartisipasi dalam kegiatan pemberdayaan

masyarakat mulai di Kepala Puskesmas, Penanggung jawab UKP, Penanggung jawab UKM,

dan seluruh karyawan. Penanggung jawab UKM Promosi Kesehatan merupakan

koordinator dalam penyelenggaraan kegiatan pemberdayaan masyarakat di Kecamatan

ABCD.

Dalam upaya pemberdayaan masyarakat perlu melibatkan sektor terkait yaitu:

Camat, PKK, penanggung jawab KB, agama, pendidikan, pertanian, dan sektor terkait

lainnya dengan kesepakatan peran masing-masing dalam pemberdayaan masyarakat di

bidang kesehatan.

B. Distribusi Ketenagaan

Pengaturan dan penjadwalan Penanggung jawab UKM, UKP, dan karyawan

Puskesmas dikoordinir oleh Penanggung jawab UKM Promosi Kesehatan sesuai dengan

kesepakatan.

C. Jadwal Kegiatan

Jadwal pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat disepakati dan disusun

bersama dengan sektor terkait dalam pertemuan lokakarya mini lintas sektor tiap tiga

bulan sekali.

BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

22

Diklat Pendamping ditasi FKTP LAMPIRAN 2 KURIKULUM PELATIHAN

PENDAMPING

Koordinasi pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat dilakukan oleh

Penanggung jawab UKM Promosi Kesehatan yang menempati ruang C dari gedung

Puskesmas. Pelaksanaan rapat koordinasi dilakukan di aula Puskesmas ABCD yang

terletak di sebelah utara ruang C.

B. Standar Fasilitas

1. Panduan pemberdayaan masyarakat: 1 buah

2. Panduan PHBS: 1 buah

3. Kit Penyuluhan Kesehatan Masyarakat: 1 kit

4. Kit audividual, yang terdiri dari:

a. Wireless microphone: 4 buah

b. Speaker: 2 buah

c. LCD projektor

BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

23

Ruang Tunggu

R.C

AulaPuskesmas

RKIA

RPeriks

a

Diklat Pendamping ditasi FKTP LAMPIRAN 2 KURIKULUM PELATIHAN

PENDAMPING

A. LINGKUP KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Kegiatan dalam pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan mencakup:

1. Upaya membangun kesadaran kritis masyarakat dimana masyarakat diajak untuk

berpikir serta menyadari hak dan kewajibannya di bidang kesehatan. Membangun

kesadaran masyarakat merupakan awal dari kegiatan pengorganisasian masyarakat

yang dilakukan dengan membahas bersama tentang harapan mereka, berdasarkan

prioritas masalah kesehatan sesuai dengan sumber daya yang dimiliki.

2. Perencanaan Partisipatif merupakan proses untuk mengidentifikasi masalah

kesehatan serta potensi selanjutnya menerjemahkan tujuan ke dalam kegiatan nyata

dan spesifik yang melibatkan peran aktif masyarakat dalam perencanaan segala hal

dalam kesehatan. Kegiatan ini dilakukan sendiri oleh masyarakat didampingi oleh

fasilitator. Hal ini, selain dapat menimbulkan rasa percaya akan hasil perencanaan

juga membuat masyarakat mempunyai rasa memiliki terhadap kegiatan yang

dilakukan. Perencanaan partisipatif ini berbasis pada hasil survei dan pemetaan

mengenai potensi, baik kondisi fisik lingkungan dan sosial masyarakat, yang digali oleh

masyarakat sendiri.

3. Pengorganisasian masyarakat sendiri merupakan proses yang mengarah pada

terbentuknya kader masyarakat yang bersama masyarakat dan fasilitator berperan

aktif dalam lembaga berbasis masyarakat (Forum Masyarakat Desa) sebagai

representasi masyarakat yang akan berperan sebagai penggerak masyarakat dalam

melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan.

4. Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh masyarakat bersama dengan pengelola

pemberdayaan dengan menggunakan metode dan waktu yang disepakati bersama

secara berkesinambungan untuk mengetahui dan menilai pencapaian kegiatan yang

dijalankan. Hasil evaluasi ini digunakan sebagai rujukan untuk melakukan kegiatan

yang berkelanjutan.

B. METODE PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BIDANG KESEHATAN

24

Diklat Pendamping ditasi FKTP LAMPIRAN 2 KURIKULUM PELATIHAN

PENDAMPING

Dalam upaya mencapai tujuan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan

diperlukan peran fasilitator, dimana fasilitator bertanggungjawab dalam

mengkomunikasikan inovasi di bidang kesehatan kepada masyarakat penerima manfaat.

Tujuannya adalah agar penerima manfaat tahu, mau, dan mampu menerapkan

inovasi tersebut demi tercapainya perbaikan mutu hidupnya di bidang kesehatan. Perlu

diingat bahwa keberadaan masyarakat penerima manfaat sangat beragam dalam hal

budaya, sosial, kebutuhan, motivasi, dan tujuan yang diinginkan.

Mengingat keberadaaan masyarakat penerima manfaat pemberdayaan yang sangat

beragamnya maka metode yang digunakan dalam pemberdayaan tersebut tidaklah paten

dengan menggunakan suatu metode tertentu saja, bahwa tidak ada satupun metode

yang selalu efektif untuk diterapkan dalam setiap kegiatan pemberdayaan masyarakat.

Bahkan dalam banyak kasus penerapan metode dalam suatu kegiatan pemberdayaan

masyarakat harus menggunakan beragam metode sekaligus yang saling menunjang dan

melengkapi. Untuk itu, seorang fasilitator harus mampu memilih metode yang paling

tepat dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat dan mengkontekstualisasikan inovasi

yang dimiliki ke dalam budaya masyarakat penerima manfaat untuk tercapainya tujuan

pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakannya.

Dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat, seorang fasilitator harus bisa memilih

metode yang paling sesuai dan tepat dengan kebutuhan masyarakat setempat, dalam

pemilihan metode tersebut seorang fasilitator harus memperhatikan beberapa prinsip

berikut:

1. Pengembangan untuk berpikir kreatif dimana masyarakat harus diajak untuk berpikir

kreatif, bisa mencari solusi sendiri atas masalah yang dihadapinya.

2. Tempat yang paling baik adalah ditempat kegiatan penerima manfaat sehingga tidak

banyak menyita waktu kegiatan rutinnya, fasilitator bisa memahami betul keadaan

penerima manfaat dan penerima manfaat dapat ditunjukkan beberapa contoh nyata

tentang potensi masalah dan peluang yang dapat ditemukan di lingkungan

pekerjaannya sendiri sehingga penerima manfaat mudah memahami dan

mengingatnya.

25

Diklat Pendamping ditasi FKTP LAMPIRAN 2 KURIKULUM PELATIHAN

PENDAMPING

3. Setiap individu terikat dengan lingkungan sosialnya sehingga kegiatan pemberdayaan

akan lebih efisien jika diterapkan kepada masyarakat khususnya kepada mereka yang

diakui masyarakat setempat sebagai panutan atau tokoh masyarakat.

4. Menciptakan hubungan yang akrab antara fasilitator dengan penerima manfaat

karena suasana akrab akan memperlancar kegiatan pemberdayaan masyarakat.

5. Memberikan suasana untuk terjadinya perubahan agar terjadi perbaikan mutu dan

kualitas hidup baik diri, keluarga dan masyarakatnya.

Metode yang digunakan dalam upaya pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan di

Puskesmas ABCD adalah:

1. Metode Rapid Rural Appraisal (RRA) atau penilaian desa secara partisipatif

Merupakan teknik penilaian yang relatif terbuka, cepat dan bersih dibanding dengan

teknik kunjungan singkat sebagai sebuah metode penilaian. RRA menggabungkan

beberapa teknik yang terdiri dari:

(a) review atau telaah data sekunder, termasuk peta wilayah dan pengamatan

lapangan,

(b) observasi lapangan secara langsung,

(c) wawancara dengan informan kunci dan lokakarya,

(d) pemetaan dan pembuatan diagram/grafik,

(e) studi kasus, sejarah lokal dan biografi,

(f) pembuatan kuesioner sederhana dan singkat, serta

(g) pembuatan laporan lapangan secara cepat.

2. Metode Participatory Rapid Appraisal (PRA)

Merupakan metode pengkajian pemberdayaan masyarakat desa yang lebih banyak

melibatkan pihak dalam yang terdiri dari pihak stakeholder (pemangku kepentingan

kegiatan) dengan difasilitasi pihak luar yang berfungsi sebagai narasumber atau

26

Diklat Pendamping ditasi FKTP LAMPIRAN 2 KURIKULUM PELATIHAN

PENDAMPING

fasilitator. PRA merupakan metode penilaian keadaan secara partisipatif yang

dilakukan pada tahapan awal perencanaan kegiatan.

Dalam PRA terdapat 5 kegiatan pokok yaitu penjajakan/pengenalan kebutuhan,

perencanaan kegiatan, pelaksanaan/ pengorganisasian kegiatan, pemantauan

kegiatan dan evaluasi kegiatan.

Adapun langkah-langkah metode PRA meliputi:

1. Penelusuran sejarah desa

2. Pembuatan bagan kecenderungan dan perubahan

3. Penyusunan kalender musim dan profil perubahan

4. Analisis pola penggunaan waktu (jadwal sehari-hari)

5. Observasi langsung terhadap dinamika sosial

6. Transect (penelusuran desa) dan pembuatan gambar lingkungan (pemetaan

prasarana, bangunan, ruangan, sumber daya alam dan lokasi)

7. Pembuatan diagram kajian lembaga desa

8. Pembuatan bagan alur input-output

9. Bagan hubungan antar pihak (diagram venn)

10. Mengkaji mata pencaharian masyarakat

11. Membuat matriks dan peringkat permasalahan yang dihadapi dan ditemukan

masyarakat

12. Wawancara semi-terstruktur atau diskusi kelompok terarah

13. Analisis pola keputusan

14. Studi kasus atau cerita tentang kehidupan, peta mobilisasi masyarakat.

15. Pengurutan potensi atau kekayaan

16. Pengorganisasian masalah

C. Langkah Kegiatan

1. Persiapan

27

Diklat Pendamping ditasi FKTP LAMPIRAN 2 KURIKULUM PELATIHAN

PENDAMPING

a. Diseminasi informasi pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan tingkat

Kecamatan dan pihak lain yang terkait.

b. Membentuk dan mengaktifkan kelembagaan pemberdayaan masyarakat bidang

kesehatan tingkat Kecamatan.

2. Perencanaan

a. Merencanakan teknis kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan lintas sektor

terkait,

b. Mengalokasikan anggaran untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang

kesehatan yang bersumber dari dana pemberdayaan masyarakat dari masing-

masing sektor untuk kegiatan terintegrasi

3. Pelaksanaan

a. Menetapkan mekanisme koordinasi antar sektor terkait dengan leading sector

dari Puskesmas (penanggung jawab Promosi Kesehatan. )

b. Membentuk dan mengaktifkan kelembagaan untuk pelaksanaan kegiatan

pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan di tingkat Kecamatan.

4. Melaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan sesuai dengan

jadwal yang telah disusun kepada Kecamatan.

5. Monitoring Evaluasi

a. Monitoring pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat.

b. Melaporkan pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat.

BAB V

LOGISTIK

28

Diklat Pendamping ditasi FKTP LAMPIRAN 2 KURIKULUM PELATIHAN

PENDAMPING

Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat

direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini lintas sektor sesuai dengan tahapan kegiatan

dan metode pemberdayaan yang akan dilaksanakan.

BAB VI

KESELAMATAN SASARAN

29

Diklat Pendamping ditasi FKTP LAMPIRAN 2 KURIKULUM PELATIHAN

PENDAMPING

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan pemberdayaan perlu

diperhatikan keselamatan sasaran dengan melakukan identifikasi risiko terhadap segala

kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko

terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.

BAB VII

KESELAMATAN KERJA

30

Diklat Pendamping ditasi FKTP LAMPIRAN 2 KURIKULUM PELATIHAN

PENDAMPING

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan pemberdayaan perlu diperhatikan

keselamatan kerja karyawan Puskesmas dan lintas sektor terkait dengan melakukan

identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan

kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang

akan dilaksanakan.

BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

31

Diklat Pendamping ditasi FKTP LAMPIRAN 2 KURIKULUM PELATIHAN

PENDAMPING

Kinerja pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dimonitor dan dievaluasi dengan

menggunakan indikator sebagai berikut:

1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal

2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan

3. Ketepatan metode yang digunakan

4. Tercapainya indikator PHBS

Permasalahan dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap tribulan.

BAB IX

PENUTUP

32

Diklat Pendamping ditasi FKTP LAMPIRAN 2 KURIKULUM PELATIHAN

PENDAMPING

Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan Puskesmas dan lintas sektor terkait dalam

pelaksanaan dan pembinaan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan dengan tetap

memperhatikan prinsip proses pembelajaran dan manfaat.

Keberhasilan kegiatan pemberdayaan masyarakat tergantung pada komitmen yang kuat

dari semua pihak terkait dalam upaya meningkatkan kemandirian masyarakat dan peran

serta aktif masyarakat dalam bidang kesehatan.

A. SOP

Puskesmas

………

Audit Internal

SPO

No. Kode : Ditetapkan Oleh

Kepala Puskesmas

Malowopati

Dr. Mangunceki

NIP: 19840715

Terbitan : 01

No. Revisi : 0

Tgl. Mulai Berlaku :

Halaman : 1 / 3.

1.Pengertian Audit internal adalah: Suatu kegiatan audit yang sistematis, mandiri

dan terdokumentasi untuk mendapatkan bukti audit dan

mengevaluasi dengan obyektif untuk menentukan tingkat

pemenuhan kriteria audit Puskesmas yang disepakati.

Audit internal dilakukan untuk memastikan keefektifan penerapan

Sistem Manajemen Mutu dan mengidentifikasi serta memperbaiki

ketidaksesuaian yang timbul dalam penerapan Sistem Manajemen

Mutu.

33

Diklat Pendamping ditasi FKTP LAMPIRAN 2 KURIKULUM PELATIHAN

PENDAMPING

Auditor adalah seorang yang ditunjuk untuk melaksanakan audit

internal dengan kualifikasi: sudah bekerja di Puskesmas Malowopati

minimum tiga tahun dan atau telah mengikuti pelatihan dan

penerapan Audit Internal.

Auditee adalah: seorang yang menjadi sasaran audit, koordinator

maupun pelaksana pelayanan klinis, administrasi dan manajemen

maupun upaya Puskesmas.

2.Tujuan Prosedur ini bertujuan untuk menerangkan sistem audit internal

supaya setiap audit dapat dilakukan secara efektif, berkala dan

memberi peluang untuk melakukan perbaikan.

3.Kebijakan SK Ka Pus kesmas No…. Tentang Kebijakan Mutu

4.Referensi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001-2008.

5.Prosedur A. Persiapan Audit:

1. ……………………..

2. ……………………

3. ……………………..

4. ……………………..

5. ...............................

6. ...............................

7. …………………….

B. Proses Audit

8. …………………….

9. ……………………

10. ……………………

11. …………………..

12. .............................

13. ............................

14. ……………………

C. Tindakan Perbaikan

34

Diklat Pendamping ditasi FKTP LAMPIRAN 2 KURIKULUM PELATIHAN

PENDAMPING

15. ………………………….

16. …………………………

17. …………………………

D. Verifikasi

18. ...................................

19. ………………………

6.Unit Kerja

Terkait

Tim mutu Puskesmas,

Koordinator pelayanan klinis,

Koordinator administrasi dan manajemen,

Koordinator upaya Puskesmas,

Kepala Puskesmas,

INJEKSI INTRA MUSKULAIR

No. Kode : SPO/UKP/RJ/01 Ditetapkan Oleh

35

Diklat Pendamping ditasi FKTP LAMPIRAN 2 KURIKULUM PELATIHAN

PENDAMPING

LOGO SPO

Kepala Puskesmas

…………

Nama………. NIP:

…………….

Terbitan : 01

No. Revisi : 00

Tgl. Mulai Berlaku : 24/11/2014

Halaman : 1/3.

1. Pengertian a. Injeksi intra muskular adalah: pemberian obat dengan cara

memasukkan obat ke dalam jaringan otot menggunakan spuit

injeksi dilakukan pada otot pangkal lengan atau otot paha bagian

luar (yaitu 1/3 tengah paha sebelah luar)

2. Tujuan Memasukkan sejumlah obat pada jaringan otot agar cepat terserap

oleh tubuh

3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No.004/2014 tentang pelayanan klinis

4. Referensi Buku Pedoman Perawatan dasar Depkes RI Tahun 2005.

5. Alat dan Bahan 1. Alat:

a. Bak Instrumen Steril,

b. Alat tulis

2. Bahan:

a. Kapas alkohol

b. Obat injeksi

c. Spuit injeksi

6. Langkah- Langkah Bagan Alir

36

Diklat Pendamping ditasi FKTP LAMPIRAN 2 KURIKULUM PELATIHAN

PENDAMPING

1. Petugas mencuci tangan,

2. Petugas menyiapkan alat-alat dan

bahan dalam bak instrumen steril,

3. Petugas memberi tahu maksud

tindakan kepada pasien,

4. Petugas melakukan aspirasi obat

sesuai dosis dengan spuit injeksi,

5. Petugas Mengatur posisi pasien,

6. Petugas memilih area penusukan

yang bebas dari lesi dan

peradangan,

7. Petugas membersihkan area

penusukan menggunakan kapas

alkohol,

8. Petugas membuka tutup jarum,

9. Petugas menusukkan jarum ke

daerah penusukan dengan sudut

90 derajat, kira-kira sampai

jaringan otot,

10. Petugas meLakukan aspirasi spuit,

11. Petugas mengobservasi ada tidak

darah dalam spuit,

12. Jika ada darah tarik kembali jarum

dari kulit,

13. Petugas menekan tempat

penusukan dengan kapas alkohol,

14. Petugas mengganti penusukan ke

tempat lain,

15. Jika tidak ada darah, masukkan

37

Diklat Pendamping ditasi FKTP LAMPIRAN 2 KURIKULUM PELATIHAN

PENDAMPING

obat perlahan-lahan hingga habis,

16. Petugas mencabut jarum,

17. Petugas menekan tempat

penusukan dengan kapas alkohol,

18. Petugas memberitahu kepada

pasien bahwa tindakan sudah

selesai,

19. Petugas membuang sampah

medis pada tempatnya,

20. Petugas mencatat tindakan

dalam rekam medis,

21. Petugas merapikan alat dan

bahan,

22. Petugas mencuci tangan.

7. Hal-hal yang perlu

diperhatikan

Observasi pasien antara 5 sampai dengan 15 menit terhadap reaksi

obat.

8. Unit terkait 1. Klinik Umum,

2. Klinik Gigi,

3. Rawat Inap,

4. Imunisasi,

5. Ruang KIA.KB

6. Puskesmas Pembantu

9. Dokumen terkait 1. Rekam Medis

2. Catatan tindakan

Kerangka acuan/ Program

38

Diklat Pendamping ditasi FKTP LAMPIRAN 2 KURIKULUM PELATIHAN

PENDAMPING

PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAH KESELAMATAN PASIEN

PUSKESMAS X

I. PENDAHULUAN

Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, seluruh unit pelayanan yang ada

dan seluruh karyawan berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang bermutu dan

peduli terhadap keselamatan pasien, pengunjung, masyarakat, dan karyawan yang

bekerja di rumah sakit.

Program mutu dan keselamatan pasien merupakan program yang wajib

direncanakan, dilaksanakan, dimonitor, dievaluasi dan ditindak lanjuti diseluruh jajaran

yang ada di Puskesmas X, mulai dari pemilik, direktur, penanggung jawab pelayanan

klinis, dan seluruh karyawan.

Oleh karena itu perlu disusun program peningkatan mutu dan keselamatan pasien

yang menjadi acuan dalam penyusunan program-program mutu dan keselamatan

pasien di unit kerja untuk dilaksanakan pada tahun 2015.

II. LATAR BELAKANG

A. Puskesmas X terletak di pinggir jalan raya antar dua kota, dengan kejadian

kecelakaan lalu lintas cukup tinggi rata-rata tiap hari terjadi 2 sampai 3 kasus

kecelakaan yang dibawa ke Puskesmas.

B. Kejadian kematian ibu di wilayah Puskesmas X cukup tinggi, rata-rata terjadi 3-4

kematian ibu setiap tahun, sementara di Puskesmas Y dan Z pada tahun 2013 dan

tahun 2014 tidak terjadi kematian ibu.

C. Dari monitoring bulan Agustus sd Oktober 2014 dijumpai kesalahan pemberian obat

pada pasien antara 2 sampai 3 kali dalam sebulan.

D. Pilihan prioritas:

39

Diklat Pendamping ditasi FKTP LAMPIRAN 2 KURIKULUM PELATIHAN

PENDAMPING

Berdasarkan data tersebut di atas, maka prioritas peningkatan mutu klinis dan

keselamatan pasien di Puskesmas X adalah:

a. Pelayanan rawat darurat

b. Pelayanan ANC dan pertolongan persalinan

c. Pelayanan obat

III. PENGORGANISASIAN DAN TATA HUBUNGAN KERJA

A. PENGORGANISASIAN:

B. TATA HUBUNGAN KERJA DAN ALUR PELAPORAN

1. Tata Hubungan Kerja

Ketua tim PMKP bertugas melakukan koordinasi mulai dari perencanaan,

pelaksanaan sampai dengan monitoring kegiatan peningkatan mutu dan

keselamatan pasien di Puskesmas X. Penanggung jawab tiap-tiap pokja

melakukan koordinasi pelaksanaan dan monitoring kegiatan peningkatan mutu

dan keselamatan pasien pada pokja yang menjadi tanggung jawabnya. Ketua

tim PMKP bertanggung jawab terhadap Wakil Manajemen Mutu dalam

pelaksanaan kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan pasien. Wakil

Manajemen Mutu bersama dengan tim PMKP mengadakan rapat koordinasi tiap

40

Diklat Pendamping ditasi FKTP LAMPIRAN 2 KURIKULUM PELATIHAN

PENDAMPING

tiga bulan untuk memonitor kemajuan dalam pelaksanaan kegiatan dan

mengatasi permasalahan.

2. Pelaporan

Tiap pokja melaporkan kegiatan setiap bulan kepada ketua tim PMKP dalam

bentuk laporan bulanan. Ketua tim PMKP melaporkan kegiatan PMKP kepada

Kepala Puskesmas dengan tembusan kepada Wakil Manajemen Mutu tiap

bulan.

IV. TUJUAN

A. Tujuan umum: meningkatkan mutu dan keselamatan pasien di Puskesmas.

B. Tujuan khusus:

1. Meningkatkan mutu pelayanan klinis

2. Meningkatkan mutu manajemen

3. Meningkatkan pemenuhan sasaran keselamatan pasien

V. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

No Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan

A Penilaian kinerja

pelayanan klinis

Memilih dan menetapkan indikator mutu pelayanan

klinis, sasaran keselamatan pasien, dan menyusun

profil indikator

Menyusun panduan penilaian kinerja pelayanan klinis

Mencatat data melalui sensus harian

Melaksanakan penilaian kinerja pelayanan klinis

Melakukan analisis kinerja pelayanan klinis

Melaksanakan tindak lanjut hasil analisis kinerja

pelayanan klinis

B Sasaran Keselamatan Membuat panduan sistem pencatatan dan pelaporan

insiden keselamatan pasien (IKP)

41

Diklat Pendamping ditasi FKTP LAMPIRAN 2 KURIKULUM PELATIHAN

PENDAMPING

No Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan

Pasien Memonitor capaian sasaran keselamatan pasien

Melaksanakan pencatatan dan pelaporan sentinel,

KTD, dan KNC

Melakukan analisis kejadian KTD dan KNC

Melakukan tindak lanjut

C Manajemen risiko Melaksanakan identifikasi risiko pelayanan obat

Melakukan analisis risiko pelayanan obat

Menyusun rencana tindak lanjut

Melaksanakan tindak lanjut

D Kontak kerja terkait

pelayanan klinis

Menyusun panduan seleksi dan evaluasi

kontrak/perjanjian kerja

Melaksanakan evaluasi kontrak/perjanjian kerja

E Diklat PMKP

eksternal dan

internal

Menyusun rencana diklat PMKP

Melaksanakan diklat PMKP

Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan diklat

PMKP

F Peningkatan mutu

pelayanan

laboratorium

Identifikasi risiko pelayanan lab

Analisis risiko dan tindak lanjutnya

Pengendalian bahan berbahaya dan beracun di lab

Pemantauan penggunaan APD di lab

Pelaksanaan pemantapan mutu internal

Pelaksanaan pemantapan mutu eksternal

G Peningkatan mutu

pelayanan obat

Identifikasi risiko pelayanan obat

Analisis risiko dan tindak lanjutnya

Pemantauan kebersihan penyediaan obat

H Peningkatan mutu

pelayanan ANC

Monitoring pelaksanaan prosedur ANC

Meningkatkan kemampuan deteksi dini risiko

persalinan

42

Diklat Pendamping ditasi FKTP LAMPIRAN 2 KURIKULUM PELATIHAN

PENDAMPING

No Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan

Meningkatkan kemampuan dalam persiapan rujukan

dari rumah, dan dari Puskesmas ke Rumah Sakit

VI. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN DAN SASARAN

A. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

Secara umum dalam pelaksanaan program mutu dan keselamatan pasien adalah

mengikuti siklus Plan-Do-Check-Action.

B. SASARAN

1. Kinerja pelayanan klinis diukur pada semua unit pelayanan

2. Tercapainya sasaran keselamatan pasien

3. 100 % insiden keselamatan pasien dilaporkan dan ditindaklanjuti

4. Manajemen risiko diterapkan pada tahun 2015 di pelayanan laboratorium dan

obat

5. Tidak terjadi kematian ibu pada tahun 2015

6. Terlaksananya diklat PMKP sesuai rencana

7. Tidak terjadi kesalahan pemberian obat

8. Tidak terjadi kesalahan pemeriksaan laboratorium

C. RINCIAN KEGIATAN, SASARAN KHUSUS, CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

No Kegiatan Pokok Sasaran umum Rincian Kegiatan Sasaran Cara

melaksanakan

kegiatan

A Penilaian

kinerja

pelayanan klinis

Kinerja

pelayanan

klinis diukur

pada semua

Memilih dan

menetapkan

indikator mutu

pelayanan klinis,

Tersusun

indikator

pelayanan klinis

dan profil

Pertemuan

pembahasan

indikator

43

Diklat Pendamping ditasi FKTP LAMPIRAN 2 KURIKULUM PELATIHAN

PENDAMPING

No Kegiatan Pokok Sasaran umum Rincian Kegiatan Sasaran Cara

melaksanakan

kegiatan

unit pelayanan

klinis

Sasaran

Keselamatan

Pasien dan

menyusun profil

indikator

indikator

Menyusun

panduan

penilaian kinerja

klinis

Tersusunnya

panduan

penilaian

kinerja klinis

Pertemuan

pembahasan

panduan

penilaian

kinerja klinis

Mencatat data

melalui sensus

harian

Terkumpulnya

data melalui

sensus harian

Pencatatan

sensus harian

Melaksanakan

penilaian kinerja

pelayanan klinis

Terkumpulnya

data indikator

kinerja

pelayanan klinis

Pertemuan

pembahasan

capaian

indikator

pelayanan

klinis

Melakukan

analisis kinerja

pelayanan klinis

Hasil analisis

kinerja

pelayanan klinis

PDCA

Melaksanakan

tindak lanjut

hasil analisis

kinerja

Laporan

pelaksanaan

tindak lanjut

PDCA

44

Diklat Pendamping ditasi FKTP LAMPIRAN 2 KURIKULUM PELATIHAN

PENDAMPING

No Kegiatan Pokok Sasaran umum Rincian Kegiatan Sasaran Cara

melaksanakan

kegiatan

pelayanan klinis

B Sasaran

Keselamatan

pasien

....dst

VII. JADWAL KEGIATAN (Gambarkan Dalam Bagan Gantt untuk Rencana Satu Tahun)

No Kegiatan 2014 2015Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

1 Memilih dan menetapkan indikator kinerja pelayanan klinis

x

2 Menyusun pedoman penilaian kinerja pelayanan klinis

x

3 Mencatat data indikator melalui sensus harian

x x x x x x x x x x x x

4 Mengumpulkan data indikator penilaian kinerja pelayanan klinis

x x x x x x x x x x x x

5 Analisis kinerja pelayanan klinis

x x x x

6 Dst...VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORANNYA

45

Diklat Pendamping ditasi FKTP LAMPIRAN 2 KURIKULUM PELATIHAN

PENDAMPING

Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan dilakukan tiap bulan sesuai dengan jadwal

kegiatan, dengan pelaporan hasil-hasil yang dicapai pada bulan tersebut.

IX. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN

Sensus harian indikator mutu dan pelaporan dilakukan setiap bulan.

Dilakukan pencatatan dan pelaporan indikator pelayanan klinis dari tiap unit kerja.

Dilakukan pelaporan hasil analisis penilaian kinerja pelayanan klinis tiap tiga bulan oleh

ketua PMKP kepada Kepala Puskesmas, dan didistribusikan kepada unit-unit terkait

untuk ditindaklanjuti.

Dilakukan pelaporan tahunan hasil analisis penilaian kinerja pelayanan klinis oleh Ketua

PMKP kepada Kepala Puskesmas.

46