2-2-1-PB

download 2-2-1-PB

of 23

description

yd

Transcript of 2-2-1-PB

  • PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

    JUDUL PROGRAM:

    STUDI FREKUENSI PENGGORENGAN DARI MINYAK JELANTAH BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK TERHADAP

    NEKROSIS SEL HATI

    BIDANG KEGIATAN :

    PKM Penulisan Ilmiah (PKMI)

    Diusulkan Oleh:

    Ketua : Aji Rahayu (02330100) 2002/2003

    Anggota : Husamah (04330058) 2004/2005

    Angga Ditia Nugroho (06330035) 2006/2007

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG MALANG

    2007

  • HALAMAN PENGESAHAN USUL PKMI

    1. Judul Kegiatan : Studi Frekuensi Penggorengan dari Minyak Jelantah Bermerek dan Tidak Bermerek terhadap Nekrosis Sel Hati

    2. Bidang Ilmu : ( ) Kesehatan ( ) Pertanian

    ( ) MIPA ( ) Teknologi dan Rekayasa ( ) Sosial Ekonomi ( ) Humaniora ( ) Pendidikan

    3. Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap : Aji Rahayu b. NIM : 02330100 c. Jurusan : Pendidikan Biologi d. Universitas : Muhammadiyah Malang e. Alamat Rumah : Jl Melati 17 RT 1 RW 1 Besuk Kidul

    Probolinggo f. Telp/HP : (0335) 843142/085649140029

    4. Anggota Pelaksana Kegiatan/ Penulis : 2 Orang 5. DosenPembimbing

    a. Nama Lengkap dan Gelar :Drs. Lud Waluyo, M.Kes b. NIP :131.930.144 c. Alamat Rumah : Perum IKIP Malang d. Telp/HP : (0341) 531227

    Menyetujui Malang, 3 Maret 2007 Ketua Jurusan Biologi , Penulis Utama Drs. Nurwidodo, M.Kes Aji Rahayu NIP. 131.953.393 NIM. 02330100

    Pembantu Rektor III, Dosen Pendamping, Drs. Joko Widodo, M.Si Drs. Lud Waluyo, M.KesNIP-UMM 104.8611.0039 NIP. 131.930.144

  • LEMBAR PENGESAHAN SUMBER PENULISAN ILMIAH PKMI 1. Judul Kegiatan yang Diajukan : Studi Frekuensi Penggorengan dari

    Minyak Jelantah Bermerek dan Tidak Bermerek terhadap Nekrosis Sel Hati

    2. Sumber Penulisan

    ( ) Kegiatan Praktek Lapangan/Kerja dan sejenisnya, KKN, Magang,

    Kegiataan Kewirausahaan :

    ( ) Kegiatan Ilmiah Lainnya : Tugas mata kuliah Metodologi Penelitian yang dibina oleh Drs. Ainur

    Rofieq, M.Kes dengan judul Pengaruh Frekuensi Penggorengan dari

    Minyak Jelantah Bermerk dan tidak Bermerk terhadap Nekrosis Sel Hati

    pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Tim Peneliti terdiri dari Aji

    Rahayu (02330100) dan Husamah (04330058).

    Keterangan ini kami buat dengan sebenarnya.

    Mengetahui Malang, 3 Maret 2007

    Ketua Jurusan/Program Studi, Penulis Utama,

    Drs. Nurwidodo, M. Kes. Aji Rahayu NIP. 131. 953. 396 NIM. 02330100

  • STUDI FREKUENSI PENGGORENGAN DARI MINYAK JELANTAH BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK TERHADAP

    NEKROSIS SEL HATI

    Aji Rahayu, Husamah, Angga Ditia Nugroho Jurusan Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Muhammadiyah Malang

    ABSTRAK

    Telah dilakukan studi tentang pengaruh minyak jelantah bermerek dan

    tidak bermerek terhadap nekrosis sel hati. Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui pengaruh frekuensi penggorengan dari minyak jelantah bermerek dan tidak bermerek, mengetahui frekuensi penggorengan dan perlakuan minyak jelantah bermerek dan tidak bermerek yang paling memberikan pengaruh negatif serta mengetahui interaksi antara frekuensi dan minyak jelantah terhadap nekrosis sel hati. Jenis penelitian ini adalah true experiment. Berdasarkan hasil uji anava 2 faktor pada faktor minyak jelantah diperoleh Fhitung 58,9 > Ftabel 4,35 pada signifikan 5% menunjukkan ada pengaruh minyak jelantah terhadap jumlah nekrosis sel hati, pada faktor frekuensi penggorengan Fhitung 180 > Ftabel 2,87 pada signifikan 5% menunjukkan ada pengaruh frekuensi penggorengan terhadap jumlah nekrosis sel hati dan pada kombinasi minyak jelantah dan frekuensi penggorengan Fhitung 0,68 < Ftabel 2,87 pada signifikan 5% dan 1% menunjukkan tidak ada interaksi antara minyak jelantah dan frekuensi penggorengan yang diberikan secara oral terhadap jumlah nekrosis sel hati. Ciri-ciri dari nekrosis sel yaitu bentuk selnya tidak normal, inti tidak jelas dan sitoplasmanya gelap, sehingga sel tidak dapat berfungsi secara maksimal. Dari hasil uji duncans 1% perlakuan yang paling baik terhadap nekrosis sel hati yaitu faktor minyak jelantah tidak bermerek dengan rerata 48,8, sedangkan pada frekuensi penggorengan terdapat pada perlakuan B1 (8 frekuensi penggorengan) dengan rerata 27.

    Kata Kunci: minyak jekantah, nekrosis, sel hati PENDAHULUAN Hati (liver) merupakan organ yang mempunyai peran besar dalam tubuh manusia.

    Di dalam hati terjadi proses-proses penting bagi kehidupan kita, yaitu proses

    penyimpanan energi, pembentukan protein dan asam empedu, pengaturan

    metabolisme kolesterol, dan penetralan racun/obat yang masuk dalam tubuh kita,

    sehingga dapat kita bayangkan akibat yang akan timbul apabila terjadi kerusakan

    pada hati (LKP, 2006). Apabila bahan-bahan mengandung toksin atau racun, hati

    akan bekerja sangat keras untuk menetralisasinya. Cara kerja ini menyebabkan

  • hati mudah terkena racun, sehingga hati gampang rusak. Kerusakan hati dapat

    meliputi kerusakan struktur maupun gangguan fungsi hati (Susanto, 2006).

    Salah satu bahan makana yang memiliki dampak negatif terhadap organ

    hati adalah minyak goreng. Dalam mengonsumsi minyak goreng kebanyakan

    masyarakat kurang memperhatikan dampak bagi kesehatan. Minyak goreng

    dipakai berulang kali (minyak jelantah). Minyak jelantah merupakan minyak yang

    telah rusak dengan frekuensi penggorengan 8 sampai 12. Indikator paling mudah

    untuk mengetahui minyak jelantah adalah warnanya coklat tua sampai hitam.

    Minyak jelantah ini memiliki nilai peroksida yang tinggi (Trubus, 2005). Uji

    pendahuluan menghasilkan analisis nilai peroksida yang berbeda antara minyak

    bermerek dan tidak bermerek. Minyak bermerek dengan 0-12 frekuensi

    penggorengan menghasilkan nilai peroksida (1,6 sampai 49,2 mg/kg) sedangkan

    nilai peroksida pada minyak jelantah tidak bermerek dengan 0-12 frekuensi

    penggorengan menghasilkan nilai peroksida (1,8 sampai 250 mg/kg) (Rahayu,

    2006).

    Standar mutu minyak goreng dalam SNI-3741-1995 mensyaratkan nilai

    peroksida yang aman untuk dikonsumsi maksimal 2 mg/kg. Bahan makanan

    dengan bilangan peroksida lebih besar dari 100 mg/kg, dapat meracuni tubuh

    (Ketaren, 1986). Peroksida merupakan radikal bebas yang bersifat toksin pada

    tubuh. Radikal bebas adalah suatu molekul yang mempunyai jumlah elektron

    ganjil atau elektron tidak berpasangan tunggal pada lingkaran luarnya. Dalam

    keadaan normal dan bila berlangsung tidak terlalu lama (kronis), radikal bebas

    yang terbentuk ini dapat ternetralisir oleh sistem proteksi tubuh (Setiati, 2003).

    Konsumsi minyak yang rusak dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti salah

    satunya adalah nekrosis sel hati yang ditandai dengan rusaknya pada sel (Trubus,

    2005). Nekrosis merupakan kematian sel secara patologik yang disebabkan oleh

    tidak adanya pasokan energi atau efek bahan-bahan berbahaya yang mengganggu

    fungsi sel (Wilson, 1993). Ciri-ciri dari nekrosis sel hati yaitu inti sel menyusut,

    batasnya tidak teratur dan berwarna gelap dengan zat warna (Price, 1995)

    Minyak goreng yang sering digunakan oleh masyarakat terdiri dari dua

    jenis, minyak goreng bermerek dan minyak goreng tidak bermerek. Minyak

    goreng bermerek merupakan minyak yang proses pengolahannya dilakukan di

  • pabrik dengan berbagai perlakuan. Minyak goreng tak bermerek (curah)

    merupakan minyak goreng hasil olahan pengusaha industri kecil yang

    memerlukan penanganan yang lebih mengingat proses pengolahannya yang

    bersifat tradisional. (Trubus, 2005). Karena proses pengolahannya berbeda maka

    akan berpengaruh pula pada mutu minyak termasuk pada minyak jelantahnya.

    Studi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh frekuensi penggorengan dari

    minyak jelantah bermerek dan tidak bermerek terhadap nekrosis sel hati,

    mengetahui frekuensi penggorengan minyak jelantah bermerek dan tidak

    bermerek yang paling memberikan pengaruh terhadap nekrosis sel hati,

    mengetahui perlakuan minyak jelantah bermerek dan tidak bermerek yang paling

    memberikan pengaruh terhadap nekrosis sel hati, serta mengetahui adanya

    interaksi antara frekuensi penggorengan dengan minyak jelantah bermerek dan

    tidak bermerek terhadap nekrosis sel hati. Manfaat dari penelitian secara teoritis,

    memberikan informasi ilmiah tentang pengaruh negatif penggunaan minyak

    jelantah dengan frekuensi penggorengan terhadap nekrosis sel hati dalam tubuh.

    Secara paraktis studi ini dapat digunakan sebagai dasar pengembangan penelitian

    mengenai pengaruh negatif dalam mengkonsumsi minyak jelantah dengan

    frekuensi penggorengan terhadap anatomi organ hati

    METODE PENDEKATAN Jenis dan Waktu Studi

    Studi ini menggunakan True eksperimental research. Studi dilakukan di

    laboratorium kimia Universitas Muhammadiyah Malang pada 4 November sampai

    13 Desember 2006.

    Alat dan Bahan Alat yang digunakan antara lain, kandang, kawat, tempat makan, botol

    minum tikus, sarung tangan plastik, syringe, alat bedah, mikrotom, parafin,

    termometer, toples, gelas objek, dan mikroskop. Bahan untuk studi ini adalah

    tikus putih, pakan tikus, minyak jelantah, kloroform, formalin, larutan NaCL

    0.9%, larutan Bouin, Alkohol 70%, 80%, 96%, n-butanol, albumen mayer,

  • aquades, xylol, Hematoksilin Eosin (H-E), entelan, dan kapas steril.

    Rancangan Percobaan

    Desain true eksperimental dalam studi ini adalah desain faktorial dengan 2

    faktor. Faktor pertama yaitu tipe minyak jelantah bermerk (bimoli) yang diberikan

    pada tikus putih (A1), minyak jelantah bermerek dengan B1 = 8 frekuensi

    penggorengan, B2 = 9 frekuensi penggorengan, B3 = 10 frekuensi penggorengan,

    B4 = 11 frekuensi penggorengan B5 = 12 frekuensi penggorengan. Faktor kedua

    adalah minyak jelantah tidak bermerek (curah) (A2) dengan B1 = 8 frekuensi

    penggorengan, B2 = 9 frekuensi penggorengan, B3 = 10 frekuensi penggorengan.

    B4= 11 frekuensi penggorengan B5 = 12 frekuensi penggorengan. Untuk

    menyusun perlakuan dalam penelitian akan digunakan Rancangan Acak Lengkap

    (RAL). Rancangan ini digunakan karena penelitian dilakukan di laboratorium

    tertutup. Dalam rancangan ini menggunakan 10 perlakuan dengan 3 ulangan.

    Teknik Analisis Data

    Analisis data yang dilakukan meliputi, uji normalitas, uji homogenitas, uji

    Anava dua jalur dan uji Duncans. Uji normalitas ini dilakukan secara parametrik

    dengan menggunakan penaksir rata-rata dan simpangan baku. Uji homogenitas

    dilakukan untuk menguji kesamaan k buah (k 2) varians populasi yang berdistribusi normal. Uji Anava (uji F) digunakan untuk menguji adanya beda

    pengaruh dari masing-masing faktor yang ada. Uji Duncans merupakan uji

    lanjutan dari uji Anava, digunakan untuk menguji perbedaan di antara semua

    pasangan perlakuan dengan perbandingan tidak direncanakan sebelumnya.

    HASIL Jumlah Nekrosis Sel Hati Tikus

    Pengaruh minyak jelantah dengan frekuensi penggorengan ditunjukkan

    pada gambar 2 sebagai berikut:

  • 21.3 3

    2.6 37.0 47

    .0

    47.0 6

    0.3

    59.3 7

    2.6 79

    .3 86.3

    0.0

    20.0

    40.0

    60.0

    80.0

    100.0

    Jum

    lah

    Ker

    usa

    kan

    Lob

    ulu

    s H

    ati (

    %)

    Per

    Pre

    para

    t

    8 9 10 11 12

    Frekuensi Penggorengan

    Minyak Jelantah tidak Bermerk Minyak Jelantah Bermerk

    Gambar 1. Grafik Rerata Jumlah Nekrosis Sel Hati Pada grafik di atas terlihat adanya kecenderungan peningkatan jumlah

    nekrosis sel hati pada minyak jelantah dengan frekuensi penggorengan. Semakin

    tinggi tingkat frekuensi penggorengan menyebabkan jumlah nekrosis sel hatinya

    juga semakin tinggi. Adapun hasil pengamatan dapat dilihat pada gambar di

    bawah ini:

    Gambar 2. Preparat Pada Kontrol Pada gambar di atas memperlihatkan sampel lobulus sel hati tikus putih,

    kontrol di atas penyusun lobulusnya (vena sentralis, lamina-lamina/lempeng-

    lempeng yang terdiri dari sel-sel hati, dan senusoid) terlihat utuh atau normal

    tanpa terjadi induksi, dengan ciri-ciri yaitu inti jelas, sitoplasma terang dan ukuran

    selnya normal atau sel tidak mengkerut.

    Gambar 3.Preparat Perlakuan

  • Pada gambar di atas memperlihatkan sampel lobulus hati tikus putih

    pada perlakuan A1B1 (minyak jelantah bermerk dengan 8 frekuensi

    penggorengan) sel penyusun lobulus pada sel-sel hatinya terlihat tidak normal

    yang menampakkan susunan hepatosit (sel hati), dalam lempeng-lempeng terdapat

    inti yang tidak jelas, sel mengkerut dan sitoplasma gelap karena endapan

    pingmen, hal ini dikarenakan sel hati terinduksi nilai peroksida.

    Gambar 4. Preparat Perlakuan A1B2

    Pada gambar di atas memperlihatkan sampel lobulus hati tikus putih

    pada perlakuan A1B2 (minyak jelantah bermerk dengan 9 frekuensi

    penggorengan) sel penyusun lobulus pada sel-sel hatinya terlihat tidak normal

    yang menampakkan susunan hepatosit (sel hati), dalam lempeng-lempeng terdapat

    inti yang tidak jelas, sel mengkerut dan sitoplasma gelap karena endapan

    pingmen, jumlah nekrosis sel hati pada perlakuan ini lebih tinggi dari pada

    perlakuan A1B1 karena nilai peroksidanya yang semakin tinggi.

    Gambar 5.Preparat Perlakuan A1B3

    Pada gambar di atas memperlihatkan sampel lobulus hati tikus putih

    pada perlakuan A1B3 (minyak jelantah bermerk dengan 10 frekuensi

    penggorengan) sel penyusun lobulus pada sel-sel hatinya terlihat tidak normal

    yang menampakkan susunan hepatosit (sel hati), dalam lempeng-lempeng terdapat

    inti yang tidak jelas, sel mengkerut dan sitoplasma gelap karena endapan

  • pingmen, nekrosis sel pada perlakuan ini semakin tinggi.

    Gambar 6.Preparat Perlakuan A1B4 Pada gambar di atas memperlihatkan sampel lobulus hati tikus putih

    pada perlakuan A1B4 (minyak jelantah bermerk dengan 8 frekuensi

    penggorengan) sel penyusun lobulus pada sel-sel hatinya terlihat tidak normal

    yang menampakkan susunan hepatosit (sel hati), dalam lempeng-lempeng terdapat

    inti yang tidak jelas, sel mengkerut dan sitoplasma gelap karena endapan

    pingmen, pada perlakuan ini jumlah nekrosis sel hati juga semakin tinggi

    dibandingkan dengan gambar 9.

    Gambar 7.Preparat Perlakuan A1B5

    Pada gambar di atas memperlihatkan sampel lobulus hati tikus putih

    pada perlakuan A1B5 (minyak jelantah bermerk dengan 12 frekuensi

    penggorengan) sel penyusun lobulus pada sel-sel hatinya terlihat tidak normal

    yang menampakkan susunan hepatosit (sel hati), dalam lempeng-lempeng terdapat

    inti yang tidak jelas, sel mengkerut dan sitoplasma gelap karena endapan

    pingmen, pada perlakuan ini terlihat adanya perbedaan yang nyata dengan semua

    perlakuan yang lain. Dimana pada perlakuan ini sel megalami reduksi nilai

    peroksida yang paling tinggi menyebabkan sel mengalami kematian yang

    dibuktikan dengan banyaknya endapan pigmen pada sel-sel hati dan juga banyak

    sel yang sudah mati yang di tandai dengan sel yang kosong.

  • Gambar 9. Preparat Perlakuan A2B1 Pada gambar di atas memperlihatkan sampel lobulus hati tikus putih

    pada perlakuan A2B1 (minyak jelantah tidak bermerk dengan 8 frekuensi

    penggorengan) sel penyusun lobulus pada sel-sel hatinya terlihat tidak normal

    yang menampakkan susunan hepatosit (sel hati), dalam lempeng-lempeng terdapat

    inti yang tidak jelas, sel mengkerut dan sitoplasma gelap karena endapan

    pingmen, hal ini dikarenakan sel hati terinduksi oleh peroksida, sehingga sel-

    selnya mengalami nekrosis.

    Gambar 10. Preparat Perlakuan A2B2

    Pada gambar di atas memperlihatkan sampel lobulus hati tikus putih

    pada perlakuan A2B2 (minyak jelantah bermerk dengan 9 frekuensi

    penggorengan) sel penyusun lobulus pada sel-sel hatinya terlihat tidak normal

    yang menampakkan susunan hepatosit (sel hati), dalam lempeng-lempeng terdapat

    inti yang tidak jelas, sel mengkerut dan sitoplasma gelap karena endapan

    pingmen, pada perlakuan ini jumlah kerusakan selnya lebih tinggi dari gambar

    4.10 karena nilai peroksidanya yang juga semakin tinggi.

    Gambar 11.Preparat Perlakuan A2B3

    Pada gambar di atas memperlihatkan sampel lobulus hati tikus putih

  • pada perlakuan A2B3 (minyak jelantah bermerk dengan 10 frekuensi

    penggorengan) sel penyusun lobulus pada sel-sel hatinya terlihat tidak normal

    yang menampakkan susunan hepatosit (sel hati), dalam lempeng-lempeng terdapat

    inti yang tidak jelas, sel mengkerut dan sitoplasma gelap karena endapan

    pingmen, jika dibandingkan dengan gambar 13 jumlah nekrosis selnya semakin

    tinggi yang dapat terlihat dengan banyaknya endapan pigmen pada sel-sel hati.

    Gambar 12. Preparat Perlakuan A2B4

    Pada gambar di atas memperlihatkan sampel lobulus hati tikus putih pada

    perlakuan A2B4 (minyak jelantah tidak bermerk dengan 11 frekuensi

    penggorengan) sel penyusun lobulus pada sel-sel hatinya terlihat tidak normal

    yang menampakkan susunan hepatosit (sel hati) dalam lempeng-lempeng terdapat

    inti yang tidak jelas, sel mengkerut dan sitoplasma gelap karena endapan pingmen

    sehingga selnya kelihatan gelap, pada perlakuan ini tingkat kerusakan selnya

    semakin tinggi dengan terbukti banyaknya endapan pingmen yang banyak.

    Gambar 13.Preparat Perlakuan A2B5

    Pada gambar di atas memperlihatkan sampel lobulus hati tikus putih pada

    perlakuan A2B5 (minyak jelantah tidak bermerk dengan 12 frekuensi

    penggorengan) sel penyusun lobulus pada sel-sel hatinya terlihat tidak normal

    yang menampakkan susunan hepatosit (sel hati) dalam lempeng-lempeng terdapat

    inti yang tidak jelas, sel mengkerut dan sitoplasma gelap karena endapan pingmen

    sehingga selnya kelihatan gelap, pada perlakuan ini jumlah kerusakan sel hati

    yang paling tinggi pada tipe minyak jelantah tidak bermerk dibandingkan dengan

  • perlakuan-perlakuan yang lainnya dengan terlihatnya banyaknya sel terdapat

    endapan pigmen dan juga banyak sel yang sudah mati yang di tandai dengan sel

    yang kosong hal ini dikarenakan nilai peroksidanya yang paling tinggi.

    Dari hasil penelitian di atas, kemudian dilakukan analisa data, untuk data

    pengaruh dari pemberian minyak jelantah dengan frekuensi penggorengan

    terhadap nekrosis sel hati, sebelumya dilakukan uji normalitas dan uji

    homogenitas. Pada uji normalitas dinyatakan bahwa jika L hitung lebih kecil dari L

    tabel (pada taraf signifikan 5%) maka sampel yang diuji dari populasi yang

    berdistribusi normal. Dari hasil normalitas (lampiran 7) diperoleh nilai Lo sebesar

    0,088 sedangkan L tabel (n = 30 dan = 0,05 ) sebesar 0,161. Oleh karena Lo < L tabel maka Ho diterima dan Hi ditolak yang berarti data berdistribusi normal.

    Pada uji homogenitas dinyatakan bahwa 2 hitung lebih kecil dari 2 tabel (pada tarf signifikan 5%). Hal ini berarti perlakuan gabungan antar perlakuan memenuhi

    persyaratan homogen yaitu variannya homogen. Dari hasil homogenitas (lampiran

    8) diperoleh nilai 2 hitung sebesar 8,21, sedangkan 2tabel (dk = 9, = 0,05) sebesar 16,9. Oleh karena 2 hitung < 2 tabel maka Ho diterima dan Hi ditolak yang berarti bahwa data bersifat homogen.

    Setelah data berdistribusi normal dan homogen, maka data dilanjutkan uji anava

    dua faktor.

    Berdasarkan hasil anava dua faktor pada (Tabel 9) ternyata jumlah

    nekrosis sel hati untuk kombinasi perlakuan minyak jelantah dan frekuensi

    penggorengan FhitungFtabel pada taraf signifikan 5% maka Ho ditolak dan Hi diterima, artinya pada faktor tunggal minyak jelantah mempengaruhi secara

    signifikan terhadap jumlah nekrosis sel hati. Pada faktor tunggal frekuensi

    penggorengan Fhitung>Ftabel maka Ho ditolak dan Hi diterima, artinya pada faktor tunggal frekuensi penggorengan mempengaruhi secara signifikan terhadap jumlah

    nekrosis sel hati.

  • Untuk mencari perlakuan yang paling baik terhadap jumlah nekrosis sel

    hati diperlukan uji Duncan,s. Dari hasil uji Duncans dapat diketahui bahwa rerata

    jumlah nekrosis sel hati dari perlakuan minyak jelantah A1 (bimoli) mempunyai

    nilai rerata yang paling tinggi, dan A2 (curah) mempunyai nilai rerata yang paling

    rendah berarti minyak yang paling bagus pengaruhnya terhadap jumlah nekrosis

    sel hati adalah minyak jelantah A2 (curah) karena menghasilkan jumlah nekrosis

    yang paling sedikit. Pada perlakuan B5 (12 frekuensi penggrengan) mempunyai

    nilai yang paling tinggi dan berberda nyata dengan perlakuan yang lain, dan

    perlakuan B1 (8 frekuensi penggorengan) mempunyai nilai rerata yang paling

    rendah, berarti B1adalah frekuensi penggorengan yang paling bagus pengaruhnya

    terhadap jumlah nekrosis sel hati adalah karena menghasilkan jumlah nekrosis

    yang paling sedikit.

    PEMBAHASAN Jumlah Nekrosis Berdasarkan Minyak Jelantah

    Hasil studi dan analisis jumlah nekrosis sel hati pada tikus menunjukkan

    bahwa pemberian minyak jelantah mempunyai pengaruh nyata terhadap jumlah

    nekrosis sel hati. Hal ini dapat lihat pada tabel 9 (Analisis varian) yang

    menunjukkan bahwa Fhitung>Ftabel.Pengaruh minyak jelantah pada pada setiap perlakuan menghasilkan jumlah nekrosis sel hati yang berbeda-beda. Perbedaan

    ini disebabkan karena minyak jelantah yang digunakan memiliki tingkat nilai

    peroksida yang berbeda pula, hal ini dikarenakan bahan dasar minyak jelantahnya

    yang berbeda. Pada minyak jelantah bermerk (bimoli) bahan dasarnya sawit yang

    mengandung asam lemak tidak jenuh ganda yang apabila mengalami pamanasan

    yang tinggi dengan frekuensi penggorengan yang juga tinggi ini menyebabkan

    nilai peroksidanya semakin tinggi, sesuai dengan pendapat Kataren (1986) asam

    lemak tidak jenuh dapat mengikat oksigen pada ikatan rangkapnya sehingga

    membentuk peroksida, sedangkan pada minyak jelantah tidak bermerk (curah)

    bahan dasarnya berasal dari kelapa yang mengandung asam lemak jenuh sedang.

    Hasil penelitian grafik dan analisis jumlah nekrosis sel hati pada tikus diperoleh

    gambaran sebagai berikut.

  • 59.8

    48.8

    01020304050

    6070

    Rat

    a-ra

    ta J

    um

    lah

    N

    ekro

    sis

    Sel H

    ati

    Minyak Jelantah Bermerk Minyak Jelantah TidakBermerk

    Minyak Jelantah

    Gambar 14.Grafik Minyak Jelantah Terhadap Jumlah Nekrosis Sel Hati Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa rerata jumlah nekrosis sel

    hati tikus tertinggi dengan nilai rerata 59,8 pada minyak jelantah bermerk (bimoli)

    dan pada minyak jelantah tidak bermerk (curah) mempunyai nilai rerata yang

    terendah yaitu 48,8.

    Jumlah Nekrosis Sel Hati Tikus Berdasarkan Frekuensi Penggorengan

    Dari hasil penelitian dan analisis data jumlah nekrosis sel hati tikus, data

    menujukkan bahwa perlakuan dengan frekuensi penggorengan mempunyai

    pengaruh berbeda nyata terhadap jumlah nekrosis sel hati tikus. Hal ini dapat

    dilihat pada tabel 9 (Analis varian) yang menunjukkan bahwa Fhitung>Ftabel. Pengaruh frekuensi penggorengan pada setiap perlakuan juga menujukkan jumlah

    nekrosis sel hati yang berbeda-beda. Perbedaan ini disebabkan karena karena pada

    setiap frekuensi penggorengan memiliki nilai peroksida yang berbeda pula,

    sehingga jumlah nekrosis sel hati juga berbeda tergantung banyak sedikitnya

    frekuensi penggorengan. Hal ini sesuai dengan pendapat pendapat Trubus (2005)

    menyatakan bahwa semakin sering minyak digunakan tingkat kerusakan minyak

    akan semakin tinggi dan hal ini dapat menyebabkan semakin tingginya nilai

    peroksida, sehingga jumlah nekrosis sel hatinya juga semakin tinggi.

    Dari hasil penelitian grafik dan analisa jumlah nekrosis sel hati tikus pada

    frekuensi penggorengan diperoleh gambaran sebagai berikut:

  • 27.0

    0

    42.0

    0 53.6

    0 66.

    00

    82.8

    3

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    Rer

    ata

    Jum

    lah

    Nek

    rosi

    s Se

    l H

    ati

    8 9 10 11 12

    Frekuensi Penggorengan

    Gambar 15.Grafik Frekuensi Penggorengan Terhadap Jumlah Nekrosis

    Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa rerata jumlah nekrosis sel

    hati tikus tertinggi terdapat pada perlakuan B5 (12 frekuensi pengorengan )dengan

    nilai rerata 82, 83, pada perlakuan B4 (11 frekuensi pengorengan ) nilai rerata

    jumlah nekrosis sel hati tikus 66 sedangkan pada perlakuan B3 (10 frekuensi

    pengorengan) nilai rerata jumlah nekrosis sel hati tikus 53,6, sedangkan pada

    perlakuan B2 (9 frekuensi pengorengan ) nilai rerata jumlah nekrosis sel hati tikus

    42 dan pada perlakuan B1 (8 frekuensi pengorengan ) nilai rerata jumlah nekrosis

    sel hati tikus 27.

    Minyak Jelantah dan Frekuensi Penggorengan yang Memberikan Jumlah Nekrosis Paling Baik

    Melalui uji Duncan,s dapat diketahui bahwa interaksi antara minyak

    jelantah memberikan perbedaan yang sangat nyata terhadap jumlah nekrosis sel

    hati tikus. Pada perlakuan A1 (minyak jelantah bermerk) mempunyai jumlah

    nekrosis sel hati tikus yang paling tinggi, sedangkan pada perlakuan A2 (minyak

    jelantah tidak bermerk) mempunyai jumlah nekrosis sel hati tikus yang paling

    sedikit sehingga memiliki pengaruh yang paling baik terhadap jumlah nekrosis sel

    hati tikus. Hal ini dapat dilihat pada gambar grafik 15 yang menunjukkan bahwa

    jumlah nekrosis sel hati yang paling sedikit karena pada minyak jelantah tersebut

    merupakan minyak jelantah yang bahan dasarnya dari kelapa sehingga nilai

    peroksidanya lebih rendah. Oleh karena itu dengan nilai peroksida yang sedikit

    menyebabkan jumlah nekosis sel hati juga sedikit, dengan demikian semakin

    rendah nilai peroksida maka semakin sedikit nilai peroksida yang meracuni sel

  • hati yang menyebabkan nekrosis sel hati.

    Melalui uji Duncan,s dapat diketahui bahwa interaksi antara frekuensi

    penggorengan memberikan perbedaan yang sangat nyata terhadap jumlah nekrosis

    sel hati tikus, pada perlakuan B1 (8 frekuensi penggorengan ) mempunyai nilai

    rerata yang paling rendah terhadap jumlah nekrosis sel hati tikus yaitu 27,

    sehingga memiliki pengaruh yang paling baik terhadap jumlah nekrosis sel hati

    tikus. Hal dapat dilihat pada gambar grafik 16 yang menunjukkan bahwa jumlah

    nekrosis sel hati tikus yang paling sedikit karena frekuensi penggorengan

    menyebabkan berubahnya nilai peroksida, semakin sedikit frekuensi

    penggorengan maka nilai peroksidanya juga semakin sedikit, dengan demikian

    semakin sedikit frekuensi penggorengan maka semakin sedikit nilai peroksida

    yang meracuni sel hati yang menyebabkan nekrosis sel hati.

    Minyak jelantah merupakan minyak goreng yang digunakan berulangkali

    penggorengan. Minyak goreng yang mengalami pemanasan pada suhu yang tinggi

    dan digunakan untuk penggorengan secara terus-menerus menyebabkan kerusakan

    minyak, karena minyak teroksidasi sehingga membentuk peroksida yang lebih

    tinggi yang dapat menyebabkan rusak sel tubuh. Berdasarkan hasil analisis nilai

    peroksida semakin tinggi tingkat frekuensi penggorengan, nilai peroksidanya juga

    semakin tinggi, dan nilai peroksida minyak jelantah bermerk dengan minyak

    jelantah tidak bermerk ternyata nilai peroksidanya lebih tinggi pada minyak

    jelantah yang bermerk. Nilai peroksida minyak jelantah tidak bermerk dengan 8-

    12 frekuensi penggorengan (146mg/kg, 158mg/kg, 170mg/kg, 204mg/kg dan

    250mg/kg) sedangkan nilai peroksida pada minyak jelantah bermerk dengan 8-12

    frekuensi penggorengan (186mg/kg, 270mg/kg, 334mg/kg, 396mg/kg dan

    492mg/kg. Hal ini di karenakan pada minyak bermerk mengandung asam lemak

    tidak jenuh ganda yang dapat mengikat oksigen pada ikatan rangkapnya sehingga

    membentuk peroksida dan jika mengalami pemanasan secara terus menerus dapat

    menyebabkan nilai peroksida yang semakin tinggi.

    Minyak jelantah yang memiliki nilai peroksida yang tinggi dapat

    menjadi sumber radikal bebas yang bersifat karsinogen pada tubuh. Radikal bebas

    adalah suatu molekul yang mempunyai jumlah elektron ganjil atau elektron tidak

    perpasangan tunggal pada lingkaran luarnya (Setiati, 2003). Sehingga untuk

  • memperoleh pasangan elektron senyawa ini sangat reaktif dan merusak jaringan.

    Senyawa radikal bebas yang terdapat pada minyak jelantah menyebabkan

    berbagai proses kimia kompleks dalam tubuh, berupa proses oksidasi atau

    pembakaran sel yang berlangsung pada waktu metabolisme sel, karena secara

    kimia molekulnya tidak lengkap, sehingga radikal bebas mencari partikel dari

    molekul lain, yang dapat menimbulkan senyawa tidak normal dan menyebabkan

    reaksi berantai yang dapat merusak sel-sel. Terutama pada kompenen membran

    sel yang mengandung asam lemak jenuh ganda yang sangat rentan terhadap

    serangan radikal bebas pada organ hati.

    Menurut Setiati (2003) radikal yang masuk kedalam tubuh akan

    mengalami tiga tahap yaitu tahap inisiasi merupakan tahapan yang meyebabkan

    terbentuknya radikal bebas, tahap propagasi merupakan tahap di mana radikal

    bebas cendrung bertambah banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul

    lain dan tahap terminasi apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan suatu

    senyawa pembasmi radikal (scavenger). Nilai peroksida pada minyak jelantah

    menyebabkan terbentuknya radikal bebas baru dan bertambahnya reaksi berantai

    yang dapat menyebabkan radikal babas menjadi lebih reaktif.

    Sel hati dapat terinduksi mengalami gangguan metabolik oleh berbagai

    bahan yang masuk melalui makanan misalnya toksin, obat, makanan dan

    minuman. Seperti pada penelitian ini, perlakuan yang diberikan pada tikus putih

    secara oral bahan bersifat toksin yaitu berupa nilai peroksida yang tinggi, yang

    merupakan sumber radikal bebas. Pemberian toksin secara terus menerus

    menyebabkan kerusakan pada organ hati yaitu pada sel-selnya sehingga organ hati

    tersebut tidak dapat berfungsi secara maksimal. Adapun salah satu kerusakan hati

    yang disebabkan adalah nekrosis hati masif. Menurut (Aleq, 2003) menyatakan

    bahwa nekrosis masif secara histologis ditandai oleh nekrosis sel hati luas. Sel-sel

    hati nekrotik menghilang, meninggalkan hanya bayangan jaringan ikat retikular

    sinusoid dan sel kufer. Kolabnya lobulus menyebakan penyempitan jarak normal

    antara traktus portal dan vena terminal. Pada kasus ini, daerah yang sebelumnya

    ditempati lobulus diisi oleh jaringan ikat, sel kuffer yang tersisa, beberapa

    hepatosit, dan sedikit limfosit serta makrofag.

    Mekanisme kerusakan sel hati yang disebabkan oleh minyak jelantah

  • yaitu minyak jelantah mengandung radikal bebas dengan indikator peroksida

    (COO) masuknya zat kimia kedalam hati membentuk radikal (molekul dengan

    elektron yang tidak berpasangan sehingga reaktif), radikal bebas ini berikatan

    dengan O2 di dalam tubuh membentuk peroksil (peroksi radikal ), peroksil

    mengabsorbsi atom hidrogen dari molekul lipid tak jenuh, sehingga terjadi reaksi

    berkepanjangan yang menghasilkan peroksida-peroksida yang lain yaitu

    peroksinitrit, peroksil dan peroksinitrit ini bersifat lipofilik yang menyebabkan

    peroksida lipid dalam membran dan didalam sel ini yang terserang adalah

    metokondria , kemudian melepaskan rebosa dan retikulum endoplasmik, sehingga

    pemasokan energi yang diperlukan untuk memelihara fungsi dan struktur

    retikulum endoplasmik terlambat dan sintesis protein menurun sekali sehingga sel

    kehilangan daya untuk megeluarkan trigliserida dan terjadilah kerusakan sel hati,

    yang menyebkan nekrosis sel hati. dan peroksida (COO) yang masuk kedalam

    tubuh akan sampai pada membran plasma dan meningkatkan jumlah ion-ion

    dalam tubuh yaitu Na+, K+, Fe2+, Cu2+. Ion-ion berlebih ini juga akan

    mengakibatkan nekrois pada sel hati Terbukti pada penelitian ini sel hati yang

    rusak, inti selnya tidak jelas, sel mengkerut dan sitoplasmanya gelap.

    Pada perlakuan pemberian minyak jelantah bermerk dan tidak bermerk

    menunjukkan semakin tinggi frekuensi penggorengannya menyebabkan jumlah

    nekrosis sel semakin tinggi. Nekrosis sel hati pada perlakuan (A1B5) terlihat

    adanya perbedaan yang nyata dengan semua perlakuan yang lain. Dimana pada

    perlakuan ini sel megalami reduksi nilai peroksida yang paling tinggi

    menyebabkan sel mengalami kematian yang dibuktikan dengan banyaknya

    endapan pigmen pada sel-sel hati dan juga banyak sel yang sudah mati yang di

    tandai dengan sel yang kosong. Hal ini membuktikan bahwa pemberian minyak

    jelantah dengan nilai peroksida yang tinggi dapat menyebabkan radikal bebas

    yang besifat karsinogen pada tubuh, khususnya pada organ hati karena hati

    merupakan organ sekaligus kelenjar yang mempunyai peranan yang sangat besar

    sebagai pusat dari metabolisme tubuh. Menurut (Anonymous, 2004) menyatakan

    bahwa di dalam hati terjadi proses-proses sintesa, modifikasi, penyimpanan,

    pemecahan, serta sekresi dari berbagai macam zat yang dibutuhkan untuk hidup.

  • Jadi apabila hati mengalami kerusakan, maka akan banyak sistim metabolisme

    dalam tubuh terganggu. Adapun indikasi nekrosis sel hati pada hewan percobaan

    pada penelitian ini, kondisi tikus lemah, mimisan dan mengeluarkan darah dari

    kuping hal ini dikarenakan pecahnya pada selaput darah karena hati sudah tidak

    dapat berfungsi secara maksimal akhirnya racun akan tersebar seluruh pembuluh

    darah dan menyebabkan pembuluh darah pecah.

    KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil penelitian Pengaruh Frekuensi Penggorengan dari

    Minyak Jelantah Bermerk dan tidak Bermerk terhadap Nekrosis Sel Hati pada

    Tikus Putih (Rattus norvegicus) dapat diambil kesimpulan, 1) Ada pengaruh

    frekuensi penggorengan dari minyak jelantah bermerk dan tidak bermerk

    terhadap nekrosis sel hati. 2) Penggorengan minyak jelantah bermerk dan tidak

    bermerk yang paling memberikan pengaruh terhadap nekrosis sel hati pada tikus

    putih (Rattus norvegicus) terdapat pada 12 frekuensi. 3) Perlakuan yang paling

    memberikan pengaruh terhadap nekrosis sel hati pada tikus putih (Rattus

    norvegicus) terdapat pada minyak jelantah bermerk. 4) Tidak ada interaksi antara

    frekuensi penggorengan dengan minyak jelantah bermerk dan tidak bermerk

    terhadap nekrosis sel hati pada tikus putih (Rattus norvegicus)

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Studi dan penulisan ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan dari

    berbagai pihak. Oleh karena terima kasih kami sampaikan kepada:

    - Drs. Ainur Rofieq M.Kes, Pakar Metodologi Penelitian UMM yang telah

    mengoreksi studi dan tulisan ini

    - Dra. Sri Wahyuni M.Kes, Ahli Histologi UMM yang telah berdiskusi

    dengan tim

    - Dr Agus Krisno Budiyanto,M.Kes Pakar Gizi UMM yang telah

    memberikan berbagai saran dan kritik.

  • DAFTAR PUSTAKA Anonymous, 2004. Patologi Klinik 2. FK UNIBRAW. Malang Aleq, S. M. 2003. Patologi Anatomi Jilid I . UMM Press Malang Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. UI Press. Jakarta Laboratorium Kronik Prosia. 2006. Kenalilah Hati Anda http://www.prodia.co.id/info-terkini/isihati.html. Diakses 1 Mei 2006 Price, A. Sylvia. 1994. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Penerbit EGC. Jakarta. Rahayu, N.T.E. 2005. Skripsi: Uji Sari Umbi Wortel (Daucus carota L) terhadap Kadar SGPT dan SGOT pada Mencit Jantan (Mus musculus) yang Diinduksi dengan CCl4. Jurusan Biologi. FKIP-UMM. Malang. Rahayu, Aji. 2006. Uji Pendahuluan Analisis Nilai Peroksida Minyak Jelantah Bermerk dan tidak Bermerk. Jurusan Pendidikan Biologi-UMM. Malang. Setiati. 2003. Radikal Bebas, Antioksidan, dan Proses Menua. Jurnal Medika No 6 Tahun XXIX. Susanto. 2006. Kesehatan. http://www.seniornews.co.id/kesehatan/gizi/0207. Diakses 1 Mei 2006 Trubus. 2005. Mengolah Minyak Goreng Bekas. Trubus Agrisarana. Surabaya Wilson, 1993. Patofiosilogi. Penerbit EGC. Jakarta LAMPIRAN

    BIODATA PENULIS UTAMA DAN ANGGOTA

    1. Nama Lengkap : Aji Rahayu

    NIM : 02330100 Tempat Tanggal Lahir : Probolinggo, 3 Agustus 1983 Alamat : Jl Melati 17 RT 1 RW 1 Besuk Kidul Probolinggo

    Telp/HP : (0335) 843142/085649140029 Pendidikan :

    1. SD Negeri 1 Besuk lulus tahun 1996 2. SLTP Negeri 1Probolinggo lulus tahun 1999 3. SMU Negeri 1 Probolinggo lulus tahun 2002 4. S1 Pendidikan Biologi FKIP UMM sampai sekarang

  • Aktivitas Nonakademik: - Anggota Forum Kajian Ilmiah Mahasiswa Biologi (FKIMB) tahun 2006-

    2007. Fokus pada studi kesehatan masyarakat 2. Nama : Husamah NIM : 04330058 T.T. Lahir : Sumenep, 18 Oktober 1985 Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat Malang : Jl. Notojoyo No. 53 Karangploso Malang 65151. Telp. (0341) 464733 HP. 085649218214 e-mail: [email protected] Pendidikan :

    1. SD Negeri Pagerungan Kecil III, Sapeken lulus tahun 1998 2. SMP Negeri 2 Sapeken lulu tahun 2001 3. SMU Negeri 1 Banyuwangi lulus tahun 2004 4. S1 Jurusan Pendidikan Biologi FKIP-Universitas

    Muhamadiyah Malang-sekarang Aktivitas Nonakademik: 1. Ketua Umum Forum Kajian Ilmiah Mahasiswa Biologi FKIP-UMM

    (FKIMB) 2006-2007 2. Editor dan Litbang Majalah Spora- Univesitas Muhammadiyah Malang

    2006-2007 3. Fungsionaris BEM FKIP-UMM 2006-2007 4. Asisten Laboratorium Biologi UMM tahun 2005-sekarang 5. Koordinator Divisi Riset, Identifikasi dan Konservasi pada Tim Ekspedisi

    Biokonservasi (TEB) UMM periode 2006-2007 6. Anggota Pra-Wing Forum Lingkar Pena Ranting UMM-2007 7. Fungsionaris HMJ Biologi 2005-2006 8. Redaktur Pelaksana Majalah Spora 2005-2006

    Karya Tulis/Penelitian

    a. Program Keativitas Mahasiswa /LKTM 1.Internalisasi Nilai-nilai Agama dalam Pendidikan Lingkungan di Sekolah

    Melalui Pendekatan Kontekstual sebagai Upaya Minimalisasi Vandalisme Lingkungan (Tim-JUARA I LKTM Pendidikan Tingkat UMM, Juara I Tingkat Kopertis VII, Juara II Tingkat Wilayah C dan Finalis PIMNAS XIX 2006)

    2.Prospek Selai Mengkudu (Morinda citrifolia) Sebagai Produk Olahan Berkhasiat Obat dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Pedesaan di Malang Selatan (Tim-PKM, Didanai DIKTI tahun 2006)

    3.Child to Child, Pemberdayaan Anak untuk Konservasi Sungai Brantas Malang (Tim-PKM, Didanai DIKTI tahun 2007)

    b. Artikel/Opini/Resensi Buku

    1. Mengurai Hubungan Dosen Mahasiswa (Majalah Spora, Edisi VIII/2007) 2. Mahasiswa Miskin Kreativitas (Buletin Bestari, Desember 2006) 3. Gerakan Perlawanan Guru (Banjarmasin Post, 13 Agustus 2006)

  • 4. Muhammadiyah, Persyarikatan Protestanisme Islam (Suara Muhammadiyah, Edisi 1-15 Juli 2006)

    5. Menanti Keberpihakan Diknas pada Siswa (Koran Pendidikan, Juli 2006) 6. Pendidikan dalam Kacamata Penguasa (Koran Pendidikan, 22-28 Mei 2006) 7. Meningkatkan Profesionalisme Guru, Mungkinkah? (Koran Pendidikan,

    Juni 2006) 8. Menggagas Pendidikan Lingkungan Berbasis Agama (Majalah Spora, Edisi

    VII/Tahun IV/ Mei 2006) 9. Rekonstruksi Pendidikan Versi Kartini ( Koran Pendidikan, April 2006) 10. Jurus Sukses Implementasi KBK (Koran Pendidikan, 13-18 Maret 2006) 11. Membangkitkan Roh-Roh Pencerdasan (Koran Pendidikan, 6-12 Februari

    2006) 12. Mewaspadai Pergeseran Makna Profesi Guru (Koran Pendidikan, 11-18

    Desember 2005) 13. Mengurai Petualangan Politik Luar Negeri Amerika (Malang Pos, 23

    Oktober 2005) 14. Islam dan Kearifan Lingkungan(Kompas Jatim, 23 September 2005) 15. Busung Lapar di Lumbung Padi, Bencana di Tanah Surga (Spora, Agustus

    2005) 3. Nama : Angga Ditia Nugroho NIM : 06330035 T.T. Lahir : Kediri 21 januari 1988 Alamat : Jl. Tirto Utomo Gg. IV No. 28 Telp./HP : - / 081357727035 Pendidikan 1. SDN 1 Gempolan lulus tahun 2000 2. SMP Negeri 1 Kediri lulus tahun 2003 3. SMA Negeri 1 Kediri lulus 2006 4. S1 Jurusan Pendidikan Biologi FKIP UMM sampai sekarang. Kegiatan Nonakademik:

    - Anggota Forum Kajian Ilmiah Mahasiswa Biologi (FKIMB) tahun 2006-2007. Fokus pada studi kesehatan masyarakat

    HALAMAN PENGESAHAN USUL PKMI LEMBAR PENGESAHAN SUMBER PENULISAN ILMIAH PKMI Aji Rahayu, Husamah, Angga Ditia Nugroho ABSTRAK METODE PENDEKATAN 1. Nama Lengkap : Aji Rahayu NIM : 02330100 Alamat : Jl Melati 17 RT 1 RW 1 Besuk Kidul Probolinggo

    Alamat : Jl. Tirto Utomo Gg. IV No. 28