1904112050PANDUANRINGKAS-TTOLA ARSIPINAKTIF
-
Upload
yusuf-ramdhani -
Category
Documents
-
view
27 -
download
4
Transcript of 1904112050PANDUANRINGKAS-TTOLA ARSIPINAKTIF
PANDUAN RINGKAS TATA KELOLA ARSIP INAKTIF
DI LINGKUNGAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Machmoed Effendhie
Zudimat
AL. Anung Nugroho
Zaenudin
Heri Santosa
Isti Maryatun
Eko Paris B Yulianto
Muhartini
Arsip Universitas Gadjah Mada
2011
i
PENGANTAR
Panduan ringkas dan sederhana ini, yang diberi judul “Panduan Ringkas Tata
Kelola Arsip Inaktif di Lingkungan UGM”, merupakan akumulasi pemikiran dari tim
penulis. Walaupun mereka mempunyai latar belakang dan pengalaman berbeda.
Namun ini merupakan perwujudan dari komitmen mereka untuk terus melanjutkan
penulisan panduan-panduan yang sangat dibutuhkan oleh Arsip Universitas maupun
pengguna. Sekecil apapun kontribusi mereka namun ia harus tetap dihargai karena
buku panduan semacam ini sangat berguna bagi instansi Arsip Universitas ketika ia
akan mengembangkan institusinya dan memberikan layanan prima internal kepada
penggunanya.
Arsip, dalam semua format dan media, merupakan memori kelembagaan dari
perguruan tinggi atau universitas. Arsip tersebut memainkan peranan penting dalam
manajemen sumber daya informasi institusi. Untuk mendukung peran penting itu,
institusi Arsip Universitas Gadjah Mada (Gadjah Mada University Archives)
bertanggung jawab tidak hanya terhadap pengumpulan, pengelolaan dan
pemeliharaan arsip-arsip terutama yang mempunyai nilai evidensial mengenai
perkembangan dan keberadaan universitas tetapi juga bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan pengelolaan arsip di lingkungan universitas, baik itu pengelolaan arsip
dinamis aktif maupun arsip dinamis inaktif. Panduan ringkas ini merupakan salah satu
instrumen untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pengelolaan arsip inaktif di unit-
unit kerja di lingkungan UGM.
Rasanya tidak terlalu berlebihan jika pertama tama diucapkan rasa terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada teman-teman Tim Penulis panduan ini,
terutama penulis inti yang telah bekerja keras dan sepenuh hati mendukung
program penulisan panduan sehingga Panduan Ringkas ini dapat terselesaikan.
Akhirnya, sekalipun telah diusahakan menyusun buku panduan ini sebaik mungkin
namun disadari disana sini tentu masih banyak kekurangannya dan apapun
hasilnya semuanya menjadi tanggung jawab tim penulis.
Kepala Arsip Universitas Gadjah Mada
(Head of Gadjah Mada University Archives)
Machmoed Effendhie
ii
DAFTAR ISI
PENGANTAR ….................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ….................................................................................................. iii
BAB I PEDAHULUAN …............................................................................. 1
A. Latar Belakang …............................................................................. 1
B. Dasar Hukum …............................................................................. 2
C. Maksud dan Tujuan .….................................................................. 2
D. Prinsip-Prinsip Dasar Pengelolaan Arsip Inaktif …............................. 3
E. Pengertian Umum ….................................................................. 4
BAB II PROSEDUR PENGELOLAAN ARSIP INAKTIF TERATUR DAN PROSEDUR PENGELOLAAN ARSIP INKATIF TIDAK TERATUR …......................... 7
A. Rekonstruksi Arsip ….................................................................. 7
B. Prosedur Pengelolaan Arsip Inaktif Teratur ...................................... 9
C. Prosedur Pengelolaan Arsip Inaktif Tidak Teratur …........................ 13
BAB III PUSAT ARSIP (RECORDS CENTER) …...........................….............. 16
A. Pemilihan Lokasi .................................................................... 17
B. Pemilihan Cara Pengelolaan .......................................................... 18
C. Lay Out Ruangan Records Center Ideal ...................................... 19
D. Peralatan yang Diperlukan .......................................................... 21
E. Kontrol Lingkungan …................................................................. 26
F. Keamanan dan Keselamatan …....................................................... 27
BAB IV PROSEDUR PELAYANAN ARSIP INAKTIF ..................................... 29
DAFTAR PUSTAKA …..................................................................................... 33
iii
Panduan Ringkas Tata Kelola Arsip Inaktif
BAB I
PEDAHULUAN
A. Latar Belakang
Universitas Gadjah Mada sebagai salah satu perguruan tinggi tertua di
Indonesia, selama perjalanan melaksanakan kegiatan Tri Dharma, sejak awal sampai
saat ini, telah banyak menciptakan arsip dalam berbagai bentuk dan jenis media.
Arsip yang tercipta pada umumnya masih tersimpan di berbagai unit atau subkerja di
lingkungan UGM. Arsip-arsip tersebut umumnya belum dikelola secara baik dan tepat
sesuai kaidah-kaidah manajemen kearsipan, sehingga informasi yang tersimpan di
dalamnya, baik sebagai rujukan atau referensi pelaksanaan kegiatan universitas,
belum termanfaatkan secara optimal. Sementara itu, masing-masing jenis dan media
simpan arsip yang berbeda memerlukan penanganan yang berbeda pula. Jika sampai
saat ini bermacam-macam jenis dan media arsip sebagai hasil dari pelaksanaan
kegiatan universitas juga belum ditangani secara optimal, maka tidak menutup
kemungkinan informasi-informasi penting terkait dengan pelaksanaan kegiatan
universitas akan berakhir di tempat peleburan kertas atau di tempat sampah.
Dengan semakin meningkatnya kegiatan di suatu unit kerja di lingkungan UGM
maka akan meningkat pula volume arsip yang tercipta. Jika arsip-arsip yang tercipta
tersebut tidak segera ditanganai secara cepat dan tepat maka tidak menutup
kemungkinan ruang simpan arsip akan menjadi penuh dan bahkan mungkin sudah
tidak cukup menampung lagi, yang akhirnya arsip menumpuk di kolong meja, di atas
almari, di pojok ruang kerja, atau di bawah tangga dan sebagainya. Kondisi seperti itu
dapat menghadirkan pemandangan yang tidak sedap bahkan dapat mengganggu
kenyamanan kerja serta rentan dengan kesehatan. Persoalan tersebut seharusnya
tidak perlu terjadi apabila tipa-tiap unit kerja mampu mengelola arsip dinamis (aktif
dan inaktif) secara benar menurut kaidah manajemen kearsipan. Manajemen
kearsipan (records management) pada tahap proses didefinisikan sebagai suatu
kegiatan pengelolaan seluruh daur hidup arsip (life cycle of records) dari proses
penciptaan (creation), penggunaan (use), pemeliharaan (maintenance) sampai
dengan arsip tersebut disusutkan (disposition) (Rick, 1993). Dalam Records
Management itu, tata kelola arsip inaktif berada pada tahap penyusutan (Disposition),
khususnya pada pemindahan arsip inaktif dari Unit Pengolah arsip ke Pusat Arsip atau
Records Center (RC) di lingkungan unit pencipta arsip (Pasal 6 Peraturan Rektor UGM
No. 408/P/SK/HT/2009). Pada tahap ini arsip (inaktif) sudah jarang digunakan, dan
tinggal menunggu sampai retensi arsip habis sesuai JRA. Arsip yang sudah tidak
berguna lagi dapat dimusnahkan dan arsip yang mempunyai nilai guna kesejarahan
Arsip Universitas Gadjah Mada 1
Panduan Ringkas Tata Kelola Arsip Inaktif
diserahkan ke Arsip Universitas sebagai arsip statis.
Arsip Universitas Gadjah Mada, sebagai salah satu unit Unsur Penunjang
Universitas (UPU), mempunyai tugas diantaranya adalah menyusun Petunjuk
Pelaksanaan (juklak) dan Petunjuk Teknis (juknis) dalam bidang kearsipan, serta
melaksanakan pengembangan sistem kearsipan dinamis. Penyusunan Panduan
Ringkas Tata Kelola Arsip Dinamis Inaktif di Lingkungan Universitas Gadjah Mada ini
adalah merupakan salah satu perwujudan dari tugas tersebut.
B. Dasar Hukum
Penyusunan Panduan Ringkas Tata Kelola Arsip Dinamis Inaktif di Lingkungan
Universitas Gadjah Mada berdasarkan:
1. Undang-undang Republik Indonesia, nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan;
2. Peraturan Pemerintah RI, nomor 34 Tahun 1979 tentang Penyusutan Arsip;
3. Keputusan Presiden RI, nomor 105 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Arsip
Statis;
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, nomor 37 Tahun 2006 tentang Tata
Kearsipan di Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional;
5. Instruksi Menteri Pendidikan Nasional, nomor 1 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pelaksanaan Penyerahan Arsip Statis di Lingkungan Departemen Pendidikan
Nasional;
6. Keputusan Kepala ANRI, nomor 10 Tahun 2000 tentang Standar Folder dan
Guide Arsip;
7. Keputusan Kepala ANRI, nomor 11 Tahun 2000, tentang Standar Boks Arsip;
8. Keputusan Kepala ANRI, nomor 12 Tahun 2000, tentang Standar Penyimpanan
Fisik Arsip;
9. Peraturan Rektor UGM, nomor 408/P/SK/HT/2009, tentang Jadwal Retensi Arsip
dan Pedoman Penyusutan Arsip di Lingkungan UGM;
C. Maksud dan Tujuan
Maksud penyusunan Panduan Ringkas Tata Kelola Arsip Dinamis Inaktif di
Lingkungan Universitas Gadjah Mada ini agar pengelolaan arsip inaktif di lingkungan
UGM dapat dilaksanakan secara konsisten dan benar, memudahkan penyimpanan,
memudahkan temu balik, sehingga arsip inaktif tersebut benar-benar dapat menjadi
bahan referensi atau rujukan para pengambil kebijakan dalam rangka pengembangan
Arsip Universitas Gadjah Mada 2
Panduan Ringkas Tata Kelola Arsip Inaktif
organisasi atau unit kerja. Selain itu, dengan panduan ringkas ini juga diharapkan agar
unit pencipta (creating agency) dan pengguna (user) arsip dapat memahami
pentingnya pengelolaan arsip inaktif sesuai dengan kaidah tata kelola arsip inaktif,
sehingga pengelolaan arsip inaktif dapat dilaksanakan secara tepat dan konsisten oleh
masing-masing unit kerja di lingkungan UGM. Berangkat dari kesadaran dan
pemahaman itu diharapkan kepedulian terhadap penataan, perawatan, serta
penyelamatan arsip yang bernilai kesejarahan menjadi meningkat.
Tujuan penyusunan panduan ringkas tata kelola arsip inaktif adalah:
1. Unit kerja dapat melaksanakan pengelolaan arsip inaktif miliknya dengan cara
yang mudah dan sesuai dengan kaidah-kaidah tata kelola arsip inaktif;
2. Unit kerja dapat menyelamatkan/mengamankan arsip yang bernilai
kesejarahan, baik fisik arsip maupun informasinya;
3. Arsip yang dibutuhkan dapat ditemukan kembali dengan cepat-waktu, tepat-
orang dan tepat-arsip, serta biaya serendah mungkin.
D. Prinsip-prinsip Dasar Pengelolaan Arsip Inaktif
Prinsip-prinsip dasar pengelolaan arsip inaktif meliputi:
1. Pengelolaan arsip inaktif harus murah
Murah dalam pengertian pengelolaan arsip tidak diartikan sedikit, namun
merupakan rasio antara input yang lebih kecil dari pada output-nya. Dengan
input yang seminimal mungkin termasuk biaya, sumber daya manusia, alat dan
lain-lain namun menghasilkan sesuatu yang besar. Pengelolaan arsip inaktif
yang murah terutama dikaitkan dengan ruang simpan/gedung, alat murah, dan
mampu menampung banyak arsip dengan biaya operasional yang murah.
2. Pengelolaan arsip inaktif harus accessible
Accessible artinya arsip dapat ditemukan kembali setiap kali dibutuhkan. Oleh
karena itu, dalam pengelolaan arsip inaktif di Pusat Arsip senantiasa harus
dikembangkan sistem penemuan kembali yang tepat sehingga dapat menjamin
ditemukannya arsip dengan cepat-waktu, tepat-orang, dan tepat-arsip.
3. Pengelolaan arsip inaktif harus menjamin keamanan
Keselamatan dan keamanan arsip menyangkut fisik maupun informasinya.
Dengan demikian tempat penyimpanan dan pengelolaan arsip inaktif yakni
Pusat Arsip (Records Center) harus representatif atau sekurang-kurangnya
memenuhi unsur-unsur minimal dari sebuah Records Center. Dalam Records
Arsip Universitas Gadjah Mada 3
Panduan Ringkas Tata Kelola Arsip Inaktif
Center inilah -- yang merupakan tempat atau fasilitas yang dirancang dan
didesain untuk menyimpan arsip inaktif -- terdapat aktifitas-aktifitas tidak
hanya pengolahan arsip tetapi juga aktifitas yang terkait dengan keamanan
arsip seperti pemeliharaan, pencegahan dan penanggulangan kerusakan arsip,
kehilangan arsip, dan kebocoran informasi arsip.
E. Pengertian Umum
1. Akses arsip adalah ketersediaan arsip sebagai hasil dari kewenangan hukum
dan otorisasi legal serta keberadaan sarana bantu untuk mempermudah
penemuan dan pemanfaatan arsip
2. Arsip adalah rekaman informasi yang dibuat dan diterima oleh Universitas
Gadjah Mada dalam berbagai bentuk yang terekam dalam media kertas, audio
visual, komputer/elektronik dan media khusus, baik dalam keadaan tunggal
maupun berkelompok, dalam rangka pelaksanaan kegiatan Tri Dharma
Perguruan Tinggi dan administrasi universitas.
3. Arsiparis adalah seseorang yang memiliki kompetensi dalam bidang kearsipan
yang diperoleh melalui pendidikan formal dan atau pendidikan dan pelatihan
kearsipan serta mempunyai fungsi, tugas, dan tanggung jawab melaksanakan
kegiatan kearsipan.
4. Arsip aktif adalah arsip yang frekuensi penggunaannya tinggi dan atau terus
menerus.
5. Arsip dinamis adalah arsip yang digunakan secara langsung dalam kegiatan
pencipta arsip dan disimpan selama jangka waktu tertentu.
6. Arsip inaktif adalah arsip yang frekuensi penggunaannya dalam
penyelenggaraan kegiatan universitas mulai menurun dan telah selesai
digunakan untuk pertanggungjawaban administratif.
7. Arsip inaktif teratur adalah arsip inaktif yang semasa aktifnya telah ditata
berdasarkan suatu sistem kearsipan tertentu dan masih utuh penataannya.
8. Arsip inaktif tidak teratur adalah arsip inaktif yang sistem penataannya tidak
dapat disusun kembali seperti pada waktu aktif (tidak ditata sebagaimana
ketentuan tata kearsipan) terjadi campur aduk antara arsip dengan nonarsip,
permasalahan satu dengan yang lain (berbagai masalah jadi satu) dan
bercampurnya tahun arsip tercipta.
9. Arsip statis adalah arsip yang sudah tidak digunakan lagi secara langsung
dalam pelaksanaan kegiatan oleh pencipta arsip tetapi masih mempunyai nilai
Arsip Universitas Gadjah Mada 4
Panduan Ringkas Tata Kelola Arsip Inaktif
guna evidentsial dan kesejarahan serta disimpan permanen di Arsip UGM
sebagai memori kolektif universitas.
10.Arsip Universitas adalah Arsip Universitas Gadjah Mada.
11.Arsip vital adalah arsip yang keberadaannya merupakan persyaratan dasar bagi
kelangsungan operasional pencipta arsip, tidak dapat diperbaharui, dan tidak
tergantikan apabila rusak atau hilang.
12.Daftar Pencarian Arsip dan Daftar Pertelaan Arsip yang selanjutnya disingkat
DPA adalah daftar berisi arsip yang memiliki nilai guna kesejarahan baik yang
telah diverifikasi secara langsung maupun tidak langsung oleh lembaga
kearsipan dan diumumkan kepada publik.
13.Jadwal Retensi Arsip (JRA) adalah suatu daftar yang di dalamnya berisi jenis
arsip beserta jangka waktu simpannya, dan keterangan simpan permanen,
musnah atau dinilai kembali.
14.Kearsipan adalah hal-hal yang berkenaan dengan arsip.
15.Pengelolaan arsip dinamis adalah proses pengendalian arsip dinamis secara
efisien, efektif, dan sistematis meliputi penciptaan, penggunaan dan
pemeliharaan, serta penyusutan arsip.
16.Penyusutan Arsip adalah kegiatan pengurangan jumlah arsip dengan cara
pemindahan arsip inaktif dari unit pengolah ke unit kearsipan, pemusnahan
arsip yang tidak memiliki nilai guna, dan penyerahan arsip statis kepada
lembaga kearsipan.
17.Petugas arsip/pengelola arsip adalah staf yang ditunjuk untuk melaksanakan
tugas di bidang kearsipan.
18.Pusat Arsip atau Records Center (RC) adalah unit yang khusus digunakan untuk
menyimpan dan mengelola arsip inaktif.
19.Retensi arsip adalah jangka waktu simpan arsip yang telah ditentukan
berdasarkan nilai guna arsip.
20.Unit pencipta arsip adalah seluruh init kerja di lingkungan Universitas Gadjah
Mada, yakni: Kantor Pimpinan Universitas, Lembaga Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat, Pusat Studi, Perpustakaan, Pusat Pelayanan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (PPTIK), Arsip UGM, Laboratorium Penelitian dan
Pengujian Terpadu (LPPT), Kebun Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan
Pertanian (KP4), Pusat Pengembangan Pendidikan, Satuan Audit Internal,
Satuan Keamanan Kampus, Kantor Administrasi Alumni dan Pengembangan
Arsip Universitas Gadjah Mada 5
Panduan Ringkas Tata Kelola Arsip Inaktif
Usaha, Kantor Administrasi Kerjasama, Career Development Center (CDC),
Kantor Administrasi Fakultas, dan Sekolah Pascasarjana.
21.Unit Pengolah arsip atau Central File adalah salah satu unit di dalam unit
pencipta arsip yang diserahi tugas dan tanggung jawab mengelola arsip
dinamis aktif.
Arsip Universitas Gadjah Mada 6
Panduan Ringkas Tata Kelola Arsip Inaktif
BAB II
PROSEDUR PENGELOLAAN ARSIP INAKTIF TERATUR DAN
PROSEDUR PENGELOLAAN ARSIP INAKTIF TIDAK TERATUR
A. Rekonstruksi Arsip
Pada dasarnya pengelolaan arsip inaktif, baik yang teratur maupun yang tidak
teratur, adalah melakukan rekonstruksi arsip. Oleh karena itu, instrumen penting
dalam rekonstruksi arsip adalah survei, yakni kegiatan pengumpulan data dan
informasi yang dilakukan dengan cara pengamatan terhadap arsip dengan segala
kelengkapannya (Sistem, kelembagaan, sarana dan prasarana, fungsi dan
kegunaannya). Tujuan survei adalah mempersiapkan langkah-langkah yang perlu
diambil dalam pembenahan arsip. Dari hasil survei ini akan diketahui apakah arsip
tersebut teratur atau tidak. Untuk arsip teratur tidak banyak menimbulkan persoalan
karena dengan mudah akan dapat diolah berdasarkan prinsip asal-usul (principle of
provenance) dan prinsip aturan asli (principle of original order). Prinsip Asal Usul
(Principle of Provenance) yaitu penataan arsip sesuai dengan asal usul arsip ketika
masih aktif, artinya arsip-arsip tersebut harus tetap merupakan satu kesatuan
informasi yang utuh yang diatur tanpa melepaskan ikatan dari instansi yang
menciptakannya. Arsip yang kesasar atau ditemukan di tempat lain harus
dikembalikan sesuai dengan asalnya/unit penciptanya. Prinsip Aturan Asli (Principle of
Original Order) yaitu penataan arsip disesuaikan dengan penataan arsip ketika masih
aktif, artinya dalam melakukan penataan kembali arsip, aturan/struktur arsip yang
lama kalau bisa tetap dipertahankan atau sebisa mungkin aturan tersebut
dipergunakan sebagai dasar penyusunan kembali. Jika pada saat masih aktif arsip
diatur dengan tata naskah maka penataannya harus dikembalikan ke tata naskah.
Sementara itu, untuk arsip-arsip yang tidak teratur terdapat 3 (tiga) kategori,
yaitu:
1. Arsip kacau, adalah arsip yang tidak teratur disebabkan terjadinya
percampuradukan antara arsip dengan non arsip, berserakan tidak beraturan.
2. Arsip dengan susunan kronologis, yaitu terdapat batas tahun yang masih jelas,
tetapi masalah satu dengan yang lainnya masih bercampur, begitu juga antara
arsip dan non arsip.
3. Arsip yang sudah tersusun secara fisik dalam boks. Secara fisik sudah terlihat
teratur namun apabila diperlukan, untuk penemuan kembali (retrieval) sulit
dilakukan karena tidak memiliki sarana jalan masuk.
Arsip Universitas Gadjah Mada 7
Panduan Ringkas Tata Kelola Arsip Inaktif
Dalam survei arsip terdapat dua kegiatan, yaitu:
1. Survei terhadap kelembagaan/organisasi yaitu survei mengenai sejarah
perkembangan organisasi atau unit kerja, perubahan organisasi, tugas serta
fungsi, dan unit kearsipannya.
2. Survei terhadap fisik arsip secara menyeluruh, yaitu survei arsip dilakukan
untuk mengetahui jumlah (volume arsip), kondisi arsip, umur arsip, tempat
penyimpanan arsip, dan jenis media arsip. survei ini sangat penting sebelum
melakukan pengelolaan arsip inaktif karena di samping untuk mengetahui
kondisi fisik arsip juga untuk mengetahui sistem pemberkasan yang digunakan
ketika arsip masih aktif. Selain itu, hasil survai ini dapat digunakan untuk
perencanaan pelaksanaan yang berkaitan dengan sumber daya manusia, waktu
pengerjaan, kebutuhan peralatan (folder, boks arsip, rak arsip, masker, ATK,
dan lain-lain), dan anggaran biaya.
Berikut adalah contoh blanko survei yang biasa digunakan :
ASAL ARSIP
KONDISI FISIK
JENISTEKSTUAL AUDIO VISUAL KARTOGRAFI/GAMBAR TEKNIK
KUANTITAS M/MLINIER :BOKS :KARUNG :LEMARI :FILING CABINET :
KURUN WAKTU
JALAN MASUKKLASIFIKASI: AGENDA INDEKS TIDAK ADA
PENATAANKLASIFIKASI: DOSIR SERI KACAU
PANANGGUNG
JAWAB
surveiOR: TANGGAL survei
Berdasarkan hasil survei (dalam bentuk isian dalam formulir survei), prosedur
berikutnya adalah membuat Daftar Ikhtisar Arsip. Daftar Ikhtisar Arsip dibuat
berdasarkan formulir survei yang telah terisi lengkap. Setiap data dalam formulir
dipindahkan kedalam Daftar Ikhtisar Arsip, yang penyusunannya dapat dibuat
Arsip Universitas Gadjah Mada 8
Panduan Ringkas Tata Kelola Arsip Inaktif
sistematis menurut Unit Kerja dan atau tempat penyimpanannya. Jadi Daftar ini
merupakan rekapitulasi formulir hasil dari survei fisik yang dilakukan. Daftar ini
digunakan sebagai dasar untuk mengelola arsip inaktif.
Contoh Daftar Ikhtisar Arsip :
Daftar Ikhtisar Arsip
Instansi :
Alamat :
Telephone :
No.Unit Kerja Asal Arsip
Kurun Waktu
Jenis FisikJalan
MasukPenataan Lokasi Ket.
1
2
3
B. Prosedur Pengelolaan Arsip Inaktif Teratur
1. Pemindahan Arsip
Arsip inaktif teratur tidak banyak menimbulkan masalah karena akan lebih
mudah diolah berdasarkan prinsip asal-usul (principle of provenance) dan prinsip
aturan asli (principle of original order) dibandingkan dengan arsip inaktif yang tidak
teratur. Apalagi arsip inaktif teratur tersebut sudah dilengkapi dengan JRA.
Pengolahan arsip inaktif tersebut difokuskan pada prosedur pemindahan arsip inaktif
dari Central File ke Records Center. Pemindahan arsip inaktif dari unit Pengolah Arsip
(Central File) yang berada di unit pencipta arsip ke Pusat Arsip (Records Center)
merupakan langkah awal yang harus dilaksanakan dalam kegiatan pengelolaan arsip
inaktif teratur. Kegiatan ini dilaksanakan secara bersama – sama oleh arsiparis atau
pengelola arsip di unit pengolah arsip dengan arsiparis atau pengelola arsip di Pusat
Arsip (Records Center).
Prosedur pemindahan arsip inaktif teratur sebagai berikut:
a. Unit Pengolah Arsip di tiap-tiap unit pencipta arsip di lingkungan UGM
mengadakan penelitian untuk menentukan arsip yang sudah mencapai masa
inaktif sesuai Jadwal Retensi Arsip (JRA)
b. Arsiparis atau pengelola arsip di unit Pengolah Arsip melakukan pemilahan
Arsip Universitas Gadjah Mada 9
Panduan Ringkas Tata Kelola Arsip Inaktif
serta mengadakan penataan untuk mengelompokkan arsip yang akan
dimusnahkan dan yang akan dipindahkan ke Pusat Arsip
c. Hasil pemilahan atau penyeleksian dituangkan dalam daftar arsip yang dipindah
dan juga daftar arsip yang dimusnahkan (Daftar Arsip Pindah maupun Daftar
Arsip Musnah (lihat Lampiran III dan IV Peraturan Rektor Nomor
408/SK/HT/2009). Daftar tersebut diajukan kepada pimpinan unit pencipta arsip
untuk diteliti dan mendapatkan persetujuan. Setelah mendapat persetujuan,
arsip yang akan dimusnahkan dapat segera dimusnahkan. Sedangkan arsip
yang akan dipindah, dibuatkan daftar yang disebut dengan Daftar Pertelaan
Arsip Pindah (dengan prosedur seperti yang terdapat pada Peraturan Rektor
UGM No. 408/SK/HT/2009 tentang JRA dan Pedoman Penyusunan Arsip di
Lingkungan UGM). Arsip yang dipindah selanjutnya ditata dan bisa dibungkus
dengan kertas chasing atau dimasukkan dalam folder sesuai serinya dan diberi
nomor kode kemudian dimasukkan dalam boks arsip, kemudian boks diberi
nomor sebagai label. Nomor ini harus sesuai dengan nomor yang terdapat pada
Daftar Pertelaan Arsip Pindah. Dianjurkan dalam satu boks berisi satu jenis arsip
saja bila memungkinkan
d. Unit pengolah arsip sekurang-kurangnya setiap satu tahun sekali melakukan
pemindahan arsip inaktif ke Pusat Arsip (Records Center)
e. Penyiapan ruang simpan
Arsiparis atau pengelola arsip menyiapkan ruang dan alat penyimpanan arsip di
Pusat Arsip (Records Center). Ruang simpan tidak harus baru, tetapi dapat
memanfaatkan ruang yang ada dan dilakukan penataan ruang untuk
pengelolaannya beserta peralatan dengan memanfaatkan apa yang ada
sebelum peralatan yang standar tersedia.
f. Penerimaan arsip
Penerimaan arsip inaktif yang baru dipindahkan dari central file (unit pengolah
arsip) dilakukan oleh arsiparis atau pengelola arsip yang bertugas di Pusat Arsip
(Records Center). Arsip tersebut harus diteliti kelengkapannya, kondisi dan
kesesuaiannya dengan Daftar Pertelaan Arsip Pindah yang dilengkapi dengan
Berita Acara Pemindahan Arsip (lihat lampiran II dan III Peraturan Rektor Nomor
408/SK/HT/2009).
Arsip Universitas Gadjah Mada 10
Panduan Ringkas Tata Kelola Arsip Inaktif
2. Penataan dan Penyimpanan
Kegiatan penataan dan penyimpanan di Pusat Arsip (Records Center) yang
harus dilakukan yaitu:
a. Pemeriksaan
Kegiatan ini merupakan kontrol awal sebelum dilakukan penyimpanan arsip.
Pemeriksaan perlu dilakukan untuk memastikan apakah arsip tersebut benar-
benar arsip inaktif dengan menggunakan Jadwal Retensi Arsip dan untuk
memastikan kelengkapan setiap series arsip. Apabila dalam series arsip kurang
lengkap, diupayakan kelengkapannya dengan cara meneliti/memeriksa Daftar
Pertelaan Arsip pindah atau menanyakan pada unit asal (unit pengolah arsip).
Apabila belum ditemukan, dapat menghubungi pejabat yang berwenang pada
unit pencipta arsip untuk membuat semacam arsip pengganti. Pemeriksaan
terhadap kondisi fisik arsip juga harus dilakukan perlembar (untuk arsip
tekstual) dan apabila ada arsip yang rusak segera diadakan perbaikan
seperlunya.
b. Penataan Arsip dan Boks
Penataan arsip dalam boks juga harus memperhatikan penataan arsip ketika
masih aktif. Sebaiknya setiap boks arsip hanya berisi satu series arsip saja atau
series yang sangat berdekatan dengan retensi yang sama. Jika satu boks arsip
berisi beberapa series arsip dan retensinya berbeda akan mempersulit ketika
arsip tersebut akan dilakukan penyusutan setelah chasing atau folder yang
berisi arsip diberi kode dimasukkan dan ditata dalam boks arsip. Boks arsip
tersebut diberi nomor dan atau kode yang diperlukan, sesuai dengan nomor
urut dan atau kode maupun nomor lokasi penyimpanan jika diperlukan. Setelah
itu dapat dilanjutkan dengan menata boks dalam rak arsip.
Penataan boks dalam rak arsip sangat tergantung pada sistem penomoran boks
yang digunakan, sedangkan sistem penomoran boks arsip sangat tergantung
pada ruang dan alat simpannya (rak). Bila terdapat banyak ruang simpan maka
perlu diberi nomor/kode atau huruf untuk setiap ruang simpan yang ada. Jika
terdapat beberapa rak arsip dalam suatu ruang simpan arsip, maka harus juga
dipersiapkan kode untuk setiap raknya sehingga pada boks arsip bisa diberi
kode sebagai berikut:
Contoh kode 1 :
RA.01.01: artinya disimpan dalam Ruang Arsip, rak nomor 01 dan boks arsip
nomor 01.
Arsip Universitas Gadjah Mada 11
Panduan Ringkas Tata Kelola Arsip Inaktif
RA : Ruang Arsip
01 : rak nomor 01
01 : boks arsip nomor 01
Contoh kode 2 :
02.02.60: artinya disimpan dalam ruang dengan kode 02, ditata pada rak 02
dan boks nomor 60.
Jika penomoran dilaksanakan dengan cara seperti tersebut di atas, maka
penataan boks pada setiap rak harus dilakukan pula dengan cara yang cermat
dan mudah serta efisien, misalnya dengan pengaturan boks arsip dengan
nomor terkecil berada di ujung kiri atas rak arsip, kemudian terus ke kanan,
turun ke bawah, bisa dilanjutkan dari sisi kiri atau kanan rak, kemudian turun ke
bawah lagi dan demikian seterusnya.
Contoh label boks :
Cara penataan ini tidak baku, bisa dengan cara/ sistem lain yang penting
konsisten dan sesuai dengan lokasi simpan yang terdapat pada Daftar
Pertelaan Arsip simpannya.
c. Penyusunan Daftar Pertelaan Arsip
Penyusunan Daftar Pertelaan Arsip (DPA) dilakukan setelah tahapan di atas
selesai. DPA tersebut dapat digunakan untuk pengendalian dalam proses
penyusutan arsip. Selain itu, daftar tersebut juga dapat berfungsi sebagai alat
bantu penemuan arsip (finding aids) di Pusat Arsip (Records Center), karena
daftar tersebut memuat informasi deskripsi/masalah/jenis arsip inaktif dan kode
simpan arsip dari suatu koleksi arsip unit pencipta arsip yang tersusun secara
teratur berkas arsipnya.
Arsip Universitas Gadjah Mada
RA . 01 .01
12
Panduan Ringkas Tata Kelola Arsip Inaktif
Contoh Daftar Pertelaan Arsip :
DAFTAR PERTELAAN ARSIP
Kode DT.00
Kelompok Subjek Akademik
No. Jenis/Series Arsip Tahun Volume Cara Penataan No. BoksRetensi
(tahun)
1Administrasi Tim / Panitia
Penyelenggara Ujian1996 1 Boks Subjek RA. 01.01 2
2
3
Catatan:
Daftar Pertelaan Arsip memiliki variasi yang disesuaikan dengan kondisi alat simpan
dan arsip yang disimpan. Pada prinsipnya daftar tersebut harus selalu dijaga
akurasinya dan aktualisasinya serta sesuai dengan kondisi arsip yang disimpan.
C. Prosedur Pengelolaan Arsip Inaktif Tidak Teratur
Tahapan kerja dalam penanganan arsip inaktif tidak teratur adalah:
a. Melakukan pemilahan arsip dan nonarsip
Langkah pertama adalah memisahkan antara arsip dan nonarsip. Nonarsip
misalnya: blanko kosong, ordner, sampul, amplop, duplikat dll.
b. Pemberkasan/pengelompokan arsip
Dalam pemberkasan sebaiknya petugas menggunakan prinsip aturan asli maka
pada tahap ini diperlukan pengetahuan tentang sejarah organisasi dan
tupoksinya. Tetapi jika hal tersebut sulit dilakukan maka pemberkasan dapat
dilakukan berdasarkan: series (kesamaan jenis), rubrik (kesamaan
permasalahan), dosier (kesamaan urusan/kegiatan).
c. Pendeskripsian
Pendeskripsian adalah kegiatan perekaman isi informasi yang ada pada setiap
berkas arsip. Secara standar pendeskripsian arsip berisi hal-hal sebagai berikut,
antara lain: nama unit pencipta, no sementara, no definitif, kode, indeks, isi,
keterangan, tahun. (Hal-hal yang tercantum dalam kartu deskripsi disesuaikan
dengan kebutuhan/arsip yang dikerjakan).
Arsip Universitas Gadjah Mada 13
Panduan Ringkas Tata Kelola Arsip Inaktif
Contoh Kartu Deskripsi:
Pencipta Arsip : Inisial Petugas / No sementara No Definitif :
Kode: Indeks:
Isi masalah arsip:
Keterangan : Jumlah : Tahun:
Keterangan kartu deskripsi :
• Pencipta Arsip : Nama lembaga/unit pencipta arsip.
• Kode Petugas : Kode nama petugas yang menangani arsip.
• No Sementara : Nomor yang bersifat sementara karena setelah semua
arsip dibuatkan daftarnya maka nomor ini akan diganti
dengan nomor definitif/nomor berkas yang tetap.
• No Definitif : Nomor berkas yang tetap setelah dilakukan penggabungan
berkas yang sama dan dibuat daftarnya.
• Kode : Kode klasifikasi yang ada pada arsip.
• Indeks : Kata tangkap yang bisa mewakili isi arsip.
• Isi Masalah Arsip : Menggambarkan informasi arsip secara lengkap.
• Keterangan : Berisi kondisi fisik arsip, tingkat keaslian arsip.
• Jumlah : Berisi informasi tentang jumlah arsip.
Tahun : Periode terbitnya atau tahun terciptanya arsip sejak awal
hingga ditutupnya suatu series arsip sebagai tanda
selesainya kegiatan.
d. Pembuatan skema pengelompokan arsip
Yaitu pembuatan klasifikasi masalah sebagai dasar untuk menyusun kartu-kartu
deskripsi. Penyusunan ini bisa berdasarkan: pola klasifikasi, struktur organisasi,
tupoksi, deskripsi, atau kombinasi.
Arsip Universitas Gadjah Mada 14
Panduan Ringkas Tata Kelola Arsip Inaktif
e. Manuver kartu deskripsi
Manuver kartu deskripsi adalah suatu proses penggabungan kartu deskripsi
yang mempunyai kesamaan masalah dan mengurutkan sesuai dengan skema.
f. Memberikan nomor definitif pada kartu deskripsi
Kartu deskripsi yang telah tersusun berdasarkan skema, diberi nomor definitif
yang akan digunakan sebagai nomor penyimpanan berkas.
g. Manuver berkas
Proses pemanggilan dan penggabungan berkas arsip yang mempunyai
kesamaan masalah serta menyusunnya sesuai dengan skema.
h. Penomoran Berkas
Pemberian nomor definitif/nomor urut pada berkas yang telah tersusun
berdasarkan skema.
i. Memasukkan arsip ke dalam folder
Berkas yang telah tersusun dimasukkan ke dalam folder dan diberi kode
masalah arsip dan nomor urut arsip.
j. Memasukkan folder ke dalam boks dan pelabelan boks
Berkas yang telah dimasukkan dalam folder kemudian dimasukkan dalam boks
kemudian diberi label yang mencantumkan informasi kode masalah arsip dan
nomor urut arsip.
k. Membuat Daftar Pertelaan Arsip
Tahap terakhir adalah membuat Daftar Pertelaan Arsip yang berisi: nomor,
uraian masalah, tahun penciptaan, jumlah, lokasi simpan. Daftar Pertelaan Arsip
berfungsi sebagai sarana penemuan kembali arsip, sarana penyusutan, serta
digunakan untuk membantu dalam menentukan nilai guna arsip dan retensi
arsip.
Contoh Daftar Pertelaan Arsip:
NO URAIAN MASALAH TAHUN JUMLAH LOKSIM
1Berkas pembangunan
Masjid Kampus UGM1999 1 berkas A4.R2.B3
2 Berkas beasiswa2000-
20055 Folder A5.R1.B10
3 dst
Arsip Universitas Gadjah Mada 15
Panduan Ringkas Tata Kelola Arsip Inaktif
BAB III
PUSAT ARSIP (RECORDS CENTER)
Manajemen Arsip Inaktif pada dasarnya mencakup dua aspek, yaitu Penyusutan
Arsip Inaktif dan Pengelolaan Records Center (RC). Arsip inaktif adalah arsip-arsip
yang frekuensi penggunaannya untuk penyelenggaraan administrasi sudah menurun.
Dengan menurunnya kegunaan pada akhirnya arsip-arsip tersebut sebagian besar
tidak diperlukan lagi. Pada kondisi demikian arsip-arsip inaktif tersebut harus
dikurangi atau disusutkan agar tidak menjadi beban bagi unit-unit kerja yang pada
gilirannya menimbulkan ketidakefisienan dalam penyelenggaraan kearsipan.
Pengurangan atau penyusutan tersebut tidak dilakukan sembarangan agar tidak
malah merugikan unit kerja itu sendiri atau mungkin merugikan kepentingan yang
lain (UGM). Dalam konteks tersebut di atas maka diperlukan adanya Program
Penyusutan Arsip oleh setiap unit kerja di lingkungan UGM. (Untuk prosedur dan tata
cara penyusutan arsip lihat Keputusan Rektor No. 408/P/SK/HT/2009)
Aspek yang tidak kalah penting dalam hubungannya dengan arsip inaktif adalah
pengelolaan Records Center. Walaupun arsip inaktif sudah berkurang atau menurun
kegunaannya, tidak berarti sebagai “barang bekas” yang kurang mendapat perhatian.
Arsip-arsip tersebut harus dikelola di Records Center dalam tahapan-tahapan yang
benar hingga dapat didayagunakan. Di Records Center inilah segala aktifitas yang
berkaitan dengan pengelolaan arsip inaktif dilakukan, seperti pengolahan,
penyimpanan, penyusutan/pemusnahan, pemeliharaan, penyajian dan pelayanan
(housing and reference services).
Berdasarkan hasil penelitian tahun 2002, diperoleh data bahwa unit kerja-unit
kerja di lingkungan Universitas Gadjah Mada memiliki lingkup kerja yang beragam
(ada yang luas dan ada yang sempit/kecil) sehingga tidak semua unit kerja
direkomendasi untuk secara khusus memiliki Record Center, tetapi yang perlu
ditekankan adalah setiap unit kerja harus memperhatikan pengelolaan arsip
inaktifnya. Dalam konteks ini konsep “record and center” tidak berarti harus berupa
ruang tersendiri atau gedung tersendiri tetapi dapat berupa rak atau filing cabinet
tersendiri disesuaikan dengan volume arsip yang dimiliki oleh masing-masing unit
kerja. Prinsip dasarnya adalah ada pemisahan yang tegas antara pengelolaan arsip
dinamis aktif (di Central File) dan pengelolaan arsip dinamis inaktif (di Pusat
Arsip/Records Center)
Pusat arsip (records center) adalah tempat dengan spesifikasi tertentu yang
Arsip Universitas Gadjah Mada 16
Panduan Ringkas Tata Kelola Arsip Inaktif
dirancang untuk menyimpan, memelihara, merawat dan mengelola arsip inaktif
dengan maksud agar tercapai efisiensi dan efektivitas. Arsip inaktif perlu dibuatkan
tempat tersendiri mengingat arsip tersebut menempati jumlah terbanyak daripada
jenis arsip lainnya, lebih-lebih jika mekanisme penyusutan tidak berjalan. Tujuan
pembentukan Pusat Arsip (Records Center) adalah untuk mengurangi volume arsip
inaktif yang disimpan di unit pencipta arsip (Central File), mengendalikan arus arsip
inaktif dari Central File ke Records Center, memudahkan penemuan kembali arsip
(retrieval), menghemat biaya, dan menjamin keamanan arsip inaktif, baik fisik
maupun informasinya.
A. Pemilihan Lokasi
Berdasarkan lokasinya, terdapat dua jenis Records Center yakni Onsite dan
Offsite. Jenis Onsite yaitu Records Center yang dibangun menyatu dengan gedung
perkantoran atau dalam lingkungan lokasi perkantoran tersebut. Adapun jenis Offsite
yaitu Records Center yang dibangun terpisah dengan gedung perkantoran atau di luar
lingkungan lokasi perkantoran. Records center jenis Offsite ini dapat dibangun sendiri
dan dapat juga menyewa dari pihak lain. Apabila diputuskan untuk membangun
sendiri Records Center yang baru, maka perlu dipertimbangan hal-hal sebagai berikut.
1. Lokasi
Lokasi gedung RC relatif lebih murah daripada perkantorannya
Hindari lokasi yang memiliki kandungan polusi udara tinggi
Hindari lokasi bekas hutan atau perkebunan
Hindari lokasi rawan kebakaran
Hindari lokasi rawan banjir
Hindari lokasi yang berdekatan dengan pemukiman penduduk atau
kawasan pabrik
Cari lokasi yang mudah dijangkau untuk transportasi dan mudah diakses
2. Konstruksi dan Bahan Baku
Pondasi dan dinding gedung didesain secara kuat agar mampu menahan
terpaan angin dan hujan.
Pondasi didesain khusus untuk menjaga uap atau udara lembab naik ke
tembok karena daya resapan kapiler.
Kontruksi bangunan dirancang agar dapat bertahan dari gangguan cuaca
dan tidak mudah terbakar.
Menggunakan bahan bangunan yang tidak mendatangkan rayap maupun
binatang perusak lainnya. Minimalisir penggunaan kayu.
Arsip Universitas Gadjah Mada 17
Panduan Ringkas Tata Kelola Arsip Inaktif
Jendela dan pintu diperkuat dengan metode tertentu untuk mencegah
terpaan hujan dan tapiasnya air.
Jika bertingkat ketinggian lantai berkisar 260 – 280 cm.
Jika tidak bertingkat tinggi ruangan disesuaikan dengan tinggi rak yang
akan digunakan.
Konstruksi panggung dapat digunakan di daerah yang kelembabannya
tinggi atau banyak rayap. Jika panggung tiang penyangga didesain anti
rayap.
Lantai didesain secara kuat dan tidak mudah terkelupas untuk menahan
beban arsip dan rak.
Lantai bangunan sebaiknya disuntik dengan Gammaxane atau
Penthachlorophenol hingga kedalaman 50 cm untuk mencegah rayap.
Rekomendasi:
Untuk unit-unit kerja di lingkungan UGM bila akan mendirikan Records Center sendiri
tidak perlu membangun gedung baru karena volume arsipnya relatif tidak banyak.
Cukup memanfaatkan ruang yang tidak terpakai untuk dijadikan Records Center. Luas
ruangan tergantung dari volume arsip inaktif yang akan dikelola. Bisa jadi luas
Records Center di satu unit kerja perlu ruangan seluas 3 X 5 meter atau lebih,
sementara di unit kerja yang lain cukup dilakukan penyekatan saja.
B. Pemilihan Cara Pengelolaan
1. Tipe Minimal
Records center yang paling sederhana ini kepentingannya hanya untuk
menyimpan arsip yang jarang sekali diakses bahkan hanya menunggu untuk
dimusnahkan. Ciri-ciri pengelolaannya antara lain:
a. Pengelolaan tidak disertai daftar arsip sebagai sarana penemuan kembali,
b. Boks arsip hanya ditandai dengan isi dan tanggal pemusnahan,
c. Arsip ditata dalam rak secara berkelompok sesuai unit pemilik arsip.
2. Tipe Standar
Records Center yang paling ideal karena sudah ada standarisasi. Ciri-ciri
pengelolaannya antara lain:
a. Ruang standar,
b. Fasilitas dan peralatan standar,
c. Sistem pengelolaan standar ,
d. Pelayanan standar,
Arsip Universitas Gadjah Mada 18
Panduan Ringkas Tata Kelola Arsip Inaktif
e. Pemeliharaan dan perawatan standar.
Rekomendasi :
Untuk unit kerja dilingkungan UGM akan lebih baik jika mempunyai Records Center
tipe standar walaupun belum dapat 100%. Minimal untuk pengelolaan, pelayanan, dan
perawatan diusahakan mendekati standar karena arsip-arsip unit kerja di lingkungan
UGM masih sering digunakan misalnya: untuk akreditasi, penelitian, dan penulisan
sejarah unit kerja.
C. Lay Out Ruangan Records Center Ideal
Records Center yang ideal sekurang-kurangnya harus mempunyai 4 ruang
sesuai fungsinya. Adapun ruangan tersebut adalah:
1. Ruang kantor
Ruang ini diperuntukkan bagi pegawai, arsiparis, pengelola arsip. Luas
ruangannya tergantung dari jumlah pegawai yang ada di Recrods Center dan
umumnya berada di bagian depan.
2. Ruang referensi/ruang baca
Ruang ini digunakan untuk membaca atau mengakses arsip oleh pengguna
internal. Luasnya tergantung pada volume peminjaman arsip, banyaknya
peralatan baca arsip serta jumlah pengguna. Biasanya terletak di bagian depan
atau sejajar dengan ruang kantor.
3. Ruang pemrosesan
Ruang ini digunakan untuk memproses atau mengolah arsip. Idealnya terdiri
dari beberapa bagian, yaitu:
a. Ruang transit/ruang penerimaan yang digunakan untuk menampung
sementara arsip yang dipindahkan ke Records Center sebelum diproses.
Ruang ini biasanya berdekatan dengan lokasi bongkar muat arsip,
b. Ruang fumigasi yang digunakan untuk membersihkan atau “mengobati”
arsip sebelum diproses,
c. Ruang pengolahan yang digunakan untuk pemeriksaan, pengelompokan,
pendeskripsian, penomoran, penataan boks, dan pembuatan daftar arsip,
d. Ruang pemusnahan yang digunakan untuk memusnahkan arsip yang telah
habis retensinya atau tidak bernilai guna.
Arsip Universitas Gadjah Mada 19
Panduan Ringkas Tata Kelola Arsip Inaktif
4. Ruang penyimpanan
Ruang ini digunakan untuk menyimpan arsip inaktif beserta semua peralatan
simpannya. Ruangan ini menempati area paling luas dan umumnya terletak di
bagian paling belakang. Karena ruangan ini menyangga beban yang tidak
ringan maka harus ada standarisasi sebagai berikut ini :
a. Kekuatan lantai ruang simpan harus mempertimbangkan berat rak dan arsip
dimana 1 ML’ ( meter liniar, satuan arsip) arsip rata-rata berbobot 50 kg
sedangkan 1 m3 arsip rata-rata berbobot 600 kg,
b. Beban arsip dengan rak konvensional (rak statis/stationary stacks) rata-rata
1.200 kg per meter persegi, sedang beban arsip dan rak compact
shelving/roll o’pack rata-rata 2.400 kg per meter persegi,
c. Rata-rata setiap 200 m2 ruang simpan dengan ketinggian 260 cm dapat
menyimpan 1000 ML’ arsip dengan mengunakan rak konvensional, sedang
penyimpanan dengan rak padat (compact shelving/roll o’pack) menampung
1.800 ML’ arsip,
d. Antara arsip tekstual (arsip kertas) dan arsip audio visual (foto, video, film,
rekaman suara, arsip elektronik) penyimpanannya terpisah karena peralatan
simpan maupun pengaturan suhu dan kelembabannya berbeda.
Contoh Pemisahan ruang kerja dan penyimpanan :
Rekomendasi:
Untuk lay out Records Center di unit kerja di lingkungan UGM tidak harus ideal seperti
di atas, minimal terdapat ruang simpan, tempat kerja (pengolah) dan tempat untuk
petugas. Untuk lay out dapat disesuaikan dengan ruang yang tersedia dan bila
Arsip Universitas Gadjah Mada 20
Panduan Ringkas Tata Kelola Arsip Inaktif
diperlukan, Arsip UGM bersedia membantu meredesain ruangan yang dipersipkan
untuk Records Center di unit-unit kerja.
D. Peralatan yang Diperlukan
1. Rak konvensional
a. Rak arsip sebaiknya terbuat dari metal atau baja yang tidak mudah berkarat
b. Minimalisir penggunaan rak kayu karena mudah terbakar dan mudah
dimakan rayap
c. Rak arsip sebaiknya dapat menjamin sirkulasi udara yang cukup
d. Rak dibuat hampir setinggi ruangan dengan jarak 60 cm dari langit-langit
agar penggunaan ruangan optimal.
e. Antar rak bagian atas diikat dengan kawat baja agar kuat dan stabil.
f. Rak sebaiknya tidak berada di bawah pipa air, kabel listrik dan lampu
g. Jarak antara rak dan tembok berkisar antara 70 – 80 cm
h. Jarak antar rak berkisar 100 – 110 cm
Contoh gambar rak konvensional :
2. Roll O’pack
a. Penyimpanan arsip dengan Roll O’pack mempunyai kelebihan antara lain:
mampu menampung arsip lebih banyak, keamanan arsip lebih terjaga serta
lebih rapi.
Arsip Universitas Gadjah Mada 21
Panduan Ringkas Tata Kelola Arsip Inaktif
b. Kekurangannya: lebih mahal, arsip tidak dapat diakses secara bersamaan,
tidak dapat menyesuaikan ketinggian ruangan karena ukuran roll o’pack
sudah standar, sirkulasi udara tidak lancar, dan menuntut konstruksi
bangunan yang lebih kuat.
Contoh gambar roll o'pack :
3. Boks
a. Boks mempunyai standar 2 ukuran :
UKURAN PANJANG (cm) LEBAR (cm) TINGGI (cm)
Boks Arsip Kecil 37 9 27Boks Arsip Besar 37 19 27
b. Boks dibuat dari bahan karton gelombang, berbentuk kotak empat persegi
panjang, berlubang sisi depan dan belakangnya serta memiliki penutup
untuk menjamin sirkulasi udara dan kebersihan.
c. Boks dari bahan plastik bebas asam karena mahal jarang digunakan tetapi
boks ini lebih kuat dibanding boks karton.
d. Lubang ventilasi udara untuk boks besar berdiameter 3 cm dan untuk boks
kecil berdiameter 2,5 cm.
e. Boks arsip dapat berwarna coklat, coklat muda, biru muda atau warna lain
yang tidak menyilaukan dan tidak terlalu gelap.
f. Setiap boks arsip kecil diisi maksimal 8 cm, sedang toleransi kekosongan
Arsip Universitas Gadjah Mada 22
Panduan Ringkas Tata Kelola Arsip Inaktif
boks ± 1 cm, untuk boks besar maksimal 18 cm.
g. Arsip ditata secara vertikal dalam boks.
h. Untuk memudahkan pengambilan dan pengembalian arsip, boks jangan diisi
terlalu penuh, sebaliknya supaya tidak melengkung boks jangan diisi terlalu
sedikit.
Contoh rancang bangun boks arsip ukuran kecil :
Contoh gambar boks arsip ukuran besar :
Arsip Universitas Gadjah Mada 23
Panduan Ringkas Tata Kelola Arsip Inaktif
Gambar boks plastik bebas asam :
4. Folder dan pembungkus
a. Sebelum dimasukkan dan ditata di dalam boks, arsip perlu dibungkus
supaya terlindungi dan kesatuannya relatif terjaga. Kertas yang biasa
digunakan untuk membungkus arsip antara lain: kertas payung, kertas roti
atau kertas chasing lainnya.
b. Akhir-akhir ini pemakaian kertas bungkus arsip sudah diganti dengan folder.
Adapun Standarisasi folder sebagai berikut :
folder arsip terbuat dari kertas manila karton
folder mempunyai 2 ukuran yaitu: besar yang berfungsi untuk
menyimpan arsip kertas dan kecil yang berfungsi untuk menyimpan kartu
kendali atau kartu deskripsi
bentuk folder menyerupai map dengan tab di sisi kanan sebagai tempat
untuk menuliskan kode atau indeks
warna folder disesuaikan dengan kebutuhan instansi
setiap folder maksimal dapat menampung 3 cm arsip atau ± 150 lembar
kertas dan minimal 5 lembar arsip
satu folder digunakan untuk menyimpan satu subjek atau 1 berkas. Jika
tidak cukup maka dapat digunakab lebih dari satu folder
folder diletakkan di belakang guide/sekat dalam boks arsip
lipatan skor folder digunakan sesuai dengan ketebalan atau jumlah arsip
yang disimpan
Arsip Universitas Gadjah Mada 24
Panduan Ringkas Tata Kelola Arsip Inaktif
Contoh gambar folder :
5. Guide atauSekat
a. guide arsip terbuat dari kertas karton 2 mm sehingga kaku dan tidak
melengkung.
b. guide arsip berbentuk 4 persegi panjang dan memiliki tab.
c. menurut ukuran guide terdiri atas: guide besar (untuk mengelompokkan
arsip) dan guide kecil (kartu kendali/deskripsi).
GUIDE TAB
JENIS PANJANG (cm) LEBAR (cm) PANJANG (cm) LEBAR (cm)
BESAR 35 23 9 2
KECIL 15 10 3.5 1.5
d. menurut penggunaan, guide terdiri atas: guide primer, sekunder, tertier.
e. Guide diletakkan diantara kelompok berkas yang sudah disimpan di folder
dalam boks arsip.
f. Tab guide digunakan untuk mencantumkan kode klasifikasi, indeks dan
subjek arsip.
Arsip Universitas Gadjah Mada 25
Panduan Ringkas Tata Kelola Arsip Inaktif
Contoh gambar guide :
Rekomendasi:
Untuk rak arsip disarankan menggunakan rak konvensional karena biayanya lebih
murah dibanding Roll O’Pack. Jika perlu, untuk sementara, dapat menggunakan rak
kayu atau almari yang tidak terpakai.
E. Kontrol Lingkungan
Kontrol lingkungan dalam konteks ini adalah upaya pengendalian terhadap
suhu dan kelembaban, cahaya dan kualitas udara di dalam ruang penyimpanan.
Pengendalian faktor-faktor tersebut dimaksudkan agar supaya arsip terjamin
keamanan dan terjaga dari faktor-faktor perusak arsip.
1. Suhu dan Kelembaban
a. Suhu dan kelembaban ruang simpan arsip kertas tidak boleh lebih dari 27o C
dan 60%.
b. Suhu dan kelembaban ruang simpan arsip audio visual tidak boleh lebih dari
20o C dan 50%.
Arsip Universitas Gadjah Mada 26
Panduan Ringkas Tata Kelola Arsip Inaktif
c. Perlu dipasang alat pengukur suhu dan kelembaban udara
(Hygrothermograph atau Hygrothermometer) untuk memantau kelembaban
setiap saat
Contoh Hygrothermograph dan Hygrothermometer :
2. Cahaya
a. Sinar matahari tidak boleh mengenai arsip secara langsung. Jika sinar masuk
melalui jendela tidak dapat dihindari maka dapat dipakai tirai penghalang
b. Lampu penerang ditata sedemikian rupa sehingga tidak tepat berada di atas
rak arsip tetapi di lorong-lorong atau sela-sela rak
c. Cahaya dan penerangan tidak menyilaukan, berbayang dan sangat kontras
sebaiknya menggunakan lampu TL/neon anti ultra violet
3. Udara
a. Ruang simpan arsip harus diupayakan agar kualitas udaranya bersih, dan
perlu dikontrol melalui pengaturan ventilasi udara.
b. Untuk memperlancar sirkulasi udara dan menyedot partikel debu sebaiknya
menggunakan Fan Blower
F. Keamanan dan Keselamatan
1. Pencegahan Kebakaran
Minimal disediakan tabung pemadam
2. Pencegahan Bahaya Serangga
a. Pemeliharaan arsip dengan menggunakan kapur barus, thymol, fastoxin,
paradeclorobensin,
b. Tidak diperkenankan makan, minum dan merokok di dalam ruang simpan
arsip.
Arsip Universitas Gadjah Mada
(a) Hygrothermometer (b) Hygrothermograph
27
Panduan Ringkas Tata Kelola Arsip Inaktif
3. Pencegahan Kehilangan Arsip
a. Ruang simpan harus steril dan hanya petugas yang boleh masuk atau
pejabat yang berwenan,
b. Orang lain selain petugas yang ditunjuk yang akan masuk ruang simpan
harus mendapat izin dari pejabat yang berwenang.
4. Kesehatan dan Keselamatan
a. Ruang pegawai harus terpisah dengan ruang simpan,
b. Penyediaan makanan bergizi yang cukup dan pemeriksaan kesehatan secara
periodik bagi petugas arsip/arsiparis yang menangani Records Center,
c. Apabila akan dilakukan fumigasi harus memperhatikan ketentuan teknik
atau bisa memakai jasa pihak ketiga,
d. Pemusnahan arsip sebaiknya tidak dibakar atau menggunakan bahan kimia
karena dapat megganggu lingkungan.
Arsip Universitas Gadjah Mada 28
Panduan Ringkas Tata Kelola Arsip Inaktif
BAB IV
PPROSEDUR PELAYANAN ARSIP INAKTIF
Arsip dinamis inaktif bersifat tertutup untuk publik dan hanya dapat
dibuka/diakses oleh unit pencipta arsipnya. Apabila ada unit pencipta arsip lainnya
atau perorangan di lingkungan UGM yang akan mengakses/membuka harus mendapat
izin khusus dari unit pencipta arsip yang bersangkutan. Adapun konsep akses dan
layanan untuk arsip dinamis inaktif bersifat ke dalam, yakni layanan internal hanya
untuk lingkungan UGM saja. Pelayanan arsip dinamis inaktif berupa peminjaman arsip
atau pemberian layanan informasi yang terkandung di dalam arsip yang disimpan.
Prosedur kegiatan layanan arsip inaktif meliputi:
1. Permintaan
Permintaan penggunaan arsip atau pelayanan informasi arsip bagi pengguna
(user) dapat dilaksanakan melalui lisan, tertulis, telepon, atau menggunakan
perangkat elektronik lainnya. Untuk kegiatan ini sebaiknya disiapkan formulir
peminjaman arsip yang juga merupakan alat pemesanan arsip. Formulir ini
minimal memuat nama pengguna, alamat unit pencipta arsip pengguna,
tanggal peminjaman, tanggal kembali, masalah/subyek arsip yang dipinjam,
kode, jumlah, dan keterangan, kolom tanda tangan dan nama petugas
peminjaman serta tanda tangan dan nama pengguna arsip (user). Formulir ini
dibuat rangkap 2 (dua), satu untuk pengguna (user) yang satu lagi untuk
disimpan oleh petugas pusat arsip (records center).
Arsip Universitas Gadjah Mada 29
Panduan Ringkas Tata Kelola Arsip Inaktif
Contoh formulir peminjaman arsip :
Formulir Peminjaman Arsip
Nama : Tanggal Pinjam :
Alamat : Tanggal Kembali :
No Masalah / Subjek Kode Jumlah Keterangan
1 2 3 4 5
Petugas Peminjaman Peminjam Arsip
(…..............) (…..............)
2. Pencarian
Pencarian arsip dilaksanakan melalui daftar pertelaan arsip yang telah dibuat
oleh arsiparis/pengelola arsip maupun alat bantu penemuan arsip (finding aids)
lainnya. Arsiparis/pengelola arsip harus mengetahui masalah atau series apa
yang akan dipinjam oleh pengguna (user) kemudian mencari masalah/series
arsipnya. Masalah/series arsip yang ada dalam daftar pertelaan arsip akan
merujuk pada nomor boks, rak, dan lokasi ruang simpan arsip yang diinginkan.
3. Pengambilan Arsip
Setelah menemukan boks yang dicari, kemudian arsiparis/pengelola arsip
mengambil arsip dari tempatnya. Sebelum kegiatan ini dilakukan, terlebih
dahulu harus dipersiapkan tanda keluarnya arsip (out indicator), bila yang
diambil 1 (satu) lembar maka perlu dipersiapkan out indicator berupa lembaran,
bila yang diambil 1 (satu) folder/map, perlu dipersiapkan out indicator berupa
guide atau folder, bila yang diambil 1 (satu) boks perlu dipersiapkan out
indicator berupa boks.
Tulisan yang tertera pada out indicator bisa berupa nomor/kode yang sesuai
pada daftar pertelaan arsip, dan jika perlu dapat ditambah tulisan lain yang
Arsip Universitas Gadjah Mada 30
Panduan Ringkas Tata Kelola Arsip Inaktif
menerangkan bahwa arsip tersebut sedang dipinjam atau keluar antara lain
diberi label “KELUAR”, perlu juga dilampiri semacam formulir yang memuat
tentang siapa peminjam arsip, arsip apa yang dipinjam dan tanggal
peminjaman serta sampai kapan arsip dipinjam.
Setelah out indicator dipersiapkan dan formulir telah diisi secara benar, maka
arsip tersebut diambil dari tempatnya kemudian tempat tersebut diganti
dengan out indicator. Penggunaan out indicator semacam ini biasanya disebut
charge out procedure, yang akan sangat berguna untuk mengontrol arsip yang
dipinjam atau diakses dan memudahkan dalam menyimpan kembali arsip,
sehingga tidak salah tempat. Berikut ini contoh out indicator :
KELUAR
NO ARSIP YANG KELUAR PEMINJAMTANGGAL
JML KET.PINJAM PERPANJANG KEMBALI
Keterangan :
Formulir di atas ditempelkan pada guide/folder/boks yang diberi label OUT, dengan
warna menyolok. Bila telah terisi penuh, formulir ini dapat dilepas, kemudian disimpan
untuk dijadikan alat menghitung frekuensi penggunaan arsip.
4. Pencatatan Arsip
Arsip yang akan dipinjam dicatat dalam sarana peminjaman berupa buku, dan
yang perlu dicatat adalah: nama dan unit pencipta arsip peminjaman, jenis
arsip (series/masalah), jumlah, keaslian, jumlah (lembar, folder, boks), kapan
dipinjam dan kembali. Apabila di pusat arsip (records center) sudah
menggunakan formulir peminjaman, maka tidak harus menggunakan buku
pencatatan, cukup formulir yang telah diisi dan disetujui, kemudian disimpan
pada wadah/tempat yang mudah diketahui oleh petugas di pusat arsip (records
center) (lihat pada buku Panduan Akses dan Layanan Kearsipan di Arsip UGM).
5. Pengendalian
Pengendalian ini dilakukan untuk mengamankan arsip baik fisik maupun
informasinya, sehingga arsip dapat terpantau sejauh mana arsip beredar dan
disampaikan serta kapan harus kembali ke tempat penyimpanannya.
Pemantauan yang terutama selain siapa penggunanya adalah tentang batas
waktu penggunaan arsip yaitu paling lama 5 (lima) hari kerja. Jika batas waktu
Arsip Universitas Gadjah Mada 31
Panduan Ringkas Tata Kelola Arsip Inaktif
telah terlampaui dan pengguna masih membutuhkan, dengan berbagai
pertimbangan, dapat diperpanjang. Petugas arsip atau arsiparis wajib
melaporkan mengenai habisnya masa peminjaman kepada pihak yang
berwenang (misal kepala unit pencipta arsip) sesuai dengan waktu yang tertera
dalam formulir atau buku peminjaman. Bila masa peminjaman boleh
diperpanjang maka sebaiknya melalui prosedur yang telah ditetapkan dan bila
tidak bisa diperpanjang karena berbagai pertimbangan, sebaiknya pengelola
arsip atau arsiparis meminta arsip yang dipinjam dengan membawa dan
menunjukkan buku atau formulir peminjaman yang dahulu pernah disepakati.
Bila terjadi kelalaian pengembalian arsip, arsiparis/pengelola arsip wajib dan
berhak mengingatkan pengguna, bisa secara lisan atau tertulis. Bila masih
tetap saja lalai, maka dapat diatur dengan pemberitahuan semacam surat
peringatan yang pengirimannya ditujukan kepada pengguna dan tembusannya
kepada atasan langsung pengguna. Apabila akhirnya terjadi kehilangan arsip
karena kelalaian pengguna, maka perlu dibuat berita acara kehilangan arsip
dan bagi pengguna yang menghilangkan arsip bisa diberi sanksi sesuai dengan
berat ringannya perbuatan yang dilakukan (pasal 83 mengenai sanksi dalam UU
No 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan).
6. Penyimpanan Kembali
Setelah arsip yang dipinjam dikembalikan, arsiparis atau pengelola arsip perlu
melakukan penandaan pada sarana peminjaman baik yang berupa buku atau
formulir peminjaman agar tidak menimbulkan kesalahpahaman dikemudian
hari. Sebelum arsip disimpan kembali ke tempat semula, maka out indicator
perlu diambil dan diberi catatan bahwa arsip telah kembali. Kemudian arsip
ditempatkan dengan posisi yang benar.
Arsip Universitas Gadjah Mada 32
DAFTAR PUSTAKA
ANRI. 1981. Surat Edaran Kepala ANRI. Nomor: SE/01/1981 tentang Penanganan Arsip Inaktif sebagai Pelaksanaan Ketentuan Peralihan Peraturan Pemerintah (Nomor 34 Tahun 1979) tentang Penyusutan Arsip. Jakarta.
ANRI. 1983. Surat Edaran Kepala ANRI. Nomor: SE/02/1983 tentang Pedoman Umum untuk Menentukan Nilai Guna Arsip. Jakarta.
ANRI. 2000. Keputusan Kepala ANRI Nomor 03 Tahun 2000 tentang Standar Minimal Gedung dan Ruang Penyimpanan Arsip. Jakarta.
ANRI. 2000. Keputusan Kepala ANRI Nomor 10 Tahun 2000 tentang Standar Folder dan Guide Arsip. Jakarta.
ANRI. 2000. Keputusan Kepala ANRI Nomor 11 Tahun 2000 tentang Standar Boks Arsip. Jakarta.
ANRI. 2000. Keputusan Kepala ANRI Nomor 12 Tahun 2000 tentang Standar Penyimpanan Fisik Arsip. Jakarta.
Basuki, Ari. 2009. Pengantar Manajemen Records Center (Pusat Arsip) Pointer Materi Diklat Arsip UGM. Yogyakarta.
Dirjen Dikti, ANRI. 2002. Bahan Ajar Diklat Manajemen Arsip Dinamis. Manajemen Arsip Inaktif. Jakarta.
Dirjen Dikti, ANRI. 2002. Bahan Ajar Diklat Manajemen Arsip Dinamis. Manajemen Arsip Dinamis. Jakarta.
Dirjen Dikti, ANRI. 2002. Bahan Ajar Diklat Manajemen Arsip Inaktif. Jakarta.
Kementrian Pendidikan Nasional. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 37 Tahun 2006 tentang Tata Kearsipan di Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Kementrian Pendidikan Nasional. 2006. Instruksi Menteri Pendidikan Nasional Nomor 1 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Penyerahan Arsip Statis di Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Machmoed Effendhie, dkk. 2002. Panduan Akses dan Layanan Kearsipan. Arsip UGM. Yogyakarta.
Martono, Boedi. 1994. Penataan Berkas dalam manajemen Kearsipan. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai. 2009. Bahan Ajar Diklat Manajemen Kearsipan. Sawangan.
Pusdiklat Kemendiknas. 2009. Bahan Ajar Diklat Manajemen Kearsipan. Depok.
Republik Indonesia. 1979. Peraturan Pemerintah RI Nomor 34 Tahun 1979 tentang Penyusutan Arsip. Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 2004. Keputusan Presiden RI Nomor 105 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Arsip Statis. Sekretariat Kabinet RI. Jakarta.
Republik Indonesia. 2009. Undang-undang RI Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan. Sekretariat Negara. Jakarta.
Rusidi. 2008. Artikel Mengenai Penanganan Arsip Tidak Teratur. Yogyakarta.
UGM. 2009. Peraturan Rektor UGM. Nomor 408/P/SK/HT/2009 tentang Jadwal Retensi Arsip dan Pedoman Penyusutan Arsip di Lingkungan UGM. Yogyakarta.
Wardoyo, Sauki Hadi. 2002. Terminologi Kearsipan Nasional. ANRI. Jakarta.
33