18890 -INTUSEPSI

4
INTUSEPSI Laporan Kasus: Seorang bayi laki-laki, usia 11 bulan datang ke UGD RSUP Dr. Sardjito, dengan keluhan utama BAB keluar darah, rujukan dari RS tipe B, Cepu dengan gastrointestinal bleeding. Dari anamnesis didapatkan, pasien sejak dua hari SMRS, diare bercampur darah sebanyak 2 kali, disertai muntah, isinya apa yang dimakan dan diminum, setiap kali masuk makanan/minuman. Anak dikeluhkan menjadi lebih rewel, dan kadang-kadang menangis tiba-tiba. Keluhan ini juga disertai dengan demam, suhu antara 37,5 39 derajat Celcius. Oleh orang tua, pasien dibawa berobat ke bidan. 1 hari SMRS, keluhan tidak berkurang, BAB bercampur lendir dan darah, muntah positif, demam positif, dan ditambah dengan perut kembung. Ibu mengaku, saat demam tinggi, anak tiba-tiba kejang seluruh tubuh, lebih kurang 5 menit, saat sadar, anak menangis. Oleh orang tua, pasien dibawa ke RS tipe B di Cepu, dilakukan dekompresi dengan pemasangan NGT (naso gastric tube), dilakukan pemasangan infus dan pemberian antibiotik intravena, kemudian dirujuk ke RSUP Dr. Sardjito. Dari riwayat penyakit terdahulu, pasien pernah dipijat lebih kurang 1 minggu yang lalu, imunisasi terakhir didapat adalah imunisasi campak saat usia 9 bulan. Anak lahir dari ibu usia 20 tahun, P1A0, spontan, langsung menangis, ditolong bidan. Riwayat pemberian ASI sampai dengan pasien berusia 5 bulan. Temuan pemeriksaan fisik : keadaan umum: lemah, frekuensi nafas: 28 x/menit frekuensi nadi: 120 x/menit suhu: 37,5 0 C Pemeriksaan fisik kepala, leher, toraks dalam batas normal Pemeriksaan fisik abdomen:\ Inspeksi : tampak perut distended, bowel contour tidak tampak, bowel movement tidak tampak, venektasi tidak tampak Auskultasi : peristaltik usus melemah Palpasi : muscle guarding tidak ada, sulit meraba massa, dance’s sign-sulit dinilai Perkusi : timpani menurun Dilakukan rectal touché/rectal examination, dengan hasil :

description

18890 -INTUSEPSI

Transcript of 18890 -INTUSEPSI

  • INTUSEPSI

    Laporan Kasus:

    Seorang bayi laki-laki, usia 11 bulan datang ke UGD RSUP Dr. Sardjito, dengan keluhan

    utama BAB keluar darah, rujukan dari RS tipe B, Cepu dengan gastrointestinal bleeding.

    Dari anamnesis didapatkan, pasien sejak dua hari SMRS, diare bercampur darah sebanyak 2

    kali, disertai muntah, isinya apa yang dimakan dan diminum, setiap kali masuk

    makanan/minuman. Anak dikeluhkan menjadi lebih rewel, dan kadang-kadang menangis

    tiba-tiba. Keluhan ini juga disertai dengan demam, suhu antara 37,5 39 derajat Celcius.

    Oleh orang tua, pasien dibawa berobat ke bidan.

    1 hari SMRS, keluhan tidak berkurang, BAB bercampur lendir dan darah, muntah positif,

    demam positif, dan ditambah dengan perut kembung. Ibu mengaku, saat demam tinggi, anak

    tiba-tiba kejang seluruh tubuh, lebih kurang 5 menit, saat sadar, anak menangis. Oleh orang

    tua, pasien dibawa ke RS tipe B di Cepu, dilakukan dekompresi dengan pemasangan NGT

    (naso gastric tube), dilakukan pemasangan infus dan pemberian antibiotik intravena,

    kemudian dirujuk ke RSUP Dr. Sardjito.

    Dari riwayat penyakit terdahulu, pasien pernah dipijat lebih kurang 1 minggu yang lalu,

    imunisasi terakhir didapat adalah imunisasi campak saat usia 9 bulan. Anak lahir dari ibu usia

    20 tahun, P1A0, spontan, langsung menangis, ditolong bidan. Riwayat pemberian ASI sampai

    dengan pasien berusia 5 bulan.

    Temuan pemeriksaan fisik:

    keadaan umum: lemah, frekuensi nafas: 28 x/menit

    frekuensi nadi: 120 x/menit suhu: 37,50C

    Pemeriksaan fisik kepala, leher, toraks dalam batas normal

    Pemeriksaan fisik abdomen:\

    Inspeksi : tampak perut distended, bowel contour tidak tampak, bowel movement tidak

    tampak, venektasi tidak tampak

    Auskultasi : peristaltik usus melemah

    Palpasi : muscle guarding tidak ada, sulit meraba massa, dances sign-sulit dinilai

    Perkusi : timpani menurun

    Dilakukan rectal touch/rectal examination, dengan hasil:

  • Tonus muskulus sfingter ani normal, mukosa rekti normal, ampula rekti kolaps, tidak teraba

    adanya massa, pada sarung tangan tampak darah bercampur lendir.

    Klinis tampak depan

    Klinis tampak samping

    R adiologisabdomen 3 posisi

    Pada hasil laboratorium didapatkan leukositosis dengan hiponatremia berat (Na=115 meq)

    Kemudian, dilakukan pemeriksaan foto abdomen 3 posisi dan juga USG abdomen

    Abdomen 3 posisi, didapatkan hasil, tanda-tanda obstruksi usus halus dengan adanya air-fluid

    level dan udara usus tidak tampak sampai ke kavum pelvis.

  • Pada USG Abdomen, didapatkan hasil mencurigakan seperti gambaran target sign/sausage

    sign.

    Gambaran USG Abdomen

    Dari hasil temuan mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium dan pemeriksaan

    penunjang, ditegakkan diagnosis sementara ILEUS MEKANIK ec SUSPEK INTUSUSEPSI

    Kemudian pasien direncanakan untuk dilakukan operasi laparotomi eksplorasi milking

    procedure sampai dengan kemungkinan reseksi anastomosis.

    Dengan sebelumnya dilakukan koreksi untuk perbaikan hiponatremianya, terlebih dahulu.

    Temuan saat operasi, tampak ileum terminal masuk ke dalam kolon ascenden sampai

    dengan fleksura hepatika, diputuskan untuk dilakukan tindakan milking procedure, dan usus

    yang masuk, dapat dikeluarkan semua, tidak ada tanda-tanda mikroperforasi, usus yang

    masuk masih viable dan kemerahan, ada beberapa laserasi di sekum, dan dilakukan

    penjahitan simpel dengan benang ziede 3.0. tampak lead-point adalah jaringan limfoid di

    batas ileosekal, kemudian dieksisi untuk dilakukan pemeriksaan patologi.

    Luka operasi ditutup lapis demi lapis, dan operasi selesai.

  • Diagnosis pascaoperasi: Ileus mekanik ec Intususepsi ileosekal

    Diskusi:

    Kejadian intususepsi masih merupakan kegawatdaruratan bedah anak yang perlu segera

    ditangani dengan komprehensif. Insidensi terbanyak dibawah usia 2 tahun (75%), dengan

    risiko anak laki-laki yang menderita 65%. Berdasarkan letak intestinal yang terkena

    invaginasi ini, tipe ileosekal merupakan kondisi yang paling sering ditemui, berkisar 85%

    dari keseluruhan tipe invaginasi. Manajemen tindakan terbagi atas 2 (dua), yaitu non-

    operatif, dengan penggunaan reduksi hidrostatik/pneumatik, dengan beberapa syarat

    (PSEDO= Tidak ada peritonitis, tidak ada tanda-tanda sepsis, tidak ada imbalans elektrolit,

    tidak ada dehidrasi, dan tidak ada obstruksi total), dan tindakan yang kedua yaitu operatif,

    baik dilakukan milking procedure atau reseksi anastomosis. Angka rekurensi untuk masing-

    masing tindakan manajemen inipun bervariasi, dimana angka rekurensi bila dilakukan

    reduksi berkisar 11%, operasi milking procedure, 3% dan reseksi anastomosis 0%.