184889036-kateter

download 184889036-kateter

of 28

Transcript of 184889036-kateter

  • KATETERISASI URINShanti Wardaningsih, S. Kp., Ns., M.Kep., Sp.Jiwa

    Yanuar Primanda, S.Kep., Ns., MNS., HNC

    A. DEFINISIKateterisasi urin adalah pemasukan selang yang terbuat dari plastik atau karet melalui uretha

    menuju ke kandung kemih (vesica urinaria).

    B. TUJUANKateterisasi urin bertujuan :

    Melancarkan pengeluaran urin pada klien yang tidak dapat mengontrol miksi atau mengalami obstruksi pada saluran kemih.

    Memantau pengeluaran urin pad aklien yang mengalami gangguan hemodinamik.Karena kateterisasi urin meresiko bagi klien untuk mengalami Urinaria Tractus Infection (UTI)atau Infeksi Saluran Kemih (ISK) dan menyebabkan trauma pada uretra, maka kateterisasi lebihdianjurkan untuk pemasangan sementara.

    C. INDIKASI PEMASANGAN KATETERPemasangan kateter merupakan tindakan yang sangat penting bagi beberapa pasien. Tetapi

    penelitian menunjukkan bahwa 21-54% pemasangan kateter dilakukan atas indikasi yang kurangtepat (CDC, 2012). Keputusan dilakukan tindakan pemasangan kateter harus berdasarkan pengkajianyang komprehensif terkait resiko dan kebutuhan pasien. Secara umum, indikasi pemasangan kateteradalah:

    1. Pasien yang mengalami retensi urin akut dan kronis2. Menjaga keteraturan pengeluaran urin pada pasien yang mengalami kesulitan berkemih,

  • sebagai akibat gangguan neurologis yang menyebabkan paralisis atau kehilangan sensasiberkemih yang berefek pada proses berkemih

    3. Pasien dengan penyakit gawat yang membutuhkan pengukuran urin output

  • 4. Pasien yang menjalani pembedahan urologi atau operasi lain yang terkait dengan saluran

    genitourinary5. Untuk antisipasi proses operasi yang panjang6. Pasien yang membutuhkan monitoring urine output pada saat pembedahan7. Untuk membantu proses penyembuhan luka di area sacral dan perineal pada pasien yang

    mengalami inkontinensia8. Pasien yang mengalami imobilisasi jangka panjang seperti pasien yang mengalami fraktur

    spinal atau lumbar, multiple fracture, multiple trauma di area pelvis, dll9. Untuk irigasi kandung kemih10.Untuk memasukkan obat atau untuk proses pemeriksaan diagnostic terkait system urologi

    (contoh: cystogram)11.Untuk memfasilitasi proses berkemih dan menjaga integritas kulit12.Untuk meningkatkan kenyamanan pada pasien terminal (palliative care)

    D. KONTRAINDIKASI PEMASANGAN KATETER1. Pasien dengan prostatitis akut2. Pasien dengan suspek trauma urethral3. Pasien dengan riwayat striktur urethra4. Pasien yang baru selesai penjalani TURP (Trans-Urethral Reserction of the Prostate) dalam jangka

    waktu 24 jam5. Pasien yang mengalami phymosis6. Pasien yang mengalami riwayat sulit dipasang kateter7. Pasien yang dicurigai mengalami hematuria8. Pasien yang mengalami atau menunjukkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih

    E. DURASI KATETERISASI URINSecara umum, durasi kateterisasi urin dibagi menjadi sementara (intermitten), tetap jangka

    pendek, dan tetap jangka panjang. Pemasangan kateter dalam jangka waktu yang pendek akanmeminimalkan infeksi.

    Kateter SementaraKateter sementara adalah pemasangan dan pelepasan kateter segera setelah kandung kemih

    kososng. Kateter sementara biasanya menggunakan kateter satu lumen dan hanya

  • memerlukanwaktu 5 10 menit sampai kandung kemih. Penggunaan kateter sementara dapat diulangipenggunaannya tetapai penggunaan yang terus menerus akan meningkatkan resiko infeksi dantrauma pada uretra. Kateter sementara dapat digunakan untuk:

    o Mengurangi ketidaknyamanan pada distensi Vesica Urinaria

  • o Mengatasi retensi urin akuto Pengambilan specimen urino Pengambilan urine residu setelah pengosongan Vesica Urinaria

    Kateter Tetap Jangka PendekKateter tetap jangka pendek dibiarkan terpasang pada pasien selama 1 minggu. Untuk

    keperluan ini, biasanya bahan kateter yang digunakan berbahan latex kecuali ada alergi terhadaplatex. Kateter tetap jangka pendek digunakan untuk:

    o Obstruksi saluran kemih (pembesaran kelenjar prostat)o Pembedahan untuk memperbaiki organ perkemihan, seperti Vesica Urinaria, uretra dan

    organ sekitarnyao Preventif pada obstruksi uretra dari perdarahano Untuk memantau output urino Irigasi Vesica Urinaria

    Kateter Tetap Jangka PanjangPemasangan kateter tetap dalam jangka waktu yang lama dapat digunakan sesuai dengan

    kebutuhan. Termasuk dalam kategori ini jika pasien memerlukan kateter untuk durasi 6 mingguhingga 3 bulan. Kateter yang digunakan untuk kateter jangka panjang harus diganti secarateratur sesuai dengan batas waktu pemasangan dari setiap produk kateter (sesuai pabrik) dansesuai kebutuhan dan kondisi individu dan tidak berbatas waktu secara kaku. Pertimbanganpenggantian kateter adalah berdasarkan: fungsi kateter, banyaknya kerak atau kotoran yangmenempel pada kateter, frekuensi sumbatan pada kateter, dan kenyamanan pasien. Katetertetap jangka panjang digunakan untuk:

    o Retensi urin pada penyembuhan penyakit ISK/UTIo Skin rash, ulcer dan luka yang iritatif apabila kontak dengan urino Klien dengan penyakit terminal

    F. TIPE KATETER1. One-way catheter/single lumen catheter/kateter 1 jalur

    Kateter ini hanya mempunyai saluran yang berfungsi untuk mengeluarkan urin, tidak

    memeiliki balon untuk fiksasi dan tersedia dalam sediaan berlapis silicon atau tidak dan biasa

  • disebut dengan kateter langsung. Tipe ini tidak digunakan dalam jangka waktu lama di kandung

    kemih tetapi sangat berfungsi untuk:

    Kateter

    isasi intermitten atau sementara dan pengambilan specimen urin

    Mengatasi striktur urethra Memasukkan obat ke dalam vesica urinaria

  • Proses pemeriksaan penunjang seperti urodinamik Kateterisasi suprapubik tanpa balon

    2. Two-way catheter/double lumen catheter/kateter double lumenKateter ini terdiri dari 2 saluran pada ujung kateternya. Satu saluran untuk keluarnya urine

    dan satu saluran untuk mengembangkan balon yang berfungsi sebagai fiksasi kateter di dalamkandung kemih pasien. Tipe kateter ini paling sering digunakan.

    3. Three-way catheter/triple lumen catheter/kateter triple lumen

    Kateter 3 lumen memiliki lumen ketiga (selain untuk urin dan untuk mengembangkan

    balon) yang berfungsi untuk proses irigasi kandung kemih secara terus menerus. Kateter ini

    terutama digunakan pada pasien yang menjalani pembedahan saluran kemih atau perdarahandari kandung kemih atau tumor prostat sehingga kandung kemih membutuhkan baik irigasiterus menerus atau irigasi sementara untuk membersihkan dari gumpalan darah atau debris.

    4. Catheter with integrated temperature sensor

    Kateter inimempunyai fasilitassensor

    pengukur suhu yang

  • terintegrasi didalam kateteryang terletak di ujung proksimal. Kateter inikhususnya digunakan pada pasien yangmembutuhkan perawatan intensif atau pada saatmenjalani operasi tertentu. Fungsi dari sensor suhuadalah untuk mengukur suhu urine di dalamkandung kemih dan merupakan alat yang efektifuntuk mengetahui suhu tubuh bagian dalam (coretemperature).

  • G. JENIS KATETER

    Kateter plastik: digunakan sementara karena mudah rusak dan tidak fleksibel Kateter Latex/Karet: berbahan dasar karet, fleksibel tetapi kurang nyaman

    karena gesekan permukaan, mudah terjadi pengerakan akibat mineral yang terkumpul dari urin, dan alergi yangmenyebabkan urethritis dan urethral stricture. Digunakan untuk pemakaian dalam jangkawaktu pendek.

    Kateter Silicon murni (100% silicon): sangat lembut untuk jaringan dan hipoalergenik. Ukuran lumen/saluran besar karena tidak ada lapisan karet dan tidak mudah menggumpal. Kerugiannyaadalah mudahnya balon mengempes sehingga sering terjadi kateter terlepas atau tidak sesuaipada tempatnya lagi. Kateter ini lebih sering digunakan untuk penggunaan jangka waktu selama2-3 bulan.

    PTFE (Polytetrafluoroethylene)/teflon: PTFE-coated latex catheter adalah kateter latex yang dilapisi teflon pada bagian dalam maupun luar. Kateter ini lebih lembut daripada kateter latexkarena adanya lapisan Teflon yang membantu mencegah pengerakan dan iritasi. Janganmenggunakan jenis ini untuk pasien yang alergi terhadap latex.

    Silicone-coated/silicone elastomer-coated: adalah kateter latex yang dilapisi silicon pada bagian dalam dan luar. Kateter ini memiliki kekuatan dan fleksibilitas sejenis kateter latex tetapi lebihawet dan tidak mudah mengerak seperti jenis silicon murni (100% silicon).

    Hydrogel-coated: merupakan kateter yang lembut dan biocompatible. Kateter ini bersifat hidrofilik sehingga menyerap cairan yang akan membentuk kerak di sekitar kateter dan karenatidak terlalu banyak gesekan maka tidak menyebabkan iritasi.

    Silver-coated catheter: merupakan jenis kateter dengan kombinasi lapisan silver alloy dan hydrogel yang berfungsi sebagai antiseptic. Silver-hydrogel coated catheter tersedia dalambahan dasar latex dan silicon. Jenis ini terbukti menurunkan insiden bekteriurea asimtomatikdalam jangka waktu 1 minggu.

  • Kateter Logam : digunakan untuk pemakaian sementara, biasanya pada pengosongan kandung kemih pada ibu yang melahirkan

  • Jenis Kateter, Keuntungan, dan Kerugiannya

  • H. UKURAN KATETERPrinsip pemilihan ukuran kateter adalah memilih ukuran yang terkecil yang mampu

    mengalirkan urin secara adekuat. Meskipun demikian, ukuran kateter tetap harus disesuaikandengan indikasi dan kondisi klinis pasien. Ukuran kateter bervariasi antara 5 24 French (Fr). Secaraumum, ukuran yang disarankan adalah:

    Anak Wanita Laki-laki Hematuria

    : 8 10 Fr

    : 12 14 Fr

    : 16 18 Fr

    : 20 24 Fr

    Pasien yang mengalami hematuria sebaiknya menggunakan kateter 3 jalur sehinggamemungkinkan dilakukannya irigasi kandung kemih tanpa mengganti kateter.

  • I. PANJANG KATETERPanjang kateter terdiri dari 3 ukuran: ukuran anak, anak, perempuan, dan laki-laki. Ukuran

    kateter laki-laki standar dengan panjang 41-45 cm dapat digunakan untuk laki-laki dan perempuan,tetapi ukuran perempuan yang lebih pendek yaitu 25 cm dianggap lebih nyaman pada beberapawanita yang bias beraktivitas dan membutuhkan pemasangan kateter dalam jangka waktu yanglama. Ukuran wanita yang pendek tidak sesuai untuk wanita yang obese atau imobilisasi karena akanmudah terlepas dan menyebabkan trauma bada kandung kemih.

    J. UKURAN BALONKembangkan balon dengan ukuran yang sekecil mungkin. Hal ini akan mencegah adanya residu

    urine di kandung kemih, menurunkan resiko spasme kandung kemih dan meminimalkan traumapada leher kandung kemih. Ukuran balon berkisar antara 5 30 ml tergantung produksi pabrikan.Ukuran yang biasa digunakan adalam 10 ml. kembangkan balon sesuai dengan yangdirekomendasikan oleh pabrik pembuatnya. Ukuran balon 30 ml digunakan untuk haemostat postprosedur urologi dan tidak dianjurkan untuk peggunaan rutin. Gunakan air steril untukmengembangkan balon.

    K. SISTEM DRAINASESistem drainase tertutup dimana saluran yang menghubungkan antara kateter dan urin bag

    selalu tersambung dan urin dikeluarkan dari urine bag melalui saluran pembuangan pada urin bag,menurunkan resiko infeksi, tetpi efektifitas system ini tergantung pada kebersihan dan perawatankateter.

  • Sistem drainase yang baik dapat mencegah munculnya infeksi akibat pemasangan kateter

    (CaUTI). Manajemen system drainase yang baik adalah sebagai berikut:1. Jaga agar system drainase atau urin bag tetap berada di bawah/lebih rendah daripada kandung

    kemih2. Minimalkan kontaminasi dari urine bag dan hindarkan kontak antara urin bag dengan lantai atau

    dengan permukaan lainnya3. Kaji secara rutin kondisi urin bag dang anti jika perlu4. Kosongkan urin bag secara rutin atau jika telah mencapai 2/3 kantong untuk mencegah reflux dan

    mencegah urine bag terlalu berat5. Saat mengosongkan urin bag, jangan sampai konektor pembuangan pada urin bag menyentuh

    penampung. Gunakan penampung yang bersih dan terpisah antara satu pasien dengan pasienyang lainnya

    6. Anjurkan pasien untuk banyak minum jika tidak ada kontraindikasi secara klinis

    L. PEDOMAN UMUM PEMASANGAN KATETER Pemasangan kateter dilakukan atas program dari dokter. Prinsip pemasangan kateter menggunakan tehnik aseptik/steril Kateter tetap dan sementara menggunakan prinsip yang sama, perbedaannya adalah pada kateter

    tetap difiksasi dengan balon. Setelah pemasangan kateter perawat menjaga sistem drainase untuk meminimalkan resiko

    infeksi Urine bag terbuat dari plastik yang dapat menampung 1.000 1.500 ml urin. Urine bag harus

    digantung pada tepi tempat tidur atau kursi roda tanpa menyentuh lantai. Jangan pernahmenggantungkan urine bag pada posisi lebih tinggi dari abdomen. Jika klien berjalan, klien atauperawat membawa urine bag dibawah lutut klien. Hal ini karena urin didalam kantong dapatmenjadi medium bagi hidupnya mikroorganisme dan infeksi dapat terjadi apabila urin kembali(refluk) ke Vesica Urinaria. Sebagian Urine Bag dirancang menjadi antirefluk untuk menjagakembalinya urin pada Vesica Urinaria.

  • Karena urin dapat menjadi media bagi tumbuhnya mikroorganisme, maka pengosongan urine bag

    dilakukan setiap 6 8 jam sekali.

    M. KOMPLIKASI PEMASANGAN KATETER Trauma urethral akibat peniupan balon fiksasi ketika kateter belum sampai di vesica urinaria Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Catheter-associated Urinary Tract Infection (CaUTI) Trauma psikologi Perdarahan diakibatkan proses insersi kateter atau peniupan balon

  • Salah saluran akibat trauma saat insersi kateter Striktur urethra merupakan komplikasi lanjutan akibat adanya cedera kronis pada uretra Paraphimosis (terjadi pada laki-laki yang tidak sirkumsisi dimana preputium terjebak di

    belakang kepala penis dan tidak dapat ditarik kembali ke posisi normal) akibat kegagalanpengembalian kulit permukaan ke posisi normal setelah pemasangan kateter sehingga kulit disekitar gland penis membengkak

    N. INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) ATAU CATHETER-ASSOCIATED URINARY TRACT INFECTION

    (CAUTI)Infeksi saluran kemih akibat kateter (CaUTI) adalah salah satu infeksi nosokumial paling sering

    di rumah sakit mencapai sekitar 80% dari kejadian infeksi nosokomial. Adanya bakteri di urin(bakteriuria) menunjukkan terjadinya kolonisasi (asymptomatic bacteriuria) ataupun infekso.Bakteriuria dapat ditemukan pada pasien yang terpasang maupun tidak terpasang kateter, tetapi 10-30% pasien yang terpasang kateter lebih dari 30 hari akan mengalami bakteriuria dibandingkan 1%pasien yang tidak terpasang kateter. Para klinisi mendiagnosis CaUTI berdasarkan pada tanda dangejala serta hasil pemeriksaan laboratorium. Tanda dan gejala CaUTI meliputi: demam dan nyeripada area suprapubik. Faktor resiku CaUTI diantaranya adalah:

    Lama/durasi terpasang kateterAdanya gangguan neurologisJenis kelamin perempuanPenyakit diabetes mellitus

    O. PANDUAN PENCEGAHAN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) ATAU CATHETER-ASSOCIATED

    URINARY TRACT INFECTION (CAUTI)Infeksi saluran kemih akibat kateter (CaUTI) dapat dicegah. Berikut ini prinsip pencegahan

    infeksi yang wajib dilakukan oleh perawat:1. Kateterisasi urin harus dilakukan berdasarkan indikasi spesifik dan adekuat, hal ini karena

    kateterisasi urin merupakan tindakan invasive yang menyebabkan resiko terjadinya

  • infeksi.2. Teknik steril merupakan prinsip yang esensial dalam pemasangan kateter. Mencuci tangan

    dengan baik dan sesuai prosedur dapat mencegah terjadinya infeksi. Bakteriuria yang diakibatkanoleh merode insersi kateter yang salah terjadi pada 20-30% pasien.

    3. Pengambilan specimen atau kultur urin hanya dilakukan atas indikasi klinis. Teknik steril wajib

    digunakan.4. Standar praktek pencegahan infeksi wajib dijaga jika terdapat kontak dengan urin atau cairan

    tubuh lainnya. Sarung tangan wajib diganti antara kontak pada satu pasien dengan pasien yanglainnya. Tangan wajib dicuci dan dikeringkan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.

  • 5. Urin yang keruh, berkabut, berbau sangat tidak sedap dan diluar kebiasaan, serta adanya darah

    pada urin adalah hal yang tidak normal dan membutuhkan intervensi lebih lanjut.6. Antibiotic profilaksis mungkin diperlukan.7. Membersihkan kateter dan meatus setiap hari atau kapanpun jika terdapat kotoran dengan

    menggunakan air sabun hangat penting untuk dilakukan. Pada pasien laki-laki yang belumsirkumsisi, perawat harus membersihkan dengan seksama pada area meatus. Pada pasien wanita,perawat harus membersihkan dengan cara mengusap labia mayora, labia minora, dan meatusurethra dari arah atas ke bawah. Pastikan agar kotoran dari anus tidak mengotori area genitalia.Kapas yang digunakan hanya dipakai sekali usap pada permukaan yang dibersihkan.

    P. PROSEDUR MENGOSONGKAN URINE BAGUrine bag harus dikosongkan secara rutin dan sesering mungkin. Secara umum, jika urin yang

    tertampung dalam urine bag telah mencapai 2/3 kantung, maka urin bag harus segera dikosongkan.Berikut prosedur pengosongan urine bag:1. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan. Cuci tangan dilakukan sebelum dan sesudah

    melakukan prosedur pada satu pasien.2. Gunakan sarung tangan bersih. Ganti sarung sarung tangan jika akan mengosongkan urin bag

    pada pasien yang lain.3. Saat mengosongkan urin bag dengan menggunakan sarung tangan bersih, usahakan tidak

    mengkontaminasi peralatan lain. Selesaikan proses pengosongan urin bag sebelum menyentuhperalatan yang lain.

    4. Gunakan penampung urin yang bersih berukuran 2-3 liter agar urin tidak meluap.5. Setelah mengosongkan urine bag, usap ujung bagian pembuangan urin bag dengan menggunakan

    kapas alcohol. Tutup kembali ujung pembuangan dengan rapat dan pastikan urin tidak meneteskeluar.

    6. Catat jumlah dan warna produk urin untuk masing-masing pasien.

    7. Letakkan penampung urin dalam keadaan tegak dan simpan dalam keadaan kering.

  • Q. BLADDER TRAININGPada pasien yang terpasang kateter dalam jangka waktu yang lama, pasien mungkin mengalami

    penurunan sensasi ingin berkemih atau miksi. Jika hal ini terjadi, maka pasien dapat mengalamikesulitan mengontrol rasa berkemih sehingga mengompol atau mengalami inkontinensia urin. Untukmencegah hal itu terjadi, maka pasien perlu menerima bladder training. Bladder training merupakanprosedur yang dilakukan untuk mengembalikan kontrol terhadap keinginan berkemih. Secara umum,bladder training dilakukan sejak sebelum kateter hingga setelah kateter dilepas.

  • Secara umum, panduan bladder training sebelum kateter dilepas adalah sebagai berikut:1. Perawat harus mengkaji rencana perawatan pasien termasuk kemungkinan durasi terpasang

    kateter2. Prosedur bladder training harus dengan persetujuan dokter3. Jadwal pelaksanaan baldder training perlu didiskusikan dengan pasien4. Bladder training bisa memakan waktu hingga 4 hari atau setelah pasien mampu mengontrol

    miksi dengan baik5. Kosongkan urin bag saat selang penghubung kateter ke urin bag di klem6. Saat klem dilepas, catat warna, kejernihan, dan jumlah urin.7. Sebelum benar-benar dilepas, pasien harus mampu mentoleransi minimal 250 cc urin di

    kandung kemihAlat yang digunakan:1. Klem kateter/klem arteri2. Penampung urin3. Alat perlindungan diri (APD)Prosedur bladder training:1. Jaga privacy pasien2. Cuci tangan dan keringkan dengan baik, gunakan sarung tangan bersih3. Jelaskan prosedur pada pasien4. Pada hari pertama, klem selang kateter 1-2 jam (disarankan bisa mencapai waktu 2 jam

    kecuali pasien merasa kesakitan)5. Kosongkan urin bag6. Cek dan evaluasi kondisi pasien, jika pasien merasa kesakitan atau tidak toleran terhadap

    waktu 2 jam yang ditentukan, maka kurangi waktunya dan tingkatkan secara bertahap7. Lepaskan klem setelah 2 jam dan biarkan urine mengalir dari kandung kemih menuju urine

    bag hingga kandung kemih kosong8. Biarkan klem tidak terpasang sekitar 15 menit, setelah itu klem lagi 1-2 jam.9. Lanjutkan prosedur ini hinggal 24 jam pertama10.Pada hari kedua, tingkatkan lama klem menjadi 2-3 jam, lepaskan klem 15 menit dan klem

    ulang. Lakukan prosedur ini higga 24 jam11.Pada hari ketika, tingkatkan lagi lama klem menjadi 3-4 jam, lepaskan klem 15 menit dan

    klem ulang. Lakukan prosedur ini higga 24 jam

  • 12.Pada hari ke 4, lepas kateter dan amati seksama respon pasien setelah kateter dilepas13.Anjurkan pasien untuk ke toilet setiap 2 jam14.Setelah kateter dilepas, maka lakukan proses selanjutnya yaitu dengan melakukan: kegel

    exercise, penundaan berkemih, dan penjadwalan berkemih

  • 15.Kegel exercise adalah latihan untuk penguatan otot pelvis agar mampu menghentikan aliran

    urin. Berikut langkah-langkah melakukan kegel exercise:a. Temukan otot yang tepat. Kegel exercise melatih otot pelvis agar lebih kuat. Untuk

    menentukan otot pelvis yang tepat, maka hentikan urin saat sedang berkemih. Jika urindapat dihentikan, maka otot pelvis yang dimaksud telah ditemukan. Otot tersebut yangharus dikontraksikan saat melakukan kegel exercise.

    b. Ketika sudah berhasil mengidentifikasi otot pelvis, kosongkan kandung kemih. Setelah

    itu kegel exercise bisa dimulai. Dilarang melakukan kegel exercise saat sedang berkemihkarena hal tersebut justru akan melemahkan otot pelvis dan menyebabkan pengosongankandung kemih yang tidak sempurna dan meningkatkan resiko infeksi saluran kemih.

    c. Mulai kegel exercise dengan mengontraksikan otot pelvis, tahan kontraksi hingga 5

    detik dan relaks selama 5 detik. Ulangi proses tersebut hingga 4-5 set. Lakukan teruslatihan secara bertahap hingga dapat menahan kontraksi selama 10 detik sebanyak 10set.

    d. Untuk hasil yang maksimal, fokuslah mengkontraksikan hanya bagian pelvis. Jangan

    melakukan kontraksi pada area perut, panggul, pantat atau paha, tetapi konsentrasihanya bagian otot pelvis. Hindari menahan nafas saat melakukan kegel exercise,sebaliknya bernafaslah secara bebas dan rileks pada saat melakukan kegel exercise.

    e. Lakukan kegel exercise minimal 3 kali sehari sebanyak 10 set.16.Penundaan berkemih: pada pasien yang mengalami inkontinensia, penundaan berkemih

    dapat membantu mengontrol urin. Caranya, saat merasa ingin berkemih, tunda berkemihselama 5 menit. Jika berhasil, maka tingkatkan waktu penundaan berkemih misalnya menjadi10 menit. Lakukan hal tersebut secara bertahap hingga mencapai waktu 3-4 jam. Jikakeinginan berkemih sering muncul sebelum batas waktu yang anda targetkan, lakukan teknikrelaksasi. Tarik nafas anda dalam-dalam dan pelan. Kegel exercise bisa diakukan juga untuk

  • membantu menunda berkemih17.Penjadwalan berkemih: beberapa orang mengontrol inkontinensia dengan pergi berkemih

    secara teratur. Hal ini berarti bahwa pasien pergi berkemih pada jam yang telah ditentukanmeskipun belum merasa ingin berkemih. Pasien bisa dijadwalkan berkemih setiap jam, lalusecara bertaham ditingkatkan hingga waktu yang sesuai untuk pasien.

    18.Perawat dapat menganjurkan pasien untuk:a. Minum secara normal, minimal 6-8 gelas per hari (1000-1500ml) kecuali ada anjuran lain

    dari dokter. Pasien harus minum dengan normal dan tidak mengurangi jumlah minum.Mengurangi asupan cairan tidak akan memperbaiki inkontinensia, tetapi justru akanmembuat urin menjadi sangat pekat. Hal ini dapat mengiritasi kandung kemih dan

  • membuatnya semakin sering ingin berkemih sementara urin yang tertampung dalamkandung kemih sangat sedikit. Kondisi ini juga dapat menyebabkan infeksi saluran kemih.

    b. Minum secara bertahap. Hindari minum banyak dalam sekali waktu. Minum banyak dalam

    sekali waktu, keinginan untuk berkemih akan lebih susah dikendalikan karena kandungkemih segera penuh, sehingga keinginan berkemih akan segera muncul setelah minumbanyak.

    c. Beberapa minuman dapat mengiritasi kandung kemih dan menyebabkan keinginan untuk

    berkemih semakin sering. Minuman beralkohon dan mengandung kafein harus dihindari.Minuman jenis lain yaitu minuman bersoda, coklat, dan minuman berkabonasi.

    d. Hindari banyak minum 2 jam menjelang tidur karena banyak minum sebelum tidur akan

    meningkatkan keinginan berkemih saat malam hari.19.Anjurkan pasien untuk segera mencari pertolongan medis jika setelah dilepas kateternya

    pasien mengalami:a. Tidak dapat berkemih selama 6 jamb. Ada perasaan ingin berkemih tetapi tidak dapat berkemihc. Mengalami nyeri hebat di punggung (back pain)d. Perut membesare. Demam (> 37.5oC)f. Mual dan muntah

  • SOP PEMASANGAN KATETERNo

    KomponenI.

    II.

    III.

    IV.

    Persiapan alat1. Alat yang harus disiapkan:

    a. Foley catheter h. Plester/hypavix p. Perlak dan pengalas b. Urine bag i. Bengkok

    q. NaClc. Sarung tangan steril j. Duk steril r. Kapas sterild. Lydocain Jelly k. Cairan antiseptic s. Kapas sublimate. Spuit 10cc 2 buah l. Gunting Perban/plester t. Aquabidest 30 ml f. Korentang m. Pinset steril

    u. Kassa sterilg. Kom steril n. Pinset sirurgis v. Kassa gulung

    o. Povidon iodine w. Bak instrument 2. Buka 1 spuit 10cc, masukkan ke dalam bak instrument dengan menjaga kesterilan spuit3. Tampung jelly ke dalam kom steril yang ada di bak instrument, jaga kesterilan

    saat mengeluarkan jelly dari tube dan menampung dalam bak instrument4. Buka 1 spuit 10cc dan isi dengan aquadest untuk fiksasi folley catheter,

    letakkan di luar bak instrumentTahap Pre Interaksi 1.

    Verifikasi order 2. Siapkan alat-alat3. Siapkan lingkungan klien: jaga privacy klien, tutup pintu dan jendela/kordenTahap Orientasi1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya, serta memperkenalkan diri 2. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien/keluarga3. Klarifikasi kontrak waktu pemasangan kateter 4. Beri kesempatan klien untuk bertanya5. Minta persetujuan dari klien/keluarga 6. Persiapan alat didekatkan klienTahap Kerja1. Membaca Basmalah sebelum melakukan tindakan 2. Perawat cuci tangan3. Atur posisi yang nyaman

    a. Pasien anak atau pasien tidak sadar dengan bantuan b. Pasien wanita dengan posisi dorsal recumbentc. Pasien laki-laki dengan supine

    4. Memasang pengalas/perlak dibawah pantat klien 5. Pakaian bagian bawah klien dikeataskan/dilepas 6. Bengkok diletakkan didekat bokong klien7. Sambungkan ujung folley catheter dengan urine bag, buka sedikit

    pembungkus luar dari folley catheter dan jaga kesterilan folley catheter8. Pakai sarung tangan steril 9.

  • N Komponen

    V.

    VI.

    VII.

    b. Klien perempuan: Gunakan tangan yang tidak dominan untuk membuka labia mayora, dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk. Kemudian bersihkan labia mayora dengan menggunakan kapas sublimat atau kassa steril yang diolesi cairan antiseptik dengan menggunakan pinset dari arah atas kebawah, dilanjutkan ke daerah labia minora, dan selanjutnya meatus urethra (dari luar ke dalam), sekali usap pada satu sisi kapas atau kassa. Tindakan bisa dilakukan beberapa kali hingga bersih. Kemudian pinset diletakkan dalam bengkok*

    11. Pasang duk steril dengan menggunakan tangan kanan dan tangan kiri memegang penis, jaga kesterilan duk

    12. Pasang selang kateter:*a. Klien laki-laki: pegang penis dengan tangan non dominan, injeksikan

    lydicaine jelly ke dalam uretra klien tanpa menggunakan jarum. Keluarkan folley catheter dengan hati-hati dan menjaga kesterilannya. Pegang penis dengan tangan non dominan, masukkan kateter kedalam uretra secara perlahan-lahan dengan menggunakan pinset sampai urine keluar. Pasien diminta tarik napas dalam selama pemasangan *

    b. Klien perempuan: oleskan jelly yang telah disiapkan di kassa pada ujung kateter dengan menggunakan kassa steril minimal sepanjang 6 inchi dari ujung kateter. Gunakan tangan yang tidak dominan untuk membuka labia mayora, dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk temukan meatus uretra. Masukkan kateter kedalam uretra secara perlahan-lahan dengan menggunakan pinset sampai urine keluar. Pasien diminta tarik napas dalam selama pemasangan*

    13. Cairan aquades 20-30 cc dimasukkan atau sesuai ukuran yang tertulis untuk fiksasi kateter di dalam vesica urinaria. Kateter sedikit ditarik sampai ada tahanan*

    14. Lepaskan duk dengan menarik kek bawah, hati-hati saat melewati urin bag. Jika urine bag penuh, urin bag dikosongkan dulu dengan membuang urine di bengkok atau pispot

    15. Fiksasi kateter ke pasiena. Untuk laki-laki di bawah abdomenb. Untuk wanita ke paha atau dengan longgar diatas kaki

    tanpa fiksasi 16. Gantung urine bag ditempatnya17. Lepaskan sarung tangan18. Bantu pasien untuk posisi yang nyaman dan rapikan kembali pakaian pasien 19. Rapikan alat, untuk alat disposibel dibuang, untuk alat non disposibel dicuci 20. Mencuci tanganTahap Terminasi1. Evaluasi respon dan kondisi klien 2. Simpulkan hasil kegiatan3. Berikan pendidikan kesehatan singkat (tidak meninggikan urine bag diatas

    paha ketika berjalan, menjaga kebersihan, cara thoharoh, beribadah dengan kateter dan urine bag melekat)

    4. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya5. Mengucapkan Alhamdulillah setelah selesai tindakanDokumentasi1. Tanggal dan jam pemasangan kateter 2. Tipe dan ukuran kateter

    Keterangan: * critical point dari prosedur. Jika critical point tidak dilakukan, otomatis mahasiswa tidak lulus

  • FORMAT PENILAIAN PEMASANGAN KATETER

    Skala Penilaian

    dinilai iapan Alatot 1)

    nteraksi ot 1)

    p Orientasi ot 1)

    p Kerja ot 6)

    p Terminasi ot 1)

    0

    Tidak menyiapkan alat

    Tidak melakukan tahap pra interaksi

    Tidak melakukan tahap orientasi

    Tidak melakukan semua item yang ada pada tahap kerja

    Tidak melakukan tahap terminasi

    1

    Bila alat yang disiapkan 75% sesuai SOP

    Hanya melakukan 1 item pre interaksi dengan benar

    Hanya melakukan 2 item dari 6 item dengan benar

    Melakukan tahap kerja 1 10 item dari yang seharusnya dilakukan pada tahap kerjaHanya melakukan 1 hal dari 5 hal pada tahap terminasi

    2

    Bila alat yang disiapkan sesuai SOP namun penempatan alat kurang atau tidak memperhatikan keamanan pasien Melakukan 2 item pre interaksi dengan benar

    Melakukan 3 item dari 6 item dengan benar

    Melakukan tahap kerja 11 15 item dari yang seharusnya dilakukan pada tahap kerja Melakukan 2 - 4 dari 5 hal pada tahap terminasi

    3

    N

    Bila alat yang disiapkan lengkap sesuai SOP dan penempatan alat memperhatikan keamanan pasienMelakukan semua (3)

    item pre interaksi dengan benar

    Melakukan semua (6) item orientasi dengan benar

    Melakukan tahap kerja sesuai SOP 16 20 item dan sesuai prinsip yang benar

    Melakukan 5 hal yg harus dilakukan pada tahap terminasi dengan baik

    umentasi ot 1)

    Tidak melakukan dokumentasi

    Melakukan

    1 dokumentasi

    hal Melakukan 2 3 hal dokumentasi

    Melakukan 4 hal yang harus didokumentasi dengan lengkap

    p Tidak menunjukan ot 1)sikap yang baik

    kepada pasien

    Menunjukkan 1 interaksi yang baik

    sikap Menunjukkan 2 interaksi yang baik

    sikap Menunjukkan 3 hal sikap yang baik selama interaksi dengan pasien

  • Nilai Akhir = J u ml a h tot a l s kore x 100 = 36

    Nilai batas lulus 75