181689876 Luka Bakar 26047 Lapkas Anestesi Oke Doc

35
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1,2,3 Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar merupakan salah satu jenis trauma yang mempunyai angka morbiditas dan mortalitas tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok ) sampai fase lanjut. Pada kasus luka bakar ini harus diperhatikan berbagai aspek, karena pada kasus luka bakar memerlukan biaya yang sangat besar, perlu perawatan yang lama, perlu operasi berulang kali, bahkan meskipun sembuh bisa menimbulkan kecacatan yang menetap, sehingga penanganan luka bakar sebaiknya dikelola oleh tim trauma yang terdiri dari spesialis bedah (bedah anak, bedah plastik, bedah thoraks, bedah umum), intensifis, spesialis penyakit dalam, ahli gizi, rehabilitasi medik, psikiatri, dan psikologi. Prognosis dan penangangan luka bakar terutama tergantung pada dalam dan luasnya permukaan luka bakar dan penanganan sejak fase awal sampai penyembuhan. Selain itu faktor letak daerah yang terbakar, usia, dan keadaan kesehatan penderita juga turut menentukan kecepatan penyembuhan. 1

Transcript of 181689876 Luka Bakar 26047 Lapkas Anestesi Oke Doc

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang 1,2,3

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau hilangnya jaringan yang

disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,

listrik, dan radiasi. Luka bakar merupakan salah satu jenis trauma yang

mempunyai angka morbiditas dan mortalitas tinggi yang memerlukan

penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok ) sampai fase lanjut.

Pada kasus luka bakar ini harus diperhatikan berbagai aspek, karena pada

kasus luka bakar memerlukan biaya yang sangat besar, perlu perawatan yang

lama, perlu operasi berulang kali, bahkan meskipun sembuh bisa menimbulkan

kecacatan yang menetap, sehingga penanganan luka bakar sebaiknya dikelola oleh

tim trauma yang terdiri dari spesialis bedah (bedah anak, bedah plastik, bedah

thoraks, bedah umum), intensifis, spesialis penyakit dalam, ahli gizi, rehabilitasi

medik, psikiatri, dan psikologi.

Prognosis dan penangangan luka bakar terutama tergantung pada dalam

dan luasnya permukaan luka bakar dan penanganan sejak fase awal sampai

penyembuhan. Selain itu faktor letak daerah yang terbakar, usia, dan keadaan

kesehatan penderita juga turut menentukan kecepatan penyembuhan.

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI DAN HISTOLOGI KULIT

Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai

peranan dalam homeostasis. Kulit merupakan organ terberat dan terbesar dari

tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar

2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi

mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit

tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial

lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki,

punggung, bahu dan bokong. Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang

berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari

ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis

atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat 2.

2.1.1 EPIDERMIS

Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari

epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan

Merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal

pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh

ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu. Fungsi Epidermis : Proteksi

barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin, pembelahan dan mobilisasi

sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel Langerhans). Epidermis

terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam) :

1. Stratum Korneum : Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan

berganti.

2. Stratum Lusidum : Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit

tebal telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.

2

3. Stratum Granulosum : Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang

intinya ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang

dinamakan granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan

histidin. Terdapat sel Langerhans.

4. Stratum Spinosum : Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan

tonofibril, dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan penting

untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi.

Epidermis pada tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan

mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak tonofibril. Stratum

basale dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan Malfigi. Terdapat sel

Langerhans.

5. Stratum Basale (Stratum Germinativum) : Terdapat aktifitas mitosis yang

hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara

konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke

permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan satu

lapis sel yang mengandung melanosit 2.

2.1.2 DERMIS

Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan

menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling

tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm. Dermis terdiri dari dua lapisan :

• Lapisan papiler; tipis : mengandung jaringan ikat jarang.

• Lapisan retikuler; tebal : terdiri dari jaringan ikat padat.

Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan

bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal,

kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai

dewasa. Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan

serabut elastin berkurang. Hal ini menyebabkan kulit terjadi kehilangan

kelemasannya dan tampak mempunyai banyak keriput. Dermis mempunyai

3

banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga mengandung beberapa derivat

epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Kualitas

kulit tergantung banyak tidaknya derivat epidermis di dalam dermis. Fungsi

Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan

shearing forces dan respon inflamasi .

2.1.3 SUBKUTIS

Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari

lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit

secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda

menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang

suplai darah ke dermis untuk regenerasi.

Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas,

cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber 2.

2.2 LUKA BAKAR

2.2.1 DEFINISI

Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh

dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api secara langsung maupun tidak

langsung, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia, air, dll)

atau zat-zat yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat) 1.

2.2.2 ETIOLOGI 3

Luka bakar berdasarkan penyebab dibedakan atas:

Luka bakar karena api

Luka bakar karena air panas

Luka bakar karena listrik dan petir

Luka bakar karena bahan kimia ( yang bersifat asam atau basa kuat )

Luka bakar karena radiasi

Cedera akibat suhu sangat rendah ( frost bite )

4

Kerusakan jaringan disebabkan oleh api lebih berat dibandingkan dengan

air panas; kerusakan jaringan akibat bahan yang bersifat koloid (misalnya bubur

panas) lebih berat dibandingkan air panas. Luka bakar akibat ledakan juga

menyebabkan kerusakan organ dalam akibat daya ledak (eksplosif). Pada luka

bakar yang disebabkan oleh bahan kimia terutama asam menyebabkan kerusakan

yang hebat akibat reaksi jaringan sehingga terjadi diskonfigurasi jaringan yang

menyebabkan gangguan proses penyembuhan.

2.2.3. PATOFISIOLOGI 6

Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.

Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel

darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia.

Meningkatnya permeabilitas menyebabkan oedem dan menimbulkan bula yang

banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan

intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan

akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada

luka bakar derajat dua dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat

tiga.

Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi

tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20% akan terjadi syok

hipovolemik dengan gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat,

nadi kecil, dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin berkurrang.

Pembengkakkan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah delapan jam.

Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat

terjadi kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap, atau uap panas yang

terhisap. Oedem laring yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan

napas dengan gejala sesak napas, takipnea, stridor, suara serak dan dahak bewarna

gelap akibat jelaga.

Dapat juga keracunan gas CO dan gas beracun lainnya. Karbon monoksida

akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi

mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual

5

dan muntah. Pada keracunan yang berat terjadi koma. Bisa lebih dari 60%

hemoglobin terikat CO, penderita dapat meninggal. Setelah 12 – 24 jam,

permeabilitas kapiler mulai membaik dan mobilisasi serta penyerapan kembali

cairan edema ke pembuluh darah. Ini di tandai dengan meningkatnya diuresis 3

A. ZONA KERUSAKAN JARINGAN

1. Zona Koagulasi

Daerah yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi protein) akibat pengaruh

panas.

2. Zona Statis

Daerah yang berada langsung di luar zona koagulasi, terjadi kerusakan endotel

pembuluh darah disertai kerusakan trombosit dan leukosit, sehingga terjadi

gangguan perfusi (no flow phenomena), diikuti perubahan permeabilitas kapiler

dan respons inflamasi lokal. Proses ini berlangsung selama 12-24 jam pasca

cedera dan mungkin berakhir dengan nekrosis jaringan.

3. Zona Hiperemi

Daerah di luar zona statis, ikut mengalami reaksi berupa vasodilatasi tanpa banyak

melibatkan reaksi seluler.

B. FASE LUKA BAKAR6

Dalam perjalanan penyakit dibedakan 3 fase pada luka bakar, yaitu :

1. Fase awal

Pada fase ini problem yang berkisar pada gangguan saluran nafas karena

adanya cedera inhalasi dan gangguan sirkulasi. Pada fase ini juga terjadi gangguan

keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit, akibat cedera termis yang bersifat

sistemik.

2. Fase setelah syok berakhir / diatasi / fase subakut

Fase ini berlangsung setelah syok berakhir / dapat di atasi. Luka terbuka akibat

kerusakan jaringan (kulit dan jaringan dibawahnya) dapat menimbulkan masalah,

yaitu :

6

a. Proses inflamasi

Proses inflamasi yang terjadi pada luka bakar berbeda dengan luka sayat

elektif; proses inflamasi di sini terjadi lebih hebat disertai eksudasi dan

kebocoran protein. Pada saat ini terjadi reaksi inflamasi lokal yang kemudian

berkembang menjadi reaksi sistemik dengan dilepaskannya zat-zat yang

berhubungan dengan proses immunologik, yaitu kompleks lipoprotein (lipid

protein complex, burn-toxin) yang menginduksi respon inflamasi sistemik

(SIRS = Systemic Inflammation Response syndrome).

b. Infeksi yang dapat menimbulkan sepsis

c. Proses penguapan cairan tubuh disertai panas / energi (evaporative heat loss)

yang menyebabkan perubahan dan gangguan proses metabolisme.

3. Fase lanjut

Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi maturasi.

Masalah pada fase ini adalah timbul penyulit dari luka bakar berupa parut

hipertrofik, kontraktur dan deformitas lain yang terjadi karena kerapuhan jaringan

atau organ-organ stuktural, misalnya bouttoniérre deformity.

2.2.4. KLASIFIKASI LUKA BAKAR 2,3

1. Luka bakar derajat satu

Ditandai dengan luka bakar superfisial dengan kerusakan pada lapisan

epidermis. Tampak eritema. Penyebab tersering adalah sengatan sinar matahari.

Pada proses penyembuhan terjadi lapisan luar epidermis yang mati akan

terkelupas dan terjadi regenerasi lapisan epitel yang sempurna dari epidermis yang

utuh dibawahnya. Tidak terdapat bula, nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik

teriritasi. Dapat sembuh spontan selama 5-10 hari.

2. Luka bakar derajat dua

7

Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis dan sebagian dermis

dibawahnya, berupa reaksi inflamasi akut disertai proses eksudasi. Pada luka

bakar derajat dua ini ditandai dengan nyeri, bercak-bercak berwarna merah muda

dan basah serta pembentukan blister atau lepuh.biasanya disebabkan oleh

tersambar petir, tersiram air panas. Dalam waktu 3-4 hari, permukaan luka bakar

mengering sehingga terbentuklah krusta tipis berwarna kuning kecoklatan seperti

kertas perkamen. Beberapa minggu kemudian, krusta itu akan mengelupas karena

timbul regenerasi epitel yang baru tetapi lebih tipis dari organ epitel kulit yang

tidak terbakar didalamnya. Oleh karena itu biasanya dapat terdapat penyembuhan

spontan pada luka bakar superfisial atau partial thickness burn.

Gambar. 1 bula pada telapak tangan karena memegang dandang panas, luka in i

digolongkan ke dalam luka bakar derajat dua, karena epidermis berada diatas

luka

Dibedakan menjadi 2 (dua):

a. Derajat II dangkal (superfisial)

• kerusakan mengenai sebagian superfisial dari dermis

• apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjer keringat, kelenjer sebasea

masih utuh

• penyembuhan terjasi spontan dalam waktu 10-14 hari.

b. Derajat II dalam (deep)

8

• kerusakan mengenai hampir saluruh bagian dermis

• apendises kulit sperti folikel rambut, kelenjer keringat, kelenjer sebasea

sebagian masih utuh.

• \Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung apendises kulit yang tersisa.

Biasanya terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.

Gambar.2 ;luka bakar derajat dua dalam, pada anak yang tersiram kopi panas,

luka berwarna merah muda, lunak pada penekanan, dan tampak basah, sensasi

nyeri sulit ditentukan pada anak.

3. Luka bakar derajat tiga

Terjadi kerusakan pada seluruh ketebalan kulit. Meskipun tidak seluruh

tebal kulit rusak, tetapi bila semua organ kulit sekunder rusak dan tidak ada

kemampuan lagi untuk melakukan regenerasi kulit secara spontan/ reepitelisasi,

maka luka bakar itu juga termasuk derajat tiga. Penyebabnya adalah api,

listrik,atau zat kimia. Mungkin akan tampak berwarna putih seperti mutiara dan

biasnya tidak melepuh, tampak kering dan biasanya relatif anestetik. Dalam

beberapa hari, luka bakar semacam itu akan membentuk eschar berwarna hitam,

keras, tegang dan tebal.

9

Gambar.3 ;luka bakar derajat tiga, pada anak yang memegang pengeriting

rambut luka kering tidak kemerahan dan berwarna putih

Selama periode pasca luka bakar dini sampai 5 hari, akan sulit untuk

membedakan luka bakar derajat dua atau tiga, tetapi pada minggu kedua sampai

minggu ketiga pasca luka bakar di mana tampak drainase dan eschar yang terpisah

dari luka bakar derajat tiga. Setelah eschar diangkat, sisa jaringan dibawahnya

(biasanya lapisan subkutan) akan membentuk jaringan granulasi, suatu massa

yang terdiri dari sel-sel fibroblas dan jaringan penyambung yang kaya pembuluh

darah kapiler. Permukaan jaringan granulasi yang berwarna merah tua itu

terbentuk setelah 21 hari, dan dalam waktu 1 sampai 2 minggu kemudian

sebaiknya dilakukan skin graft.

10

Tabel 2 Klasifikasi kedalaman luka bakar6

Klasifikasi Penyebab Penampakan luar Sensasi Waktu

penyembuhan

Jaringan parut

Luka bakar

dangkal

(superficial

burn)

Sinar UV,

paparan nyala

api

Kering dan merah;

memucat dengan

penekanan

Nyeri 3 – 6

hari

Tidak terjadi

jaringan parut

Luka bakar

sebagian

dangkal

(superficial

partial-

thickness

burn)

Cairan atau uap

panas (tumpahan

atau percikan),

paparan nyala

api

Gelembung berisi

cairan, berkeringat,

merah; memucat

dengan penekanan

Nyeri bila

terpapar

udara dan

panas

7-20 hari Umumnya tidak

terjadi jaringan

parut; potensial

untuk perubahan

pigmen

Luka bakar

sebagian

dalam (deep

partial-

thickness

burn)

Cairan atau uap

panas

(tumpahan), api,

minyak panas

Gelembung berisi

cairan (rapuh); basah

atau kering berminyak,

berwarna dari putih

sampai merah; tidak

memucat dengan

penekanan

Terasa

dengan

penekanan

saja

>21 hari Hipertrofi, berisiko

untuk kontraktur

(kekakuan akibat

jaringan parut yang

berlebih)

Luka bakar

seluruh

lapisan (full

thickness

burn)

Cairan atau uap

panas, api,

minyak, bahan

kimia, listrik

tegangan tinggi

Putih berminyak sampai

abu-abu dan kehitaman;

kering dan tidak elastis;

tidak memucat dengan

penekanan

Terasa

hanya

dengan

penekanan

yang kuat

Tidak dapat

sembuh (jika

luka bakar

mengenai >2%

dari TBSA)

Risiko sangat

tinggi untuk terjadi

kontraktur

11

2.2.5. PERHITUNGAN LUAS LUKA BAKAR 1,2,3

Walaupun hanya perkiraan saja , the rule of nine, tetap merupakan

petunjuk yang baik dalam menilai luasnya luka bakar: kepala, 7 persen, dan leher,

2 persen sehingga totalnya 9 persen. Setiap ekstrimitas atas, 9 persen : dan bagian

anterior,2 x 9 persen. Badan bagian posterior, 13 persen, dan bokong 5 persen,

sehingga total 18 persen: dan setiap ekstrimitas bawah, 2 x 9 : dan genitalia , 1

persen.

Beberapa cara penentuan derajat luka bakar:

• Palmar surface

Luas permukaan pada telapak tangan pasien (termasuk jari-jari) secara

kasar adalah 0,8% dari seluruh luas permukaan tubuh. Permukaan telapak

tangan dapat digunakan untuk mengukur luka bakar yang kecil. Untuk

luka bakar dengan ukuran sedang, pengukuran dengan cara ini tidak

akurat.

Gambar 4. Palmar surface

• Wallace Rule of Nines

Merupakan cara yang baik dan cepat untuk mengukur luas luka bakar pada

orang dewasa. Tubuh dibagi menjadi area sembilan persen, dan total

daerah yang terkena luka bakar dapat dihitung. Tetapi cara ini tidak akurat

pada anak-anak.pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas

relatif permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan

12

kaki lebih kecil. Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak

kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi dan rumus 10-15-20 untuk

anak.

Gambar 5. Perhitungan luas luka bakar berdasarkan Rule of Nine oleh Wallace

• Lund and Bowder Chart

Tabel ini apabila digunakan dengan benar merupakan cara yang paling

akurat. Tabel ini mengkompensasi variasi bentuk tubuh dengan umur,

sehingga dapat memberikan perhitungan luas luka bakar yang akurat pada

anak-anak.

13

Gambar 6. Lund and Bowder Chart

2.2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Terutama untuk luka bakar yang berat

• Lab darah

o Hitung jenis

o Kimia darah

o Analisa gas darah dengan carboxyhemoglobin

o Analisis urin

o Creatinin Phosphokinase dan myoglobin urin ( Luka bakar akibat

listrik)

14

o Pemeriksaan factor pembekuan darah ( BT, CT)

• Radiologi

o Foto thoraks : untuk mengetahui apakah ada kerusakan akibat luka

bakar inhalasi atau adanya trauma dan indikasi pemasangan

intubasi

o CT scan : mengetahui adanya trauma

• Tes lain : dengan fiberoptic bronchoscopy untuk pasien dengan luka bakar

inhalasi. 5

2.2.8. PENATALAKSANAAN 10

Prinsip penanganan pada luka bakar sama seperti penanganan pada luka

akibat trauma yang lain, yaitu dengan ABC (Airway Breathing Circulation) yang

diikuti dengan pendekatan khusus pada komponen spesifik luka bakar pada survey

sekunder

Airway and Breathing

Perhatikan adanya stridor (mengorok), suara serak, dahak berwana jelaga

(black sputum), gagal napas, bulu hidung yang terbakar, bengkak pada wajah.

Luka bakar pada daerah orofaring dan leher membutuhkan tatalaksana intubasi

(pemasangan pipa saluran napas ke dalam trakea/batang tenggorok) untuk

menjaga jalan napas yang adekuat/tetap terbuka. Intubasi dilakukan di fasilitas

kesehatan yang lengkap dengan cara intubasi endotrakeal, kemudian beri oksigen

melalui face mask atau endotrakeal tube.

Teknik paling aman pada kasus ini adalah melakukan intubasi pada

kondisi pasien sadar. Kunci penanganan pada teknik ini adalah anestesi topikal

yang adekuat, memposisikan pasien dengan baik, dan pemberian oksigen dengan

baik. Pemberian opioid intravena dapat diberikan untuk analgesi sistemik, tetapi

obat sedatif harus hati-hati atau jangan diberikan pada pasien ini karena dapat

memperburuk kondisi jalan nafas. Teknik intubasi yang ideal adalah dengan

menggunakan fiberoptik fleksibel, meskipun teknik terbaik tergantung

kemampuan dan pengalaman anestesiolog yang ada. Apabila jalan nafas bagian

15

atas sudah sangat rusak atau intubasi trakheal tidak bisa dilakukan, perlu

dilakukan tindakan penanganan jalan nafas dengan pendekatan pembedahan

(krikotiroidotomi jarum, krikotiroidotomi pembedahan, atau trakheostomi).

Circulation

Sebagai bagian dari perawatan awal pasien yang terkena luka bakar,

Pemberian cairan intravena yang adekuat harus dilakukan. Akses intravena yang

adekuat harus ada, baik secara akses vena perifer maupun akses vena sentral.

Tujuan utama dari resusitasi cairan adalah untuk menjaga dan

mengembalikan perfusi jaringan tanpa menimbulkan edema. Kehilangan cairan

terbesar adalah pada 4 jam pertama terjadinya luka dan akumulasi maksimum

edema adalah pada 24 jam pertama setelah luka bakar. Prinsip dari pemberian

cairan pertama kali adalah pemberian garam ekstraseluler dan air yang hilang

pada jaringan yang terbakar, dan sel-sel tubuh Cairan infus yang diberikan adalah

cairan kristaloid (ringer laktat, NaCl 0,9%/normal Saline). Kristaloid dengan

dekstrosa (gula) di dalamnya dipertimbangkan untuk diberikan pada bayi dengan

luka bakar.

Formula yang terkenal untuk resusitasi cairan adalah formula Parkland

yaitu: [3-4 cc x berat badan (kg) x %TBSA] + cairan rumatan (maintenance per 24

jam). Cairan rumatan adalah 4cc/kgBB dalam 10 kg pertama, 2cc/kgBB dalam 10

kg ke 2 (11-20kg) dan 1cc/kgBB untuk tiap kg diatas 20 kg. Cairan formula

parkland (3-4ccx kgBB x %TBSA) diberikan setengahnya dalam 8 jam pertama

dan setengah sisanya dalam 16 jam berikutnya. Pengawasan kecukupan cairan

yang diberikan dapat dilihat dari produksi urin yaitu 0,5-1cc/kgBB/jam.

Cara lain adalah cara Evans :

l. luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg = jumlah NaCl / 24 jam

2. luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg =jumah plasma / 24 jam

(no 1 dan 2 pengganti cairan yang hilang akibat oedem. Plasma untuk

mengganti plasma yang keluar dari pembuluh dan meninggikan tekanan osmosis

16

hingga mengurangi perembesan keluar dan menarik kembali cairan yang telah

keluar)

3. 2000 cc Dextrose 5% / 24 jam (untuk mengganti cairan yang hilang akibat

penguapan )

Separuh dari jumlah cairan 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya

diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah

cairan pada hari pertama. Dan hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari

kedua.

Cara lain yang banyak dipakai dan lebih sederhana adalah menggunakan rumus

Baxter yaitu :

% x BB x 4 cc

Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan

dalam 16 jam berikutnya. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu larutan

RL karena terjadi defisit ion Na. Hari kedua diberikan setengah cairan hari

pertama. Contoh : seorang dewasa dengan BB 50 kg dan luka bakar seluas 20 %

permukaan kulit akan diberikan 50 x 20 % x 4 cc = 4000 cc yang diberikan hari

pertama dan 2000 cc pada hari kedua.9

Kebutuhan kalori pasien dewasa dengan menggunakan formula Curreri, adalah 25

kcal/kgBB/hari ditambah denga 40 kcal/% luka bakar/hari.

Petunjuk perubahan cairan

• Pemantauan urin output tiap jam

• Tanda-tanda vital, tekanan vena sentral

• Kecukupan sirkulasi perifer

• Tidak adanya asidosis laktat, hipotermi

• Hematokrit, kadar elektrolit serum, pH dan kadar glukosa

Analgetik

17

Rasa sakit merupakan masalah yang signifikan untuk pasien yang

mengalami luka bakar untuk melalui masa pengobatan. Pada luka bakar yang

mengenai jaringan epidermis akan menghasilkan rasa sakit dan perasaan tidak

nyaman. Dengan tidak terdapatnya jaringan epidermis (jaringan pelindung kulit),

ujung saraf bebas akan lebih mudah tersensitasi oleh rangsangan. Pada luka bakar

derajat II yang dirasakan paling nyeri, sedangkan luka bakar derajat III atau IV

yang lebih dalam, sudah tidak dirasakan nyeri atau hanya sedikit sekali. Saat

timbul rasa nyeri terjadi peningkatan katekolamin yang mengakibatkan

peningkatan denyut nadi, tekanan darah dan respirasi, penurunan saturasi oksigen,

tangan menjadi berkeringat, flush pada wajah dan dilatasi pupil.

Pasien akan mengalami nyeri terutama saat ganti balut, prosedur operasi,

atau saat terapi rehabilitasi. Dalam kontrol rasa sakit digunakan terapi farmakologi

dan non farmakologi. Terapi farmakologi yang digunakan biasanya dari golongan

opioid dan NSAID. Preparat anestesi seperti ketamin, N2O (nitrous oxide)

digunakan pada prosedur yang dirasakan sangat sakit seperti saat ganti balut.

Dapat juga digunakan obat psikotropik sepeti anxiolitik, tranquilizer dan anti

depresan. Penggunaan benzodiazepin dbersama opioid dapat menyebabkan

ketergantungan dan mengurangi efek dari opioid. 8

Antimikroba

Dengan terjadinya luka mengakibatkan hilangnya barier pertahanan kulit

sehingga memudahkan timbulnya koloni bakteri atau jamur pada luka. Bila

jumlah kuman sudah mencapai 105 organisme jaringan, kuman tersebut dapat

menembus ke dalam jaringan yang lebih dalam kemudian menginvasi ke

pembuluh darah dan mengakibatkan infeksi sistemik yang dapat menyebabkan

kematian. Pemberian antimikroba ini dapat secara topikal atau sistemik.

Pemberian secara topikal dapat dalam bentuk salep atau cairan untuk merendam.

Contoh antibiotik yang sering dipakai :

Salep : Silver sulfadiazine, Mafenide acetate, Silver nitrate, Povidone-iodine,

Bacitracin (biasanya untuk luka bakar grade I), Neomycin, Polymiyxin B,

Nysatatin, mupirocin , Mebo.

18

Perawatan Luka Bakar

Setelah keadaan umum membaik dan telah dilakukan resusitasi cairan

dilakukan perawatan luka. Perawatan tergantung pada karakteristik dan ukuran

dari luka. Tujuan dari semua perawatan luka bakar agar luka segera sembuh rasa

sakit yang minimal.

Setelah luka dibersihkan dan di debridement, luka ditutup. Penutupan luka

ini memiliki beberapa fungsi: pertama dengan penutupan luka akan melindungi

luka dari kerusakan epitel dan meminimalkan timbulnya koloni bakteri atau

jamur. Kedua, luka harus benar-benar tertutup untuk mencegah evaporasi pasien

tidak hipotermi. Ketiga, penutupan luka diusahakan semaksimal mungkin agar

pasien merasa nyaman dan meminimalkan timbulnya rasa sakit. Pilihan penutupan

luka sesuai dengan derajat luka bakar.

Luka bakar derajat I

Merupakan luka ringan dengan sedikit hilangnya barier pertahanan

kulit. Luka seperti ini tidak perlu di balut, cukup dengan pemberian salep

antibiotik untuk mengurangi rasa sakit dan melembabkan kulit. Bila perlu

dapat diberi NSAID (Ibuprofen, Acetaminophen) untuk mengatasi rasa

sakit dan pembengkakan

Luka bakar derajat II (superfisial )

Perlu perawatan luka setiap harinya, pertama-tama luka diolesi

dengan salep antibiotik, kemudian dibalut dengan perban katun dan dibalut

lagi dengan perban elastik. Pilihan lain luka dapat ditutup dengan penutup

luka sementara yang terbuat dari bahan alami (Xenograft (pig skin) atau

Allograft (homograft, cadaver skin) ) atau bahan sintetis (opsite, biobrane,

transcyte, integra)

Luka derajat II ( dalam ) dan luka derajat III

Perlu dilakukan eksisi awal dan cangkok kulit (early exicision and

grafting ) 6,8 Dengan metode ini eschar di angkat secara operatif dan

kemudian luka ditutup dengan cangkok kulit (autograft atau allograft ),

setelah terjadi penyembuhan, graft akan terkelupas dengan sendirinya.

19

E&G dilakukan 3-7 hari setelah terjadi luka, pada umumnya tiap harinya

dilakukan eksisi 20% dari luka bakar kemudian dilanjutkan pada hari

berikutnya. Tapi ada juga ahli bedah yang sekaligus melakukan eksisi

pada seluruh luka bakar, tapi cara ini memiliki resiko yang lebih besar

yaitu : dapat terjadi hipotermi, atau terjadi perdarahan masive akibat

eksisi.

Metode ini mempunyai beberapa keuntungan dengan penutupan

luka dini, mencegah terjadinya infeksi pada luka bila dibiarkan terlalu

lama, mempersingkat durasi sakit dan lama perawatan di rumah sakit,

memperingan biaya perawatan di rumah sakit, mencegah komplikasi

seperti sepsis dan mengurangi angka mortalitas. Beberapa penelitian

membandingkan teknik E&G dengan teknik konvensional, hasilnya tidak

ada perbedaan dalam hal kosmetik atau fungsi organ, bahkan lebih baik

hasilnya bila dilakukan pada luka bakar yang terdapat pada muka, tangan

dan kaki.

Pada luka bakar yang luas (>80% TBSA), akan timbul kesulitan

mendapatkan donor kulit. Untuk itu telah dikembangkan metode baru

yaitu dengan kultur keratinocyte. Keratinocyte didapat dengan cara biopsi

kulit dari kulit pasien sendiri. Tapi kerugian dari metode ini adalah

membuthkan waktu yang cukup lama (2-3 minggu) sampai kulit

(autograft) yang baru tumbuh dan sering timbul luka parut. Metode ini

juga sangat mahal 6

FLOWCHART DARI PENANGANAN LUKA

• EARLIER PERIOD ( 1 – 6 HARI )

Blister di pungsi , kulitnya dibiarkan utuh. Beri MEBO pd luka setebal

0,5-1 mm. Ganti dan beri lagi MEBO tiap 6 jam hari ke 3-5 kulit penutup

bulla diangkat

• LIQUEFACTION PERIOD ( 6-15 HARI )

Angkat zat cair yg timbul diatas lukaBersihkan dgn kasa, beri mebo lagi

setebal 1 mm

• PREPARATIVE PERIOD ( 10-21 HARI )

20

Bersihkan luka seperti sebelumnyaBeri MEBO dengan ketebalan 0,5 – 1

mmGanti dan beri lagi MEBO tiap 6 -8 jam

• REHABILITATIONBersihkan luka yg sembuh dengan air hangatBeri

MEBO 0,5 mm, 1X-2X /hariJangan cuci luka yg sudah sembuh

berlebihanLindungi luka yg sembuh dari sinar matahari

1. Untuk luka bakar grade 2 superficial :Pada hari 6-15 : luka sembuh ,

mebo tetap diberi untuk 2 minggu2X /hari

2. Untuk luka bakar grade 2 deep / grade 3 :Pada hari ke 6 – 15 terjadi

pencairan jaringan necrotic. Cairan rendam : 0.5% silver nitrate, 5%

mafenide acetate, 0.025% sodium hypochlorite, 0.25% acetic acid 6,8

Penggantian Darah

Luka bakar pada kulit menyebabkan terjadinya kehilangan sejumlah sel

darah merah sesuai dengan ukuran dan kedalaman luka bakar. Sebagai tambahan

terhadap suatu kehancuran yang segera pada sel darah merah yang bersirkulasi

melalui kapiler yang terluka, terdapat kehancuran sebagian sel yang mengurangi

waktu paruh dari sel darah merah yang tersisa. Karena plasma predominan hilang

pada 48 jam pertama setelah terjadinya luka bakar, tetapi relative polisitemia

terjadi pertama kali. Oleh sebab itu, pemberian sel darah merah dalam 48 jam

pertama tidak dianjurkan, kecuali terdapat kehilangan darah yang banyak dari

tempat luka. Setelah proses eksisi luka bakar dimulai, pemberian darah biasanya

diperlukan 7

Nutrisi

Penderita luka bakar membutuhkan kuantitas dan kualitas yang berbeda

dari orang normal karena umumnya penderita luka bakar mengalami keadaan

hipermetabolik. Kondisi yang berpengaruh dan dapat memperberat kondisi

hipermetabolik yang ada adalah:

• Umur, jenis kelamin, status gizi penderita, luas permukaan tubuh, massa

bebas lemak.

21

• Riwayat penyakit sebelumnya seperti DM, penyakit hepar berat, penyakit

ginjal dan lain-lain.

• Luas dan derajat luka bakar

• Suhu dan kelembaban ruangan ( memepngaruhi kehilangan panas melalui

evaporasi)

• Aktivitas fisik dan fisioterapi

• Penggantian balutan

• Rasa sakit dan kecemasan

• Penggunaan obat-obat tertentu dan pembedahan.

Penatalaksanaan nutrisi pada luka bakar dapat dilakukan dengan beberapa

metode yaitu : oral, enteral dan parenteral. Untuk menentukan waktu dimualinya

pemberian nuftrisi dini pada penderita luka bakar, masih sangat bervariasi,

dimulai sejak 4 jam pascatrauma sampai dengan 48 jam pascatrauma.

Yang sering di rekomendasikan adalah perhitungan kebutuhan kalori basal

dengan formula HARRIS BENEDICK yang melibatkan faktor BB, TB dan Umur.

Sedangkan untuk kebutuhan kalori total perlu dilakukan modifikasi formula

dengan menambahkan faktor aktifitas fisik dan faktor stress.

Pria : 66,5 + (13,7 X BB) + (5 X TB) – (6.8 X U) X AF X FS

Wanita : 65,6 + (9,6 X BB) + (1,8 X TB)- (4,7 X U) X AF X FS

Perhitungan kebutuhan kalori pada penderita luka bakar perlu perhatian

khusus karena kurangnya asupan kalori akan berakibat penyembuhan luka yang

lama dan juga meningkatkan resiko morbiditas dan mortalitas. Disisi lain,

kelebihan asupan kalori dapat menyebabkan hiperglikemi, perlemakan hati.

Komposisi Makronutrien

• Karbohidrat

Konsekuensi pasca luka bakar berat adalah keadaan hiperglikemia. Kadar

gula darah yang tinggi pada fase shock akibat dari menurunnya fungsi insulin

terhadap peningkatan kadar gula darah. Intoleransi glukosa ini akan tetap bertahan

pada fase flow yang sekarang terutama disebabkan resistensi insulin di jaringan

dan peningkatan glukoneogenesis. Pada pasien luka bakar berat sangat diperlukan

22

pemantauan terhadap hiperglikemia dan glukosuria. Pemberian insulin kadan

dibutuhkan untuk meningkatkan kadar glukosa serum dan memaksimalkan

utilisasi glukosa. Anjuran pemberian karbohidrat adalah 60-65% kalori total atau

tidak melebihi 4-5mg/kgBB/menit.

• Protein

Pasca luka bakar, metabolisme protein akan berubah cepat dimana pada

fase akut asam amino akan dijadikan sumber energi. Status protein tubuh

dipengaruhi oleh pelepasan nitrogen melalui eksudat luka dan urin, kemampuan

hati untuk membentuk protein dan adekuatnya nutrisi. Asam amino merupakan

substrat untuk penyembuhan luka. Dalam usaha untuk meningkatkan sintesis

protein viseral, menjaga balance nitrogen +, dan meningkatkan mekanisme

pertahahan tubuh, maka pada luka bakar berat dianjurkan pemberian protein

sebesar 23-25% kalori total dengan perbandingan kalori : nitrogen = 80 : 1 atau 2,

5 - 4 g protein/kgBB. Perlu juga diperhatikan jenis protein yang diberikan,

sebaiknya adalah protein bernilai biologis tinggi. Pemberian diet protein tinggi

dapat menjadi beban bagi ginjal, oleh karena itu dibutuhkan pemantauan seperti

status cairan, kadar ureum, dan kreatinin serum.

• Lemak

Pemberian lemak berkontribusi untuk meminimalkan katabolisme protein

endogen dengan jalan memenuhi kebutuhan energi. Asam lemak omega-3

khususnya asam ekosapentanoat (EPA) yang dapat diperoleh dari minyak ikan

merupakan precursor dari ekosanoid prostaglandin seri 3 (PGE-3) dan leukotrien

seri 5. Keduannya berefek antiinflamasi dan meningkatkan sistem imunitas tubuh,

demikian pula PGE-3 berperan sebagai vasodilator. Omega-3 akan berkompetisi

dan menginhibisi pembentukan PGE-1 dan PGE-2 dari asam linoleat, sehingga

omega-3 ini sangat dianjurkan pada pasien luka bakar. Penelitian menunjukan

dalam usaha untuk meningkatkan sistem imunitas tubuh, maka pemebrian asam

lemak omega-6 dan omega-3 dalam perbandingan yang ideal adalah 2-3 : 1 dan

akan berefek mengurangi kondisi imunosupresan pasca luka bakar. Pemberian

lemak pasca trauma sebesar 5-15% dari total kalori.

23

Suplemen Mikronutrien

Mikronutrien diperlukan sebagai koenzim dan kofaktor untuk reaksi

fisiologis dalam sel, metabolisme makronutrien dan energi. Dengan meningkatnya

kebutuhan energi dan protein, kehilangan melalui luka, perubahan metabolisme,

absorpsi, eskresi, dan utilisasi maka kebutuhan mikronutrien ini perlu

ditingkatkan.

Vitamin berpotensi untuk sintesis protein, penyembuhan luka,

meningkatkan fungsi imunitas dan anti oksidan pada penderita luka bakar dalam

kondisi sakit berat dan hipermetabolisme, maka kebutuhan vitamin ini meningkat.

Dianjurkan peningkatan suplementasi 50-100 kali RECOMENDET DAILY

ALLOWANCE (RDA) untuk vitamin larut air dan vitamin E. Sedangkan dosis

aman untuk vitamin larut lemak dan vitamin B6 sampai 10 kali RDA.

Mineral juga memainkan peranan penting dalam penyembuhan luka,

fungsi imunitas dan anti oksidan. 1

Early Exicision and Grafting (E&G)

Dengan metode ini eschar diangkat secara operatif dan kemudian luka

ditutup dengan cangkok kulit (autograft atau allograft), setelah terjadi

penyembuhan, graft akan terkelipas dengan sendirinya. E&G dilakukan setelah 3-

7 hari setelah terjadi luka, pada umumnya tiap hari dilakukan eksisi 20% dari luka

bakar kemudian dilanjutkan pada hari berikutnya. Tapi ada juga ahli bedah yang

sekaligus melakukan eksisi pada seluruh luka bakar, tapi cara ini memiliki resiko

yang lebih besar yaitu dapat terjadi hipotermi, atau terjadi perdatrahan masif

akibat eksisi. Metode ini mempunyai beberapa keuntungan dengan penutupan

luka dini, mencegah terjadinya infeksi pada luka bila dibiarkan terlalu lama,

mempersingkat durasi sakit dan lama perawatan di rumah sakit, memperingankan

biaya perawatan di rumah sakit, mencegah komplikasi dan mengurangkan angka

mortalitas.

Pada luka bakar yang luas (>80% TBSA), akan timbul kesulitan

mendapatkan donor kulit. Untuk itu dikembangkan metode baru yaitu kultur

keratinosyte.

24

Escharotomy

Luka bakar grade III yang melingkar pada ekstremitas dapat menyebabkan

iskemik distal yang progresif, terutama apabila terjadi edema saat resusitasi

cairan, dan saat adanya pengerutan keropeng. Iskemi dapat menyebabkan

gangguan vaskuler pada jari-jari tangan dan kaki. Tanda dini iskemi adalah nyeri,

kemudian kehilangan daya rasa sampai baal pada ujung-ujung distal. Juga luka

bakar menyeluruh pada bagian thorax atau abdomen dapat menyebabkan

gangguan respirasi, dan hal ini dapat dihilangkan dengan escharotomy. Dilakukan

insisi memanjang yang membuka keropeng sampai penjepitan bebas.

Permasalahan Pasca Luka Bakar

Setelah sembuh dari luka, masalah berikutnya adalah jaringan parut yang dapat

berkembang menjadi cacat berat. Kontraktur kulit dapat mengganggu fungsi dan

menyebabkan kekakuan sendi atau menimbulkan cacat estetik yang buruk sekali

sehingga diperlukan juga ahli ilmu jiwa untuk mengembalikan kepercayaan

diri.Permasalahan-permasalahan yang ditakuti pada luka bakar:

• Infeksi dan sepsis

• Oliguria dan anuria

• Oedem paru

• ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome )

• Anemia

• Kontraktur

• Kematian

2.2.9 KOMPLIKASI

1. Syok hipovolemik 1,6

Akibat pertama dari luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.

Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi akan rusak dan permeabilitas

meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi

anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan bula

25

dengan membawa serta elektrolit. Hal ini menyebabkan berkurangnya volume

cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan

cairan tambahan karena penguapan yang berlebihan, cairan yang masuk ke bula

pada luka bakar derajat II dan pengeluaran cairan dari kropeng pada luka bakar

derajat III .

Bila luas luka bakar < 20% biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih

bisa mengatasi tetapi bila > 20 % terjadi Syok hipovolemik dengan gejala yang

khas seperti gelisah, pucat, dingin , berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan

darah menurun dan produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi perlahan

lahan dan maksimal pada delapan jam.

2. Udem laring 1,6

Pada kebakaran dalam ruangan tertutup atau bila luka terjadi di muka,.

Dapat terjadi kerusakan mukosa jalan napas karena gas , asap, uap panas yang

terhisap, udem yang terjadi dapat menyebabkan gangguan berupa hambatan jalan

napas karena udem laring. Gejala yang timbul adalah sesak napas, takipnea,

stridor, suara serak, dan dahak berwarna gelap karena jelaga.

Setelah 12 – 24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi

dan penyerapan cairan edema kembali ke pembuluh darah . ini ditandai dengan

meningkatnya diuresis.

3. Keracunan gas CO 1,6

Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lain. Karbon

monoksida akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak

mampu lagi mengikat oksigen. Tanda-tanda keracunan ringan adalah lemas,

bingung, pusing, mual dan muntah. Pada keracunan yang berat terjadi koma. Bila

> 60 % hemoglobin terikat dengan CO, penderita dapat meninggal.

4. SIRS (systemic inflammatory respone syndrome) 1,6

Luka bakar sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang

merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah

26

infeksi. Infeksi ini sulit untuk mengalami penyembuhan karena tidak terjangkau

oleh pembuluh darah kapiler yang mengalami trombosis. Kuman penyebab infeksi

berasal dari kulitnya sendiri, juga dari kontaminasi kuman dari saluran nafas atas

dan kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit. Infeksi nosokomial ini

biasanya berbahaya karena banyak yang sudah resisten terhadap antibiotik.

Prosesnya dimulai oleh aktivasi makrofag, netrofil, dan pelepasan

mediator – mediator, yang kemudian diikuti oleh :

• gangguan hemodinamik berupa vasodilatasi, depresi miokardium,

gangguan sirkulasi dan redistribusi aliran.

• perubahan mikrovaskuler karena endotel dan edema jaringan,

mikroemboli, dan maldigesti aliran.

• gangguan oksigenasi jaringan. Ketiganya menyebabkan hipoksia

seluler dan menyebabkan kegagalan fungsi organ. Yang ditandai

dengan meningkatnya kadar limfokin dan sitokin dalam darah.

5. MOF (Multi Organ Failure) 1,6

Adanya perubahan permeabilitas kapiler pada luka bakar menyebabkan

gangguan sirkulasi. Di tingkat seluler, gangguan perfusi menyebabkan perubahan

metabolisme. Pada tahap awal terjadi proses perubahan metabolisme anaerob

yang diikuti peningkatan produksi dan penimbunan asam laktat menimbulkan

asidosis. Dengan adanya gangguan sirkulasi dan perfusi, sulit untuk

mempertahankan kelangsungan hidup sel, iskemi jaringan akan berakhir dengan

nekrosis.

Gangguan sirkulasi makro menyebabkan gangguan perfusi ke jaringan –

jaringan organ penting terutama otak, hepar, paru, jantung, ginjal, yang

selanjutnya mengalami kegagalan menjalankan fungsinya. Dalam mekanisme

pertahanan tubuh, terjadi gangguan pada sistem keseimbangan tubuh

(homeostasis), maka organ yang dimaksud dalam hal ini adalah ginjal. Dengan

adanya penurunan atau disfungsi ginjal ini, beban tubuh semakin berat.

Resusitasi cairan yang inadekuat pada fase ini menyebabkan berjalannya

proses sebagaimana diuraikan diatas. Sebaliknya bila terjadi kelebihan pemberian

27

cairan (overload) sementara sirkulasi dan perifer tidak atau belum berjalan

normal, atau pada kondisi syok; cairan akan ditahan dalam jaringan paru yang

manifestasi klinisnya tampak sebagai edema paru yang menyebabkan kegagalan

fungsi paru sebagai alat pernafasan, khususnya pertukaran oksigen dengan

karbondioksida, kadar oksigen dalam darah sangat rendah, dan jaringan hipoksik

mengalami degenerasi yang bersifat irreversible. Sel – sel otak adalah organ yang

paling sensitive; bila dalam waktu 4 menit terjadi kondisi hipoksik, maka sel – sel

otak mengalami kerusakan dan kematian; yang menyebabkan kegagalan fungsi

pengaturan di tingkat sentral.

Sementara edema paru juga merupakan beban bagi jantung sebagai suatu

pompa. Pada mulanya jantung menjalankan mekanisme kompensasi, namun

akhirnya terjadi dekompensasi.

6. Kontraktur 12,13

Kontraktur merupakan salah satu komplikasi dari penyembuhan luka,

terutama luka bakar. Kontraktur adalah jenis scar yang terbentuk dari sisa kulit

yang sehat di sekitar luka, yang tertarik ke sisi kulit yang terluka. Kontraktur yang

terkena hingga lapisan otot dan jaringan tendon dapat menyebabkan terbatasnya

pergerakan.

Pada tahap penyembuhan luka, kontraksi akan terjadi pada hari ke-4

dimana proses ini bersamaan dengan epitelisasi dan proses biokimia dan seluler

dari penyembuhan luka. Kontraktur fleksi dapat terjadi hanya karena kehilangan

lapisan superfisial dari kulit. Biasanya dengan dilakukan eksisi dari jaringan parut

yang tidak elastik ini akan menyebabkan sendi dapat ekstensi penuh kembali.

Pada luka bakar yang lebih dalam, jaringan yang banyak mengandung kolagen

akan meliputi neurovascular bundles dan ensheathed flexor tendons, juga

permukaan volar dari sendi akan mengalami kontraksi atau perlekatan sehingga

akan membatasi range of motion. Kontraktur yang disebabkan oleh hilangnya

kulit atau luka bakar derajat III pada daerah persendian harus segera dilakukan

skin grafting.

28

2.2.10 PROGNOSIS 1

Prognosis pada kasus luka bakar ditentukan oleh beberapa faktor, dan

menyangkut mortalitas dan morbiditas atau burn illness severity and prediction of

outcome ; yang mana bersifat bersifat kompleks.

Beberapa faktor yang berperan antara lain faktor penderita ( usia, gizi,

jenis kelamin, dan kelainan sistemik), faktor trauma ( jenis, luas, kedalaman luka

bakar, dan trauma penyerta), dan faktor penatalaksanaan (prehospital and

inhospital treatment).

Prognosis luka bakar umumnya jelek pada usia yang sangat muda dan usia

lanjut. Pada usia yang sangat muda (terutama bayi) beberapa hal mendasar

menjadi perhatian, antara lain sistem regulasi tubuh yang belum berkembang

sempurna ; komposisi cairan intravaskuler dibandingkan dengan cairan

ekstravaskuler, interstitial, dan intraselular yang berbeda dengan komposisi pada

manusia dewasa, sangat rentan terhadap suatu bentuk trauma. Sistem imunologik

yang belum berkembang sempurna merupakan salah satu faktor yang patut

diperhitungkan, karena luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang bersifat

imunosupresi.

29

BAB 3

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien : RJ, Pria, umur 34 tahun,

Keluhan Utama : luka bakar pada tungkai bawah kanan dan kiri, serta kaki

kanan dan kiri

Anamnesis : alloanamnesis

Telaah : Hal ini dialami pasien 16 jam SMRS. Awalnya pasien

bermain dengan mancis sehingga mancis terjatuh dan api menyambar tempat

tidur, kemudian pasien berusaha untuk memadamkan api dengan memijak tempat

tidur tersebut. Tetapi api tidak padam, justru menyambar celana pasien, saat itu os

memakai celana panjang dan apinya dipadamkan oleh orang sekitar dengan

menyiram air. Pasien langsung dibawa ke RSUP.HAM setelah kejadian tersebut.

Riwayat pingsan (-), riwayat muntah (-), riwayat kejang (-), nyeri (+).

RPT : skizophrenia paranoid (2002)

RPO : tidak jelas

Pemeriksaan Fisik:

Primary survey

Airway : clear, crowing (-), gargling (-), snoring (-), smoke inhalation (-), C-spine

stabil

Breathing : spontan, RR= 22x/i, SP= vesicular, ST= (-)

Circulation : akral hangat, merah, kering, TD= 120/80mmHg, HR=82x/I, regular,

T/V cukup

Disability : sens= CM, GCS=15, RC (+/+), 3mm/3mm

Exposure : luka bakar di tungkai bawah kanan dan kiri, serta kaki kanan kiri

30

Secondary survey

Kepala : dalam batas normal

Leher : Dalam batas normal

Thorax :

Inspesksi: Simetris fusiformis

Palpasi : stem fermitus Kanan = kiri

Perkusi : Sonor

Auskultasi: SP: vesikuler;

Abdomen

Inspeksi : Simetris

Palpasi : soepel (+), Nyeri tekan (-),bulging (-)

Perkusi : timpani

Auskultasi : Peristaltik normal

Ekstremitas superior : dalam batas normal

Ekstremitas inferior : calf and foot (R) bula (+) 5 %

calf and foot (L) bula (+) 5 %

Laboratory Finding :

Test (10-8-2013) Results Normal Value

Darah Lengkap

Hemoglobin (Hb) 17,80g % 13.2 – 17.4 g %

Leukocyte (WBC) 16,82 x 103/mm3 4.5 – 11.0 x103/mm3

Hematocrite 50,6 % 43 - 49 %

Trombocyte (PLT) 335 x 103/mm3 150 – 450 x103/mm3

31

Laboratory Findings:

Parameters Value Normal Value

KGD ad random 150.00 mg/dl < 200 mg/dl

Ureum 32,10 mg/dl < 50 mg/dl

Creatinin 0,75 mg/dl 0,7- 1,2 mg/dl

Natrium (Na) 134 mEq/L 135 – 155

Kalium (K) 3.8 mEq/L 3,6 – 5,5

Chloride (Cl) 105 mEq/L 96 – 106

Foto Thorax

Hasil: cor dan pulmo dalam batas normal.

Diagnosa: flame burn 10 % grade IIa dan IIb o/t (R and L) calf and foot +

skizophrenia paranoid

Pengobatan : IVFD RL 20 tts/menit

Inj. Ceftriaxone 1gr/12j

Inj. Ranitidin 50mg/12j

Inj. Ketorolac 30mg/8j

Debridement local

ATS 3000 IU IM (skin test)

32

BAB 4

KESIMPULAN

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang

disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik

dan radiasi.Luka bakar dibagi menjadi 4 grade dan ada 3 cara penentuan derajat

luka bakar yaitu Palmar surface, Wallace rules of nine serta Lund and Bowder

Chart.

Luka bakar dapat disebabkan oleh api, luka bakar kontak (terkena rokok,

solder atau alat-alat memasak), air panas, uap panas, gas panas, listrik, semburan

panas dan ter.Pemeriksaan penunjang mencakup pemeriksaan darah, radiologi, tes

dengan fiberoptic bronchoscopy terutama untuk luka bakar inhalasi.

Penanganan luka bakar dapat secara konservatif seperti resusitasi cairan,

penggantian darah, perawatan luka bakar, pemberian antimikroba serta analgetik,

perbaikan nutrisi sampai tindakan pembedahan seperti Early Exicision and

Grafting (E&G), Escharotomy.

Prognosis pada luka bakar tergantung dari derajat luka bakar, luas

permukaan badan yang terkena luka bakar, adanya komplikasi seperti infeksi dan

kecepatan pengobatan medikamentosa

33

DAFTAR PUSTAKA

1. Moenadjat, Yefta, Dr, Sp.BP; Luka Bakar – Pengetahuan Klinik Praktis;

Jakarta, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003.

2. Mansjoer, Arif, dkk (editor); Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, edisi III –

Luka Bakar; Jakarta, Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, 2000.

3. Hansbrough JF, Hansbrough W. Pediatrics Burns. Pedriatics in Review.

Vol 20;1999

4. David, S. 2008. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka. Dalam :

Surabaya Plastic Surgery. http://surabayaplasticsurgery.blogspot.com

5. Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah.

Edisi 2. EGC. Jakarta. p 66-88

6. James M Becker. Essentials of Surgery. Edisi 1. Saunders Elsevier.

Philadelphia. p 118-129

7. Marzoeki, Djohansjah. Ilmu Bedah Luka dan Perawatannya, Airlangga

University Press, Surabaya 1993 : 10 - 19.

8. Jerome FX Naradzay. http: // www. emedicine. com/ med/ Burns,

Thermal. November 2006

9. Mayo clinic staff. Burns First Aids. http: // www.nlm.nih.gov/medlineplus.

Januari 2008

10. American College of Surgeons. Guidelines for the Operation of Burn

Units. Reprinted from Resources for Optimal Care of the Injured Patient,

Chapter 14: Committee on Trauma, 1999. Available in

website:http://www.ameriburn.org/guidelinesops.pdf

11. Prayitno, W. B., 2004 Respiratory Problem in Burn dalam Penanganan

Luka Bakar Masa Kini. Seminar Luka Bakar. Pp 48- 53

12. James H. Holmes., David M. heimbach. 2005. Burns, in : Schwartz’s

Principles of Surgery. 18th ed. McGraw-Hill. New York. p.189-216

34

13. Mayo clinic staff. Burns First Aids. http: // www.nlm.nih.gov/medlineplus.

Januari 2008

14. James H. Holmes., David M. heimbach. 2005. Burns, in : Schwartz’s

Principles of Surgery. 18th ed. McGraw-Hill. New York. p.189-216

15. Benjamin C. Wedro. First Aid for Burns. http://www.medicinenet.com.

Agustus 2008

16. Morgan, G. E. and Mikhail, M. S. 2002. Clinical Anesthesiology, 3rd

edition., Appleton and Lange. London

17. American Burn Association. Burn modules. Available in website:

http://www.ameriburn.org

18. Bisono. Reksopradjo, Soelarto (ed.).Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Cet.I.

Jakarta: Binarupa Aksara.1999

35