18 | RABU, 22 SEPTEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Ujian ... fileKondisi infrastruktur men-jadi salah...

1

Click here to load reader

Transcript of 18 | RABU, 22 SEPTEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Ujian ... fileKondisi infrastruktur men-jadi salah...

Page 1: 18 | RABU, 22 SEPTEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Ujian ... fileKondisi infrastruktur men-jadi salah satu penyebab utama kemiskinan dan ketertinggalan ... Namun, di balik kisah heroik,

FOKUSOTOMOTIF

BACA BESOK!Tema:

Mengejar BBM SubsidiMobil Bekas Diburu

SEMUNYING Jaya hanya salah satu potret buram dari kondisi umum di perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalbar. Terdapat sekitar 98 desa di provinsi itu yang berbatasan dengan negeri jiran tersebut. Desa-desa itu tersebar di 15 kecamatan di lima kabupaten.

Sebagian besar warga di per-batasan negara itu memiliki persoalan yang nyaris sama, yakni kesenjangan sosial dan ekonomi. Kesenjangan itu ter-jadi akibat perbedaan mencolok antara pembangunan di wi-layah mereka dan di wilayah Malaysia.

Kondisi infrastruktur men-jadi salah satu penyebab utama kemiskinan dan ketertinggalan wilayah perbatasan. Dari seki-tar 873,14 kilometer (km) jalan akses ke perbatasan di Kalbar, hanya 23,7 km yang baik.

Selain itu, masih terdapat 88,5 km jalan yang belum dibuka.

Bandingkan dengan Malay-sia yang semua wilayah per-batasannya sudah terhubung dengan jalan paralel. Mereka hanya butuh sekitar 4-5 jam un-tuk menjangkau titik perbatasan terjauh.

‘’Pembangunan jalan paralel dan jalan penghubung utama ke perbatasan di Kalbar butuh Rp3,5 triliun. Hanya sekitar dua kali lipat dari biaya pemba-ngunan gedung mewah DPR,’’ kata mantan Kepala Badan Per-siapan Pengelolaan Kawasan Khusus Perbatasan (BPPKKP) Kalbar Nyoman Sudana.

Senada dengan itu, ekonom dari Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak Edy Surat-man mengatakan pendapatan per kapita masyarakat kita di perbatasan rata-rata hanya US$400. Di Malaysia sekitar US$3.600 atau sembilan kali lipat lebih tinggi.

Kehidupan mereka juga sa-

ngat bergantung pada dan lebih berorientasi ke Malaysia. Mulai pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari, penerangan listrik, hingga pelayanan pendidikan dan kesehatan. Selain mudah dijangkau, sekolah dan peng-obatan di Malaysia memiliki kualitas dan pelayanan yang jauh lebih baik daripada di wi-layah Indonesia.

Guru besar ilmu ekonomi itu menilai ketergantungan yang tinggi terhadap Malaysia

menjadi ancaman serius bagi pertahanan nasional. Itu ber-potensi menimbulkan krisis nasionalisme warga perbatasan. ‘’Mereka lebih banyak merasa-kan manfaat pembangunan dari Malaysia. Ini bisa menjadi bom waktu yang dapat mengikis na-sionalisme warga perbatasan,’’ ujar Edy.

Adapun keberadaan hutan di sepanjang perbatasan Indo-nesia-Malaysia memiliki peran strategis dalam aspek perta-hanan, saat perang maupun damai. Hutan adalah sabuk pengaman bagi kedaulatan dan teritorium negara.

‘’Dampak (aktivitas) pe-nebangan hutan bagi kepen-tingan militer itu luar biasa karena akan memengaruhi taktik bertempur,’’ kata kata Panglima Komando Daerah Militer (Kodam) Tanjungpura Mayjen Moeldoko.

Pangdam mengatakan kon-

disi alam yang terbuka akan memudahkan lawan dalam me-mantau dan mendeteksi setiap pergerakan pasukan Indonesia di perbatasan. Oleh karena itu, keberadaan hutan sangat me-mengaruhi fungsi pertahanan negara.

Ia mengakui banyak kawasan hutan di sepanjang perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalbar saat ini dalam kondisi kritis akibat eksploitasi. Di beberapa lokasi bahkan berubah men-jadi areal perkebunan kelapa sawit. Di sebelah Indonesia dan Malaysia.

‘’Dua wilayah perbatasan itu tersambung dengan kebun kelapa sawit,’’ ungkapnya.

Ada tiga lokasi di sepanjang perbatasan yang telah berubah menjadi hamparan kelapa sawit itu. Dua lokasi berada di Ka-bupaten Bengkayang dan satu lokasi lagi di Kabupaten Sang-gau. (AR/N-2)

JAMALUDIN, 48, baru lahir saat konfrontasi Indonesia-Malaysia ter-jadi pada 1962-1966. Na-

mun, cerita dari orang tua dan kakeknya yang ikut terlibat dalam perang itu tidak pernah hilang dari ingatannya.

“Banyak warga Desa Semu-nying Jaya terlibat aktif mem-bantu tentara ketika terjadi gerakan Ganyang Malaysia. Mereka berbagi tugas,” kenang Jamaludin.

Ada yang membantu menyi-apkan logistik untuk pasukan, menjadi mata-mata, dan ada pula yang berjuang di garis depan. Pengetahuan lapangan yang dimiliki warga juga sa-ngat membantu militer Indo-

nesia dalam menyusun strategi dan melakukan serangan. Ada beberapa warga yang diper-senjatai. Mereka ikut berjuang bersama tentara di garis depan pertempuran.

Cerita heroik itu tidak hanya didengar Jamaludin. Banyak pemuda di Desa Semunying Jaya, Kecamatan Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang, Kali-mantan Barat, juga mendapat cerita serupa dari orang tua mereka.

Di dalam pikiran mereka terpatri bahwa perjuangan warga Semunying Jaya dalam mempertahankan kehormatan negeri ini tidak lekang dima-kan zaman. Mereka melakoni itu dengan menjaga kedaulatan

wilayah Indonesia di tapas batas yang serbaterisolasi dan penuh keterbatasan, tanpa pamrih.

Namun, di balik kisah heroik, Jamaludin juga tidak pernah lupa cerita sedih ketika itu. Kesusahan dan penderitaan hidup di zaman perang itu dirasakannya sejak masih da-lam ayunan.

“Saya pernah dilemparkan ibu saya dari ayunan karena mendengar kabar tentara Ma-laysia telah masuk dan me-nyerang kampung kami. Ibu sangat ketakutan dan bermak-sud menyembunyikan saya,” tuturnya.

Wakil Ketua Badan Perwa-kilan Desa (BPD) Semunying

Jaya ini cucu Jampung, tokoh desa yang berjasa mengorga-nisasi warga saat konfrontasi. Ia juga membentuk pasukan warga, yang bergerilya dan berjuang di garis depan ber-sama tentara Indonesia.

“Kakek Jampung adalah kepala suku. Ia berjuang dan memobilisasi kekuatan rakyat untuk mendukung operasi militer,” aku Sekretaris Desa Semunying Jaya Abulipah.

Konfrontasi selesai, tapi uji-an untuk warga Semunying belum usai. Warga kembali harus berpeluh membantu ten-tara pada masa pemberontakan Pasukan Gerilya Revolusioner Serawak/Pasukan Rakyat Kali-mantan Utara (PGRS/Paraku).

Mereka dikerahkan untuk membantu operasi penum-pasan pemberontakan, yang berlangsung pada 1967-1970.

S e m u n y i n g k e m b a l i dikepung bara perang. Mereka terpaksa bercerai-berai dan meninggalkan anak dan istri untuk masuk lagi ke hutan di sepanjang perbatasan Indone-sia-Malaysia. Pemberontakan berhasil dilumpuhkan pada 1970, dan kekuatan militer te-rus bertahan di desa ini hingga dekade 1980-an.

“Operasi pembersihan baru benar-benar berhenti sekitar 1988, bersamaan masuknya PT Yamaker,” ungkap Kepala Desa Semunying Jaya Momonus.

PT Yamaker atau Yayasan

Meski berada di perbatasan, nenek moyang

warga Semunying Jaya sangat

berdarah Indonesia. Kini, anak

keturunannya tengah diuji.

Aries Munandar

18 | RABU, 22 SEPTEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA RABU, 22 SEPTEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA | 19Fokus Nusantara

SungAi KuMbA: Seorang warga

menghidupkan mesin speedboat di Sungai

Kumba. Sungai Kumba menjadi

jalur transportasi utama menuju Desa

Semunying Jaya.

KAyu ilegAl:Tumpukan kayu hasil

jarahan dari hutan adat di kawasan perbatasan

Indonesia-Malaysia di Desa Semunying

Jaya, Kabupaten Bengkayang,

Kalimantan Barat. Tumpukan kayu ini hasil

temuan tim investigasi Walhi Kalbar beberapa

waktu lalu.

DoK. LPS-AIR PonTIAnAK

DoK. WALHI KALBAR

Potret Buram di Perbatasan

Ujian Panjang di TaPal BaTas

WAjAh perMuKiMAn : Salah satu sudut perkampungan warga di Desa Semunying Jaya. Desa ini berbatasan langsung dengan Serawak, Malaysia, dan masuk ring atau lini satu perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan Barat.

Nyoman SudanaKepala BPPKKP Kalbar

Pembangunan jalan ke perbatasan di Kalbar butuh Rp3,5 triliun.”