18. Naskah Fisika SMA

download 18. Naskah Fisika SMA

of 33

Transcript of 18. Naskah Fisika SMA

DRAF

NASKAH AKADEMIK FISIKA

SMA/MA

Visi Kementerian Pendidikan Nasional:Insan Indonesia Cerdas, Komprehensif, Kompetitif, dan Bermartabat (Insan Kamil/Insan Paripurna)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT KURIKULUM Jakarta, 2010

Penulis: Dr. Sparisoma (ITB) Kontributor: Dr. Alamta (ITB) Dra. Mariati Purba, M.Pd (Puskur)

iv

KATA PENGANTARNaskah Akademik Mata Pelajaran yang disusun oleh Pusat Kurikulum merupakan tindak lanjut dari Naskah Akademik Penataan Ulang Kurikulum dan Naskah Akademik Satuan Pendidikan. Naskah Akademik Mata Pelajaran terdiri atas sebagai berikut :

1. PKn SD 2. PKn SMP 3. PKn SMA 4. Bahasa Indonesia SD 5. Bahasa Indonesia SMP 6. Bahasa Indonesia SMA 7. Sastra Indonesia SMA 8. Bahasa Inggris SMP 9. Bahasa Inggris SMA 10. Matematika SD 11. Matematika SMP 12. Matematika SMA IPA 13. Matematika SMA IPS

14. Matematika SMA Bahasa 15. IPA SD 16. IPA SMP 17. Biologi SMA 18. Fisika SMA 19. Kimia SMA 20. IPS SD 21. IPS SMP 22. Ekonomi SMA 23. Geografi SMA 24. Sosiologi SMA 25. Antropologi SMA

Selain itu, Pusat Kurikulum juga telah menyusun Naskah Akademik Kewirausahaan. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan pemikiran dalam mewujudkan naskah akademik ini. Dengan kerendahan hati, kami mengharapkan masukan dan kritik yang konstruktif dalam rangka pemantapan dan penyempurnaannya. Semoga upaya ini bisa menjadi salah satu unsur yang signifikan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan.

Jakarta, Nopember 2010 Kepala Pusat Kurikulum,

Dra. Diah Harianti, M.Psi NIP. 195504161983032001

iv

DAFTAR ISI

Kata Pengantar Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Penyusunan Naskah Akademik Penataan Kurikulum BAB II LANDASAN NASKAH AKADEMIK PENATAAN KURIKULUM A. Landasan Yuridis.

ii iii 1 1 3 4 4 6 7 10 10 13 13 17 19 20 20 20 20 20 20 20 21 21 21 24 Panduan Implementasi 24 Dan

B. Landasan Teoritis C. Landasan EmpirisBAB III PENATAAN ULANG KURIKULUM A. Analisis Strand Dan Peta Kompetensi Fisika SMA B. Kajian Kurikulum Fisika SMA C. Perbandingan Kurikulum Nasional Dan Internasional Fisika SMA D. Analisis Evaluasi Kompetensi Lulusan E. BAB IV Analisis Kebutuhan Penguatan Kurikulum REKOMENDASI DAN TINDAK LANJUT

A. Rekomendasi Penataan Ulang Kurikulum1. 2. 3. 4. 5. B. 1. 2. C. 1. Penataan Strand Dan Peta Kompetensi Penataan Kurikulum Penataan Luaran Terkait Internasionalisasi Penataan Kompetensi Lulusan Penataan Lebih Lanjut Penguatan Kurikulum Implementasi Payung Hukum Rambu-Rambu Kurikulum

Hasil penataan ulang

Upaya Penguatan Kurikulum

iv

2.

Panduan Implementasi (Metodologi Dan Evaluasi)

DAFTAR PUSTAKA

25 28

iv

BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Mata Pelajaran Fisika merupakan salah satu bagian dari matapelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang diajarkan pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Mata pelajaran ini memperkenalkan kepada siswa tentang benda-benda dan lingkungannya yang berupa benda mati yang dapat berubah sifatnya karena pengaruh besaran-besaran fisis seperti temperatur, tekanan, gaya, kelajuan, putaran, posisi, arus listrik, medan magnetik, dan lain-lain tanpa merubah sifat materinya menjadi materi lain. Perkembangan teknologi mutakhir saat ini, seperti Organic Light-Emitting Diode (OLED), Carbon Nanotube (CNT), lotus effect, thermal-induced paint, underwater adhesive, portable nuclear fuel cell, dan lain-lain, tidak dapat terlepas dari andil berbagai ilmu, di mana salah satunya adalah bidang Fisika. Ilustrasi mengenai hasilhasil tersebut akan menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar, terutama dalam mempelajari Fisika. Edukasi sains yang di dalamnya terdapat Fisika harus dapat membuat siswa menyadari pentingnya matapelajaran yang sedang dipelajarinya dan apa manfaatnya bila ia dapat memahaminya. Tidak perlu sampai seseorang siswa dapat menerangkan suatu teknologi mutakhir dengan detil akan tetapi cukup sampai ia dapat mengaitkan konsep-konsep fisika yang dipelajarinya sehingga dapat mengerti secara garis besar mengapa suatu produk teknologi dapat bekerja terkait dengan hukumhukum alam yang membatasinya. Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang dapat dikatakan terbesar di dunia. Ia membentang sepanjang 8000 km dari keliling bumi yang hanya 40.000 km. Dengan demikian dapat dibayangkan keuntungan dan kerugian dari faktor geografis yang tentu saja mempengaruhi pendidikan di Indonesia. Suatu kurikulum yang dirancang di suatu daerah, telah dicoba, dan memberikan hasil luaran yang baik belum tentu dapat berhasil diterapkan di tempat lain dengan kondisi geografis dan kultur yang berbeda. Belum lagi apabila ke dalamnya dimasukkan faktor-faktor lain seperti dukungan sarana dan prasarana pembelajaran serta Sumber Daya Manusia (SDM) yang terlibat

iv

dalam proses pembelajaran. Kurikulum yang dirancang dengan baik merupakan salah satu faktor suksesnya tidaknya pembelajaran suatu matapelajaran pada suatu jenjang pendidikan. Selain daripada itu diperlukan pula implementasi yang tepat sehingga tujuan pembelajaran yang dituangkan dalam suatu kurikulum dapat tercapai. Hal inilah yang sering terjadi di Indonesia, yaitu bahwa kurikulumnya telah baik akan tetapi implementasinya memiliki banyak kelemahan sehingga tujuan kurikulum tidak dapat tercapai. Beberapa hal yang diduga menjadi sumber kelemehan implementasi kurikulum adalah: sifat kurikulum yang terlalu umum di satu sisi dan minim penjelasan sehingga menyebabkan multi-intepretasi dalam implementasinya, sifat kurikulum yang terlalu khusus di sisi lain sehingga menyulitkan implementasi pada kondisi dan situasi yang amat berlainan dengan situasi dan kondisi di mana kurikulum tersebut dirancang untuk diterapkan, dan kompetensi dari pelaksana kurikulum (pengajar maupun peserta ajar) yang belum atau bahkan tidak dikaji saat suatu kurikulum dirancang. Komponen terakhir ini seharusnya tidak hanya menjadi obyek dari kurikulum, melainkan juga sebagai subyek sehingga perlu dilibatkan dalam perancangan suatu kurikulum yang baik. Selain dari yang telah disebutkan di atas perlu pula dikaji kesinergisan suatu kurikulum dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sehingga apa-apa yang diterangkan di kelas, terutama konsep terkait dengan hal-hal yang abstrak, dapat langsung ditunjukkan kepada siswa apa manfaatnya dari penerapan konsep-kosep setersebut. Yang terjadi dewasa ini adalah banyak konsep yang tidak dikaitkan dengan perkembangan IPTEK dewasa ini, walaupun sebenarnya ada (dan seharusnya ada). Keterbatasan waktu dan juga wawasan dari pelaku ajar menjadi kendala dalam hal ini. Indonesia yang terus-menerus bergantung dari hutang luar negeri, para politikus yang melahirkan kebijakan yang lebih berpihak kepada kepentingan segelintir kelompok dan bukan masyarakat, rehabilitasi daerah pasca benca yang lambat, dan hal-hal lain yang jelas-jelas tidak cocok mengindikasikan bahwa bangsa ini memiliki generasi yang kurang memiliki karakter, kurang kreatif, dan kurang berjiwa wirausaha. Untuk itu sifat-sifat baik yang seharusnya muncul agar dapat dititipkan dan dibangun dalam kurikulum suatu matapelajaran sehingga sembari mempelajari materi suatu matapelajaran, sifat-sifat baik yang merupakan modal untuk membangun suatu bangsa

iv

yang besar yang dapat sejajar dengan bangsa-bangsa besar di dunia ini, dapat secara langsung maupun tak langsung tertanam kepada para siswa.

B. Tujuan Penyusunan Naskah Akademik Penataan Kurikulum Naskah Akademik (NA) ini disusun dengan tujuan untuk menata ulang kurikulum, melakukan penguatan implementasi kurikulum, memberikan rekomendasi hasil penataan ulang kurikulum serta saran implementasinya, dan memberikan rekomendasi tentang kurikulum masa depan.

iv

BAB II LANDASAN NASKAH AKADEMIK PENATAAN KURIKULUMA. Landasan Yuridis Pada tahun 2010 ini Pusat Kurikulum melakukan rincian (detailing) penataan kurikulum sekolah sebagaimana ditugaskan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementrian Pendidikan Nasional. Kegiatan ini didasarkan pada kebijakan Nasional yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 20102014 dan Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional (Renstra Kemendiknas) 2010-2014. Termasuk dalam kegiatan ini adalah penataan kurikulum di setiap jejang pendidikan dasar dan menengah untuk semua matapelajaran. Enam substansi inti program aksi bidang pendidikan telah ditetapkan dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014. Substansi inti program aksi yang berkaitan dengan penataan ulang kurikulum adalah poin yang kelima yang berbunyi penataan ulang kurikulum sekolah yang dibagi menjadi kurikulum tingkat nasional, daerah, dan sekolah sehingga dapat mendorong penciptaan hasil didik yang mampu menjawab kebutuhan SDM untuk mendukung pertumbuhan nasional dan daerah dengan memasukkan pendidikan kewirausahaan (diantaranya dengan mengembangkan model link and match). Dua kebijakan yang terkait dengan kurikulum yang dimuat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 2010-2014, yaitu Penerapan Metodologi Pendidikan Akhlak Mulia dan Karakter Bangsa, dan Pengembangan Metodologi Pendidikan yang Membangun Manusia yang Berjiwa Kreatif, Inovatif, Sportif dan Wirausaha memberikan implikasi terkait dengan kurikulum berupa

iv

1. penyiapan program operasional penataan ulang kurikulum yang dilaksanakan dalam kurun waktu 2010 sampai dengan 2014; 2. penguatan kurikulum yang melalui (a) penerapan metodologi pembelajaran yang mengaktifkan peserta didik, dan (b) pengintegrasian karakter dan budaya, kewirausahaan, dan ekonomi kreatif; 3. penyempurnaan kurikulum satuan pendidikan mulai dari PAUD, SD, SMP, SMA, SMK, PLB, dan Kesetaraan; dan 4. perumusan konsep pengelolaan kurikulum yang dibagi menjadi kurikulum tingkat nasional, kurikulum tingkat daerah, dan kurikulum tingkat sekolah. Konsep penataan kurikulum di Sekolah Menengah Atas (SMA) perlu disusun dalam suatu bentuk Naskah Akademik Penataan Kurikulum SMA agar penataan kurikulum dapat dilakukan secara konseptual, sistemik, dan sistematik sehingga menghasilkan kurikulum yang berkualitas dan berdayaguna bagi pengembangan dan / atau pemberdayaan potensi diri peserta didik. Gambaran bagaimana konfigurasi pelaksanaan dalam penataan ulang kurikulum di SMA akan tertuang dalam naskah akademik ini, yang juga harus memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan tetap memperhatikan tuntutan kebutuhan peserta didik dalam pengembangan potensi dirinya dan perkembangan masyarakat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni-budaya. Terdapat undang-undang dan peraturan yang mendasari dilakukannya penataan ulang terhadap kurikulum SMA, yaitu 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan 2. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Atas dasar landasan yuridis di atas Naskah Akademik Penataan Kurikulum Sekolah Menengah Atas Matapelajaran Fisika dibuat dan berpokok padanya untuk hal-hal legal dan formalnya.

B. Landasan Teoritis

iv

Di negara mana pun di dunia ini secara prinsip hakikat kurikulum mempunyai kesamaan dalam fungsinya yaitu sebagai suatu cetak biru (blue print) proses pembelajaran yang berupa seperangkat rencana untuk membangun dan memberdayakan potensi peserta didik. Filosofi dan agama serta kepercayaan yang dianut (beliefs), konteks, dan kondisi yang dimiliki dan dihadapi oleh masing-masing negara akan menyebabkan perbedaan muatan kurikulum dalam setiap negara, yang bukan menjadi kelemahan melainkan keunggulan dan keunikan kurikulum suatu negara. Untuk itu suatu negara perlu menerapkan kurikulum yang sesuai dengan kondisi dan situasi yang dihadapinya dan bukan dengan serta-merta menerapkan kurikulum dari negara lain yang dianggap lebih maju bidang pendidikannya. Arti kurikulum itu sendiri telah cukup lama berevolusi semenjak digunakan, akan tetapi setidaknya harus memenuhi dua kriteria, yaitu dapat merefleksikan pemahaman secara umum istilah tersebut saat digunakan oleh pendidik dan dapat berguna bagi pendidik dalam melakukan pembedaan secara operasional, sehingga dapat didefinisikan sebagai suatu rencana yang dibuat untuk memandu proses pembelajaran dalam sekolah-sekolah, yang umumnya berwujud dokumen yang dapat diperoleh pada beberapa jenjang generalisasi (levels of generality), dan aktualiasasi rencana-rencana tersebut dalam ruang kelas, sebagaimana dialami oleh pelajar dan dicatat oleh pengamat; pengalaman-pengalaman tersebut terjadi dalam lingkungan pembelajaran yang juga mempengaruhi apa yang dipelajari (Glatthorn, 1987). Kurikulum dapat juga berarti suatu rangkaian interaksi serius baik yang bersifat eksplisit maupun implisit yang dirancang untuk memfasilitasi pembelajaran dan pengembangan untuk menekankan arti dari pengalaman. Hal-hal yang bersifat eksplisit umumnya terdapat dalam kurikulum tertulis suatu matapelajaran sedangkan hal-hal yang bersifat implisit dapat ditemukan dalam hidden curriculum, dengan mengacu pada aturan dan normanorma yang mendasari interaksi di sekolah. Interaksi dalam pembelajaran umumnya terjadi antara guru dan siswa (Miller & Seller, 1985). Dapat pula diartikan bahwa: (a) kurikulum adalah program studi-program studi yang diadopsi oleh suatu sekolah; (b) kurikulum terdiri dari isi matapelajaran-matapelajaran yang diajarkan dalam suatu sekolah; (c) kurikulum melibatkan interaksi terencana antar instruktur, peserta ajar, dan sumber-sumber pembelajaran di sekolah atau di suatu tempat yang dirancang untuk pembelajaran; (d) kurikulum mewadahi semua pengalaman yang ditawarkan

iv

bagi peserta ajar di bawah naungan sekolah atau bentul lain yang berfungsi sebagai lembaga pendidikan; dan (e) kurikulum meliputi semua pengalaman yang terencana dan tak terencana bagi para peserta ajar di sekolah atau tempat / lembaga lain yang dirancang untuk itu (Amstron, 1989). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hakikat kurikulum adalah rencana awal yang dibuat untuk membimbing anak belajar di sekolah, disajikan dalam bentuk dokumen yang mudah ditemukan, disusun berdasarkan pada tingkat-tingkat generalisasi dan perkembangan peserta didik, dapat diaktualisasikan di dalam pembelajaran, dapat diamati oleh pihak yang tidak berkepentingan sekalipun, dan membawa misi perubahan tingkah laku. Kurikulum sebagai suatu bentuk rencana harus fleksibel agar bisa memberi kemungkinan setiap saat untuk dilakukan perbaikan seperlunya dalam proses implementasinya. Kurikulum sebagai suatu bentuk dokumen harus memberikan petunjuk yang cukup rinci mengenai berbagai hal yang perlu dilakukan oleh kepala sekolah dan guru dan juga dapat disimpan dalam perangkat komputer yang bisa diakses oleh berbagai pihak melalui jaringan internet. Untuk kepentingan pendidikan di Indonesia kurikulum telah didefinisikan secara formal, yaitu sebagai "Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu, sebagaimana yang dimuat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

C. Landasan Empiris Pembelajaran fisika pada tingkat SMA tidak dapat terlepas dari pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada jenjang Sekolah Dasar (SD) dan pembelajaran fisika pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Terdapat banyak pendapat mengenai apakah konsep-kosep yang diajarkan pada ketiga jenjang pendidikan yang berbeda itu harus selalu berulang-ulang seperti sprial atau suatu konsep dapat hanya diajarkan pada suatu jenjang pendidikan dan tidak perlu diajar lagi pada jenjang pendidikan yang lain. Dalam jenjang SMA sendiri ada sekolah yang memberikan matapelajaran fisika hanya 2 (dua) jam pelajaran @ 50 menit untuk setiap minggunya selama efektif 5

iv

(lima) semester karena banyak sekolah yang menggunakan semester terakhir, yaitu semester keenam untuk persiapan Ujian Nasional (UN), di mana dalam semester terakhir ini peserta ajar menerima pembelajaran yang sifatnya hanya mengarahkan pada penyelesaian contoh soal UN yang telah dipakai tahun-tahun sebelumnya. Jadi terdapat ketidaksinergisan antara tujuan pengajaran konsep-konsep fisika yang ingin mencapai pemahaman dengan implementasi pengajaran di lapangan yang bertujuan sebanyak-banyaknya peserta ajar yang lulus UN dengan nilai yang baik. Kurikulum mengisyaratkan bahwa pembelajaran fisika adalah 2 (dua) jam pelajaran untuk kelas X dan 4 (empat) jam pelajaran untuk kelas XI dan XII (setelah penjurusan) setiap minggunya. Konfigurasi kurikulum SMA yang berlaku saat ini dirasakan sangat kaku (rigid) dengan adanya penjurusan tradisional yang mengotak-ngotakkan peserta ajar ke dalam bidang IPA, IPS, dan Bahasa. Khusus untuk daerah-daerah yang jauh dari kota besar terdapat pula masalah-masalah lain yang kadang tidak terdeteksi dan tidak terwadahi dalam kurikulum yang ada dan juga dalam petunjuk pelaksanaannya (bila ada petunjuk pelaksanaan). Salah satu bentuk permasalahan adalah tidak adanya dukungan dari orangtua kepada peserja ajar untuk mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Hal ini terutama terjadi pada daerah-daerah di mana tenaga kerja anak amat dominan diperlukan oleh keluarganya, baik untuk mengumpulkan hasil pertanian maupun untuk melakuan penambangan tradisional (baik liar maupun legal), belum lagi industri-industri rumah tangga yang mengejar tenaga kerja murah usia sekolah. Dalam hal ini tujuan jangka panjang pembelajaran, terutama fisika, tertutup dan terlihat amat tak berarti dibandingkan dengan tujuan jangka pendek pekerjaan yang segera memberikan luaran finansial yang jelas dan kuantitatif. Selain tindakan kreatif dan inovatif dari pengajar untuk mengatasi masalah ini, kurikulum sebaiknya juga menyediakan ruang untuk mengatasi masalah dalam bentuk ini. Selain itu, keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran bukan sudah menjadi rahasia umum dan lagi-lagi kurikulum belum, dalam bentuk pelaksanaan atau kebebasan melakukan implementasi sehingga tidak membebani pengajar, mewadahi penyelesaian bentuk permasalahan ini. Terkait dengan hubungan antara matapelajaran yang lain, perlu adanya kesinergisan antara pengajaran matapelajaran fisika, matematika, dan kimia terutama sehingga peserta ajar mendapatkan perangkat belajarnya (aturan matematika, konsep, cerita, dan

iv

lain-lain) dari matapelajaran terkait sehingga saat menerima matapelajaran tertentu, pengajar tidak perlu mengulangi materi yang sebenarnya sudah diajarkan dalam matapelajaran lain. Hal ini masih terus-menerus menjadi dilema bahkan sampai jenjang pendidikan berikutnya di Perguruan Tinggi (PT). Selain ketiga matapelajaran tersebut, matapelajaran lain juga dapat mendukung pembelajaran fisika apabila pendidik dapat setidaknya memberikan ilustrasi kaitan fisika dengan bidang-bidang lain misalnya kesenian (pembentukan bunyi, resonansi, amplifikasi), olah raga (gerak 1-, 2-, dan 3-dimensi, gaya, energi), sosial (efesiensi, kesetaraan, kekekalan), dan lainlain. Jumlah topik yang banyak dalam matapelajaran fisika dan disajikan dengan tidak saling mengait juga merupakan suatu permasalahan dalam pembelajaran fisika, di mana menyebabkan peserta ajar memandang fisika sebagai suatu kumpulan rumusrumus yang perlu dihapal. Benang merah antar topik seringkali tidak tersampaikan dalam pembelajaran. Ini adalah salah satu sebab mengapa fisika menjadi matapelajaran yang cukup ditakuti di berbagai jenjang pendidikan.

iv

BAB III PENATAAN ULANG KURIKULUMA. Analisis Strand dan Peta Kompetensi Fisika SMA Beberapa dokumen yang menceritakan kurikulum beberapa negara / negara bagian / distrik, seperti Indonesia (ID), New Zealand (NZ), Ontario (OT), Singapore (SG), Australia (AU), Malaysia (MY), India (IN), Bangladesh (BL), New Jersey (NJ), dan Massachusetts (MS) telah dicermati dan ditelaah dengan cepat untuk membandingkan strand matapelajaran fisika yang digunakan. Setiap kurikulum memberikan suatu strand, sub strand, Standar Kompetensi (SK), dan Kompetensi Dasar (KD) berbedabeda mulai dari kelas I (SD) sampai kelas XII (SMA). Ilustrasi khusus untuk materi yang diberikan dalam jejang SMA di Indonesia akan diberikan dalam tabel berikut ini. Tabel 3.1. Perbandingan strand, sub strand, SK, dan KD untuk kurikulum beberapa negara pada jenjang setara kelas I XII untuk materi kelas X XII di Indonesia.Strand / Sub Strand / SK / KD Menganalisis besaran fisika pada gerak dengan kecepatan dan percepatan konstan Menerapkan gaya (hukum Newton) sebagai prinsip dasar dinamika untuk gerak lurus, gerak vertikal, dan gerak melingkar beraturan Menganalisis gerak lurus, gerak parabola dengan menggunakan vektor Menganalisis pengaruh gaya pada sifat elastis bahan Menganalisis hubungan antara gaya dengan gerak getaran Kelas (I XII)* ID NZ OT SG AU MY IN BL NJ 10 2 8 MS 8

10

-

3

6

12

11 11 11

5 5

12

*A berarti strand terdapat dalam setiap kelas dalam suatu kurikulum - diajarkan tetapi data kelas tidak tersedia kosong belum berarti tidak diajarkan akan tetapi tidak menggunakan istilah yang sama Tidak semua strand, sub strand, SK, dan KD dalam kelas X XII di Indonesia dibandingkan karena tidak semua kurikulum memiliki pembagian yang sama. Hanya strand, sub strand, SK, dan KD yang sekilas dilihat terdapat pada banyak kurikulum yang dibahas tanpa terlebih dahulu membahas secara detil isi dari strand yang

iv

dimaksud. Terdapat kemungkinan bahwa judul strand yang berbeda mengandung SK atau KD yang sama. Kurikulum beberapa negara tidak mendeskripsikan dengan spesifik SK dan KD seperti kurikulum Indonesia melainkan lebih mengelaborasikannya dengan keseharian sehingga apabila disetarakan mereka melibatkan ungkapan-ungkapan yang cenderung tidak terlalu matematis dan tidak penuh dengan istilah (hukum, aturan, dan prinsip) seperti halnya yang terdapat dalam kurikulum Indonesia. Analisis strand dari kurikulum beberapa negara / negara bagian / distrik mengisyaratkan bahwa kurikulum Indonesia terlalu sarat dengan istilah matematis dan fisis sehingga kurang terintegrasi dalam matapelajaran fisika dan IPA secara keseluruhan. Peserta ajar juga melihat bahwa topik-topik terkotak-kotak dan tidak berkaitan satu sama lain. Konsep-konsep terlalu banyak diberi nama sehingga seakanakan menjadi fakta-fakta yang harus dihapalkan tanpa perlu dimengerti kaitannya. Hal ini bukan terdapat dalam kurikulum, pemahaman para pengajar yang juga merupakan produk kurikulum serupa, dan buku-buku yang beredar. Kemudian, terkait dan sifat lulusan SMA yang diharapkan (memiliki nilai budaya, karakter bangsa, jiwa wirausaha, dan kreatif), terdapat SK dan KD yang diduga memicu munculnya sifat-sifat tersebut. Tabel 3.2. Ilustrasi beberapa SK / KD dan kaitannya dengan nilai-nilai yang muncul.SK / KD Mengukur besaran fisika (massa, panjang, dan waktu Melakukan penjumlahan vektor Menganalisis besaran fisika pada gerak melingkar dengan laju konstan Nilai-nilai yang muncul Jujur, ulet, realistis, kreatif dan rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu dan nilai religius karena dibalik fenomena alam (jagad raya) yang bergerak melingkar dengan keteraturannya ada kekuasaan Tuhan yang Maha Esa. Obyektif, jujur, teliti, kooperatif, partisipatif, menghargai data.

Menerapkan Hukum Newton sebagai prinsip dasar dinamika untuk gerak lurus, gerak vertikal, dan gerak melingkar beraturan Menganalisis alat-alat optik secara kualitatif dan kuantitatif dengan melakukan

Nilai religius, jujur, teliti, kooperatif, toleran, partisipatif, rasa ingin tahu, dan tekun, serta

iv

percobaan enerapkan alat-alat optik dalam kehidupan sehari-hari

aktualisasi pembelajaran aktif. Rasa ingin tahu, kerja keras, kerjasama, tekun. kreatif, ulet dan kerja keras.

Menganalisis cara perpindahan kalor Rasa ingin tahu, teliti, tekun, kerja keras, dan dengan menghubungkan pada fenomena tanggung jawab. permasalahan lingkungan pemanasan global Menerapkan asas Black dalam pemecahan masalah Memformulasikan besaran-besaran listrik rangkaian tertutup sederhana (satu loop) Rasa ingin tahu, teliti, tekun, kerja keras.

Obyektif, jujur, teliti, kooperatif, partisipatif, menghargai data, rasa ingin tahu, tekun, ulet, kreatif, inovatif dan tanggung jawab. Rasa ingin tahu, ketekunan. Rasa ingin tahu dan rasa kebangsaan ketika mengulas bangsa pembuat alat tersebut. Kreatif, inovatif, menghargai prestasi orang lain, demokratis. Kreatif, rasa ingin tahu, menghargai prestasi orang lain, demokratis.

Menggunakan alat ukur listrik Menjelaskan aplikasi gelombang elektromagnetik pada kehidupan sehari-hari Hukum-hukum fluida dan kajiannya dalam kehidupan sehari-hari Menemukan hubungan antara konsep torsi momentum sudut, momen inersia dengan hukum II Newton dalam masalah benda tegar Menunjukkan hubungan antara konsep impuls dan momentum untuk menyelesaikan masalah tumbukan Menerapkan hukum kekekalan energi mekanikuntuk menganalisis gerak dalam kehidupan sehari-hari Menganalisis hubungan antara usaha, perubahan energi dengan hukum kekekalan energi mekanik

kreatif, inovatif dan komunikatif.

Ulet dan kreatif.

Ulet, kreatif, disiplin, dan teliti.

iv

Tidak semua sifat-sifat yang diinginkan muncul dalam sosok lulusan dapat diakomodasi oleh semua KD, SK, dan strand. Sifat-sifat tersebut sedapatnya diajarkan sinergis dengan materi yang diajarkan sehingga tidak terkesan memaksakan hal-hal yang berbau tidak fisika.

B. Kajian Kurikulum Fisika SMA Beberapa hal yang perlu menjadi pemikiran dalam kurikulum SMA saat ini adalah bahwa kurikulum saat ini terlalu kaku (rigid) dengan penjurusan secara tradisional yang mengkotak-kotakkan ke dalam bidang IPA, IPS, dan Bahasa, kurikulum fisika terlalu padat sehingga pengajar dan peserta ajar kurang leluasa dalam berperan serta dalam proses pembelajaran, topik-topik terlalu dikotak-kotakkan sehingga integrasi topik dan juga pemahaman siswa menjadi sulit, pergantian topik akan membuat peserta aja melihat sebagai suatu hal yang baru, dan strand yang ada terlalu spesifik dan beragam sehingga keterkaitan antar strand yang justru harusnya sederhana dan luas tidak terlihat. Pembenahan atau penataan dalam bagian ini masih memerlukan kajian yang lebih mendalam agar tidak malah merusak kurikulum yang saat ini sedang berjalan.

C. Perbandingan Kurikulum Nasional dan Internasional Fisika SMA Kurikulum beberapa negara / negara bagian / distrik, seperti Indonesia (ID), New Zealand (NZ), Ontario (OT), Singapore (SG), Australia (AU), Malaysia (MY), India (IN), Bangladesh (BL), New Jersey (NJ), dan Massachusetts (MS) telah ditelaah sepintas dan berapa hal telah dibandingkan, yaitu tujuan adanya kurikulum, ruang lingkup / strand, dan ekspektasi lulusan yang diharapkan.

iv

Masih terdapat hal-hal lain yang belum dibahas. Ketiga hal tersebut dipilih karena merupakan hal-hal yang mudah untuk dilihat dan dicari dalam suatu dokumen yang menceritakan kurikulum suatu negara / negara bagian / distrik. Studi lebih lanjut diperlukan untuk memantapkan hasil-hasil perbandingan yang telah diperoleh dan akan disajikan berikut ini. Berdasarkan Tabel 3.3 dapat dilihat bahwa tidak semua negara / negara bagian / distrik memiliki tujuan yang sama saat mereka membuat suatu kurikulum, terutama kurikulum sains, fisika, dalam hal ini. Akan tetapi terdapat tujuan dasar yang sama yaitu untuk menetapkan arah pembelaran bagi siswa dan panduan bagi kurikulum sekolah dalam mencapai tujuan dari kuriklum tersebut yang dilaksanakan oleh para pendidik. Tabel 3.3. Perbandingan tujuan adanya kurikulum dari beberapa negara / negara bagian / distrik.

Selain fungsi dan tujuan formal dari kurikulum dalam memberikan panduan bagi pengajar dan juga arah pembelajaran bagi peserta ajar, dapat pula dimasukkan tujuantujuan yang terkait dengan target lulusan atau dampak yang akan diberikan oleh lulusan pengguna kurikulum. Melihat pembagian strand atau ruang lingkup yang terdapat dalam kurikulum beberapa negara / negara bagian / distrik adalah suatu hal yang menarik sebagaimana disajikan

iv

dalam Tabel 3.4. Tidak terdapat pembagian yang baku akan tetapi terlihat bahwa pembagian strand / ruang lingkup kurikulum lain lebih umum ketimbang pembagian strand dalam kurikulum Indonesia yang lebih bersifat terminologi fisika dan terkesan sempit. Strand atau ruang lingkup negara lain bersifat luas dan terkesan terintegrasi dengan matapelajaran-mtapelajaran lain. Dalam kurikulum lain terdapat pula strand yang merupakan jempatan antara matapelajaran format yang kaku dalam kurikulum Indonesia (fisika, matematika, kimia, dan biologi). Contoh nama beberapa strand ini misalnya adalah model dan sistem, alam dan proses teknologi, struktur dan mekanisme, sains untuk kehidupan dan dunia kerja serta teknologi, model dan sistem, siklus (kehidupan dan wujud zat), dan lain-lain. Jumlah ruang lingkup (strand) antar berbagai kurikulum tidak memiliki jumlah yang sama dan tidak terdapat panduan yang baku mengenainya. Jumlah strand yang terlalu akan mengaburkan hubungan antar strand yang kelak diulang kembali pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi (kaitannya dengan spiral materi).

iv

Tabel 3.4. Strand atau ruang lingkup kurikulum dalam beberapa negara / negara bagian / distrik.

Kemampuan lulusan yang diharapkan secara umum dapat terbentuk apabila kurikulum dilaksanakan dengan baik. Akan tetapi terdapat pula kemampuan, yang umumnya merupakan soft skill, yang tidak dapat dengan serta-merta diperoleh hanya dengan menjalankan kurikulum. Peran pengajar menjadi amat besar agar kemampuankemampuan ini dapat muncul, misalnya kepercayaan diri, semangat, etika, dan kejujuran.

iv

Tabel 3.5. Ekspektasi lulusan kurikulum dalam beberapa negara / negara bagian / distrik.

D. Analisis Evaluasi Kompetensi Lulusan Terkait dengan ekspektasi lulusan yang diinginkan oleh suatu kurikulum, kurikulum Indonesia dirasakan belum menampilkan sifat-sifat yang diinginkan dalam bentuk kongkrit. Untuk itu perlu ada upaya pendefinisian hasil yang diinginkan. Selain itu teramati pula bahwa terdapat sedikit ketidaksesuain antara Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran (SKL Mata Pelajaran) dan Standar Kompetensi Lulusan Ujian Nasional (SKL UN) sebagaimana disajikan dalam Tabel 3.6 berikut. Terdapat SKL yang terdapat dalam SKL Mata Pelajaran akan tetapi tidak diujikan (tidak terdapat dalam SKL UN) dan sebaliknya.

iv

Tabel 3.6. Perbandingan SKL Mata Pelajaran dengan SKL UN dan rekomendasinya.SKL UN SKL Mata Pelajaran Melakukan percobaan, antara lain merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis, menentukan variabel, merancang dan merakit instrumen, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data, menarik kesimpulan, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis Memahami prinsip-prinsip pengukuran dan melakukan pengukuran besaran fisika secara langsung dan tidak langsung secara cermat, teliti, dan obyektif Memahami prinsip-prinsip pengukuran dan melakukan pengukuran besaran fisika secara langsung dan tidak langsung secara cermat, teliti dan obyektif 2007 / 2008 2008 / 2009 2009 / 2010 Rekomendasi SKL Mata Pelajaran ini diujikan dalam Ujian Praktik Fisika Sehingga tidak terdapat dalam SKL Ujian Nasional. SKL Ujian Praktik diatur tersendiri

Ditemukan pengurangan konten pada SKL Mata Pelajaran ini dan SK/KD. SK/KD menyebutkan pokok bahasan "benda titik dan benda tegar" sedangkan SKL Mata Pelajaran hanya menyebut "benda titik". Sebaiknya "benda tegar" tidak usah diajarkan dan diujikan di sekolah karena tidak terdapat dalam SKL Mata Pelajaran atau sebaliknya jika ingin tetap dipertahankan maka harus dituliskan dalam SKL Mata Pelajaran

Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik, kekekalan energi, impuls, dan momentum Menjelaskan prinsip dan konsep konservasi kalor sifat gas ideal, fluida dan perubahannya yang menyangkut hukum termodinamika serta penerapannya dalam mesin kalor Menerapkan konsep dan prinsip optik dan gelombang

Menjelaskan gejala alam dan keberaturannya dalam cakupan mekanika benda titik, benda tegar, kekekalan energi, elastisitas, impuls, dan momentum Menjelaskan gejala alam dan keberaturannya dalam cakupan mekanika benda titik, benda tegar, kekekalan energi, elastisitas, impuls, dan momentum

Menerapkan konsep dan prinsip optik dan gelombang

iv

dalam berbagai penyelesaian dalam berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi masalah dan produk teknologi Menerapkan konsep dan prinsip kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai masalah dan produk teknologi Menjelaskan konsep dan prinsip kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai masalah dan produk teknologi Menjelaskan konsep dan prinsip relativitas, teori atom, dan radioaktivitas serta penerapannya SKL Ujian Nasional ini tidak tercantum dalam SKL Mata Pelajaran sehingga direkomendasikan jika kompetensi yang dituliskan dalam SKL Ujian Nasional ingin tetap diujikan perlu ditulis dalam SKL Mata Pelajaran atau sebaliknya

E. Analisis Kebutuhan Penguatan Kurikulum Kurikulum, khususnya pada pelajaran Fisika semestinya menyentuh tidak hanya segi kognitif para siswa, tetapi muatan kurikulum harus menyentuh sikap dan kepribadian siswa sehingga tercipta integritas siswa sebagai bagian dari masyarakat yang kelak akan menjadi pemimpin bangsa. Oleh sebab itu muatan kurikulum harus mengandung unsur penguatan yang mengarahkan dan mendorong para siswa mengimplementasikan aspek sikap. Untuk itu mata pelajaran Fisika perlu dikaitkan dengan pola perilaku manusia, dalam hal ini ada analogi-analogi, rumusan-rumusan dan kaedah Fisika yang dapat diimpelementasikan. Kurikulum berisi pengembangan penguatan nilai budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan (kreativitas), dan belajar aktif. Hal ini dimaksudkan agar lulusan memiliki keunggulan kompetitif dan kooperatif sesuai standar mutu nasional dan internasional. Peta penguatan sangat penting sebagai langkah strategis dalam pengembangan kurikulum di masa depan. Dengan demikian sistem pendidikan nasional dapat merespon secara proaktif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEKS), sehingga lembaga pendidikan akan tetap relevan dalam program pembelajaran dan tuntutan kehidupan dalam pergaulan masyarakat global akan dapat terpenuhi.

iv

BAB IV REKOMENDASI DAN TINDAK LANJUTA. Rekomendasi Penataan Ulang Kurikulum 1. Penataan Strand Dan Peta Kompetensi

Jumlah strand tidak perlu terlalu banyak demikian pula dengan sub-strand-nya. Kaitan spiral antar materi antar jenjang sebaiknya dijelaskan baik sehingga terlihat peningkatan kedalaman materi dalam strand atau sub-strand yang sama 2. Penataan Kurikulum

Tujuan-tujuan selain tujuan formal suatu kurikulum dapat dimasukkan ke dalam suatu kurikulum agar kurikulum menjadi bersifat khas Indonesia dan sesuai dengan kebutuhan dari dunia / pasar / industri / jenjang pendidikan berikutnya pengguna lulusan. 3. Penataan Luaran Terkait Internasionalisasi

Globalisasi dan tujuan lulusan SMA (PT ataupun pekerjaan) perlu dipertimbangkan sehingga penataan luaran dapat tepat dan dapat bersaing dengan lulusan Luar Negeri (LN). 4. Penataan Kompetensi Lulusan

Tidak perlu semua kemampuan kelulusan yang diharapkan dituangkan secara eksplisit dalam kurikulum sehingga tidak lagi memberikan ruang gerak dan kreativitas bagi pada pengajar dan peserta ajar. Rambu-rambu saja yang perlu ditegaskan. 5. Penataan Lebih Lanjut Penguatan Kurikulum

Untuk penataan penguatan kurikulum, perlu dilihat satu persatu materi / isi mata pelajaran dengan lebih detail dan dipikirkan bentuk-bentuk praktis yang dapat diimplementasikan sehingga para siswa dapat bertumbuh dan berkembang dalam sikap yang dilandasi oleh Fisika sebagai hukum alam.

iv

B. Hasil Penataan Ulang 1. Implementasi

Isi mata pelajaran Fisika perlu dikaji ulang dan dipikirkan lebih praktis. Contohcontoh praktis diberikan lebih banyak agar Fisika lebih membumi di kalangan siswa, mulai dari hal-hal sederhana dalam kehidupan sehari-hari hingga aplikasinya dalam teknologi tingkat yang lebih tinggi. Siswa lebih diarahkan kepada contoh-contoh fisis nyata di sekelilingnya dan mencoba memahaminya dengan alam pikir sesuai usia dan tingkat pemahaman mereka. Jadi tidak harus belajar dari hal-hal rumit dari orang lain meskipun nampaknya lebih canggih. Hal ini akan membuat mata pelajaran Fisika menjadi lebih menarik dan diminati oleh para siswa, khusunya siswa SMA. Dengan demikian mata pelajaran Fisika akan lebih berkembang di Indonesia dan kelak banyak muncul para Fisikawan Indonesia yang handal dan memiliki perilaku yang baik bermental pembangun untuk bangsa. 2. Payung hukum

Sebagai dasar hukum dapat dirujuk Peraturan Pemerintanh No. 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 menyatakan sektor pendidikan sebagai metodologi dan kurikulum. Intruksi Presiden Republik Indonesia (Inpres) No. 6 Tahun 2009 tentang pengembangan ekonomi kreatif, yaitu melakukan kajian dan revisi kurikulum pendidikan dan pelatihan agar lebih berorientasi kepada pembentukan kreativitas dan kewirausahaan pada anak didik sedini mungkin. Selanjutnya Intruksi Presiden Republik Indonesia (Inpres) No. 1 Tahun 2010 tentang percepatan pelaksanaan prioritas pembangunan nasional. Diantaranya dinyatakan penyempumaan kurikulum dan metode pembelajaran aktif berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa. Ketentuan tersebut menyerukan bahwa hasil penataan ulang kurikulum perlu dan segera diimplementasikan. Juga merujuk kepada : a. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan :

iv

Pasal 1, Poin 13: Sekolah Menengah Atas, yang selanjutnya disingkat SMA, adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama/setara SMP atau MTs. Pasal 78, Ayat 2: SMA dan MA terdiri atas 3 (tiga) tingkatan kelas, yaitu kelas 10 (sepuluh), kelas 11 (sebelas), dan kelas 12 (dua belas). Pasal 79, Ayat 1: Penjurusan pada SMA, MA, atau bentuk lain yang sederajat berbentuk program studi yang memfasilitasi kebutuhan pembelajaran serta kompetensi yang diperlukan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi. Pasal 79, Ayat 2: Program studi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. program studi ilmu pengetahuan alam; b. program studi ilmu pengetahuan sosial; c. program studi bahasa; d. program studi keagamaan; dan e. program studi lain yang diperlukan masyarakat. Pasal 79, Ayat 3: Ketentuan lebih lanjut mengenai penjurusan dan program studi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri. Pasal 135, Ayat 1: Pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa dapat diselenggarakan pada satuan pendidikan format TK/RA, SD/MI, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat. Pasal 135, Ayat 2: Program pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa dapat berupa: a. program percepatan; dan/atau b. program pengayaan. b. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. SMP/MTs, SMA/MA,

iv

Pasal 1, Ayat 1: Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik. Pasal 1, Ayat 2: Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompentensi lulusan minimal kelompok pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran. Pasal 1, Ayat 3: Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini. c. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Pasal 1, Ayat 1: Standar Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang selanjutnya disebut Standar Isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Pasal 2, Ayat 2: Standar Isi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada Lampiran Peraturan Menteri ini. 3. Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyahh (MA) Fisika SMA/MA 1. Melakukan percobaan, antara lain merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis, menentukan variabel, merancang dan merakit instrumen, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data, menarik kesimpulan, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis 2. 3. 4. Memahami prinsip-prinsip pengukuran dan melakukan pengukuran besaran fisika secara langsung dan tidak langsung secara cermat, teliti, dan obyektif Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik, kekekalan energi, impuls, dan momentum Mendeskripsikan prinsip dan konsep konservasi kalor sifat gas ideal, fluida dan perubahannya yang menyangkut hukum termodinamika serta penerapannya dalam mesin kalor

iv

5. 6.

Menerapkan konsep dan prinsip optik dan gelombang dalam berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi Menerapkan konsep dan prinsip kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai masalah dan produk teknologi

Alokasi waktu Matapelajaran Fisika (1 jam pelajaran 45 menit): Semester 1: 2 jam Semester 2: 2 jam Semester 3 (Program IPA): 4 jam Semester 4 (Program IPA): 4 jam Semester 5 (Program IPA): 4 jam Semester 6 (Program IPA): 4 jam

C. Upaya Penguatan Kurikulum Penguatan pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan bertujuan untuk a. Penguatan pelaksanaan KTSP sebagai kurikulum berbasis kompetensi dengan menggunakan pendekatan belajar aktif b. Penguatan konten-konten dalam kurikulum yang mengadung unsur-unsur pendidikan budaya dan karakter bangsa, kreativitas dan ekonomi kreatif, serta kewirausahaan. 1. Rambu-Rambu Dan Panduan Implementasi Kurikulum Agar penguatan kurikulum dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan, maka sangat perlu dibuat aturan atau rambu-rambu dan panduan untuk mengimplementasikannya. Rambu-rambu yang dimaksudkan harus ringkas dan jelas agar : 1. Pelaksanaan kurikulum mata pelajaran Fisika dapat lebih fokus dan terarah dan kaya dalam hal pendidikan budaya, nilai-nilai kewirausahaan, pendidikan budaya dan karakter bangsa, dan belajar aktif 2. Pengembangan mata pelajaran memenuhi standar isi dan SKL, dan realisasinya direalisasikan dalam silabus dan proses pembelajaran di kelas. iv

3.

Satuan pendidikan, kepala sekolah dan guru secara bersama-sama sebagai community of educators terjabarkan dengan tepat ke dalam tataran operasional yang disesuaikan dengan kondisi sekolah.

2. Panduan Implementasi (Metodologi Dan Evaluasi) Ada beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai implementasi dalam hal metodologi dan evaluasi yaitu : a. Analisis Strand IPA/Peta Kompetensi

Fungsi, tujuan, SKL jenjang dan SKL memiliki hubungan yang saling terkait. Namun antara SKL Mata Pelajaran, SKL Jenjang, Tujuan dan Fungsi belum menunjukkan adanya hubungan yang bersifat hierarkis dan berjenjang. Agar SKL Jenjang dan SKL Mata Pelajaran menunjukkan hubungan yang terkait dan berjenjang, maka uraian fungsi dibuat bersifat lebih abstrak, kemudian dirinci lebih luas dalam uraian tujuan. SKL jenjang merupakan jabaran dari tujuan, dan SKL Mata Pelajaran merupakan jabaran dari SKL Jenjang. harusnya merupakan gabungan dari SK/KD selama SKL mata pelajaran 3 tahun sehingga

menggambarkan pemberian dasar-dasar kemampuan intelektual, pengetahuan, dan teknologi. Kelemahan lainnya adalah antara SKL jenjang dan SKL mata pelajaran masih terdapat ketidaksinambungan dan SKL mata pelajaran lebih menitikberatkan pada kemampuan kognitif. Implementasi dari hasil analisis strand mata pelajaran Fisika atau peta kompetensi disusun dan dikembangkan dalam strand mata pelajaran Fisika atau peta kompetensi yang dapat mengembangkan nilai-nilai kewirausahaan, budaya dan karakter bangsa, serta pembelajaran aktif. Peta kompetensi harus mampu berorientasi pada kurikulum masa depan yang diberikan penguatan atas dasar hasil perbandingan dengan kurikulum yang berlaku di luar negeri.

b.

Kajian Kurikulum Luar Negeri dapat

Studi komparasi dengan kurikulum yang diberlakukan di luar negeri

memperluas dan memperkaya gambaran kurikulum nasional dengan menyiapkan konteks yang lebih luas untuk menafsirkan hasil kurikulum yang akan digunakan.

iv

Kajian ini dapat memfasilitasi tersedianya akses informasi dalam menimbang kekuatan dan kelemahan relatif kurikulum yang berlaku dan untuk memantau kemajuan implementasi kurikulum tersebut. Hasil studi tersebut dapat menstimulasi dalam meningkatkan aspirasi serta memyediakan bukti-bukti pendukung untuk mengarahkan kepada kebijakan nasional, untuk pengembangan kurikulum sekolah dan upaya-upaya pembelajaran, dan untuk belajar para siswanya. c. Peta analisis penguatan nilai budaya dan karakter bangsa,

kewirausahaan (kreativitas), dan belajar aktif Peta analisis penguatan nilai budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan (kreativitas), dan belajar aktif semestinya dikembangkan agar lulusan pendidikan nasional memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif sesuai standar mutu nasional dan internasional. Peta penguatan nilai penting sebagai langkah strategis dalam pengembangan kurikulum di masa depan yang perlu dirancang sedini mungkin. Hal ini harus dilakukan agar sistem pendidikan nasional dapat merespon secara proaktif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEKS). Dengan cara seperti ini lembaga pendidikan tidak akan kehilangan relevansi program pembelajarannya terhadap kepentingan peserta didik, dan sekaligus dapat memenuhi tuntutan hidup dalam pergaulan masyarakat global. d. Analisis Standar Kompetensi Lulusan untuk Ujian Nasional (UN)

Penggolongan standar kompetensi lulusan pada ujian nasional perlu ditingkatkan kesesuaian dan keselarasannya dengan dimensi pengetahuan (knowledge) dan dimensi proses kognitif. Dimensi pengetahuan kognitif berisi empat katagori, yaitu: pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif. Keempat katagori diasumsikan terletak antara konkrit (faktual) sampai abstrak (metacognitif). Sedangkan dimensi proses kognitif meliputi: mengingat (remember), mengerti (understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyse), mengevaluasi (evaluate), dan mencipta (create) (Anderson dan Krathwohl, 2001: 5). Secara umum, terlepas dari dapat diaplikasikan dalam soal UN atau tidak, penilaian harus dapat memenuhi; mengukur konsep dan proses mata pelajaran Fisika menggunakan penilaian keterampilan proses dan portofolio, pengetahuan tingkat tinggi dan pemecahan masalah perlu digalakkan, selanjutnya perlu digalakkan

iv

penilaian terhadap kreativitas siswa melalui tugas-tugas mandiri (proyek dan produk), perlu digalakkan penilaian kinerja, dan penilaian dilakukan secara otentik, berbasis data serta kejujuran.

iv

DAFTAR PUSTAKAAnderson, L. W., and Krathwohl, D. R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom Taxonomy of Educational Objectives. New York: Addison Wesley Longman, Inc. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional (Renstra Kemendiknas) 20102014. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 2010-2014. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan Glatthorn, A. A. (1987). Curriculum Leadership. Glenview, IL: Scott, Foresman and Co. Krathwohl, D.R. (1971). Defining & assessing educational objectives. In R.L. Thorndike (Ed.). Educational Measurement (2nd ed.). Washington, DC: American Council on Education. Miller, J. P. & Seller, W. (1985). Curriculum: Perspectives and Practices. New York: Longman. Armstrong, B. G. (1989). Developing and Documenting the Curriculum. Boston, MA: Allyn and Bacon. Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA, Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pendidikan Nasional, 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah

iv