17.Klaten Mebel

32
RINGKASAN KELAYAKAN USAHA PERDAGANGAN MEBEL/FURNITUR KABUPATEN KLATEN No Unsur Proyek Uraian 1 Jenis Usaha Perdagangan Mebel/Furnitur di Kabupaten Klaten 2 Modal Investasi Usaha Skala Kecil : Rp210.300.000,00 Menengah : Rp346.800.000,00 3 Modal Kerja Usaha Skala Kecil : Rp317.560.000,00 Skala Menengah : Rp1.257.340.000,00 4 Kelayakan Usaha NPV (DF 16%) Skala Kecil = Rp70.677.128,00 Skala Menengah = Rp672.609.018,00 IRR Skala Kecil = 27% Skala Menengah = 77,5 % Profitabilitas Skala Kecil = 13,7 % Skala Menengah = 16,8 % 5 Analisis Sensitivitas Pendapatan turun 5% dan biaya tetap: Skala Kecil IRR = 17,3 % Skala Menengah IRR = 54,9 % Biaya naik 5% dan pendapatan tetap: Skala Kecil IRR = 18,9% Skala Menengah IRR = 59 % 6 Skim Kredit Kredit Investasi dan/atau Kredit Modal Verja

Transcript of 17.Klaten Mebel

Page 1: 17.Klaten Mebel

RINGKASAN KELAYAKAN USAHA PERDAGANGAN MEBEL/FURNITUR

KABUPATEN KLATEN

N

o

Unsur Proyek Uraian

1 Jenis Usaha Perdagangan Mebel/Furnitur di

Kabupaten Klaten

2 Modal Investasi Usaha Skala Kecil : Rp210.300.000,00

Menengah : Rp346.800.000,00

3 Modal Kerja Usaha Skala Kecil : Rp317.560.000,00

Skala Menengah :

Rp1.257.340.000,00

4 Kelayakan Usaha NPV (DF 16%)

Skala Kecil = Rp70.677.128,00

Skala Menengah =

Rp672.609.018,00

IRR

Skala Kecil = 27%

Skala Menengah = 77,5 %

Profitabilitas

Skala Kecil = 13,7 %

Skala Menengah = 16,8 %

5 Analisis Sensitivitas Pendapatan turun 5% dan biaya tetap:

Skala Kecil IRR = 17,3 %

Skala Menengah IRR = 54,9 %

Biaya naik 5% dan pendapatan tetap:

Skala Kecil IRR =

18,9%

Skala Menengah

IRR = 59 %

6 Skim Kredit Kredit Investasi dan/atau Kredit Modal

Verja

Page 2: 17.Klaten Mebel

Tingkat sukubunga pertahun:

Skala Kecil

maksimum 17,3 %

Skala Menengah

maksimum sesuai ketentuan bank

Jangka waktu kredit:

Skala Kecil

minimum 4 tahun

Skala Menengah

minimum 3 tahun

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Gambaran Umum Kabupaten Klaten

Kabupaten Klaten merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

Tengah dengan letak geografi terletak di antara 110o30'-110o45' Bujur Timur

dan 7o30'-7o45' Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten Klaten mencapai

665,56 km2. Batas-batas administrasi Kabupaten Klaten adalah: di sebelah

timur berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo, di sebelah selatan

berbatasan dengan Kabupaten Gunungkidul (Daerah Istimewa Yogyakarta),

di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Sleman (Daerah Istimewa

Yogyakarta) dan di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali.

Menurut topografinya Kabupaten Klaten terletak diantara gunung

Merapi dan Pegunungan Seribu dengan ketinggian antara 75-160 meter di

atas permukaan laut yang terbagi menjadi wilayah lereng Gunung Merapi di

bagian utara areal miring, wilayah datar dan wilayah berbukit di bagian

selatan. 

Ditinjau dari ketinggiannya, wilayah kabupaten Klaten terdiri dari

dataran dan pegunungan, dan berada dalam ketinggian yang bervariasi,

yaitu 9,72 % terletak di ketinggian 0-100 meter dari permukaan air laut,

77,52 % terletak di ketinggian 100-500 meter dari permukaan air laut dan

12,76 % terletak di ketinggian 500-1.000 meter dari permukaan air laut.

Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 2

Page 3: 17.Klaten Mebel

Keadaan iklim Kabupaten Klaten termasuk iklim tropis dengan musim

hujan dan kemarau silih berganti sepanjang tahun, temperatur udara rata-rata

28-30o Celsius dengan kecepatan angin rata-rata sekitar 153 mm setiap

bulannya dengan curah hujan tertinggi bulan Januari (350 mm) dan curah

hujan terrendah bulan Juli (8 mm).

Secara administratif Kabupaten Klaten terbagi menjadi 26 kecamatan,

dengan luas wilayah pada tahun 2005 sebesar 65.556 ha atau 2,014 % dari

luas Provinsi Jawa Tengah yang sebesar 3.254.412 ha. Luas tersebut terdiri

dari lahan sawah sebesar 33.494 ha (51,10 %) dan lahan bukan sawah

sebesar 32.062 ha (48,91 %). Luas lahan sawah tersebut mengalami

penurunan sebesar 0,14 % dibanding tahun 2004, sedangkan lahan bukan

sawah juga mengalami kenaikan sebesar 0,15 % dibanding tahun 2004.

Menurut penggunaannya, luas lahan sawah yang terbesar adalah lahan

pengairan teknis (57,24 %), sedangkan sisanya berpengairan setengah

teknis, sederhana dan tadah hujan.

Seiring dengan perkembangan keadaan, terdapat perubahan

penggunaan dari lahan pertanian ke non pertanian. Peruntukan penggunaan

terbesar dari lahan sawah/tegalan ke perumahan yakni sebesar 86,18%.

Penggunaan untuk lahan perumahan ini mengalami kenaikan sebesar

12,77% dibandingkan dengan tahun 2004, sedangkan untuk industri dan

peruntukan lainnya juga mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2004.

Sementara itu, jumlah penduduk Kabupaten Klaten tahun 2005 sebesar

1.286.058 jiwa, ini menunjukkan kenaikan sebesar 0,33 % bila dibandingkan

dengan tahun 2004. Apabila dilihat dari jenis kelamin jumlah penduduk

perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki, hal

ini bisa dilihat dari rasio jenis kelamin sebesar 95,36 %. Seiring dengan

jumlah penduduk yang terus bertambah, maka kepadatan penduduk dalam

kurun waktu 5 tahun terakhir juga menunjukkan kecenderungan yang

meningkat. Pada tahun 2001 kepadatan penduduk sebesar 1.930 jiwa/km2,

pada tahun 2005 menjadi 1.962 jiwa/km2. Kepadatan penduduk terbesar ada

di Kecamatan Klaten Tengah yakni sebesar 4.883 jiwa/km2, sedang

kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan

Kemalang yakni sebesar 676 jiwa/km2.

Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 3

Page 4: 17.Klaten Mebel

1.2. Komoditas Unggulan Menurut Sektor

Dalam menentukan komoditas unggulan di Kabupaten Klaten,

didasarkan pada sektor yang memiliki nilai PDRB tinggi di Kabupaten Klaten.

Selain nilai PDRB, penentuan komoditi juga didasarkan atas data Penelitian

Potensi Ekonomi Base Line Economic Survey (BLS) Provinsi Jawa Tengah yang

telah dilakukan sebelumnya serta pendapat dari dinas/instansi terkait.

Berdasarkan data nilai Produk Domestik Regional Bruto Sektoral BPS tahun

2004 menurut harga konstan tahun 2000, urutan sektor penyumbang PDRB

terbesar di Kabupaten Klaten adalah sebagaimana tampak pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Lima Sektor Penyumbang PDRB Terbesar

di Kabupaten Klaten, 2004

Peringk

at

Sektor/Lapangan Usaha Jumlah (juta rupiah)

1 Perdagangan, Hotel dan Restoran 993.824,67

2 Pertanian 898.771,87

3 Industri Pengolahan 726.614,45

4 Jasa-jasa 521.433,46

5 Bangunan 293.239,59

Sumber: BPS Kabupaten Klaten, Kabupaten Klaten Dalam Angka, 2004

Berdasarkan sektor terpilih dalam Tabel 1.1, hasil penelitian Potensi

Dasar Perekonomian Jawa Tengah 1995, Produk Domestik Regional Bruto

Sektoral BPS tahun 2004 berdasar harga konstan tahun 2000, Survei Usaha

Terintegrasi (SUSI) 2003 yang dikeluarkan BPS, dan informasi serta saran dari

pejabat badan/dinas terkait dipilih 5 komoditas yang masing-masing mewakili

tiap sektor seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 1.2.

Tabel 1.2. Urutan Sektor dan Daftar Komoditas Unggulan

Peringka

t

Sektor/Lapangan Usaha Komoditas

1 Perdagangan, Hotel dan Restoran Perdagangan Mebel

2 Pertanian Budidaya Padi

3 Industri Pengolahan Industri Konveksi

Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 4

Page 5: 17.Klaten Mebel

4 Jasa-jasa Bengkel las

5 Bangunan Pembuatan sumur bur

Sumber : BPS, Kabupaten Klaten Dalam Angka; BLS Jawa Tengah 1995 dan Data

Primer, diolah

1.3. Gambaran Umum Usaha Meubel di Kabupaten Klaten

Salah satu produk kayu olahan yang pertumbuhannya amat pesat

dalam beberapa dekade terakhir ini adalah produk mebel dan furniture.

Berawal dari pekerjaan rumah tangga, produk mebel kini telah menjadi

industri yang cukup besar dengan tingkat penyerapan tenaga kerja terdidik

yang tidak sedikit. Produk jenis ini secara prinsip dibagi dalam dua kategori

yaitu mebel untuk taman (garden) dan interior dalam rumah (indoor). Mebel

dari Jawa Tengah (furniture from Central Java) sudah terkenal sejak lama baik

karena kualitas, seni maupun harganya yang kompetitif. Banyak konsumen

baik dalam maupun luar negeri yang memesan furniture antik, yang

walaupun dibuat baru, namun diproses seolah-olah merupakan produk kuno

(antik). Sedangkan corak dan gaya fungsional dan modern juga berkembang

pesat bersamaan meningkatnya permintaan untuk kebutuhan perkantoran

dan hotel yang pembangunannya tumbuh pesat dalam beberapa tahun

terakhir ini, baik di dalam maupun luar negeri.

Produksi dan perdagangan mebel Jawa Tengah berkembang dan

tumbuh pesat seiring dengan permintaan yang meningkat dari dalam

maupun luar negeri, baik desain, konstruksi, corak maupun pewarnaannya.

Sebagian bahannya terbuat dari kayu, dan saat ini makin bervariasi karena

bahan bakunya tidak lagi semata-mata kayu jati tetapi juga mulai banyak

menggunakan kayu mahoni dan jenis lainnya, serta bahan logam.

Kabupaten Klaten merupakan salah satu sentra industri

mebel/furniture di Jawa Tengah yang cukup terkenal. Mebel dari Jawa Tengah

sudah terkenal sejak lama baik karena kualitas, seni maupun harganya yang

kompetitif. Data dari Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan

Penanaman Modal Kabupaten Klaten menunjukkan bahwa sampai dengan

tahun 2005, jumlah unit usaha industri kecil berjumlah 35.802 sedangkan

untuk industri menengah/besar mencapai 126 unit usaha. Dari jumlah

Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 5

Page 6: 17.Klaten Mebel

tersebut untuk kelompok Industri kecil ada 16.631 unit usaha (mebel,

tembakau dan makanan) dan 42 unit usaha untuk kelompok industri

menengah/besar. Di Kabupaten Klaten untuk kelompok industri menengah

pengusaha mebel kayu mencapai 36 unit usaha, dengan jumlah tenaga kerja

mencapai 1.500 tenaga kerja dengan kapasitas produksi 102.500 pcs (per

Pcs mencapai Rp.450.000). Produksi mebel kayu di Kabupaten Klaten

mencapai nilai Rp46.125.000.000,00 dengan nilai investasi mencapai

Rp40.800.000.000,00. Gambaran industri kecil dan menengah di Kabupaten

Klaten seperti ditunjukkan pada tabel 1.3. dan 1.4.

Tabel 1.3. Rekapitulasi Data Industri Kabupaten Klaten 2005

No Jenis Industri Unit

Usaha

Tenaga

Kerja

Investasi

(Rp. 000)

Nilai

Produksi

(Rp. 000)

I Industri Kecil

1. ILMK 6.790 27.856 480.081.000 896.055.000

2. IA 12.381 49.279 360.119.500 862.192.150

3. IHPK 16.631 68.135 316.761.000 1.257.756.900

II Industri Menengah/Besar

1. ILMK 84 3.948 114.500.000 429.471.715

2. IHPK 42 7.177 474.436.000 515.693.250

Jumlah 126 11.125 588.936.000 945.164.965

Total 35.928 156.395 1.745.897.50

0

3.961.169.615

Keterangan:ILMK : Logam, Kapur, Gas, ATM (Alat Tenun Mesin), Konveksi, PenggergajianIA : Industri AnekaIHPK : Mebel, Tembakau, Makanan

Tabel 1.4. Data Industri Menengah /Besar Kabupaten Klaten 2005

N

o

Jenis

Industri

Jumla

h UU

Jumla

h TK

Kapasitas

Produksi

Nilai

Produksi

Nilai

Investasi

Keteranga

n

I ILMK (Rp. 000) (Rp. 000)

Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 6

Page 7: 17.Klaten Mebel

1. Pengecora

n Logam

66 1.535 18.450 Ton 110.700.0

00

82.500.00

0

6.000 /

kg

2. Percetaka

n

7 978 20.050.0

00

Exp. 265.262.6

00

8.750.000 132 / exp

3. Foto

Studio

2 46 Cetak

Foto

Lbr 173.000 1.500.000 1.000 /

lbr

Foto

Copy

Lbr 30.125

4. ATM 7 1.028 6.693.44

8

Met

er

40.160.00

0

17.500.00

0

6.000 / M

5. Sarung

Tangan

1 350 900.000 Bua

h

10.800.00

0

2.500.000 12.000 /

pack

6. Aneka Gas

(Zat

Asam)

1 11 200.000 M3 2.345.990 1.750.000 4.250 /

kg

Jumlah 84 3.948 429.471.

715

114.500.

000

II IHPK

1. Mebel

Kayu

36 1.500 102.500 pecs 46.125.00

0

40.800.00

0

450.000/

pcs

54.757 pecs 30.117.00

0

550.000/

pcs

2. Tembakau 1 4.835 66.049 Ton 1.320.000 10.000.00

0

20.000 /

kg

3. Es Balok 1 38 9.250 Ton 138.750 2.000.000 15.000 /

blk

4. Roti 1 75 187.5 Ton 2.812.500 2.500.000 15.000 /

kg

5. Susu 1 501 27.512 Ton 412.680.0

00

219.136.0

00

15.000 /

kg

6. Air Mineral 2 228 1.000.00

0

Liter 22.500.00

0

200.000.0

00

750 /

liter

Jumlah 42 7.177 1.260.2

56

- 515.693.

250

474.436.

000

Total 126 11.12

5

1.260.25

6

- 945.164.9

65

588.936.0

00

Sumber: Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Penanaman Modal

Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 7

Page 8: 17.Klaten Mebel

Dari beberapa kecamatan yang merupakan sentra industri di

Kabupaten Klaten, jumlah unit usaha terbesar berada di Desa Sajen,

Kecamatan Trucuk. Namun dilihat dari penyerapan tenaga kerjanya, terletak

di Desa Serenan, kecamatan Juwiring. Dari jumlah unit usaha yang ada tidak

seluruhnya berproduksi sendiri, namun secara umum banyak yang hanya

melakukan finalisasi atau finishing dari proses produksi sebelumnya atau

yang berasal dari pengrajin. oleh karena itu peran perdagangan mebel

menjadi relatif penting berdampingan dengan produksi mebel yang ada.

Secara umum jumlah surat ijin usaha perdagangan (SIUP) yang

dikeluarkan Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Penanaman

Modal pada tahun 2005 mencapai 812 buah, jumlah ini meningkat sebesar

38,10 persen dibanding tahun 2004. Bentuk usaha terbanyak yang

dikeluarkan adalah peorangan tak berakte dan jenis perdagangan barang.

Gambar 1.1. Aneka Mebel Kayu

Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 8

Page 9: 17.Klaten Mebel

BAB IIASPEK PEMASARAN

2.1. Produk

Produk dari perdagangan mebel atau furniture diantaranya adalah

kayu olahan untuk mebel seperti meja, kursi, serta produk olahan lain yang

dibutuhkan masyarakat. Penggunaan kayu seringkali tidak dapat digantikan

dengan bahan lain yang berasal dari unsur kimia atau bahan baku lain.

Meskipun mebel dapat dibuat dengan menggunakan bahan baku dari besi,

aluminium atau plastik, namun mebel kayu tetap masih diminati oleh

konsumen karena memiliki nilai artistik tersendiri dibandingkan dengan

mebel yang terbuat dari bahan lain. Nilai yang dimiliki oleh mebel kayu tidak

hanya berupa nilai intrinsik saja, tetapi juga nilai emosional bagi konsumen.

Sedangkan dalam laporan ini yang diambil sebagai studi kasus untuk

dianalisis adalah perdagangan mebel dari bahan baku kayu mahoni.

Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 9

Page 10: 17.Klaten Mebel

Gambar 2.1 Produk Kayu dan Turunannya

2.2. Permintaan Pasar dan Prospeknya

Sebagian besar produk mebel/furniture dipesan oleh pembeli dengan

desain selera pembeli. Selain memproduksi barang pesanan, usaha

perdagangan mebel juga memproduksi barang yang dipasarkan sendiri

maupun dijual di pasar dalam dan luar negeri.

Industri mebel/furniture di Kabupaten Klaten melayani kebutuhan

mebelair dan bahan bangunan serta produksi lain yang dibutuhkan

masyarakat, perkantoran, keperluan pabrik tekstil dll.

Prospek usaha perdagangan mebel/furniture di Kabupaten Klaten

cukup baik. Selain adanya permintaan dalam negeri, produk mebel/furniture

Kabupaten Klaten juga banyak diminati oleh konsumen luar negeri. Hasil

mebel/furniture dari Kabupaten Klaten sebagian merupakan produk yang

berorientasi ekspor dengan tujuan pemasaran ke negara-negara Eropa dan

Amerika.

Sebagai gambaran ekspor furniture secara nasional selama Januari –

September 2005 mencapai USD1,41 miliar atau meningkat sekitar USD222

juta (18,6%) bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2004 senilai

USD1,19 miliar. Disisi lain, ekspor produk kerajinan juga terus menunjukkan

peningkatan berarti. Selama Januari – September 2005 nilai yang di hasilkan

dari ekspor produk kerajinan mencapai USD349,02 juta atau meningkat USD13

juta (3,87%) dibanding periode yang sama tahun 2004 yakni senilai

USD335,93 juta. Ekspor furniture tidak begitu baik nilainya kalau

dibandingkan dengan produk furniture diluar kayu. Jadi kalau dilihat angka

terakhir 11 s/d 12 persen pertumbuhannya. Untuk total furniture, perlu dilihat

rincian per kategori. Tetapi diharapkan minimal produk itu akan bisa

mencapai pertumbuhan antara 8 s/d 10 persen pada tahun – tahun

mendatang.

Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 10

Page 11: 17.Klaten Mebel

Untuk itu di perlukan upaya lebih keras, agar bagaimana bisa

meningkatkan daya saing baik dari segi bahan baku, desain, dan juga

berupaya memangkas ekonomi biaya tinggi. Produk berkualitas tinggi

dengan harga yang bersaing merupakan tuntutan pasar global yang tidak

bisa di tawar – tawar lagi. Tuntutan ini mengharuskan semua pihak terutama

dunia usaha guna terus mengembangkan kemampuan, terutama dalam

meningkatkan teknologi dan desain. Demikian juga peningkatan efisiensi dan

produktifitas perlu terus dibudayakan dikalangan kerja.

2.3. Tingkat Persaingan

Tingkat persaingan perdagangan mebel/furniture di Kabupaten Klaten

dapat dikatakan cukup tinggi. Sebagai salah satu penghasil produk

mebel/furniture di Jawa Tengah yang telah berorientasi ekspor, persaingan

industri ini tidak hanya di tingkat lokal kabupaten saja, tetapi juga bersaing

dengan produsen yang berasal dari wilayah lain baik dalam maupun luar

provinsi. Di wilayah Jawa Tengah sendiri, produk mebel dari Kabupaten

Klaten harus bersaing dengan produk dari kabupaten lain yang juga

merupakan sentra industri mebel di Jawa Tengah seperti Kabupaten

Semarang, Jepara, Sukoharjo, Kudus, Rembang, Blora, Batang, Sragen. Selain

itu investasi di produk ini masih terbuka dengan persaingan yang cukup

ketat.

Furnitur kayu jati dan mahoni banyak diminati dan merupakan produk

ekspor. Termasuk kedalam kelompok furnitur ini antara lain meja kursi (table

set), tempat tidur, lemari, meja rias, dan peralatan dapur (kitchen set). Kayu

jati memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kayu

mahoni, karena itu produk furniturnya relatif lebih mahal. Sampai saat ini

sebagian besar buyers (pembeli asing) masih menginginkan produk berbahan

baku kayu jati. Di tengah upaya para pengusaha mebel meningkatkan

kualitas produksinya kini hadir pesaing baru. Pesaing Indonesia di bidang

furniture terutama Filipina dan Malaysia.

Selain itu sejumlah produsen asal Myanmar mulai gencar memasuki

pasar dunia dan dikhawatirkan menghambat arus ekspor produk asal Jawa

Tengah. Myanmar sebagai pemain baru di pasar mebel dunia bakal mengikuti

Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 11

Page 12: 17.Klaten Mebel

jejak pemain sebelumnya dari Cina, Vietnam, Kamboja, dan Malaysia yang

telah berhasil merebut pasar dunia dan menggusur posisi ekspor mebel kita

dalam waktu singkat. Mereka tidak banyak mengalami kendala dalam

merebut pasar karena memperoleh dukungan bahan baku kayu jati yang

melimpah di negaranya dengan harga lebih murah dibandingkan dengan

kayu jati produksi Indonesia.

2.4. Segmentasi dan Saluran Distribusi

Produk mebel/furniture merupakan produk yang dikonsumsi oleh

masyarakat umum (lembaga atau individu) dari golongan kelas rendah

sampai kelas tinggi. Kualitas dan model produk biasanya menunjukkan

perbedaan kelas konsumennya. Untuk konsumen kelas menengah ke atas

pada umumnya memilih bahan dengan kualitas bagus serta model yang

sesuai selera atau yang banyak menonjolkan nilai estetika dan seni.

Cara pemasaran produk mebel/furniture dapat dilakukan dengan

beberapa cara. Sebagian dari produk mebel adalah merupakan pesanan dari

konsumen, Untuk cara pembelian barang seperti ini tidak diperlukan

agen/pedagang lain karena produk langsung dijual ke konsumen. Pada

umumnya industri mebel berskala kecil sebagian besar produknya

merupakan pesanan pembeli dan jarang yang berproduksi untuk

dipajang/dijual sendiri. Sistem pembayaran pada cara penjualan produk

pesanan ini pada umumnya dilakukan secara tunai. Cara penjualan produk

lainnya adalah dengan menjual sendiri produk mebel atau dijual ke pedagang

lain seperti ke Sukoharjo, Solo ataupun buyer untuk diekspor. Sebagian besar

pedagang berhubungan dengan eksportir khusus, dengan cara setelah

selesai finishing dikirim ke Bali dan diterima eksportir lewat jasa cargo baru

dikirim ke luar negeri.

Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 12

Page 13: 17.Klaten Mebel

Gambar 2.1. Bagan Alur Distribusi Pemasaran Mebel

2.5. Penetapan Harga

Harga produk mebel/furniture sangat bervariasi yang ditentukan oleh

disain, penggunaan bahan dan tingkat kesulitan pembuatannya. Harga mebel

yang terbuat dari kayu jati akan lebih mahal jika dibandingkan dengan mebel

yang terbuat dari bahan kayu lain seperti mahoni, karena kualitas kayu jati

yang lebih bagus (awet). Selanjutnya harga produk ditentukan tingkat

kesulitan selain juga oleh disain dan teknik pembuatan produk. Model

tertentu membutuhkan proses/teknik pembuatan yang relatif lebih sulit

dibandingkan dengan model lain yang lebih sederhana sehingga harganya

juga lebih mahal. Produk mebel harganya sangat bervariasi tergantung

bahan dan model. Harga mebel di Kabupaten Klaten berdasarkan survei

lapangan rata-rata untuk kursi Rp 150.000 per unit nya, meja Rp 400.000

sedangkan harga mebel lemari mulai dari Rp 600.000 sampai Rp 800.000 per

unitnya.

BAB IIIASPEK TEKNIS USAHA

Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten

Pedagang Mebel

Pedagang antar provinsi

Pedagang dalam dan antar kota

Ekspor

13

Page 14: 17.Klaten Mebel

3.1. Teknologi Usaha

Kegiatan usaha perdagangan mebel meliputi pemesanan/pembelian

mebel (kulakan) kemudian dijual kembali ke pedagang lain atau langsung ke

konsumen. Mebel yang langsung dijual ke pedagang/konsumen berupa

produk jadi. Pada usaha perdagangan mebel ini pengusaha mengambil atau

mendapatkan produk mebel dari pengrajin lokal yang berupa produk

setengah jadi kemudian mengalami proses finishing baru kemudian dijual ke

pedagang dalam kota atau antar kota seperti Klaten, Sukoharjo dan Solo.

3.2. Alat dan Kapasitas Usaha

Peralatan yang digunakan untuk menunjang usaha perdagangan

mebel pada umumnya teknologi sederhana. Peralatan yang digunakan hanya

untuk pekerjaan finishing, mengingat pedagang ini membeli barang setengah

jadi dari perajin dan selanjutnya melakukan sendiri proses finishing. Untuk

usaha dengan skala kecil mampu menjual sekitar 80 unit mebel sedangkan

untuk pedagang dengan skala menengah mempunyai kemampuan menjual

225 unit mebel perbulan. Pedagang membawa barang dagangannya untuk

dijual dengan cara tunai atau dititipkan pada agen atau toko di Kota Klaten

atau kota-kota sekitar, atau diambil langsung oleh distributor. Selain itu,

untuk produk ekspor biasanya pedagang mebel mengirim produknya melalui

Bali yang diterima oleh eksportir disana baru kemudian dikirim ke luar negeri.

3.3. Proses Usaha

Umumnya dalam proses penjualan mebel dari kayu, pedagang

mebel/furniture melakukan pemesanan atau pembelian produk setengah jadi

dari pengrajin lokal atau setempat. Dengan cara demikian, pedagang mebel

dapat menjaga pasokan barang agar tidak mengalami kekurangan

barang.Kemudian dari produk setengah jadi tadi dilakukan proses finishing

seperti dempul, pengamplasan dan pemelituran/pernis.

Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 14

Page 15: 17.Klaten Mebel

Gambar 3.1. Proses Finishing Mebel Kayu

3.4. Sarana Usaha, Bahan Baku dan Tenaga Kerja

Sebagaimana usaha perdagangan pada umumnya, pengusaha atau

pedagang mebel lebih bersifat menyalurkan barang dari produsen utama

kepada agen berikutnya sampai ke konsumen akhir tanpa melakukan

perubahan bentuk. Kalaupun ada pengusaha hanya melakukan proses

finishing saja sampai menjadi produk jadi siap jual. Sementara itu bahan

baku utama untuk usaha perdagangan mebel adalah mebel setengah jadi

dan tenaga kerja. Bahan baku mebel pada umumnya diperoleh dari pengrajin

lokal.

Spesifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan dalam usaha ini tidak terlalu

sulit, karena tidak memerlukan pendidikan/keahlian tertentu. Untuk usaha

skala kecil jumlah tenaga kerja sebanyak 9 orang. Tenaga kerja tetap ini

adalah tenaga kerja yang sebagian besar melakukan pekerjaan pada tahap

finishing. Sedangkan skala menengah, jumlah tenaga kerja yang diperlukan

adalah sebanyak 20 orang. Seperti halnya dengan usaha skala kecil, tenaga

kerja ini melakukan pekerjaan pada tahap proses finishing.

Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 15

Page 16: 17.Klaten Mebel

BAB IVASPEK MANAJEMEN DAN LEGALITAS

4.1. Pengelolaan usaha

Pengusaha perdagangan mebel di Kabupaten Klaten pada skala kecil

dan menengah, memiliki manajemen usaha yang relatif baik. Hal ini dapat

terlihat dari kepemilikan struktur organisasi beserta sarana pendukung lainnya

yang lebih jelas walaupun tidak dalam bentuk struktur yang lengkap, terutama

untuk yang berskala kecil. Selain itu, baik pedagang kecil maupun menengah

tetap memperhatikan kualitas tenaga kerjanya dengan selalu berusaha untuk

meningkatkan kinerjanya. Penghargaan kepada tenaga kerja yang bekerja

dengan baik juga dilakukan, agar tenaga kerja yang telah dididiknya dan

mengetahui pola kerja yang diterapkannya dapat bertahan dalam waktu yang

lama. Dilihat dari aspek legalitasnya, sebagian besar pengusaha yang

bergerak dalam perdagangan mebel telah memiliki ijin resmi dari pemerintah

yang dibuktikan dengan kepemilikan SIUP (Surat Ijin Usaha Perdagangan)

ataupun HO.

4.2. Motivasi dan pengalaman usaha

Pada umumnya, usaha perdagangan mebel di Kabupaten Klaten sudah

merupakan pekerjaan utama bagi sebagian besar pedagang dengan motivasi

untuk memperoleh pendapatan guna memenuhi kebutuhan hidup. Dengan

motivasi tersebut, maka pengelolaan usaha mebel ini akan lebih serius

ditekuni sehingga ada harapan untuk mengembangkan usaha untuk

memperoleh pendapatan yang lebih besar. Selain itu pengusaha juga akan

lebih berhati-hati agar tidak usahanya tidak merugi. Hal ini disebabkan

karena kegiatan ini memerlukan curahan jam kerja yang relatif penuh,

sehingga tidak bisa dilakukan hanya sebagai pekerjaan sampingan. Pesanan

atau order dapat terjadi kapanpun dan dimanapun dengan penggunaan alat

komunikasi yang semakin berkembang. Selain itu untuk menjaga kesetiaan

Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 16

Page 17: 17.Klaten Mebel

pelanggan, pedagang juga harus selalu memilki pasokan yang cukup.

Berdasar pengalaman yang dimilikinya, tampak bahwa para pedagang mebel

di Kabupaten Klaten umumnya sudah cukup lama berkecimpung

dibidangnya. Di awal-awal kegiatannya umumnya masih berskala mikro,

namun seiring dengan berjalannya waktu, semakin bertambah pengalaman

menjadikan usahanya semakin besar. Hal ini menunjukkan bahwa usaha

perdagangan mebel memiliki pengaruh positif bagi kesejahteraan

pengusahanya, yang pada gilirannya juga berpengaruh pada para

produsennya maupun tenaga kerja di wilayah sekitarnya.

BAB VASPEK KEUANGAN

5.1. Asumsi-asumsi

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam analisis keuangan didasarkan

atas berbagai informasi yang diperoleh dari survey yang meliputi aspek

pasar, produksi dan keuangan. Asumsi ini berlaku untuk semua skala usaha.

A. Aspek Pasar

1. Penjualan mebel dianggap konstan dalam jangka waktu 5 tahun ke

depan.

2. Pertumbuhan pedagang mebel dianggap konstan sehingga volume

penjualan dapat dipertahankan.

3. Harga dianggap konstan.

4. Tidak ada peraturan yang mengurangi kebebasan usaha.

B. Aspek Produksi

1. Kegiatan produksi dilakukan secara kontinyu, selama 26 hari per bulan

2. Ada jaminan kemudahan memperoleh barang dagangan.

3. Tidak ada gangguan yang berarti dalam proses pemasaran

C. Aspek Keuangan

1. Pendapatan dan biaya diasumsikan tetap selama 5 tahun.

2. Discount factor yang digunakan adalah 16 persen (tingkat suku bunga

pinjaman).

5.2. Struktur Modal

Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 17

Page 18: 17.Klaten Mebel

Struktur modal terdiri dari modal investasi dan modal kerja. Untuk

memulai usaha perdagangan mebel diperlukan tempat, serta ijin usaha

berupa SIUP. Total modal investasi pedagang mebel untuk skala kecil adalah

Rp210.300.000,00 dan untuk skala menengah adalah Rp346.800.000,00.

Secara rinci biaya investasi pedagang mebel dapat dilihat pada Tabel 5.1 dan

5.2 berikut.

Biaya operasional pedagang mebel meliputi biaya untuk pembelian

bahan mebel setengah jadi, upah tenaga kerja dan biaya pendukung seperti

biaya listrik, telpon dan transportasi. Biaya operasional yang dibutuhkan oleh

pedagang mebel skala kecil selama satu tahun adalah Rp328.847.500,00,

sedangkan untuk pedagang mebel skala menengah sebesar

Rp1.273.502.500,00.

Tabel 5.1. Modal Investasi Perdagangan Mebel Skala Kecil (Rp)

N

o

Jenis

Biaya

Kuan

titas

Sat Harga Jumlah Umur

Ekonom

is (th)

Nilai

Residu

Dep.

Tahunan

1 Tanah 500 m2 150.000 75.000.00

0

  75.000.00

 

2 Bangunan 300 m2 250.000 75.000.00

0

20

56.250.00

0

3.750.00

0

3 Peralatan

pertukanga

n

1 set 300.000 300.000 8 112.500 37.50

0

4 Mobil 1 unit 60.000.0

00

60.000.00

0

8 22.500.00

0

7.500.00

0

          210.300.0

00

  153.862.5

00

11.287.5

00

Sumber: Data Primer, diolah

Tabel 5.2. Modal Investasi Perdagangan Mebel Skala Menengah (Rp)

N

o

Jenis

Biaya

Ku

an

S

at

Harga Jumlah Umur

Ekono

Nilai

Residu

Dep.

Tahuna

Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 18

Page 19: 17.Klaten Mebel

tita

s

mis

(th)

n

1 Tanah 1.0

00

m

2

150.000 150.000.

000

  150.000

.000

 

2 Banguna

n

450 un

it

250.000 112.500.

000

20 84.375.000 5.625.0

00

3 Peralata

n

pertukan

gan

1 se

t

300.000 300.000 8 112.500 37.500

4 Mobil 1 un

it

60.000.

000

60.000.0

00

8 22.500.000 7.500.0

00

5 Motor 2 un

it

12.000.

000

24.000.0

00

8 9.000.000 3.000.0

00

          346.800.

000

   265.987.500 16.162.

500

Sumber: Data Primer, diolah

Modal kerja yang diperlukan adalah biaya operasional dikurangi

depresiasi karena sudah termasuk dalam komponen modal investasi.

Besarnya modal kerja yang diperlukan untuk perdagangan mebel skala kecil

per tahun adalah Rp317.560.000,00. Apabila periode putaran penjualan

selama 2 bulan, maka kebutuhan modal kerja minimum adalah

Rp52.926.666,00 sedangkan untuk perdagangan skala menengah sebesar

Rp1.257.340.000,00 dan modal kerja minimum yang diperlukan untuk

periode 2 bulan adalah Rp209.556.666,00. Secara rinci biaya operasional

perdagangan mebel dapat dilihat pada Tabel 5.3 dan 5.4.

Tabel 5.3. Biaya Operasional Perdagangan Mebel Skala Kecil (Rp/Thn)

N

o

Jenis Biaya Kuantit

as

Satua

n

Wakt

u

Satua

n

Harga Jumlah

1 Perijinan

(SIUP)

1 Paket 1 tahun 400.000 400.000

2 Tenaga kerja 9 Orang 312 Hari 20.000 56.160.00

Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 19

Page 20: 17.Klaten Mebel

0

2 Almari 1/2 jadi 30 Unit 12 bulan 400.000 144.000.0

00

3 Meja 1/2 jadi 25 Unit 12 bulan 250.000 75.000.00

0

4 Kursi 1/2 jadi 25 Unit 12 bulan 90.000 27.000.00

0

5 Plitur 10 Liter 12 bulan 5.500 660.000

6 Spritus 20 Liter 12 bulan 4.500 1.080.000

7 Dempul 5 Kg 12 bulan 3.000 180.000

8 Amplas 15 Meter 12 bulan 6.000 1.080.000

9 Listrik 1 Rp/

bulan

12 bulan 300.000 3.600.000

10 Transport 1 Rp/

bulan

12 bulan 450.000 5.400.000

11 Telepon 1 Rp/

bulan

12 bulan 250.000 3.000.000

13 Total

Depresiasi

1 Rp/

tahun

1 tahun 11.287.5

00

11.287.50

0

  Biaya

Operasional

          328.847.5

00

Sumber: Data Primer, diolah

Tabel 5.4. Biaya Operasional Perdagangan Mebel Skala Menengah (Rp/Thn)

N

o

Jenis Biaya Kuantit

as

Satua

n

Waktu Satua

n

Harga Jumlah

1 Perijinan

(SIUP)

1 paket 1 tahun 400.000 400.000

2 Tenaga Kerja 20 orang 312 Hari 20.000 124.800.000

3 Almari 1/2 jadi 125 unit 12 bulan 600.000 900.000.000

4 Meja 1/2 jadi 50 unit 12 bulan 250.000 150.000.000

5 Kursi 1/2 jadi 50 unit 12 bulan 90.000 54.000.000

6 Dempul 20 kg 12 bulan 3.000 720.000

7 Plitur 50 liter 12 bulan 5.500 3.300.000

8 Spiritus 80 liter 12 bulan 4.500 4.320.000

9 Amplas 50 meter 12 bulan 6.000 3.600.000

10 Listrik 1 Rp/ 12 bulan 400.000 4.800.000

Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 20

Page 21: 17.Klaten Mebel

bulan

11 Telepon 1 Rp/

bulan

12 bulan 600.000 7.200.000

12 Transport 1 Rp/

bulan

12 bulan 350.000 4.200.000

13 Total

Depresiasi

1 Rp/

tahun

1 tahun 16.162.5

00

16.162.500

  Biaya

Operasional

          1.273.502.5

00

Sumber: Data Primer, diolah

5.3. Proyeksi Laba dan Arus Kas

Usaha perdagangan mebel baik skala kecil dan menengah

menghasilkan meja, kursi dan almari. Untuk usaha perdagangan skala kecil,

dengan kapasitas penjualan 80 unit per bulan, pendapatan yang diperoleh

sebesar Rp31.750.000,00 per bulan. Dalam satu tahun usaha perdagangan

mebel skala kecil ini mampu menghasilkan pendapatan sebesar

Rp381.000.000,00. Sedangkan untuk usaha perdagangan mebel skala

menengah mampu menghasilkan pendapatan sebesar Rp1.530.000.000,00

per tahun. Secara rinci pendapatan usaha perdagangan mebel skala kecil dan

skala menengah dapat dilihat pada Tabel 5.5 dan 5.6.

Tabel 5.5. Proyeksi Pendapatan Perdagangan Mebel Skala Kecil

(Rp/Thn)

N

o

Jenis Barang Kuantit

as

Satua

n

Wakt

u

Satua

n

Harga Pendapatan

1 Almari 30 unit 12 bulan 600.00

0

216.000.00

0

2 Meja 25 unit 12 bulan 400.00

0

120.000.00

0

3 Kursi 25 unit 12 bulan 150.00

0

45.000.000

Jumlah           381.000.00

0

Sumber: Data Primer, diolah

Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 21

Page 22: 17.Klaten Mebel

Tabel 5.6. Proyeksi Pendapatan Perdagangan Mebel Skala Menengah

(Rp/Thn)

N

o

Jenis

Barang

Kuantit

as

Satua

n

Wakt

u

Satua

n

Harga Pendapata

n

1 Almari 125 unit 12 bulan 800.00

0

1.200.000.0

00

2 Meja 50 unit 12 bulan 400.00

0

240.000.000

3 Kursi 50 unit 12 bulan 150.00

0

90.000.000

Jumlah           1.530.000.0

00

Sumber: Data Primer, diolah

Selanjutnya untuk proyeksi laba per tahun dapat dihitung dengan

mengurangi pendapatan dengan biaya operasional. Laba untuk usaha

perdagangan mebel skala kecil selama 1 tahun sebesar Rp52.152.500,00,

sedangkan laba untuk usaha skala menengah sebesar Rp256.497.500,00.

Laba usaha selama setahun untuk usaha mebel skala mikro, kecil dan

menengah dapat dilihat pada Tabel 5.7. dan 5.8.

Tabel 5.7. Proyeksi Laba Perdagangan Mebel Skala Kecil (Rp/Thn)

No Uraian Jumlah

1 Pendapatan 381.000.000

2 Biaya 328.847.500

3 Laba (1-2) 52.152.500

Sumber: Data Primer, diolah

Tabel 5.8. Proyeksi Laba Perdagangan Mebel Skala Menengah (Rp/Thn)

No Uraian Jumlah

1 Pendapatan 1.530.000.000

2 Biaya 1.273.502.500

3 Laba (1-2) 256.497.500

Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 22

Page 23: 17.Klaten Mebel

Sumber: Data Primer, diolah

Sedangkan rincian arus kas tahunan untuk usaha mebel skala kecil

dan menengah dapat dilihat pada Tabel 5.9 dan 5.10. Arus Kas ini berbeda-

beda nilainya karena umur ekonomis untuk aset investasi bervariasi, namun

semuanya lebih dari 5 tahun, sehingga pada tahun terakhir analisa terdapat

nilai sisa aset yang diperhitungkan sebagai salvage value dan ditambahkan

pada pendapatan sebesar nilai sisa tersebut.

Tabel 5.9. Proyeksi Arus Kas Perdagangan Mebel Skala Kecil (Rp)

Tahu

n

Kas Masuk Kas Keluar Arus Kas Akumulasi

0   210.300.00

0

-

210.300.000

-

210.300.000

1 381.000.00

0

317.560.00

0

63.440.000 -

146.860.000

2 381.000.00

0

317.560.00

0

63.440.000 -83.420.000

3 381.000.00

0

317.560.00

0

63.440.000 -19.980.000

4 381.000.00

0

317.560.00

0

63.440.000 43.460.000

5 534.862.50

0

317.560.00

0

217.302.500 260.762.500

Sumber: Data Primer, diolah

Tabel 5.10. Proyeksi Arus Kas Perdagangan Mebel Skala Menengah (Rp)

Tahu

n

Kas Masuk Kas Keluar Arus Kas Akumulasi

0   346.800.000 -

346.800.000

-

346.800.000

Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 23

Page 24: 17.Klaten Mebel

1 1.530.000.0

00

1.257.340.0

00

272.660.000 -74.140.000

2 1.530.000.0

00

1.257.340.0

00

272.660.000 198.520.000

3 1.530.000.0

00

1.257.340.0

00

272.660.000 471.180.000

4 1.530.000.0

00

1.257.340.0

00

272.660.000 743.840.000

5 1.814.143.7

50

1.257.340.0

00

556.803.750 1.300.643.7

50

Sumber: Data Primer, diolah

5.4. Analisis kelayakan dan Sensitivitas

Dengan menggunakan tingkat suku bunga pinjaman sebesar 16%

sebagai discount factor, dalam analisis keuangan untuk usaha perdagangan

mebel skala kecil diperoleh NPV sebesar Rp70.677.128,00 dan IRR sebesar

27%. Hal ini menunjukkan bahwa dalam waktu 5 tahun usaha mebel

menghasilkan uang sebesar Rp70.677.128,00 dan layak dibiayai dengan

tingkat suku bunga pinjaman sebesar 16% per tahun. Analisis sensitivitas

yang dilakukan untuk usaha perdagangan mebel skala kecil yaitu dengan

mengasumsikan pendapatan turun sebesar 5% dan biaya tetap diperoleh IRR

sebesar 17,3%. Analisis kedua yaitu dengan mengasumsikan biaya naik

sebesar 5% dan pendapatan tetap diperoleh IRR sebesar 18,9%. Profitabilitas

diperoleh dengan membagi laba kotor dengan pendapatan selama 1 periode

sehingga diperoleh angka 13,7%.

Selanjutnya, untuk usaha perdagangan mebel skala menengah

diperoleh NPV sebesar Rp672.609.018,00 dan IRR sebesar 77,5%. Hal ini

menunjukkan bahwa dalam waktu 5 tahun usaha mebel menghasilkan uang

sebesar Rp682.563.163,00 dan layak dibiayai dengan tingkat suku bunga

pinjaman sebesar 16% per tahun. Analisis sensitivitas yang dilakukan untuk

usaha perdagangan mebel skala menengah dengan mengasumsikan

pendapatan turun sebesar 5% dan biayanya tetap, diperoleh IRR sebesar

54,9%, serta dengan mengasumsikan biaya naik sebesar 5% sedangkan

Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 24

Page 25: 17.Klaten Mebel

pendapatannya tetap diperoleh IRR sebesar 59%. Sedangkan nilai

profitabilitas untuk usaha mebel skala menengah ini adalah sebesar 16,8%.

BAB VIASPEK SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN

6.1. Manfaat foreward dan backward linkage

Usaha perdagangan mebel telah memberikan manfaat yang besar

tidak hanya bagi masyarakat sekitar yang terlibat langsung dengan usaha ini,

tetapi juga pada masyarakat yang lebih luas. Usaha perdagangan mebel

mampu meningkatkan pendapatan masyarakat dari tingkat pengrajin

sebagai pemasok, tenaga kerja maupun juga pedagang pada tingkat

selanjutnya.

Untuk keterkaitan ke depannya, peran usaha perdagangan mebel

adalah membuka kesempatan usaha jasa pengangkutan, baik untuk dalam

negeri maupun ke luar negeri (ekspor). Untuk sektor bangunan, industri

mebel merupakan salah satu pemasok untuk sektor ini yang akan memberi

nilai khusus yang dapat meningkatkan nilai jual bangunan. Sementara itu,

manfaat usaha dagang mebel ini jug memacu tumbuhnya usaha di sektor

input, seperti penyediaan bahan baku kayu, plitur, cat dan tidak kalah

pentingnya adalah usaha desain interior. Secara makro usaha perdagangan

ini juga memiliki kontribusi dalam penciptaan pendapatan daerah yang

merupakan indikator bagi kesejahteraan masyarakat.

Secara ekonomi usaha perdagangan mebel di Kabupaten Klaten dilihat

dari aspek ekonomis, merupakan bisnis yang sangat menguntungkan.

Peluang pasar dalam negeri maupun ekspor untuk komoditi ini masih sangat

terbuka. Hal ini dikarenakan mebel merupakan bagian dari barang mewah,

yang dapat menunjukkan tingkat prestise pemiliknya. Dengan bentuk replika

dari barang antik, mebel replika ini mampu memperlihatkan kesan mewah

Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 25

Page 26: 17.Klaten Mebel

yang amat digemari oleh konsumen. Selain itu juga dapat menciptakan

pendapatan baik bagi tenaga kerja, pengusaha yang pada akhirnya dapat

meningkatkan pendapatan pemerintah daerah. Peningkatan pendapatan

masyarakat berarti juga peningkatan pendapatan daerah yang dapat

dijadikan ukuran untuk menghitung kesejahteraan penduduk lokal.

Selain manfaat ekonomi, usaha ini juga bermanfaat secara sosial yaitu

dengan menyediakan kesempatan kerja sehingga mengurangi jumlah

pengangguran khususnya di wilayah setempat. Kemampuan masyarakat

sekitar untuk belajar hingga menjadi terampil dari proses produksi sampai

pemasaran mebel telah menempatkan masyarakat pada kondisi taraf hidup

yang lebih baik.

Manfaat sosial lainnya adalah keikutsertaan pedagang dalam kegiatan-

kegiatan sosial kemasyarakatan sehingga ikut memberi kontribusi pada

masyarakat sekitarnya.

6.2. Dampak lingkungan

Usaha perdagangan mebel di Kabupaten Klaten relatif tidak

menimbulkan masalah bagi kelestarian lingkungan, karena usaha

perdagangan pada umumnya tidak menimbulkan limbah seperti halnya pada

jenis usaha industri.

Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 26

Page 27: 17.Klaten Mebel

BAB VIIKESIMPULAN DAN REKOMENDASI

7.1. Kesimpulan

Kesimpulan didasarkan atas dua hal, pertama hasil analisis dari

kelayakan 5 aspek yang telah dibahas yaitu aspek pemasaran, teknis

produksi, manajemen dan legalitas, keuangan dan aspek sosial,

ekonomi dan lingkungan, dan kedua dari hasil studi komprehensif 70

komoditas dari 14 Kabupaten/Kota yang dijadikan sampel

(selengkapnya dapat dilihat pada Laporan Komprehensif Penelitian

Model Kelayakan Komoditas Unggulan UMKM di Jawa Tengah). Dari

hasil kedua analisis di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Dari aspek pemasaran, usaha perdagangan mebel/furnitur layak untuk

terus dikembangkan, usaha perdagangan ini mempunyai permintaan

serta prospek yang bagus yang berasal dari dalam dan luar negeri,

dengan saluran distribusi pemasaran yang cukup sederhana. Meskipun

persaingan cukup ketat, tetapi usaha perdagangan mebel dari

Kabupaten Klaten masih kompetitif.

Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 27

Page 28: 17.Klaten Mebel

2. Dari aspek teknis produksi, umumnya usaha perdagangan

mebel/furnitur tidak memerlukan proses produksi, tetapi kalaupun ada

proses produksi hanya dalam bentuk finishing saja yang mudah

dilakukan dengan teknologi yang cukup sederhana serta tenaga kerja

tanpa keahlian khusus.

3. Dari aspek manajemen dan legalitas, usaha perdagangan

mebel/furnitur layak untuk dijalankan dengan pengelolaan usaha yang

tidak terlalu rumit, dan dari segi legalitas tidak melalui proses perijinan

yang rumit.

4. Dari aspek keuangan layak untuk dikembangkan dan dibiayai oleh

bank karena memiliki nilai NPV positif dan IRR yang lebih tinggi dari

tingkat suku bunga pinjaman.

5. Dari aspek sosial ekonomi dan lingkungan usaha perdagangan

mebel/furnitur layak dikembangkan, usaha perdagangan ini

merupakan pekerjaan utama penduduk yang dapat mengurangi jumlah

pengangguran sehingga dengan demikian memberi peluang kerja dan

pendapatan yang cukup baik bagi masyarakat, terutama bagi yang

dapat mencurahkan perhatiannya secara penuh dalam usaha ini.

Kegiatan ini juga tidak mencemari lingkungan dan bila ditinjau dari

keterkaitan ke belakang dan ke dapan, usaha perdagangan

mebel/furnitur mempunyai manfaat yang tinggi.

6. Dari penilaian keseluruhan aspek, dapat disimpulkan bahwa usaha

perdagangan mebel/furnitur di Kabupaten Klaten layak untuk

dikembangkan.

7.2. Rekomendasi

Dari kesimpulan di atas, maka rekomendasi yang diajukan dalam hasil

kajian ini adalah:

1. Bagi perbankan direkomendasikan untuk memberikan kredit pada

usaha perdagangan mebel karena menguntungkan dan memiliki resiko

yang relatif rendah.

2. Bagi dinas terkait direkomendasikan untuk untuk memberikan bantuan

teknis manajemen pengelolaan dan pemasaran, melalui berbagai

Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 28

Page 29: 17.Klaten Mebel

kontak dagang yang ada, sehingga mampu meningkatkan volume

transaksi dan juga. Selain itu melalui pemerintah daerah juga

diharapkan menjadi fasilitator dalam pengembangan industri daerah,

dan membantu dalam pengembangan produk dalam perbaikan

kualitas, desain dan pengembangan merek dagang, yang semuanya

ditujukan dalam upaya meningkatkan daya saing produk daerah

karena pada industri mebel/furniture banyak melibatkan UKM, maka

pengembangannya perlu program yang lebih terintegrasi. Untuk itu

perlu dilakukan upaya proaktif dalam pengembangan ekspor produk

kerajinan dan furnitur, yang melibatkan berbagai pihak seperti

pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat, agar dapat lebih

meningkatkan nilai ekspor produk mebel/furnitur.

DAFTAR PUSTAKA

BPS Kabupaten Klaten, Klaten Dalam Angka, 2005

Data Industri Kecil dan Potensi Sentra Tahun 2005 Kabupaten Klaten, Dinas

Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Penanaman Modal Kabupaten

Klaten, 2005

Bank Indonesia, Penelitian dasar Potensi Ekonomi Provinsi jawa Tengah, 1995

http://www.jawatengah.go.id/

http://www.klaten.go.id.

Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 29

Page 30: 17.Klaten Mebel

http://www.nafed.go.id.

http://www.indonetwork.co.id

Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 30